PENGARUH PENDEKATAN PENANAMAN NILAI TERHADAP SIKAP SISWA SMA TENTANG NILAI-NILAI SAINS
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Priyo Agung N NIM: 104016200450
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008
LEMBAR PERSETUJUAN PENGARUH PENDEKATAN PENANAMAN NILAI TERHADAP SIKAP SISWA SMA TENTANG NILAI-NILAI SAINS SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Priyo Agung N NIM: 104016200450
Menyetujui,
Pembimbing I
Prof. Dr. Dede Rosyada, M. A NIP : 19571005 198703 1 003
Pembimbing II
Dewi Murniati, M. Si
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul:“Pengaruh Pendekatan Penanaman Nilai terhadap Sikap Siswa SMA tentang Nilai-nilai Sains” disusun oleh Priyo Agung N,
NIM:
104016200450, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada 11 Juni 2009 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd) pada jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Kimia. Jakarta, 15 Juni 2009 Panitia Ujian Munaqasyah Ketua Jurusan Pendidikan IPA
Tanggal
Baiq Hana Susanti, M.Sc
Tanda Tangan
......................
......................
......................
......................
......................
......................
......................
......................
NIP : 150 299 475 Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA Nengsih Juanengsih, M.Pd NIP : 19790510 200604 2 001 Penguji I Drs. Zamris Habib, M.Si NIP : 130 695 192 Penguji II Tonih Feronika, M.Pd NIP : 19760107 200501 1 007 Mengetahui: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A NIP : 19571005 198703 1 003
ABSTRACT Priyo Agung N Science Education Department, Chemist Education Study Program, Teaching and Education Faculty Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta This research titled “The Influences of Value Inculcation Approach toward The Senior High School Students Attitude about Science Values”. This research aims to analyze the influences of chemist study by applying the value inculcation approach toward the Senior High School students attitude. The subject in this research is 30 students of 10th grade of Senior High School 58 Jakarta. The researcher uses pre experimental method by One-Group Pretest-Posttest design. Collecting data is done by cognitive knowledge test and quesionaire. The result shows the average score of student’s attitude before treatment is 94, 067, and the score after treatment is 12,213. Besides the average of cognitive score before treatment is 26,13, while the average after treatment is 75,33. Then the “t” test result produce thitung value = 9,9 and ttabel value = 1,699. Thus, there are some positive influences on values inculcation approach toward the students attitude about science values in “Redoks” concept. The percentage of student’s attitude shows the increasing of student’s attitude about science values. On knowledge indicator of natural happen involving redoks reaction, the increasing is about 24,47 %, the awareness that God is the manager of everything is about 19,79 %, the awareness that science is related to the faith is 21,25 %, the awareness about the hollyness of God is 10,83 %, the awareness that in this life we must work together and help in kindness is 19,91 %, the awareness that human is given by different potention and ability is 16,66%, the awareness that redoks concept has it’s high economic values is 30,84 %, the awareness of cherish our variety of Indonesia culture is 22,92 %, the knowledge that everything in this world has its own function and benefits for living creature is 17,85 %.
ABSTRAK Priyo Agung N Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian ini berjudul “Pengaruh Pendekatan Penanaman Nilai terhadap Sikap Siswa SMA tentang Nilai-Nilai Sains”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kimia dengan menerapkan pendekatan penanaman nilai terhadap sikap siswa SMA tentang nilai-nilai sains. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 58 Jakarta yang berjumlah 30 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pre eksperimen dengan desain One-Group Pretest-Postest. Pengumpulan data dilakukan dengan tes pengetahuan kognitif dan angket pernyataan sikap. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor sikap siswa sebelum diberikan perlakuan sebesar 94,067 sedangkan rata-rata setelah diberikan perlakuan sebesar 122,13. Selain itu rata-rata skor tes kognitif siswa sebelum diberikan perlakuan sebesar 26,13 sedangkan rata-rata setelah diberikan perlakuan sebesar 75,33. Selanjutnya hasil uji “t” didapatkan harga thitung = 9,9 dan ttabel = 1,699. Maka, terdapat pengaruh positif pendekatan penanaman nilai terhadap sikap siswa tentang nilai-nilai sains pada konsep “Redoks”. Selain itu, persentase sikap siswa menunjukkan peningkatan sikap siswa tentang nilai-nilai sains. Pada indikator pengetahuan tentang peristiwa di alam yang melibatkan reaksi redoks peningkatan yang terjadi sebesar 24,47 %, kesadaran bahwa Tuhan pengatur segala urusan sebesar 19,79 %, kesadaran bahwa Ilmu pengetahuan berhubungan dengan keimanan sebesar 21,25 %, kesadaran tentang kekuasan dan kebesaran Tuhan sebesar 10,83 %, kesadaran bahwa dalam hidup ini harus bekerjasama dan tolong-menolong dalam kebaikan sebesar 19,91 %, kesadaran bahwa manusia diberikan potensi dan kemampuan yang berbeda-beda sebesar 16,66 %, kesadaran bahwa konsep redoks memiliki nilai ekonomis yang tinggi sebesar 30,84 %, kesadaran menghargai keragaman budaya Indonesia sebesar 22,92 %, pengetahuan bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki manfaat dan kegunaan bagi makhluk hidup sebesar 17,85 %.
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya serta taufik hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam selalu
tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang senantiasa istiqomah dalam menjalankan syariatnya hingga hari kiamat nanti. Alhamdulillah, saya ucapkan karena akhirnya skripsi dengan judul “Pengaruh Pendekatan Penanaman Nilai terhadap Sikap Siswa SMA tentang Nilai-Nilai Sains” ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus selaku Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingannya kepada penulis. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M. Sc Selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Dedi Irwandi, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia yang telah memajukan Program Studi Pendidikan Kimia menjadi lebih baik. 4. Ibu Dra. Hj. Nelmi, M.M selaku Kepala SMAN 58 Jakarta atas kesempatan Penelitian yang diberikan. 5. Ibu Dewi Murniati, M. Si selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Bapak Drs. Jaenudin, M. Si selaku Wakil Kepala SMAN 58 sekaligus guru kimia kelas X yang bersedia memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian. 7. Rekan-rekan mahasiswa/i Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Kimia, khususnya angkatan tahun 2004 yang memberikan dukungannya dalam penyusunan skripsi ini. 8. Sahabat-sahabat terbaikku: Abdul, Aep, Ikhwan, Sadar, Astri dan Erni yang senantiasa
memberikan
bantuan
berupa
moril
maupun
materil
demi
terselesaikannya skripsi ini. 9. Ayah dan Ibunda tercinta serta seluruh keluarga yang telah berjasa membantu penulis baik moril maupun materi serta bersabar menanti kelulusan ananda. 10. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan dan pahala yang sebesar-besarnya kepada Saudara/i, Bapak/ Ibu semua.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan di dalam skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan pertolongannya agar penulis dapat menjadi lebih baik lagi.
Jakarta,
Penulis
Mei 2009
DAFTAR ISI ABSTRAK ............................................................................................ KATA PENGANTAR ............................................................................ DAFTAR ISI……… ............................................................................... DAFTAR TABEL................................................................................... DAFTAR GAMBAR .............................................................................. DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... A. Latar Belakang........................................................................
i ii iv vi vii viii 1 1
B. Identifikasi Masalah................................................................
5
C. Pembatasan Masalah ...............................................................
5
D. Perumusan Masalah ................................................................
6
E. Tujuan Penelitian ....................................................................
6
F. Manfaat Penelitian ..................................................................
6
BAB II KAJIAN TEORITIS ................................................................. A. Deskripsi Teoritis....................................................................
7 7
1. Hakikat Nilai.....................................................................
7
2. Hakikat Pendidikan Nilai...................................................
17
3. Metode dalam Pendidikan Nilai.........................................
23
4. Pengertian Sikap dan Pembentukannya .............................
24
5. Pengertian Reaksi Redoks .................................................
28
6. Nilai-nilai Sains dalam Konsep Redoks .............................
30
B. Hasil Penelitian yang Relevan.................................................
34
C. Kerangka Berpikir...................................................................
35
D. Perumusan Hipotesis...............................................................
36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. A. Waktu dan Tempat Penelitian..................................................
37 37
B. Metode Penelitian ...................................................................
37
C. Subyek Penelitian....................................................................
37
D. Prosedur Penelitian .................................................................
37
E. Instrumen Penelitian ...............................................................
39
1. Validitas Instrumen Penelitian...........................................
40
F. Hipotesis Statistik ...................................................................
40
G. Teknik Analisis Data...............................................................
40
1. Analisis Data Kuantitatif ...................................................
40
2. Analisis Data Kualitatif .....................................................
43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. A. Deskripsi Data ........................................................................
44 44
1. Hasil Pre Angket Sikap Siswa tentang Nilai-nilai Sains.....
44
2. Hasil Post Angket Sikap Siswa tentang Nilai-nilai Sains ...
45
B. Analisis Data...........................................................................
46
1. Analisis Data Kuantitatif. ..................................................
46
a.................................................................................. Uji Normalitas...................................................................
46
b.................................................................................. Uji Homogenitas ...............................................................
47
c.................................................................................. Pengujian Hipotesis .....................................................................
47
2. Analisis Data Kualitatif .....................................................
48
C. Interpretasi Data......................................................................
53
D. Pembahasan ............................................................................
55
E. Keterbatasan Penelitian ...........................................................
61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................... A. Kesimpulan.............................................................................
63 63
B. Saran
..................................................................................
63
DAFTAR PUSTAKA.................................................................. LAMPIRAN-LAMPIRAN..........................................................
64 67
DAFTAR TABEL Tabel 4.1. Distribusi Pre Angket Sikap Siswa tentang Nilai-Nilai Sains ... 44 Tabel 4.2 Distribusi Post Angket Sikap Siswa tentang Nilai-Nilai Sains .. 45 Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Pre dan Post Angket Sikap Siswa ............ 46 Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas.............................................................. 47 Tabel 4.5 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Pre dan Post Angket........... 48 Tabel 4.6 Persentase Pre Angket Sikap Siswa ....................................... 49 Tabel 4. 7 Persentase Pos Angket Sikap Siswa ........................................ 50 Tabel 4.8 Rekapitulasi Skor Tingkat Sikap Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Pendekatan Penanaman Nilai .................................................. 51
DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1. Histogram Distribusi Pre Angket Sikap Siswa tentang Nilai-Nilai Sains .......................................................................................... 44 Gambar 4.2. Histogram Distribusi Post Angket Sikap Siswa tentang Nilai-Nilai Sains ................................................................................. 45 Gambar 4.3 Grafik Persentase Rata-rata Sikap Siswa Pre Angket dan Post Angket ................................................................................. 56
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Instrumen Pembelajaran a. Silabus ..............................................................................
67
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ........................
68
c. Analisis Materi dengan Pendekatan Penanaman Nilai........
78
Lampiran 2. Instrumen Pengumpul Data a. Kisi-kisi Instrumen Pernyataan Sikap ................................
84
b. Format Instrumen Pernyataan Sikap ..................................
85
Lampiran 3. Pengolahan Data a. Data Skor pre Angket Sikap Siswa ....................................
87
b. Data Skor post Angket Sikap Siswa...................................
90
c. Uji Normalitas pre Angket Sikap Siswa ............................
93
d. Uji Normalitas post Angket Sikap Siswa ...........................
94
e. Uji Homogenitas Varians ..................................................
95
f. Uji Hipotesis Penelitian.....................................................
97
g. Rekapitulasi Persentase pre Angket Sikap Siswa ...............
96
h. Rekapitulasi Persentase post Angket Sikap Siswa..............
102
Lampiran 4. Surat Pernyataan Karya Ilmiah ............................................. Lampiran 5. Lembar Uji Referensi ........................................................... Lampiran 7. Surat Bimbingan Skripsi ....................................................... Lampiran 8. Surat Permohonan Izin Penelitian ......................................... Lampiran 9. Surat Keterangan Penelitian.................................................. Lampiran 10. Surat Keterangan Lulus Uji Komprehensif.......................... Lampiran 12. Biodata Penulis...................................................................
106 107 111 112 113 114 115
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sampai saat ini, kemajuan pendidikan di Indonesia hanya dapat menghasilkan manusia yang cerdas saja, yang dibuktikan dari pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada di Indonesia.Tetapi di sisi lainnya terjadi pergeseran nilai, sikap, dan moral yang tidak lagi menghargai martabat manusia lainnnya. Banyak orang untuk meraih kesuksesan dalam hidupnya dengan jalan pintas yang merugikan orang lain, dan tidak menghargai orang lain. Ini berarti dalam pengembangan pendidikan ada sesuatu yang salah, yaitu hanya menekankan pendidikan
yang
bersifat
kognitif
dan
psikomotor
semata,
dan
kurang
mengembangkan pendidikan afektif yang menyebabkan hilangnya sistem nilai dalam pendidikan. Adanya pergeseran dan perubahan-perubahan sistem-sistem nilai maupun nilai-nilai sendiri dalam masyarakat dewasa ini mungkin disebabkan karena:1 1) Kemajuan-kemajuan dalam kondisi hidup kita, sehingga kita lebih mempunyai kemampuan dan kebebasan bertindak, baik ini dibawa oleh pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi serta industrialisasi di kota besar. 2) Perubahan suasana di dalam masyarakat sendiri dari sifat yang tertutup kearah sifat yang terbuka, karena perkembangan dan perluasan jaringan komunikasi. 3) Perubahan perkembangan, hukum-hukum, adat kebiasaan serta cara berpikir tradisional kepada yang baru, yang lebih sesuai dengan tantangan dan situasi baru dalam masyarakat sekarang. Perubahan-perubahan tersebut mudah membawa krisis, bila terjadi dengan pesat. Akibatnya, timbullah berbagai ketegangan, gangguan dan dapat kehilangan keseimbangan dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak hanya kebiasaan dan tingkah laku berubah, tetapi juga norma-norma atau nilai-nilai yang mendasarinya mengalami perubahan. Sikap dan perilaku seseorang yang sudah dewasa sebenarnya berawal dari proses belajar di sekolah. Seorang siswa akan dengan mudah mengikuti dan 1
Kaswardi, dkk., Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, (Jakarta: Grasindo, 1993), h. 73
mengaplikasikan apa yang di ajarkan di sekolah dalam kehidupan sehari-hari. Jika selama di sekolah siswa hanya diajarkan materi keilmuan saja, maka perilaku yang terbentuk akan lebih dipengaruhi oleh lingkungan sekitar siswa. Jika lingkungan sekitar tidak mengajarkan tentang nilai-nilai kebaikan, maka sikap dan perilaku yang terbentuk akan menjadi tidak sesuai dengan nilai-nilai kebaikan yang seharusnya ada dalam diri siswa tersebut. Hal ini karena bagi para pendidik, mengajar hanya diartikan sebagai transfer of knowledge, dan subyek belajar hanya membutuhkan pengetahuan saja. Padahal tujuan belajar secara esensial, disamping untuk mendapatkan pengetahuan, juga keterampilan dan untuk pembinaan sikap mental. Dengan demikian tidak cukup kalau hanya dilakukan proses pengajaran transfer of knowledge saja.2 Pendidikan merupakan dasar yang penting bagi kemajuan suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa akan mencapai kemajuan baik dalam pengembangan sumber daya manusia maupun pada pengelolaan sumber daya alam. Fungsi pendidikan adalah membimbing siswa kea rah suatu tujuan yang kita nilai tinggi. Pendidikan yang baik adalah suatu usaha yang berhasil membawa semua anak didik kepada tujuan tersebut. Mengutip isi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab, (Depdiknas, 2003: 5)3 Berdasarkan tujuan pendidikan nasional di atas, peserta didik diharapkan dapat menjadi manusia yang utuh berdasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, yaitu manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang cerdas, kreatif, berakhlak mulia, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pembelajaran sebagai salah satu upaya mewujudkan tujuan pendidikan maka orientasi kerjanya tidak hanya terfokus pada aspek transfer ilmu pengetahuan saja tetapi juga menyangkut aspek normatif dan nilai-nilai, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional 2 3
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 1986) h. 53 Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 2
tersebut. Pembelajaran dengan menerapkan pendidikan nilai bertujuan agar manusia memiliki nilai-nilai yang seharusnya dimiliki selama proses belajar. Sekolah sebagai salah satu lembaga yang menangani pendidikan, bertugas mengembangkan dan menumbuhkan daya penilaian yang benar, meneruskan warisan budaya manusia, dan menumbuhkan kesadaran akan nilai-nilai tersebut. Di samping tugas pokoknya mempersiapkan anak didik untuk menghadapi kemajuan jaman dengan bekal ilmu pengetahuan akademik. Pembelajaran IPA di sekolah dikenal sebagai mata pelajaran sains atau lebih khusus dengan sebutan Biologi, Fisika, dan Kimia. Pemberian mata pelajaran IPA atau pendidikan IPA di sekolah bertujuan agar siswa memahami/ menguasai konsepkonsep IPA dan saling keterkaitannya, serta mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya, sehingga lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan Penciptanya.4 Dalam pembelajaran ini sarat dengan konsepkonsep abstrak, oleh karena itu dalam mengajarkannya selain teori harus disertai pula dengan visualisasinya agar siswa dapat memahami bagaimana gambaran konsep yang telah mereka pelajari sebelumnya. Ciri menonjol pendidikan IPA di Indonesia, ialah adanya nilai-nilai agama yang masuk ke dalam kurikulum. Melalui pendidikan IPA kita mendorong anak didik untuk dapat meningkatkan iman dan takwanya kepada Tuhan YME, pencipta alam dan seisinya. Dimensi pendidikan IPA sekurang-kurangnya mengandung unsur atau nilai-nilai sosial budaya, etika moral, dan agama. Pada kenyataannya, pembelajaran IPA di sekolah tidak memasukkan nilainilai sains di dalamnya. Yang terjadi adalah adanya dikotomi antara sains dengan ilmu agama yang memandang bahwa urusan dunia ilmu itu berbeda dengan urusan agama. Dengan demikian, pendidik tidak memiliki kewajiban untuk menanamkan nilai agama atau akhlak kepada siswa. Selain itu, nilai-nilai sains lain seperti nilai praktis, nilai intelektual dan nilai sosial sangat jarang ditemukan pada pembelajaran IPA di sekolah. Strategi pengajaran yang digunakan para pendidik hanya bertujuan untuk mendapatkan hasil belajar kognitif siswa saja, tanpa melibatkan aspek afektif atau sikap serta nilai-nilai yang seharusnya juga menjadi perhatian yang serius dalam pencapaian hasil belajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Dengan
4
Sumaji, dkk., Pendidikan Sains yang Humanistis, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2003), h. 36
keadaan tersebut, pendidikan di Indonesia tidak akan mampu membangun kesadaran dan penghayatan terhadap sistem nilai dan moral yang terkandung dalam bahan ajar, sehingga sikap siswa tidak akan selaras dengan nilai-nilai yang diharapkan. Sikap seseorang dapat di rubah dengan pemberian informasi serta komunikasi sosial yang dibangun antar siswa dengan guru dan antar siswa itu sendiri. Komunikasi sosial mempunyai peranan penting karena hal itu merupakan cara yang paling efektif bagi perubahan sikap seseorang. Bentuk komunikasi sosial dalam pembelajaran yaitu dengan pemberian informasi dari guru yang menyebabkan perubahan sikap siswa tentang nilai-nilai sains. Peran guru sebagai pendidik sangat penting, oleh sebab itu guru harus menggunakan pendekatan dan metode pengajaran yang tepat untuk mencapai hasil belajar anak didik yang optimal. Pendekatan penanaman nilai dalam pendidikan nilai merupakan pendekatan yang tepat dalam mentransformasikan nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan IPA khususnya Kimia. Materi Redoks adalah salah satu konsep dalam kimia yang dapat memberikan pemahaman tentang nilai-nilai sains yang terkandung dalam pembelajaran Kimia. Berkaitan dengan hal tersebut, kiranya perlu dilakukan penelitian tentang penerapan pendidikan nilai dalam pembelajaran Kimia pada konsep Redoks. Dengan adanya penelitian ini diharapkan siswa dapat menyadari dan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran Kimia sehingga nilai-nilai tersebut tertanam dalam diri siswa dan siswa lebih tertarik lagi untuk mempelajari pelajaran Kimia di sekolah.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah yang dikemukakan di atas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah antara lain: 1) Adanya pergeseran dan perubahan-perubahan nilai-nilai sendiri dalam diri siswa, dimana perubahan tersebut membawa siswa kepada kebiasaan dan tingkah laku yang tidak selaras dengan nilai-nilai yang ada. 2) Bagi para pendidik, mengajar hanya diartikan sebagai transfer of knowledge, dan subyek belajar hanya membutuhkan pengetahuan saja, sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran pendidik tidak memasukkan nilai-nilai yang terkandung dalam sains.
3) Strategi pengajaran yang digunakan pendidik belum banyak memasukkan nilai-nilai khususnya dalam pembelajaran IPA, sehingga belum dapat mencapai hasil belajar afektif yang maksimal.
C. Pembatasan Masalah Supaya penelitian ini tidak terlalu luas, masalah yang diteliti dibatasi sebagai berikut: 1. Subyek yang diteliti adalah siswa kelas X SMA 2. Hasil belajar yang diukur adalah sikap siswa yang sampai pada tahap tanggapan (responding). 3. Konsep yang menjadi bahan penelitian adalah konsep Redoks, karena konsep tersebut dianggap relevan untuk dapat memberikan penanaman tentang nilainilai sains. 4. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan penanaman nilai. 5. Nilai-nilai sains yang ingin diteliti mencakup nilai praktis, nilai intelektual, nilai sosial-politik-ekonomi, dan nilai religius
D. Perumusan Masalah Sesuai dengan pembatasan masalah, maka perumusan masalah adalah sebagai berikut: “Apakah pendekatan penanaman nilai berpengaruh positif terhadap sikap siswa SMA tentang nilai-nilai sains pada konsep Redoks?”
E. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan untuk mendapatkan informasi mengenai pengaruh pendekatan penanaman nilai terhadap sikap siswa SMA tentang
nilai-nilai sains .
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan masukan bagi guru kimia dalam menggunakan pendekatan penanaman nilai dalam pembelajaran. Disamping itu penelitian ini diharapkan dapat menerapkan nilai religius, sosial, intelektual, dan praktis dalam pembelajaran terutama disaat sekarang ini di mana dibutuhkan penanaman nilai-nilai sains untuk menghasilkan anak didik yang tidak hanya memiliki prestasi akademik, tetapi juga berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.
