20 Riset | P aBisnis g e & Manajemen, Vol. 13, No. 1, April 2013 Media pp. 20 - 38
PENGARUH PELATIHAN DAN PEMBINAAN TERHADAP PENGEMBANGAN USAHA KECIL PADA PROGRAM KEMITRAAN BINA LINGKUNGAN
Raden Rudi Alhempi* Wismar Harianto**
Abstract
One company has been paying attention to small business development is PT. Telkom Pekanbaru Branch through its Community Development Centre (CDC) to run the Partnership Program and Community Development (CSR) by providing financial assistance as well as nonfinancial assistance such as training and coaching for small business. However, performance of partners in making repayment of loans granted by the CDC PT. Telkom Pekanbaru Branch is still high. This study aims to determine the effect of training and coaching to small business development in the Community Development Partnership Program (CSR) by the Community Development Centre PT Telkom Pekanbaru Branch. The study population is all of which amounts to 277 people with a sample of 73 people Data from this study are primary data using questionnaires as research instruments. Data analysis techniques that used in this research is descriptive and inferential statistical analysis using SPSS. The result show that training and coaching jointly or individually have a significant influence on the development of small business. Coaching is a variable that has the highest donation or the value of job satisfaction in small business. Keywords:
Training, Coaching, Small business development, Community development centre (CDC)
_________________________ * dan ** STIE dan STIH Persada Bunda Pekanbaru, Jl. Diponegoro No 42 , Pekanbaru 28116. (E-mail :
[email protected]).
20
21 Media Riset Bisnis & Manajemen _________________________________________
Latar Belakang Belajar dari pengalaman pahit yang pernah dialami Indonesia pada masa lalu, perekonomian Indonesia pada masa pra krisis dimana lebih menitikberatkan pembangunan ekonomi yang mengarah pada perusahaanperusahaan besar, hal ini terbukti telah membawa perekonomian Indonesia ke jurang krisis yang semakin mendalam. Demikian pula halnya pada waktu Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1997, dimana yang menyelamatkan perekonomian Indonesia pada waktu itu adalah kontribusi yang terbesar berasal dari usaha kecil. Artinya usaha kecil bisa dikatakan siap dan tahan terhadap krisis ekonomi dan bisa menjadi katub pengaman bagi dampak krisis, sebagai contoh dampak krisis seperti pengangguran dan pemutusan hubungan kerja. Berdasarkan dari pengalaman yang lalu maka pemerintah pada saat ini lebih memfokuskan pada pembangunan ekonomi yang mengarah pada ekonomi kerakyatan, dengan lebih menggairahkan pada pelaku ekonomi yang berasal dari usaha kecil. Dalam hal ini pemerintah telah mengeluarkan undang-undang dan keputusan-keputusan yang mengatur tentang pengembangan usaha kecil, salah satu diantaranya adalah Keputusan Mentri Keuangan Indonesia Nomor: 316/KMK.016/1994, tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui Pemanfaatan Dana dan Bagian Laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Untuk memperjelas hal di atas, Pemerintah mengeluarkan Keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia yang berikutnya No: 6OJKMK.061/1996 tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui Pemanfaatan Dana dan Bagian Laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dimana perlu penyesuaian-penyesuaian terhadap besarnya bagian pemerintah atas laba BUMN untuk pembinaan usaha kecil dan koperasi. Selanjutnya dalam UU No.25 tahun 2000 mengenai Program Pembangunan Nasional (Propenas) sektor usaha kecil dan menengah, usaha mikro dan koperasi menjadi prioritas pembangunan yang diharapkan menjadi tulang punggung perekonomian. Kemudian pada tanggal 17 Juni 2003 Pemerintah melalui Kementerian BUMN menerbitkan Keputusan Menteri BUMN No. 236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang mengatur kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan pelaksanaan bina lingkungan yang lebih komprehensif yang sesuai dengan pengembangan ekonomi dan kondisi lingkungan sosial masyarakat sekitar BUMN. Salah satu perusahaan yang telah menaruh perhatiannya terhadap pengembangan usaha kecil adalah PT. Telkom Cabang Pekanbaru melalui unit Community Development Centre (CDC) untuk menjalankan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Bentuk dan perhatian perusahaan Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
_________________________________________ Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan 22
ini terhadap pengembangan usaha kecil adalah dengan memberikan bantuan finansial sekaligus bantuan non finansial berupa pelatihan dan pembinaan bagi usaha kecil yang menerima bantuan kredit modal kerja dalam bentuk finansial Usaha kecil yang menerima bantuan pinjaman dalam bentuk financial disebut dengan mitra binaan PT. Telkom Cabang Pekanbaru. Jenis usaha yang terbanyak yang menjadi mitra binaan CDC PT. Telkom Cabang Pekanbaru adalah jenis usaha perdagangan dan diikuti oleh jenis usaha jasa. Tingkat kemacetan mitra binaan dalam melakukan pengembalian pinjaman yang diberikan oleh CDC PT. Telkom Cabang Pekanbaru masih cukup besar dengan tingkat kemacetan terbesar adalah pada tahun 2003 yaitu sebanyak 30%, walaupun terjadi penurunan pada tahun 2005 namun pada tahun 2007 tingkat kemacetan meningkat kembali yaitu sebesar 22%, secara rata-rata tingkat kemacetan pengembalian pinjaman periode 2003-2007 masih cukup besar yaitu sebesar 18%. Pelaksanaan pelatihan usaha