PENGARUH PEMBERIAN BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L) TERFERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP BERAT KARKAS, ORGAN DALAM SERTA HISTOPATOLOGI HATI DAN GINJAL AYAM BROILER
SKRIPSI NINIK ISTICHOMAH
PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
RINGKASAN Ninik Istichomah. D24103030. Pengaruh Pemberian Bungkil Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L) Terfermentasi dalam Ransum terhadap Berat Karkas, Organ Dalam serta Histopatologi Hati dan Ginjal Ayam Broiler. Skripsi. Program Studi Nutrisi dan Makanan Ternak, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Sumiati, MSc. Pembimbing Anggota : drh. Agus Setiyono, MS, Ph.D Menurut Aregheore et al (2003), meskipun bungkil biji jarak pagar (tanpa kulit) memiliki kandungan protein kasar lebih tinggi (53%-58%) dari bungkil kacang kedelai (46%), bungkil biji jarak pagar beracun karena mengandung zat curcin dan phorbolester sehingga tidak bisa dijadikan pakan ternak tanpa diolah terlebih dahulu. Perlakuan fermentasi dengan kapang Rhizopus oligosporus terhadap bungkil biji jarak pagar diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya, dari yang semula bersifat toksik (meracuni) karena adanya curcin dan phorbolester menjadi bahan baku yang bernilai gizi lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian bungkil biji jarak pagar (Jatropha curcas L) terfermentasi dalam ransum terhadap berat karkas, organ dalam serta histopatologi hati dan ginjal. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 24 ekor ayam broiler yang diambil dari 72 ekor ayam broiler yang sebelumnya telah dipelihara mulai umur satu hari (Day old chick/DOC) sampai umur 5 minggu. Ransum perlakuan yaitu : R0 = Ransum dengan 0% bungkil biji jarak pagar terfermentasi, R1 = Ransum dengan 3% bungkil biji jarak pagar terfermentasi, R2 = Ransum dengan 6% bungkil biji jarak pagar terfermentasi, R3 = Ransum dengan 9% bungkil biji jarak pagar terfermentasi. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari 4 perlakuan dengan 3 ulangan dan setiap ulangan (unit percobaan) terdiri dari 6 ekor ayam. Data yang diperoleh dianalisa dengan sidik ragam (ANOVA/Analysis of Variance) dan hasil yang berbeda nyata diuji lanjut dengan Uji Jarak Duncan, Polinomial Ortogonal dan Uji Regresi (Steel dan Torrie, 1993). Data histopatologi hati dan ginjal dianalisa secara deskriptif yang disajikan dalam bentuk skoring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian 9% bungkil biji jarak pagar (Jatropha curcas L) terfermentasi nyata (P<0,05) menurunkan persentase berat karkas. Pemberian bungkil biji jarak pagar (Jatropha curcas L) terfermentasi sebanyak 6-9% dalam ransum nyata (P<0,05) meningkatkan persentase berat proventrikulus, usus halus dan seka, serta sangat nyata (P<0,01) meningkatkan persentase berat gizzard, panjang relatif usus halus dan seka. Semakin tinggi taraf pemberian bungkil biji jarak pagar semakin cepat terjadi kematian. Pemberian bungkil biji jarak pagar menyebabkan kerusakan hati dan ginjal.
Kata kunci : Jatropha curcas L, terfermentasi, organ dalam, histopatologi, broiler
ABSTRACT Effects of fermented Jatropha curcas L meal in the broiler diet on weight percentage of carcass, internal organ and histopathology of liver and kidney N. Istichomah, Sumiati, and A. Setiyono Jatropha curcas L meal contains high crude protein, but this can not be used properly because of curcin and phorbolester contained in the meal that interfere the protein synthesis in the body. To overcome this problem, a detoxification process of Jatropha curcas L meal is needed. This research was conducted to observe the effect of fermented Jatropha curcas L meal in the diet on carcass weight, internal organ and histopathology of liver and kidney. The research used 72 broilers Ross strain which were reared for five weeks. At the end of the experiment, 24 chickens were slaughtered to measure the parameters observed. The experiment used Compeletely Randomized Design with 4 treatments and 3 replications. The treatment diet were : R0 (0% fermented Jatropha curcas L meal), R1 (3% fermented Jatropha curcas L meal), R2 (6% fermented Jatropha curcas L meal) and R3 (9% fermented Jatropha curcas L meal). The data were analyzed using ANOVA (Analysis of Variance) and the significant differences between treatments were further tested by Duncan multiple range. The results showed that using 9% fermented Jatropha curcas L meal in the diets significantly (P<0.05) decreased carcass percentage. Using 6-9% fermented Jatropha curcas L meal in the diets significantly (P<0.05) increased percentage of proventriculus, small intestine and caeca and highly significantly (P<0.01) increased the gizzard, length of intestine and caeca. Fed fermented Jatropha curcas L meal 3-9% in the diets caused the damage of liver and kidney.
Key word: Jatropha curcas L meal, fermentation, internal organ, histopathology, broiler
PENGARUH PEMBERIAN BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L) TERFERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP BERAT KARKAS, ORGAN DALAM SERTA HISTOPATOLOGI HATI DAN GINJAL AYAM BROILER
NINIK ISTICHOMAH D24103030
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
PENGARUH PEMBERIAN BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L) TERFERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP BERAT KARKAS, ORGAN DALAM SERTA HISTOPATOLOGI HATI DAN GINJAL AYAM BROILER
Oleh : NINIK ISTICHOMAH D24103030
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada Tanggal 3 Juli 2007
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Sumiati, MSc. NIP. 131 624 182
drh. Agus Setiyono, MS, Ph.D. NIP. 131 760 847
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Ronny R. Noor, MRur.Sc. NIP. 131 624 188
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 27 Mei 1985 di Grobogan Jawa Tengah. Penulis adalah anak keempat dari lima bersaudara dari ayah yang bernama Suwandi dan ibunda Sri Mulyati. Pendidikan dimulai dari TK Dharma Wanita 02 Kandangan Purwodadi pada tahun 1991, kemudian dilanjutkan di Sekolah dasar dan diselesaikan pada tahun 1997 di SD Negeri 03 Kandangan Purwodadi. Pendidikan Lanjutan Menengah Pertama diselesaikan pada tahun 2000 di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Toroh dan Pendidikan Lanjutan Menengah Atas diselesaikan pada tahun 2003 di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Purwodadi. Pada Tahun 2003 Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan, seperti BEM-TPB (Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama) tahun 2003-2004, HIMASITER (Himpunan Mahasiswa Ilmu nutrisi dan Makanan Ternak) tahun 2004-2005. Selain aktif pada berbagai organisasi, penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan seperti : mengikuti pelatihan-pelatihan, seminarseminar, kepanitian dan PKM (Program Kreatifitas mahasiswa). Tahun 2007 penulis menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Mikrobiologi Nutrisi Departemen Ilmu nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala Rakhmat dan KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul Pengaruh Pemberian Bungkil Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L) Terfermentasi dalam Ransum terhadap Berat Karkas, Organ Dalam serta Histopatologi Hati dan Ginjal Ayam Broiler ditulis berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis yang dimulai pada bulan September sampai Desember 2006 di Laboratorium Biokimia, Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi (BFMN), Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan dan Laboratorium Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bungkil biji jarak pagar (Jatropha curcas L) merupakan limbah industri pertanian dari proses pengolahan minyak jarak pagar. Dengan adanya program penanaman jarak pagar pada jutaan hektar lahan di Indonesia untuk produksi minyak biodisel, maka produksi yang sangat banyak dari limbah ini menyebabkan perlu adanya pemanfaatan. Bungkil biji jarak pagar berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak karena mengandung kadar protein kasar yang tinggi. Kendala penggunaan bungkil biji jarak pagar sebagai pakan adalah anti nutrisi, curcin dan phorbolester. Bungkil biji jarak pagar yang difermentasi dengan kapang Rhizopus oligosporus diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya, dari yang semula bersifat toksik (meracuni) menjadi bahan baku yang bernilai gizi lebih baik. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan sumbangan pemikiran dari berbagai kalangan untuk perbaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang ikut berperan sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Juli, 2007
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan segala limpahan nikmat, rahmat, hidayah serta inayahNYA, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Ir. Sumiati, MSc. dan drh. Agus Setiyono, MS, Ph.D. sebagai dosen pembimbing atas segala bimbingannya selama penelitian hingga penulisan skripsi. Kepada Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS. selaku dosen penguji seminar, Dr. Despal S.Pt., MSc. Agr. dan Ir. H. Niken Ulupi MSi. selaku dosen penguji sidang terima kasih atas segala masukkannya. Kepada Dr. Ir. Rita Mutia, MAgr. sebagai dosen pembimbing akademik terima kasih banyak atas dorongan dan bimbingannya kepada penulis selama menempuh kuliah di IPB. Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada Ibunda Sri Mulyati dan Ayahanda Suwandi tercinta, Kak M. Bambang Nurhuda, M. Arip Prastiyanto, Nunung Khoiriyah, Chandra, Endah dan adikku Sudirman Sakti Utomo tersayang serta keluarga besar di Jakarta dan Purwodadi atas doa, kasih sayang, semangat, perhatian dan dukungannya hingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada DUE-like Departemen Ilmu nutrisi dan Teknologi Pakan IPB yang telah mendanai penelitian ini, kepada Pak Jay, Pak Rahmad, Pak albet, Pak Yadi, Bu Lanjarsih, Bu Yani dan Bu Dian atas bantuannya selama penelitian. Rekan sepenelitian Farhan, Wahyu, Ima, Ella, Putri 39, serta tim Jarak Pagar (Penpen, Ghie, Uly, Opie dan lydia) terima kasih atas kerjasama dan pengertiannya. Rennong, Ikok, Nur, Eprinno, Nunce, Irma, Fuji, Tyas, Nurman, Herlina, Ayu, Iif, Rizki, Vita, Wida, Nuari, Yulita, Budi, Alif, Yuli 39, Risma 39, dan teman-teman Nutrisi 40 lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu terima kasih atas persahabatan, persaudaran dan ukhuwah selama ini. Meita, Indah, Boty, diyah dan semua penghuni Pandok Sabrina Bateng dari angkatan 38 sampai 42 atas kebersamaannya dan semoga ukhuwah kita terus terjaga. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat terutama bagi penulis dan pihak-pihak yang membutuhkan.
Bogor, Juli 2007 Penulis
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ............................................................................................
ii
ABSTRACT ...............................................................................................
iii
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ...............................................................................
vii
DAFTAR ISI...............................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xi
PENDAHULUAN .....................................................................................
1
Latar Belakang ............................................................................... Perumusan Masalah ....................................................................... Tujuan ............................................................................................
1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................
3
Bungkil Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L) ............................... Phorbolester .......................................................................... Curcin ................................................................................... Detoksifikasi Bungkil Biji Jarak Pagar .......................................... Karkas Ayam Broiler ..................................................................... Organ Dalam .................................................................................. Gizzard .................................................................................. Jantung .................................................................................. Hati ........................................................................................ Ginjal .................................................................................... Limpa .................................................................................... Empedu ................................................................................. Pankreas ................................................................................ Usus Halus dan Seka .............................................................
3 5 6 7 9 9 9 9 10 11 12 12 12 13
METODE ...................................................................................................
14
Lokasi dan Waktu ........................................................................... Materi .............................................................................................. Ternak ................. .................................................................. Kandang dan Peralatan ................................... ...................... Ransum ................................................................................. Vitamin dan Vaksin .............................................................. Rancangan ....................................................................................... Perlakuan .............................................................................. Model .................................................................................... Peubah yang diamati .............................................................
14 14 14 14 14 15 16 16 17 17
Prosedur ......................................................................................... Fermentasi Bungkil Biji Jarak Pagar .................................... Pembuatan Preparat Histopatologi......................................... Persiapan Kandang dan Pemeliharaan ..................................
19 19 20 23
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................
24
Pengaruh Perlakuan terhadap Persentase Berat karkas dan Organ Dalam .................................................................................. Persentase Berat Karkas ........................................................ Persentase Berat Hati, Gizzard, Jantung dan Proventrikulus Persentase Berat Empedu, Limpa, Ginjal dan Pankreas ....... Persentase Berat Usus Halus dan Seka ................................. Panjang Relatif Usus Halus dan Seka ................................... Histopatologi Hati dan Ginjal ........................................................ Hati ........................................................................................ Ginjal ....................................................................................
24 25 26 29 32 35 37 37 41
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................
44
Kesimpulan ........................................................................... Saran ......................................................................................
44 44
UCAPAN TERIMA KASIH .....................................................................
45
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
46
LAMPIRAN................................................................................................
50
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman 1. Komposisi Kimia (% BK) dari Bungkil Biji Jarak Pagar ....................
4
2. Komposisi biji jarak pagar per 100 gram ...........................................
5
3. Kandungan Nutrien Bungkil Biji Jarak Pagar .....................................
8
4. Susunan dan kandungan nutrisi dalam periode ransum starter (umur 0-2 minggu) ..............................................................................
15
5. Susunan dan kandungan nutrisi dalam ransum grower-finisher (umur 2-5 minggu) ..............................................................................
16
6. Rataan Persentase Berat Hidup, Karkas dan Organ Dalam Ayam Broiler Umur 5 Minggu ......................................................................
24
7. Persentase Berat Usus Halus dan Seka Ayam Broiler Umur 5 Minggu ...................................................................................
32
8. Panjang Relatif Usus Halus dan Seka Ayam Broiler Umur 5 Minggu
35
9. Skor Lesio Histopatologi Organ Hati Broiler Penelitian .....................
37
10. Skor Lesio Histopatologi Organ Ginjal Broiler Penelitian ..................
41
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Skema pemanfaatan jarak pagar (Jatropha curcas L) ...............................
3
2. Tingkat kemasakan buah jarak pagar berdasarkan warna kapsul ..............
4
3. Struktur Kimia Phorbolester ......................................................................
6
4. Struktur kimia curcin (C20H24O3) ..............................................................
7
5. Grafik Persentase Berat Karkas Ayam Broiler Penelitian (Umur 5 Minggu) .......................................................................................
25
6. Grafik Persentase Berat Hati dan Gizzard Ayam Broiler Penelitian (Umur 5 Minggu) ......................................................................
26
7. Grafik Persentase Berat Jantung dan Proventrikulus Ayam Broiler Penelitian (Umur 5 Minggu) ......................................................................
27
8. Grafik Persentase Berat Empedu Ayam Broiler Penelitian (Umur 5 Minggu) .......................................................................................
29
9. Grafik Persentase Limpa, Ginjal dan Pankreas Ayam Broiler Penelitian (Umur 5 Minggu) ......................................................................
30
10. Grafik Persentase Berat Duodenum, Jejunum, Ileum dan Seka Ayam Broiler Penelitian Umur 5 Minggu ............................................................
33
11. Grafik Panjang Relatif Usus Halus dan Seka Ayam Broiler Penelitian (Umur 5 Minggu) ......................................................................
