ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI ASEAN
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI DEPARTEMEN ILMU EKONOMI PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
DIAJUKAN OLEH GALIH ADI PRASETYO NIM: 041111048
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Segala puji bagi Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Telekomunikasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN”. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah bagi junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah mengajarkan kebenaran dan tatanan hidup yang islami rahmatan lil’alamin. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Departemen Ekonomi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung atas dukungan, doa, saran, nasehat, semangat, dan bimbingan yang telah diberikan selama ini, khususnya kepada: 1. Orang Tua penulis, Ibu dan Bapak tercinta yang telah tulus ikhlas memberikan kasih sayang serta doanya yang tak bisa terbalaskan. Terima kasih atas pengertian dan kesabaran dalam menyertai dan mendidik penulis sehingga dapat melalui segala perjuangan dengan lapang dan tanpa hambatan yang berarti. Terima kasih juga untuk kakak penulis, Joko Agus Pristianto dan Yogi Dwi Setiawan, serta kakak ipar penulis, Yuni
vi SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Indrianawati dan Andre. Tak lupa keponakan kecil penulis yang lucu, El, yang selalu mendukung dan menyemangati dengan caranya masing-masing. 2. Dra. Ec. Dyah Wulan Sari, M.Ec.Dev., Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah rela meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk penulis. Dengan penuh rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas semua doa, bimbingan, nasehat, kesabaran, dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis serta segala bentuk dorongan bagi penulis. 3. Prof. Dr.Hj. Dian Agustia, SE.,M.Si.,Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga. 4. Dr. Muryani, SE.,M.Si, MEMD selaku Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga. 5. Rossanto Dwi Handoyo, SE., Msi., Ph.D selaku Sekretaris Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga. 6. Bapak Ibu dosen perencanaan yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya di bidang infrastruktur yang menambah wawasan penulis 7. Dosen dan Staff MKWU yang turut mendoakan dan membimbing serta memberikan motivasi bagi penulis untuk segera merampungkan skripsi. 8. Mbak Nuning dan Mas Irvan, Mas Agung Staff perpustakaan kampus B dan kampus C, Staff ruang baca FEB, yang telah membantu selama proses pembelajaran di FEB UNAIR.
vii SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9. Sahabat-sahabat surga Kabinet Akik AUBMO (Kuta, Rico, Nuri, Yayan, Dimas, Bulan, Esty, Shilfi, Mirna, dan Susi) yang selalu ada bagi penulis dalam suka maupun duka, dalam tangis maupun tawa. 10. Sahabat-sahabat EP 2011 11. Kakak-kakak angkatan 2010, teman-teman HIMA, terimakasih atas kebersamaan dan persaudaraan selama menjalani jenjang kuliah ini. 12. Adik-adik EP angkatan 2012-2015 semoga sukses membesarkan nama EP. 13. Keluarga besar AUBMO-Bidikmisi Universitas Airlangga. 14. Berbagai pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebut satu persatu karena begitu banyaknya. Semoga Allah membalas kebaikan kita semua. Amin. Akhirnya, Jazakumullahu khairun katsiirah Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan yang tidak sengaja. Kritik dan saran demi penyempurnaan penulisan skripsi ini sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini berguna untuk menambah pengetahuan pembaca.
Suarabaya, 15 Juli 2016 Penulis
Galih Adi Prasetyo
viii SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA
PROGRAM STUDI DAFTAR No.
: Ekonomi Pembangunan :
ABSTRAK SKRIPSI SARJANA EKONOMI
NAMA NIM TAHUN PENYUSUNAN
: GALIH ADI PRASETYO : 041111048 : 2016
JUDUL: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI ASEAN ISI: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembangunan infrastruktur telekomunikasi terhadap pertumbuhan ekonomi di ASEAN. Generalized Method of Moment (GMM) digunakan untuk menguji bagaimana pengaruh pembangunan infrastruktur telekomunikasi terhadap pertumbuhan ekonomi di ASEAN. Penelitian ini menggunakan data panel dinamis dari 10 negara ASEAN pada periode tahun 2000-2013. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah GDP growth, development telecommunication infrastructure index, foreign direct investment, trade openness, dan urbanization rate. Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak STATA 13.0 menunjukkan penggunaan sys-GMM lebih baik daripada diff-GMM. Hasil dari penelitian ini menunjukkan pembangunan infrastruktur telekomunikasi secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi namun memiliki hubungan yang negatif. Berdasarkan pandangan demand following hypothesis (DFH) pertumbuhan ekonomi menyebabkan terjadinya pembangunan infrastruktur telekomunikasi. Dampak dari pembangunan infrastruktur telekomunikasi ini hanya muncul melalui produk atau outcome dari pertumbuhan ekonomi. Pembangunan infrastruktur telekomunikasi dianggap sebagai dampak dari pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat.
Kata kunci : telekomunikasi, infrastruktur, panel dinamis, sys-GMM
ix SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMENT OF NATIONAL EDUCATION FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS AIRLANGGA UNIVERSITY
STUDY LIST Number
: DEVELOPMENT ECONOMICS : ............................
ABTRACT DEVELOPMENT ECONOMIC BACHELOR THESIS
NAME NIM COMPOSING YEAR
: GALIH ADI PRASETYO : 041111048 : 2016
TITLE : EFFECT OF TELECOMMUNICATIONS INFRASTRUCTURE DEVELOPMENT ON ECONOMIC GROWTH IN ASEAN CONTENT : This study aims to determine the effect of the development of telecommunications infrastructure to economic growth in ASEAN. Generalized Method of Moment (GMM) is used to test how telecommunication infrastructure development to economic growth in ASEAN. This study uses a dynamic panel data from 10 ASEAN countries in the period 2000-2013. Variables used in this research is the GDP growth, the development of telecommunication infrastructure index, foreign direct investment, trade openness, and urbanization rate. Tests were performed using STATA 13.0 software shows the use sys-GMM better than diff-GMM. The results of this study indicate the development of telecommunications infrastructure significantly affect economic growth but had negative relationships. Based on the theory of demand following hypothesis (DFH) economic growth leads to the development of telecommunications infrastructure. The impact of telecommunications infrastructure development is only emerge through the product or outcome of economic growth. Telecommunications infrastructure development is considered as the impact of economic growth continues to increase.
Keywords : telecommunication, infrastructure, dynamic panel, sys-GMM
x SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI HALAMAN JDUDUL ........................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................iii PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI .....................................................iv DECLARATION ..................................................................................................v KATA PENGANATAR .....................................................................................vi ABSTRAK ..........................................................................................................ix ABSTRACT ..........................................................................................................x DAFTAR ISI .......................................................................................................xi DAFTAR TABEL ...............................................................................................xiii DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiv DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvv BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................13 1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................13 1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................13 1.5 Sistematika Skripsi ..................................................................................14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................16 2.1 Landasan Teori ........................................................................................16 2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi ...................................................................16 2.1.2 Infrastruktur Telekomunikasi dan Pertumbuhan Ekonomi ............20 2.1.3 Foreign Direct Investment dan Pertumbuhan Ekonomi .................34 2.1.4 Urbanisasi dan Pertumbuhan Ekonomi ..........................................36 2.1.5 Trade Openness dan Pertumbuhan Ekonomi .................................38 2.2 Penelitian Terdahulu ...............................................................................39 2.3 Hipotesis dan Model Analisis .................................................................44 2.4 Kerangka Berpikir ...................................................................................47 BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................48 3.1 Pendekatan Penelitian .............................................................................48 3.2 Identifikasi Variabel ................................................................................48 3.3 Definisi Operasional Variabel .................................................................49 3.4 Jenis dan Sumber Data ............................................................................52 3.5 Prosedur Pengumpulan Data ...................................................................54 3.6 Teknik Analisis .......................................................................................54 3.6.1 Generalized Method of Moment .................................................54 3.6.1.1 First Difference Generalized Method Of Moment ...........57 3.6.1.2 System Generalized Method Of Moment .........................64 3.6.2 Sargan Test Of Overidentifying Restrictions...............................65 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................67 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................67
xi SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.2 4.3 4.4 4.5
4.1.1 Ekonomi ASEAN ...........................................................................67 4.1.2 Investasi Asing di ASEAN .............................................................69 4.1.3 Perdagangan di ASEAN .................................................................71 4.1.2 Pembangunan Infrastruktur Telekomunikasi di ASEAN ...............76 Hasil Analisis dan Pembuktian Hipotesis ...............................................81 Pembuktian Hipotesis ..............................................................................85 Pembahasan .............................................................................................86 Keterbatasan Penelitian ...........................................................................90
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................92 5.1 Simpulan..................................................................................................92 5.2 Saran ........................................................................................................93 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................95 LAMPIRAN .......................................................................................................100
xii SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Indeks Kompetitif Bidang Infrastruktur Negara – Negara ASEAN Tahun 2014 ...................................................................................................... 4 Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya ......................................................................... 43 Tabel 3.1 Variabel dalam model GMM................................................................ 49 Tabel 3.2 Sumber Data ......................................................................................... 53 Tabel 4.1 Lokasi Perusahaan Terkemuka Dunia .................................................. 74 Tabel 4.2 Logistic Performance Indeks (2015) .................................................... 76 Tabel 4.3 Kondisi Infrastruktur Telekomunikasi dan Jaringan Broadband ASEAN .............................................................................................................. 80 Tabel 4.4 Hasil Regresi diff-GMM dan sys-GMM dengan STATA 13.0 ............ 82
xiii SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Perbandingan Infrastruktur Telekomunikasi di Negara ASEAN .... 8 Gambar 2.1 Implikasi Model Solow .................................................................... 19 Gambar 2.2 Pembangunan Infrastruktur Telekomunikasi Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi .................................................................... 30 Gambar 2.3 Pertumbuhan Ekonomi Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi ..... 33 Gambar 2.4 Efek Positif dari FDI Terhadap Pertumbuhan Ekonomi .................. 35 Gambar 2.5 Kerangka Berpikir............................................................................ 47 Gambar 4.1 Pertumbuhan GDP ASEAN ............................................................. 67 Gambar 4.2 Prosentase Populasi Urban di ASEAN ............................................ 69 Gambar 4.3 Pertumbuhan FDI di ASEAN .......................................................... 70 Gambar 4.4 Top 10 Partner Dagang ASEAN ...................................................... 72 Gambar 4.5 GDP Per Kapita Negara Anggota ASEAN ...................................... 73 Gambar 4.6 Competitiveness Indeks ASEAN ..................................................... 75 Gambar 4.7 Tren Indeks Pembangunan Infrastruktur Telekomunikasi............... 77 Gambar 4.8 Perkembangan Jumlah Pengguna Telepon Kabel per 100 Penduduk ......................................................................................................... 78 Gambar 4.9 Perkembangan Jumlah Pengguna Telepon Kabel per 100 Penduduk ......................................................................................................... 79
xiv SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil Uji difference-GMM dengan STATA 13.0 ..........................100 Lampiran 2 Hasil Uji system-GMM dengan STATA 13.0 ...............................101 Lampiran 3 Data ................................................................................................102
xv SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu wilayah pada dasarnya tidak akan bisa lepas dari sistem infrastruktur yang merupakan sebuah sistem pengungkit perekonomian. Hal ini terjadi karena sifat infrastruktur yang memiliki efek langsung dalam perekonomian. Infrastruktur sendiri bisa dikatakan sebagai aset fisik yang dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi dan menurunkan biaya atas kegiatan ekonomi yang terjadi. Secara lebih jauh sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitasfasilitas atau struktur–struktur dasar, peralatan–peralatan, instalasi–instalasi yang dibangun dan dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat Grigg (2000). Menurut Stone (1974) infrastruktur adalah sebagai fasilitas– fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen–agen publik untuk fungsi–fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan–pelayanan similar untuk memfasilitasi tujuan–tujuan ekonomi dan sosial. Pembangunan perekonomian yang merata sangat penting mengingat efisien atau tidaknya sebuah perekonomian juga dipengaruhi oleh infrastruktur. Hal ini menjadi penting karena infrastruktur menentukan sebuah lokasi dari kegiatan ekonomi dan jenis kegiatan atau sektor apa saja yang bisa dilakukan dalam wilayah tersebut. Infrastruktur yang berkembang dengan baik akan mengurangi efek jarak antar daerah, mengintegrasikan pasar secara luas dan menghubungkan wilayah
1 SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2
antar negara yang memiliki harga input yang rendah. Selain itu ketersediaan dan kualitas infrastruktur secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kesenjangan pendapatan di berbagai wilayah tersebut. Jaringan infrastruktur yang terbentuk akan memudahkan terjadinya pendistribusian hasil aktivitas ekonomi yang kompetitif di pasar. Kim (2006) mengatakan bahwa infrastruktur sebagai social overhead capital. Hal ini karena infrastruktur dianggap sebagai sarana dasar yang memberikan dampak bagi masyarakat dalam aktivitas produksi. Social overhead capital berkontribusi untuk meningkatkan kualitas dari produktivitas, membantu memberikan kesadaran akan potensi sumber daya manusia, dan menciptakan situasi yang kondusif agar potensi tersebut dapat dimanfaatkan. Supply chain yang terbentuk dari infrastruktur akan memberikan pulling effect terhadap perekonomian dan menjadi katalisator di antara proses produksi, pasar, dan konsumsi akhir. Sehingga infrastruktur menjadi backbone economic untuk mendukung arus logistik dalam kegiatan ekonomi. Foreign direct investmenet atau investasi asing langsung sering kali menjadikan kualitas dan ketersediaan infrastruktur sebagai syarat untuk mau berinvestasi di sebuah wilayah. Bagi para investor ketersediaan infrastruktur yang baik akan meningkatkan efisiensi dalam kegiatan ekonomi yang dilakukan. Strategis atau tidaknya suatu wilayah untuk berinvestasi juga ditentukan oleh ketersediaan infrastrukturnya. Disisi lain foreign direct invesment akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan industri baru, mempengaruhi PDB melalui aktivitas ekspor, dan juga menyediakan lapangan
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
3
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
kerja. Beberapa infrastruktur dasar yang sering kali menjadi pertimbangan investasi adalah tersedianya infrastruktur jalan, energi dan juga telekomunikasi. Ketersediaan infrastruktur dalam suatu wilayah juga menjadikan adanya proses demografi yang terjadi yaitu urbanisasi. Perpindahan penduduk dari wilayah rural ke wilayah urban ini terjadi sebagai dampak atas terjadinya ketimpangan pembangunan di wilayah rural dan urban. Perkotaan yang sejatinya memiliki pembangunan yang lebih baik dipandang sebagai tempat yang menjanjikan untuk tersedinya lapangan kerja dan infrastruktur yang lebih memadai seperti teknologi telekomunikasi yang lebih maju, sarana kesehatan dan pendidikan yang lebih mumpuni. Sektor perdagangan yang bisa dikatakan sebagai core kegiatan ekonomi sama halnya dengan yang lain juga menuntut adanya infrastruktur yang memadai. Infrastruktur merupakan business enabler bagi perekonomian demikian pula bagi perdagangan yang akan membutuhkan infrastruktur untuk meningkatkan daya saingnya. Semakin baik infrastruktur yang dimiliki maka suatu wilayah akan mampu menjadi pusat perdagangan bagi wilayah lain yang belum memiliki kualitas infrastruktur yang sama. Infrastruktur ini bukan hanya dari segi infrastruktur transportasi saja, tetapi juga meliputi infrastruktur telekomunikasi dan energi. Kualitas infrastruktur dalam sebuah negara menjadi penting mengingat efektivitas pendistribusian output ekonomi tergantung dari ketersediaan infrastruktur tersebut. Berdasarkan data dari The Global Competitiveness Index (2014), peringkat infrastruktur dari negara – negara ASEAN (Association of South East Asia Nations) terjadi sebuah gap yang cukup signifikan seperti yang di
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4
tunjukkan pada Tabel 1.1 halaman 5. Tentu kondisi ini menjadi sebuah kendala yang cukup serius mengingat ASEAN merupakan sebuah kawasan yang menjadi kawasan ekonomi yang cukup potensial di dunia. ASEAN merupakan bagian penting dari pacific rim dimana banyak para peneliti mengatakan kawasan pacific rim memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Aktivitas perdagangan di kawasan ini akan menjadi pusat perdagangan dunia.
Dengan demikian para peneliti
menyebut abad 20 sebagai abad atlantic dan abad 21 sebagai abad pacific. Peluang yang besar ini tentu menjadi modal untuk meningkatkan kesejahteraan negaranegara ASEAN. Berdasarkan kesamaan tujuan dan kepentingan maka hal ini menjadi sebuah acuan dasar untuk mewujudkan pemerataan pembangunan infrastruktur di kawasan ASEAN. Terbentuknya Kawasan ASEAN dalam bingkai ASEAN
Economic Community
(AEC)
sendiri
merupakan upaya
untuk
memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi melalui program yang telah berjalan maupun program-program baru. AEC merupakan bentuk integrasi kawasan ekonomi ASEAN yang bertujuan untuk menghilangkan dan atau meminimalisir hambatan–hambatan dalam melakukan kegiatan ekonomi lintas kawasan. AEC memuat empat pilar sebagai bukti untuk menghapuskan hambatan ekonomi lintas kawasan. Pilar pertama, ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional (single market and production base) dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas. Pilar kedua, ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi (competitive economic region), dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
5
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan, dan e-commerce. Pilar ketiga, ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata (equitable economic development) dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara Cambodia, Myanmar, Laos, dan Vietnam (CMLV). Pilar keempat, ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global (integration into the global economy) dengan elemen pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global. Tabel 1.1 Peringkat Infrastruktur Negara – Negara ASEAN Pada The Global Competitiveness Index Tahun 2014 No
Negara
Skor
Peringkat
0*
0*
1
Brunei Darussalam
2
Singapura
6,54
2
3
Malaysia
5,46
25
4
Thailand
4,58
48
5
Indonesia
4,37
56
6
Vietnam
3,74
81
7
Filipina
3,49
91
8
Laos
3,38
94
9
Kamboja
3,05
107
10
Myanmar
2,05
137
Sumber: Schwab, K (2014) Keterangan: (*) Data belum diterbitkan Perkembangan infrastruktur sebagai pengungkit ekonomi ini tidak terlepas dari perkembangan teknologi yang terus memberikan solusi untuk mendapatkan
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
rumusan yang paling efisien dalam kegiatan ekonomi. Koordinasi dalam pengembangan infrastruktur perekonomian juga dituntut untuk merespon keinginan pasar yang lebih cepat. Economic linkage yang terwujud intra negara ASEAN maupun secara global haruslah memiliki fondasi infrastruktur yang kuat. Informasi sebagai sebuah komoditas ekonomi yang memiliki nilai, kini menjadi bagian yang penting dalam sebuah ekonomi. Sehingga dibutuhkan infrastruktur telekomunikasi yang memadai untuk mendistribusikan informasi tersebut dan memiliki nilai dalam perekonomian. Perkembangan ekonomi global ini menuntut terjadinya transisi dari masyarakat industri menuju masyarakat informasi. Menurut Naisbitt dan Aburdene (1990) menyimpulkan ada lima mega-trends yang terjadi dalam masa transisi masyarakat industri ke masyarakat informasi yaitu perubahan pada lingkup sosial yang luas, ekonomi, politik, dan perubahan teknologi. Seiring terjadinya transisi ini maka struktur ekonomi pun secara struktural juga akan mengikuti perubahan yang terjadi.
Masuda
(1980:104)
menambahkan
pada
masyarakat
informasi,
perkembangan pada batasan pengetahuan akan mengakibatkan terciptanya pasar informasi. Menurut Birchler and Butler (2007:16), ada beberapa hal yang membedakan informasi jika dibandingkan dengan barang ekonomi yang lain adalah bisa dijual tanpa diberikan (dalam bentuk fisik), murah untuk diproduksi kembali, tidak serta merta secara aktif dilepas dipasar, tidak dapat terdeteksi oleh orang lain, sering tidak bisa dicegah penyebarannya, tidak memiliki nilai sebelum diketahui, bisa jadi merupakan fakta atau bahkan informasi penting tentang orang lain. Kebutuhan akan
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7
informasi dan sekaligus menjadi komoditas ekonomi ini akan membawa perekonomian pada tingkat yang lebih efisien. Dukungan infrastruktur telekomunikasi yang bagus akan memberikan kemampuan sebuah perekonomian untuk lebih efisien dalam mengorganisasi kegiatan ekonomi. Transformasi digital melalui peningkatan telekomunikasi ini setidaknya akan membawa beberapa perubahan penting. Pertama akan memperluas jangkauan informasi. Akses masyarakat yang lebih terbuka terhadap informasi akan membawa dampak terhadap perubahan yang terjadi. Baik itu dalam hal ekonomi ataupun perihal yang lain. Kedua, biaya informasi yang rendah akan membawa perekonomian ke arah yang lebih kompetitif. Terlebih lagi bagi para produsen akan mampu lebih mudah dalam aktivitasnya sehingga waktu dan koordinasi mereka menjadi lebih mudah. Bukan hanya itu saja bagi penyelenggara pemerintahan akan lebih mudah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Ketiga, akan tercipta barang informasi. Era informasi memberikan ruang lingkup yang sangat besar untuk mengorganisasikan segala kegiatan melalui cara baru, inovatif, instan, transparan, akurat, tepat waktu, lebih baik, memberikan kenyamanan yang lebih dalam mengelola dan menikmati kehidupan (Pakkana, 2010). Hambatan-hambatan perekonomian seperti biaya dalam distribusi akan bisa di minimalisir dengan kemajuan transportasi informasi yang didukung oleh infrastruktur telekomunikasi. Infrastruktur telekomunikasi merupakan infrastruktur yang paling cepat dibangun jika
SKRIPSI
dibandingkan
dengan
infrastruktur
lain.
Implementasi
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
infrastruktur
GALIH ADI PRASETYO
8
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
telekomunikasi yang lebih singkat ini menjadikan infrastruktur telekomunikasi sebagai infrastruktur yang efisien dalam mendukung kegiatan ekonomi. Fixed Line
Mobile Phone
Internet User
M Y A N M A R 1,2 1 K A M B O J A 2,8
133,9
L A O S 10,4 F I L I P I N A 3,2
68,1
12,5
104,5
37
V I E T N A M 10,1
130,9
I N D O N E S I A 12,3
125,4
THAILAND
9
43,9 15,8
140,1
M A L A Y S I A 15,3 SINGAPURA
6
144,7
36,3
B R U N E I D A R U S S A L A M 13,6
28,9 67 155,9
112,2
73 64,5
Sumber: World Development Indicator (2015) Gambar 1.1 Perbandingan Infrastruktur Telekomunikasi di Negara ASEAN Kegiatan ekonomi yang terkoneksi secara global membuat tiap–tiap negara terus
meningkatkan
infrastruktur
telekomunikasinya.
