1
PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merill) Sri Wahyuni Ringkasan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai terhadap pemberian berbagai konsentrasi POC NASA dan untuk memperoleh konsentrasi POC NASA yang memberikan pertumbuhan dan hasil terbaik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2009 di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi Mendalo Darat. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian 35 m dpl. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor yang terdiri dari 5 ulangan dan 5 perlakuan. Adapun perlakuan dalam penelitian ini yaitu: P0 = tanpa pemberian POC NASA, P1 = pemberian POC NASA dengan konsentrasi 2 ml/L air, P2 = pemberian POC NASA dengan konsentrasi 4 ml/L air, P3 = pemberian POC NASA dengan konsentrasi 6 ml/L air, dan P4 = pemberian POC NASA dengan konsentrasi 8 ml/L air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian POC NASA pada konsentrasi 8 ml/L air mampu memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat kering pupus, berat kering akar, umur berbunga, jumlah polong per tanaman, jumlah polong berisi, bobot 100 biji dan hasil (ton/ha) pada tanaman kedelai. Kata kunci: kedelai, pupuk organic cair.
PENDAHULUAN Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan komoditas pertanian yang sangat dibutuhkan di Indonesia, karena dapat dikonsumsi dalam berbagai produk makanan olahan seperti tahu, tempe, kecap, susu dan masih banyak lagi produk olahan yang lainnya. Selain itu, kedelai juga digunakan sebagai bahan baku industri, bahan penyegar dan untuk pakan ternak. Kandungan gizi kedelai cukup tinggi antara lain 35 g protein, 35 g karbohidrat, 18 g lemak dan 8 g air dalam 100 g bahan makanan, bahkan untuk varietas unggul tertentu, kandungan proteinnya 40 – 43 % (Suprapto, 2004). Selain itu kedelai juga mengandung mineral-mineral seperti Ca, P, dan Fe serta kandungan vitamin A dan B (Rukmana dan Yuniarsih, 2001).
2
Produksi kedelai nasional pada tahun 2007 yaitu 608.263 ton dengan luas panen 456.824 ha dan produktivitasnya 1,3 ton/ha. Produksi ini lebih rendah bila dibandingkan dengan produksi kedelai tahun 2006 yang mencapai 747,611 ton dengan luas panen 580,534 ha dan produktivitasnya 1,29 ton/ha. Penurunan produksi ini disebabkan berkurangnya luas hasil panen, meskipun produktivitas kedelai mengalami peningkatan. Sedangkan produksi kedelai Jambi pada tahun 2007 mengalami peningkatan dari 3.443 ton menjadi 4.316 ton. Kenaikan produksi ini terjadi karena meningkatnya luas panen sebesar 769 ha (29,16%). Meskipun produktivitas mengalami penurunan sebesar 0,39 kuintal/ha (2,99%) (Departemen Pertanian, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas kedelai nasional maupun Jambi masih sangat rendah bila dibandingkan dengan potensi produksi kedelai yang bisa mecapai 2,0 – 2,5 ton/ha (Rukmana dan Yuniarsih, 2001). Namun untuk meningkatkan produksi kedelai, masih memiliki berbagai kendala-kendala antara lain tidak menggunakan varietas unggul, pemupukan tidak sesuai dengan rekomendasi dan cara bercocok tanam masih bersifat tradisional. Selain itu, juga dapat di akibatkan oleh tingkat kesuburan tanah yang rendah dimana lahan usaha tani di Jambi didominasi oleh tanah ultisol dengan luas 2.272.725 ha atau 42,56% dari luas provinsi Jambi (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2007). Tanah ultisol merupakan tanah yang bermasalah, karena reaksi tanah yang masam, kejenuhan basa yang rendah, kadar Al yang tinggi serta ketersediaan unsur hara yang rendah sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik (Hardjowigeno, 1995). Untuk dapat berproduksi dengan baik, tanah ultisol memerlukan pengelolaan yang tepat yaitu dengan melakukan pengelolaan lingkungan tumbuh dan tindakan budidaya, diantaranya suplai unsur hara melalui pemupukan. Pemupukan merupakan satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi ketersediaan unsur hara tanah yang dibutuhkan tanaman. Dengan adanya pemupukan, tanaman dapat tumbuh optimal dan berproduksi maksimal (Redaksi Agromedia, 2007). Marsono dan Sigit (2000) menyebutkan bahwa pemupukan bermanfaat untuk menambahkan unsur hara yang kurang didalam tanah selama pertumbuhan tanaman.
