Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
PENGARUH PEMUPUKAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI DI LAHAN KERING Zainal Arifin, Indriana Ratna Dewi, Nurul Istiqomah, Dwi Setyorini BPTP Jawa Timur Jl. Raya Karangploso KM 4, Malang E-mail :
[email protected] HP : 0810334700210
ABSTRACT Organic fertilization have an important role in restoring the land. To produce good-quality organic fertilizer is needed decomposers that can degrade nutrients in organic material, making it easily available for the growth of soybean plants. This study aims to determine the effectiveness of organic fertilizer use to decomposer NodulPlus soybean growth and yield. Research conducted in DS 2012 on upland dry climate Bunbarat Village, Rubaru Subdistrict, Sumenep District. Designed a randomized block were repeated 3 times. Fertilization treatment soybean Anjasmoro varieties as much as 21 combinations include : two kinds of organic fertilizer with 4 doses of organic fertilizer, and 3 doses of inorganic N fertilizer. Observations included: plant height, number of branches, number of segment, number of leaves, number of pods per plant, number of seeds per plant, number of seeds per pod, number of root nodules, the percentage of root nodules active and inactive, the dry weight of roots and root nodules, the weight 100 seeds and yield. The results of experimental studies showed that relatively less fertile soil with C-organic, N and K are very low, and P are medium content and classified by the type of climate Oldeman E4 (1 month and 8 months of dry wet). The number of pods and number of crop seeds and the number of root nodules and the percentage of active root nodules found in the use of organic fertilizer use NodulPlus decomposers with a dose of 2-3 t/ha with fertilization 50-100 kg urea/ha. The highest soybean grain yield observed in the use of organic fertilizer use NodulPlus decomposers with dose fertilizer of 1 t/ha with 50 kg urea/ha (O2 K1 A1) the result obtained 3 t/ha dry seed. Keywords : organic fertilizer, decomposers NodulPlus, growth and yield of soybean, upland PENDAHULUAN Pemupukan merupakan faktor penting dalam upaya meningkatkan produktivitas kedelai, terutama di lahan-lahan marginal. Kebutuhan hara N untuk tanaman kacangkacangan seperti kedelai sebagian telah dipenuhi melalui simbiosis bakteri Rhizobium dalam bintil akar untuk menambat N dari udara. Selama ini kebutuhan hara bagi tanaman kedelai lebih banyak dipenuhi dari pupuk anorganik tanpa disertai penambahan pupuk organik, sehingga menyebabkan terjadinya pengurasan hara dalam tanah secara cepat. Kondisi semacam ini mengakibatkan terjadinya penurunan kesuburan tanah (Tisdale et al., 1985; Karama, 2000). Penurunan kesuburan tanah ini berkaitan dengan semakin rendahnya kandungan bahan organik tanah. Kandungan bahan organik dalam tanah sawah di Jawa Timur 99% tergolong rendah yaitu kurang dari 2% (Suyamto, Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
2003), sehingga menyebabkan terjadinya kemerosotan kualitas lahan. Oleh karena itu diperlukan penambahan pupuk organik untuk memperbaiki produktivitas lahan. Pupuk organik mempunyai peran yang cukup luas yaitu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis tanah serta ramah lingkungan. Oleh karena itu nampaknya penggunaan pupuk organik merupakan pilihan yang tepat dalam meningkatkan produktivitas lahan disamping ramah lingkungan serta produk yang diperoleh aman bagi kesehatan manusia (Syekhfani, 2000). Sumber-sumber bahan organik yang berada di sekitar lahan berpeluang digunakan sebagai pupuk organik atau kompos. Untuk menghasilkan kompos dengan kualitas tinggi diperlukan dekomposer yang mampu mendegradasi unsur-unsur hara dalam bahan organik. Kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah dan tersedianya unsur hara esensial untuk tanaman. Penggunaan kompos memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Disamping itu kompos banyak mengandung mikroorganisme fungi, bakteri, alga, ataupun actinomycetes. Dengan ditambahkannya kompos kedalam tanah maka juga akan memacu organisme yang ada di dalam tanah untuk berkembang. Amonifikasi, nitrifikasi, dan fiksasi nitrogen akan meningkat karena pemberian bahan organik sebagai sumber karbon yang terdapat dalam kompos (Anonymous, 1991). Decomposer NodulPlus mengandung miroorganisme penambat unsur hara seperti Cendawan Trichoderma sp. dan Aspergillus niger, Bakteri Bacillus sp.dan Pseudomonas fluorescens. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pupuk organik (dekomposer NodulPlus) terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai. METODE Penelitian dilaksanakan pada MK1 2012 di lahan kering beriklim kering di Desa Bunbarat, Kecamatan Rubaru, Kabupaten Sumenep. Kedelai yang ditanam adalah varietas Anjasmoro dengan pemupukan organik (kompos) menggunakan decomposer NodulPlus, Urea, SP-36, dan KCl. Rancangan yang digunakan adalah acak kelompok dengan kombinasi 21 perlakuan yang diulang 3 kali (Tabel 1). Tabel 1. Kombinasi Perlakuan Kompos dan Pupuk An-Organik
2
No
Kode
Macam Pupuk Organik
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
O0K0A0 O0K0A1 O0K0A2 O1K1A0 O1K1A1 O1K1A2 O1K2A0 O1K2A1 O1K2A2 O1K3A0 O1K3A1 O1K3A2 O2K1A0 O2K1A1
Pupuk Kandang/Kompos Pupuk Kandang/Kompos Pupuk Kandang/Kompos Pupuk Kandang Pupuk Kandang Pupuk Kandang Pupuk Kandang Pupuk Kandang Pupuk Kandang Pupuk Kandang Pupuk Kandang Pupuk Kandang Kompos dekomposer Kompos dekomposer
Dosis Pupuk Organik (ton/ha) 0 0 0 1 1 1 2 2 2 3 3 3 1 1
Dosis Pupuk An-organik (kg/ha) Urea SP-36 KCl 0 50 50 50 50 50 100 50 50 0 50 50 50 50 50 100 50 50 0 50 50 50 50 50 100 50 50 0 50 50 50 50 50 100 50 50 0 50 50 50 50 50
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
15 16 17 18 19 20 21
O2K1A2 O2K2A0 O2K2A1 O2K2A2 O2K3A0 O2K3A1 O2K3A2
Kompos Kompos Kompos Kompos Kompos Kompos Kompos
dekomposer dekomposer dekomposer dekomposer dekomposer dekomposer dekomposer
1 2 2 2 3 3 3
100 0 50 100 0 50 100
50 50 50 50 50 50 50
Juni, 2012
50 50 50 50 50 50 50
Bahan organik yang digunakan untuk bahan kompos berasal dari kotoran sapi. Dekomposisi bahan organik dengan menggunakan produk dekomposer “NodulPlus” yang diperkaya dengan Bacillus sp., Pseudomonas, Trichoderma sp., dan Aspergillus telah dianalisis di Laboratorium Mikrobiologi Institut Teknologi Bandung (Tabel 2). Dekomposer NodulPlus yang digunakan dalam pembuatan kompos, yaitu dilarutkan dengan air dan dicampur merata pada kotoran sapi yang akan dikomposkan kemudian diaduk secara merata. Setelah itu bahan ditutup dengan terpal (proses anaerob) dan dilakukan pembalikan setiap 1 minggu sekali. Bahan tersebut difermentasikan selama 20 hari sampai berwarna coklat kehitaman dan suhu fermentasi telah turun. Tabel 2. Hasil Analisis Produk Dekomposer “NodulPlus” Parameter
Satuan
Bacillus sp.
cfu/g
Jumlah Mikroba 1,33 x 1011
Metode
Pour Plate Pemanasan 80oC Pseudomonas cfu/g 1,96 x 1012 Pour Plate Trichoderma sp. cfu/g 4,7 x 107 Pour Plate Aspergillus cfu/g 4,25 x 107 Pour Plate Sumber : Laboratorium Mikrobiologi Institut Teknologi Bandung, 2011
Medium NA NA PDA PDA
Petak percobaan berukuran 3,0 m x 2,5 m dengan cara tanam tugal menggunakan jarak tanam 40 cm x 15 cm, 2 biji/lubang. Pengamatan meliputi : status hara tanah sebelum percobaan, tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah buku, jumlah daun, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per tanaman, jumlah biji per polong, jumlah bintil akar, jumlah bintil akar aktif, jumlah bintil akar tidak aktif, bobot kering akar (oven), bobot kering bintil akar (oven), bobot 100 biji, hasil biji (t/ha), dan analisis usahatani. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Agroekologi Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di Desa Bunbarat, Kecamatan Rubaru, Kabupaten Sumenep mempunyai tipe iklim E4 (Oldeman) yaitu 1 bulan basah dan 8 bulan kering (Gambar 1). Kondisi tanahnya tergolong kurang subur dengan tekstur tanah pasir dan mempunyai kandungan C-oraganik, N-total, dan K tergolong sangat rendah, sedangkan P 2O5 tergolong sedang (Tabel 3).
