EVALUASI KEBUTUHAN PEMENUHAN ENERGI DAN KETENAGALISTRIKAN 2010-2020 DI RIAU DARATAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SEKTORAL EKONOMI ENERGI Abdi Setia Arief Putra - 2206100138 Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya - 60111
Abstrak - Energi mempunyai peranan yang sangat penting bagi mendukung pembangunan daerah, terutama untuk mendukung sektor-sektor pembangunan lainnya. Salah satu hal yang membedakan antara negara maju (developed country) dengan negara sedang berkembang (developing country) adalah tingkat konsumsi energi, oleh sebab itu tingkat konsumsi energi dijadikan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kemajuan suatu negara. Semakin maju suatu negara maka energi yang dibutuhkan juga akan semakin besar. Provinsi Riau memiliki sumber energi listrik yang cukup besar (PLTD dan PLTA), namun belum semua menyentuh kelapisan masyarakat bawah, khususnya di daerah-daerah terisolir, karena masih banyak penduduk di desa-desa menggunakan lampu petromak dan pelita sebagai lampu untuk penerangan. Dengan kondisi tersebut maka pengadaan listrik di Riau Daratan masih sangat terbatas, sehingga menjadi penghambat pertumbuhan industri. Pada tugas akhir ini akan menghitung kebutuhan daya listrik untuk masa mendatang dan potensi yang ada di Riau Daratan dengan model ekonomi energi. Perkembangan kebutuhan daya untuk masa mendatang diramalkan dengan metode multiple regression. Potensi energi yang nantinya akan disesuaikan dengan effisiensi dari jenis pembangkit yang digunakan sehingga bisa diketahui energi listrik (MWh) yang bisa dibangkitkan untuk pemenuhan kebutuhan listrik. Kata kunci : pemenuhan energi, multiple regression, model ekonomi energi 1 . PENDAHULUAN
Provinsi Riau memiliki sumber energi listrik yang cukup besar (PLTD dan PLTA) namun belum semua menyentuh kelapisan masyarakat bawah, khususnya di daerah-daerah terisolir, karena masih banyak penduduk di desa-desa menggunakan lampu petromak dan pelita sebagai lampu untuk penerangan. Untuk tahun 2006 berdasarkan data yang ada, sebanyak 55.743 rumah tangga masih menggunakan lampu petromak sebagai penerangan keluarga dan 165.277 rumah tangga menggunakan pelita sebagai penerangan. Hanya sekitar 646.540 rumah tangga di Provinsi Riau yang baru menggunakan listrik PLN sebagai penerangan dalam rumah tangganya dan 244.927 rumah tangga menggunakan listrik non PLN. Listrik PLN tidak saja berfungsi sebagai penerangan dalam kehidupan keluarga, tapi fungsi lain bisa digunakan untuk usaha lain baik yang bersifat home industri maupun usaha skala menengah. Potensi pengembangan energi di Provinsi Riau sebenarnya relatif besar, namun untuk pengembangannya dihadapkan kepada aspek pembiayaan maupun investasi. Pemerintah Daerah Provinsi Riau telah mempunyai rencana untuk pengembangan industri energi listrik tenaga batu bara dan energi listrik tenaga gas di Kabupaten Pelalawan, namun sekarang belum ada pihak investor yang berminat untuk menanamkan investasinya.
Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
2. TEORI DASAR 2.1
Metode Proyeksi Kebutuhan Energi Listrik Model yang digunakan dalam metode DKL 3.01 untuk menyusun prakiraan adalah model sektoral. Prakiraan kebutuhan tenaga listrik model sektoral digunakan untuk menyusun prakiraan kebutuhan tenaga listrik pada tingkat wilayah/distribusi. Regresi adalah salah satu metode untuk membuat persamaan garis (kurva) secara matematis yang paling mewakili hubungan antara X dan Y. Persamaan garis ini disebut sebagai persamaan regresi. Sedangkan kegunaan regresi adalah untuk menganalisa bentuk hubungan matematis antara dua peubah atau lebih. 2.2 2.2.1
Aspek Ekonomi Biaya Pembangkitan Total Biaya pembangkitan total (kWh/US$) dapat diperoleh dari biaya investasi modal awal, biaya operasi dan perawatan, dan biaya bahan bakar. Maka persamaan biaya pembangkitan total dapat dinyatakan sebagai berikut : TC = CC + OM + FC ................................... (2.1) Dimana: TC = Biaya Total Pembangkitan CC = Biaya Investasi Modal Awal OM= Biaya Operasi dan Pemeliharaan FC = Biaya Bahan Bakar 2.2.2
Net Present Value ( NPV) NPV adalah nilai sekarang dari keseluruhan Discounted Cash Flow atau gambaran ongkos total atau pendapatan total proyek dilihat dengan nilai sekarang (nilai pada awal proyek). Apabila jumlah PV dari keseluruhan proceeds yang diharapkan lebih besar daripada PV nilai investasinya maka usul investasi tersebut dapat diterima. Sebaliknya kalau jumlah PV dari keseluruhan proceeds lebih kecil daripada PV dari investasinya (NPV-nya negatif) maka usul investasinya harus ditolak. Secara matematik rumus NPV dapat ditulis sebagai berikut :
n At NPV = ∑ − investasi t =0 (1 + k)
.............................. (2.2)
2.2.3
Laba Investasi ( Return of Investment ) Upaya kemampuan suatu pembangkit mengembalikan dana investasi dalam menghasilkan tingkat keuntungan yang digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan disebut Return of Investment. Dalam perhitungannya dapat digunakan dengan persamaan berikut ini: ROI =
n ∑ profit t − Invesment Cost t
.................................(2.3)
Investment Cost
Profitt = CIFt - COFt
Halaman 1 dari 6
3.. KONDISI SA ARANA KELISTRIKAN SERTA SUM MBER ENERG GI DI WILAYA AH RIAU DAR RATAN 3.1
Potensi En nergi di Propin nsi Riau Darataan Tabel 3.1 P Produksi Pertambbangan di Prov. Riau R Tahun 2006-2008 Produksi / Productioon
Uraian / Specif ification
Satu uan Un nit
2006
2007
2008
1. Minyyak Bumi / Cruide Oil
Ribu Barel B
157. 756,423
147.901,61
143.793,35
2.Kondensat
Ribu Barel B
-
-
-
3. Gaas Bumi
Ribu MSCF M
-
-
7.714.234
4. Batubara
Metrikk Ton
2.040.500,69
1.546.599,27
1.274.180,78
Toon
423.587,400
483.616,00
452.907,54
5. Gambut G
Kebutuhan tenaga liistrik pada sisttem kelistrikann Riau R saat ini dippenuhi dari Sisttem 150 kV Su umatera Bagiann Selatan S dan Tenngah (sistem Suumbagselteng) dan d sistem 1500 KV K Sumatera Bagian B Utara ((sistem Sumbaagut) melalui 8 (d delapan) Garduu Induk, dengaan beban puncaak sistem Riauu posisi p Septembeer 2009 sebesar 267.5 MW. Beesarnya transferr teenaga listrik daari sistem Sumbbagselteng mak ksimum sebesarr 144 MW, sedaangkan transfeer tenaga listriik dari sistem m Sumbagut S maksimum sebesar 60 MW. 4.2 4
Tabeel 4.1 Perbandingan Neraca Daya di R Riau Daratan den ngan Regional
Sumberr : Dinas Pertamban ngan dan Energi Provinsi P Riau
Disamping minyak bumi, batu bara dann gambut, Provinnsi Riau juga memiliki m potenssi pertambangaan lainnya yang tidak kalah banyak b jumlahhnya. Sekarang tinggal bagaim mana Pemerintaah Daerah menngelola potensi yang ada tersebuut untuk meningkatkan kesejahhteraan masyarrakatnya. Perkemban ngan Kelistrik kan di Riau Daaratan Pertumbuhaan jumlah peelanggan dan konsumsi enegi listrik l di Provinnsi Riau dapat dilihat d di bawahh ini:
Th
Energi Terjual
R RT
Bisnis Industtri Publik Pendudu uk
1999
623,61
294 4.551 28.813
182 2
1.762
3.872.878
51.739
2000
698,27
310 0.731 31.426
186 6
1.901
4.000.846
64.301
781,86
327 7.799 34.277
190 0
2.050
4.133.043
79.980
2002
875,47
345 5.805 37.387
194 4
2.211
4.269.608
86.568
2003
980,27
364 4.800 40.778
198 8
2.385
4.410.686
97.275
2004
1097,63
384 4.839 44.477
202 2
2.573
4.556.425 114.246
2005
1224,6
406 6.125 47.833
192 2
2.831
4.706.979 139.018
2006
1328,46
424 4.012 50.940
195 5
3.052
4.862.509 167.068
2007
1498,26
441 1.993 54.588
193 3
3.223
5.023.177 210.002
2008
1647,14
471 1.393 61.174
186 6
3.408
5.189.154 276.400
2009
1841,3
496 6.687 66.518
186 6
3.667
5.360.615 333.490
4.1
Reggional
1.
Indoonesia
3.
4.