kecil di PT. Telkom Cabang Pekanbaru beberapa tahun terakhir ini telah banyak dilakukan. Melalui proses pelatihan dan pembinaan para pelaku usaha kecil tersebut yang dimaksudkan dapat meningkatkan pengembangan usaha. Bila dilihat dari realita dilapangan usaha kecil binaan PT. Telkom Cabang Pekanbaru boleh dikata belum berkembang sesuai yang diharapkan. Perumusan Masalah Berdasarkan pada Latar Belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: (1) Apakah pelatihan dan pembinaan secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap pengembangan usaha kecil pada Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) yang di jalankan oleh Community Development Centre PT. Telkom Cabang Pekanbaru?. (2) Apakah pelatihan dan pembinaan secara parsial berpengaruh terhadap pengembangan usaha kecil pada Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) yang di jalankan oleh Community Development Centre PT. Telkom Cabang Pekanbaru?. Tinjauan Pustaka Pelatihan Menurut Bernardin & Russell (dalam Gomes, 2000: 197), pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performan pekerja pada pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, atau satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya. Pelatihan lebih berkaitan dengan peningkatan keterampilan karyawan yang sudah menduduki suatu pekerjaan Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
23 Media Riset Bisnis & Manajemen _________________________________________
atau tugas tertentu sehingga lebih menekankan pada keterampilan (skill). Pelatihan merupakan cara terpadu yang diorientasikan pada tuntutan kerja aktual, dengan penekanan pada pengembangan skill, knowledge, dan ability. Selanjutnya Soeprihanto (2001) menyatakan bahwa “Pelatihan adalah kegiatan untuk memperbaiki kemampuan karyawan dengan cara meningkatkan pengetahuan dari keterampilan operasional dalam menjalankan suatu pekerjaan, dan dapat dikatakan juga bahwa pelatihan merupakan suatu proses pembinaan pengertian dan pengetahuan terhadap sekelompok fakta, aturan serta metode yang terorganisasikan dengan mengutamakan pembinaan kejujuran dan keterampilan operasional”. Pembinaan Usaha Kecil Widjaja (2002) menjelaskan bahwa definisi dan Pembinaan adalah suatu proses atau pengembangan yang mencakup urutan-urutan pengertian, diawali dengan mendirikan, menumbuhkan, memelihara pertumbuhan tersebut yang disertai usaha usaha perbaikan, menyempurnakan, dan mengembangkannya. Salah satu definisi, pembinaan adalah suatu proses atau pengembangan yang mencakup urutan-urutan pengertian, diawali dengan mendirikan, menumbuhkan, memelihara pertumbuhan tersebut yang disertai usaha-usaha perbaikan, menyempurnakan, dan mengembangkannya (Rasyid et al., 2002). Sasaran dari pembinaan usaha kecil adalah untuk mengembangkan usaha kecil menjadi usaha besar. Ada dua aspek pembinaan usaha kecil: (a) Sumber daya manusia dapat ditingkatkan dengan usaha sendiri atau dari dorongan pihak luar, (b) Pengelolaan dalam arti praktek bisnis yang terdiri dari beberapa hal yang antara lain: Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengawasan (Hidayat, 2001). Kegiatan pembinaan tidak terlepas adanya faktor pendukung dan faktor penghambat, seperti yang di katakan oleh Dewi (2008) bahwa : “Faktor pendukung berupa ketersediaan dana, jalinan kerjasama dengan instansi lain, ketersediaan sarana dan prasarana sedangkan faktor penghambat berupa keterbatasan sumber daya manusia pengusaha, ketidakmampuan pengusaha mengernbalikan pinjaman, keterbatasan jumlah pegawai dan keterbatasan informasi”. Usaha Kecil Sampai dengan sekarang masih terdapat beberapa perbedaan mengenai pengertian usaha kecil, baik menurut undang-undang, perbankan, Biro Pusat Statistik, dan lembagalembaga lainnya. Apa yang menjadi batasan usaha kecil masih susah untuk dijelaskan. Penentuan batasan usaha kecil, orang cenderung melihat kepada modal awal, asset, dan pendapatan. Berikut ini beberapa batasan usaha kecil dilihat dari modal awal, asset, pendapatan, dan jumlah tenaga kerja. (1) Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
_________________________________________ Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan 24
Suatu usaha dinyatakan sebagai usaha kecil jika (Kanisius, 2000) : (a) Usaha perdagangan atau jasa yang mempunyai modal tidak lebih dari Rp.800.000.000,-., (b) Usaha produksi/industri atau jasa konstruksi, mempunyai modal tidak lebih dari Rp.200.000.000,-. (2) Menurut Bank Indonesia, usaha kecil adalah suatu usaha yang mempunyai total asset maksimal Rp.600.0000.000,- tidak termasuk rumah dan tanah yang ditempati. (3) Menurut Biro Pusat Statistik : (a) Usaha rumah tangga yaitu mempunyai 1-5 tenaga kerja, (b) Usaha kecil yaitu mempunyai 6-19 tenaga kerja, (c) Usaha menengah yaitu yang mempunyai 20-99 tenaga kerja, (d) Usaha besar yaitu mempunyai 100-lebih dari tenaga kerja. (4) Di dalam Undang-Undang Nomor 9 tahun 1995 tentang usaha Kecil, telah ditentukan bahwa usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memiliki kriteria kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) atau hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.1.000.000.000,(satu milyar rupiah), serta kepemilikannyapun telah ditetapkan pula dalam Pasal 5 undang-undang tersebut yaitu usaha kecil harus dimiliki oleh Warga Negara Indonesia. Menurut Hafsah (2004), bahwa upaya untuk Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada hakekatnya merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Dengan mencermati permasalahan