BAB II KAJIAN TEORITIS
G. Deskripsi Teoritis 1. Hakikat Nilai a. Pengertian Nilai Pengertian nilai menurut Milton Roceach dan James Bank dalam Kartawisastra (1980:1) adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan, di mana seseorang harus bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan, dimiliki dan dipercaya.5 Pengertian ini menunjukkan bahwa nilai itu merupakan sifat yang melekat pada sesuatu yang telah berhubungan dengan manusia yang memberikan nilai tersebut. Menurut Gordon Allport (1964) bahwa nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Dalam pendidikan tentu saja pilihan yang diharapkan adalah nilai-nilai yang sesuai dengan tuntutan yang ada, baik yang berlaku dalam masyarakat maupun ajaran agama. Oleh karena itu dari sudut pandang sosiologi, pengertian nilai adalah patokan normative yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya diantara cara-cara tindakan alternatif. 6 Nilai adalah sesuatu yang menimbulkan minat atau obyek dari sesuatu minat. Dan lebih tegas lagi, Joseph dan Ronald L. Warren menyatakan bahwa: nilai itu merupakan suatu kemampuan atau kepastian yang memuaskan setiap keinginan manusia, yang dinyatakan sebagai cirri suatu benda, buah pikiran atau isi dari sesuatu pengalaman. Hal ini diperkuat juga oleh The Liang Gie dalam bukunya Garis Besar Etetik, bahwa: di dalam filsafat, nilai dipandang sebagai pengalaman dimana fakta yang nampak, menggejala untuk menimbulkan penghargaan dan perhatian bagi subyek yang melihatnya.7 Nilai secara umum disepakati sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan kita (Curriculum Corpotaion 1994). Apakah kita menyadari hal itu atau tidak, apakah dengan tujuan mengambil nilai tertentu saja, 5
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), cet. I, h. 16 Suroso Adi, Manajemen Alam: Sumber Pendidikan Nilai, (Bandung: Mughni Sejahtera, 2006), h. 46 7 Muhammad Djunaidi Ghoni, Nilai Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1999), h. 16-17 6
perwujudan nilai dapat dicerminkan dalam tindakan kita secara menetap.8 Bertens mengungkapkan bahwa nilai adalah sesuatu yang menarik bagi kita, sesuatu yang kita cari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang disukai dan diinginkan, singkatnya, sesuatu yang baik (Adimassana; 2001).9 Horton dan Hunt dalam J. Dwi Narwoko dan Bagong suyanto mengatakan nilai adalah gagasan mengenai apakah suatu pengalaman itu berarti atau tidak berarti. Nilai pada hakikatnya mengarahkan perilaku dan pertimbangan seseorang, tetapi tidak menghakimi apakah sebuah perilaku tertentu itu salah atau benar.10 Suatu tindakan dianggap sah artinya secara moral dapat diterima kalau harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung oleh masyarakat dimana tindakan itu dilakukan. Nilai bukan saja melibatkan aspek kepercayaan tetapi juga aspek pemahaman, perasaan, dan tingkah laku manusia. Definisi bagi istilah nilai adalah sejumlah hal yang dianggap penting, berharga, berguna atau mustahak. Secara lebih abstrak nilai seringkali merujuk pada prinsip, standar, atau pegangan yang melibatkan hal yang dianggap penting atau berharga.11 Berdasarkan definisi Brian V. Hill, nilai adalah memberikan prioritas bagi individu dan masyarakat terhadap keyakinan tertentu, pengalaman, dan tujuan, dalam menyimpulkan bagaimana masa depan mereka, dan apa saja yang mereka miliki.12 Kohlberg mengklasifikasikan nilai menjadi dua, yaitu nilai obyektif dan nilai subyektif. Nilai obyektif atau nilai universal yaitu nilai yang bersifat intrinsik, yakni nilai hakiki yang berlaku sepanjang masa secara universal. Termasuk dalam nilai universal ini antara lain hakikat kebenaran, keindahan dan keadilan. Adapun nilai subyektif yaitu nilai yang sudah memiliki warna,
8
Thomas W. Nielsen, “Value Education through Thinking, Feeling and Doing”, in Sosial Educator, Vol.23, No.2, August 2005. 9 Krisnamukti, “Dari Non Vitae sed Scholae Discimus Menuju Non Scholae sed Vitae Discimus”, Diambil dari www.krisnaster.blogspot.com, 1 Maret 2008. 10 J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 35. 11 Nik Azis Nik Pa, “Pengembangan Nilai dalam Pendidikan Matematik Cabaran dan Keperluan” , International Seminar on Development of Values in Mathematics and Science Education, 3-4 August 2007, Universiti of Malaya, p. 4. 12 Brian V. Hill, “Values Education In Schools”, taken from www.curriculum.edu.au, March 1, 2008.
isi dan corak tertentu sesuai dengan waktu, tempat dan budaya kelompok masyarakat tertentu.13 Khoiron Rosyadi mengutip pendapat Hoffmeister mengatakan bahwa nilai adalah implikasi hubungan yang diadakan oleh manusia yang sedang memberi nilai antara satu benda dengan satu ukuran. 14 Nilai dirasakan dalam diri kita masing-masing sebagai daya pendorong atau prinsip-prinsip yang menjadi penting dalam kehidupan sampai pada suatu tingkat dimana sementara
orang
lebih
siap
untuk
mengorbankan
mereka
daripada
mengorbankan diri. Nilai-nilai didefinisikan sebagai suatu ide yang relatif konstan tentang suatu perilaku. Nilai-nilai menunjuk pada kriteria untuk menentukan tingkat kebaikan, harga, atau keindahan. Kegiatan menilai dipandang sebagai suatu tindakan membuat membuat pertimbangan nilai, ekspresi perasaan atau penerimaan dan ketaatan pada seperangkat prinsip-prinsip.15 Nilai adalah suatu perangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan maupun perilaku. Oleh karena itu sistem nilai dapat merupakan standar umum yang diyakini, yang diserap dari keadaan obyektif maupun diangkat dari keyakinan, sentimen (perasaan umum) maupun identitas yang diberikan atau diwahyukan Allah SWT yang pada gilirannya merupakan sentimen (perasaan umum), kejadian umum, identitas umum yang oleh karenanya menjadi syariat umum.16 M. Djunaidi Ghoni mengutip pendapat Loris C. Kattsoff dalam bukunya yang berjudul “Element Of Phylosophy”, yang menyimpulkan bahwa nilai itu mempunyai 4 macam arti, antara lain: 17 a. Bernilai, artinya berguna b. Merupakan nilai, artinya baik atau benar atau indah
13
Sulaiman Zein, “Metode Penanaman Nilai Moral untuk Anak Usia Dini”, Diambil dari smpnbilahhulu.wordpress.com, 23 Februari 2008. 14 Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), cet. I, h. 115 15 Sutarno, “Nilai dan Pendekatan Nilai”, dari Jurnal Pendidikan Nilai, Th. 6, No. 1 Pebruari 2000, h. 53 16 Abu Ahmadi dan Noor Salami, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksasra, 2004), Cet. IV, h. 202 17 Muhammad Djunaidi Ghoni, op. cit. h. 15,
c. Mengandung nilai, artinya merupakan obyek atau keinginan atau sifat yang menimbulkan sikap setuju serta predikat. d. Memberi nilai, artinya bahwa sesuatu itu diinginkan atau menunjukkan nilai. Berdasarkan uraian para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai adalah keyakinan dan perasaan yang dimiliki seseorang dalam menentukan tingkat kebaikan, harga, dan keindahan terhadap sesuatu yang dilihat dan dipikirkan yang kemudian menyebabkan tindakan atau sikap yang mencerminkan keyakinannya tersebut. Nilai-nilai ini dikembangkan untuk memberikan filter dalam menghubungkan pikiran dan perasaan dengan tindakan disamping mencakup mengenai sistem pengaturannya. Istilah nilai dikelompokkan dalam berbagai kategori yang berbeda seperti nilai kerohanian, moral, sosial, etika, estetika ekonomi, budaya, intelektual,
persekitaran,
undang-undang,
ideologi,
profesionalisme,
kepemimpinan pribadi, prodiktivitas dan agama. Nilai etika merujuk nilai yang digunakan untuk membedakan antara baik dengan jahat, betul dengan salah, dan moral dan tak bermoral. Seterusnya, nilai moral merujuk tindakan atau nilai yang mempunyai implikasi langsung kepada kebajikan dan hak orang lain atau kepada isu keadilan dan persamaan18 Nilai mendasari sikap dan tindakan seseorang, karena nilai dapat dijadikan patokan dan prinsip-prinsip sebagai kriteria dalam menjalani kehidupannya. Nilai merupakan suatu gagasan atau konsep yang dijadikan acuan atau patokan dan motivasi dalam menentukan suatu hal atau tindakan yang hasilnya bergunan atau tidak bergunan, dan dipegangnya dalam waktu yang relative lama sehingga menjadi stabil, serta dinyatakan secara konsisten menjadi milik kepribadiannya. Oleh karena itu pendidikan nilai memiliki sasaran mengubah sikap, tindakan, dan kepribadian seseorang dari hal-hal yang tidak benar menjadi benar adanya, dari hal-hal yang buruk menjadi baik adanya, dan sifat-sifat lainnya kea rah positif atau kebaikan.
b. Jenis-jenis Nilai 18
Nik Azis Nik Pa, “Pengembangan Nilai dalam Pendidikan Matematik Cabaran dan Keperluan”, International Seminar on Development Value in Mathematics and Science Education, 3-4 August 2007, University of Malaya. p. 7
Menurut Max Scheler dalam Kaswardi, nilai-nilai dikelompokkan dalam 4 tingkatan menurut tinggi rendahnya sebagai berikut:19 1) Nilai-nilai kenikmatan. Dalam tingkat ini terdapat deretan nilai-nilai yang mengenakkan dan tidak mengenakkan, yang menyebabkan orang senang atau menderita tidak enak. 2) Nilai-nilai kehidupan. Dalam tingkat ini, terdapat nilai-nilai penting bagi kehidupan. Misalnya kesehatan, kesegaran badan, kesejahteraan umum. 3) Nilai-nilai kejiwaan. Dalam tingkat ini terdapat nilai kejiwaan yang tidak sama sekali tergantung pada jasmani maupun lingkungan.
Nilai-nilai
semacam itu ialah: keindahan, kebenaran, dan pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat. 4) Nilai-nilai kerohanian. Dalam tingkat ini, terdapat modalitas nilai dari suci dan tidak suci. Nilai-nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi terutama Allah SWT sebagai pribadi tertinggi.
Khoiron Rosyadimengelompokkan nilai-nilai sebagai berikut: 1) Nilai sosial adalah interaksi antar pribadi dan manusia berkisar sekitar baik-buruk, pantas-tidak pantas, semestinya-tidak semestinya, sopansantun-kurang ajar. Nilai-nilai baik dalam masyarakat yang dituntut pada setiap anggota masayarakat disebut susila atau moral. 2) Nilai ekonomi adalah hubungan manusia dengan benda. Benda diperlukan karena kegunaannya. Nilai ekonomi menyangkut nilai guna. 3) Nilai politik ialah pembentukkan dan penggunaan kekuasaan. Nilai politik menyangkut nilai kekuasaan. 4) Nilai pengetahuan menyangkut nilai kebenaran. 5) Nilai seni menyangkut nilai bentuk-bentuk yang menyenangkan secara estetika. 6) Nilai filsafat
menyangkut nilai hakikat kebenaran dan nilai-nilai itu
sendiri. 7) Nilai agama menyangkut nilai ketuhanan (nilai kepercayaan, ibadat, ajaran, pandangan, dan sikap hidup dan amal) yang terbagi dalam baik dan buruk.
19
Kaswardi, dkk., Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, (Jakarta: Grasindo, 1993), h. 37
Menurut Sumaji, dkk, dimensi pendidikan IPA sekurang-kurangnya mengandung unsur atau nilai sosial budaya, etika moral, dan agama.20 1) Dimensi Sosial Budaya Pendidikan IPA, selain harus semakin terkait dengan berbagai permasalahan nyata yang ada di lapangan, juga harus mampu mengantisipasi masa depan yang senantiasa berubah dan berkembang. Keeton (Djohar, 1989) menyatakan bahwa perubahan lingkungan yang terjadi sebagai akibat perkembangan IPTEK akan memberi umpan balik kepada perkembangan budaya manusia, dan dalam kenyataannya evolusi kultural manusia melaju lebih cepat daripada evolusi biologisnya. Dengan demikian, pendidikan IPA diharapkan mampu menyatukan sains dan ilmuwan dalam evolusi kebudayaan itu. Artinya, kepuasan intelek manusia dalam mengembangkan IPTEK seharusnya dipadukan dengan kepuasan akan maknanya bagi kesejahteraan masyarakat luas.
2) Dimensi Etika Moral dan Agama Dari sudut pandang ontology, IPA yang kita pelajari memperagakan berbagai fenomena alam yang indah mempesona, yaitu keragaman, keserupaan, keteraturan, kelestarian nisbi, dan kejadian-kejadian yang bersifat probabilistik, sehingga manusia meras tertarik kepada alam semesta dan kemudian mengagungkan penciptanya. Inilah nilai religius (agama) yang disumbangkan pendidikan IPA kepada anak didik. Ilmuwan juga harus mampu menilai antara yang baik dan buruk, yang pada hakikatnya mengharuskan ia untuk menentukan sikap, termasuk pula dalam menangani bioteknologi yang sedang berkembang pesat. Kekuasaan sains yang besar ini mengharuskan ilmuwan mempunyai landasan etike-moral dan agama yang kuat. Di sinilah pendidikan IPA memegang peranan yang amat strategis.
Menurut pendapat Einstein, bahwa sains mengandung lima nilai, yaitu: nilai praktis, nilai intelektual, nilai sosial-politik-ekonomi, nilai pendidikan,
20
Sumaji, dkk., Pendidikan Sains yang Humanistis, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2003), h. 37
dan nilai religius.21 Pencapaian penguasaan pengetahuan dan keterampilan hanyalah tujuan sementara dan sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan lain dari pendidikan sains Kimia maupun tujuan pendidikan. 1) Nilai Sosial-ekonomi Nilai sosial berorientasi kepada berbagai bentuk hubungan sosial, sikap bertanggungjawab terhadap kelompok, kasih sayang, sikap loyal dan bersedia berkorban dan berpartisipasi di dalam kehidupan sosial. Sikap sosial akan muncul pada diri seseorang, jika ia merasakan kebutuhan pentingnya orang lain terhadap keberadaan dirinya. Dengan kata lain nilai sosial terbentuk oleh rasa saling membutuhkan satu sama lain. Nilai ekonomi dari sains walaupun tidak secara langsung dinyatakan dengan tegas, namun temuan dari sains dapat digunakan untuk memproduksi sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat, terutama bagi kesejahteraan hidup masyarakat. Karakteristik nilai ini adalah menjada kesinambungan hidup, baik individu maupun kelompok yang diwujudkan dalam bentuk-bentuk produksi dan pekerjaan untuk mendapatkan manfaat yang
sebesar-besarnya.
Dengan
kata
lain
nilai
ekonomi
sains
mengutamakan segi kegunaan dan manfaatnya bagi kehidupan manusia.
2) Nilai Religius/ Agama Nilai religius berorientasi kepada nilai keimanan sebagai dasar segala pemikiran dan tindakan yang berhubungan kepada kesadaran akan kekuasaan Tuhan YME dengan segala sifat asmaul husna lainnya. Menurut pandangan Einstein bahwa nilai religius sains adalah nilai yang dapat membangkitkan kesadaran akan keberadaan Tuhan di alam sebagai Sang Maha Pencipta dan sifat-sifat Tuhan lainnya. Di sekolah, nilai-nilai keagamaan yang harus ditanamkan oleh guru seyogyanya
diintegrasikan
dalam
kegiatan
belajar-mengajar
dari
pembukaan sampai penutup. Apabila nilai-nilai tersebut telah tertanam kuat pada diri anak maka mereka akan tumbuh dan berkembang dengan memiliki kemampuan untuk mencegah dan menangkal serta membentengi mereka dari berbagai pengaruh negatif. Sebaliknya jika nilai-nilai
21
Suroso Adi, op. cit, h. 68
keagamaan itu tidak ditanamkan secara maksimal maka yang akan muncul adalah perilaku-perilaku kurang baik dan cenderung menyimpang dari aturan agama.22
3) Nilai Intelektual Adalah kandungan nilai yang mengajarkan kecerdasan seseorang dalam menggunakan akalnya untuk memahami sesuatu dengan tidak mempercayai tahayul atau kebenaran mitos, tetapi agar lebih kritis, analitis, dan kreatif terhadap pemecahan suatu masalah yang lebih efektif dan efisien.Kemajuan sains dapat dicapai apabila setiap saintis dapat mengembangkan nilai intelektual dari sains itu secara terus-menerus. Dengan mengembangkan nilai intelektual suatu bahan ajar sains dapat dianalisis suatu kelemahan dan kelebihannya untuk peningkatan bahan ajar tersebut.
4) Nilai Pendidikan Nilai pendidikan mencakup banyak hal, antara lain sikap mencintai kebenaran, sikap tidak buruk sangka, sikap murah hati dan tidak sombong, sikap toleran atau menghargai pendapat orang lain, sikap tidak mudah putus asa, sikap teliti dan hati-hati, sikap untuk mengembangkan rasa ingin tahu. Menurut Einstein, nilai pendidikan sains adalah kandungan nilai yang dapat memberi inspirasi atau idea untuk pemenuhan kebutuhan manusia dengan belajar dari prinsip-prinsip atau aturan-aturan yang berlaku dalam sains. Dengan demikian, nilai pendidikan ini bukan hanya menyangkut pendidikan mental sebagaimana disebutkan di atas, tetapi juga mencakup pendidikan teknik, pendidikan seni, dan pendidikan lainnya yang sifatnya meniru dari hukum alam menjadi hasil karya manusia.
5) Nilai praktis
22
Otib S.H, Metode Pengembangan Moral dan Nilai-nilai Agama, (Tangerang: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2005), h. 8.5
Nilai kemanfaatan dari suatu bahan ajar adalah dikaitkan dengan segi-segi praktis bagi kehidupan manusia. Bahan ajar dalam Biologi contohnya, banyak berkaitan dengan masalah kehidupan manusia, sehingga tidak disangsikan lagi memiliki banyak nilai kemanfaatannya.
Penilaian terhadap suatu nilai bergantung pada penangkapan atau keyakinan seseorang atas kebenaran yang diperoleh dari objek atau fenomena yang diamatinya atau dipelajarinya. Aspek penilaian terhadap suatu nilai, Krathwohl et.al (1964) dan Bloom et.al (1980) membaginya ke dalam tiga tingkatan, yaitu:23 1) Penerimaan suatu nilai (Acceptance of value) Pada tingkatan penerimaan ini, penekanannya mengarah kepada asalusul keberhasilan suatu objek, fenomena, dan perilaku yang diamatinya seperti: kepercayaan menjadi teman baik atau anggota kelompoknya. Dalam hal ini, sesuatu dipandang bernilai apabila seseorang setelah mengamatinya, dan mempelajarinya, kemudian ia bersikap meneriman atau menyetujui terhadap makna kandungan nilai-nilainya. 2) Pemilihan terhadap nilai (Preferensi for value) Pada tingkatan pemilihan nilai ini, seseorang berusaha menginginkan dan mengikuti nilai yang dianutnya untuk dapat melaksanakan nilai-nilai tersebut seperti: ia dapat mengungkapkan pandangan dan argumentasi dari suatu nilai objek yang dipelajarinya. 3) Keterikatan atau komitmen kepada nilai (Commitment) Tingkatan yang menunjukkan tampilan perilaku dari suatu nilai yang dipegangnya dan kemungkinan memperluas pengembangan dirinya terhadap nilai tersebut dan juga terhadap orang lain, seperti: ia dapat mengungkapkan prinsip-prinsip dalam hidupnya dan kehidupannya di masyarakat, berupa kepatuhannya terhadap sesuatu yang dianggapnya baik.