Peningkatan
dan
pembangunan infrastruktur telekomunikasi ini juga dilakukan dalam bentuk kerjasama dalam sebuah kawasan. Pembangunan infrastruktur telekomunikasi dalam sebuah kawasan ekonomi akan menghapuskan jarak dan hambatan– hambatan fisik. Terjadinya kesenjangan digital antar negara dalam sebuah kawasan membuat koordinasi perekonomian ataupun aktivitas ekonomi lainnya menjadi kurang efisien dan kurang maksimal, akibatnya daya saing negara-negara tersebut menjadi rendah dan selanjutnya berdampak kepada perekonomian. Gambar 1.1 menunjukkan kualitas infrastruktur telekomunikasi di negara-negara ASEAN.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
9
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Setidaknya ada empat pintu utama infrastruktur telekomunikasi bisa berkontribusi terhadap perekonomian dan perkembangan sosial. Pertama adalah retensi bisnis dimana infrastruktur mampu membentuk struktur konsumen yang luas karena jangkauan infrastruktur telekomunikasi yang luas pula. Kedua adalah diversifikasi ekonomi dimana infrastruktur telekomunikasi mampu memunculkan industri turunan. Ketiga adalah peningkatan kualitas hidup, hal ini muncul dari akses informasi dan penyebaran informasi yang lebih luas bagi masyarakat. Sehingga masyarakat mampu mengakses atau mendapatkan informasi yang mendukung peningkatan kualitas hidup. Keempat adalah meningkatkan daya saing bisnis dimana persaingan bisnis saat ini bukan hanya melalui offline marketing tetapi juga online marketing yang mendukung persaingan bisnis. Keleluasaan dan pertukaran informasi yang lebih cepat juga akan membantu dunia bisnis dalam mendapatkan target pasar yang sesuai dengan produk atau jasa yang dihasilkan. Sebuah kawasan ekonomi yang kuat tentu perlu didukung oleh infrastruktur telekomunikasi yang maju dan menjadi kebutuhan primer demi menjaga kokohnya kolaborasi dan integrasi. Akan tetapi kondisi dimana infrastruktur telekomunikasi menjadi kebutuhan primer tidak berlaku di semua kawasan ekonomi di dunia. ASEAN merupakan salah satu kawasan ekonomi yang strategis di wilayah Asia Timur dan Pasifik. Kebutuhan akan lalu lintas informasi dan komunikasi tentunya menjadi kebutuhan dasar akan hal ini. Selain itu bentuk geografis ASEAN dimana beberapa negara merupakan negara kepulauan akan sangat terbantu dengan adanya infrastruktur telekomunikasi yang baik. Menyadari akan kebutuhan ini ASEAN melalui
SKRIPSI
ASEAN
Telecommunications
and
IT
Ministers
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
(TELMIN)
GALIH ADI PRASETYO
10
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
mendeklarasikan sebuah aksi untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Aspek kebutuhan teknologi dari ASEAN ini diwujudkan melalui eASEAN. Dalam e-ASEAN ini ada empat objektif yang dijadikan sebagai fokus atas penguatan infrastruktur telekomunikasi di kawasan ASEAN, yaitu (a) untuk mengembangkan, memperkuat dan meningkatkan daya saing sektor teknologi informasi dan komunikasi; (b) mengurangi kesenjangan digital di dalam dan di antara negara-negara anggota ASEAN; (c) meningkatkan kerjasama antara sektor publik dan swasta; (d) mengembangkan infrastruktur informasi ASEAN. Blueprint masterplan on ASEAN connectivity memasukkan telekomunikasi ke dalam 6 strategi kunci untuk meningkatkan konektivitas fisik. Akselerasi pembangunan infrastruktur dan layanan ICT (Information, Communication, and Technology) kepada tiap–tiap negara anggota merupakan bentuk strategi AEC. Penerapan infrastruktur telekomunikasi yang merata akan berperan sebagai business–enabler dalam rangka mengatasi tantangan–tantangan infrastruktur yang memegang kunci ekonomi. Beberapa peneliti masih memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai pengaruh pembangunan infrastruktur telekomunikasi dengan pembangunan ekonomi. Perbedaan pandangan ini muncul karena dari hasil riset yang telah dilakukan ada berbagai keadaan yang membuat munculnya proses yang mempengaruhi
pertumbuhan
telekomunikasi.
Melalui
ekonomi
pandangan
dan
pembangunan
supply–leading
infrastruktur
hyphoteshis
(SLH)
menunjukkan bahwa telekomunikasi merupakan infrastruktur kebutuhan prasyarat untuk pertumbuhan ekonomi. Dutta (2001), Chakraborty & Nandi (2011), dan
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11
Cieślik & Kaniewska (2004) mempertahankan pendapatnya bahwa infrastruktur telekomunikasi menyebabkan pertumbuhan ekonomi secara langsung melalui infrastruktur lain, faktor produksi, dan dengan demikian meningkatkan ekonomi. Pandangan demand–following hyphothesis (DFH), menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi menyebabkan terjadinya pembangunan infrastruktur telekomunikasi. Beil & Jackson (2005), Shiu & Lam (2008), Lee, et al (2012), dan Pradhan, R. P., Bele, S., & Pandey, S. (2013) menyatakan bahwa infrastruktur telekomunikasi hanya berperan kecil dalam perekonomian. Dampak dari pembangunan infrastruktur telekomunikasi ini hanya muncul melalui produk atau outcome dari pertumbuhan ekonomi. Pembangunan infrastruktur telekomunikasi merupakan dampak yang muncul dari pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat. Pandangan feedback hypothesis (FBH) menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur telekomunikasi mampu menjadi pelengkap sekaligus memperkuat satu sama lain. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur telekomunikasi saling mempengaruhi. Chakraborty (2009), Zahra, et al (2008), dan Cronin, et al (1993) menyatakan adanya proses yang terjadi di mana infrastruktur telekomunikasi sangat diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi membutuhkan sebuah infrastruktur telekomunikasi yang kuat dalam ekonomi. Pandangan yang terakhir yaitu tidak adanya proses yang mempengaruhi antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur telekomunikasi atau disebut non leading hyphotesis (NLH). Hipotesis ini menyatakan tidak ada proses yang terjadi dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12
telekomunikasi. Perbedaan hasil penelitian yang muncul dalam keempat pandangan ini tak ubahnya karena ada sebuah hubungan dinamis antara infrastruktur telekomunikasi, pertumbuhan ekonomi, dan beberapa faktor ekonomi lain. Hubungan yang dinamis tidak bisa diukur dengan cara sederhana. Jika hal ini dipaksakan tentu akan menghasilkan estimasi yang bias. ASEAN sebagai negara kawasan dengan mayoritas negara sedang berkembang tentu membutuhkan pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan perekonomian di kawasan tersebut. Akan tetapi tipe dari infrastruktur telekomunikasi yang memiliki sifat dinamis ini tentu akan memberikan gambaran yang berbeda terhadap perekonomian di kawasan ASEAN. Beberapa penelitian yang menganalisis bagaimana pengaruh pembangunan infrastruktur telekomunikasi terhadap pertumbuhan ekonomi pernah dilakukan oleh Pradhan dkk (2014). Pradhan dkk (2014) menganalisis bagaimana pengaruh pembangunan infrastruktur telekomunikasi terhadap pertumbuhan ekonomi di 20 negara anggota G-20 dengan menggunakan pendekatan P-VAR. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa
pada
negara
G-20
pembangunan
infrastruktur
telekomunikasi dan pertumbuhan ekonomi saling mempengaruhi. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini akan menganalisis bagaimana pengaruh pembangunan infrastruktur telekomunikasi terhadap pertumbuhan ekonomi di ASEAN. Penelitian ini menggunakan metode GMM untuk melihat hasil yang lebih konsisten dan tidak bias karena melibatkan lag dari variabel endogen yang belum dilakukan pada penelitian sebelumnya. Penelitian ini akan
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
13
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
menggunakan beberapa vairabel pertumbuhan ekonomi modern yaitu: a. foreign direct invesment; b. urbanization rate, c. trade openness.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah pembangunan infrastruktur telekomunikasi, foreign direct invesment; urbanization rate, dan trade openess berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di ASEAN?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis dan membuktikan apakah pembangunan infrastruktur telekomunikasi, foreign direct invesment; urbanization rate, dan trade openess berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di ASEAN.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi ini antara lain : 1. Menambah pengetahuan tentang infrastruktur telekomunikasi dan perannya bagi perekonomian. 2. Bahan pertimbangan bagi para investor maupun pelaku bisnis di bidang telekomunikasi untuk berinvestasi di negara-negara kawasan ASEAN yang memiliki pangsa pasar yang besar.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
3. Pertimbangan bagi pemerintah terkait maupun bagi organisasi ASEAN untuk menetapkan rencana pembangunan infrastruktur telekomunikasi dengan mempertimbangkan berbagai aspek baik sosial, ekonomi, maupun budaya. 4. Bahan pertimbangan untuk menunjang dalam mengambil kebijakan terkait infrastruktur telekomunikasi dan rujukan bagi penelitian– penelitian selanjutnya.
1.5
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam skripsi ini dibagi ke dalam lima bab di mana
masing–masing bab berkaitan satu sama lain dengan pembahasan yang akan di ulas dalam skripsi ini. Secara garis besar, kerangka pembahasan dari masing – masing bab adalah sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang latar belakang permasalahan yang akan di jawab dalam skripsi ini, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan skripsi.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi mengenai teori – teori yang melandasi model penelitian dan sesuai dengan permasalahan yang diangkat. Landasan teori ini diperoleh dari literatur yang berkaitan dengan topik pembahasan yang dapat dijadikan sebagai
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
dasar pedoman penelitian ini. Selanjutnya tinjauan pustaka merupakan tinjauan penulis terhadap penelitian sebelumnya dan menjelaskan letak persamaan dan perbedaan dari penelitian sebelumnya dan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Bagian akhir pada bab ini adalah hipotesis dan model analisis serta kerangka berpikir.
BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitian. Adapun bagian dari metode penulisan adalah pendekatan penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional, jenis dan sumber data, prosedur pengumpulan data dan teknik analisis. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini merupakan inti dari penelitian yang dilakukan oleh penulis. Hasil analisis yang dilakukan akan dijabarkan oleh penulis dalam bab ini. Hasil yang akan disampaikan merupakan hasil olah data yang telah dilakukan oleh penulis. Bab ini terdiri dari beberapa bagian yaitu gambaran umum dari proyek penelitian, hasil pengujian, pengujian hipotesis, dan pembahasan.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bagian akhir dari skripsi di mana bab ini berisi tentang kesimpulan dari pembahasan dan saran–saran yang perlu berkenaan dengan pembahasan skripsi.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator dalam sistem perekonomian yang menunjukkan bagaimana perubahan suatu negara dari sudut pandang ekonomi. Terkadang pertumbuhan ekonomi juga menunjukkan bagaimana indikator–indikator lain seperti kesehatan, kemiskinan, dan pendidikan juga ikut di dalamnya. Adanya peningkatan dari pertumbuhan ekonomi sendiri merupakan indikator keberhasilan suatu negara dalam melaksanakan pembangunan ekonomi. Secara umum pertumbuhan ekonomi bisa diartikan sebagai kenaikan pendapatan suatu daerah dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi menjadikan pendapatan nasional bruto sebagai acuan dalam analisisnya. Menurut Arsyad (1999:11), pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan pendapatan nasional bruto tanpa memandang kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil daripada pertumbuhan penduduk serta tanpa memperhatikan terjadinya perubahan struktur ekonomi atau tidak. Secara lebih singkat pertumbuhan ekonomi juga bisa diartikan sebagai proses kenaikan output atau pendapatan per kapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan kapasitas produktivitas suatu negara yang diukur dengan membandingkan produk nasional bruto dalam setahun dengan produk nasional bruto pada tahun sebelumnya. Peningkatan modal, kemajuan teknologi, dan peningkatan kualitas dan tingkat melek huruf dianggap
16 SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
sebagai penyebab utama pertumbuhan ekonomi. Dalam beberapa tahun terakhir, ide pembangunan berkelanjutan telah membawa faktor tambahan seperti proses yang ramah lingkungan yang harus diperhitungkan dalam pertumbuhan ekonomi. Model pertumbuhan ekonomi yang biasa digunakan sebagai acuan dalam era ekonomi modern ini adalah exogeneous growth model atau Solow growth model. Model Solow mengasumsikan bahwa pertumbuhan ekonomi hanya dipengaruhi oleh perubahan faktor produksi modal fisik yaitu tabungan dan investasi dan tenaga kerja atau pertumbuhan populasi. Sementara itu, teknologi yang menggambarkan tingkat efisiensi dalam perekonomian merupakan variabel eksogen dan dianggap sebagai residual. Model Solow merupakan pengembangan dari model Harrod-Domar dengan menambahkan faktor tenaga kerja dan teknologi ke dalam persamaan pertumbuhan. Tenaga kerja dan model diasumsikan mengalami diminishing returns jika keduanya dianalisis secara terpisah dan constant returns to scale apabila keduanya dianalisis secara bersama-sama (Todaro & Smith, 2006) Model pertumbuhan ekonomi Solow memakai fungsi agregat, yaitu: 𝑌 = 𝐴𝐾 𝛼 𝐿1−𝛼 ................................................................................................... (2.1) Dengan: 𝑌 : Produk Domestik Bruto (PDB) K : Stok modal fisik dan modal manusia 𝐿 : Tenaga kerja 𝐴 : Tingkat kemajuan teknologi 𝛼 : Elastisitas output terhadap modal
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
Persamaan (1) diatas apabila dinyatakan dalam per tenaga kerja maka: 𝑌 𝐿
𝐾 𝛼
𝐿 1−𝛼
= 𝐴 ( 𝐿 ) (𝐿)
𝐾 𝛼
= 𝐴 ( 𝐿 ) ........................................................................... (2.2)
𝑌 = 𝐴𝑘 𝛼 ........................................................................................................... (2.3) Dengan: 𝑘 : pendapatan per tenaga kerja 𝑦 : akumulasi kapital per tenaga kerja Dengan demikian, model pertumbuhan Solow menekankan pentingnya peranan investasi dalam akumulasi modal fisik (physical capital). Laju pertumbuhan ekonomi akan ditentukan oleh tingkat akumulasi kapital per tenaga kerja. Berdasarkan model ini, daerah yang memiliki akumulasi kapital lebih baik akan tumbuh lebih tinggi. Stok kapital didefinisikan sebagai fungsi dari investasi (I) dan depresiasi (D) atau dapat dituliskan sebagai berikut: ∆𝐾 = 𝐼 − 𝐷 ...................................................................................................... (2.4) Sehingga akumulasi kapital per tenaga kerja menjadi: ∆𝑘 = 𝑖 − 𝑑 ....................................................................................................... (2.5) Dimana i dan d masing-masing merupakan jumlah investasi per tenaga kerja dan depresiasi dari kapital. Investasi diasumsikan merupakan rasio tetap (𝛾) dari output, dan investasi per tenaga kerja dinotasikan sebagai: 𝑖 = 𝛾 𝑦 .............................................................................................................. (2.6) Kapital diasumsikan terdepresiasi dengan laju konstan (𝛿) dan merupakan fungsi dari kapital sehingga dapat dituliskan: ∆𝑘 = 𝛾𝑦 − 𝛿𝑘 .................................................................................................. (2.7)
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
19
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
∆𝑘 = 𝛾𝑓(𝑘) − 𝛿𝑘 ............................................................................................ (2.8) ∆𝑘 = 𝛾𝐴𝑘 𝛼 − 𝛿𝑘 ............................................................................................. (2.9) Steady state pada model Solow terjadi pada saat tidak terdapat lagi akumulasi kapital per tenaga kerja atau ∆𝑘 = 0. Dengan demikian, pada saat steady state, 𝛾𝐴𝑘𝑠 𝑠 𝛼 = 𝛿 ................................................................................................... (2.10) 𝛾𝐴 = 𝛿𝑘𝑠1−𝛼 𝑠 ................................................................................................... (2.11) 𝑘𝑠 𝑠 = (𝛾𝐴/𝛿)1/1(1−𝛼) .................................................................................... (2.22) Sehingga pada saat steady state, output per tenaga kerja: 𝛼 𝑦𝑠𝑠 = 𝐴𝑘𝑠𝑠 ...................................................................................................... (2.23)
𝑦𝑠𝑠 = 𝐴1/(1−𝛼) (𝛾/𝛿)𝛼/(𝛼−1) ........................................................................... (2.24) Dengan demikian, jika rasio investasi meningkat maka steady state output per tenaga kerja akan semakin tinggi. Daerah dengan kapital awal yang sama namun rasio investasi lebih tinggi akan memiliki steady state pendapatan per kapita lebih tinggi (Gambar 2.1) sehingga ketimpangan (disparitas) antar daerah akan semakin lebar. Sementara itu, daerah dengan kapital awal lebih rendah namun dengan rasio investasi lebih tinggi akan tumbuh lebih tinggi.
Gambar 2.1 Implikasi Model Solow
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
20
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Selain itu, terdapat asumsi bahwa mobilitas faktor produksi baik modal maupun tenaga kerja pada awal proses pembangunan kurang lancar sehingga modal dan tenaga kerja ahli cenderung terkonsentrasi di daerah yang lebih maju. Akibatnya terjadi ketimpangan regional yang lebar. Akan tetapi, dengan semakin baiknya prasarana dan fasilitas komunikasi di antara daerah-daerah seiring dengan proses pembangunan berkelanjutan maka mobilitas modal dan tenaga kerja akan semakin lancar. Apabila negara semakin maju, ketimpangan pembangunan regional akan berkurang. Perkiraan ini merupakan kesimpulan kedua dari model ini dan kemudian dikenal sebagai Hipotesis Neoklasik.
2.1.2 Infrastruktur Telekomunikasi dan Pertumbuhan Ekonomi Infrastruktur bisa didefinisikan sebagai sebuah aset fisik yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi atas biaya produksi serta meningkatkan akses perekonomian dalam suatu wilayah. Infrastruktur merupakan sebuah pengungkit ekonomi dimana infrastruktur memiliki fungsi vital dalam pendistribusian barang ekonomi.
