Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan Desember 2014 Vol. 3 No.2 Hal : 75-82 ISSN 2302-6308
Available online at: http://umbidharma.org/jipp E-ISSN 2407-4632
RESPON PEMBERIAN KEPADATAN POPULASI BAKTERI PENAMBAT NITROGEN Azospirillum sp. YANG DIISOLASI DARI RHIZOSFER PERTANAMAN KEDELAI TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF KEDELAI (Glycine max L. Merr.) (The Response of Population density of Nitrogen-Fixing Bacteria of
Azospirillum sp. Isolated from Rhizosphere of Soybean Planting to Soybean (Glycine max L. Merr.) Vegetative Growth) Dewi Firnia1*, Kartina AM1, Cori Damayanti2
1Jurusan
Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Raya Jakarta Km 4, Kampus Untirta Serang Banten Telp (0254) 280706, ext 129. Fax (0254) 280706 *Korespondensi:
[email protected] 2Mahasiswa Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Jl. Raya Jakarta km 4, Kampus Untirta Serang Banten Diterima: 18 Juli 2014 / Disetujui: 01 September 2014
ABSTRACT A research was aimed to decribe the effect from the population density of nitrogen-fixing bacteria of Azospirillum sp. to soybean (Glycine max L. Merr.) vegetative growth. Research was conducted at the Laboratory of Agroecology and Garden Experiment of Agriculture Faculty in Sultan Ageng Tirtayasa University starting from August until October 2013. This research used factor Randomized Completely Block Design (RCBD). The factor was consisted of 6 levels which were without giving Azospirillum sp. (AZ0), population density of Azospirillum sp. 102 cfu/ml (AZ1), 104 cfu/ml (AZ2), 106 cfu/ml (AZ3), 108 cfu/ml (AZ4), 1010 cfu/ml (AZ5). Each one was repeated 4 times with further test of Duncan’s Multiple Range Test 5%. The observation was consisted of several parameters, that were plant height, quantity of leaves, root length, leaf area, crown dry weight and root dry weight. The results showed the two isolates founded of bacteria Azospirillum sp. who was ability to fixating a nitrogen from soybean rhizosphere soil with each given code Azp1 and Azp2. The population density of Azospirillum sp. also showed significantly different at 3, 4 and 5 weeks after planting and high significantly different at 6 weeks after planting of plant height parameters of soybean plants. Keywords: Azospirillum sp., population density, soybean ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepadatan populasi bakteri penambat nitrogen Azospirillum sp. terhadap pertumbuhan tanaman kedelai. Penelitian dilakukan di Laboratorium Agroekoteknologi dan Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa pada bulan Agustus sampai Oktober 2013. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu perlakuan yang terdiri atas 6 taraf yaitu tanpa pemberian Azospirillum sp. (ZA0), kepadatan populasi Azospirillum sp. 102 cfu/ml
76
FIRNIA ET AL.