36
12. Histopatologi Organ Hati Ayam broiler penelitian ....................................
40
13. Infeksi Leucocytozoon Stadium Perkembangan pada Jaringan Ginjal ............................................................................................
41
14. Histopatologi Organ Ginjal Ayam Broiler Penelitian ................................
43
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman 1. Komposisi VITA STRESS yang Digunakan dalam Penelitian ............ 50 2. Analisa Ragam Berat Hidup Broiler Umur 5 Minggu .........................
50
3. Analisa Ragam Persentase Berat Karkas Broiler Umur 5 Minggu .............................................................................................
50
4. Analisis Ragam Persentase Berat Hati Broiler Umur 5 Minggu ..............................................................................................
51
5. Analisis Ragam Persentase Berat Jantung Broiler Umur 5 Minggu ........................ ..................................................................... 51 6. Analisis Ragam Persentase Berat Proventrikulus Broiler Umur 5 Minggu ............. ................................................................................. 51 7. Analisis Ragam Persentase Berat Gizzard Broiler Umur 5 Minggu .............................................................................................. 51 8. Analisis Ragam Persentase Berat Empedu Broiler Umur 5 Minggu ..............................................................................................
52
9. Analisis Ragam Persentase Berat Limpa Broiler Umur 5 Minggu ..............................................................................................
52
10. Analisis Ragam Persentase Berat Ginjal Broiler Umur 5 Minggu ..............................................................................................
52
11. Analisis Ragam Persentase Berat Pankreas Broiler Umur 5 Minggu .............................................................................................
52
12. Analisis Ragam Persentase Berat Duodenum Broiler Umur 5 Minggu ..............................................................................................
52
13. Analisis Ragam Persentase Berat Jejunum Broiler Umur 5 Minggu ..............................................................................................
53
14. Analisis Ragam Persentase Berat Ileum Broiler Umur 5 Minggu ..............................................................................................
53
15. Analisis Ragam Persentase Berat Seka Broiler Umur 5 Minggu ..............................................................................................
53
16. Analisis Ragam Panjang Relatif Duodenum (cm/100 g BB) Broiler Umur 5 Minggu .......................................................................
53
17. Analisis Ragam Panjang Relatif Jejunum (cm/100 g BB) Broiler Umur 5 Minggu ......................................................................
54
18. Analisis Ragam Panjang Relatif Ileum (cm/100 g BB) Broiler Umur 5 Minggu .......................................................................
54
19. Analisis Ragam Panjang Relatif Seka (cm/100 g BB) Broiler Umur 5 Minggu ………...........................................................
54
20. Rataan Skoring Histopatologi Hati dan Ginjal Broiler Penelitian .................................................................................
55
PENDAHULUAN Latar Belakang Tingginya harga pakan merupakan masalah yang dihadapi oleh para peternak di Indonesia, sehingga para peternak sering kali menderita kerugian. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya bahan baku pakan yang diimpor. Masalah tersebut dapat diatasi dengan upaya pemanfaatan bahan baku lokal. Salah satu potensi bahan baku pakan alternatif untuk unggas adalah limbah agroindustri dari pembuatan minyak biji jarak, yaitu bungkil biji jarak pagar (Jatropha curcas L) yang tidak bersaing dengan manusia serta mempunyai kandungan nutrisi yang mencukupi kebutuhan. Dengan adanya program penanaman jarak pada jutaan hektar lahan di Indonesia maka produksi bungkil biji jarak di masa mendatang akan berlimpah. Secara ekonomi, tanaman jarak pagar bisa dimanfaatkan seluruh bagiannya, mulai dari daun, buah, kulit batang, getah dan batangnya. Daun bisa diekstraksi menjadi bahan pakan ulat sutera dan obat-obat herbal. Kulit batang bisa juga diekstraksi menjadi tanin atau dijadikan bahan bakar lokal untuk kemudian dijadikan pupuk. Demikian juga bagian batang, bisa digunakan sebagai kayu bakar. Potensi terbesar jarak pagar ada pada buah yang terdiri dari biji dan cangkang (kulit). Inti biji jarak pagar inilah yang menjadi bahan dasar pembuatan biodisel, sumber energi pengganti solar. Limbah dari pembuatan biodisel berupa bungkil biji jarak pagar. Minyak jarak pagar digunakan untuk penyabunan dengan hasil akhir berupa sabun dan hasil metanolisis/etanolisis berupa biodisel dan gliserin. Bungkil ekstraksi atau bungkil biji jarak pagar dapat menghasilkan pupuk dan sebagai bahan dasar biogas pengganti minyak tanah, serta setelah didetoksifikasi akan menghasilkan pakan ternak. Meski kadar proteinnya tinggi, bungkil biji jarak pagar beracun, karena mengandung zat curcin dan phorbolester sehingga tidak bisa dijadikan pakan ternak tanpa diolah terlebih dahulu. Perlakuan detoksifikasi dalam penelitian ini adalah fermentasi dengan menggunakan kapang Rhizopus oligosporus. Perlakuan tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya, dari yang semula bersifat toksik (meracuni) karena adanya curcin, phorbolester, lignin serta serat kasar yang tinggi menjadi bahan baku yang bernilai gizi lebih baik, sehingga tidak mengganggu kecernaan pakan ternak ayam broiler.
Perubahan nilai gizi bungkil biji jarak pagar setelah mengalami proses fermentasi ini perlu diuji secara biologis, untuk menentukan kualitas nutrisinya secara akurat. Salah satu cara mengevaluasi kualitas nutrisi tersebut adalah dengan memanfaatkannya dalam campuran ransum terlebih dahulu, kemudian dilihat pengaruhnya terhadap berat karkas, organ dalam serta histopatologi hati dan ginjal ayam broiler.
Perumusan Masalah Jatropha curcas L berpotensi sebagai pakan ternak yaitu sebagai sumber protein. Disamping ketersediaannya melimpah, pemanfaatannya juga tidak bersaing dengan manusia. Bungkil biji jarak pagar (tanpa kulit) memiliki kandungan protein kasar 53-58 %, lebih tinggi dari bungkil kacang kedelai, yaitu 46 % (Aregheore et al., 2003). Permasalahan yang ada adalah Jatropha curcas L mengandung curcin, phorbolester, lignin dan serat kasar yang tinggi, sehingga akan menghambat proses pencernaan zat makanan di dalam tubuh ternak. Teknik pengolahan bungkil biji jarak pagar (jatropha curcas L) secara biologis yang difermentasi dengan menggunakan kapang Rhizopus oligosporus diharapkan dapat meningkatkan nilai nutrisinya dari yang semula bersifat toksik menjadi bahan baku ransum bernilai gizi lebih baik.
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian bungkil biji jarak pagar terfermentasi pada ransum terhadap berat karkas, organ dalam serta gambaran histopatologi hati dan ginjal.
2
TINJAUAN PUSTAKA Bungkil biji jarak pagar (Jatropha curcas L) Di Indonesia terdapat berbagai jenis tanaman jarak antara lain jarak kepyar/kastor (Ricinus communis L), jarak bali (Jatropha podagrica), jarak ulung (Jatropha gossypifolia L), Jarak gurita (Jatropha multifida) dan jarak pagar (Jatropha curcas L). Diantara jenis tanaman jarak tersebut yang paling berpotensi sebagai penghasil minyak bakar adalah jarak pagar (Jatropha curcas L). Beberapa nama daerah (nama lokal) yang diberikan pada tanaman jarak pagar ini antara lain jarak kosta, jarak budeg (Sunda), jarak gundul, jarak pager (Jawa), kalekhe paghar (Madura), jarak pager (Bali), lulu mau, paku kase, jarak pageh (Nusa Tenggara), kuman nema (Alor), jarak kosta, jarak wolanda, bindalo, bintalo, tondo utomone (Sulawesi), ai huwa kamala, balacai, kadoto (Maluku) dan lainnya (Hariyadi, 2005). Jarak pagar termasuk famili Euphorbiaceae, satu famili dengan karet dan ubi kayu. Produk utama yang dihasilkan tanaman jarak pagar adalah minyak yang dihasilkan dari proses ekstraksi biji jarak dan produk limbahnya berupa bungkil biji jarak yang dapat digunakan sebagai bahan baku pakan ternak, bungkil (tanpa kulit) ini mengandung protein yang sangat tinggi yaitu 53-58 % (Aregheore et al., 2003). Skema pemanfaatan Jatropha curcas L disajikan dalam Gambar 1. Bungkil jarak yang baru ditandai dengan warna hitam kecoklatan, bau agak gurih, bentuk seperti pasir. Bungkil jarak yang sudah lama ditandai dengan warna keputih-putihan, bau agak tengik dan menggumpal.
Gambar 1. Skema pemanfaatan Jatropha curcas L (Soerawidjaja, 2005)
Tingkat kemasakan buah warna hijau tua memberikan kadar minyak paling rendah yaitu 10,93%, dan tingkat kemasakan buah warna kuning memberikan kadar minyak paling tinggi yaitu 29,38%. Warna kulit buah hijau kekuningan, kuning kehitaman dan hitam memiliki kadar minyak berturut-turut sebagai berikut : 27,28%, 22,83% dan 23,68%. (Yeyen et al., 2006). Tingkat kemasakan buah jarak pagar berdasarkan warna kapsul disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Tingkat Kemasakan Buah Jarak Pagar Berdasarkan Warna Kapsul Komposisi kimia dari biji dan kulit pada Jatropha curcas berbeda. Biji dari Jatropha curcas terdiri dari lemak dan protein dengan kadar air dan abu yang rendah. Biji jarak pagar mengandung PK yang bervariasi antara 22,2-27,2%. Buah dari pohon jarak pagar yang berumur 7 tahun pada sampel yang segar memiliki rasio biji dengan kulit (63:37), PK (25,6%), lemak (57%) dan abu (3,4%). Kulit biji tersusun atas serat (83% Neutral Detergent Fiber, 74% Acid Detergent Fiber dan 45% lignin) dan PK yang sangat rendah (< 6%). Bungkil biji jarak pagar (tanpa kulit) memiliki kandungan PK (57-64%), abu sekitar 10%, dan serat (NDF < 10% dan ADF < 7%) (Makkar et al., 1997). Komposisi kimia bungkil Jatropha curcas dari berbagai varietas dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Kimia (% BK) dari Bungkil Biji Jarak Pagar Varietas Komponen
Cape Verde
Nicaragua
Ife-Nigeria
Protein Kasar (%)
56,4
61,2
55,7
63,8
Lemak (%)
1,5
1,2
0,8
1,0
Abu (%)
9,6
10,4
9,6
9,8
NDF (%)
9,0
8,1
8,9
9,1
ADF (%)
7,0
6,8
5,6
5,7
ADL (%)
0,4
0,3
0,1
0,1
4392
4272
4320
Energi Bruto (Kkal/kg) 4368
Non-toxic Mexico
Sumber : Makkar et al. (1997)
4
Biji jarak pagar mengandung berbagai macam senyawa kimia seperti sukrosa, rafinosa, stakiosa, glukosa, fruktosa, galaktosa, protein, minyak (50-60 %), toxalbumin curcin yang berbahaya dan asam oleat dan linoleat dalam jumlah besar. Dua buah biji jarak pagar dapat berfungsi sebagai pencahar perut, sedangkan 4-5 buah biji jarak pagar dapat menimbulkan kematian terutama pada anak-anak (Duke dan Atchley, 1983). Komposisi biji jarak pagar dapat dilihat pada Tabel 2. Selain kandungan nutrisinya yang baik untuk ternak, juga terdapat beberapa anti nutrisi yang menghambat penggunaannya antara lain lectin/curcin, phorbolester/diterpene esters, tanin, phytat, saponin dan anti trypsin (Makkar et al., 1997; Trabi et al., 1997). Oleh karena itu, pemberian bungkil biji jarak pagar tanpa pengolahan tidak dapat diberikan pada ternak (Aregheore et al., 2003). Tabel 2. Komposisi Biji Jarak Pagar per 100 gram Komponen
Jumlah (gram)
Air
6,6
Protein
18,2
Minyak
38,0
Total Karbohidrat
33,5
Serat
15,5
Abu
4,5
Sumber : Duke dan Atchley (1983)
Phorbolester Phorbolesters (phorbol-12-myristate 13-acetate) dikenal sebagai racun yang utama pada Jatropha curcas L (Makkar dan Becker, 1997). Phorbolester atau diterpene ester terutama terdapat pada biji dan akar jarak pagar (Heller, 1996). Diterpene ester tahan panas (heat stable) terdapat pada minyak yang masih tersisa pada bungkil, sebanyak ± 11% (Wink, 1993). Soerawidjaja (2005) melaporkan bahwa minyak yang masih tersisa di dalam bungkil dapat diambil sempurna dengan cara ekstraksi dengan pelarut (paling umum: heksan). Bungkil ekstraksi bisa hanya mengandung 0,1% minyak (efektifitas pengambilan minyak lebih dari 99,9%). Konsentrasi phorbolesters pada kernel dari varietas toksik sebesar 2,2-2,7 mg/g sedangkan konsentrasi phorbolesters dari varietas non-toksik adalah 0,11 mg/g (Makkar et al., 1997). Struktur kimia Phorbolester dapat dilihat pada Gambar 3.
5
Gambar 3. Struktur Kimia Phorbolester (http://www.giftpflanzen.com/euphorbia_leucodendron.html) Phorbolester diketahui dapat mengaktivasi protien kinase C (PKC) yang sama dengan aktivitas diacyglycerol (DAG). Phorbolester meningkatkan affinitas PKC Ca2+ secara dramatis dan sulit untuk dimetabolisme (metabolically stable). Phorbolester dapat menyebabkan foliferasi dan diferensiasi sel yang tidak terkontrol (Asaoka et al., 1992). Phorbolester sebagai cocarcinogens/tumor promoters pada tikus (Heller, 1996). Curcin Felke (1913) adalah orang yang pertama kali menemukan isolat curcin. Curcin adalah serupa dengan ricin, protein beracun yang terdapat pada biji jarak pohon (Ricinus communis). Curcin atau lectin adalah fitotoxin atau toxalbumin yang memiliki molekul protein besar, kompleks dan sangat beracun, menyerupai struktur dan fisiologis racun bakteri. Fitotoxin tidak tahan terhadap panas karenanya dapat diukur dengan metode penguapan. Lectin merupakan protein yang berikatan secara spesifik dengan karbohidrat (Pfander, 1984 dalam Marni, 1991). Beberapa diantaranya sangat beracun bagi manusia dan ternak karena dapat menghambat sintesis protein di dalam ribosom. Kandungan toxalbumin juga terdapat pada buah kemiri dan dapat dihilangkan dengan cara pemanasan. Susunan asam amino curcin, ricin rantai A dan trichosanthin adalah sama (Lin et al., 2003). Struktur kimia curcin (C20H24O3) dapat dilihat pada Gambar 4.
