KARYA TULIS ILMIAH
ANALISA PEMBERIAN Trichoderma sp. TERHADAP PERTUMBUHAN KEDELAI
Oleh : Lisa Marianah, SP.
BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI
2013
KARYA TULIS ILMIAH
ANALISA PEMBERIAN Trichoderma sp. TERHADAP PERTUMBUHAN KEDELAI
Oleh: Lisa Mariananh, SP.
Disetujui, Kepala Balai Pelatihan Pertanian Jambi
Dr. Ir. Teddy Rachmat Muliady, MM NIP. 19600511 198603 1 001
BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa atas rahmat, nikmat dan kesempatan yang telah diberikanNya, sehingga dapat merampungkan karya tulis ini yang berjudul “ Analisa Pemberian Trichoderma sp. Terhadap Pertumbuhan Kedelai“ Pembuatan
karya
tulis
ini
dilatarbelakangi
oleh
keinginan
untuk
mengimplementasikan ilmu sekaligus mengembangkan potensi yang ada pada sang penulis untuk Balai Pelatihan Pertanian Jambi. Dalam karya tulis ini dijelaskan bagaimana pengaruh pemberian pupuk organik yang mengandung jamur Trichoderma sp terhadap pertumbuhan kedelai dan produksinya serta manfaat pupuk organik dalam budidaya tanaman sehingga dapat menjadi pupuk alternatif yang sangat potensial dan ramah lingkungan. Selanjutnya karya tulis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Masukan dari semua pihak sangat diharapkan supaya kegiatan ini dapat berjalan dengan baik.
Jambi, 23 September 2013 Kepala Balai,
Dr. Ir. Teddy Rachmat Muliady, MM NIP. 19600511 198603 1 001
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pupuk merupakan bahan tambahan yang diberikan ke tanah untuk tujuan memperkaya atau meningkatkan kondisi kesuburan tanah baik khemis, fisis maupun biologisnya. Kesuburan kimia tanah dinilai dari kandungan ion mineral dan kapasitas pertukaran kationnya untuk menyediakan makanan siap saji bagi tanaman. Kesuburan fisis adalah keadaan tanah yang tidak kompak atau gembur sehingga menyediakan aerasi dan drainase yang baik dan tidak menyiksa akar tanaman. Sedangkan kesuburan biologis tanah juga sangat penting, kandungan mikroorganisme tanah yang mendukung proses penguraian bahan organik menjadi mineral anorganik adalah definisi kesuburan biologis tanah. Perbaikan kondisi kesuburan tanah yang paling praktis adalah dengan penambahan pupuk ke tanah. Namun perlu diperhatikan keseimbangan kesuburan tanah sehingga pupuk yang diberikan dapat efektif dan efisien. Penambahan pupuk anorganik yang menyediakan ion mineral siap saji saja akan merusak kesuburan fisis tanah, dimana tanah akan menjadi keras dan kompak. Dengan demikian, pengaplikasian pupuk organik akan sangat membantu dalam memperbaiki kondisi tanah. Akan tetapi pupuk organik lebih lambat terurai menjadi ion mineral, sehingga diperlukan penambahan mikroorganisme ke dalam tanah yang dapat mempercepat proses dekomposisi dan menjaga kesuburan tanah. Salah satu mikroorganisme fungsional yang dikenal luas sebagai pupuk biologis tanah adalah jamur Trichoderma sp. Jamur ini merupakan salah satu jenis mikroorganisme penghuni tanah yang dapat diisolasi dari perakaran tanaman lapang. Beberapa spesies Trichoderma yang sudah dilaporkan sebagai agensia hayati yaitu seperti: T. Harzianum, T. Viridae, dan T. Koningi yang berspektrum luas pada berbagai tanaman pertanian. Biakan jamur Trichoderma dalam media aplikatif seperti dedak dapat diberikan ke areal pertanaman dan berlaku sebagai biodekomposer yang mendekomposisi limbah organik menjadi kompos yang bermutu. Serta dapat berlaku sebagai biofungisida, yang mana jamur ini dapat menghambat pertumbuhan beberapa jamur penyebab penyakit pada tanaman antara lain: Rigidoporus lignosus, Fusarium oxysforum, Rizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, dll.
