PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR KULIT PISANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merril)
MASAYU NPM. 1010483011 021
ABSTRAK Rendahnya produksi tanaman kedelai di Kabupaten Batang Hari disebabkan oleh penanaman kedelai dalam sekala kecil dan sebagai tanaman sela, dan umumnya jenis tanah Ultisol yang memiliki sedikit unsur hara, porositas tanah rapat, dan penyimpan air kurang optimal sehingga bahan organik yang terkandung dalam lapisan tanah rendah. Untuk meningkatkan produktivitas tanaman kedelai dapat dilakukan dengan cara memperbaiki kesuburan tanahnya melalui pemupukan organik dan anorganik. Salah satu pupuk organik yang dapat diberikan yaitu pupuk organik cair kulit pisang. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor yaitu konsentrasi pupuk organik cair kulit pisang (P) yang terdiri dari 6 perlakuan dan 4 ulangan dilanjutkan dengan uji DNMRT (Duncan New Multiple Range Test) pada taraf α = 5 %. Hasil penelitian menunjukan pemberian beberapa konsentrasi pupuk organik cair kulit buah pisang berpengaruh terhadap variabel tinggi tanaman, jumlah cabang primer, jumlah polong pertanaman, jumlah polong berisi per tanaman, berat100 biji kering per petak panen dan hasil perhektar. Pemberian beberapa konsentrasi pupuk organik cair kulit buah pisang 2,0 ml/l mendapatkan hasil kedelai tertinggi yaitu sebanyak 2,11 ton/ha. Key words : kedelai, Glycine max L., pupuk cair kulit pisang,
PENDAHULUAN Kedelai (Glycine max (L.) Merill.) merupakan salah satu komoditi pangan yang memiliki peranan penting dalam memenuhi kebutuhan manusia. Apabila kedelai dibudidayakan dengan intensif maka dapat meningkatkan kesejahteraan baik kesehatan maupun pendapatan masyarakat (Adisarwanto, 2008). Dalam 100 g biji kedelai terkadung 43,3 g protein, 11,7 g karbohidrat, 13,1 g lemak, 6g serat, 0,6 mg Ca, 46 mg fosfor, 0,5 mg zat besi, 244 mg vitamin A, 0,38 mg vitamin B dan 0,22 mg vitamin C serta 25 g air, bahwa setiap gram biji kedelai menngandung beberapa asam amino meliputi 340 mg Isoleucine, 480 mg Leucine, 400 mg Lysine, 310 mg Phenylaline, 200 mg Tyrosine, 80 mg Methionine, 110 mg Cystine, 250 mg Theomine, 90 mg Triptophan, dan 330 mg Valine. Soeprapto, (1993)
Kebutuhan kedelai dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan seiring berkembangnya industry pangan dan pakan. Badan Pusat Statistik Nasional (2013) menyatakan bahwa pada tahun 2012 kedelai yang dibudidayakan seluas 567.877 ha dengan produksi 851.647 ton dan produktivitasnya adalah 1.49 ton/ha, dengan volume impor kedelai pada tahun yang sama mencapai 2.128.763 ton, sedangkan produksi kedelai dalam negeri hanya 843,1 ton, Sehingga kebutuhan kedelai di Indonesia yaitu 2.129.606,1 ton (Adisarwanto, 2014). Untuk produksi kedelai di provinsi Jambi pada tahun 2013 dengan luas panen 1877 ha dapat berproduksi sebesar 2372 ton memiiki produktivitas 1,264 ton/ha (BPS, 2014), selanjutnya di Kabupaten Batang Hari pada tahun yang sama, pertanaman kedelai seluas 105 Ha dengan produksi 118 ton sehingga produktivitas kedelai mencapai 1,124 ton/ha (BPS, 2014).