6
Gambar 4. Struktur Kimia Curcin (C20H24O3) [www.prn2.usm.my] Detoksifikasi Bungkil Biji Jarak Pagar Beberapa pengolahan yang telah dilaporkan antara lain pemanasan (Wink, 1993; Makkar dan Becker, 1997; Aderibigbe et al., 1997; Gross et al., 1997; Aregheore et al., 2003). Pemanasan 100oC selama 30 menit belum mampu menurunkan aktivitas lectin, namun pemasakan (disertai penguapan panas) selama 5 menit mampu mendeaktivasi lectin (Wink, 1993). Moist heat (121oC selama 30 menit) dapat menghambat aktivitas trypsin dan lectin sehingga meningkatkan kecernaan protein (Aregheore et al., 2003). Pengolahan secara kimia dengan penambahan 4% NaOH dan 10% NaOCl diikuti dengan pemanasan berhasil menurunkan kadar phorbolesters bungkil biji jarak varietas toxic dari 1,78 mg/g menjadi 0,13 mg/g. Pengolahan dengan 3,5% NaOH tanpa NaOCl berhasil menurunkan phorbolesters menjadi 0,18 mg/g. Percobaan bungkil jarak yang diolah dengan cara kimia sebanyak 16% dalam ransum menunjukkan respon tikus yang kurang baik yaitu konsumsi dan pertumbuhan rendah. Disimpulkan bahwa kandungan phorbolester 0,13 mg/g belum dapat ditoleransi oleh ternak. Perlakuan pemanasan yang tinggi (121oC selama 30 menit) dan dicuci 4x dengan 92% metanol menurunkan phorbolester sampai 0,09 mg/g dan kadar ini dapat ditoleransi oleh ternak (Aregheore et al., 2003). Bungkil biji jarak pohon (Ricinus communis L.) yang diolah melalui proses fermentasi dengan kapang Rhizopus oligosporus dapat dijadikan bahan baku pakan alternatif untuk menyusun ransum ayam broiler. Penggunaan bungkil biji jarak pohon (Ricinus communis L.) produk fermentai sampai tingkat 12% dalam ransum ayam broiler tidak berpengaruh terhadap kecernaan protein ransum dan dapat mensubstitusi bungkil kedelai (Aisjah, 2000).
7
Tabel 3 menyajikan kandungan nutrien bungkil biji jarak pagar (disertai kulit) sebelum dan sesudah mengalami pengolahan secara biologis yaitu fermentasi dengan kapang Rhizopus oligosporus. Bungkil biji jarak pagar berasal dari PT. Pura Barutama Kudus, nutrien yang mengalami peningkatan setelah mendapat perlakuan fermentasi adalah Protein Kasar (PK), Serat Kasar (SK) dan Energi Bruto (EB); sedangkan yang mengalami penurunan antara lain kandungan Bahan Kering (BK), abu, Lemak Kasar (LK), Beta-N, Ca dan curcin. Penurunan kandungan nutrien yang terjadi pada bungkil biji jarak pagar hasil fermentasi dengan Rhizopus oligosporus ini tidak begitu besar. Disimpulkan bahwa selain menurunkan kadar racun, perlakuan biologis bersifat mempertahankan nutrien bungkil biji jarak pagar. Tabel 3. Kandungan Nutrien Bungkil Biji Jarak Pagar1) Nutrien
Tanpa Pengolahan
Pengolahan Biologi
Bahan Kering (%)
94,65
90,16
Abu (%)
5,28
4,94
Protein Kasar (%)
20,71
21,41
Serat Kasar (%)
41,62
42,95
Lemak Kasar (%)
10,86
4,53
Beta-N (%)
16,18
16,33
Ca (%)
0,65
0,46
P Total (%)
0,78
0,78
3.698,00
4.160,00
0,0897
0,0675
Energi bruto (kkal/kg) Kadar Curcin2) (%) 1)
Sumber : Hasil analisa laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB (2006) 2)
Hasil Analisa Laboratorium Pasca Panen Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2006)
8
Karkas Ayam Broiler Karkas merupakan bagian tubuh tanpa bulu, darah, kaki, kepala serta organ dalam. Karkas meningkat seiring dengan meningkatnya umur dan berat badan (Daud, 2005). Menurut Soeparno (1992) faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi laju pertumbuhan dan komposisi tubuh yang meliputi distribusi berat, komposisi kimia dan komponen karkas. Selain itu nutrisi, umur dan laju pertumbuhan juga dapat mempengaruhi berat karkas dan berat karkas biasanya meningkat sesuai dengan meningkatnya berat hidup ayam. Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan sesudah pemotongan. Faktor yang menentukan adalah berat karkas, jumlah daging yang dihasilkan dan kualitas dari daging yang bersangkutan. Persentase berat karkas ayam broiler bervariasi antara 65-68% dari berat hidup (Daud, 2005). Persentase berat karkas ayam broiler umur 6 minggu antara 5761% dari berat hidup (Fauzi, 2005). Rataan persentase berat karkas ayam broiler umur 5 minggu adalah 59-63% dari berat hidup (Suprayitno, 2006). Organ Dalam Ayam Gizzard Gizzard atau lambung adalah ruangan sederhana yang berfungsi sebagai tempat pencernaan dan penyimpanan makanan (Tillman et al., 1989). Fungsi gizzard pada unggas hampir sama dengan fungsi gigi pada spesies mamalia, bekerja untuk memperkecil ukuran partikel makanan secara mekanik (Pond et al., 1995). Didalam gizzard berlangsung mastikasi yaitu secara mekanis makanan dicerna. Bahan makanan kasar atau bijian digiling oleh otot kuat berlapis epitel tandus sehingga sempurna halusnya (Amrullah, 2004). Rataan persentase berat gizzard ayam broiler umur 5 minggu adalah 2,52-2,97% dari berat hidup (Suprayitno, 2006). Jantung Jantung adalah suatu struktur muskular berongga yang bentuknya menyerupai kerucut (Frandson, 1992). Jantung berfungsi sebagai pompa dan motor penggerak dalam peredaran darah yang kerjanya otonom, yaitu dikendalikan oleh pusat saraf diluar kemauan dan kesadaran. Unggas yang ukuran tubuh kecil memiliki laju sirkulasi darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan unggas yang mempunyai
9
ukuran tubuh yang lebih besar. Ressang (1986) menyatakan bahwa pembesaran ukuran jantung biasanya diakibatkan oleh penambahan jaringan otot jantung. Pada dinding otot jantung terjadi penebalan, sedangkan volume ventrikel relatif menyempit apabila otot menyesuaikan diri pada kontraksi yang berlebihan. Besarnya jantung tergantung pada jenis, umur, ukuran, dan pekerjaan hewan. Dalam keadaan normal, persentase jantung ayam broiler berkisar 1,60-2,30% dari berat hidup (Putnam, 1991). Fauzi (2005) menunjukkan bahwa rataan berat jantung ayam broiler umur 6 minggu adalah sekitar 0,59-0,63% berat hidup. Rataan persentase jantung ayam pedaging umur 5 minggu berkisar antara 0,58%-0,66% dari berat hidup (Suprayitno, 2006). Hati Secara umum fungsi hati adalah pertukaran zat dari protein, lemak dan karbohidrat, sekresi empedu, detoksifikasi senyawa-senyawa yang beracun dan eksresi senyawa-senyawa metabolit yang tidak lagi berguna bagi tubuh. Gejalagejala klinis pada jaringan hati tidak selalu terparah karena kemampuan regenerasi jaringan hati yang tinggi, tetapi kelainan-kelainan hati secara fisik biasanya ditandai dengan adanya perubahan warna hati, pembengkakan dan pengecilan pada salah satu lobi (Subronto, 1985). Menurut Koeman (1987), Kerusakan hati berjalan seiring dengan nekrosa hati (kematian sel) dan perlemakan hati (penimbunan trigliserida di dalam sel hati). Seiring dengan berjalannya waktu, senyawa-senyawa yang bersifat toksik justru memberikan tingkat degenerasi sampai nekrosa. Aliran darah yang masuk kedalam hati kemungkinan membawa zat-zat toksik termasuk tumbuhan, fungi dan produk bakteri juga logam yang merusak hati. Selain itu, kerusakan juga timbul karena hati mampu menghasilkan enzim-enzim yang mempunyai kemampuan biotransformasi pada berbagai macam zat. Bahan toksik ini sering menyebabkan kerusakan pada sel hepatosit (Taryu, 2005). Secara histopatologi gangguan yang sering terjadi pada hati adalah degradasi hati, nekrosa, perlemakan hati dan gangguan sirkulasi darah (Lu, 1995). Cahyanti (2004) melaporkan bahwa organ hati ayam dapat mengalami kerusakan jaringan
10
berupa hiperemi (pendarahan). Hiperemi disebabkan permeabilitas dinding kapiler yang tidak normal akibat membran sel yang rusak. Hati tersusun dalam lobulus, yang di dalamnya mengalir darah melewati sel hati melalui vas sinusoideum dari cabang vena porta ke dalam vena centralis tiap lobulus (Ganong, 1995). Fauzi (2005) menunjukkan bahwa rataan berat hati ayam broiler umur 6 minggu adalah sekitar 2,41-2,76% berat hidup. Persentase berat hati ayam pedaging umur 5 minggu adalah 2,58-2,87% berat hidup (Suprayitno, 2006). Ginjal Ginjal adalah organ yang menyaring plasma dan unsur-unsur plasma dari darah, dan kemudian secara selektif menyerap kembali air dan unsur-unsur berguna yang kembali dari filtrat, yang akhirnya mengeluarkan kelebihan dan produk buangan plasma. Hampir semua jenis ternak, ginjalnya memiliki bentuk seperti kacang, kecuali ginjal sapi dengan lobus-lobusnya, serta kuda dengan ginjal kanan yang menyerupai bentuk jantung. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi kerja ginjal mencakup komposisi darah, tekanan darah arterial, hormon, dan sistem saraf otonom (Frandson, 1992). Menurut Ganong (1995) ada dua lapisan sel ginjal yang memisahkan darah dari filtrat glomelurus dari dalam capsula bowman : endotel kapiler dan epitel khusus yang terletak pada puncak kapiler glomelurus. Fungsi ginjal adalah mempertahankan keseimbangan susunan darah dengan mengeluarkan zat-zat seperti air yang berlebih, ampas-ampas metabolisme (ureum, asam kemih, alantoin dan amonia), garam-garam anorganik dan bahan-bahan lain yang terlarut dalam darah contohnya pigmen darah (Ressang, 1986). Fungsi ginjal adalah mengatur keseimbangan air, konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam basa darah, ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam. Ginjal melakukan fungsi vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dan likungan dalam tubuh dengan mengekskresikan padatan dan air secara selektif. Ginjal memiliki aliran darah yang tinggi, mengkonsentrasi toksikan pada filtrat, membawa toksikan melalui sel tubulus, dan mengaktifkan toksikan tertentu (Lu, 1995). Menurut Koeman (1987), mekanisme kerja yang merusak ginjal relatif sedikit diketahui. Perubahan-perubahan pada ginjal dapat terjadi pada glomeruli dan
11
tubuli, pada interstitium dan pembuluh darah. Interstitium sering mengalami radang dan menglami pertambahan jaringan ikat. Didalam glomeruli sering terlihat adanya radang. Pada tubuli sering menunjukan tanda-tanda degenerasi dan nekrosa (Taryu, 2005). Persentase berat ginjal ayam broiler umur 5 minggu adalah 0,98-1,13% dari berat hidup (Suprayitno, 2006). Limpa Limpa merupakan organ tubuh yang kompleks dengan banyak fungsi. Beberapa fungsi belum diketahui dengan pasti. Berat limpa broiler 0,18-0,23% dari berat hidup (Putnam, 1991). Ressang (1986) menyatakan bahwa selain menyimpan darah, limpa bersama hati dan sumsum tulang berperan dalam pembinasaan eritrositeritrosit tua dan ikut serta dalam metabolisme nitrogen terutama pembentukan asam urat serta membentuk sel limfosit yang berhubungan dengan pembetukan antibodi. Ukuran limpa bervariasi dari waktu ke waktu tergantung dari banyaknya darah yang ada dalam tubuh (frandson, 1992). Persentase berat limpa ayam pedaging umur 5 minggu adalah 0,13-0,17% berat hidup (Suprayitno, 2006). Empedu Empedu berfungsi untuk mensekresikan kolesterol dan membentuk emulsi lemak dengan bantuan asam-asam empedu yang disekresikan oleh hati (Ressang, 1986). Amrullah (2004) menyatakan bahwa empedu berfungsi sebagai penetral kondisi asam dari saluran usus dan dapat mengawali pencernaan lemak dengan membentuk emulsi. Empedu dikeluarkan oleh hati dan masuk usus melalui ductus choleduchus (saluran empedu). Empedu mengandung garam-garam kalium dan natrium dari asam-asam empedu dan zat warna empedu. Kolesterol dan musin serta empedu disimpan dalam kantung empedu sampai saat dibutuhkannya. Cairan empedu bertindak mengemulsi lemak dan mengaktifkan lipase pankreas yang membantu menghidrolisa lemak (Tillman et al., 1989). Pankreas Pankreas adalah suatu glandula tubulo alveolar yang memiliki bagian endokrin maupun eksokrin. Bagian eksokrin dari pankreas menghasilkan NaHCO3
12
serta enzim-enzim pencernaan yang melalui saluran pankreas ke duodenum dekat dengan muara saluran empedu (Frandson, 1992). Pankreas terletak di antara lekukan duodenum usus halus. Organ ini adalah sebuah kelenjar yang mensekresikan sari cairan yang kemudian masuk ke dalam duodenum melewati saluran pankreas dimana enzim-enzimnya membantu pencernaan pati, lemak dan protein. Sari cairan ini menetralisir kondisi asam asal lambung kelenjar (Amrullah, 2004). Persentase berat pankreas ayam pedaging umur 5 minggu adalah 0,32-0,37% berat hidup (Suprayitno, 2006). Usus dan Seka Usus terdiri dari beberapa bagian yang dimulai dari duodenum yaitu usus halus di bagian depan dan berakhir di usus besar di bagian paling belakang. Usus halus merupakan tempat terjadinya pencernaan dan penyerapan pakan, selaput lendir usus halus mempunyai jonjot yang lembut dan menonjol seperti jari. Ke dalam usus halus masuk empat sekresi, yaitu : cairan duodenum, cairan empedu, cairan pankreas dan cairan usus (Tillman et al., 1989). Usus besar merupakan lanjutan dari usus halus yang mempunyai ukuran lebih pendek, tidak berliku-liku dan dindingnya lebih tebal dibandingkan dinding usus halus. Fungsi usus besar adalah untuk penyerapan air yang berasal dari proses pencernaan di usus halus dan menyalurkan sisa makanan dari usus ke kloaka (Sudaryani dan Santosa, 1994). Fungsi dari seka pada unggas adalah membantu penyerapan air serta mencerna karbohidrat dan protein dengan bantuan bakteri yang ada dalam seka. Pond et al. (1995) menyatakan bahwa sebagian serat dapat dicerna di dalam seka yang disebabkan adanya bakteri fermentasi tapi jumlahnya sangat rendah dibandingkan pada sebagian spesies mamalia. Fauzi (2005) menunjukkan bahwa rataan berat usus halus ayam broiler umur 6 minggu adalah sekitar 23,43-4,26% berat hidup.
