GRAVITY Vol. 2 No. 1 (2016) http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/Gravity ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMA HIDAYATUN NAJAH Suprianto1 dan S.Ida Kholida1 1 Pendidikan Fisika, Universitas Islam Madura Email:
[email protected] Abstract This study aims to know is there any significant effect of STM learning approach to the improvement of students’ learning outcomes and to determine the students' learning activities using STM learning approach. This study is an experimental research that divides the sample into two groups: class X-1 as an experimental group that implements learning approach STM while class X-2 as a control group who apply models direct learning model. Based on the results of the study showed an improvement in students’ learning outcomes with the experimental group N-gain test which is the score is 0,64, while the score of control group is 0.46. T-test results of students’ learning outcomes is 2.37; while ttable = 2.00 with a significance level of 0.05. The average percentage of observations of students’ learning activities with learning STM is 61.8%, while direct instructional model is 45.5%. Based on these results it can be concluded that there is significant influence of Science Technology and Society (STM) learning approach to improve students’ learning outcomes. The improvement of students’ learning outcomes by applying science technology and society (STM) learning approach is medium, while the learning activities of students’ who apply learning STM is better than direct instruction. Keywords: learning STM , direct instruction model, student results Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh yang signifikan penerapan pendekatan pembelajaran STM terhadap peningkatan hasil belajar siswa serta untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dengan menggunakan pendekatan pembelajaran STM. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang membagi sampel menjadi dua kelompok yaitu kelas X-1 sebagai kelompok eksperimen yang menerapkan pendekatan pembelajaran STM sedangkan kelas X-2 sebagai kelompok kontrol yang menerapkan model model pembelajaran Langsung. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa kelompok eksperimen dengan uji N-gain diperoleh 0,64 sedangkan kelompok kontrol yaitu 0,46. Hasil ujit peningkatan hasil belajar siswa memperoleh thitung= 2,37 sedangkan ttabel=2,00 dengan taraf signifikansi 0,05. Rata-rata persentase hasil pengamatan aktivitas belajar siswa dengan pembelajaran STM adalah 61,8% sedangkan model pembelajaran Langsung sebesar 45,5%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan penerapan pendekatan pembelajaran sains teknologi masyarakat terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan pembelajaran sains teknologi masyarakat dikategorikan sedang, sedangkan aktivitas belajar siswa yang menerapkan pembelajaran STM lebih baik dari pada pembelajaran Langsung. Kata kunci: pembelajaran STM, model pembelajaran langsung, hasil belajar siswa
33 Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
Suprianto et al. / Pembelajaran STM 2 (2016), 33 - 44
oleh siswa dan membosankan serta
PENDAHULUAN Pendidikan merefleksikan
34
fisika atau
hendaknya
mengarah
dianggap tidak berguna belajar Fisika.
pada
Hal ini disebabkan oleh kurangnya
hubungan antara sains dan teknologi
penguasaan konsep sains siswa karena
dengan
dihadapi
model pembelajaran guru terpaku pada
masyarakat dalam kehidupan sehari-
satu model yang monoton sehingga
hari. Direktorat Pendidikan Lanjutan
terkesan bahwa Fisika hanya berisi
Pertama,
suatu
rumus saja yang seakan-akan tidak
yang
berguna dalam kehidupan sehari-hari.
dinamakan Contextual Teaching and
Rendahnya penguasaan konsep sains
learning (CTL) atau pembelajaran dan
siswa
pengajaran
yaitu
kemampuan siswa untuk memecahkan
suatu pendekatan pembelajaran dan
masalah dikehidupan sehari-hari. Hal ini
pengajaran yang mengaitkan antara
menunjukkan masih ada kesenjangan
materi yang diajarkan dengan situasi
yang cukup besar antara tuntunan
dunia nyata siswa dan mendorong siswa
kurikulum dengan tingkat kemampuan
membuat hubungan antara pengetahuan
siswa dalam hal belajar Fisika. Guru
yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam pembelajaran Fisika di kelas
dalam
lebih
masalah
yang
mencanangkan
pendekatan
pembelajaran
yang
kontekstual,
kehidupan
mereka
sebagai
mengakibatkan
berorentasi
kurangnya
pada
individu, anggota keluarga, anggota
pembelajaran,
masyarakat dan bangsa
materi pelajaran yang termuat dalam
(Depdiknas:
2002).