1.2 Tujuan Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik yang mengandung Trichoderma Sp. dan pemberian pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai 2. Meningkatkan pengetahuan dan profesionalisme 3. Memanfaatkan Sumber Daya Alam yang ada disekitar Balai untuk mengatasi kekurangan kebutuhan pupuk.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kedelai (Glycine Max. L. Merril) Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Tanaman kedelai menyebar ke beberapa negara sejalan dengan berkembangnya perdagangan antar negara yang terjadi di awal abad ke-19 yaitu Jepang, Korea, India, Australia dan Amerika. Di Indonesia sendiri tanaman mulai dikenal oleh masyarakat khususnya pulau jawa sekitar abad ke-16 yang dibawa oleh imigran Cina (Adisarwanto, T. 2005). Sedangkan menurut Rukmana, R. dan yuniarsih, Y (1996) Tanaman kedelai mulai di tanam di pulau Jawa dan Bali pada tahun 1750. Menurut Adisarwanto, T. (2005), pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan Soja max. Pada tahun 1984 telah disepakati bahwa nama botani tanaman kedelai adalah Glycine max (L.) Merill dengan klasifikasi sebagai berikut: Kingdom Subkingdom Divisi Subdivisi Kelas Subkelas Ordo Subordo Famili Subfamili Tribe Subtribe Genus Subgenus Spesies
: plantae : Cormobionta : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae : Archichlamydae : Rosales : Leguminosinae : Leguminosae : Papilionaceae : Phaseoleae : Phaseolinae (Glycininae) : Glycine : Glycine : Glycine max (L.) Merill
Kedelai merupakan komoditi pertanian salah satu bahan pangan utama setelah padi dan jagung, serta sebagai sumber protein nabati utama bagi masyarakat yang digunakan baik sebagai bahan makanan, pakan ternak, bahan baku industri maupun bahan penyegar. Bahkan dalam perdagangan pasar internasional, kedelai jga merupakan komoditas ekspor berupa minyak nabati. Selain itu kedelai juga berkhasiat sebagai obat beberapa jenis penyakit. Hasil
penelitian di Inggris menunjukkan bahwa kedelai berkhasiat sebagai pencegah kanker dan jantung koroner, karena mengandung senyawa Phenolik da asam lemak tak jenuh yang dapat menekan terbentuknya senyawa Nitrosamin penyebab penyakit kanker. Di samping itu kadar letichin dalam kedelai dapat menhancurkan timbunan lemak dalam tubuh, sehingga secara tidak langsung dapat menekan penyakit darah tinggi dan diare (Rukmana, R. dan yuniarsih, Y, 1996). Perkembangan produksi kedelai tahun 1992 merupakan puncak produksi kedelai mencapai 1.8 juta ton. Sejak tahun 1993 produksi kedelai terus menurun, tahun 2003 tinggal 671.600 ton disebabkan gairah petani menanam kedelai turun dipicu masuknya kedelai impor dengan harga murah. Adanya kemudahan impor kedelai dengan bea masuk impor/tariff nol persen (0 %), membuat harga kedelai nasional tidak dapat bersaing dengan kedelai impor yang lebih murah. Tahun 2004 s/d 2006 produksi mulai meningkat namun sangat lambat sebesar 723.483 ton (2004), 808.353 ton (2005) dan 746.611 ton (2006). Tahun 2007 turun kembali 20 % dari 2006 menjadi 608.000 ton. (Press Release Mentan Pada Panen Kedelai[05-Feb-2008]http://ditjentan.deptan.go.id, Last Updated ( Monday, 04 February 2008) . Sebelum tahun 1990 impor kedelai hanya dibawah 500.000 ton dengan nilai rata-rata per tahun sebesar US$ 128 juta. Impor kedelai meningkat tajam dari tahun ke tahun pada tahun 2000 mencapai 1,3 juta ton dengan nilai US$ 300 juta. Impor kedelai dari tahun 2000 – 2005 rata-rata 1,1 juta ton dengan nilai US$ 358 juta atau setara Rp. 3,58 triliun ( 1 US$ = Rp. 10.000,-).