13
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia, Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi, Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Unggas Fakultas Peternakan dan Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor pada bulan September sampai Desember 2006. Materi Ternak Penelitian ini menggunakan 72 ekor DOC (Day old chick) ayam broiler strain Ross yang berasal dari PT. Cibadak Tbk. Ayam dipelihara selama 5 minggu. Pada akhir penelitian, sebanyak 24 ekor ayam diambil sebagai sampel untuk mengukur peubah-peubah pada penelitian ini. Kandang dan Peralatan Kandang yang digunakan adalah kandang sistem litter dengan ukuran 1 x 1 x 1 m3 sebanyak 12 petak. Setiap petak dilengkapi dengan 1 tempat makan, 1 tempat air minum. Kandang berada diruang tertutup yang dilengkapi dengan sekat-sekat. Peralatan lain yang digunakan adalah lampu pijar 60 watt, timbangan, tirai plastik, plastik ransum, ember, sapu dan kawat untuk menggantung tempat pakan serta mikroskop. Ransum Ransum yang digunakan dalam penelitian adalah ransum yang disusun sendiri. Bahan pakan yang digunakan untuk membuat ransum dalam penelitian ini adalah jagung kuning, dedak padi, tepung ikan, minyak kelapa, bungkil kedelai, bungkil biji Jarak pagar, CaCO3 dan DCP. Pakan dan air minum diberikan ad libitum. Formulasi ransum disusun berdasarkan kandungan zat makanan menurut NRC (1994). Susunan dan kandungan nutrisi ransum periode starter (0-2 minggu) dapat dilihat pada Tabel 4, sedangkan susunan dan kandungan nutrisi ransum periode grower-finisher (2-5 minggu) dapat dilihat pada Tabel 5.
14
Tabel 4. Susunan dan kandungan nutrisi dalam ransum periode starter (umur 0-2 minggu) Bahan Makanan
R0
R1
R2
R3
……………………(%)…….……………… Jagung
52,2
54,4
52,7
50,5
Dedak padi
10,0
5,0
5,0
5,0
Bungkil kedelai
23,0
22,8
21,5
20,7
0,0
3,0
6,0
9,0
10,0
10,0
10,0
10,0
Minyak
2,5
2,5
2,5
2,5
CaCO3
0,9
0,9
0,9
0,9
DCP
0,8
0,8
0,8
0,8
DL-Methionin
0,1
0,1
0,1
0,1
Premix
0,5
0,5
0,5
0,5
Jumlah
100,0
100,0
100,0
100,0
3055,9
3066,0
3069,9
3068,3
21,3
21,4
21,4
21,5
Methionin (%)
0,5
0,5
0,5
0,5
Lisin (%)
1,3
1,2
1,2
1,2
Serat Kasar (%)
4,0
4,7
5,9
7,1
Ca (%)
1,1
1,1
1,1
1,1
0,6
0,6
0,6
0,6
Bungkil biji jarak pagar Tepung ikan
1)
Kandungan Zat makanan ransum berdasarkan perhitungan : Energi Metabolis (kkal/kg) Protein Kasar (%)
P tersedia (%) 1)
Keterangan : Berdasarkan tabel kandungan nutrien bahan pakan dari NRC (1994)
Vitamin dan vaksin Vitamin yang digunakan adalah anti stress yang diberikan selama tiga hari setelah penimbangan berat awal ayam untuk mengatasi stress. Vaksin ND I (Newcastle Disease) diberikan pada umur 3 hari melalui tetes mata, ND II (Newcastle Disease) diberikan pada umur 21 hari dan vaksin Gumboro diberikan pada ayam berumur 10 hari melalui air minum.
15
Tabel 5. Susunan dan kandungan nutrisi dalam ransum periode grower-finisher (umur 2-5 minggu) Bahan makanan
R0
R1
R2
R3
………………..…..(%)…………….……… Jagung halus
57,0
56,5
54,4
52,5
Dedak padi
10,0
8,5
8,5
8,5
Bungkil kedelai
19,8
18,8
17,9
16,9
Bungkil biji jarak
0,0
3,0
6,0
9,0
Tepung ikan
8,0
8,0
8,0
8,0
Minyak
2,4
2,4
2,4
2,4
DCP
1,2
1,2
1,2
1,2
CaCO3
0,9
0,9
0,9
0,9
DL-Methionin
0,2
0,2
0,2
0,2
Premix
0,5
0,5
0,5
0,5
100
100
100
100
Jumlah
1)
Kandungan zat makanan ransum berdasarkan : Energi metabolis (Kkal/kg)
3081
3087
3087
3088
Protein kasar (%)
19,3
19,2
19,3
19,3
Methionin (%)
0,5
0,5
0,5
0,5
Lysin (%)
1,1
1,1
1,0
1,0
Serat kasar (%)
3,8
4,9
6,1
7,2
Ca (%)
1,3
1,1
1,1
1,1
P tersedia (%)
0,6
0,6
0,6
0,6
Keterangan : 1)Berdasarkan tabel kandungan nutrien bahan pakan dari NRC (1994)
Rancangan Perlakuan Perlakuan yang diberikan adalah : R0
: Ransum yang mengandung 0% bungkil biji jarak pagar terfermentasi
R1
: Ransum yang mengandung 3% bungkil biji jarak pagar terfermentasi
R2
: Ransum yang mengandung 6% bungkil biji jarak pagar terfermentasi
R3
: Ransum yang mengandung 9% bungkil biji jarak pagar terfermentasi
16
Model Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari 4 perlakuan. Setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan dan setiap ulangan (unit percobaan) terdiri dari 6 ekor ayam. Model matematika dari rancangan percobaan ini adalah: Xij = µ + τi + εij Keterangan : Yij = Nilai respon dari perlakuan i dengan ulangan j µ = Nilai rata-rata τi = Pengaruh perlakuan ke i (i : 1, 2, 3 dan 4) εij = Eror perlakuan ke-i dan ulangan ke-j (j : 1, 2 dan 3) Sebelum dilakukan sidik ragam (ANOVA/Analysis of Variance), data organ dalam yang diperoleh dalam bentuk persen dan terletak antara 0%-20% ditranformasi terlebih dahulu ke √x, dimana x adalah nilai pengamatan. Data yang memberikan hasil berbeda nyata, diuji lebih lanjut dengan Uji Jarak Duncan, Uji Polinomial Ortogonal dan Uji Regresi (Steel dan Torrie, 1993). Pengambilan sampel untuk histopatologi dilakukan pada ayam-ayam yang mati selama penelitian dan pada umur 35 hari (umur panen). Analisis data histopatologi hati dan ginjal dilakukan secara deskriptif dengan disajikan dalam bentuk data skoring. Peubah yang Diamati 1. Berat Hidup (g) 2. Persentase berat limpa (%) Persentase berat limpa diperoleh dari pembagian antara berat limpa dengan berat hidup ayam dikalikan 100 % 3. Persentase berat jantung (%) Persentase berat jantung diperoleh dari pembagian antara berat jantung dengan berat hidup ayam dikalikan 100% 4. Persentase berat empedu (%) Persentase berat empedu diperoleh dari pembagian antara berat empedu dengan berat hidup ayam dikalikan 100 %
17
5. Persentase berat gizzard (%) Persentase berat gizzard kosong diperoleh dari pembagian antara berat gizzard kosong dengan berat hidup ayam dikalikan 100 % 6. Persentase berat hati (%) Persentase berat hati diperoleh dari pembagian antara berat hati dengan berat hidup ayam dikalikan 100 % 7. Persentase berat ginjal (%) Persentase berat ginjal diperoleh dari pembagian antara berat ginjal dengan berat hidup ayam dikalikan 100 % 8. Persentase berat pankreas (%) Persentase berat pankreas diperoleh dari pembagian antara berat pankreas dengan berat hidup ayam dikalikan 100 % 9. Persentase berat duodenum (%) Persentase berat usus duodenum diperoleh dari pembagian antara berat duodenum dengan berat hidup ayam dikalikan 100 % 10. Persentase berat Jejunum (%) Persentase berat Jejunum diperoleh dari pembagian antara berat Jejunum dengan berat hidup ayam dikalikan 100 % 11. Persentase berat Ileum (%) Persentase berat ileum diperoleh dari pembagian antara berat ileum dengan berat hidup ayam dikalikan 100 % 12. Persentase berat seka (%) Persentase berat seka diperoleh dari pembagian antara berat seka dengan berat hidup ayam dikalikan 100 % 13. Panjang relatif seka (cm/100 g BB) Panjang relatif seka diperoleh dari pembagian antara rataan panjang seka 1 dan seka 2 degan 100 g berat hidup 14. Panjang relatif duodenum (cm/100 g BB) Panjang relatif duodenum diperoleh dari
pembagian antara
panjang
duodenum degan 100 g berat hidup
18
15. Panjang relatif jejunum (cm/100 g BB) Panjang relatif jejunum diperoleh dari pembagian antara panjang Jejunum degan 100 g berat hidup 16. Panjang relatif ileum (cm/100 g BB) Panjang relatif ileum diperoleh dari pembagian antara panjang ileum degan 100 g berat hidup 17. Histopatologi hati dan ginjal Analisa histopatologi dilakukan untuk memeriksa ada tidaknya kerusakan jaringan hati dan ginjal ayam penelitian. Prosedur Fermentasi Bungkil Biji Jarak Pagar Fermentasi Bungkil Biji Jarak Pagar dilakukan dengan metode sebagai berikut (Rotib, 1990): 1. Penyiapan Inokulan Pembuatan media miring dari PDA (Potato Dextro Agar) sebanyak 4 gram ditambahkan dengan aquades steril 100 ml kemudian dilarutkan hingga menjadi homogen, setelah itu dipanaskan hingga larutan berwarna bening dan kemerahan. Larutan tersebut selanjutnya dituang 3 ml pada tabung reaksi kemudian diautoclave pada suhu 121o C selama 15 menit, lalu didinginkan dalam keadaan miring. Isolat Rhizopus oligosporus ditumbuhkan pada PDA dalam tabung reaksi dan diinkubasi pada suhu ruang selama 3 x 24 jam. Selama inkubasi terjadi pertumbuhan miselia. 2. Inokulasi pada dedak padi dan ampas tahu Sebelum diinokulasi, kedalam dedak padi dan ampas tahu ditambahkan air mineral kemudian diautoclve. Jumlah larutan mineral yang ditambahkan adalah 100 ml untuk setiap 100 gram bahan (50 gram dedak padi dan 50 gram ampas tahu). Kemudian dibuat dalam bentuk larutan suspensi Inokulasi tersebut dilakukan dengan mencampurkan larutan inokulan ke 100 gram substrat lalu diinkubasi selama 3 x 24 jam pada suhu kamar, kemudian dilakukan pengamatan pertumbuhan jamur. Selanjutnya substrat dikeringkan pada oven 60oC, kemudian digiling dan siap sebagai starter fermentasi bungkil biji jarak pagar.
19
3. Fermentasi bungkil biji jarak pagar Bungkil biji jarak pagar dikukus selama 30 menit lalu didinginkan. Selanjutnya ditambahkan 60 % aqudes steril dan diaduk hingga homogen. Inokulasi dilakukan dengan menambahkan substrat sebanyak 0,6 % lalu diinkubasi selama 3 x 24 jam pada suhu kamar. Fermentasi ini diberhentikan dengan cara dikeringkan pada oven 60o C, kemudian digiling dan siap sebagai bahan ransum. Pembuatan Preparat Histopatologi Pembuatan preparat pada organ hati dan ginjal dilakukan dengan metode sebagai berikut (Taryu, 2005): 1. Fiksasi Sediaan Organ hati dan ginjal direndam dalam larutan Buffer Neutral Formalin (BNF) 10 % setelah dilakukan nekropsi selama ± 1 minggu. Organ tersebut kemudian dipotong dengan ketebalan ± 3 cm, potongan tersebut dimasukkan dalam kaset jaringan. 2. Dehidrasi Organ yang telah berada di dalam kaset jaringan dimasukkan ke dalam gelasgelas mesin Autotecnican. Merupakan mesin dehidrasi otomatis yang berisi alkohol 70%, 80%, 80%, 95%, serta alkohol absolut I dan absolut II. Organ hati dan ginjal secara berurutan dimasukkan dalam alkohol tersebut. Dimulai dari alkohol 70% dan berakhir pada alkohol abssolut II, kemudian dilakukan proses penjernihan (clearing) dengan cara memasukkan sediaan dalam xylol 1 dan 2, masing-masing proses perendaman dilakukan selama 2 jam. Proses selanjutnya adalah infiltrasi dengan paraffin cair (Infiltering). 3. Perendaman (embedding) dan Pencetakan (block) Embedding adalah proses pembenaman jaringan dalam paraffin cair. Proses ini dilakukan dekat dengan sumber panas agar paraffin cair tidak membeku sebelum dilakukan pencetakkan. Sediaan dimasukkan dalam cetakan yang berisi paraffin cair kurang lebih setengah dari dinding cetakan, setelah agak membeku ditambahkan lagi paraffin pada cetakan hingga penuh. Sediaan diberi label, diatur letaknya dan didinginkan dalam refrigerator hingga paraffin benar-benar membeku. Selanjutnya lepaskan paraffin dari alat cetakan.