JIPP
(AZ1), kepadatan populasi Azospirillum sp. 104 cfu/ml (AZ2), kepadatan populasi Azospirillum sp. 106 cfu/ml (AZ3), kepadatan populasi Azospirillum sp. 108 cfu/ml (AZ4), kepadatan populasi Azospirillum sp. 1010 cfu/ml (AZ5) dengan jumlah ulangan sebanyak 4 kali. Uji lanjut yang digunakan adalah uji Duncan dengan = 5%. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, luas daun, bobot kering tajuk dan bobot kering akar. Hasil peneilitian menunjukkan bahwa isolat bakteri Azospirillum sp. yang memiliki kemampuan dalam menambat nitrogen dari tanah rhizosfer pertanaman kedelai ditemukan sebanyak 2 buah yang masing-masing diberikan kode Azp1 dan Azp2. Kepadatan populasi Azospirillum sp. memberikan pengaruh yang nyata pada minggu 3,4 dan 5 setelah penanaman, serta pengengaruh sangat nyata pada 6 minggu setelah penaman. Kata kunci: Azospirillum sp., kepadatan populasi, kedelai PENDAHULUAN Kedelai adalah komoditas penting di Indonesia karena merupakan sumber protein yang dibutuhkan selain lemak, vitamin, dan mineral bagi masyarakat. Disamping itu, kedelai merupakan bahan baku berbagai industri dan pakan ternak. Namun, harga kedelai di dalam negeri masih jauh di atas harga internasional (Muhibuddin 2010). Masalah krisis kedelai di Indonesia terjadi tidak lepas dari kurangnya keberpihakan dan perhatian pemerintah terhadap petani kedelai dan pengembangan produksi kedelai secara nasional. Petani mengeluh biaya produksi kedelai yang terus naik karena dipicu oleh kenaikan harga benih, pupuk dan sewa lahan (Taliawo 2012) sehingga diperlukan adanya pengembangan teknologi yang mampu meningkatkan produksi kedelai di Indonesia. Teknologi budidaya pertanian kedelai pada dasarnya telah banyak dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian. Hal ini berarti bahwa secara teknis adanya potensi yang besar untuk meningkatkan produksi kedelai nasional (Zakaria 2010). Berdasarkan Badan Pusat Statistika (2013), produksi kedelai tahun 2012 menunjukkan volume produksi sebesar 843,153 ribu ton biji kering atau mengalami penurunan sebanyak 8,133 ribu ton (1,01%) dibandingkan tahun 2011 dengan angka 851,286 ribu ton. Penurunan produksi kedelai terjadi karena luas panen me-
ngalami lonjakan drastis seluas 54,63 ribu hektar (1,09%) meskipun terjadi pening-katan produktivitas sebesar 1,17 kuintal/hektar (0,92%). Azospirillum merupakan bakteri tanah penambat nitrogen non simbiotis. Non simbiotis yaitu bakteri hidup bebas di dalam tanah, baik sekitar maupun dekat dengan perakaran (Rao 2007). Inokulasi dengan Azospirillum memiliki pengaruh yang baik dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman secara nyata, demikian pula dengan kandungan nitrogen tanaman serta hasil bijinya pada kondisi lapangan (Gunarto et al. 1999). METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus sampai dengan Oktober 2013 yang bertempat di Laboratorium Agroekologi dan Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel tanah rhizosfer pertanaman kedelai asal Kec. Cimanggu Kab. Pandeglang, benih kedelai varietas baluran, medium Okon Padat dan Cair, air, plastik wrap, label, aluminium foil, aquadest, alkohol 70%, polibag berukuran 20 x 25 cm, dan tanah. Alat-alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah cangkul, wadah plastik, labu Erlenmeyer 500 ml dan 1000 ml, tabung reaksi, cawan Petri,
Vol. 3, 2014
Respon Pemberian Kepadatan Populasi
shaker, autoclave, bunsen, timbangan analitik ketelitian tiga desimal, hot plate, magnetic stirrer, colony counter, refrigerator, laminar air flow, inkubator, jarum ose, spatula, pipet mikro 1001000 µl, kamera, penggaris, leaf area meter, pH meter dan oven. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan satu faktor perlakuan, yaitu kepadatan populasi bakteri Azospirillum sp. dengan dosis yang berbeda. Percobaan dilaksanakan dengan 6 taraf kepadatan populasi bakteri, yaitu: 1. AZ0 = 0 cfu/ml (tanpa pemberian Azospirillum sp.) 2. AZ1 = 102 cfu/ml (colony forming unit/milliliter) 3. AZ2 = 104 cfu/ml 4. AZ3 = 106 cfu/ml 5. AZ4 = 108 cfu/m 6. AZ5 = 1010 cfu/ml Setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali sehingga terdapat 24 satuan percobaan. Data yang diperoleh secara statistik diuji dengan sidik ragam dan apabila terdapat perbedaan yang nyata sampai sangat nyata maka dilakukan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test dengan taraf 5%. Rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengambilan sampel tanah pada rhizosfer pertanaman kedelai. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada daerah rhizosfer pertanaman kedelai yang berlokasi di Kec. Cimanggu Kab. Pandeglang. Sampel tanah diambil menggunakan cangkul dengan kedalaman 20-30 cm dari atas permukaan tanah, masingmasing bagian rhizosfer tanah dimasukkan ke dalam wadah plastik dan diberi label.