kurikulum,
yaitu
kuantitas
model
menyelesaikan
mengajar
yang
Fisika diharapkan menjadi salah
diterapkan masih bersifat langsung,
satu mata pelajaran yang paling disukai
guru memakai literatur yang relevan dan
oleh siswa, karena Fisika mempunyai
berlaku
peranan
melakukan
teknologi
penting serta
dalam selalu
kemajuan ada
dalam
secara
sebelum
general,
dan
pengkonkretan proses
belajar
tidak konsep
dimulai
kehidupan sehari-hari, sehingga siswa
(Wahyudi, 2002). Banyak siswa yang
mampu memahami fenomena alam yang
menggunakan produk hasil teknologi,
terjadi
tetapi
disekitarnya.
Akan
tetapi,
tidak
dapat
menjelaskan
kenyataannya materi pelajaran Fisika
keterkaitan konsep sains yang telah
dianggap sebagai pelajaran yang sulit
dipelajarinya dengan produk teknologi
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Suprianto et al. / Pembelajaran STM 2 (2016), 33 - 44
35
yang mereka gunakan (Poedjiadi, 2005).
69 dari 127 negara yang disurvei dengan
Pembelajaran di sekolah tidak hanya
nilai indeks pengembangan pendidikan
memberikan
sebesar 0,934 (EFA, 2011).
konsep-konsep
materi
tetapi memberikan nilai lebih berupa
Rendahnya
penguasaan
konsep
kecakapan hidup yang dapat digunakan
sains siswa juga nampak di SMA
siswa pada kehidupan sehari-hari.
Hidayatun Najah Samiran. Berdasarkan
Rendahnya kualitas pengembangan sumber
daya
ditunjukkan
manusia
dari
Hidayatun Najah menunjukkan bahwa
dilakukan oleh beberapa lembaga riset
hasil belajar siswa dalam mata pelajaran
dunia.
Fisika
tahun
riset
Fisika dan beberapa siswa di SMA
yang
Pada
hasil
Indonesia
hasil wawancara peneliti dengan Guru
2009,
PISA
masih
dibawah
KKM
dan
mempublikasikan hasil survei yang
aktivitas belajar Siswa di kelas kurang
menunjukkan bahwa dari 65 negara,
antusias
berdasarkan
membaca,
mengerjakan soal-soal yang diberikan
Indonesia berada pada peringkat 57
oleh guru. Pengajaran Fisika di kelas
dengan
kemampuan
kurang dikaitkan dengan isu sosial dan
matematika pada peringkat 61 dengan
teknologi yang ada di masyarakat
nilai 371, dan kemampuan IPA pada
lingkungan siswa. Para siswa, belajar
peringkat 60 dengan nilai 383 (OECD,
Fisika
2012).
kemampuan
nilai
402,
Selanjutnya,
dalam
hanya
menyimak
untuk
maupun
keperluan
hasil
survei
menghadapi ulangan harian, UTS dan
All
(EFA)
Global
UAS
Report
2010
yang
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari,
dikeluarkan oleh UNESCO menilai,
sehingga siswa berasumsi bahwa Fisika
indeks pembangunan pendidikan atau
sebagai beban yang harus diingat,
Education Development Index (EDI)
dipahami, dihafal dan tidak bermanfaat
Indonesia berada pada peringkat ke 65
dalam kehidupan sehari-hari.
Education
for
Monitoring
dari
128
negara
indeks
Melihat permasalahan di atas maka
pendidikan
sebesar
diperlukan suatu upaya perbaikan dalam
katagori
indeks
proses pembelajaran Fisika. Salah satu
pengembangan pendidikan menengah
pembelajaran kontekstual yang dapat
(EFA, 2010). Pada tahun 2011 ternyata
dikembangkan
adalah
pendekatan
peringkat Indonesia turun ke peringkat
pembelajaran
Sains
Teknologi
pengembangan 0,947
dengan
dengan
yang soal-soalnya tidak ada
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Suprianto et al. / Pembelajaran STM 2 (2016), 33 - 44
Masyarakat
(STM).
