PENGARUH PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH DI LAHAN KERING DATARAN RENDAH a
Sofyan Samada Fakultas Pertanian Universitas Khairun
[email protected]
ABSTRACT Red onion ( Alium ascalanicum L ) is one of the horticultural crops with high economic value consumed by the majority of the Indonesian population. Red onion is used as food seasonings beside it become a traditional medicine to cure various disease of society such as medicine of stomach and heat lowering medications for infants and children ( Rukmana in Samad, 2010). The Purpose of this study was to determine the effect of organic fertilizer biofid multi-use and bifid MO ( microorganisms ) to the growth and yield of onion . This study took place in Lalonga Galela District North District North Halmahera with a height of 5 meters above the sea. It is held from September to December 2012. This study was use a randomized block design method which consists of two factors , namely biofid multipurpose fertilizer concentration factor B which consists of a 3 stage treatment such as : B0 = cc / liter of water , B1 = 10 cc / 2 liters of water , B2 = 20 cc / 2 liter of water and concentration of liquid organic fertilizer MO (microorganisms ) factor M which consists of 3 level of treatment that M0 = 0 cc / liter of water , M1 = 20 cc / 2 liters of water M2 = 40 cc / 2 liters of water . So there are 9 combination treatment was repeated 3 times so there are 27 units of observations. The results of variance showed that treatment of single factor B2 = 20 cc / 2 liters of water to produce the highest crop is 27.79 cm , and the M factor generating plant height is 28.33 cm , while the number of tubers treated observation component single factor B2 resulted in the number of tubers is namely 6.82 and the single factor most M2 produces the number of tubers is 7.92. The observation component of the interaction between tuber weight multipurpose organic fertilizer and organic fertilizer B2M2 microorganisms that produce the highest weight of onion bulbs is 15.17 kg per plot . Keywords: organic fertilizers, production, red onion
PENDAHULUAN Bawang merah (Alium ascalanicum. L) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang bernilai ekonomis tinggi yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Bawang merah selain dimanfaatkan sebagai bumbu penyedap masakan juga sebagai. Obat tradisional
untuk menyembuhkan
berbagai macam penyakit masyarakat misalnya obat nyeri perut akibat masuk angin dan obat menurunkan panas bagi bayi dan anak- anak (Rukmana 1994 dalam Samad, 2010). Kebutuhan konsumsi bawang merah harus diimbangi dengan kuantitas produksi bawang merah. Agribisnis bawang merah sesungguhnya menjadikan keuntungan yang besar jika di kelola secara optimal. Umur tanaman yang relatif
pendek 65-70 hari, jika tingkat produksi 15 ton/ha dengan harga di tingkat
petani Rp 5000 maka akan di peroleh 75 juta/ha/musim. Namun sayangnya produksi rata-rata nasional berkisar 6-8 ton (Direktorat Hortikultura, 2005).
Pada
Tahun 2007-2008 produksi bawang merah
mencapai 427,4 ton dan pada tahun 2008-2009 produksi bawang merah meningkat menjadi 2,9 juta ton (Litbang Deptan, 2009). Sementara produksi bawang merah untuk Maluku Utara dengan luas panen 147
177 ha mencapai produksi sebesar 2 ton/ha (BPS, 2008). Hasil ini belum mampu memenuhi kebutuhan Masyarakat Maluku Utara. Kebutuhan bawang merah untuk Maluku Utara sebagian
besar
masih
didapatkan dari luar daerah. Rendahnya produktifits bawang merah disebabkan oleh sistem budidaya yang belum maksimal dan penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan sehingga lama kelamaan akan berdampak pada kesuburan tanah yang dapat mengakibatkan produktifitas tanah menurun (BPS, 2008). Selain itu menurut Samad, S (2010) bahwa rendahnya produktifitas bawang merah disebabkan oleh beberapa hal antara lain bibit yang digunakan adalah bibit yang turun temurun dan tingginya organisme penggangu tanaman (OPT). Dengan penguasaan teknologi yang masih rendah sehingga petani masih terus menerus menggunakan pupuk kimia. Guna memenuhi kebutuhan bawang merah yang terus meningkat maka perlu adanya terobosan teknologi budidaya yang mampu meningkatkan produksi bawang merah yaitu melalui pendekatan teknologi organik. Pertanian organik mampu meningkatkan produktifitas bawang merah. Oleh karena itu, salah satu alternatif untuk meningkatkan produktifitas bawang merah yaitu dengan menggunkan pupuk organik cair biofid multiguna dan pupuk organik cair MO mikroorganisme. Kedua pupuk ini merupakan pupuk cair yang ramah lingkungan yang berperan meningkatkan
kualitas
dan
kuantitas serta mempercepat