(Press Release Mentan
Pada Panen Kedelai[05-Feb-2008]http://ditjentan.deptan.go.id, Last Updated ( Monday, 04 February 2008.) Syarat tumbuh tanaman kedelai sebagai berikut: a. Tanah Tanaman Karya tulis dapat tumbuh pada berbagai Jenis tanah dengan syarat Drainase dan aerasi tanah cukup baik serta ketersediaan air yang cukup selama masa pertumbuhan. Karya tulis dapat tumbuh pada jenis tanah : •
Alluvial, regosol grumosol, latosol dan andosol
•
Podsolik Merah Kuning, dan tanah yang mengandung pasir kwarsa, perlu diberi pupuk organik, Fosfat dan pengapuran.
b. Iklim •
Curah Hujan :optimal 100 -200 ml/bulan hujan merata
•
Temperatur : antara 25 – 27 derajat celcius, dengan penyinaran penuh (min. 10 jam/hari)
c.
•
Kelembaban suhu : Rata-rata 50%
•
Tinggi dari permukaan laut : 0 – 900 meter optimal 650 mdpl
Air •
Masa vegetatif (pertumbuhan) : curah hujan cukup
•
Masa generatif (Pembungaan) : curah hujan yang kurang saat pembungaan dan pematangan biji sangat berpengarruh terhadap peningkatan hasil karya tulis.
2.2 Pupuk Bokashi Kata bokashi berasal dari bahasa Jepang yang artinya kira-kira bahanbahan organik yang sudah diuraikan (difermentasi). Pupuk bokashi merupakan salah satu bentuk pupuk organik yang terbuat dari campuran antara bahan-bahan organik dan pupuk kandang yang difermentasi atau didekomposisi oleh mikroorganisme. Adapun bahan organik yang bisa digunakan dalam pembuatan bokashi adalah sebagai berikut: jerami, sekam, daun-daunan, rumput-rumputan, limbah organik pengolah pabrik jagung dan masih banyak lagi yang lainnya. Perlakuan yang umum dilakukan berupa penciptaan lingkungan makro yang dikondisikan untuk pertumbuhan mikroorganisme. Perlakuan fermentasi dapat dipercepat dengan cara penambahan mikroorganisme dekomposer atau aktifator. Ada dua cara untuk mempercepat terjadinya pelapukan bahan organik yaitu pengaturan kondisi iklim mikro seperti suhu dan kelembapan sehingga sesuai untuk pertumbuhan mikroorganisme pengurai seperti penambahan atau pemberian mikroorganisme pengurai sebagai starter atau aktivator. Salah satunya adalah dengan penambahan jamur Trichoderma sp. Faktor yang mempengaruhi pengomposan diantaranya: a. Nilai C/N bahan Semakin rendah nilai C/N bahan, waktu yang diperlukan untuk pengomposan semakin sedikit b. Ukuran bahan Bahan yang keras dicacah hingga ukuran 0,5-1 cm, sedangkan untuk bahan yang lunak/ tidak terlalu keras dicacah dengan ukuran sekitar 5 cm
c. Komposisi bahan d. Jumlah mikroorganisme Dengan penambahan mikroorganisme diharapkan proses pengomposan akan lebih cepat e. Kelembapan dan aerasi Pada umumnya mikroorganisme dapat bekerja dengan kelembapan sekitar 4060%. Kelembapan lebih rendah atau lebih tinggi dapat menyebabkan mikroorganisme tidak berkembang atau mati. f. Temperatur Temperatur optimal sekitar 30-50o C g. Keasaman (pH) Kisaran pH yang baik adalah sekitar 6-7 (netral)
Pupuk bokashi memiliki banyak manfaat baik untuk tanah dan juga bagi pertumbuhan tanaman itu sendiri diantaranya membantu memperbaiki struktur tanah, meningkatkan permeabilitas tanah, mengurangi ketergantungan lahan pada pupuk anorganik, berperan sebagai sumber makanan bagi mikroorganisme tanah, meminimalkan penggunaan pupuk anorganik, memperbaiki kualitas tanaman (tanaman menjadi segar dan rasanya lebih enak), memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah, mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara, mengandung hara yang lengkap walaupun dalam jumlah yang sedikit, membantu proses pelapukan bahan mineral, dan menurunkan aktifitas mikroorganisme yang merugikan.