20
4. Pemotongan (sectioning) Paraffin yang diberi organ dipotong dengan menggunakan mikrotom dengan ketebalan 5-6 mikrometer. Potongan akan berbentuk pita, kemudian masukkan dalam air hangat yang besuhu sekitar 500C, pilih dari hasil potongan yang menyerupai pita yang terbaik yaitu potongan yang terdapat semua bagian-bagian dari organ yang akan diamati. Potongan diangkat dengan menggunakan gelas objek selanjutnya dikeringkan dalam inkubator selama 24 jam, dengan tujuan supaya organ menempel pada gelas objek. 5. Teknik Pewarnaan Hematoksilin Eosin Sebelum dilakukan pewarnaan, sediaan yang telah nempel pada gelas objek disusun dalan rak selanjutnya dilakukan proses deparafinisasi sebanyak 2 kali dengan menggunakan xylol 1 dan 2 selama masing-masing 2 menit. Proses selanjutnya adalah rehidratasi dengan dimasukkan dalam alkohol absolut 95% dan terakhir alkohol 80% secara berurutan. Setiap proses perendaman dilakukan selama 2 menit kemudian cuci dengan air mengalir. Sediaan diwarnai dengan pewarnaan hemotoksilin selama 8 menit kemudian dibilas dengan air mengalir, dicuci dengan lithium selama 15-30 detik dibilas kembali dengan air mengalir dan yang terakhir adalah diwarnai dengan eosin selama 2-3 menit. Selanjutnya cuci dengan air mengalir untuk menghindari warna eosin yang terlalu tebal yang akan menutup organ yang diwarnai. Proses selanjutnya sediaan dimasukkan dalam alkohol 90%
dan alkohol absolut I masing-masing
selama 10 kali celupan, alkohol absolut II selama 2 menit, xylol 1 selama 1 menit dan xylol 2 selama 2 menit. Selanjutnya dikeringkan pada suhu ruang dan sesekali dibersihkan pinggir organ dengan tissue untuk mencegah adanya air. Tetesi dengan entellan kemudian tutup dengan gelas penutup, dan keringkan pada suhu ruang. 6. Pengamatan Histopatologi Pengamatan dilakukan dengan menggunakan miskroskop yaitu pada pembesaran objektif 20x dan 40x. Pengamatan dilakukan berulang dalam 10 kali pandang baik pada preparat kontrol maupun pada preparat perlakuan pemberian ransum bungkil biji jarak pagar terfermentasi kemudian dirata-ratakan. Pengamatan dilakukan terhadap kerusakan organ hati dan ginjal dengan sistem skoring. Skor dapat dikelompokkan sebagai berikut :
21
1. Skoring Hati 1) Skor 0 - Sel hepatosit tersusun radier terhadap vena sentralis - Tidak ada kongesti - Tidak ada Oedema 2) Skor 1 - Kongesti ringan dibeberapa tempat - Dilatasi ringan pada vena sentralis 3) Skor 2 - Degenerasi berbutir pada sel hepatosit - Kongesti - Oedema pada sinusoit - Pendarahan pada sinusoit 4) Skor 3 - Degenerasi berbutir dan degenerasi lemak pada sel hepatosit - Kongesti meluas - Oedema sinusoit - Pendarahan meluas 2. Skoring Ginjal 1) Skor 0 -
Tidak ada kongesti
-
Tidak ada oedema
-
Tidak ada pendarahan
2) Skor 1 -
Kongesti ringan dibeberapa tempat
-
Dilatasi ringan pada tubuli Ginjal
-
Pendarahan ringan dibeberapa tempat
3) Skor 2 -
Degenerasi berbutir pada tubuli ginjal
-
Kongesti mulai meluas
-
Oedema ringan pada tubuli ginjal
-
Dilatasi pada tubuli ginjal
22
4) Skor 3 -
Degenerasi berbutir dan degenerasi lemak pada tubuli ginjal
-
Oedema pada tubuli ginjal
-
Dilatasi pada tubuli ginjal
-
Pendarahan meluas
Persiapan Kandang dan Pemeliharaan Persiapan kandang dan ayam dilakukan 1 minggu sebelum penelitian dilaksanakan. Ransum penelitian dan air minum diberikan ad libitum. Tempat pakan dan tempat air minum diletakkan diatas sekam yang sebelumnya telah dialasi dengan koran. Ayam dipelihara di dalam kandang sistem litter. Setiap kandang berisi 6 ekor ayam. Tempat pakan dan tempat air minum digantung sejajar dengan punggung ayam agar pakan dan air minum tidak mudah kotor oleh ekskreta ataupun sekam. Pada awal pemeliharaan, kandang ayam dilengkapi dengan tirai plastik yang diletakkan pada dinding kandang ayam. Selain itu pada tiap unit kandang dilengkapi lampu 60 watt yang berfungsi sebagai penghangat tubuh DOC. Kontrol kebersihan kandang, tempat air minum dan pakan dilakukan setiap hari. Selama penelitian dilakukan, suhu dan kelembaban udara pada ruang kandang harus tetap diperhatikan. Pada akhir penelitian (setelah 35 hari), dari setiap ulangan diambil 2 ekor ayam secara acak untuk dipotong dan ditimbang berat badannya, sehingga akan diperoleh ayam sebanyak 24 ekor. Kemudian pengukuran peubah dilakukan, yaitu meliputi hati, limpa, jantung, empedu, proventrikulus, gizzard, ginjal, pankreas, usus halus (duodenum, jejunum dan ileum) dan seka. Organ yang diambil untuk analisa histopatologi adalah hati dan ginjal, kemudian difiksasi dan dilanjutkan proses pembuatan preparat dan diwarnai dengan Hematoksilin-Eosin untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopis di Laboratorium Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
23
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Persentase Berat Karkas dan Organ Dalam Rataan persentase berat hidup, karkas dan organ dalam ayam broiler umur 5 minggu disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Rataan Persentase Berat Hidup, Karkas dan Organ Dalam Ayam Broiler Umur 5 Minggu* Peubah Berat hidup
R0 1555±72,19D
R1 1117±91,53C
R2 573±76,07B
R3 297±24,44A
Karkas (%)
64,69±1,86b
60,24±4,95b
59,27±1,12b
51,37±4,92a
Hati (%)
2,78±0.09
2,68±0.30
2,91±0.06
2,99±0.24
Gizzard (%)
1,46±0,27A
2,15±0,50B
2,64±0,19B
2,85±0,52C
Jantung (%)
0,46±0,01
0,50±0,09
0,59±0,07
0,61±0,07
Proventrikulus (%)
0,53±0,06a
0,59±0,11a
0,82±0,16ab
1,12±0,36b
Empedu (%)
0,040±0,02
0,037±0,02
0,070±0,04
0,073±0,08
Limpa (%)
0,21±0,02
0,16±0,05
0,14±0,02
0,11±0,05
Ginjal (%)
0,52±0,35
0,82±0,07
0,83±0,06
0,72±0,05
Pankreas (%)
0,41±0,02b
0,30±0,01a
0,37±0,06ab
0,40±0,05b
Keterangan :*Semua persentase berat dihitung dari berat hidup Superskrip yang berbeda dengan huruf besar pada baris yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata (p<0,01) dan superskrip yang berbeda dengan huruf kecil pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0,05) R0 : Ransum yang mengandung 0% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R1 : Ransum yang mengandung 3% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R2 : Ransum yang mengandung 6% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R3 : Ransum yang mengandung 9% bungkil biji jarak pagar terfermentasi
Persentase Berat Karkas Histogram rataan persentase berat karkas ayam broiler penelitian (umur 5
% Berat Karkas
minggu) disajikan pada Gambar 5. 70 60 50 40 30 20 10 0
64.69 b
60.24 b
59.27 b 51.37 a
R0
R1
R2
R3
Perlakuan Keterangan =
R0 : Ransum yang mengandung 0% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R1 : Ransum yang mengandung 3% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R2 : Ransum yang mengandung 6% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R3 : Ransum yang mengandung 9% bungkil biji jarak pagar terfermentasi
Gambar 5. Histogram Persentase Berat Karkas Ayam Broiler Penelitian (Umur 5 Minggu) Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian bungkil biji jarak pagar terfermentasi dapat menurunkan persentase berat karkas secara nyata (P<0,05) dan jelas dapat dilihat pada Gambar 3. Menurut Suprayitno (2006) rataan persentase berat karkas ayam broiler umur 5 minggu adalah 59-63% dari berat hidup Ratan persentase berat karkas broiler penelitian (umur 5 minggu) yaitu 51,37-64,69%. Berdasrkan Uji Jarak Duncan, pemberian 3% (R1) dan 6% (R2) bungkil biji jarak pagar terfermentasi dalam ransum memiliki pengaruh yang sama jika dibandingkan dengan kontrol. Pemberian 9% (R3) bungkil biji jarak pagar terfermentasi memiliki rataan persentase berat yang nyata (P<0,05) paling rendah dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya dan kontrol. Hubungan persentase berat karkas ayam kontrol dan penggunanan bungkil biji jarak pagar (X) adalah : berat karkas (% BB) = 65,029 – 4,091X (R2 : 0,621). Walaupun menurut Uji Jarak Duncan, penggunan bungkil biji jarak pagar sampai dengan 6% dalam ransum tidak berbeda dengan kontrol, namun Uji Regresi memperlihatkan bahwa penggunaan 1,5% menyebabkan persentase berat karkas turun, kurang dari persentase berat normal (59%).
25
Penurunan berat karkas seiring dengan penurunan berat hidup (berat potong) ayam broiler penelitian. Hal ini ditunjukkan oleh pertambahan berat badan ayam yang mendapat perlakuan 9% bungkil biji jarak pagar terfermentasi paling rendah dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Hal ini disebabkan, ayam tidak dapat mentolerir racun dan serat kasar dalam ransum yang berasal dari bungkil biji jarak pagar. Faktor nutrisi, umur dan laju pertumbuhan dapat mempengaruhi berat karkas dan berat karkas biasanya meningkat sesuai dengan meningkatnya berat hidup ayam (Soeparno, 1992). Persentase Berat Hati, Gizzard, Jantung dan Proventrikulus Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian bungkil biji jarak pagar terfermentasi dalam ransum sebesar 3-9% tidak berpengaruh terhadap rataan persentase berat hati dan jantung, akan tetapi berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap persentase berat proventrikulus dan berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap persentase berat gizzard ayam broiler perlakuan. Grafik rataan persentase berat hati dan gizzard ayam broiler penelitian umur 5 minggu disajikan pada Gambar 6.
% Berat Hati dan Gizzard
6.00 5.00
4.85 C
4.00 3.00
2.78
2.00
2.99
2.91 2.64 B
2.68 2.15 B
Gizzard
1.46 A
1.00
Hati
0.00 R0
R1
R2
R3
Perlakuan Keterangan =
R0 : Ransum yang mengandung 0% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R1 : Ransum yang mengandung 3% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R2 : Ransum yang mengandung 6% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R3 : Ransum yang mengandung 9% bungkil biji jarak pagar terfermentasi
Gambar 6. Grafik Persentase Berat Hati dan Gizzard Ayam Broiler Penelitian Persentase berat hati ayam penelitian berkisar antara 2,68-2,99% dari berat hidup. Persentase berat hati ayam pedaging umur 5 minggu adalah 2,58-2,87% berat hidup (Suprayitno, 2006). Pemberian 6% dan 9% bungkil biji jarak pagar terfermentasi dalam ransum menghasilkan persentase berat hati yang lebih tinggi
26
dibandingkan dengan kontrol, namun secara analisis statistik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara setiap perlakuan. Berdasarkan Uji Jarak Duncan, pemberian bungkil biji jarak pagar terfermentasi sangat nyata (p<0,01) meningkatkan persentase berat gizzard dibandingkan dengan kontrol. Pemberian 3% (R1) nyata meningkatkan 47,26% dan 6% (R2) nyata meningkatkan 80,28% serta pada perlakuan R3 (9%) meningkatkan persentase berat gizzard
sebesar 95,21% dibandingkan dengan kontrol (R0).
Hubungan persentase berat gizzard ayam kontrol dan penggunanan bungkil biji jarak pagar (X) adalah : berat gizzard (% BB) = 1,151 + 0,315X (R2 : 0,849). Persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap penambahan 1% bungkil biji jarak pagar dalam ransum dapat meningkatkan persentase berat gizzard sebesar 0,315%. Hal ini karena kandungan serat kasar yang lebih tinggi pada ransum yang menggunakan bungkil biji jarak pagar terfermentasi, sehingga aktivitas gizzard untuk memecah zat makanan mengakibatkan penebalan otot gizzard yang dapat menyebabkan pembesaran ukuran (hypertrophy) gizzard. Pond et al. (1995) menyatakan bahwa fungsi gizzard pada unggas hampir sama dengan fungsi gigi pada mamalia, bekerja untuk memperkecil ukuran partikel makanan secara fisik. Bahan makanan kasar atau bijian digiling oleh
% Berat Jantung dan Proventrikulus
otot kuat berlapis epitel tandus sehingga sempurna halusnya (Amrullah, 2004). 1.2
1.12 b
1.0 0.82 ab
0.8 0.6
0.59 a 0.50
0.53 a 0.46
0.4
0.61
0.59
Jantung Proventrikulus
0.2 0.0 R0
R1
R2
R3
Perlakuan Keterangan =
R0 : Ransum yang mengandung 0% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R1 : Ransum yang mengandung 3% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R2 : Ransum yang mengandung 6% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R3 : Ransum yang mengandung 9% bungkil biji jarak pagar terfermentasi
Gambar 7. Grafik Persentase Berat Jantung dan Proventrikulus Ayam Broiler Penelitian (Umur 5 Minggu)
27
Grafik rataan persentase berat jantung dan proventrikulus ayam broiler penelitian umur 5 minggu disajikan pada Gambar 7. Rataan persentase berat jantung broiler penelitian (umur 5 minggu) berkisar antara 0,46-0,61% dari berat hidup. Nilai ini masih berada dalam kisaran persentase berat jantung yang dikemukakan oleh Putnam (1991) yaitu 0,42-0,75%. Pemberian bungkil biji jarak pagar terfermentasi yang semakin meningkat dalam ransum menyebabkan rataan persentase berat jantung juga semakin meningkat, walaupun secara statistik tidak nyata. Jantung merupakan organ vital yang berfungsi dalam sirkulasi darah. Kandungan racun (curcin dan phorbolester) dari bungkil biji jarak pagar meningkatkan laju sirkulasi darah dalam tubuh ayam broiler. Pembesaran ukuran jantung biasanya diakibatkan oleh adanya penambahan otot jantung. Pada dinding otot jantung terjadi penebalan, sedangkan volume ventrikel relatif menyempit apabila otot menyesuaikan diri pada kontraksi yang berlabihan. Bobot jantung tergantung pada jenis, umur, besar dan kegiatan hewan (Ressang, 1986). Berdasarkan Uji Jarak Duncan, pemberian 9% bungkil biji jarak pagar terfermentasi (R3) nyata (p<0,05) meningkatkan persentase berat proventrikulus sebesar 111,32% dibandingkan dengan kontrol. Pemberian 3% (R1) dan 6% (R2) meningkatkan persentase berat sebesar 11,32% dan 54,72% dibandingkan dengan kontrol (R0) walaupun secara statistik tidak berbeda nyata. Hubungan persentase berat proventrikulus ayam kontrol dan penggunanan bungkil biji jarak pagar (X) adalah : berat proventrikulus (% BB) = 0,699 + 0,109X (R2 : 0,597). Persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap penambahan 1% bungkil biji jarak pagar dalam ransum dapat meningkatkan persentase berat proventrikulus sebesar 0,109%. Pemberian bungkil biji jarak pagar terfermentasi dalam ransum meningkatkan kerja proventrikulus dalam mengekskresikan enzim-enzim percernaan karena adanya racun (curcin dan phorbolester) dan serat kasar. Lambung kelenjar atau proventrikulus berukuran lebih kecil, jauh lebih tebal dibanding esopagus dengan pH lebih rendah dan menskesikan enzim-enzim pencernaan lebih banyak. Disini berlangsung pencernaan enzimatis (Amrullah, 2004).
