Majalah Ekonomi
Tahun XVII, No.3 Desember 2007 (Ekstra)
PENGARUH PEMBANGUNAN PLTN DAN DESALINASI DI MADURA TERHADAP EKONOMI SEKTORAL: PROYEKSI DENGAN MODEL I-O (INPUT-OUTPUT) DINAMIS 1 Bambang Eko Afiatno Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga ABSTRACT Nuclear power plant (NPP)-desalination project (200MWe and 40,000m3 /day) is proposed to be constructed and developed in Madura as the solution for the lack of basic infrastructure. An analysis of sectoral economic impacts of that project is being evaluated using dynamic I-O model. The investment (2009) is estimated to around US$ 521.19 million (Rp 6,250 billion) or US$ 458.59 million (Rp 5,575.5 billion) excluding the make up payments and licensing expenses. The results, the pre-project (2010-2013) affects the economy indirectly through make up payments, and licensing expenses (raises the outputs, GRDP, and employment, as much as Rp 713 billion, Rp 405.5 billion, and 35,954 manpower). During construction (2014-2017), injection in the economic sectors produces additional outputs, GRDP, and employment as much as Rp 369.7 billion, Rp 175.5 billion, and 16,505 manpower. In the pre-operation (2018), using two scenarios show additional outputs, GRDP, and employment creation amounted to Rp 502.2 billion, Rp 60.7 billion, and 5,175 manpower (first); and as much as Rp 580.2 billion, Rp 67 billion, and 5,944 manpower (second). Key Words: nuclear power plant (NPP)-desalination; electricity; water; I-O (inputoutput) dynamic model; dynamic-static simulation; projection; RAS; directindirect impact; production/ output; GRDP-final demand; and employment. JEL Classification: C67; E17; O22; Q43; R11 1.
PENDAHULUAN
Infrastruktur berperan sangat penting dalam pembangunan ekonomi. Dalam kasus di Indonesia, Azis dan Kuncoro [2000] memperlihatkan bahwa pembangunan infrastruktur yang gencar dilakukan pemerintah selama boom minyak (1970-1982) memberi sumbangan yang signifikan bagi pertumbuhan TFP (total factor productivity) sebesar 1 Studi ini dibiayai oleh Proyek Pemanfaatan Teknologi Nuklir dalam Sistem Energi Nasional”Pusat Pengembangan Energi Nuklir (P2EN)”Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) pada 2004 yang dipresentasikan dalam lokakarya internasional dan sebagai penyelenggara yaitu IAEA (International Atomic Energy Agency) dan BATAN (Jakarta, 27-30 September 2004 dan Pamekasan/Universitas Madura, 28-30 Nopember 2005) dan seminar nasional yang diselenggarakan olehP2SRM (Pusat Pengembangan Sistem Reaktor Maju)-BATAN dan LPKMUNIBRAW (Malang,15September 2005).
-374-
Majalah Ekonomi
Tahun XVII, No.3 Desember 2007 (Ekstra)
3,67%. Sebaliknya, ketika masa boom minyak berakhir dan anggaran pemerintah menurun, maka kinerja pembangunan infrastruktur juga memburuk yang berakibat pada penurunan pertumbuhan TFP menjadi 0,65% (1982-1986). Pengalaman Korea Selatan menunjukkan bahwa keterlambatan penyediaan atau pembangunan infrastruktur dapat menyebabkan kemacetan dalam melakukan ekspansi ekonomi [Ro, 2002]. Hasil studi yang sejenis juga dilakukan oleh Achmadi, Afiatno, dan Azis [1995] yakni kondisi infrastruktur yang buruk dapat mengakibatkan bottle-neck transportasi dan berbagai hambatan pembangunan yang mengganggu pertumbuhan ekonomi. Salah satu infrastruktur yang menunjang industri di Madura adalah listrik dan air bersih, di mana pasokan listrik bergantung pada jaringan JAMALI (Jawa, Madura, dan Bali). Listrik merupakan wujud energi yang penting bagi kehidupan masyarakat modern. Kebutuhan listrik semakin meningkat karena hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat modern selalu bergantung pada listrik. Ini disebabkan oleh sifat listrik yang mudah dikonversi dalam pemanfaatan energi, seperti: sebagai tenaga penggerak (mekanis), pemanas-pendingin (termis), cahaya, dan satu-satunya sumberdaya pengolah informasi (komputer maupun komunikasi). Sedangkan untuk air bersih, di Madura relatif sulit diperoleh sumber air yang memadai karena tidak ada pegunungan. Bisa dikatakan bahwa