PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN HASIL TANAMAN KEDELAI PADA LAHAN KERING NONMASAM Siti Muzaiyanah dan Subandi Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jl. Raya Kendalpayak km 8 e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Pemupukan merupakan salah satu permasalahan penting menghadapi pengurangan subsidi pupuk pemerintah dan keharusan menuju pertanian yang ramah lingkungan. Untuk itu, Balitkabi telah membuat formula Santap NM-1 dan NM-2 untuk lahan nonmasam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pupuk Santap NM-1 dan NM-2 dibandingkan dengan rekomendasi pemupukan umum (Phonska 300kg/ha) dan kombinasi pupuk santap NM-1/NM-2 + Phonska terhadap bintil akar, kandungan N daun, kandungan klorofil dan tinggi tanaman sebagai parameter pertumbuhan vegetatif. Hasil penelitian menunjukkan bintil akar, kandungan N daun, kandungan klorofil, dan tinggi tanaman mempunyai nilai tertinggi pada perlakuan Santap NM-1 1500 kg/ha+Phonska 150 kg/ha, masing-masing 27,5 buah; 3,8%; 47,3 dan 69,60 cm. Kandungan N daun dan kandungan klorofil berpengaruh kuat terhadap tinggi tanaman dengan nilai korelasi 0,7 dan 0,9. Tinggi tanaman berkorelasi kuat (r=0,9) dengan hasil kedelai. Kata kunci: kedelai, pupuk, bintil akar, tinggi tanaman
ABSTRACT The effect of fertilization on vegetative growth parameters and productivity soybean at non-acidic soil. Fertilization is one of the important issues facing the minimum government subsidy and getting an environmentally friendly agriculture. For that reason, Balitkabi has made the formula of fertilizer and its named Santap NM-1 and NM-2 for nonacidic soil. The purpose of this study was to determine the effect of fertilizer Santap NM-1 and NM-2 were compared with general fertilizer recommendations (Phonska 300kg/ha) and the combination of fertilizer Santap NM-1/NM-2 with Phonska, on the root nodule, the content of nitrogen (N) leaves, chlorophyll content and plant height as vegetative growth parameters. Results showed that the highest value of the root nodules number, the percentage of leaf N content, the chlorophyll content and plant height was in the treatment Santap NM-1 1500 kg/ha + Phonska 150 kg/ha, that’s are: 27,53 nodules; 3,77%; 47, 33 and 69,60 respectively. The percentage content of N leaves and the content of chlorophyll have a strong correlation with plant height showed by r= 0,7 and 0,9 respectively. Plant height has strong correlation with productivity, its showed by r = 0,9. Keywords: soybean, fertilizer, root nodule, weight plant.
PENDAHULUAN Pupuk dibutuhkan tanaman untuk dapat tumbuh optimal. Dalam pemupukan, di samping jenis, takaran pupuk harus sesuai dengan kebutuhan tanaman untuk mendapatkan hasil yang ingin dicapai. Ke depan petani akan menghadapi kesulitan dalam pengadaan pupuk, khususnya pupuk anorganik, sebab pemerintah terus mengurangi subsidi harga pupuk. Oleh karena itu perlu dikembangkan jenis pupuk yang dapat 150
Muzaiyanah dan Subandi: Pertumbuhan vegetatif kedelai lahan kering non masam