2. Hakikat Pendidikan Nilai a. Pengertian Pendidikan Nilai
23
Suroso Adi, op. cit, h. 49
Pendidikan nilai adalah penanaman dan pengembangan nilai-nilai dalam diri sesorang.24 Pendidikan tidak hanya mau mengembangkan ilmu, kerampilan, teknologi, tetapi juga ingin mengembangkan aspek-aspek lainnya seperti kepribadian, etik, moral dan lain-lain Dari sudut yang sempit, pendidikan nilai boleh ditakrifkan sebagai usaha yang eksplisit, sadar dan berpandukan kurikulum yang khusus untuk mengajar nilai. Pengajaran tersebut bertujuan untuk mengembangkan nilai yang sudah dimiliki oleh pelajar dan nilai lain yang dikenal pasti sebagai penting oleh pakar pendidik, dan membantu pelajar untuk membentuk kecenderungan bertindak sejajar dengan nilai yang mereka miliki. Dari sudut yang luas pula, pendidikan nilai merupakan satu konsep payung yang membabitkan pengalaman kurikulum biasa dan berbagai manifestasi kurikulum tersebut seperti pendidikan perwatakan, pendidikan moral, pendidikan keamanan, pendidikan kewarganegaraan, pendidikan sivik, pendidikan seks, pendidikan hak asasi manusia, pendidikan agama, perkembangan sosial, latihan nilai. 25 . Proses pendidikan nilai merupakan suatu proses yang terjadi dalam interaksi terus-menerus antara subyek-subyek pendidikan, baik peserta didik dengan pendidik, maupun antara peserta didik sendiri. Dalam proses ini anak didik dibantu mengadakan refleksi atas pengalaman-pengalaman hidup mereka.26Pendidikan nilai adalah upaya untuk mengembangkan potensi terdidik agar dirinya dapat menemukan nilai dalam arti memilah dan memilih, mengenal, menumbuhkan, memupuk, mengembangkan apa yang seharusnya ia hargai dan yang seharusnya tidak ia hargai.27 Tujuan pendidikan nilai secara global adalah mencapai manusia yang seutuhnya; menjadi manusia purnawan, jika menggunakan bahasa Driyarkara. Pendidikan nilai hendak mencapai manusia yang sehat; mencapai pribadi yang terintegrasi jika menggunakan bahasa Philomena Agudo. Integrasi pribadi memadukan semua bakat dan kemampuan daya manusia dalam kesatuan utuh 24
Kaswardi, op. cit, h. 3 Nik Azis Nik Pa, “Pengembangan Nilai dalam Pendidikan Matematik Cabaran dan Keperluan”, International Seminar on Development Value in Mathematics and Science Education, 3-4 August 2007, University of Malaya. p. 17 26 Kaswardi, op. cit, h. 75 27 Sa’dun Akbar, ”Pelakonan sebagai Pendekatan Unggulan dalam Pendidikan Nilai”, dalam Jurnal Pendidikan Nilai Tahun I, No. 2, Mei 1996, h. 70 25
menyeluruh. Pembawaan fisik, emosi, budi, dan rohani diselaraskan menjadi kesatuan harmonis.28 Pendidikan nilai bertujuan untuk mengukir akhlak melalui proses knowing the good, loving the good, and acting the good, yaitu proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik, sehingga akhlak mulia bisa terukir menjadi habit of the mind, heart, and hands. Dalam pembinaan akhlak, perhatian yang cukup besar hendaklah dberikan terhadap pendidikan akhlak anak-anak.29 Menurut Kaswardi terdapat 3 model pelaksanaan pendidikan nilai yang dianjurkan yaitu:30 1) Model pewarisan melalui pengajaran langsung atau semacam indoktrinasi. Kepada anak didik nilai disampaikan atau ditanamkan, bahkan sering dipompakan dengan pengulangan-pengulangan, latihan,dan pemaksaan secara mekanistik. 2) Model pengembangan kesadaran nilai yang disebut model penerangan nilai. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kesadaran nilai tidak bias diajarkan secara indoktrinasi. Nilai barulah nilai bila diketemukan oleh anak didik dan dialaminya sendiri. 3) Pengembangan nilai etika swatata. Anak didik tumbuh dan berkembang melalui tahap-tahap yang secara kualitatif berbeda satu sama lain.
b. Landasan Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran Sains Implementasi pendidikan nilai dalam pembelajaran sains memiliki landasan yang fundamental, yaitu: 1) Landasan filosofis, 2) Landasan agama, dan 3) Landasan sosio-kultural.31
1. Landasan Filosofis Indonesia memiliki falsafah Pancasila sebagai landasan idealnya, sehingga sistem pendidikan yang terselenggarakan harus berlandaskan
28
Krisnamukti, “Dari Non Vitae sed Scholae Discimus Menuju Non Scholae sed Vitae Discimus”, diambil dari www.krisnaster.blogspot.com, 1 Maret 2008. 29 “Pendidikan Nilai”, diambil dari http://diaz2000.multiply.com, 4 Maret 2008. 30 Kaswardi, op. cit, h. 77-78 31 Suroso Adi, op. cit, h. 53
nilai-nilai dalam Pancasila, yaitu sebagai berikut kelima sila dalam Pancasila. Pendidikan yang berlandaskan sila Ketuhanan YME, berarti dalam penyelenggaraan pendidikannya harus mengandung atau bermuatan nilai religius atau keagamaan. Pendidikan yang berlandaskan sila kemanusiaan yang adil dan beradab, berarti dalam penyelenggaraanya
harus
mengandung muatan nilai intelektual, nilai sosial dan nilai pendidikan kemanusiaan yang adil dan beradab pula. Pendidikan yang berlandaskan sila persatuan Indonesia, maka dalam penyelenggaraanya harus dapat menanamkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa. Pendidikan yang berlandaskan sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, maka dalam penyelenggaraan pendidikan yang berpedoman kepada kedua sila tersebut harus dapat menanamkan nilai-nilai sosial-politik yang berlaku dalam negara Indonesia.
2. Landasan Agama Indonesia adalah Negara yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sehingga bangsa Indonesia harus beragama, walaupun agama yang dianutnya berbeda-beda. Hal ini akan menjadi suatu keyakinan bahwa setiap individu menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan (Agama) yang mendambakan keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Setiap pemeluk agama akan meyakini bahwa sumber kebenaran utama dalam hidup adalah ajaran agamanya. Setiap ajaran Agama melarang pemeluknya berbuat jahat, dan selalu mengajurkan berbuat baik, yang berbeda adalah dalam hal syariat ibadahnya atau kegiatan ritual Agamanya.
3. Landasan Kultural (Budaya Bangsa) Bangsa Indonesia memiliki budaya atau adat-istiadat atai nilai-nilai luhur bangsa walaupun berbeda-beda memiliki kesamaan norma seperti sikap bergotong-royong, saling menghargai dan menghormati. Nilai-nilai luhur budaya ini harus dilestarikan sebagai khas bangsa timur yang memiliki tata sopan santun dalam hidup, bagaimana pergaulan anak dengan orangtuanya, hubungan antar sesamanya, maupun antar suku
bangsa yang kesemuanya menjunjung tinggi semangat “Bhineka Tunggal Ika”, walaupun berbeda-beda tetap satu satu sebagai bangsa Indonesia.
c. Pendekatan Penanaman Nilai dalam Pendidikan Sains Pendidikan nilai merupakan upaya eksplisit untuk mengajarkan nilainilai dan atau menilai. Superka, Ahrens dan Hedstrom (1976) menyatakan ada lima pendekatan dasar dalam pendidikan nilai-nilai: 32 1) Penanaman (inculcation). Sebagian besar pendidik yang memandang pendidikan nilai-nilai dari perspektif sosial atau cultural melihat nilai-nilai sebagai penerimaan standar atau aturan perilaku. Siswa menghubungkan nilai-nilai ini dengan sistem nilainya sendiri. 2) Perkembangan moral (moral development). Perspektif perkembangan moral yakni pemikiran moral berkembang dalam tahap-tahap melalui urutan spesifik. Pendekatan ini terutama berfokus pada nilai-nilai moral seperti: kejujuran, keadilan, persamaan dan martabat manusia, sendangkan nilai-nilai lain tidak dipertimbangkan. 3) Analisis (analysis). Pendekatanini menekankan pada pemikiran dan penalaran social (rational thingking and reasoning). Tujuan dari pendekatan anilisis ini untuk membantu siswa menggunakan pemikiran logis dan langkah-langkah penelitian ilmiah berkenaan dengan isu-isu nilai. 4) Klarifikasi nilai (value clarification). Fokus sentralnya adalah membantu siswa menggunakan pemikiran rasional maupun kesadaran emosionalnya untuk menguji pola-pola perilaku personal dan mengklarifikasi dan mengaktualisasikan nilai-nilainya. 5) Action learning. Nilai mencakup proses implementasi disamping pengembangan. Pendekatan ini terkait dengan upaya pendidik studi sosial yang menekankan pada pengalaman kerja yang didasarkan pada kemasyarakatan ketimbang pengalaman kerja ruang kelas. Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Metode yang digunakan dalam pendekatan penanaman nilai antara
32
Sutarno, op. cit, h. 54
lain: keteladanan, penguatan positif dan negatif, simulasi, permainan peranan, dan lain-lain.33 Strategi penanaman nilai dikenal sebagai strategi yang paling tua dalam pendidikan nilai. Cara yang sering digunakan dalam strategi ini adalah ceramah, teknik penguatan cerita, bernyanyi, atau permainan. Penggunaan strategi ini akan lebih efektif jika didahului oleh proses klarifikasi nilai secara bermakna.34 Salah satu model pengembangan kesadaran nilai yang kita kenal ialah model pewarisan lewat pengajaran langsung, atau semacam indoktrinasi. Kepada anak didik nilai-nilai disampaikan atau ditanamkan, bahkan sering dipompakan dengan pengulangan-pengulangan, latihan, dan pemaksaan secara mekanistik. Pengaruh yang negatif atau merugikan anak harus dicegah dari lingkungan anak. Di sini nilai-nilai moral yang ada dalam masyarakat dimengerti lebih sebagai kebajikan-kebajikan, seperti ketertiban, kejujuran, kesederhanaan, dan sebagainya, atau sebagai tindakan sosial yang positif.35 Menurut Nik Azis Pa, pendukung pendekatan pemupukan (penerapan) nilai membuat andaian bahwa terdapat satu set mutlak atau sejagat yang disetujui oleh masyarakat, dan nilai tersebut tidak berubah dan dapat digunakan dengan sewajarnya dalam semua keadaan. Pendekatan ini menganggap bahwa nilai sejagat berasal dari Tuhan atau terbit dari hukum alam semula jadi. Peranan guru adalah untuk memindahkan nilai sejagat ke dalam diri para pelajar dan memastikan mereka bertingkah laku selaras dengan nilai tersebut. Peranan pelajar pula adalah untuk menerima nilai sejagat yang diajar oleh guru tanpa perbincangan. 36 Menurut Rohaida, salah satu pendekatan untuk perkembangan nilai adalah dengan menanamkan nilai kepada siswa secara langsung, yang artinya guru memperkenalkan pemberian pertimbangan nilai dan berusaha untuk memasukannya ke dalam diri siswa. Nilai merupakan konsep yang sederhana dari bagaimana seharusnya suatu hal dan nilai-nilai tersebut mengakui seluruh 33
Trimo, “Pendekatan Penanaman Nilai dalam Pendidikan”, diambil dari Suciptoardi.wordpress.com, 20 Juni 2008. 34 Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2004), h. 183 35 Kaswardi, dkk., loc. cit, h. 77 36 Nik Azis Nik Pa, “Pengembangan Nilai dalam Pendidikan Matematik Cabaran dan Keperluan”, International Seminar on Development Value in Mathematics and Science Education, 3-4 August 2007, University of Malaya, p. 21
pertimbangan nilai yang kita buat dan kita terima atau kita tolak. Salah satu cara untuk menyakinkan siswa agar menerima pertimbangan nilai kita adalah dengan pemberian pendapat yang sama dengan pendapat kita kepada siswa. Dengan kata lain, mengubah keyakinan agar dapat mengubah sikap mereka, yang terkandung dalam nilai-nilai tersebut.37 Pendekatan penanaman nilai adalah pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Menurut Superka et al. (1976), tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan ini adalah: Pertama, diterimanya nilai-nilai sosial tertentu oleh siswa; Kedua, berubahnya nilai-nilai siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial yang diinginkan.38 Tujuan penanaman nilai kedalam pelajaran IPA, adalah karena sebagai instrumen
kunci
untuk
memajukan
ekonomi
dan
teknologi,
dan
pengembangan sumber daya manusia, IPA tidak dapat diajarkan tanpa berpedoman pada nilai. Inti dari efektivitas pendidikan IPA sebenarnya tidak hanya membekali siswa dengan ilmu pengetahuan tapi juga menunjukkan masalah ilmiah secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks masyarakat. Isi dari bahan yang ada harus diajarkan seperti dengan cara mereka mendapatkan sesuatu yang berhubungan untuk mendiskusikan, mengembangkan dan memperkuat nilai.39
3. Metode dalam Pendidikan Nilai Dalam pembelajaran
yang menerapkan pendidikan nilai,
metode
mempunyai peranan penting. Metode di sini adalah bagaimana cara menyajikan materi ajar agar dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa secara jelas. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode ceramah bermakna. Ciri dari metode ceramah bermakna yaitu guru mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berpikir. Selain itu guru harus mempersiapkan pertanyaan yang akan diajukan dan juga mempertimbangkan dimana pertanyaan itu harus digunakan.40
37
Rohaida Moh. Saat, “The Role of Values in Science Education: Implication to Teacher Training”, International Seminar on Development Value in Mathematics and Science Education, 3-4 August 2007, University of Malaya. p. 6 38 Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta,2008), h. 61 39 Siow Heng Loke, “Values in Assesment in Science Education”, International Seminar on Development Value in Mathematics and Science Education, 3-4 August 2007, University of Malaya, p. 10 40 Mulyati Arifin, op. cit, h. 120
Dengan menggunakan metode ceramah bermakna, diharapkan pemahaman konsep siswa dapat lebih baik daripada hanya membaca dari buku ajar saja. Selain itu dapat meningkatkan pemahaman terhadap nilai-nilai sains yang terkandung dalam pelajaran kimia yang akan diberikan.
4. Pengertian Sikap dan Pembentukannya Dalam arti yang sempit sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental. Mengutip dari Bruno (1987), Muhibbin Syah menjelaskan bahwa sikap adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang lain atau berang tertentu. Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap sebagai suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu.41 Sikap didefinisikan sebagai kecenderungan dalam subyek menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu sebagai obyek yang baik atau tidak baik.42 Menurut Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1990), sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari, dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda-benda, kejadian-kejadian, atau makhluk hidup lainnya. Sekelompok sikap yang penting ialah sikap-sikap kita terhadap orang lain.43 Sikap diasumsikan sebagai pola mengadakan respons yang dimiliki, lebih tepat dipelajari seseorang. Sikap seseorang dapat diperoleh dan menghasilkan kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan.44 W.J. Thomas dalam Abu Ahmadi (1985), memberi batasan sikap sebagai suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan yang nyata ataupun yang mungkin akan terjadi di dalam kegiatan-kegiatan sosial.45 Dari definisi tentang sikap di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan suatu kesediaan untuk bereaksi dan melakukan tindakan yang merupakan reaksi terhadap sesuatu atau objek tertentu yang berasal dari dalam maupun luar dirinya.
41
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), h. 120 42 W.S Winkel, op.cit, h. 72 43 Ratna Wilis Dahar, op. cit, h. 140 44 Samuel Soeitoe, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 1982), h. 55 45 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Surabaya: pt. bina ilmu, 1985), h. 52
Sikap terhadap objek, gagasan, atau orang tertentu merupakan orientasi yang bersifat menetap dengan komponen-komponen sebagai berikut:46 a. Komponen kognitif Komponen kognitif terdiri dari seluruh kognisi yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap tertentu, fakta, pengetahuan, dan keyakinan tentang objek. b. Komponen afektif Komponen afektif menyangkut perasaan atau emosi seseorang terhadap objek, terutama penilaian. c. Komponen Perilaku Komponen perilaku terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap objek. Sikap menentukan jenis atau tabiat tingkah laku dalam hubungannya dengan perangsang yang relevan, orang-orang atau kejadian-kejadian. Dapat dikatakan bahwa sikap merupakan factor internal, tetapi tidak semua factor internal adalah sikap. Adapun cirri-ciri sikap adalah sebagai berikut:47 a. Sikap itu dipelajari (learnabilty) Sikap merupakan hasil belajar. Beberapa sikap dipelajari tidak sengaja tanpa kesadaran kepada sebagian individu. Barangkali yang terjadi adalah mempelajari sikap dengan sengaja bila individu mengerti bahwa hal itu akan membawa lebih baik (untuk dirinya sendiri), membantu tujuan kelompok, atau memperoleh sesuatu nilai yang sifatnya perseorangan. b. Memiliki kestabilan (stability) Sikap bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap dan stabil melalui pengalaman. c. Personal-sosietal significancy Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain dan juga antara orang dan barang atau situasi. d. Berisi kognisi dan affeksi Komponen kognisi daripada sikap adalah berisi informasi yang factual, misalnya: obyek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan. e. Approach-Avoidance directionality
46 47
David o. Sears, et. al., Psikologi Sosial, (Jakarta: Erlangga, 1999), h. 138 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: P.T Rineka Cipta, 1991), h. 171
Bila seseorang memiliki sikap yang favorable terhadap sesuatu obyek, mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila seseoran memiliki sikap yang unfavorable, mereka akan menghindarinya. Sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir, tetapi harus dipelajari selama perkembangan hidupnya. Karena itulah sikap selalu berubah-ubah dan dapat dipelajari. Sikap tidak semata-mata berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dengan suatu obyek. Proses pembentukan sikap berdasarkan teori insentif adalah proses menimbang baik-buruknya
berbagai kemungkinan posisi dan
kemudian
mengambil alternatif yang terbaik. Salah satu versi terkenal dari pendekatan insentif terhadap sikap adalah teori respons kognitif (Green-wald, 1968; Petty, 1981). Teori ini mengasumsikan bahwa seseorang memberi respons terhadap suatu komunikasi dengan beberapa pikiran positif atau negatif, dan bahwa pikiranpikiran ini sebaliknya menentukan apakah orang akan mengubah sikapnya sebagai akibat komunikasi atau tidak.48 Berdasarkan teori insentif tersebut, sikap tidak terbentuk dengan sendirinya, melainkan terbentuk akibat dari adanya interaksi serta komunikasi antar sesama manusia terhadap obyek tertentu. Interaksi tersebut akan mengubah sikap seseorang ke arah yang dia sukai. Ada banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap yang secara garis besar dibagi dua, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktorfaktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan sendiri, seperti selektifitas. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor-faktor pembentukan sikap yang terdapat dari luar diri seseorang, diantaranya: 49 a. Sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap. b. Kewibawaan orang yang mengemukakan sikap. c. Sifat orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut. d. Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap. e. Situasi pada saat sikap itu dibentuk. Bahan pelajaran, media dan sumber yang dipelajari oleh siswa, kesemuanya akan membentuk sikap siswa, sehingga guru harus bisa menyeleksi dan mengolah bahan dan sumber belajar siswa sehingga dapat mencapai hasil 48 49
David o. Sears, et. al., op. cit, h. 144 Zikri Neni, Diktat Psikologi Umum, (Jakarta, 2005), h. 97
belajar yang optimal. Sikap siswa yang positif sama dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Selain itu interaksi yang terjadi dalam proses belajar mengajar bisa membentuk sikap siswa.Hal ini dalam pendidikan dikenal sebagai bentuk kerjasama antar siswa maupun kerjasama antar siswa dengan guru, dimana siswa merupakan afiliasi dari kelompok belajar di dalam kelas. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa dalam
pembentukan
sikap
terdapat
faktor
intern
dan
ekstern
yang
mempengaruhinya. Pada kenyataannya faktor ekstern memiliki peranan yang lebih besar dalam mempengaruhi pembentukan sikap seseorang. Hal ini karena manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi dengan sesamanya sehingga dari interaksi tersebut akan membentuk sikap ke arah yang dia sukai.
5. Pengertian Reaksi Redoks Reaksi redoks banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, tetapi mungkin kita belum mengetahuinya. Kita sering melihat besi yang berkarat atau melihat peristiwa pembakaran. Peristiwa tersebut merupakan proses oksidasi. Cara kerja aki atau batu baterai juga dengan reaksi redoks. Keduanya merupakan contoh benda yang pemakaiannya menggunakan prinsip redoks. Reaksi oksidasi-reduksi yang dikenal dengan reaksi redoks diawali dengan mengaitkan reaksi suatu zat dengan oksigen. Konsep redoks kemudian berkembang menjadi reaksi yang melibatkan elektron (menangkap dan melepaskan elektron). Seiring berjalannya waktu dan perkembangan ilmu pengetahuan, konsep redoks berkembang menjadi suatu reaksi yang mengalami perubahan bilangan oksidasi. Reaksi redoks merupakan dua reaksi yang tidak dapat dipisahkan. Hal itu disebabkan reaksi reduksi dan oksidasi merupakan reaksi yang berlangsung secara bersamaan dalam suatu reaksi. Pada umumnya jika pada suatu reaksi terjadi reaksi reduksi maka secara bersamaan terjadi reaksi oksidasi, atau disingkat reaksi redoks. Perkembangan reaksi redoks dibagi menjadi tiga tahap, diantaranya adalah: 1) Konsep reaksi redoks dihubungkan dengan oksigen
Dahulu, pengertian reaksi oksidasi hanya terbatas pada reaksi suatu zat dengan oksigen. Secara harfiah kata ”oksidasi” berarti ”pengoksigenan”. Contoh dari reaksi redoks: CH4 + 2 O2
CO2 + 2 H2O
Reaksi pembakaran metana (CH4) yang disertai dengan penangkapan oksigen, disebut reaksi oksidasi. Terjadinya perkaratan besi (penangkapan oksigen oleh serbuk besi) disebur reaksi oksidasi.
2) Konsep reaksi redoks dihubungkan dengan pertukaran elektron Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan suatu penemuan baru bahwa reaksi oksidasi dan reduksi tidak hanya reaksi-reaksi yang melibatkan oksigen, tetapi ditemukan juga reaksi redoks yang melibatkan elektron atau berdasarkan elektronegativitas, baik menangkap atau melepaskan elektron. Dengan kata lain reaksi dapat berlangsung dengan menangkap atau melepaskan elektron berdasarkan harga elektronegatifitas unsur-unsurnya. Contoh 1: Mg2+ + 2 O2-
MgO
Contoh 2: Mg2+ + 2 Cl-
MgCl2
Pada persamaan reaksi di atas, jika ditinjau dari konsep reaksi redoks berdasarkan penggabungan dan pelepasan oksigen persamaan reaksi pada contoh 1 termasuk reaksi oksidasi, tetapi persamaan reaksi pada contoh 2 tidak termasuk reaksi oksidasi. Padahal, magnesium (Mg) dalam kedua reaksi tersebut mengalami hal yang sama yaitu melepas dua elektron. Jadi, pengertian oksidasi reduksi yang dikaitkan dengan oksigen terlalu sempit sehingga perlu definisi yang lebih luas. Oleh karena itu para ahli meninjau dari ikatan kimianya, yaitu berdasarkan serah terima elektron. Konsep redoks berdasarkan pelepasan dan penerimaan elektron ini dapat diterapkan untuk reaksi-reaksi yang tidak melibatkan oksigen. Reaksi oksidasi berkaitan dengan lepasnya elektron suatu zat, sedangkan reaksi reduksi berkaitan dengan penerimaan elektron oleh suatu zat. Dengan demikian, semua proses kimia
yang disertai pelepasan dan penerimaan elektron termasuk ke dalam reaksi oksidasi dan reduksi.
3) Konsep reaksi redoks dihubungkan dengan bilangan oksidasi (biloks) Konsep reaksi redoks berdasarkan pada penangkapan dan pelepasan elektron tidak cukup untuk menjelaskan reaksi reduksi oksidasi yang ada. Itu disebabkan kebanyakan dalam reaksi tidak jelas apakah terjadi perpindahan elektron atau tidak, seperti pada reaksi di bawah ini: H2 + Cl2 0
0
2 HCl +1 -1
Reaksi antara gas hidrogen (H2) dan gas klor (Cl2) tidak melibatkan elektron, tetapi terjadi berdasarkan adanya ikatan kovalen dua unsur yang bereaksi. Dari sini muncullah konsep reaksi redoks ketiga yang dihubungkan dengan biloks, karena pada kenyataannya tidaklah cukup menjelaskan konsep redoks dengan teori yang ada. Konsep reaksi oksidasi-reduksi yang terjadi pada reaksi tersebut dikenal dengan reaksi redoks berdasarkan konsep bilangan oksidasi. Bilangan oksidasi didefinisikan sebagai muatan imajiner suatu atom dalam senyawa jika didistribusikan elektron di sekitar atom tersebut yang diperhitungkan berdasarkan nilai elektronegativitas. Secara sederhana, bilangan oksidasi diartikan sebagai muatan yang seolah-olah dimiliki oleh suatu atom. Bilangan oksidasi disingkat biloks.
