ISSN: 2302-6472
Vol 1 No.2 April-Juni 2012
PENGARUH PEMANGKASAN TUNAS APIKAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max(L).Merril) Effect of Apical Bud Prunning on the Growth and Yield of Soybean (Glycine max(L).Merril) Lecturer at Agriculture Faculty, Jambi University Mandalo Darat, Jambi Esrita email :
[email protected]
ABSTRACT Apical bud prunning is one of the ways to improved growth and yield of soybean. This experiment aime is to reveal the effect of internode spacing of apical bud prunning that could be the best to increasing soybean yield and growth. This research was conducted in Randomized block design, with one factor and five replication, there are, PO: no apical bud prunning, P1: apical bud prunning with inter node spacing 10 %, P2: apical bud prunning with internode spacing 20 %, P3: apical bud prunning with internode spacing 30 %. The result showes that soybean apical bud prunning increasing significantly soybean yoeld, and growth parameter, eg. plant height, number of main branches and number of main node. Key word : internode, apical, bud, prunning.
PENDAHULUAN Produksi kedelai di Provinsi Jambi pada Tahun 2009 mencapai 9.132 ton biji kering, sedangkan di tingkat nasional Tahun 2009 sebesar 966,47 ribu ton kering. Produksi kedelai nasional mengalami meningkat sejak Tahun 2007. Trend ini diperkirakan karena naiknya luas panen yakni 137,24 ribu ha (23,22 %) dan peningkatan produktivitas sebesar 0,14 kuintal/ ha (1,07%) (Departemen Pertanian, 2010). Ada beberapa tekhnologi yang terbukti mampu meningkatkan hasil panen, baik secarakualitas maupun kuantitas. Salah satu usaha tersebut adalah pemangkasan (Adisarwanto dan Wudianto, 2002). Pada tanaman legum, kapasitas penyimpanan hasil fotosintat sangat ditentukan oleh respon tanaman terhadap lingkungan untuk proses pengisian biji. Berbagai perbaikan tanaman untuk memperbaiki respon dan karakteristik vegetatif tanaman sangat bervariasi dan tidak selalu berbanding lurus dengan produktivitas biji. Stres lingkungan Program Studi Agroekoteknologi , Fakultas Pertanian Universitas Jambi
125
Vol 1 No.2 April-Juni 2012
ISSN: 2302-6472
mempengaruhi pembentukan biji kering pada beberapa fase perkembangan tanaman dan jaringan yang berkaitan dengan saat episode stres tersebut. Stres tanaman menjelang dan saat proses pembungaan sangat menentukan produksi biji kering. Penurunan intersepsi cahaya sebesar 22% pada saat akhir vegetatif hingga awal reproduktif menekan hasil biji sebesar 23% (Singer, 2001). Sebaliknya dengan penambahan cahaya sebesar 25% mulai akhir vegetatif dapat meningkatkan hasil sebesar 144 - 252% (Matthew dkk., 2000). Kualitas cahaya lebih banyak ditentukan oleh rasio antara cahaya merah (R) dengan merah jauh (FR) dan radiasi cahaya biru yang dalam hal ini mempengaruhi proses pemanjangan batang (Board, 2000). Pada saat cahaya matahari masuk ke kawasan kanopi daun, bukan hanya kekuatan cahayanya berkurang, melainkan juga terjadi perubahan rasio R/FR. Pada keadaan terakhir cahaya merah (R) akan lebih banyak diserap dari pada merah jauh (FR). Cahaya R/FR bebas dan intensitas cahaya biru yang sangat rendah dengan nilai hanya 6.3 W m-2 atau 0.01 cal/cm2/menit sudah mampu merangsang proses