PENGARUH PEMELIHARAAN MESIN TERHADAP KUALITAS PRODUK PADA PERUSAHAAN HARYATI BORDIR TASIKMALAYA Oleh : ADI FIRMANSYAH 103402204 Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Tasikmalaya Jalan Siliwangi No.24 Tasikmalaya – Jawa Barat, Email :
[email protected] ABSTRAK Di Bawah Bimbingan: Lucky Radi Rinandiyana Dian Kurniawan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas produk Haryati Bordir yaitu melalui pemeliharaan berkala dan pemeliharaan perbaikan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kausalitas. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan studi pustaka. Data yang berupa laporan keuangan dari perusahaan Haryati Bordir. Teknik analisis data menggunakan analisis jalur. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pemeliharaan berkala dan pemeliharaan perbaikan secara parsial berpengaruh terhadap kualitas produk pada Haryati Bordir. Secara simultan pemeliharaan berkala dan pemeliharaan perbaikan juga berpengaruh signifikan terhadap kualitas produk pada Haryati Bordir
Kata Kunci: pemeliharaan berkala, pemeliharaan perbaikan, kualitas produk.
ABSTRACT Under the Guidance: Lucky Radi Rinandiyana Dian Kurniawan The objective of this research is know and analyze the factors that affect Haryati Bordir product quality through preventive maintenance, and breakdown maintenance. The research methode used was causality method. Techniques of data collection using interviews and literature study. The data used are the finacial statement. Data analysis techniques using path analysis. Based on the research results show that product preventive maintenance and breakdown maintenance had partial effect to Haryati Bordir product quality. Simultaneously preventive maintenance and breakdown maintenance also have a significant effect to Haryati Bordir product quality.
Keywords: preventive maintenance,breakdown maintenance, product quality
PENDAHULUAN
Persaingan dalam dunia bisnis dewasa ini berkembang sangat pesat. Banyak perusahaan mengalami persaingan yang sengit dalam menjalankan kegiatan usahanya, hal tersebut terjadi untuk mendapatkan posisi dalam persaingan. Tentunya ketika perusahaan unggul dalam persaingan, akan berdampak pada peningkatan jumlah konsumen dan laba operasi perusahaan pun akan meningkat. Namun dalam menciptakan peningkatan tersebut perusahaan harus mampu meningkatkan nilai dari produk yang dihasilkan. Dalam rangka peningkatan nilai suatu produk tentunya harus diimbangi dengan perbaikan kualitas yang dilakukan oleh perusahaan. Pada saat ini ada kalanya konsumen tidak lagi memperdulikan masalah harga suatu produk selama kualitas yang dihasilkan bermutu baik dan mampu menciptakan kepuasan pada diri konsumen. Oleh karena itu perusahaan harus mampu berfikir keras bagaimana caranya agar perusahaan mampu menciptakan produk yang berkualitas baik. Menurut Suyadi Prawirosentoso (2007 : 5), kualitas produk adalah keadaan fisik, fungsi, dan sifat suatu produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai dengan nilai uang yang telah
dikeluarkan. Sehingga jelas bahwa kualitas produk harus mampu memenuhi kebutuhan konsumen. Dan tentunya kualitas produksi yang baik akan dihasilkan dari proses produksi yang baik dan sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan oleh perusahaan berdasarkan kebutuhan pasar. Dalam menciptakan suatu produk, perusahaan tentunya tidak akan lepas dari proses produksi. Produk yang berkualitas dihasilkan dengan proses produksi yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Proses produksi merupakan cara, metode dan teknis dalam menciptakan atau menambah kegunaan barang dengan menggunakan sumber-sumber produksi (tenaga kerja, mesin, bahanbahan, dana). Empat macam komponen sumber produksi tersebut saling terkait dan mempunyai kontribusi pada proses produksi. Proses produksi dapat berjalan lancar apabila bahan baku tersedia secara cukup dan tersedianya tenaga kerja yang terampil serta mesin yang siap dioperasikan. Sebagai salah satu faktor produksi, mesin perlu dipelihara dengan baik dan dirawat secara rutin supaya terhindar dari berbagai kerusakan yang dapat mempengaruhi kualitas produk. Mesin merupakan salah satu faktor produksi yang dapat menentukan kelancaran suatu proses operasi. Agar proses operasi berjalan secara efisien maka