6. Nilai-nilai Sains dalam Konsep Redoks Konsep Redoks adalah salah satu konsep dalam kimia yang dapat memberikan pemahaman tentang nilai-nilai sains yang terkandung dalam pembelajaran Kimia. Nilai-nilai sains tersebut mencakup nilai praktis, nilai intelektual, nilai sosialpolitik-ekonomi, dan nilai religius. 1) Nilai Praktis Nilai kemanfaatan dari suatu bahan ajar adalah dikaitkan dengan segi-segi praktis bagi kehidupan manusia. Sains berkembang pesat dikarenakan banyaknya nilai praktis (manfaat) bagi manusia. Nilai-nilai praktis inilah yang biasanya diajarkan guru dalam memotivasi belajar siswa. Nilai-nilai praktis tersebut
diketahui siswa setelah melalui proses pembelajaran yang mengkaitkan materi yang diajarkan dengan manfaat dari mempelajari materi tersebut. Berkaitan dengan manfaat sains tersebut, reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari terjadi pada penggunaan bensin atau solar pada kendaraan bermotor. Pada peristiwa tersebut terjadi reaksi pembakaran karbon yang terkandung dalam bensin oleh oksigen yang selanjutnya dihasilkan karbondioksida. Selain itu reaksi redoks juga terjadi pada fotosintesis tumbuhan, dan pada waktu isi ulang air aki .Reaksi redoks juga terjadi pada kembang api yang meledak. Nyala kembang api yang berwarna-warni ditimbulkan oleh reaksi oksidasi yang berlangsung cepat. Penerapan konsep redoks juga terjadi pada perlindungan katodik pada besi. Untuk mencegah korosi pada pipa yang ditanam dalam tanah dapat dilakukan perlindungan katodik. Pipa besi dihubungkan dengan magnesium, sehingga pipa besi bertindak sebagai katoda (pengoksidasi) dan magnesium sebagai anoda (pereduksi). Dalam hal ini magnesium akan teroksidasi (berkarat) sedangkan besi tidak. Untuk mencegah perkaratan, dapat juga dilakukan pengecatan pada benda yang terbuat dari besi untuk menghindari reaksi antara besi dengan oksigen dan uap air.
2) Nilai Intelektual Nilai intelektual adalah kandungan nilai yang mengajarkan kecerdasan seseorang dalam menggunakan akalnya untuk memahami sesuatu dengan tidak mempercayai tahayul atau kebenaran mitos, tetapi agar lebih kritis, analitis, dan kreatif terhadap pemecahan suatu masalah. Nilai intelektual dalam diri siswa dapat dilihat dari wawasannya tentang konsep redoks secara luas dan mendalam. Contoh nilai intelektual yang terdapat dalam konsep redoks adalah pada peristiwa oksidasi pada saat perkaratan besi. Besi mudah bereaksi dengan oksigen dan uap air menghasilkan senyawa yang mengandung oksigen (Fe2O3. 2 H2O) yang disebut karat. Reaksi oksidasi terjadi pada saat kita melakukan respirasi, dimana glukosa dalam karbohidrat yang kita dapat dari makanan dioksidasi oleh oksigen sehingga menghasilkan energi serta karbondioksida. Buah apel yang sudah digigit tidak boleh dibiarkan di udara terbuka terlalu lama karena akan teroksidasi sehingga berwarna coklat dan akhirnya membusuk. Karena itu, biasanya pada makanan kemasan ditambahkan zat antioksidan di
dalamnya untuk menghambat terjadinya reaksi oksidasi yang dapat merusak makanan.
3) Nilai Religius Nilai religius adalah nilai yang dapat membangkitkan kesadaran akan keberadaan Tuhan di alam sebagai Sang Maha Pencipta dan sifat-sifat Tuhan lainnya. Dalam pencarian hukum alam akan ditemukan bahwa sesuatu itu ada dengan sendirinya yang ilmu pengetahuan sulit untuk menjelaskannya seperti masalah energi, masalah hidup, bentuk atom, dan lainnya. Kegiatan-kegiatan menemukan hukum alam pada dasarnya menemukan adanya Sang Pencipta yang mengendalikan berbagai peristiwa di alam. Para ilmuan tidak akan tertaik menemukan hukum-hukum alam, jika mereka tidak menyadari akan adanya aturan alam ini. Berbagai tanda alam ditunjukkan dalam Al Quran, seperti: “ Dia yang menurunkan air dari langit (awan), kemudian Kami tumbuhkan dengan air itu bermacam-macam tumbuhan, kemudian Kami keluarkan daripadanya daun-daun yang menghijau, Kami keluarkan daripadanya biji-bijian yang bersusun-susun dari mayang pohon kurma. (Kami keluarkan) buah kurma dengan tangkainya yang berdekatan dan lagi (Kami tumbuhkan) kebun-kebun dari pokok-pokok anggur,zaitun dan delima, yang seupa dan tak serupa. Kamu perhatikanlah buahnya, bila ia berbuah dan buahnya yang telah masak. Sesungguhnya yang demikian itu menjadi tanda-tanda bagi kaum yang mau beriman.“ (Q.S Al An’am: 99) Nilai religius terdapat dalam konsep redoks secara eksplisit yang dapat kita kaji pada setiap reaksi redoks. Seluruh kejadian di alam ini sudah diatur oleh Tuhan sehingga berjalan dengan semestinya dan menurut ukurannya masingmasing. Contoh yang dapat kita ambil adalah pada reaksi fotosintesis. Pada reaksi tersebut, Tuhan telah mengatur agar tumbuhan hijau dapat melakukan proses fotosintesis tanpa melalui proses berpikir terlebih dahulu. Selain itu, pada proses respirasi manusia Tuhan juga telah mengatur terjadinya reaksi tersebut tanpa kita harus menyuruh anggota tubuh kita untuk melakukannya. Terjadinya karat pada besi juga terjadi atas dasar kehendak Tuhan yang telah menciptakan besi dengan sifatnya yaitu dapat berkarat bila terkena air dan udara secara langsung.
Pada reaksi redoks terjadi kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi unsur yang terlibat di dalamnya. Pelajaran yang dapat kita peroleh dari hal tersebut adalah bahwa kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi dapat kita hubungkan dengan keimanan kita yang terkadang naik dan terkadang turun. Sehingga kita harus senantiasa melakukan perbuatan baik dan menjalankan perintah Tuhan agar keimanan kita selalu terjaga dengan baik. Dari sekian banyak manfaat reaksi redoks bagi kehidupan manusia, kita harus menyadari bahwa hal itu merupakan tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Tuhan bagi hamba-Nya di dunia agar kita beriman kepada-Nya. 4) Nilai sosial-ekonomi-budaya Nilai sosial berorientasi kepada berbagai bentuk hubungan social. Sedangkan nilai ekonomi dipahami bahwa temuan dari sains dapat digunakan untuk memproduksi sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat. Nilai budaya berkaitan dengan perkembangan IPTEK yang dapat memberi umpan balik kepada perkembangan budaya manusia. Pada mekanisme serah terima elektron, atom yang mengalami oksidasi melepaskan elektron kulit terluarnya, kemudian elektron tersebut ditangkap oleh atom lain. Atom yang menangkap elektron ini dikatakan mengalami reduksi. Hal ini dapat di hubungkan dengan sikap kita dalam bermasyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat, kita harus peduli terhadap sesama. Jika kita memiliki kelebihan harta, maka sebaiknya kita menolong orang yang tidak mampu dan memberikan sebagian rizki kita kepada mereka yang membutuhkan. Dengan begitu kehidupan kita menjadi lebih bermakna. Pemanfaatan reaksi redoks pada perlindungan katodik dapat menghasilkan nilai ekonomis yang tinggi. Dengan dilakukannya perlindungan katodik, maka perkaratan pada pipa besi dapat dicegah dan perkaratan hanya terjadi pada magnesium yang ditanam. Hal ini akan mengurangi biaya penggantian pipa besi sehingga menghemat pengeluaran. Konsep pengikatan dan pelepasan oksigen mengandung pelajaran yang penting dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini terkait dengan perntingnya keberadaan oksigen terhadap berlangsungnya reaksi oksidasi. Berlangsungnya reaksi oksidasi hanya dapat berjalan jika suatu atom mengikat oksigen sehingga terjadi reaksi pembakaran oleh oksigen tersebut. Peranan oksigen pada reaksi
oksidasi dapat diumpamakan dengan pentingnya bekerjasama dalam kehidupan bermasyarakat. Jika kita menghendaki masyarakat yang maju dan sejahtera, maka kita harus mempererat kerjasama antara elemen masyarakat. Konsep kenaikan bilangan oksidasi mengajarkan kepada kita untuk berusaha menjadi lebih baik dari sebelumnya dan bermanfaat bagi masyarakat. Pada subkonsep tata nama senyawa, kita telah mengetahui bahwa berbagai jenis senyawa kimia memiliki nama-nama yang berbeda-beda, tergantung dari biloks unsur atau senyawa penyusunnya. Hal ini dapat dikaitkan dengan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan budaya tetapi tetap satu bangsa. Keragaman tersebut harus kita hargai untuk menjaga kerukunan antar suku bangsa di Indonesia.
H. Hasil Penelitian yang Relevan Pada penelitian yang dilakukan oleh Intan Nuridian yang berjudul “Pengaruh Integrasi Nilai-nilai Akhlak dalam Pembelajaran Kimia terhadap Sikap Siswa” diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang positif integrasi nilai-nilai akhlak dalam pembelajaran kimia terhadap sikap siswa.
I. Kerangka Berpikir Sekolah sebagai salah satu lembaga yang menangani pendidikan, bertugas mengembangkan
dan
menumbuhkan
daya
penilaian
yang
benar.
Selain
mempersiapkan anak didik untuk menghadapi kemajuan jaman dengan bekal ilmu pengetahuan akademik, sekolah juga harus memperhatikan aspek sikap dalam tujuan pembelajarannya sehingga selaras dengan nilai-nilai yang terkandung dalam materi pelajaran di sekolah. Guru sebagai pendidik harus menggunakan pendekatan dan metode pengajaran yang tepat untuk mencapai hasil belajar serta sikap yang selaras dengan nilai-nilai tersebut. Pendekatan penanaman nilai dalam pendidikan nilai merupakan pendekatan yang tepat dalam mentransformasikan nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan IPA khususnya Kimia. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang dapat memberikan suasana baru dalam proses pembelajaran di sekolah.
Pada pendekatan penanaman nilai (inculcation approach), guru dapat memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Tujuan penanaman nilai kedalam pelajaran IPA, adalah karena sebagai instrumen kunci untuk memajukan ekonomi dan teknologi, dan pengembangan sumber daya manusia, IPA tidak dapat diajarkan tanpa berpedoman pada nilai. Inti dari efektivitas pendidikan IPA sebenarnya tidak hanya membekali siswa dengan ilmu pengetahuan tapi juga menunjukkan masalah ilmiah secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks masyarakat. Penerapan pendidikan nilai dengan pendekatan penanaman nilai dapat merangsang siswa untuk berpikir dan bersikap positif. Pendekatan ini dapat meningkatkan daya pikir siswa dalam menghubungkan antara materi pelajaran IPA dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Peranan guru adalah untuk menanamkan nilai-nilai sains ke dalam diri para siswa dan memastikan mereka bertingkah laku selaras dengan nilai tersebut. Dengan kata lain, mengubah keyakinan agar dapat mengubah sikap mereka sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pelajaran IPA. Berkaitan dengan hal tersebut, kiranya perlu dilakukan penelitian tentang penerapan pendidikan nilai dalam pembelajaran Kimia pada konsep Redoks.
J. Perumusan Hipotesis H0 : Pendekatan penanaman nilai tidak memberikan pengaruh positif terhadap sikap siswa SMA tentang nilai-nilai sains. H1 : Pendekatan penanaman nilai memberikan pengaruh positif terhadap sikap siswa SMA tentang nilai-nilai sains.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA 58 Jakarta kelas X semester genap tahun pelajaran 2008/2009. Waktu yang peneliti gunakan untuk mengadakan penelitian ini pada bulan Fabruari tahun 2009.
B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode pre-eksperimen dengan desain “One-Group Pretest-Postest”.50 Adapun rancangan penelitian dinyatakan sebagai berikut: Pretes
Kelas Eksperimen
: O1
Perlakuan
X
Postes
O2
Keterangan : X
: pembelajaran
dengan pendekatan penanaman nilai
O1
: sikap
siswa sebelum diberikan perlakuan
O2
: sikap
siswa setelah diberikan perlakuan
C. Subyek Penelitian Adapun yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMA 58 Jakarta kelas X-G tahun pelajaran 2008/2009. Terkait dengan jumlah siswa, yaitu 30 siswa di kelas X-G sebagai kelas eksperimen.
D. Prosedur Penelitian 1. Memilih Pendekatan dan Metode Ada 5 alternatif pendekatan dalam pendidikan nilai, yaitu pendekatan penanaman nilai, pendekatan klarifikasi nilai, analisis nilai, perkembangan moral, dan pendekatan pembelajaran berbuat. Pada penelitian ini dipilih pendekatan penanaman nilai karena dalam pendekatan tersebut guru berperan dalam mentransformasikan nilai-nilai sains, 50
Sumanto, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Yogyakarta: Andi Offset, 1990), h. 88
yaitu nilai religius, nilai intelektual, nilai praktis, dan nilai sosial ke dalam diri para siswa dan mengarahkan mereka bertingkah laku selaras dengan nilai tersebut. Selanjutnya peneliti memilih metode yang akan digunakan, yaitu metode ceramah bermakna. Dengan demikian kegiatan belajar mengajar menjadi bermakna bagi siswa.
2. Memilih Konsep Konsep yang dipilih pada penelitian ini adalah konsep Redoks, karena untuk menggunakan pendekatan penanaman nilai diperlukan sumber yang relevan.
3. Mengembangkan Materi dan Tujuan. Guru menetapkan tujuan pembelajaran berdasarkan indikator keberhasilan dalam silabus dan penilaian KTSP.
4. Merencanakan Waktu dan Tempat Guru mengalokasikan pembagian waktu dan merencanakan penggunaan ruang untuk kegiatan pembelajaran yang ditulis dalam Skenario Pembelajaran.
5.
Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Guru membelajarkan siswa sesuai dengan skenario pembelajaran yang
sudah dibuat. Di kelas yang sudah ditentukan diterapkan pendekatan penanaman nilai dengan metode ceramah bermakna.
6. Mengumpulkan Data Lapangan Melakukan tes akhir untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan dan sikap siswa setelah pembelajaran dengan pendekatan penanaman nilai pada konsep Redoks.
7. Evaluasi dan pengambilan kesimpulan
a. Menganalisis data tes pengetahuan dan skala sikap b. Menarik kesimpulan
E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah tes pengetahuan dan skala sikap. Tes pengetahuan kognitif berupa tes objektif pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban untuk memperoleh data tentang pengetahuan siswa terhadap materi yang diajarkan. Sedangkan skala sikap diukur dengan menggunakan angket berupa pertanyaan dengan lima kategori jawaban untuk memperoleh data tentang sikap terhadap nilai-nilai sains. Skala ini diberikan kepada siswa setelah melaksanakan pembelajaran. Prosedur pelaksanaan metode rating didasari oleh asumsi berikut:51 1. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai termasuk pernyataan yang favorable atau pernyataan yang tak favorable. 2. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap negatif
Penetapan skor dari skala sikap siswa adalah sebagai berikut: Sifat Pertanyaan
SS
S
TT
TS
STS
Positif
4
3
2
1
0
Negatif
0
1
2
3
4
Sebelum instrumen ini digunakan terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk mengetahui persyaratan validitas dan reliabilitas instrumen.
1. Validitas Instrumen Penelitian.
51
Saifudin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), cet. VII, h. 140
Validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan.52 Dalam hal ini validasi isi skala sikap dilakukan berdasarkan pertimbangan (judgement) dari dosen yang berkompeten di bidang pendidikan.
F. Hipotesis Statistik Hipotesis yang digunakan yaitu: H0 : µa = µb H1 : µa < µb Keterangan : µa = rata-rata sikap siswa pre angket µb = rata-rata sikap siswa post angket
G. Teknik Analisis Data 1. Analisis Data Kuantitatif 1. Uji persyaratan analisis Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian persyaratan analisis, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors karena data yang digunakan berskala nominal dengan taraf signifikan α = 0,05. Langkah-langkah pengujian normalitas dengan Liliefors adalah sebagai berikut :53
a. Hipotesis H0 = data berdistribusi normal H1 = data berdistribusi tidak normal b. Menentukan harga L0 1) Data x1, x2, …., xn dijadikan bilangan baku z1, z2,…, zn dengan menggunakan rumus : 52 53
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2002), cet. III, h. 65 Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Penerbit TARSITO, 2002), h. 466-467
__
Xi − X Zi = s Keterangan : Zi = bilangan baku Xi =data X = rata-rata data S = simpangan baku
2) Setiap bilangan baku dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, dihitung peluangnya F (zi) = P (z ≤ zi) 3) Menghitung proporsi z1, z2,…, zn yang lebih kecil atau sama dengan zi, dinyatakan oleh S (zi). S(zi) =
n Banyaknya z1, z2,…, zn yang ≤ zi
4) Hitung selisih F (zi) - S (zi), kemudian tentukan harga mutlaknya.
c. Menentukan harga Ltabel Ltabel diperoleh dari tabel uji Liliefors, untuk n > 30 dan taraf signifikan α = 0,05 menggunakan rumus Ltabel =
0,886 n
d. Kriteria pengujian H0 diterima jika L0 < Ltabel Pengujian homogenitas menggunakan uji-F dengan taraf signifikan α = 0,05, dengan menggunakan rumus :54
Fhitung =
σ x2 σ y2
Keterangan : σx2 = varians yang lebih besar σy2 = varians yang lebih kecil 54
Subana, dkk, Statistik Pendidikan, (Bandung: Penerbit Pustaka Setia, 2005), cet. II, h. 171
2.
Uji Hipotesis Penelitian Hipotesis diuji menggunakan uji-t dengan rumus :55
t=
Md ( Σd ) 2 n n (n − 1)
Σd 2 −
Keterangan : Md = rata-rata dari gain antara tes akhir dan tes awal d = gain (selisih) skor tes akhir terhadap tes awal setiap subjek n = jumlah subjek
2. Analisis Data Kualitatif.
1) Persentase Angket Sikap Setelah angket sikap dilakukan serangkaian uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas, dan juga uji-t untuk menguji hipotesis yang digunakan. Selanjutnya, angket sikap diolah dengan metode deskriptif dengan aturan likert dan dipersentasikan dengan rumus:56 NP (%) =
R x 100% M
Keterangan:
55
NP
= Nilai persen yang dicari dan diharapkan
R
= Skor mentah yang diperoleh siswa
SM
= Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100
= Bilangan tetap
Ibid, h. 132 Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002) Cet. XI, h. 102 56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Hasil Pre Angket Sikap Siswa tentang Nilai-nilai Sains
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian mengenai angket sikap siswa tentang nilai-nilai sains dari 30 siswa yang dijadikan sebagai subjek penelitian diperoleh nilai terendah 77 dan tertinggi 107, nilai rata-rata (mean) sebesar 94,067; median sebesar 95,5; modus sebesar 99; simpangan baku sebesar 7,253. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan histogram di bawah ini.
Tabel 4.1 . Distribusi Pre Angket Sikap Siswa tentang Nilai-Nilai Sains
Kelas Interval 77-81 82-86 87-91 92-96 97-101 102-107
Frekuensi
No. 1 2 3 4 5 6
Xi 79 84 89 94 99 104.5 Jumlah
Batas Nyata 76,5 – 81,5 81,5 – 86,5 86,5 – 91,5 91,5 – 96,5 96,5 – 101,5 101,5 – 107,5
f 1 4 5 7 10 3 30
f% 3,3 13,3 16.7 23.3 33.3 10 100
12 10 8 6 4 2 0 76,5 – 81,5
81,5 – 86,5
86,5 – 91,5
91,5 – 96,5
96,5 – 101,5
101,5 – 107,5
Batas Nyata
Gambar 4.1. Histogram Distribusi Pre Angket Sikap Siswa tentang Nilai-Nilai Sains
Berdasarkan tabel dan grafik histogram di atas, terlihat bahwa skor pada interval 97-101 merupakan rentang skor yang paling banyak diperoleh siswa yaitu sebesar 33,3 %. Skor rata-rata siswa sebesar 94,067. Siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 53,3%. Sedangkan siswa yang mendapat skor di bawah rata-rata sebanyak 46,7 %.
2.
Hasil Post Angket Sikap Siswa tentang Nilai-nilai Sains
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian mengenai angket sikap siswa tentang nilai-nilai sains dari 30 siswa yang dijadikan sebagai subjek penelitian diperoleh nilai terendah 92 dan tertinggi 132, nilai rata-rata (mean) sebesar 122,13; median sebesar 90,2; modus sebesar 82,7; simpangan baku sebesar 7,8 dan varians 62,10. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan histogram di bawah ini. Tabel 4.2 Distribusi Post Angket Sikap Siswa tentang Nilai-Nilai Sains
No. 1 2 3 4 5 6
Kelas Interval 92-98 99-105 106-112 113-119 120-126 127-133
Xi 95 102 109 116 123 130 Jumlah
Batas Nyata 91,5-98,5 98,5-105,5 105,5-112,5 112,5-119,5 119,5-126,5 126,5-133,5
f 1 1 3 3 11 11 30
f% 3.3 3.3 10.0 10.0 36.7 36.7 100
12 Frekuensi
10 8 6 4 2 0 91,598,5
98,5105,5
105,5112,5
112,5119,5
119,5126,5
126,5133,5
Batas Nyata
Gambar 4.2. Histogram Distribusi Post Angket Sikap Siswa tentang Nilai-Nilai Sains
Berdasarkan tabel dan grafik histogram di atas, terlihat bahwa skor pada interval 120-126 dan 127-133 merupakan rentang skor yang paling banyak diperoleh siswa yaitu masing-masing sebesar 36,7 %. Skor rata-rata siswa sebesar 122,13. Siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 83,4 % pada interval kelas nomor 5,6 dan 7. Sedangkan siswa yang mendapat skor di bawah rata-rata sebanyak 16,6 % yaitu pada interval kelas nomor 1,2, dan 3 .
