PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN PENGGUNAAN MULSA PLASTIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI Afrilia Tri Widyawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Timur Jl. P.M Noor-Sempaja Samarinda, Kalimantan Timur e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Cabai merupakan tanaman cukup penting karena dapat diandalkan sebagai komoditas ekspor. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh konsentrasi pupuk organik cair dan penggunaan mulsa plastik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai. Penelitian menggunakan 2 faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok. Faktor pertama adalah konsentrasi pupuk organik cair. Faktor kedua adalah penggunaan mulsa plastik. Apabila terdapat perbedaan nyata maka dilakukan uji lanjut BNT taraf 5%. Berat buah segar per hektar tertinggi diperoleh pada perlakuan pupuk organik cair tertinggi diperoleh pada perlakuan 7,5 g l-1 air yaitu 23,70 mg ha-1. Berat buah segar per hektar tertinggi diperoleh pada perlakuan dengan mulsa plastik adalah 23,92 mg ha-1. Tidak ada interaksi antara konsentrasi pupuk organik cair dan penggunaan mulsa plastik terhadap semua parameter pengamatan. Kata kunci : mulsa plastik, pupuk organik cair, tanaman cabai
Pendahuluan Cabai besar (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang cukup penting di Indonesia karena banyak dikonsumsi oleh masyarakat sehari-hari sebagai penyebab masakan dan banyak mengandung zat gizi yang sangat diperlukan untuk kesehatan manusia. Kandungan zat gizi setiap 100 g buah cabai besar adalah sebagai berikut : energi 31 kalori, protein 1 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 7,3 g, kalsium 29 g, zat besi 0,5 mg, fosfor 24 mg, vitamin A 71 RE, vitamin B1 0,05 mg dan vitamin B2 85% (Final Prajnanta, 1999). Selain itu, buah cabai besar mengandung minyak eteris cukup tinggi dan dapat menyebabkan rasa pedas yang disebut zat capsaicin. Zat capsaicin pada buah cabai besar dapat menimbulkan rasa pedas dan sangat bermanfaat untuk mengatur peredaran darah, memperkuat denyut nadi dan saraf, mencegah flu, mencegah demam, membangkitkan semangat dalam tubuh (tanpa efek narkotik), mengurangi nyeri encok dan rematik. Selain zat capsaicin, cabai juga mengandung zat ekspektoran yang berfungsi untuk meredakan batuk, mengencerkan lendir dan meringankan penyakit asma (Setiadi, 1996). Cabai juga digunakan dalam industri penghasil minyak atsiri yang bermanfaat untuk bahan baku kosmetika dan obat-obatan (Bambang Cahyono, 1996). Meskipun banyak manfaatnya, cabai besar juga diduga mempunyai efek kurang menguntungkan bagi kesehatan. Orang yang kondisi tumbuhnya sangat sensitif apabila Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 401
memakan masakan pedas akan mudah mengalami kejang perut dan diare sehingga dapat berakibat fatal bagi kesehatan (Setiadi, 1996). Prospek pengembangan cabai besar semakin cerah karena permintaan pasar tinggi dan didukung oleh minat petani dalam membudidayakan cabai besar tidak pernah surut, walaupun harga cabai tidak stabil (sering naik turun). Daya tarik pengembangan budidaya cabai terletak pada nilai ekonominya karena permintaan produksi cabai dari waktu ke waktu cenderung meningkat sehingga dapat diandalkan sebagai komoditas ekspor. Berdasarkan laporan data Badan Pusat Statistik pada tahun 2009, luas panen cabai 3,247 ha, produksi cabai 15,970 ton, dengan produktivitas 4,92 ton ha -1 (BPS, 2010). Di Kalimantan Timur produkuksi cabai masih jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan daerah lain yang produksinya mencapai 18-27 ton per ha (Final Prajnanta, 1999). Kendala utama penyebab rendahnya produksi cabai besar di Kalimantan Timur karena keterbatasan teknologi budidaya yang disebabkan kurangnya informasi teknologi. Pada umumnya petani masih menggunakan benih lokal yang diturunkan