menggantikan atau mengurangi penggunaan pupuk anorganik, seperti pupuk organik dan pupuk hayati. Pupuk kandang dari kotoran sapi dan kotoran ayam sebagai pupuk organik sudah digunakan oleh sebagian petani. Namun untuk mencapai pertumbuhan tanaman dan hasil panen kedelai yang memadai, pupuk kandang yang diperlukan harus dalam jumlah besar yakni 5–11 t/ha (Adimiharja et al. dalam Hartatik dan Widowati 2006; Munir 1991), sehingga dalam penerapannya menghadapi permasalahan dalam pengadaan, pengangkutan, dan aplikasinya karena membutuhkan tenaga/biaya yang banyak. Pada tahun 2012 Balitkabi telah merakit dua formulasi pupuk organik kaya hara yaitu “SANTAP-NM1” dan “SANTAP-NM2” yang diperuntukkan bagi lahan non-masam (lahan sawah maupun lahan kering). Evaluasi keefektifan kedua pupuk tersebut (“SANTAP-NM1 dan “SANTAP-NM2”) masih dalam tahap analisis. Tanaman leguminosa merupakan tanaman yang mampu mengikat (memfiksasi) nitrogen (N) dari udara melalui bintil akar, sehingga juga berperan dalam penghematan penggunaan pupuk N sintesis. Setiap kg N yang difiksasi bintil akar setara dengan 2,22 kg pupuk urea (kadar N urea 45%) (Husin 2012). Bintil akar mempunyai kemampuan memfiksasi nitrogen dari udara untuk kemudian dimanfaatkan oleh tanaman. Untuk menambat nitrogen, bakteri ini menggunakan enzim nitrogenase. Enzim ini akan menambat nitrogen dari udara dan mengubahnya menjadi gas amoniak. Gen yang mengatur proses penambatan ini adalah gen nif (singkatan nitrogen – fixation) (Prentis 1984 dalam Agustina 2012). Nitrogen berperan dalam pembentukan klorofil dan menjadikan daun berwarna hijau. Tanaman yang kelebihan nitrogen dapat dilihat dari daun yang berwarna hijau kelam, sedangkan jika kekurangan nitrogen maka daun akan berwarna kuning pucat (Setyanti dkk. 2013). Klorofil mempunyai tiga fungsi utama dalam proses fotosintesis, yaitu memanfaatkan energi matahari, memicu fiksasi CO2 untuk menghasilkan karbohidrat, dan menyediakan energi bagi ekosistem secara keseluruhan. Karbohidrat yang dihasilkan dari fotosintesis diubah menjadi protein, lemak, asam nukleat dan molekul organik lainnya. Klorofil menyerap cahaya berupa radiasi elektromagnetik pada spektrum kasat mata (visible). Cahaya matahari mengandung semua warna spektrum kasat mata dari merah sampai violet, tetapi tidak semua panjang gelombang diserap dengan baik oleh klorofil. Klorofil dapat menampung cahaya yang diserap oleh pigmen lainnya melalui fotosintesis, sehingga klorofil disebut sebagai pigmen pusat reaksi fotosintesis (Bahri 2010 dalam Nio dan Yunia 2011). Perlakuan pemupukan dimaksudkan untuk memberikan asupan hara terhadap tanaman agar diperoleh pertumbuhan dan hasil optimal. Pertumbuhan vegetatif harus dioptimalkan untuk memperoleh pertumbuhan generatif selanjutnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemupukan terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman dan hasil kedelai pada lahan kering nonmasam.
BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai April 2012 di lahan kering tanah Vertisol di Kebun Percobaan Ngale, Ngawi. Percobaan disusun berdasarkan rancangan acak kelompok dengan delapan perlakuan, diulang tiga kali. Varietas kedelai yang digunakan adalah Anjasmoro, pupuk kandang berasal dari kotoran sapi pedaging/ penggemukan dan kotoran ayam petelur.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