Selain
itu
infrastruktur
merupakan
kebutuhan
dasar
untuk
mengorganisasi ekonomi sektor publik dan sektor privat. Infrastruktur merupakan fasilitas dasar, peralatan, dan instalasi dasar yang diperlukan untuk sebuah sistem. Secara teknik, infrastruktur didefinisikan sebagai aset fisik yang tersusun dalam sebuah sistem dalam penyediaan fasilitas publik yang penting. Definisi ini mempunyai tiga gagasan konseptual tentang infrastruktur yaitu - what it is, how it is organized, and what it does. Sistem yang termasuk definisi ini adalah penyediaan infrastruktur transportasi, komunikasi, air, energi, pembuangan
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
limbah, dan pembangunan lingkungan. Ketika infrastruktur diterapkan dalam berbagai hal maka infrastruktur dianggap sebagai sebuah konsep yang sangat umum. Stone (1974) mendefinisikan infrastruktur sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transformasi dan pelayanan–pelayanan similar untuk memfasilitasi tujuan–tujuan. Grigg (1988) juga mendefinisikan infrastruktur sebagai suatu sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, bangunan–bangunan gedung dan fasilitas publik lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial. Secara ringkas aset fisik yang dirancang dalam sistem dan memberikan dampak kepada pelayanan publik yang penting disebut sebagai infrastruktur. Sedangkan fasilitas atau struktur dasar, peralatan, dan instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat disebut sebagai sistem infrastruktur. World Bank (1994:12) membagi infrastruktur ke dalam 3 kategori. Kategori pertama, infrastruktur ekonomi adalah aset fisik yang menyediakan jasa dan digunakan dalam produksi dan konsumsi final meliputi public utilities (telekomunikasi, air minum, sanitasi, dan gas), public work (bendungan, saluran irigasi, dan drainase), serta sektor transportasi (jalan, kereta api, angkutan pelabuhan, dan lapangan terbang). Kategori kedua, infrastruktur sosial adalah aset yang mendukung kesehatan dan keahlian masyarakat meliputi pendidikan (sekolah dan perpustakaan), kesehatan (rumah sakit, pusat kesehatan), serta untuk rekreasi
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
(taman, museum). Kategori ketiga, infrastruktur administrasi/institusi meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi dan koordinasi, serta kebudayaan. Storm dkk (1999) membagi infrastruktur menjadi 2 yaitu infrastruktur dasar dan infrastruktur pelengkap. Infrastruktur dasar (basic infrastructure) meliputi sektor–sektor yang mempunyai karakteristik publik dan kepentingan yang mendasar untuk sektor perekonomian lainnya, tidak dapat diperjualbelikan (nontradable) dan tidak dapat dipisah–pisahkan baik secara teknis maupun spasial. Sedangkan infrastruktur pelengkap (complementary infrastructure) seperti gas, listrik, telepon dan pengadaan air minum. Grigg (1988) membagi infrastruktur ke dalam 13 kategori. Kategori pertama yaitu sistem penyediaan air yang meliputi waduk, penampungan air, transmisi dan distribusi serta fasilitas pengelolaan air. Kategori kedua sistem pengelolaan limbah yang meliputi pengumpul, pengolahan, dan pembuangan daur ulang. Kategori ketiga yaitu fasilitas pengelolaan limbah (padat). Keempat yaitu fasilitas pengendalian banjir, drainase, dan irigasi. Kategori kelima yaitu fasilitas lintas air dan navigasi. Kategori keenam yaitu fasilitas transportasi: jalan, rel, bandar udara dan termasuk di dalamnya rambu lalu lintas dan fasilitas kontrol. Kategori ketujuh yaitu sistem transit publik. Kategori kedelapan yaitu sistem kelistrikan yang melayani aktivitas produksi dan distribusi. Kategori kesembilan yaitu fasilitas gas alam. Kategori kesepuluh yaitu gedung publik meliputi sekolah dan rumah sakit. Kategori kesebelas yaitu fasilitas perumahan publik. Kategori ke dua belas yaitu taman kota, daerah resapan, dan taman bermain termasuk stadion. Kategori ketiga belas yaitu komunikasi.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
Kemudian Grigg (1988) mengelompokkannya menjadi beberapa grup yaitu grup transportasi (jalan, jalan raya, jembatan), grup pelayanan transportasi (transit, bandara, pelabuhan), grup komunikasi, grup keairan (air, air buangan, sistem keairan, termasuk jalan air seperti sungai, saluran terbuka, dan pipa). Grup pengelolaan limbah (sistem pengelolaan limbah padat), grup bangunan, dan grup distribusi dan produksi energi. Keempat grup ini meringkas dengan apa yang dikemukakan sebelumnya yaitu membagi infrastruktur ke dalam lima grup. Klasifikasi infrastruktur ini memberikan gambaran untuk fungsionalitas sekaligus membentuk skala prioritas dalam pembangunan infrastruktur. Infrastruktur bisa dikategorikan menjadi barang publik mengingat infrastruktur memiliki beberapa sifat dari barang publik yaitu non-rivalry dan nonexcludable. Rivalry merupakan sifat rivalitas atau persaingan dalam mengkonsumsi atau menggunakan barang. Ketika seseorang mengkonsumsi barang dan barang tersebut tidak menimbulkan persaingan dengan konsumen lain maka barang tersebut dikategorikan sebagai barang publik. Excludable merupakan sifat mengeluarkan atau menghalangi seseorang dalam mengkonsumsi barang tersebut. Dalam mengkonsumsi barang tersebut konsumen akan dihalangi oleh pihak lain. Definisi atas infrastruktur membuat para ekonom harus berpikir keras dan mengatur strategi yang matang tentang bagaimana menempatkan sebuah fungsi infrastruktur dalam struktur perekonomian. Pembangunan infrastruktur sebagai pemicu atau sebagai akibat dari pertumbuhan ekonomi mutlak dibutuhkan mengingat berhasil tidaknya sebuah sistem ekonomi dan sosial bergantung dari pembangunan infrastruktur. Grigg (1988) mengungkapkan salah satu tantangan
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24
dalam perencanaan sistem infrastruktur adalah mempertimbangkan bagaimana semua memberikan pengaruh pada lainnya, keterikatan satu sama lain, dan dampak–dampaknya. Telekomunikasi merupakan salah satu infrastruktur dominan yang mampu berfungsi sebagai jembatan kesenjangan. Jembatan kesenjangan ini dapat diartikan sebagai gambaran bahwa dengan tersedianya infrastruktur yang baik dan berkualitas akan mampu memberikan informasi tentang aspek–aspek kehidupan dimana informasi ini akan mampu mendorong berjalannya pembangunan nasional. Fungsi telekomunikasi sebagai jembatan kesenjangan bisa dijabarkan ke dalam beberapa aspek kehidupan (Gouzali: 2003). Aspek-aspek pembagian telekomunikasi ini terbagi ke dalam enam aspek kehidupan. Pertama, telekomunikasi sebagai jembatan informasi, dalam hal ini informasi merupakan kekuatan yang memungkinkan berbagai lapisan masyarakat memanfaatkannya untuk berkreasi dan sebagai pemenuhan tanggung jawab sosialnya sebagai pribadi, dan sebagai warga negara. Telekomunikasi yang baik bersifat satu arah (broadcasting) seperti radio dan televisi, maupun yang bersifat dua-arah atau (two-way communication) adalah jembatan utama dalam penyaluran informasi. Kedua, telekomunikasi
sebagai
jembatan
antar bangsa. Jaringan
telekomunikasi nasional suatu negara pada dasarnya hanya merupakan bagian tak terpisahkan dari jaringan telekomunikasi global. Kepentingan individu, kelompok, dan bangsa yang cenderung berkembang melintasi batas–batas negara merupakan pendorong utama untuk strategi pengembangan jaringan telekomunikasi dalam
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
25
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
skala internasional. Aspek kompatibilitas, ketersediaan, dan keandalan menjadi aspek–aspek strategi dalam pengembangan telekomunikasi dalam skala global. Ketiga, telekomunikasi sebagai jembatan budaya. Pengayaan (enrichment) budaya bangsa merupakan suatu proses yang saling berpengaruh dengan sistem nilai dan budaya bangsa–bangsa di dunia. Jaringan telekomunikasi, terutama yang bersifat satu arah (one way communication) merupakan jembatan budaya untuk menjalin pengertian antar bangsa di dunia. Telekomunikasi juga berperan sebagai jembatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menduduki posisi penting dalam pembangunan bangsa. Keempat, telekomunikasi sebagai jembatan ekonomi. Telekomunikasi perwujudan dari efisiensi dan peningkatan produktivitas dalam ekonomi. Ketika menghilangkan unsur telekomunikasi dalam ekonomi merupakan suatu hal yang sangat sulit atau bahkan menjadi hal yang mustahil. Karena tanpa telekomunikasi efisiensi dalam penyampaian informasi tidak akan terjadi. Kelima, telekomunikasi sebagai jembatan sosial. Kesenjangan sosial dalam suatu masyarakat mampu diatasi dengan tersedianya sarana telekomunikasi yang akan meningkatkan konektivitas antar lapisan–lapisan sosial yang berbeda. Telekomunikasi menghapus gap tradisional yang terjadi dalam struktur sosial masyarakat. Perbaikan dalam lingkup sosial ini memberikan dampak terhadap akses informasi yang mungkin selama ini hanya berada di level–level tertentu saja. Keenam, telekomunikasi sebagai Hankamnas (pertahanan dan keamanan nasional). Peningkatan teknologi telekomunikasi akan meningkatkan kualitas pertahanan dan keamanan suatu negara dalam menghadapi ancaman–ancaman
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
26
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
global yang mungkin saja terjadi. Serangan yang secara fisik dengan menggunakan senjata berangsur–angsur digantikan oleh serangan digital yang mengancam keamanan nasional termasuk juga didalamnya adalah rahasia negara. Kecanggihan teknologi telekomunikasi mampu secara mudah menjadi senjata yang ampuh untuk melumpuhkan sebuah negara. Telekomunikasi menggunakan
merupakan
perangkat–perangkat
sejenis
komunikasi
telekomunikasi
elektronika
untuk
yang
berlangsungnya
komunikasi. (Gouzali, 2003:7) menjabarkan permasalahan ini sebagai berikut. Ketika jarak menjadi salah satu hambatan dalam berkomunikasi dan jarak tersebut tidak memberikan toleransi bagi komunikan dan komunikator maka telekomunikasi menjadi salah satu solusi dalam mengatasi masalah jarak tersebut. Bila kedua jarak masih dekat, maka keduanya masih bisa melakukannya dengan suara, memberikan isyarat, atau berteriak bila jarak tersebut semakin jauh. Tetapi kalau jarak sudah ratusan bahkan ribuan kilometer, maka komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang masih bisa dilakukan, yaitu melalui media telekomunikasi. Telekomunikasi terdiri dari dua kata yaitu “tele” yang artinya jarak jauh dan “komunikasi” yang artinya kegiatan untuk menyampaikan berita atau informasi. Secara singkat telekomunikasi bisa diartikan sebagai suatu upaya penyampaian berita dari satu tempat ke tempat lain (dalam jarak jauh) yang menggunakan alat atau media elektronik. Pasal 1 Undang–Undang No. 36 tahun 1999 tentang telekomunikasi mengemukakan definisi atau pengertian telekomunikasi, bahwa telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio atau sistem elektromagnetik lainnya. Pemerintah membagi telekomunikasi menjadi telekomunikasi umum dan telekomunikasi bukan untuk
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
umum. Telekomunikasi untuk umum adalah suatu sistem telekomunikasi yang kantor–kantornya dan stasiun–stasiunnya terbuka untuk memberi pelayanan kepada umum, dan diwajibkan menerima pengunjukan berita–berita telekomunikasi untuk diteruskan (kepada si alamat). Telekomunikasi bukan untuk umum atau disebut juga sebagai telekomunikasi khusus digunakan untuk kepentingan sendiri oleh pihak–pihak yang bersangkutan, seperti untuk keperluan perhubungan, untuk komunikasi intern perusahaan seperti Pertamina (hubungan antara petugas pada pengeboran minyak lepas pantai dengan kantornya di kota tertentu, dsb). Telekomunikasi khusus ini bisa pula digunakan untuk keperluan penyaluran siaran (radio) atau program televisi dari studionya ke para pendengar atau pemirsa yang lokasinya jauh. Inernational Telecommunication Union (2002), mendeskripsikan sektor telekomunikasi dengan empat kata kunci: "private", "competitive", "mobile", dan "global". Terjadi sebuah dinamika yang sangat pesat perkembangannya dalam sektor telekomunikasi. Sektor telekomunikasi saat ini semakin terprivatisasi, semakin terbuka pada kompetisi, semakin mobile dan mengglobal, baik dari sisi operasi, regulasi maupun layanannya. Ada beberapa faktor dominan yang berpengaruh dalam penyediaan jasa telekomunikasi. Pertama, faktor teknologi, yang mencakup teknologi terminal, teknologi transmisi, dan teknologi sentral. Kedua, faktor pelayanan, yang mencakup kualitas pelayanan, jangkauan pelayanan, dan jenis–jenis pelayanan. Ketiga, faktor sumber daya manusia, yang mengoperasikan berbagai teknologi yang
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
28
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
diaplikasikan dengan mengupayakan pelayanan sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat. Faktor–faktor dominan tersebut selanjutnya menjadi pertimbangan dalam mengadakan sebuah infrastruktur telekomunikasi yang berkualitas dan baik. Sehingga pemanfaatannya dalam memberikan tingkat kesejahteraan bagi perekonomian bisa dirasakan. Telekomunikasi mempunyai peranan penting bagi pembangunan nasional suatu negara karena sifatnya sebagai jembatan kesenjangan dalam pembangunan ekonomi. Sebagai faktor dominan dalam ekonomi, telekomunikasi memiliki landasan yang kokoh karena telekomunikasi merupakan wahana tunggal dalam penyebaran informasi yang penting dalam masyarakat informasi. Kebutuhan yang mendesak untuk memobilisasikan kekuatan suatu bangsa juga merupakan alasan penting mengapa infrastruktur telekomunikasi dianggap sebagai aspek strategis. Ada beberapa komponen dasar yang diperlukan untuk bisa melakukan telekomunikasi. Komponen pertama adalah informasi yaitu data yang dikirim atau diterima oleh komunikator dan atau komunikan. Data yang dikirim bisa berupa gambar, suara, video, dan tulisan. Komponen kedua adalah pengirim yaitu mengubah informasi yang akan disampaikan menjadi sinyal listrik yang siap dikirimkan. Komponen ketiga yaitu media transmisi, merupakan alat yang digunakan untuk mengirimkan sinyal dari pengirim ke penerima. Telekomunikasi merupakan komunikasi jarak jauh oleh karena itu alat ini memodulasi sinyal menjadi
gelombang radio
yang kemudian
diubah
menjadi
gelombang
elektromagnetik dan dipancarkan dengan antena agar dapat terkirim jarak jauh.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
Infrastruktur telekomunikasi merupakan kebutuhan dasar dari sebuah aktivitas komunikasi yang tidak mampu mengakomodasi kebutuhan komunikasi jarak pendek. Infrastruktur telekomunikasi sendiri pada dasarnya terdiri dari infrastruktur
elektronik
dan
non–elektronik.
Infrastruktur
elektronik
telekomunikasi terdiri dari base tower station, perlengkapan gelombang radio, switcher, antena, transceiver untuk memproses sinyal dan transmisi. Sedangkan infrastruktur telekomunikasi non-elektronik terdiri dari tower, shelter, peralatan AC, diesel generator listrik, baterai, pasokan listrik, tempat teknis dan easements, dan tiang. Indonesia National Telecommunication Critical Infrastructure Policy (INTCIP) mencantumkan tiga jenis infrastruktur telekomunikasi yaitu infrastruktur kabel laut, infrastruktur kabel darat, dan infrastruktur base station (BTS). Infrastruktur telekomunikasi dianggap sebagai objek vital nasional sehingga infrastruktur telekomunikasi memiliki zona yang merupakan parameter dan acuan proteksi dari rute infrastruktur jaringan telekomunikasi. Secara ringkas infrastruktur telekomunikasi bisa dijabarkan sebagai segala sesuatu baik itu faktor fisik dan non-fisik, elektronik dan non–elektronik yang berperan kedalam terciptanya komunikasi jarak jauh yang lebih efisien dan menjadi jembatan kesenjangan. Pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan pembangunan ekonomi memang memiliki suatu hubungan yang berbeda jika dibandingkan dengan infrastruktur lain. Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya banyak penelitian yang memiliki pandangan yang berbeda tentang bagaimana
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
30
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pengaruh pembangunan infrastruktur telekomunikasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Pandangan supply–leading hyphoteshis (SLH) menunjukkan bahwa telekomunikasi merupakan infrastruktur kebutuhan prasyarat untuk pertumbuhan ekonomi. Dutta (2001), Chakraborty & Nandi (2011), dan Cieślik & Kaniewska (2004) mempertahankan pendapatnya bahwa infrastruktur telekomunikasi menyebabkan pertumbuhan ekonomi secara langsung melalui infrastruktur lain, faktor produksi, dan dengan demikian meningkatkan ekonomi. Pada gambar 2.2 bisa dilihat bagaimana pembangunan infrastruktur telekomunikasi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. - Memperluas penyebaran pasar informasi - Informasi pasar yang lebih real time - Menurunkan biaya koordinasi - Meningkatkan fasilitas pelayanan publik seperti kesehatan dan pendidikan
Pembangunan Infrastruktur Telekomunikasi
Pertumbuhan Ekonomi
Surce : Dutta (2001) Gambar 2.2 Pembangunan Infrastruktur Telekomunikasi Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Ada 6 cara bagaimana telekomunikasi mampu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Diffusion of new ideas and knowledge, telekomunikasi mampu mempercepat proses transportasi informasi. Kecepatan ini membawa dampak dengan semakin banyaknya informasi dan ide yang tersebar. Tak bisa dipungkiri dengan adanya telekomunikasi mampu mewujudkan transportasi informasi lintas
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
31
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
negara bahkan benua. Reduction of regional infrastructure and development gap, adanya telekomunikasi, masyarakat di wilayah pedesaan mampu menjangkau pasar dari produk pertanian mereka ke pasar yang lebih luas. Selain itu peluang untuk meningkatkan daya saing juga semakin besar. Telecommunication as an input to economic production process, telekomunikasi merupakan substitusi untuk “informasi penanganan tenaga kerja” dalam beberapa lini bisnis dan pelengkap dalam beberapa proses produksi. Market efficiency effect, telekomunikasi menjadi infrastruktur yang menjembatani dan memberikan fasilitas komunikasi antar pemain dalam pasar. Spill over and externality effect, telekomunikasi memberikan eksternalitas posistif bagi industri, efisien dalam transaksi, biaya penelitian, dan menurunkan peluang terjadinya arbitrase. Coordination of economic activity, telekomunikasi mampu menciptakan komunikasi jarak jauh, memberikan fasilitas untuk terjadinya kerja sama korporasi dalam lingkup global. Selain itu telekomunikasi
juga
menurunkan
biaya
para
perencana
sosial
untuk
mengkoordinasikan aktivitas ekonomi. Global telecommunication connections, meningkatkan penyebaran informasi tentang teknologi untuk meningkatkan produktivitas dengan lebih efisien. Telekomunikasi membuat “global division of labor” dan “international capital market” bekerja lebih efisien. Rural and urban development, pergerakan arus informasi akan turut membawa pembangunan sumber daya manusia. Pandangan demand–following hyphothesis (DFH), menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi menyebabkan terjadinya pembangunan infrastruktur telekomunikasi. Beil & Jackson (2005), Shiu & Lam (2008), Lee, et al (2012), dan
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
Pradhan, R. P., Bele, S., & Pandey, S. (2013) menyatakan bahwa infrastruktur telekomunikasi hanya berperan kecil dalam perekonomian. Dampak dari pembangunan infrastruktur telekomunikasi ini hanya muncul melalui produk atau outcome dari pertumbuhan ekonomi. Pembangunan infrastruktur telekomunikasi merupakan dampak yang muncul dari pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat. Pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan kemampuan seseorang untuk mengakses informasi semakin meningkat. Peningkatan ini menjadikan infrastruktur telekomunikasi muncul dalam berbagai bentuk yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
Selain itu masuknya investasi juga akan mempengaruhi
perkembangan teknologi. Teknologi yang terus meningkat juga turut menyebabkan pembangunan infrastruktur telekomunikasi. Pada Gambar 2.3 halaman 33 bisa dilihat
bagaimana
pertumbuhan
ekonomi
mempengaruhi
pembangunan
infrastruktur telekomunikasi. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka infrastruktur-infrastruktur pendukung ekonomi pun akan meningkat. Peningkatan infrastruktur lain seperti energi dan transportasi juga akan meningkat dan mampu menjangkau daerah-daerah yang sebelumnya masih memiliki infrastruktur yang belum memadai. Peningkatan infrastruktur ini akan membuat masuknya teknologi informasi ke daerah-daerah yang sebelumnya tidak terjangkau. Peningkatan
pada infrastruktur ini
juga
akan menyebabkan terjadinya
pembangunan infrastruktur telekomunikasi. Pandangan feedback hypothesis (FBH) menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur telekomunikasi mampu menjadi pelengkap sekaligus memperkuat satu sama lain. Hal ini mengakibatkan
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
33
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur telekomunikasi saling mempengaruhi. Chakraborty (2009), Zahra, et al (2008), dan Cronin, et al (1993) menyatakan adanya proses yang terjadi di mana infrastruktur telekomunikasi sangat diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi membutuhkan sebuah infrastruktur telekomunikasi yang kuat dalam ekonomi.
- Meningkatkan kemampuan untuk investasi di bidang infrastruktur telekomunikasi - Permintaan untuk mengakses infrastruktur telekomunikasi yang lebih luas - Permintaan infrastruktur telekomunikasi yang lebih maju - Peningkatan infrastruktur telekomunikasi dibutuhkan oleh sektor jasa
Pertumbuhan Ekonomi
Pembangunan Infrastruktur Telekomunikasi
Source : Dutta (2001) Gambar 2.3 Pertumbuhan Ekonomi Mempengaruhi Pembangunan Infrastruktur Telekomunikasi
Pandangan yang terakhir yaitu tidak adanya proses yang mempengaruhi antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur telekomunikasi atau disebut non leading hyphotesis (NLH). Peneliti melalui padanan ini melihat bahwa tidak ada proses yang terjadi dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur telekomunikasi.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
2.1.3 Foreign Direct Investment dan Pertumbuhan Ekonomi Pembangunan ekonomi tentu tidak akan terlepas dari investasi. Investasi ini bisa berasal dari dalam negeri atau bahkan dari luar negeri. Investasi luar negeri ini biasa disebut sebagai penanaman modal asing (PMA) atau foreign direct investmnet (FDI). IMF (1993) mendefinisikan FDI sebagai proses dimana penduduk suatu negara (negara asal) mengakuisisi kepemilikan atas aset yang ditujukan untuk menguasai produksi, distribusi, dan aktivitas lain dari sebuah perusahaan di negara lain (negara tuan rumah). Menurut Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) (2008) mendefinisikan FDI sebagai investasi lintas batas oleh entitas penduduk dalam suatu ekonomi dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan tetap dari aktivitas ekonomi di negara lain. Kepentingan pribadi yang ada dalam proses ini menunjukkan adanya hubungan jangka panjang investor langsung dan perusahaan serta adanya pengaruh yang signifikan terhadap manajemen perusahaan. Setidaknya paling sedikit 10% dari hak suara adalah kriteria dasar yang digunakan untuk mempengaruhi perusahaan. Secara teori FDI mampu mempengaruhi pembangunan atau pertumbuhan ekonomi secara positif. Pada Gambar 2.4 bisa dilihat bagaimana proses FDI mampu memberikan pengaruh positif. Pertama, melalui pembangunan industri baru (PP) yang berarti adanya penambahan output atau produk domestik bruto (PDB), total ekspor (X) dan kesempatan kerja (KK). Beberapa hal ini merupakan bentuk dampak langsung dari FDI. Pertumbuhan X berarti adanya penambahan cadangan devisa (CD). Selanjutnya peningkatan kemampuan dari negara penerima untuk membayar utang luar negeri (ULN) dan impor (M). Dampak tidak langsung juga muncul dari
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
adanya FDI. Munculnya industri baru (PP) menunjukkan adanya penambahan permintaan di dalam negeri terhadap barang-barang modal, barang-barang setengah jadi, bahan baku dan beberapa input lainnya. Jika sektor-sektor lain (SSL) dalam negeri mampu memenuhi permintaan ini maka tidak akan terjadi aktivitas impor. Dari sini muncul efek positif atas kegiatan produksi yang terjadi di industri tersebut. Munculnya efek penggandaan pada negara penerima FDI ini memberikan kesimpulan bahwa semakin besar komponen M maka semakin kecil efek penggandaan tersebut.
Sumber: Tambunan, T (2007) Gambar 2.4 Efek Positif dari FDI Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pembangunan industri baru juga memberikan dampak terhadap permintaan tenaga kerja yang meningkat. Permintaan kerja yang meningkat juga turut pula meningkatkan kemampuan belanja masyarakat dan selanjutnya meningkatkan permintaan di pasar. Peran lain dari FDI adalah sarana yang penting untuk meningkatkan teknologi dalam negeri. Hal ini bisa didapat dari dua sisi yaitu lewat
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36
pekerja lokal yang bekerja di perusahaan tersebut. Cara lain adalah melalui keterkaitan produksi atau subcontracting antara FDI dan perusahaan lokal, termasuk juga usaha kecil dan menengah.