topografinya adalah dataran rendah dan beriklim kering sehingga tergolong daerah tandus. Hal inilah sebagai salah satu penyebab keterbelakangan sosial-ekonomi Madura [Rumiati, Achmadi, dan Afiatno, 2000]. Pembangunan suatu proyek selalu memberikan dampak, baik ekonomi, sosial, ataupun lingkungan. Namun, seringkali suatu proyek menjadi enclave bagi daerah tersebut, artinya proyek itu tidak memberikan kontribusi langsung bagi daerah yang bersangkutan, khususnya dalam penyerapan tenaga kerja lokal. Oleh karena itu, tujuan utama studi ini yaitu mengkaji rencana pembangunan proyek PLTN-desalinasi di Madura dari aspek ekonomi lokal (Madura), baik pada tahap pembangunan maupun tahap awal beroperasi, di mana proyek itu diperkirakan dibangun pada 2014 hingga selesai dan awal beroperasi pada 2018. Jadi, yang diproyeksi dalam jangka panjang yaitu ekonomi Madura hingga 2018 dengan berbagai skenario perubahan. 2. ENERGI, AIR BERSIH, DAN PEMBANGUNAN EKONOMI 2.1. Ekonomi dan Konsumsi Energi Energi sangat penting bagi kehidupan di muka bumi dan matahari adalah sumber dari segala sumber energi di dunia. Tanpa energi, maka seluruh material dalam sistem akan mati sehingga tak bernilai bagi manusia. Sejak dahulu kala peradaban manusia selalu terkait erat dengan energi, seperti: kayu bakar untuk memasak, perahu layar dengan tenaga angin, hingga saat ini peradaban manusia modern yang sangat bergantung pada energi listrik, minyak bumi, gas, dan batubara. Pada prinsipnya energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan melakukan kerja atau dengan kata lain energi merupakan
-375-
Majalah Ekonomi
Tahun XVII, No.3 Desember 2007 (Ekstra)
perwujudan dari gerak yang terkandung dalam materi [Young dan Freedman, 2000, hlm.37-45]. Selain itu energi tidak memiliki wujud dan materi adalah wahana pembawa energi (energy carrier). Secara ringkas, berbagai bentuk energi terdiri dari antara lain: energi listrik, energi panas, energi kimia, dan energi mekanik [Slesser, 1978, hlm. 1820]. Proses transformasi energi yang terjadi pada suatu sistem fisik dapat dijelaskan melalui hukum termodinamika dan selanjutnya mempengaruhi proses transformasi nilai tambah yang terjadi pada sistem ekonomi. Dalam suatu sistem ekonomi salah satu indikator adalah produk domestik bruto (PDB) yang menunjukkan nilai keluaran/ output dan merupakan hasil kerja dari suatu sistem ekonomi nasional atau daerah. Dengan kata lain PDB atau PDRB sebagai ukuran aktivitas ekonomi suatu negara/ daerah akan sangat erat berhubungan dengan energi (proses perubahan energi) yang diperlukan. Semakin makmur suatu bangsa -- semakin tinggi nilai PDB tersebut --, maka kebutuhan atau konsumsi energi juga semakin besar. Dengan demikian konsumsi energi dapat dijadikan salah satu tolok ukur kemajuan ataupun kemakmuean suatu negara/ daerah. Aktivitas ekonomi dan konsumsi energi mempunyai keterkaitan yang sangat erat seperti yang terlihat dalam Gambar 1. PDB sebagai gambaran dari aktivitas ekonomi masyarakat dapat dikategorikan dalam tiga aspek yaitu pertama, aspek produksi sektoral atau menurut lapangan usaha yang pada umumnya dikategorikan dalam sembilan (9) sektor (supply side); Kedua, aspek pengeluaran/ penggunaan terdiri dari konsumsi rumah tangga-perusahaan (C), investasi pemerintah dan swasta (I), konsumsi pemerintah (G), ekspor (X), dan impor (M) atau biasa disebut dengan PDB demand side, dan; Ketiga, aspek distribusi terhadap faktor-faktor produksi yang terdiri dari upah/ gaji, bunga, dan keuntungan/ laba yang biasa disebut dengan PDB income side. Ketiga aspek dari PDB tersebut menunjukkan sirkulasi uang yang terjadi akibat aktivitas ekonomi masyarakat. Dari ketiga aspek dari PDB tersebut yang terkait secara langsung dengan konsumsi energi, khususnya energi listrik adalah aspek produksi dan pengeluaran. Gambar 1: Hubungan antara Ekonomi dan Konsumsi Energi Listrik
-376-
Majalah Ekonomi
Tahun XVII, No.3 Desember 2007 (Ekstra)