B. Analisis Data 1.
Analisis Data Kuantitatif. a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari subjek penelitian berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji Lilliefors. Kriteria uji normalitas adalah Ho diterima jika Lhitung < Ltabel dan jika Lhitung > Ltabel maka Ho ditolak. Dengan diterimanya Ho berarti data berasal dari populasi berdistribusi normal, sedangkan jika Ho ditolak berarti data penelitian berasal dari populasi berdistribusi tidak normal. Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Pre dan Post Angket Sikap Siswa
Statistik
Pre (Sebelum)
Post (Sesudah)
N
30
30
Χ
94,067
122,13
S
7,13
9,61
Lhit
0,029
0,130
Ltab
0,161
0,161
Kesimpulan
Data Berdistribusi
Data Berdistribusi Normal
Normal
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05), berdasarkan tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian berdistribusi normal karena memenuhi kriteria L0 < Ltab.
b. Uji Homogenitas
Setelah subjek penelitian berdistribusi normal, kemudian mencari nilai homogenitasnya. Nilai homogenitas dicari menggunakan Uji Fisher. Kriteria pengujian pada Uji F, yaitu: subjek penelitian dinyatakan homogen apabila Fhit < Ftab yang diukur pada taraf signifikansi 95% (α = 0,05). Hasil uji homogenitas subjek penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini dan perhitungan lengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas
Statistik N
30
∑ (Xi – X)2 preangket
1525,867
∑ (Xi – X)2 posangket
2771,467
SX2
52,616
Sy2
95,567
F hit
1,816
F tab
1,84
Kesimpulan
Homogen
Berdasarkan tabel 4.4 pengujian homogenitas yang dilakukan pada taraf signifikansi 95% (α = 0,05) dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian adalah homogen karena memenuhi kriteria Fhit < Ftab..
c. Pengujian Hipotesis
Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh positif pada pendekatan penanaman nilai terhadap sikap siswa tentang nilai-nilai sains.
Tabel 4.5 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Pre dan Post Angket
Statistik
Pre (Sebelum)
Post (Sesudah)
N
30
30
X
94,067
122,13
Md
28,067
thitung
9,9
ttabel
1,699
Kesimpulan
Berpengaruh Positif
Dari Hasil analisis data yang menggunakan statistik uji “t” diperoleh nilai thitung = 9,9, sementara pada taraf signifikansi 95% (α = 0,05) pada derajat kebebasan (dk) = 29, didapat ttabel = 1,699 ; karena thitung > ttabel maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
(9,9 > 1,699)
perbedaan yang
signifikan raihan skor sikap siswa antara pre angket dan pos angket, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif pendekatan penanaman nilai terhadap sikap siswa tentang nilai-nilai sains.
2.
Analisis Data Kualitatif.
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebelum (pre) di terapkan pendekatan penanaman nilai, pengetahuan tentang peristiwa di alam yang melibatkan reaksi redoks menghasilkan persentase rata-rata 71,24 %, kesadaran bahwa Tuhan pengatur segala urusan menghasilkan persentase ratarata 74,16 %, kesadaran bahwa Ilmu pengetahuan berhubungan dengan keimanan menghasilkan persentase rata-rata sebesar 63,54 %, kesadaran tentang kekuasan dan kebesaran Tuhan menghasilkan persentase rata-rata sebesar 80,84 %, kesadaran bahwa dalam hidup ini harus bekerjasama dan tolong-menolong dalam kebaikan menghasilkan persentase rata-rata sebesar 79,46 %, kesadaran bahwa manusia diberikan potensi dan kemampuan yang berbeda-beda menghasilkan persentase rata-rata sebesar 66,67 %, kesadaran bahwa konsep redoks memiliki nilai ekonomis yang tinggi menghasilkan persentase rata-rata sebesar 65,83 %, kesadaran menghargai keragaman budaya Indonesia menghasilkan persentase rata-rata sebesar 60 %, pengetahuan bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki manfaat dan kegunaan bagi makhluk hidup menghasilkan persentase rata-rata sebesar 62,38 %. Tabel 4.6 Persentase Pre Angket Sikap Siswa No Aspek 1. Nilai Intelektual: 2. Nilai Religius
3.
Nilai sosialekonomibudaya
Indikator - Pengetahuan tentang peristiwa di alam yang melibatkan reaksi redoks - Kesadaran bahwa Tuhan pengatur segala urusan. Q.S Al Baqarah: 255 - Kesadaran bahwa Ilmu pengetahuan berhubungan dengan keimanan. Q.S Ar Rahman: 33-34, Al Imran: 18 - Kesadaran tentang kekuasan dan kebesaran Tuhan terhadap alam raya. Q.S Ar Ra’du: 14, An Naml: 60 Nilai sosial: - Kesadaran bahwa dalam hidup ini harus bekerjasama dan tolong-menolong dalam kebaikan - Kesadaran bahwa manusia diberikan potensi dan kemampuan yang berbeda-beda Nilai ekonomi: - Kesadaran bahwa konsep redoks memiliki nilai ekonomis yang tinggi Nilai Budaya/ kebangsaan:
Persentase (%) 71,24
74,16 63,54
80,84
79,46
66,67
65,83
4.
Nilai praktis
- Kesadaran menghargai keragaman budaya Indonesia - Pengetahuan bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki manfaat dan kegunaan bagi makhluk hidup
60 62,38
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa setelah (post) di terapkan pendekatan penanaman nilai, pengetahuan tentang peristiwa di alam yang melibatkan reaksi redoks menghasilkan persentase rata-rata 95,71 %, kesadaran bahwa Tuhan pengatur segala urusan menghasilkan persentase ratarata 93,95 %, kesadaran bahwa Ilmu pengetahuan berhubungan dengan keimanan menghasilkan persentase rata-rata sebesar 84,79 %, kesadaran tentang kekuasan dan kebesaran Tuhan menghasilkan persentase rata-rata sebesar 91,67 %, kesadaran bahwa dalam hidup ini harus bekerjasama dan tolong-menolong dalam kebaikan menghasilkan persentase rata-rata sebesar 99,37 %, kesadaran bahwa manusia diberikan potensi dan kemampuan yang berbeda-beda menghasilkan persentase rata-rata sebesar 83,33 %, kesadaran bahwa konsep redoks memiliki nilai ekonomis yang tinggi menghasilkan persentase rata-rata sebesar 96,67 %, kesadaran menghargai keragaman budaya Indonesia menghasilkan persentase rata-rata sebesar 82,92 %, pengetahuan bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki manfaat dan kegunaan bagi makhluk hidup menghasilkan persentase rata-rata sebesar 80,23 %. Selisih persentase rata-rata sesudah dan sebelum pembelajaran dengan pendekatan penanaman nilai menunjukkan peningkatan sikap siswa. Pada indikator pengetahuan tentang peristiwa di alam yang melibatkan reaksi redoks peningkatan yang terjadi sebesar 24,47 %, kesadaran bahwa Tuhan pengatur segala urusan sebesar 19,79 %, kesadaran bahwa Ilmu pengetahuan berhubungan dengan keimanan sebesar 21,25 %, kesadaran tentang kekuasan dan kebesaran Tuhan sebesar 10,83 %, kesadaran bahwa dalam hidup ini harus bekerjasama dan tolong-menolong dalam kebaikan sebesar 19,91 %, kesadaran bahwa manusia diberikan potensi dan kemampuan yang berbeda-beda sebesar 16,66 %, kesadaran bahwa konsep redoks memiliki nilai ekonomis yang tinggi sebesar 30,84 %, kesadaran menghargai keragaman budaya Indonesia sebesar
22,92 %, pengetahuan bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki manfaat dan kegunaan bagi makhluk hidup sebesar 17,85 %.
Tabel 4. 7 Persentase Post Angket Sikap Siswa No
Aspek
Indikator
Persentase(%)
1.
Nilai Intelektual:
- Pengetahuan tentang peristiwa di alam yang melibatkan reaksi redoks
95,71
2.
Nilai Religius
- Kesadaran bahwa Tuhan pengatur segala urusan. Q.S Al Baqarah: 255 - Kesadaran bahwa Ilmu pengetahuan berhubungan dengan keimanan. Q.S Ar Rahman: 33-34, Al Imran: 18 - Kesadaran tentang kekuasan dan kebesaran Tuhan terhadap alam raya. Q.S Ar Ra’du: 14, An Naml: 60 Nilai sosial: - Kesadaran bahwa dalam hidup ini harus bekerjasama dan tolong-menolong dalam kebaikan - Kesadaran bahwa manusia diberikan potensi dan kemampuan yang berbeda-beda Nilai ekonomi: - Kesadaran bahwa konsep redoks memiliki nilai ekonomis yang tinggi Nilai Budaya/ kebangsaan: - Kesadaran menghargai keragaman budaya Indonesia - Pengetahuan bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki manfaat dan kegunaan bagi makhluk hidup
93,95
3.
4.
Nilai sosialekonomibudaya
Nilai praktis
84,79
91,67 99,37
83,33
96,67 82,92 80,23
Selain dengan melihat persentase rata-rata sikap siswa per indikator, kita juga dapat melihat peningkatan sikap per siswa sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran.
Tabel 4.8 Rekapitulasi Skor Tingkat Sikap Siswa Sebelum dan Sesudah Penerapan Pendekatan Penanaman Nilai
Responden 1
Sebelum 100
Sesudah 128
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
83 98 94 100 92 100 89 99 95 88 89 96 92 103 89 86 96 83 93 77 99 89 99 105 107 99 83 100 99
130 126 125 124 132 126 125 126 120 110 119 124 100 128 114 92 128 106 128 112 123 132 116 124 128 132 126 132 128
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa seluruh siswa mengalami kenaikan skor sikap. Selisih skor sebelum dan sesudah bervariasi dan selisih skor tertinggi antara sebelum dan sesudah pembelajaran dengan pendekatan penanaman nilai adalah 47 dan selisih skor terendah adalah 6.
C. Interpretasi Data Berdasarkan analisis data secara kuantitatif, angket sikap siswa yang disebarkan
sebelum
penerapan
pendekatan
penanaman
nilai
mendapatkan nilai rata-rata sebesar 94,067; sedangkan hasil angket sikap siswa yang disebarkan setelah penerapan pendekatan penanaman nilai mendapatkan nilai rata-rata sebesar 122.13. Dari hasil tersebut
dapat diketahui bahwa setelah pembelajaran kimia dengan pendekatan penanaman nilai, siswa mengalami kenaikan nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum penerapan pendekatan penanaman nilai. Subjek penelitian berada pada distribusi normal baik sebelum maupun sesudah pembelajaran. Selain itu, subjek penelitian bersifat homogen berdasarkan hasil uji sebelum dan sesudah pembelajaran. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji-t, pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Hasil uji-t dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara skor sebelum (pre) dan sesudah (post) penerapan
pendekatan
penanaman
nilai, dari perhitungan uji-t
diperoleh nilai thitung sebesar 9,9 dan ttabel 1,699, hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa thitung berada di daerah penerimaan H1, yaitu t
hitung >
t
tabel
atau -t
hitung <
-t
tabel
atau 9,9 > 1,699 atau -9,9 < -1,699.
Dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif pendekatan penanaman nilai terhadap sikap siswa tentang nilai-nilai sains. Berdasarkan pembelajaran
perhitungan
dengan
persentase
pendekatan
sebelum
penanaman
dan
nilai
sesudah
tabel
4.8.
menunjukkan bahwa hasil rata-rata persentase angket sikap siswa sesudah pembelajaran lebih besar daripada sebelum pembelajaran pada setiap indikator sikap sikap siswa. Selisih rata-rata persentase sesudah dan sebelum pembelajaran dengan pendekatan penanaman nilai menunjukkan peningkatan sikap siswa terhadap nilai-nilai sains. Pada indikator pengetahuan tentang peristiwa di alam yang melibatkan reaksi redoks peningkatan yang terjadi sebesar (95,71 %-71,24 %) 24,47 %, kesadaran bahwa
Tuhan pengatur segala
urusan menghasilkan
persentase rata-rata (93,95 %-74,16 %) 19,79 %, kesadaran bahwa Ilmu pengetahuan berhubungan dengan keimanan menghasilkan persentase rata-rata sebesar (84,79 %-63,54 %) 21,25 %, kesadaran tentang kekuasan dan kebesaran Tuhan menghasilkan persentase rata-rata sebesar (91,67 %-80,84 %) 10,83 %, kesadaran bahwa dalam hidup ini harus bekerjasama dan tolong-menolong dalam kebaikan menghasilkan
persentase rata-rata sebesar (99,37 %-79,46 %) 19,91 %, kesadaran bahwa manusia diberikan potensi dan kemampuan yang berbeda-beda menghasilkan persentase rata-rata sebesar (83,33 %-66,67 %) 16,66 %, kesadaran bahwa konsep redoks memiliki nilai ekonomis yang tinggi menghasilkan persentase rata-rata sebesar (96,67 %-65,83 %) 30,84 %, kesadaran menghargai keragaman budaya Indonesia menghasilkan persentase rata-rata sebesar
(82,92 %-60 %) 22,92 %,
pengetahuan bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki manfaat dan kegunaan bagi makhluk hidup menghasilkan persentase rata-rata sebesar (80,23 %-62,38 %) 17,85 %. Analisis data kuantitatif yang menunjukkan bahwa penerapan pendekatan penanaman nilai berpengaruh terhadap sikap siswa tentang nilai-nilai sains. Secara umum, analisis data kualitatif yang dihasilkan dari persentase sikap siswa menunjukkan bahwa penerapan pendekatan penanaman nilai pada pembelajaran kimia mendapat respon positif dari siswa, dengan pendekatan tersebut, siswa akan mampu untuk mengambil hikmah dari konsep yang dipelajari sehingga siswa tidak hanya mengejar nilai kognitif tetapi juga sejalan dengan nilai afektif dari setiap pembelajaran. Pendekatan penanaman nilai memudahkan siswa untuk memahami konsep yang dipelajari karena dengan pendekatan penanaman nilai siswa di ajarkan untuk mengaitkan konsep yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari, keilmuan, agama dan sosial-ekonomi-budaya. D. Pembahasan Pendekatan penanaman nilai adalah pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan ini adalah: Pertama, diterimanya nilai-nilai sosial tertentu oleh siswa; Kedua, berubahnya nilai-nilai siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial yang diinginkan. Kepada anak didik nilai-nilai disampaikan atau ditanamkan, bahkan sering dipompakan dengan pengulangan-pengulangan, latihan, dan pemaksaan secara mekanistik Pendekatan penanaman nilai merupakan pendekatan yang tepat dalam mentransformasikan nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan IPA khususnya Kimia. Pada pembelajaran ini siswa tidak
hanya mendapatkan konsep kimia saja melainkan juga mendapatkan pendidikan nilai yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian secara tidak sadar, siswa mendapatkan dua pembelajaran sekaligus yaitu sains dan nilai-nilai yang terkandung dalam sains. Dengan pembelajaran yang menerapkan pendekatan penanaman nilai, diharapkan siswa tidak hanya mengetahui saja tetapi juga mengaplikasikan konsep yang dipelajari, sehingga dapat mengikis paham bahwa mengajar hanya diartikan sebagai transfer of knowledge, dan subyek belajar hanya membutuhkan pengetahuan saja. Padahal tujuan belajar secara esensial, disamping untuk mendapatkan pengetahuan, juga keterampilan dan untuk pembinaan sikap. Berdasarkan hasil penyebaran angket sikap siswa, dapat diketahui bahwa pendekatan penanaman nilai berpengaruh terhadap sikap siswa tentang nilai-nilai sains. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan persentase sikap siswa setelah di berikan pendekatan penanaman nilai pada setiap indikator.
Persentase rata-rata
120 100 80 60
Pretest Postest
40 20
0 indikator I, yaitu pengetahuan tentang peristiwa di alam yang Pada melibatkan IreaksiII redoks persentase rata-rata III menghasilkan IV V VI VII VIII IX pre angket sebesar 71,24 % dan persentaseIndikator rata-rata post angket sebesar 95,71 %, peningkatan yang terjadi sebesar 24,47 %. Hal ini disebabkan karena sebelum dilakukan pembelajaran, siswa belum mendapatkan informasi tentang reaksi redoks yang terdapat di alam sehingga tidak mengetahui tentang hal tersebut. Sedangkan setelah dilakukan pembelajaran dengan pendekatan penanaman nilai mendapatkan informasi tentang hal tersebut dari guru sehingga mengalami peningkatan persentase sikap yang cukup besar. Pada indikator II, yaitu kesadaran bahwa Tuhan pengatur segala urusan menghasilkan persentase rata-rata pre angket sebesar 74,16 % dan persentase rata-rata post angket sebesar 93,95 %, peningkatan yang terjadi sebesar 19,79 %. Peningkatan persentase sebelum dan sesudah pembelajaran tidak terlalu besar. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya siswa sudah memiliki kesadaran yang cukup tinggi bahwa segala sesuatu di dunia ini sudah diatur ukurannya oleh Tuhan. Sedangkan setelah pembelajaran siswa mendapatkan penguatan dari guru tentang sifat Tuhan yang mampu mengatur segala urusan di dunia ini dengan sangat sempurna. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al quran “Allah tidak ada tuhan melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus-
menerus mengurus (makhluknya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang ada di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar” (Q.S Al Baqarah: 255) Pada indikator III, yaitu kesadaran bahwa Ilmu pengetahuan berhubungan dengan keimanan menghasilkan persentase rata-rata pre angket sebesar 63,54 % dan persentase rata-rata post angket sebesar 84,79 %, peningkatan yang terjadi sebesar 21,25 %. Pada indikator ini persentase sikap awal siswa sangat rendah. Hal ini disebabkan karena siswa memiliki keyakinan bahwa tidak ada hubungan antara reaksi redoks dengan keimanan seseorang. Sedangkan setelah pembelajaran guru memberikan keyakinan kepada siswa bahwa reaksi redoks dapat dikaitkan dengan keimanan manusia, yaitu dengan menganalogikan reaksi redoks dengan keimanan. Sesungguhnya segala sesuatu di dunia ini dapat kita ambil hikmahnya untuk meningkatkan keimanan kita kepada Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al quran “Hai jemaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah; kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (Q.S Ar Rahman: 33-34).Walaupun telah ditanamkan nilai-nilai sains tersebut, perubahan persentase sikap setelah pembelajaran tidak terlalu besar, karena tidak semua siswa dapat menerima perumpamaan tersebut. Pada indikator IV, yaitu kesadaran tentang kekuasan dan kebesaran Tuhan menghasilkan persentase rata-rata pre angket sebesar 80,84 % , dan persentase rata-rata post angket sebesar 91,67 %, peningkatan yang terjadi sebesar 10,83 %. Peningkatan persentase sebelum dan sesudah pembelajaran tidak terlalu besar. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya siswa sudah memiliki kesadaran yang cukup tinggi tentang kekuasaan Tuhan dalam menciptakan alam semesta ini. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al quran “ Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang yang menyimpang (dai kebenaran)” (Q.S An Naml: 60). Setelah dilakukan pembelajaran, semakin menambah keyakinan siswa tentang hal tersebut. Pada indikator V, yaitu kesadaran bahwa dalam hidup ini harus bekerjasama dan tolong-menolong dalam kebaikan menghasilkan persentase rata-rata pre angket sebesar 79,46 % dan persentase rata-rata post angket sebesar 99,37 %, peningkatan yang terjadi sebesar 19,91 %. Dapat kita lihat bahwa persentase sikap sebelum pembelajaran memang sudah tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa dalam diri siswa sudah tertanam pemahaman dan sikap untuk bekerjasama dan tolong-
menolong sejak dini, sehingga senantiasa diterapkan sampai tingkat SMA. Sedangkan penguatan tentang hal tersebut menambah kesediaan siswa untuk selalu melakukan perbuatan baik terhadap sesama. Pada indikator VI, yaitu kesadaran bahwa manusia diberikan potensi dan kemampuan yang berbeda-beda menghasilkan persentase rata-rata pre angket sebesar 66,67 %, dan persentase rata-rata post angket sebesar 83,33 %, peningkatan yang terjadi sebesar 16,66 %. Pada indikator ini persentase sikap awal siswa sangat rendah. Hal ini disebabkan karena siswa memiliki keyakinan bahwa tidak ada hubungan antara konsep kenaikan bilangan oksidasi dengan usaha manusia untuk lebih baik. Akan tetapi setelah dilakukan pembelajaran dengan pendekatan penanaman nilai, siswa mendapatkan pemahaman tentang konsep kenaikan bilangan oksidasi tersebut dan megalami perubahan keyakinan dan sikap. Pada indikator VII, yaitu kesadaran bahwa konsep redoks memiliki nilai ekonomis yang tinggi menghasilkan persentase rata-rata pre angket sebesar 65,83 % dan persentase rata-rata post angket sebesar 96,67 %, peningkatan yang terjadi sebesar 30,84 %. Pada indikator ini peningkatan persentase sikap siswa sangat tinggi. Hal ini karena siswa baru menyadari tentang manfaat reaksi redoks bagi perekonomian bangsa yang tinggi setelah dilakukan pembelajaran dan pemberian informasi tentang hal tersebut. Pada indikator VII, yaitu kesadaran menghargai keragaman budaya Indonesia menghasilkan persentase rata-rata pre angket sebesar 60 % dan persentase rata-rata post angket sebesar 82,92 %, peningkatan yang terjadi 22,92 %. Pada indikator ini persentase sikap awal siswa sangat rendah. Hal ini disebabkan karena siswa belum mempunyai kesadaran tentang pentingnya menghargai dan melestarikan budaya Indonesia. Sedangkan setelah dilakukan pembelajaran dengan menganalogikan materi tentang tata nama senyawa, siswa baru menyadari tentang hal tersebut dan mengalami perubahan sikap. Pada indikator IX, yaitu pengetahuan bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki manfaat dan kegunaan bagi makhluk hidup menghasilkan persentase rata-rata pre angket sebesar 62,38 % dan persentase rata-rata post angket sebesar 80,23 %, peningkatan yang terjadi sebesar 17,85 %. Tidak adanya pengetahuan tentang manfaat reaksi redoks menyebabkan rendahnya persentase sikap awal siswa. Setelah dilakukan pembelajaran dan pemberian pemahaman tentang manfaat reaksi redoks tersebut, siswa mulai mengetahui tentang hal tersebut dan sangat antusias untuk mencari manfaat lain dari reaksi redoks yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sikap merupakan suatu kesediaan untuk bereaksi dan melakukan tindakan yang merupakan reaksi terhadap sesuatu atau objek tertentu yang berasal dari dalam maupun luar dirinya. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap yang secara garis besar dibagi dua, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan sendiri, seperti selektifitas. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor-faktor pembentukan sikap yang terdapat dari luar diri seseorang, diantaranya; sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap, sewibawaan orang yang mengemukakan sikap, sifat orang
atau kelompok yang mendukung sikap tersebut, dan situasi pada saat sikap itu dibentuk. Perubahan sikap siswa yang terjadi setelah diterapkan pendekatan penanaman dipengaruhi oleh faktor pemberian informasi serta komunikasi sosial yang dibangun antar siswa dengan guru dan antar siswa itu sendiri. Komunikasi sosial mempunyai peranan penting karena hal itu merupakan cara yang paling efektif bagi perubahan sikap seseorang. Bentuk komunikasi sosial dalam pembelajaran kimia yaitu dengan pemberian informasi dari guru yang menyebabkan perubahan sikap siswa tentang nilai-nilai sains. Selain komunikasi yang dibangun antar guru dengan siswa, faktor yang mempengaruhi perubahan sikap tersebut adalah jenjang pendidikan siswa yang baru memasuki masa-masa belajar di SMA. Siswa kelas X SMA lebih mudah dipengaruhi dibandingkan dengan kelas XII atau mahasiswa yang sudah memiliki kestabilan emosi yang cukup tinggi. Oleh karena itu sebagai pondasi awal pada masa SMA, siswa diperkenalkan dengan nilai-nilai sains yang terkandung pada pelajaran kimia. Dengan pendekatan penanaman nilai dalam pembelajaran, diharapkan siswa dapat berpikir dan bersikap positif serta dapat meningkatkan daya pikir siswa dalam menghubungkan antara materi pelajaran IPA dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Nilainilai sains yang ditanamkan dalam pembelajaran ini meliputi nilai praktis, nilai intelektual, nilai sosial-politik-ekonomi, dan nilai religius. Nilai-nilai sains tersebut diajarkan pada konsep redoks. Dengan pembelajaran yang selalu mengaitkan konsep dengan nilai-nilai, siswa akan terbiasa untuk memahami konsep tidak hanya untuk mendapatkan nilai yang bagus, tetapi bagaimana mengaplikasikan nilai tersebut dalam kehidupan agar mendapatkan nilai terbaik dalam hidup yaitu dengan sikap dan perilaku yang baik. Berdasarkan angket sikap siswa yang disebarkan pada awal pembelajaran, yang selanjutnya dilakukakn uji normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa subyek penelitian berada dalam distribusi normal dan homogen, serta tingkat sikap siswa yang sedang. Sesudah pembelajaran dengan pendekatan penanaman nilai menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif terhadap sikap siswa tentang nilai-nilai sains. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji-t didapatkan harga thitung = 9,9 dan ttabel = 1,699. Karena thitung > ttabel maka Ho ditolak. Dari hasil pengujian terlihat bahwa pendekatan penanaman nilai dalam pembelajaran kimia dapat meningkatkan sikap siswa tentang nilai-nilai sains. Dengan demikian, penanaman nilai-nilai sains cukup efektif dan memberikan pengaruh positif dalam meningkatkan sikap siswa tentang nilai-nilai sains. Efektivitas kegiatan belajar mengajar dapat dilihat salah satunya dari peningkatan siswa pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, diantaranya aktivitas bertanya kepada guru atau teman terhadap konsep yang belum jelas atau belum paham, kemudian kreatifitas dalam memberikan contoh tentang nilai-nilai sains dalam kehidupan sehari-hari.