terus menerus sehingga dapat menyebabkan kualitas dari benih tidak murni dan akan berpengaruh terhadap keseragaman tumbuh, produktivitas serta kerentanan terhadap hama penyakit tanaman. Penyebab lainnya adalah faktor lingkungan dan iklim yang kurang menguntungkan karena di Kalimantan Timur memiliki curah hujan yang cukup tinggi, sehingga dapat mengakibatkan hilangnya unsur hara dalam tanah akibat pencucian yang disebabkan air hujan. Agar unsur hara dalam tanah dapat terjaga dengan baik dapat diupayakan dengan pemupukan cabai besar secara berimbang. Pemupukan dapat dilakukan melalui daun sebagai larutan yang disemprotkan. Salah satu pupuk daun yang dapat diberikan untuk tanaman cabai besar adalah Plant Catalyst yang merupakan merk dagang dari PT. Centranusa Insan Cemerlang. Pupuk ini memiliki kandungan unsur hara makro dan mikro antara lain Nitrogen 0,23%, Phosphate 12,70%, Kalium 0,88%, Kalsium <0,05 ppm, Magnesium 25,92 ppm, Sulphur 0,02%, Ferum 36,45 ppm, Mangan 2,37 ppm, Chlor 0,11%, Copper <0,03 ppm, Zinc 11,15 ppm, Boron 0,25%, Molibdenum 35,37 ppm, Carbon 6,47%, Kobalt 9,59 ppm, Natrium 27,42% dan Alumunium <0,4 ppm. Oleh karena itu, pupuk ini mempunyai keunggulan seperti dapat mengatasi kekurangan nutrisi pada tanaman karena mengandung unsur hara lengkap baik makro maupun mikro serta memiliki legalitas dan rekomendasi setelah melalui serangkaian penelitian, uji efektifitas dan tinjauan hasil pemakaian pupuk. Pupuk organik berbentuk tepung dilarutkan dalam air sampai konsentrasi tertentu sesuai dengan jenis komoditi tanamannya sehingga akan lebih mudah diserap oleh tanaman (CNI, 2010). Selain pemupukan, untuk mendapatkan hasil yang tinggi dalam budidaya cabai besar sangat diperlukan perawatan dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak. Sesuai pendapat Umboh (1999) penggunaan mulsa plastik mempunyai manfaat diantaranya menekan pertumbuhan gulma, berkurangnya kerusakan tanah akibat air hujan yang menerpa tanah, menjaga ketersediaan air tanah dan mempermudah dalam pemeliharaan tanaman. Sedangkan menurut Ahmad (1991) bahwa usaha untuk mengatasi hilangnya air dari permukaan tanah sangat perlu menggunakan mulsa plastik hitam perak. Oleh sebab itu, sangat perlu diadakan penelitian mengenai pengaruh konsentasi pupuk organik cair dan penggunaan mulsa plastik hitam perak terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai besar (Capsicum annuum L. Cv. Hot Beauty).
Afrilia Tri Widyawati : Pengaruh konsentrasi pupuk organik cair | 402
Metodologi Penelitian dilaksanakan di desa Muang Lempake, Kecamatan Samarinda Utara, Kalimantan Timur, pada bulan Juni 2010 sampai November 2010. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dibeli di toko saprodi. Bahan dan alat yang digunakan antara lain benih cabai besar hibrida varietas Hot Beauty, mulsa plastik hitam perak, pupuk organik Plant Catalyst. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok diulang 3 kali. Faktor pertama adalah Konsentrasi pupuk organik Plant Catalyst dalam bentuk serbuk kemudian dilarutkan dalam air terdiri dari lima taraf yaitu 0 g L-1 air, 2,5 g L-1 air, 5 g L-1 air, 7,5 g L-1 air dan 10 g L-1 air. Faktor kedua adalah penggunaan mulsa plastik terdiri dari dua taraf, yaitu tanpa mulsa plastik hitam perak dan menggunakan mulsa plastik hitam perak. Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman umur 20 hari setelah tanam (hst), 40 hst, 60 hst, dan 80 hst; jumlah cabang produktif per tanaman; umur tanaman saat berbunga 80%; umur tanaman saat panen pertama; jumlah buah per tanaman; berat buah segar per tanaman; berat buah segar per hektar. Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam. Apabila ada beda nyata antar perlakuan dilanjutkan dengan BNT 5%. Benih cabai terlebih dahulu disemai dengan media semai campuran tanah subur, pasir dan pupuk kandang dalam polibag dengan perbandingan 2:1:1. Perawatan bibit dilakukan setiap hari. Persiapan lahan dengan pengolahan tanah dan pemberian pupuk kandang sebagai pupuk dasar dan ditambah dengan pemberian kapur dolomit. Pemasangan mulsa plastik dilakukan setelah pengolahan tanah selesai dan dilakukan pada sore hari agar mulsa plastik dapat merekat erat dengan permukaan tanah bedengan. Penanaman bibit dilakukan pada bibit yang telah siap dipindahkan adalah bibit yang telah mencapai umur 30 hari setelah semai (hss). Pemberian pupuk organik dalam bentuk cair untuk tanaman cabai besar diberikan pada saat tanaman beumur 14, 28, 42, 56 dan 70 hst, penyemprotan pupuk dilakukan pagi hari dengan menggunakan alat solo sprayer keseluruh bagian tanaman cabai besar, khususnya pada bagian bawah daun yang merupakan bagian terbanyak terdapat stomata. Hal ini dimaksudkan agar penyerapan unsur hara dari pupuk berjalan cepat yaitu sesuai dengan konsentrasi perlakuan masing-masing seperti 0 g L-1 air, 2,5 g L-1 air, 5 g L-1 air, 7,5 g L-1 air, dan 10 g L-1 air. Pemeliharaan tanaman seperti penyiraman setiap hari, pemasangan ajir untuk memperkuat batang tanaman, penyulaman terhadap tanaman yang mengalami kemunduran pertumbuhan sampai dengan tanaman berumur 7 hst, penyiangan gulma dengan cara dicangkul, perempelan berakhir sampai dengan tanaman membentuk percabangan berumur 50 hst, dan pengendalian hama penyakit secara nabati dihentikan berakhir sampai dengan tanaman berumur 75 hst. Pemanenan dimulai pada saat tanaman berumur 80 hst dan dilakukan sebanyak 8 kali panen dengan interval waktu 2 hari sekali. Cara pemanenan buah dipetik menggunakan tangan dengan menyertakan tangkai buah.
Hasil dan Pembahasan Hasil pengamatan cabai besar secara visual di lapangan selama penelitian tanaman cabai besar mempunyai bentuk tanaman yang baik, seperti tinggi tanaman yang berkembang dengan pesat setiap minggunya, daun yang berwarna hijau cerah menandakan terpenuhinya unsur-unsur hara dengan baik dan buah besar berwarna merah menyala. Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 403
Hambatan yang dialami selama penelitian adalah terjadinya keriting pada daun daun tanaman cabai dan penyakit patek (antraknosa) karena cendawan Colleotrichum capsici dan Gloesoporium piperatum yang dikendalikan dengan penyemprotan pestisida nabati.
Tinggi tanaman umur 20, 40, 60 dan 80 hst
Tinggi Tanaman (cm)
100 80
p0 (0 g L-1 air)
60
p1 (2,5 g L-1 air)
40
p2 (5 g L-1 air) p3 (7,5 g L-1 air)
20
p4 (10 g L-1 air) 0
20 HST 40 HST 60 HST 80 HST Umur Tanaman (Hari Setelah Tanam) Gambar 1. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Cair Terhadap Tinggi Tanaman Cabai
Tinggi Tanaman (cm)
Konsentrasi pupuk organik terhadap variabel tinggi tanaman 20, 40, 60 dan 80 hst berbeda sangat nyata (Gambar 1). Perlakuan 7,5 g L-1 air menghasilkan tinggi tanaman tertinggi pada umur 20, 40, 60 dan 80 hst berturut-turut 20,05 cm; 64,49 cm; 74,16 cm dan 84,39 cm. Hal ini disebabkan konsentrasi pupuk organik sudah mempengaruhi karena berdasarkan hasil analisis tanah pada lahan penelitian unsur-unsur hara 0,13% Nitrogen; 5,15 ppm P; 85,6 ppm K tidak mencukupi kebutuhan untuk pertumbuhan tinggi tanaman cabai besar. Sesuai pendapat Final Prajnanta (1999) bahwa tanaman cabai hibrida sampai umur 30 hari setelah tanam atau menjelang pembentukan bunga memerlukan unsur hara Nitrogen ≥ 0,15%. 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
(m0) Tanpa Mulsa Plastik
(m1) Dengan Mulsa Plastik 20 HST
40 HST
60 HST
80 HST
Umur Tanaman (Hari Setelah Tanam) Gambar 2. Pengaruh Penggunaan Mulsa Plastik Terhadap Tinggi Tanaman Cabai
Afrilia Tri Widyawati : Pengaruh konsentrasi pupuk organik cair | 404