mesin yang membantu dalam proses operasional haruslah dapat tetap digunakan dengan baik. Dalam usaha untuk dapat mempergunakan terus peralatan atau fasilitas tersebut agar kontinuitas operasi tetap terjamin, maka dibutuhkan pemeliharaan (maintenance). Menurut Sofyan Assauri (2008:133) mengatakan Maintenance adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas atau peralatan produksi/operasi dan mengadakan perbaikan atau penyesuian atau penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai apa yang direncanakan. Haryati Bordir Tasikmalaya adalah perusahaan yang berjalan dibidang fashion muslim, yang seluruh kegiatanya ditujukan untuk mencapai keuntungan melalui produk yang dihasilkannya. Perusahaan ini memproduksi berbagai macam pakaian bordir muslim baik pria maupun wanita seperti gamis dan baju koko. Dalam proses produksinya, Haryati Bordir Tasikmalaya ini sudah menggunakan teknologi modern (mesin). Penggunaan mesin-mesin yang modern
memang sangat membantu untuk efektivitas dan efisiensi operasi, tetapi dalam penggunaan mesin-mesin tersebut menimbulkan suatu permasalahan baru yaitu bila terjadi kerusakan maka akan menghambat proses operasi perusahaan. Sering kali hasil produksinya ditemukan ketidaksesuaian antara produk yang dihasilkan dengan yang diharapkan, dimana kualitas produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar, atau dengan kata lain produk yang dihasilkan mengalami kerusakan/produk cacat. Hal tersebut disebabkan berbagai faktor, baik dari yang berasal dari bahan baku, tenaga kerja maupun kinerja mesin yang digunakan dalam proses produksi tersebut. Seperti halnya perusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya yang sebagian besar proses produksinya menggunakan mesin maka perbaikan mesin (maintenance) ini harus dilakukan agar proses produksi tetap berjalan dengan lancar dan menghasilkan kualitas produk yang sesuai dengan standar perusahaan. Dengan dilakukannya kegiatan pemeliharaan oleh perusahaan, tentunya Haryati Bordir Tasikmalaya akan mampu menciptakan suatu produk dengan kualitas yang lebih baik. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai bagaimana pengaruh pemeliharaan mesin terhadap kualitas produk pada perusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya. Maka dari itu, hasil penelitian tersebut akan dituangkan dalam skripsi dengan judul “Pengaruh Pemeliharaan Mesin Terhadap Kualitas Produk pada Haryati Bordir Tasikmalaya”.
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah survey, menurut Gima Sugima (2008:135): “Penelitian dengan cara mengajukan pernyataan kepada orang – orang atau subjek dan merekam jawaban tersebut untuk kemudian dianalisis secara kritis”. Operasionalisasi Variabel Agar penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu dipahami sebagai unsur-unsur yang menjadi dasar dari suatu penelitian ilmiah yang termuat dalam operasional variabel penelitian.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokan menjadi dua, yaitu : 1. Variabel bebas atau independent (X), yaitu variabel yang mempengaruhi variabel yang tidak bebas. Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pemeliharaan Berkala (X1) dan Pemeliharaan Korektif sebagai (X2). 2. Variabel tidak bebas atau dependent (Y), yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Yang menjadi varibel dependent dalam penelitian ini adalah Produktivita Tabel Operasionalisasi Variabel Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Variabel (1) Pemeliharaan Berkala (X1)
Pemeliharaan Perbaikan (X2)
Kualitas Produk (Variabel Y)
Definisi Variabel Indikator (2) (3) Kegiatan Pemeliharaan dan perawatan secara berkala yang dilakukan Haryati Biaya Bordir Tasikmalaya dengan Pemeliharaan tujuan untuk mencegah Berkala(X1) timbulnya kerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang menyebabkan fasilitas mesin mengalami kerusakan pada waktu dijalankan. BiayaPemeliha Kegiatan pemeliharaan dan raan perawatan yang dilakukan Perbaikan(X2) Haryati Bordir Tasikmalaya setelah terjadinya kerusakan atau kelainan pada fasilitas mesin sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Produk yang dihasilkan sesuai standar perusahaan Jumlah produk dan sedikitnya produk rusak cacat di Haryati Bordir Tasikmalaya
Satuan (4)
Rp.
Skala (5)
Rasio
Rp .
Rasio
Unit .