pertumbuhan, perkembangan dan masa panen. Selain itu berperan juga sebagai pemantap agregat tanah, pengurai resedu kimia dan racun pestisida, pendorong resapan hara, pengganti fitohormon, antibiotk, vitamin, enzim dan antitoksidan. Pupuk organik cair dalam pemupukan jelas lebih merata, tidak akan terjadi penumpukan konsentrasi pupuk di satu tempat, sebab itu pupuk ini 100 persen larut dan merata. Selain itu pupuk organik cair ini mempunyai kelebihan dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara dan tidak bermasalah dalam pencucian hara serta mampu menyediakan hara secara cepat (Anonim, 2010). Penelitian terdahulu hasil produksi yang dicapai dari penggunaan pupuk organik cair biofid multiguna dan pupuk organik cair MO mikroorganisme pada tanaman padi sawah yaitu sebesar 8,2 ton per hektar sedangkan pada tanaman jagung sebesar 9 ton per hektara (Samad, 2011). Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai bagaimana upaya meningkatkan produktifitas bawang merah dengan menggunakan pupuk organik cair biofid multiguna dan organik cair MO mikroorganisme sehingga produktifitasnya
tetap
tinggi.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan yang dipelajari terkait dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Apakah pemberian pupuk biofid multiguna dan pupuk organik
cair
MO
(mikro organisme) dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah. 2) Apakah pemberian pupuk organik cair biofid multiguna dan pupuk organik cair MO (mikroorganisme) dapat memberikan interaksi yang berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah. Sedangkan tujuan penelitian adalah 1) Mengetahui pengaruh guna
pemberian
pupuk
organik biofid multi
dan pupuk organik cair MO (mikroorganisme) terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
bawang merah. 2) Mengetahui interaksi antara pupuk organik cair biofid multi guna dan pupuk organik cair MO (mikroorganisme) terhadap hasil dan produksi tanaman bawang merah. Manfaat penelitian adalah 1) Menghasilkan komoditas hortikultura organik khususnya bawang merah dan 2) Hasil penelitian ini 148
diharapkan berkonstribusi dalam pengembangan teknologi budidaya bawang merah di lahan kering dataran rendah.
METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di lahan Desa Lalonga Kecamatan Galela Utara Kabupaten Halmahera Utara dengan ketinggian tempat 5 meter dari permukaan laut. Penelitian ini berlansung dari bulan September sampai dengan bulan Desember 2012. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tengki penyemprotan (sprayer), cangkul, skop, garu,
parang, altimeter, timbangan, kantong plastik, kamera,
dan alat tulis menulis. Sedangkan bahan yang digunakan terdiri dari: Benih bawang merah varietas bima, pupuk organik biofid multi guna, pupuk organik MO mikroorganisme dan air. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 2 faktor perlakuan (faktorial), yaitu faktor konsentrasi pupuk organik cair biofid multiguna (B) yang terdiri dari 3 taraf dan faktor pupuk organik cair MO mikroorganisme (M) yang terdiri dari 3 taraf. Selanjutnya dapat diuraikan sebagai berikut : Faktor pertama konsentrasi (B) terdiri dari tiga perlakuan : B0= Tanpa pupuk per petak, B1= 10 cc per 2 liter air per petak,
B2=
20 cc per 2 liter air per
petak. Faktor kedua (M) yang terdiri atasi tiga perlakuan: M0= Tanpa pupuk per petak, M1 = 20 cc per 2 liter air per petak, M2= 40 cc per 2 liter air per petak. Sesuai factor perlakuan diatas dapat diperoleh 9 kombinasi perlakuan yang diulang dalam 3 kelompok sehingga dipeoleh total 27 unit pengamatan. Prosedur kerja pelaksanaan penelitian untuk budidaya bawang merah meliputi, pengolahan tanah, penanaman, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, pemeliharaan dan panen. Lahan yang akan ditanami bawang merah sebelumnya tanah diolah terlebih dahulu. Dengan tujuan untuk kondisi seperti yang diinginkan tanaman bawang merah yaitu subur dan gembur. Kegiatan pengolahan tanah terdiri dari pengemburan dan pembuatan bedengan. Pengolahan tanah dilakukan
2 kali dengan menggunakan
cangkul dengan cara membolak-balik lapisan top soil sedalam 30 cm. Tanah yang telah diolah diratakan dan dibuat petakan (bedengan) dengan ukur 100 x 200 cm, dengan tinggi bedengan 20 cm, membuat parit atau draenase antar bedengan dengan kedalaman 10 – 15 cm, dan jarak antar bedengan 15 cm. Penanaman umbi bawang merah dipotong 1/3 bagian diatasnya kemudian bagian potongan-potongan dibiarkan mengering, dan dibenakan ke dalam lubang tanam sehingga permukaan umbi harus rata dengan permukaan tanah dan berdiri tegak, agar bibit tidak mudah membusuk. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 20 x 20 cm. Pemberian pupuk organik sesuai dengan perlakuan yang dicobakan.