151
Dalam penyiapan lahan, tanah dibajak dua kali dan diratakan, kemudian dibuat plotplot percobaan dengan ukuran 3 m x 4 m. Benih kedelai ditanam dengan jarak 40 cm x 15 cm, 2–3 biji perlubang. Aplikasi pupuk kandang kotoran sapi dan ayam dilakukan dengan cara dilarik di samping tanaman bersamaan dengan waktu tanam. Aplikasi pupuk organik kaya hara Santap NM-1 dan NM-2 dilakukan dengan cara ditugal di samping lubang tanam pada saat tanam. Aplikasi pupuk Phonska juga dilakukan dengan cara ditugal di samping tanaman pada saat tanaman berumur 7 HST (hari setelah tanam). Pengendalian gulma dilakukan dua kali yaitu pada 2 dan 4 minggu setelah tanam (MST). Insektisida diaplikasikan untuk mencegah serangan lalat bibit, hama pemakan daun, hama pengisap dan penggerek polong. Perlakuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. P1: Tanpa pupuk (kontrol) 2. P2: Pemberian pupuk anorganik Phonska (15% N, 15% P2O5, 15% K2O, 10% S) 300 kg/ha (rekomendasi umum untuk pemupukan kedelai) 3. P3: Pemberian kotoran sapi 5.000 kg/ha 4. P4: Pemberian kotoran ayam 3.000 kg/ha 5. P5: Pemberian pupuk organik kaya hara Santap NM-1 1.500 kg/ha 6. P6: Pemberian pupuk organik kaya hara Santap NM-1 1.500 kg/ha + Phonska 150 kg/ha 7. P7: Pemberian pupuk organik kaya hara Santap NM-1 2.500 kg/ha 8. P8: Pemberian pupuk organik kaya hara Santap NM-1 2.500 kg/ha + Phonska 150 kg/ha 9. P9: Pemberian pupuk organik kaya hara Santap NM-2 1.500 kg/ha 10. P10: Pemberian pupuk organik kaya hara Santap NM-2 1.500 kg/ha + Phonska 150 kg/ha. 11. P11: Pemberian pupuk organik kaya hara Santap NM-2 2.500 kg/ha 12. P12: Pemberian pupuk organik kaya hara Santap NM-2 2.500 kg/ha + Phonska 150 kg/ha Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah: a. Klorofil daun pada umur 60 HST. Pengukuran klorofil menggunakan klorofilmeter terhadap rata-rata 10 sampel daun trifoliad ketiga dari atas. b. Jumlah bintil pada umur 45 HST. c. Kandungan nitrogen daun pada 45 HST. d. Tinggi tanaman pada 60 HST.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Hara Pupuk Berdasarkan analisis kimia pupuk (Tabel 1) terlihat bahwa perbedaan sifat kimia di antara empat macam pupuk organik. Pupuk kandang kotoran sapi dan Santap-NM1 bereaksi netral dengan pH berturut-turut 6,7 dan 6,9; pupuk kandang ayam sedikit basa (pH 7,7); sedangkan pupuk Santap-NM2 bereaksi masam (pH 5,3). Kadar N total pupuk Santap-NM2 lebih tinggi (2,5%) dibandingkan dengan pupuk organik lainnya dengan kadar N bervariasi antara 1,5–1,8%, bergandengan dengan reaksi tanah masam (pH 5,3). Pada suasana masam, hara N berpotensi banyak hilang melalui penguapan dalam bentuk NH3 dibandingkan dengan pH lebih tinggi. 152
Muzaiyanah dan Subandi: Pertumbuhan vegetatif kedelai lahan kering non masam
Tabel 1. Hasil analisis kimia kandungan hara pupuk kandang kotoran sapi, kotoran, Santap NM-1 dan NM-2 Parameter yang dianalisis pH (H2O) N-Total (%) P2O5 (%) K (%)