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
mm 350
Tipe iklim E4 (Oldeman)
300
CH HH
12 10
250
8
200 6 150 4
100
2
50 0
0 NOP
DES
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SEP
OKT
Gambar 1. Distribusi curah hujan di wilayah penelitian Kec. Rubaru, Kab. Sumenep Tabel 3. Hasil analisis unsur hara tanah sebelum percobaan pupuk organik di Desa Bunbarat, Kec. Rubaru, Kab. Sumenep Analisis
Kandungan
Harkat
Tekstur : Pasir % Debu % Liat % Kelas pH : H2O C-organik (%) N-Total (%) Nisbah C/N P-Olsen (ppm) K (cmol(+) kg-1) Na (cmol(+) kg-1) Ca (cmol(+) kg-1) Mg (cmol(+) kg-1) KTK (cmol(+) kg-1)
88 5 7 5,9 0,51 0,05 10,2 119 0,10 td 2,70 0,28 5,66
Pasir Agak masam Sangat rendah Sangat rendah Sedang Rendah Sangat rendah Rendah Sangat rendah Rendah
* Hasil analisis Laboratorium Tanah BPTP Jawa Timur 2. Pertumbuhan Tanaman Pemberian pupuk organik dan anorganik yang berbeda mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah buku, jumlah daun, jumlah bintil akar, persentase bintil akar aktif dan tidak aktif, berat kering akar dan bintil akar. Tinggi tanaman dan jumlah cabang selama pengamatan umur 30, 50 dan 70 hst memperlihatkan perbedaan yang nyata (Tabel 4). Tabel 4. Pengaruh penggunaan pupuk organik terhadap tinggi tanaman dan jumlah cabang kedelai di Kec. Rubaru, Kab. Sumenep, MK1 2012 Tinggi tanaman (cm) No
Perlakuan
1 2
O0K0A0 O0K0A1
4
Jumlah cabang
30 hst
50 hst
70 hst
30 hst
50 hst
70 hst
45,56 efgh 56,67abcd
50,00 bc 54,56 abc
54,89 bc 68,56 a
3,00 ab 2,56 abc
3,11 ab 3,44 ab
4,00 de 5,78abc
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
3
O0K0A2
4
O1K1A0
5
O1K1A1
6
O1K1A2
7
O1K2A0
8
O1K2A1
9
O1K2A2
10
O1K3A0
11
O1K3A1
12
O1K3A2
13
O2K1A0
14
O2K1A1
15
O2K1A2
16
O2K2A0
17
O2K2A1
18
O2K2A2
19
O2K3A0
20
O2K3A1
21
O2K3A2
62,22ab
64,00 ab
46,67 defgh
56,22 abc
52,78 bcdefg
54,00 abc
59,78abc
Juni, 2012
2,89 abc
3,44 ab
6,22a
2,56 abc
3,56 ab
4,33 bcde
2,89 abc
3,22 ab
4,78abcde
57,44 abc
70,78 a 59,89 abc 68,56 abc 68,22 abc
3,11 a
3,44 ab
5,67abcd
42,78 gh
47,22 c
53,00 c
3,11 a
3,67 ab
4,44 bcde
54,44abcdef
54,89 abc
66,00 ab
2,67 abc
3,33 ab
4,78abcde
63,00a
63,11abc
2,78 abc
3,89 a
5,89ab
48,67 defgh
59,00 abc
2,67 abc
2,67 ab
4,89abcde
55,56 abcde
56,00 abc
2,67 abc
3,89 a
5,33abcde
60,00abc
56,78 abc
2,44 abc
4,00 a
5,67abcd
45,22 fgh
54,56 abc
70,56 a 60,00 abc 61,44 abc 64,89 abc 54,56 bc
2,89 abc
4,00 a
4,67abcde
51,67 cdefg
54,33 abc
64,11abc
2,11 abc
3,33 ab
5,11abcde
53,33abcdef
59,67 abc
2,44 abc
3,44 ab
4,67abcde
39,56 h
50,44 abc
2,22 abc
3,56 ab
3,89 e
51,11 cdefg
52,89 abc
66,44 ab 54,56 bc 63,44 abc
2,44 abc
2,22 b
4,56abcde
61,11abc
63,78 abc
2,89 abc
3,67 ab
5,89ab
45,56 efgh
50,78 abc
71,67 a 59,78 abc
2,67 abc
3,22 ab
4,11 cde
51,22 cdefg
51,11 abc
65,89 ab
2,44 abc
2,56 ab
5,22abcde
57,78abc
64,44 a
69,33 a
2,22
2,56 ab
5,89ab
c
CV (%)
9,83 14,50 9,93 17,11 23,92 17,14 Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan DMRT pada taraf 5%