ANALIS SIS KEBUTUHAN PEMEN NUHAN ENERGII DAN KETEN NEGALISTRIK KAN DI R RIAU DARATA AN 2010-2020
Kapasitas Daya Terpasang (MW)
Daya Mampu (MW)
Beban Puncak (MW)
25593,2
21580,36
21120,07
100%
100%
100%
18534,7
16540,62
16307,21
Jaawa 72,42
76,65
77,21
4039,25
3379,01
663,7
15,78
15,66
3,14
83,21
44,26
316,24
0,33
0,21
1,5
matera Sum
R Riau Darratan
Sumber : Data Statistik PT T. PLN 2008
4.3 4
Potensi Energi non renewable dan n Energi Renew wable di Provin nsi Riau Darattan
PDRB
2001
4.
No.
2.
3.2
Tabel 3.2 Data Input Energi Terjjual (GWh) , Jum mlah Pelanggan peer Sektor, Jumllah Penduduk, daan PDRB (Trilyunn Rupiah) di Riauu Daratan T Tahun 1999 s.d. 2009 2
Kondisi Eneergi dan n Eksissting nagalistrikan d di Provinsi Riau Daratan Keten
Tabeel 4.2 Energi yang Bisa Dibangkitkan No
Sumber Daya m Alam
Potensi
1
Batubaara
1,47 trilyun kg
2
Minyak Bumi B
3
Gas allam
4
Gambbut
4.155.670 MMSTB (juta stok tank barel) 7.714.234 MSCF (million standart cubic feet) 452.907,54 ton
Energi yang Bisa Dibangkitkan
Nilai Setara 1 kcal
1.163 Wh
8.578.000 GWh
0,28 liter
1 KWh
2.359.638,255 GWh
1 liter
3 KWh
655.329,5783 GWh
1 kg
0,2 KWh
90.581,5 GWh 11.683.549,33 GWh
Totaal
Pengoolahan potensi E EBT di Provinssi Riau Daratann dilakukan d untukk tiga jenis EBT yaitu: ang gin, gelombangg laaut, dan mikrohhidro. Data–datta potensi EBT T pada akhirnyaa ditujukan d untukk mendapatkann potensi enerrgi yang dapatt dihasilkan d atauu dimanfaatkaan apabila diibangun suatuu teeknologi EBT. Hasil dari anallisis perhitungaan potensi EBT T dapat d dilihat padda tabel 4.3 berikut: Tabeel 4.3 EBT yang Bisaa Dibangkitkan
Sistem Intterkoneksi Sumbagsel S 1 150 KV Terhadap Sistem Kelistrik kan Riau Sekarrang
Sumbeer Energi
Potensi Energi
A Angin
614,5 MWh/tahun
Gell. Laut
149,88 MWh/tahun
Mikrrohidro
695,325 MWh/tahun
T Total
11.459,705 GWh/tahun
4.4 4
mBagSelTeng Gambar 4.1 Sistem Sum Seminaar Tugas Akhir Jurusan J Teknik Elektro E FTI-ITS
Analissis Proyeksi K Kebutuhan Eneergi Listrik dii Provin nsi Riau Darattan Tingkaat pertumbuhann rata-rata meng ggunakan DKL L 3.01 3 diperoleh sebesar s 11,2 % tahunnya. Sedaangkan dengann metode m regresi linier l bergandaa diperoleh sebeesar 7,1 % tiapp taahunnya. Pada tahun 2010 ssampai dengan 2012, metodee DKL D menghasilkan nilai yangg lebih rendah h dibandingkann metode m regresi linier bergandaa. Namun, tigaa tahun setelahh ittu, hasil nilai menggunakan m m metode DKL melesat jauh lebihh
Halaman H 2 dari 6
tinggi dibandingkan menggunakann metode regrresi linier bergannda. Tabel 4.4 Perbbandingan Proyekksi Energi Listrik antara DKL 3.011 dengan Regresi Linier Berrganda Tahun Proyeksi
Konsumsi Energgi Listrik (GWh) DKL 3.01
Regreesi Linier Berganda
2010
1904,29
1976,1
2011
2105,02
2153,9
2012
2329,67
2337,7
2013
2581,66
2532,6
2014
2864,87
2731,6
2015
3183,18
2938,2
2016
3541,96
3144,2
2017
3946,39
3352,1
2018
4403,42
3551,2
2019
4919,69
3741,3
2020
5504,58
3908,4
penambahan p kappasitas daya. P Proyek pembuattan pembangkitt liistrik yang barru diharapkan kebutuhan day ya listrik untukk Provinsi P Riau Daratan D sendiri ddapat terpenuhi. 4.6 4
Analissis Kelayakan Pembangu unan Terpilih h PLTU U Batu Bara Mulut Tamba ang Riau 3000 MW ngkit baru ini,, Pada pembahasan aanalisis pemban maka m dalam pem mbangunannya ditinjau dari beberapa b aspek,, yaitu: y aspek pootensi, aspek teeknis, aspek ekonomi, aspekk liingkungan, dann aspek sosial. 4.6.1 4