3
Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis terisap tanaman (Lingga dan Marsono, 2000). Secara umum pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik yaitu pupuk yang terbuat dari bahan-bahan organik yang telah melapuk. Bahan organik tersebut seperti sisa tanaman, kotoran hewan ternak atau yang berasal dari limbah pertanian (Indriani, 2003). Sedangkan pupuk anorganik yaitu jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki kandungan hara yang tinggi (Novizan, 2005). Menurut Munthe, Rudite dan Istianto (2006), bahwa penggunaan pupuk organik bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia, sehingga dosis pupuk dan dampak pencemaran lingkungan akibat penggunaan pupuk kimia dapat dikurangi. Penggunaan pupuk organik juga dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah yang sangat bermanfaat dalam menyediakan unsur hara tanah, mengurangi pencemaran lingkungan dan mengurangi unsur hara yang bersifat racun bagi tanaman (Departemen Pertanian, 2005). Upaya ini sekaligus untuk menghemat penggunaan pupuk anorganik karena harganya cenderung mahal dan penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan (Herman dan Goenadi, 1999). Pemberian pupuk organik yang dipadukan dengan pupuk anorganik dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan efisiensi penggunaan pupuk, baik pada lahan sawah maupun lahan kering. Dari hasil penelitian dilaporkan bahwa terdapat interaksi positif pada penggunaan pupuk organik dan pupuk anorganik (Musnamar, 2007). Sebagian besar pupuk organik berbentuk padat. Namun dengan teknologi, pupuk organik dapat dibuat dalam bentuk cair (Parnata, 2004). Pupuk organik cair adalah pupuk organik yang berbentuk cair hasil ekstrasi berbagai limbah organik (limbah ternak, limbah tanaman, dan limbah alam lainnya) yang diproses berdasarkan teknologi berwawasan lingkungan (bioteknologi). Pupuk ini merupakan terobosan teknologi atau teknologi unggul yang ramah lingkungan untuk meningkatkan dan mempertahankan hasil tanaman (Simarmata et al, 1999
4
dalam Hadi 2006). Kemudahan menggunakan pupuk cair yaitu pengerjaan pemupukan akan lebih cepat, penggunaan sekaligus penyiraman sehingga dapat menjaga kelembaban tanah, dan aplikasinya bersama pestisida organik berfungsi sebagai pencegah dan pemberantas pengganggu tanaman (Parnata, 2004). Selain itu penggunaan pupuk organik cair dapat mempercepat penyerapan hara oleh tanaman karena diberikan langsung melalui stomata, sehingga dapat langsung digunakan dalam proses fotosintesis (Lingga dan Marsono, 2000). Kelebihan lain pupuk organik cair bila dibandingkan dengan pupuk orgaik padat yaitu pupuk organik cair lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman karena unsur-unsur yang terkandung didalamnya sudah terurai dan tidak dalam jumlah banyak sehingg manfaatnya lebih cepat terlihat (Setyamidjaja, 1986). Salah satu pupuk organik tersebut adalah Pupuk Organik Cair Nusantara Subur Alami (POC NASA). POC NASA merupakan pupuk organik cair dengan kandungan nutrisi dan mineral, dapat digunakan pada semua jenis tanaman baik tanaman pangan maupun tanaman perkebunan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian POC NASA terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai serta untuk mendapatkan konsentrasi pupuk POC NASA yang menunjukkan pertumbuhan dan hasil terbaik.