Kandang Sapi 6,8 1,8 3,9 1,1
Pupuk Kandang Ayam Santap NM-1 7,7 6,9 1,5 1,6 6,8 5,3 0,8 1,4
Santap NM-2 5,3 2,5 5,4 1,6
Membandingkan empat jenis pupuk organik tersebut dapat diketahui: (a) pupuk kandang kotoran ayam lebih unggul dari pupuk organik lainnya dalam hal kandungan P2O5, (b) pupuk organik kaya hara Santap-NM1 dan Santap-NM2 lebih tinggi kandungan K2O-nya, serta (c) pupuk Santap-NM2 paling tinggi kadar N-nya. Berdasarkan hasil analisis kimia terhadap kandungan unsur hara pada masingmasing pupuk (Tabel 1), maka dapat dikatakan jumlah hara yang diaplikasikan pada masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 2: Tabel 2. Jumlah unsur hara N, P, dan K yang teraplikasikan melalui pemupukan Perlakuan Kontrol Phonska 300/ha Kotoran sapi 5000/ha Kotoran ayam 3000/ha Santap NM-1 1500 kg/ha Santap NM-1 1.500 kg/ha + Phonska 150 kg/ha Santap NM-1 2500 kg/ha Santap NM-1 2500 kg/ha + Phonska 150 kg/ha Santap NM-2 1500 kg/ha Santap NM-2 1.500 kg/ha + Phonska 150 kg/ha Santap NM-2 2500 kg/ha Santap NM-2 2500 kg/ha + Phonska 150 kg/ha
N 45 92 44,1 24,6 47,1 41 63,5 37,4 59,9 62,3 84,8
P (kg/ha) 45 194,5 204 79,7 102,2 132,8 155,3 80,3 102,8 133,8 156,3
K 45 56 22,5 21,3 43,8 35.5 58 24 46,5 40 62,5
Pupuk kandang kotoran sapi 5000 kg/ha mampu memberikan suplai hara N tertinggi, yaitu 92 kg/ha. Pupuk kandang kotoran ayam mampu memberikan suplai hara P lebih tinggi dibanding 10 perlakuan pupuk lainnya, yaitu 204 kg/ha. Aplikasi Santap NM-2 2500 kg/ha ditambah Phonska 150 kg/ha memberikan suplai unsur K lebih tinggi dari 10 perlakuan pemupukan yang lain, yaitu 62,5 kg/ha. Bintil Akar dan Kandungan N Daun Terdapat perbedaan nyata jumlah bintil akar efektif antar perlakuan pemupukan anorganik Phonska, pemupukan organik kotoran sapi, kotoran ayam, pupuk kaya hara Santap-NM1, Santap-NM2 beserta kombinasinya dengan perlakuan kontrol. Perlakuan kontrol mempunyai jumlah bintil akar 16 buah, sedangkan 11 perlakuan pemupukan Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
153
lainnya bervariasi antara 17–28 bintil akar per tanaman (Tabel 3). Perlakuan pemupukan kotoran sapi 5000 kg/ha mempunyai jumlah bintil akar terbanyak yaitu 28,8 buah. Perbedaan jumlah bintil akar antar perlakuan terjadi karena perbedaan jumlah bahan organik yang terkadung pada masing-masing pupuk. Menurut Setyawan (2012), bahan organik merupakan pemacu pembentukan bintil akar kedelai. Tabel 3. Jumlah bintil akar dan kandungan N daun kedelai pada 45 HST Perlakuan Kontrol Phonska 300 kg/ha Kotoran sapi 5000 kg/ha Kotoran ayam 3000 kg/ha Santap NM-1 1500 kg/ha Santap NM-1 1500 kg/ha +Phonska 150 kg/ha Santap NM-1 2500 kg/ha Santap NM-1 2500 kg/ha + Phonska 150 kg/ha Santap NM-2 1500 kg/ha Santap NM-2 1500 kg/ha +Phonska 150 kg/ha Santap NM-2 2500 kg/ha Santap NM-1 2500 kg/ha + Phonska 150 kg/ha
Bintil akar ( 45 hst) 16 17,4 28,8 25,9 26,7 27,5 20,6 23,5 21,3 24,3 21,4 26,2
f ef a abc ab a def abcd cde abcd bcde abc
Kandungan N daun (%) 1,3 2,8 2,8 2,4 1,9 3,8 2,7 3,6 3,1 3,4 2,9 3,3
Angka selajur yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 0,05 LSD.