28
Persentase Berat Empedu, Limpa, Ginjal dan Pankreas Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian bungkil biji jarak pagar terfermentasi tidak berpengaruh nyata terhadap persentase empedu broiler umur 5 minggu. Berdarkan Tabel 6, rataan persentase berat empedu broiler penelitian berkisar antara 0,037-0,073% berat hidup. Pemberian 6% dan 9% bungkil biji jarak pagar terfermentasi memiliki rataan persentase berat yang lebih tinggi yaitu 0,07% berat hidup, sedangkan pemberian 3% menghasilkan rataan persentase berat empedu yaitu 0,037% berat hidup. Pemberian 3% bungkil biji jarak pagar menghasilkan persentase berat empedu yang sama dengan kontrol. Pemberian bungkil biji jarak pagar terfermentasi dalam ransum tidak berpengaruh terhadap fungsi kerja empedu dalam mengekskresikan kolesterol dan membentuk emulsi lemak dengan bantuan asam-asam empedu yang diskresikan oleh hati. Histogram rataan persentase berat empedu ayam broiler penelitian umur 5 minggu disajikan dalam Gambar 8. Grafik rataan persentase berat limpa, ginjal dan pankreas ayam broiler penelitian umur 5
% berat empedu
minggu disajikan dalam Gambar 9. 0.080 0.060
0.040
0.037
R0
R1
0.040
0.070
0.073
R2
R3
0.020 0.000 Perlakuan
Keterangan =
R0 : Ransum yang mengandung 0% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R1 : Ransum yang mengandung 3% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R2 : Ransum yang mengandung 6% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R3 : Ransum yang mengandung 9% bungkil biji jarak pagar terfermentasi
Gambar 8. Histogram Persentase Berat Empedu Ayam Broiler Penelitian (Umur 5 Minggu)
29
% Berat Limpa, Ginjal dan Pankreas
0.90 0.80 0.70 0.60 0.50 0.40 0.30 0.20 0.10 0.00
0.83
0.82
0.72 0.58 Limpa 0.41 b
0.40 b
0.37 ab 0.30 a
0.21
R0
Pankreas
0.16
R1
Ginjal
0.14
R2
0.11
R3
Perlakuan Gambar 9. Grafik Persentase Berat Limpa, Ginjal dan Pankreas Ayam Broiler Penelitian (Umur 5 Minggu) Pemberian bungkil biji jarak pagar terfermentasi menghasilkan persentase berat limpa ayam broiler penelitian berkisar antara 0,11-0,21% berat hidup. Bobot limpa broiler berkisar 0,18-0,23% dari bobot hidup (Putnam, 1991). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian bungkil biji jarak pagar terfermentasi dalam ransum tidak menyebabkan perbedaan persentase berat limpa, namun cenderung menurun. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi dari limpa sebagai organ penyimpan darah tidak terganggu dengan pemberian bungkil biji jarak pagar sampai taraf 9%. Ressang (1986) menyatakan bahwa selain menyimpan darah, limpa bersama hati dan sumsum tulang berperan dalam pembinasaan eritrosit-eritrosit tua dan ikut serta dalam metabolisme nitrogen terutama pembentukan asam urat serta membentuk sel limfosit yang berhubungan dengan pembetukan antibodi. Limpa akan melakukan pembentukan sel limfosit untuk membentuk antibodi apabila ransum toksik, mengandung zat anti nutrisi maupun penyakit. Aktivitas limpa ini mengakibatkan limpa semakin membesar bahkan mengecil ukurannya karena limpa terserang penyakit atau benda asing tersebut. Rataan persentase berat ginjal dari ayam broiler penelitian berkisar antara 0,52-0,83% berat hidup. Persentase berat ginjal ayam broiler umur 5 minggu adalah 0,98-1,13% dari berat hidup (Suprayitno, 2006). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian bungkil biji jarak pagar terfermentasi dalam ransum tidak nyata mempengruhi kerja ginjal, namun cenderung meningkat. Peningkatan persentase berat ginjal ayam broiler akibat pemberian bungkil biji jarak pagar terfermentasi 30
adalah 57,7% (R1), 59,6% (R2) dan 38,5% (R3) dibandingkan kontrol (R0) walaupun secara statistik tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi ginjal sebagai penyaring dari plasma darah, dan kemudian secara selektif menyerap kembali air dan unsur-unsur yang berguna yang kembali dari filtrat, yang akhirnya mengeluarkan kelebihan dan produk buangan plasma tidak terganggu dengan pemberian bungkil biji jarak pagar terfermentasi dalam ransum sampai taraf 9%. Rataan persentase berat pankreas hasil penelitian yaitu 0,30-0,41% dari berat hidup. Persentase berat pankreas ayam broiler umur 5 minggu adalah 0,32-0,37% berat hidup (Suprayitno, 2006). Hubungan persentase berat pankreas ayam kontrol dan penggunanan bungkil biji jarak pagar (X) adalah : berat pankreas (% BB) = 0,627167 + 0,025833X – 0,074500X2 (R2 : 0,22831). Uji Regresi memperlihatkan bahwa penggunaan 0,17% bungkil biji jarak pagar menyebabkan penurunan persentase berat pankreas yang paling optimum dan kurvanya berupa kuadratik. Pemberian 3% bungkil biji jarak pagar terfermentasi (R1) nyata (P<0,05) memiliki rataan persentase berat pankreas yang paling rendah yaitu 0,30% dibandingkan dengan perlakuan kontrol (R0) dan yang lainnya. Pemberiam 6% (R2) dan 9% (R3) bungkil biji jarak pagar terfermentasi memiliki pengaruh terhadap pankreas yang sama dengan perlakuan kontrol. Hal ini diduga bahwa pemberian 3% bungkil biji jarak pagar terfermentasi menurunkan fungsi pankreas dalam mensekresikan enzim pencernaan dibandingkan kontrol. Organ ini adalah sebuah kelenjar yang mensekresikan sari cairan yang kemudian masuk ke dalam duodenum melewati saluran pankreas dimana enzim-enzimnya membantu pencernaan pati, lemak dan protein.
31
Persentase Berat Usus Halus dan Seka Rataan persentase berat usus halus (duodenum, jejunum dan ileum) dan seka disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7. Persentase Berat Usus Halus dan Seka Ayam Broiler Umur 5 Minggu Peubah
R0
R1
R2
R3
Duodenum (%)
0,55±0,27a 0,67±0,31ab
1,05±0,24b
1,22±0,26b
Jejunum (%)
1,18±0,18a
1,60±0,22a
1,79±0,26ab 2,60±0,95b
Ileum (%)
1,05±0,15
1,07±0,27
1,59±0,05
1,15±0,30
Seka (%)
0,46±0,03a
0,47±0,05a
0,65±0,09b
0,72±0,15b
Keterangan: Superskrip yang berbeda dengan huruf kecil pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0,05) R0 : Ransum yang mengandung 0% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R1 : Ransum yang mengandung 3% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R2 : Ransum yang mengandung 6% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R3 : Ransum yang mengandung 9% bungkil biji jarak pagar terfermentasi
Secara umum persentase berat usus halus meningkat seiring dengan bertambahnya pemberian bungkil biji jarak pagar terfermentasi dalam ransum. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian bungkil biji jarak pagar terfermentasi nyata (P<0,05) menyebabkan perbedaan persentase berat duodenum, jejunum dan seka, akan tetapi tidak menyebabkan perbedaan terhadap persentase berat ileum. Berdasarkan Uji Jarak Duncan, pemberian 3% bungkil biji jarak pagar terfermentasi tidak mempengaruhi persentase berat duodenum, jejunum dan seka bila dibandingkan dengan kontrol. Pemberian 6% bungkil biji jarak pagar terfermentasi nyata (P<0,05) meningkatkan persentase berat duodenum dan seka. Pemberian 9% nyata (P<0,05) meningkatkan persentase berat jejunum dibandingkan dengan kontrol. Gafik rataan persentase berat duodenum, jejunum, ileum dan seka ayam broiler penelitian umur 5 minggu disajikan pada Gambar 10.
32
2.60 b
2.50 2.00 dan Seka
% Berat Duodenum, Jejunum, Ileum
3.00
1.50
1.60 a
1.79 ab 1.59
1.00
1.18 a 1.05
1.07
1.05 b
0.50
0.55 a a 0.46
0.67 ab 0.47 a
0.65 b
1.22 1.15 b
Duodenum Jejunum Ileum Seka
0.72 b
0.00 R0
R1
R2
R3
Perlakuan
R0 : Ransum yang mengandung 0% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R1 : Ransum yang mengandung 3% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R2 : Ransum yang mengandung 6% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R3 : Ransum yang mengandung 9% bungkil biji jarak pagar terfermentasi
Gambar 10. Grafik Persentase Berat Duodenum, Jejunum, Ileum dan Seka Ayam Broiler Penelitian (Umur 5 Minggu) Rataan persentase berat duodenum broiler penelitian berkisar antara 0,551,22% berat hidup. Peningkatan persentase berat duodenum adalah 21,8% (R1), 90,9% (R2) dan 121,8% (R3) dibandingkan kontrol (R0). Hubungan persentase berat duodenun ayam kontrol dan penggunanan bungkil biji jarak pagar (X) adalah : berat duodenum (% BB) = 0,712 + 0,132X (R2 : 0,555). Persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap penambahan 1% bungkil biji jarak pagar dalam ransum dapat meningkatkan persentase berat duodenum sebesar 0,132%. Rataan persentase berat Jejunum broiler penelitian berkisar antara 1,18-1,60% berat hidup. Peningkatan persentase berat jejunum adalah 35,5% (R1), 51,7% (R2) dan 120,3% (R3) dibandingkan kontrol (R0). Hubungan persentase berat jejunum ayam kontrol dan penggunanan bungkil biji jarak pagar (X) adalah : berat jejunum (% BB) = 1,079 + 0,159X (R2 : 0,569). Persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap penambahan 1% bungkil biji jarak pagar dalam ransum dapat meningkatkan persentase berat jejunum sebesar 0,159%. Rataan persentase berat ileum broiler penelitian berkisar antara 1,05-1,59% berat hidup.
33
Besarnya pemberian bungkil biji jarak pagar terfermentasi dalam ransum menyebabkan bertambahnya kerja usus halus. Selain itu, diduga pemberian bungkil biji jarak pagar terfermentasi dapat meningkatkan kontraksi usus halus dan memperlambat absorbsi zat makanan akibat serat kasar yang tinggi. Amrullah (2004) melaporkan bahwa ransum yang banyak mengandung serat atau bahan berserat dan bahan lainnya yang tidak dicerna seperti batu-batuan kecil menimbulkan perubahan ukuran bagian-bagian saluran pencernanan sehingga menjadi lebih berat, lebih panjang dan lebih tebal. Rataan persentase berat seka ayam broiler penelitian (umur 5 minggu) yang diperoleh antara 0,46-0,72% dari berat hidup. Pemberian 3% (R1) tidak menyebabkan perbedaan terhadap berat seka dibandingkan dengan kontrol (R0). Pemberian 6% (R2) dan 9% (R3) nyata (P<0,05) meningkatkan persentase berat seka sebesar 41,30% (R2) dan 56,52% (R3) dibandingkan dengan kontrol (R0). Hubungan persentase berat seka ayam kontrol dan penggunanan bungkil biji jarak pagar (X) adalah : persentase berat seka (% BB) = 0,661 + 0,61X (R2 : 0,614). Persamaan tersebut menunjukkan bahwa setiap penambahan 1% bungkil biji jarak pagar dalam ransum dapat meningkatkan persentase berat seka sebesar 0,61%. Hal ini karena ransum perlakuan R2 dan R3 mengandung serat kasar yang tinggi, yaitu 6,1% (R2) dan 7,2% (R3) untuk periode grower-finisher akibat pemberian bungkil biji jarak pagar terfermentasi dalam jumlah yang lebih besar. Kandungan serat kasar dalam ransum kontrol (R0) adalah 4,0% (periode starter) dan 3,8% (periode growerfinisher).
34
Panjang Relatif Usus Halus dan Seka Panjang relatif usus halus (duodenum, jejunum dan ileum) dan seka, disajikan dalam Tabel 8. Tabel 8. Panjang Relatif Usus Halus dan Seka Ayam Broiler Umur 5 Minggu Peubah Duodenum (cm/100 g BB) Jejunum (cm/100 g BB) Ileum (cm/100 g BB) Seka (cm/100 g BB)
R0
R1
R2
R3
2,03±0,28A
2,63±0,61A
4,73±0,57B
7,91±2,33C
4,70±0,58A
7,23±0,10AB
11,29±0,31B
22,76±10,72C
5,02±0,33A
6,66±1,34A
12,74±1,86B
13,11±4,66B
1,11±0,23A
1,39±0,12A
2,49±0,25B
3,87±0,60C
Keterangan: Superskrip yang berbeda dengan huruf besar pada baris yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata (p<0,01) R0 : Ransum yang mengandung 0% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R1 : Ransum yang mengandung 3% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R2 : Ransum yang mengandung 6% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R3 : Ransum yang mengandung 9% bungkil biji jarak pagar terfermentasi
Semakin tinggi pemberian taraf bungkil biji jarak pagar terfermentasi dalam ransum penelitian menghasilkan panjang relatif usus halus dan seka semakin meningkat. Hubungan panjang relatif usus halus (duodenum, jejunum dan ileum) dan seka ayam kontrol dan penggunanan bungkil biji jarak pagar (X) adalah linier. Panjang relatif duodenum (cm/100 g BB) = 1,303 + 0,465X (R2 : 0,842); panjang relatif jejunum (cm/100 g BB) = 1,988 + 0,824X (R2 : 0,747) dan panjang relatif ileum (cm/100 g BB) = 2,236 + 0,503X (R2 : 0,680) serta panjang relatif seka (cm/100 g BB) = 0,971 + 0,314X (R2 : 0,895). Berdasarkan Uji Jarak Duncan, pemberian 6% (R2) dan 9% (R3) sangat nyata (P<0,01) meningkatkan panjang relatif usus halus dan seka dibandingkan kontrol (R0). Perlakuan R2 dan R3 memiliki usus halus (duodenum, jejunum dan ileum) yang sangat nyata (P<0,01) lebih panjang dibandingkan dengan R1 dan R0, hal ini diduga karena curcin, phorbolester dan serat kasar yang tinggi. Pemberian bungkil biji jarak pagar terfermentasi dalam ransum diduga tidak efektif dalam melakukan penyerapan zat nutrisi dengan mempengaruhi pembesaran dan pemanjangan usus halus. Menurut Tillman (1989) daya serap nutrisi pada usus halus dipengaruhi oleh luas permukaan bagian dalam usus halus adanya bentuk-bentuk proyeksi seperti jari,
35
yaitu villi. Frandson (1992) menambahkan bahwa pergerakan usus halus dimulai dari rangsangan yang ditimbulkan oleh benda atau bahan-bahan yang ada di dalam lumen, yang mendesak dinding usus. Pergerakan usus tersebut tidak hanya mendorong ingesta melaju ke dalam saluran pencernaan, akan tetapi juga mencampurnya dengan cairan pencernaan, membuat kontak dengan dinding usus dan vili agar terjadi penyerapan dan membantu sirkulasi darah serta limfa. Hal ini ditunjukan oleh perlakuan R3 yang menghasilkan berat badan sangat nyata (P<0,01) paling rendah. Grafik rataan panjang relatif usus halus dan seka ayam broiler
Panjang Relatif Duodenum, Jejunum, Ileum dan Seka (cm/100 g BB)
penelitian umur 5 minggu diiliustrasikan pada Gambar 11. 25.0 22.76 C
20.0 15.0 13.11 B
12.74 B 11.29 B
10.0
7.91 C
7.23 6.66 AB 5.02 A 4.70
5.0 0.0 R0
4.73 B 2.49 B
2.63 A 1.39 A
2.03 1.11 A
R1
R2
Duodenum Jejunum Ileum Seka
3.87 C
R3
Perlakuan Keterangan =
R0 : Ransum yang mengandung 0% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R1 : Ransum yang mengandung 3% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R2 : Ransum yang mengandung 6% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R3 : Ransum yang mengandung 9% bungkil biji jarak pagar terfermentasi
Gambar 11. Grafik Panjang Relatif Usus Halus dan Seka Ayam Broiler Penelitian (Umur 5 Minggu) Panjang relatif seka yang diperoleh saat pemberian 6% (R2) dan 9% (R3) bungkil biji jarak pagar terfermentasi dalam ransum sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan R0 dan R1. Hal ini karena pemberian 3% bungkil biji jarak pagar terfermentasi (R1) usus halus mampu melakukan penyerapan dengan baik sama halnya dengan perlakuan kontrol (R0), sehingga sedikit pakan yang masuk ke seka akibatnya seka tidak banyak bekerja. Peningkatan panjang relatif seka pada ayam penelitian karena adanya kontribusi serat nabati dari bungkil biji jarak pagar yang dapat menimbulkan peregangan dalam seka dan cenderung
36
mengurangi pergerakkan makanan serta zat gizi yang terikat oleh serat tersebut. Sebagian serat beserta zat gizi yang terikat dapat dicerna di dalam seka yang disebabkan adanya enzim-enzim yang dihasilkan oleh bakteri fermentasi (Pond et al., 1995). Tillman (1989) menambahkan bahwa bakteri yang hidup di seka dan kolon fungsinya terutama adalah proteolitik, sehingga bakteri ini akan mencerna proteinprotein yang belum dicerna di dalam usus halus. Beberapa selulosa dihidrolisis menjadi unit-unit glukosa, yang dengan cepat dirubah oleh bakteri menjadi asamasam lemak volatil.
