PENGARUH BIAYA KUALITAS DAN BIAYA PRODUKSI TERHADAP PRODUK CACAT PADA PT. NYONYA MENEER SEMARANG TAHUN 2007-2009 SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian studi strata 1 untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Susilowati 7250406607
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada:
Hari
:
Tanggal
:
April 2011
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Sri Kustini NIP. 195003041979032001
Maylia Pramono Sari, SE, M.Si.Akt NIP. 196005032005012001
Mengetahui, Ketua Jurusan Akuntansi
Drs. Fachrurrozie, M.Si NIP. 196206231989011001
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan didepan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, pada: Hari
:
Tanggal
:
April 2011 Penguji Skripsi
Indah Fajarini SW. SE, M.Si. Akt NIP. 197804132001122002 Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Sri Kustini NIP. 195003041979032001
Maylia Pramono Sari, SE, M.Si. Akt NIP. 196005032005012001
Mengetahui : Dekan Fakultas Ekonomi
Drs. S Martono, M.Si NIP. 196603081989011001
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Semarang, Maret 2011
Susilowati NIM. 7250406607
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO: ^ Alasan kenapa seseorang tak pernah meraih cita-citanya adalah karena dia tak mendefinisikannya, tak mempelajarinya, dan tak pernah serius berkeyakinan bahwa cita-citanya itu dapat dicapai” (Dr Denis Waitley)
PERSEMBAHAN: Skripsi ini saya persembahkan untuk: ♥
Bapak selalu
dan
Ibu
tersayang
memberikan
yang
do’a
dan
dukungan, ♥ Almamaterku ♥
Santy
dan
Utomo,
adik-adikku
♥
Mbah Kakung, Mbah Rayi, Mbah
tersayang,
Uti, Om dan
Tante yang selalu
memberikan do’a dan semangat ♥
Mas Hamdan, yang setia menemani dan mendukungku,
♥ Sahabat-sahabatku tersayang Ipah, Diah, Nadia, Novia, Niken, Astri, Yayuk,
Arum,
Nanik,
Anik,
dan
teman seperjuangan yang tidak bisa ku
sebutkan
satu
per
satu
at
Accounting Class Paralel ’06, ♥
Teman-teman di mekar sari yang selalu memberikan semangat,
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Pengaruh Biaya Kualitas dan Biaya Produksi Terhadap Produk Cacat pada PT. Nyonya Meneer Semarang Tahun 2007-2009”. Penulis menyadari bahwa terwujudnya skripsi ini karena adanya bimbingan, bantuan, saran dan kerjasama dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Rektor Universitas Negeri Semarang, Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si. yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar dan menuntut ilmu di Universitas Negeri Semarang, 2. Dekan Fakultas Ekonomi, Drs. S Martono, M.Si. yang telah memberikan pelayanan dan kesempatan mengikuti program SI di Fakultas Ekonomi, 3. Ketua Jurusan Akuntansi, Drs.Fachrurrozie, M.Si. yang telah memberikan fasilitas dan pelayanan selama masa studi di Jurusan Akuntansi, 4. Dosen Pembimbing I, Dra. Sri Kustini. yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, 5. Dosen Pembimbing II, Maylia Pramono Sari, SE, M.Si.Akt yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, vi
6. Desen Penguji, Indah Fajarini SW. SE, M.Si. Akt. Yang telah memberikan saran, masukan, kritikan, dan kebijakannya dalam ujian skripsi 7. Dosen Wali Kelas Akutansi S1 Paralel B, Drs. Heri Yanto, M.Ba. yang telah memberikan motivasi dan arahan selama menjalani perkuliahan, 8. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, yang telah membimbing, mengarahkan, dan menularkan ilmu pengetahuannya. 9. Staf administrasi Jurusan Akuntansi, Bapak Agus Yanto, yang telah memberikan pelayanan administrasi selama masa penelitian, 10. Seluruh staff PT. Nyonya Meneer Semarang yang telah membantu dan memberikan ijin dalam melakukan penelitian ini, 11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Semarang, Maret 2011 Penulis
vii
SARI SUSILOWATI. 2011. Pengaruh Biaya Kualitas dan Biaya Produksi terhadap Produk Cacat pada PT. Nyonya Meneer Semarang Tahun 2007-2009. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang Kata Kunci: Biaya Kualitas, Biaya Produksi, Produk Cacat Makna mutu atau kualitas suatu produk erat kaitannya dengan tingkat kesempurnaan, kesesuaian dengan kebutuhan, bebas dari cacat. Kesempurnaan suatu produk atau menjalankan fungsi seperti yang dimaksudkan dalam jangka waktu tertentu. Kualitas kesesuaian adalah ukuran mengenai apakah sebuah produk telah memenuhi spesifikasinya atau tidak. Produk disebut cacat apabila produk tersebut tidak aman dalam penggunaannya, tidak memenuhi syarat-syarat tertentu sebagaimana yang diharapkan orang dengan mempertimbangkan berbagai keadaan, terutama tentang penampilan produk, kegunaan yang seharusnya diharapkan dari produk serta saat produk diedarkan. Produk tidak cacat apabila saat lain pada produk telah beredar, dihasilkan pula produk (bersamaan) yang lebih baik. Penelitian ini dilakukan dengan rumusan masalah pengaruh biaya kualitas dan biaya produksi terhadap produk cacat, dan tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh biaya kualitas dan biaya produksi terhadap produk cacat. Penelitian ini dilakukan di PT. Nyonya Meneer Semarang sebagai obyek penelitian. Pelaporan nantinya akan meninjau laporan biaya kualitas dan laporan produksinya, Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi terhadap data sekunder, kemudian untuk mengetahui pengaruh biaya kualitas dan biaya produksi terhadap produk cacat. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis statistik regresi berganda. Data yang digunakan berupa data sekunder yang diambil dengan teknik dokumentasi. Metode pengujian penelitian ini melalui analisis regresi berganda dengan bantuan program SPSS 15.0. Hasil penelitian ini menunjukkan secara parsial variabel Biaya Kualitas tidak mempengaruhi Produk Cacat ini dibuktikan dengan nilai signifikansi (0,058 > 0,05). Variabel Biaya Produksi tidak mempengaruhi Produk Cacat ini dibuktikan dengan nilai signifikansi (0,150 > 0,05). Pengujian secara simultan menunjukkan kedua variabel tidak mempengaruhi Produk Cacat ini dibuktikan dengan nilai signifikansi (0,058 > 0,05). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah Biaya Kualitas, Biaya Produksi tidak berpengaruh terhadap produk cacat. Saran yang berkaitan dengan hasil penelitian ini yaitu : penulis berharap hendaknya perusahaan selalu mengetahui Produk yang dihasilkan oleh mesin hasilnya bervariasi, antara lain produk cacat dan non cacat. Mencegah produk cacat yang fluktuatif kuantitasnya, perlu dilakukan peremajaan mesin sesuai umur ekonomis dari mesin tersebut.Faktor lain yang harus dipertimbangkan adalah faktor kualitas bahan baku karena pengaruh lingkungan dalam penentuan pengaruh variabel biaya produksi terhadap produk cacat. viii
ABSTRACT SUSILOWATI. 2011. The Influence of Quality Cost and Production Cost on Defect Products in PT. Nyonya Meneer Semarang in 2007-2009. Accounting Department of Economics Faculty, Semarang State University Keywords: Quality Cost, Production Cost, Defect Product The meaning of quality of a product is tighly related to the level of excellence, compliance with the need, free of defect. The excellence of a product referes to its capability to serve the intended function within certain period of time. The quality of compliance constitutes the measurement concerning whether or not a product has met its specification. A product is referred to as defect if it is unsafe for use, it does not meet certain requirements as expected in regard to various situations, particularly concerning the product appearance, the usage as expected from the product and the time when the product is distributed. A product is said to be non-defect when at other times on the distributed product, another product of similar type with a better quality is produced (simultaneously). This study was conducted in PT. Nyonya Meneer Semarang as its object. The reporting would later review its quality cost and production reports. The data were collected using documentation method upon the secondary data, to discover the influence of quality cost and production cost on defect product. The data were analyzed using descriptive analysis and statistical analysis, i.e. multiple regression analysis. The collected data were secondary ones taken using documentation. The testing method of this research used multiple regression analysis assisted with SPSS 15.0 program. The result of this research indicated that in partial term the variable Quality cost did not influence Defect product; it was proven by its significance value (0.058 > 0.05). Meanwhile, variable Production cost did not influence Defect product either, in which it was proven by its significance value (0.150 > 0.05). The testing in simultaneous way showed that both variables did not influence Defect product, in which it was proven by its significance value (0.058 > 0.05). The conclusion in this research was that Quality cost and Production cost did not influence any defect product. The suggestions related to these research results were: the researcher expected for the company to constantly find out the Products it produced since those products from its machinery were varied, some were defect products, while some others were not. To prevent any defect products whose quantity was fluctuating, it was necessary to perform renewal upon the machinery according to the economical age of the said machinery. Other worthconsidering factors were the factor of raw material quality due to the presence of environmental influence in determining the influence of variables production cost on defect product.
ix
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...............................................................
ii
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................. iii PERNYATAAN........................................................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..............................................................
v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi SARI ........................................................................................................... viii ABSTRACT ............................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................
1
Latar Belakang ............................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 11 1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 11 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................. 12 BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 14 2.1 Produk Cacat ............................................................................. 14 2.1.1 Pengertian Produk Cacat ............................................. 14 x
2.2 Biaya Kualitas ......................................................................... 16 2.2.1 Pengertian Biaya Kualitas ........................................... 16 2.2.2
Penggolongan Biaya Kualitas .................................... 16
2.2.2.1 Biaya Kegagalan Eksternal… .............................. 16 2.2.2.2 Biaya Kegagalan Internal…… ............................ 16 2.2.2.3 Biaya Penilaian dan Penelaahan .......................... 18 2.2.2.4 Biaya Pencegahan ................................................ 18 2.2.3 Dasar dan Manfaat Biaya Kualitas ............................ 18 2.2.3.1 Dasar Pengukuran Biaya Kualitas ....................... 18 2.2.3.2 Manfaat Biaya Kualitas ....................................... 18 2.3 Biaya Produksi ........................................................................ 20 2.3.1 Pengertian Biaya Produksi......................................... 20 2.4 Kerangka Berfikir ................................................................... 23 2.5 Hipotesis Penelitian ................................................................ 24 BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 26 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 26 3.1.1 Populasi .....................................................................
26
3.1.2 Sampel … ...................................................................
26
3.2 Definisi Operasional Variabel .....................................................
27
3.2.1 Variabel Dependen-Produk cacat...............................
27
3.2.2 Variabel Biaya Kualitas .............................................
27
xi
3.2.3 Variabel Biaya produksi .............................................
28
3.3 Metode Pengumpulan Data .......................................................
29
3.3.1 Dokumentasi .................................................................
29
3.3.2 Observasi……………………………………………..
29
3.3.3 Interview……………………………………………...
30
3.4 Metode Analisis Data ......................................................
30
3.4.1 Analisis Deskriptif .....................................................
30
3.4.2 Uji Normalitas ............................................................
30
3.5 Uji Asumsi Klasik………………………………………. .
31
3.5.1 Uji Multikolonieritas…………………………………
31
3.5.2 Uji Heterokedastisitas……………………………….
31
3.6 Analisis Statistik dengan Regresi Berganda……………. ..
32
3.6.1 Uji F atau Uji Simultan……………………………… .
33
3.6.2 Uji T atau Uji Parsial………………………………..
33
3.6.3 Koefisien Determinasi (R2)………………………….
34
3.6.4 Koefisien determinasi Parsial (r2)…………………..
34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...............
35
4.1 Hasil Penelitian ................................................................ 35 4.1.1 Deskriptif Penelitian......................................................
35
4.1.1.1 Identifikasi Produk Cacat ...................................
35
4.1.1.2 Identifikasi Biaya Kualitas…………………….
37
4.1.1.3 Identifikasi Biaya Produksi……………………… 40 4.1.2 Uji Asumsi Klasik……………………………………
xii
44
4.1.2.1 Hasil Uji Normalitas……………………………
44
4.1.2.2 Hasil Uji Multikolonieritas……………………… 46 4.1.2.3 Hasil UJi Heterokedastisitas… …………………. 47 4.1.3 Hasil Uji Regresi ...........................................................
49
4.1.3.1 Hasil Uji Simultan .................................................
49
4.1.3.2 Hasil UJi Parsial .....................................................
50
4.1.3.3 Hasil Determinasi (R2)…………………………...
51
4.1.3.4 Hasil Uji Parsial (r2)……………………………..
52
4.2 Pembahasan……………………………………………..
53
4.2.1 Pengaruh Biaya Kualitas terhadap Produk Cacat….
53
4.2.2 Pengaruh Biaya Produksi terhadap produk Cacat…
54
4.2.3 Pengaruh Biaya Kualitas dan Biaya Produksi Terhadap produk Cacat……………………………
55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................... 57 5.1 Kesimpulan ....................................................................... 57 5.2 Saran .................................................................................. 57 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 58 LAMPIRAN………………………………………........................
xiii
60
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 Laporan Produk Cacat 2007-2009 ...........................................
36
Tabel 4.2 Laporan Biaya Kualitas (Pencegahan) 2007-2009…………… 38 Tabel 4.3 Laporan Biaya Kualitas (Penilaian) 2007-2009………………. 39 Tabel 4.4 Laporan Biaya Produksi (BBB) 2007-2009
……………… 41
Tabel 4.5 Laporan Biaya Produksi(BTKL) 2007-2009
……………..
42
Tabel 4.6 Laporan Biaya Produksi (BOP) 2007-2009
…………….
43
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas
…………………………………….. 45
Tabel 4. 8 Hasil Uji Multikolonieritas …………………………………..
46
Tabel 4.9 Hasil Uji Heterokedastisitas …………………………………
48
Tabel 4.10 Hasil Uji Simultan …………………………………………..
49
Tabel 4.11 Hasil Uji Parsial ……………………………………………..
50
Tabel 4.12 Hasil Uji Hipotesis…………………………………………… 51 Tabel 4.13 Hasil Uji Determinasi R2…………………………………….
xiv
52
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Kerangka Berpikir ........................................................
25
Gambar 2 Gambar Uji Normalitas ..................................................