Kandungan N daun pada 11 perlakuan pemupukan lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Pada perlakuan kontrol, kandungan N daun hanya 1,3%, sedangkan pada 11 perlakuan pemupukan lainnya bervariasi antara 1,9 – 3,8%, tertinggi pada perlakuan pemupukan Santap NM-1 1500 kg/ha +Phonska 150 kg/ha dan terendah pada perlakuan pemupukan Santap NM-1 1500 kg/ha. Kandungan N daun berkorelasi positif cukup kuat dengan jumlah bintil akar, dengan nilai r= 0,4. Hal ini menunjukkan semakin banyak jumlah bintil akar semakin tinggi kandungan N daun. Peningkatan kandungan N daun dapat diduga dari persamaan y = 0,070x + 1,197, sehingga dapat dikatakan penambahan satu bintil akar hanya menambahkan kandungan N daun 1,3%. Secara keseluruhan (Tabel 3), tampak kandungan N selalu tinggi pada perlakuan kombinasi pupuk organik Santap NM-1/NM-2 dengan pupuk anorganik Phonska. Jika hanya menggunakan pupuk anorganik atau pupuk organik saja, tanpa dikombinasi, maka kandungan N daun cenderung lebih rendah. Tingginya kandungan N daun pada perlakuan kombinasi karena jumlah hara N yang diaplikasikan lebih tinggi dibanding perlakuan pemupukan tanpa kombinasi (Tabel 2). Meskipun perlakuan kotoran sapi 5000 kg/ha mampu memberikan asupan hara N paling tinggi dibanding pupuk yang lain, yaitu 92 kg/ha, namun kandungan N daun tidak terlalu tinggi. Hal ini karena kotoran sapi merupakan pupuk kandang yang belum diformulasi seperti pupuk Santap. Menurut Hartati dan Widowati (2009), pupuk kandang
154
Muzaiyanah dan Subandi: Pertumbuhan vegetatif kedelai lahan kering non masam
cenderung kehilangan amonia (NH3) yang tinggi, sehingga hara N yang ditambahkan berkurang.
Gambar 1. Hubungan antara bintil akar dan kandungan N daun kedelai
Klorofil Daun dan Kandungan N Daun Terdapat perbedaan yang tajam kandungan klorofil antara perlakuan kontrol dengan perlakuan pemupukan anorganik, organik kotoran sapi, kotoran ayam, santap NM-1, santap NM-2 maupun kombinasinya dengan Phonska. Pada Tabel 4, tampak 11 perlakuan pemupukan mempunyai kandungan klorofil daun yang cenderung lebih tinggi dibanding kontrol. Perlakuan kontrol hanya mempunyai kandungan klorofil daun 39,7; sedangkan pada 11 perlakuan pemupukan berkisar antara 43–47. Kandungan klorofil tertinggi terdapat pada perlakuan pemupukan Santap NM-1 1500 kg/ha + Phonska 150 kg/ha yaitu 47,3 dan terendah pada perlakuan pemupukan Santap NM-1 2500 kg/ha yaitu 43,5. Kandungan klorofil mempunyai hubungan kuat dengan kandungan N daun, ditunjukkan dengan nilai korelasi r= 0,7. Artinya, semakin tinggi persentase kandungan N daun akan mengakibatkan semakin tinggi nilai klorofil daun. Besarnya peningkatan klorofil daun dapat di duga dari persamaan y = 2,106x + 38,91 (Gambar 2). Peningkatan 1% kandungan N daun akan meningkatkan kandungan klorofil 41,0. Hal itu terbukti pada perlakuan pemupukan Santap NM-1 1500 kg/ha + Phonska 150 kg/ha yang mempunyai kandungan N tinggi 3,8%, mampu menghasilkan klorofil tinggi 47,3 (Tabel 4).
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
155
Tabel 4. Kandungan N daun kedelai pada 45 HST dan kandungan klorofil pada 60 HST Kandungan N daun (%) (45 HST)
Perlakuan Kontrol Phonska 300 kg/ha Kotoran Sapi 5000 kg/ha Kotoran Ayam 3000 kg/ha Santap NM-1 1500 kg/ha Santap NM-1 1500 kg/ha +Phonska 150 kg/ha Santap NM-1 2500 kg/ha Santap NM-1 2500 kg/ha + Phonska 150 kg/ha Santap NM-2 1500 kg/ha Santap NM-2 1500 kg/ha +Phonska 150 kg/ha Santap NM-2 2500 kg/ha Santap NM-1 2500 kg/ha + Phonska 150 kg/ha