Pupuk oganik yang digunakan
yaitu berupa pupuk organik cair biofid multiguna dan pupuk organik cair MO (Mikroorganisme). Pemberian pupuk diberikan setelah tanaman berumur 10 hari dan selanjutnya di pupuk dengan selang waktu 10 hari sehinga pemupukan ke dua terjadi pada umur 20 HST, dan pemupukan ke tiga terjadi pada umur 30 HST. Pemupukan dilakukan tiga kali sesuai dengan konsentrasi perlakuan masing-masing dengan volume semprot. Penyiangan dilakukan dengan membersihkan rumput-rumput atau gulma yang ada di sekitar lahan atau 149
tanaman dengan cara mencabut atau memotong.. Pengendalian Hama dan Penyakit. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan apabila terdapat serangan yaitu dengan menggunakan pestisida nabati yang organik. Pemeliharaan tanaman bawang merah meliputi penyiraman, penyulaman, penyiangan dan pengendalian hama dan penyakit.
Penyiraman setiap pagi hari dan sore hari sampai dengan ± 1 minggu menjelang
panen serta penyiraman bertujuan untuk menjaga ketersediaan air tanah. Penyulaman dimaksud untuk menggantikan tanaman yang tidak tumbuh atau tumbuh abnormal, penyulaman dilakukan pada umur tanaman 7
hari setelah tanam. Penyiangan dilakukan setiap 7 hari dengan maksud mengurangi
kompetisi gulma dengan tanaman bawang merah untuk memperoleh cahaya matahari, air dan unsur hara. Pengendalian hama dan penyakit dengan tujuan agar supaya tanaman bawang merah dapat tumbuh dan berkembang dengan baik serta dapat berproduksi dengan maksimal. Tanaman bawang merah dapat dipanen setelah tanaman bawang merah matang secara fisiologis (dengan gejala daun mulai rebah ke tanah), umbi lapis terlihat penuh padat berisi dan sebagian tersambul di permukaan tanah, warna kulit telah mengkilap atau merah tergantung varietas atau kultifarnya.Dengan umur panen 60-70 hari. Parameter yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari: 1) Tinggi tanaman (cm), diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun yang tertinggi. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 20 HST. Selanjutnya setiap interval waktu 10 hari sampai tanaman berumur 40 hari. 2) Jumlah umbi per petak (tanaman sampel) dihitung pada saat panen. 3) Bobot umbi bawang merah (kg) per tanaman di timbang setelah panen.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian pupuk organik biofid multiguna dan pupuk organik biofid mikroorganisme terhadap parameterl pengamatan tinggi tanaman, jumlah
umbi
dan
Bobot umbi tanaman
bawang merah Sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair biofid multi guna dan pupuk organik cair MO mikro organisme berpengaruh terhadap komponen pengamatan tinggi tanaman bawang merah pada umur 30 HST, jumlah umbi bawang merah dan bobot umbi bawang merah. Uji beda nyata terkecil pengaruh konsentrasi pupuk biofid multiguna faktor B
terhadap tinggi tanaman pada saat
tanaman bawang merah berumur 30 HST disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Uji beda nyata terkecil pengaruh konsentrasi pupuk biofid multiguna faktor B terhadap tinggi tanaman pada saat tanaman bawang merah berumur 30 HST Umur 30 HST
Keterangan :
Perlakuan
Tinggi tanaman (cm)
B0
23,75 a
B1
27,56 a
B2
27,79 b
ab
Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) 150
Tinggi tanaman pada umur 30 HST perlakuan B2
menghasilkan tanaman tertinggi yaitu 27,79 cm bila
dibandingkan dengan perlakuan lainnya dan berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan B0 dan B1 dan B1 tidak berbeda nyata dengan B0
(Tabel 1). dan Uji beda nyata terkecil pengaruh konsentrasi pupuk
organik cair MO mikroorganisme faktor M terhadap tinggi tanaman pada saat tanaman bawang merah berumur 30 HST disajikan pada Tabel 2. Tabel 2.