E. Keterbatasan Penelitian Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak sepenuhnya berada pada tingkat kesempurnaan, karena masih banyak kekurangan dan kelemahan.
Kekurangan
dan
kelemahan
dalam
pemelitian
ini
diantaranya adalah:
1.
Waktu yang terbatas dalam penerapan pendekatan penanaman nilai, terutama
materi
yang
diajarkan
terlalu
banyak
sehingga
pembelajaran tidak dilakukan secara utuh.
2.
Siswa masih belum mampu menemukan sendiri nilai-nilai dalam konsep redoks, sehingga peran guru dalam menentukan nilai-nilai sains lebih dominan daripada siswa.
3.
Dalam penanaman nilai-nilai sains, siswa baru dalam tahap knowing (mengetahui) belum pada tahap applying (melaksanakan).
4.
Jawaban responden yang tidak selalu hasil pemikiran sendiri, serta pengisian yang terburu-buru sehingga kurang teliti.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terkait dengan pengaruh pendekatan penanaman nilai terhadap sikap siswa SMA tentang nilai-nilai sains, maka diperoleh kesimpulan, bahwa terdapat pengaruh positif pendekatan penanaman nilai terhadap sikap siswa SMA tentang nilai-nilai sains. B. Saran
Saran bagi para pendidik, dan calon peneliti yang berminat terhadap pembelajaran IPA, berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang diperoleh peneliti adalah sebagai berikut: 1) Sebaiknya jenjang peningkatan sikap dalam penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut penelitiannya dari tanggapan (responding) kepada jenjang yang lebih tinggi agar hasil dari penelitian dapat benarbenar dirasakan manfaatnya bagi siswa maupun guru dan orang tua. 2) Kepada para guru, pendekatan penanaman nilai dalam pembelajaran kimia dapat dijadikan pendekatan alternatif dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Untuk mengembangkan nilai-nilai tersebut guru harus mulai terbiasa untuk menghubungkan bahan ajar dengan kandungan nilai dengan bahan tersebut dan senantiasa menginformasikannya kepada siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Suroso, Manajemen Alam: Sumber Pendidikan Nilai, (Bandung: Mughni Sejahtera, 2006) Ahmadi, Abu, Teknik Belajar yang Efektif, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 1991) Ahmadi, Abu, Psikologi Sosial, (Surabaya: pt. bina ilmu, 1985) Ahmadi, Abu dan Noor Salami, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksasra, 2004), Cet. IV Akbar, Sa’dun, ”Pelakonan sebagai Pendekatan Unggulan dalam Pendidikan Nilai”, dalam Jurnal Pendidikan Nilai Tahun I, No. 2, Mei 1996 Arifin, Mulyati, dkk, Strategi Belajar Mengajar Kimia, (Bandung: JICA, 2000) Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2002), cet. III Azwar, Saifudin, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003) Dahar, Ratna Wilis , Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996) Irwanto, dkk, Psikologi Umum:Buku Panduan Mahasiswa, (Jakarta: Gramedia, 1989) Kaswardi, dkk., Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, (Jakarta: Grasindo, 1993). Krisnamukti, “Dari Non Vitae sed Scholae Discimus Menuju Non Scholae sed Vitae Discimus”, diambil dari www.krisnaster.blogspot.com, 1 Maret 2008 Loke, Siow Heng, “Values in Assesment in Science Education”, International Seminar on Development Value in Mathematics and Science Education, 3-4 August 2007, University of Malaya. Lubis, Mawardi, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), cet. I Moh. Saat, Rohaida, “The Role of Values in Science Education: Implication to Teacher Training”, International Seminar on Development Value in Mathematics and Science Education, 3-4 August 2007, University of Malaya Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Prenada Media, 2004) Neni, Zikri, Diktat Psikologi Umum, (Jakarta, 2005) Nielsen, Thomas W, “Value Education through Thinking, Feeling and Doing”, from Sosial Educator, Vol.23, No.2, August 2005
Nik Pa, Nik Azis, “Pengembangan Nilai dalam Pendidikan Matematika: Cabaran dan Keperluan”, International Seminar on Development of Values in Mathematics and Science Education, 3-4 August 2007, Universiti of Malaya O. Sears, David, et. al., Psikologi Sosial, (Jakarta: Erlangga, 1999) Purwanto, Ngalim, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002) Cet. XI Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2002) Rosyadi, Khoiron, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), cet. I Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996) Salirawati, Das, dkk, Belajar kimia menarik kelas X,(Jakarta: Grasindo, 2007) Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 1986) S.H, Otib, Metode Pengembangan Moral dan Nilai-nilai Agama, (Tangerang: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2005) Slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: P.T Bina Aksara, 1988) Soeitoe, Samuel, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 1982) Subana, dkk, Statistik Pendidikan, (Bandung: Penerbit Pustaka Setia, 2005) Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Penerbit TARSITO, 2002) Sumaji, dkk., Pendidikan Sains yang Humanistis, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2003) Sumanto, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Yogyakarta: Andi Offset, 1990) Sutarno, “Nilai dan Pendekatan Nilai”, dari Jurnal Pendidikan Nilai, Th. 6, No. 1 Februari 2000 Sutresna, Nana, Kimia untuk SMA kelas X semester 2, (Jakarta: Grafindo Media Pratama, 2005) Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996) Trimo,
“Pendekatan Penanaman Nilai dalam suciptoardi.wordpress.com, tgl 20 Juni 2008
Pendidikan”,
diambil
dari
V. Hill, Brian, Values Education In Schools, taken from www.curriculum.edu.au, March 1, 2008. Winkel, W.S, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia, 1984) Zein, Sulaiman, “Metode Penanaman Nilai Moral untuk Anak Usia Dini”, Diambil dari smpnbilahhulu.wordpress.com, 23 Februari 2008 “Pendidikan Nilai”, diambil dari http://diaz2000.multiply.com, 4 Maret 2008
ANALISIS MATERI DENGAN PENDEKATAN PENANAMAN NILAI
Tingkatan Mapel Kelas Standar Kompetensi Kompetensi dasar Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasireduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
: SMA : Kimia : X/II : Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi Nilai-nilai Sains
Indikator
Materi
Membedakan konsep oksidasi reduksi ditinjau dari penggabungan dan pelepasan oksigen, pelepasan dan penerimaan elektron, serta peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi. Peningkatan sikap tentang nilai praktis, intelektual,
Perkembangan reaksi redoks diawali dengan mengaitkan reaksi suatu zat dengan oksigen. Konsep redoks kemudian berkembang menjadi reaksi yang melibatkan elektron (menangkap dan melepaskan elektron). Selanjutnya konsep redoks berkembang menjadi suatu reaksi yang mengalami
Praktis
Intelektual
Reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari terjadi pada penggunaan bensin atau solar pada kendaraan bermotor. Pada peristiwa tersebut terjadi reaksi pembakaran karbon yang terkandung dalam bensin oleh oksigen yang selanjutnya dihasilkan karbondioksida.
Contoh dari peristiwa oksidasi adalah pada perkaratan besi. Besi mudah bereaksi dengan oksigen dan uap air menghasilkan senyawa yang mengandung oksigen (Fe2O 3. 2 H2O) yang disebut karat.
Reaksi redoks juga terjadi pada fotosintesis tumbuhan, dan pada waktu isi ulang air aki.
Reaksi oksidasi terjadi pada saat kita melakukan respirasi, dimana glukosa dalam karbohidrat yang kita dapat dari makanan dioksidasi oleh oksigen sehingga menghasilkan energi serta
Reaksi redoks juga terjadi pada kembang api yang meledak. Nyala kembang api yang berwarna-warni ditimbulkan oleh reaksi oksidasi yang berlangsung
Sosial-ekonomibudaya Pemanfaatan reaksi redoks pada perlindungan katodik dapat menghasilkan nilai ekonomis yang tinggi. Dengan dilakukannya perlindungan katodik, maka perkaratan pada pipa besi dapat dicegah dan perkaratan hanya terjadi pada magnesium yang ditanam. Hal ini akan mengurangi biaya penggantian
Religius Seluruh kejadian di alam ini sudah diatur oleh Tuhan sehingga berjalan dengan semestinya dan menurut ukurannya masing-masing. Contoh yang dapat kita ambil adalah pada reaksi fotosintesis. Pada reaksi tersebut, Tuhan telah mengatur agar tumbuhan hijau dapat melakukan
sosialekonomibudaya, dan religius dalam konsep redoks.
perubahan bilangan oksidasi.
cepat. Penerapan konsep redoks juga terjadi pada perlindungan katodik pada besi. Untuk mencegah korosi pada pipa yang ditanam dalam tanah dapat dilakukan perlindungan katodik. Pipa besi dihubungkan dengan magnesium, sehingga pipa besi bertindak sebagai katoda (pengoksidasi) dan magnesium sebagai anoda (pereduksi). Dalam hal ini magnesium akan teroksidasi (berkarat) sedangkan besi tidak. Untuk mencegah perkaratan, dapat juga dilakukan pengecatan pada benda yang terbuat dari besi untuk menghindari reaksi antara besi dengan oksigen dan uap air.
karbondioksida. Buah apel yang sudah digigit tidak boleh dibiarkan di udara terbuka terlalu lama karena akan teroksidasi sehingga berwarna coklat dan akhirnya membusuk. Karena itu, biasanya pada makanan kemasan ditambahkan zat antioksidan di dalamnya untuk menghambat terjadinya reaksi oksidasi yang dapat merusak makanan.
pipa besi sehingga menghemat pengeluaran. Konsep pengikatan dan pelepasan oksigen mengandung pelajaran yang penting dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini terkait dengan perntingnya keberadaan oksigen terhadap berlangsungnya reaksi oksidasi. Berlangsungnya reaksi oksidasi hanya dapat berjalan jika suatu atom mengikat oksigen sehingga terjadi reaksi pembakaran oleh oksigen tersebut. Peranan oksigen pada reaksi oksidasi dapat diumpamakan dengan pentingnya bekerjasama dalam kehidupan bermasyarakat. Jika kita menghendaki masayarakat yang
proses fotosintesis tanpa melalui proses berpikir terlebih dahulu. Selain itu, pada proses respirasi manusia Tuhan juga telah mengatur terjadinya reaksi tersebut tanpa kita harus menyuruh anggota tubuh kita untuk melakukannya Terjadinya karat pada besi juga terjadi atas dasar kehendak Tuhan yang telah menciptakan besi dengan sifatnya yaitu dapat berkarat bila terkena air dan udara secara langsung.
maju dan sejahtera, maka kita harus mempererat kerjasama antara elemen masyarakat
Kompetensi dasar Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasireduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
Indikator
Materi
Menentukan bilangan oksidasi atom unsur dalam senyawa atau ion. Menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks Peningkatan sikap tentang nilai sosialekonomibudaya,dan religius dalam konsep bilangan oksidasi serta oksidator dan reduktor.
Ada enam aturan biloks. Reduktor / pereduksi adalah zat yang menyebabkan zat lain mengalami reduksi (sedangkan reduktor sendiri mengalami oksidasi), sedangkan oksidator / pengoksidasi adalah zat yang menyebabkan zat lain mengalami oksidasi (sedangkan oksidator sendiri mengalami reduksi)
Praktis -
Intelektual -
Nilai-nilai Sains Sosial-ekonomi-budaya Pada mekanisme serah terima elektron, atom yang mengalami oksidasi melepaskan elektron kulit terluarnya, kemudian elektron tersebut ditangkap oleh atom lain. Atom yang menangkap elektron ini dikatakan mengalami reduksi. Hal ini dapat di hubungkan dengan sikap kita dalam bermasyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat, kita harus peduli terhadap sesama. Jika kita memiliki kelebihan harta, maka sebaiknya kita menolong orang yang tidak mampu dan memberikan sebagian rizki kita kepada mereka yang membutuhkan. Dengan begitu kehidupan kita menjadi lebih bermakna.
Religius Pada reaksi redoks terjadi kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi unsur yang terlibat di dalamnya. Pelajaran yang dapat kita peroleh dari hal tersebut adalah bahwa kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi dapat kita hubungkan dengan keimanan kita yang terkadang naik dan terkadang turun. Sehingga kita harus senantiasa melakukan perbuatan baik dan menjalankan perintah Tuhan agar keimanan kita selalu terjaga dengan baik.
Kompetensi dasar Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasireduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
Indikator
Materi
Memberi nama senyawa menurut IUPAC Peningkatan sikap tentang nilai sosialekonomibudaya dalam konsep tata nama senyawa menurut IUPAC
Tata nama senyawa dalam IUPAC terdiri dari senyawa biner dari logam dan nonlogam, senyawa biner dari nonlogamnonlogam, dan senyawa poliatomik.
Praktis -
Intelektual -
Nilai-nilai Sains Sosial-ekonomi-budaya Pada subkonsep tata nama senyawa, kita telah mengetahui bahwa berbagai jenis senyawa kimia memiliki nama-nama yang berbeda-beda, tergantung dari biloks unsur atau senyawa penyusunnya. Hal ini dapat dikaitkan dengan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan budaya tetapi tetap satu bangsa. Keragaman tersebut harus kita hargai untuk menjaga kerukunan antar suku bangsa agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berperadaban dan maju di segala bidang.
Religius -
BIODATA PENULIS
Pas Foto 3x4
Nama
: Priyo Agung N
Tempat/tgl lahir
: Jakarta, 5 November 1985
Alamat
: Jl. H. Zukih Rt 006 Rw 01 No. 112 Ciracas, Jakarta Timur
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Riwayat Pendidikan : - SDN 01 PG Ciracas - SLTPN 174 Ciracas - SMAN 58 Ciracas - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Motto hidup
: “Sebaik-baik manusia adalah yang dapat bermanfaat bagi orang lain”
INSTRUMEN PERYATAAN SIKAP A. Petunjuk Pengisian
Berikan tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan pilihan kriteria: 1. SS, Sangat setuju 2. S, Setuju 3. TT, Tidak tahu 4. TS, Tidak setuju 5. STS, Sangat tidak setuju
B. Identitas responden
Nama
: ................................................
Kelas
: ................................................
Jenis kelamin
: ................................................
Pernyataan SS No 1 Untuk menjalankan kendaraan bermotor tidak dibutuhkan reaksi oksidasi 2 Tuhan menciptakan segala sesuatu menurut ukuran-ukurannya, begitu pula reaksi-reaksi yang terjadi pada makhluk hidup seperti fotosintesis dan respirasi 3 Prinsip serah terima elektron pada reaksi redoks memberi pelajaran kepada kita bahwa kita harus saling membantu antar sesama 4 Dengan mempelajari reaksi redoks manusia dapat mencegah perkaratan pada besi dengan cara mengecat besi tersebut 5 Seluruh reaksi kimia yang terdapat di alam terjadi dengan sendirinya tanpa ada yang mengaturnya 6 Menurut saya suku bangsa saya adalah suku yang paling baik di Indonesia dibandingkan dengan yang lain 7 Peristiwa perkaratan besi hanya dapat terjadi jika melibatkan oksigen dan uap air 8 Peranan oksigen dalam reaksi oksidasi mengajarkan kita tentang pentingnya kerjasama dalam bermasayarakat 9 Reaksi oksidasi dapat dimanfaatkan manusia untuk menjalankan mesin kendaraan bermotor melalui proses pembakaran 10 Walaupun dengan mengecat besi dapat mencegah perkaratan dan menghemat biaya, namun hal itu tidak perlu dilakukan karena hanya membuang waktu saja 11 Terjadinya perkaratan pada besi adalah semata-mata disebabkan oleh sifat besi itu sendiri tanpa ada campur tangan Tuhan 12 Oksigen diperlukan untuk pembakaran karbohidrat pada proses respirasi manusia 13 Pada waktu isi ulang air aki tidak terjadi reaksi redoks di dalamnya
S
TT
TS
STS
14
15
16
17 18 19
20
21 22 23
24 25 26 27
28 29 30 31 32 33 34
Salah satu kewajiban umat beragama adalah menyadari bahwa setiap unsur di alam sudah ditentukan sifatnya masing-masing oleh Tuhan Kita tidak boleh membiarkan buah apel yang dimakan terkena udara terlalu lama, karena warnanya akan menjadi cokelat dan membusuk Konsep kenaikan biloks dalam reaksi oksidasi tidak ada hubungannya dengan usaha manusia untuk dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya Reaksi oksidasi pada makanan dapat dicegah dengan menambahkan antioksidan Kita tidak dapat menggunakan prinsip redoks untuk melindungi pipa besi yang ditanam dalam tanah karena hal itu tidak efisien Walaupun sudah mempelajari tentang prinsip serah terima elektron, saya tidak peduli dengan keadaan orang miskin di sekitar saya Sudah menjadi kewajiban umat beragama untuk menyadari bahwa terjadinya pelepasan dan pengikatan elektron dalam setiap unsur adalah bukti kekuasaan Tuhan terhadap ciptaanNya Zat antioksidan tidak dapat menghambat terjadinya reaksi oksidasi yang dapat merusak makanan Saya dapat melakukan segala hal dengan baik tanpa bantuan dari orang lain Terjadinya kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi unsur dapat di umpamakan dengan keimanan kita yang terkadang naik dan turun. Konsep reaksi redoks dapat diterapkan untuk isi ulang air aki dengan arus listrik Perkaratan pada besi dapat terjadi tanpa melibatkan oksigen. Tidak ada hubungannya antara mempelajari manfaat reaksi redoks dengan keimanan kita. Dengan adanya konsep kenaikan biloks dalam reaksi oksidasi, kita dapat mengambil pelajaran untuk berusaha agar menjadi lebih baik dari sebelumnya Buah apel yang kita makan tidak akan membusuk walaupun dibiarkan di udara terbuka Prinsip naik dan turunnya bilangan oksidasi tidak dapat dihubungkan dengan masalah keimanan. Kita tidak perlu melakukan pengecatan pada besi untuk mencegah perkaratan karena terlalu merepotkan. Dengan mempelajari tentang tata nama senyawa yang berbedabeda saya menjadi lebih cinta kepada tanah air Indonesia Adanya perkaratan pada benda yang terbuat dari besi merupakan bentuk ketidakpedulian Tuhan kepada ciptaan-Nya Kita dapat memanfaatkan reaksi redoks untuk memajukan perekonomian bangsa Indonesia Pengetahuan tentang reaksi redoks yang berkaitan dengan manfaatnya bagi kehidupan manusia dapat menambah kadar
keimanan kita kepada Tuhan.