2.1.4 Urbanisasi dan Pertumbuhan Ekonomi Urbanisasi merupakan proses demografi dimana proses ini menyebabkan terjadinya peningkatan populasi nasional yang tinggal di kota. Perpindahan penduduk ini terjadi akibat peningkatan penduduk di sebuah area kecil dan membentuk kota sehingga terjadi perbedaan jumlah penduduk yang tinggal di area urban dan area rural. Urban area merupakan konsentrasi spasial dari orang-orang yang beraktivitas di sektor non-agrikultur. Ada beberapa kriteria yang bisa digunakan untuk mendefinisikan urban yaitu ukuran populasi, tata ruang, kepadatan, dan tata kelola ekonomi. Urbanisasi merupakan sebuah proses migrasi internal yang telah terjadi di seluruh belahan dunia. Sejarah telah memperlihatkan bahwa urbanisasi terjadi sejak abad pertengahan. Pada awalnya manusia tinggal di daerah pedesaan dan mengandalkan sektor pertanian dan perburuan. Hasil buruan dan pertanian ini dijual oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Aktivitas perdagangan yang tercipta ini lambat laun menciptakan proses urbanisasi. Meskipun pada awalnya menunjukkan proses yang lambat, tetapi menyebabkan timbulnya kota-kota baru (Heilbroner, 1982:63). Proses ini menunjukkan bawasannya faktor ekonomi menjadi salah satu daya tarik terjadinya urbanisasi. Kesenjangan ekonomi yang cukup jauh antara daerah rural dan urban juga menjadi pemicunya. Terlebih lagi
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
adopsi ataupun akses teknologi di daerah urban lebih cepat ketimbang di daerah rural. Beberapa penelitian melihat urbanisasi ini sebagai sesuatu yang memberikan dampak terhadap perekonomian. United Nation Habitat (2012) menjelaskan bahwa perubahan dominan dari habitat populasi dunia membuat proses urbanisasi menjadi tren global sepanjang abad ke-21 ini. Kota dan tempat urban secara umum merupakan pusat dari pembangunan global. Wilayah ini bukan lagi menjadi tempat hunian, produksi, maupun jasa. Tetapi sekarang wilayah ini telah berkembang secara mendalam membentuk dan mempengaruhi setiap level dari lingkup sosial dan politik, menentukan maju atau tidaknya aktivitas produksi dan memberikan pengaruh baru terhadap norma-norma, budaya, dan estetika. Pergeseran menuju dunia urban yang lebih dominan tidak sesederhana seperti karakteristik fenomena demografi yang hanya mengantisipasi perpindahan dan perubahan dari satu sisi ke sisi yang lain. Proses transformasi juga momentum untuk menyerap banyak aspek tentang pembangunan global. Kondisi dinamis ini juga secara efektif bisa mengendalikan dan digunakan untuk mengatasi beberapa tantangan saat ini dan masa depan. Dahiya (2014) mengatakan bahwa urbanisasi mengendalikan ekonomi di Asia Tenggara. Telah terjadi perpindahan populasi yang cepat dan luas menuju ke wilayah pusat urban dengan laju yang lebih cepat dibanding dengan di barat. Populasi yang berpindah ke wilayah urban ini membawa masalah sanitasi, polusi, disparitas pendapatan, dan tantangan infrastruktur. Selain itu dalam pertumbuhan
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
ekonomi, urbanisasi sering kali diiringi dengan adanya pergeseran tenaga kerja dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier.
2.1.5 Trade Openness dan Pertumbuhan Ekonomi Perdagangan (impor dan ekspor) merupakan sebuah indikator yang penting bagi sebuah perekonomian modern. Dalam jangka panjang, perdagangan memegang peranan penting sebagai bentuk daya saing sebuah negara. Tiap–tiap negara berlomba-lomba untuk mengekspos masing-masing sektor unggulannya ke dunia internasional untuk mendapatkan posisi sebagai negara yang memiliki keunggulan komparatif yang dibutuhkan dalam perekonomian. Hal ini dilakukan sebagai wujud untuk memastikan bahwa ketrampilan ataupun sumber daya yang langka benar-benar diposisikan ke sektor yang paling produktif. Perdagangan terbuka atau trade openness merupakan indikator ekonomi modern yang mengukur seberapa terbuka dan seberapa terintegrasi negara tersebut ke ekonomi global. Indikator ini merupakan representatif dari perdagangan total ekonomi (ekspor, impor barang dan jasa), ukuran tingkat ketergantungan produsen domestik terhadap pasar luar negeri dan orientasi perdagangan mereka (ekspor) dan derajat ketergantungan dari permintaan domestik terhadap impor baik barang maupun jasa. Namun begitu keterbukaan bukan merupakan satu-satunya faktor. Faktor lain seperti geografi, sejarah, budaya, kebijakan perdagangan, struktur ekonomi dan integrasi dalam rantai produksi global. Bourdon dkk (2011) menjelaskan bawasannya antara trade opennes dan pertumbuhan ekonomi terdapat hubungan dinamis. Sebuah negara akan memiliki
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
hubungan yang negatif ketika negara tersebut memiliki spesialisasi produk yang rendah.
2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang hubungan pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan pertumbuhan ekonomi sudah pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian pertama dilakukan oleh Pradhan, dkk (2014) dalam penelitiannya menganalisis bagaimana hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur telekomunikasi di negara anggota G–20. Penelitian kedua dilakukan oleh Stetsenko (2007) meneliti tentang infrastruktur telekomunikasi sebagai faktor determinan dalam pertumbuhan ekonomi. Penelitian ketiga dilakukan oleh Lam dan Shiu (2010) meneliti tentang kausalitas pertumbuhan ekonomi, pembangunan telekomunikasi dan produktivitas dari telekomunikasi di dunia. Penelitian ke empat dilakukan oleh Cronin dkk (1991) mengetahui hubungan investasi telekomunikasi dan pertumbuhan ekonomi di Amerika. Penelitian kelima dilakukan oleh Sridhar & Sridhar (2007) meneliti tentang kausalitas infrastruktur telekomunikasi dan pertumbuhan ekonomi di dunia. Penelitian keenam dilakukan oleh Lee, Levendis, & Gutierrez (2009) yaitu meneliti tentang efek perkembangan telekomunikasi utamanya telepon seluler dan telepon kabel di sub Sahara Afrika. Penelitian pertama oleh Pradhan dkk (2014) menggunakan variabel pertumbuhan ekonomi, pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan empat variabel kunci ekonomi modern menunjukkan bahwa ada perbedaan antara jangka pendek dan hasil jangka panjang. Penelitian ini mencoba melihat hubungan
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
40
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
kausalitas antara pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan pertumbuhan ekonomi. Objek penelitian ini adalah negara anggota G-20. Dengan menggunakan Panel VAR dan granger test dalam jangka panjang terjadi hubungan bidirectional antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur telekomunikasi. Hal ini artinya pembangunan infrastruktur telekomunikasi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan infrastruktur telekomunikasi dirangsang oleh pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Stetsenko (2007) mengkaji tentang infrastruktur telekomunikasi sebagai faktor determinan dalam pertumbuhan ekonomi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah GDP percapita, total angkatan kerja, pembentukan modal telekomunikasi, penetrasi rata–rata telepon kabel, dan tarif telepon. Penelitian ini mengkaji negara-negara yang masuk dalam daftar data Euromonitor Global Market Internasional Database (GMID). Penelitian ini menggolongkan daftar negara GIMD menjadi beberapa golongan, yaitu high income countries, medium income countries, lower medium income countries dan low income countries. Dari hasil penelitian ini diperoleh bawasannya untuk negara dengan pendapatan menengah dan rendah, telekomunikasi berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Shiu
dan
Lam
(2008)
melakukan
penelitian
tentang hubungan
telekomunikasi dan pertumbuhan ekonomi di 105 negara. Penelitian ini menggunakan variabel fixed-line dan mobile cellular per 100 in habitants dan pertumbuhan ekonomi yang diwakili oleh PPP. Dengan menggunakan differenceGMM Shiu dan Lam memperoleh hasil bahwa di negara dengan tingkat pendapatan
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
yang rendah perkembangan telekomunikasi dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi. Cronin dkk (1991) meneliti tentang kausalitas antara investasi pada infrastruktur telekomunikasi dan pertumbuhan ekonomi di Amerika. Penelitian ini menggunakan variabel infrastruktur telekomunikasi (investasi telekomunikasi dan akses telepon per kapita), GDP, dan pendapatan per kapita. Dengan menggunakan granger test hasil penelitian menunjukkan proses hubungan timbal balik dimana investasi telekomunikasi meningkatkan aktivitas perekonomian dan pertumbuhan sementara aktivitas dan pertumbuhan ekonomi merangsang permintaan untuk investasi di bidang infrastruktur telekomunikasi. Beil, Ford, & Jackson (2005) meneliti tentang hubungan investasi dibidang telekomunikasi dan pertumbuhan ekonomi di Amerika. Penelitian ini menggunakan variabel GDP dan Investasi di bidang telekomunikasi. Dengan menggunakan Granger test didapatkan hasil bahwa investasi telekomunikasi yang ada di Amerika disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi. Investasi telekomunikasi yang merupakan wujud dari pembangunan infrastruktur telekomunikasi merupakan hasil dari pertumbuhan ekonomi. Lee dkk (2009) meneliti tentang efek dari perkembangan telekomunikasi telepon seluler dan telepon kabel di sub Sahara Afrika. Dengan menggunakan variabel GDP per kapita, volume perdagangan, jumlah penduduk, belanja pemerintah, pengguna telepon kabel, dan pengguna telepon seluler. Dari penelitian ini ditemukan bahwa ekspansi dari telepon kabel ke telepon seluler membawa dampak yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu dengan hadirnya
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
telepon seluler murah membawa dampak pada pembangunan jaringan telekomunikasi di area tersebut.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
43
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya No 1
Pradhan, dkk (2014)
2
Stetsenko (2007)
Alat Variabel Dependen Analisis Economic growth and the Panel VAR, CIT (Composite Index development of granger test dari Jalur Telepon, telecommunicatios infrastructure Jumlah Pengguna in the G - 20 countries : A panel Handphone, Pengguna VAR approach Internet) Judul Penelitian
Telecommunication Infrastructure As A Determinant Of Worldwide Economic Growth Shiu & Lam Causal Relationship Between (2008) Telecommunications and Economic Growth: A Study of 105 Countries
Difference GMM
GDP
Difference GMM
PPP
4
Cronin, dkk (1991)
Granger Test
5
Beil, Ford, & Jackson (2005)
3
6
SKRIPSI
Peneliti
Telecommunication infrastructure and economic growth
On The Relationship between Telecommunications Investment and Economic Growth in The United State Lee, Telecommunications and Levendis, & Economic Growth: Gutierrez An Empirical Analysis of Sub(2009) Saharan Africa
Variabel Independen
Hasil
GDP per Capita, Gross Capital Ada perbedaan hubungan yang terjadi dalam jangka Formation, FDI, Urbanization Rate, dan panjang dan jangka pendek. Dalam jangka panjang Trade openness terhadap hubungan bi-directional antara infrastruktur telekomunikasi dan pertumbuhan ekonomi. GDP per kapita, total angkatan kerja, pembentukan modal telekomunikasi, penetrasi rata – rata telepon kabel, dan tarif telepon Fixed Line and Mobile Subscriber per 100 in habitants
untuk negara dengan pendapatan menengah dan rendah, telekomunikasi berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi
Infrastruktur telekomunikasi (investasi telekomunikasi dan akses telepon per kapita)
GNP, GDP, dan pendapatan per kapita
Hasil penelitian menunjukkan proses hubungan timbal balik dimana investasi telekomunikasi meningkatkan aktivitas perekonomian dan pertumbuhan sementara aktivitas dan pertumbuhan ekonomi merangsang permintaan untuk investasi di bidang infrastruktur telekomunikasi
Granger Test
GDP
Invesment in Telecommunication
Investasi di bidang telekomunikasi di Amerika disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi
GMM
GDP
GDP per kapita, volume perdagangan, pertumbuhan populasi, belanja pemerintah, pengguna telepon kabel, dan pengguna telepon seluler
ekspansi dari telepon kabel ke telepon seluler membawa dampak yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu juga meningkatkan pembangunan infrastruktur berupa jaringan di area tersebut.
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
Pada tingkat pendapatan rendah telekmunikasi merupakan dampak dari pertumbuhan ekonomi.
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
2.3 Hipotesis dan Model Analisis 2.3.1
Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini, maka
hipotesis yang akan dikemukakan adalah: 1. Pembangunan infrastruktur telekomunikasi, foreign direct invesment; urbanization rate, dan trade openess mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di ASEAN.
2.3.2
Model Analisis Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini diadopsi dari penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Pradhan dkk (2014). Model analisis yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Analisis pengaruh pembangunan infrastruktur telekomunikasi terhadap pertumbuhan ekonomi dengan metode GMM: 𝐺𝐷𝑃𝑖𝑡 = 𝛽0 + 𝛽1 𝐺𝐷𝑃𝑖,𝑡−1 + 𝛽2 𝐷𝑇𝐼𝑖𝑡 + 𝛽3 𝐼𝑁𝑉𝑖𝑡 + 𝛽4 𝑈𝐵𝑆𝑖𝑡 + 𝛽5 𝑇𝑅𝐷𝑖𝑡 + 𝑣𝑡 + 𝜏𝑡 + 𝜀𝑡 Dimana : 𝐺𝐷𝑃𝑖𝑡
: Pertumbuhan GDP pada tahun t di negara i
𝐷𝑇𝐼𝑖𝑡
: Development telecommunication infrastructure indeks merupakan composite index pembangunan infrastruktur telekomunikasi (Fixedtelephone subscriptions per 100 inhabitants dan Mobile-cellular telephone subscriptions per 100 inhabitants, pada tahun t di negara i.
𝐼𝑁𝑉𝑖𝑡−1 : Foreign direct investment pada tahun t di negara i 𝑈𝐵𝑆𝑖𝑡
SKRIPSI
: Urbanization rate pada tahun t di negara i
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
𝑇𝑅𝐷𝑖𝑡
: Trade openness pada tahun t di negara i
𝑣𝑡
: Cross – Section specific effect
𝜏𝑡
: Periode – specific effect common to all regions
𝜀𝑡
: Error correction term
𝑖
: Negara (cross – section)
t
: Tahun
45
2.4. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir pada Gambar 2.5 halaman 47 menjelaskan tentang bagaimana alur penelitian ini muncul. Pada rancangan AEC terdapat master plan on ASEAN connectivity (MPAC). MPAC sendiri memiliki beberapa fokus pembangunan infrastruktur yang menghubungkan negara–negara ASEAN. Akan tetapi dari sekian infrastruktur yang dicanangkan dalam blue print MPAC hanya infrastruktur telekomunikasi lah yang merupakan infrastruktur paling efisien dan paling cepat dibangun demi mewujudkan konektivitas antar negara ASEAN. Berdasarkan penelitian sebelumnya didapatkan bawasannya tidak semua negara memiliki dampak positif atas pembangunan infrastruktur telekomunikasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan tiap-tiap negara memiliki karakteristik yang berbeda-beda, demikian halnya dengan ASEAN. Ada beberapa pandangan tentang bagaimana pengaruh pembangunan infrastruktur telekomunikasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Pandangan supply leading hypothesis (SLH) menjelaskan bahwa infrastruktur telekomunikasi merupakan infrastruktur kebutuhan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi. Disisi
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46
lain pandangan demand–following hyphothesis (DFH), menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi menyebabkan terjadinya pembangunan infrastruktur telekomunikasi. Melihat fakta yang demikian menjadi menarik untuk melihat bagaimana pengaruh pembangunan infrastruktur telekomunikasi terhadap pertumbuhan ekonomi di ASEAN. Dengan menggunakan diff-GMM dan sys-GMM akan melihat bagaimana pengaruh pembangunan infrastruktur telekomunikasi tersebut. Selanjutnya dari hasil pengujian yang telah dilakukan maka hasil uji tersebut akan dianalisis. Hasil regresi ini akan menunjukkan bagaimana pengaruh pembangunan infrastruktur telekomunikasi terhadap pertumbuhan ekonomi di ASEAN. Analisis hasil regresi ini selanjutnya akan digunakan untuk merumuskan sebuah rekomendasi kebijakan yang tepat untuk ASEAN. Rekomendasi kebijakan yang akan diberikan mengacu pada hasil penelitian yang diperoleh dan ditunjang oleh teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan tersebut. Sehingga penelitian ini mampu mendukung sebagai bahan pertimbangan untuk pembangunan infrastruktur telekomunikasi di ASEAN.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
47
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Telekomunikasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara ASEAN
ASEAN ECONOMIC COMMUNITY
Pandangan SLH & Pandangan DFH MASTER PLAN ON ASEAN CONNECTIVITY
Model : PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI
diff-GMM / sys-GMM
Analisis Regresi Model
Rekomendasi Kebijakan
Gambar 2.5 Kerangka Berpikir
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini akan menggunakan pendekatan ekonometrika menggunakan metode data panel dinamis difference generalized method of moment (diff-GMM) atau Arellano & Bond GMM (AB-GMM) dan System-GMM (SYS-GMM) atau Blundell & Bond GMM. Pada kenyataannya variabel–variabel ekonomi banyak yang memiliki hubungan dinamis. Penggunaan GMM pada data panel dinamis akan menghasilkan estimasi yang tak bias, konsisten, dan efisien.
3.1 Identifikasi Variabel Ada beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi yang diwakili oleh GDP growth sekaligus sebagai variabel endogennya. Pembangunan infrastruktur telekomunikasi yang diwakili oleh development telecommunication infrastructure index, tingkat urbanisasi ke kota yang diwakili oleh urbanization rate, investasi langsung asing yang ditunjukkan oleh FDI (Foreign Direct Investment), dan keterbukaan perdagangan yang diwakili oleh trade opennes. Keempat variabel ini sebagai variabel eksogennya.
48 SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
49
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 3.1 Variabel dalam model GMM Variabel
Simbol
Endogen
GDP growth
Eksogen
Development Telecommunication Infrastructure
gdp
Index
dti
Foreign direct invesmnet
inv
Trade openness
trd
Urbanization rate
ubs
3.2 Definisi Operasional Definisi operasional dari variabel yang digunakan dalam penelitian adalah : a. GDP growth merupakan variabel yang menunjukkan pertumbuhan rata-rata GDP tiap tahun. GDP merupakan nilai semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode waktu tertentu. GDP biasa digunakan sebagai indikator untuk melihat kondisi perekonomian dalam suatu negara. Penelitian ini menggunakan variabel GDP growth atas dasar harga konstan tahun 2000 dan dinyatakan dalam persen. Cara penghitungan GDP growth adalah sebagai berikut: 𝑅=
𝐺𝐷𝑃𝑡 −𝐺𝐷𝑃𝑡−1 𝐺𝐷𝑃𝑡−1
𝑥 100%..................................................................... (3.1)
Dimana: R
SKRIPSI
: Pertumbuhan GDP dalam persen
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
50
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
𝐺𝐷𝑃
: GDP pada tahun t
𝐺𝐷𝑃𝑡−1 : GDP pada tahun t-1 b. DTI index
(Development
Telecommunicatin
Infrastructure)
index
merupakan pembentukan indeks dari fixed-telephone subscriptions per 100 inhabitants dan mobile-cellular telephone subscriptions per 100 inhabitants. Pembentukan indeks ini didasarkan pada metode penghitungan Digital Access Index (DAI) oleh International Telecommunication Union (ITU). Cara penghitungan indeks infrastruktur telekomunikasi tersebut adalah sebagai berikut: 𝐷𝑇𝐼 𝑖𝑛𝑑𝑒𝑥 =
(𝐹𝑇∶60) 2
+
(𝑀𝐶:100) 2
............................................................... (3.2)
Dimana: FT
: Fixed-telephone subscriptions per 100 inhabitants
MC
: mobile-cellular telephone subscriptions per 100 inhabitants
Dalam perhitungan indeks infrastruktur ini ITU menggunakan angka dasar atau goal post. Goal post merupakan capaian tertinggi suatu negara dari variabel-variabel telekomunikasi. Angka ini digunakan oleh ITU untuk mengkonversi masing-masing indikator untuk memperoleh nilai riil nya. Goal post 60 didefinisikan ITU sebagai nilai tertinggi yang pernah dicapai oleh Swedia pada tahun 1998 sebesar 69,3 dan telah menurun menjadi 65,3 pada tahun 2002. Goal post 100 adalah nilai tertinggi yang telah dicapai oleh dua negara: Luksemburg dan Cina. c. FDI (foreign direct invesment) merupakan investasi langsung asing yang berupa net inflow dari jumlah modal, reinvestasi pendapatan, modal jangka
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51
panjang dan modal jangka pendek yang ditunjukkan dengan neraca pembayaran/BoP. Dalam penelitian ini FDI menggunakan data prosentase FDI terhadap GDP yang dinyatakan dalam persen. Cara penghitungan prosentase FDI terhadap GDP adalah sebagai berikut: 𝐹𝐷𝐼
𝐹𝐷𝐼 = 𝐺𝐷𝑃𝑡 𝑥100% .............................................................................. (3.3) 𝑡
Dimana: FDI
: Prosentase FDI terhadap GDP
𝐹𝐷𝐼𝑡
: FDI pada tahun t
𝐺𝐷𝑃𝑡 : GDP pada tahun t d. Trade openness merupakan prosentase total ekspor dan impor dibagi dengan GDP. Trade opennes merupakan representatif dari perdagangan total ekonomi (ekspor, impor barang dan jasa), ukuran tingkat ketergantungan produsen domestik terhadap pasar luar negeri dan orientasi perdagangan mereka (ekspor) dan derajat ketergantungan dari permintaan domestik terhadap impor baik barang maupun jasa. Dalam penelitian ini trade openness dinyatakan dalam persen. 𝑇𝑅𝐷 =
𝑇𝑟𝑎𝑑𝑒𝑡 𝐺𝐷𝑃𝑡
𝑥100% .......................................................................... (3.4)
Dimana:
SKRIPSI
TRD
: Prosentase Trade opennes
𝑇𝑟𝑎𝑑𝑒𝑡
: Total Trade pada tahun t
𝐺𝐷𝑃𝑡
: GDP pada tahun t
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
52
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
e. Urbanization rate mencerminkan jumlah penduduk yang tinggal di wilayah urban. Terjadinya arus urbanisasi menjadi salah satu indikator terjadinya peningkatan ekonomi di wilayah urban. Peningkatan ekonomi ini juga ditunjukkan dengan kemajuan infrastruktur telekomunikasi yang semakin baik. Dalam penelitian ini urbanization rate dinyatakan dengan persen. 𝑈𝐵𝑆 =
𝑈𝑅𝐵𝑡 𝑃𝑂𝑃𝑡
𝑥100% ............................................................................. (3.5)
Dimana: UBS
: Prosentase urbanization rate
𝑈𝑅𝐵𝑡
: Populasi urban pada tahun t
𝑃𝑂𝑃𝑡
: Populasi total pada tahun t
3.3 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Dalam penelitian ini digunakan data panel mulai tahun 2000 – 2013. Data ini berasal dari 10 negara ASEAN yaitu Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari beberapa sumber. Data DTI index (Development Telecommunication Infrastructure) yang merupakan indeks dari fixed-telephone subscriptions per 100 inhabitants dan mobile-cellular telephone subscriptions
per
100
inhabitants
yang
bersumber
dari
International
Telecommunication Union (ITU). Data GDP growth besumber dari Asia Regional Integration Center yang di terbitkan oleh ADB (Asia Development Bank). Data urbanization rate bersumber dari World Develpment Indicator oleh World Bank.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
53
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Data FDI (foreign direct investment) as precentage of gdp UNCTAD (United Nations Conference On Trade And Development) dan trade openness as precentage of GDP bersumber dari Asia Regional Integration Center (ARIC) oleh ADB (Asian Developmnt Bank). Tabel 3.2 Sumber Data Sumber data
Variabel Development
fixed-telephone
International
telecommunication
subscriptions per 100
Telecommunication Union
infrstructure index
inhabitants
(ITU)
mobile-cellular
International
telephone subscriptions
Telecommunication Union
per 100 inhabitants
(ITU)
Asia Regional Integration Center yang di terbitkan oleh
GDP growth
ADB (Asia Development Bank).
urbanization rate
World Develpment Indicator oleh World Bank
FDI (foreign direct
World Investment Report oleh UNCTAD (United
investment)
Nations Conference On Trade And Development).