Uji beda nyata terkecil pengngaruh konsentrasi pupuk organik biofid mikroorganisme faktor M terhadap tinggi tanaman bawang merah pada umur 30 HST Umur 30 HST
Keterangan :
Perlakuan
Tinggi tanaman (cm)
M0
24,41 a
M1
26,34 ab
M2
28,33 b
ab
Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
Tinggi tanaman pada umur 30 HST perlakuan M2 menghasilkan tanaman tertinggi yaitu 28,33 cm bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan M1 akan tetapi berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan M0 (Tabel 2). Sedangkan pada komponen pengamatan jumlah umbi dan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair biofid multi guna dan pupuk cair MO mikro organisme berpengaruh terhadap jumlah umbi bawang merah. Uji beda nyata terkecil pengaruh konsentrasi pupuk organik cair biofid multiguna faktor B
terhadap
jumlah umbi bawang merah pada saat panen disajikan pada
Tabel 3. Tabel 3. Uji beda nyata terkecil pengngaruh konsentrasi pupuk organik cair biofod multiguna faktor B terhadap rata-rata jumlah umbi bawang merah. Perlakuan
Jumlah Umbi
B0
4,23 a
B1
5,70 b 6,82 c
B2 Keterangan :
abc
Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
Jumlah umbi perlakuan B2 menghasilkan jumlah umbi terbanyak yaitu 6,82 bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan B1 akan tetapi berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan
B0 dan
B1 berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan B0 (Tabel 3) dan Uji beda
nyata terkecil pengaruh konsentrasi pupuk organik cair MO mikroorganisme ratat-rata jumlah umbi bawang merah setelah panen disajikan pada Tabel 4.
151
faktor M terhadap
Tabel 4. Uji beda nyata terkecil pengaruh konsentrasi pupuk organik cair MO mikroorganisme faktor M terhadap ratat-rata jumlah umbi bawang merah setelah panen. Perlakuan
Jumlah Umbi
M0
4,18 a
M1
6,22 b
M2
7,92 c
ab
Keterangan :
Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
Perlakuan M2 menghasilkan jumlah umbi terbanyak yaitu 7,92 bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya dan berbeda nyata (P<0,05) (P<0,05)
dengan perlakuan M1 dan perlakuan M0
dan
M1 berbeda nyata
dengan perlakuan M0 (Tabel 4). Sedangkan pada komponen pengamatan bobot umbi bawang
merah dan berdasarkan hasil sidik ragam menunjukan bahwa terjadi interaksi yang nyata antara pupuk organik cair biofid multiguna dan pupuk organik cair MO (mikroorganisme) terhadap bobot umbi bawang merah setelah panen. Uji beda nyata terkecil interaksi pupuk organik cair biofid multiguna dan pupuk organik cair MO (mikroorganisme) pada rata-rata bobot umbi tanaman
bawang
merah
setelah
panen
disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Uji beda nyata terkecil interaksi pupuk organik cair biofid multiguna dan pupuk organik cair MO (mikroorganisme) pada rata-rata bobot umbi tanaman bawang merah setelah panen. Interaksi B dan M
Bobot Umbi (kg)
B0M0
5,90 a
B0M1
8,53 d
B0M2
7,08 b
B1M0
7,84 c
B1M1
11,50 g
B1M2
10,82 f
B2M0
10,76 f
B2M1
10,11 e 15,17 h
B2M2 abcdefgh
Keterangan :
Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
Terjadi interaksi antara perlakuan pupuk organik biofid multiguna dengan perlakuan pupuk organik cair MO mikro organisme (B2M2) menghasilkan bobot umbi bawang merah tertinggi yaitu 15,17 kg per petak bila dibandingkan perlakuan lainnya dan perlakuan B1M1,
B1M2,
B2M0,
berbeda
nyata
(P<0,05
dengan
B2M1, B0M1, B1M0, B0M2, dan B0M0 (Tabel 5).