Histopatologi Hati dan Ginjal Pengamatan mikroskopis terhadap preparat histopatologi hati dan ginjal ayam broiler akibat pemberian bungkil biji jarak pagar terfermentasi dalam ransum menunjukkan perubahan atau lesio berupa kongesti, dilatasi, oedema dan degenerasi serta pendarahan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10. Hati Tabel 9. Skor Lesio Histopatologi Organ Hati Ayam Broiler Penelitian Perlakuan R0
5 8 - -
10 -
11 -
12 -
13 -
17 -
19 -
Umur (hari) 20 21 25 -
26 -
28 -
29 -
30 -
31 -
34 -
35 0
R1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2
-
-
-
-
-
2
R2
-
-
-
-
-
2
-
-
-
3
-
2
3
-
3
3
3
2
R3
1 2
3
3
3
-
2
2
2
-
2
-
-
3
-
-
-
2
Keterangan: Skor 0 = Sel hepatosit tersusun radier terhadap vena sentralis, tidak ada kongesti, tidak ada oedema Skor 1 = Kongesti ringan dibeberapa tempat, dilatasi ringan pada vena sentralis Skor 2 = Degenerasi berbutir pada sel hepatosid, kongesti, oedema pada sinusoid, pendarahan pada sinusoid Skor 3 = Degenerasi berbutir dan degenerasi lemak pada sel hepatosid, kongesti meluas, oedema sinusoid, pendarahan meluas R0 : Ransum yang mengandung 0% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R1 : Ransum yang mengandung 3% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R2 : Ransum yang mengandung 6% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R3 : Ransum yang mengandung 9% bungkil biji jarak pagar terfermentasi
Analisis sampel histopatologi dilakukan pada ayam-ayam yang mati selama penelitian dan dipada umur 35 hari (umur panen). Pada perlakuan R0 (tanpa bungkil biji jarak pagar) tidak terjadi kematian sampai umur panen (35 hari). Setelah dianalis hati ayam perlakuan R0 tersebut tidak terjadi kerusakan (skor 0). Hal ini disebabkan
37
ransum kontrol (R0) tidak mengandung racun, sehingga tidak mempengaruhi kerja organ hati sebagai tempat detoksikasi. Pemberian bungkil biji jarak pagar terfermentasi 3% (R1) dalam ransum menyebabkan terjadinya kematian ayam pada umur 26 hari (1 ekor) dan tidak ada kematian lagi sampai umur panen (35 hari). Histopatologi hati pada saat kematian (umur 26 hari) menunjukkan adanya skor 2. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi degenerasi berbutir pada sel hepatosid, kongesti mulai meluas, oedema pada sinusoid, pendarahan pada sinusoid. Histopatologi hati ayam broiler pada umur 35 hari berada pada skor 2. Hasil ini menunjukkan adanya pengaruh racun (curcin dan phorbolester) bungkil biji jarak pagar. Perlakuan R2 (pemberian 6% bungkil biji jarak pagar terfermentasi) dalam ransum menyebabkan terjadinya kematian pada umur 13 hari (1 ekor), 21 hari (1 ekor), 26 hari (1 ekor), 28 hari (2 ekor), 30 hari (1 ekor), 31 hari (1 ekor), 34 hari (1 ekor) dan umur 35 hari ayam dipanen. Histopatologi hati pada umur 13 hari berada pada skor 2, menunjukkan adanya degenerasi berbutir pada sel hepatosid, kongesti mulai meluas, oedema pada sinusoid, pendarahan pada sinusoid. Pada umur 21 hari adanya skor lesio 3. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi degenerasi berbutir dan degenerasi lemak pada sel hepatosid, kongesti meluas, oedema, pendarahan meluas. Histopatologi hati ayam umur 26 hari sama lesio yang terjadi pada umur 13 hari yaitu skor 2. Histopatologi hati umur 28, 30, 31 dan 34 hari berada pada skor lesio 3. Histopatologi hati pada umur panen (35 hari) terjadi perubahan lesio pada skor 2. Persentase terjadinya kerusakan hati yang lebih parah (skor 3) pada R2 dari seluruh pengamatan adalah 62,5%. Pemberian 9% (R3) bungkil biji jarak pagar terfermentasi dalam ransum menyebabkan terjadinya kematian paling cepat dibandingkan perlakuan yang lain. Kematian ayam perlakuan R3 dimulai pada umur 5 hari (1 ekor) dan dilanjutkan pada umur 8 hari (1 ekor), 10 hari (2 ekor), 11 hari (1 ekor), 12 hari (2 ekor), 17 hari (1 ekor), 19 hari (1 ekor), 20 hari (1 ekor), 25 hari (3 ekor), 29 hari (2 ekor) dan tidak ada kematian lagi sampai umur panen (35 hari). Pada umur 5 hari, efek curcin dan phorbolester sudah terlihat pada perlakuan R3. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi Skor 1, yaitu kongesti ringan dibeberapa tempat dan dilatasi ringan pada vena sentralis. Histopatologi hati pada umur kematian berikutnya terjadi lesio pada skor 2
38
sampai 3. Perubahan lesio ini jelas terlihat pada Tabel 9. Walaupun mudah mengalami kerusakan, hati juga mudah beregenerasi (Taryu, 2005). Adanya daya regenerasi tersebut menyebabkan skor lesio organ hati pada hari ke 35 lebih kecil dari pada hari kematian sebelumnya. Faktor yang menyebabkan lesio ini terjadi karena pemberian bungkil biji jarak pagar terfermentasi dengan taraf lebih tinggi. Persentase terjadinya kerusakan hati yang lebih parah (skor 3) pada R3 dari seluruh pengamatan adalah 36,4%. Lesio kongesti hingga pendarahan ini terjadi karena hati menerima suplai darah dari vena porta yang membawa curcin dan phorbolester yang merusak hati. Selain itu, hati berperan dalam melakukan detoksifikasi berbagai bahan yang masuk ke dalam tubuh, tetapi banyak toksikan dapat dibioaktifkan dan menjadi lebih toksik sehingga hati mudah sekali terpapar oleh bahan-bahan toksik (Lu, 1995). Dilatasi pada sinusoid merupakan reaksi lanjutan yang terjadi karena pembuluh kapiler pembawa darah dari arteri dan vena interlobularis menuju vena sentralis mengalami kontribusi singkat yang disebabkan masuknya rangsang iritan (Spector, 1993). Degenerasi yang muncul pada organ hati ini adalah degenerasi berbutir yang dicirikan dengan sitoplasma bervakuola kecil-kecil akan tetapi tidak mengandung lemak dengan warna putih pucat. Beberapa toksikan dapat menyebabkan butiran lemak besar yang menggantikan inti. Pendugaan mekanisme yang paling umum adalah pelepasan trigliserida hati ke plasma (Lu, 1995). Gambaran histopatologi lesio hati ayam broiler penelitian dapat dilihat pada Gambar 12.
39
K K
R
Skor 0 (Pembesaran 10X)
Skor 1 (Pembesaran 20X)
B L
P
O B
K K
Skor 2 (Pembesaran 20X)
Skor 3 (Pembesaran 40X)
Gambar 12. Histopatologi Organ Hati Ayam broiler penelitian. Ditemukan sel hepatosit tersusus radier terhadap vena sentralis (R), kongesti (K), pendarahan (P), oedema (O), degenerasi berbutir (B) dan degenerasi lemak (L). Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE).
40
Ginjal Tabel 10. Skor Lesio Histopatologi Organ Ginjal Ayam Broiler Penelitian Perlakuan
Umur (hari) 20 21 25 -
R0
5 -
8 -
10 -
11 -
12 -
13 -
17 -
19 -
26 -
28 -
29 -
30 -
31 -
34 -
35 2
R1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2
-
-
-
-
-
2
R2
-
-
-
-
-
2
-
-
-
2
-
2
3
-
3
3
2
2
R3
2
2
2
2
3
-
2
2
2
-
2
-
-
2
-
-
-
2
Keterangan : Skor 0 = Tidak ada kongesti, tidak ada oedema, tidak ada pendarahan Skor 1 = Kongesti ringan dibeberapa tempat Dilatasi ringan pada tubuli ginjal, oedema ringan pada tubuli ginjal Skor 2 = Degenerasi berbutir pada tubuli ginjal, kongesti mulai meluas, oedema ringan pada tubuli ginjal, pendarahan mulai meluas dan dilatasi pada tubuli ginjal Skor 3 = Degenerasi berbutir dan degenerasi lemak pada tubuli ginjal, oedema, dilatasi pada tubuli ginjal, pendarahan meluas R0 : Ransum yang mengandung 0% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R1 : Ransum yang mengandung 3% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R2 : Ransum yang mengandung 6% bungkil biji jarak pagar terfermentasi R3 : Ransum yang mengandung 9% bungkil biji jarak pagar terfermentasi
Pada perlakuan kontrol (R0), histopatologi ginjal ayam broiler umur 35 hari menunjukkan skor 2, yaitu adanya degenerasi berbutir pada tubuli ginjal, kongesti mulai meluas, oedema ringan pada glomelurus dan tubuli ginjal, dilatasi pada tubuli ginjal. Kerusakan organ ginjal pada ayam tersebut diakibatkan oleh adanya infeksi dari leucocytozoon yang berada pada stadium perkembangan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Infeksi Leucocytozoon Stadium Perkembangan pada Jaringan Ginjal. Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE). Pemberian bungkil biji jarak pagar terfermentasi 3% (R1) dalam ransum menyebabkan histopatologi ginjal pada saat kematian umur 26 hari menunjukkan kerusakan pada skor 2. Histopatologi ginjal pada saat panen (umur 35 hari) juga
41
berada pada skor 2. Hasil ini menunjukkan adanya pengaruh curcin dan phorbolester dalam bungkil biji jarak pagar. Pada perlakuan R2 (pemberian 6% bungkil biji jarak pagar terfermentasi), histopatologi ginjal pada saat kematian umur 13, 21 dan 26 hari berada pada skor lesio 2. Histopatologi ginjal pada saat kematian umur 28, 30 dan 31 hari berada pada skor 3. Hasil ini menunjukkan adanya degenerasi berbutir dan degenerasi lemak pada tubuli ginjal, oedema pada glomelurus dan tubuli ginjal, dilatasi pada tubuli ginjal, pendarahan meluas. Histopatologi ginjal pada saat kematian umur 34 hari berada pada skor lesio 2. Histopatologi ginjal pada saat panen (umur 35 hari) juga berada pada skor 2. Pemberian 9% (R3) bungkil biji jarak pagar terfermentasi dalam ransum menyebabkan frekuensi mortalitas hampir setiap hari. Histopatologi ginjal pada saat kematian umur 5, 8, 10 dan 11 hari berada pada skor 2. Histopatologi ginjal pada saat kematian umur 12 hari menunjukkan adanya kerusakan dengan skor 3. Pada saat kematian ayam umur 17, 19, 20, 25 dan 29 hari skor lesio histopatologi ginjal berada pada skor 2. Pemberian 9% bungkil biji jarak pagar terfermentasi menyebabkan histopatologi ginjal pada umur 35 hari berada pada skor 2. Terjadinya tingkat kematian yang tinggi pada R3 diakibatkan oleh tingkat konsumsi racun yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan yang lain. Pemberian bungkil biji jarak pagar terfermentasi menimbulkan perubahan histopatologi organ ginjal, berupa degenerasi berbutir hingga pendarahan yang luas. Organ ginjal merupakan jalur utama eksresi, sehingga aliran darah yang menuju ginjal akan sangat tinggi. Kejadian tersebut menyebabkan ginjal menjadi sasaran efek toksik dari zat aktif yang masuk kedalam tubuh (Lu, 1995). Oedema adalah penimbunan cairan ekstra seluler di dalam sela-sela jaringan. Zat curcin dan phorbolester akan merangsang bertambahnya volume darah yang masuk ke ginjal yang disertai dengan meningkatnya konsentrasi darah dan adanya perlambatan aliran darah. Zat ini dapat mengganggu permeabilitas kapiler glomelurus. Degenerasi epitel tubuli ginjal dapat terjadi karena adanya racun atau toksik, iskhemia, agen biologik, zat aktif, agen fisik dan suhu ekstrim (Soleh, 1996). Berdasarkan berat satuan, volume aliran darah pada hati dan ginjal paling tinggi. Akibatnya kedua organ ini paling banyak terpapar oleh toksikan. Apalagi,
42
fungsi metabolisme dan ekskresi pada kedua organ ini lebih besar sehingga kedua organ ini lebih peka peka terhadap toksikan (Lu, 1995). Gambaran histopatologi lesio ginjal ayam penelitian dapat dilihat pada Gambar 14.