Penggunaan mulsa plastik terhadap variabel tinggi tanaman cabai besar pada saat umur 20, 40, 60 dan 80 hst berbeda nyata (Gambar 2). Perlakuan dengan mulsa plastik menghasilkan tinggi tanaman tertinggi pada saat umur 20, 40, 60 dan 80 hst berturut-turut yaitu 21,80 cm; 64,75 cm; 74,85 cm dan 84,66 cm. Hal ini disebabkan manfaat dari penggunaan mulsa plastik memantulkan cahaya yang datang ke bagian bawah permukaan daun, sehingga lebih banyak cahaya yang diterima oleh tanaman, akibatnya penampakan tanaman lebih tinggi dan proses respirasi lebih sedikit dibandingkan proses fotosintesis sehigga mempengaruhi hasil. Sesuai dengan pendapat Abjad Asih Nawangsih, dkk. (2001) bahwa warna hitam pada mulsa plastik dapat memberikan kondisi yang lebih gelap terhadap media memungkinkan pertumbuhan perakaran tanaman menjadi lebih baik, sedangkan warna perak pada mulsa plastik dapat memantulkan sinar matahari sehingga jumlah panas yang mengenai permukaan media dapat dikurangi. Disamping itu, pantulan cahaya dapat membantu mempercepat hilangnya uap air yang menempel dipermukaan daun tanaman. Oleh karena itu, penggunaan mulsa plastik memberikan pengaruh yang lebih terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, khususnya tinggi tanaman cabai besar. Tanpa penggunaan mulsa plastik kondisi pertumbuhan tinggi tanaman agak terhambat karena permukaan tanah atau media langsung terkena sinar matahari sehingga menyebabkan kelembaban tanah menjadi rendah akibat proses evaporasi pada permukaan tanah. Suplai air hanya berasal dari penyiraman dan air hujan. Sesuai dengan pendapat Rosenberg, dkk. (1983) bahwa air merupakan komponen penting dalam reaksi fotosintesis. Kekurangan kelembaban tanah atau kekeringan yang ekstrim menyebabkan terjadinya stress air pada tanaman. Pengaruh langsung dari adanya stress air pada tanaman adalah menutupnya lubang stomata yang dapat mempengaruhi proses fotosintesis tanaman. Jumlah Cabang Produktif Per Tanaman Umur 50 HST Untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan yang berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap jumlah cabang produktif per tanaman 50 HST, dilakukan Uji BNT pada taraf 5% yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah cabang produktif per tanaman umur 50 HST Pupuk Organik Plant Catalyst (P)
Mulsa Plastik (M) Rata-rata m0 (Tanpa Mulsa) m1 (Dengan Mulsa) ................cabang................. p0 (0 g L-1 air) 18,33 20,78 19,56a -1 p1 (2,5 g L air) 19,11 22,11 20,61b -1 p2 (5,0 g L air) 19,56 22,89 21,22bc -1 p3 (7,5 g L air) 20,67 23,89 22,28d -1 p4 (10 g L air) 20,00 23,44 21,73cd a b Rata – rata 19,53 22,62 Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNT 5% (BNT p = 0,77; BNT m = 0,49) Hasil uji BNT 5% terhadap konsentrasi pupuk organik menunjukkan bahwa perlakuan 0 g L-1 air berbeda sangat nyata terhadap semua perlakuan. Perlakuan 2,5 g L-1 air berbeda tidak nyata dengan perlakuan 5 g L-1 air. Perlakuan 5 g L-1 air berbeda tidak nyata dengan perlakuan 10 g L-1 air. Perlakuan 7,5 g L-1 air berbeda tidak nyata terhadap perlakuan 10 g L-1 air. Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 405
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk organik terhadap variabel jumlah cabang produktif per tanaman umur 50 hst berbeda sangat nyata. Hal ini disebabkan unsur hara di dalam tanah tidak mencukupi kebutuhan tanaman, sehingga pemberian konsentrasi pupuk organik sudah memberikan respon terhadap jumlah cabang produktif per tanaman. Sesuai pendapat CNI (2010), pupuk organik memiliki sifat sebagai katalisator sehingga dapat mengefektifkan dan mengoptimalkan pemakaian unsur-unsur hara baik makro maupun unsur hara mikro. Hasil uji BNT 5% terhadap penggunaan mulsa plastik menunjukkan bahwa perlakuan tanpa mulsa plastik berbeda sangat nyata terhadap pelakuan dengan mulsa plastik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan mulsa plastik terhadap variabel jumlah cabang produktif per tanaman sangat berbeda nyata. Hal ini disebabkan lingkungan tumbuh yang mendukung sehingga tanaman mampu melaksanakan berbagai aktivitas metabolisme dengan baik seperti