Ditinjjau dari Aspek k Potensi total pemakaian uuntuk PLTU Riau Mulutt Tambang T 300 MW M hanya sekittar 0,78 % dari total batu baraa yang y tersedia di Riau Daratan iitu sendiri.Nam mun, hal ini bisaa dikembangkan d lagi jika efissiensi thermal PLTU dapatt ditingkatkan, d seehingga konsum msi batu baraa untuk PLTU U teersebut menjadi semakin sedikkit lagi. Tabeel 4.6 Pemakaian Batu Bara Sebagai Baahan Bakar untuk PLTU 300 MW No. 1 2 3 4 5
Klaasifikasi Kebutuhan Perhitunggan Energi listrik per taahun (kWh/tahun) Perhitunggan Kebutuhan energi kkalor (Kcal/tahun) Perhitungan Kebutuhan bahan bakar per tahun (kg) Perhitungan Kebutuhan bahan bakar selama 30 tahun (kg) Prosentasse pemakaian bahan baakar dari caddangan bahan bakar yanng tersedia (%)
Value V 2.102.400.0 000 kWh/tahun 3.570.066.518 8.000 Kcal / tahun 65.410,1 kg 555.56 16.666..696.230 kg
0,78
Gam mbar 4.2 Grafik Proyeksi P Energi liistrik Perbandingan antara DKL 3.011 dan Regresi Linnier Berganda
4.5
Analisis Neraca Dayya di Provin nsi Riau Daratan 2010-2020 2 Tabel 4.5 P Proyeksi Neraca Daya D di Riau Darratan tahun 2010--2020 T Tahun
Energi Produksi ( GWh )
Energi Konsumsi ( GWh )
Beb ban Puncak ( MW W)
Faktor Beban (%)
D Daya Mampu M ( MW M )
2010
2225,68
1904,29
309,42
85,2
290
2011
2460,29
2105,02
337,26
85,2
290
2012
2722,85
2329,67
366,04
85,2
290
2013
3017,37
2581,66
396,09
85,3
290
2014
3348,38
2864,87
427,22
85,3
290
2015
3720,41
3183,18
459,53
85,3
290
2016
4139,74
3541,96
491,75
85,3
290
2017
4612,42
3946,39
523,65
85,4
290
2018
5146,59
4403,42
554,75
85,4
290
2019
5749,99
4919,69
584,45
85,4
290
2020
6433,59
5504,58
610,55
85,4
290
Dalam prooyeksi daya mampu m di Riauu Daratan tidak bisa b kita asumssikan. Hal ini disebabkan d beluum adanya rencanna penambahan pembangkit dii Riau Daratan. Sehingga proyekksi nilai daya mampu m disesuaikan dengan konndisi daya mampu yang sekaranng terjadi di Proovinsi Riau, yaitu sebesar 290 MW. M Dapat kita simpulkan, baahwa satu-satunnya untuk mengaatasi permasalaahan listrik di d Riau adalahh dengan Seminaar Tugas Akhir Jurusan J Teknik Elektro E FTI-ITS
Gambar 4.3 Peta Potensi serta Lokasi Pem mbangkit
4.6.2 4
Ditinjjau dari Aspek k Teknis Lokassi dari pembangkit PLTU Riau mulutt Tambang T 300 MW M terletak di Kec. Peranap, Kab. Indragirii Hulu, H Provinsi Riau R Daratan. T Terletak lebih kurang k 150 km m sebelah Tenggarra Pekanbaru. D Dekat dengan sungai s Kuantann m pendinginan (30 ( m3/detik). sebagai sumber air untuk sistem Pada pembangkit inni, dapat mengg gunakan bahann bakar b gas alam m, minyak dan batubara yang dipakai untukk membangkitkan m n panas dan uaap pada boilerr. Uap tersebutt kemudian k dipakkai untuk mem mutar turbin yaang dikopelkann laangsung dengann sebuah generaator sinkron. Seetelah melewatii tu urbin, uap yanng bertekanan ddan bertemperaatur tinggi tadii muncul m menjadii uap bertekanaan dan bertemp peratur rendah.. Panas P yang diisadap oleh kkondensor men nyebabkan uapp berubah b menjaddi airyang kem mudian dipomp pakan kembalii menuju m boiler. Sisa panas yaang dibuang oleh o kondensorr mencapai m setenggah jumlah pannas semula yang g masuk. Untukk leebih jelasnya, dapat kita pahhami melalui diagram d skemaa PLTU P di bawahh ini:
Halaman H 3 dari 6
Untuk perhitungannya dapat dijelaskan sebagai berikut: a. b. c. d.