36
Pendekatan
lebih mudah mengaplikasikan materi-
pembelajaran STM adalah teori belajar
materi yang dipelajari untuk kebutuhan
konstruktivisme, dengan menerapkan
masyarakat,
teori
dapat
kecenderungan untuk mau berpartisifasi
dan
dalam kegiatan menyelesaikan masalah
konstruktivisme,
menggunakan
siswa
konsep
keterampilannya di dalam dan di luar kelas serta di lingkungan kehidupan sehari-hari
dan
d)
memiliki
lingkungan (Poedjiadi, 2005). PPSTM
merupakan
pengajaran
baik dalam kehidupan
yang mengaitkan pembelajaran sains
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
dengan teknologi serta kegunaan dan
secara cerdas, kreatif dan bertanggung
kebutuhan masyarakat, konsep-konsep
jawab (Fajar, 2004).
yang telah dipelajari dan dikuasai oleh
Pendekatan
STM
siswa diharapkan dapat bermanfaat bagi
dicirikan oleh isu-isu yang ada di
dirinya dan dapat dipergunakan untuk
masyarakat terkait dengan sains dan
menyelesaikan
teknologi sebagai berikut. Pertama,
dihadapinya
diarahkan
peningkatan
sosialnya. Untuk mencapai hal itu,
pengetahuan dan keterampilan siswa
diharapkan guru disamping membekali
dalam membuat keputusan yang tepat
peserta didik dengan penguasaan konsep
berdasarkan informasi ilmiah. Kedua,
dan proses sains, juga membekalinya
tanggap terhadap karir masa depan
dengan kreativitas, kemampuan berfikir
dengan mengingat bahwa kita hidup
kritis,
dalam masyarakat yang bergantung
sehingga mau melakukan tindakan nyata
pada
apabila ada masalah yang dihadapi di
pada
sains
evaluasi
Pembelajaran
dan
belajar
teknologi. ditekankan
Ketiga, pada
masalah maupun
peduli
terhadap
yang
dilingkungan
lingkungan
luar kelas.
kemampuan siswa dalam memperoleh
Tujuan penelitian ini adalah untuk
dan menggunakan informasi ilmiah
mengidentifikasi: 1) Adakah pengaruh
dalam memecahkan masalah (Galib,
penerapan
2002).
Keunggulan-keunggulan
STM terhadap peningkatan hasil belajar
Pendekatan
Pembelajaran
siswa? 2) Bagaimana peningkatan hasil
STM
pendekatan
(PPSTM) antara lain: a) siswa memiliki
belajar
kreatifitas yang tinggi, b) kepedulian
pendekatan
terhadap masyarakat lebih besar, c)
teknologi
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
siswa
yang
pembelajaran
menerapkan
pembelajaran masyarakat
sains
dibandingkan
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Suprianto et al. / Pembelajaran STM 2 (2016), 33 - 44
37
dengan konvensional? 3) Bagaimanakah aktivitas belajar siswa di kelas dengan menggunakan pendekatan pembelajaran STM?
Tabel 1. Kriteria N-gain Interval Koefisien (
)>0,70 0,70 ≥ () ≥ 0,30 () < 0,30
Kriteria g-Tinggi g-Sedang g-Rendah
{Meltzer dalam Ana Shofia (2011)}
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan Quasi-
Pengumpulan data dalam penelitian
Eksperimen dengan rancangan “Pretest-
ini dilaksanakan di kelas X SMA
Posttest
Hidayatun Najah pamekasan. Untuk
Control
Penentuan
Group
sampel
menggunakan
Design”. penelitian
teknik
random
assignment. Pada penelitian ini, peneliti ingin menganalisis pengaruh penerapan pendekatan pembelajaran STM terhadap peningkatan hasil belajar siswa dan membandingkan
peningkatan
hasil
belajar siswa antara kelompok yang menerapkan pendekatan pembelajaran STM dengan pembelajaran langsung. Data hasil belajar yang diperoleh dari hasil pre test dan post test dianalisis dengan
uji
hipotesis
dengan
pengumpulan data dilakukan prosedur sebagai berikut: 1) Sebelum menerima pelajaran,
siswa
pada
kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol diberi
pre-test
untuk
mengetahui
kemampuan awal siswa. 2) Kelompok eksperimen diajar dengan pendekatan pembelajaran kontrol
STM
diajar
konvensional.