KISI-KISI PERNYATAAN SIKAP
Kisi Satuan Pelajaran : SMA Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/ semester
:X/2
Konsep
: Redoks
No
Aspek
1.
Nilai Intelektual:
- Pengetahuan tentang peristiwa di alam yang melibatkan reaksi redoks
2.
Nilai Religius
- Kesadaran bahwa Tuhan pengatur segala urusan. Q.S Al Baqarah: 255 - Kesadaran bahwa Ilmu pengetahuan berhubungan dengan keimanan. Q.S Ar Rahman: 33-34, Al Imran: 18 - Kesadaran tentang kekuasan dan kebesaran Tuhan terhadap alam raya. Q.S Ar Ra’du: 14, An Naml: 60 Nilai sosial: - Kesadaran bahwa dalam hidup ini harus bekerjasama dan tolong-menolong dalam kebaikan - Kesadaran bahwa manusia diberikan potensi dan kemampuan yang berbedabeda
3.
Nilai sosialekonomibudaya
Indikator
No. Pernyataan Positif Negatif 7,12, 15, 21, 25, 28 17
2, 14
5, 11
23, 34
26, 29
20
32
3, 8
19, 22
27
16
33
10
31
6
4, 9, 24,
1,13, 18, 30
Nilai ekonomi: - Kesadaran bahwa konsep redoks memiliki nilai ekonomis yang tinggi
4.
Nilai praktis
Nilai Budaya/ kebangsaan: - Kesadaran menghargai keragaman budaya Indonesia - Pengetahuan bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki manfaat dan kegunaan bagi makhluk hidup
LEMBAR UJI REFERENSI
Judul Skripsi: Pengaruh Pendekatan Penanaman Nilai Terhadap Sikap Siswa SMA tentang Nilai-nilai Sains No
Footnote
Paraf Pembimbing I
Paraf Pembimbing II
BAB I 1. 2.
3.
Kaswardi, dkk., Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, (Jakarta: Grasindo, 1993), h. 73
……………..
……………..
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 1986), h.
……………..
……………..
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal. 2
……………..
……………..
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), cet. I, h. 16
……………..
……………..
Suroso Adi, Manajemen Alam: Sumber Pendidikan Nilai, (Bandung: Mughni Sejahtera, 2006), h. 46
……………..
……………..
Thomas W. Nielsen, “Value Education through Thinking, Feeling and Doing”, in Sosial Educator, Vol.23, No.2, August 2005.
……………..
……………..
Krisnamukti, “Dari Non Vitae sed Scholae Discimus Menuju Non Scholae sed Vitae Discimus”, Diambil dari www.krisnaster.blogspot.com, 1 Maret 2008.
……………..
……………..
Nik Azis Nik Pa, “Pengembangan Nilai dalam Pendidikan Matematik Cabaran dan Keperluan”, International Seminar on Development of Values in Mathematics and Science Education, 3-4 August 2007, Universiti of Malaya, p. 4
……………..
……………..
Brian V. Hill, “Values Education In Schools”, taken from www.curriculum.edu.au, March 1, 2008
……………..
……………..
Sulaiman Zein, “Metode Penanaman Nilai Moral untuk Anak Usia Dini”, diambil dari smpnbilahhulu.wordpress.com, 23 Februari 2008
……………..
……………..
BAB II 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Sutarno, “Nilai dan Pendekatan Nilai”, dari Jurnal
Pendidikan Nilai, Th. 6, No. 1 Pebruari 2000, h. 53
……………..
……………..
Nik Azis Nik Pa, “Pengembangan Nilai dalam Pendidikan Matematik Cabaran dan Keperluan”, International Seminar on Development Value in Mathematics and Science Education, 3-4 August 2007, University of Malaya. p. 7
……………..
……………..
Sumaji, dkk., Pendidikan Sains yang Humanistis, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2003), h. 37
……………..
……………..
11.
Suroso Adi, op. cit, h. 68
……………..
……………..
12.
Otib S.H, Metode Pengembangan Moral dan Nilai-nilai Agama, (Tangerang: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2005), h. 8.5
……………..
……………..
Abu Ahmadi, Teknik Belajar yang Efektif, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 1991), h. 14
……………..
……………..
Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), h. 11
……………..
……………..
Mulyati Arifin, dkk, Strategi Belajar Mengajar Kimia, (Bandung: JICA, 2000), h. 8
……………..
……………..
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 55
……………..
……………..
Irwanto, dkk., Psikologi Umum:Buku Panduan Mahasiswa, (Jakarta: Gramedia, 1989), h. 216
……………..
……………..
W.S Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia, 1984), h. 31
……………..
……………..
Nik Azis Nik Pa, “Pengembangan Nilai dalam Pendidikan Matematik Cabaran dan Keperluan”, International Seminar on Development Value in Mathematics and Science Education, 3-4 August 2007, University of Malaya. p.
……………..
……………..
Krisnamukti, “Dari Non Vitae sed Scholae Discimus Menuju Non Scholae sed Vitae Discimus”, diambil dari www.krisnaster.blogspot.com, 1 Maret 2008.
……………..
……………..
“Pendidikan Nilai”, diambil dari http://diaz2000.multiply.com, 4 Maret 2008
……………..
……………..
22.
Suroso Adi, op. cit, h. 53
……………..
……………..
23.
Sutarno, “Nilai dan Pendekatan Nilai”, dari Jurnal …………….. Pendidikan Nilai, Th. 6, No. 1 Pebruari 2000, h. 54
……………..
9.
10.
13.
14.
15.
16. 17.
18.
19.
20.
21.
24.
25.
Trimo, “Pendekatan Penanaman Nilai dalam Pendidikan”, diambil dari Suciptoardi.wordpress.com, 20 Juni 2008. Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan
……………..
……………..
……………..
……………..
26.
27.
28.
29.
30.
31. 32.
Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2004), h. 183
……………..
……………..
Kaswardi, dkk., Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, (Jakarta: Grasindo, 1993), h. 77 ……………..
……………..
Nik Azis Nik Pa, “Pengembangan Nilai dalam Pendidikan Matematik Cabaran dan Keperluan”, International Seminar on Development Value in Mathematics and Science Education, 3-4 August 2007, University of Malaya, p. ……………..
……………..
Rohaida Moh. Saat, “The Role of Values in Science …………….. Education: Implication to Teacher Training”, International Seminar on Development Value in Mathematics and Science Education, 3-4 August 2007, University of Malaya. p. 6
……………..
……………..
……………..
Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta,2008), h. 61 ……………..
……………..
33.
Siow Heng Loke, “Values in Assesment in Science Education”, International Seminar on Development …………….. Value in Mathematics and Science Education, 3-4 August 2007, University of Malaya, p. ……………..
34.
Mulyati Arifin, op. cit, h. 120
……………..
……………..
……………..
……………..
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan suatu …………….. Pendekatan Baru, (Bandung: Rosdakarya,2002), h. 120
……………..
……………..
……………..
W.S Winkel, op.cit, h. 72
……………..
……………..
38.
Ratna Wilis Dahar, op. cit, h. 140
……………..
……………..
39.
Samuel Soeitoe, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: …………….. Lembaga Penerbit FE UI, 1982), h. 55
……………..
35.
36.
37.
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2007), h. 150 David o. Sears, et. al., Psikologi Sosial, (Jakarta: Erlangga, 1999), h. 138
David o. Sears, et. al., op cit, h. 144
Zikri Neni, Diktat Psikologi Umum, (Jakarta, 2005), h. 97 BAB III 1.
2.
3.
Sumanto, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Yogyakarta: Andi Offset, 1990), h. 88
……………..
……………..
Saifudin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), cet. VII, h. 140
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
……………..
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2002), cet. III, h. 65
4. Suharsimi Arikunto, Ibid, h. 79 5.
Suharsimi Arikunto, ibid, h. 86 6. Suharsimi Arikunto, ibid, h.100-101 7.
8.
9.
10.
11.
12.
Slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: P.T Bina Aksara, 1988), h. 215
Suharsimi Arikunto, ibid, h. 208
Suharsimi Arikunto, ibid, h. 213
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Penerbit TARSITO, 2002), h. 466-467 Subana, dkk, Statistik Pendidikan, (Bandung: Penerbit Pustaka Setia, 2005), cet. II, h. 171
13.
Subana, dkk, Ibid, h. 132
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h.264.
Jakarta, 14 Mei 2009 Mengesahkan,
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Dede Rosyada, M. A NIP. 150 231 356
Dewi Murniati, M. Si
REAKSI OKSIDASI-REDUKSI 1. Perkembangan Konsep Reaksi Oksidasi-Reduksi a. Berdasarkan penggabungan dan pelepasan oksigen Oksidasi : penggabungan oksigen dengan unsur/ senyawa Con: 2 Mg + O2 2 MgO Reduksi : pelepasan oksigen dari senyawanya Con: 2Ag2O 4 Ag + O2
b. Berdasarkan pelepasan dan penerimaan elektron Oksidasi : pelepasan elektron Con: Na Na+ + e Reduksi : penerimaan elektron Con: Al3+ + 3e Al c. Berdasarkan peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi Oksidasi : peningkatan bilangan oksidasi Con: Ca Ca2+ + 2e 0
+2
Reduksi : penurunan bilangan oksidasi Con: Fe3+ + 1e Fe2+ +3
+2
2. Aturan Bilangan Oksidasi: 1) Bilangan oksidasi unsur bebas adalah nol. Con: Ag, O2, N2, dan S8
2) Atom unsur logam dalam sneyawa selalu memiliki bilangan oksidasi positif sesuai dengan nomor golongannya, kecuali untuk atom transisi yang memiliki lebih dari satu bilangan oksidasi. - Biloks atom Na = +1 dalam NaCl dan Na2SO4, atom K = +1 dalam KCl
-
Biloks atom Mg = +2 dalam MgCl2 dan MgSO4 sedangkan atom Ca = +2 dalam CaCO3 dan CaO. Biloks Al = +3 dalam AlCl3
-
3) Biloks atom H adalah +1, kecuali dalam senyawa-senyawa hydrogen logam. - Biloks atom H = +1 pada senyawa HCl, H2SO4, HNO3 - Biloks atom H = -1 pada senyawa NaH, BaH, AlH3 4) Biloks atom O adalah -2, kecuali pada F2O memiliki biloks +2, atom O pada senyawa Na2O2, H2O2, BaO2 memiliki biloks -1. 5) Biloks unsur dalam bentuk ion tunggal sama dengan muatannya. Con: Biloks Cu dalam ion Cu2+ adalah +2 Biloks Ag dalam ion Ag + adalah +1 6) Jumlah total biloks senyawa ion sama dengan muatan ion senyawa tersebut. Con: MgO, H2SO4, HCl, H2O memiliki jumlah total biloks = nol.
REDUKTOR DAN OKSIDATOR Reduktor adalah zat yang dapat menyebabkan zat lain mengalami reaksi reduksi (sedangkan reduktor sendiri mengalami oksidasi). Oksidator adalah zat yang dapat menyebabkan zat lain mengalami reaksi oksidasi (sedangkan oksidator sendiri mengalami reduksi). Reaksi oksidasi
Con: Zn + Cu2+ 0
Zn2+ + Cu
+2
+2
0
Reaksi reduksi
Reaksi redoks yang oksidator dan reduktor merupakan unsur yang sama disebut reaksi autoredoks (reaksi disproporsionasi). Con: Cl2 + 2 OH 0
Cl- + ClO- + H2O
-1
1
TATA NAMA SENYAWA 1) Senyawa biner dari logam dan nonlogam Senyawa ionik yang terdiri atas atom logam dan nonlogam diberi nama dengan cara menyebutkan ion positifnya diikuti dengan nama ion negatif yang diberi akhiran –ida. Angka romawi digunakan untuk logam yang memiliki lebih dari satu biloks. Con: Na2O = Natrium oksida FeCl2 = Besi(II) klorida
2) Senyawa biner dari nonlogam dan nonlogam Angka romawi digunakan untuk unsur yang memiliki lebih dari satu biloks dimana biloksnya positif. Con: SO2 = Belerang dioksida Belerang(IV) oksida NO = Nitrogen monoksida Nitrogen(II) oksida 3) Senyawa poliatomik Senyawa poliatomik terdiri atas lebih dari dua unsur. Untuk menentukan tata namanya pertama, nama kation (+) disebutkan dahulu, diikuti oleh nama anion (-). Con: CaSO4 = Kalsium sulfat Kalsium(II) sulfat Ba(NO3)2 = Barium nitrat Barium(II) nitrat Fe2(SO4)3 = Ferum sulfat Besi(III) sulfat
Tabel 6.1 Rekapitulasi Persentase Pre Angket Sikap Siswa Dimensi Nilai Intelektual
Indikator Pengetahuan tentang peristiwa di alam yang melibatkan reaksi redoks
Pernyataan (%) 7. Peristiwa perkaratan besi hanya dapat 68,33 terjadi jika melibatkan oksigen dan uap air
12. Oksigen diperlukan untuk pembakaran 74,17 karbohidrat pada proses respirasi manusia 15. Kita tidak boleh membiarkan buah apel 87,50 yang dimakan terkena udara terlalu lama, karena warnanya akan menjadi cokelat dan membusuk 17. Reaksi oksidasi pada makanan dapat 64,17 dicegah dengan menambahkan antioksidan 21. Zat antioksidan tidak dapat 62,50 menghambat terjadinya reaksi oksidasi yang dapat merusak makanan 25. Perkaratan pada besi dapat terjadi 71,16 tanpa melibatkan oksigen 28. Buah apel yang kita makan tidak akan 70,83 membusuk walaupun dibiarkan di udara terbuka
Nilai Religius
Rata-rata 71,24 Kesadaran 2. Tuhan menciptakan segala sesuatu 88,33 bahwa Tuhan menurut ukuran-ukurannya, begitu pula pengatur reaksi-reaksi yang terjadi pada makhluk segala urusan hidup seperti fotosintesis dan respirasi 5. Seluruh reaksi kimia yang terdapat di 59,17 alam terjadi dengan sendirinya tanpa ada yang mengaturnya 11. Terjadinya perkaratan pada besi adalah 63,33 semata-mata disebabkan oleh sifat besi itu sendiri tanpa ada campur tangan Tuhan
Nilai Religius
14. Salah satu kewajiban umat beragama 85,83 adalah menyadari bahwa setiap unsur di alam sudah ditentukan sifatnya masingmasing oleh Tuhan Rata-rata 74,16 Kesadaran 23. Terjadinya kenaikan dan penurunan 70 bahwa Ilmu bilangan oksidasi unsur dapat di pengetahuan umpamakan dengan keimanan kita yang berhubungan terkadang naik dan turun dengan keimanan 26. Tidak ada hubungannya antara 57,50 mempelajari manfaat reaksi redoks dengan keimanan kita 29. Prinsip naik dan turunnya bilangan 59,17 oksidasi tidak dapat dihubungkan dengan masalah keimanan
Nilai Religius
Nilai sosialekonomi-
34. Pengetahuan tentang reaksi redoks 67,50 yang berkaitan dengan manfaatnya bagi kehidupan manusia dapat menambah kadar keimanan kita kepada Allah Rata-rata 63,54 Kesadaran 20. Sudah menjadi kewajiban umat 79,17 tentang beragama untuk menyadari bahwa kekuasan dan terjadinya pelepasan dan pengikatan kebesaran elektron dalam setiap unsur adalah bukti Tuhan kekuasaan Tuhan terhadap ciptaan-Nya terhadap alam raya 32. Adanya perkaratan pada benda yang 82,50 terbuat dari besi merupakan bentuk ketidakpedulian Tuhan kepada ciptaanNya Rata-rata 80,84 Nilai sosial: 3. Prinsip serah terima elektron pada reaksi 85,33 - Kesadaran redoks memberi pelajaran kepada kita
budaya
Nilai sosialekonomibudaya
Nilai sosialekonomibudaya
Nilai sosialekonomibudaya
Nilai praktis
bahwa dalam hidup ini harus bekerjasama dan tolongmenolong dalam kebaikan
Nilai sosial: Kesadaran bahwa manusia diberikan potensi dan kemampuan yang berbeda-beda
Nilai ekonomi: Kesadaran bahwa konsep redoks memiliki nilai ekonomis yang tinggi
Nilai Budaya/ kebangsaan: Kesadaran menghargai keragaman budaya Indonesia
bahwa kita harus saling membantu antar sesama 8. Peranan oksigen dalam reaksi oksidasi 68,33 mengajarkan kita tentang pentingnya kerjasama dalam bermasyarakat 19. Walaupun sudah mempelajari tentang 87,50 prinsip serah terima elektron, saya tidak peduli dengan keadaan orang miskin di sekitar saya 22. Saya dapat melakukan segala hal 76,67 dengan baik tanpa bantuan dari orang lain Rata-rata 79,46 16. Konsep kenaikan biloks dalam reaksi 56,67 oksidasi tidak ada hubungannya dengan usaha manusia untuk dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya 27. Dengan adanya konsep kenaikan 76,67 biloks dalam reaksi oksidasi, kita dapat mengambil pelajaran untuk berusaha agar menjadi lebih baik dari sebelumnya Rata-rata 66,67 10. Walaupun dengan mengecat besi 70,83 dapat mencegah perkaratan dan menghemat biaya, namuan hal itu tidak perlu dilakukan karena hanya membuang waktu saja
33. Kita dapat memanfaatkan reaksi 60,83 redoks untuk memajukan perekonomian bangsa Indonesia Rata-rata 65,83 6. Menurut saya suku bangsa saya adalah 68,33 suku yang paling baik di Indonesia dibandingkan dengan yang lain
31. Dengan mempelajari tentang tata 51,67 nama senyawa yang berbeda-beda saya menjadi lebih cinta kepada tanah air Indonesia Rata-rata 60 Pengetahuan 1. Untuk menjalankan kendaraan 57,50 bahwa segala bermotor tidak dibutuhkan reaksi oksidasi sesuatu di
dunia ini memiliki manfaat dan kegunaan bagi makhluk hidup
4. Dengan mempelajari reaksi redoks 70 manusia dapat mencegah perkaratan pada besi dengan cara mengecat besi tersebut 9. Reaksi oksidasi dapat dimanfaatkan 72,50 manusia untuk menjalankan mesin kendaraan bermotor melalui proses pembakaran 13. Pada waktu isi ulang air aki tidak 51,67 terjadi reaksi redoks di dalamnya 18. Kita tidak dapat menggunakan prinsip 55,83 redoks untuk melindungi pipa besi yang ditanam dalam tanah karena hal itu tidak efisien 24. Konsep reaksi redoks dapat 66,67 diterapkan untuk isi ulang air aki dengan arus listrik 30. Kita tidak perlu melakukan 62,50 pengecatan pada besi untuk mencegah perkaratan karena terlalu merepotkan. Rata-rata 62,38
Tabel 6.2 Rekapitulasi Persentase Post Angket Sikap Siswa
Dimensi Nilai Intelektual
Indikator Pengetahuan tentang peristiwa di alam yang melibatkan reaksi redoks
Pernyataan % 7. Peristiwa perkaratan besi hanya dapat 92,50 terjadi jika melibatkan oksigen dan uap air
12. Oksigen diperlukan untuk pembakaran 98,33 karbohidrat pada proses respirasi manusia 15. Kita tidak boleh membiarkan buah apel 100 yang dimakan terkena udara terlalu lama, karena warnanya akan menjadi cokelat dan membusuk 17. Reaksi oksidasi pada makanan dapat 90 dicegah dengan menambahkan antioksidan 21. Zat antioksidan tidak dapat 93,33 menghambat terjadinya reaksi oksidasi yang dapat merusak makanan 25. Perkaratan pada besi dapat terjadi 99,17 tanpa melibatkan oksigen
28. Buah apel yang kita makan tidak akan 96,67 membusuk walaupun dibiarkan di udara terbuka
Nilai Religius
Rata-rata 95,71 Kesadaran 2. Tuhan menciptakan segala sesuatu 100 bahwa Tuhan menurut ukuran-ukurannya, begitu pula pengatur reaksi-reaksi yang terjadi pada makhluk segala urusan hidup seperti fotosintesis dan respirasi 5. Seluruh reaksi kimia yang terdapat di 92,50 alam terjadi dengan sendirinya tanpa ada yang mengaturnya 11. Terjadinya perkaratan pada besi adalah 83,33 semata-mata disebabkan oleh sifat besi itu sendiri tanpa ada campur tangan Tuhan
Nilai Religius
14. Salah satu kewajiban umat beragama 100 adalah menyadari bahwa setiap unsur di alam sudah ditentukan sifatnya masingmasing oleh Tuhan Rata-rata 93,95 Kesadaran 23. Terjadinya kenaikan dan penurunan 76,67 bahwa Ilmu bilangan oksidasi unsur dapat di pengetahuan umpamakan dengan keimanan kita yang berhubungan terkadang naik dan turun dengan keimanan 26. Tidak ada hubungannya antara 79,17 mempelajari manfaat reaksi redoks dengan keimanan kita 29. Prinsip naik dan turunnya bilangan 86,67 oksidasi tidak dapat dihubungkan dengan masalah keimanan
Nilai Religius
34. Pengetahuan tentang reaksi redoks 96,67 yang berkaitan dengan manfaatnya bagi kehidupan manusia dapat menambah kadar keimanan kita kepada Allah Rata-rata 84,79 Kesadaran 20. Sudah menjadi kewajiban umat 100 tentang beragama untuk menyadari bahwa kekuasan dan terjadinya pelepasan dan pengikatan kebesaran elektron dalam setiap unsur adalah bukti Tuhan kekuasaan Tuhan terhadap ciptaan-Nya terhadap alam raya 32. Adanya perkaratan pada benda yang 83,33 terbuat dari besi merupakan bentuk
Nilai sosialekonomibudaya
ketidakpedulian Tuhan kepada ciptaanNya Rata-rata 91,67 Nilai sosial: 3. Prinsip serah terima elektron pada reaksi 100 - Kesadaran redoks memberi pelajaran kepada kita bahwa dalam bahwa kita harus saling membantu antar hidup ini sesama harus bekerjasama 8. Peranan oksigen dalam reaksi oksidasi 97,50 dan tolong- mengajarkan kita tentang pentingnya menolong kerjasama dalam bermasyarakat dalam kebaikan 19. Walaupun sudah mempelajari tentang 100 prinsip serah terima elektron, saya tidak peduli dengan keadaan orang miskin di sekitar saya 22. Saya dapat melakukan segala hal 100 dengan baik tanpa bantuan dari orang lain Rata-rata 99,37
Nilai sosialekonomibudaya
Nilai sosialekonomibudaya
Nilai sosialekonomibudaya
Nilai sosial: Kesadaran bahwa manusia diberikan potensi dan kemampuan yang berbeda-beda
Nilai ekonomi: Kesadaran bahwa konsep redoks memiliki nilai ekonomis yang tinggi Nilai Budaya/ kebangsaan: Kesadaran menghargai keragaman budaya
16. Konsep kenaikan biloks dalam reaksi 73,33 oksidasi tidak ada hubungannya dengan usaha manusia untuk dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya 27. Dengan adanya konsep kenaikan 93,33 biloks dalam reaksi oksidasi, kita dapat mengambil pelajaran untuk berusaha agar menjadi lebih baik dari sebelumnya Rata-rata 83,33 10. Walaupun dengan mengecat besi 93,33 dapat mencegah perkaratan dan menghemat biaya, namuan hal itu tidak perlu dilakukan karena hanya membuang waktu saja 33. Kita dapat memanfaatkan reaksi 100 redoks untuk memajukan perekonomian bangsa Indonesia Rata-rata 96,67 6. Menurut saya suku bangsa saya adalah 82,50 suku yang paling baik di Indonesia dibandingkan dengan yang lain 31. Dengan mempelajari tentang tata 83,33 nama senyawa yang berbeda-beda saya menjadi lebih cinta kepada tanah air
Indonesia
Nilai praktis
Indonesia Rata-rata 82,92 Pengetahuan 1. Untuk menjalankan kendaraan 53,33 bahwa segala bermotor tidak dibutuhkan reaksi oksidasi sesuatu di dunia ini 4. Dengan mempelajari reaksi redoks 86,67 memiliki manusia dapat mencegah perkaratan pada manfaat dan besi dengan cara mengecat besi tersebut kegunaan bagi 9. Reaksi oksidasi dapat dimanfaatkan 100 makhluk manusia untuk menjalankan mesin hidup kendaraan bermotor melalui proses pembakaran 13. Pada waktu isi ulang air aki tidak 66,67 terjadi reaksi redoks di dalamnya 18. Kita tidak dapat menggunakan prinsip 85 redoks untuk melindungi pipa besi yang ditanam dalam tanah karena hal itu tidak efisien
24. Konsep reaksi redoks dapat 90 diterapkan untuk isi ulang air aki dengan arus listrik 30. Kita tidak perlu melakukan 80 pengecatan pada besi untuk mencegah perkaratan karena terlalu merepotkan. Rata-rata 80,23
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama sekolah
: SMAN 58
Mata pelajaran
: Kimia
Kelas/ semester
: X / genap
Konsep dan Subkonsep
: Reaksi Reduksi Oksidasi/ Konsep Reaksi Redoks
Alokasi waktu
: 8 x 45 menit (1 x ulangan)
1. Standar Kompetensi
Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasireduksi
2. Kompetensi Dasar
Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi- reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
3. Indikator
-
Membedakan konsep oksidasi reduksi ditinjau dari penggabungan dan pelepasan oksigen, pelepasan dan penerimaan elektron, serta peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi.Mendeskripsikan kekhasan atom karbon dalam senyawa karbon
-
Menentukan bilangan oksidasi atom unsur dalam senyawa atau ion.