Rendahnya produksi tanaman kedelai di Kabupaten Batang Hari disebabkan oleh penanaman kedelai dalam sekala kecil dan sebagai tanaman sela, dan umumnya jenis tanah Podsolik Merah Kuning (PMK) yang memiliki sedikit unsur hara, porositas tanah rapat, dan penyimpan air kurang optimal sehingga bahan organik yang terkandung dalam lapisan tanah rendah (Adisarwanto, 2009). Selain itu secara umum faktor rendahnya produksi kedelai disebabkan karena tingkat pemeliharaan tanaman, faktor alam dan kesuburan lahan yang tidak seimbang. Untuk meningkatkan produktivitas tanaman kedelai dapat dilakukan dengan cara memperbaiki kesuburan tanahnya melalui pemupukan organik dan anorganik. Salah satu pupuk organik yang dapat diberikan yaitu pupuk organik cair kulit pisang memiliki kelebihan diantaranya dapat memberikan hara sesuai dengan kebutuhan tanaman, selain itu pemberiannya dapat lebih merata dan kepekatannya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut. Kulit pisang merupakan salah satu limbah yang dapat di jadikan pupuk organik cair (Susetya,2013). Kulit pisang mengandung mineral seperti kalium 150 mg/g, fosfor 120 mg/g, kalsium 19,20 mg/g, natrium 24,30 mg/g, besi 0,61 mg/g, mangan 76,20 mg/g, rubidium 0,04, brom 0,21 mg/g, strontium 0,03 mg/g, zirkonium 0,02 mg/g, dan niobium 0,02 mg/g (Lingga & Marsono, 2013). Pupuk organik cair kulit pisang ini dihasilkan dari fermentasi kulit pisang yang berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Lingga dan Marsono, 2013). Pupuk organik kulit pisang memiliki keunggulan diantaranya cepat mengatasi defisiensi hara, tidak merusak lingkungan, meningkatkan produktivitas tanah, menekan biaya usahatani dan meningkatkan kualitas produksi (Alex, 2013). Pemberian pupuk organik cair kulit pisang dapat dilakukan dengan cara melarutkan 15 ml pupuk organik cair kulit pisang kedalam 1 liter air/tanaman. Dengan cara menyemprotkan ke permukaan daun
bagian bawah dan diberikan sebanyak 7 kali sesuai dengan taraf perlakuan (Alex, 2013).
BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Graha Karya Muara Bulian, dengan ketinggian tempat 12 m diatas permukaan laut (dpl), jenis tanah Podsolik Merah Kuning (PMK). Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan mulai dari bulan 5 April 2015 s/d 9 Juli 2015. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas Anjasmoro (Lampiran 3), kulit pisang, air bersih, EM4, Pupuk kandang kotoran ayam, pupuk Urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, Furadan 3G, Curacron 500 EC, dan Dithane M-45. Alat yang digunakan adalah bleder, parang, kored, cangkul, tugal, meteran, tali, timbangan, gunting, hand sprayer, gembor, ember, papan merek , alat dan lain-lainya. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor yaitu konsentrasi pupuk organik cair kulit pisang (P) yang terdiri dari 6 perlakuan dan 4 ulangan : P0 : Tanpa Pupuk Organik Cair kulit pisang P1 : Pupuk Organik Cair Kulit Pisang 5 ml/liter P2 : Pupuk Organik Cair Kulit Pisang 10 ml/liter P3 : Pupuk Organik Cair Kulit Pisang 15 ml/liter P4 : Pupuk Organik Cair Kulit Pisang 20 ml/liter P5 : Pupuk Organik Cair Kulit Pisang 25 ml/liter Ukuran untuk setiap petak percobaan adalah 180 x 120 cm dengan jarak tanaman 30 x 20 cm, setiap petak percobaan memiliki 36 tanaman dan dalam petak panen memiliki 16 tanaman, sehingga jumlah tanaman seluruhnya 864 tanaman. Dari populasi yang terdapat pada petak panen diambil 3 tanaman secara acak sebagai sampel. Adapun jarak antar petak pelakuan 50 cm dan jarak antar petak ulangan100 cm.