5
BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi kampus Mendalo darat, dengan lokasi penelitian berada pada ketinggian 35 meter diatas permukaan laut dan jenis tanah ultisol. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Mei dan berakhir pada bulan Agustus 2009. Bahan yang digunakan antara lain benih kedelai varietas Anjasmoro, pupuk kotoran ayam, pupuk Urea, SP-36, KCL, POC NASA, decis 2,5 EC, dan dithane. Ukuran petakan adalah 2,8 m x 2 m, jarak tanam 20 cm x 40 cm dengan populasi 70 tanaman per petak. Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) satu faktor yaitu dengan perlakuan berbagai konsentrasi Pupuk Organik Cair NASA dengan lima taraf perlakuan dan lima ulangan. Adapun perlakuan tersebut adalah sebagai berikut: P0 : Tanpa Pupuk Organik Cair, P1: 2 ml POC/L air, P2: 4 ml POC/L air, P3: 6 ml POC/L air, dan P4: 8 ml POC/L air. Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali sehingga terdapat 25 unit percobaan. Pemupukan dasar menggunakan urea dengan dosis 37,5 kg/ha setara dengan 21 g/petak, SP-36 112,5 kg/ha setara dengan 63 g/petak dan KCL 75 kg/ha setara dengan 42 g/petak. Pemberian dosis ini 75 % dari dosis rekomendasi pupuk N, P, dan K pada tanaman kedelai. Pupuk diberikan dengan cara larikan disamping kiri dan kanan lubang tanam dengan jarak ± 5 cm dan kedalamannya ± 7 cm. Kemudian pupuk ditutup kembali dengan tanah. Pemberian pupuk dilakukan bersamaan pada saat tanam. Penyemprotan POC NASA dilakukan lima kali yaitu pada umur 10, 20, 30, 40, dan 50 hari setelah tanam (HST). POC NASA terlebih dahulu diencerkan sesuai perlakuan kemudian disemprotkan ke tanaman sampai merata dan penyemprotan dilakukan pada pagi hari. Parameter yang diamati meliputi : tinggi tanaman, berat kering pupus , berat kering akar, umur berbunga, jumlah polong per tanaman, jumlah polong berisi, berat 100 biji, dan hasil (ton/ha).
6
HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi tanaman Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian POC NASA pada konsentrasi yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman kedelai. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Tinggi tanaman kedelai berdasarkan perlakuan pemberian berbagai konsentrasi POC NASA Konsentrasi Pupuk Organik Cair (ml/L) Tinggi Tanaman (cm) 0 58,20 a 2 57,2 a 4 56,7 a 6 57,33 a 8 59,07 a Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf terkecil yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji BNT (α = 5%) Untuk melihat pertambahan pertumbuhan tinggi tanaman kedelai yang dimulai dari umur dua minggu setelah tanam sampai akhir fase vegetatif dapat dilihat pada gambar 1.
Tinggi Tanaman (cm)
70 60
P0
50
P1
40
P2
30
P3
20
P4
10 0
2
3
4
5
Um ur Tanam an (Mst)
Gambar 1. Grafik Pertumbuhan tinggi tanaman kedelai dari umur dua minggu setelah tanam sampai akhir fase vegetative
Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa pemberian POC NASA pada berbagai tingkat konsentrasi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman bila dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian POC NASA. Laju pertumbuhan tananan kedelai dari minggu ke dua setelah tanam sampai minggu ke tiga setelah tanam terjadi begitu lambat, tetapi selanjutnya pada minggu ke tiga setelah tanam sampai minggu ke lima setelah tanam laju pertumbuhan terjadi begitu cepat. Hal ini diduga karena pada saat minggu ke tiga setelah tanam,
7
tanaman dalam fase vegetatif aktif sehingga fotosintat yang dihasilkan sebagian besar dimanfaatkan oleh tanaman untuk membentuk organ-organ vegetatif seperti daun, batang dan akar. Tidak berpengaruhnya tinggi tanaman ini di duga karena faktor genetik dari tanaman kedelai lebih berperan selain faktor lingkungan. Hal ini sesuai pendapat Gardner, et al (1991) yang menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungannya. Berat Kering Pupus dan Berat Kering Akar Berat kering pupus dan berat kering akar menunjukkan bahwa pemberian berbagai konsentrasi POC NASA memberikan pengaruh yang nyata pada tanaman kedelai (Tabel 2). Tabel 2. Berat kering pupus tanaman kedelai berdasarkan perlakuan pemberian berbagai konsentrasi POC NASA. Konsentrasi Pupuk Berat Kering Pupus (g) Berat Kering Akar (g) Organik Cair (ml/L) 0 8,45 a 1,34 a 2 9,8 ab 1,47 b 4 11,22 bc 1,64 c 6 13,8 d 1,78 d 8 11,72 c 1,65 c Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf terkecil yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji BNT (α = 5%) Peningkatan berat kering pupus tertinggi terjadi apabila tanaman disemprot dengan POC NASA dengan konsentrasi 6 ml//L air, namun apabila konsentrasi pupuk ditingkatkan menjadi 8 ml/l air maka berat kering pupus akan menurun. Mas’ud (1993) menjelaskan bahwa pemberian unsur hara pada tanaman terbukti mampu memberikan pertumbuhan tanaman jika konsentrasi atau dosis yang diberikan berada pada kisaran kebutuhan tanaman. Umur Berbunga Pemberian POC NASA pada konsentrasi yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap umur berbunga pada tanaman kedelai. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.