Trade openness
Asia Regional Integration Center (ARIC) oleh ADB (Asian Developmnt Bank)
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54
3.4 Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data dari sumber–sumber yang telah disebutkan sebelumnya. Data diperoleh dengan mengakses website official dari lembaga–lembaga seperti ITU, ADB, World Bank, dan UNCTAD. Selanjutnya data yang diperoleh dipilah sesuai dengan kebutuhan penelitian yaitu 10 negara ASEAN dan dengan periode waktu antara 2000 – 2013.
3.5 Teknik Analisis 3.6.1 Generalized Method Of Moments Tidak bisa dipungkiri jika variabel–variabel ekonomi ada yang memiliki sifat dinamis. Sifat ini membuat variabel–variabel ekonomi tersebut membutuhkan perlakuan khusus dari model yang akan digunakan, tak terkecuali pada data panel. Model data panel dinamis ini dapat dilihat dari keberadaan lag variabel dependen di antara variabel–variabel regresor. Ketika suatu persamaan mengandung lag dari variabel dependen maka akan muncul masalah berupa korelasi antara variabel 𝑦𝑖,𝑡−1 dengan 𝑢𝑖𝑡 . Hal yang demikian ini akan menyebabkan penggunaan estimasi statis seperti OLS, FEM, atau REM menjadi bias dan inkonsisten meskipun 𝑣𝑖𝑡 tidak berkorelasi secara parsial (Baltagi, 2005). Sebagai ilustrasi, berikut merupakan model data panel dinamis: 𝑦𝑖𝑡 = 𝛿𝑦𝑖,𝑡−1 + 𝑥′𝑖𝑡 𝛽 + 𝑢𝑖𝑡 ; 𝑖 = 1, … , 𝑁 ; 𝑡 = 1, … 𝑇 .............................3.6 Dengan 𝛿 menyatakan suatu skalar, 𝑥′𝑖𝑡 menyatakan matrik berukuran 1 𝑥 𝐾 dan 𝛽 matriks berukuran 𝐾 𝑥 1. Disini 𝑢𝑖𝑡 diasumsikan mengikuti model one way error component sebagai berikut:
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55
𝑢𝑖𝑡 = 𝜇𝑖 + 𝑣𝑖𝑡 ..........................................................................................3.7 Dimana 𝜇𝑖 ~ 𝐼𝐼𝐷(0, 𝜎𝜇2 ) menyatakan pengaruh individu dan 𝑣𝑖 ~ 𝐼𝐼𝐷(0, 𝜎𝑣2 ) menyatakan gangguan yang saling bebas satu sama lain atau dalam beberapa literatur disebut transient error. Model data panel statis dapat menunjukkan adanya konsistensi dan efisiensi baik menggunakan FEM atau REM terkait perlakuan terhadap 𝜇𝑖 . Namun demikian hal ini sangat berbeda halnya dengan apa yang terjadi pada model dinamis. Secara substansi kondisi berbeda karena 𝑦𝑖𝑡 merupakan fungsi dari 𝜇𝑖 maka 𝑦𝑖𝑡−1 juga merupakan fungsi dari 𝜇𝑖 . Ketika 𝜇𝑖 menjadi bagian dari 𝜇𝑖𝑡 maka akan terjadi korelasi antara variabel regresor 𝑦𝑖𝑡−1 dengan 𝜇𝑖𝑡 . Dengan demikian penggunaan estimator least square seperti yang digunakan dalam data panel statis menjadi bias dan inkonsisten. Bahkan jika 𝑣𝑖𝑡 tidak berkorelasi serial sekalipun. Sebagai ilustrasi, berikut merupakan model data panel autoregresif (AR(1)) tanpa menyertakan variabel eksogen 𝑦𝑖𝑡 = 𝛿𝑦𝑖,𝑡−1 + 𝑢𝑖𝑡 ; |𝛿| < 1; 𝑡 = 1, … 𝑇 ...............................................3.8 Dengan 𝑢𝑖𝑡 = 𝜇𝑖 + 𝑣𝑖𝑡 dimana 𝜇𝑖 ~ 𝐼𝐼𝐷(0, 𝜎𝜇2 ) dan 𝑣𝑖 ~ 𝐼𝐼𝐷(0, 𝜎𝑣2 ) saling bebas satu sama lain. Penduga fixed effect bagi 𝛿 diberikan oleh: 𝛿̂𝐹𝐸 =
𝑇 ∑𝑁 𝑖=1 ∑𝑡=1(𝑦𝑖,𝑡− 𝑦)(𝑦𝑖,𝑡−1 −𝑦𝑖,−1 ) 𝑇 ∑𝑁 𝑖=1 ∑𝑡=1(𝑦𝑖,𝑡−1 −𝑦𝑖,−1 )
2
............................................................3.9
Dengan 𝑦𝑖 = 1/𝑇 ∑𝑇𝑡=1 𝑦𝑖𝑡 dan 𝑦𝑖,−1 = 1/𝑇 ∑𝑇𝑡=1 𝑦𝑖,𝑡−1 . Sifat dari 𝛿̂𝐹𝐸 bisa dianalisis dengan cara mensubstitusikan persamaan (3.8) ke dalam persamaan (3.9). dengan demikian akan diperoleh persamaan sebagai berikut:
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
56
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
𝛿̂𝐹𝐸 = 𝛿 +
𝑇 (1/(𝑁𝑇)) ∑𝑁 𝑖=1 ∑𝑡=1(𝑣𝑖𝑡− 𝑣𝑖 )(𝑦𝑖,𝑡−1 −𝑦𝑖,−1 ) 𝑇 (1/(𝑁𝑇)) ∑𝑁 𝑖=1 ∑𝑡=1(𝑦𝑖,𝑡−1 −𝑦𝑖,−1 )
2
.........................................3.10
Dalam persamaan penduga ini bersifat bias dan inkonsisten untuk 𝑁 → ∞ dan 𝑇 tetap. Pembagian pada persamaan (3.10) tidak memiliki nilai harapan nol dan tidak konvergen menuju nol bila 𝑁 → ∞. Hal ini dapat ditunjukkan lebih khusus bahwa: lim
1
𝑁→∞ 𝑁𝑇
𝑇 ∑𝑁 𝑖=1 ∑𝑡=1(𝑣𝑖𝑡 − 𝑣̅𝑖 )(𝑦𝑖,𝑡−1 − 𝑦𝑖,−1 ) = −
𝜎𝑣2 (𝑇−1)−𝑇𝛿+𝛿 𝑇 𝑇2
(1−𝛿)2
≠ 0 ....3.11
Dengan demikian jika 𝑇 tetap maka akan dihasilkan penduga yang inkonsisten. Ada cara yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah inkonsistensi yang terjadi pada data panel dinamis, yaitu melalui pendekatan method of moments. Menurut Anderson dan Hsiao (1982) dapat digunakan metode estimasi Instrumental Variabel (IV). Metode IV ini akan menginstrumenkan variabel yang berkorelasi dengan error. Meskipun menghasilkan estimasi parameter yang konsisten akan tetapi cara ini dinilai tidak efisien. Selanjutnya, Arellano dan Bond (1991) dalam Roodman (2006) menyarankan suatu pendekatan generalized method of moments (GMM). Ada dua alasan yang mendasari penggunaan GMM. Pertama, GMM merupakan common estimator dan memberikan kerangka yang lebih bermanfaat untuk perbandingan dan penilaian. Kedua, GMM memberikan alternatif yang sederhana terhadap estimator lainnya, terutama maximum likelihood. Meskipun model ini memiliki banyak kelebihan, disatu sisi model ini juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya yang pertama adalah asymptotically efficient dalam sampelyang besar tetapi kurang efisien jika digunakan dalam sampel yang kecil atau terbatas (infinite). Kedua, seringkali tidak semua aplikasi
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57
mendukung model ini dalam perangkat tersebut. Sehingga dibutuhkan software yang benar-benar mampu menjalankan model ini. Ada dua model panel dinamis yang bisa digunakan dalam mengatasi permasalahan inkonsisten dalam data panel dinamis, yaitu : First-Difference GMM (FD – GMM/AB – GMM) dan System GMM (SYS – GMM). Perbedaan kedua model ini terletak pada penambahan informasi level yaitu kondisi momen dan matriks variabel instrumen pada tingkat level di samping first difference dengan cara mengkombinasikan momen kondisi dan matriks variabel instrumen (first difference dan level).
3.6.1.1 First Difference Generalized Method Of Moment First-difference merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk mendapatkan estimasi 𝛿 yang konsisten dimana 𝑁 → ∞ dengan 𝑇 tertentu. Selanjutnya menggunakan persamaan (3.9) akan dieliminasi untuk menghilangkan pengaruh individual (𝜇𝑖 ). 𝑦𝑖𝑡 − 𝑦𝑖,𝑡−1 = 𝛿(𝑦𝑖,𝑡−1 − 𝑦𝑖,𝑡−2) + (𝑣𝑖𝑡 − 𝑣𝑖,𝑡−1 ) ; 𝑡 = 2, … , 𝑇 ............3.12 Akan tetapi, estimator pada least square akan menghasilkan estimator 𝛿 yang inkonsisten karena 𝑦𝑖,𝑡−1 dan 𝑣𝑖,𝑡−1memiliki hubungan korelasi, bahkan jika 𝑇 → ∞. Oleh karena itu pendekatan dengan menggunakan first difference dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan variabel instrumen. Sebagai gambaran untuk permasalahan ini akan menggunakan 𝑦𝑖,𝑡−2 sebagai variabel instrumen. 𝑦𝑖,𝑡−2 berkorelasi dengan (𝑦𝑖,𝑡−1 − 𝑦𝑖,𝑡−2 ) akan tetapi tidak berkorelasi dengan 𝑣𝑖,𝑡−1 , dan
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58
𝑣𝑖𝑡 tidak berkorelasi secara serial. Estimator untuk variabel instrumen 𝛿 bisa ditunjukkan dalam persamaan berikut: 𝑁
𝑇
∑ ∑ (𝑦 −𝑦 ) 𝑦 𝛿̂𝐼𝑉 = ∑𝑁𝑖=1∑𝑇 𝑡=2𝑦 𝑖,𝑡−2(𝑦 𝑖𝑡 −𝑦𝑖,𝑡−1 ) ......................................................... (3.13) 𝑖=1
𝑡=2 𝑖,𝑡−2
𝑖,𝑡−1
𝑖,𝑡−2
Syarat perlu agar estimator ini konsisten adalah 1
𝑇 plim 𝑁(𝑇−1) ∑𝑁 𝑖=1 ∑𝑡=2(𝑣𝑖𝑡 − 𝑣𝑖,𝑡−1 )𝑦𝑖,𝑡−2 = 0 .................................. (3.14) 𝑁→∞ 𝑇→∞
Anderson dan Hsiao (1981) juga mengajukan estimator alternatif dengan menggunakan (𝑦𝑖,𝑡−2 − 𝑦𝑖,𝑡−3 ) sebagai instrumennya. Maka dapat diperoleh estimator variabel instrument 𝛿 : 𝑁
𝑇
∑ ∑ (𝑦 −𝑦 )(𝑦 −𝑦 ) 𝛿̂𝐼𝑉(2) = ∑𝑁𝑖=1∑𝑇 𝑡=3(𝑦 𝑖,𝑡−2−𝑦 𝑖,𝑡−3)(𝑦 𝑖𝑡 −𝑦𝑖,𝑡−1 )........................................ (3.15) 𝑖=1
𝑡=3
𝑖,𝑡−2
𝑖,𝑡−3
𝑖,𝑡−1
𝑖,𝑡−2
Syarat agar estimator ini konsisten adalah 1
𝑇 plim 𝑁(𝑇−2) ∑𝑁 𝑖=1 ∑𝑡=3(𝑣𝑖𝑡 − 𝑣𝑖,𝑡−1 ) (𝑦𝑖,𝑡−2 − 𝑦𝑖,𝑡−2 ) = 0 ................ (3.16) 𝑁→∞ 𝑇→∞
Jika kita perhatikan pada persamaan variabel instrumen yang kedua memerlukan tambahan lag variabel untuk membentuk instrumen. Sehingga jumlah pengamatan akan hilang (satu periode hilang) untuk melakukan estimasi. Selanjutnya pendekatan moment method bisa digunakan untuk menyatukan estimator dan mengeliminasi kerugian dari pengurangan ukuran sampel. Kondisi momen dicatat sebagai berikut : 1
𝑇 plim 𝑁(𝑇−1) ∑𝑁 𝑖=1 ∑𝑡=2(𝑣𝑖𝑡 − 𝑣𝑖,𝑡−1 )𝑦𝑖,𝑡−2 = 𝐸[𝑣𝑖𝑡 − 𝑣𝑖,𝑡−1 )𝑦𝑖,𝑡−2 ] = 0 ...... (3.17) 𝑁→∞ 𝑇→∞
Selanjutnya akan diperoleh : 1
𝑇 plim 𝑁(𝑇−2) ∑𝑁 𝑖=1 ∑𝑡=3(𝑣𝑖𝑡 − 𝑣𝑖,𝑡−1 ) = 𝐸[𝑣𝑖𝑡 − 𝑣𝑖,𝑡−1 )(𝑦𝑖,𝑡−2 − 𝑦𝑖,𝑡−3 )] = 0 .... (3.18) 𝑁→∞ 𝑇→∞
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59
Penggunaan lebih banyak moment condition akan meningkatkan efisiensi dari estimtor. Arellano dan Bond (1991) menyatakan bahwa daftar instrumen dapat dikembangkan dengan cara menambah kondisi momen dan membiarkan jumlahnya bervariasi berdasarkan t. Untuk itu, Arellano dan Bond mempertahankan T tetap. Dimisalkan dalam persamaan berikut 𝑇 = 4 maka akan diperoleh: a. 𝑬[(𝒗𝒊𝟐 − 𝒗𝒊𝒕 )𝒚𝒊𝟎 ] = 𝟎, untuk 𝒕 = 𝟐 .................................................. (3.19) b. 𝑬[(𝒗𝒊𝟑 − 𝒗𝒊𝟐 )𝒚𝒊𝟏 ] = 𝟎 dan 𝑬[(𝒗𝒊𝟑 − 𝒗𝒊𝟐 )𝒚𝒊𝟎 ] = 𝟎 , untuk 𝒕 = 𝟑 .. (3.20) c. 𝑬[(𝒗𝒊𝟒 − 𝒗𝒊𝟑 )𝒚𝒊𝟎 ] = 𝟎, 𝑬[(𝒗𝒊𝟒 − 𝒗𝒊𝟑 )𝒚𝒊𝟐 ] = 𝟎, dan 𝑬[(𝒗𝒊𝟒 − 𝒗𝒊𝟑 )𝒚𝒊𝟑 ] = 𝟎 untuk 𝑡 = 3 ..................................................................................... (3.21) Semua moment condition ini akan diperluas ke dalam estimator GMM. Untuk mengenalkan pada estimaor GMM, dimisalkan untuk ukuran sampel yang lebih umum sebanyak 𝑇, sehingga dapat dituliskan: 𝑣𝑖2 − 𝑣𝑖1 … ∆𝑣𝑖 = [ ] ......................................................................... (3.22) 𝑣𝑖,𝑇 − 𝑣𝑖,𝑇−1 Sebagai vektor transformasi eror, dan [𝑦𝑖0 ] 0 𝑍𝑖 = ⋮ 0 [
0 … [𝑦𝑖0 , 𝑦𝑖1 ] … ⋮ ⋮⋱ 0 …
0 0 ................................... (3.23) ⋮ [𝑦𝑖0 , … , 𝑦𝑖,𝑇−2 ]]
Sebagai matriks instrumennya. Masing-masing baris pada matriks 𝑍𝑖 merupakan isntrumen yang valid untuk tiap-tiap periodenya. Secara ringkas moment condition dapat dituliskan sebagai berikut: 𝐸[𝑍𝑖, ∆𝑣𝑖 ] = 0 ...................................................................................... (3.24)
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
60
Yang merupakan kondisi bagi 1 + 2 + ⋯ + 𝑇 − 1. Untuk menurunkan estimator GMM maka persamaan sebelumnya bsia di tulis menjadi berikut: 𝐸[𝑍𝑖, (∆𝑦𝑖 − ∆𝑦𝑖,−1 )] = 0.................................................................... (3.25) Pada umumnya jumlah moment condition melebihi jumlah koefisien yang belum diketahui, 𝛿 akan diduga dengan meminimumkan kuadrat momen sampel yang bersesuaian, yaitu: 1
1
′ 𝑁 ′ 𝑚𝑖𝑛 [𝑁 ∑𝑁 𝑖=1 𝑍𝑖 (∆𝑦𝑖 − ∆𝑦𝑖,−1 )] 𝑊𝑁 [𝑁 ∑𝑖=1 𝑍𝑖 (∆𝑦𝑖 − ∆𝑦𝑖,−1 )] ......... (3.26)
Dengan 𝑊𝑁 merupakan matriks penimbang definit positif yang simetris. Jika persamaan sebelumnya di diferensiasi kan makan akan diperoleh estimator GMM sebagai berikut: −1
𝑁 𝛿̂𝐺𝑀𝑀 = ((∑𝑁 𝑖=1 ∆𝑦′𝑖 ′ −1 𝑍𝑖 ) 𝑊𝑁 (∑𝑖=1 ∆𝑦′𝑖 ′ −1 𝑍𝑖 ))
×
𝑁 ((∑𝑁 𝑖=1 ∆𝑦′𝑖 ′ −1 𝑍𝑖 ) 𝑊𝑁 (∑𝑖=1 𝑧′𝑖 ∆𝑦𝑖 )) ............................................. (3.27)
Estimator GMM ini memiliki sifat yang bergantung pada pemilihan 𝑊𝑁 yang konsisten selama 𝑊𝑁 merupakan definit positif, misalakan 𝑊𝑁 = 𝐼 dimana ini merupakan matriks identitas. Optimal weighting matrix akan memberikan estimator yang paling efisien. Hal ini dikarenakan optimal weighting matrix memberikan hasil matriks kovarian asimtotik yang terkecil untuk 𝛿𝐺𝑀𝑀 . Hal ini sesuai dengan teori umum GMM (verbeek,2000). Dalam teori tersebut diketahui bawasanya optimal weighting matrix proporsional terhadap matriks kovarian invers dai momen sampel. Optimal weighting matrix dalam hal ini akan memenuhi : plim 𝑊𝑁 = 𝑉[𝑍𝑖′ ∆𝑣𝑖 ]−1 = 𝐸[𝑍𝑖′ ∆𝑣𝑖 ∆𝑣𝑖′ 𝑍𝑖 ]−1 .................................... (3.28) 𝑁→∞
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
61
Ketika dalam suatu kasus tidak ada restriksi yang dikenakan terhadap matriks kovarian 𝑣𝑖 , maka optimal weighting matrix dapat diestimasi menggunakan firststep consistent estimator bagi 𝛿 dan mengganti operator ekpektasi dengan rata-rata sampel, yaitu (two step estimator) ̂𝑁𝑜𝑝𝑡 = [ 1 ∑𝑁 𝑊 𝑍 ′ ∆𝑣̂𝑖 ∆𝑣̂𝑖′ 𝑍𝑖 ] 𝑁 𝑖=1 𝑖
−1
......................................................... (3.29)
Dimana ∆𝑣̂𝑖 merupakan vektor residual yang diperoleh dari first-step consistent estimator. Secara umum pendekatan GMM tidak hanya menekankan bahwa 𝑣𝑖𝑡 ~𝑖𝑖𝑑 pada seluruh individu dan waktu. Selain itu optimal weighting matrix akan diestimasi tanpa mengenakan restriksi. Perlu di ingat bahwa validitas kondisi momen akan membutuhkan ketidakberadaan autokorelasi sebagai jaminannya. Karena estimator optimal weighting matrix tidak terestriksi, maka dimungkinkan dan sangat dianjurkan bagi sampel berukuran kecil untuk menitikberatkan autokorelasi pada 𝑣𝑖𝑡 dan juga dikombinasikan dengan asumsi homoskedastisitas. Dalam hal ini ada catatan terkait restriksi dimana 2 −1 0 ⋯ −1 2 ⋱ 0 𝐸[∆𝑣𝑖 ∆𝑣𝑖′ ] = 𝜎𝑣2 𝐺 = 𝜎𝑣2 [ ] ................................ (3.30) 0 ⋱ ⋱ −1 ⋮ 0 −1 2 optimal weighting matrix dapat ditentukan sebagai one step estimator. ̂𝑁𝑜𝑝𝑡 = ( 1 ∑𝑁 𝑊 𝑍 ′ 𝐺𝑍𝑖 ) N 𝑖=1 𝑖
−1
............................................................... (3.31)
Perlu diperhatikan bahwa persamaan (3.31) tidak mengandung parameter yang tidak diketahui, sehingga penduga GMM yang optimal dapat dihitung dengan one
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
62
step estimator saja jika error 𝑣𝑖𝑡 diasumsikan homoskedastisitas dan tidak mengandung autokorelasi. Selanjutnya jika pada data panel mengandung variabel eksogen maka persamaan (3.8) dapat di tulis kembali sebagai berikut: ′ 𝑦𝑖𝑡 = 𝑥𝑖𝑡 𝛽 + 𝛿𝑦𝑖,𝑡−1 + 𝜇𝑖 + 𝑣𝑖𝑡 ......................................................... (3.32)
Persamaan (3.32) juga dapat diestimasi menggunakan pendekatan GMM. Hal ini bergantung pada asumsi yang dibuat terhadap 𝑥𝑖𝑡 . Bila 𝑥𝑖𝑡 strictly exogeneous atau tidak berkorelasi dengan sembarang error 𝑣𝑖𝑡 , maka akan diperoleh 𝐸[𝑥𝑖𝑠 , ∆𝑣𝑖𝑡 ] = 0 ; untuk setiap 𝑠 dan 𝑡 ............................................... (3.33) Sehingga 𝑥1 , ⋯ , 𝑥𝑖𝑇 dapat ditamba ke dalam daftar isntrumen untuk persamaan first difference pada tiap periodenya. hal ini akan menyebabkan jumlah baris pada 𝑍𝑖 menjadi besar. Selanjutnya dengan mengenakan moment condition 𝐸[∆𝑥𝑖0 , ∆𝑣𝑖𝑡 ] = 0 ; untuk setiap 𝑡 .................................................................. (3.34) Matriks instrumen dapat ditulis sebagai berikut ′ [𝑦𝑖0 , ∆𝑥𝑖2 ] 0 𝑍𝑖 = ⋮ 0 (
0 ′ [𝑦𝑖0 , 𝑦𝑖𝑡 , ∆𝑥𝑖2 ] ⋯
⋯ ⋱ 0
0 0 .... (3.35) 0 [𝑦𝑖0 , … , 𝑦𝑖,𝑇−2 , ∆𝑥𝑖𝑡 ] )
Jika variabel 𝑥𝑖𝑡 tidak strictly exogeneous melainkan predetermined, maka dalam kasus dimana 𝑥𝑖𝑡 dan 𝑙𝑎𝑔 𝑥𝑖𝑡 tidak berkorelasi dengan bentuk error saat ini, akan diperoleh 𝐸[𝑥𝑖𝑡 , 𝑣𝑖𝑠 ] = 0 untuk 𝑠 ≥ 𝑡. Pada kasus dimana hanya 𝑥𝑖,𝑡−1 , ⋯ 𝑥𝑖1 instrumen yang valid bagi persamaan first difference pada periode t, kondisi momen dapat dikenakan sebagai 𝐸[𝑥𝑖,𝑡−𝑗 ∆𝑣𝑖𝑡 ] = 0 ; 𝑗 = 1, … , 𝑡 − 𝑖, ∀ 𝑡 ............................................ (3.36)
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
63
Kombinasi variabel 𝑥 yang stricly exogenous dan predetermined bisa muncul lebih dari satu kali. Selanjutnya matriks 𝑍𝑖 dapat disesuaikan. Pada sampel berukuran kecil estimator GMM dapat mengandung bias. Hal ini terjadi jika lag (lagged level) dari deret memiliki korelasi yang lemah dengan first difference berikutnya. Akibatnya instrumen pertama first difference menjadi lemah (Blundell & Bond:1998). Model AR (1) pada persamaan (3.8) muncul sebagai fenomena karena parameter autoregresif (𝛿) mendekati satu atau varian dari pengaruh individu (𝜇𝑖 ) meningkat relatif terhadap varian transient error (𝑣𝑖𝑡 ). Estimator AB-GMM dapat terkendala oleh bias pada sampel yang terbatas. Hal ini terjadi terutama ketika jumlah sampel yang ada relatif kecil. ketika hal ini terjadi maka diperlukan perhatian khusus untuk menerapkan metode ini guna mendapatkan hasil estimator yang baik. Pada estimator AB-GMM ada atau tidaknya bias yang terjadi dapat di deteksi dengan melakukan komparasi hasil estimasi dengan estimator alternatif dari parameter autoregresif. Seperti dijelaskan sebelumnya pada model AR(1), least square akan memberikan bias pada estimasi yang sifatnya keatas (biased upward) dengan adanya pengaruh spesifik individu (individual-spesific effect). Sedangkan fixed effect akan memberikan estimator pada 𝛿 dengan bias yang cenderung ke bawah (biased downward). Jika hasil estimasi pada model AB-GMM memberikan hasil yang dekat atau di bawah estimasi dari fixed effect maka ada kemungkinan jika AB-GMM biased downward. Hal ini bisa saja terjadi karena lemahnya instrumen yang ada.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
64
3.6.1.2 System Generalized Method Of Moment System GMM atau SYS-GMM merupakan metode yang digunakan untuk mengestimasi persamaan baik pada first difference maupun pada level dimana instrumen pada level yang digunakan adalah lag first difference dari deret tersebut. Blundell dan Bond (1998) menyatakan pentingnya pemanfaatan initial condition untuk menghasilkan estimator yang efisien dari model data panel dinamis ketika T berukuran kecil. Selanjutnya akan diberikan model autoregresif data panel dinamis tanpa regresor eksogenus: 𝑦𝑖𝑡 = 𝛿𝑦𝑖,𝑡−1 + 𝜇𝑖 + 𝑣𝑖𝑡 ................................................................. (3.37) Dengan 𝐸(𝜇𝑖 ) = 0, 𝐸(𝑣𝑖𝑡 ) = 0, 𝐸(𝜇𝑖 𝑣𝑖𝑡 ) = 0 untuk 𝑖 = 1,2, ⋯ , 𝑁 ; 𝑡 = 1,2, ⋯ , 𝑇. Pada kasus ini Blundel dan Bond (1988) memfokuskan pada 𝑇 = 3 oleh karena itu hanya terdapat satu kondisi ortogonal yang diberikan oleh 𝐸(𝑦𝑖1 ∆𝑦𝑖3 ) = 0 sedemikian rupa sehingga 𝛿 dapat teridentifikasi (just identified). Pada tahap pertama dari regresi variabel instrumen diperoleh dengan cara meregresikan ∆𝑦𝑖2 pada 𝑦𝑖1 . Regresi ini diperoleh dari persamaan sebelumnya yang dievaluasi pada saat 𝑡 = 2 𝐴𝑦𝑖2 = (𝛿 − 1)𝑦𝑖,1 + 𝜇𝑖 + 𝑣𝑖2 ......................................................... (3.38) Persamaan ini akan menghasilkan (𝛿 − 1) yang bias keatas (upward biased) karena ekspektasi 𝐸(𝑦𝑖1 𝜇𝑖 ) > 0 dengan 𝑝𝑙𝑖𝑚(𝛿̂ − 1) = (𝛿 − 1)
𝑐 𝜎2 𝜇
........................................................ (3.39)
𝑐+( 2 ) 𝜎 𝜇
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
65
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
𝜎2
dimana 𝑐 = (𝜎𝜇2 ). Bias yang muncul akan menyebabkan estimasi dari variabel 𝜇
𝑦𝑖1 mendekati nol dan nilai satistik-F dari regresi variabel instrumen tahap pertama akan konvergen ke 𝑥12 dengan parameter non-centrality (𝜎2 𝑐)2
𝜇 𝜏 = 𝜎2 +𝜎 2 𝑐 → 0, dengan 𝛿 → 1 ....................................................... (3.40) 𝜇
𝜇
Dalam persamaan tersebut 𝜏 → 0 maka estimator variabel instrumen menjadi lemah. Blundel dan Bond (1988) mengaitkan bias dan lemahnya presisi dari penduga first-difference GMM dengan lemahnya instrumen yang tidak lain dicirikan dari parameter konsentrasi 𝜏. Blundel dan Bond (1988) mengatakan estimasi dengan model ini adalah salah satu cara untuk menghindari munculnya bias pada sampel yang kecil dan terjadinya ketidaktepatan pada difference-GMM pada saat T kecil.
