ABSTRAK PENGARUH BIAYA PEMELIHARAAN ALAT-ALAT PRODUKSI TERHADAP KUANTITAS PRODUK RUSAK (Studi Kasus pada PT. Herlina Putra Tasikmalaya)
Disusun oleh IRFAN HALILI NPM 103403140
Pembimbing H. Maman Suherman, SE., Ak.M.M Rita Tri Yusnita, SE., M.M
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) bagaimana biaya pemeliharaan alatalat produksi di perusahaan, (2) bagaimana kuantitas produk rusak di perusahaan, (3) bagaimana pengaruh biaya pemeliharaan alat-alat produksi terhadap kuantitas produk rusak pada PT. Herlina Putra Tasikmalaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber data dimana penelitian ini dilaksanakan di PT. Herlina Putra Tasikmalaya dan data skunder yaitu data yang diperoleh dari literatur dan bukubuku yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Alat analisis yang digunakan adalah uji regresi sederhana dengan skala pengukuran rasio. Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukan bahwa biaya pemeliharaan alat- alat produksi tiap tahunnya mengalami peningkatan karena adanya peningkatan jumlah produksi yang menyebabkan penurunan kondisi pada mesin produksi, kuantitas produk rusak tiap tahunnya mengalami penurunan karena manajemen perusahaan berusaha untuk menekan semaksimal mungkin atas kuantitas produk rusak, pengujian mengenai pengaruh biaya pemeliharaan alatalat produksi terhadap kuantitas produk rusak yaitu biaya pemeliharaan alat-alat produksi berpengaruh terhadap kuantitas produk rusak. Kata kunci : biaya pemeliharaan alat-alat produksi, kuantitas produk rusak
ABSTRACT THE INFLUENCE OF PRODUCTION TOOLS MAINTENANCE COST TO QUANTITY OF PRODUCT BROKENS (Case Study at PT. Herlina Putra Tasikmalaya)
Compiled by IRFAN HALILI NPM 103403140
Guidance by H. Maman Suherman, SE., Ak.M.M Rita Tri Yusnita, SE., M.M
The research objective to know (1) the production tools maintenance cost in company, (2) the quantity of product brokens in company, (3) the influence production tools maintenance cost to quantity of product brokens at PT. Herlina Putra Tasikmalaya. Method applied in this research is analytical descriptive method with case study approach. Data collecting technique by through primary data that is data obtained directly from data sourch where is research executed in PT. Herlina Putra Tasikmalaya and secondary data that is data obtained from literature and the bibliography are relationship with measurement scale of ratio. Testing of hypotesis by using test t. Result of research showed that appliance maintenance cost product every year natural is make up of caused by make up of amount of production causing degradation of is condition at production machine, damage product amount every year natural of degradation because out for company management depress as maximum to the damage product amount, indicates that testing about production tools maintenance cost influence to quantity of product brokens that is production tools maintenance cost had an effect on significant to quantity of product brokens.
Keywords : production tools maintenance cost, quantity of product brokens
Pendahuluan Perkembangan perusahaan di era globalisasi menjadikan persaingan terbuka antara perusahaan dalam suatu kawasan perdagangan global menjadi terbuka lebar. Kualitas produk merupakan salah satu segmen dalam strategi bersaing yang dipakai perusahaan agar bisa unggul daripada pesaingnya. Dengan pengelolaan sumber daya yang efektip dan efisien menjadikan perusahaan bisa unggul dalam menghadapi persaingan global. Proses peningkatan kualitas produk tidak lepas dari terjadinya kegagalan produksi yang relatif tinggi, sehingga hasil produksi tersebut tidak bisa optimal. Suatu produk yang dibuat, selalu menghasilkan produk yang sempurna (good unit) juga kemungkinan akan menghasilkan produk rusak, suatu produk yang tidak diharapkan pada awalnya, tetapi pada kenyataannya produk rusak akan selalu mengiringi produk sempurna. Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor, misalnya pemilihan bahan baku yang kurang tepat, tenaga kerja yang lalai atau tidak mempunyai keahlian yang memadai dalam membuat suatu produk, dan alatalat produksi yang tidak dapat beroperasi normal karena kurangnya perhatian dalam pemeliharaan (maintenance) Perusahaan manufaktur dalam menghasilkan suatu produk harus melalui beberapa tahap pengerjaan. Setiap tahap pengerjaan tersebut, tidak dapat dihindarkan dari kemungkinan terjadinya produk rusak, atau produk yang tidak sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Produk rusak yang terjadi pada suatu proses produksi tetap menyerap biaya produksi seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
