e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
PENGARUH PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK BERBANTUAN ALAT PERAGA KONKRET TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD GUGUS SRIKANDI DENPASAR TIMUR Ni Komang Tri Murni1, I Nengah Suadnyana2,I Kt. Adnyana Putra3, 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail :
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konstruktivistik berbantuan alat peraga konkret dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Srikandi Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu atau Quasi Eksperimen dengan menggunakan desain penelitian Nonequivalent Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus Srikandi yang terdiri dari 20 kelas. Dengan menggunakan teknik random sampling diperoleh 2 kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas Va SD Negeri 1 Sumerta sebagai kelas kontrol dan kelas Va SD Negeri 5 Sumerta sebagai kelas eksperimen. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode tes, yang kemudian dianalisis dengan uji-t. Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konstruktivistik berbantuan alat peraga konkret dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Srikandi Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014. (thitung = 9,274 > ttabel (α = 0,05, dk = 90) = 2,000) dengan perolehan nilai hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol yaitu sebesar (79,26 > 69,10). Dengan demikian pendekatan konstruktivistik berbantuan alat peraga konkret memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Gugus Srikandi Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014. Kata kunci : konstruktivistik , alat peraga konkret, hasil belajar matematika Abstract This study aims to determine significant differences mathematics learning outcomes of students who take the constructivist learning concrete visual aided by students who take the conventional teaching at the fifth grade of elementary school students Gugus Srikandi East Denpasar District School Year 2013/2014. The study was Quasi Experiments using Nonequivalent Control Group Design research. The study population was all students in fifth grade elementary Gugus Srikandi consisting of 20 classes. By using random sampling techniques then there are 2 classes as the sample, they are class V SD Negeri 1 Sumerta as Control Class and SD Negeri 5 Sumerta as Experimental Class. The data was collected by using the test method. Then that data was analyzed using t-test. Based on the study data analysis concluded that there were significant differences in students' mathematics learning outcomes that follow the constructivist learning concrete visual aided by students who took the conventional teaching fifth grade elementary school Gugus Srikandi students East Denpasar District School Year 2013/2014. (tvalue = 9,274 > ttabel (α = 0.05, dk = 90) = 2.000, the result was the acquisition of learning outcomes experimental class higher than the class of the control is equal to (79.26> 69.10). Thus constructivist approach aided learning tools
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 concrete gave a positive impact on math learning outcomes for the fifth grade elementary school students Gugus Srikandi East Denpasar District year 2013/2014.
Key words: constructivist, concrete visual aids, mathematic result study PENDAHULUAN Pembelajaran konvensional di Sekolah Dasar (SD) masih didominasi oleh aktivitas guru (teacher-centered) sehingga siswa menjadi pasif. Meskipun demikian guru lebih suka menerapkan model tersebut, karena tidak memerlukan alat peraga dan bahan praktek tetapi cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar. Akibatnya siswa tidak memperoleh penyelesaian tentang strategi belajar untuk dapat memahami tentang cara belajar, berpikir, dan memotivasi diri sendiri. Menurut teori Piaget dikatakan bahwa “siswa Sekolah Dasar (SD) yang umurnya 7-12 tahun berada pada tahap operasional konkret” (Muchtar A Karim,1997:20). Sehingga siswa pada tahap ini masih membutuhkan bantuan memanipulasi objek-objek konkret atau pengalaman langsung yang dialaminya agar dapat berpikir abstrak. Dalam hal ini penggunaan media dan alat peraga yang telah disiapkan oleh guru dapat membantu siswa dalam pembelajaran sehingga bahan pelajaran yang diberikan lebih mudah dipahami oleh siswa. Alat peraga ini berfungsi untuk menyederhanakan konsep yang sulit/sukar, menyajikan bahan yang relatif abstrak menjadi lebih nyata, menjelaskan pengertian atau konsep secara lebih konkret sehingga sesuai dengan tahap perkembangan siswa pada usia SD. Setelah diberlakukannya kurikulum 2004 berbasis kompetensi yang direvisi dan dikenal dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) menuntut adanya perubahan paradigma pendidikan dan pembelajaran yaitu dari pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-centered) menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered) sehingga dapat memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil pendidikan. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa baik faktor internal
maupun faktor eksternal, sehingga diperlukan berbagai usaha untuk memperoleh hasil belajar yang baik. Pembelajaran yang berpusat pada siswa, memungkinkan siswa secara aktif membangun pengetahuannya sendiri merupakan kondisi yang harus diusahakan guru. Pembelajaran yang dilandasi oleh teori konstruktivistik ini merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. “Belajar aktif merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa baik secara fisik maupun mental serta sesuai dengan perkembangan siswa SD” (Depdiknas, 2006:67). Pada kenyataannya masih banyak pembelajaran yang belum mengacu pada proses belajar aktif sehingga hasil belajar siswa senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil dari kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional sehingga belum menyentuh semua ranah dimensi siswa secara maksimal. Pembelajaran masih didominasi oleh guru dan siswa tidak diberikan kebebasan untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikir. Keadaan yang demikian tentu dapat menurunkan kreativitas siswa yang pada akhirnya berpengaruh pada penurunan hasil belajar siswa. Menurut Sutarno (dalam Sumarmiati, 2009:5) mengatakan bahwa membelajarkan tidak sama dengan mengajar. Dalam pembelajaran diharapkan mengacu pada student-centered sehingga dapat membangun konsep-konsep sesuai dengan kemampuannya sendiri. Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik maka diperlukan keaktifan siswa dalam berpartisipasi selama pembelajaran seperti mengajukan pertanyaan, menanggapi pertanyaan teman, menjawab pertanyaan guru, dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Untuk itu guru diharapkan mampu merancang pembelajaran aktif sehingga hasil belajar dapat meningkat.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 Keberhasilan pada suatu pembelajaran tertentu dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti pembelajaran tersebut. Semakin tinggi tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan, maka semakin tinggi tingkat keberhasilan yang dicapai. Dengan demikian seorang guru hendaknya mengembangkan pengetahuannya tentang teori-teori pembelajaran dan mengaplikasikannya dalam pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggali potensi siswa secara optimal. Melalui kompetensi profesionalnya, guru harus mampu mewujudkan pembelajaran yang inovatif dan kreatif sehingga pembelajaran dapat lebih bermakna, terlebih lagi pada pembelajaran matematika. Salah satu teori pembelajaran yang bisa dimanfaatkan adalah teori pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan konstruktivistik. Penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian dari Mariani (2009:56) yang mana pembelajaran berorientasi pada pendekatan konstruktivistik dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa. Trianto (2007:10) mengemukakan bahwa “konstruktivistik merupakan pendekatan yang menekankan pada pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar”. Pembelajaran lebih diwarnai studentcentered dan bukan teacher-centered. Sebagian besar waktu selama pembelajaran berlangsung berbasis pada aktivitas siswa sehingga dengan bantuan alat peraga konkret dapat membantu siswa meningkatkan pemahamannya tentang konsep-konsep matematika yang bersifat abstrak. Pembelajaran di sekolah dasar yang berorientasi pada pendekatan konstruktivistik merupakan upaya di dalam merubah paradigma pendidikan yaitu dari pembelajaran yang teacher-centered menjadi student-centered. Di Sekolah Dasar pembelajaran lebih menekankan pada siswa aktif selama pembelajaran berlangsung. Dengan demikian siswa menjadi lebih menyenangi pembelajaran, lebih aktif, dan berani di dalam mengemukakan pendapatnya.