Tabel 1. Kandungan hara kompos secara umum Komponen Kadar air C Organik N P2O5 K2O Ca Mg Fe Al Mn
Kandungan (%) 41,00-43,00 4,83-8,00 0,10-0,51 0,35-1,12 0,32-0,80 1,00-2,09 0,10-0,19 0,50-0,64 0,50-0,92 0,02-0,04
2.3 Jamur Trichoderma sp. Jamur Trichoderma sp. merupakan salah satu agen antagonis yang bersifat saprofit dan bersifat parasit terhadap jamur lain. Jamur ini termasuk Eukariota, Divisi
: Deuteromycota
Kelas
: Deuteromycetes
Ordo
: Moniliales
Famili
: Moniliaceae
Genus
: Trichoderma
Pada umumnya jamur Trichoderma sp. hidup ditanah yang lembab, asam dan peka terhadap cahaya secara langsung. Pertumbuhan Trichoderma sp. yang optimum membutuhkan media dengan pH 4-5. Kemampuan jamur ini dalam menekan jamur patogen lebih berhasil pada tanah masam daripada tanah alkalis. Kelembaban yang dibutuhkan berkisar antara 80-90%. Pada media Potato dextrose Agar (PDA) akan terlihat koloni yang khas seperti obat nyamuk bakar seperti terlihat pada gambar 1. Dan jika diamati secara mikroskopis terlihat hifa dan konidiaspora berbentuk seperti buah anggur seperti pada gambar 2. Mekanisme kerja jamur Trichoderma sp. sebagai agen pengendalian hayati adalah antagonis terhadap jamur lain. Penekanan patogen berlangsung dengan proses antibiosis parasitisme, kompetisi O2 dan ruang yang dapat mematikan patogen tersebut. Jamur Trichoderma sp. memiliki banyak manfaat diantaranya adalah sebagai berikut sebagai organisme pengurai, membantu proses dekomposer dalam pembuatan pupuk bokashi dan kompos. Pengomposan secara alami akan memakan waktu 2-3 bulan akan tetapi jika menggunakan jamur sebagai dekomposer memakan waktu 14- 21 hari. Selain itu jamur Trichoderma sp. sebagai agensia hayati, sebagai aktifator bagi mikroorganisme lain di dalam tanah, stimulator pertumbuhan tanaman. Biakan jamur trichoderma dalam media aplikatif dedak bertindak sebagai biodekomposer yaitu mendekomposisi limbah organik menjadi kompos yang bermutu, serta dapat juga berlaku sebagai biofungisida yaitu menghambat pertumbuhan beberapa jamur penyebab penyakit pada tanaman.
Gambar 1. Koloni jamur Trichoderma harzianum
Gambar 2. Hifa dan Spora jamur Trichoderma harzianum
BAB III METODOLOGI 3.1
Waktu dan Tempat Kajiwidya dilakukan di lahan palawija Balai pelatihan pertanian (BPP) Jambi,
yang beralamat di Desa Pondok Meja< Kecamatan Mestong, Kab. Muaro jambi, Prov. Jambi pada tanggal 10 Juni s.d September 2009.