Untuk mengurangi produk rusak ini biasanya pihak manajemen perusahaan menetapkan biaya pemeliharaan untuk mengantisipasi banyak terjadi kegagalan produksi yang menyebabkan produk rusak. Biaya pemeliharaan terdiri dari serangkaian kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam upaya untuk mempertahankan dan merawat alat produksi agar selalu dalam keadaan optimal sehingga produk rusak tidak terjadi. Salah satu bagian dari biaya pemeliharaan ini yakni kegiatan pemeliharaan. Salah satu manfaat dan juga kelebihan dengan adanya biaya pemeliharaan ini sendiri yakni umur ekonomis alat-alat produksi bisa sesuai dengan taksiran umur ekonomis yang ditetapkan manajemen perusahaan dan juga dengan adanya biaya pemeliharaan ini diharapkan tidak terjadi penghentian produksi yang disebabkan kerusakan pada mesin produksi perusahaan sehingga perusahaan tidak akan mengalami kerugian atas penghentian produksi tersebut. Diharpakan dengan adanya biaya pemeliharaan ini alat-alat produksi perusahaan dapat terawat atau terpelihara. Kegiatan pemeliharaan alat-alat produksi merupakan salah satu fungsi yang sangat penting dalam perusahaan manufaktur. Pemeliharaan merupakan kegiatan untuk menjaga agar alat-alat produksi dapat bekerja secara efektif. Dengan adanya kegiatan pemeliharaan kemacetan-kemacetan sekecil apapun pada proses produksi bisa terhindarkan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan, sehingga umur ekonomis suatu mesin menjadi lebih panjang. Dengan adanya kegiatan pemeliharaan diharapkan produksi perusahaan menjadi sesuai
Identifikasi Masalah Pembahasan tentang pengaruh biaya pemeliharaan alat-alat produksi terhadap kuantitas produk rusak akan penulis rumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana biaya pemeliharaan alat-alat produksi pada PT. Herlina Putra Tasikmalaya 2. Bagaimana kuantitas produk rusak pada PT. Herlina Putra Tasikmalaya 3. Bagaimana pengaruh biaya pemeliharaan alat-alat produksi terhadap kuantitas produk rusak pada PT. Herlina Putra Tasikmalaya
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Untuk mengetahui biaya pemeliharaan alat-alat produksi pada PT. Herlina Putra Tasikmalaya 2. Untuk mengetahui kuantitas produk rusak pada PT. Herlina Putra Tasikmalaya 3. Untuk mengetahui pengaruh biaya pemeliharaan alat-alat produksi terhadap kuantitas produk rusak
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi: 1. Penulis sendiri, sebagai bahan perbandingan bagi penulis antara ilmu yang didapat dengan praktek yang sebenarnya di perusahaan, dan untuk lebih memahami secara jelas permasalahan dan kegiatan yang terjadi di perusahaan. 2. Perusahaan, sebagai suatu masukan bagi manajemen perusahaan dalam mengelola usahanya, dalam hal ini manajemen perusahaan bisa mengetahui hubungan biaya pemeliharaan alat-alat produksi dengan kuantitas produk rusak yang terjadi dalam proses produksi. 3. Pihak lain yang berkepentingan, pihak-pihak yang berminat melakukan penelitian yang sejenis dengan objek yang berbeda.
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT. Herlina Putra yang berlokasi di Jalan raya Cidahu kilometer 10 Rajapolah Tasikmalaya 1.5.2 Waktu Penelitian Adapun penelitian telah penulis laksanakan selama 6 bulan yaitu mulai April 2013 sampai dengan September 2013.
Tinjauan Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis
Akuntan telah mendefinisikan biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat. Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan moneter, yang akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya : 1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi 2. Diukur dalam satuan moneter 3. Yang secara potensial akan terjadi 4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu Biaya merupakan salah satu faktor yang menentukan besarnya laba perusahaan disamping komponen lainnya. Adakalanya biaya (cost) digunakan dalam arti yang sama dengan istilah beban (exspense). Namun, kedua istilah tersebut sebenarnya mempunyai perbedaan dimana biaya didefinisikan sebagai sumber ekonomi dalam rangka memperoleh barang dan jasa, sedangkan beban didefinisikan sebagai biaya yang telah memberikan manfaat (benefit) dan sekarang telah berakhir. Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari (2004 ; 40) menjelaskan bahwa : “Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang dan jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi”.
Dari definisi di atas, terdapat beberapa unsur yang tersirat dalam definisi biaya yaitu : 1. Pengorbanan sumber ekonomi guna mencapai tujuan yang diharapkan serta diukur dengan satuan moneter (uang). 2. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu yaitu untuk memperoleh barang dan jasa untuk mendapatkan keuntungan (manfaat) baik pada saat ini maupun masa yang akan datang. 3. Sebagai penggunaan aktiva bersih untuk memperoleh penghasilan.