Salah satu landasan teoretik pendidikan modern adalah pendekatan pembelajaran konstruktivistik. Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pada pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuannya melalui keterlibatan secara aktif selama proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Trianto (2007:106) yang menyatakan bahwa ”Sebagian besar waktu proses belajar mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa”. Suastra (2009:45) menyatakan bahwa dalam model belajar konstruktivisme, guru dalam kapasitasnya sebagai fasilitator dan mediator mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. (1) Menyiapkan kondisi yang kondusif bagi terjadinya proses pembelajaran dengan menyiapkan masalah-masalah yang menantang bagi siswa, (2) Berusaha untuk menggali dan memahami pengetahuan awal siswa, (3) Selalu mempertimbangkan pengetahuan awal siswa dalam merancang dan mengimplementasikan pembelajaran, (4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide-ide yang dimiliki, (5) Lebih menekankan pada argumentasi atau tanggapan siswa dari pada benar salahnya tanggapan siswa, (6) Menggunakan suatu strategi pembelajaran yang dapat mengubah miskonsepsimiskonsepsi yang dibawa siswa menuju konsep ilmiah, (7) Menyiapkan dan menyajikannya pada saat yang tepat berbagai konflik kognitif yang dapat mengarahkan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan ilmiah. Ide-ide konstruktivis modern banyak dilandaskan pada teori Vygotsky yang telah digunakan untuk menunjang metode pengajaran yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis kegiatan, dan penemuan. Dengan dilengkapi menggunakan media-media konkret khususnya pada pembelajaran di SD akan sangat membantu siswa untuk membangun konsep-konsep baru yang dipelajarinya. Media konkret yang dimaksud adalah alat peraga. Seperti yang dikatakan Sudjana (1989:100) bahwa “alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien”. Menurut Kokom Komalasari (2010:112) juga menyatakan bahwa “alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata/konkret”. Pada dasarnya siswa belajar melalui sesuatu yang konkret. Untuk memahami konsep abstrak anak memerlukan benda-benda konkret sebagai perantara atau visualisasinya. Benda-benda yang demikianlah yang disebut dengan alat peraga konkret. Russefendi (2003:18-19) fungsi alat peraga konkret diantaranya sebagai berikut. (1) Pembelajaran termotivasi, baik siswa maupun guru, dan utamanya, minat siswa timbul. Mereka senang, terangsang dan tertarik sehingga akan bersikap positif terhadap pelajaran matematika, (2) Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkret sehingga lebih dapat dipahami dan dimengerti serta dapat ditanamkan pada tingkat yang lebih rendah, (3) Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam sekitar lebih dapat dipahami, (4) Konsepkonsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkret yaitu dalam bentuk model matematika yang dapat dipakai sebagai obyek penelitian. Kelebihan penggunaan alat peraga konkret dalam pembelajaran yaitu: (1) menumbuhkan minat belajar siswa karena pelajaran menjadi lebih menarik, (2) memperjelas makna bahan pelajaran sehingga siswa lebih mudah memahaminya, (3) metode mengajar lebih bervariasi sehingga siswa tidak mudah bosan, dan (4) membuat lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti: mengamati, melakukan dan mendemonstrasikan dan sebagainya. Disamping keuntungan dari penggunaan alat peraga konkret juga memiliki kelemahan atau kekurangannya yaitu:(1) mengajar dengan memakai alat peraga lebih banyak menuntut guru agar lebih kreatif, (2) banyak waktu yang
diperlukan untuk persiapan, dan (3) perlu kesediaan berkorban secara materiil. METODE Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan konstruktivistik berbantuan alat peraga konkret terhadap hasil belajar matematika siswa, yang tergolong pada penelitian jenis kuasi eksperimen (eksperimen semu) dimana ”dalam penelitian ini peneliti memberikan perlakukan (treatment) kepada sekelompok subjek yang telah ditentukan” (Punaji Setyosari, 2012:30). Penelitian ini menguji hubungan sebab akibat untuk membuktikan apakah suatu variabel (variabel bebas) menyebabkan hasil pada variabel (variabel terikat). Dalam penelitian ini digunakan 2 kelompok sampel yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (kelompok banding). Desain penelitian ini adalah desain penelitian eksperimen semu dengan desain Nonequivalent Control Group Design. Pre test dilakukan untuk menyetarakan kelompok, sedangkan yang dibandingkan hanya skor post test saja. Dikatakan penelitian eksperimen semu atau kuasi eksperimen, karena tidak semua variabel dapat diukur dan dikontrol secara ketat, seperti IQ (intelegence Quotient) dan kondisi psikologis dari siswa itu sendiri. Keunggulan dari metode ini adalah dapat dilaksanakan pada penelitian yang berlangsung dalam kondisi pengontrolan terhadap variabel sangat sulit, sehingga kemungkinan untuk melakukan eksperimen murni sangat sulit. Sementara kelemahan dari jenis penelitian ini adalah adanya pengontrolan variabel yang lemah menyebabkan karakteristik dalam satu kelompok perlakuan tidak bisa dibuat sama atau disamakan. Desain penelitian ini dilihat pada Tabel 1.