Tabel 1. Perlakuan konsentrasi POC sebanyak 7 Kali Pemberian Pada Tanaman Kedelai Volume kebutuhan air berdasarkan Umur Tanaman (ml) Perlakuan 14 hst 21 hst 28 hst 35 hst 42 hst 49 hst Kosentrasi (%) ml/ ml/ ml/ ml/ ml/ ml/ petak petak petak petak petak petak P0 P1 (0,5) 200 250 300 350 400 450 P2 (1,0) 200 250 300 350 400 450 P3 (1,5) 200 250 300 350 400 450 P4 (2,0) 200 250 300 350 400 450 P5 (2,5) 200 250 300 350 400 450
Pelaksanaan penelitian dimulai dari tahap persiapan lahan, pemberian pupuk organik cair kulit pisang, persiapan benih, penanaman, pemupukan, penyulaman, penjarangan, penyiraman, penyiangan, pengendalian HPT, hingga panen. Adapun variabel yang diamati diantaranya, tinggi
56 hst ml/ petak
Jumah kebutuhan air (ml/petak)
500 500 500 500 500
2450 2450 2450 2450 2450
tanaman, jumlah cabang, jumlah polong pertanaman, jumlah polong berisi pertanaman, bobot 100 biji, dan hasil per hektar. Dilanjutkan analisis data menggunakan uji lanjut Duncan (DNMRT) taraf 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2. Tinggi Tanaman Menurut Pemberian Pupuk Organik Cair Kulit Pisang Konsentrasi pupuk organik cair kulit pisang Tinggi Tanaman (cm) (ml/l) 2,5 81,00 a 2,0 80,20 a 1,5 77,72 a 1,0 72,83 a 0,5 64, 10 b 0 58,48 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji DNMRT.
Tabel 3. Jumlah Cabang Primer Menurut Pemberian Pupuk Organik Cair Kulit Pisang Konsentrasi Jumlah Cabang Primer Pupuk organik cair kulit pisang (Cabang) (ml/l) 2,0 4,33 a 2,5 3,75 ab 1,5 3,58 b 3,25 b 1,0 3,25 b 0,5 3,17 b 0 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama, tidak berbeda nyata
pada taraf 5 % uji DNMRT.
Tabel 4. Jumlah Polong Pertanaman Menurut Pemberian Pupuk Organik Cair Kulit Pisang Konsentrasi Jumlah Polong Pertanaman Pupuk Organik Cair Kulit Pisang (polong) (ml/l) 2,0 195,75 a 2,5 170,75 b 1,5 159,75 bc 1,0 137,75 c 0,5 115,17 d 0 88,83 e Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji DNMRT.
Tabel 5. Jumlah Polong Berisi Pertanaman Menurut Pemberian Pupuk Organik Cair Kulit Pisang Konsentrasi Jumlah Polong Pupuk Organik Cair Kulit Pisang Berisi Pertanaman (polong) (ml/l) 2,0 177,92 a 2,5 148,42 b 1,5 130,17 bc 1,0 115,00 c 0,5 92,67 cd 0 76,75 d Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf 5 % uji DNMRT.
Tabel 6. Berat 100 Biji Menurut Pemberian pupuk organik cair kulit pisang Konsentrasi Pupuk Organik Cair Kulit Pisang Berat 100 biji kering (g) (ml/l) 2,5 14,97 a 2,0 13,99 b 1,5 13,13 c 1,0 12,72 cd 0,5 12,09 d 0 11,84 d Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf 5 %, DNMRT.
Tabel 7. Hasil Perhektar Menurut Pemberian Pupuk Organik Cair Kulit Pisang Konsentrasi Pupuk Organik Cair Kulit Pisang Hasil perhektar (ton) (ml/l) 2,0 2,11 a 2,5 2,03 ab 1,5 1,97 b 1,0 1,82 c 0,5 1,78 c 0 1,70 c Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf 5 %, DNMRT.