3.2 Alat dan Bahan Bahan-bahan yang digunakan di dalam kajiwidya ini disajikan di Tabel 2 berikut. Tabel 2. Bahan-bahan yang digunakan dalam kegiatan kajiwidya No
Bahan
Jumlah
1
Benih kedelai (varietas Anjasmoro)
40 Kg/Ha
2
Trichoderma harzianum
400 gr/Ha
3
Pupuk Kandang
5 Ton/Ha
4
Dolomit
5
Pupuk Urea
50 Kg/Ha
6
Pupuk SP-18
75 Kg/Ha
7
Pupuk KCl
50 Kg/Ha
2000 Kg/Ha
3.3 Perlakuan dan Parameter Pengamatan Perlakuan yang digunkana sebagai berikut: P0 : Kontrol (Tanpa tambahan Trichoderma sp) P1 : Menggunakan tambahan Trichoderma sp Parameter yang diamati sebagai berikut: 1.
Persentase tumbuh
2.
Tinggi Tanaman
3.
Jumlah Daun
4.
Jumlah Cabang
5.
Jumlah Bunga
6.
Jumlah Polong
7.
Jumlah Polong Produktif
3.4 Cara Kerja 1. Persiapan Lahan Tanah diolah dangkal dan gulma dibenamkan. Pengolahan lahan dimulai sebelum jatuhnya hujan. Tanah diolah dengan bajak dan garu/cangkul hingga gembur. Lebar Bedengan : 1 meter . Untuk pengaturan air hujan perlu dibuat saluran drainase pada setiap dan di sekeliling petakan sedalam 30 cm dan lebar 50 cm. Kedelai sangat terganggu pertumbuhannya bila air tergenang.
Gambar 3. Bedengan Untuk Penanaman Kedelai
2.
Pemberian Pupuk Kandang dan Trichoderma sp Pemberian pupuk kandang saat pengolahan tanah sangat disarankan, karena dapat memperbaiki kondisi tanah selain dapat mengurangi pengunaan pupuk buatan. Dosis penggunaan pupuk kandang untuk tanah yang kurus ± 5 ton/Ha.
Gambar 4. Pemberian Pupuk Kandang dan Trichoderma sp.
B.1.2. Pemberian Dolomit Tanaman kedelai menginginkan pH netral berkisar 5 – 6. sehingga perlu pengapuran pada tanah yang masam. Pemberian Dolomit dengan Dosis 2.000 kg/Ha (200 gr/m²) diharapkan mampu menciptakan pH tanah yang optimal.
Gambar 5. Pemberian Dolomit
Pemberian Trichoderma dilakukan bersamaan dengan pupuk kandang dan dolomit. Trichoderma berfungsi sebagai agen antagonis dan aktifator mikroorganisme penting dalam tanah. Dosis Trichoderma : 400gr/Ha. 3. Persiapan Benih Benih yang digunakan Varietas : ANJASMORO. Kebutuhan Benih : 40 kg/Ha.
Gambar 6. Benih Varietas Anjasmoro
4. Penanaman Penanaman dilakukan pada tanggal 16 Juni 2009 di lahan palawija Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi. Benih ditugal 3 biji perlubang dengan jarak tanam 30 X 30 cm. 5. Pemeliharaan a. Pemupukan Dosis pupuk yang akan digunakan Urea 50 kg/ha, SP-18 75 kg/ha dan KCl 50 kg/ha. Pupuk diberikan 2 kali dalam satu musim b. Penyiangan gulma Penyiangan sebanyak 2-3 kali sebelum tanaman berbunga.
Gambar 7. Penyiangan gulma
c. Pengairan / Penyiraman Tanaman sebaiknya tidak mengalami kekeringan pada fase kritis karena akan
sangat
menurunkan
hasil.
Fase
kritis,
yaitu
saat
perkecambahan,berbunga,serta pembentukan dan pengisian polong. d. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman dilakukan dengan menggunakan pestisida nabati. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan ekosistem yang ada.
Secara umum pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Oleh karena terbuat dari bahan alami / nabati maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan, dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang (Rukmana, 1994 ). Aplikasi bahan organik selain dapat meningkatkan efisiensi pemupukan organik, diharapkan juga dapat meningkatkan kualitas tanah sehingga dapat menuju pertanian organik yang sehat.
e.