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 Tabel 1. Rancangan Penelitian Non Equivalent Control Group Design Kelas Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol (Sugiyono, 2012:79)
Treatment X –
Post–test O1 O2
Keterangan: X = treatment terhadap kelompok eksperimen, – = tidak menerima treatment, O1 = post–test terhadap kelompok eksperimen, O2 = post–test terhadap kelompok kontrol Populasi adalah objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2012:117). Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas V Sekolah Dasar yang ada pada Gugus Srikandi Kecamatan Denpasar Timur yang berjumlah 684 siswa. Sekolah Dasar Gugus Srikandi Kecamatan Denpasar Timur ini yang terdiri dari 8 Sekolah. Informasi yang diperoleh dari Kepala UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Denpasar Timur bahwa kelas V dari 8 sekolah yang ada di Gugus Srikandi adalah setara secara akademik yang memiliki nilai rata-rata yang tidak jauh berbeda. Dengan demikian tidak terdapat kelas unggulan maupun non unggulan. Dalam melakukan pemilihan sampel penelitian, tidak dapat dilakukan pengacakan individu karena tidak bisa mengubah kelas yang terbentuk sebelumnya dan kelas V yang dijadikan sampel berada di sekolah yang berbeda. Kelas dipilih sebagaimana telah terbentuk tanpa adanya campur tangan peneliti dan tidak dilakukan pengacakan individu, dengan tujuan untuk mencegah kemungkinan subjek mengetahui dirinya dilibatkan dalam penelitian sehingga penelitian ini benar-benar menggambarkan pengaruh perlakuan yang diberikan. Berdasarkan karakteristik populasi dan tidak bisa dilakukan pengacakan individu, maka pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan tehnik random sampling tetapi yang dirandom adalah kelas. Dalam penelitian ini, setiap kelas memperoleh hak yang sama untuk mendapat kesempatan dipilih menjadi sampel. Tehnik penentuan sampel,
ditentukan dengan cara mengundi dari 20 kelas yang ada pada gugus, sehingga diperoleh 2 kelas sebagai sampel. Dua kelas yang menjadi sampel yaitu kelas Va SD Negeri 5 Sumerta dan kelas Va SD Negeri 1 Sumerta. Kelas ini kemudian diundi kembali untuk dijadikan kelompok eksperimen yaitu kelas yang menggunakan pendekatan konstruktivistik berbantuan alat peraga konkret dan satu lagi kelompok kontrol yaitu kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Didapatkan kelas Va SD Negeri 5 Sumerta yang berjumlah 43 orang siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas Va SD Negeri 1 Sumerta yang berjumlah 49 orang siswa sebagai kelompok kontrol. Untuk mengetahui sampel benarbenar setara, dilakukan uji kesetaraan dengan uji-t dengan rumus polled varians. Sebelum uji-t dilakukan maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode tes. Tes adalah alat atau prosedur sistematik untuk mengukur sejumlah prilaku tertentu dari subjek uji. Tes dapat memberikan gambaran tingkat intensitas prilaku seseorang baik dibandingkan dengan siswa lainnya atau dengan tolak ukur tertentu. Jenis tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa adalah tes formatif bentuk tes obyektif yaitu pilihan ganda dengan satu jawaban benar. Metode tes dilakukan dengan membagikan sejumlah tes untuk mengukur hasil belajar matematika siswa dengan pendekatan konstruktivistik berbantuan alat peraga konkret dan model pembelajaran konvensional. Dari tes tersebut dapat dihasilkan suatu data berupa data interval.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 Tes yang digunakan dalam instrument penelitian telah di validasi baik validitas isi maupun butir soalnya. Uji butir soal meliputi uji validitas, realibitas, tingkat kesukaran dan daya beda. Tes tersebut terdiri dari 40 soal yang di uji cobakan untuk mendapatkan 30 butir soal yang dapat diterima atau digunakan sebagai instrumen penelitian. Setiap item soal disertai dengan empat pilihan alternatif (alternatif a, b, c, d). Setiap item diberi skor 1 bila siswa menjawab dengan benar dan siswa yang menjawab salah diberi skor 0. Hasil belajar matematika siswa yang merupakan aspek kognitif diukur dengan tes hasil belajar matematika. Skor yang diperoleh siswa dalam mengerjakan tes hasil belajar matematika mencerminkan hasil belajar matematika. Tes hasil belajar ini dikembangkan berdasarkan jenjang Taksonomi Bloom pada ranah kognitif yaitu :Tipe Hasil Belajar Pengetahuan (C1), Tipe Hasil Belajar Pemahaman (C2) dan Tipe Hasil Belajar Aplikasi (C3). HASIL DAN PEMBAHASAN Pencapaian skor rata–rata hasil belajar Matematika pada kelompok eksperimen dengan kategori sangat baik (M = 79,26) dan pada kelompok kontrol, skor rata–rata berada pada kategori sedang (M