pemanjangan batang pada tanaman kedelai (Wheeler dkk., 1991). Demikian juga dengan peningkatan kandungan CO2 di udara akan sangat menentukan peningkatan hasil (Purcell dkk., 2002). Penambahan cahaya dapat menentukan hasil pada saat fase pengisian polong setelah melewati fase pembungaan (Mathew DKK., 2000). Penambahan cahaya tanpa penambahan fotoperiodisme sebesar 25% mulai awal masa reproduktif dapat menaikkan produksi kedelai 32 - 115 %, dan juga menambah jumlah polong per tanaman serta index biji bila penambahan cahaya dimulai pada akhir fase vegetatif. Penaungan kedelai pada taraf 20 - 49% menyebabkan pemanjangan internod dan kerebahan tanaman (Ephrath dkk., 1993). Hal lain yang dapat menghambat pembentukan bunga pada tanaman kedelai adalah jumlah daun dewasa yang semakin besar. Pengaruh negatif terhadap pembungaan pada suatu fotoperiodisitas yang kontinu dapat dikurangi atau ditekan dengan jalan merompes seluruh daun dewasa, sehingga proses pembungaan dapat berlangsung (Cober dan Curtis, 2003). Kontrol genetik terhadap penundaan pembungaan dan pematangan biji pada yang dipengaruhi berbagai tingkat penambahan fotoperiodisitas telah diidentifikasi (Cober dan Voldeng, 2001). Selanjutnya dinyatakan bahwa masa pembungaan kedelai dapat lebih lama berlangsung dari keadaan normal dari 22 hari menjadi 83 hari. Hormon pengatur pembungaan (penghambat dan perangsang proses pembungaan) diproduksi di daun, daun yang sedang berkembang dan pada tunas-tunas batang. Batas kritis fotoperiodisitas tanaman kedelai yang pada dasarnya adalah tanaman hari pendek adalah 13.5 jam per hari (Cober dkk., 2003). Penambahan fotoperiodisitas hanya akan menunda masa pembungaan (Zhang dkk., 2001) Pemangkasan merupakan penghilangan bagian tanaman (Cabang, pucuk atau daun) untuk menghindari arah pertumbuhan yang tidak di inginkan. Pemangkasan dilakukan untuk mengurangi pertumbuhan vegetatif (Cabang) dan meningkatnya pertumbuhan generatif (buah) dan memperbanyak penerimaan cahaya matahari merupakan salah satu cara untuk memperbesar buah dan meningkatkan bobot perbuah, pemangkasan dilakukan untuk mengurangi Program Studi Agroekoteknologi , Fakultas Pertanian Universitas Jambi
126
ISSN: 2302-6472
Vol 1 No.2 April-Juni 2012
pertumbuhan vegetatif (daun/cabang) dan meningkatkan pertumbuhan generatif (buah), memperbanyak penerimaan cahaya matahari, menurunkan tingkat kelembaban di sekitar tanaman, menghambat pertumbuhan yang tinggi agar mudah pemeliharaannya dan untuk menaikkan kualitas buah (Cahyono, 1996). Menurut Utami dalam Fabiola (2004), pemangkasan pucuk pada tanaman kacang tanah dapat meningkatkan jumlah biji dan buah. Hasil penelitian Hestutiasih dalam Fabiola (2004), juga memperlihatkan bahwa pemangkasan dengan meninggalkan batang utama dapat mempertinggi persentase terbentuknya buah, bobot buah total per tanaman dan bobot buah pada tanaman tomat. Menurut Wochjar (1984) dalam Gernawi 1996, pada dasarnya pemangkasan bertujuan mengatur pertumbuhan vegetatif ke arah generatif. Dengan kata lain mengatur tanaman agar hanya menghasilkan cabang-cabang yang produktif. Kemudian Soeseno (1984, dalam Gernawi 1996) menyatakan apabila pemangkasan dilakukan maka fotosintat akan digunakan untuk memperbesar buah.
BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Mendalo Darat, dengan ketinggian tempat ± 35 m dpl, selama 4 bulan yaitu dari bulan Agustus - Novemberb2011. Bahan yang digunakan benih kedelai varietas Rajabasa, pupuk kandang ayam, pupuk Urea, TSP, KCL, Air, Dhitane M-45 dan Decis.Alat yang digunakan adalah cangkul, gunting, gembor, garu, parang, timbangan Analitik tipe Scout Pro dan Grain moisture tester tipe PM-600. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor yaitu perlakuan berbagai pemangkasan tunas apikal dengan 4 taraf perlakuan dan 5 ulangan, yaitu ; PO P1 P2 P3
: Tanpa pemangkasan, : Pemangkasan tunas dengan ruas 10 % : Pemangkasan tunas dengan ruas 20 % :bPemangkasan tunas dengan ruas 30 %,
Berdasarkan jumlah perlakuan dan ulangan maka terdapat 20 unit percobaan. Ukuran petakan percobaan 2 m x 3 m, jarak petak dalam ulangan 50 cm dan jarak petak antar ulangan 75 cm, dengan jarak tanam 40 x 20 cm. Banyaknya tanaman sampel tiap petak percobaan adalah 6 tanaman secara acak. Penanaman menggunakan tugal sedalam kira-kira 3 cm dengan 3 benih. Penjarangan dilakukan dua minggu setelah tanam dengan meninggalkan dua tanaman tiap lubang yang pertumbuhannya baik. Pemupukan dilakukan dengan pupuk SP-36 100kg/ha, pupuk KCL 100 kg/ha dan Urea 50 kg/ha saat tanam dan pada saat memasuki fase generatif. Pupuk kandang diberikan satu minggu sebelum tanam yaitu sebanyak 10 ton/ha. Program Studi Agroekoteknologi , Fakultas Pertanian Universitas Jambi
127
ISSN: 2302-6472
Vol 1 No.2 April-Juni 2012
Pemangkasan tunas dilakukan pada saat tanaman memasuki fase generatif yang ditandai munculnya bunga pertama. umur 35 hari setelah tanam. Pemangkasan dilakukan satu kali untuk semua ulangan. Pemangkasan dilakukan sesuai dengan perlakuan. Panen tanaman kedelai dilakukan apabila telah memasuki kriteria panen Variabel yang diamati meliputi : tinggi tanaman. jumlah cabang utama, jumlah buku pada tanaman, jumlah buku subur tanaman, jumlah polong pertanaman jumlah polong berisi per tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot 100 biji Analisis Data menggunakan sidik ragam dan untuk membandingkan setiap perlakuan digunakan uji jarak berganda BNT dengan taraf = 5 %. HASIL DAN PEMBAHASAN
Variabel Pertumbuhan Hasil analsis sidik ragam terhadap variabel pertumbuhan (rata-rata tinggi, tinggi tanaman. jumlah cabang utama, jumlah buku, jumlah buku subur tanaman terdapat pengaruh yang nyata antar perlakuan pemangkasan tunas. disajikan pada Tabel 1.. Tabel 1. Rata-rata tinggi. jumlah cabang utama, jumlah buku, jumlah buku subur tanaman pertanaman kedelai akibat pengaruh pemangkasan tunas Pemangkasan Tunas % 0
60.732 a
Jumlah Cabang Utama 1.668 c
Jumlah Buku 14.07 a
Jumlah Buku Subur 4.668 a
10
50.532 b
2.268 b
12.134 b
3.068 b
20
39.266 c
2.466 b
10.934 c
3.066 b
30
35.066 d
3.734 a
10.066 c
3.264 b
Tinggi Tanaman
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf nyata 5% menurut uji BNT
Jumlah Polong per Tanaman Hasil analisis sidik ragam terhadap jumlah polong per tanaman, jumlah polong berisi, jumlah biji per tanaman, bobot 100 biji dapat dilihat pada Tabel 2..