3)
dan
kelompok
dengan
metode
Setelah
bahasan
pelajaran selesai, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberi post-test sebagai hasil evaluasi.
menggunakan uji t sampel independen dengan rumus:
Jonathan Sarwono (2006:74)
Sedangkan peningkatan
untuk hasil
menganalisis belajar
siswa
menggunakan uji N-gain dengan rumus:
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Suprianto et al. / Pembelajaran STM 2 (2016), 33 - 44
38
Tabel 3. Deskripsi hasil belajar siswa yang menerapkan PPSTM dan MPL Tabel 2. Aktivitas Belajar Siswa Aspek yang diamati Memperhatikan
Bertanya
Menanggapi
Menjawab
Indikator Penilaian Skor a.Memperhatikan dengan serius b. Memperhatikan tapi kurang serius c.Tidak memperhatikan a. Bertanya sesuai dengan materi b. Bertanya tidak sesuai dengan materi c. Tidak bertanya a. Menanggapi dengan serius b. Menanggapi tapi kurang serius c. Tidak menanggapi a. Menjawab dengan benar b. Menjwab kurang benar c. Tidak menjawab
Berdasarkan
kriteria
di
3 Rata-rata 2 1 3 2 1
30
55
35
50
19
19
0,64
0,46
Berdasarkan Tabel 3 tampak bahwa
3
gain skor ternormalisasi hasil belajar
2
siswa pada kelas eksperimen yang
1 3
diterapkan PPSTM adalah 0,64 yang
2
dalam kategori sedang. Pada kelas
1
kontrol
atas
aktivitas belajar siswa dihitung dengan rumus berikut: Aktivitas =
Nilai maks Nilai min Jumlah siswa N-gain
Pendekatan Model DI STM Pre- Posttest Pre- posttest test test 40,7 78,68 43, 69,47 9 68 65 90 45 90
mana kriteria perolehan skor termasuk
yang
diterapkan
MPL
memperoleh gain score ternormalisasi sebesar 0,46 masuk dalam kategori sedang. Berdasarkan hasil uji t diperoleh
X 100 %
besar Hal ini menunjukkan bahwa ada
(Erlina: 2013)
perbedaan yang signifikan peningkatan
Keterangan:
hasil belajar siswa yang menerapkan
x = skor perolehan aktivitas belajar
PPSTM dibandingkan MPL.
siswa k = skor maksimal
Prosentase aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol disajikan pada tabel 4.
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang menerapkan pendekatan pembelajaran STM dengan model pembelajaran langsung (MPL)
Tabel 4. Prosentase aktivitas belajar siswa Kegiatan PPSTM (%) Bertanya 59,6 Memperhatikan 64,9 Menanggapi 63,1 Menjawab 59,6 Rata-rata 61,8
MPL (%) 50,8 47,3 38,5 45,6 45,55
seperti pada tabel berikut:
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Suprianto et al. / Pembelajaran STM 2 (2016), 33 - 44
Rata-rata
prosentase
39
aktivitas
belajar siswa pada kelas eksperimen yang diterapkan PPSTM adalah 61,8%. Pada kelas kontrol yang menerapkan MPL memperoleh rata-rata prosentase aktivitas belajar siswa sebesar 45,55%. Berdasarkan data analisis deskriptif tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
Gambar 2. Histogram Rata-rata Prosentase Aktivitas Belajar Siswa pada MPL dan PPSTM
peningkatan hasil belajar siswa yang mengikuti
pendekatan
pembelajaran
Berdasarkan
hasil
uji
hipotesis
STM lebih baik daripada peningkatan
menunjukkan adanya perbedaan hasil
hasil belajar siswa yang mengikuti
belajar siswa antara kelompok siswa
Model Pembelajaran langsung. Rata-
yang dibelajarkan dengan pendekatan
rata prosentase aktivitas belajar siswa
pembelajaran
yang mengikuti PPSTM juga lebih baik
Masyarakat dengan model pembelajaran
dibandingkan
langsung.
rata-rata
prosentase
Sains-Teknologi-
Siswa
yang
dibelajarkan
aktivitas belajar siswa yang mengikuti
dengan pendekatan pembelajaran Sains-
MPL.