77
2. Isolasi dan seleksi bakteri Azospirillum sp. Sampel tanah yang telah diperoleh dikompositkan terlebih dahulu, kemudian ditimbang sebanyak 10 g dan dimasukkan ke dalam aquadest dengan volume 90 ml pada tabung reaksi sebagai pengenceran 10-1. Kemudian, diambil 1 ml dari pengenceran 10-1 menggunakan pipet mikro dan dimasukkan ke dalam 9 m aquadest sebagai pengenceran 10-2. Pengenceran dilakukan sampai 10-9 untuk mendapatkan biakan bakteri murni. Suspensi sampel tanah dari peng-enceran 10-1;10-3;10-5;10-7dan 10-9 dipindahkan sebanyak 1 ml pada cawan Petri yang telah terisi medium Okon padat menggunakan pipet mikro dengan metode spread plate dan sebanyak 1 ml pada tabung reaksi yang telah terisi medium Okon cair. Kemudian cawan Petri diinkubasi pada suhu ruang 27oC selama ±48 jam. Isolat Azospirillum sp. yang ditumbuhkan pada medium Okon cair yang memperlihatkan ciri-ciri khusus dengan berubahnya warna medium dari kuning menjadi biru disimpan, kemudian akan diaplikasikan pada tanaman kedelai. 3. Pengujian kepadatan populasi bakteri penambat nitrogen Azospirillum sp. terhadap pertumbuhan vegetatif kedelai (Glycine max L. Merr.). Isolat yang telah ditumbuhkan pada medium Okon cair dipisahkan kemudian isolat tersebut diaplikasikan pada kecambah kedelai berumur 2 hari dan minggu kedua setelah tanam diberikan sebanyak 4 ml. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman (centimeter), jumlah daun (trifoliate), panjang akar (cm), luas daun (cm2), bobot kering tajuk (gram), bobot kering akar (gram) dan jumlah koloni (cfu/m).
78
FIRNIA ET AL.
JIPP
HASIL DAN PEMBAHASAN Seleksi Bakteri Seleksi isolat bakteri yang memiliki kemampuan dalam menambat nitrogen dari tanah rhizosfer pertanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik selama ± 2 minggu pada medium Okon padat. Dari penelitian ini didapatkan 2 isolat yang masing-masing diberikan kode Azp1 dan Azp2. Bakteri Azp1 memiliki ciri-ciri pelikel yang terbentuk permukaan atasnya rata, tepi koloni utuh, berwarna kuning, dan mampu menunjukkan gram negatif. Sedangkan, bakteri Azp2 memiliki ciri-ciri pelikel yang terbentuk permukaan atasnya rata, tepi koloni berombak, berwarna kuning, dan mampu menunjukkan gram negatif. Selain itu, Azp2 memperlihatkan pertumbuhan yang lambat daripada Azp1. Berdasarkan hasil penelitian Widawati dan Muharam (2012) Azospirillum termasuk bakteri yang tumbuh lambat (slow growing), sehingga pengamatan isolasi bakteri dilakukan sampai hari ke-7 masa inkubasinya mengenai ada tidaknya jumlah koloni bakteri yang tumbuh. Widawati dan Muharam (2012) menambahkan bahwa isolat Azospirillum sp. yang diisolasi dari semua ekosistem mampu menambat nitrogen pada media Okon. Tarigan (2012), isolasi bakteri penambat nitrogen dilakukan dengan menggunakan medium pertumbuhan JNFB (James Nitrogen Free Malat Bromthymol Blue). Terlebih dahulu dilakukan pengenceran tanah secara