3.6.2
Sargan Test Of Overidentifying Restrictions GMM memerlukan uji validitas dari instrumen yang dihasilkan. Uji
validitas ini bisa menggunakan Sargan Test Of Overidentifying Restrictions. Sargan test merupakan pendekatan untuk mendeteksi apakah dalam instrumen tersebut ada masalah validitas atau tidak. Dalam uji ini ada dua hipotesis yang diajukan : 𝐻0: Tidak ada masalah dengan validitas instrumen (instrumen valid) dan tidak berkorelasi dengan eror. 𝐻1: : Ada masalah dengan validitas instrumen dan berkorelasi dengan eror. Nilai statsitik uji Sargan dapat dihitung dengan cara berikut : 1
1
𝑆 = 𝑁 (𝑁 ∑𝑁 ̂𝑖2 ) 𝑊𝑁2 (𝑁 ∑𝑁 ̂𝑖2 ) .................................. (3.41) 𝑖=1 𝑍𝑖 ′∆𝑣 𝑖=1 𝑍𝑖 ′∆𝑣
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
66
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Nilai statistik di atas memiliki sebaran 𝜒𝑞2 , dimana 𝑞 menyatakan jumlah instrumen dikurangi dengan jumlah parameter yang digunakan model. Pada poin terakhir ini ada beberapa catatan yang perlu diketahui kriteria untuk memilih dan menentukan model dinamis yang tepat : 1. Konsistensi model dengan menggunakan Arellano – Bond m1 dan m2 2. Validitas instrumen dengan menggunakan Uji Sargan 3. Estimasi parameter GMM seharusnya akan memberikan hasil estimasi yang tidak bias. Untuk itu maka penduga terbaik harus memiliki kriteria yang konsisten, valid, dan tidak bias.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Ekonomi ASEAN ASEAN merupakan sebuah negara kawasan yang terletak di sebelah tenggara benua Asia. Kawasan dengan luas wilayah daratan mencapai 4,46 juta km2 atau setara dengan 3% dari total luas bumi ini menjadikan ASEAN kaya akan berbagai sumber daya alam. Berdasarkan data dari ASEAN Statistic jumlah penduduk ASEAN saat ini mencapai 622 juta jiwa. Hal ini membuat ASEAN menjadi pasar konsumen yang paling cepat tumbuh di dunia. Jika dibandingkan dengan negara kawasan lain, ASEAN lebih unggul karena negara kawasan ini menjadi pusat perdagangan dan manufaktur global. Jika ASEAN merupakan sebuah negara, ini akan menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke empat di dunia, dengan total GDP mencapai 2,573,589 dolar. Pada Gambar 4.1 halaman 68 bisa dilihat pertumbuhan GDP ASEAN sepanjang tahun 2001-2013 mencapai 300%. Pertumbuhan GDP ASEAN ini merupakan terbesar kedua setelah China. Ekonomi di kawasan ASEAN 60% diantaranya di dukung dari sektor manufaktur, retail, telekomunikasi, dan transportasi. Hal ini membuat ASEAN berada pada posisi ke empat sebagai regional yang memiliki angka ekspor terbesar setelah EU, Amerika Utara, dan Tiongkok. Secara keseluruhan ekspor dari regional ASEAN mencapai 7% dari keseluruhan ekspor secara global. Sebagai gambaran dari semua negara yang tergabung dalam ASEAN memiliki spesialisasi tersendiri.
67 SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
68
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Beberapa spesialisasi tersebut diantaranya seperti Vietnam memiliki spesialisasi pada produk tekstil dan pakaian, Singapura dan Malaysia merupakan eksportir produk elektronik terkemuka di dunia, Thailand memiliki spesialisasi pada produk kendaraan dan eksportir part kendaraan otomotif. Beberapa negara ASEAN juga memiliki spesialisasi pada bidang sumber daya alam seperti Indonesia merupakan produsen dan eksportir minyak sawit terbesar di dunia, eksportir batu bara terbesar, dan produsen biji coklat dan timah terbesar kedua di dunia. Selain itu Myanmar juga memiliki potensi yang besar pada cadangan minyak, gas, dan berbagai mineral. Negara ASEAN ada juga yang menjadi eksportir produk pertanian seperti Filipina. 700% 575%
600% 500% 400% 313% 300%
294% 257%
200%
137% 100%
100%
65%
57%
Taiwan
USA
20% 0% ASEAN
Australia
RRT
Eropa
India
Jepang
Korea Selatan
Sumber: International Monetary Fund (2013) Gambar 4.1 Pertumbuhan GDP ASEAN 2001-2013 Perkembangan ekonomi ASEAN yang terus membaik tentu akan diiringi dengan datangnya masalah baru. Maslah ini muncul salah satunya dari proses demografi yang terjadi di ASEAN. Urbanisasi di ASEAN bisa dibilang lebih tinggi jika di banding dengan di barat. Kesenjangan pembangunan di ASEAN menjadi
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
69
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
salah satu pemicunya. Pada Gambar 4.2 bisa dilihat bawasanya populasi urban di negara-negara ASEAN cenderung stagnan. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan di negara-negara tersebut belum merata dan aktivitas ekonomi masih terkonsentrasi di wilayah perkotaan. Perpindahan penduduk ini juga akan menimbulkan beberapa masalah baru seperti sanitasi, polusi, kesenjangan pendapatan, dan permasalahan infrastruktur. Urbanisasi juga akan menyebabkan terjadinya pergeseran tenaga dari tenaga kerja primer menuju sekunder dan tersier. 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Brunei
Filipina
Indonesia
Kamboja
Laos
Malaysia
Myanmar
Singapura
Thailand
Vietnam
Sumber: Asian Development Bank (2014) Gambar 4.2 Prosentase Populasi Urban di ASEAN
4.1.2 Investasi Asing di ASEAN Sebagai kawasan ekonomi yang memiliki emerging market maka ASEAN merupakan salah satu tujuan utama untuk berinvestasi di wilayah Asia. Tercatat pada tahun 2013-2014 saja arus FDI yang masuk ke regional mampu tumbuh hingga 16%, dari angka $117,7 juta menjadi $136,2 juta. Hal ini membuat ASEAN
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
70
menjadi regional negara berkembang yang menerima investasi asing terbesar di dunia. Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.3 bahwa investasi asing yang masuk ke ASEAN terus mengalami peningkatan secara signifikan.
Sumber : Sekretariat ASEAN 2015 Gambar 4.3 Pertumbuhan FDI di ASEAN Arus investasi yang masuk ke ASEAN ini di dominasi oleh sektor keuangan dan jasa, termasuk di dalamnya infrastruktur. Tercatat pada tahun 2013 investasi asing di ASEAN pada bidang manufaktur turun ke angka $22,2 juta dari sebelumnya $33,3 juta pada tahun 2013. Hal ini direspon berbeda dengan sektor keuangan yang mengalami peningkatan dari $28,3 juta pada tahun 2013 menjadi $43,1 juta pada tahun 2014. FDI dibidang infrastruktur di dominasi pada sektor transportasi, pergudangan, ICT, dan juga perumahan. Tercatat 15% FDI yang masuk ke ASEAN diperuntukkan untuk infrastruktur. Pada tahun 2014 Indonesia, Thailand, dan viet Nam mengalami peningkatan FDI di bidang infrastruktur. FDI pada bidang transportasi, pergudangan, telekomunikasi, dan perumahan meningkat di Indonesia.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
71
Thailand mengalami peningkatan FDI pada bidang telekomunikasi dan Viet Nam meningkat pada bidang konstruksi dan perumahan.
4.1.3 Perdagangan di ASEAN Perkembangan ekonomi ASEAN memang sangat pesat. Cina yang sebelumnya mendominasi export-processing zone, saat ini ASEAN sudah mulai melakukan hal yang sama. Beberapa titik export-processing zone di kawasan ASEAN adalah The Batam Free Trade Zone yang di gunakan dua negara Singapura dan Indonesia, The Southern Regional Industrial Estate di Thailand, The Tanjung Emas Export Processing Zone di Indonesia, The Port Klang Free Zone di Malaysia, The Thilawa Special Economic Zone di Myanmar, dan The Tan Thuan Export Processing Zone di Vietnam.
US Dollar
Partner Dagang ASEAN 700000 600000 500000 400000 300000 200000 100000 0
Sumber: Secretariat ASEAN (2013) Gambar. 4.4 Top 10 Partner Dagang ASEAN Sebagai sebuah kawasan yang menjadi emerging hotspot maka peluang ASEAN untuk menjadi tujuan utama investasi utama sangat besar. Terlebih lagi
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
72
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ASEAN sebagai lintasan jalur perdagangan dunia dengan nilai mencapai 5,3 triliun US Dolar per tahunnya. Angka yang sangat besar ini memberikan daya tarik sendiri untuk tumbuh kembangnya ekonomi di kawasan ASEAN. Pada Gambar 4.4 halaman 72 bisa dilihat bawasanya mitra dagang ASEAN tersebar secara global. Data tersebut menunjukkan 10 partner dagang utama ASEAN dengan nilai perdagangan terbesar. Berdasarkan data yang dirilis oleh ASEAN tercatat pada tahun 2014 mencapai angka USD 2,53 triliun. Dari sisi pertumbuhan ekonomi, terdapat dua negara yang memiliki GDP per kapita tertinggi di ASEAN yaitu Singapura dan Brunei Darussalam. Dua negara ini merupakan leading economy di ASEAN. Dominasi ekonomi dua negara ini terletak pada sektor finansial dan energi. Singapura merupakan pusat bisnis di kawasan Asia Pasifik. Sedangkan Brunei Darussalam merupakan negara dengan komoditas utamanya merupakan minyak bumi (Gambar 4.5 halaman 72). 60000,0
$ US Dollar
50000,0 40000,0 30000,0 20000,0 10000,0 0,0
Brunei Camb Indon Darus odia esia salam
Lao PDR
Malay Myan Philip Singap Thaila Viet sia mar pines ore nd Nam
Series1 41424, 1104,5 3900,5 1729,7 10784, 1277,7 2816,0 56286, 5436,1 2054,8
Sumber: Secretariat ASEAN (2013) Gambar 4.5 GDP Per Kapita Negara Anggota ASEAN Berbagai keuntungan yang ada di regional ASEAN ini membuat ASEAN menjadi basis perusahaan-perusahaan besar. Tercatat pada tahun 2010 sebanyak
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
73
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
227 perusahaan paling kompetitif di dunia berada di kawasan ASEAN. Pada tahun 2013 Forbes mencatat 74 dari 2000 perusahaan terkemuka dunia memiliki kantor pusat di kawasan ASEAN. Pada Tabel 4.1 halaman 73 menunjukkan posisi ASEAN berada pada peringkat ke tujuh sebagai kawasan yang menjadi basis perusahaanperusahaan besar dunia. Kondisi ini tentu menjadi salah satu keuntungan bagi perkembangan ekonomi bahkan teknologi bagi ASEAN .Tabel 4.1
1
USA
Lokasi Perusahaan Terkemuka Dunia Jumlah Pendapatan Rata-Rata Perusahaan Perusahaan Pendapatan per ($ Juta) Perusahaan ($ Juta) 2.123 15.221 7,2
2
Jepang
1.028
7.347
7,1
3
China
674
6.208
9,2
4
Jerman
463
3.729
8,1
5
UK
358
2.818
7,9
6
Prancis
236
3.075
13,0
7
ASEAN
227
1.068
4,7
8
Australia
203
960
4,7
9
Kanada
194
1.071
5,5
10
Italia
179
1.149
6,4
No. Negara
Sumber Catatan
: Thompson, F., & Tonby, O (2014) : Perusahaan yang tercatat merupakan perusahaan yang memiliki pendapatan lebih dari 1 juta dolar pada tahun 2010.
Perkembangan yang pesat di kawasan ASEAN tentunya harus diikuti oleh pembangunan infrastruktur yang mendukung. Infrastruktur ini menjadi pendukung bagi ASEAN untuk menciptakan kondisi ekonomi yang lebih stabil, meningkatkan
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
74
konektivitas dan juga daya saing. Sebagai sebuah kawasan yang terdiri dari negara kepulauan maka infrastruktur transportasi dan telekomunikasi adalah dua infrastruktur yang mampu mendorong perekonomian kawasan ini. Peningkatan infrastruktur ini akan mempengaruhi daya saing yang dimiliki oleh masing-masing negara. Pada Gambar 4.6 menunjukkan ASEAN cenderung mengalami peningkatan daya saing yang stabil.
Sumber : Schwab, K (2014) Keterangan : ASEAN : Association Of Southeast Asian Nation SAARC : South Asian Association for Cooperation Gambar 4.6 Competitiveness Index ASEAN Selain itu kondisi ekonomi masing-masing negara ASEAN juga mempengaruhi seberapa besar daya saing masing-masing negara dengan infrastruktur yang dimiliki. Data logistic performance index (LPI) menunjukkan bagaimana tingkat kualitas supply chain di negara-negara ASEAN (Tabel 4.2).
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
75
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Perbedaan geografis membuat beberapa negara ASEAN memiliki gap yang cukup jauh dengan negara lain. Singapura merupakan negara yang memiliki kualitas logistik paling bagus di ASEAN. Beberapa indikator dari LPI juga menunjukkan bahwa tingkat kualitas infrastruktur dari masing-masing negara ASEAN masih memiliki gap. Meningkatkan kualitas kawasan yang lebih kompetitif melalui peningkatan
infrastruktur
transportasi,
telekomunikasi,
dan
energi
akan
menciptakan daya tarik investasi dan teknologi, meningkatkan kesejahteraan, dan meningkatkan lapangan kerja. Tabel. 4.2 Logistic performance index (LPI) 2015 Internatio Logistic Tracking & Timeli nal Competence Tracing ness Shipment
Negara
Ranking
LPI
Custom
Infrastr ucture
Brunei Darussala m Singapura
*
*
*
*
*
*
*
*
5
4.00
4.01
4.28
3.70
3.97
3.90
4.25
Malaysia
25
3.59
3.37
3.56
3.64
3.47
3.58
3.92
Thailand
35
3.43
3.21
3.40
3.30
3.29
3.45
3.96
Vietnam
48
3.15
2.81
3.11
3.22
3.09
3.19
3.49
Indonesia
53
3.08
2.87
2.92
2.87
3.21
3.11
3.53
Filipina
57
3.00
3.00
2.60
3.33
2.93
3.00
3.07
Kamboja
83
2.74
2.67
2.58
2.83
2.67
2.92
2.75
Laos
131
2.39
2.45
2.21
2.50
2.31
2.20
2.65
Myanmar
145
2.25
1.97
2.14
2.14
2.07
2.36
2.83
Sumber: World Development Indikator (2015) Keterangan: (*) Data belum diterbitkan
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
76
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.1.3 Pembangunan Infrastruktur Telekomunikasi di ASEAN Secara geografis beberapa negara di ASEAN merupakan negara kepulauan. Kondisi geografis ini tentu akan mempengaruhi jenis infrastruktur yang digunakan untuk meningkatkan integrasi kawasan ekonomi. Beberapa infrastruktur yang dijadikan sebagai pertimbangan untuk meningkatkan integrasi dan konektivitas tersebut adalah infrastruktur telekomunikasi. Perkembangan ekonomi ASEAN sebagai basis produksi dan manufaktur tentu perlu dukungan infrastruktur telekomunikasi untuk meningkatkan daya saing. Baik untuk keperluan penyebaran informasi maupun kebutuhan yang lain. 1,2
Index score
1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 2009
2010
2011
2012
Brunei Darussalam
Filipina
Indonesia
Malaysia
Myanmar
Singapura
Thailand
Kamboja
Laos
2013
Vietnam
Sumber: International Telecommunication Union (2015) Gambar 4.7 Tren Indeks Pembangunan Infrastruktur Telekomunikasi Berdasarkan indeks pembangunan infrastruktur telekomunikasi yang dikeluarkan oleh International Telecommunication Union (ITU) pada Gambar 4.7 menunjukkan tren indeks pembangunan infrastruktur telekomunikasi tahun 20092013. Data ini merupakan indeks dari gabungan data fixed-telephone subscriptions
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
77
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
per 100 inhabitants dan mobile-cellular subscriptions per 100 inhabitants. Tren pembangunan infrastruktur yang terus meningkat ini menunjukkan adanya hubungan antara pembangunan ekonomi dan telekomunikasi. Mengingat kebutuhan infrastruktur telekomunikasi yang mampu mengakomodasi negaranegara ASEAN terkoneksi secara global dalam perekonomian.