45
Gambar 3 Gambar Uji Heterokedastisitas ......................................
47
xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya iklim bisnis yang semakin bebas, perusahaan dituntut untuk mempertajam strategi bisnisnya agar dapat bertahan dalam dunia persaingan yang semakin ketat. Strategi yang tepat adalah dengan menghasilkan produk yang dapat memberikan nilai tambah bagi konsumen baik dari segi manfaat maupun dari segi kualitas. Penyediaan produk yang berkualitas memang telah menjadi tuntutan bagi suatu perusahaan baik yang bergerak di bidang manufaktur, perdagangan, maupun jasa agar dapat hidup dalam persaingan. Bagi perusahaan yang akan memenangkan persaingan dalam segmen pasar, maka dia harus mencapai titik kualitas dalam segala aspek. Tentunya tidak hanya memperhatikan produk yang berkualitas saja, namun harga yang lebih murah dan memiliki pelayanan yang lebih baik akan menjadi incaran para konsumen. Kualitas merupakan dimensi kemampuan suatu produk dalam memenuhi kepuasan konsumen dan sesuai standar yang telah ditetapkan, sekaligus juga merupakan kunci keberhasilan perusahaan agar dapat bersaing secara kompetitif. Perkembangan dunia usaha saat ini berkembang dengan pesat, hal ini ditandai dengan munculnya perusahaan dalam skala kecil menengah maupun besar. Persaingan menjadi hal yang biasa dalam dunia usaha. Hanya perusahaan yang selalu meningkatkan kualitas produk atau jasa yang akan mendapat tempat dihati 1
2
konsumen. Hal tersebut menuntut keahlian manajemen dalam mengantisipasi perubahan yang terjadi dalam aktivitas dunia akuntansi. Perlu dilakukan pengendalian kualitas (quality control) untuk menjaga konsistensi kualitas produk atau jasa yang dihasilkan dan sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar. Sehingga aktivitas yang dijalani dari pengendalian kualitas tersebut dapat mengatasi permasalahan dan menciptakan produk yang sesuai dengan standar yang diharapkan ( Hansen dan Mowen 2000). Makna mutu atau kualitas suatu produk atau layanan sendiri erat kaitannya dengan tingkat kesempurnaan, kesesuaian dengan kebutuhan, bebas dari cacat. Kesempurnaan suatu produk probabilitas produk atau jasa menjalankan fungsi seperti yang dimaksudkan dalam jangka waktu tertentu. Kualitas kesesuaian adalah
ukuran mengenai apakah sebuah produk telah memenuhi
spesifikasinya atau tidak. Kecocokan penggunaan adalah kecocokan dari sebuah produk menjalankan fungsi-fungsi sebagaimana yang inginkan. Proses produksi yang memperhatikan kualitas akan menghasilkan produk yang terhindar dari kerusakan. Jika hal ini tercapai, maka adanya pemborosan dan inefisiensi dapat terhindar sehingga biaya produksi per unit dapat ditekan. Selain itu juga, pencapaian kualitas produk yang optimal dan sesuai, di satu sisi tidak dapat mengabaikan adanya efisiensi biaya. Efisiensi .biaya ditekankan untuk meningkatkan kualitas yang disertai dengan penekanan biaya hingga se-optimal mungkin, sehingga harga jual produk tetap kompetitif. Perusahaan-perusahaan industri di Indonesia dalam mengelola sumber daya yang dimiliki sedang mengalami persaingan yang signifikan, secara umum
3
persaingan terjadi baik itu dalam meraih pangsa pasar atau untuk yang terkuat (market leader) dan mencapai keuntungan atau laba yang sebesar-besarnya (profit). Kondisi persaingan antara perusahaan semakin berlanjut tidak hanya mengenai bagaimana meraih pangsa pasar dan mencapai keuntungan sebesarbesarnya, tetapi bagaimana mendapat permodalan dari investor asing. Para investor asing tersebut dalam menanamkan investasinya tentunya memilih perusahaan-perusahaan yang memiliki kinerja yang baik dengan ditandai pencapaian keuntungan dan produktifitas yang semakin meningkat, yang kemudian diharapkan dapat memberikan tingkat pengembalian investasi yang cepat. Disisi lain perusahaan-perusahaan Indonesia berpacu untuk bagaimana meningkatkan produktivitas berbagai teknik dan strategi pun dilaksanakan. Hal terpenting yang dilakukan oleh perusahaan adalah peningkatan produktivitas sumber daya yang dipakai. Produktivitas dalam hal ini adalah penggunaan modal yang secara tepat digunakan oleh perusahaan, bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, mesin, dan lain-lainnya yang tidak langsung terkait dengan proses produksi, yang semua itu harus direncanakan semakin rendah atau tetap sumber daya yang dimiliki dapat menghasilkan output atau produk yang semakin berkualitas dan dengan jumlah yang tetap atau bertambah. Peningkatan produktivitas terkait pula dengan pengendalian kualitas, yaitu pengendalian tentang bagaimana kualitas produk itu tetap terjaga. Jika sebuah produk mengandung produk cacat desain yang parah, maka produk tersebut dianggap gagal meskipun tingkat kesesuaiannya sesuai dengan spesifikasinya.
4
Produk yang ditarik kembali sering kali disebabkan oleh adanya masalah dalam dimensi kecocokan penggunaan. Biaya kualitas (cost of quality) adalah biaya-biaya yang timbul karena mungkin atau telah terdapat produk yang buruk kualitasnya. Produk cacat adalah produk yang tidak sesuai dengan spesifikasinya. Fungsi biaya kualitas pandangan kualitas yang dapat diterima mengasumsikan bahwa terdapat perbandingan terbalik antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan meningkat, biaya kegagalan seharusnya turun. Selama penurunan biaya kegagalan lebih besar dari pada kenaikan biaya pengendalian, perusahaan harus terus meningkatkan usahanya untuk mencegah atau mendeteksi unit-unit yang tidak sesuai. Yang pada akhirnya akan dicapai suatu titik dimana kenaikan tambahan biaya yang lebih besar dari pada penurunan biaya kegagalan. Total biaya kualitas hanya bisa ditekan melalui (trade-off) antar biaya pengendalian dan biaya kegagalan (menambah yang satu ketika mengurangi yang lain), teori ini menurut (model tradisional) menghasilkan peningkatan kualitas dan menekan biaya kualitas disetiap kategori, serta secara keseluruhan memindahkan distribusi biaya kualitas ke kategori pengendalian dengan lebih menekan pada pencegahan, teori ini menurut (Tennant). Teori lain menemukan bahwa laba perusahaan terus mengalami peningkatan hingga biaya pengendalian mencapai 70 hingga 80 persen dari total biaya kualitas, teori ini menurut (Weshinghouse Electic). Kualitas merupakan prioritas utama untuk menampakkan keunggulan industri. Bagi pelanggan kualitas artinya desain yang bagus, kinerja yang bisa
5
diandalkan, kiriman yang cepat, dan menyediakan barang atau jasa sesuai dengan harapan konsumen dan tentunya dengan harga yang kompetitif. Analisis operasi digunakan untuk mempelajari atau mengetahui elemenelemen atau proses-proses yang produktif atau nonproduktif dalam suatu operasi. Peningkatkan suatu produktivitas per satuan waktu, dan untuk mengurangi biaya per unit, sekaligus menjaga dan atau meningkatkan kualitas. Analisis operasi sama efektifnya baik dilakukan untuk merencanakan pekerjaan baru atau memperbaiki operasi yang sudah ada, dan menggunakan pendekatan pernyataan untuk semua aspek kerja. Pemakaian bahan baku ini tercermin dalam laporan beban pokok penjualan (cost of googs sold), yang terdiri dari tiga komponen antara lain : 1). Pemakaian bahan baku langsung, 2). Upah buruh langsung, 3). Biaya pabrikasi. Apabila produktivitas bahan baku naik maka beban pokok penjualan akan rendah sehingga tercipta laba yang semakin tinggi jika dibandingkan dengan aktual pendapatan penjualan. Perusahaan mungkin saja telah melakukan pengeluaran biaya-biaya yang berkaitan dengan kualitas begitu besar, tapi produk yang dihasilkan masih dalam kualitas rendah, peningkatan aktivitas yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas akan berpengaruh dalam peningkatan biaya yang dikeluarkan perusahaan. Merencanakan dan mengendalikan biaya kualitas maka perusahaan perlu mengetahui besarnya biaya kualitas yang terjadi. Biaya kualitas perlu diketahui perusahaan, karena biaya kualitas yang terjadi dapat digunakan sebagai pedoman pengeluaran biaya kualitas pada periode berikutnya. Biaya kualitas yang terlalu
6
kecil dapat menurunkan kualitas produksi. Jika suatu perusahaan terlalu mementingkan kualitas produk saja, maka biaya kualitas yang terjadi akan sangat besar. Pengendalian kualitas pada proses dalam sistem produksi merupakan pengendalian kualitas terhadap proses produksi yang terdiri dari proses pemotongan dan proses laminasi. Kualitas kedua proses produksi ini merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi kualitas hasil produk yang dihasilkan. Apabila proses tersebut memiliki kualitas yang kurang baik atau tidak memenuhi standar maka barang yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang kurang baik, bahkan termasuk kategori produk cacat yang tidak dapat digunakan atau dipasarkan. Penelitian Supraptowo (2007) yang meneliti tentang pengaruh biaya kualitas dalam pengendalian produk cacat, menunjukan hasil tidak ada pengaruh antara biaya kualitas terhadap pengendalian produk cacat. Annisa (2007) pengendalian kualitas dalam mengurangi kegagalan produk, menunjukan hasil tidak ada pengaruh antara biaya kualitas dalam mengurangi kegagalan produk. Hasil dari Murat Raya (2007) Informasi Kualitas produk dan biaya kualitas terhadap resiko kegagalan produk, menunjukan hasil tidak ada pengaruh antara informasi kualitas produk terhadap resiko kegagalan produk. Justin Ren Z (2009) yang meneliti tentang Servis perluasan kapasitas, kualitas dan hubungannya terhadap biaya. Menunjukan hasil ada pengaruh antara servis perluasan kapasitas, kualitas terhadap biaya.
7
Berdasarkan survei awal, kerusakan yang ada dalam PT. Nyonya Meneer Semarang dalam proses produksi terdiri dari beberapa produk seperti Minyak Telon, obat dalam bentuk kapsul, jamu. Kerusakan dari produk tersebut di sebabkan oleh beberapa faktor seperti Botol Minyak Telon, Doos, Etiket dan cangkang Menurut Hansen dan Mowen ( 2001:964 ) produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi spesifikasinya. Hal ini beratnya juga tidak sesuai dengan standar
kualitas
yang
telah
ditetapkan.
Kesesuaian
dengan
kualitas
mengasumsikan bahwa terdapat suatu cakupan nilai yang diterima untuk setiap spesifikasi atau karakteristik kualitas. Produk cacat yang terjadi selama proses produksi mengacu pada produk yang tidak diterima oleh konsumen. produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditentukan tetapi dengan mengeluarkan biaya pengerjaan kembali untuk memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomis dapat disempurnakan lagi menjadi yang lebih baik (Mulyadi, 1999:328 ), tetapi dalam perlakuan terhadap biaya pengerjaan kembali produk cacat adalah mirip dengan produk rusak. Masalah yang timbul dalam produk cacat adalah bagaimana memperlakukan biaya tambahan untuk mengerjakan kembali produk cacat tersebut. Jika produk cacat bukan merupakan hal yang biasa dalam proses produksi, tetapi karena karakteristik pengerjaan pesanan tertentu. Maka biaya pengerjaan kembali produk cacat, dapar dibebankan sebagai tambahan biaya produksi pesanan yang bersangkutan. Jika produk cacat merupakan hal yang biasa dalam proses
pengerjaan produk maka biaya pengerjaan
kembali tersebut
8
kedalam BOP. Pengerjaan kembali produk cacat yang sesungguhnya terjadi didebitkan kedalam rekening BOP sesungguhnya. Produk disebut cacat apabila produk tersebut tidak aman dalam penggunaannya, tidak memenuhi syarat-syarat tertentu sebagaimana yang diharapkan orang dengan mempertimbangkan berbagai keadaan, terutama tentang penampilan produk, kegunaan yang seharusnya diharapkan dari produk serta saat produk diedarkan. Produk tidak cacat apabila saat lain setalah produk telah beredar, dihasilkan pula produk (bersamaan) yang lebih baik. Bagian proses inspeksi akhir yaitu setelah dari mesin packaging ditemukan cacat lagi yaitu cacat tinta yang biasanya mencantumkan expired date atau tanggal kadaluarsa (walaupun setiap bulan ke- 4 dari 1 tahun masa berlakunya, jamu ditarik dari peredaran) tidak jelas bahkan tidak tercetak sama sekali. Kualitas produk dalam hal ini adalah produk yang tidak cacat dan bukan masalah selera masyarakat. Maka dengan adanya pengendalian kualitas (yang memunculkan biaya kualitas) dapat menekan volume produk cacat, dan secara otomatis produk yang siap dijual/non cacat semakin bertambah. Sebab bahan baku yang dibeli pada intinya adalah menghasilkan produk yang siap jual. Biaya kualitas merupakan biaya yang bersangkutan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan dan pencegahan produk cacat. Meminimalisir biaya kualitas tetap mampu menciptakan produk yang baik, maka perusahaan harus memfokuskan pada kegiatan pencegahan maka akan dapat menurunkan biaya kualitas keseluruhan. Sistem biaya kualitas dapat dipandang sebagai keberhasilan
9
program perbaikan kualitas. Oleh karena itu biaya kualitas merupakan komponen penting dalam menetapkan strategi kualitas. Dengan adanya kualitas yang sesuai dengan harapan konsumen, maka konsumen akan merasa puas terhadap manfaat yang diberikan oleh produk tersebut. Kepuasan konsumen atau pelanggan merupakan modal perusahaan untuk terus eksis dalam persaingan, karena kepuasan pelanggan merupakan faktor penentu bagi konsumen untuk melakukan pembelian terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan secara terus menerus. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat kepuasan konsumen terhadap manfaat yang diberikan oleh produk tersebut, maka konsumen akan tertarik untuk terus menggunakan atau membeli produk tersebut. Sehingga tingkat loyalitas konsumen terhadap produk tersebut semakain besar. Berdasarkan
penelitian-penelitian
terdahulu
tersebut
diatas
yang
mempunyai pendapat dan persepsi yang berbeda dan ketidakkonsistenan hasil penelitian dari satu peneliti dengan peneliti yang lain, peneliti akan meneliti kembali pengaruh biaya kualitas terhadap produk cacat. Selain itu pada penelitian ini menambah variabel biaya produksi yang dikemungkinkan dapat berpengaruh terhadap produk cacat. Nyonya meneer adalah perusahaan yang bergerak dibidang jamu untuk dikategori produk jamu yang meramaikan persaingan ketat dengan merk nasional dan multinasional. Jika berbagai elemen lini manufakturing (selain pemasarannya) selalu dikembangkan, bukan tidak mungkin produk jamu nyonya meneer atau bahkan produk lokal lain dapat bersaing dengan produk-produk yang lain. Hal ini
10
tentu saja meningkatkan persaingan. Agar dapat mempertahankan atau bahkan bisa meningkatkan posisinya untuk persaingan tersebut. Pengukuran produktivitas menggunakan teori atau metode pengukuran produktivitas total (total produktivity measurement) dari (Hansen & Mowen 1999:5) Penelitian ini dilakukan di PT. Nyonya Meneer Semarang sebagai obyek penelitian. Pelaporan nantinya akan meninjau laporan biaya kualitas dan laporan produksinya, sehingga nanti dapat dinilai mengenai peningkatan produktivitas bahan baku langsung sehubungan dengan penerapan pengendalian kualitas produk. Mengapa yang ditinjau adalah bahan baku langsung, karena bahan baku langsung mendominasi jumlah beban pokok penjualan yaitu sekitar 50-55 persen. Meskipun dari segi perencanaan kualitas PT. Nyonya Meneer telah melakukan usaha-usaha menuju pencapaian kualitas produk, namun manajemen belum menetapkan sistem biaya kualitas sebagai sarana bagi pengendalian biaya kualitasnya dan peluang dalam perbaikan kualitas yang akan datang. Ketidakmampuan perusahaan melakukan biaya-biaya yang berkaitan dengan kualitas akan menimbulkan masalah baru dalam perusahaan. Mengingat arti pentingnya biaya kualitas dalam rangka pengendalian produk cacat, maka pengelolaan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi kualitas produk bagi suatu perusahaan sangat diperlukan tidak terkecuali pada PT. Nyonya Meneer Semarang, dimana setiap konsumen ingin mendapatkan manfaat yang baik. Oleh karena itu meneliti unsur-unsur yang mempengaruhi kualitas produk dirasa sangat penting.