Tinggi tanaman kedelai varietas Anjasmoro pada pengamatan umur 30 hst memperlihatkan hasil tertinggi dijumpai pada pemberian pupuk kandang 2 t/ha ditambah 100 kg Urea/Ha (O1K2 A2) kemudian umur 50 hst dan 70 hst dijumpai dengan pemberian kompos (decomposer NodulPlus) 2-3 t/ha ditambah 100 kg Urea/ha (O2K2A2 dan O2K3A2). Jumlah cabang kedelai terbanyak dijumpai pada pemberian pupuk kandang 1-2 t/ha ditambah 0-100 kg Urea/ha (O1K1A2 dan O1K2 A0). Pada pengamatan umur 50 hst jumlah cabang tertinggi secara nyata bila menggunakan pupuk kandang 3 t/ha ditambah 100 kg Urea/ha (O 1K3A2) atau kompos dekomposer NodulPlus 1 t/ha tanpa pupuk Urea (O2K1 A0), sedangkan pengamtan umur 70 hst jumlah cabang tertinggi dengan pemberian hanya pupuk Urea 100 kg/ha (O0K0A2), namun tidak berbeda nyata dengan pemberian kompos dekomposer NodulPlus tanpa menggunakan pupuk Urea (O2K1 A0) atau menggunakan pupuk kandang 1 t/ha ditambah 50 kg Urea/ha (O1K1A1). Perkembangan jumlah buku selama pertumbuhan kedelai tidak berbeda nyata, sedangkan jumlah daun menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan pemupukan kedelai (Tabel 5). Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Tabel 5. Pengaruh penggunaan pupuk organik terhadap jumlah buku dan jumlah daun kedelai di Kec. Rubaru, Kab. Sumenep, MK1 2012 Jumlah buku 50 hst 70 hst 1 O0K0A0 12,56 a 14,78 a 2 O0K0A1 13,67 a 15,33 a 3 O0K0A2 12,89 a 15,89 a 4 O1K1A0 13,44 a 14,78 a 5 O1K1A1 13,22 a 14,78 a 6 O1K1A2 12,67 a 15,44 a 7 O1K2A0 12,11 a 14,67 a 8 O1K2A1 12,89 a 15,67 a 9 O1K2A2 13,22 a 15,44 a 10 O1K3A0 13,00 a 15,67 a 11 O1K3A1 14,22 a 14,67 a 12 O1K3A2 14,44 a 15,00 a 13 O2K1A0 13,11 a 14,33 a 14 O2K1A1 13,67 a 15,00 a 15 O2K1A2 14,11 a 15,44 a 16 O2K2A0 13,56 a 14,56 a 17 O2K2A1 12,44 a 15,56 a 18 O2K2A2 14,44 a 16,00 a 19 O2K3A0 13,78 a 15,89 a 20 O2K3A1 13,00 a 16,44 a 21 O2K3A2 13,56 a 16,00 a CV (%) 8,99 6,88 Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada dengan DMRT pada taraf 5%
No
Perlakuan
Jumlah daun 50 hst 70 hst 18,78 ab 25,56 ab 20,33 ab 30,11 a 21,11 ab 30,00 a 19,11 ab 28,22 ab 19,89 ab 27,89 ab 20,33 ab 26,00 ab 19,00 ab 26,89 ab 19,11 ab 27,67 ab 23,33 a 29,33 ab 18,33 ab 28,44 ab 18,67 ab 27,44 ab 21,56 ab 29,44 ab 23,00 a 27,33 ab 19,78 ab 28,11 ab 20,44 ab 28,78 ab 20,33 ab 24,78 b 16,89 b 25,89 ab 21,56 ab 27,56 ab 18,22 ab 26,22 ab 18,00 ab 27,89 ab 21,44 ab 27,11 ab 15,08 8,74 kolom yang sama tidak berbeda nyata
Jumlah buku selama pertumbuhan kedelai tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan pemupukan, dimana jumlah buku pada umur 50 hst berkisar antara 12,11-14,44, sedangkan pada umur 70 hst antara 14,33-16,44. Jumlah daun kedelai terbanyak secara nyata pada umur 50 hst dijumpai pada pemberian pupuk kandang 2 t/ha ditambah 100 kg Urea/ha (O1 K2A2 ) atau kompos decomposer NodulPlus 1 t/ha tanpa Urea (O2K1 A0), sedangkan pada umur 70 hst jumlah daun terbanyak bila menggunakan Urea 50-100 kg/ha, namun tidak berbeda nyata bila menggunakan kompos decomposer NodulPlu atau pupuk kandang sebanyak 1 t/ha tanpa Urea (O2K1A0 dan O1K1A0). Jumlah bintil akar dipengaruhi oleh populasi rhizobium dalam tanah serta perlakuan pemupukan pada kedelai (Tabel 6). Tabel 6. Pengaruh penggunaan pupuk organik terhadap jumlah bintil akar per tanaman, bintil akar aktif dan bintil akar tidak aktif per tanaman kedelai di Kec. Rubaru, Kab. Sumenep, MK1 2012