Teknologi-Masyarakat
Gambaran mengenai gain score
menunjukkan
peningkatan hasil belajar lebih baik
ternormalisasi peningkatan hasil belajar
secara
siswa dan rata-rata prosentase aktivitas
dibelajarkan
belajar
pembelajaran langsung. Hal tersebut
siswa
dapat
diamati
pada
Gambar 1 dan Gambar 2.
signifikan
daripada
dengan
yang model
berdasarkan hasil analisis uji-t yang menunjukkan sedangkan
thitung
besar
adalah
ttabel
untuk
2,37 taraf
signifikansi 0,05 adalah 2,00, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti terdapat penerapan
pengaruh
yang
pendekatan
signifikan
pembelajaran
Sains-Teknologi-Masyarakat
terhadap
peningkatan hasil belajar siswa. Gambar 1. Histogram Gain Score Hasil Belajar Siswa pada MPL dan PPSTM
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Suprianto et al. / Pembelajaran STM 2 (2016), 33 - 44
Berdasarkan hasil analisis deskriptif
40
bahwa
(1)
terdapat
perbedaan
maka kelompok siswa yang dibelajarkan
penguasaan materi dan keterampilan
dengan pendekatan pembelajaran Sains-
pemecahan masalah antara siswa yang
Teknologi-Masyarakat memiliki gain
mengikuti model pembelajaran sains
score untuk hasil belajar siswa 0,64
teknologi
yang
pembelajaran
termasuk
kategori
sedang
masyarakat
dan
model langsung
sedangkan yang dibelajarkan dengan
(F=26,940;p<0,05),
model pembelajaran langsung memiliki
perbedaan penguasaan materi antara
gain score untuk hasil belajar siswa
siswa
sebesar 0,46 yang dikategorikan sedang.
pembelajaran
Meskipun
perlakuan
masyarakat dan model pembelajaran
menunjukkan gain score yang berada
langsung (F=45,940;p<0,05), dan (3)
pada kategori sedang tetapi dilihat dari
terdapat
rata-rata nilai yang diperoleh siswa
pemecahan masalah antara siswa yang
mengindikasikan
mengikuti model pembelajaran sains
kedua
bahwa
secara
yang
(2)
terdapat
mengikuti
model
sains
teknologi
perbedaan
deskriptif PPSTM relatif lebih baik
teknologi
sebagai strategi belajar bagi siswa dalam
pembelajaran
rangka
belajar.
p<0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini
pendekatan
dapat direkomendasikan bahwa model
PPSTM
meningkatkan merupakan
hasil
masyarakat
keterampilan
dan
langsung
model
(F=11,262;
pembelajaran yang menekankan pada
pembelajaran
pemanfaatan isu-isu sains yang ada di
masyarakat dapat digunakan sebagai
lingkungan sekitar siswa untuk dibahas
alternatif model pembelajaran untuk
dalam pembelajaran melalui proses
meningkatkan penguasaan materi dan
maupun produk sains.
keterampilan pemecahan masalah.