Pengguna Telepon Kabel
140 120 100 80 60 40 20 0 2006
2007
2008
2009
2010
2011
Brunei Darusslama
Filipina
Indonesia
Kamboja
Laos
Malaysia
Myanmar
Singapura
Thailand
2012
2013
Vietnam
Sumber: International Telecommunication Union (2015) Gambar 4.8 Perkembangan Jumlah Pengguna Telepon Kabel per 100 Penduduk Dua indikator infrastruktur telekomunikasi yang ditetapkan oleh International Telecommunication Union (ITU) pada Gambar 4.8 halaman 77 dan Gambar 4.9 halaman 78 masing-masing menunjukkan perkembangan dari dua indikator utama indeks pembangunan infrastruktur yang dikeluarkan oleh International ITU. Pada Gambar 4.8 halaman 77 Fixed-telephone subscriptions per 100 inhabitants menunjukkan penurunan. Hal ini sebagai bentuk respon masyarakat atas masuknya teknologi mobile. Pada Gambar 4.9 halaman 78 bisa dilihat
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
78
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
bawasanya masuknya teknologi mobile di respon baik oleh negara-negara di ASEAN. Hal ini bisa dilihat dari semakin meningkatnya jumlah pengguna teknologi mobile di masing-masing negara. Peningkatan ini direspon balik oleh telepon kabel yang secara perlahan mengalami penurunan. Tingkat efisiensi yang dihasilkan oleh teknologi mobile dinilai lebih tinggi dibanding dengan pemakaian telepon kabel.
Pengguna Mobile Cellular
180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 2006
2007
2008
2009
2010
2011
Brunei Darusslama
Filipina
Indonesia
Kamboja
Laos
Malaysia
Myanmar
Singapura
Thailand
2012
2013
Vietnam
Sumber: International Telecommunication Union (2015) Gambar 4.9 Perkembangan Jumlah Pengguna Mobile Cellular per 100 Penduduk Pada Tabel 4.3 halaman 79 menunjukkan bagaimana perkembangan infrastruktur telekomunikasi di kawasan ASEAN. Terlihat bawasanya konektivitas ASEAN masih belum merata. Hal ini bisa dilihat dari status fixed and mobile infrastructure dimana beberapa negara seperti Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam yang berada pada status limited dan very limited. Tentunya hal ini juga akan berdampak pada tingginya harga dari layanan untuk mengakses informasi.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
79
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tabel 4.3 Kondisi Infrastruktur Telekomunikasi & Jaringan Broadband ASEAN Negara
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Cambodia
$2.400
0,8
Weak
Adequate
Very Expensive
Reasonably Very Limited 48,7% Competitive
Indonesia
$4.900
1,0
Weak
Adequate
Expensive
Competitive
Lao PDR
$2.900
0,4
Weak
Limited
Very Expensive
Less Very Limited 27,4% Competitive
Malaysia
$16.400
15,6
Myanmar
$1.900
0,3
Philippiness
$4.300
5,5
Singapore
$59.500 258,3
Xcellent
Thailand
$9.240
6,6
Vietnam
$3.550
*
Brunei Darussalam
Excellent Adequate Reasonably Expensive
Weak
Limited
Excellent Relatively Strong
Very Expensive
(6)
Reasonably Competitive
(7)
Growing
Relatively Strong
(8)
5,5%
4,4%
Uncompetitive Very Limited 132,8% but Planned Liberalization
Very Expensive
Less Competitive
Growing
11,2%
Very Strong
Inexpensive
Reasonably Competitive
Very Strong
0,1%
Average
Relatively Strong
Very Expensive
Reasonably Competitive
Average
0,5%
5,2
Somewhat Weak
Limited
Expensive
Less Competitive
Limited
7,9%
*
*
*
*
*
*
*
Sumber : Ruddy (2014) Keterangan : (1) GDP Per Capita, YA 2012 (PPP,USD) (2) International Bandwidth per Capita (Kbps) (3) International Connectvity (4) Domestic Connectivity (5) IP Transit Price (6) Competitiveness of Telecom Market (7) Fixed and mobile Broad Band Infrastructure (8) Annual 1 Mbps Broadband Subscription + Instalation as % of GDP (*) Data belum tersedia Hal ini juga berdampak terhadap pasar informasi termasuk juga penyedia layanan informasi yang tidak kompetitif. Bisa dilihat pula konektivitas secara global masih banyak negara yang menunjukkan status weak. Status ini menunjukkan konektivitas negara ASEAN terhadap koneksi global masih terbatas
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
80
atau bisa di bilang belum memenuhi kebutuhan. Oleh karena itu pembangunan infrastruktur telekomunikasi untuk memperkuat sektor ini akan mampu menghapuskan kesenjangan digital baik untuk wilayah domestik, kawasan ataupun secara global. Beberapa hal yang bisa tercapai ketika terjadi peningkatan infrastruktur telekomunikasi adalah menghilangkan batas roaming antar wilayah merupakan salah satu hasil yang bisa diperoleh ketika pembangunan infrastruktur di jalankan. Saat ini hanya Singapura dan Malaysia yang telah menerapkan perjanjian untuk menurunkan biaya roaming di kedua negara dan tentunya hal ini perlu ditingkatkan hingga ke tingkat kawasan untuk menekan biaya komunikasi antar negara dalam kawasan ASEAN. Sehingga kawasan ASEAN memiliki basis komunikasi yang kuat untuk terkoneksi secara global. Akses informasi juga diwujudkan ASEAN melalui pembangunan jaringan internet yang lebih luas dan merata di kawasana ASEAN. Akses informasi ini penting mengingat aktivitas ekonomi membutuhkan efisiensi atas waktu dan transportasi informasi yang lebih murah dan luas. Kondisi ini akan menciptakan iklim ekonomi yang stabil bagi kawasan ASEAN dan juga hubungan internasional ASEAN.
4.2 Hasil Analisis dan Pembuktian Hipotesis Pengujian yang dilakukan dalam penelitian untuk digunakan untuk mengetahui apakah pembangunan infrastruktur telekomunikasi mempengaruhi pembangunan ekonomi di ASEAN. Penelitian ini akan menggunakan regresi data panel dinamis untuk menguji hal tersebut. Pengujian data panel dinamis ini
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
81
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
menggunakan difference-GMM dan system-GMM untuk menentukan metode mana yang memiliki bias terkecil dan menghasilkan estimasi yang akurat. Selanjutnya dalam uji yang dilakukan dengan menggunakan STATA 13.0 diperoleh hasil regresi sebagai berikut: Tabel 4.4 Hasil Regresi diff-GMM dan sys-GMM dengan STATA 13.0 diff-GMM
sys-GMM
Variabel p
Coef
p
Coef
L.gdp
0,809
-0,193
0,000
0,212*
dti
0,136
-2,87
0,087
-1,97***
inv
0,013
0,102**
0,093
0,067***
trd
0,057
0,025***
0,134
0,008
ubs
0,414
0,103
0,016
-0,039**
AR (1)
0,000
0,000
AR (2)
0,264
0,466
AR (3)
0,347
0,220
F
2,74
15,98
Sargan Test
0,000
0,013
Sargan (gmm)
-
0,224
Sargan (diff)
-
0,001
Sargan (iv)
0,004
0,016
Sargan (iv diff)
0,005
0,179
Keterangan : Estimasi regresi *, **, *** menunjukkan signifikan pada level 10%, 5%, dan 1%
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
82
Pada Tabel 4.4 disajikan hasil uji menggunakan diff-GMM dan sys-GMM. Masing-masing menunjukkan hasil yang relatif berbeda. Berdasarkan hasil pengolahan data panel dengan menggunakan diff-GMM bisa dilihat bahwa pada uji AR(1) memiliki p-value sebesar 0,000 dan signifikan pada level 1%. Maka pada AR(1) 𝐻0 diterima dan menunjukkan bahwa tidak ada autokorelasi pada orde pertama. Pada uji AR(2) menunjukkan p-value sebesar 0,264 yang tidak signifikan pada level 1%, 5%, dan 10%. Maka pada AR(2) 𝐻0 di tolak dan menunjukkan adanya autokorelasi di orde kedua. Selanjutnya pada uji AR(3) menunjukkan pvalue sebesar 0,347 yang tidak signifikan pada level 1%, 5%, dan 10%. Maka pada AR(3) 𝐻0 ditolak dan menunjukkan adanya autokorelasi di orde ketiga. Pada model dengan menggunakan diff-GMM ini menunjukkan p-value dari uji Sargan sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa dalam uji Sargan menolak 𝐻0 sehingga model tidak eksogenus dan model dianggap tidak valid. Berdasarkan hasil pengolahan data panel dengan menggunakan sys-GMM bisa dilihat bahwa pada uji AR(1) memiliki p-value sebesar 0,000 dan signifikan pada level 1%. Maka pada AR(1) diterima dan menunjukkan bahwa tidak ada autokorelasi pada order pertama. Pada uji AR(2) menunjukkan p-value sebesar 0,466 yang tidak signifikan pada level 1%, 5%, dan 10%. Maka pada AR(2) 𝐻0 di tolak dan menunjukkan adanya autokorelasi di orde kedua. Selanjutnya pada uji AR(3) menunjukkan p-value sebesar 0,220 yang tidak signifikan pada level 1%, 5%, dan 10%. Maka pada AR(3) 𝐻0 di tolak dan menunjukkan adanya autokorelasi di orde ketiga. Pada model dengan menggunakan sys-GMM ini menunjukkan p-
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
83
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
value dari uji Sargan sebesar 0,013. Hal ini menunjukkan bahwa dalam uji Sargan tidak menolak 𝐻0 sehingga model dianggap eksogenus dan model dianggap valid. Metode GMM mensyaratkan tiga hal untuk menentukan model tersebut valid, yaitu pertama AR(1) yang signifikan (𝑝 < 𝛼) hal ini menandakan bahwa pengaruh individualitas telah hilang pada tingkat first difference. Kedua AR(2) yang tidak signifikan (𝑝 > 𝛼) hal ini menandakan bahwa pengaruh individualitas masih ada pada ordo kedua karena pengaruh penggunaan lag first difference. Ketiga, uji Sargan yang tidak menolak 𝐻0 (𝑝 > 𝛼). Dalam uji Sargan ini semakin besar p-value nya maka model semakin valid dan model bersifat exogeneous. Jika diperhatikan dalam pengujian tersebut perbedaan validitas terdapat pada uji Sargan. Dari hasil uji yang telah dilakukan penggunaan sys-GMM lebih direkomendasikan dibanding diff-GMM. sys-GMM memberikan hasil uji yang lebih bagus karena menghasilkan instrumen yang lebih valid baik pada AR(1), AR(2), dan uji Sargan. Dengan demikian uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sys-GMM. Uji sys-GMM pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pertama, lag dari variabel endogen yaitu l.gdp signifikan pada level 1% dengan nilai koefisien 0,212. Hasil ini menunjukkan bahwa dalam dalam analisis tahun t masih dipengaruhi oleh tahun t-1 sehingga model ini memiliki hubungan yang dinamis. Kedua, variabel dti berdasarkan hasil regresi di atas memiliki p-value sebesar 0,087 yang signifikan pada level 10% dengan nilai koefisien -1,97. Hasil regresi ini menunjukkan bahwa development infrastructure telecommunication berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Nilai negatif pada koefisien development infrastructure
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
84
telecommunication menunjukkan adanya hubungan terbalik terhadap pertumbuhan ekonomi. Ketiga, variabel inv berdasarkan hasil regresi di atas memiliki p-value sebesar 0,093 yang signifikan pada level 10% dengan nilai koefisien 0,067. Hasil regresi ini menunjukkan bahwa foreign direct investment berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Nilai positif pada koefisien foreign direct inveesmet menunjukkan bahwa peningkatan urbanisasi sebesar 1 satuan akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi sebesar 0,067. Keempat, variabel ubs berdasarkan hasil regresi di atas memiliki p-value sebesar 0,016 yang signifikan pada level 5% dengan nilai koefisien -0,039. Hasil regresi ini menunjukkan bahwa urbanization rate berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Nilai negatif pada koefisien urbanization rate menunjukkan adanya hubungan terbalik terhadap pertumbuhan ekonomi. Kelima, variabel trd berdasarkan hasil regresi di atas memiliki p-value sebesar 0,134. Variabel trd menunjukkan tidak signifikan pada level 1%, 5%, ataupun 10%.
4.3 Pembuktian Hipotesis Berdasarkan hasil estimasi dan pengujian ekonometrika yang telah dilakukan maka dapat dilakukan pembuktian terhadap hipotesis : 1. Development infrastructure telecommunication, foreign direct investment, urbanization rate berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di ASEAN. Akan tetapi untuk variabel development infrastructure
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
85
telecommunication dan urbanization rate menunjukkan nilai koefisien yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil uji untuk variabel foreign direct investment menunjukkan hubungan yang positif atau searah dengan pertumbuhan ekonomi. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh variabel trade openness yang tidak signifikan pada level 1%, 5%, dan 10%.
4.4 Pembahasan Hasil regresi menunjukkan hasil yang signifikan dari
development
infrastructure telcommunication terhadap pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi dalam pengujian tersebut terjadi hubungan yang terbalik. Hal ini menunjukkan bahwa development infrastructure telecommunication tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara langsung bagi kawasan ASEAN. Pembangunan infrastruktur telekomunikasi di ASEAN tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara langsung. Sesuai dengan pandangan demandfollowing hyphothesis (DFH) yang dikemukakan oleh Beil & Jackson (2005), Shiu & Lam (2008), Lee, et al (2012), dan Pradhan, R. P., Bele, S., & Pandey, S. (2013) menyatakan bawasanya infrastruktur telekomunikasi hanya berperan kecil dalam perekonomian. Dampak dari pembangunan infrastruktur telekomunikasi ini hanya muncul melalui produk atau outcome dari pertumbuhan ekonomi. Pembangunan infrastruktur telekomunikasi dianggap sebagai dampak dari pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat. Pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan kemampuan untuk berinvestasi di bidang infrastruktur telekomunikasi akan semakin meningkat. Pertumbuhan ekonomi yang juga membawa pada usaha untuk meningkatkan
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
86
kesejahteraan masyarakat dengan daya akses infrastruktur telekomunikasi yang lebih luas. Daya beli masyarakat yang meningkatkan akan membuat permintaan terhadap infrastruktur telekomunikasi yang lebih maju. Bukan hanya oleh daya beli masyarakat saja peningkatan infrastruktur telekomunikasi juga dibutuhkan oleh sektor jasa. Bagi ASEAN pembangunan infrastruktur telekomunikasi saja belum mampu menstimulus pertumbuhan ekonomi. Penting bagi ASEAN untuk membangun faktor-faktor lain seperti lingkungan bisnis yang kondusif untuk meningkatkan investasi, jaringan transportasi untuk meningkatkan kualitas infrastruktur dasar, pendidikan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja, serta peningkatan
skill
ahli
yang
nantinya
mampu
mengoptimalkan
sistem
telekomunikasi yang ada. Jika pembangunan infrastruktur telekomunikasi tetap dijalankan tanpa didukung pembangunan faktor lain secara pararel maka keuntungan potensial yang seharusnya bisa didapat dari pembangunan infrastruktur telekomunikasi tersebut akan terbatas. Foraign direct investment secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di ASEAN. Foreign direct invesment mampu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi salah satunya adalah melalui pembangunan industri baru. Dengan adanya industri baru tersebut maka akan memberikan dampak langsung berupa output, total ekspor dan munculnya kesempatan kerja baru. Secara tidak langsung foreign direct investment juga akan mempengaruhi input dari dalam negeri. Barang-barang modal, barang-barang setengah jadi, bahan baku dan input lainnya akan mengalami peningkatan permintaan dari industri baru
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
87
yang muncul akibat dari foreign direct invesment. Dampak lain dari foreign direct investment juga sangat potensial untuk memunculkan adanya transfer teknologi dari negara lain. Hal ini salah satunya juga terjadi pada sektor telekomunikasi. Sektor telekomunikasi di ASEAN tumbuh salah satunya adalah adanya transfer teknologi dari hasil investasi. Beberapa perusahaan teknologi telekomunikasi menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dan bukan sebagai basis riset. Sehingga hal ini menyebabkan pembangunan infrastruktur telekomunikasi belum mampu menjadi pendongkrak bagi pertumbuhan ekonomi ASEAN. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Jhingan (2004). Foreign direct invesment akan mempercepat terjadinya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi ini akan diikuti oleh pembentukan struktur produksi dan perdagangan di negara tersebut. Foreign direct investment juga memiliki peran sebagai mobilisasi dana sekaligus modal untuk keperluan membangun infrastruktur. Urbanization rate secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di ASEAN akan tetapi memiliki pengaruh yang terbalik atau negatif. Kondisi geografis serta pembangunan ekonomi negara-negara anggota ASEAN yang belum merata membuat urbanisasi yang terjadi akan menimbulkan permasalahan tersendiri bagi wilayah urban. Tidak tersedianya lapangan kerja yang mencukupi membuat arus urbanisasi yang terjadi menimbulkan kemiskinan di wilayah urban. Hal ini tentu akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Fokus pembangunan ekonomi yang belum merata antar wilayah rural dan urban di kawasan ASEAN juga menyebabkan urbanization rate terus meningkat. Heilbroner
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
88
(1982:63) menyatakan hal ini menunjukkan bawasanya faktor ekonomi menjadi salah satu daya tarik terjadinya urbanisasi. Kesenjangan ekonomi yang cukup jauh antara daerah rural dan urban juga menjadi pemicunya. Terlebih lagi adopsi ataupun akses teknologi di daerah urban lebih cepat ketimbang di daerah rural. Seperti yang diungkapkan oleh Dahiya (2014) yang menyatakan telah terjadi perpindahan populasi yang cepat dan luas menuju ke wilayah pusat urban dengan laju yang lebih cepat dibanding dengan di barat. Populasi yang berpindah ke wilayah urban ini membawa masalah sanitasi, polusi, disparitas pendapatan, dan tantangan infrastruktur. Selain itu dalam pertumbuhan ekonomi, urbanisasi sering kali diiringi dengan adanya pergeseran tenaga kerja dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Wilayah urban yang terus menerus menjadi sasaran urbanisasi akan mengalami kondisi dimana terjadi over capacity. Daya tampung kota baik dari segi infrastruktur, energi, transportasi, dan fasilitas-fasilitas penunjang lain yang tidak tumbuh signifikan akan memiliki daya tampung yang semakin kecil. Akibatnya hal ini akan menimbulkan masalah-masalah baru. Seperti yang biasa terjadi di wilayah perkotaan adalah penggunaan ruang terbuka hijau untuk pemukiman kumuh. Kondisi pemukiman ini tentu memiliki keterbatasan baik dari segi infrastruktur maupun kebutuhan energi dan bahkan kebutuhan sanitasi. Inilah gambaran dari suatu wilayah urban terhadap disparitas pendapatan. Daya tampung transportasi umum yang terbatas di tambah kualitas infrastruktur transportasi seperti jalan yang terbatas pula akan memberikan dampak peningkatan polusi karena urbanisasi akan membuat wilayah kota semakin padat. Supply tenaga kerja akibat urbanisasi yang tinggi akan membuat persaingan tenaga kerja semakin tinggi
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
89
sehingga perusahaan akan memiliki daya tawar yang rendah. Jika tenaga kerja ini tidak mampu bertahan pada kondisi tersebut maka secara natural akan tergeser dari sektor primer ke sekunder dan bahkan tersier. Trade openness tidak signifikan dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di ASEAN. Hal ini dikarenakan trade opennes bukan merupakan satusatunya faktor. Faktor lain seperti geografi, sejarah, budaya, kebijakan perdagangan, struktur ekonomi dan integrasi dalam rantai produksi global juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain hal tersebut menurut Bourdon dkk (2011) trade opennes akan memiliki dampak negatif ketika negara tersebut memiliki spesialisasi produk yang rendah. Hal ini menunjukkan negara-negara ASEAN belum mampu menjadikan tiap-tiap negara dalam regional tersebut memiliki spesialisasi di bidangnya sendiri-sendiri. Terlebih lagi dari segi daya saing teknologi ASEAN masih tertinggal dengan negara-negara lain. Hal ini membuat ketergantungan ASEAN terhadap pasar luar negeri masih besar. Meskipun trade opennes memiliki hubungan yang dinamis terhadap pertumbuhan ekonomi akan tetapi dalam uji panel dinamis ini trade opennes secara keseluruhan belum mampu menjadi penentu dari pertumbuhan ekonomi bagi ASEAN.
4.5 Keterbatasan Penelitian Beberapa kelemahan dalam penelitian ini adalah : 1. Keterbatasan data yang diperoleh menyebabkan jumlah observasi memiliki periode yang pendek yaitu antara tahun 2000-2013. Beberapa negara tidak memiliki data yang lengkap pada periode yang lebih panjang. Sehingga
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
90
penelitian ini harus mengikuti ketersediaan data pada salah satu negara. Diharapkan dalam penelitian lain jumlah observasi bisa di perpanjang lagi. 2. Hasil penelitian bisa dikatakan masih mengandung bias pada beberapa variabel. Diharapkan dalam penelitian lain mampu mengatasi hal tersebut dengan menambah jumlah periode penelitian.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dalam menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian melalui proses analisis data maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan menggunakan sys-GMM Pembangunan
infrastruktur
telekomunikasi
berpengaruh
signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN. Akan tetapi memiliki koefisien yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pembangunan infrastruktur telekomunikasi hanya berperan kecil dalam perekonomian. Hal ini dikarenakan pengaruh pembangunan infrastruktur telekomunikasi terhadap pertumbuhan ekonomi hanya melalaui outcome dari pertumbuhan ekonomi. 2. Foreign direct invesment secara positif berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Foreign direct invesment mampu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi salah satunya adalah melalui pembangunan industri baru. Dengan adanya industri baru tersebut maka akan memberikan dampak langsung berupa output, total ekspor dan munculnya kesempatan kerja baru. 3. Urbanization rate berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi akan tetapi memiliki koefisien yang negatif terhadap pertumbuhan
91 SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
92
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ekonomi. Pembangunan ekonomi yang tidak maksimal di wilayah urban akan membuat arus urbanisasi yang terjadi akan menimbulkan masalah baru. Populasi yang berpindah ke wilayah urban ini membawa masalah sanitasi, polusi, disparitas pendapatan, dan tantangan infrastruktur. Selain itu dalam pertumbuhan ekonomi, urbanisasi sering kali diiringi dengan adanya pergeseran tenaga kerja dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. 4. Trade opennes tidak signifikan dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di ASEAN. Hal ini bisa terjadi karena trade opennes bukan merupakan satu-satunya faktor. Faktor lain seperti geografi, sejarah, budaya, kebijakan perdagangan, struktur ekonomi dan integrasi dalam rantai produksi global juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu trade opennes akan memiliki hubungan yang negatif ketika negara tersebut memiliki spesialisasi yang rendah.