6
No
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7
O0K0A0 O0K0A1 O0K0A2 O1K1A0 O1K1A1 O1K1A2 O1K2A0
Jumlah bintil akar/tan. 6,67 de 3,00 f 9,67 b 7,33 de 10,00 b 6,00 e 4,00 f
Bintil akar aktif/tan (%) 17 ij 14 jk 31 g 32 fg 12 k 33 fg 15 jk
Bintil akar tidak aktif/ tan. (%) 83 ab 86 ab 69 d 68 d 88 a 67 d 85 ab
Berat kering Akar/tan. (g) 4,26 gh 5,92 de 6,25 cde 3,34 hi 7,45 ab 6,64 bcd 3,13 i
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Berat kering bintil akar/ tan. (g) 0,15 fg 0,09 jk 0,17 e 0,12 hi 0,24 c 0,11 i 0,11 i
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
O1K2A1 11,00 b 51 c O1K2A2 8,00 cd 36 ef O1K3A0 6,33 de 30 g O1K3A1 7,00 de 38 e O1K3A2 7,33 de 22 h O2K1A0 9,67 b 51 c O2K1A1 10,33 b 21 hi O2K1A2 7,00 de 33 fg O2K2A0 4,33 f 33 fg O2K2A1 7,67 de 33 fg O2K2A2 11,00 b 61 ab O2K3A0 15,33a 47 d O2K3A1 9,33 bc 68 a O2K3A2 8,00 cd 56 b CV (%) 10,86 6,76 Angka-angka yang diikuti huruf yang dengan DMRT pada taraf 5%
Juni, 2012
49 ef 6,18 de 0,23 c 64 d 6,63 bcd 0,15 fg 70 cd 2,60 hi 0,12 hi 62 d 4,20 gh 0,14 fg 78 bc 7,22 abc 0,08 k 49 ef 3,16 i 0,24 c 79 b 6,87 bcd 0,64 a 67 d 6,43 cd 0,19 d 67 d 4,02 ghi 0,13 gh 67 d 5,37 ef 0,17 e 39 gh 7,84 .a 0,23 c 53 e 3,64 ghi 0,30 b 32 h 4,60 fg 0,63 a 44 fg 7,27 ab 0,20 d 7,22 9,62 4,96 sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
Jumlah bintil akar terbanyak secara nyata dijumpai pada pemberian kompos dekomposer NodulPlus 3 t/ha tanpa pemberian pupuk Urea (O 2K3 A0). Bintil akar aktif yang berwarna merah tua terbanyak dijumpai dengan pemberian kompos dekomposer NodulPlus 3 t/ha ditambah 50 kg Urea/ha (O2K3 A1) yaitu 68%, dan sebaliknya bintil akar yang tidak aktif dijumpai bila tidak menggunakan pupuk organik atau menggunakan pupuk kandang 1 t/ha ditambah 50 kg Urea/ha (O1K1A1) sekitar 83-88%. Berat kering akar tertinggi secara nyata dijumpai bila tanaman kedelai diberi pupuk kompos dekomposer NodulPlus 2 t/ha ditambah 100 kg Urea/ha (O 2 K2A2), tetapi tidak berbeda nyata bila pemberian kompos ditingkatkan menjadi 3 t/ha (O 2 K3A2 ) maupun dengan pemberian pupuk kandang 1-3 t/ha ditambah 50-100 kg Urea (O1K1A1 dan O1K3A2). Sedangkan berat kering bintil akar tertinggi secara nyata dijumpai dengan pemberian kompos dekomposer NodulPlus 1 t/ha ditambah 50 kg Urea/ha (O 2K1A1). 3. Komponen Hasil dan Hasil Jumlah polong per tanaman dan jumlah biji per tanaman menunjukkan perbedaan yang nyata dengan adanya pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik, namun sebaliknya jumlah biji per polong tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Tabel 7). Jumlah polong per tanaman tertinggi secara nyata dijumpai dengan pemberian kompos dekomposer NodulPlus 2-3 t/ha ditambah 50-100 kg Urea/ha (O2K3A2, O2K3A1, O2K2A2) atau dengan menggunakan pupuk kandang 1 t/ha ditambah 100 kg Urea/ha (O1K1A2). Jumlah biji per tanaman tertinggi secara nyata dijumpai pada pemberian pupuk kompos dekomposer NodulPlus 3 t/ha ditambah 50-100 kg Urea/ha (O2K3 A2 dan O2K3A1) atau menggunakan pupuk kandang 1 t/ha ditambah 50 kg Urea/ha (O 1K1A1). Jumlah biji per polong antar perlakuan pemupukan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan kisaran 1,75-2,18 biji per polong.