Rasio
Paradigma Penelitian Untuk lebih menjelaskan pengaruh daya saing dan lingkungan kerja terhadap daya saing operasi, dibuat paradigma sebagai berikut:
Biaya Pemeliharaan Berkala (X1) Kualitas Produk (Y) BiayaPemeliharaan Perbaikan (X2) Gambar 3.3 Paradigma Penelitian Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian ini, kemudian dianalisis dengan menggunakan statistik untuk mengetahui pengaruh pemeliharaan terhadap produktivitas perusahaan. Pengujian Asumsi Klasik Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui kondisi data yang digunakan dalam penelitian.Hal ini dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat. Model analisis regresi linier penelitian ini mensyaratkan uji asumsi terhadap data yang meliputi: Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada model periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi (Ghozali: 2007). Hasil uji autokorelasi dengan bantuan SPSS 19 (Lampiran). Jika 1.65 < DW < 2.35 maka tidak ada autokorelasi (Sulaiman: 2007). Pada hasil uji dapat dilihat di tabel Model Summary pada lampiran bahwa nilai Durbin Watson (DW) adalah 1.701. Dikarenakan 1,65 < 1.701< 2,35 maka dapat disimpulkan bahwa pada data yang digunakan tidak ada autokorelasi.
Uji Multikolinieritas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi korelasi (Ghozali: 2007). Hasil uji multikolinieritas dengan bantuan SPSS 19 (Lampiran). Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dalam model regresi dapat dilihat dari tolerance value atau variance inflation factor (VIF), VIF > 10, berarti terdapat multikolinieritas (Ghozali: 2007). Nilai VIF dari tiap variabel independen kurang dari 10, dalam perhitungan pada penelitian kali ini preventive maintenance (1.099) dan breakdown maintenance (1,099). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinieritas pada variabelvariabel independen yang diteliti. Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastis bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang terjadi homokedastis atau tidak terjadi heterokedastis. Bila terjadi gejala heterokedastis akan menimbulkan akbiat varians koefisien regresi menjadi minimum dan confidence interval melebar sehingga uji signifikansi statistik tidak valid lagi. Heterokedastisitas dapat dideteksi dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZFRED) dengan residualnya (SPREDSID). Deteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SPRESID dan ZFRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residualnya (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studentized. Apabila ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas.Apabila pola tidak jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. (Suliyanto: 2009: 76). Uji Normalis Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah suatu data terdistribusi secara normal atau tidak.Uji normalitas data dilakukan dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data yang sesungguhnya
dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk garis lurus diagonal dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Suliyanto: 2009: 76). Dari table One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh angka probabilitas atau asymp. Sig (2-tailed). Nilai ini dibandingkan dengan 0,05 (dalam kasus ini menggunakan taraf signifikansi atau alpha = 5%) untuk pengambilan keputusan dengan pedoman: Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05. Distribusi data adalah tidak normal. Nilai sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05. Distribusi data adalah normal. Analisis Jalur (Path Analysis) Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel, yang terdiri daridua variabel bebas (independent variable), yaitu Preventive Maintenance (X1), dan Breakdown/Corrective Maintenance (X2).Sedangkan variabel terikat (dependent variable) adalah Produktivitas (Y). Teknik yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis). Tujuan digunakan analisis jalur (path analysis) adalah untuk mengetahui pengaruh seperangkat variabel X (independent variable) terhadap variabel Y, serta untuk mengetahui pengaruh antar variabel X. Dalam analisis jalur ini dapat dilihat pengaruh dari setiap variabel secara bersama – sama. Selain itu juga, tujuan dilakukannya analisa jalur adalah untuk menerangkan pengaruh langsung atau tidak langsung dari beberapa variabel penyebab terhadap variabel lainnya sebagai variabel terikat.Untuk menentukan
besarnya