Pengertian Biaya Pemeliharaan Berdasarkan klasifikasi biaya menurut objek pengeluarannya yang berkaitan dengan tujuan pengeluaran, maka biaya pemeliharaan muncul karena adanya aktivitas pemeliharaan. Dari pengertian biaya serta pengertian tentang pemeliharaan dapat disimpulkan bahwa biaya pemeliharaan adalah pengorbanan ekonomi yang diukur dengan satuan uang yang telah terjadi dan potensial akan terjadi untuk memelihara atau menjaga fasilitas pabrik dan untuk mengadakan perbaikan dan penyesuaian yang diperlukan agar proses produksi dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Menurut pendapat Mulyadi (2007 ; 208) biaya pemeliharaan diartikan sebagai berikut :
“Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang (sparepart), biaya bahan habis pakai (factory supplies) dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan emplasemen, perumahan, bangunan pabrik, mesin-mesin dan ekuipment, kendaraan, perkakas laboratorium, dan aktiva tetap lain yang digunakan untuk keperluan pabrik.” Biaya pemeliharaan mesin sesungguhnya timbul dari adanya kegiatan pemeliharaan mesin. Hal ini dilakukan oleh perusahaan untuk menjaga kondisi mesin agar selalu dalam keadaan baik dan dapat beroperasi secara optimal.
Produk Rusak Produk Rusak merupakan produk yang mempunyai wujud produk selesai, tetapi dalam keadaan tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Produk rusak ini ada yang bisa dijual, ada yang tidak dapat dijual. Perlakuan akuntansi produk rusak tergantung kemungkinan produk tersebut, apakah laku dijual atau tidak, dan apakah kerusakan dalam batas yang normal atau tidak normal. Pengertian Produk Rusak Produk rusak yaitu produk yang kondisinya rusak, atau tidak memenuhi standar mutu yang sudah ditetapkan, dan tidak dapat diperbaiki secara ekonomi menjadi produk yang baik. Meskipun mungkin secara teknis dapat diperbaiki tetapi akan berakibat biaya perbaikan jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan nilai atau manfaat adanya perbaikan. Produk rusak sudah berwujud produk selesai, tetapi kondisinya tidak sesuai dengan standar.
Pengertian produk rusak, menurut Mulyadi (2007;324) “Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk yang baik. Produk rusak berbeda dengan sisa bahan karena sisa bahan merupakan bahan yang mengalami kerusakan dalam proses produksi, sehingga belum sempat menjadi produk, sedangkan produk rusak merupakan produk yang telah menyerap biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik”.
Kerangka Pemikiran Dalam pembuatan suatu produk, produk rusak dapat terjadi karena berbagai faktor. Kerusakan secara langsung dapat disebabkan oleh persyaratan yang diminta pelanggan, seperti adanya perubahan setelah pekerjaan dimulai atau toleransi produksi yang tidak biasa. Ataupun karena adanya kegagalan internal, seperti kesalahan karyawan atau alat produksi yang rusak. Jadi dalam hal ini alat produksi yang tidak berjalan dengan baik (rusak) merupakan salah satu penyebab terjadinya produk rusak. Agar perusahaan menghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi, maka salah satu usaha yang harus dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan kegiatan pemeliharaan alat produksi yang dipergunakan dalam proses produksi. Biaya pemeliharaan alat-alat produksi merupakan variabel dari biaya overhead pabrik yang masuk ke dalam golongan biaya berdasarkan fungsi pokok dalam perusahaan. Adapun yang dimaksud dengan biaya pemeliharaan dan perbaikan berupa biaya suku cadang (sparepart), biaya habis pakai (factory supplies) dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan emplasemen, perumahan, bangunan pabrik, mesin-
mesin dan ekuipment, kendaraan, perkakas laboratorium, dan aktiva lain yang digunakan untuk keperluan pabrik.(Mulyadi, 2007:208). Adapun produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk yang baik (Mulyadi, 2007:324). Indikator dari produk rusak yaitu semua jumlah produk yang tidak memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditetapkan oleh perusahaan Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dalam penelitian ini hipotesis yang penulis ajukan adalah : “Biaya pemeliharaan alat-alat produksi berpengaruh terhadap kuantitas produk rusak”. Simpulan Dan Saran Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan pada PT. Herlina Putra dimana dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data biaya pemeliharaan alat-alat produksi dan kuantitas produk rusak. Dari data yang telah diperoleh dilakukan pembahasan dan analisis sehingga dapat diketahui sebesar besar pengaruh biaya pemeliharaan alat-alat produksi dan kuantitas produk rusak dan kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Biaya pemeliharaan alat-alat produksi pada PT. Herlina Putra setiap tahunnya mengalami fluktuasi.. Peningkatan biaya pemeliharaan ini disebabkan karena