11
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang perencanaan dan menentukan kualitas optimal, terutama berkaitan dengan produk berkualitas yang berhubungan dengan produk cacat, sehingga bisa menambah penghasilan bagi perusahaan. Skripsi ini diberi judul “Pengaruh biaya kualitas dan biaya produksi terhadap produk cacat tahun 2007-2009 pada PT. Nyonya Meneer Semarang” 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulisan masalah dalam
penelitian ini adalah : 1.
Adakah pengaruh biaya kualitas terhadap produk cacat pada PT. NYONYA MENEER SEMARANG
2.
Adakah pengaruh biaya produksi terhadap produk cacat pada PT. NYONYA MENEER SEMARANG
3.
Adakah pengaruh biaya kualitas dan biaya produksi terhadap produk cacat pada PT. NYONYA MENEER SEMARANG
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah memeperoleh deskripsi tentang kelayakan
sebuah produk yang dihasilkan oleh perusahaan dalam periode tertentu. Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat adalah : 1.
Mengetahui bagaimana pengaruh biaya kualitas terhadap produk cacat pada PT. NYONYA MENEER SEMARANG
2.
Mengetahui bagaimana pengaruh biaya produksi terhadap produk cacat pada PT. NYONYA MENEER SEMARANG
12
3.
Mengetahui adakah pengaruh biaya kualitas dan biaya produksi pada PT. NYONYA MENEER SEMARANG
1.4
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.
Manfaat teoritis Manfaat teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pengetahuan tentang biaya kualitas terhadap produk cacat.
2.
Manfaat praktis Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat praktis salah satunya yaitu memberikan masukan berharga kepada PT Nyonya Meneer Semarang dalam rangka menekan jumlah produk cacat dalam proses produksi sehingga dapatmeminimalisir kerugian yang ditimbulkan akibat produk cacat.
13
BAB II LANDASAN TEORI 2.1
Produk Cacat
2.1.1
Pengertian Produk Cacat Produk cacat menurut kamus besar bahasa indonesia yaitu barang atau jasa yang
dibuat atau ditambah gunanya atau dalam proses produksi dan menjadi hasil akhir dari proses produksi itu. Produk cacat mengandung pengertian kekurangan yang menyebabkan nilai atau mutunya kurang baik atau kurang sempurna, pengertian tersebut jika digabungkan adalah produk yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh perusahaan atau produk yang tak sempurna. Menurut Hansen dan Mowen ( 2001:964 ) produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi spesifikasinya. Hal ini beratnya juga tidak sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan. Kesesuaian dengan kualitas mengasumsikan bahwa terdapat suatu cakupan nilai yang diterima untuk setiap spesifikasi atau karakteristik kualitas. Produk cacat yang terjadi selama proses produksi mengacu pada produk yang tidak diterima oleh konsumen. Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditentukan tetapi dengan mengeluarkan biaya pengerjaan kembali untuk memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomis dapat disempurnakan lagi menjadi yang lebih baik (Mulyadi, 1999:328). Perlakuan terhadap biaya pengerjaan kembali produk cacat adalah mirip dengan produk rusak. Masalah yang timbul dalam produk cacat adalah bagaimana memperlakukan biaya tambahan untuk mengerjakan kembali produk cacat tersebut.
14
Jika produk cacat bukan merupakan hal yang biasa dalam proses produksi, tetapi karena karakteristik pengerjaan pesanan tertentu. Maka biaya pengerjaan kembali produk cacat, dapar dibebankan sebagai tambahan biaya produksi pesanan yang bersangkutan. Jika produk cacat merupakan hal yang biasa dalam proses pengerjaan produk maka biaya pengerjaan kembali tersebut kedalam BOP. Pengerjaan kembali produk cacat yang sesungguhnya terjadi didebitkan kedalam rekening BOP sesungguhnya. Produk disebut cacat apabila produk tersebut tidak aman dalam penggunaannya, tidak memenuhi syarat-syarat tertentu sebagaimana yang diharapkan orang dengan mempertimbangkan berbagai keadaan, terutama tentang penampilan produk, kegunaan yang seharusnya diharapkan dari produk serta saat produk diedarkan. Produk tidak cacat apabila saat lain setalah produk telah beredar, dihasilkan pula produk (bersamaan) yang lebih baik. Pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa produk cacat yaitu produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi sehingga tidak memenuhi standar kualitas yang telah ditentukan yang menyebabkan nilai atau mutunya kurang baik atau kurang sempurna.
2.2
Biaya Kualitas
2.2.1
Pengertian Biaya Kualitas Biaya kualitas adalah biaya yang tibul karena mungkin atau telah dihasilkan
produk yang rendah kualitasnya. (Hansen dan Mowen, 2007:7). Biaya kualitas adalah biaya yang berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan, dan pencegahan kerusakan (Tjiptono dan Anastasia, 2003:34). Kesimpulan dari pengertian
15
biaya-biaya kualitas tersebut adalah biaya
yang terjadi atau mungkin terjadi
dikarenakan produk yang rendah kualitasnya menjadi produk yang bermutu baik atau sesuai yang diharapkan.
2.2.2
Penggolongan Biaya Kualitas Biaya kualitas dapat dikelompokkan menjadi empat golongan yaitu sebagai
berikut: 2.2.2.1 Biaya kegagalan eksternal (Extrenal Failure Cost) Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang harus dikeluarkan karena menghasilkan produk cacat terjadi karena faktor laur organisasi perusahaan. 2.2.2.2 Biaya kegagalan internal. Biaya ini terjadi di perusahaan sebelum barang dikirim ke konsumen. Jenis biaya yang termasuk dalam kategori biaya kegagalan internal adalah sebagai berikut: a)
Biaya disposisi, adalah untuk menentukan langkah kegiatan atau tindakan yang harus dilaksanakan berhubungan dengan adanya kerusakan pada suatu produk yang ditemukan.
b)
Biaya membuangnya menjadi barang akpir (scrap cost), adalah biaya yang timbul karena mutu suatu barang buruk sekali sehingga lebih baik dibuang atau diapkir.
c)
Biaya mengerjakan kembali (rework cost), adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengoreksi atau memperbaiki produk atau bagian dari produk yang cacat atau rusak agar barang tersebut dapat digunakan dan dapat dijual.
16
d)
Biaya tes ulang (retest cost), adalah biaya yang mengetes kembali atas produk yang mengalami pengerjaan ulang.
e)
Biaya bahan sisa (yield loss cost), adalah biaya atas bahan-bahan sisa yang secara tehnik tidak dapat dihindarkan.
f)
Biaya lepas (down time cost), adalah biaya yang dikeluarkan untuk buruh yang terpaksa menganggur karena terhentinya proses produksi karena masalah mutu produk.
g)
Biaya cadangan penyedia penyelamat (inventory safety stock cost), adalah biaya yang harus dikeluarkan akibat harus mengadakan persediaan penyelamat agar proses produksi tidak terhenti.
h)
Biaya lembur akibat produk rusak, adalah biaya lembur yang harus dikeluarkan karena adanya komponen atau produk yang rusak.
i)
Biaya kelebihan kapasitas, adalah biaya kelebihan kapasitas yang harus dipelihara untuk menutupi kapasitas yang hilang akibat membuat produk rusak.
2.2.2.3 Biaya penilaian atau penelaahan (Appraisal Cost) Biaya ini dikeluarkan untuk menelaah atau mengamati sehingga ditemukan kondisi bahan dan produk yang cacat atau rusak. 2.2.2.4 Biaya pencegahan (Pevention Cost) Biaya ini dikeluarkan perusahaan untuk upaya pencegahan terjadinya kerusakan produk. 2.2.3 Dasar dan Manfaat Biaya Kualitas 2.2.3.1 Dasar Pengukuran Biaya Kualitas
17
Dasar pengukuran merupakan bagian yang terpenting dalam analisi biaya kualitas karena dengan biaya kualitas belum menunjukan informasi yang belum memadai. Kepentingan analisis program kualitas manajer tidak membandingkan hanya biaya kualitas dengan dasar tertentu sehingga diperoleh indeks penyebab biaya-biaya tersebut. 2.2.3.2 Manfaat biaya kualitas Skripsi Wida Novita menyebutkan bahwa penerapan biaya kualitas di perusahaan sangat membantu pihak manajemen dalam membuat keputusan (Feigenbum, 1989:119-120). Adalah: a)
Alat pengukur Biaya kualitas memberikan ukuran kompetitif untuk mengevaluasi program
kualitas dibanding dengan nilai hasil yang dicapai. b)
Alat analisi mutu proses Biaya kualitas jika dirinci secara lebih tepat berdasarkan nilai produk atau
segmen-segmen dan arus proses. Akan menunjukkan secara tepat bidang masalah utama dan berfungsi sebagai alat analisis yang efektif. c)
Alat pemograman Biaya kualitas merupakan alat untuk mengidentifikasi tindakan-tindakan yang
membuat hasil yang paling potensial, karena itu biaya kualitas dapar dijadikan dasar dalam memprioritaskan tindakan yang harus dilaksanakan terledih dahulu. d)
Alat penganggaran Biaya kualitas adalah pembimbing untuk membuat anggaran pengeluaran yang
penting untuk mencapai program untuk meningkatkan dan mengendalikan kualitas yang diinginkan.
18
e)
Alat peramal Data
biaya
kualitas
merupakan
kendali
yang
mengevaluasi
dan
menginformasikan suatu produk dalam memenuhi persaingan pasar. f)
Cara memperoleh biaya kualitas Beberapa cara untuk memperoleh data biaya mutu produk ada tiga yaitu meliputi
sebagai berikut: 1.
Melaluai penelaahan kembali lalu menganalisis dokumen-dokumen produksi dan tugas karyawan.
2.
Menciptakan dan memelihara dokumen-dokumen sementara yang berkaitan dengan mutu produksi.
3.
Melakukan observasi secara langsung pada operasi produksi.
2.3
Biaya Produksi
2.3.1
Pengertian biaya produksi Biaya Produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi tiga, yaitu: 1.
Biaya bahan baku
2.
Biaya tenaga kerja langsung
3.
Biaya overhead pabrik Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula dengan istilah
biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik sering juga disebut dengan istilah biaya konversi (conversion cost), yang merupakan biaya untuk mengkonversi (mengubah) bahan baku menjadi produk jadi ( Mulyadi, 1999:14 ).
19
Sistem harga pokok proses memerlukan syarat-syarat sebagai berikut: 1.
Tujuan produksi untuk memenuhi persediaan
2.
Produk yang dihasilkan bersifat Homogen dan bentuknya Standar
3.
Kegiatan produksi bersifat terus menerus
4.
Biaya dikumpulkan menurut satuan waktu tertentu
5.
Jumlah total biaya maupun biaya satuan dihitung setiap akhir periode satuan waktu
6.
Kegiatan produksi didasarkan pada budget produksi dan schedule produksi Menurut Sukardi (2004:73) suatu pabrik dapat terjadi proses produksi hanya
memproduksi satu macam barang melalui satu tahap atau departemen produksi, dapat juga melalui beberapa tahap atau departemen reproduksi dan disamping itu juga dapat menghasilkan beberapa produk melalui beberapa tahap atau departemen produksi sehingga hal ini dapat digambarkan sebagai berikut: 1.
Kondisi sequential products Kondisi sequential products adalah proses produksi dimana diproses menjadi produk jadi melalui seluruh departemen produksi yang ada dalam perusahaan.
2.
Kondisi pararel products Kondisi pararel products adalah produksi dimana bahan baku mulai dimasukkan pada departemen yang berbeda dan akan bergabung pada saat proses akhir departemen finishing.
3.
Kondisi pararel products Kondisi pararel products adalah proses produksi dimana bahan baku dimasukkan pada departemen pertama dan masing-masing jenis produk yang akan dihasilkan melalui departemen produksi yang berbeda.