= 69,10). Secara deskriptif dapat disampaikan bahwa pengaruh pendekatan konstruktivistik berbantuan alat peraga konkret lebih unggul dibandingkan dengan model konvensional untuk pencapaian hasil belajar Matematika Sekolah Dasar gugus Srikandi Kecamatan Denpasar Timur. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan uji–t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat terhadap sebaran data penelitian yang akan diuji hipotesisnya, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas data dilakukan terhadap data hasil belajar matematika kelompok eksperimen dan kontrol dengan menggunakan rumus chi-kuadrat. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dengan menggunakan rumus chi–kuadrat, diperoleh data hasil belajar Matematika kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal. Uji homogenitas varians digunakan uji–F diketahui varians kedua kelompok homogen. Sehingga untuk menguji hipotesis digunakan uji–t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians. Rekapitulasi hasil perhitungan uji–t antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Tabel Analisi Data Untuk Uji Hipotesis Kelas
Varians
N
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
28,24
43
26,76
49
Db
thitung
ttabel
Kesimpulan
90
9,274
2,000
Ha diterima
Berdasarkan tabel 2, terlihat thitung lebih besar daripada ttabel yaitu 9,274 > 2,000 pada derajat kebebasan 90. Dengan hasil tersebut maka dapat disimpulkan Ho yang berbunyi ” Tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konstruktivistik berbantuan alat peraga konkret dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus Srikandi Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran
2013/2014”, ditolak dan Ha yang menyatakan “Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konstruktivistik berbantuan alat peraga konkret dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus Srikandi Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014”, diterima. Berdasarkan hasil penelitian maka pengujian hipotesis berkaitan dengan hasil
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 belajar Matematika siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus Srikandi Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014 yang mengikuti pembelajaran konstruktivistik berbantuan alat peraga konkret maupun yang mengikuti pembelajaran konvensional. Sedangkan untuk mengetahui pengaruh pendekatan konstruktivistik berbantuan alat peraga konkret pada pelajaran Matematika siswa kelas V Sekolah Dasar, dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen dengan nilai rata-rata kelompok kontrol. Karena nilai rata-rata hasil belajar Matematika siswa kelompok eksperimen X = 79,26 lebih tinggi dari nilai rata-rata hasil belajar Matematika siswa kelompok kontrol X = 64,92, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan konstruktivistik berbantuan alat peraga konkret dapat mengoptimalkan hasil belajar Matematika. Hasil Uji-t terhadap hipotesis penelitian yang diajukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konstruktivistik berbantuan alat peraga konkret dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus Srikandi Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014. Hal tersebut terlihat pada hasil analisis yang telah dilakukan. Pengaruh pendekatan konstruktivistik berbantuan alat peraga konkret terhadap hasil belajar Matematika siswa mempunyai nilai statistik thitung = 9,274 dengan taraf signifikansi 5%. Secara statistik hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan konstruktivistik berbantuan alat peraga konkret dan model pembelajaran konvensional berbeda secara signifikan dalam pencapaian hasil belajar Matematika siswa pada taraf signifikansi 5%.Hasil penelitian ini telah membuktikan hipotesis yang diajukan, yaitu Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan konstruktivistik berbantuan alat peraga konkret dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus Srikandi Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014.