Pembahasan Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian beberapa konsentrasi pupuk organik cair kulit pisang berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang primer, jumlah polong pertanaman, jumlah polong berisi pertanaman, berat 100 biji, dan hasil perhektar kacang kedelai. Hal ini disebabkan pemberian pupuk organik cair kulit pisang, mampu menyediakan unsur hara dalam jumlah berimbang untuk pertumbuhan dan hasil kedelai. Pemberian pupuk organik cair kulit pisang melalui stomata pada daun kedelai, sehingga proses penyerapan unsur hara lebih efektif dan efisien. Selain mampu mensuplai unsur hara bagi tanaman, pupuk organik cair kulit pisang mampu memperbaiki sifat fisik tanah yang menunjang perkembangan perakaran tanaman dan merangsang perkembangan populasi mikroorganisme tanah sehingga meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai. Pemberian konsentrasi pupuk organik cair kulit pisang 2,5 ml/l berdasarkan tabel 2 berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kedelai, hal ini disebabkan kandungan unsur hara pupuk organik cair kulit pisang pada konsentrasi 2,5 ml/l memberikan jumlah unsur hara yang cukup dan tersedia khususnya (N) Nitrogen bagi tanaman kedelai sehingga meningkatkan pertumbuhannya. Soetedjo (2008) yang menyatakan bahwa nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-
bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang, dan akar. Hidayat 2013 dalam Safitri (2015) menyatakan bahwa, penyerapan hara nitrogen (N) akan dapat meningkatkan pembentukan dan pertumbuhan daun pada tanaman. Tersedianya nitrogen dalam jumlah yang cukup akan memperlancar metabolisme tanaman dan ahirrnya mempengaruhi pertumbuhan organ-organ taman seperti batang, daun, dan akar menjadi baik, (Lingga dan Marsono, 2013). Pupuk organik cair kulit pisang yang dihasilkan dari fermentasi kulit pisang berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk organik cair berperan dalam memperbaiki sifat tanah seperti unsur tanah menjadi subur, memperbaiki sifat kimia tanah, berperan dalam penyediaan hara makro dan mikro meskipun relatif sedikit, meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti alumunium, besi dan mangan. Kelebihan dari pupuk organik cair adalah dapat secara cepat mengatasi defisiensi hara dan mampu menyediakan hara secara cepat. Pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering mungkin (Susetya, 2013). Pemberian konsentrasi pupuk organik cair kulit pisang 2,5 ml/l berdasarkan tabel 6 berpengaruh nyata terhadap berat 100 biji pertanaman sampel. Hal ini disebabkan pemberian konsentrasi pupuk organik cair kulit pisang 2,5 ml/l mampu menyediakan
unsur hara yang berimbang bagi tanaman khususnya unsur kalium sehingga meningkatkan berat biji kering kedelai. Damanik, dkk (2011) dalam Sari Puspa Mentari dkk 2015) menyatakan pupuk organik cair kulit pisang mempunyai kandungan kalium yang lebih banyak dari unsur-unsur lainnya, sehingga memberikan pengaruh pada organ tanaman, sangat potensial dijadikan pupuk karena komposisi unsur hara kalium yang terkandung cukup besar (150 mg/g). serta senyawa – senyawa lain yang bersifat mudah larut dalam air. Selain itu pupuk organik cair kulit pisang mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologis tanah sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan pertumbuhan serta produksi tanaman. Musnamar (2003) menyatakan tanaman yang mendapatkan kalium cukup akan tumbuh lebih cepat karena kalium dapat memelihara