20
Pembuatan produk terdapat dua kelompok biaya, yaitu biaya produksi dan biaya non produksi. 1) Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk. Biaya produksi membentuk harga produksi, yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk jadi dan harga pokok produk yang pada akhir periode akuntansi masih dalam proses. 2) Biaya non produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan non produksi. Biaya non produksi ditambahkan pada harga pokok produksi untuk menghitung total harga pokok produk.
2.4 Kerangka Berfikir Dalam setiap proses produksi, suatu perusahaan selalu berusaha agar memperoleh hasil produksi yang maksimal. Hasil produksi akan dicapai secara maksimal jika perusahaan mampu menekan tingkat kerusakan produk seminimal mungkin. Upaya perusahaan dalam menekan kerusakan produk ini, dapat dilakukan dengan menjaga kualitas produk, maka diperlukan biaya yang berkaitan dengan usaha menjaga kualitas produk tersebut agar tidak mengalami kerusakan ataupun cacat. Adapun biaya untuk menjaga produk disebut biaya kualitas. Peningkatan biaya kualitas khususnya biaya kontrol (biaya pencegahan dan biaya penilaian) berdampak pada kinerja produksi perusahaan dalam mencegah atau mendeteksi unit-unit yang tidak sesuai kualitas dan meminimalisir terjadinya produk cacat Pandangan kualitas yang dapat diterima mengasumsikan bahwa terdapat perbandingan terbalik antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan. Ketika biaya pengendalian meningkat, biaya kegagalan seharusnya turun. Selama penurunan biaya
21
kegagalan lebih besar dari pada kenaikan biaya pengendalian, perusahaan harus terus meningkatkan usahanya untuk mencegah atau mendeteksi unit-unit yang tidak sesuai. Akhirnya, akan dicapai suatu titik dimana kenaikan tambahan biaya dalam upaya tersebut menimbulkan biaya yang lebih besar dari pada penurunan biaya kegagalan. Sebuah produk dikatakan cacat bila kualitasnya berada diluar batas toleransi suatu karakteristik kualitas. Perusahaan-perusahaan yang semakin sedikit menghasilkan produk cacat akan menjadi lebih kompetitif. Kerugian terjadi karena produksinya produk yang menyimpang dari nilai target, dan semakin jauh penyimpangannya, semakin besar nilai kerugiannya. Kerugian juga terjadi meskipun deviasi masih dalam batas toleran spesifikasi. Bagi perusahaan-perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan yang sangat kompetitif, kualitas dapat memberi keunggulan yang kompetitif yang penting. Keunggulan biaya dapat dicapai dengan cara mengendalikan biaya tersebut. Menggunakan sistem biaya kualitas, biaya yang dikeluarkan untuk mempertahankan kualitas produk menjadi dapat dikendalikan. Biaya kualitas yang masih tergabung dalam biaya produksi, biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum dapat dipisah kemudian dikelompokan dalam rekening tersendiri, setelah biaya dikelompokan kemudian dapat dibuat laporan biaya kualitas. Dampak pada biaya produksi dapat dilihat dari produk yang dihasilkan. Kesesuaian produk dengan standar-standar perusahaan maka produk akan bebas dari tingkat kerusakan yang tinggi. Hal ini akan mencegah terjadinya pemborosan dan inefisiensi biaya produksi. Dampak pada pendapatan terjadi pada peningkatan penjualan atas penjualan kualitas produk dengan harga kompetitif. Hal ini disebabkan
22
konsumen pada umumnya akan memilih produk yang berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif. Untuk meningkatkan produk dan memperoleh keuntungan yang diinginkan, perusahaan harus dapat menekan jumlah produk yang rusak sehingga produk yang berkualitas dapat ditingkatkan. Untuk itu, perusahaan harus dapat mengoptimalkan biaya kualitas perusahaan, sehingga tidak menimbulkan biaya yang tinggi dan produk rusak dapat ditekan seminimal mungkin. Semakin rendah prosentase produk rusak, maka semakin tinggi persentase kualitas produk yang dihasilkan perusahaan. Penentuan biaya kualitas yang optimal merupakan salah satu cara perusahaan untuk dapat melakukan pengendalian biaya kualitas sehingga biaya kualitas yang dikeluarkan oleh perusahaan tidak terlalu besar dan produk rusak dapat ditekan dan produk yang berkualitas dapat dipertahankan dan ditingkatkan. Perencanaan biaya-biaya yang ada dalam perusahaan agar lebih efektif dan efisien mungkin, khususnya pada biaya kualitas yang ada dalam perusahaan. Karena biaya kualitas sangat penting dalam pemenuhan mutu yang baik dan dalam memproduksi produk yang berkualitas. Kerangka berfikir sebagai berikut:
Biaya kualitas (X1) Produk cacat (Y) Biaya Produksi (X2) Gambar 2.1 kerangka berpikir
23
2.5
Hipotesis Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto, 2002:64). Berdasarkan kerangka berfikir diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H1: Biaya kualitas berpengaruh negatif terhadap produk cacat. H2: Biaya produksi berpengaruh negatif terhadap produk cacat. H3: Biaya kualitas dan biaya produksi secara bersama-sama (simultan) berpengaruh negatif terhadap produk cacat.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan studi kasus pada PT. Nyonya Meneer Semarang.
Data mengenai biaya kualitas dan jumlah produk cacat pada perusahaan selama tiga tahun yaitu 2007- 2009 yang disajikan dalam bentuk bulanan. 3.1.1
Populasi Penelitian Populasi adalah semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun
pengukuran kuantitatif mengenai karakteristik tertentu dan semua anggaran kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin di pelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 2002:6 dalam Novita 2008). Populasi penelitian ini adalah laporan biaya kualitas dan laporan biaya produksi serta produk cacat dari tahun 2007-2009 pada PT. Nyonya Meneer Semarang (dengan satuan analisis bulanan). 3.1.2
Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
Suharsimi, 2002:109 dalam Novita 2008). Penelitian ini tidak menggunakan sampel karena semua populasi digunakan. Maka penelitian ini adalah penelitian populasi yaitu sebanyak 36 bulan atau satu tahun dari tahun 2007- 2009 pada PT. Nyonya Meneer Semarang.
3.2
Variabel penelitian
3.2.1
Produk Cacat Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah
ditentukan
tetapi
dengan
mengeluarkan 24
biaya
pengerjaan
kembali
untuk
25
memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomis dapat disempurnakan kembali menjadi produk yang lebih baik. Produk cacat merupakan variabel terkait yang indikatornya yaitu jumlah produk cacat yang ada, dinilai dalam satuan rupiah (Rp). 3.2.2
Biaya Kualitas (X1) Biaya
kualitas
adalah
biaya-biaya
yang
terkait
dengan
pencegahan,
pengidentifikasian, perbaikab dan pembulatan produk yang berkualitas rendah dan dengan “opportunity cost”dari hilangnya waktu produk dan penjualan dan akibat rendahnya kualitas (Blocer, 2002:202 dalam Wida Novita 2008). Biaya kualitas disini merupakan variabel bebas. Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi terhadap suatu gejala (Arikunto, Suharsimi, 2002:97). Biaya kualitas terdiri dari dua komponen yaitu: a.
Biaya pencegahan, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mencegah terjadinya produk dengan kualitas rendah atau dengan produk rusak. Indikatornya adalah biaya pemeliharaan mesin dan biaya pelatihan karyawan yang diukur perbulan selama tiga tahun dalam satuan rupiah.
b.
Biaya penilaian, yaitu biaya yang dikeluarkan dalam rangka pengukuran dan analisis data yang menentukan apakah produk dan jasa sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan perusahaan. Indikator variabel ini adalah biaya pemeriksaan bahan baku dan biaya tenaga kerja pemeriksaan yang diukur perbulan selama tiga tahun dalam satuan (Rp).
3.2.3
Biaya Produksi (X2) Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi
produk jadi yang siap untuk dijual. Secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi tiga, yaitu:
26
1.
Biaya bahan baku
2.
Biaya tenaga kerja langsung
3.
Biaya overhead pabrik Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula dengan istilah
biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik sering juga disebut dengan istilah biaya konversi (conversion cost), yang merupakan biaya untuk mengkonversi (mengubah) bahan baku menjadi produk jadi ( Mulyadi, 1999:14 ). a. Biaya bahan baku Biaya bahan baku yaitu biaya yang dibutuhkan untuk membeli bahan baku untuk proses produksi dalam suatu perusahaan. b. Biaya tenaga kerja langsung Biaya tenaga kerja (direct labor cost) adalah semua balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada semua karyawan, elemen biaya tenaga kerja yang merupakan biaya produksi adalah biaya tenaga kerja untuk karyawan di pabrik. c.
Biaya Overhead pabrik Biaya Overhead pabrik adalah biaya-biaya bahan tak langsung, buruh tak
langsung dan biaya-biaya pabrik lainnya yang tidak secara mudah dapat diidentifikasikan atau dibebankan langsung pada suatu pekerjaan. Biaya overhead pabrik mencakup biaya produksi lainnya seperti pemanasan ruang pabrik, penerangan, penyusutan pabrik dan mesin mesin. Biaya pabrik seperti pemeliharaan, gudang bahanbahan dan hal lain yang memberikan pelayanan-pelayanan kepada bagian produksi juga merupakan bagian dari biaya overhead pabrik.
27
3.3
Metode Pengumpulan Data Penelitian ini yang metode pengumpulan datanya diperoleh dengan melakukan
survey lapangan. Adapun cara yang dilakukan adalah: 3.3.1 Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, prasasti, notulen, rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 1998:136 dalam Novita 2008). Metode ini untuk mengambil data tentang data laporan biaya kualitas, biaya produksi terhadap produk cacat. 3.3.2 Metode Observasi Metode ini digunakan untuk melakukan penelitian secara langsung di PT. Nyonya Meneer Semarang dan dimaksudkan untuk melengkapi data-data yang dapat mendukung informasi supaya lebih akurat dan lengkap. Dalam metode opservasi ini dilengkapi oleh lembar opservasi untuk mendapatkan data mengenai biaya kualitas dan data produk cacat perusahaan selama tiga tahun berturut-turut dari tahun 2007-2009. 3.3.3
Interview Interview adalah salah satu metode pengumpulan data dengan bertanya langsung
atau berkomunikasi langsung dengan manajer yang berkomitmen. Dalam penelitian ini data yang diperoleh adalah identifikasi aktivitas
3.4
Metode Analisis Data Analisis data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian tersebut
bermaksud mengambil kesimpulan dari masalah yang diteliti. Metode analisis data digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian agar sehingga laporan yang dihasilkan mudah dipahami.
dapat diimplementasikan
28
3.4.1
Analisis deskriptif Analisis deskriptif adalah analisis data yang menggunakan metode grafik untuk
mengenai pola sejumlah data, merangkum, semua informasi yang terdapat dalam data tersebut, yang menyajikan informasi tersebut dalam bentuk yang diinginkan. Analisis deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat biaya kualitas dan biaya produksi terhadap produk cacat pada PT Nyonya Meneer Semarang 3.4.2
Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,
variabel terikat dan variabel bebasnya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal (Santoso, Singgih, 2000:212 dalam Wida Novita 2008). Melihat data berdistribusi normal dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Uji normalitas menurut Ghozali (2006) bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual, maka penelitian ini menggunakan uji kolmogorov-smirnov dimana criteria yang digunakan adalah dengan membandingkan nilai ρ yang diperoleh dengan taraf signifikan yang sudah ditentukan, yaitu 0,05. Agar berdistribusi normal maka variabel residual harus memiliki nilai signifikansi > 0,05.
3.5
Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dimaksudkan untuk mengetahui apakah model regresi linier
berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian memenuhi asumsi klasik atau tidak.
29
3.5.1
Uji Multikolinieritas Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas,
dengan kata lain tidak terjadi multikolinieritas. Salah satu cara untuk mendeteksi multikolineritas dapar diketahui dari angka Variance Inflation Faktor (VIF) atau nilai tolerance pada bagian coefficient. Model regresi yang bebas multikolinieritas mempunyai nilai VIF < 10, dan mempunyai angka tolerance > 0,1 atau mendetaksi 1 (Santoso 2002:206 dalam Novita 2008). 3.5.2
Uji Heterokedastisitas Uji Heterokesdatistisitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas (Ghozali 2005:69 dalam Wida Novita 2008). Cara untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik scatterplot yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik tersebut, dimana sumbu X adalah residual (SRESID) dan sumbu Y adalah nalai Y yang diperediksi (ZPRED). Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah sumbu 0 (nol) pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi tersebut. Heterokedastisitas berati terdapat varian yang tidak sama dalam kesalahan pengganggu. Uji heterokedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terdapat kesamaan atau perbedaan varian dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Menguji heterokedastisitas digunakan uji Glejer. Apabila nilai sig > 0,05 maka
30
tidak terdapat heterokedastisitas, namun jika sebaliknya nilai sig < 0,05 maka terdapat heterokedastisitas. 3.6
Analisis Statistik dengan Regresi Berganda Peningkatan biaya kualitas khususnya biaya pencegahan dan biaya penilaian
akan mempengaruhi produk cacat, dan sebaliknya jika biaya pencegahan dan (Hansen dan Mowen, 2001:972). Maka model dalam penelitian ini berbentuk negatif karena biaya pencegahan dan biaya penilaian berpengaruh negatif terhadap produk cacat. Sehingga model regresi tersebut adalah sebagai berikut: Y = α+β1 X1+β2 X2+ e Keterangan : Y
: Produk Cacat
X1
: Biaya Kualitas
X2
: Biaya Produksi
α
: Koefisien konstanta
β
: Koefisien variabel independen
e
: Standar eror
(Algifari 1997:51 dalam Wida Novita 2008). 3.6.1
Uji t atau Uji parsial Uji t digunakan untuk menentukan apakag variabel bebas (X) berpengarug
secara individu terhadap variabel terikat (Y). 3.6.2
Uji F atau Uji Simultan Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana variabel biaya
pencegahan, biaya penilaian dan biaya produksi yang digunakan untuk menjelaskan
31
variabel produk cacat. Pengujian ini dilakukan menggunakan uji distribusi F, yaitu dengan membandingkan antara krisis F (F
tabel)
dengan F
hitung
yang terdapat dalam
variabel analisis of variance dari hasil perhitungan. a)
Jika F
hitung
< Ftabel maka terima hipotesis nol (Ho) artinya secara statistik dapat
dibuktikan bahwa semua variabel biaya pencegahan, penilaian dan biaya produksi berpengaruh terhadap perubahan nilai variabel produk cacat. b)
Jika F
hitung
>F
tabel
maka menolak hipotesis (Ho) dan terima hipotesis alternatif
(Ha), artinya secara simultan dapat dibuktikan bahwa semua variabel biaya pencegahan, penilaian dan biaya produksi berpengaruh terhadap perubahan variabel produk cacat. 3.6.3
Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi adalah salah satu nilai statistik yang dapat digunakan
untuk mengetahui apakah ada hubungan pengeruh antara dua variabel. Nilai koefisien determinasi yang berhasil diberi simbol R2 menunjukkan hubungan pengaruh antara dua variabel yaitu variabel X (sebagai variabel bebas, yaitu biaya pencegahan dan biaya penilaian) dan variabel Y (sebagai variabel terikat, yaitu jumlah produk cacat). 3.6.4
Koefisien Determinasi parsial (r2) Untuk menyatakan koefisien determinasi parsial variabel independen terhadap
variabel dependen. Koefisien Determinasi parsial mengukur besarnya sumbangan atau andil dari variabel X terhadap variasi naik turunnya variabel Y.