8
Tabel 3. Umur berbunga tanaman kedelai berdasarkan perlakuan pemberian berbagai konsentrasi POC NASA Konsentrasi Pupuk Organik Cair (ml/L) Umur Berbunga (hst) 0 36,8 d 2 36,6 cd 4 35,6 b 6 35,2 a 8 36,4 c Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf terkecil yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji BNT (α = 5%) Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa pemberian POC NASA pada konsentrasi 6ml/L telah mampu memberikan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama unsur P, sehingga didapatkan umur berbunga yang lebih cepat bila dibanding perlakuan lainnya. Hardjowigeno (1995) menyatakan bahwa unsur P berfungsi dalam pembentukan bunga, buah dan biji serta mempercepat pematangan. Sejalan dengan Buckman dan Brandy (1982) kegunaan unsur P bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah mempercepat pertumbuhan tanaman serta memperkokoh tanaman, mempercepat pembuahan serta meningkatkan kekebalan tanaman terhadap pathogen tertentu.
Hasil Komponen hasil menunjukkan bahwa pemberian berbagai konsentrasi POC NASA memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah polong per tanaman, jumlah polong berisi, dan hasil (ton/ha) (Tabel 4). Tabel 4. Komponen hasil pada tanaman kedelai berdasarkan perlakuan pemberian berbagai konsentrasi POC NASA Konsentrasi Jumlah Polong Jumlah polong Berat 100 Hasil Pupuk Organik Per Tanaman berisi biji (g) (ton/ha) Cair (ml/L) 0 92,1 a 87,75 a 14,74 b 2,2 a 2 116,3 ab 111,55 ab 13,62 a 2,4 ab 4 121,7 b 117,35 b 14,1 a 2,56 b 6 117,25 b 112,3 b 13,16 a 2,84 c 8 127,85 b 124,45 b 14,16 ab 3,06 d Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf terkecil yang sama berarti tidak berbeda nyata pada uji BNT (α = 5%)
9
Hasil tertinggi pada komponen hasil kedelai (jumlah polong per tanaman, jumlah polong berisi, dan hasil (ton/ha)) yang diberi berbagai konsentrasi POC NASA terjadi pada pemberian dengan konsentrasi 8 ml/L air. Hal ini diduga kandungan unsur P dan K yang terkandung dalam POC NASA sudah mampu mencukupi kebutuhan tanaman, sehingga unsur tersebut dapat diserap oleh tanaman sebagai pengaktif enzim untuk fotosintetis yang hasilnya berupa fotosintat. Fotosintat ditranslokasikan untuk pengisian polong dan biji. Unsur P merupakan komponen penyusun membran sel tanaman, penyusun enzim-enzim, dan unsur P juga berperan dalam sistesis protein terutama pada jaringan hijau, sintetis karbohidrat serta memacu pembentukan biji (Wijaya, 2008). Ditambahkan lagi oleh Sutedjo (2008) bahwa unsur P merangsang pembentukan bunga, buah dan biji sedangkan kalium mencegah terjadinya kerontokan bunga. Dan pada berat 100 biji hasil tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa pemberian POC NASA. Hal ini dikarenakan berat 100 biji berkaitan erat dengan laju asimilasi bersih, yang mana efisiensi tanaman dalam memanfaatkan hasil fotosintesis akan mempengaruhi berat biji yang dihasilkan. Gardner et al (1991) menyatakan bahwa selama pengisian biji sebagian besar hasil asimilasi yang baru terbentuk maupun yang tersimpan akan digunakan untuk meningkatkan berat biji tanaman. Peningkatan berat 100 biji ini juga dipengaruhi oleh banyaknya unsur hara yang diberikan. Sejalan dengan pendapat Lingga dan Marsono (2000) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk dapat memberikan hasil yang diharapkan apabila konsentrasi yang diberikan tidak melebihi batas optimum dari konsentrasi yang dianjurkan. Ditambahkan oleh Sutedjo (2008) kekurangan unsur K pada tanaman menyebabkan efisiensi N dan P akan rendah, dengan demikian produksi yang tinggi tidak dapat diharapkan.