serial dan ditumbuhkan dengan metode cawan sebar. Kemudian bakteri diinkubasi selama 48 jam, dan diamati koloni yang tumbuh. Tarigan (2012) menambahkan isolat tanah yang dilakukan di perkebunan kedelai, diperoleh delapan isolat penambat bakteri nitrogen. Bentuk koloni dari isolat pada umumnya bulat dan tak teratur, tepi koloni bervariasi seperti berombak, berbelah, utuh dan keriting. Azospirillum termasuk ke dalam grup bakteri gram negatif. Bakteri ini memiliki ciri khas yaitu memiliki sifat mikroaerofilik. Bentuk sel Azospirillum vibroid, koma atau batang lurus dengan lebar sel 0,9-1,2 mm dengan suhu optimum untuk tumbuh 34-37oC (Okon et al. 1976). Untuk mengisolasi bakteri Azospirillum digunakan medium semi padat bebas nitrogen karena bakteri ini mempunyai karakteristik yaitu berpindah dari suatu tempat di dalam media untuk mencari keseimbangan difusi oksigen (Saraswati et al. 2007). Tinggi Tanaman Perlakuan kepadatan populasi Azospirillum sp. tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2 MST, tetapi berpengaruh nyata pada umur 3 MST sampai 5 MST dan berpengaruh sangat nyata pada umur 6 MST. Rerata tinggi tanaman dan hasil uji DMRT pada taraf 5% disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Parameter Tinggi Tanaman umur 2 MST sampai 6 MST Kepadatan Populasi Bakteri Azospirillum sp. AZ0 AZ1 AZ2 AZ3 AZ4 AZ5 Keterangan:
Tinggi Tanaman (cm) 2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
Rerata
22,38 34,50c 50,25b 66,63b 91,38bc 53,03 24,50 41,50abc 66,63ab 87,00ab 111,38ab 66,20 26,00 45,05ab 73,63a 104,25a 137,38a 77,26 25,63 50,25a 77,13a 101,25a 131,50a 77,15 26,00 47,00ab 75,75a 101,75a 121,50ab 74,40 23,50 38,50bc 58,88ab 71,25b 77,380c 53,90 angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan berbeda tidak nyata dengan menggunakan uji lanjut DMRT pada taraf 5%.
Vol. 3, 2014
Respon Pemberian Kepadatan Populasi
Berdasarkan Tabel 1. perlakuan kepadatan populasi bakteri Azospirillum sp. menunjukkan hasil tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2 MST. Hal ini diduga pada awal masa pertumbuhan, tanaman memerlukan unsur hara yang sama dalam proses meningkatkan perbanyakan sel dalam pertumbuhan tinggi tanaman. Kemudian, kemungkinan lain keadaan tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 MST disebabkan oleh kemampuan bakteri Azospirillum sp. dalam memfiksasi N dari udara dan di dalam tanah relatif sama atau pembagian unsur hara yang seimbang. Berdasarkan hasil penelitian Mala et al. (2010) pada tahap awal penanaman, peningkatan dari pertumbuhan tanaman Maize (jagung) dengan penggunaan Azotobacter dan Azospirillum termasuk lambat. Pada percobaan lapang, tanaman dengan perlakuan kontrol, Azotobacter dan Azospirillum menunjukkan tidak berpengaruh nyata pada pengamatan dari 4 MST; 6 MST; 8 MST dan 10 MST dengan rata-rata tinggi tanaman 161,30 cm; 158,01 cm dan 164,02 cm. Azospirillum cenderung memiliki nilai tertinggi sebesar 164,02 cm. Mala et al. (2010) menambahkan, nitrogen yang terkandung pada batang hasil panen tanaman Maize memperlihatkan pada perlakuan kontrol, Azotobacter dan Azospirillum dengan nilai 0,39%; 0,56% dan 0,51%. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa penggunaan masingmasing perlakuan dari bakteri memiliki kandungan nitrogen yang baik daripada tanaman kontrol. Pada umur 3 dan 4 MST perlakuan AZ3 berbeda nyata dengan AZ0 dan AZ5. Namun, tidak berbeda nyata dengan AZ1, AZ2 dan AZ4. Terlihat jelas pada Tabel 1. bahwa perlakuan pemberian kepadatan populasi bakteri Azospirillum sp. dengan jumlah kepadatan 102 cfu/mll sampai 1010 cfu/ml menunjukkan keadaan berbeda nyata dengan perlakuan 0 cfu/ml (tanpa pemberian bakteri Azospirillum sp.).