32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Penelitian
4.1.1
Deskriptif Penelitian
4.1.1.1 Produk Cacat Menurut Hansen dan Mowen ( 2001:964 ) produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi spesifikasinya. Hal ini beratnya juga tidak sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan. Kesesuaian dengan kualitas mengasumsikan bahwa terdapat suatu cakupan nilai yang diterima untuk setiap spesifikasi atau karakteristik kualitas. Produk cacat yang terjadi selama proses produksi mengacu pada produk yang tidak diterima oleh konsumen. produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditentukan tetapi dengan mengeluarkan biaya pengerjaan kembali untuk memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomis dapat disempurnakan lagi menjadi yang lebih baik ( Mulyadi, 1999:328 ). Tetapi dalam perlakuan terhadap biaya pengerjaan kembali produk cacat adalah mirip dengan produk rusak. Masalah yang timbul dalam produk cacat adalah bagaimana memperlakukan biaya tambahan untuk mengerjakan kembali produk cacat tersebut. Produk disebut cacat apabila produk tersebut tidak aman dalam penggunaannya
33
Tabel 4.1 PT. NYONYA MENEER SEMARANG Laporan Produk Cacat Tahun 2007-2009 Tahun Jamu (Dos) Minyak Telon (Botol) 2007 1736 1494 2008 1559 1494 2009 1533 1483 Total Tahun 2007 4808 Rata-rata/ 2007 Total Tahun 2008 4268 Rata-rata/2008 Total Tahun 2009 4481 Rata-rata/2009 Total 3 Tahun Rata-rata 3 Tahun Sumber : Data Nyonya Meneer yang sudah diolah
Kapsul (Cangkang) 1478 1215 1465
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa produk cacat pada tahun 2007 sebanyak 4.808 dan mengalami penurunan pada tahun 2008 menjadi sebanyak 4.268. Hal ini dikarenakan dalam proses produksi yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Namun pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi sebanyak 4.481. Peningkatan produk cacat pada tahun 2009 disebabkan karena adanya beberapa faktor yang ada dalam proses produksi sehingga produk cacat pada tahun 2009 meningkat 4.1.1.2 Identifikasi Biaya Kualitas Pada penelitian yang dilakukan di PT Nyonya Meneer Semarang menunjukkan bahwa PT Nyonya Meneer belum melakukan pengidentifikasian dan pengelompokkan komponenkomponen biaya kualitas secara tersendiri. Biaya kualitas adalah biaya yang berkaitan dengan pencegahan, pengidentifikasian, perbaikan dan pembetulan produk yang kualitasnya rendah. Biaya kualitas terdiri dari biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya gagal internal, biaya gagal ekternal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di PT. Nyonya Meneer Semarang, bahwa
34
perusahaan ini telah mengeluarkan biaya yang berkaitan dengan peningkatan kualitas. Namun demikian, biaya kualitas belum dikelompokan secara terpisah dan belum disusun dalam laporan biaya kualitas. Biaya yang diidentifikasikan termasuk dalam golongan biaya kualitas kemudian dikelompokkan menjadi 2 komponen utama yaitu biaya pencegahan, biaya penilaian. 4.1.1.3 Pengelompokkan biaya kualitas Biaya-biaya yang termasuk kriteria biaya kualitas pada PT Nyonya Meneer Semarang a)
Biaya pencegahan Biaya pencegahan untuk mencegah atau menurunkan tingkat kerusakan produk
sehingga dapat meningkatkan produk yang berkualitas sebelum proses produksi. Yang termasuk dalam biaya pencegahan meliputi biaya pemilihan dan evaluasi pemasok, biaya pemeliharaan dan evaluasi pemasok, dan biaya ahli kualitas. Tabel 4.2 PT. NYONYA MENEER SEMARANG Laporan biaya pencegahan (Rp) Tahun 2007-2009 Bulan Tahun 2007 2008 Januari 7.031.000 5.111.800 Februari 7.621.500 4.888.200 Maret 7.970.900 4.874.800 April 8.630.000 5.361.300 Mei 8.750.200 4.426.200 Juni 5.611.500 5.236.900 Juli 6.066.600 4.757.800 Agustus 5.076.100 4.616.600 September 5.642.000 4.986.000 Oktober 5.714.000 5.168.950 November 5.284.300 5.409.900 Desember 5.080.000 4.613.000 Jumlah 78.478.100 59.445.250 Rata-rata 1 Tahun 6.539.841,67 4.953.770,83 Sumber : Data Nyonya Meneer yang sudah diolah
2009 5.006.000 4.392.200 5.438.000 4.407.700 4.389.000 4.419.800 4.360.000 4.390.000 5.792.000 6.197.500 6.010.100 5.230.000 60.032.300 5.002.691,67
35
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa biaya pencegahan pada tahun 2007 sebesar Rp. 78.478.100 dan mengalami penurunan pada tahun 2008 menjadi sebesar Rp. 59.445.250. Hal ini dikarenakan peningkatan biaya ahli kualitas. Namun pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp. 60.032.300. Peningkatan Biaya pencegahan pada tahun 2009 disebabkan karena adanya peningkatan pemakaian mesin dengan bahan bakar solar karena kenaikan harga bahan bakar minyak, sehingga biaya pemeliharaan mesin mengalami peningkatan. b)
Biaya penilaian Biaya penilaian bertujuan untuk menentukan kesesuaian produk dengan persyaratan
kualitas yang ditentukan perusahaan, sehingga tidak terjadi kesalahan dan kerusakan selama proses produksi. Biaya penilaian meliputi biaya inspeksi bahan baku, inspeksi produk setengah jadi, produk jadi Tabel 4.3 PT. NYONYA MENEER SEMARANG Laporan Biaya penilaian (Rp) Tahun 2007-2009 Bulan 2007 Januari 3.765.000 Februari 4.140.500 Maret 6.002.300 April 2.839.600 Mei 2.265.000 Juni 1.454.300 Juli 3.885.500 Agustus 3.859.200 September 3.245.600 Oktober 2.291.200 November 2.875.500 Desember 2.766.100 Jumlah 39.389.300 Rata-rata 1 Tahun 3.282.441,67 Sumber : Data Nyonya Meneer yang sudah diolah
Tahun 2008 2.753.200 2.530.100 2.415.800 2.787.150 2.424.200 3.256.850 2.613.300 2.675.200 3.136.200 2.730.800 2.638.700 2.531.600 32.493.100 2.707.758,33
2009 2.248.000 2.538.000 4.203.000 4.951.000 17.279.900 3.991.000 4.009.000 3.875.000 3.989.600 2.691.000 2.656.500 3.640.000 55.472.000 4.622.666,67
36
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa biaya penilaian pada tahun 2007 sebesar Rp. 39.389.300 dan mengalami penurunan pada tahun 2008 menjadi sebesar Rp. 32.493.100 Hal ini dikarenakan peningkatan biaya inspeksi bahan baku. Namun pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp 55.472.000. Peningkatan Biaya penilaian pada tahun 2009 disebabkan karena adanya peningkatan inspeksi biaya bahan baku yang dilakukan oleh perusahaan untuk kelancaran proses produksi. 4.1.1.2 Identifikasi Biaya produksi Biaya Produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Biaya bahan baku Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memenuhi bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa biaya bahan baku pada tahun 2007 sebesar Rp. 12.979.121.341 dan mengalami penurunan pada tahun 2008 menjadi sebesar Rp. 12.567.144.950 Hal ini di karenakan pengurangan bahan baku yang digunakan perusahaan. Namun pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp. 14.607.675.200. Peningkatan Biaya bahan baku pada tahun 2009 disebabkan karena adanya peningkatan biaya bahan baku yang dilakukan oleh perusahaan untuk kelancaran proses produksi dan memenuhi permintaan konsumen.
37
Tabel 4.4 PT. NYONYA MENEER SEMARANG Laporan Biaya Bahan Baku (Rp) Tahun 2007-2009 Bulan
Tahun 2007
2008
2009
Januari
991.750.500
991.750.500
991.750.500
Februari
991.750.500
991.750.500
991.750.500
Maret
991.750.500
991.750.500
991.750.500
April
991.750.500
1.140.000.000
991.750.500
Mei
1.143.214.750
991.750.500
991.750.500
Juni
1.140.000.000
991.750.500
991.750.500
Juli
991.750.500
1.200.250.000
1.221.301.000
Agustus
991.750.500
1.301.140.450
1.113.102.000
September
1.220.201.391
991.750.500
2.109.127.700
Oktober
1.541.701.200
991.750.500
2.230.130.500
November
991.750.500
991.750.500
991.750.500
Desember
991.750.500
991.750.500
991.750.500
Jumlah Rata-rata
12.979.121.341 1
1.081.593.445,08
12.567.144.950
14.607.675.200
1.047.262.079,16 1.217.306.266,67
Tahun Sumber : Data Nyonya Meneer yang sudah diolah 2. Biaya tenaga kerja langsung Biaya yang sudah disediakan oleh perusahaan untuk menggaji para karyawan yang ada yaitu sebagai dukungan untuk karyawan dalam melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga perusahaan bisa mendapatkan keuntungan sesuai yang diharapkan dan dapat mempertahankan kualitas dari produk perusahaan sehingga bisa bersaing dipasaran.
38
Tabel 4.5 PT. NYONYA MENEER SEMARANG Laporan Biaya Tenaga Kerja (Rp) Tahun 2007-2009 Bulan
Tahun 2007 2008 2009 Januari 511.518.517 586.518.517 736.518.517 Februari 511.518.517 586.518.517 736.518.517 Maret 511.518.517 586.518.517 736.518.517 April 511.518.517 586.518.517 736.518.517 Mei 511.518.517 586.518.517 736.518.517 Juni 511.518.517 586.518.517 736.518.517 Juli 511.518.517 586.518.517 736.518.517 Agustus 511.518.517 586.518.517 736.518.517 September 511.518.517 586.518.517 736.518.517 Oktober 511.518.517 586.518.517 736.518.517 November 511.518.517 586.518.517 736.518.517 Desember 511.518.517 586.518.517 736.518.517 Jumlah 6.138.222.204 7.038.221.205 8.838.221.205 Rata-rata 1 Tahun 5.115.18.517 586.518.433,75 73.618.433,75 Sumber : Data Nyonya Meneer yang sudah diolah Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa biaya tenaga kerja pada tahun 2007 sebesar Rp. 6.138.222.204 dan mengalami peningkatan pada tahun 2008 menjadi sebesar Rp. 7.038.221.205 Hal ini dikarenakan peningkatan biaya tenaga kerja dengan tujuan untuk mendorong karyawan supaya serius lagi dalam berkerja. Namun pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp. 8.838.221.205. Peningkatan Biaya tenaga kerja pada tahun 2009 dengan tujuan bentuk perhatian perusahaan kepada karyawan. 3. Biaya overhead pabrik Biaya yang digunakan perusahaan untuk menunjang proses produksi seperti penerangan ruang, mesin yang digunakan dalam proses produksi sehingga produksi yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar
39
Tabel 4.6 PT. NYONYA MENEER SEMARANG Laporan Biaya Overhead Pabrik (Rp) Tahun 2007-2009 Bulan
Tahun 2007 2008 Januari 29.729.000 39.359.500 Februari 31.801.000 44.125.000 Maret 36.750.000 45.209.000 April 38.450.000 43.220.000 Mei 40.200.000 44.110.000 Juni 36.160.000 44.530.000 Juli 37.125.000 44.910.000 Agustus 40.620.700 47.150.000 September 47.200.000 49.130.000 Oktober 42.900.000 51.750.000 November 43.950.000 54.050.000 Desember 42.909.000 56.900.000 Jumlah 467.794.700 564.443.500 Rata-rata 1 Tahun 38.982.891,67 47.036.958,33 Sumber : Data Nyonya Meneer yang sudah diolah
2009 40.200.000 41.600.000 43.500.000 48.600.000 51.500.000 56.250.000 58.900.000 67.000.000 67.525.000 73.550.000 73.900.000 70.125.000 692.650.000 57.720.833,33
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa biaya overhead pabrik pada tahun 2007 sebesar Rp. 467.794.700 dan mengalami peningkatan pada tahun 2008 menjadi sebesar Rp. 564.443.500 Hal ini dikarenakan peningkatan biaya pemeliharaan mesin. Namun pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp. 692.650.000. Peningkatan Biaya overhead pabrik pada tahun 2009 disebabkan karena adanya peningkatan biaya penerangan ruangan dan biaya perawatan mesin untuk kelancaran proses produksi.