Keterkaitan antara PDB dengan konsumsi energi listrik tersebut tercermin dalam penggunaan energi pada sektor listrik, industri, komersial, dan transportasi publik (kereta api listrik). Konsumsi energi pada sektor-sektor tersebut menyumbang terhadap aktivitas produksi dalam bentuk nilai tambah. Selain terkait dengan produksi, konsumsi energi listrik terkait dengan PDB dalam aspek pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga. Konsumsi energi listrik yang terkait dengan pengeluaran tidak secara langsung memberikan nilai tambah dalam produksi [Nagata, 1997]. Selain itu, konsumsi energi, termasuk listrik di Indonesia, baik untuk sisi produksi maupun pengeluaran, juga terkait dengan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Hingga saat ini konsumsi energi berhubungan dengan subsidi untuk energi (BBM/ bahan bakar minyak dan listrik) sehingga mempengaruhi aspek belanja negara. Namun, energi juga berperan sangat penting dalam pembangunan nasional melalui aspek pendapatan (devisa) negara dari hasil ekspor minyak bumi dan gas (migas). 2.2. Air Bersih dan Pembangunan Ekonomi Dengan semakin meningkat industrialisasi dan populasi penduduk di seluruh dunia, maka tuntutan akan air bersih meningkat secara tajam. Terlebih lagi sebagian besar dari persediaan air bersih dunia telah dicemari oleh limbah rumah tangga, industri, dan bebagai macam zat kimia sintetis [Dara, 2002, hlm. 65]. Dengan demikian kualitas dan kuantitas pasokan air bersih menjadi vital bagi kesejahteraan manusia. Salah satu upaya yang telah cukup lama dikembangkan adalah proses desalinasi. Proses ini telah memiliki pembakuan dan pengembangannya kian membaik. Hanya saja proses ini bersifat padat energi dan modal. Dua pertiga kapasitas desalinasi terpasang di dunia ialah di Jazirah Arab, di mana negara-negara petrodollar yang kaya mampu memasang instalasi dengan menghabiskan tiga kilowatt jam energi untuk menghasilkan satu galon air tawar [Postel, 1992,hlm.115] Salah satu pemecahan untuk mengatasi persoalan ini adalah dengan mengembangkan suatu instalasi ganda-tujuan (dual-purpose) antara pembangkit listrik tenaga nuklir dan pabrik desalinasi air. Aktivitas ekonomi dan konsumsi air bersih mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Keterkaitan antara PDB dengan konsumsi air bersih tersebut tercermin dalam penggunaan air bersih pada sektor air bersih/ minum, industri, non industri, dan hotelrestoran. Konsumsi air bersih pada sektor-sektor tersebut menyumbang secara langsung terhadap aktivitas produksi dalam bentuk nilai tambah (added value). Selain terkait dengan produksi, konsumsi air bersih terkait dengan PDB dalam aspek pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga. Konsumsi air bersih yang terkait dengan pengeluaran tidak secara langsung memberikan nilai tambah dalam produksi.
-377-
Majalah Ekonomi
Tahun XVII, No.3 Desember 2007 (Ekstra)
3. METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Studi Proyeksi ekonomi Madura hingga 2018 dengan berbagai skenario. Pertama: pembangunan proyek (pra-proyek dan pelaksanaan), di mana selama 2014-2018 dibangun dua (2) unit pembangkit (masing-masing 100 MWe dengan teknologi SMARTKorea Selatan) dan desalinasi (40.000 m3/hari) seperti Gambar 2. Sektor ekonomi di Madura yang terkait langsung dengan pembangunan proyek yaitu sektor bangunankonstruksi dengan masukan dari sektor: penggalian (tanah uruk dan batu), industri batu bata- genteng, industri semen (lantai paving), industri kapur, industri kayu, termasuk sewa peralatan berat. Pengaruh tidak langsung yaitu terjadi pada konsumsi rumah tangga dan pemerintah (pembelian lahan rakyat dan pemerintah) dan biaya perijinan. Gambar 2: Alokasi-Pentahapan Pembangunan Proyek dengan Sektor I-O Madura
Kedua: operasi tahap awal proyek dengan produksi energi listrik dan air bersih. Hasil PLTN-desalinasi dirinci menurut kategori keluaran dan dialokasikan menurut sektor pada tabel I-O (pengagregasian 56 sektor Tabel I-O Madura menjadi 10 sektor) seperti pada Gambar 3. Karena proyek ini masih tahap awal operasi, maka dampaknya hanya dianalisis melalui simulasi melalui keluaran proyek yakni energi listrik dan air bersih terhadap ekonomi Madura secara sektoral. Gambar 3: Keterkaitan Operasi Awal Proyek(Output) dengan Sektor I-O Madura