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Tabel 7. Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik Terhadap Jumlah Polong Per Tanaman, Jumlah Biji Per Tanaman Dan Jumlah Biji Per Polong Kedelai Di Kec. Rubaru, Kab. Sumenep, MK1 2012 No
Perlakuan
Jumlah polong/ tanaman
Jumlah biji/ tanaman
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
O0K0A0 39,78 h O0K0A1 48,67 fgh O0K0A2 48,44 fgh O1K1A0 56,11 cdef O1K1A1 62,78 bcd O1K1A2 64,89 abc O1K2A0 47,00 fgh O1K2A1 53,78 efgh O1K2A2 60,11 bcde O1K3A0 53,89 defg O1K3A1 54,33 cdefg O1K3A2 63,67 bcd O2K1A0 46,56 fgh O2K1A1 45,89 fgh O2K1A2 47,44 fgh O2K2A0 44,67 gh O2K2A1 47,11 fgh O2K2A2 69,00 ab O2K3A0 48,56 fgh O2K3A1 65,11 abc O2K3A2 74,56 a CV (%) 10,50 Angka-angka yang diikuti huruf yang sama dengan DMRT pada taraf 5%
Jumlah biji/ polong
73,78 j 1,86 a 103,89 efg 2,12 a 97,22 fgh 2,01 a 106,67 def 1,92 a 135,22 a 2,18 a 120,67 bc 1,88 a 88,44 hi 1,90 a 98,22 gh 1,84 a 107,00 def 1,79 a 115,44 cd 2,15 a 97,67 fgh 1,80 a 111,11 cde 1,75 a 93,44 ghi 2,04 a 87,33 hi 1,95 a 85,11 i 1,82 a 85,56 i 1,94 a 95,33 ghi 2,15 a 121,22 bc 1,76 a 85,56 i 1,76 a 128,00 ab 1,99 a 134,11 a 1,81 a 5,55 13,57 pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
Pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik pada tanaman kedelai mempengaruhi bobot 100 biji dan hasil biji kering secara nyata (Tabel 8). Bobot 100 biji kering tertinggi secara nyata dijumpai dengan penggunaan pupuk kompos dekomposer NodulPlus ditambah 100 kg Urea/ha (O2K2 A2). Tabel 8. Pengaruh penggunaan pupuk organik terhadap bobot 100 biji kering dan hasil biji kering (kadar air 11%) kedelai di Kec. Rubaru, Kab. Sumenep, MK1 2012
8
No
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
O0K0A0 O0K0A1 O0K0A2 O1K1A0 O1K1A1 O1K1A2 O1K2A0 O1K2A1 O1K2A2 O1K3A0 O1K3A1 O1K3A2 O2K1A0 O2K1A1 O2K1A2 O2K2A0 O2K2A1
Bobot 100 biji kering (g) 17,40 fgh 17,30 efg 16,48 ghi 18,37 def 18,97 de 16,77 fgh 18,34 def 23,08 b 17,90 efg 15,13 hi 17,32 efg 23,57 b 20,82 c 19,94 cd 18,31 def 16,17 ghi 18,10 def
Hasil biji kering (t/ha) 1,48 f 2,46 bcd 2,37 bcd 1,67 ef 2,46 bcd 2,72 ab 2,10 de 2,64 abc 2,67 abc 2,50 abcd 2,61 abcd 2,18 cd 2,34 bcd 3,00 a 2,45 bcd 2,32 bcd 2,69 abc
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
18 19 20 21
O2K2A2 26,92 a 2,69 abc O2K3A0 20,03 cd 2,33 bcd O2K3A1 14,88 i 2,69 abc O2K3A2 15,96 ghi 2,80 ab CV (%) 5,06 10,92 Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan DMRT pada taraf 5%