proses fotosintesis. Fotosintesis yang berjalan dengan lancar akan menghasilkan lebih banyak karbohidrat. Sesuai dengan pendapat Sri Setyati Hardjadi (1996) bahwa pada masa pertumbuhan hasil dari proses fotosintesis tersebut digunakan dalam pembelahan dan pemanjangan sel pada jaringan meristematik. Bentuk pertumbuhan tampak dengan bertambah tinggi dan terbentuknya cabang tanaman. Umur Tanaman Saat Berbunga 80% Untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan yang berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap umur tanaman saat berbunga 80%, dilakukan Uji BNT pada taraf 5% yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Umur tanaman saat berbunga 80% Pupuk Organik Plant Catalyst (P)
Mulsa Plastik (M) Rata-rata m0 (Tanpa Mulsa) m1 (Dengan Mulsa) ................hari................. p0 (0 g L-1 air) 22,83 20,89 21,86 p1 (2,5 g L-1 air) 22,83 20,61 21,72 p2 (5,0 g L-1 air) 22,72 20,50 21,61 p3 (7,5 g L-1 air) 22,39 20,17 21,28 p4 (10 g L-1 air) 22,67 20,39 21,53 Rata – rata 22,69a 20,51b Keterangan : nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNT 5% (BNT m = 0,41) Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk organik terhadap variabel umur tanaman saat berbunga 80% berbeda tidak nyata. Hal ini sebabkan faktor dominan yang berpengaruh pada fase pembungaan adalah faktor genetik. Sesuai pendapat Heddy, dkk., (1994), bahwa pada tanaman tertentu umur tanaman berbunga ditentukan oleh sifat genetik tanaman tersebut. Hasil uji BNT 5% terhadap penggunaan mulsa plastik menunjukkan bahwa perlakuan tanpa mulsa plastik berbeda sangat nyata terhadap pelakuan dengan mulsa plastik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan mulsa plastik terhadap variabel umur tanaman saat berbunga 80%. Hal ini disebabkan tanaman sudah memasuki fase generatif dan penggunaan mulsa plastik memungkinkan peningkatan cahaya yang diterima oleh tanaman, sehingga berpengaruh terhadap hasil fotosintesis yang digunakan tanaman dalam memasuki fase generatif. Sesuai pendapat Wilkins (1989), bahwa meningkatnya hasil fotosintesis menyebabkan pertumbuhan generatif akan berpengaruh pada pembentukan Afrilia Tri Widyawati : Pengaruh konsentrasi pupuk organik cair | 406
bunga dan buah. Ditambahkan oleh Sri Setyati Hardjadi (1996), bahwa fase generatif berhubungan dengan beberapa proses penting, salah satunya adalah perkembangan kuncup, bunga, buah dan biji. Semakin cepat waktu berbunga maka waktu panen akan dipercepat pula. Umur Tanaman Saat Panen Pertama Untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan yang berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap umur tanaman saat panen pertama, dilakukan Uji BNT pada taraf 5% yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Umur tanaman saat panen pertama Pupuk Organik Plant Catalyst (P)
Mulsa Plastik (M) Rata-rata m0 (Tanpa Mulsa) m1 (Dengan Mulsa) ................hari................. p0 (0 g L-1 air) 84,44 82,56 83,56d -1 p1 (2,5 g L air) 84,44 82,22 83,33cd -1 p2 (5,0 g L air) 82,56 82,11 82,50b -1 p3 (7,5 g L air) 82,11 80,33 81,22a -1 p4 (10 g L air) 82,44 80,44 81,44a a b Rata – rata 83,27 81,53 Keterangan : nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNT 5% (BNT p = 0,49; BNT m = 0,31) Hasil uji BNT 5% terhadap konsentrasi pupuk organik menunjukkan bahwa perlakuan 0 g L-1 air berbeda tidak nyata dengan perlakuan 2,5 g L-1 air. Perlakuan 5 g L-1 air berbeda sangat nyata terhadap semua perlakuan. Perlakuan 5 g L-1 air berbeda tidak nyata dengan perlakuan 10 g L-1 air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk organik terhadap variabel umur tanaman saat panen pertama berbeda sangat nyata. Hal ini disebabkan konsentrasi pupuk organik perlakuan 7,5 g L-1 air lebih mampu memenuhi kebutuhan unsur hara Nitrogen, P dan K yang dapat membantu mempercepat pembentukan buah. Sesuai pendapat Rinsema (1989), bahwa