1,3 2,8 2,8 2,4 1,9 3,8 2,7 3,6 3,1 3,4 2,9 3,3
Klorofil (60 HST) 39,7 46,4 46,6 45,6 44,1 47,3 43,5 44,6 46,2 45,8 43,8 45,2
c ab ab ab ab a b ab ab ab b ab
Angka selajur yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 0,05 LSD
Gambar 2. Hubungan antara kandungan N dan klorofil daun kedelai
Kandungan Klorofil, Kandungan N Daun dan Hubungannya dengan Tinggi Tanaman dan Bobot 100 Biji Tinggi tanaman pada perlakuan kontrol berbeda dengan 11 perlakuan pemupukan. Pada perlakuan kontrol, tinggi tanaman hanya 46,5 cm, sedangkan 11 perlakuan pemupukan mempunyai tinggi tanaman 52–70 cm. Perlakuan pemupukan Phonska 300 kg/ha, kotoran ayam 3000 kg/ha, dan Santap NM-1 1500 kg/ha + Phonska 150 kg/ha menghasilkan tanaman tertinggi, masing-masing 70,4 cm; 68,9 cm; dan 69,6 cm (Tabel 5). Tinggi tanaman berhubungan erat dengan kandungan klorofil, yang ditunjukkan oleh korelasi positif dengan nilai r = 0,9 (Gambar 3). Dapat dikatakan bahwa dengan 156
Muzaiyanah dan Subandi: Pertumbuhan vegetatif kedelai lahan kering non masam
meningkatnya kandungan klorofil meningkat pula tinggi tanaman. Hal ini terbukti pada perlakuan pemupukan Phonska 300 kg/ha, kotoran ayam 3000 kg/ha dan Santap NM-1 1500 kg/ha +Phonska 150 kg/ha dengan tinggi tanaman berturut-turut 70,4 cm; 68,9 cm; dan 69,6 cm mempunyai kandungan klorofil yang juga relatif tinggi masing-masing 46,4; 45,6; dan 47,3. Tabel 5. Nitrogen daun, kandungan klorofil dan tinggi tanaman kedelai Perlakuan
N daun (%)
Klorofil (60 hst)
Kontrol Phonska 300 kg/ha Kotoran Sapi 5000 kg/ha Kotoran Ayam 3000 kg/ha Santap NM-1 1500 kg/ha Santap NM-1 1500 kg/ha + Phonska 150 kg/ha Santap NM-1 2500 kg/ha Santap NM-1 2500 kg/ha + Phonska 150 kg/ha Santap NM-2 1500 kg/ha Santap NM-2 1500 kg/ha + Phonska 150 kg/ha Santap NM-2 2500 kg/ha Santap NM-1 2500 kg/ha + Phonska 150 kg/ha
1,3 2,8 2,8 2,4 1,9 3,8 2,7 3,6 3,1 3,4 2,9 3,3
39,7 c 46,4 ab 46,6 ab 45,6 ab 44,1 ab 47,3 a 43,5 b 44,6 ab 46,2 ab 45,8 ab 43,8 b 45,2 ab
Tinggi tanaman (60 hst) 46,5 d 70,4 a 67,5 ab 68,9 a 58,7 bc 69,6 a 52,8 cd 65,2 ab 66,6 ab 65,7 ab 59,2 bc 67,4 ab
Hasil (t/ha) 0,6 e 2,7 a 2,7 a 2,5 ab 1,4 de 2,6 ab 1,7 cd 2,3 abc 1,9 bcd 2,2 abc 1,7 cd 2,2 abc
Angka selajur yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 0,05 LSD
Peningkatan tinggi tanaman dapat diduga dari persamaan y = 0.255x +28,74, sehingga penambahan satu satuan klorofil akan meningkatkan tinggi tanaman 29 cm.
Gambar
3. Hubungan antara kandungan klorofil dan tinggi tanaman kedelai
Gambar 4. Hubungan antara kandungan N daun dan tinggi tanaman kedelai
Tinggi tanaman juga berkorelasi kuat dengan kandungan N daun, ditunjukkan oleh nilai korelasi r=0,7. Peningkatan tinggi tanaman dapat diduga dari persamaan y =
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
157
7,282x + 42,50 (Gambar 4). Penambahan kandungan N daun 1% diduga meningkatkan tinggi tanaman 49,8 cm. Jika dihubungkan dengan rata-rata hasil kedelai maka tinggi tanaman sebagai parameter pertumbuhan vegetatif berhubungan sangat kuat dengan hasil panen. Hal ini ditunjukkan oleh nilai korelasi positif r = 0,9 (Gambar 5). Dapat dikatakan jika tinggi tanaman mencapai optimal, maka perkembangan fase generatif juga akan berlangsung maksimal. Pada tabel 5 tampak tanaman kedelai pada perlakuan Phonska 300 kg/ha, kotoran ayam 3000 kg/ha, Santap NM-1 1500 kg/ha + Phonska 150 kg/ha dengan tinggi tanaman berturut-turut 70,4 cm; 68,9 cm; dan 69,6 cm mampu memberikan hasil relatif tinggi masing-masing 2,7 t/ha, 2,5 t/ha dan 2,6 t/ha.