-378-
Majalah Ekonomi
Tahun XVII, No.3 Desember 2007 (Ekstra)
3.2. Rancangan Model Studi ini menggunakan model I-O dinamis Leontief dalam himpunan persamaan beda linier [Leontief, 1986, hlm. 294-320]:
Vektor kolom Xt dan Xt+1 mewakili keluaran berbagai sektor dalam periode waktu t dan t+1, œ t = 0, 1, ..., T, sementara vektor kolom Yt mewakili jumlah berbagai barang dan jasa yang dialirkan oleh sektor produksi tersebut ke rumah tangga dan pengguna akhir lainnya. Selanjutnya A adalah matriks koefisien masukan sedangkan K adalah matriks koefisien investasi dan perubahan persediaan barang. Koefisien kapital kij yaitu stock yang ditentukan oleh teknologi, suatu barang tertentu — mesin, bangunan, working inventory, bahan baku pokok maupun antara — yang diproduksi sektor i yang harus dipakai sektor j per unit keluarannya. Hal ini berarti bahwa tiap kolom matriks K menggambarkan kebutuhan investasi fisik (per satuan keluaran) dari suatu sektor tertentu, dengan cara yang sama seperti halnya kolom yang bersesuaian dalam matriks A menggambarkan kebutuhan current inputs. Sebagai catatan, matriks K (matriks investasi) merupakan syarat perlu (necessary condition) yang harus tersedia untuk membuat suatu model I-O dinamis. 3.3. Teknik Estimasi Model I-O Dinamis dan Verifikasi atas Estimasi Matriks AT Secara umum dalam suatu model dinamis terdapat nilai awal (initial values), yaitu t = 0 sebagai masukan untuk menghasilkan keluaran tertentu, di mana keluaran tersebut merupakan nilai terminal. Untuk mengatasi masalah singularitas (determinan = 0) pada matriks K, maka persamaan (1) untuk (I-A+K) diganti dengan H dalam hubungan persamaan beda [Miller dan Blair,1985, hlm. 340-351]. Dalam sistem umum persamaan beda, seringkali diasumsikan nilai mula (t = 0) dari semua variabel dalam sistem tersebut adalah diketahui dan selanjutnya dapat diperoleh nilai semua variabel pada saat t = 1, 2, . . ., m, m+1. Untuk itu dapat dianggap bahwa Y0 dan X0 telah diberi nilai awal. Hal ini mereduksi sistem menjadi m persamaan linier dalam (m+1)n variabel X. Kemudian Y1 , Y2, ... dan Ym adalah nilai eksogen yang diperoleh dari skenario dan estimasi yang berbeda dalam model dengan menggunakan pendekatan random growth adjustment yang hakikatnya tergolong dalam metode trend dengan model runtut waktu (time series). Selanjutnya, secara berurutan diperoleh X1 hingga Xm+1, di mana urutan ini bergerak ke depan dalam periode waktu. Untuk melakukan estimasi ke belakang (back casting), diperlukan nilai terminal untuk Y pada tahun T, di mana T > m serta ditetapkan XT = 0. Jadi persamaan (1) dapat ditulis:
-379-
Majalah Ekonomi
Tahun XVII, No.3 Desember 2007 (Ekstra)
Permasalahan yang timbul bahwa matriks A itu tidak selalu tersedia setiap tahun, karena diasumsikan bahwa dalam periode satu tahun itu tidak akan banyak perubahan koefisien transaksi pada matriks A tersebut. Metode RAS adalah salah satu teknik untuk memperbarui koefisien matriks A dalam analisis I-O. Dasar metode RAS yaitu digunakan menjaga keseimbangan yang melukiskan arus transaksi dari suatu aktivitas dalam model. Secara simbolis metode RAS [PBB, 1988; Toh, 1998; dan McDougall, 1999]. Selanjutnya setelah diperoleh hasil proyeksi permintaan akhir (Y) yang menggunakan pendekatan random growth adjustment dan estimasi keluaran (X) dari model I-O dinamis, maka dapat dilakukan proses estimasi pembentukan matriks At berdasarkan matriks A0 dan diperoleh dari hasil perhitungan dengan metode RAS. Hasil estimasi itu kemudian dievaluasi terhadap perbedaan matriks Ak dan Al di mana k , l = 1,2,3, ....,m. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan atau perubahan matriks At setiap periode [Lahr, 1998]. Metode evaluasi yaitu terdiri dari: 1) Standardized Total Percent Error (STPE); 2)Coefficient of Correlation (CC); 3) Mean Absolute Different (MAD); 4) Index of Inequality (Theil’s U); 5) Root Mean Square Error (RMSE); dan 6) Weighted Absolute Difference (WAD). 