pengaruh suatu variabel ataupun beberapa variabel terhadap variabel lainnya baik pengaruh yang sifatnya langsung atau tidak langsung, maka dapat digunakan Analisis jalur (Affandi, 1994). Tahapan dari analisis jalur adalah sebagai berikut: 1. Membuat diagram jalur dan membaginya menjadi beberapa sub-struktur 2. Menentukan matrik korelasi di mana data mentah yang digunakan berasal 3. Menghitung matrik invers dari variabel independent 4. Menentukan koefisien jalur, tujuannya adalah mengtahui besarnya pengaruh dari suatu variabel independent terhadap variabel dependent
5. Menghitung R y(x x ...xk ) yang merupakan koefisien determinasi total 6. Menghitung koefisien jalur variabel residu 7. Uji keberartian model secara keseluruhan menggunakan uji F 8. Uji keberartian koefisien jalur secara individu menggunakan uji-t. Adapun formula Path Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menghitung Koefisien Jalur ( ) n
X th2 yxi
byxi
h 1 n
;1,2,....,k
(Sitepu, 1994: 17)
2 th
Y h 1
Dimana byxi dapat ditentukan melalui n
n
byxi
Cij h 1
X jh Yh h 1
; i 1,2,....,k (Sitepu, 1994: 15)
Keterangan:
yxi = Koefisiensi jalur dari variabel X i terhadap variabel Y byxi
= Koefisiensi regresi dari variabel X i terhadap variabel Y
2. Menghitung Koefisien Korelasi (R) YXi=
CRyxi ; i = 1, 2, ..., k CRyy
(Sitepu, 1994 : 18)
Keterangan : YXi = Koefisien jalur dari variabel Xi terhadap Y CRyxi = Unsur atau elemen pada baris ke-y dan kolom ke-xi dari matriks invers korelasi Cryy = Unsur atau elemen pada baris ke-y dan kolom ke-y dari matriks invers korelasi Besarnya r menunjukkan hubungan antara X dan Y, sedangkan pengaruh yang terjadi diukur oleh r2 (koefisien determinasi) yang dapat dihitung dengan rumus : Kd
= r2 x 100%
3. Menghitung Faktor Residu (Ɛ ) Sedangkan pengaruh variabel lainnya atau faktor residu/sisa dapat ditentukan melalui : y
i
1 R 2 yi x1 x2 ...xk
dimana R2yix1x2...xk =
(Sitepu, 1994 : 23)
k
yx1 ryx i i 1
Pengujian Hipotesis Pengujian secara keseluruhan mengetahui ada tidaknya pengaruh Xi terhadap Y digunakan uji F. Adapun kriteria hipotesis secara simultan sebagai berikut: H0 : PYXi = 0, secara keseluruhan variable pemeliharaan berkala (preventive maintenance)
dan
pemeliharaan
perbaikan
(breakdown
maintenance) tidak mempunyai pengaruh yang berarti terhadap variabel produktivitas di Tee Jay Waterpark Tasikmalaya. : sekurang-kurangnya ada sebuah PYXi ≠ 0,
Ha
berarti secara keseluruhan variable pemeliharaan berkala (preventive maintenance) dan pemeliharaan perbaikan (breakdown maintenance) mempunyai pengaruh yang berarti terhadap variabel produktivitas di Tee Jay Waterpark Tasikmalaya. Dengan derajat kebebasan df1=k -1 dan df2=n – k dan tingkat kepercayaan 95% atau α = 0.05. Dimana k adalah jumlah variabel (bebas + terikat) dan n adalah jumlah observasi/sampel, maka : H0 diterima jika sig. >alpha (0.05) H0 ditolak jika sig.
Tidak terdapat pengaruh pemeliharaan perbaikan (breakdown maintenance) terhadap produktivitas di Tee Jay Waterpark Tasikmalaya.
Ha2:
Terdapat pengaruh pemeliharaan perbaikan (breakdown maintenance) terhadap produktivitas di Tee Jay Waterpark Tasikmalaya.
Dengan derajat kebebasan (df) = k dan (n-k-1) dan tingkat kepercayaan 95% atau α = 0.05, maka : H0 diterima jika alpha (0,05) <sig H0 ditolak jika sig>alpha (0,05) Untuk mempermudah perhitungan dalam penelitian ini digunakan program SPSS 16.0
HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan maintenance yang Diterapkan Pada Perusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya Pemeliharaan (maintenance) tidak dapat diabaikan karena merupakan salah satu kegiatan penting yang dilakukan pada proses operasi di perusahaan yang menggunakan mesin. Perusahaan yang menggunakan mesin tanpa memperhatikan pemeliharaan (maintenance) berarti menghilangkan masa depan perusahaan tersebut. Dalam jangka pendek seakan-akan dapat menekan biaya produksi karena tidak perlu mengeluarkan biaya pemeliharaan (maintenance) yang cukup besar, akan tetapi dalam jangka panjang perusahaan akan mengalami kesulitan dalam kegiatan proses operasinya, yang membutuhkan biaya yang besar atau perbaikan-perbaikan dari mesin-mesin dan fasilitas operasi yang tidak terpelihara dengan baik, seperti kerusakan, kemacetan, dan terlebih tidak berfungsi sama sekali. Melalui pelaksanaan pemeliharaan (maintenance) yang baik pada fasilitas atau peralatan operasional maka kemungkinan kerusakan yang terjadi dapat dikurangi atau dapat dihindarkan sama sekali, sehingga operasi dapat berjalan lancar. Seperti halnya yang dilakukan Haryati Bordir Tasikmalaya dalam melaksanakan pemeliharaan terhadap semua kegiatan operasi yang berhubungan dengan mesin, Haryati Bordir Tasikmalaya telah benar – benar memperhatikan hal tersebut, dimana perusahaan telah melakukan pemeliharaan atau menjaga fasilitas atau peralatan produksi/operasi dan mengadakan perbaikan atau penyesuian atau penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai apa yang direncanakan.