Berdasarkan hasil penelitian dengan uji statistik diketahui bahwa hasil belajar yang diberikan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik berbantuan alat peraga konkret lebih baik secara signifikan daripada pembelajaran konvensional. Temuan selama proses pembelajaran diketahui ada beberapa kelebihan dari pendekatan konstruktivistik berbantuan alat peraga konkret yang tidak diberikan pada pembelajaran konvensional sehingga dapat memberi pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini sejalan dengan temuan Mariani (2009:56) yang menyatakan bahwa pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan konstruktivistik dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa. Pendekatan konstruktivistik menekankan kepada pembentukan pengetahuan siswa. Selama proses pembelajaran dibiasakan adanya suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang, bukan merupakan suatu barang yang ditransfer begitu saja dari pikiran yang mempunyai pengetahuan ke pikiran orang yang belum mempunyai pengetahuan. Selain itu, Komalasari (2010:112) menyatakan bahwa alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata/konkret. Pada dasarnya siswa belajar melalui sesuatu yang konkret. Untuk memahami konsep abstrak anak memerlukan benda-benda konkret sebagai perantara atau visualisasinya. Dalam pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik berbantuan alat peraga konkret, siswa terbiasa membawa konsepsi awal mereka yang diperoleh selama berinteraksi dengan lingkungan dalam kegiatan belajar mengajar. Lebih lanjut, guru berusaha mencari pandangan atau pendapat siswa dan membuatnya sebagai titik tolak untuk memulai pembelajaran, proses pembelajaran diarahkan untuk menantang apa yang menjadi keyakinan siswa, siswa juga diberi kesempatan untuk dapat menemukan (membentuk) relasi matematis sendiri, jangan selalu dihadapkan pada pemikiran
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 orang dewasa yang sudah jadi, dan dalam sajian proses pembelajarannya sering memunculkan masalah-masalah yang relevan dengan siswa. Akibatnya kelebihankelebihan tersebut memberikan dampak positif terhadap hasil belajar siswa. Pendekatan konstruktivistik berbantuan alat peraga konkret memberi kebebasan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dengan menggunakan beragam sumber belajar yang tersedia menggunakan bantuan alat yang dapat memeragakan konsep secara nyata/konkret sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa dalam pembelajaran. Melalui pembelajaran pendekatan konstruktivistik berbantuan alat peraga konkret ini mampu meningkatkan iklim pembelajaran di sekolah untuk memperoleh hasil pembelajaran yang maksimal dimana model pembelajaran teacher-centered yang menekankan suatu konsep dapat ditransfer dari pendidik ke peserta didik, beralih menuju kepada model pembelajaran student-centered yang menekankan bahwa dalam pembelajaran, peserta didik sendirilah yang akan membangun pengetahuannya. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis data terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konstruktivistik berbantuan alat peraga konkret dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus Srikandi Kecamatan Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014. Hasil analisis menyatakan bahwa nilai rata-rata post-test hasil belajar matematika pada kelompok eksperimen sebesar 79,26, sedangkan nilai rata-rata post-test hasil belajar matematika pada kelompok kontrol sebesar 69,10. Dengan demikian nilai rata-rata post-test hasil belajar matematika pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dari hasil uji hipotesis yang telah dilakukan dengan menggunakan uji-t diperoleh hasil thitung = 9,274 dan dalam taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan 90 diperoleh ttabel = 2,000, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini dapat disimpulkan terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konstruktivistik berbantuan alat peraga konkret dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus Srikandi Kecamatan Denpasar Timur tahun ajaran 2013/2014. Dengan demikian pendekatan konstruktivistik berbantuan alat peraga konkret berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus Srikandi Kecamatan Denpasar Timur tahun ajaran 2013/2014. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut. Pertama, guru harus lebih siap menerapkan pendekatan pembelajaran konstruktivisme dalam proses pembelajaran sehingga lebih kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran yang bermakna bagi siswa dapat tercapai. Kedua, siswa dapat berperan lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga proses transfer ilmu dengan guru sebagai fasilitator dapat terpenuhi. Ketiga, sekolah dapat memberikan dukungan sarana dan prasarana belajar bagi siswa untuk memperlancar proses pembelajaran. Selain itu sekolah memberikan kesempatan bagi guru untuk pengembangkan pembelajaran di kelas dengan pembelajaran yang inovatif, kreatif dan menyenangkan bagi siswa. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara. Asep.