unsur fosfor membantu mempercepat pembentukan buah. Ditambahkan oleh Final Prajnanta (1999), bahwa peningkatan unsur fosfor dan kalium pada fase generatif berhubungan dengan beberapa proses penting, salah satunya adalah perkembangan buah cabai. Hasil uji BNT 5% terhadap penggunaan mulsa plastik menunjukkan bahwa perlakuan m0 tanpa mulsa plastik berbeda sangat nyata terhadap pelakuan dengan mulsa plastik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan mulsa plastik terhadap variabel umur tanaman saat panen pertama sangat berbeda nyata. Hal ini disebabkan tanaman sudah memasuki fase generatif dan penggunaan mulsa plastik memungkinkan peningkatan cahaya yang diterima oleh tanaman, sehingga berpengaruh terhadap hasil fotosintesis yang digunakan tanaman dalam memasuki fase generatif. Sesuai pendapat Wilkins (1989), bahwa meningkatnya hasil fotosintesis menyebabkan pertumbuhan generatif akan berpengaruh pada pembentukan bunga dan buah. Ditambahkan oleh Sri Setyati Hardjadi (1996), bahwa fase generatif berhubungan dengan beberapa proses penting, salah satunya adalah perkembangan kuncup, bunga, buah dan biji. Semakin cepat waktu berbunga maka waktu panen akan dipercepat pula.
Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 407
Jumlah Buah Per Tanaman Untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan yang berpengaruh berbeda sangat nyata terhadap jumlah buah per tanaman, dilakukan Uji BNT pada taraf 5% yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Buah Per Tanaman Pupuk Organik Plant Catalyst (P) p0 (0 g L-1 air) p1 (2,5 g L-1 air) p2 (5,0 g L-1 air) p3 (7,5 g L-1 air) p4 (10 g L-1 air) Rata – rata
Mulsa Plastik (M) m0 (Tanpa Mulsa) m1 (Dengan Mulsa) ................buah................. 90,17 94,39 90,39 94,67 90,50 94,72 90,83 95,89 90,61 94,83 90,50a 94,90b
Rata-rata 92,28a 92,53a 92,61a 93,36b 92,72a
Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNT 5% (BNT p = 0,51; BNT m = 0,33) Hasil uji BNT 5% terhadap konsentrasi pupuk organik menunjukkan bahwa perlakuan p0 (0 g L-1 air) berbeda tidak nyata dengan perlakuan 2,5 g L-1 air, 5 g L-1 air dan 10 g L-1 air. Sedangkan perlakuan 7,5 g L-1 air berbeda sangat nyata terhadap semua perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk organik terhadap variabel jumlah buah per tanaman berbeda sangat nyata. Hal ini disebabkan bahwa pada pemberian perlakuan 7,5 g L-1 air menunjukkan kondisi tanaman lebih baik sehingga proses fotosintesis berjalan baik dan lancar, kemudian hasil fotosintesis tersebut disimpan diseluruh bagian tanaman termasuk buah sehingga mempengaruhi jumlah buah per tanaman. Sesuai dengan pendapat Zainal Abidin (1987), bahwa ketersediaan unsur-unsur hara yang cukup menyebabkan proses fotosintesis menjadi aktif, kemudian hasil fotosintesis akan ditranslokasikan ketempat penyimpanan makanan. Hasil uji BNT 5% terhadap penggunaan mulsa plastik menunjukkan bahwa perlakuan tanpa mulsa plastik berbeda sangat nyata terhadap pelakuan dengan mulsa plastik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan mulsa plastik terhadap variabel jumlah buah per tanaman berbeda sangat nyata. Hal ini disebabkan proses fotosintesis yang berjalan baik menghasilkan karbohidrat tinggi akibat dari penggunaan mulsa plastik. Pada fase generatif, karbohidrat dipergunakan dalam pembentukan bunga dan buah. Tanaman cabai besar yang memiliki kandungan karbohidrat tinggi cenderung menghasilkan jumlah buah yang lebih banyak. Sesuai pendapat Sri Setyati Hardjadi (1996), bahwa apabila taaman mengembangkan alat penyimpanan makanan maka karbohidrat ditranslokasikan ke alat penyimpanan makanan maka karbohidrat ditranslokasikan ke alat penyimpanan makanan tersebut. Banyaknya jumlah buah terbentuk kemungkinan dipengaruhi oleh jumlah cabang produktif yang terbentuk, karena pembentukan bunga meningkat dengan semakin banyaknya jumlah cabang tanaman.