Panen Kedelai harus dipanen pada tingkat kemasakan biji yang tepat. Panen terlalu awal menyebabkan banyak biji keriput, panen terlalu akhir menyebabkan kehilangan hasil karena biji rontok. Ciri-ciri tanaman kedelai siap panen adalah : Daun telah menguning dan mudah rontok Polong biji mengering dan berwarna kecoklatan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Kajiwidya Tabel 3. Data pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun No
1 2
Parameter pengamatan Tinggi tanaman Jumlah daun
Pengamatan ke 1 P1 P0
Pengamatan ke 2 P1 P0
2.86 2
7.69 4
2.87 2
7.87 4
Pengamatan ke 3 P1 P0 12.2 5 11.77 4 4
Pengamatan ke 4 P1 P0 15.8 3 15.67 5 5
Pengamatan ke 5 P1 P0 26. 28.08 17 8 7
Ket: P1: Perlakuan 1 (menggunakan trichoderma) P0: Kontrol Pengamatan ke 1 (tgl 20-06-2009) Pengamatan ke 2 (tgl 27-06-09) Pengamatan ke 3 (tgl 2-07-09) Pengamatan ke 4 (tgl 6-07-09) Pengamatan ke 5 (tgl 16-07-09) Tabel 4. Hasil pengamatan Jumlah polong dan Jumlah polong produktif Parameter Pengamatan No
Perlakuan
1 2
Perlakuan (P1) Kontrol (P0)
Tinggi tanaman 28.08 26.17
Jumlah daun
Jumlah polong
7 7.53
78.87 69.36
Jumlah polong produktif 71.45 64.77
Tinggi tanaman (cm)
30 25 20 15 P1
10
P0
5 0 0
1
2
3
4
5
Pengamatan Gambar 8. Grafik hubungan antara waktu pengamatan dengan tinggi tanaman kedelai Dari gambar 8 juga dapat dilihat bahwa pemberian pemberian trichoderma sp. berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kedelai pada umur 3 MST. Mikroba jamur tanah (trichoderma sp.) berpengaruh tidak nyata sampai kedelai berumur 2 MST. Hal ini diduga karena sampai umur kedelai 2 MST trichoderma sp. masih melakukan proses dekomposisi bahan organik tanah pada media tanah masam. Pada umur 3 MST, pemberian trichoderma sp. berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, dimana perlakuan P0 berbeda nyata terhadap P1 sampai pada 5 MST. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Arifin Z., et. al.(2012)
9
Jumlah Daun (Helai)
8 7 6
5 4
P1
3
P0
2
1 0 0
1
2
3
Pengamatan
4
5
Gambar 9. Grafik hubungan antara waktu pengamatan dengan jumlah daun kedelai Gambar 9 memperlihatkan bahwa Trichoderma sp. berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun. Hal ini terlihat pada gambar 9, yaitu pada umur tanaman 1, 2, 3, dan 4 MST tidak ada perbedaan jumlah daun, baik pada P1 dan P0. Sedangkan pada tanaman umur 5 MST terdapat perbedaan jumlah daun yaitu jumlah daun pada perlakuan P0 sebanyak 8 helai sedangkan pada P1 sebanyak 7 helai. Hal ini diduga karena sampai umur kedelai 1 sampai 2 MST trichoderma sp. masih melakukan proses dekomposisi bahan organik tanah pada media tanah masam. Sedangkan translokasi hara pada 3 MST mengutamakan batang dari pada daun kedelai. Selain itu, pada pengamatan ke-5, jumlah polong total dan polong produktif P1 lebih tinggi dibandingkan dengan P0. Jumlah polong total dan polong produktif pada P1 sebesar 78.87 polong dan 71.45 polong. Sedangkan pada perlakuan P0 sebesar 69.36 polong dan 64.77 polong seperti terlihat pada gambar 10.