Gambar 5. Hubungan tinggi tanaman dan produktivitas kedelai (t/ha)
Perlakuan kotoran sapi 5000 kg/ha mampu memberi hasil tinggi 2,7 t/ha, meskipun tanaman lebih rendah dibandingkan dengan tanaman pada perlakuan Phonska 300 kg/ha, kotoran ayam 3000 kg/ha, santap NM-1 1500 kg/ha + phonska 150 kg/ha. Hal ini karena pupuk kotoran sapi 5000 kg/ha mampu menambahkan unsur P relatif tinggi (194,5 kg/ha) ke tanah. Menurut Hardjowigeno (1995), fungsi hara P adalah untuk memperkuat batang sehingga tanaman tidak mudah roboh.
KESIMPULAN 1. 2. 3. 4.
158
Bintil akar, kandungan N daun, kandungan klorofil dan tinggi tanaman mempunyai nilai tertinggi pada perlakuan Santap NM-1 1500 kg/ha+Phonska 150 kg/ha berturut-turut 27,5 buah; 3,8%; 47,3 dan 69,6. Kandungan N dan kandungan klorofil berpengaruh kuat terhadap tinggi tanaman dengan nilai korelasi 0,7 dan 0,9. Pertumbuhan vegetatif yang optimal akan menjadikan pertumbuhan generatifnya maksimal. Perlakuan Phonska 300 kg/ha, kotoran ayam 3000 kg/ha, Santap NM-1 1500 kg/ha + Phonska 150 kg/ha menghasilkan tanaman tertinggi masing-masing 70,4 cm; 68,9 cm; dan 69,6 cm dan mampu memberi hasil relatif tinggi masing-masing 2,69 t/ha, 2,53 t/ha dan 2,56 t/ha. Muzaiyanah dan Subandi: Pertumbuhan vegetatif kedelai lahan kering non masam
DAFTAR PUSTAKA Agustina H. 2012. http://hotmariaagustina.blogspot.com/2012/09/proses-fiksasi-nitrogenoleh- bintil.html. diakses 11 Maret 2012. Hartatik W dan LR Widowati. 2006. Pupuk kandang. P. 59–82. Dalam Simanungkalit, R.D.M., dkk (Ed.) Pupuk organik dan pupuk hayati. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Hardjowigeno S. 1995. Ilmu Tanah. Akademi Pressindo. Jakarta. Husin MN. 2012. Pengaruh Pupuk Organik Cair NASA terhadap Nitrogen Bintil Akar dan Produksi Macroptilium Atropurpureum. Agripet 12(2). Munir R. 1991. Pengaruh pupuk kandang dan pupuk P terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai pada tanah Podsolik Merah-Kuning. Pemberitaan Penelitian Sukarami. 19: 43– 45. Nio SA dan Yunia B. 2011. Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai Indikator Kekurangan Air Pada Tanaman. Jurnal Ilmiah Sains 11(2):166–173. Setyanti YH, Anwar S, dan Slamet W. 2013. Karakteristik Fotosintetik Dan Serapan Fosfor Hijauan Alfalfa (Medicago sativa) Pada Tinggi Pemotongan Dan Pemupukan Nitrogen Yang Berbeda. Animal Agriculture Journal, 2(1): 86–96. Setyawan, AA. 2012. http://blog.ub.ac.id/anggaadiie/2012/05/07/bakteri-bintil-akar/ Shaviv A, and Mikkelsen RL. (1993), Controlled-release fertilizers to increase efficiency of nutrient use and minimize environmental degradation—a review, Fertilizer Research, 35, 1–12.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2013
159