2008. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Multi Pressindo.
Asri. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Depdiknas. 2006. Standar Isi. Jakarta: Depdiknas. Dimyati dan Mujiyono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud. Hadi Sutrisno. 1989. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 Hamalik, O. 2005. Proses Belajar Mengajar.Jakarta: PT Bumi Aksara. Hudoyo, H. 1988. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud. Jihad Asep dan HarisAbdul. 2008. Evaluasi Pembelajaran.Jakarta: Multi Pressindo. Jihad, Asep. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta : Multi Pressindo. Karim,
A Muchtar. 1996. Pendidikan Matematika I. Malang: Depdikbud.
Komalasari. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep Aplikasi. Bandung: Refika Aditama. Lider.
2007. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar.(online) (http//www.google.co.id/search/, diakses 14 Januari 2013)
Posted, 2009. “Pengertian Hasil dan Definisi Hasil Belajar”. Tersedia pada (http;www.hasil_belajar_pengertian _dan_definisi_.com. Diakses tanggal 19 Agustus 2010) Pribadi,Benny A.2009.Model Desain Sistem Pembelajaran.Jakarta: Dian Rakyat Ruseffendi. 2012. Pengertian Alat Peraga, (online). (http://www.sarjanaku.com/2011/03/pengert ian-alat-peraga.html/, diakses 24 Oktober 2012) Sagala,Syaiful. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Suastra. 2009. Pebelajaran Sain Terkini. Singaraja: Undiksha. Suciati. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: UT.
Mariani. 2009. Pengaruh Pembelajaran Kontekstual dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Pembelajaran IPA pada Siswa Kelas V di SDN 1 dan 3 Renon Denpasar Selatan. Undiksha.
Sudjana, Nana dan Rivai Ahmad. 1991. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Muhsetyo, Gatot. 2008. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sudjana, Nana. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Nasir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sudjana,Nana dan Ahmad Riffadi. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Nasution Noehi dan Suryanto Adi, 2008. Evaluasi Pengajaran. Jakarta: UT. Nasution, Noechi. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud Nurkhin, Ahmad. 2010. Tes Hasil Belajar. http://noerclean.unnes.info. Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.Jakarta: Depdiknas
Sudjana, Nana. 1989. Media Mengajar. Bandung : Sinar Biru.
Suharsini, Arikunto. 1998. Manajemen Penelitian Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sumarmiati. 2009. Perbaikan Pembelajaran SAINS dan IPS dikelas V SDN 3 Renon Denpasar Selatan. Denpasar. UT. Supangat, Andi. 2008. Statistika. Jakarta: Kencana.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 Thohiron, Dion. 2012. Tipe Hasil Belajar Bidang Kognitif, (online). (http://id.shvoong.com/social=sciences/edu cation/2267422-tipe-hasil-belajarbidang-konitif/, diakses 01 Maret 2012) Trianto.2007. Model-Model Pembelajaran Innovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Cerdas Pustaka Publiser. UU RI No. 20 Th. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Pustaka Pelajar. Winkel. 2007. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : Media Abadi.