Pada perusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya pemeliharaan yang dilakukan meliput pemeliharaan berkala (Preventive Maintenance) dan pemeliharaan perbaikan (Breakdown Maintenance). Dimana keduanya saling berhubungan satu sama lain, karena pada dasarnya perbaikan akan tidak berlangsung cepat apabila pemeliharaan berkala terlaksana dengan dengan baik. Karena biasanya perbaikan memerlukan pendanaan yang lebih besar dari pemeliharaan rutin.
4.1.1 Pemeliharaan Berkala (Preventive Maintenance) Manahan P. Tampubolon (2004:250) mengemukakan pendapat mengenai pemeliharaan berkala (Preventive Maintenance) sebagau berikut : “Pemeliharaan berkala merupakan kegiatan pemeliharaan atau perawatan untuk mencegah terjadinya yang tidak terduga, yang dapat menyebabkan fasilitas produksi atau operasi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi atau operasi” Pemeliharaan berkala yang dilakukan perusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya yaitu melakukan pemupukan / pemberian stempet / pelumasan pada bagian mesin seperti tertentu seperti bearing yang memerlukan pemeliharaan extra, serta pengecekan oli. Ini bertujuan agar tidak terjadi kendala yang tidak diharapkan saat kegiatan operasi perusahaan berlangsung. Adapun data pengeluaran perusahaan untuk kegiatan pemeliharaan berkala (Preventive Maintenance), setiap bulannya dalam kurun waktu satu tahun adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data Pengeluaran Pemeliharaan Berkala (Preventive Maintenance) Periode Januari 2013 – Februari 2014. No.
Bulan
Januari 2013 1 Pebruari 2 Maret 3 April 4 Mei 5 Juni 6 Juli 7 Agustus 8 September 9 Oktober 10 November 11 Desember 12 Januari 2014 13 Februari 14 Sumber : Haryati Bordir Tasikmalaya
Besarnya Biaya (Rp) 4.750.000 4.920.000 4.800.000 5.000.000 4.900.000 5.170.000 5.300.000 5.175.000 4.975.000 4.700.000 5.430.000 5.100.000 5.100.000 4.865.000
4.1.2 Pemeliharaan Perbaikan (Breakdown Maintenance / Corrective Maintenance) Manahan P. Tampubolon (2004:251) mengemukakan mengenai pemeliharaan perbaikan (breakdown maintenance) sebagai berikut : “Pemeliharaan
perbaikan
(breakdown
maintenance)
merupakan
kegiatan
pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadinya kerusakan atau terjadi kelainan pada fasilitas atau peralatan sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik.” Berdasarkan kutipan tersebut dapat disimpulkan jika pemeliharaan perbaikan (breakdown maintenance) dilakukan setelah fasilitas atau peralatan yang digunakan mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik bahkan tidak bisa dipergunakan sama sekali. Pemeliharaan perbaikan yang dilakukan Haryati Bordir Tasikmalaya dilakukan setelah mesin tidak berfungsi dengan baik . Perbaikan ini tidak dilakukan oleh karyawan Haryati Bordir Tasikmalaya melainkan dilakukan oleh bengkel service mesin bordel. Adapun data pengeluaran perusahaan untuk kegiatan pemeliharaan perbaikan (breakdown maintenance), setiap bulannya dalam kurun waktu satu tahun adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Data Pengeluaran Pemeliharaan Perbaikan (Breakdown Maintenance) Periode Januari 2013 – Februari 2014. No.