Hasil biji kering (kadar air 11%) tertinggi secara nyata dijumpai pada pemupukan kompos dekomposer NodulPlus 1 t/ha ditambah 50 kg Urea/ha (O 2K1A1) sebesar 3,00 t/ha, dan tidak berbeda nyata dengan pemberian kompos dan Urea yang ditingkatkan menjadi 2-3 t/ha kompos ditambah 50-100 kg Urea dengan hasil biji 2,692,80 t/ha. Demikian pula tidak berbeda nyata dengan penggunaan pupuk kandang 1-3 t/ha ditambah 50-100 kg Urea/ha dengan hasil biji 2,50-2,72 t/ha. 4. Analisis Usahatani Hasil analisis usahatani kedelai didasarkan atas penambahan biaya produksi pemupukan urea dan pupuk organik serta hasil biji sebagai akibat adanya perlakuan pemupukan di lokasi penelitian Desa Bunbarat, Kec. Rubaru, Kab. Sumenep, disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Analisis finansial pengujian pupuk organik terhadap kedelai, Rubaru-Sumenep, MKI 2012. Perlakuan
Jenis dan dosis pupuk (kg/ha)
Biaya pupuk N + organik (Rp/ha)
∆ Biaya ppk thd pupuk N standard (Rp/ha)
Produksi biji (t/ha)
Nilai produksi (Rp/ha)
O0K0A0
Urea : 0 kg/ha PO : 0 t/ha Urea : 50 kg/ha PO : 0 t/ha Urea : 100 kg/ha PO : 0 t/ha Urea : 0 kg/ha Pukan : 1 t/ha Urea : 50 kg/ha Pukan : 1 t/ha Urea : 100 kg/ha Pukan : 1 t/ha Urea : 0 kg/ha Pukan : 2 t/ha Urea : 50 kg/ha Pukan : 2 t/ha Urea : 100 kg/ha Pukan : 2 t/ha Urea : 0 kg/ha Pukan : 3 t/ha Urea : 50 kg/ha Pukan : 3 t/ha Urea : 100 kg/ha Pukan : 3 t/ha Urea : 0 kg/ha PO NodulPlus : 1 t/ha Urea : 50 kg/ha PO NodulPlus : 1
-
-140.000
1,48
70.000
-70.000
140.000
O0K0A1 O0K0A2 (standard) O1K1A0 O1K1A1 O1K1A2 O1K2A0 O1K2A1 O1K2A2 O1K3A0 O1K3A1 O1K3A2 O2K1A0
O2K1A1
∆ Nilai prod. - ∆ Biaya pupuk (Rp/ha)
8.140.000
∆ Nilai prod. thd pupuk N standard (Rp/ha) -4.895.000
2,46
13.530.000
495.000
565.000
-
2,37
13.035.000
-
-
250.000
110.000
1,67
9.185.000
-3.850.000
-3.960.000
320.000
180.000
2,46
13.530.000
495.000
315.000
390.000
250.000
2,72
14.960.000
1.925.000
1.675.000
500.000
360.000
2,10
11.550.000
-1.485.000
-1.845.000
570.000
430.000
2,64
14.520.000
1.485.000
1.055.000
640.000
500.000
2,67
14.685.000
1.650.000
1.150.000
750.000
610.000
2,50
13.750.000
715.000
105.000
820.000
680.000
2,61
14.355.000
1.320.000
640.000
890.000
750.000
2,18
11.990.000
-1.045.000
-1.795.000
2,34
12.870.000
-165.000
300.000
160.000
370.000
230.000
-4.755.000
-325.000 3,00
16.500.000
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
3.465.000
3.235.000
Juni, 2012
O2K1A2
O2K2A0
O2K2A1
O2K2A2
O2K3A0
O2K3A1
O2K3A2
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
t/ha Urea : 100 kg/ha PO NodulPlus : 1 t/ha Urea : 0 kg/ha PO NodulPlus : 2 t/ha Urea : 50 kg/ha PO NodulPlus : 2 t/ha Urea : 100 kg/ha PO NodulPlus : 2 t/ha Urea : 0 kg/ha PO NodulPlus : 3 t/ha Urea : 50 kg/ha PO NodulPlus : 3 t/ha Urea : 100 kg/ha PO NodulPlus : 3 t/ha
2,45 440.000
300.000
600.000
460.000
670.000
530.000
740.000
600.000
900.000
760.000
970.000
830.000
1.040.000
900.000
13.475.000
440.000 140.000
2,32
12.760.000
-275.000 -735.000
2,69
14.795.000
1.760.000 1.230.000
2,69
14.795.000
1.760.000 1.160.000
2,33
12.815.000
-220.000 -980.000
2,69
14.795.000
1.760.000 930.000
2,80
15.400.000
2.365.000 1.465.000
Keterangan : Harga Urea : Rp. 1.400/kg; pupuk kandang (pukan) = Rp. 250/kg, Dekomposer NodulPlus : Rp. 50.000/ton pukan; Hasil biji konsumsi : Rp. 5.500/kg