Afrilia Tri Widyawati : Pengaruh konsentrasi pupuk organik cair | 408
Berat Buah Segar Per Tanaman Berat Buah Segar Per Tanaman (g) 673,33
22,45
682,26
22,74
690,25
23,03
p0 (0 g L-1 p1 (2,5 g L-1 air) p2 (5 g L-1 air) air)
Berat Buah Segar Per Hektar (Mg ha-1)
710,94
23,70 p3 (7,5 g L-1 air)
692,69
23,09 p4 (10 g L-1 air)
Gambar 3. Pengaruh konsentrasi pupuk organik cair terhadap berat buah segar per tanaman dan berat buah segar per hektar pada tanaman cabai Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk organik terhadap variabel berat buah segar per tanaman berbeda sangat nyata. Hal ini disebabkan bahwa pada pemberian perlakuan 7,5 g L-1 air lebih mampu memenuhi akan ketersediaan unsur hara, sehingga proses fotosintesis menghasilkan zat makanan yang meningkat, termasuk pertumbuhan tanaman dan berat segar buah per tanaman. Sesuai pendapat Sri Setyati Hardjadi (1996), bahwa meningkatnya ketersediaan unsur-unsur hara maka proses fotosintesis akan semakin meningkat dan berpengaruh pada berat buah segar. Sedangkan hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk organik terhadap variabel berat buah segar per hektar berbeda sangat nyata. Hal ini disebabkan berat segar buah per hektar erat kaitannya dengan berat buah per tanaman dan jumlah buah per tanaman yang dihasilkan. Apabila berat segar buah per tanaman dan jumlah buah per tanaman yang lebih banyak meningkatkan berat segar buah per hektar, tentunya bila persyaratan tumbuh tanaman dalam keadaan cukup dalam arti tanaman tidak mengalami ganguan baik mengenai cahaya, unsur hara dan air. Kondisi tersebut memungkinkan proses fotosintesis berjalan dengan sempurna dan karbohidrat yang dihasilkan akan digunakan untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman yang akhirnya akan mempengaruhi hasil (Sri Setyadi Hardjadi, 1996).
Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 409
Berat Buah Segar Per Tanaman (g) 717,62 662,16
(m0) Tanpa (m1) Mulsa Dengan Plastik Mulsa Plastik Gambar 4. Berat Buah Segar Per Tanaman
Berat Buah Segar Per Hektar (Mg ha-1) 23,92 22,08
(m0) Tanpa Mulsa Plastik
(m1) Dengan Mulsa Plastik
Gambar 5. Berat Buah Segar Per Hektar Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan mulsa plastik terhadap variabel berat buah segar per tanaman dan berat buah per hektar berbeda sangat nyata. Hal ini disebabkan terdapatnya hubungan kompenen hasil yang lain yaitu jumlah cabang produktif per tanaman dan jumlah buah per tanaman. Tanpa penggunaan mulsa plastik menunjukkan kondisi lingkungan kurang baik dan curah hujan cukup tinggi pada saat penelitian menyebabkan unsur-unsur hara tersedia ikut larut terbawa oleh air hujan, sehingga unsurunsur hara yang diserap tanaman tidak mencukupi kebutuhan tanaman menyebabkan proses fotosintesis untuk menghasilkan zat makanan berkurang, sehingga pertumbuhan tanaman termasuk pembentukan cabang produktif per tanaman dan jumlah buah per tanaman tidak maksimal. Sesuai dengan pendapat Rahmat Rukmana (2000), bahwa penggunaan mulsa plastik dapat menghindari hilangnya sebagian unsur-unsur hara karena air hujan, sehingga kebutuhan unsur-unsur hara yang cukup dapat meningkatkan potensi tanaman termasuk jumlah cabang.