90 80 70 60 50
P1
40
P0
30 20 10 0 Tinggi tanaman
Jumlah daun Jumlah polong Jumlah polong produktif
Gambar 10. Grafik Perbandingan antara tanaman yang diberi Jamur Trichoderma sp. dan tanaman yang tidak diberi.
4.2 Pembahasan Trichoderma sp. berpengaruh nyata untuk meningkatkan tinggi tanaman pada umur 3 MST, sedangkan jumlah daun pada 5 MST. Hal ini diduga berkaitan erat dengan peranan mikroba jamur tanah pada msam. Trichoderma merupakan jamur tanah yang berperan dalam menguraikan bahan organik tanah, dimana bahan organik tanah ini mengandung beberapa komponen zat seperti N, P, S dan Mg dan unsur hara lain yang dibutuhkan tanaman dalam pertumbuhannya. Trichoderma sp. berrfungsi untuk memecah bahan-bahan organik seperti N yang terdapat dalam senyawa kompeks dengan demikian Nitrogen ini akan dimanfaatkan tanaman dalam merangsang pertumbuhan di atas tanah terutama tinggi tanaman dan memberikan warna hijau pada daun. Trichoderma dapat menguraikan posfat dari Al, Fe dan Mn. Pada pH rendah ion P akan mudah bersenyawa dengan Al, Fe dan Mn, sehingga sering mengalami keracunan Al dan Fe. Keracunan Al akan menghambat pemanjangan dan pertumbuhan akar primer serta menghalangi pembentukan akar lateral dan bulu akar. Selain itu pada pH rendah aktifitas mikroba sangat rendah sehingga mekanisme penyediaan unsur hara melalui proses penguraian bahan organik terhambat dan bahan organik tanah sulit terurai. Pada tanah masam P dapat terikat dengan Al dan Fe serta mungkin Mn membentuk ikatan tidak larut di dalam tanah masam dengan kepekatan ion Fe dan Al jauh melebihi H2PO4-, akibatnya akan membentuk lebih banyak senyawa Posfor tidak larut. Dengan demikian hanya sejumlah kecil H2PO4- tersisa dan merupakan bagian
yang
tersedia bagi tanaman. Jumlah biji pada perlakuan P1 lebih tinggi dari pada P0 disebabkan tinggi tanaman dan jumlah daun P1 yang lebih tinggi, sehingga proses pengambilan dan translokasi hara menjadi lebih efisen dan efektif. Trichoderma sp. dapat menguraikan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman sehingga mudah diambil oleh tanaman.
BAB V KESIMPULAN
Pemberian Trichoderma sp pada tanaman kedelai berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan mulai terlihat pada tanaman berumur 3 (tiga) MST. Berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun, tetapi berpengaruh nyata terhadap jumlah polong dan jumlah polong produktif. Jumlah polong tanaman kedelai yang diperlakukan dengan tambahan Trichoderma sp. 78 polong, sedangkan yang tidak mendapat tambahan Trichoderma sp. hanya 69 polong. Penambahan Trichoderma sp. terbukti dapat memperbaiki struktur tanah dan membantu tanaman dalam menyerap unsur hara yang ada dalam tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin Z., et. al.2012. Pengaruh Pemupukan Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai di Lahan Kering. BPTP Jatim. Ismail, N., Andi, T. 2011.Potensi agens Hayati Trichoderma sp. Sebagai Pengendali Hayati.BPTP Sulut. Nurahmi, E, et al. 2012. Pengaruh trichoderma terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Bibit kakao, Tomat dan Kedelai. Universitas Syak Kuala Banda Aceh. Bertham, Y. H. 2002. Respon Tanaman Kedelai Terhadap Pemupukan Fospor dan Kompos Jerami pada Tanah Ultisol. Universitas Bengkulu. Adisarwanto, T, 2006, Kedelai, Penebar Swadaya, Jakarta. http://extension.agron.iastate.edu/soybean/diseases_sds.html tanggal 2 Desember 2011