BPPPLTA= (798,9 3.260,4) GWhx Rp. 131,60/kWh = Rp.32,24/kWh BPPPLTG= (350,4/3.260,4)GWhx Rp. 3.298,03/kWh= Rp. 354,44/kWh BPPPLTD= (8,76 / 3.260,4)GWh x Rp. 3.578, 25/kWh= Rp. 9,61/kWh BPPPLTU=(2.102,04/3.260,4 )GWh xRp. 215,29/kWh=Rp 138,80/kWh BPPtotal= (32,24+354,44+9,61+138,80) = Rp. 535,1/kWh
Berdasarkan perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya pembangkit baru yang disubsidi pemerintah, maka harga jual listrik per sektor juga berubah. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini:
Gambar 4.4 Skema Kerja PLTU
Tabel 4.9 Harga Jual Listrik Rata-rata per Sektor
4.6.3
Ditinjau dari Aspek Ekonomi Perhitungan biaya total pembangkit (US$/kWh) dapat dicari dengan menggunakan persamaan 2.1. Hasil perhitungan biaya total PLTU RMT 300MW dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini:
No.
Sektor Pelanggan di Riau Daratan
1
Rumah Tangga
601,59
411,27
Tabel 4.7 Biaya Total PLTU dengan Discount Rate 6%, 9%, dan 12%
2
Industri
597,24
408,12
3
Bisnis
775,84
530,38
4
Sosial
566,91
387,45
5
Sarana Gedung
902,97
617,13
6
Penerangan Jalan Umum
671,7
459,18
Rata-rata
657,45
449,48
Suku Bunga ( discount Rate) No.
Perhitungan Biaya 6%
9%
12%
1.
Biaya Pembangunan (US$/kW)
26.450
26.450
26.450
2.
Biaya Modal (US$/kWh)
0,0092
0,0122
0,0156
3.
Biaya Bahan Bakar (US$/kWh)
0,0096
0,0096
0,0096
4.
Operasi & Perawatan (US$/kWh)
0,00591
0,00591
0,00591
5.
Total Biaya Keseluruhan
0,02471
0,02771
0,03111
Daya beli masyarakat yang masih rendah yaitu Rp. 695,76 / kWh jika dibandingkan dengan BPP kondisi eksisting di Riau sebesar Rp. 1.164/kWh adalah latar belakang diberikannya subsidi oleh pemerintah. Perhitungan BPP ini akan dibandingkan dengan nilai subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Besarnya pilihan biaya subsidi adalah 25%, 50%, dan 75% dari biaya modal yang telah dikeluarkan. Analisis perhitungan dengan menggunakan program subsidi pemerintah dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.8 Biaya Pokok Penyediaan (BPP) PLTU RMT 300MW Biaya Pokok Penyediaan PLTU (Rp/kWh) Subsidi Pemerintah
Discount rate = 12%
Discount rate = 9%
Discount rate = 6%
25% capital cost
314,26
286,06
259,95
50% capital cost
270,4
250,67
233,28
75% capital cost
225,16
215,29
206,6
Dari tabel 4.8 di atas, dapat disimpulkan bahwa daya beli masyarakat Riau dipilih alternatif dengan subsidi 75% dari biaya modal. Dengan daya beli masyarakat Riau Daratan sebesar Rp. 695,76/kWh, maka pemberian subsidi dengan 75% menghasilkan nilai BPP yang sesuai dengan daya beli masyarakat, yaitu masing-masing Rp. 225,16, Rp. 215,29, dan Rp. 206,6 untuk discount rate 12%, 9%, dan 6%. Maka total energi yang dapat dibangkitkan adalah: a. b. c. d. e.
PLTA PLTG PLTG PLTD PLTU
Koto Panjang = 114 MW x 0,8 x 24hours x 365 days Teluk Lembu = 32 MW x 0,8 x 24hours x 365 days Riau Power = 18 MW x 0,8 x 24 hours x 365 days Teluk Lembu = 6 MW x 0,8 x 5 hours x 365 days baru = 300 MW x 0,8 x 24 hours x 365 days
Maka total = 3.260,472 GWh Apabila discount rate yang di ambil adalah 9%, maka biaya keseluruhan (total) BPP setelah dioperasikannya PLTU baru di Riau Daratan akan berubah. Biaya pembangkitan rata-rata (Rp/kWh) yang dikeluarkan berdasarkan keputusan PT. PLN Pusat tahun 2008.
Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
Harga Jual PT. PLN (Rp/kWh)
Harga Jual Sekarang (Rp/kWh)
4.6.4
Ditinjau dari Aspek Lingkungan Salah satu sebab yang mengurangi daya saing batu bara terhadap pemakaian bahan bakar minyak adalah polusi yang ditimbulkan oleh pemakaian batu bara tersebut. a. Langkah-langkah dalam Upaya Mengurangi SOx: 1. Selektivitas dalam memakai batu bara dengan kadar belerang rendah. 2. Pada instalasi-instalasi yang baru dibangun dapat diterapkan pemakaian sistem FGD ( Flue Gas Desulfurization ). b. Langkah-langkah dalam Upaya Mengurangi NOx Perbaikan sistem pembakaran melalui pemakaian burner yang lebih maju atau dengan memodifikasi ruang bakar. Usaha pengambilan NOx pada gas buang dapat pula dilaksanakan tetapi dengan biaya yang relatif besar, yaitu dengan proses denitrifikasi secara kering atau basah. Cara ini baru diterapkan di sebuah komersial di Jepang. c. Pengendalian terhadap partikel-partikel zat padat. .Teknologi yang paling sering digunakan adalah cold side Electro Static Precipitator (ESP). Untuk bahan bakar dengan kadar belerang yang rendah dapat dipakai hot side ESP. d. Pengendalian Polusi Suara Hal ini dapat dilakukan dengan misalnya memberi rumah/penutup pada mesin-mesin, menanam jalur hijau (pohon) disekita instalasi pusat pembangkit dan memberi peredam pada alat-alat yang berputar (pompa-pompa, dan sebagainya). 4.6.5
Ditinjau dari Aspek Sosial Indeks Pembangunan Manusia dapat dijelaskan sebagai indikator keberhasilan upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat / penduduk). Dengan kata lain sebagai salah satu ukuran kinerja daerah. Tabel 4.10 Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia No
Nama Propinsi
IPM 2008
Reduksi shortfall
Rating
1.
DKI Jakarta
76,3
1,98
1
3.
Riau Daratan
73,8
0,69
3
33.
Papua
62,8
1,77
33
INDONESIA
70,1
1,68
Halaman 4 dari 6
Berdasarkaan hasil data Human Devvelopment Index 2009, nilai raata-rata IPM Indonesia I sebeesar 70,1 dengan n reduksi shortfall sebesar 1,68. Khusus Provinsi Riau Daratan D sendirri berada padaa posisi 3 den ngan nilai IPM dan d reduksi sho ortfall masing-m masing sebesarr 73,8 dan 0,69. Walaupun nilai IPM Riau u tinggi, nilaii reduksi shortfa fall sangat jauh h lebih rendah h dibandingkan n dengan daerah h lainnya. Tabel 4.11 Indeks Peembangunan Man nusia di Riau Pendapataan / kapita ( ribu)
RE (%)
IPM
Reduksi Shortfal
988,35
555,3
95,73
76,05
1,07
944,53
558,67
83,16
75,4
0,81
Siak
900,44
559,25
48,49
74,05
3,95
4
Indra Giri Hilir
899,08
537,16
23,91
73,05
2,38
5
Bengkalis
900,89
540,17
74,06
73
0,55
6
Kampar
899,95
548,09
73,34
71,85
1,01
899,6
625,5
39,09
71,75
1,06
866,27
558,78
44,13
71,45
3,95
877,88
587,45
56,42
70,55
3,09
No
Kabupaten / Kodya
Tin ngkat Pendiidikan
1
PekanBaru
2
Dumai
3
Kuantan Singingi Indra Giri Hulu Rokan Hulu
7 8 9 10
Rokan Hilir
844,61
540,55
42,52
69,75
7,21
11
Pelalawan
855,09
545,83
29,79
69,6
2,43
dilakukan d antaara lain denggan melakukan n optimalisasii eksplorasi, e koonservasi sum mber daya energi e secaraa berimbang, b dann melakukan diversifikasi energi untukk menghindari m k ketergantungan terhadap salah satu jeniss energi, e terutama minyak bum mi yang tingkaat produksinyaa teerus menurunn. Berikut addalah sasaran n energi mixx berdasarkan b sekktor rumah tanggga, transportassi, dan industri.. Dengan D mengikkuti arahan kebiijakan dari Peraaturan Presidenn No. N 5 Tahun 20006, maka targget bauran energi di Provinsii Riau R dalam 5 taahun ke depan dapat dilihat pada p gambar dii bawah b ini:
Gambar G 4.5 Tarrget Diversifikasii Energi Sektor Rumah R Tangga di Provinsi Riaau Daratan
Sum mber: BPS Riau Daratan2009 D
H sebagai tempat Kabupaten Indragiri Hulu rencan na pembangunaan lokasi pem mbangkitan baru u (PLTU Riau MULUT M Tambang), masih meempunyai nilai IPM dan redukssi shortfall-ny ya yang rendah. Namun, dengan diadak kannya pemban ngkit di daerah h tersbut, akan n memacu pertum mbuhan ekonom mi dan sosial seemakin tinggi. 4.7
Keadaan Neraca Daya D dan Sistem Kelistrikaan di Riau u Daratan Setelah Pembangunan Pembangkit Baru Tabel 4.12 Neraca Daaya di Riau Darattan 2010-2020 Perbandingan Neeraca Daya
Yearr
2008
Daya Mampu
Beban Puncak
290
258,22
DM / BP 1,12
Kondisi Nerraca
Gambar G 4.7 Targget Diversifikasi E Energi Sektor Ind dustri di Provinsi Riau D Daratan
1.