Pembahasan Pengaruh pemberian pupuk organik cair biofid multiguna dengan dosis 20 cc per 2 liter air per petak pada faktor tunggal (B2) berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 30 HST dan menghasilkan 152
tanaman tertinggi yaitu 27,79 cm (Tabel 1) dan pemberian pupuk organik cair MO mikroganisme dengan dosis 40 cc per 2 liter air per petak pada faktor M2 menghasilkan tanaman tertinggi yaitu 28,33 cm (Tabel 2). Sedangkan pada komponen pengamatan jumlah umbi bawang merah pada faktor tunggal B2 menghasilkan jumlah umbi terbanyak yaitu 6,82 (Tabel 3) dan pada faktor
tunggal
M2
menghasilkan
jumlah umbi terbanyak yaitu 7,92 (Tabel 4) Demikian pula adanya interaksi dan berpengaruh sangat nyata atas pemberian pupuk organik cair biofid multiguna dengan dosis 20 cc per 2 liter air per petak yang dikombinasikan dengan pupuk organik cair MO mikroorganisme dengan dosis 40 cc per 2 liter air per petak terhadap komponen pengamatan bobot umbi bawang merah dan menghasilkan bobot umbi bawang merah tertinggi yaitu 15,17 kg per petak bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Tabel 5). Hal ini diasumsikan bahwa unsur hara pada kedua perlakuan pupuk organik ini banyak mengandung bahan organik dan mineral seperti bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, bakteri ragi, actinomycetes, dan jamur fermentasi. Ke empat bakteri dan jamur tersebut dapat mempercepat proses daur ulang dan sebagai sumber unsur hara makro dan unsur hara mikro untuk tanaman bawang merah sehingga pada pemberian kedua pupuk organik tersebut telah mampu memberikan nutrisi atau hara
terhadap menigkatan tinggi
tanaman, jumlah umbi dan terjadi inteksi pada komponen pengamatan bobot umbi bawang merah pada saat panen. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa perlakuan pupuk organik cair biofid multiguna dan pupuk organik biofid mikroorganisme memeiliki kemampuan untuk memepercepat proses pertumbuhan tanaman bawang merah secara merata pada permukaan tanah. dan mendorong pertumbuhan tinggi tanaman , jumlah umbi, dan bobot umbi bawang merah.
Hal ini disebabkan karena meningkatnya aktifitas
mikroorganisme yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah dan pupuk yang diberikan dengan
mudah
tanaman
mengabsorbpsi unsur hara disekitar perakaran dan absorbpsi
unsur hara yang lebih tinggi dapat mempercepat pertumbuhan
vegetatif, generatif dan reproduktif
tanaman. Selain itu penggunaan pupuk organik cair biofid multiguna dan biofid mikro organisme dapat meningkatkan produksi, mempercepet produksi dan menetralisasi lingkungan tanaman bawang merah dari serangan hama dan penyakit. Ketersediaan unsur-unsur hara N, P dan K dalam pupuk organik cair biofid multiguna dan biofid mikroorganisme yang diberikan lebih mendekati atau bahkan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman bawang merah. Hasil penelitian ini mendukung pendapat Hanafiah dkk, 2005 dalam Samad 2012) bahwa ketersediaan hara organik NPK yang cukup akan menghasilkan pertumbuhan tanaman bawang merah menjadi lebih baik. Selanjutnya menurut Rao (1994), unsur hara organik N, P dan K dalam tanah merupakan sumber energi potersial dan didalamnya terdapat mikro biologi yang berperan dalam penguraian dan melepaskan ikatan nutrisi sehingga bahan organik yang terbentuk tersedia bagi pertumbuhan tanaman. Unsur hara
yang ditambahkan melalui pemupukan akan mengalami proses miniralisasi dan pelepasan
ikatan kimia dari senyawa kompleks menjadi kation-kation yang dapat diserap tanaman (Jumin, 2008). Selain itu sistem daur ulang menggunakan mikroorganisme mampu membantu pembentukan humus di dalam tanah dan mensintesa senyawa tertentu yang berguna bagi tanaman sehingga tanaman tumbuh, berkembang dan dapat membentuk umbi yang baik dan jumlah yang banyak ( Samad, 2008) 153
Penggunaan pupuk organik yang cukup maka unsur-unsur hara makro dan mikro terpenuhi sehingga sel tanaman untuk pembentukan buah dan umbi bawang merah lebih
sempurna.