4.1.2
Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik merupakan prasyarat analisis regresi berganda. Uji asumsi klasik ini
meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heterokedastisitas. Apabila data tidak berdistribusi normal dan mengandung heterokedastisitas maka perlu adanya perbaikan model
40
regresi dengan cara mentransformasi data. Dan apabila data mengandung multikolinieritas maka salah satu variabel independen harus dihilangkan. 4.1.2.1 Hasil Uji Normalitas Sebelum melakukan Analisis regresi, perlu dilakukan Uji Normalitas terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui asumsi bahwa setiap variable dan semua kombinasi linier dari variable berdistribusi normal. Uji Normalitas dalam penelitian ini menggunakan analisis grafik P-Plot. Hasil perhitungan analisis menggunakan program SPSS versi 15 terlihat titik-titik menyebar pada garis Diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data yang ada layak untuk dipakai dalam model Regresi karena memenuhi asumsi Normalitas. Berikut adalah hasil Uji Pplot :
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Produk Cacat
Expected Cum Prob
1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 4.2 Kurva P-plot Gambar 4.2 diatas
menunjukan bahwa titik-titik menyebar mengikuti arah garis
diagonal. Nilai residual penelitian ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov dimana kriteria yang digunakan adalah dengan membandingkan ρ yang diperoleh dengan taraf signifikan yang sudah ditentukan, yaitu 0.05. Agar berdistribusi normal maka variabel residual harus memiliki nilai signifikansi > 0.05. Berikut adalah hasil uji Kolmogorov-Smirnov
41
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
36
Normal Parameters(a,b) Most
Mean
.0000000
Std. Deviation
78.01931613
Extreme Absolute
Differences
.105
Positive
.105
Negative
-.079
Kolmogorov-Smirnov Z
.632
Asymp. Sig. (2-tailed)
.819
a Test distribution is Normal.
Sumber : Data sekunder yang sudah diolah Berdasarkan tabel 4.7 hasil analisis diperoleh nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,819 nilai tersebut lebih dari 0,05. Analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa data yang ada berdistribusi normal dengan alasan Kolmogorov-Smirnov yang dihasilkan lebih besar dari nilai signifikansi sebesar 5%.
4.1.2.2 Hasil uji multikolinieritas Multikolonieritas merupakan situasi dimana terdapat hubungan yang kuat antar variabel-variabel independen. Menurut Ghozali (2006), uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi multikolonieritas, salah satu mendeteksi ada tidaknya masalah multikolonieritas adalah dengan melihat nilai VIF dan nilai tolerance, bila nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tilorance diatas 0,10 maka tidak terdapat gejala multikolonieritas dan begitu juga sebaliknya. Berikut hasil uji multikolonieritas :
42
Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolonialitas Coefficients(a) Model
Collinearity Statistics Tolerance VIF .999 1.001 .999 1.001
1
Biaya Kualitas Biaya Produksi a Dependent Variable: Produk Cacat Sumber : Data sekunder yang sudah diolah
Berdasarkan tabel 4.8 dari hasil analisis terlihat bahwa VIF variabel biaya kualitas sebesar 1,001 dengan nilai tolerance sebesar 0,999, nilai variabel biaya produksi sebesar 1,001 dengan nilai tolerance 0,999. Semua variabel dalam penelitian ini mempunyai nilai VIF kurang dari 10 dengan nilai tolerance diatas 0,10. Hal ini dapat disimpulkan bahwa regresi terbebas dari asumsi multikolonieritas. 4.1.2.3 Hasil uji heterokedastisitas Cara untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik scatterplot yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik tersebut, dimana sumbu X adalah residual (SRESID) dan sumbu Y adalah nalai Y yang diperediksi (ZPRED). Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah sumbu 0 (nol) pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi tersebut. Berikut adalah hasil scatterplot: Scatterplot Dependent Variable: Produk Cacat
Regression Studentized Residual
3 2 1 0 -1 -2 -3 -2
0
2
Regression Standardized Predicted Value
Gambar 4.3 Grafik scatterplot
4
43
Berdasarkan gambar 4.3 diatas hasil analisis tersebut menunjukan bahwa titik-titik yang menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y menunjukan bahwa model yang digunakan tidak terjadi heterokodastisitas. Heterokedastisitas berati terdapat varian yang tidak sama dalam kesalahan pengganggu. Uji heterokedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terdapat kesamaan atau perbedaan varian dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Uji heterokedastisitas digunakan uji Glejer. Apabila nilai sig > 0,05 maka tidak terdapat heterokedastisitas, namun jika sebaliknya nilai sig < 0,05 maka terdapat heterokedastisitas. Berikut adalah hasil uji Glejer : Tabel 4.9 Hasil Uji Glejer Coefficients(a) Standardi zed
Model
1
Unstandardized
Coefficie
Coefficients
nts
t
Sig.
Beta
B
Std. Error
2.706
.011
B
Std. Error
(Constant)
151.698
56.061
Biaya Kualitas
-3.49E-006
.000
-.182
-1.088
.284
Biaya Produksi
-3.50E-008
.000
-.224
-1.341
.189
a Dependent Variable: AbRes
Sumber : Data sekunder yang sudah diolah
Berdasarkan tabel 4.9 dari hasil output SPSS dengan jelas menunjukan bahwa tidak ada satu pun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut Ut (AbsUt). Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansi biaya kualitas
44
sebesar 0,284, biaya produksi sebesar 0,189. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya Heterokedastisitas. 4.1.3
Hasil Uji Regresi Analisis pengaruh biaya kualitas (X1), biaya produksi (X2) terhadap produk cacat
(Y), dapat dilihat dari hasil out put analisis berganda menggunakan SPSS versi 15 pada tabel 4.10 sebagai berikut: Tabel 4.10 Hasil Analisis Regresi Berganda Coefficientsa
Model 1
(Constant) Biaya Kualitas Biaya Produksi
Unstandardized Coefficients B Std. Error 394.277 89.036 1.00E-005 .000 -6.1E-008 .000
Standardized Coefficients Beta .314 -.235
t 4.428 1.967 -1.472
Sig. .000 .058 .150
a. Dependent Variable: Produk Cacat
Berdasarkan Tabel 4.10 diatas dapat dirumuskan persamaan regresi berganda
sebagai
berikut: Y= 394,277 + 1.00E-005 X1 – 6.10E-008 X2 Dari persamaan regresi berganda tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Konstanta (α) sebesar 394.277 artinya apabila semua variabel independen Biaya Kualitas (X1), Biaya Produksi (X2) dianggap konstan atau bernilai 0, maka Produk Cacat (Y) akan sebesar 394.277. 2. Biaya Kualitas (X1) sebesar 1.00E-005 artinya apabila Biaya Kualitas mengalami kenaikan sebesar 1 satuan sedangkan variabel independen lainnya dianggap konstan maka Produk Cacat mengalami kenaikan sebesar 0,058
45
3. Biaya Produksi (X2) sebesar -6.10E-008 artinya apabila Biaya Produksi (X2) mengalami kenaikan sebesar 1 satuan sedangkan variabel independen lainnya dianggap konstan maka Produk Cacat mengalami kenaikan sebesar -6.10E-008 Persamaan regresi berganda di atas menunjukan bahwa koefisien biaya kualitas (X1) bertanda negatif, dan koefisien regresi variabel biaya produksi (X2) bertanda negatif. Apabila koefisien regresi bertanda negatif maka produk cacat (Y) akan menurun. Dan jika semua variabel independen dianggap konstan maka nilai variabel produk cacat (Y) sebesar nilai konstanta 394.227. 4.1.3.1 Hasil uji parsial Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah secara individu variabelvariabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. kriteria yang ditetapkan dalam pengujian t adalah sebagai berikut jika sig t-hitung >α (tingkat signifikansi yang telah ditentukan). Tabel 4.11 Hasil Uji Parsial Coefficients(a) Mode l
1
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Zeroorder
Sig.
4.428
.000
B
Std. Error
(Constant)
394.277
89.036
Biaya Kualitas
1.00E-005
.000
.314
1.967
.058
Biaya Produksi
-6.10E-008
.000
-.235
-1.472
.150
Beta
Partial
a Dependent Variable: Produk Cacat
Berdasarkan tabel 4.11 hasil pengujian diatas menunjukan bahwa variabel biaya kualitas memiliki signifikansi 0,058 dimana nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 sehingga H1 yang menyatakan bahwa biaya kualitas berpengaruh negatif terhadap produk cacat ditolak.
46
Pengujian untuk variabel biaya produksi memiliki signifikansi 0,150 dimana nilai signifikansi yang dihasilkan lebih besar dari 0,05 sehingga H2 yang menyatakan biaya produksi berpengaruh negatif terhadap produk cacat ditolak. Tabel 4.12 Hasil pengujian hipotesis Ho H1
Keterangan Biaya kualitas berpengaruh terhadap produk
Hasil
Keputusan
0,058>0.05
Ditolak
0,150>0,05
Ditolak
0,058>0,05
Ditolak
cacat H2
Biaya produksi berpengaruh terhadap produk cacat
H3
Biaya kualitas dan Biaya produksi terhadap produk cacat
Tabel 4.12 diatas menyajiakan hasil pengujian hipotesis dilakukan baik secara simultan dan parsial yang menyatakan bahwa kedua variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap produk cacat. Hal ini berarti H3 ditolak. Pengujian hipotesis tersebut juga menunjukan bahwa masing-masing variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap produk cacat, hal ini berarti H1 dan H2 ditolak. 4.1.3.2 Hasil Uji Simultan Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Tabel 4.13 Hasil Uji Simultan ANOVA(b) Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Regression
40171.271
2
20085.635
3.111
.058(a)
Residual
213045.479
33
6455.924
Total
253216.750
35
a Predictors: (Constant), Biaya Produksi, Biaya Kualitas b Dependent Variable: Produk Cacat
47
Berdasarkan tabel 4.13 dari pengujian simultan menghasilkan nilai signifikansi 0,058. Nilai tersebut lebih besar dari nilai 0,05 sehingga H3 ditolak. Hal ini berati variabel independen tidak berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Hasil pengujian diatas menunjukan bahwa H3 yang menyatakan bahwa biaya kualitas, biaya produksi berpengaruh secara simultan terhadap produk cacat ditolak. 4.1.3.3
Hasil Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Berikut hasil uji determinasi : Tabel 4.14 Hasil Uji Determinasi Model Summary(b) Adjusted R R R Square Square R Square Change F Change df1 1 .398(a) .159 .108 a Predictors: (Constant), Biaya Produksi, Biaya Kualitas b Dependent Variable: Produk Cacat Model
Std. Error of the Estimate
Std. Error of the Estimate
df2 80.34876
df2 .058
Sumber : Data sekunder yang sudah diolah Berdasarkan tabel 4.14 output SPSS hasil summary besarnya Adjusted R2 adalah 0,159, hal ini berati 15,9% variasi nilai perusahaan dijelaskan dari kedua variabel dependen biaya kualitas, biaya produksi sedangkan sisanya yaitu sebesar 84,1 % dijelaskan oleh variasi variabel lain diluar model. 4.1.3.4 Hasil Uji Determinasi Parsial (r2) Koefisien determinasi parsial (r2) pada intinya bertujuan untuk mengetahui besarnya sumbangan dari variabel independen terhadap dependen secara parsial. Penelitian ini tidak ada
48
satu pun variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen sehingga tidak ada satu pun variabel independen yang mampu menjelaskan variabel dependen.
4.2.