4. ANALISIS I-O DINAMIS DAN PROYEKSI EKONOMI MADURA 2018 4.1. Skenario Aktivitas-Biaya Tahap Pelaksanaan Proyek PLTN-Desalinasi Pada 2014 proyek PLTN-desalinasi direncanakan mulai dibangun di Kecamatan Ketapang, Kabupaten Sampang, Pulau Madura dan diperkirakan selesai pada 2018 sehingga pada 2019 proyek tersebut telah dapat beroperasi secara penuh. Sebagai catatan bahwa tidak semua biaya proyek pada tahap pelaksanaan bisa diakomodasikan ke dalam Tabel I-O Madura, yakni biaya proyek yang digunakan untuk pembelian barang-barang di luar Pulau Madura atau impor dari domestik nasional maupun luar negeri. Mengingat kondisi struktur ekonomi Madura masih tradisional dan teknologi proyek ini sangat canggih, maka hanya sebagian kecil saja dari aktivitas proyek yang memakai komponen lokal dari Madura. Pengeluaran biaya pada tahap pra-pelaksanaan proyek yaitu Rp 114.106,15 juta (US$ 10,69 juta) yang diperkirakan secara tidak langsung mempengaruhi ekonomi Madura, baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun Pemerintah Kabupaten Sampang. Pengaruh aktivitas tersebut ditransmisikan melalui konsumsi masyarakat dan pemerintah kabupaten (neraca eksogen). Pada tahap
-380-
Majalah Ekonomi
Tahun XVII, No.3 Desember 2007 (Ekstra)
pelaksanaan proyek PLTN-desalinasi yaitu sekitar 27,70% atau Rp 231,3 milyar (US$ 19,36 juta) yang diperkirakan berdampak secara langsung pada ekonomi lokal di Pulau Madura. Jadi, pengaruh aktivitas tersebut ditransmisikan melalui sektor bangunan-konstruksi dalam investasi (neraca eksogen). Berdasarkan berbagai skenario pada tahap pra-proyek dan pelaksanaan proyek dapat dilihat peranan ekonomi Madura (lihat Tabel 1). Tabel 1 Tahap Pelaksanaan dan Biaya Proyek PLTN-Desalinasi
Dari tahap pembangunan proyek ini, ekonomi lokal Madura mampu menyerap sebesar 6,31% dari nilai proyek dalam US$ atau sekitar 5,31% dalam Rupiah. Kalau hanya dilihat kemampuan ekonomi lokal Madura dalam menyerap pelaksanaan pembangunan proyek (tidak termasuk biaya pembelian tanah dan biaya perijinan), maka kemampuan penyerapannya sangat kecil dibanding dengan non-lokal, yakni sekitar 4,07% dari nilai proyek dalam US$ atau sebesar 3,56% dalam Rupiah. Jadi, secara keseluruhan nilai proyek PLTN-desalinasi sebesar US$ 476 juta (Rp 6.505,47 milyar). Jika biaya gantirugi lahan dan perijinan tidak dimasukkan, maka nilai proyek ini yaitu sebesar US$ 440,79 juta (Rp6.129,28 milyar). 4.2. Hasil Estimasi, Proyeksi Keluaran, dan Verifikasi (untuk Matriks AT) Model I-O Madura Dinamis 2000 - 2018 Untuk memperoleh proyeksi keluaran tersebut digunakan tiga skenario. Skenario pertama, perkembangan ekonomi (PDRB) Madura seperti kondisi saat ini; Skenario kedua, ekonomi Madura berkembang dengan pesat akibat Jembatan Suramadu telah beroperasi sejak 2008; dan Skenario ketiga, dengan perkembangan ekonomi Madura seperti pada skenario kedua, tetapi koefisien I-O dan investasi-perubahan stok barang yang disusun atas dasar ekonomi Madura 2000 diubah dan disesuaikan dengan perkembangan ekonomi Madura 2013. Hasil proyeksi PDRB dalam harga berlaku dipakai untuk memproyeksi keluaran (output) dalam harga berlaku melalui simulasi model I-O dinamis untuk ketiga skenario dapat dilihat pada Gambar 4. Hasil proyeksi keluaran dalam harga berlaku tersebut dengan skenario ketiga dalam kurun waktu 2014-2018 terlihat lebih tinggi (patah pada 2014, karena perubahan kedua koefisien yaitu koefisien koefisien masukan dan koefisien investasi) dibanding skenario pertama dan kedua (lihat Gambar 4).
-381-
Majalah Ekonomi
Tahun XVII, No.3 Desember 2007 (Ekstra)
Gambar 4: Keluaran (Output) dalam Harga Berlaku di Madura 2000-2018 dari Hasil I-O Dinamis dengan Ketiga Skenario