Bulan
Januari 2013 1 Pebruari 2 Maret 3 April 4 Mei 5 Juni 6 Juli 7 Agustus 8 September 9 Oktober 10 November 11 Desember 12 Januari 2014 13 Februari 14 Sumber : Haryati Bordir Tasikmalaya
4.2
Besarnya Biaya (Rp) 6700000 6700000 6700000 7000000 7000000 7000000 7000000 7000000 7000000 7000000 7000000 7000000 7300000 7300000
Kualitas Produk Pada Perusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya Menurut Crosby (1979 : 58) kualitas adalah “confermance to requirement”, yaitu
sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan. Menurut Kotler (2002 : 422) apabila perusahaan ingin mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar, perusahaan harus mengerti aspek dimensi apa saja yang digunakan oleh konsumen untuk membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut dengan produk pesaing. Dimensi kualitas produk tersebut terdiri dari : 1. Kinerja (performance) 2. Daya Tahan (durability) 3. Kesesuaian dengan Spesifikasi (conformance to specifications) 4. Fitur (features) 5. Reliabilitas (reliability) 6. Estetika (aesthetics) 7. Kesan Kualitas (precevied quality)
Pengukuran Kualitas Produk pada perusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya dilihat dari banyaknya jumlah produk cacat atau produk yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan. Setiap bulannya perusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya dapat menghasilkan 13.500 sampai 15.000 potong produk bordel, dari banyaknya produk yang dihasilkan seringkali terdapat beberapa produk yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan atau produk cacat. Adapun data kualitas perusahaan dilihat dari banyaknya produk (Q) yang tidak sesuai atau cacat setiap bulannya dalam kurun waktu satu tahun dua bulan adalah sebagai berikut : Tabel 4.3 Data Kerusakan Produk Haryati Bordir Periode Januari 2012 – Februari 2013. Banyaknya Produk Cacat Januari 21012 26 1 Pebruari 25 2 Maret 26 3 April 29 4 Mei 30 5 Juni 27 6 Juli 25 7 Agustus 28 8 September 30 9 Oktober 29 10 November 20 11 Desember 24 12 Januari 2013 33 13 Fabruari 29 14 Sumber : Haryati Bordir Tasikmalaya
No.
4.3
Bulan
Harga Pokok
Jumlah (Rp)
47.000 47.000 47.000 47.000 47.000 47.000 47.000 47.000 47.000 47.000 47.000 47.000 47.000 47.000
1.222.000 1.175.000 1.222.000 1.363.000 1.410.000 1.269.000 1.175.000 1.316.000 1.410.000 1.363.000 940.000 1.128.000 1.551.000 1.363.000
Pengaruh Pemeliharaan (Maintenance) Mesin Terhadap Kualitas Produk Haryati Bordir Tasikmalaya Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pemeliharaan berkala dan
pemeliharaan perbaikan secara parsial dilakukan uji t. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi peran secara parsial antara variabel independen terhadap varaibel dependen dengan mengasumsikan bahwa variabel independen lain dianggap konstan. Hasil uji t dengan bantuan SPSS 19 (Lampiran).
Dengan tingkat signifikansi sebesar 95%, jika t-hitung > t-tabel atau Sig. < 0,05 berarti bahwa masing-masing varaibel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Untuk melihat pengaruh pemeliharaan berkala terhadap kualitas produk dapat dilihat dari indikator-indikator yang mempengaruhinya. Untuk pengujian secara parsial antara pemeliharaan berkala (X1) terhadap kualitas produk (Y) dapat dilihat dari perhitungan untuk analisis jalur. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa thitung adalah sebesar -3,112 atau sig. (0.010)
alpha (0.05) maka Ho ditolak. Dengan demikian
hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Sehingga pemeliharaan berkala secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas produk perusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya. Untuk melihat pengaruh pemeliharaan berkala terhadap kualitas produk dapat dilihat dari indikator-indikator yang mempengaruhinya. Untuk pengujian secara parsial antara pemeliharaan berkala (X2) terhadap kualitas produk (Y) dapat dilihat dari hasil perhitungan untuk analisis jalur. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa thitung adalah sebesar 3.275 atau sig. (0.007)
alpha (0.05) maka Ho ditolak. Dengan demikian
hipotesis alternatif (Ha) diterima Diterimanya hipotesis alternatif menunjukkan bahwa pada tingkat keyakinan 95% pemeliharaan perbaikan secara parsial berpengaruh terhadap kualitas produk perusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya. Secara keseluruhan, penulis dapat memvisualisasikan ke dalam struktur pengaruh pemeliharaan berkala (X1), dan pemeliharaan perbaikan (X2)terhadap kualitas produk (Y), sebagai berikut: X1
Ɛ
Pyx1x2 -0.631
0.641 rx1x2 0.301
Y X 2
Pyx2x2 0.665