yang dihadapi oleh UKM, maka kedepan perlu diupayakan hal-hal sebagai berikut : (a) Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif; pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif antara lain dengan mengusahakan ketenteraman dan keamanan berusaha serta penyederhanaan prosedur perijinan usaha, keringanan pajak dan sebagainya. (b) Bantuan Permodalan; pemerintah perlu memperluas skim kredit khusus dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan bagi UKM, untuk membantu peningkatan permodalannya, baik itu melalui sektor jasa finansial formal, sektor jasa finansial informal, skema penjaminan, leasing dan dana modal ventura. Pembiayaan untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sebaiknya menggunakan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang ada, maupun non bank. Lembaga Keuangan Mikro bank antara Lain: BRI unit Desa dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Sampai saat ini BRI memiliki sekitar 4.000 unit yang tersebar diseluruh Indonesia. Dari kedua LKM ini sudah tercatat sebanyak 8.500 unit yang melayani UKM. Untuk itu perlu mendorong pengembangan LKM. Yang harus dilakukan sekarang mi adalah bagaimana mendorong pengembangan LKM ini berjalan dengan baik, karena selama ini LKM non koperasi memiliki kesulitan dalam legitimasi operasionalnya. (c) Perlindungan Usaha; jenis-jenis usaha tertentu, terutama jenis usaha tradisional yang merupakan usaha golongan ekonomi lemah, harus mendapatkan perlindungan dan pemerintah, baik itu melalui undang-undang niaupun peraturan pemerintah yang bermuara kepada saling menguntungkan Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
25 Media Riset Bisnis & Manajemen _________________________________________
(win-win solution). (d) Pengembangan Kemitraan; perlu dikembangkan kemitraan yang saling membantu antara UKM, atau antara UKM dengan pengusaha besar di dalam negeri maupun di luar negeri, untuk menghindarkan terjadinya monopoli dalam usaha. Disamping itu juga untuk memperluas pangsa pasar dan pengelolaan bisnis yang lebih efisien. Dengan demikian UKM akan mempunyai kekuatan dalam bersaing dengan pelaku bisnis lainnya, baik dan dalam maupun luar negeri. (e) Pelatihan; pemerintah perlu meningkatkan pelatihan bagi UKM baik dalam aspek kewiraswastaan, manajemen, administrasi dan pengetahuan serta keterampilannya dalam pengembangan usahanya. Disamping itu juga perlu diberi kesempatan untuk menerapkan hasil pelatihan di lapangan untuk mempraktekkan teori melalui pengembangan kemitraan rintisan. (f) Membentuk Lembaga Khusus; perlu dibangun suatu lembaga yang khusus bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan semua kegiatan yang berkaitan dengan upaya menumbuhkembangkan UKM dan juga berfungsi untuk mencari solusi dalam rangka mengatasi permasalahan baik internal maupun eksternal yang dihadapi oleh UKM. (g) Memantapkan Asosiasi; asosiasi yang telah ada perlu diperkuat, untuk meningkatkan perannya antara lain dalam pengembangan jaringan informasi usaha yang sangat dibutuhkan untuk pengembangan usaha bagi anggotanya. (h) Mengembangkan Promosi; guna lebih mempercepat proses kemitraan antara UKM dengan usaha besar diperlukan media khusus dalam upaya mempromosikan produk-produk yang dihasilkan. Disamping itu perlu juga diadakan talk show antara asosiasi dengan mitra usahanya. (i) Mengernbangkan Kerjasama yang Setara; perlu adanya kerjasama atau koordinasi yang serasi antara pemerintah dengan dunia usaha (UKM) untuk menginventarisir berbagai isu-isu mutakhir yang terkait dengan perkembangan usaha. Tinjauan Empiris Penelitian yang dilakukan oleh Leach et al., (2000), dampak pelatihan pada pengembangan usaha mikro perempuan dilakukan selama 1997-1998 dan didanai oleh DFID (Divisi Pendidikan dan ESCOR). Penelitian dilakukan dalam empat program (di Ethiopia, India, Peru dan Sudan) didukung oleh dua LSM berbasis di Inggris, yaitu ACORD dan Menengah Teknologi menunjukan bahwa perempuan miskin membutuhkan pelatihan untuk mengemhangkan keterampilan dan self confidence untuk memungkinkan mereka untuk beroperasi dan untuk bertahan hidup di sektor informal. Akses ke kredit adalah penting tetapi tidak cukup untuk perempuan miskin. Proyek-proyek belajar mengungkapkan banyak contoh wanita yang akan tidak mampu untuk mengembangkan bisnis mereka dan meningkatkan pendapatan mereka tanpa pelatihan, khususnya dalam keterampilan bisnis Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
_________________________________________ Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan 26
dasar. Namun, dampak pelatihan dan peningkatan pendapatan pada aspek lain dan mereka bisnis dan kehidupan, yaitu akses dan kontrol sumber daya, status, dan kualitas hidup, tidak dipotong jelas. Tidak hanya dampak tersebut sangat beragam dalam kekuatan tapi bisa negatif maupun positif. Hubungan antara pelatihan dan pemberdayaan perempuan ekonomi dan sosial karena itu kompleks. Penelitian ini juga menemukan bahwa di mana pelatihan ini dirancang dengan baik dan dikirimkan itu bisa mengakibatkan pendapatan meningkat, yang pada gilirannya dapat menyebabkan peningkatan harga diri dan dalam beberapa kasus meningkatkan status dalam rumah tangga dan masyarakat. Hal ini khususnya kasus di mana telah memberikan pelatihan analisis gender dan kepercayaan-komponen bangunan Keuntungan khusu dan pelatihan di mana ia disampaikan secara efektif adalah bahwa ia dikembangkan ditingkatkan strategi bertahan hidup pada wanita, sehingga mereka bisa mengatasi lebih baik