Hasil biji dari perlakuan pemupukan kompos dekomposer NodulPlus 1 t/ha ditambah 50 kg Urea/ha (O2K1 A1) yang mencapai 3,00 t/ha mengalami peningkatan sebanyak 630 kg/ha dibandingkan pemupukan N standard dengan pemupukan 100 kg Urea/ha (O0K0A2) dengan hasil biji 2,37 t/ha. Peningkatan hasil biji sebanyak 630 kg/ha dengan harga kedelai Rp. 5.500/kg maka diperoleh tambahan keuntungan sebesar Rp. 3.465.000,-. Apabila hasil biji dari pemupukan kompos dekomposer NodulPlus 1 t/ha ditambah 50 kg Urea/ha (O2K1 A1) dengan peningkatan sebesar 630 kg/ha (Rp. 3.465.000,-) dikurangi tambahan biaya pemupukan sebanyak Rp. 230.000,dibandingkan pemupukan standard (O0K0 A2) maka diperoleh peningkatan keuntungan sebesar Rp. 3.235.000,-. KESIMPULAN 1. Dekomposer NodulPlus yang diperkaya dengan miroorganisme penambat unsur hara Trichoderma sp. dan Aspergillus niger, Bakteri Bacillus sp.dan Pseudomonas fluorescens dan diaplikasikan dalam bahan organik diperoleh kualitas pupuk organik (kompos) yang baik. 2. Pemberian kompos dekomposer NodulPlus sebanyak 1 t/ha ditambah 50 kg Urea/ha (O2K1A1) diperoleh hasil biji kering tertinggi sebesar 3,00 t/ha dan mengalami peningkatan 630 kg/ha dibandingkan pemupukan N standard (O0K0A2) 3. Peningkatan hasil biji sebanyak 630 kg/ha (Rp. 3.465.000,-) dikurangi tambahan biaya pemupukan sebanyak Rp. 230.000,- pada perlakuan O2 K1 A1, diperoleh peningkatan keuntungan sebesar Rp. 3.235.000,- dibandingkan pemupukan N standard (O0K0A2).
10
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
4. Aplikasi pupuk organik dengan menggunakan dekomposer NodulPlus selain dapat meningkatkan produksi kedelai serta mengurangi penggunaan pupuk Urea, juga dapat memperbaiki kualitas tanah. DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2000. Rakitan Teknologi Budidaya Padi, Jagung, dan Kedelai Spesifik Lokasi Mendukung Gema Palagung di Jawa Timur. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur. Malang. ----------------. 1991. Penelitian dan Penembangan Pupuk Kompos Sampah Kota CPIS, Centre for Policy and Implementation Studies dan Pusat Penelitian Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Djaenudin. D, Marwan. H, H. Subagyo, Anny Mulyani, dan N. Suharta. 2000. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. 264 hal. Karama, S. 2000. Tanah Sakit Perlu Sistem Pertanian Organik. Mimbar 27 (305) : 8. P3GI. 2006. Teknologi pengkomposan dengan Inopos. Pasuruan Suyamto. 2003. Pemetaan Kesuburan Tanah Lahan Sawah dan Sistem Produksi Padi di Jawa Timur. Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur. Syekhfani. 2000. Pertanian Organik: Suatu Alternatif Menuju Sistem Pertanian Berkelanjutan (Ditinjau dari Aspek Kesuburan Tanah). Makalah disampaikan pada Temu Teknologi. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Timur di Bedali Lawang 19 Oktober 2000. Tisdale, S.L., W.L. Nelson, dan J.D. Beaton. 1985. Soil fertility and Fertilizers. 4 th ed. Macmillan Pub. Co., New York. 754p.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012