kondisi mesin dari tahun ke tahun mengalami penurunan kondisi sehingga kapasitas produksi menurun dan banyak spare part mengalami kerusakan atau sudah aus sehingga spare part yang rusak atau sudah aus tersebut memerlukan penggantian, selain itu juga tingkat efisiensi dari alat-alat produksi tersebut menurun. Sedangkan penurunan biaya pemeliharaan disebabkan karena adakalanya satu periode kondisi alat-alat produksi tidak mengalami kerusakan sehingga perusahaan tidak mengeluarkan biaya pemeliharaan. Untuk mempertahankan agar alat-alat produksi tersebut terus digunakan dan kapasitasnya bisa dipertahankan maka diperlukan biaya pemeliharaan alat-alat produksi yang cenderung lebih besar tiap tahunnya. 2. Kuantitas produk rusak pada PT. Herlina Putra pada umumnya cenderung menurun atau semakin mendekati sesuai dengan rencana awal perusahaan, salah satu penyebabnya yaitu karena diikuti dengan kegiatan pemeliharaan setiap tahunnya, sehingga alat-alat produksi terpelihara dengan baik dan tidak mengalami kerusakan. Dengan demikian proses produksi dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana. 3. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dengan menggunakan analisis korelasi, koefisien determinasi serta pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t dengan tingkat keyakinan 44,7% ternyata maka
ditolak dan
<
diterima, hal ini berarti biaya pemeliharaan alat-alat
produksi berpengaruh kuat atau erat terhadap kuantitas produk rusak. Adapun pengaruh biaya pemeliharaan alat-alat produksi terhadap kuantitas produk rusak dikarenakan dengan biaya pemeliharaan yang memadai maka kegiatan
pemeliharaan bisa dilakukan sesuai rencana sehingga alat-alat produksi dalam kondisi baik, proses produksi bisa berjalan dengan lancar dengan demikian volume produksi bisa dipertahankan atau bisa sesuai dengan yang telah direncanakan. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan di atas, penulis mencoba memberi saran diharapkan dapat memberikan manfaat yang berguna bagi kemajuan perusahaan pada masa yang akan datang. Adapun saran yang penulis kemukakan adalah sebagai berikut : 1. Bagi perusahaan, sebaiknya pihak manajemen perusahaan bisa menetapkan anggaran biaya pemeliharaan secara bijak dengan cara menganggarkan biaya pemeliharaan ke dalam biaya overhead pabrik dibebankan kemudian menghitung tarif dasar pembebanan. Hal tersebut dilakukan agar biaya pemeliharaan dapat dipergunakan secara efektip dan efisien dalam proses produksi. 2. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini menunjukan terdapat pengaruh antara biaya pemeliharaan alat-alat produksi terhadap kuantitas produk rusak. Oleh karena itu masih terbuka peluang yang besar untuk melakukan penelitian untuk sektor yang sama ataupun sektor yang berbeda atau mengubah atau menambah variabel biaya pemeliharaan alat-alat produksi dengan biaya bahan baku atau kualitas sumber daya manusia.
Daftar Pustaka Agus, Ahyari. 2004. Manajemen Produksi : Pengendalian Produksi. Edisi 5. Yogyakarta : BPFE. Bastian, Bustami Nurlela. 2007. Akuntansi Biaya : Kajian Teori dan Aplikasi. Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu. Blocher,et al. 2000. Manajemen Biaya. Diterjemahkan oleh Dra. A. Susty Ambarriani, M.Si.Akt. Jakarta. Salemba Empat. Hansen and Mowen. 2004. Management Accounting. Edisi 7. Jakarta. Salemba Empat. Heizer Jay, Barry Render. 2001. Manajemen Operasi. Edisi 7. Jakarta. Salemba Empat. Horngren, Charles T. 1999. Akuntansi Biaya dengan Penekanan Manajerial. Alih bahasa oleh Endah Susilaningtyas. SE., MBA. Jakarta : Salemba Empat. Horngren, Datar and Foster. 2003. Cost Accounting : A Managerial Emphasis. Edisi 11. New Jersey : Prentice Hall. Manahan P, Tampubolon. 2004. Manajemen Operasi. Jakarta : Ghalia Indonesia. Muhammad,Nazir. 2003. Metode Penelitian. Edisi 5. Jakarta : Ghalia Indonesia. Mulyadi. 2007. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Yogyakarta : Aditya Media. Mursyidi. 2008. Akuntansi Biaya : Conventional Costing, Just in Time, and Activity Based Costing. Edisi 1. Bandung : Reflika Aditama. M. Subana. 2001. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Edisi 1. Bandung : Pustaka Setia. Rudianto. 2009. Pengantar Akuntansi. Edisi 1. Jakarta : Erlangga Sugiyono. 2004. Statistika untuk Penelitian. Cetakan Kelima. Bandung: Alfabeta. Sofyan, Assauri. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Zaki, Baridwan. 2000. Intermediate Accounting. Edisi Ketiga. Yogyakarta.BPFE.