Tabel 2. Rata-rata jumlah polong per tanaman jumlah polong berisi, jumlah biji per tanaman, bobot 100 biji kedelai akibat pengaruh pemangkasan tunas Program Studi Agroekoteknologi , Fakultas Pertanian Universitas Jambi
128
ISSN: 2302-6472
Vol 1 No.2 April-Juni 2012
Pemangkasan Tunas ( %) 0 10 20 30
Jumlah Polong 42.334 21.266 25.668 35.866
a b b ab
Jumlah Polong Berisi 37.268 a 17.200 b 22.536 ab 32.468 a
Jumlah Biji 106.198 a 47.534 b 63.268 ab 91.866 a
Bobot 100 Biji 20.28 a 18.58 b 18.82 ab 19.36 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf nyata 5% menurut uji BNT
Tabel 2. menunjukkan bahwa perlakuan pemangkasan tunas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang utama, jumlah buku tanaman, jumlah buku subur, jumlah polong, jumlah polong berisi dan jumlah biji terhadap persentase tanpa pemangkasan pada jumlah total hasil pengamatan. Menurut Edmond dkk. (1995) pemangkasan digunakan untuk mengatur keseimbangan antara sumber (Source) dan pengguna (Sink) agar produksi yang di hasilkan dapat dikendalikan sesuai dengan tujuan. Pada jumlah cabang utama terdapat perbedaan pada setiap persentase perlakuan kecuali pada perlakuan pemangkasan 10% dan pemangkasan 20% yang tidak terjadi perbedaan jumlah cabang pertanaman. Pada jumlah buku tanaman pengaruh pemangkasan terjadi pada setiap perlakuan pemangkasan di bandingkan dengan persentase tanaman yang tanpa pemangkasan tetapi pada pemangkasan 30% tidak berbeda nyata dengan pemangkasan 20%. Secara umum pemangkasan yang tepat pada tanaman dapat meningkatkan hasil 30 % lebih tinggi dibandingkan hasil, ukuran, bentuk/kualitas bunga dan buah (Edmond, dkk. 1995). Pada jumlah buku subur pengaruh pemangkasan tunas terjadi pada setiap perlakuan pemangkasan dibandingkan dengan persentase tanpa pemangkasan, tetapi pada perlakuan pemangkasan 10%, pemangkasan 20% dan pemangkasan 30% tidak ada pengaruh nyata dari perlakuan tersebut. Pada jumlah polong perlakuan pemangkasan berpengaruh pada perlakuan pemangkasan 20% dan pemangkasan 10% dibandingkan dengan tanpa pemangkasan tetapi pada pemangkasan 30% tidak ada pengaruh pemangkasan dibandingkan dengan tanpa pemangkasan, sedang pada pemangkasan 10%, pemangkasan 20% dan pemangkasan 30% tidak berpengaruh nyata pada perlakuan pemangkasan. Pemangkasan dilakukan agar sinar matahari leluasa menyinari bagian tanaman, sehingga daun akan lebih baik dan produktif dalam menghasilkan karbohidrat, keadaan ini menguntungkan tanaman karena dapat mengurangi gangguan hama dan penyakit. Pada jumlah polong berisi tanaman pengaruh perlakuan pemangkasan terjadi pada pemangkasan 10% saja, sedangkan pada pemangkasan 30% dan pemangkasan 20% tidak berpengaruh nyata dibandingkan perlakuan tanpa pemangkasan, dan pada perlakuan pemangkasan 10% tidak berpengaruh nyata dibandingkan pemangkasan 20%. Pada jumlah biji pengaruh perlakuan Program Studi Agroekoteknologi , Fakultas Pertanian Universitas Jambi
129
Vol 1 No.2 April-Juni 2012
ISSN: 2302-6472
pemangkasan sama dengan pada jumlah polong berisi tanaman. Pada jumlah bobot 100 biji pengaruh perlakuan pemangkasan juga sama dengan variabel jumlah polong dan jumlah biji. Dengan adanya pemangkasan terjadi penambahan cahaya sebesar 25% mulai akhir vegetatif dapat meningkatkan hasil sebesar 144 252% (Matthew dkk., 2000). Pemangkasan tunas ini terdapat pengaruh pada setiap variabel yang diamati, pada variabel tinggi tanaman menunjukkan adanya pengaruh pemangkasan tunas hal ini membuktikan bahwa semakin besar pemangkasan tunas maka akan memperlambat tinggi tanaman tersebut dikarenakan beberapa hal salah satunya adalah hilangnya tunas apikal sebagai pusat pertumbuhan tinggi tanaman, tinggi tanaman masih dapat terjadi tetapi hanya pada pemanjangan ruas atau buku tanaman tersebut. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh berbagai macam faktor , antara lain adalah Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) pada tanaman (plant regulator). Contoh zat pengatur tumbuh itu antara lain adalah auksin. Auksin dibentuk di koleoptil atau ujung batang dan akar yang berfungsi pada pemanjangan tunas apikal (tunas pertama yang tumbuh cepat), akibat dari dominansi apikal, yaitu terhambatnya pertumbuhan tunas lateral (tunas ketiak daun). Untuk itu pemangkasan tunas apikal perlu dilakukan agar tunas lateral dapat tumbuh. Pada variabel jumlah cabang utama pada tanaman menunjukkan pengaruh penambahan jumlah cabang setelah dilakukan