Selain
itu
penggunaan
bahan organik menjadikan tanah lebih gembur, stuktur tanah lebih kompak, banyak menyimpan air dan tidak mudah terkikis oleh aliran air permukaan pada saat hujan (Isnaini M. 2006). Kebutuhan pupuk selain dipengaruhi oleh faktor tanah juga dipengaruhi oleh faktor iklim. suhu dan radiasi surya misalnya, akan mempengaruhi laju fotosintesis. Apabila aktifitas
Faktor
fotosintesis
ditingkatkan oleh radiasi surya dan suhu, maka aktifitas translokasi unsur hara akan meningkat sehingga tanaman akan menyerap unsur hara lebih besar (Jumin (2008),. Hal ini sejalan dengan pendapat Cahyono (2006), bahwa suhu udara dapat mempengaruhi ukuran dan kualitas
buah
maupun
umbi.
Perlakuan
kedua pupuk organik tersebut dapat mempercepat proses pembesaran umbi bawang merah dan bobot yang dihasilkan semakin tinggi. Pemberian kompos merupakan penambahan sejumlah unsur hara ke dalam tanah sebagai nutrisi tanaman. Menurut Grener, et. all. (1991), penambahan nutrisi dan mineral yang banyak, menyebabkan terjadi mobilisasi dan transport dari bagian vegetatif ke tempat perkembangan buah, biji, dan umbi. Keberhasilan penggunaan pupuk kandang tergantung pupuk kandan yang di gunakan. Budidaya tanaman sayuran sebaiknya menggunakan pupuk kandang ayam, karena pupuk kandang ayam memiliki kandungan fosfor tinggi. Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk pembentukkan buah (Soenandar M dan Heru T. R. 2012)
Kesimpulan Terjadi interaksi antara pupuk organik biofid multiguna (20 cc/ 2 liter air) dikombinasi dengan biofid mikroorganisme (40 cc/2 liter air) menghasilkan produksi bawang merah tertinggi yaitu 15,17 kg per petak.
Saran Usaha budidaya bawang merah atau tanaman hortikultura sebaiknya menggunakan pupuk biofid multiguna dan biofid mikroorganisme secara bersamaan agar hasil yang diperoleh lebih maksimal dan ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2010). http://kunia.wordpress.com/2010/ 07/04/delapan-kelemahan-pupuk- organikhayati-cair/ Diakses pada tanggal 7 April 2013 pukul 11.40 WITA. BPS. (2008). Maluku Utara Dalam Angka 2007. Ternate: BPS dan BAPPEDA Provinsi Maluku Utara. Cahyono. (2006). Pengaruh dan Hasil Tanaman Mentimun. Semarang: Departemen Pertanian Semarang. Direktorat Hortikultura. (2005). Direktorat Jendral Tanaman Hortikultura, Jakarta. Gardner, F. P, Pearce, R. B dan Mitchel, R. L. (1991). Physiologi Of Crop Plant (Fisiologi Tanaman Budidaya, alih Bahasa oleh Herawati Susilo). Jakarta: University of Indonesia Press. Isnaini, M. ( 2006). Pertanian Organik Untuk Keuntungan Ekonomi dan Kelestarian Alam. Yogyakarta: Penerbit Kreasi Wacana. Jumin, H.B. (2008). Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Lakitan. B. (1996). Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Litbang, Deptan. (2009). Produksi Bawang Merah Di Indonesia. Jakarta. Isnaini, M. ( 2006). Pertanian Organik Untuk Keuntungan Ekonomi dan Kelestarian Alam. Yogyakarta: Penerbit Kreasi Wacana. Rao. S. N. S. (1994). Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Jakarta: Penerbit Univaersitas 154
Indonesia. Samad, S. (2008). Respon Pupuk Kandang Sapi dan KCL Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah Alium ascalanicum L, Buletin Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin . (2010). Kajian Teknologi Budidaya Kentang Pada Lahan Di Dataran Medium. Universitas Hasanuddin. . (2011). Potensi Produk Pangan Organik Maluku Utara Perlu Digarap Secara Optimal dan Ramah Lingkungan. Orasi Ilmiah Yang Disampaikan Pada Wisudah Mahasiswa Pasca Sarjana Agkatan Pertama dan Sarjana Universitas Khairun. Soenandar M dan Heru T. R. (2012). Membuatan Pestisida Organik. Penerbit. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
155