Pembahasan
4.2.1 Pengaruh biaya kualitas terhadap produk cacat Hasil pengujian hipotesisi pertama (H1) menunjukan bahwa biaya kualitas(X1) secara parsial tidak berpengaruh terhadap produk cacat. Hal ini sesuai dengan penelitian Supraptowo (2007) yang menunjukan bahwa biaya kualitas tidak berpengaruh terhadap produk cacat, dikarenakan unit produk cacat meningkat maka akan menyebabkan pada peningkatan biaya kegagalan internal, karena harus menanggung banyak biaya untuk pengerjaan kembali produk yang cacat. Meylianto Purnomosidi Wibowo (2006) bahwa biaya kualitas tidak berpengaruh terhadap produk cacat, biaya kualitas mempengaruhi kualitas produk secara signifikan. Hal ini juga menunjukkan bahwa biaya kualitas dapat digunakan untuk memprediksikan naik turunnya kualitas produk. Wida Novita (2008) biaya kualitas tidak berpengaruh terhadap produk cacat, pengendalian kualitas yang dilakukan perusahaan cukup memberikan manfaat dalam upayanya mengurangi kegagalan produk. Dengan demikian hasil penelitian ini bertolak belakang dengan Justin Ren Z (2009) Servis kapasitas, kualitas terhadap biaya, struktur kontrak optimal tergantung pada hubungan antara biaya Biaya kualitas yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan tujuan untuk meminimalisir produk cacat juga cukup tinggi. Dilihat dari biaya pemilihan dan evaluasi pemasok yang dikeluarkan oleh perusahaan tetapi produk cacat masih tinggi. Ini juga bisa disebabkan oleh
49
faktor-faktor lain diluar penelitian yang dilakukan, seperti keterlambatan pengiriman bahan baku, umur ekonomis mesin. Biaya kualitas yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan tujuan untuk meminimalkan produk cacat yang ada. Hal ini dilakukan perusahaan untuk meningkatkan laba pada perusahaan. Hasil pengujian menunjukan biaya kualitas tidak berpengaruh terhadap produk cacat. Hasil ini menunjukan bahwa H1 ditolak. Jadi tidak sejalan dengan hipotesis penelitian ini. Melihat hasil analisis regresi diatas bahwa secara menyeluruh unsur biaya kualitas mempunyai pengaruh terhadap produk cacat, meskipun secara sebagian ada unsur biaya kualitas yang tidak berpengaruh terhadap produk cacat yaitu biaya penilaian. Besarnya sumbangan yang dikeluarkan biaya kualitas terhadap produk cacat dapat ditunjukkan oleh koefisien determinan sebesar 15,9%. Secara bersama-sama komponen biaya kualitas berpengaruh negatif terhadap produk cacat, namun pengaruh komponen biaya kualitas tersebut berbeda-beda. Informasi ini dapat bermanfaat bagi manajemen khususnya manajer keuangan dan manajer produksi. Manajemen dapat meramal dalam berproduksi khususnya berkenaan dengan cacat produk sehingga biaya yang dikeluarkan tepat sasaran sesuai dengan harapan tentunya. 4.2.2 Pengaruh biaya produksi terhadap produk cacat Hasil pengujian ke-dua (H2) menunjukan bahwa biaya produksi(X2) secara parsial tidak berpengaruh terhadap produk cacat. Biaya produksi yang dikeluarkan untuk meminimalisir produk cacat juga cukup tinggi, ini dapat dilihat dari biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik dan biaya bahan baku, namun produk cacat yang terjadi cukup tinggi juga. Mungkin ini disebabakan karena kapasitas produksi yang tinggi pula. Standar
50
produksi yang ditetapkan oleh perusahaan, namun produk cacat yang terjadi pada tiga tahun terakhir ada yang naik dan ada yang turun dari tahun-tahun sebelumnya Biaya
produksi
yang
dikeluarkan
oleh
perusahaan
dengan
tujuan
untuk
meminimalkan produk cacat yang ada. Hal ini dilakukan perusahaan untuk meningkatkan laba pada perusahaan. Hasil pengujian menunjukan biaya produksi tidak berpengaruh terhadap produk cacat, dan menunjukan bahwa H2 ditolak. Jadi tidak sejalan dengan hipotesis penelitian ini. Proses produksi yang memperhatikan kualitas akan menghasilkan produk yang terhindar dari kerusakan. Jika hal ini tercapai, maka adanya pemborosan dan efisiensi dapat terhindar sehingga biaya produksi per unit dapat ditekan. Selain itu juga, pencapaian kualitas produk yang optimal dan sesuai, di satu sisi tidak dapat mengabaikan adanya efisiensi biaya. Efisiensi biaya ditekankan untuk meningkatkan kualitas yang disertai dengan penekanan biaya hingga se-optimal mungkin, sehingga harga jual produk tetap kompetitif 4.2.3 Pengaruh biaya kualitas dan biaya produksi terhadap produk cacat Hasil pengujian ketiga (H3) menunjukan bahwa biaya kualitas dan biaya produksi secara simultan tidak berpengaruh terhadap produk cacat. Penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa PT Nyonya Meneer Semarang telah mengeluarkan biaya dalam rangka meningkatkan kualitas produknya. Biaya-biaya yang ada yaitu biaya kualitas dan biaya produksi untuk mengatasi masalah produk cacat yang ada pada perusahaan. Setiap tahunnya PT Nyonya Meneer Semarang selalu mengeluarkan biaya pemilihan dan evaluasi pemasok ini dimaksudkan untuk melihat kualitas bahan baku yang ada, sehingga dapat meminimalisir produk cacat yang terjadi. Tahun 2007 Manajemen mengeluarkan biaya yang cukup tinggi untuk biaya pemilihan dan evaluasi pemasok, namun produk cacat cukup tinggi juga jika
51
dibanding tahun-tahun yang lain. Walaupun setiap tahunnya perusahaan selalu mengeluarkan biaya untuk menggaji ahli kualitas yang setiap tahunnya dinaikkan gajinya. Biaya kualitas dapat dijadikan alat oleh perusahaan untuk mengurangi produk cacat, namun dalam penelitian ini tidak dapat diaplikasikan didalam perusahaan Nyonya Meneer Semarang. Hal ini mungkin disebabkan biaya kualitas yang dikeluarkan oleh PT. Nyonya Meneer Semarang masih rendah sehingga tidak mampu untuk mengurangi jumlah produk cacat. Selain itu ada faktor lain yang mempengaruhi produk cacat yang dihasilkan. Misalnya, kecerobohan dari karyawan yang ada dan faktor lingkungan yang kurang mendukung. Ini juga bisa disebabkan karena pengiriman bahan baku yang terkendala oleh cuaca dan penanaman bahan baku itu sendiri. Biaya produksi dijadikan alat oleh perusahaan untuk mengurangi produk cacat. Namun dalam penelitian ini tidak dapat diaplikasikan di PT Nyonya Meneer Semarang. Ini bisa terjadi pada bahan baku yang ada dan cuaca yang kurang mendukung menyebabkan proses produksi tidak dapat berjalan dengan lancar.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian yang didapat dari PT. Nyonya Meneer Semarang, serta analisis lebih lanjut dari hasil penelitian, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa: a.
Biaya kualitas tidak berpengaruh terhadap produk cacat. Hal ini dikarenakan tingginya biaya produk cacat yang dikeluarkan oleh perusahaan sehingga menyebabkan biaya kualitas itupun tinggi.
b.
Biaya produksi tidak berpengaruh terhadap produk cacat. Hal ini disebabkan oleh sumber daya manusia yang rendah sehingga diperlukannya pengeluaran biaya tenaga kerja yang tinggi.
c.
Biaya kualitas dan biaya produksi tidak berpengaruh terhadap produk cacat. Hal ini dikarenakan tingginya biaya-biaya yang dikeluarkan untuk meminimalisir terjadinya produk cacat.
5.2 Saran Berdasarkan hasil yang diperoleh peneliti dengan adanya penelitian ini, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut: a.
Diharapkan perusahaan PT. Nyonya Meneer dapat mengontrol pengeluaran biaya inspeksi bahan baku, serta meningkatkan kualitas bahan baku agar dapat meminimalisir tingginya produk cacat. 52
53
b.
Diharapkan perusahaan PT. Nyonya Meneer dapat meningkatkan mutu sumber daya manusia dengan mengadakan pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan proses produksi.
c.
Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variabel-variabel lain, seperti biaya pemasaran dan biaya administrasi umum.
DAFTAR PUSTAKA Annisa, 2007. Manfaat pengendalian kualitas dalam mengurangi kegagalan produk handicraft CD/ DVD Box Motorp. Skripsi. Fakultas Bisnis dan Manajemen Unniversitas Widyatama Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA Arikunto, Suhersimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: PT.RINEKA CIPTA Hadiguna, Rika Ampuh, M.T, 2009. Manajemen Pabrik. Jakarta: PT. Bumi Aksara Hansen dan Mowen. 2000. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Erlangga. Meylianto Purnomosidi Wibowo, 2006. Analisis optimalisasi biaya kualitas dan pengaruhnya Terhadap kualitas produk. Skripsi Semarang : Fakultas Ekonomi UNNES Mujib Nikmatuloh, 2007. Pengaruh biaya kualitas terhadap produk cacat. Skripsi Semarang : Fakultas Ekonomi UNNES Mulyadi. 2000. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: ADITYA MEDIA Murat Kaya, Ozalp Ozer, Quality Riskin Outsourcing : Noncontractible Product Quality and Private Quality Cost Information. Electronic copy available at: http://ssrn.com/abstract=1121444 J. Supranto, prof. M.A, APU.2004. Statistik Pasar Modal Keuangan dan Perbankan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA Simamora, Henri. 1998. Akuntansi Manajemen. Jakarta: SALEMBA EMPAT. Sudjana. 2001. Metode Statistik. Bandung: TARSITO. Sudjana. 2002. Metode Statistika. Yogyakarta: YKPN. Supraptowo, 2007. pengaruh biaya kualitas terhadap pengendalian produk cacat. Skripsi Semarang: Fakultas Ekonomi UNNES Wida Novita, 2008. Pengarug biaya kualitas terhadap produk cacat. Skripsi Semarang : fakultas ekonomi UNNES Z.JustinRen, FuqiangZhang. Service Outsourcing : capacity, quality and correlated costs. Electronic copy available at: http://ssrn.com/abstract=1362036
54
55
LAMPIRAN 1
PT. NYONYA MENEER SEMARANG LAPORAN BIAYA KUALITAS TAHUN 2007 (Dalam rupiah) KETERANGAN
JAN
FEB
MARET
APRIL
JUNI
MEI
JULI
AGST
SEPT
OKT
NOV
DES
TOTAL
pencegahan
biaya pemilihan &evaluasi pemasok biaya pemeliharaan&perawatan mesin
3712500
4312500
4500300
5130000
5550200
2330000
2675000
1893400
2471000
2500000
2125000
1780000
38979900
318500
309000
470600
500000
200000
281500
391600
182700
171000
214000
159300
300000
3498200
biaya ahli kualitas
3000000
3000000
3000000
3000000
3000000
3000000
3000000
3000000
3000000
3000000
3000000
3000000
36000000
biaya pencegahan
7031000
7621500
7970900
8630000
8750200
5611500
6066600
5076100
5642000
5714000
5284300
5080000
78478100
penilaian
biaya inspeksi bahan baku
1225000
1240000
1531000
1100600
940000
529300
945500
1830200
980600
741200
625000
890000
12578400
biaya inspeksi produk setengah jadi
1400000
1600500
2430700
839000
725000
525000
1440000
1240000
1150000
850000
1050000
1031000
14281200
biaya produk jadi
1140000
1300000
2040600
900000
600000
400000
1500000
789000
1115000
700000
1200000
845100
12529700
biaya penilaian
3765000
4140500
6002300
2839600
2265000
1454300
3885500
3859200
3245600
2291200
2875000
2766100
39389300
biaya kualitas
10796000
11762000
13973200
11469600
11015200
7065800
9952100
8935300
8887600
8005200
8159300
7846100
117867400
56
PT. NYONYA MENEER SEMARANG LAPORAN BIAYA KUALITAS TAHUN 2008 (Dalam rupiah) KETERANGAN pencegahan
JAN
biaya pemilihan &evaluasi pemasok
MEI
JUNI
JULI
AGST
SEPT
OKT
NOV
DES
TOTAL
1679000
1680900
2125500
1220600
2018400
1550800
1403300
1770000
1937000
2220000
1448000
20947600
153000
143900
185800
155600
168500
157000
163300
166000
181950
139900
115000
1897650
biaya ahli kualitas
3050000
3050000
3050000
3050000
3050000
3050000
3050000
3050000
3050000
3050000
3050000
3050000
36600000
biaya pencegahan
5111800
4882000
4874800
5361300
4426200
5236900
4757800
4616600
4986000
5168950
5409900
4613000
59445250
penilaian
1110200
1000000
913800
1115000
940450
1172800
973300
1055000
1430950
1130000
945000
997000
12783500
biaya inspeksi produk setengah jadi
917000
809900
800000
818350
860500
1092750
913000
805200
965750
875700
937400
799000
10594550
biaya produk jadi
726000
720200
702000
853800
623250
991300
727000
815000
739500
725100
756300
735600
9115050
2753200
2530100
2415800
2787150
2424200
3256850
2613300
2675200
3136200
2730800
2638700
2531600
32493100
biaya penilaian
6850400
8493750
7371100
7291800
biaya kualitas
APRIL
167700
biaya inspeksi bahan baku
MARET
1894100
biaya pemeliharaan&perawatan mesin
FEB
LAMPIRAN 2
7865000
7412100
7290600
8148450
8122200
7899750
8048600
7144600
91938350
57
PT. NYONYA MENEER SEMARANG LAPORAN BIAYA KUALITAS TAHUN 2009 (Dalam rupiah) KETERANGAN pencegahan
JAN
biaya pemilihan &evaluasi pemasok
MEI
JUNI
JULI
AGST
SEPT
OKT
NOV
DES
TOTAL
2125000
1103000
1100000
1138800
1000000
1000000
2471000
2800000
2700500
1780000
20018300
147000
151200
163000
154700
139000
131000
210000
240000
171000
247500
159600
300000
2214000
biaya ahli kualitas
3150000
3150000
3150000
3150000
3150000
3150000
3150000
3150000
3150000
3150000
3150000
3150000
37800000
biaya pencegahan
5006000
4392200
5438000
4407700
4389000
4419800
4360000
4390000
5792000
6197500
6010100
5230000
60032300
penilaian
1227000
1309000
2901000
2000000
1119700
1114000
1300000
1110000
980600
961000
756500
890000
15668800
biaya inspeksi produk setengah jadi
551000
670000
701000
1550000
14710200
1477000
1400000
1890000
1500000
930000
1000000
1300000
27679200
biaya produk jadi
470000
559000
601000
1401000
1450000
1400000
1309000
875000
1509000
800000
900000
850000
12124000
2248000
2538000
4203000
4951000
17279900
3991000
4009000
3875000
3989600
2691000
2656500
3040000
55472000
biaya penilaian
9358700
21668900
8410800
8265000
9781600
8888500
biaya kualitas
APRIL
1091000
biaya inspeksi bahan baku
MARET
1709000
biaya pemeliharaan&perawatan mesin
FEB
LAMPIRAN 3
7254000
6930200
9641000
8369000
8666600
8270000
115504300
58
PT. NYONYA MENEER SEMARANG LAPORAN BIAYA PRODUKSI TAHUN 2007 (Dalam rupiah)
KETERANGAN biaya tenaga kerja langsung
JAN
FEB
MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
AGST
LAMPIRAN 4
SEPT
OKT
NOV
DES
TOTAL
biaya tenaga kerja karyawan
511518517
511518517
511518517
511518517
511518517
511518517
511518517
511518517
511518517
511518517
511518517
511518517