D K
Skor 1 (Pembesaran 10X)
B P K L
P O
Skor 2 (Pembesaran 20X)
Skor 3 (Pembesaran 40X)
Gambar 14. Histopatologi Organ Ginjal Ayam Broiler Penelitian. Ditemukan adanya kongesti (K), dilatasi pada tubuli (D), oedema (O), pendarahan (P), degenerasi berbutir (B) dan degenerasi Lemak (L). Pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE). Pemberian 9% bungkil biji jarak pagar terfermentasi (R3) memiliki pengaruh toksik (curcin, ester forbil) yang paling cepat jika dibandingkan R2 (6%) dan R1 (3%). Tingkat mortalitas ayam boiler penelitian (umur 5 minggu) akibat pemberian bungkil biji jarak pagar terfermentasi dalam ransum adalah 0% (R0), 4,17% (R1), 33,33% (R2) dan 62,50% (R3). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi taraf pemberian bungkil biji jarak pagar terfermentasi dalam ransum maka semakin tinggi pula tingkat mortalitas.
43
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pemberian bungkil biji jarak pagar terfermentasi dalam ransum sangat nyata (P<0,01) menurunkan berat hidup, meningkatkan persentase berat gizzard dan meningkatkan panjang relatif usus halus dan seka. Pemberian 6% dan 9% nyata (P<0,05) meningkatkan persentase berat proventrikulus, duodenum, jejunum dan seka. Persentase berat karkas nyata (P<0,05) menurun pada pemberian 9% bungkil biji jarak pagar terfermentasi dalam ransum. Pemberian 3% bungkil biji jarak pagar terfermentasi dalam ransum menyebabkan kerusakan hati dan ginjal berada pada skor 2 berupa degenerasi berbutir, oedema dan pendarahan. Pemberian 6% dan 9% menyebabkan kerusakan hati dan ginjal berada pada skor 2 dan skor 3 berupa degenerasi berbutir, degenerasi lemak, dan pendarahan meluas. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mencari metode detoksifikasi bungkil biji jarak pagar yang lebih tepat, untuk menurunkan kadar curcin dan phorbolester dalam bungkil biji jarak pagar sampai batas aman untuk ternak. Berdasarkan penurunan persentase berat karkas, bungkil biji jarak pagar terfermentasi 1,5% dapat digunakan sebagai bahan pakan ransum broiler.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Komposisi VITA STRESS yang Digunakan dalam Penelitian Setiap kg mengandung : • Vitamin A 6.000.000 IU • Vitamin D3 1.200.000 IU • Vitamin E 2.500 IU • Menadione Sodium Bisulfate (Vitamin K) 3 gram • Vitamin B1 2 gram • Vitamin B2 3 gram • Nicotinic Acid 15 gram • Calcium-D-Pantothenate 5 gram • Vitamin B6 1 gram • Vitamin B12 2 miligram • Vitamin C 20 gram • Electrolit, sebagai Natrium, Kalium, Calcium dan Magnesium 750 gram Lampiran 2. Analisis Ragam Berat Hidup Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan
db 3
JK 2836406
KT 945468
Galat Total
8 11
39944,5 12290102
4993,1
Berdasarkan Uji Jarak Duncan R0 R1 0% 3% D C
R2 6% B
Fhit 189,4
F0,05 4,07
F0,01 7,59
P 0,000
R3 9% A
Lampiran 3. Analisis Ragam Persentase Berat Karkas Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
Berdasarkan Uji Jarak Duncan R0 R1 0% 3% b b
JK 276,213 106,801 42004,11 0
KT Fhit 92,071 6,897 13,350
R2 6% b
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,013
R3 9% a
50
Lampiran 4. Analisis Ragam Persentase Berat Hati Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 0,016 0,027 0,043
KT 0,005 0,003
Fhit 1,64
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,256
Lampiran 5. Analisis Ragam Persentase Berat Jantung Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 0,020 0,016 0,036
KT 0,007 0,002
Fhit 3,36
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,076
Lampiran 6. Analisis Ragam Persentase Berat Proventrikulus Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 0,187 0,093 0,279
Berdasarkan Uji Jarak Duncan R0 R1 0% 3% a a
KT 0,062 0,012
Fhit 5,38
R2 6% ab
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,025
R3 9% b
Lampiran 7. Analisis Ragam Persentase Berat Gizzard Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 1,596 0,122 1,721
Berdasarkan Uji Jarak Duncan R0 R1 0% 3% A B
KT 0,533 0,015
R2 6% B
Fhit 34,90
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,000
R3 9% C
51
Lampiran 8. Analisis Ragam Persentase Berat Empedu Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 0,012 0,057 0,068
KT 0,004 0,007
Fhit 0,55
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,665
Lampiran 9. Analisis Ragam Persentase Berat Limpa Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 0,029 0,021 0,049
KT 0,009 0,003
Fhit 3,80
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,058
Lampiran 10. Analisis Ragam Persentase Berat Ginjal Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 0,063 0,151 0,214
KT 0,020 0,019
Fhit 1,10
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,403
Lampiran 11. Analisis Ragam Persentase Berat Pankreas Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 0,014 0,008 0,022
Berdasarkan Uji Jarak Duncan R0 R1 0% 3% b a
KT 0,005 0,008
Fhit 4,24
R2 6% ab
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,045
R3 9% b
Lampiran 12. Analisis Ragam Persentase Berat Duodenum Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 0,271 0,170 0,441
KT 0,090 0,021
Fhit 4,26
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,045
52
Berdasarkan Uji Jarak Duncan R0 R1 0% 3% a ab
R2 6% b
R3 9% b
Lampiran 13. Analisis Ragam Persentase Berat Jejenum Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 0,398 0,209 0,608
Berdasarkan Uji Jarak Duncan R0 R1 0% 3% a a
KT 0,133 0,026
Fhit 5,09
R2 6% ab
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,029
R3 9% b
Lampiran 14. Analisis Ragam Persentase Berat Ileum Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 0,114 0,878 0,202
KT 0,038 0,011
Fhit 3,47
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,071
Lampiran 15. Analisis Ragam Persentase Berat Seka Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 0,063 0,234 0,086
Berdasarkan Uji Jarak Duncan R0 R1 0% 3% a a
KT 0,021 0,003
Fhit 7,14
R2 6% b
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,012
R3 9% b
Lampiran 16. Analisis Ragam Panjang Relatif Duodenum (cm/100 g BB) Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 3,398 0,397 3,794
KT 1,132 0,049
Fhit 22,86
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,000
53
Berdasarkan Uji Jarak Duncan R0 R1 0% 3% A A
R2 6% B
R3 9% C
Lampiran 17. Analisis Ragam Panjang Relatif Jejenum (cm/100 g BB) Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 10,731 2,499 13,229
Berdasarkan Uji Jarak Duncan R0 R1 0% 3% A AB
KT 3,577 0,312
Fhit 11,45
R2 6% B
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,003
R3 9% C
Lampiran 18. Analisis Ragam Panjang Relatif Ileum (cm/100 g BB) Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 4,267 1,055 5,322
Berdasarkan Uji Jarak Duncan R0 R1 0% 3% A A
KT 1,422 0,312
Fhit 10,78
R2 6% B
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,003
R3 9% B
Lampiran 19. Analisis Ragam Panjang Relatif Seka (cm/100 g BB) Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 1,540 0,091 1,631
Berdasarkan Uji Jarak Duncan R0 R1 0% 3% A A
KT 0,513 0,011
R2 6% B
Fhit 45,13
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,000
R3 9% C
54
Tabel 20. Rataan Skoring Histopatologi Hati dan Ginjal Broiler Penelitian Organ
Hati
Plk
5
8
10
11
12
13
Hari ke (setelah pemberian sediaan) 17 19 20 21 25 26
28
29
30
31
34
35
R0
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0.3
R1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1.8
-
-
-
-
-
2.2
R2
-
-
-
-
-
1.8
-
-
-
2.4
-
2.2
2.3
-
2.9
2.5
2.9
2.0
R3
1.1
1.8
2.6
2.7
2.9
-
2.0
1.8
1.7
-
1.7
-
-
2.7
-
-
-
1.6
R0
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1.7
R1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1.8
-
-
-
-
-
2.0
R2
-
-
-
-
-
1.9
-
-
-
1.6
-
2.0
2.4
-
2.4
2.5
1.9
1.7
R3
1.9
1.9
1.8
2.0
2.4
-
2.0
2.0
1.7
-
2.0
-
-
1.8
-
-
-
2.0
Ginjal
Klasifikasi Skoring : 0,2 ≤ x ≤ 0,8 = 0 0,9 ≤ x ≤ 1,5 = 1 1,6 ≤ x ≤ 2,2 = 2 2,3 ≤ x ≤ 2,9 = 3
55
LAMPIRAN
Lampiran 1. Komposisi VITA STRESS yang Digunakan dalam Penelitian Setiap kg mengandung : • Vitamin A 6.000.000 IU • Vitamin D3 1.200.000 IU • Vitamin E 2.500 IU • Menadione Sodium Bisulfate (Vitamin K) 3 gram • Vitamin B1 2 gram • Vitamin B2 3 gram • Nicotinic Acid 15 gram • Calcium-D-Pantothenate 5 gram • Vitamin B6 1 gram • Vitamin B12 2 miligram • Vitamin C 20 gram • Electrolit, sebagai Natrium, Kalium, Calcium dan Magnesium 750 gram Lampiran 2. Analisis Ragam Berat Hidup Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan
db 3
JK 2836406
KT 945468
Galat Total
8 11
39944,5 12290102
4993,1
Berdasarkan Uji Jarak Duncan R0 R1 0% 3% D C
R2 6% B
Fhit 189,4
F0,05 4,07
F0,01 7,59
P 0,000
R3 9% A
Lampiran 3. Analisis Ragam Persentase Berat Karkas Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
Berdasarkan Uji Jarak Duncan R0 R1 0% 3% b b
JK 276,213 106,801 42004,11 0
KT Fhit 92,071 6,897 13,350
R2 6% b
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,013
R3 9% a
50
Lampiran 4. Analisis Ragam Persentase Berat Hati Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 0,016 0,027 0,043
KT 0,005 0,003
Fhit 1,64
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,256
Lampiran 5. Analisis Ragam Persentase Berat Jantung Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 0,020 0,016 0,036
KT 0,007 0,002
Fhit 3,36
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,076
Lampiran 6. Analisis Ragam Persentase Berat Proventrikulus Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 0,187 0,093 0,279
Berdasarkan Uji Jarak Duncan R0 R1 0% 3% a a
KT 0,062 0,012
Fhit 5,38
R2 6% ab
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,025
R3 9% b
Lampiran 7. Analisis Ragam Persentase Berat Gizzard Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 1,596 0,122 1,721
Berdasarkan Uji Jarak Duncan R0 R1 0% 3% A B
KT 0,533 0,015
R2 6% B
Fhit 34,90
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,000
R3 9% C
51
Lampiran 8. Analisis Ragam Persentase Berat Empedu Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 0,012 0,057 0,068
KT 0,004 0,007
Fhit 0,55
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,665
Lampiran 9. Analisis Ragam Persentase Berat Limpa Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 0,029 0,021 0,049
KT 0,009 0,003
Fhit 3,80
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,058
Lampiran 10. Analisis Ragam Persentase Berat Ginjal Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 0,063 0,151 0,214
KT 0,020 0,019
Fhit 1,10
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,403
Lampiran 11. Analisis Ragam Persentase Berat Pankreas Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 0,014 0,008 0,022
Berdasarkan Uji Jarak Duncan R0 R1 0% 3% b a
KT 0,005 0,008
Fhit 4,24
R2 6% ab
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,045
R3 9% b
Lampiran 12. Analisis Ragam Persentase Berat Duodenum Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 0,271 0,170 0,441
KT 0,090 0,021
Fhit 4,26
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,045
52
Berdasarkan Uji Jarak Duncan R0 R1 0% 3% a ab
R2 6% b
R3 9% b
Lampiran 13. Analisis Ragam Persentase Berat Jejenum Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 0,398 0,209 0,608
Berdasarkan Uji Jarak Duncan R0 R1 0% 3% a a
KT 0,133 0,026
Fhit 5,09
R2 6% ab
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,029
R3 9% b
Lampiran 14. Analisis Ragam Persentase Berat Ileum Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 0,114 0,878 0,202
KT 0,038 0,011
Fhit 3,47
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,071
Lampiran 15. Analisis Ragam Persentase Berat Seka Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 0,063 0,234 0,086
Berdasarkan Uji Jarak Duncan R0 R1 0% 3% a a
KT 0,021 0,003
Fhit 7,14
R2 6% b
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,012
R3 9% b
Lampiran 16. Analisis Ragam Panjang Relatif Duodenum (cm/100 g BB) Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 3,398 0,397 3,794
KT 1,132 0,049
Fhit 22,86
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,000
53
Berdasarkan Uji Jarak Duncan R0 R1 0% 3% A A
R2 6% B
R3 9% C
Lampiran 17. Analisis Ragam Panjang Relatif Jejenum (cm/100 g BB) Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 10,731 2,499 13,229
Berdasarkan Uji Jarak Duncan R0 R1 0% 3% A AB
KT 3,577 0,312
Fhit 11,45
R2 6% B
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,003
R3 9% C
Lampiran 18. Analisis Ragam Panjang Relatif Ileum (cm/100 g BB) Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 4,267 1,055 5,322
Berdasarkan Uji Jarak Duncan R0 R1 0% 3% A A
KT 1,422 0,312
Fhit 10,78
R2 6% B
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,003
R3 9% B
Lampiran 19. Analisis Ragam Panjang Relatif Seka (cm/100 g BB) Broiler Umur 5 Minggu Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total
db 3 8 11
JK 1,540 0,091 1,631
Berdasarkan Uji Jarak Duncan R0 R1 0% 3% A A
KT 0,513 0,011
R2 6% B
Fhit 45,13
F0,05 4,066
F0,01 7,591
P 0,000
R3 9% C
54
Tabel 20. Rataan Skoring Histopatologi Hati dan Ginjal Broiler Penelitian Organ
Hati
Plk
5
8
10
11
12
13
Hari ke (setelah pemberian sediaan) 17 19 20 21 25 26
28
29
30
31
34
35
R0
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0.3
R1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1.8
-
-
-
-
-
2.2
R2
-
-
-
-
-
1.8
-
-
-
2.4
-
2.2
2.3
-
2.9
2.5
2.9
2.0
R3
1.1
1.8
2.6
2.7
2.9
-
2.0
1.8
1.7
-
1.7
-
-
2.7
-
-
-
1.6
R0
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1.7
R1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1.8
-
-
-
-
-
2.0
R2
-
-
-
-
-
1.9
-
-
-
1.6
-
2.0
2.4
-
2.4
2.5
1.9
1.7
R3
1.9
1.9
1.8
2.0
2.4
-
2.0
2.0
1.7
-
2.0
-
-
1.8
-
-
-
2.0
Ginjal
Klasifikasi Skoring : 0,2 ≤ x ≤ 0,8 = 0 0,9 ≤ x ≤ 1,5 = 1 1,6 ≤ x ≤ 2,2 = 2 2,3 ≤ x ≤ 2,9 = 3
55