Temuan ini sejalan dengan hasil
Pengaruh
penelitian Mulyani, dkk (2008) yang
Teknologi
menyatakan bahwa ada pengaruh yang
sains
teknologi
Pendekatan
Sains
Masyarakat
(STM)
dibandingkan
dengan
model
signifikan pendekatan sains teknologi
pembelajaran
langsung
dalam
masyarakat terhadap prestasi dan minat
pencapaian hasil belajar IPA siswa
belajar siswa. Hasil ini juga sama
dapat
dengan penelitian yang dilakukan oleh
operasional empiris, Secara teoritis,
D. Agustini, dkk (2013) menunjukkan
Pendekatan
ditinjau
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
secara
Sains
teoritis
dan
Teknologi
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Suprianto et al. / Pembelajaran STM 2 (2016), 33 - 44
41
Masyarakat (STM) adalah kemampuan
kehidupan sehari-hari). Salah satu ciri
yang tidak banyak berkaitan dengan
khas pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran apa, namun bagaimana
STM adalah adanya kebebasan atau
proses belajar itu dilaksanakan. Proses
otonomi dalam proses belajar, sehingga
belajar
mereka benar-benar membangun sendiri
yang
dilaksanakan
pun
berdasarkan atas inisiatif dan tanggung
pengetahuan
jawab peserta didik. Siswa sebagai
tentang sains, teknologi, dan masyarakat
peserta
sehingga berpengaruh terhadap hasil
didik
mencari
berusaha
sumber
memahami,
informasi,
serta
dan
pemahamannya
belajarnya.
memecahkan masalah yang diberikan
Dalam
kegiatan
pembelajaran,
oleh guru. Pendekatan Sains Teknologi
guru hanya berfungsi sebagai fasilitator
Masyarakat
dan motivator, sehingga siswalah yang
(STM)
menekankan
pengajaran yang lebih mementingkan
harus
keterampilan, proses, sistem daripada
pengetahuannya. Hal ini sesuai dengan
cakupan isi dan tes, Pendekatan Sains
pandangan
Teknologi
(STM)
memandang belajar merupakan kegiatan
mengembang-kan
yang dilakukan secara aktif oleh siswa
Masyarakat
membantu kemampuan
berpikir
peserta
didik
aktif
dalam
membangun
konstruktivis
yang
untuk membangun sendiri pengetahuan
dalam memecahkan masalah di dunia
dalam
nyata.
dipertegas dengan pendapat Wheatley
Menurut Sutarno (2008) Sains
Penjelasan
tersebut
(dalam Jauhar, 2011) yang menyatakan
Teknologi Masyarakat (STM) sebagai
bahwa
belajar
dan
dirinya.
“pengetahuan
tidak
dapat
mengajar
mengenai
diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif
dalam
konteks
oleh struktur kognitif siswa”. Dengan
pengalaman manusia (konteks dunia
demikian tidak ada lagi transfer ilmu
nyata). STM memiliki empat fase atau
pengetahuan dari guru ke siswa.
sains/teknologi
tahapan dalam proses pembelajaran yaitu
tahap
invitasi
(pengajuan
Berdasarkan data deskriptif ratarata prosentase aktivitas belajar siswa
masalah), tahap eksplorasi (pencarian
yang
informasi), tahap pengajuan eksplanasi
PPSTM sebesar 61,8% sedangkan rata-
dan solusi dan tahap tindak lanjut atau
rata prosentase aktivitas belajar siswa
aplikasi
yang
(aplikasi
konsep
dalam
dibelajarkan
dibelajarkan
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
menggunakan
dengan
model
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Suprianto et al. / Pembelajaran STM 2 (2016), 33 - 44
42
pembelajaran langsung 45,55%. Hal ini
Lowa Amerika dalam Poedjiadi (2005)
menunjukkan bahwa aktivitas belajar
terhadap pelaksanaan program-program
siswa
STM antara lain: Peserta didik lebih
yang
Pendekatan
dibelajarkan
dengan
Pembelajaran
Sains-
banyak
bertanya,
dan
seringkali
Teknologi-Masyarakat relatif lebih baik
memberikan pertanyaan yang di luar
dibandingkan dengan aktivitas belajar
dugaan guru; Peserta didik terampil
siswa
dalam mengidentifikasi kemungkinan
yang
dibelajarkan
model
pembelajaran langsung.
penyebab dan efek hasil observasi dan
Hasil penelitian ini sejalan dengan
kegiatan tertentu.
hasil penelitian yang dilakukan Yager (1996) yang mendapatkan bahwa model pembelajaran
Sains-Teknologi-
Masyarakat terbukti lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang mencakup lima domain yaitu domain konsep, proses, aplikasi, kreativitas dan sikap.