Defisit
2009
290
284,38
1,02
Defisit
2010
290
309,42
0,94
Defisit
2011
290
337,26
0,86
Defisit
2012
590
366,04
1,61
Surplus
2013
590
396,09
1,49
Surplus
2014
590
427,22
1,38
Surplus
2015
590
459,53
1,28
Surplus
2016
590
491,75
1,21
Surplus
2017
590
523,65
1,13
Defisit
2018
590
554,75
1,06
Defisit
2019
590
584,45
1,01
Defisit
2020
590
610,55
0,97
Defisit
Krisiis Energi Listrikk di Riau sehingga adanya pemadaman secaraa bergilir
Kebbutuhan Listrik Terpenuhi selama 5 tahun di Riau Daratan
Dibuutuhkan pembanngkit baru u untuk pem menuhan listrik yang defisiit dengan mengggunakan reneweeble energy yang adda di Riau
Kuallifikasi Reserve Marggin (DM/BP): < 1,22 = Defisit ; 1,2 = Kritiis ; > 1,2 = Surplus
4.8
Gambar 4.6 Taarget Diversifikassi Energi Sektor Transportasi T di Provinsi Riaau Daratan
Sasaran Energi Mixx di Provin nsi Riau Daratan
Dalam upaaya melakukann revitalisasi kebijakan energi nasional untukk mewujudkann ketahanan eneergi harus Seminaar Tugas Akhir Jurusan J Teknik Elektro E FTI-ITS
PEN NUTUP
5.1 5
Kesim mpulan Evaluaasi pemenuhann dan kebutuhan n energi listrikk di d Riau Daraatan didapat melalui perrhitungan dann pembahasan. p Haasil dari perhituungan hanya daapat digunakann apabila a terjadi dalam d kondisi stabil tanpa ad danya pengaruhh yang y signifikann, seperti: beencana alam dan kebijakann pemerintah. p Sehhingga dapat kkita buat kesim mpulan sebagaii berikut b : 1. k kelistrikann yang terjadi di Sub Sistem m Kondisi krisis Riau saat ini dan tinggiinya pertumbuh han kelistrikann m bebann yang dipeerkirakan pada tahun 2011 mencapai puncak seebesar 337,26 M MW. Sementarra kemampuann pembangkkit Sub Sistem IIsolated Riau hanya h mencapaii 170 MW W pada tahunn 2008. Mak ka dibutuhkann pembangkkit baru di Sub S Sistem Riau. 2. 2 Nilai enerrgi dari SDA yaang ada di Riau u Daratan yangg berupa miinyak bumi, baatubara, gas alaam dan gambutt yang bisa dibangkitkan ialah sebesar 11.683.549,333 mpai tahun 20200 GWh. Sehhingga permintaaan energi sam sebesar 5.504,58 MW masih dapat tercukupi, t jikaa potensi yang y ada terssebut dapat dikelola d secaraa maksimal.. 3. 3 Dengan menggunakann peramalan beban dann D dapatt kebutuhann energi listriik di Riau Daratan, Halaman H 5 dari 6
disimpulkan bahwa perbandingan antara beban puncak dan daya mampu nilainya berada di bawah 1,15 ( di bawah standarisasi PLN ). Dapat dikatakan bahwa kondisi ini mengalami krisis energi. Kondisi ini terjadi di Riau Daratan sejak tahun 2008. Pembangkit yang baru mulai beroperasi pada tahun 2012, maka untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan Demand Side Management (DSM). Beroperasinya pembangkit PLTU baru di Riau Daratan, maka besarnya nilai BPP disesuaikan dengan daya beli masyrakat setempat, yaitu pada mulanya Rp. 1.164/kWh menjadi 535,1/kWh. Apabila harga patokan penjualan listrik ditetapkan 84% dari biaya pokok penyediaan listrik di Riau, maka harga jual ratarata listrik di Riau Daratan adalah sebesar Rp. 535,1/kWh. Kondisi kelistrikan di Riau Daratan dapat terpenuhi selama 5 tahun, mulai dari beroperasinya pembangkit baru pada tahun 2012. Setelah 5 tahun beroperasi, yaitu tahun 2017, Riau Daratan kembali mengalami krisis listrik. Hal ini dapat diatasi dengan pembangkit listrik dengan energi terbarukan yang ada di Riau Daratan. Potensi yang dapat dimanfaatkan di Riau Daratan adalah energi angin, gelombang laut, biomassa, dan surya. IPM dan Shortfall dipengaruhi oleh 3 index, yaitu index angka harapan hidup, angka rasio elektrifikasi daerah, dan indeks pendapatan sektor rill yang telah disesuaikan. Pembangunan