Afrilia Tri Widyawati : Pengaruh konsentrasi pupuk organik cair | 410
Interaksi Antara Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Plant Catalyst dan Penggunaan Mulsa Plastik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Besar Dari hasil analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa antara konsentrasi pupuk organik Plant Catalyst dan penggunaan mulsa plastik memberikan interaksi tidak berbeda nyata terhadap semua variabel. Hal ini disebabkan masing-masing faktor memberikan faktor secara terpisah terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sehingga apabila dikombinasikan tidak saling mempengaruhi. Sesuai pendapat Steel dan Torrie (1993), bahwa apabila interaksi antara dua faktor tidak berbeda nyata maka disimpulkan faktor-faktor tersebut bertindak bebas satu dengan lainnya. Meskipun berbeda nyata tetapi kombinasi antara konsentrasi pupuk organik pada konsentrasi 7,5 g L-1 air dan penggunaan mulsa plastik cenderung memperlihatkan hasil terbaik terhadap semua variabel yang diamati dibandingkan perlakuan lainnya.
Kesimpulan Perlakuan konsentrasi pupuk organik berbeda sangat nyata terhadap variabel tinggi tanaman, jumlah cabang produktif per tanaman umur 50 hst, umur tanaman saat panen pertama, jumlah buah per tanaman, berat segar buah per tanaman dan berat segar buah per hektar. Sedangkan, perlakuan konsentrasi pupuk organik berbeda tidak nyata terhadap variabel umur tanaman saat berbunga 80%. Perlakuan 7,5 g L-1 air memberikan hasil produksi cabai besar tertinggi yaitu 23,70 Mg ha -1. Sedangkan perlakuan mulsa plastik hitam perak berbeda sangat nyata terhadap semua variabel yang diamati dan memberikan hasil produsi cabai besar tertinggi yaitu 23,92 Mg ha-1. Tidak terdapat interaksi antara perlakuan konsentasi pupuk organik dan penggunaan mulsa plastik terhadap semua variabel yang diamati.
Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Ir. Rina Shintawati Asra, MP. dan ibu Ir. Yetti Elidar, MP. yang telah banyak memberikan bimbingan penulisan, masukan dan saran serta diskusi dalam penulisan karya ilmiah ini.
Daftar Pustaka Prajnanta, F. 1999. Bercocok Tanam Cabai Besar. Penebar Swadaya. Jakarta. 105 halaman. Setiadi. 1996. Jenis dan Budidaya Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta. 88 halaman. Cahyono, B. 1996. Analisis Kelayakan Usaha Tani Cabai Besar Yang Berhasil Varietas Hot Beauty dan Varietas Lokal. Aneka. Solo. 125 halaman Badan Pusat Statistik. http ://www.bps.go.id CNI. 2000. Catalogue Panduan Pupuk Organik Plant Catalyst. Jakarta. Centranusa Insan Cemerlang. 88 halaman. Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 411
Umboh, A.H. 1999. Petunjuk Penggunaan Mulsa. Jakarta. Penebar Swadaya. 86 halaman. Ahmad, F. 1991. Permasalahan dan Pengelolaan Air Tanah di Lahan Kering. Padang. Pusat Penelitian Universitas Andalas. 133 halaman. Heddy, S.W.H Susanto dan Metty, K. 1994. Pengantar Produksi Tanaman dan Penangaan Pasca Panen. Jakarta. Grafindo Persada. 229 halaman. Rinsema, W.T,. 1989. Beemesting en Mustoffen. Pupuk dan Cara Pemupukannya. Terjemahan. H,M. Saleh. Jakarta. Bharata Karya Aksara. 232 halaman. Abidin, Z. 1987. Dasar Pengetahuan Ilmu Tanaman. Bandung. Angkasa. 177 halaman. Sri Setyadi Hardjadi. 1996. Pengantar Agronomi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. 197 halaman. Nawangsih, A.A., Imdad, HP dan Wahyudi, A. 2001. Cabai Hot Beauty. Jakarta. Penebar Swadaya. 128 halaman Rosenberg, N.J., B. L. Blad, S.B, Verma. 1983. Microclimate The Biological Enviroment. USA. 2nd ed. A Wiley Interscience Publ. Chapter 7 : 209 – 287.16. Wilkins, M.B. 1989. Phisiology of Plant Growth and Development, Fisologi Tanaman Terjemahan Sutedjo, M.M dan A. G. Kartasapoetra. Jakarta. Bumi Aksara. 454 halaman. Rukmana, R. 2000. Usaha Tani Cabai Hibrida Sistem Mulsa Plastik. Yogyakarta. Kanisius. 92 halaman Steel, Robert G.D and James H. Torrie. 1993. Principle and Procedures of Statistics, Prinsip dan Prosedur Statistik Terjemahan Bambang Sumantri. Jakarta Gramedia Pustaka Utama. 663 halaman.
Afrilia Tri Widyawati : Pengaruh konsentrasi pupuk organik cair | 412