79
Pada 4 MST pemberian kepadatan 10 6 cfu/ml (AZ3) mampu meningkatkan tinggi tanaman menjadi 77,13 cm yaitu hampir 2/3 dari tinggi tanaman tanpa pemberian Azospirillum sp. (AZ0) dengan tinggi tanaman 50,25 cm. Menurut Panjaitan (2004) inokulasi Azospirillum atau CMA (Cendawan Mikoriza Arbuskula) dapat mengefisiensikan penggunaan pupuk N dan P sebesar 75% dalam hal meningkatkan tinggi tanaman Setaria splendida. Kemudian, Tien et al. (1979) mengemukakan Azospirillum menghasilkan hormon pemacu pertumbuhan tanaman diantaranya adalah IAA (Indol Acetic Acid), giberelin dan sitokonin. Rao (2007) menjelaskan beberapa pengaruh morfogenetik yang penting dari IAA terhadap pertumbuhan tanaman adalah pemanjangan batang dan pembentukan bintil akar, yang merupakan reaksi inang terhadap auksin. Auksin ini berfungsi memacu pertumbuhan akar/bulubulu akar. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa faktor auksin yang terdapat dalam akar tanaman kedelai mampu memberikan respon yang baik terhadap perlakuan dari AZ1 sampai AZ5 sehingga dapat memacu pemanjangan batang tanaman. Sutanto (2002) menyatakan mikroorganisme melepaskan asam yang mampu melarutkan mineral, sehingga unsur hara yang terlarut dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Pada umur 5 MST dan 6 MST perlakuan AZ2 berbeda nyata dengan AZ0 dan AZ5. Namun, tidak berbeda nyata dengan AZ1, AZ3 dan AZ4. Selama masa pertumbuhan AZ0 (tanpa pemberian Azospirillum sp.) dan AZ5 (1010 cfu/ml) berbeda nyata dengan AZ1, AZ2, AZ3 dan AZ4 (102; 104; 106 dan 108 cfu/ml). Dilihat dari keadaan tanahnya yang terkandung pH sebesar 6,95 dan kadar air 42% memungkinkan tanaman kedelai tumbuh dengan baik sehingga dalam masa vegetatif tidak ditemukannya batang tanaman kedelai yang mati. Pada pemberian kepadatan populasi 104 cfu/ml dan 106 cfu/ml
80
FIRNIA ET AL.