Beberapa
pendekatan
keunggulan
pembelajaran
Teknologi-Masyarakat
ini
dari Sainsadalah
peserta didik dapat menghubungkan sains yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari;
peserta
didik
menjadi
terlibat dalam isu-isu sosial; peserta didik tertarik dengan perkembangan teknologi baru dan menggunakannya untuk melihat kepentingannya serta kecocokannya dengan konsep sains. Penerapan pendekatan STM dengan benar juga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, hal ini sesuai dengan hasil penelitian National Science Teacher Association (NSTA) tahun 1985-1986 di
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat
diuraikan
menjadi tiga simpulan hasil penelitian, yaitu: ada pengaruh yang signifikan penerapan
pendekatan
pembelajaran
Sains-Teknologi-masyarakat peningkatan
hasil
belajar
terhadap siswa;
peningkatan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan SainsTeknologi-Masyarakat
lebih
unggul
daripada siswa yang dibelajarkan model pembelajaran
langsung;
Aktivitas
belajar siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan
Sains-Teknologi-
Masyarakat lebih baik daripada siswa yang
dibelajarkan
dengan
model
pembelajaran langsung. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ada beberapa saran yang perlu disampaikan sebagai berikut: 1) Dalam
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Suprianto et al. / Pembelajaran STM 2 (2016), 33 - 44
menyampaikan
materi
ajar,
43
UNESCO. pada:www.unesco.org. pada 23 Mei 2016.
guru
hendaknya bisa lebih kreatif. Salah satu
Tersedia Diunduh
pendekatan pembelajaran yang inovatif yang
dapat
diterapkan
adalah
pendekatan STM; 2) Dalam menerapkan pendekatan pembelajaran STM guru harus mengidentifikasi isu-isu sains dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai
Erlina. 2013, Pemanfaatan Model Pembelajaran Role Playing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Fajar.
2004, Portofolio Dalam Pembelajaran IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
dengan materi pembelajaran; 3) Untuk para
peneliti
dibutuhkan
penelitian
lanjutan untuk materi fisika yang lain yang
bersifat
diterapkan
aplikatif dengan
dan
bisa
pendekatan
pembelajaran STM dan perlu penelitian tentang
faktor-faktor
mempengaruhi
yang
lain
Galib, L. M. 2002, “ Pendekatan SainsTeknologi-Masyarakat dalam Pembelajaran Sains di Sekolah”. Jurnal pendidikan dan kebudayaan, volume 34, nomor 1 (hlm. 1-31). Tersedia pada http://www.depdiknas.go.id. Diunduh tanggal 25 juni 2016.
yang
mempengaruhi
hasil belajar siswa. DAFTAR PUSTAKA D. Agustini, dkk. 2013, Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) Terhadap Penguasaan Materi dan Keterampilan Pemecahan Masalah Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di MTs. Negeri Patas. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Sains (Volume 3 Tahun 2013). EFA. 2010, “Education for All Global Monitoring Report 2010, UNESCO. Tersedia pada:www.unesco.org. Diunduh pada 23 Mei 2016.
Jauhar, Mohamad. 2011, Implementasi PAIKEM dari Behaviouristik Sampai Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Mulyani, Dwi Retno. 2008, Pengaruh Pendekatan STM Dalam Pembelajaran Fisika terhadap Prestasi dan Minat Belajar Siswa. Jurnal FMIPA UPI. OECD. 2012, PISA 2009 Technical Report. PISA: OECD Publishing. Tersedia pada: www.pisa.oecd.org. Diaskes pada 23 mei 2016. Poedjiadi. 2005, Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sarwono, Jonathan. 2006, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif: Jogjakarta. Graha Ilmu
EFA. 2011, “Education for All Global Monitoring Report 2011”.
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Suprianto et al. / Pembelajaran STM 2 (2016), 33 - 44
44
Sutarno,Nono. 2008, Materi Pokok dan Pembelajaran IPA SD;1-9 PGSD4403/3 SKS. Jakarta: UT Wahyudi, 2002, Tingkat Pemahaman Siswa terhadap Materi Pembelajaran IPA. Jurnal pendidikan dan Kebudayaan. Vol 3(6). Hal 389. Yager, R.E. 1996, Science/technology/Socienty As Reform In Science Education. State University of New York.
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976