pemangkasan pada tunas tanaman tersebut. Hal ini dikarenakan pertumbuhan tunas lateral menimbulkan terbentuknya cabang batang yang cukup banyak pada ketiak batang utama. Di lain pihak pemangkasan pucuk batang menyebabkan pertumbuhan tunas apikal terhambat sehingga tanaman tidak terlalu tinggi dan mempunyai cabang yang banyak pada tanaman tersebut. Pada perlakuan ini menunjukkan semakin besar pemangkasan maka akan semakin meningkatkan jumlah cabang utama tanaman tersebut, hal ini dapat dilihat pada pemangkasan 30% menunjukkan jumlah cabang utama terbaik. Tetapi pada perlakuan ini jumlah cabang utama tidak mempengaruhi peningkatan produksi tanaman tersebut. Jumlah cabang merupakan salah satu karakter penunjang produksi biji karena berpengaruh terhadap jumlah buku subur, jumlah buku total, jumlah polong isi, jumlah polong per tanaman dan jumlah biji. Jumlah cabang pada tanaman kedelai mempengaruhi jumlah polongnya, karena cabang yang banyak mempunyai jumlah buku yang banyak, dan masing-masing buku dapat menghasilkan bunga yang pada akhirnya dapat membentuk polong. Jumlah cabang dipengaruhi oleh banyaknya fotosintat yang dihasilkan oleh daun-daun dan organ-organ yang membutuhkan karbohidrat untuk pertumbuhan dan respirasinya Pada variabel jumlah buku tanaman perlakuan pemangkasan tunas berpengaruh nyata terhadap jumlah total buku tanaman tersebut, hal ini dikarenakan berkurangnya jumlah buku pada setiap persentase pemangkasan yang dilakukan. Sedangkan pada variabel jumlah buku subur tanaman penurunan Program Studi Agroekoteknologi , Fakultas Pertanian Universitas Jambi
130
Vol 1 No.2 April-Juni 2012
ISSN: 2302-6472
jumlah buku subur terjadi pada perlakuan pemangkasan ini dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemangkasan. Terdapat pengaruh nyata antar perlakuan pemangkasan tunas terhadap variabel jumlah polong total pertanaman, jumlah polong berisi pertanaman, dan jumlah biji pertanaman hal ini disebabkan berbedanya jumlah buku dan cabang tanaman setiap perlakuan. Pada variabel ini menunjukkan hasil terbaik pemangkasan dapat dilihat pada persentase pemangkasan 30% dan tanpa pemangkasan. Hasil penelitian terhadap variable bobot 100 biji pertanaman menunjukkan bahwa pemangkasan tunas terbaik didapat pada perlakuan tanpa pemangkasan, ini menunjukkan pemangkasan tunas tidak dapat menaikkan hasil produksi tanaman tersebut. Hal tersebut karena jika pemangkasan daun yang berlebihan akan mengganggu hasil tanaman karena pengurangan daun yang berlebihan akan mengganggu proses fotosintesis, karena akan semakin banyak klorofil yang hilang. Penurunan total daun ini menyebabkan produksi fotosintat berkurang, kemudian mengakibatkan suplai fotosintat yang tidak cukup yang pada akhirnyaakumulasi dalam biji menjadi berkurang dan berpengaruh pada rendahnya bobot biji pertanaman. Hasil penelitian terhadap hasil menunjukkan bahwa perlakuan tanpa pemangkasan dan pemangkasan 30% menunjukkan hasil terbaik yang mampu meningkatkan hasil tanaman. Hasil produksi pada tanaman kedelai dipengaruhi beberapa faktor selain faktor internal tanaman tersebut di pengaruhi juga oleh faktor lingkungan dari tanaman itu sendiri. Faktor internal tersebut adalah hormon yang meliputi hormon auksin, giberelin, asam traumalin, kalin, asam absisat dan gas etilen. Sedangkan faktor lingkungan yaitu unsur hara, air, suhu, kelembapan dan cahaya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemangkasan tunas apikal tidak dapat meningkatkan hasil tanaman kedelai, tetapi pada pertumbuhan tanaman dapat dilihat pemangkasan tunas dapat meningkatkan jumlah cabang utama tetapi tidak pada tinggi tanaman, jumlah buku dan buku subur tanaman. Pada tinggi tanaman pemangkasan tunas apikal akan mengalami penurunan tinggi tanaman ini dikarenakan pemangkasan menyebabkan hilangnya tunas apikal sebagai pusat pertumbuhan tinggi tanaman, tinggi tanaman hanya terjadi pada pemanjangan buku pada tanaman tersebut. Pada jumlah buku tanaman terjadi perbedaan jumlah buku tanaman disebabkan karena pengaruh pemangkasan yang dilakukan pada jumlah buku tanaman tersebut, karena pemangkasan tunas dilakukan berdasarkan jumlah buku tanaman tersebut. Sedangkan pada jumlah buku subur tanaman pengaruh pemangkasan tidak terjadi pada setiap perlakuan tanaman. Pada pengamatan hasil tanaman kedelai terhadap pemangkasan tunas apikal, pengaruh pemangkasan tunas apikal tidak dapat meningkatkan hasil tanaman tersebut.