4.3. Analisis untuk Tahap Pra-Proyek PLTN-Desalinasi 2010-2013 Aktivitas pra-proyek terdiri dari pembelian lahan dan perijinan, di mana kedua aktivitas proyek tersebut tidak secara langsung mempengaruhi ekonomi Madura sebesar Rp 114,1 milyar dari 2010-2013. Ringkasnya, kedua aktivitas ditransmisikan melalui konsumsi rumah tangga (Rp 94,3 milyar) dan pemerintah kabupaten (Rp 19,8 milyar) sebagai neraca eksogen seperti pada Tabel 2. Tabel 2 Pengaruh Aktivitas Pra-Proyek terhadap Konsumsi (Rumah Tangga danPemkab) dan Dampak Ekonomi dari Simulasi I-O Dinamis (Kumulatif)
Jadi, secara keseluruhan pada tahap pra-proyek selama 2010-2013 yaitu diperkirakan sebesar Rp 114,1 milyar yang berdampak secara tidak langsung terhadap ekonomi Madura, di mana dampak itu ditransmisikan melalui konsumsi rumah tangga dan pemerintah (lihat pada Tabel 2). Selanjutnya dampak terhadap ekonomi Madura sebagai akibat aktivitas pra-proyek adalah peningkatan keluaran, PDRB, dan penyerapan tenaga kerja yang masing-masing secara kumulatif sebesar Rp 146,4 milyar, sejumlah Rp 79,2 milyar, dan sebesar 7.428 orang. Lebih rinci, jika dilihat sektoral secara kumulatif selama 2010-2013 dampak ekonomi tidak langsung dari aktivitas ganti-rugi lahan dan perijinan yang ditransmisikan melalui
-382-
Majalah Ekonomi
Tahun XVII, No.3 Desember 2007 (Ekstra)
konsumsi rumah tangga dan pemerintah kabupaten, maka tambahan konsumsi terbesar adalah sektor 8 (perdagangan), kemudian diikuti oleh sektor 10 (jasa), sektor 3 (industri padat karya), dan sektor 4 (industri padat modal) seperti pada Tabel 3. Dampak tambahan konsumsi yaitu mendorong penambahan keluaran dengan urutan terbesar adalah sektor 4 (industri padat modal), sektor 8 (perdagangan), sektor 10 (jasa), dan sektor 3 (industri padat karya). Adapun urutan terbesar sektoral dari dampak tambahan konsumsi terhadap penambahan PDRB adalah sektor 8 (perdagangan), sektor 10 (jasa), sektor 1 (pertanian), dan sektor 3 (industri padat karya). Namun, agak mengejutkan bahwa perubahan konsumsi tersebut berdampak sangat kecil terhadap PDRB sektor 4 (industri padat modal). Hal ini mengindikasikan bahwa peranan sektor 4 relatif kecil dibanding sektor lainnya, karena hasil kumulatif simulasi I-O dinamis ini didasarkan pada koefisien pada Tabel I-O Madura 2000 yang mana industri padat modal yang ada sebagian besar masih berskala kecil. Tabel 3 Pengaruh Aktivitas Pra-Proyek terhadap Konsumsi (Rumah Tangga dan Pemkab) dan Dampak Ekonomi Sektoral dari Simulasi I-O Dinamis(Kumulatif)
Pada akhirnya dampak perubahan konsumsi kumulatif tersebut dapat dilihat dari penambahan lapangan kerja yang mampu diciptakan secara sektoral. Sektor 1 (pertanian) paling besar menyerap tenaga kerja dan disusul oleh sektor 3 (industri padat karya), sektor 8 (perdagangan), dan sektor 10 (jasa). 4.4. Analisis terhadap Pelaksanaan Pembangunan Proyek 2014-2017 Dampak langsung dari aktivitas pembangunan proyek PLTN-desalinasi di Madura dikaji selama periode 2014-2017, karena pada 2018 tersebut tidak ada partisipasi lokal dalam aktivitas proyek itu. Secara rinci aktivitas pada tahap pelaksanaan pembangunan proyek PLTN-desalinasi ini dapat dilihat pada Tabel 4. Pada hakikatnya tahap pembangunan proyek ini terdiri dari: pertama, persiapan lahan sebelum pembangunan; kedua, manufaktur dan pengadaan komponen utama; dan ketiga, konstruksi dan pelaksanaan
-383-
Majalah Ekonomi
Tahun XVII, No.3 Desember 2007 (Ekstra)
pembangunan; dan Keempat, komisioning. Dari keempat aktivitas itu yang berdampak terhadap ekonomi Madura yaitu aktivitas pertama dan kedua. Jadi, dampak pembangunan proyek ini yang berpengaruh pada ekonomi Madura ditransmisikan melalui investasi (neraca eksogen) sekitar Rp 231.37 milyar (lihat Tabel 4). Dengan demikian secara keseluruhan aktivitas proyek pada tahap pelaksanaan pembangunan selama periode 2014-2017 yaitu diperkirakan sekitar Rp 231.37 milyar yang berdampak secara langsung terhadap ekonomi Madura. Lebih jauh bahwa dampak tersebut ditransmisikan melalui investasi yang diproduksi oleh sektor 7 (bangunankonstruksi) seperti pada Tabel 4. Kemudian dampak tersebut terhadap ekonomi Madura sebagai akibat dari aktivitas pelaksanaan pembangunan proyek adalah peningkatan keluaran, PDRB, dan penyerapan tenaga kerja yang masing-masing secara kumulatif sebesar Rp 335,43 milyar, sekitar Rp159,29 milyar, dan sebesar 14.941 orang. Tabel 4 Pengaruh Aktivitas Proyek terhadap Investasi-Sektor Bangunan-Konstruksi dan Dampak Ekonomi dari Simulasi I-O Dinamis (Kumulatif)