-
Menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks
-
Memberi nama senyawa menurut IUPAC
4. Materi Pembelajaran
-
Konsep reaksi oksidasi dan reduksi
-
Bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion serta Pereduksi dan pengoksidasi
-
Tata nama menurut IUPAC
5. Sumber Pembelajaran
-
Buku paket kimia SMA : Nana Sutresna, 2005. Kimia untuk SMA kelas X semester 2. Jakarta: Grafindo Media Pratama
-
Buku paket kimia SMA : Das Salirawati,dkk, 2007. Belajar kimia menarik kelas X. Jakarta: Grasindo
-
Lembar Kerja Siswa (LKS) kimia Kharisma, 2009. SMA X semester 2. Penerbit CV Haka MJ.
6. Alat dan Bahan
-
Spidol
7. Skenario Pembelajaran
Pertemuan 1 : 2 x 45 menit Materi pembelajaran : -
Konsep reaksi oksidasi dan reduksi Kegiatan Pembelajaran
No Guru 1.
Siswa
Penanaman
Alokasi
Nilai
waktu
Kegiatan Awal
- Guru mengkondisikan kelas
- Mengikuti instruksi guru
- Guru memberikan pre tes - Menjawab pre tes yang di
3 menit 5 menit
secara lisan untuk mengetahui tanyakan oleh guru pengetahuan awal siswa - Guru memberikan pre angket - Mengerjakan soal pre angket
15 menit
untuk mengetahui kemampuan yang diberikan guru awal afektif siswa. -
Guru
menjelaskan
tujuan - Memperhatikan penjelasan
2 menit
pembelajaran dari materi yang guru. akan dipelajari, yaitu: Siswa dapat
Membedakan
konsep
oksidasi reduksi ditinjau dari penggabungan dan pelepasan oksigen,
pelepasan
dan
penerimaan
elektron,
serta
peningkatan
dan
penurunan
bilangan oksidasi 2
Kegiatan Inti -
Guru
materi - Memperhatikan penjelasan
Praktis,
tentang konsep reaksi reduksi guru dan menjawab pertanyaan
Sosial-
dan
menjelaskan
oksidasi
pendekatan dengan
menggunakan yang diberikan guru.
penanaman metode
35 menit
ekonomi,
nilai
Intelektual,
ceramah
Religius
bermakna. - Guru memberikan kesempatan - Menanyakan hal-hal yang bertanya kepada siswa serta belum menanggapi materi. 3.
di
mengerti
10 menit
dan
memberikan tanggapan.
Kegiatan Akhir
- Guru mengulas kembali secara - Memperhatikan perjelasan singkat materi redoks.
guru.
- Guru memberikan Lembar - Mengerjakan Lembar Kerja Kerja
Siswa (LKS)
guru.
- Guru melengkapi kesimpulan - Membuat kesimpulan dari yang diberikan siswa, yaitu: materi yang sudah dipelajari.
diawali
reaksi
dengan
redoks
mengaitkan
reaksi suatu zat dengan oksigen. Konsep
redoks
berkembang yang
10 menit
tentang Siswa (LKS) yang diberikan
materi redoks.
Perkembangan
5 menit
kemudian
menjadi
melibatkan
reaksi elektron
5 menit
(menangkap dan
melepaskan
elektron). Selanjutnya konsep redoks
berkembang
menjadi
suatu reaksi yang mengalami perubahan bilangan oksidasi
- Menutup pelajaran 90 menit
Jumlah
Pertemuan 2 : 2 x 45 menit Materi pembelajaran : Bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion serta Pereduksi dan
-
pengoksidasi
Kegiatan Pembelajaran
No Guru 1.
Siswa
Penanaman
Alokasi
Nilai
waktu
Kegiatan Awal
- Guru mengkondisikan kelas
- Mengikuti instruksi guru
5 menit
- Guru memberikan pre tes - Menjawab pre tes yang di
5 menit
secara lisan untuk mengetahui tanyakan oleh guru. pengetahuan awal siswa - Guru menjelaskan tujuan
- Memperhatikan penjelasan
pembelajaran dari materi yang
guru.
5 menit
akan dipelajari, yaitu: Siswa dapat menentukan bilangan oksidasi atom unsur dalam senyawa atau ion dan menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks 2
Kegiatan Inti -
Guru
menjelaskan
materi - Memperhatikan penjelasan
Sosial-
45 menit
tentang bilangan oksidasi unsur guru dan menjawab pertanyaan
ekonomi,
dalam senyawa atau ion serta yang diberikan guru.
Religius
pereduksi
dan
pengoksidasi
menggunakan
pendekatan
penanaman nilai dengan metode ceramah bermakna. -
Memberikan
kesempatan - Menanyakan hal-hal yang belum di mengerti.
bertanya kepada siswa.
3.
10 menit
Kegiatan Akhir
-
Mengulas
kembali
secara - Memperhatikan perjelasan
singkat materi redoks.
5 menit
guru.
- Memberikan Lembar Kerja - Mengerjakan Lembar Kerja
10 menit
Siswa (LKS) tentang materi Siswa (LKS) yang diberikan bilangan oksidasi unsur dalam guru. senyawa
atau
ion
serta
Pereduksi dan pengoksidasi. - Melengkapi kesimpulan yang - Membuat kesimpulan dari diberikan
siswa,
yaitu:
Ada materi yang sudah dipelajari.
enam aturan biloks. Reduktor / pereduksi
adalah
menyebabkan
zat zat
yang lain
mengalami reduksi (sedangkan reduktor
sendiri
mengalami
oksidasi), sedangkan oksidator / pengoksidasi adalah zat yang menyebabkan
zat
lain
mengalami oksidasi (sedangkan oksidator
sendiri
reduksi)
- Menutup pelajaran
mengalami
5 menit
90 menit
Jumlah
Pertemuan 3 : 2 x 45 menit Materi pembelajaran : -
Tata nama menurut IUPAC Kegiatan Pembelajaran
No Guru 1.
Siswa
Penanaman
Alokasi
Nilai
waktu
Kegiatan Awal
- Guru mengkondisikan kelas
- Mengikuti instruksi guru
5 menit 5 menit
- Guru memberikan pre tes - Menjawab pre tes yang di secara lisan untuk mengetahui tanyakan oleh guru. pengetahuan awal siswa - Guru menjelaskan tujuan
- Memperhatikan penjelasan
pembelajaran dari materi yang
guru.
5 menit
akan dipelajari, yaitu: Siswa dapat memberi nama senyawa menurut IUPAC 2
Kegiatan Inti -
Guru
menjelaskan
materi - Memperhatikan penjelasan
tentang bilangan oksidasi unsur guru dan menjawab pertanyaan dalam senyawa atau ion serta yang diberikan guru. pereduksi
dan
menggunakan
pengoksidasi pendekatan
Sosialekonomibudaya
40 menit
penanaman nilai dengan metode ceramah bermakna. -
Memberikan
kesempatan - Menanyakan hal-hal yang
bertanya kepada siswa. 3.
10 menit
belum di mengerti.
Kegiatan Akhir
-
Mengulas
singkat
kembali
materi
tata
secara - Memperhatikan perjelasan
5 menit
nama guru.
senyawa menurut IUPAC. - Memberikan Lembar Kerja - Mengerjakan Lembar Kerja
15 menit
Siswa (LKS) tentang materi Siswa (LKS) yang diberikan redoks.
guru.
- Melengkapi kesimpulan yang - Membuat kesimpulan dari
5 menit
diberikan siswa, yaitu: Tata materi yang sudah dipelajari. nama senyawa dalam IUPAC terdiri dari senyawa biner dari logam dan nonlogam, senyawa biner dari nonlogam-nonlogam, dan senyawa poliatomik.
- Menutup pelajaran Jumlah
8. Penilaian
- Kognitif : ulangan harian - Afektif : angket sikap
9. Tugas
Siswa ditugaskan untuk mengerjakan soal-soal dari LKS.
90 menit
LEMBAR KERJA SISWA I Materi: Konsep reaksi oksidasi dan reduksi
1. Jelaskan persamaan antara konsep redoks berdasarkan serah terima elektron dengan perubahan bilangan oksidasi!
2. Apakah proses pembakaran termasuk reaksi redoks?
3. Jelaskan nilai praktis, sosial-ekonomi, dan religius yang terdapat pada materi redoks? 4. Lengkapi reaksi-reaksi berikut dengan menambah atau menerima elektron (e-) serta tentukan reaksi oksidasi dan reduksinya! a. Cu
Cu2+
b. Sn4+
Sn2+
c. Fe3+
Fe
LEMBAR KERJA SISWA II Materi: Bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion serta Pereduksi dan pengoksidasi
1. Apa yang dimaksud dengan: a. Oksidator b. Reduktor c. Bilangan oksidasi
2. Tentukan biloks dari atom suatu unsur yang menyusun senyawa berikut ini yang ditulis tebal! a. PO43-
d. MnSO4
b. CrO42-
e. KClO4
c. NO2 3. Tentukan oksidator, reduktor, hasil reduksi dan hasil oksidasi pada masingmasing reaksi redoks berikut! a. NaHSO4- + Al
Na2S + Al2O3 + H2O
b. 3 Cu + 8 HNO3
3 Cu(NO3)2 + 2 NO + 4 H2O
4. Jelaskan yang dimaksud dengan reaksi disproporsionasi dan berikan contoh!
5. Jelaskan nilai sosial-ekonomi dan religius yang terdapat pada materi biloks serta pereduksi dan pengoksidasi?
LEMBAR KERJA SISWA III Materi: Tata nama menurut IUPAC
1. Berilah nama senyawa beruikut ini: a. FeSO4 b. Cu2O c. FeCl3 d. SnCl2 e. Mn(SO3)2 2. Tulislah rumus kimia dari senyawa berikut: a. Raksa(I) oksida b. Natrium sulfat (VI) c. Besi (III) karbonat d. Belerang (VI) oksida
3. Jelaskan nilai sosial-ekonomi-budaya yang terdapat pada materi tata nama senyawa menurut IUPAC!
Lampiran 1. Instrumen Pembelajaran
SILABUS SMAN 58 JAKARTA Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi Alokasi Waktu Kompetensi dasar 3.1 Mengidentifikasi sifat larutan nonelektrolit dan elektrolit berdasarkan data hasil percobaan.
3.2. Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi- reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
: KIMIA : X/2 : 3. Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi : 13 jam (4 jam untuk UH ) Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
larutan non elektrolit dan elektrolit jenis larutan berdasarkan daya hantar listrik jenis larutan elektrolit berdasarkan ikatan.
Merancang dan melakukan percobaan untuk mengidentifikasi sifat-sifat larutan non elektrolit dan elektrolit dalam diskusi kelompok di laboratorium. Menyimpulkan perbedaan sifat dan jenis larutan non elektrolit dan elektrolit.
konsep oksidasi dan reduksi Bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau ion
Menyimpulkan perbedaan reaksi oksidasi dan reduksi. Menentukan bilangan oksidasi atom unsur dalam senyawa atau ion dalam diskusi kelas. Berlatih menentukan bilangan oksidasi, oksidator, reduktor, hasil oksidasi, dan hasil reduksi.
tata nama menurut IUPAC
Menentukan penamaan senyawa biner (senyawa ion) yang terbentuk
Alokasi Waktu
Sumber/ bahan/alat
Jenis tagihan - tugas kelompok - ulangan - responsi (ujian praktik) Bentuk instrumen - tes tertulis - performans (kinerja dan sikap) , - laporan tertulis
3 jam
Sumber - buku kimia Bahan - lembar kerja, - alat dan bahan untuk percobaan
Jenis tagihan - tugas individu - ulangan Bentuk instrumen - tes tertulis - angket sikap
4 jam
Sumber - buku kimia Bahan - lembar kerja
Indikator
Penilaian
Mengidentifikasi sifat-sifat larutan non elektrolit dan elektrolit melalui percobaan Mengelompokkan larutan ke dalam larutan non elektrolit dan elektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya Menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit menghantarkan arus listrik Mendeskripsikan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar. Membedakan konsep oksidasi reduksi ditinjau dari penggabungan dan pelepasan oksigen, pelepasan dan penerimaan elektron, serta peningkatan dan penurunan bilangan oksidasi. Menentukan bilangan oksidasi atom unsur dalam senyawa atau ion. Menentukan oksidator dan reduktor dalam reaksi redoks Memberi nama senyawa menurut IUPAC
2 jam
Kompetensi dasar
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber/ bahan/alat
dari tabel kation dan anion serta memberi namanya dalam diskusi kelas.
Mengetahui, a.n Kepala SMAN 58 Jakarta Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
Jakarta, 2 Februari 2009 Guru Mata Pelajaran
Drs. Jaenudin, M. Si NIP: 131 864 445
Priyo Agung N NIM: 104016200450
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Priyo Agung N
NIM
: 104016200450
Jurusan/Semester
: Pendidikan IPA (Kimia)/ X
Alamat
: Jl. H. Zukih Rt. 006 Rw. 01 No. 112 Ciracas, Jakarta Timur 13740
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Pendekatan Penanaman Nilai Terhadap Sikap Siswa SMA Tentang Nilai-nilai Sains
Adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen: I. Nama NIP
: Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A : 150 231 356
II. Nama
: Dewi Murniati, M. Si
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila ternyata ini bukan hasil karya sendiri.
Jakarta, 22 Mei 2009 Yang Menyatakan
Priyo Agung N
Mencari varians data pre test 2
Sx =
=
Σ( Xi − X ) 2 n1 − 1 1525,867 29
= 52,616 Mencari varians data post test 2
SY =
=
Σ(Yi − Y ) 2 n2 − 1 2771,467 29
= 95,568 Uji F
SY
2
95,568 = 1,816 52,616 SX Menentukan derajat kebebasan: db = n-1 db1 = 30 – 1 = 29 db2 = 30 – 1 = 29
F hitung =
2
=
Menentukan F tabel Ftab = F (α) (db1, db2) = (0,05) (29,29) = 1,85 Interpretasi data Karena Fhitung < Ftabel (1,816 < 1,85) maka Ho diterima dengan kata lain data Homogen.
Uji Hipotesis Penelitian
Uji t Md
t=
( Σd ) 2 n n (n − 1)
Σd 2 −
Dengan: Md =
Σd 842 = = 28,067 n 30
Sehingga:
28,067
t=
842 2 30 30(30 − 1)
26.080 − = 9,9
Jadi, t hitung = 9,9 Kriteria pengujian sebagai berikut: Jika –t tabel < t hitung < t tabel maka tidak berbeda secara signifikan, dan Ho diterima pada tingkat kepercayaan 95 % (α =0,05) sedangkan jika t
hitung >
t
tabel
atau t
hitung <
-t
tabel
maka terdapat perbedaan yang
signifikan, dan Ha diterima pada tingkat kepercayaan 95 % (α =0,05) Untuk derajat kebebasan (db) = n – 1 = 30 – 1 = 29 maka t tabel = 1,699 Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa t hitung berada di daerah penerimaan H1,yaitu t
hitung >
t
tabel
atau -t
hitung <
-t
tabel
atau 9,9 > 1,699 atau -9,9 < -
1,699. Dengan demikian H1 diterima dan Ho ditolak.
Uji Normalitas post angket sikap siswa Uji Liliefors No
Xi
Zi
F (zi)
S (zi)
F (zi) - S (zi)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
X
92 100 106 110 112 114 116 119 120 123 124 124 124 125 125 126 126 126 126 128 128 128 128 128 128 130 132 132 132 132
-3.14 -2.30 -1.68 -1.26 -1.05 -0.85 -0.64 -0.33 -0.22 0.09 0.19 0.19 0.19 0.30 0.30 0.40 0.40 0.40 0.40 0.61 0.61 0.61 0.61 0.61 0.61 0.82 1.03 1.03 1.03 1.03
0.0008 0.1070 0.0465 0.1038 0.1469 0.1977 0.2511 0.3707 0.4129 0.4641 0.4247 0.4247 0.4247 0.3821 0.3821 0.3446 0.3446 0.3446 0.3446 0.2709 0.2709 0.2709 0.2709 0.2709 0.2709 0.2061 0.1515 0.1515 0.1515 0.1515
0.0333 0.0667 0.1000 0.1333 0.1667 0.2000 0.2333 0.2667 0.3000 0.3333 0.3667 0.4000 0.4333 0.4667 0.5000 0.5333 0.5667 0.6000 0.6333 0.6667 0.7000 0.7333 0.7667 0.8000 0.8333 0.8667 0.9000 0.9333 0.9667 1.0000
122.13 SD 9.61 L hit 0.1307 L tab 0.161 Ket : L hit < Ltab berarti data berdistribusi normal
-0.0325 0.0403 -0.0535 -0.0295 -0.0198 -0.0023 0.0178 0.1040 0.1129 0.1308 0.0580 0.0247 -0.0086 -0.0846 -0.1179 -0.1887 -0.2221 -0.2554 -0.2887 -0.3958 -0.4291 -0.4624 -0.4958 -0.5291 -0.5624 -0.6606 -0.7485 -0.7818 -0.8152 -0.8485
Uji Normalitas pre angket sikap siswa Uji Liliefors No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
X
Xi 77 83 83 83 86 88 89 89 89 89 92 92 93 94 95 96 96 98 99 99 99 99 99 100 100 100 100 103 105 107
Zi -2.39 -1.55 -1.55 -1.55 -1.13 -0.85 -0.71 -0.71 -0.71 -0.71 -0.29 -0.29 -0.15 -0.01 0.13 0.27 0.27 0.55 0.69 0.69 0.69 0.69 0.69 0.83 0.83 0.83 0.83 1.25 1.53 1.81
F (zi) 0.0084 0.0606 0.0606 0.0606 0.1292 0.1977 0.2389 0.2389 0.2389 0.2389 0.3859 0.3859 0.4404 0.496 0.4483 0.3936 0.3936 0.2912 0.2451 0.2451 0.2451 0.2451 0.2451 0.2033 0.2033 0.2033 0.2033 0.1056 0.063 0.0351
S (zi) 0.0333 0.0667 0.1000 0.1333 0.1667 0.2000 0.2333 0.2667 0.3000 0.3333 0.3667 0.4000 0.4333 0.4667 0.5000 0.5333 0.5667 0.6000 0.6333 0.6667 0.7000 0.7333 0.7667 0.8000 0.8333 0.8667 0.9000 0.9333 0.9667 1.0000
94.0666 7 7.13177 6 SD L hit 0.029 L tab 0.161 Ket : L hit < Ltab berarti data berdistribusi normal
F (zi) - S (zi) -0.0249 -0.0061 -0.0394 -0.0727 -0.0375 -0.0023 0.0056 -0.0278 -0.0611 -0.0944 0.0192 -0.0141 0.0071 0.0293 -0.0517 -0.1397 -0.1731 -0.3088 -0.3882 -0.4216 -0.4549 -0.4882 -0.5216 -0.5967 -0.6300 -0.6634 -0.6967 -0.8277 -0.9037 -0.9649