5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diambil dari hasil penelitian pada bagian sebelumnya, maka terdapat beberapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi di ASEAN: 1.
Menyediakan insentif investasi untuk meningkatkan angka investasi di ASEAN sekaligus sebagai peluang untuk meningkatkan investasi di bidang infrastruktur
telekomunikasi.
Ketika
Pembangunan
infrastruktur
telekomunikasi dilaksanakan maka harus diikuti oleh pembangunan faktor-
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
93
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
faktor lain seperti iklim bisnis yang stabil, jaringan transportasi, pendidikan serta ketersediaan tenaga kerja yang memiliki skill yang bagus. Pembangunan infrastruktur telekomunikasi yang tidak didukung faktor lain akan membuat keuntungan potensial dari infrastruktur tersebut akan terbatas. 2. Perlunya
peningkatan
spesialisasi
masing-masing
negara
dalam
perekonomian. Spesialisasi ini akan memberikan kesempatan kepada ASEAN dan negara-negara didalamnya untuk memiliki daya saing di pasar global. 3. Perlunya peningkatan teknologi infrastruktur telekomunikasi untuk memfasilitasi kegiatan ekonomi untuk meningkatkan efisiensi dalam perekonomian seiring dengan terbentuknya spesialisasi ekonomi bagi ASEAN.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR PUSTAKA Anderson, T. W. & Hsiao, C. (1982). Formulation and estimation of dynamic models using panel data. Journal of econometrics, 18(1), 47-82. Arellano, M. & Bond, S. (1991). Some tests of specification for panel data: Monte Carlo evidence and an application to employment equations. The review of economic studies, 58(2), 277-297. Arsyad, L. (1999). Pengantar perencanaan dan pembangunan ekonomi daerah. Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi (BPFE). ASEAN. Secretariat. (1997). ASEAN Statistical Indicators. Institute of Southeast Asian. Baltagi, B. (2008). Econometric analysis of panel data (Vol. 1). Australia: John Wiley & Sons. Batubara, S. (2013). Kebijakan Akseleasi Pengembangan Broadband di Indonesia. Jakarta : Kementerian Komunikasi dan Informasi. Beil, R. O., Ford, G. S. & Jackson, J. D. (2005). On the relationship between telecommunications investment and economic growth in the United States. International Economic Journal, 19(1), 3-9. Birchler, U., & Butler, M. (2007). Information Economics. New York: Routledge. Chakraborty, C. & Nandi, B. (2011). ‘Mainline’telecommunications infrastructure, levels of development and economic growth: Evidence from a panel of developing countries. Telecommunications Policy, 35(5), 441-449. Chakraborty, C. (2009, December). Telecommunications adoption and economic growth in developing countries: do levels of development matter?. In 4th Communication Policy Research, South Conference, Negombo, Sri Lanka. Cieślik, A. & Kaniewska, M. (2004). Telecommunications infrastructure and regional economic development: the case of Poland. Regional Studies, 38(6), 713-725. Cronin, F. J., Parker, E. B., Colleran, E. K. & Gold, M. A. (1991). Telecommunications infrastructure and economic growth: An analysis of causality. Telecommunications Policy, 15(6), 529-535. Cronin, F. J., Parker, E. B., Colleran, E. K. & Gold, M. A. (1993). Telecommunications infrastructure investment and economic development. Telecommunications policy, 17(6), 415-430.
94 SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
95
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Dahiya, B. (2014). Southeast Asia and Sustainable Urbanization. Global Asia, 9(3), 84-91. Deane, J. (2000). World telecommunication development report 1999: Mobile cellular/world telecommunication indicators. Geneva: ITU Dutta, A. (2001). Telecommunications and economic activity: An analysis of Granger causality. Journal of Management Information Systems, 17(4), 7195. Gouzali, S. (2003). Sistem Telekomonikasi di Indonesia. Bandung : Alfabeta. 2003:7 Grigg, N. S. (1988). Infrastructure engineering and management. Australia: John Willey and Sons Grigg, N. S. (2000). Where are we in Infrastructure Education?. Public Works Management & Policy, 4(3), 256-259. Hardy, A. P. (1980). The role of the telephone development.Telecommunications policy, 4(4), 278-286.
in
economic
Harrod, R. F. (1959). Domar and dynamic economics. The economic journal, 451464. Heilbroner, R. L. (1982). Terbentuknya Masyarakat Ekonomi. Ghalia Indonesia, Jakarta. Heilbroner, R. L. (1982). Terbentuknya Masyarakat Ekonomi. Ghalia Indonesia, Jakarta. Huchet-Bourdon, M., Le Mouël, C. L. M., & Vijil, M. (2011, August). The relationship between trade openness and economic growth: some new insights on the openness measurement issue. In XIIIème Congrès de l'Association Européenne des Economistes Agricoles (EAAE). IMF (International Monetary Fund) 1993, Balance of Payments Manual 5th Edition, Washington DC International Telecommunication Union. (2015). World telecommunication indicators. International Telecommunication Union. Irawan & Suparmoko. (2005). Ekonomi Pembangunan Edisi Kedelapan. Yogyakarta : BPFE Jhingan, M. L. (2004). Ekonomi perencanaan dan pembangunan. Jakarta: Rajawali Pers.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
96
Kelly, T., Minges, M. & Gray, V. (2002). World telecommunication development report 2002: Reinventing Telecoms. Geneva: ITU Kim, B. (2006). Infrastructure development for the economic development in developing countries: lessons from Korea and Japan. GSICS Working Paper Series, 11. Kodoatie, R. J. & Sjarief, R. (2010). Tata ruang air. Yogyakarta: Penerbit Andi. Kuznets, S. (1955). Economic growth and income inequality. The American economic review, 1-28. Lam, P. L. & Shiu, A. (2010). Economic growth, telecommunications development and productivity growth of the telecommunications sector: Evidence around the world. Telecommunications Policy, 34(4), 185-199. Lee, S. H., Levendis, J. & Gutierrez, L. (2012). Telecommunications and economic growth: an empirical analysis of sub-Saharan Africa. Applied Economics, 44(4), 461-469. Master Plan On ASEAN Connectivity [Electronics Versions]. (2010). Jakarta: ASEAN Secretary. Masuda, Y. (1980). The information society as post-industrial society. World Future Society. Naisbitt, J., & Aburdene, P. (1990). Megatrends 2000 (1990). New York: William Morrow. Organisation for Economic Co-operation and Development. (2009). OECD Benchmark Definition of Foreign Direct Investment 2008. OECD Publishing. Pakkana, Mukhaer. (2010). Efisiensi Infrastruktur Telekomunikasi. Diakses pada 4 Juni 2015, dari http://www.stiead.ac.id/index.php/kolom-ketua/101efisiensi-infrastruktur-telekomunikasi. Plosser, C. I. (1992, August). The search for growth. In A Symposium Sponsored By The Federal Reserve Bank Of Kansas City, Policies For Long-Run Economic Growth (pp. 57-86). Pradhan, R. P., Arvin, M. B., Norman, N. R. & Bele, S. K. (2014). Economic growth and the development of telecommunications infrastructure in the G-20 countries: A panel-VAR approach. Telecommunications Policy, 38(7), 634649. Pradhan, R. P., Bele, S., & Pandey, S. (2013). The link between telecommunication infrastructure and economic growth in 34 OECD countries. International Journal of Technology, Policy and Management, 13(3), 278-293.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
97
Republik Indonesia. 1999. UU RI Nomor (36) tahun 1999 tentang telekomunikasi. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia. Peraturan pemerintah (PP) No. 22 Tahun 1974 Tentang Telekomunikasi. 1974. Jakarta : Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Peraturan pemerintah (PP) No. 22 Tahun 1974 Tentang Telekomunikasi. 1974. Jakarta : Kementerian Komunikasi dan Informatika Rostow, W. W. (1959). The stages of economic growth. The Economic History Review, 12(1), 1-16. Ruddy, Michael. (2014). Broadband Infrastructure in the ASEAN-9 Region. Terabit Consulting. Schwab, K. (Eds.). (2014). The Global Competitiveness Index 2014 – 2015 [Electronics Versions]. Switzerland: World Economic Forum. Secretariat, A. S. E. A. N. (2013). Top ten ASEAN trade partner countries/regions, 2012 as of July 2013. Shiu, A. & Lam, P. L. (2008, June). Causal relationship between telecommunication and economic growth: a study of 105 countries. In 17th Biennial Conference of the International Telecommunications Society (ITS). Montreal, June (pp. 24-27). Sridhar, K. S. & Sridhar, V. (2007). Telecommunications infrastructure and economic growth: Evidence from developing countries. Applied Econometrics and International Development, 7(2). Stetsenko, Olena. 2007. Telecommunication as a determinant of worldwide economic growth. Ukraina : Tesis Tidak Di Publikasikan. National University Kyiv-Mohyla Academy : Master of Art in Economics. Stone, D. C. (1974). Professional Education in Public Works/Environmental Engineering and Administration. A Handbook for Establishing University Centers and Programs. Sturm, J. E., Jacobs, J. & Groote, P. (1999). Output effects of infrastructure investment in the Netherlands, 1853–1913. Journal of Macroeconomics, 21(2), 355-380. Tambunan, T., & UKM, U. T. (2007, December). Daya Saing Indonesia dalam Menarik Investasi Asing. In Kerjasama Pusat Studi Industri dan UKM, Universitas Trisakti, dan Kadin Indonesia. Disampaikan pada acara Seminar Bank Indonesia. Jakarta.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
98
Thompson, F., & Tonby, O. (2014). Understanding ASEAN: Seven things you need to know. McKinsey & Company Insights & Publications. United Nation Habitat. (2015). Sustainable Urbanization. New York: UN System Task Team on the Post-2015 UN Development Agenda. Verbeek, M. (2008). A guide to modern econometrics. Australia: John Wiley & Sons. World Bank Staff. (1994). World development report 1994: Infrastructure for development. Oxford University Press, Incorporated. World Development Indicator 2015 [Electronics Versions]. (2015). Washington Dc: Publishing and Knowledge Divisions of World Bank Zahra, K., Azim, P. & Mahmood, A. (2008). Telecommunication infrastructure development and economic growth: A panel data approach. The Pakistan Development Review, 711-726.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
99
Lampiran 1 Hasil Uji Difference-GMM dengan STATA 13.0 . xtabond2 gdp l.gdp dti inv trd ubs, gmm(gdp, lag(2 .)) iv(dti inv trd ubs)nolevel small artest(3) Favoring space over speed. To switch, type or click on mata: mata set matafavor speed, perm. Warning: Number of instruments may be large relative to number of observations. Dynamic panel-data estimation, one-step difference GMM Group variable: country Time variable : yr Number of instruments = 79 F(5, 115) = 2.74 Prob > F = 0.022
Number of obs Number of groups Obs per group: min avg max Std. Err.
t
P>|t|
= = = = =
120 10 12 12.00 12
gdp
Coef.
[95% Conf. Interval]
gdp L1.
-.0210507
.0870205
-0.24
0.809
-.1934216
.1513202
dti inv trd ubs
-2.868575 .1016584 .0254734 .1030757
1.909638 .0403732 .0132487 .1257919
-1.50 2.52 1.92 0.82
0.136 0.013 0.057 0.414
-6.651201 .0216869 -.0007696 -.1460939
.9140507 .18163 .0517164 .3522453
Instruments for first differences equation Standard D.(dti inv trd ubs) GMM-type (missing=0, separate instruments for each period unless collapsed) L(2/13).gdp Arellano-Bond test for AR(1) in first differences: z = Arellano-Bond test for AR(2) in first differences: z = Arellano-Bond test for AR(3) in first differences: z =
Pr > z = Pr > z = Pr > z =
0.000 0.264 0.347
Prob > chi2 =
0.000
Difference-in-Sargan tests of exogeneity of instrument subsets: iv(dti inv trd ubs) Sargan test excluding group: chi2(70) = 105.88 Prob > chi2 = Difference (null H = exogenous): chi2(4) = 14.88 Prob > chi2 =
0.004 0.005
Sargan test of overid. restrictions: chi2(74) = 120.76 (Not robust, but not weakened by many instruments.)
-5.47 -1.12 0.94
.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
100
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 2 Hasil Uji system-GMM dengan STATA 13.0 . xtabond2 gdp l.gdp dti inv trd ubs, gmm(gdp, lag(2 .)) iv(dti inv trd ubs)small artest(3) Favoring space over speed. To switch, type or click on mata: mata set matafavor speed, perm. Warning: Number of instruments may be large relative to number of observations. Dynamic panel-data estimation, one-step system GMM Group variable: country Time variable : yr Number of instruments = 90 F(5, 124) = 15.98 Prob > F = 0.000
Number of obs Number of groups Obs per group: min avg max
gdp
Coef.
Std. Err.
gdp L1.
.3726037
.0810316
dti inv trd ubs _cons
-1.972554 .067312 .0077085 -.0385586 5.221173
1.145251 .0397233 .0051121 .0157823 .8273906
t
= = = = =
130 10 13 13.00 13
P>|t|
[95% Conf. Interval]
4.60
0.000
.2122195
.5329878
-1.72 1.69 1.51 -2.44 6.31
0.087 0.093 0.134 0.016 0.000
-4.239327 -.0113115 -.0024097 -.0697963 3.583535
.2942188 .1459355 .0178267 -.007321 6.858811
Instruments for first differences equation Standard D.(dti inv trd ubs) GMM-type (missing=0, separate instruments for each period unless collapsed) L(2/13).gdp Instruments for levels equation Standard dti inv trd ubs _cons GMM-type (missing=0, separate instruments for each period unless collapsed) DL.gdp Arellano-Bond test for AR(1) in first differences: z = Arellano-Bond test for AR(2) in first differences: z = Arellano-Bond test for AR(3) in first differences: z = Sargan test of overid. restrictions: chi2(84) = 115.57 (Not robust, but not weakened by many instruments.)
-6.55 -0.73 1.23
Pr > z = Pr > z = Pr > z =
0.000 0.466 0.220
Prob > chi2 =
0.013
Difference-in-Sargan tests of exogeneity of instrument subsets: GMM instruments for levels Sargan test excluding group: chi2(72) = 80.77 Prob > Difference (null H = exogenous): chi2(12) = 34.80 Prob > iv(dti inv trd ubs) Sargan test excluding group: chi2(80) = 109.29 Prob > Difference (null H = exogenous): chi2(4) = 6.28 Prob >
chi2 = chi2 =
0.224 0.001
chi2 = chi2 =
0.016 0.179
.
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO
101
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lampiran 3 Data obs br br br br br br br br br br br br br br fl fl fl fl fl fl fl fl fl fl fl fl fl fl in in in in in in in in
SKRIPSI
country 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3
yr 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
dti 0,35 0,43 0,42 0,44 0,47 0,51
gdp 2,80 2,70 3,90 2,90 0,50 0,40
inv
0,58
4,40
3,78
0,65
0,20
2,12
0,69
1,90
2,24
0,69
1,80
3,45
0,71
2,60
3,89
0,71
3,70
4,14
0,71
0,90
5,10
0,67
2,10
4,81
0,07 0,11 0,13 0,17 0,23 0,24
4,40 2,90 3,60 5,00 6,70 4,80
2,76
0,28
5,20
2,39
0,36
6,60
1,95
0,41
4,20
0,89
0,45
11,00
1,17
0,47
7,60
0,65
0,53
3,70
0,83
0,56
6,70
0,81
0,55
7,10
1,37
0,04 0,04 0,06 0,07 0,11 0,15
4,90 3,60 4,50 4,80 5,00 5,70
2,75
0,19
5,50
1,35
0,27
6,30
1,60
9,16 9,40 17,72 50,30 2,61 3,04
0,26 1,89 0,59 0,75 1,80
1,85 0,07 0,25 0,74 2,92
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
ubs 71,16 71,65 72,14 72,61 73,06 73,50 73,93 74,35 74,75 75,13 75,51 75,87 76,22 76,56 47,96 47,68 47,41 47,14 46,87 46,60 46,33 46,06 45,79 45,52 45,26 45,02 44,81 44,63 42,00 42,78 43,57 44,35 45,15 45,94 46,73 47,53
trd 76,47 82,98 86,72 87,89 78,46 76,23 77,83 76,43 89,26 83,93 92,09 107,18 108,36 116,44 89,71 85,48 86,80 87,86 91,60 85,97 80,59 70,94 62,84 50,54 55,91 50,95 47,91 44,84 57,80 54,24 45,09 39,87 45,99 50,15 44,40 43,63
GALIH ADI PRASETYO
102
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
in in in in in in kj kj kj kj kj kj kj kj kj kj kj kj kj kj la la la la la la la la la la la la la la ml ml ml ml ml ml ml
SKRIPSI
3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 6 6 6 6
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
0,41
6,00
1,83
0,47
4,60
0,90
0,58
6,20
1,94
0,64
6,20
2,27
0,70
6,00
2,18
0,73
5,60
2,17
0,01 0,01 0,02 0,02 0,03 0,04
8,40 7,70 7,00 8,50 10,30 13,30
4,05
0,07
10,80
6,64
0,10
10,20
10,04
0,15
6,70
8,17
0,22
0,10
8,93
0,30
6,00
11,94
0,50
7,10
10,70
0,68
7,30
13,06
0,69
7,40
12,27
0,01 0,01 0,01 0,02 0,03 0,07
6,30 4,60 6,90 6,20 7,00 6,80
2,04
0,10
8,60
5,29
0,14
7,80
7,68
0,18
7,80
4,31
0,27
7,50
3,39
0,33
8,10
4,13
0,43
8,00
3,73
0,38
7,90
3,13
0,43
8,00
3,97
0,27 0,32 0,34 0,38 0,43 0,52
8,90 0,50 5,40 5,80 6,80 5,30
3,88
0,51
5,60
3,72
3,74 3,38 1,80 2,46 6,06
1,42 0,26 0,96 0,72 1,02
0,57 3,05 2,16 3,56 2,83
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
48,33 49,12 49,92 50,71 51,49 52,25 18,59 18,70 18,82 18,94 19,06 19,17 19,29 19,41 19,53 19,67 19,81 19,97 20,14 20,32 21,98 22,99 24,04 25,13 26,24 27,39 28,54 29,69 30,84 31,99 33,12 34,25 35,37 36,47 61,98 62,92 63,86 64,78 65,69 66,59 67,48
52,19 39,54 41,38 45,03 43,54 42,52 75,83 73,94 82,15 80,73 90,42 88,43 90,02 81,99 84,77 85,43 93,22 100,10 106,01 121,05 64,92 64,90 63,19 61,94 67,06 73,50 81,30 81,41 83,96 79,02 85,57 96,22 102,86 103,80 184,83 167,36 164,79 163,71 177,83 177,37 178,95
GALIH ADI PRASETYO
103
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ml ml ml ml ml ml ml my my my my my my my my my my my my my my sg sg sg sg sg sg sg sg sg sg sg sg sg sg th th th th th th
SKRIPSI
6 6 6 6 6 6 6 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9 9
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2000 2001 2002 2003 2004 2005
0,57
6,30
4,44
0,65
4,80
3,11
0,68
1,50
0,72
0,73
7,40
3,66
0,77
5,30
4,22
0,84
5,50
3,03
0,85
4,70
3,88
0,00 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
13,70 11,30 12,00 13,80 13,60 13,60
1,25
0,01
13,10
5,23
0,01
12,00
0,01
0,01
10,30
2,33
0,01
10,60
0,08
0,01
9,60
16,06
0,02
5,60
1,93
0,04
7,30
0,81
0,07
8,40
0,93
0,76
8,90
16,45
0,78
0,95
19,39
0,79
4,21
6,79
0,79
4,44
17,77
0,81
9,55
21,64
0,83
7,50
14,42
0,85
8,90
25,29
0,95
9,10
26,78
0,98
1,80
6,41
1,02
0,60
12,53
1,05
15,20
23,61
1,07
6,20
17,63
1,07
3,40
19,93
1,08
4,40
21,91
0,10 0,14 0,22 0,25 0,29 0,32
4,50 3,40 6,10 7,20 6,30 4,20
2,70
0,20 0,17 18,69 7,12 0,92
4,23 2,50 3,43 3,39 4,27
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
68,36 69,23 70,08 70,91 71,74 72,53 73,28 26,97 27,32 27,69 28,08 28,50 28,93 29,39 29,87 30,36 30,88 31,41 31,94 32,47 33,01 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 31,39 32,57 33,78 35,01 36,26 37,52
166,98 154,42 139,01 146,84 143,90 139,26 139,07 69,00 75,01 57,81 66,67 70,99 70,87 75,33 72,69 50,24 49,78 53,02 43,67 41,09 48,98 289,14 271,20 266,66 308,89 329,55 342,54 349,87 315,55 345,79 271,34 284,26 285,03 277,76 265,51 103,76 105,93 99,46 102,54 110,25 120,89
GALIH ADI PRASETYO
104
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
th th th th th th th th vt vt vt vt vt vt vt vt vt vt vt vt vt vt
9 9 9 9 9 9 9 9 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
0,39
5,00
4,30
0,49
5,40
4,33
0,56
1,70
2,91
0,59
0,70
1,73
0,63
7,50
2,70
0,67
0,80
0,33
0,72
7,30
2,33
0,78
2,80
3,34
0,03 0,04 0,05 0,06 0,13 0,10
6,80 6,90 7,10 7,30 7,80 7,50
4,14
0,19
7,00
3,94
0,37
7,10
9,83
0,57
5,70
10,52
0,72
5,40
7,82
0,76
6,40
6,90
0,80
6,20
5,55
0,81
5,20
5,37
0,74
5,40
5,20
3,98 3,99 3,67 3,54 3,69
38,80 40,10 41,42 42,74 44,08 45,39 46,68 47,94 24,37 24,94 25,51 26,09 26,68 27,28 27,89 28,50 29,13 29,76 30,39 31,03 31,67 32,31
118,16 112,62 122,36 102,38 111,72 122,46 121,66 112,93 96,62 95,60 103,96 114,81 128,67 130,79 139,08 156,76 157,42 130,83 132,13 145,63 142,75 149,31
Keterangan : br : Brunei Darussalam ml : Malaysia mr : Myanmar vt : Vietnam th : thailand in : Indonesia sg : Singapura fl : Filipina kj : Kamboja la : Laos dti : Development Telecommunication infrastructure inv : Foreign Direct Investment trd : Trade Openness ubs : Urbanization Rate gdp : GDP growth
SKRIPSI
PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
GALIH ADI PRASETYO