KESIMPULAN DAN SARAN Penyemprotan POC NASA berpengaruh nyata terhadap berat kering pupus, berat kering akar, umur berbunga, jumlah polong keseluruhan, jumlah polong berisi, berat 100 biji dan hasil (ton/ha) pada tanaman kedelai. Dan Penyemprotan POC NASA pada konsentrasi 8 ml/L air memberikan hasil terbaik.
10
Untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai yang baik dapat dilakukan dengan menyemprotkan POC NASA dan untuk mendapatkan produksi kedelai yang optimal, sebaiknya menggunakan POC NASA dengan konsentrasi 8 ml/L air.
DAFTAR PUSTAKA Buckman. H. O. dan N. C. Brady. 1982. Ilmu tanah (Terjemahan). Bharata Karya Aksara. Jakarta.300 hal Departemen Pertanian. 2005. Warta Penelitian dan Pengembangan pertanian Vol.27. No. 6. Departemen Pertanian. 2009. http://database.deptan.go.id/bdspweb/f4-free frame.Asp. (diakses10 april 2009). Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 2007. Laporan Tahunan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jambi. Gardner, F.P, R.B. Pearce dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi tanaman budidaya (terjemahan). UI. Jakarta. 320 hal Hadi, S. 2006. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Pupuk Organik Cair Superbionik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca Sativa L.). Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Jambi. (Tidak dipublikasikan). Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. Herman dan Goenadi. 1999. Manfaat dan Prospek Industri Hayati di Indonesia. Jurnal Penelitian dan Penggembangan Pertanian Vol. 18 (3) : Hal 91 - 97 Indriani, Y.H. 2003. Membuat kompos secara kilat. Penebar swadaya. Jakarta. Lingga, P dan Marsono. 2000. Petunjuk penggunaan pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hal. Marsono dan Sigit, P. (2000). Pupuk dan cara pemupukan. Penerbit Bathara Karya Aksara. Jakarta. Mas’ud, P. 1993. Telaah kesuburan tanah. Angkasa. Bandung. 320 hal Munthe, H. Rudite, T. Istianto. 2006. Penggunaan Pupuk Organik Pada Tanaman Karet Menghasilkan. Balai Penelitian Sungai Putih Pusat penelitian Karet Indonesia : Hal 36 – 37. Musnamar, E. I. 2007. Pupuk organik: cair dan padat, pembuatan, aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta. Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta. Parnata. 2004. Pupuk organik cair : Aplikasi dan manfaatnya. Agro Media Pustaka. Jakarta. 111 hal.
11
Redaksi Agromedia. 2007. Petunjuk pemupukan. AgroMedia Pustaka. Jakarta. 100 Hal Rukmana, R dan Yuniarsih, Y. 2001. Kedelai : Budidaya dan pasca panen. Kanisius. Jakarta. Suprapto. 2004. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta. Sutedjo, M. M. 2008. Pupuk dan cara pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. 177 hal. Wijaya, K. A. 2008. Nutrisi Tanaman: Sebagai penentu kualitas hasil dan resistensi alami tanaman. Prestasi Pustaka. Jakarta. 121 hal
12