di saat krisis. Penelitian yang dilakukan oleh Bahannoer (2009) mengenai Perkembangan dan Pembinaan Usaha Kecil menunjukkan bahwa PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan merupakan salah satu perusahaan BUMN yang melaksanakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang menyalurkan kredit kepada usaha kecil dan menengah dan memberikan pembinaan yang bertujuan mengembangkan usaha kecil dan menengah. Sehingga diambil beberapa kesimpulan bahwa mitra binaan yang telah diberikan kredit mengalami perkembangan, ini dapat dilihat dan peningkatan laba, dan berani bersaing di pasar global melalui promosi-promosi dan pameran yang digelar atau yang diadakan oleh pihak PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran I Medan. Amalia (2008) melakukan penelitian pada PT. Telkom Divre V tentang Pengaruh CSR terhadap Citra Perusahaan PT. Telkom Divre V menunjukkan bahwa adanya hubungan yang kuat dan positif antara CSR “Pembinaan UKM dengan Citra PT.Telkom Divre V (Koefisien korelasi sebesar +0,712). Selain itu, juga ditemukan pengaruh antara CSR Tembinaan UKM dengan Citra PT. Telkom Divre V sebesar 0,605. Rerangka Konseptual Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka model Rerangka konseptual yang diajukan adalah sebagai berikut:
Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
27 Media Riset Bisnis & Manajemen _________________________________________
Gambar 1 Rerangka Konseptual Rerangka Kerja Hipotesis Untuk lebih memahami penelitian ini, maka dibuat Rerangka hipotesis seperti Gambar 2 berikut ini. Adapun yang menjadi Rerangka kerja hipotesis dalam penelitian ini adalah (Hamalik, 2000) :
Gambar 2 Rerangka Kerja Hipotesis Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
_________________________________________ Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan 28
Hipotesis Berdasarkan Perumusan Masalah dan Rerangka Kerja Hipotesis tersebut, maka dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: H1: Pelatihan dan pembinaan berpengaruh secara simultan terhadap perkembangan usaha kecil pada program kemitraan bina lingkungan. H2: Pelatihan dan pembinaan berpengaruh secara parsial terhadap perkembangan usaha kecil pada program kemitraan bina lingkungan. Metodologi Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Community Development Centre (CDC) PT. Telkom Cabang Pekanbaru, perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi. PT. Telkom Cabang Pekanbaru merupakan salah satu BUMN yang ditetapkan pemerintah untuk melaksanakan Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL). Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Agustus sampai dengan September 2009, waktu yang digunakan untuk penelitian selama 2 (dua) bulan namun demikian data yang diperlukan dalam penelitian itu merupakan proses yang berlangsung selama kurun waktu sekitar 2 (dua) tahun, sesuai dengan standar paket yang berjalan selama 2 tahun setiap periode. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh usaha kecil di Pekanbaru yang menjadi mitra binaan dan yang telah mengikuti Pelatihan dan Community Development Centre PT. Telkom Cabang Pekanbaru, sebanyak 277 usaha.Dalam penelitian ini, penentuan sampel menggunakan teknik purposive sampling artinya ditentukan dengan mempertimbangkan tujuan penelitian berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan terlebih dahulu. Agar sampel yang diambil dalam penelitian ini dapat mewakili populasi maka dapat ditentukan jumlah sampel yang dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (Umar, 2004). Diperoleh jumlah responden penelitian sebanyak 73,475 dibulatkan menjadi 73 responden.
Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
29 Media Riset Bisnis & Manajemen _________________________________________
Pengumpulan Data Data dapat diperoleh melalui dua sumber, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara mentah dan langsung dari objek penelitian (responden). Teknik pengumpulan datanya dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner dirancang dengan mengacu pada tujuan penelitian yang dijabarkan dalam operasionalisasi variabel penelitian. Data sekunder diperoleh dengan pencatatan langsung dari dokumen, laporan yang telah dibuat oleh perusahaan/instansi. Variabel Penelitian (1) Pelatihan (X1) : setiap usaha untuk memperbaiki performan pekerja pada pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, atau satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya (Comes, 2000). (2) Pembinaan (X2): pengukuran dan koreksi semua kegiatan dalam rangka memastikan bahwa tujuan-tujuan dan rencana-rencana organisasi dapat terlaksana dengan baik (Sabardi, 1992). (3) Perkembangan usaha (Y): hasil dicapai seseorang menurut ukuran berlaku untuk pekerjaan bersangkutan (Bernadin & Rusel, 1993). Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Berdasarkan hasil uji validitas dalam penelitian ini menunjukkan bahwa korelasi terendah adalah sebesar 0,333 dan tertinggi 0,814. Dengan demikian seluruh item yang diuji adalah valid karena memiliki r > 0,3, sehingga dapat digunakan analisis tahap selanjutnya. Sedangkan hasil perhitungan reliabilitas intrumen dengan menggunakan alpha Cronbach adalah 0,860, 0,882 dan 0,886. Dengan demikian nilai alpha seluruhnya adalah reliable karena memiliki alpha diatas 0,600 sehingga seluruh variabel yang diteliti adalah reliable dan dapat digunakan dalam tahap analisis. Analisis Data Untuk mengetahui pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda (multiple regression analysis). Penggunaan analisis regresi berganda dimaksudkan untuk memperoleh nilai prediksi yang tidak bias. Sehingga analisis tersebut harus memenuhi asumsi-asumsi klasik yang mendasari model regresi, meliputi: (1) Normalitas - Model yang sempurna adalah model yang bisa menghasilkan nilai estimasi pada Y yang sama persis dengan nilai Y asal (nilai residual = 0). Akan tetapi hal ini Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