Gambar 4.1 Hubungan Struktural antara Variabel X1,X2 Terhadap Y Pengaruh secara simultan dapat dilihat pada tabel di bawah ini, dimana total pengaruh dari variabel X atau R 2 sebesar 0,588 artinya jika pemeliharaan berkala (X1) dan pemeliharaan perbaikan (X2) bersama-sama meningkat atau memberikan dampak
positif, maka kualitas produk (Y) pun akan memberikan dampak positif atau meningkat pula. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:
No 1
Tabel 4.4 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Antara Preventive Maintenance (X1), Breakdown Maintenance (X2), dan Kualitas produk (Y) Nama Variabel Formula Hasil Pemeliharaan Berkala a. Pengaruh Langsung X1 Tehadap Y
(-0,631)(-0,631)
b. Pengaruh Tidak Langsung X1
2
Melalui X2
0,301)(0,665)
Pengaruh X1 Total Terhadap Y
0,3981- 0,1263
-0,1263 0.2718
Pemeliharaan Perbaikan c. PengaruhLangsung X2Tehadap Y d. Pengaruh Tidak Langsung X2 Melalui X1
(1)
(-0,631)(
0,3981
(0,665)(0,665)
0,4422
(0,665)(0,301)(-0,631)
-0,1263
Pengaruh X2 Total Terhadap Y
0,4422 - 0,1263
(2)
(3)
Total Pengaruh X1, X2 terhadap Y
0.3159 (4)
(5)
0.2718 + 0.3159
0,588
1 – 0,588
0,412
Pengaruh lain yang tidak diteliti
Tabel 4.4 menunjukan bahwa pengaruh pemeliharaan berkala (X1) dan pemeliharaan perbaikan (X2) terhadap kualitas produk (Y) perusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya 0,588 atau 58,8%.
Artinya jika pemeliharaan berkala (X1) dan
pemeliharaan perbaikan (X2) bersama-sama meningkat atau memberikan dampak positif, maka kualitas produk (Y) pun akan meningkat pula. Sedangkan untuk pengaruh lain yang tidak diteliti terhadap kualitas produk perusahaan pada Haryati Bordir Tasikmalaya adalah sebesar 0,412 atau 41,2%.
4.4 Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui Preventive Maintenance (X1) dan Breakdown Maintenance (X2) terhadap Kualitas produk (Y) secara simultan dapat dilihat dari uji ANOVA. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa F hitung adalah sebesar 7.849 atau sig. (0.008) alpha (0.05) maka Ho ditolak. Dengan demikian hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Diterimanya hipotesis alternatif menunjukkan bahwa pada tingkat keyakinan 95% Preventive Maintenance (X1) dan Breakdown Maintenance (X2) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Produk (Y) pada perusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya. Pengujian secara parsial antara pemeliharaan berkala (X1) terhadap kualitas produk (Y) dapat dilihat dari hasil perhitungan analisis jalur. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa thitung adalah sebesar -3.112 atau sig. (0.010)
alpha (0.05) maka Ho
ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan demikian dapat diartikan pemeliharaan berkala berpengaruh signifikan terhadap kualitas produk. Dalam hal ini memang pemeliharaan berkala berpengaruh pada kualitas produk, namun dalam perhitungan hasil penelitian masih memiliki nilai negatif, yang artinya pemeliharaan berkala yang dilakukan perusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya masih belum optimal. Pengujian secara parsial antara pemeliharaan perbaikan (X2) terhadap kualitas produk (Y) dapat dilihat dari hasil perhitungan analisis jalur. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa thitung adalah sebesar 3.275 atau sig. (0.007)
alpha (0.05) maka Ho
ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan demikian dapat diartikan bahwa pemeliharaan perbaikan berpengaruh signifikan terhadap kualitas produk. Pemeliharaan Perbaikan yang dilakukan di perusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya sudah terlaksana, hal tersebut dapat dilihat dari sedikitnya ke gagalan dari produk yang dihasilkan atau produk gagal, meski fluktuasi kerusakan yang terjadi tidak terlalu menunjukan penurunan secara terus menerus. Besarnya pengaruh X1 terhadap Y sebesar -0,631 dan pengaruh X2 terhadap Y 0,665. Artinya jika pemeliharan berkala (X1) dan pemeliharaan perbaikan (X2) memberikan dampak positif, maka kualitas produk (Y) akan meningkat pula. Dari hasil perhitungan, secara teori harusnya pemeliharaan berkala memiliki nilai lebih besar akan tetapi pada hasil perhitungan penelitian yang dilakukan, pemeliharaan berkala (X1) memiliki nilai lebih kecil dari pada pemeliharaan perbaikan (X2), dikarenakan
perusahaan lebih memperhatikan pemeliharaan perbaikan ketika mesin sudah mengalami kerusakan. Biasa dilihat dari data yang diberikan perusahaan, biaya pemeliharan berkala yang dilakukan perusahaan tidak tetap malah mengalami penurunan sehingga biaya pemeliharaan perbaikan mengalami peningkatan. Oleh karena itu perusahaan harus lebih mengoptimalkan pemeliharaan berkala agar biaya pemeliharaan perbaikan tidak terlalu besar sehingga dapat meminimalkan biaya pemeliharaan.
PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1.
Pemeliharaan berkala (Preventive Maintenance) oleh perusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya dilaksanakan, meskipun hampir setiap hari sebelum jam opersi perusahaan melakukan pengecekan pada mesin yang digunakan seperti mengecek mur yang kendor, benang yang tidak terpasang dengan baik, dan system pengaturan yang dipakai selalu diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan kegiatan operasi. Namun kegiatan ini perlu ditingkatkan demi menunjang terciptanya kualitas produk yang lebih baik.
2.
Pemeliharaan perbaikan (breakdown maintenance) yang dilakukan oleh perusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya telah dilaksanakan dengan baik, dapat dilihat dari jumlah kerusakan yang terjadi masih tergolong sedikit. Namun meski demikian perusahaan harus tetap memperhatikan mesin mana yang perlu perbaikan.
3.
Kualitas produk di Haryati Bordir Tasikmalaya sudah termasuk sesuai dengan SOP perusahaan, dimana jumlah produk rusak yang ada sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah produk yang dihasilkan
4.
Secara simultan dan parsial pemeliharaan berkala (Preventive Maintenance) dan pemeliharaan perbaikan (breakdown maintenance) berpengaruh terhadap kualitas produk pada Perusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya.
Saran Adapun saran yang dapat diberikan padaPerusahaan Haryati Bordir Tasikmalaya adalah sebagai berikut : 1.
Pemeliharaan berkala (preventive maintenance) dan pemeliharaan perbaikan (breakdown maintenance) yang telah dilakukan di Haryati Bordir Tasikmalaya pada dasarnya telah terlaksana. Hal ini dapat dilihat dari besarnya pengaruh yang diberikan terhadap produktivitas perusahaan. Akan tetapi alahkah baiknya apabila hal tersebut terus ditingkatkan.
2.
Perusahaan Haryati Bordir Taasikmalaya harus lebih meningkatkan pemeliharaan berkala (preventive maintenance) agar dapat meminimalkan biaya pemeliharaan perbaikan (breakdown maintenance).
3.
Kualitas produk yang dihasilkan sudah sesuai dengan SOP (standard operating procedure) perusahaan, namun perusahaan harus lebih mampu mengurangi kerusakan yang mungkin terjadi pada produk yang dihasilkan dan bahkan mampu meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofjan. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Jakarta : LPFEUI. Ekaputra, M. Barry. 2013. “Pengaruh Desain Produk dan Desain Proses Terhadap Kualitas Produk di pocket22 tasikmalaya”. Jurnal Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Vol. 1 Tasikmalaya. Gasperz, Vincent, 2004. Manajemen Kualitas Penerapan Konsep-Konsep Kualitas Dalam Bisnis Total, Cetakan Pertama, Jakarta: Binarupa Aksara. Handayani. 2004. “Pengaruh Pelaksanaan Maintenance Terhadap Jumlah Produksi pada CV. Indonesia Meubel Mojokerto”. jurnal Universitas Merdeka Malang. Vol. 1 Malang Heizer, Jay dan Barry Render. 2001. Manajemen Operasi. Edisi ke sembilan. Jakarta: Salemba Empat.
Manahan P. Tampubolon, 2004, Manajemen Operasional, Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia Sugiyono. 2003. Statistik Untuk Penelitian. Cetakan Ketiga, CV. Bandung : Alfabeta. Suliyanto, 2009. Praktikum Analisis Statistik. Program Pascasarjana Magister Sains Ekonomi Manajemen UNSOED Purwokerto. Umar, Husain. 2003. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka. Yunus. 2005. “Analisis Pengaruh Perbaikan dan Penggantian Komponen Mesin Terhadap Jumlah Produksi pada PR. Valas Malang”. Jurnal Universitas Brawijaya Malang. Vol. 1 Malang. http://www.scribd.com/doc/60145040/Analisis-ian-Kualitas-Produk http://www.elib.unikom.ac.id/download.php?id=179340 http://www.wikipedia.com/pemeliharaan http://www.p2mmesin./artikel/.com