Program Studi Agroekoteknologi , Fakultas Pertanian Universitas Jambi
131
ISSN: 2302-6472
Vol 1 No.2 April-Juni 2012
KESIMPULAN
1. Pemangkasan tunas apikal pada beberapa taraf memberikan pengaruh yang nyata terhadap variabel pertumbuhan yaitu berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang utama, jumlah buku tanaman, jumlah buku subur tanaman kedelai 2. Pemangkasan tunas apikal pada beberapa taraf memberikan pengaruh yang nyata terhadap tidak berpengaruh terhadap hasil tanaman kedelai. 3. Perlakuan tanpa pemangkasan memberikan pertumbuhan dan hasil terbaik pada tanaman kedelai. DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto, T dan Wudianto, R. 2002. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di Lahan Sawah – Kering – Pasang Surut. Penebar Swadaya. Jakarta. Board, J. 2000. Light interception efficiency and light quality affect yield compensation of soybean at low plant populations. Crop Sci. 40:1285-1294. Cober E.R., H.D. Voldeng 2001. A new soybean maturity and photoperiodsensitivity Locus linked to E1 and T. Crop Sci. 41:698-701. Dinas Pertanian Provinsi Jambi. Hortikultura. Jambi.
2010. Data Pertanian Tanaman Pangan dan
Edmond, J.B., T.L Seen and F.S. Andrew. 1975. Fundamental of Horticulture. Mc Graw Hill Book Co. New York. Ephrath J.E., R.F. Wang, K. Terashima, J.D. Hesketh, M.G. Huck, J.W. Hummel. 1993. Shading effects on soybean and corn. Biotronics 22:15-24. Fabiola, F. 2004. Pengaruh Pemangkasan terhadap pertumbuhan dan hasil tomat Cherry (Lycopersicum cerasiforme). Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Jambi. Gernawi, Y. 1996. Hasil Tanaman Melon (Cucumis melo L) pada berbagai takaran pupuk NPK dan pemangkasan. Laporan Penelitian. Balai Penelitian Universitas Jambi. Jambi. Mathew, J.P., S.J. Herbert, S. Zhang, A.A.F. Rautenkranz, G.V. Litchfield. 2000. Differential response of soybean yield components to the timing of light enrichment. Agron. J. 92:1156-1161.
Program Studi Agroekoteknologi , Fakultas Pertanian Universitas Jambi
132
Vol 1 No.2 April-Juni 2012
ISSN: 2302-6472
Mitchell, R.A.C., C.L. Gibbard, V.J. Mitchell, D.W. Lawlor. 1996. Effects of shading in different developmental phases on biomass and grain yield of winter wheat at ambient and elevated CO2. Plant Cell Environ. 19:615–621.
Purcell, L.C., R.A. Ball, J.D. Reaper, E.D. Vories. 2002. Radiation use efficiency and biomass production in soybean at different plant population densities. Crop Sci. 42:172-177. Singer, J.W. 2001. Soybean light interception and yield response to row spacing and biomass removal. Crop Sci. 41:424-429. Wheeler, R.M., C.L. Mackowiak, J.C. Sager. 1991. Soybean stem growth under high-pressure sodium with supplemental blue lighting. Agron. J. 83:903– 906. Zhang L., R. Wang, J. D. Hesketh. 2001. Effects of photoperiod on growth and development of soybean floral bud in different maturity. Agron. J. 93:944948.
Program Studi Agroekoteknologi , Fakultas Pertanian Universitas Jambi
133