_________________________________________ Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan 30
adalah sulit, hanya bisa diharapkan bahwa nilai residual yang akan menyebar normal dengan nilai rata-rata = 0. Artinya frekuensi nilai residual di sekitar nol memiliki frekuensi yang cukup besar pada nilai-nilai selisih yang ekstrem (jauh di bawah nol atau jauh di atas nol). (2) Multikolinearitas Untuk mengetahui apakah ada dua atau lebih item yang saling berkaitan atau berhubungan linier erat yang sempurna di antara beberapa atau semua item independent. Bila hal ini tidak ditemukan berarti tidak terdapat multikolinieritas. (3) Heteroskedastisitas - Uji Heteroskedastisitas menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka discbut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji Asumsi Klasik (1) Multikolinier - Dari pengolahan data diketahui dan kedua variabel bebas dalam penelitian ini memilki VIF < 10, sehingga dapat dikatakan tidak terdapat gejala multikolinearitas antara variabel bebas dalam penelitian ini. Artinya antara kedua variabel bebas yang diteliti tidak saling berhubungan sehingga tepat digunakan sebagai variabel bebas dalam model. (2) Heteroskedastisitas - Dari pengolahan data berbentuk grafik telihat bahwa data menyebar secara acak atau tidak membentuk sebuah pola yang dapat memberikan arti tertentu, dengan demikian disimpulkan bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi asumsi klasik. (3) Normalitas Dari pengolahan data berbentuk grafik dapat diketahui bahwa sebaran data berada disekitar garis diagonal pada model regresi sehingga dikatakan model regresi dalam penelitian ini memenuhi asumsi kenormalan. (4) Lineritas Dari pengolahan data berbentuk grafik dapat diketahui bahwa plot antara nilai residual dan nilai prediksi tidak membentuk pola tertentu (acak) pada model regresi pada Perkembangan Usaha Kecil, sehingga dapat dikatakan model regresi dalam penelitian ini memenuhi asumsi linearitas. Pengujian Hipotesis (1) Uji t, untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung secara parsial, dengan membandingkan hasil t sig < maka hipotesis ditolak. (2) Uji F, untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung secara simultan, dengan rnembandingkan hasil Fsig dengan . Apabila Fsig > maka hipotesis diterima dan apabila Fsig < maka hipotesis ditolak. Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
31 Media Riset Bisnis & Manajemen _________________________________________
Hasil dan Pembahasan Berdasarkan umur maka sebagian besar responden yang berumur kurang dari 30 tahun yang ditunjukkan dengan nilai 30% dan yang paling sedikit adalah reponden yang berumur diatas 40 tahun dengan nilai 10%. Berdasarkan tingkat pendidikan, maka tingkat pendidikan reponden yang terbanyak adalah responden dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 61 orang ditunjukkan dengan nilai 83%, kemudian disusul tingkat pendidikan SMP sebanyak 7 orang dengan nilai sebesar 10% dan tingkat pendidikan responden yang paling sedikit adalah S1 dimana didapatkan nilai 7% atau sebanyak 5 orang. Dari total 73 usaha kecil terdiri dari enam jenis usaha yaitu: 28 usaha atau (38%) adalah jenis Perdagangan, 7 usaha atau (10%) jenis usaha jasa, 7 (10%) jenis usaha industri, 5 usaha atau 7% jenis usaha industri, dan 13 usaha atau (18%) adalah jenis usaha perkebunandan 13 jenis usaha (18%) adalah usaha peternakan. Lama usaha di bawah 5 tahun adalah sebanyak 2 usaha atau (3%), antara 5-10 tahun sebanyak 41 usaha atau (56%), antara 11-15 tahun sebanyak 22 usaha (30%), antara 16-20 tahun sebanyak 6 usaha atau (8%), dan di atas 20 tahun sebanyak 2 atau (3%). Jumlah tenaga kerja pada usaha kecil sebelum pelatihan di bawah 5 orang sebanyak 53 usaha atau (73%), dan antara 5-10 orang sebanyak 20 usaha atau (27%). Jumlah tenaga kerja pada usaha kecil setelah pelatihan, di bawah 5 orang sebanyak 24 usaha atau (33%), antara 5-10 orang sebanyak 37 usaha atau (50%), dan di atas 10, orang sebanyak 12 usaha kecil atau (17%) Laba usaha rata-rata perbulan pada usaha kecil sebelum menerima pelatihan, kurang dari Rp.1.000.000,- adalah sebanyak 3 usaha atau (4%), antara Rp.1.000.001,- - Rp.2.000.000,- adalah sebanyak 41 usaha atau (56%), antara Rp.2.000.001,- - Rp.3.000.000,- adalah sebanyak 22 usaha atau (30%), dan antara Rp.3.000.001,- - Rp.4.000.000,- adalah sebanyak 7 usaha atau (10%). Laba usaha rata-rata per bulan pada usaha kecil setelah menerima pelatihan, kurang dari Rp.1.000.000,- adalah tidak ada lagi, antara Rp.1.000.001,- - Rp.2.000.000,- adalah sebanyak 12 usaha atau (17%), antara Rp.2.000.001,- -Rp.3.000.000,- adalah sebanyak 32 usaha atau (43%), antara Rp.3.000.001,- - Rp.4.000.000,- adalah sebanyak 15 usaha atau (20%), antara Rp.4.000.001,- - Rp.5.000.000,- adalah sebanyak 12 usaha atau (17%), dan lebih dari Rp.5.000.000,- adalah sebanyak 2 usaha atau (3%). Jumlah penjualan barang dan jasa per bulan pada usaha kecil sebelun menerima pelatihan, kurang dari Rp.5.000.000,- adalah sebanyak 5 usaha Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