Lebih rinci dampak langsung sektoral secara kumulatif selama 2010-2013 terhadap ekonomi di Madura dari aktivitas tahap pembangunan ditransmisikan melalui penambahan produksi sektor bagunan-konstruksi yang digunakan untuk investasi (lihat pada Tabel 5). Tabel 5 Pengaruh Aktivitas Proyek terhadap Investasi-Sektor Bangunan-Konstruksi dan Dampak Ekonomi Sektoral dari Simulasi I-O Dinamis (Kumulatif)
-384-
Majalah Ekonomi
Tahun XVII, No.3 Desember 2007 (Ekstra)
Secara sektoral peningkatan investasi mendorong peningkatan keluaran, di mana dampak terbesar berasal dari sektor itu sendiri. Setelah itu, sektor 2 (pertambangan-galian) menempati urutan kedua terbesar yang kemudian diikuti oleh sektor 4 (industri padat modal) dan sektor 3 (industri padat karya). Selanjutnya dampak perubahan investasi yang berasal dari produksi sektor 7 (bangunan-konstruksi) yaitu mendorong perkembangan PDRB pada sektor itu sendiri. Sektor 8 (perdagangan) menempati posisi kedua yang pada gilirannya diikuti oleh sektor 10 (jasa), dan sektor 1 (pertanian). 4.5. Analisis terhadap Pelaksanaan Pra-Operasi Proyek 2018 Berdasarkan jadwal pembangunan proyek PLTN-desalinasi tersebut, maka aktivitas proyek pada 2018 ini setelah tahap komisioning adalah operasi awal unit pertama PLTN dan unit desalinasi (penjernihan air laut). Jadi, diperkirakan nilai keluaran proyek ini (satu unit PLTN dan desalinasi) selama 9 bulan pada 2018 (lihat Tabel 6). Tabel 6 Perkiraan Produksi (Keluaran) dari Operasional Proyek dengan Satu Unit PLTN dan Desalinasi pada 2018
Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa tambahan keluaran baru dari operasi proyek pada tahap awal 2018 sekitar Rp 337,63 milyar (skenario pertama) dan sekitar Rp 398,08 milyar (skenario kedua). Langkah selanjutnya adalah menganalisis dampak penambahan keluaran/ produksi (output) baru dari operasional proyek tersebut terhadap ekonomi Madura 2018 melalui simulasi model I-O dinamis yang didasarkan pada Tabel I-O Madura 2013. Hasil simulasi model I-O dinamis ini secara rinci dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8. Sebagai catatan bahwa simulasi dinamis ini dibagi dalam dua skenario untuk menangkap perbedaan harga. Selain itu diasumsikan bahwa produksi listrik dan air dikurangi untuk pemakaian sendiri masing-masing sebesar 6,5% dan 2,5%.
-385-
Majalah Ekonomi
Tahun XVII, No.3 Desember 2007 (Ekstra)
Tabel 7 Pengaruh Langsung Tambahan Keluaran Proyek PLTN-Desalinasi dengan Skenario Pertama dari Hasil Simulasi I-O Dinamis 2018
Dengan penambahan keluaran baru sebesar Rp 337,63 milyar pada 2018 dari skenario pertama dalam model I-O dinamis, maka dapat menghasilkan tambahan keluaran, PDRB, dan penyerapan tenaga kerja masing-masing sebesar Rp 441,68 milyar, Rp 52,48 milyar, dan 4.544 orang (lihat Tabel 7). Tabel 8 Pengaruh Langsung Tambahan Keluaran Proyek PLTN-Desalinasi dengan Skenario Kedua dari Hasil Simulasi I-O Dinamis 2018
Dengan memberikan perlakuan perbedaan harga untuk skenario dua (lihat Tabel 8), maka terjadi penambahan produksi atau keluaran baru yang lebih besar yaitu sejumlah Rp 398,08 milyar sehingga meningkatkan keluaran ekonomi Madura sebesar Rp 519,71 milyar pada tahun 2018. Selain itu juga berdampak pada peningkatan PDRB dan tenaga kerja yaitu masing-masing sebesar Rp 58,78 milyar dan 5.313 orang. Perubahan yang mencolok untuk keluaran baru pada sektor 6 (air bersih) berdampak pada peningkatan yang tajam penambahan keluaran sektor itu dengan skenario kedua dibanding pertama akibat perbedaan harga air bersih. Lebih jauh, penambahan keluaran baru ini juga mempengaruhi perkembangan PDRB dan tenaga kerja sektoral, di mana penambahan itu secara sektoral relatif sama antara skenario kedua dan pertama.