tekana turgor sel secara konstan. Tekanan turgor sel yang konstan dapat memacu pembesaran sel-sel yang menyusun jaringan maristem, sehingga dapat mengasilkan tanaman yang tahan rebah. ( Novrizan 2002), kalium juga berperan membantu proses membuka dan menutupnya stomata, memperluas pertumbuhan akar, memperkuat tubuh tanaman seperti daun, bunga, dan buah tidak rontok. Menurut Sutedjo (2010), bila ketersedian kalium cukup di dalam tanah akan merangsang pertumbuhan akar, pertumbuhan akar yang baik akan membuat penyerapan unsur hara yang lebih banyak sehingga dapat digunakan dalam proses metabolisme yaitu meningktkan laju fotosintesis dan translokasi fotosintat Kuswandi (1993), menyatakan unsur hara kalium sangat berpengaruh dalam proses fotosintesis, pembelahan sel, pembentuk protein serta memperkuat jaringan penyokong pada tanaman. kalium juga mampu mempercepat pembentukan zat karbohidrat dalam tanaman. Sutedjo (2010), menyatakan bahwa laju fotosintesis tanaman yang tinggi akan berdampak untuk membentuk sel-sel tanaman baik fase vegetative maupun fase generative sehingga dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas tanaman. Dwidjoseputro (1987), menyatakan unsur N, P, K serta unsur hara
lainnya yang dibutuhkan tanaman dalam keadaan cukup, maka akan meningkatkan kandungan protein dan karbohidrat sehingga berpengaruh terhadap peningkatan produksi tanaman. Pemberian konsentrasi pupuk organik cair kulit pisang 2,0 ml/l berdasarkan tabel 3 dan 7 berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang primer dan hasil perhektar. Hal ini disebabkan pupuk organik cair kulit pisang 2,0 ml/l mampu menyediakan unsur hara yang mendukung laju fotosintesis tanaman juga meningkatkan pertumbuhan cabang primer yang berkorelasi dengan peningkatan jumlah polong pertanaman dan jumlah polong berisi pertanaman sehingga hal ini akan meningkatkan hasil perhektar tanaman. Lingga dan Marsono (2013) menyatakan, unsur hara yang diberikan ke tanaman dalam keadaan cukup dan sesuai, akan meningkatkan produksi tanaman, memacu pembelahan dan pembentukan sel, serta perkembangan jaringan meristem yang menyebabkan produksi tanaman. Dwidjoseputro (1993) menyatakan, untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman dibutuhkan unsur hara makro maupun mikro dan apabila tidak terpenuhi maka akan menghambat pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai dan pemberian konsentrasi 2,5 ml/l, memberikan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang primer dan hasil perhektar jika dibandingkan dengan pemberian konsentrasi 2,0 ml/l, hal ini disebabkan tidak seimbang unsur hara mikro yang terkandung pada pupuk organik cair kulit buah pisang 2,5 ml/l menyebabkan berkurangnya daya serap tanaman terhadap unsur hara lainnya. Sarwono (1987) menyatakan, unsur hara mikro dibutuhkan dalam jumlah relatif kecil, apabila diberikan dalam jumlah besar maka akan mengurangi daya serap unsur hara lain, sehingga menghambat pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman kedelai. Agustina (1992) menyatakan bahwa, fungsi unsur hara makro dan mikro samasama dibutuhkan dalam setiap aktifitas pertumbuhan tanaman sehingga apabila salah satu unsur hara tersebut dalam jumlah terbatas, maka akan mengurangi aktifitas didalam tubuh tanaman. Dwidjoseputro