_________________________________________ Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan 32
atau (6,8%), antara Rp.5.000.001,- - Rp10.000.000,- adalah sebanyak 24 usaha atau (33,3%), antara Rp.10.000.001,- - Rp15.000,000,- adalah sebanyak 32 usaha atau (43,3%), antara Rp.15.000.001,- - Rp20.000.000,adalah sebanyak 10 usaha atau (13,3%), dan di atas Rp.20.000.000,- adalah sebanyak 2 usaha atau (3,3%). Jumlah penjualan barang dan jasa per bulan pada usaha kecil setelah menerima pelatihan, kurang dari Rp.5.000.000,- adalah tidak ada lagi, antara Rp.5.000.000,- - Rp.10.000.000,- adalah sebanyak 19 usaha atau (26%), antara Rp.10.000.001,- -Rp.15.000.000,- adalah sebanyak 29 usaha atau (40%), antara Rp.15.000.001,- -Rp.20.000.000,- adalah sebanyak 17 usaha atau (23%), dan di atas Rp.20.000.000 adalah sebanyak 8 usaha atau (11%). Dari hasil pengolahan data terlihat bahwa tanggapan responden atas variabel didapatkan nilai sebesar 4,18 artinya sebagian besar atau rata-rata jawaban responden pada kuesioner berkisar antara 4 dan 5 yaitu setuju dan sangat setuju dengan pelatihan yang mereka dapat. Untuk responden yang menyatakan setuju karena program pelatihan sangat dirasakan manfaatnya terutama dalam materi pengembangan usaha dan manajemen organisasi usaha. Dengan adanya program pelatihan sebahagian besar peserta mendapatkan materi dari para trainer tentang pengelolaan usaha yang berhasil dan sukses sampai dengan teknik pendiversifikasian usaha. Sedangkan responden yang menyatakan setuju dengan alasan bahwa program pelatihan berguna dan bermanfaat terutama dalam pengelolaan keuangan dan manajemen organisasi usaha. Hal tersebut penting artinya bagi pemilik usaha kecil secara berkesinambungan memperoleh keuntungan dalam jangka panjang. Dari hasil pengolahan data terlihat bahwa tanggapan responden atas variabel didapatkan nilai sebesar 4,16 artinya sebagian besar atau rata-rata jawaban responden pada kuesioner berkisar antara 4 dan 5 yaitu setuju dan sangat setuju dengan pembinaan yang mereka dapat. Selanjutnya dapat dijabarkan alasan responden diatas, bahwa yang menyatakan sangat setuju sebanyak disebabkan karena alasan bahwa program pembinaan yang dilaksanakan oleh CDC PT Telkom merupakan program sangat penting dalam upaya peningkatan informasi khususnya pengembangan usaha kecil dengan kegiatan Sosialisasi dukungan inforrnasi penyediaan permodalan, pemantauan pengelolaan penggunaan dana dan pemerintah bagi Usaha Kecil. Sedangkan yang menyatakan setuju dengan alasan bahwa program pembinaan dapat meningkatkan jaringan kerjasama antar lembaga, dan adanya program monitoring yang berkelanjutan, program evaluasi dan pelaporan sosialisasi serta pemberian bantuan permodalan dan pemasaran. Dari hasil pengolahan data terlihat bahwa tanggapan responden atas variabel didapatkan nilai sebesar 4,23 artinya sebagian besar atau rata-rata jawaban responden pada kuesioner berkisar antara 4 dan 5 yaitu setuju dan Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
33 Media Riset Bisnis & Manajemen _________________________________________
sangat setuju dengan perkembangan usaha mereka disebabkan oleh adanya pelatihan dan pembinaan. Tanggapan responden diatas dapat dijabarkan bahwa responden yang menyatakan sangat setuju dengan alasan bahwa pengembangan usaha kecil dapat meningkatkan motivasi mitra binaan secara keseluruhan, yang didukung dengan adanya pemantauan unit usaha yang didukung dengan kegiatan konseling terhadap mitra binaan. Adapun yang menjawab setuju dengan alasan bahwa pengembangan usaha kecil sangat membantu meningkatkan motivasi mitra binaan, dan dengan kegiatan pemantauan bagi setiap unit usaha secara maksimal dapat meningkatkan pengembangan usaha secara langsung di lapangan. Uji Hipotesis Pertama Dari nilai R2 menunjukkan nilai sebesar 0,894 atau 89,4,8% artinya bahwa variabel Y dipengaruhi sebesar 89,4% oleh Pelatihan (Xl) dan Pembinaan (X2), sedangkan sisanya 10,6% dipengaruhi oleh variabel lain diluar 2 variabel bebas tersebut. Adapun model persamaan regresi linier berganda yang diperoleh adalah sebagai berikut: Y = 0,460 + 0,534 X1 + 0,477 X2 Dari hasil perhitungan didapatkan nilai Fhitung sebesar 294,612 (signifikansi F = 0,000). Jadi Fhitung> Ftabel (294,612> 2,920) atau Sig F < 5% (0,000 < 0,05). Artinya bahwa secara bersama-sama variabel bebas yang terdiri dan variabel Felatihan (X1) dan Pembinaan (X2) berpengaruh signifikan terhadap variabel Perkembangan Usaha Kecil (Y). Hal ini berarti bila Platihan dan Pembinaan ditingkatkan secara bersama-sama maka akan berdampak pada peningkatan Perkembangan Usaha Kecil. Sebaliknya Pelatihan dan Pembinaan menurun secara bersama-sama akan mengakibatkan peningkatan perkembangan Usaha Kecil. Dengan demikian hipotesis pertama yang menduga secara bersama-sama variabel Pelatihan (Xl) dan Pembinaan (X2) berpengaruh signifikan terhadap variabel Perkembangan Usaha Kecil (Y) terbukti kebenarannya. Jadi untuk hipotesis pertama Ho ditolak dan H1 diterima. Uji Hipotesis kedua (a) Uji t terhadap variabel Pelatihan (X1) didapatkan thitung sebesar 5,124 dengan signifikansi t sebesar 0,000. Karena t hitung lebih besar dari t tabel(5,124 > 2,042) atau signifikansi t lebih kecil dari 5% (0,000 <0,05), maka secara parsial variabel Pelatihan (Xl) berpengaruh sgnifikan terhadap vaniabel Perkembangan Usaha Kecil (Y) bila variabel Pembinaan (X2) tetap nilainya. (b) Uji t terhadap variabel Pembinaan (X2) didapatkan t hitung sebesar 5,444 dengan signifikansi t sebesar 0,000. Karena thitung lebih besar dari t tabel Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