-386-
Majalah Ekonomi
Tahun XVII, No.3 Desember 2007 (Ekstra)
5. SIMPULAN Dari uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal: Pertama, pada tahap pra-proyek (2010-2013) diperkirakan sebesar Rp 114,1 (US$ 10,69 juta) yang berdampak tidak langsung — transmisi melalui konsumsi rumah tangga dan pemerintah — terhadap keluaran ekonomi Madura, PDRB, dan tenaga kerja yaitu masing-masing sebesar Rp 146,39 milyar, sejumlah Rp 79,2 milyar, dan sebesar 7.428 orang. Kedua, pada tahap pelaksanaan pembangunan proyek (2014-2017) dengan aktivitas persiapan lahan sebelum pembangunan dan konstruksi dan pelaksanaan pembangunan yang berdampak langsung terhadap ekonomi Madura melalui investasi (neraca eksogen) atas hasil produksi sektor 7 (bangunan-konstruksi). Keseluruhan aktivitas proyek pada tahap ini (2014-2017) diperkirakan Rp 231,37 milyar (US$ 19,36 juta). Dampak tersebut secara kumulatif terhadap ekonomi Madura adalah peningkatan keluaran, PDRB, dan penyerapan tenaga kerja yang masing-masing sebesar Rp 335,43 milyar, Rp 159,29 milyar, dan 14.941 orang. Ketiga, pada tahap operasi awal proyek 2018 selama sembilan bulan dengan PLTN unit pertama (100 MWe) dan 2 unit desalinasi (20.000m3/hari) disimulasikan dalam model I-O dinamis (2 skenario perbedaan harga) dan diasumsikan bahwa produksi listrik dan air dikurangi untuk pemakaian sendiri masing-masing sebesar 6,5% dan 2,5%. Tambahan keluaran baru dari operasi tahap awal yaitu Rp 337,63 milyar (skenario pertama) dan sekitar Rp 398,08 milyar (skenario kedua). Penambahan keluaran baru dari skenario pertama menghasilkan tambahan keluaran, PDRB, dan penyerapan tenaga kerja masingmasing sebesar Rp 441,68 milyar, Rp 52,48 milyar, dan 4.544 orang. Hasil skenario kedua meningkatkan keluaran ekonomi Madura sebesar Rp 519,71 milyar pada 2018. Selain itu juga berdampak pada peningkatan PDRB dan tenaga kerja yaitu masingmasing Rp 58,78 milyar dan 5.313 orang.
DAFTAR KEPUSTAKAAN Achmadi, Tri; Bambang Eko Afiatno; dan Iwan Jaya Azis, 1995. Trade and Transport: Intermodal Transport Development for Promoting Export from Java. Jakarta: PAU-Ek-UI, FE-Unair, dan Lemlit ITS. Azis, Iwan Jaya dan Ari Kuncoro, 2000. “From a Standard Approach to an Economywide Model of Total Factor Productivity”, makalah disampaikan dalam Kuala Lumpur Conference on Productivity, Kuala Lumpur, September. Dara, S.S., 2002. A Textbook of Environmental Chemistry and Pollution Control, Fifth Edition. New Delhi: S. Chand.
-387-
Majalah Ekonomi
Tahun XVII, No.3 Desember 2007 (Ekstra)
Lahr, Michael L., 1998. “A Strategy for Producing Hybrid Regional Input-Output Tables”, The 12th International Conference on Input-Output Techniques, New York, 18-22 May. Leontief, Wassily W., 1986. Input Output Economics, Second Edition. Oxford, UK: Oxford University Press. McDougall, Robert A., 1999. “Entropy Theory and RAS Are Friends”, 2nd Annual Conference on Global Economic Analysis, May, GTAP-Global Trade Analysis Project, Purdue University, West Lafayette. Miller, E. Ronald dan Peter D. Blair, 1985. Input-Output Analysis: Foundation and Extensions. New Jersey: Prentice Hall. Nagata, Yutaka, 1997. “The US/ Japan Comparison of Energy Intensity: Estimating Real Gap”, Energy Policy, Vol. 25, hlm. 683-691. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), 1988. “Tabel Input-Output dan Analisis: Studi dalam Metode, Seri F, No.14, Rev.1”, terjemahan Soeheba Kramadibrata dan Sri-Edi Swasono, United Nations, Input-Output Tables and Analysis: Studies in Methods, Series F, No.14, Rev.1, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI Press). Postel, Sandra, 1992. “Kekurangan Air yang Timbul”, dalam Lester R. Brown (Ed.), Tantangan Masalah Lingkungan Hidup. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Ro, Jaebong, 2002. “Infrastructure Development in Korea”, The PEO (Pacific Economic Outlook) Structure Specialists Meeting Infrastructure Development in the Pacific Region, September 23-24, PECC (Pacific Economic Cooperation Committee), Osaka. Rumiati, Tuti; Tri Achmadi; dan Bambang Eko Afiatno, 2000. Identifikasi Kawasan dan Potensi Daerah Tertinggal di Wilayah Kepulaun di Jawa Timur: PraPerencanaan Pembangunan Wilayah. Surabaya: Lemlit-ITS (CRD/ UP3D) dan Bappeda Jawa Timur. Slesser, Malcolm, 1978. Energy in the Economy. London: The Macmillan Press Ltd.. Toh, Mun-Heng, 1998. “Projecting The Leontief Inverse Directly by The RAS Method”, The 12th International Conference on Input-Output Techniques, New York, 1822 May. Young, Hugh D. dan Roger A. Freedman, 2000. University Physics, Tenth Edition. New York: Addison Wesley Longman Inc.
-388-