JIPP
memiliki kecenderungan meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman yang signifikan. Jumlah Daun Perlakuan kepadatan populasi Azospirillum sp. tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun umur 2 MST sampai 6 MST. Rerata jumlah daun umur 2 MST sampai 6 MST disajikan pada Tabel 2. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan kepadatan populasi bakteri Azospirillum sp. secara keseluruhan menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 2 MST sampai 6 MST. Hal ini diduga kurangnya unsur hara N yang diserap oleh tanaman dan tidak digunakan secara maksimal untuk memperbanyak jumlah daun. Semakin banyak jumlah daun maka, semakin banyak pula kegiatan fotosintesis yang dilakukan oleh tanaman. Hasil rerata jumlah daun memperlihatkan kecenderungan AZ3 dan AZ4 yang dapat meningkatkan jumlah daun lebih banyak dengan nilai 6,30 dan 6,45. Jumin (2005) berpendapat bahwa tidak semua energi cahaya matahari dapat diabsorpsi oleh tanaman. Cahaya akan dapat dilihat saja yang berpengaruh pada tanaman dalam kegiatan fotosintesisnya. Tingkatan pengaruh cahaya ditentukan oleh intensitas cahaya, kualitas cahaya dan lamanya penyinaran, dimana unsur
cahaya tersebut tertuju pada pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Menurut Hanafiah (2002) defisiensi unsur K dapat menghambat proses fotosintesis tetapi meningkatkan respirasi, sehingga menghambat transportasi karbohidrat dan secara keseluruhan menghambat pertumbuhan. Sutedjo (2010) menambahkan unsur hara K mempunyai peranan penting pada tanaman salah satunya mengatur pergerakan stoma dan hal yang berhubungan dengan air atau mempertahankan turgor tanaman yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis dan proses-proses lain agar dapat berlangsung dengan baik. Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa kurangnya unsur Kalium pada tanaman kedelai yang secara fisiologis merupakan salah satu peranan penting dalam kegiatan metabolisme untuk mempercepat pertumbuhan jaringan meristematik daun. Panjang Akar, Luas Daun, Bobot Kering Akar, Bobot Kering Tajuk dan Bobot Kering Akar Perlakuan kepadatan populasi Azospirillum sp. tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar, luas daun, bobot kering tajuk dan bobot kering akar. Rerata panjang akar, luas daun, bobot kering tajuk dan bobot kering akar disajikan pada Tabel 3.
Tabel 2 Parameter jumlah daun umur 2 MST sampai 6 MST Kepadatan Populasi Bakteri Azospirillum sp. AZ0 AZ1 AZ2 AZ3 AZ4 AZ5
2 MST 2,75 3,00 3,00 3,00 3,00 2,75
Jumlah Daun (trifoliate) 3 MST 4 MST 5 MST 4,00 4,75 6,50 4,00 6,00 6,00 3,75 5,75 8,00 4,25 6,25 7,25 4,00 6,50 8,00 3,25 5,75 6,75
6 MST 9,75 8,25 10,50 10,75 10,75 10,75
Rerata 5,55 5,45 6,20 6,30 6,45 5,85
Vol. 3, 2014
Respon Pemberian Kepadatan Populasi
81
Tabel 3 Parameter panjang akar, luas daun, bobot kering tajuk dan bobot kering akar Kepadatan Populasi Bakteri Azospirillum sp. AZ0 AZ1 AZ2 AZ3 AZ4 AZ5
Panjang Akar (cm)
Luas Daun (cm²)
33,25 28,00 18,00 22,00 20,13 22,50
Pada Tabel 3. dapat dilihat bahwa perlakuan kepadatan populasi bakteri Azospirillum sp. secara keseluruhan menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar, luas daun, bobot kering tajuk dan bobot kering akar. Sehingga, untuk perlakuan yang diberikan menunjukkan pengaruh yang sama terhadap parameter yang diamati. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa fiksasi N oleh bakteri Azospirillum sp. belum dapat bekerja dan memacu pertumbuhan tanaman kedelai secara optimal. Husen (2009) secara umum pupuk hayati HEG (pupuk padat yang terdiri dari Azospirillum lipoverum, Aspergillus niger, Aeromonas punctata, Azotobacter beijerinckii 1,9 x 105 – 5,8 x 107 cfu/g) cukup efektif meningkatkan beberapa aspek pertumbuhan vegetatif, namun belum mempresentasikan efektifitas pupuk hayati yang sebenarnya karena lambatnya respon tanaman yang diduga terkait dengan rendahnya kepadatan populasi inokulan. Husen (2009) menambahkan efektivitas mikroba yang menunjukkan bahwa aplikasi pupuk hayati terbukti mampu mengurangi kemampuan penggunaan pupuk tunggal NPK, dalam menyediakan hara sangat tergantung pada daya hidup dan perkembangannya di lingkungan rhizosfer. Sehingga kepadatan populasi inokulan saat diaplikasikan juga sangat menentukan kemampuan bersaing inokulan dengan mikroba alami.