dan pengoperasian PLTU dapat menambah pasokan listrik di Riau Daratan. Hal ini dapat menyebabkan pemadaman bergilir dapat terhindarkan sehingga pekerjaan penduduk Riau dapat menggunakan energi listrik dengan tenang, siswasiswi dapat belajar dengan tenang pada malam hari, proses penerimaan informasi kesehatan, makanan bergizi dan sebagainya melalui alat elektronik dapat terjadi, industri bekerja tanpa gangguan pemadaman sehingga terjadi peningkatan kesejahteraan penduduk dan peningkatan PDRB. Hal ini berujung pada peningkatan IPM dan Reduksi Shortfall.
[6] Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi, Riau,2008. [7] PLN Riau dan Kepulauan Riau, 2010, < www.plnriau.co.id.htm> [8] Riau, 2010, <www.riau.go.id> [9] P.R.Shukla and Ashis Rana, Energy Ekonomi Model Applications for India : Long-term GHG Trend and Mitigation Cost, National Institute for Environmental Studies, Tsukuba, 2001. [10] .........., Data Stastistik tahun 2004,2005, 2006, 2007, 2008 , PT PLN (Persero) Regional Riau dan Kepri. Riau, 2008. [11] ........., Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Tahun 2009-2019, PT PLN (Persero), Riau,2009. [12] ........., Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Tahun 2006-2015 Periode Tahun 20062010 Indonesia, PT PLN (Persero), Jakarta,2006. [13] ........., Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional 2008-2027, Departemen Enegi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta,2008. [14] ........., Renewable Energy Information Hub – Steam energy, ,http:\\energy-guru.com.,10 Januari 2010. [15] Gonen, T. Modern Power System Analysis.McGrawHill Book Co Sacramento California, 1987.
Saran Dalam upaya mengatasi krisis kelistrikan di Riau Daratan, maka diperlukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Daerah Otonom sebaiknya dapat memberikan ruang gerak kepada daerah dan swasta untuk menjadi penyedia energi listrik bagi kepentingan masyarakat. Subtansi dan revisi regulasi kelistrikan ini adalah menghapus monopoli PLN dan memberikan iklim persaingan yang sehat penyediaan listrik yang berkualitas pada rakyat. 2. Diperlukan teknologi terbarukan dalam mengatasi krisis kelistrikan di Provinsi Riau Daratan dengan memanfaatkan potensi yang ada di Riau Daratan. 3. Adanya upaya-upaya efisiensi dalam penyediaan listrik untuk menekan laju biaya pokok penyediaan tenaga listrik.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dengan NRP : 2206.100.138. Selain itu, penulis juga aktif sebagai asisten Lab. Konversi Energi B. 301 selama 4 semester. Pernah menjabat sebagai koordinator Praktikum Mesin Arus Bolak-balik pada Semester Gasal Tahun Ajaran 2009/2010.
4.
5.
6.
5.2
BIOGRAFI PENULIS Penulis dilahirkan di Rumbai, pada tanggal 23 Agustus 1987 dengan nama Abdi Setia Arief Putra. Penulis adalah anak sulung dari pasangan suami isteri Syafrizal NS dan Feryani. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Bertempat tinggal di Jl.Telaga Sari No. 7B, Pekanbaru, Riau Daratan.28265 e-mail :
[email protected] Hp : 085271299990
DAFTAR PUSTAKA [1] I Nyoman Pujawan, Ekonomi Teknik, Guna Widya, Surabya,2009. [2] Djiteng Marsudi.Ir, Pembangkit Energi Listrik, Penerbit Erlangga, Jakarta, Edisi kedua, 2005. [3] Wahid Sulaiman, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Guna Widya Publisher, Surabaya, 2003. [4] Levin, Richard and David Rubin, Statistics for Management, Prentice Hall, New Jersey, 1991. [5] Data Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Riau, Pekanbaru,2008. Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS
Halaman 6 dari 6