(1983) menyatakan, aktivitas dalam tubuh tanaman yaitu penyusunan klorofil, pembentukan protein dan karbohidrat, penyusunan inti sel, lemak, meningkatkan jaringan meristematik, meningkatkan sistim enzim dan berbagai proses lainnya ditubuh tanaman. Pemberian konsentrasi pupuk organik cair kulit pisang 2,0 ml/l berdasarkan tabel 4 dan 5 berpengaruh nyata terhadap jumlah polong pertanaman dan jumlah polong berisi pertanaman, Hal ini disebabkan pemberian konsentrasi pupuk organik cair kulit pisang 2,0 ml/l mampu menyediakan unsur hara yang dapat mendukung proses fotosintesis tanaman sehingga meningkatkan tranlokasi fotosintat keorgan tanaman lainnya mencapai maksimal, dan terjadi peningkatan laju fotosintesis yang cukup terutama dalam pembentukan polong dan biji. Sutedjo (2010), menyatakan unsur hara yang diberikan ke tanaman dalam keadaan cukup dan sesuai akan mendukung lajunya fotosintesis tanaman dan fotosintat yang dihasilkan ditranlokasikan ke organ tanaman lainnya sehingga dapat mendukung pertumbuhan sel-sel pada organ tanaman dan pada ahirnya mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman. Novrizan (2002) menyatakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman dibutuhkan unsur hara makro maupun mikro dan apabila tidak terpenuhi maka akan menghambat pertumbuhan dan hasil. KESIMPULAN Pemberian beberapa konsentrasi pupuk organik cair kulit buah pisang berpengaruh terhadap variabel tinggi tanaman, jumlah cabang primer, jumlah polong pertanaman, jumlah polong berisi per tanaman, berat100 biji kering per petak panen dan hasil perhektar. Pemberian beberapa konsentrasi pupuk organik cair kulit buah pisang 2,0 ml/l mendapatkan hasil kedelai tertinggi yaitu sebanyak 2,11 ton/ha. DAFTAR PUSTAKA AAK. 1989. Kedelai. Kanisius. Yokyakarta. ____. 1991. Kedelai. Kanisius. Yokyakarta.
Adisarwanto. T. 2008. Budidaya Kedelai Tropika. Penebar Swadaya. Jakarta. -----------. 2009. Budidaya Kedelai Dengan Pemupukan yang Efektif, Pengoptimalan Bintil Akar. Penebar Swadaya. Jakarta. Adisarwanto. T. 2014. Budidaya Kedelai Tropika. Penebar Swadaya. Jakarta. Alex S. 2013. Sukses Mengolah Sampah Organik Menjadi Pupuk Organik, Pustaka Baru Press. Yokyakarta. Anonim. 2011. Pengaruh Dosis Pupuk Kalium Terhadap Pertumbuhan Ubi Rambat, diunduh pada 19 September 2014. Agustina. L, 2004. Nutrisi tanaman. Rhineka Cipta. Jakarta. Di akses tanggal 15 Juni 2012. Badan Pusat Statistik. 2013. Batang Hari Dalam Angka. Batang Hari Badan Pusat Statistik. 2014. Jambi Dalam Angka. Jambi. Damanik, B. M. M., dkk 2011. Kesuburan Tanah dan pemupukan . Medan. USU Press. Dwidjoseputro. D. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit Gramedia. Jakarta. Hadisuwito S. 2011. Menbuat pupuk kompos Cair. Agro Media Pustaka. Jakarta. Kuswandi. 1993. Pengapuran Tanah Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta. Marsono & Lingga P. 2013. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta Musnamar. I.E. 2003.Pupuk Organik, Cair dan Padat, Pembuatan dan Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta Novrizan. 2002. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia. Jakarta Purwono dan Purnamawati H. 2013. Budidaya 8 Jenis Tanaman Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. Safitri M. 2015. Pengaruh Pupuk Organi Cair Kulit Buah Pisang Kepok Terhadap Pertumbuhan Kangkung Darat. Soeprapto. 1993. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta. Sutedjo. M. 2010. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta Susetya D. 2013. Panduan Lengkap Membuat Pupuk Organik. Pustaka Baru Press. Yogyakarta. Suwahyono. 2011. Petunjuk Praktis Pupuk Organik Secara Efektif Dan Efisien. Penebar Swadaya. Jakarta.