_________________________________________ Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan 34
(5,444> 2,042) atau signifikansi t lebih kecil dari 5% (0,000 < 0,05), maka secara parsial variabel Pembinaan (X2) berpengaruh signifikan terhadap variabel Perkembangan Usaha Kecil (Y) bila variabel Pelatihan (X1) tetap nilainya. Dari uraian diatas menunjukkan bahwa secara parsial variabel Pelatihan (X1) dan Pembinaan (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Perkembangan Usaha Kecil (Y). Hal ini berarti bila Pelatihan dan Pembinaan, ditingkatkan secara parsial maka akan berdampak pada peningkatan Perkembangan Usaha Kecil dan sebaliknya bila Pelatihan dan Pembinaan menurun secara parsial maka mengakibatkan penurunan Perkembangan Usaha Kecil. Dengan demikian hipotesis kedua yang menduga secara parsial variabel Pelatihan (X1) dan Pembinaan (X2), berpengaruh signifikan terhadap variabel Perkembangan Usaha Kecil (Y) terbukti kebenarannya. Jadi untuk hipotesis kedua Ho ditolak dan Hi diterima. Dari hasil penelitian ini dinyatakan bahwa variabel Pelatihan dan Pembinaan berpengaruh signifikan terhadap variabel Perkembangan Usaha Kecil secara simultan. Artinya peningkatan Pelatihan dan Pembinaan, secara bersama-sama berdampak terhadap peningkatan Perkembangan Usaha Kecil dan sebaliknya penurunan Pelatihan dan Pembinaan berdampak pula terhadap penurunan Perkembangan Usaha Kecil. Temuan ini sama dengan hasil penelitian oleh Rofhanda (2008) yang meneliti Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan terhadap Perkembangan Usaha Kecil di Unit Kerja PT. Telkom Div Infratel Netre Sumbagut Medan hasil penelitian ini menyatakan bahwa variabel Pelatihan, dan Pembinaan, berpengaruh signifikan terhadap variabel Perkembangan Usaha Kecil secara simultan. Secara parsial, ditemukan bahwa Pelatihan berpengaruh secara signifikan terhadap Perkembangan Usaha Kecil. Temuan ini sesuai dengan penelitian Brahmasari & Suprayetno (2008) yang meneliti Pengaruh Motivasi Kerja, Pelatihan dan Budaya Organisasi Terhadap Perkembangan Usaha Kecil yang menemukan bahwa Pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Perkembangan Usaha Kecil. Artinya hasil dari pelaksanaan Pelatihan yang dijalankan mempunyai dampak yang selalu positif atau baik bagi perkembangan usaha kecil, sebab semakin sering pelaksanaan aktivitas Pelatihan dilakukan, maka akan berdampak pada meningkatnya perkembangan usaha kecil. Selanjutnya, secara parsial, ditemukan bahwa Pembinaan berpengaruh secara signifikan terhadap Perkembangan Usaha Kecil. Hal ini sejalan dengan temuan Lubis (2004) yang meneliti tentang pengaruh Pembinaan terhadap Perkembangan Usaha Kecil, Pembinaan mempunyai pengaruh yang lebih kuat dan memberikan kontribusi yang lebih tinggi Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
35 Media Riset Bisnis & Manajemen _________________________________________
terhadap Perkembangan Usaha Kecil, disimpulkan bahwa bila semakin intensif pembinaan dilakukan maka akan semakin tinggi pula kemungkinan perkembangan usaha kecil ke arah yang lebih maju. Simpulan, Implikasi Manajerial, Keterbatasan Penelitian dan Saran untuk Penelitian Selanjutnya Setelah diadakan pembahasan dan penganalisaan terhadap data hasil penelitian pada usaha kecil mitra binaan Community Development Centre (CDC) PT. Telkom Cabang Pekanbaru, maka dapat disimpulkan dan pengaruh pelatihan dan pembinaan terhadap Perkembangan Usaha Kecil adalah sebagai berikut: (1) Pelatihan dan pembinaan secara serentak atau simultan maupun secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan usaha kecil pada usaha kecil mitra binaan Community Development Centre (CDC) PT. Telkom Cabang Pekanbaru. (2) Pembinaan merupakan variabel yang memiliki sumbangan atau nilai yang tertinggi terhadap perkembangan usaha kecil terutarna dalam memotivasi mitra binaan. (3) Pemantauan terhadap unit usaha yang dijalankan dilakukan terhadap mitra binaan dengan cara dibimbing, diarahkan dan berbagi pengalaman untuk mengembangkan usaha yang sedang dijalankan dimana mitra binaan bisa berbuat dan bekerja lebih teliti dan terarah serta dapat mengoreksi kelemahan-kelemahan yang selama ini terjadi sehingga dapat mengembangkan usaha yang sedang dijalankan. Atas dasar kesimpulan yang ditarik dan hasil penelitian ini dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut: (1) Bagi Community Development Centre (CDC) PT. Telkom Cabang Pekanbaru bisa menjadikan acuan dalam pelaksanaan program kernitraan bina lingkungan (PKI3L) untuk pengembangan usaha kecil pada masa yang akar datang. (2) Bagi Community Development Cenfre (CDC) PT. Telkom Cabang Pekanbaru hendaknya secara kontiniu mengontrol usaha mitra binaan agar tidak mengalihkan jenis usaha yang dijalankan yaitu sesuai dengan usulan pada tahap awal pengajuan proposal pinjaman, kecuali untuk peningkatan pengembangan unit usaha. (3) Bagi Usaha kecil sebagai mitra binaan hendaknya menerapkan materi-materi pelatihan dan pengarahan yang dilakukan pada saat pembinaan sehingga tujuan pelatihan dan pembinaan tersebut, yaitu mengembangkan usaha kecil bisa tercapai.(4) Bagi mitra binaan, Ilmu yang diperoleh dan pelatihan dan pembinaan agar diberikan juga kepada para karyawannya karena tanpa karyawan yang berkualitas usaha keel tidak bisa berkembang dengan baik. (5) Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi guna pengembangan penelitian di bidang pelatihan dan pembinaan usaha kecil.
Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
_________________________________________ Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan 36
Daftar Pustaka Amalia, D. (2008). Pengaruh CSR terhadap Citra Perusahaan PT. Telkom Divre V. Skripsi. Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Kristen Petra, Surabaya. Bernardin, H.J., Russel, E.A. (1993). Human resource Management, An Experiential Approach. Mc. Graw Hill International Edition, Singapore: Mac Graw Hill Book Co. Burhanuddin, R. (2004). Evaluasi Program Pendidikan Dan Latihan Pada Koperasi Pondok Pesantren. Jurnal Pengkajian Koperasi Dan UKM. 2 (1). Dajan, A. (2000). Pengantar Metode Statistik. Jilid 2. Pustaka LP3ES, Jakarta. Bahannoer, Noni. (2009). Perkembangan dan Pembinaan Usaha Kecil. http://1ibrary.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.php?opti on=com_journal_review&id=14387&task=view Dessler, G. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Kesembilan. PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta. Dwi, R.B.P. (2002). Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Keberhasilan Usaha Skala Kecil: Studi tentang faktor Demografi Wirausaha, Perilaku Inovatif, dan Inovasi Organisasi dan Wirausaha yang Berhasil. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta. Fiona, L., Saiwa, A., Helen, A., Judy, el-B., Nora, C., Kibre, K., Viv, L., Shashikala, S. (2000). The Impact of Training on Women’s MicroEnterprise Development. Education Research Paper. 40 : 139. Hafsah, M. J. (2004). Upaya Pengembangan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM). Infokop. XX (25). Hamalik, O. (2000). Manajemen Pelatihan Ketenaga Kerjaan. PT. Bumi Aksara, Jakarta. Heidrajchman., Saud, H. (2002). Manajemen Personalia. BPFE, Yogyakarta.
Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
37 Media Riset Bisnis & Manajemen _________________________________________
Hidayat, H. S. (2003). Pengaruh Lembaga Keuangan Mikro Terhadap Prestasi Industri Kedil Rumah Tangga Di Kabupaten Merangin (Studi Kasus di Kecamatan Bangko, Kabupaten Merangin). Infokop. XXIII (2). Hidayat, S. (2001). Pemberdayaan Ekonomi Rakyat. PT. Pustaka Quantum, Jakarta. Husein, U. (2004). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Cetakan ke-6. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Macpherson ., Allison, W. (2007). Training Commitment and Performance in Manufacturing SMEs. Journal of Small Business and Enterprise Development. 14 (2) : 321-338. Kamaruddin, A. (2006). Proyeksi Pengembangan Kebutuhan Wirausaha baru dalarn Rangka Kesiapan Menuju Liberalisasi Perdagangan dan Investasi. Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM. 1 (2). Karistus, M. T. (2000). Membuka Usaha Kecil. Jakarta. Komarsyah, D. (2007). Pengaruh Program Kemitraan Terhadap Efisiertsi Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Usaha Kedil Mitra PT. Pos Indonesia Cabang Lampung). Tesis. Universitas Lampung. Kuncoro, M. (2003). Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi. Penerbit Erlangga, Jakarta. Mathis, R. L., John H. J. (2002). Manajemen Sumber Daya. Buku Dua. Salemba Empat, Jakarta. Murti. (2005). Mitra Usaha Kecil Dan Menengah Mencapai Sukses. http://www.smecda.com Musselman., Sumanto., Meredith. (2003). Ciri-ciri kewirausahaan. http://www.smecda.com. Nguyen, Ng. T., Ngo, V. T., Dirk, B. (2008). The impact of training on firm performance: Case of Vietnam. Working Paper . 7th International Conference of the Academy of Human Resource Development (Asia Chapter), to be held in Bangkok, Thailand, from November 3-6.
Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38
_________________________________________ Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan 38
Ni, P. W. S. (2005). Dinamika Pengembangan UMKM di Indonesia. http://www.smacda.com. Rasyid, A. S., Rahardjo., Sjafri, S. (2002). Reinterpretasi Konsep Pembinaan Masyarakat Terasing Menuju Konsep Pemberdayaan Berorientasi Kearifan Lokal. Jurnal Penelitian Ilmu Sosial. 3 (2). Ratna, T. D. (2008). Strategi dalam menumbuhkan dan mengembangkan usaha kecil dan menengah melalui pembinaan oleh dinas industri, perdagangan, koperasi dan penanaman modal di Kabupaten Ponorogo. Infokop. Jakarta. RN, A. (2005). Pengaruh Pelatihan Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada Direktorat Produksi PT. Pupuk Iskandar Muda, Medan. Skripsi. Sastrahadiwiryo, B. S. (2002). Manajemen Tenaga, Kerja Indonesia. PT. Bumi Aksara, Jakarta. Siagian. (2002). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Rineka Cipta, Jakarta. Su, D. (2003). Impact of Training on Firm Performance: A Look at manufacturing SMEs in Viet Nam. National Economics University Hanoi Catherine Ashley Cotleur. Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Bisnis. CV. Alia Betha, Bandung. Suprihanto, J. (2001). Penilaian Kinerja dan Pengembangan Karyawan. BPFE, Yogyakarta. Suryana. (2003). Kewirausahaan Pedoman Praktis, Kiat Dan Proses Menuju Sukses. Salemba Empat, Jakarta. Susanto, A.B. (2006). Saatnya Mengembangkan UMKM. Majalah Info Bank. Tambunari, T. (1999). Perkembangan Industri Skala Kecil di Indonesia. Mutiara Sumber Widya, Jakarta. Widjaja, A.W. (2002). Administrasi Kepegawaian: Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
Volume 13, Nomor 1, April 2013 hal. 20 - 38