536,00 506,93 765,05 718,23 910,98 595,88
Bobot Kering Tajuk (g) 3,20 3,66 4,29 6,06 5,58 4,61
Bobot Kering Akar (g) 1,06 0,74 0,57 0,95 0,68 0,74
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Ditemukan dua isolat bakteri Azospirillum sp. yang memiliki kemampuan dalam menambat nitrogen dari tanah rhizosfer pertanaman kedelai yang masingmasing diberikan kode Azp1 dan Azp2. 2) Perlakuan tingkat kepadatan populasi bakteri penambat nitrogen Azospirillum sp. mampu menunjukkan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kedelai pada umur 3 MST sampai 5 MST dan berpengaruh sangat nyata pada umur 6 MST. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kepadatan populasi bakteri penambat nitrogen Azospirillum sp. yang diisolasi dari pertanaman kedelai terhadap pertumbuhan kedelai pada fase vegetatif dan pengujian unsur hara N, P dan K yang diserap oleh tanaman kedelai.
82
FIRNIA ET AL. DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistika. 2013. Tanaman Kedelai. (http://bps.go.id/kedelai. html, diakses 1 Maret 2013). Gunarto L, K Adachi, T Senboku. 1999. Isolation and Selection of Indigenous Azospirillum sp. from a Subtropical Island and Effect of Inoculation on Growth of Lowland Rice Under Several Level of N Application. Biol. Fertil. Soils. 28: 129-135. Hanafiah KA. 2012. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Rajawali Press. Jakarta. 360 hlm. Husen E. 2009. Telaah Efektivitas Pupuk Hayati Komersial dalam Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman. Balai Penelitian Tanah. Bogor. Hal 105-117. Jumin HB. 2005. Dasar-dasar Agronomi. Edisi Kelima. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Mala T, S Chotchuangmaneerat, W. Phuengsaeng and J. Phumphet. 2010. Efficiency of Glomus aggreratum, Azotobacter, Azospirillum and Chemical Fertilizer on Growth an Yield of Single Cross Hybrid 4452 Maize. Natural Science 44: 789-799. Muhibuddin A. 2010. Efektivitas Strain Bradyrhizobium japonicum pada Tanaman Kedelai Varietas Mahameru dan Baluran. Jurnal Agriculture. 3(1): 28-34. Okon Y, SL Albrecht and RH Barris. 1976. Factor Affecting Growth and Nitrogen Fixation of Azospirillum lipoferum. J. Bacteriol. 127(3):: 1248-1254.
JIPP Panjaitan I. 2004. Efektivitas Azospirillum dan Cendawan Mikoriza Arbuskular Terhadap Produksi dan Serapan Hara Setaria splendida pada Dosis N dan P Berbeda. Tesis. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. 107 hlm. Rao NSS. 2007. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Terjemahan Herawati Susilo. Edisi Kedua. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 533 hlm. Sutanto R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Cetakan ke-5. Kanisius. Yogyakarta. 219 hlm. Sutedjo MM. 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Cetakan ke-8. Rineke Cipta. Jakarta. 177 hlm. Taliawo RG. 2012. Krisis Kedelai dan Keberpihaka Pemerintah. (http://kompasiana.com/2012/krisiskedelai-dan-keberpihakanpemerintah. html, diakses 1 Maret 2013). Tien TM, Gaskins H., and Hubbell DH. 1979. Plant Growth Subtances Produced by Azospirillum brasilense and Their Effect on Growth of Pearl Millet (Pennisetum americanum L.). Appl. Environ. Microbiol. 37(10): 16-24. Widawati S dan Muharam A. 2012. Uji Laboratorium Azospirillum sp. yang Diisolasi dari Beberapa Ekosistem. J.Hort. 22(3): 258-267. Zakaria AK. 2010. Kebijakan Pengembangan Budidaya Kedelai Menuju Swasembada Melalui Partisipasi Petani. Pusat Analisis Sosial dan Kebijakan Pertanian. J. Analisis Kebijakan Pertanian. 8(3): 259-272.