6138222204
jumlah BTKL
511518517
511518517
511518517
511518517
511518517
511518517
511518517
511518517
511518517
511518517
511518517
511518517
6138222204
biaya overhead pabrik penerangan ruang
5229000
6301000
10000000
11250000
12000000
7010000
7000000
9220700
15000000
9900000
9750000
8000000
110660700
penyusutan mesin pabrik
10500000
11200000
12000000
12200000
13000000
13400000
14100000
14800000
15100000
15500000
16200000
16800000
164800000
penyusutan pabrik
14000000
14300000
14750000
15000000
15200000
15750000
16025000
16600000
17100000
17500000
18000000
18109000
192334000
jumlah BOP
29729000
31801000
36750000
38450000
40200000
36160000
37125000
40620700
47200000
42900000
43950000
42909000
467794700
biaya bahan baku
991750500
991750500
991750500
991750500
1143214750
1.14E+09
991750500
991750500
1220201391
1541701200
991750500
991750500
12979121341
jumlah biaya bahan baku
991750500
991750500
991750500
991750500
1143214750
1.14E+09
991750500
991750500
1220201391
1541701200
991750500
991750500
12979121341
1532998017
1.535E+09
1.54E+09
1.542E+09
1694933267
1.688E+09
1540394017
1543889717
1778919908
2096119717
1547219017
1546178017
19585138245
biaya produksi
59
LAMPIRAN 5
PT. NYONYA MENEER SEMARANG LAPORAN BIAYA PRODUKSI TAHUN 2008 (Dalam rupiah) KETERANGAN biaya tenaga kerja langsung
JAN
FEB
MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
AGST
SEPT
OKT
NOV
DES
TOTAL
biaya tenaga kerja karyawan
586518517
586518517
586517518
586518517
586518517
586518517
586518517
586518517
586518517
586518517
586518517
586518517
7038221205
jumlah BTKL
586518517
586518517
586517518
586518517
586518517
586518517
586518517
586518517
586518517
586518517
586518517
586518517
7038221205
biaya overhead pabrik penerangan ruang
4450500
8125000
9000000
6500000
7010000
6930000
6700000
8200000
9120000
10000000
11750000
11700000
99485500
penyusutan mesin pabrik
16800000
17000000
17109000
17220000
17500000
17600000
18000000
18650000
19110000
19750000
20000000
22500000
221239000
penyusutan pabrik
18109000
19000000
19100000
19500000
19600000
20000000
20210000
20300000
20900000
22000000
22300000
22700000
243719000
jumlah BOP
39359500
44125000
45209000
43220000
44110000
44530000
44910000
47150000
49130000
51750000
54050000
56900000
564443500
biaya bahan baku
991750500
991750500
991750500
1140000000
991750500
991750500
1200250000
1301140450
991750500
991750500
991750500
991750500
12567144950
jumlah biaya bahan baku
991750500
991750500
991750500
1140000000
991750500
991750500
1200250000
1301140450
991750500
991750500
991750500
991750500
12567144950
1617628517
1622394017
1.623E+09
1769738517
1622379017
1622799017
1831678517
1934808967
1627399017
1630019017
1632319017
1635169017
20169809655
biaya produksi
60
PT. NYONYA MENEER SEMARANG LAPORAN BIAYA PRODUKSI TAHUN 2009 (Dalam rupiah)
KETERANGAN biaya tenaga kerja langsung
JAN
FEB
MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
AGST
LAMPIRAN 6
SEPT
OKT
NOV
DES
TOTAL
biaya tenaga kerja karyawan
736518517
736518517
736517518
736518517
736518517
736518517
736518517
736518517
736518517
736518517
736518517
736518517
8838221205
jumlah BTKL
736518517
736518517
736517518
736518517
736518517
736518517
736518517
736518517
736518517
736518517
736518517
736518517
8838221205
biaya overhead pabrik penerangan ruang
5000000
5900000
6500000
9100000
9750000
12000000
12700000
15000000
13500000
17550000
15000000
10000000
132000000
penyusutan mesin pabrik
17000000
17200000
17900000
19000000
19750000
21000000
22100000
25000000
26125000
27000000
27900000
28225000
268200000
penyusutan pabrik
18200000
18500000
19100000
20500000
22000000
23250000
24100000
27000000
27900000
29000000
31000000
31900000
292450000
jumlah BOP
40200000
41600000
43500000
48600000
51500000
56250000
58900000
67000000
67525000
73550000
73900000
70125000
692650000
biaya bahan baku
991750500
991750500
991750500
991750500
991750500
991750500
1221301000
1113102000
2109137700
2230130500
991750500
991750500
14607675200
jumlah biaya bahan baku
991750500
991750500
991750500
991750500
991750500
991750500
1221301000
1113102000
2109137700
2230130500
991750500
991750500
14607675200
1768469017
1769869017
1771768018
1776869017
1779769017
1784519017
2016719517
1916620517
2913181217
3040199017
1802169017
1798394017
24138546405
biaya produksi
61 PT. NYONYA MENEER SEMARANG LAPORAN BIAYA KUALITAS TAHUN 2007-2009 (Dalam rupiah) Tahun
Biaya Pencegahan
Biaya Penilaian
Total
Januari
7031000
3765000
10796000
Februari
7621500
4140500
11762000
Maret
7970900
6002300
13973200
April
8630000
2839600
11469600
Mei
8750200
2265000
11015200
Juni
5611500
1454300
7065800
Juli
6066600
3885500
9952100
Agustus
5076100
3859200
8935300
September
5642000
3245600
8887600
Oktober
5714000
2291200
8005200
November
5284300
2875000
8159300
Desember
5080000
2766100
7846100
2007
N
Januari
5111800
2753200
7865000
Februari
4882000
2530100
7412100
Maret
4874800
2415800
7290600
April
5361300
2787150
8148450
Mei
4426200
2424200
6850400
Juni
5236900
3256850
8493750
Juli
4757800
2613300
7371100
Agustus
4616600
2675200
7291800
September
4986000
3136200
8122200
Oktober
5168950
2730800
7899750
November
5409900
2638700
8048600
Desember
4613000
2531600
7144600
2008
Januari
5006000
2248000
7254000
Februari
4392200
2538000
6930200
Maret
5438000
4203000
9641000
April
4407700
4951000
9358700
Mei
4389000
17279900
21668900
Juni
4419800
3991000
8410800
Juli
4360000
4009000
8369000
Agustus
4390000
3875000
8265000
September
5792000
3989600
9781600
Oktober
6197500
2691000
8888500
November
6010100
2656500
8666600
2009
Desember
5230000
3040000
8270000
JUMLAH RATARATA
197955650
127354400
325310050
5498768.056
3537622.222
9036390.278
62 PT. NYONYA MENEER SEMARANG LAPORAN BIAYA TAHUN 2007-2009 (Dalam rupiah) Tahun
N
BTKL
BOP
B.Bahan Baku
Total
2007
Januari
511518517
29729000
991750500
1532998017
Februari
511518517
31801000
991750500
1535070017
Maret
511518517
36750000
991750500
1540019017
April
511518517
38450000
991750500
1541719017
Mei
511518517
40200000
1143214750
1694933267
Juni
511518517
36160000
1140000000
1687678517
Juli
511518517
37125000
991750500
1540394017
Agustus
511518517
40620700
991750500
1543889717
September
511518517
47200000
1220201391
1778919908
Oktober
511518517
42900000
1541701200
2096119717
November
511518517
43950000
991750500
1547219017
Desember
511518517
42909000
991750500
1546178017
2008
Januari
586518517
39359500
991750500
1617628517
Februari
586518517
44125000
991750500
1622394017
Maret
586518517
452009000
991750500
2030278017
April
586518517
43220000
1140000000
1769738517
Mei
586518517
44110000
991750500
1622379017
Juni
586518517
44530000
991750500
1622799017
Juli
586518517
44910000
1200250000
1831678517
Agustus
586518517
47150000
1301140450
1934808967
September
586518517
49130000
991750500
1627399017
Oktober
586518517
51750000
991750500
1630019017
November
586518517
54050000
991750500
1632319017
Desember
736518517
56900000
991750500
1785169017
2009
Januari
736518517
40200000
991750500
1768469017
Februari
736518517
41600000
991750500
1769869017
Maret
736518517
43500000
991750500
1771769017
April
736518517
48600000
991750500
1776869017
Mei
736518517
51500000
991750500
1779769017
Juni
736518517
56250000
991750500
1784519017
Juli
736518517
58900000
1221301000
2016719517
Agustus
736518517
67000000
1113102000
1916620517
September
736518517
67525000
2109137700
2913181217
Oktober
736518517
73550000
2230130500
3040199017
November
736518517
73900000
991750500
1802169017
Desember
736518517
70125000
991750500
1798394017
JUMLAH
22164666612
2131688200
40153941491
64450296303
63 RATA-RATA
615685183.7
59213561.11
1115387264
1790286008
PT. NYONYA MENEER SEMARANG PRODUK CACAT TAHUN 2007-2009 Tahun 2007 2008 2009
N
JAMU
MINYAK TELON
KAPSUL
Total
Januari
129
130
147
406
Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September
131 129 110 141 150 220 251 141
119 140 111 130 130 150 163 150
140 110 109 131 110 113 147 130
390 379 330 402 390 483 561 421
Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei
107 127 100 147 130 151 201 110
100 141 130 110 109 105 197 99
119 110 112 159 129 110 141 100
326 378 342 416 368 366 539 309
Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari
134 140 129 130 114 100 73 131
173 140 120 131 151 99 60 149
151 131 19 27 100 97 51 167
458 411 268 288 365 296 184 447
Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September
152 130 142 201 100 115 179 101
143 131 142 200 119 110 141 99
170 130 142 130 127 113 130 100
465 391 426 531 346 338 450 300
Oktober November Desember
100 91 91
99 80 70
100 81 75
299 252 236
JUMLAH
4828
4571
4158
13557
64 134.1111111
RATA-RATA
126.9722222
115.5
PT. NYONYA MENEER SEMARANG PRODUK CACAT TAHUN 2007 BULAN
JAMU
MINYAK TELON
KAPSUL
Total
Januari
129
130
147
406
Februari
131
119
140
390
Maret
129
140
110
379
April
110
111
109
330
Mei
141
130
131
402
Juni
150
130
110
390
Juli
220
150
113
483
Agustus
251
163
147
561
September
141
150
130
421
Oktober
107
100
119
326
November
127
141
110
378
Desember
100
130
112
342
376.5833333
65
PT. NYONYA MENEER SEMARANG PRODUK CACAT TAHUN 2008 JAMU
MINYAK TELON
KAPSUL
Total
Januari
BULAN
147
110
159
416
Februari
130
109
129
368
Maret
151
105
110
366
April
201
197
141
539
Mei
110
99
100
309
Juni
134
173
151
458
Juli
140
140
131
411
Agustus
129
120
19
268
September
130
131
27
288
Oktober
114
151
100
365
November
100
99
97
296
Desember
73
60
51
184
PT. NYONYA MENEER SEMARANG PRODUK CACAT TAHUN 2009 JAMU
MINYAK TELON
KAPSUL
Total
Januari
BULAN
131
149
167
447
Februari
152
143
170
465
Maret
130
131
130
391
April
142
142
142
426
Mei
201
200
130
531
Juni
100
119
127
346
Juli
115
110
113
338
Agustus
179
141
130
450
September
101
99
100
300
Oktober
100
99
100
299
November
91
80
81
252
Desember
91
70
75
236
66
Analisis Regresi Berganda Descriptive Statistics Biaya Kualitas Biaya Produksi Produk Cacat Valid N (listwise)
N 36 36 36 36
Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation 6850400 21668900 325310050 9036390 2664859 1532998017 3040199017 63893494305 1774819286 327795638 184 561 13557 377 85
Correlations
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Produk Cacat Biaya Kualitas Biaya Produksi Produk Cacat Biaya Kualitas Biaya Produksi Produk Cacat Biaya Kualitas Biaya Produksi
Produk Cacat 1.000 .322 -.245 . .028 .075 36 36 36
Biaya Kualitas .322 1.000 -.031 .028 . .428 36 36 36
Biaya Produksi -.245 -.031 1.000 .075 .428 . 36 36 36
Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered Biaya Produksi, Biaya Kualitasa
Variables Removed .
Method Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Produk Cacat
Model Summaryb
Model 1
R R Square .398a .159
Adjusted R Square .108
Std. Error of the Estimate 80.34876
a. Predictors: (Constant), Biaya Produksi, Biaya Kualitas b. Dependent Variable: Produk Cacat
Change Statistics Sig. F Change .058
67 ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 40171.271 213045.5 253216.8
df 2 33 35
Mean Square 20085.635 6455.924
F 3.111
Sig. .058a
a. Predictors: (Constant), Biaya Produksi, Biaya Kualitas b. Dependent Variable: Produk Cacat
Coefficientsa
Model 1
(Constant) Biaya Kualitas Biaya Produksi
Unstandardized Coefficients B Std. Error 394.277 89.036 1.00E-005 .000 -6.1E-008 .000
Standardized Coefficients Beta .314 -.235
t 4.428 1.967 -1.472
Sig. .000 .058 .150
a. Dependent Variable: Produk Cacat
Coefficientsa
Model 1
Biaya Kualitas Biaya Produksi
Correlations Zero-order Partial .322 .324 -.245 -.248
Part .314 -.235
Collinearity Statistics Tolerance VIF .999 1.001 .999 1.001
a. Dependent Variable: Produk Cacat
Residuals Statistics Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance Centered Leverage Value
a
Minimum 297.8798 -2.323
Maximum 502.9590 3.730
Mean 376.5833 .000
Std. Deviation 33.87847 1.000
13.414
65.797
20.152
11.647
36
296.9496 -182.135 -2.267 -2.323 -191.303 -2.501 .003 .000 .000
450.2695 171.33778 2.132 2.179 178.86086 2.319 22.498 .251 .643
375.5943 .00000 .000 .004 .98899 .005 1.944 .021 .056
29.29584 78.01932 .971 .996 82.61172 1.029 4.688 .044 .134
36 36 36 36 36 36 36 36 36
a. Dependent Variable: Produk Cacat
N 36 36
68
Charts
Histogram Dependent Variable: Produk Cacat 12
Frequency
10 8 6 4 2 Mean =3. 47E-17 Std. Dev. =0.971 N =36
0 -3
-2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Residual
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Produk Cacat Expected Cum Prob
1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
Observed Cum Prob
1.0
69
Scatterplot Dependent Variable: Produk Cacat
Regression Studentized Residual
3 2 1 0 -1 -2 -3 -2
0
2
4
Regression Standardized Predicted Value
UJI PRASYARAT 1. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Unstandardiz ed Residual 36 .0000000 78.01931613 .105 .105 -.079 .632 .819
70
2. Uji Linieritas ANOVA Table
Biaya Kualitas * Produk Cacat
Biaya Produksi * Produk Cacat
Between Groups
(Combined) Linearity Deviation from Linearity Within Groups Total Between (Combined) Groups Linearity Deviation from Linearity Within Groups Total
Sum of Squares 2.38E+014 2.57E+013
df 34 1
Mean Square 7.0E+012 2.6E+013
F .634 2.330
Sig. .782 .369
2.12E+014
33
6.4E+012
.582
.801
1.10E+013 2.49E+014 3.75E+018 2.26E+017
1 35 34 1
1.1E+013 1.1E+017 2.3E+017
9.469 19.389
.253 .142
3.52E+018
33
1.1E+017
9.169
.257
1.16E+016 3.76E+018
1 35
1.2E+016
71
UJI ASUMSI KLASIK 1. Uji Multikolinieritas Coefficientsa
Model 1
Collinearity Statistics Tolerance VIF .999 1.001 .999 1.001
Biaya Kualitas Biaya Produksi
a. Dependent Variable: Produk Cacat
2. Uji heteroskedastisitas
Scatterplot Dependent Variable: Produk Cacat
Regression Studentized Residual
3 2 1 0 -1 -2 -3 -2
0
2
Regression Standardized Predicted Value
4