JEB 17 Jurnal Ekonomi & Bisnis, Hal 229 - 244
Volume 1, Nomor 2, September 2016
PENGARUH PDRB DAN UPAH MINIMUM TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2010-2014 Dinni Elinda Rahmah1, Murgianto2 Alumni Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya1 Dosen Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya2
[email protected],
[email protected] ABSTRAK
The unemployment problem has always been an issue that needs to be solved krena so great impact on the economic and social life in a civic. So the researchers focused on melkukan research on Unemployment Rate is happening in the city of Surabaya. The objective was to determine the factors that may affect unemployment in the city of Surabaya. Researchers adjust the open unemployment as vaeriabel bound and take independent variables: the GDP and Minimum Wages in the city of Surabaya on the unemployment rate in the city of Surabaya. The data used is secondary data time series by using multiple regression analysis. The results of the study on the first model, the GDP had a negative correlation to the level of unemployment in the city of Surabaya. It is clear that any increase in the GDP, the open unemployment rate in the city of Surabaya to decline, which means the GDP is not significantly affected the unemployment rate in the city of Surabaya. The second research model, the minimum wage has a negative correlation to the unemployment rate in the city of Surabaya. It is clear that any increase in the minimum wage, the unemployment rate will decline, which means wages minimu not significantly affect the unemployment rate in the city of Surabaya. Keywords: Unemployment Rate, the GDP, the Minimum Wages Indonesia juga masih dihadapkan pada dilema
PENDAHULUAN
kondisi
Pertumbuhan ekonomi suatu negara
ekonomi
atau suatu wilayah yang terus menunjukkan
ketidakseimbangan
peningkatan
seimbangan
menggambarkan
bahwa
yang internal
eksternal.
mengalami dan
ketidak-
Ketidakseimbangan
perekonomian negara atau wilayah tersebut
internal terjadi dengan indikator bahwa tingkat
berkembang dengan baik. Sebaliknya apabila
output nasional maupun tingkat kesempatan
suatu perekonomian tersebut tidak dapat
kerja di Indonesia tidak mencapai kesempatan
berkembang dengan baik maka akan muncul
kerja
berbagai macam permasalahan. Permasalahan
ketidaksembangan eksternal terjadi dengan
pokok yang sering dialami oleh negara sedang
indikator bahwa tingkat output nasional hanya
berkembang salah satunya adalah masalah
menunjukkan tingkat Penghasilan Domestik
ketenagakerjaan dalam bentuk pengangguran.
Bruto (PDB) yang meningkat tetapi tidak
penuh
(pengangguran)
sedangkan
diikuti dengan kesejahteraan masyarakat.
229
JEB 17 Jurnal Ekonomi & Bisnis, Hal 229 - 244 Suatu
wilayah
mempunyai
Volume 1, Nomor 2, September 2016
tingkat
sebesar
6,84%
sedangkan
tingkat
pertumbuhan ekonomi yang berbeda, semakin
pengangguran Provinsi Jawa Timur sebesar
tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi maka
4,25%.
semakin
kesejateraan
pengangguran di Kota Surabaya cukup tinggi.
masyarakatnya. Dalam Negara Indonesia,
Kenaikan jumlah pengangguran pada tahun
Jawa Timur merupkan provinsi yang penting
2012 juga perlu diteliti dalam hal ini karena
di Indonesia. Provinsi Jawa Timur mempunyai
pada
tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua
pengangguran terus menurun, sedangkan sejak
di Indonesia setelah DKI Jakarta. Bahkan
tahun 2012 mengalami kenaikan.
baik
pula
tingkat
dalam jangka waktu 2009 sampai dengan 2012 Jawa
Timur
mengungguli
Hal
ini
tahun–tahun
menunjukan
bahwa
sebelumnya
tingkat
Masalah pengangguran ini memang
pertumbuhan
selalu menjadi suatu persoalan yang perlu
ekonomi nasional. Surabaya merupakan ibu
dipecahkan. Jumlah penduduk yang bertambah
kota provinsi Jawa Timur yang menjadi pusat
dan arus urbanisasi semakin besar setiap tahun
roda
membawa
pemerintahan
Pengangguran
dan
merupakan
perekonomian.
bertambahnya
jumlah
satu
angkatan kerja dan tentunya akan memberikan
permasalahan yang selalu dialami oleh kota –
makna bahwa jumlah orang yang mencari
kota besar seperti ini.
pekerjaan akan meningkat, seiring dengan itu
Tabel 1 Tingkat pengangguran di Kota
tenaga kerja juga akan bertambah. Sedangkan
Surabaya Tahun 2010 – 2014
lapangan
TAHUN
PENGANGGURAN
2010 2011 2012 2013 2014
Kota Surabaya 6.84 5.15 5.07 5.32 5.82
salah
akibat
pekerjaan
yang
padat
karya
peningkatannya tidak lebih besar dari jumlah angkatan kerja itu sendiri.
Provinsi Jawa Timur 4,25 4,16 4.12 4.36 4.19
Lapangan pekerjaan yang padat karya akan tercipta jika suatu daerah memiliki tingkat pertumbah perekonomian yang stabil
Data BPS : diolah
dan
Tabel 1 menggambarkan perbandingan tingkat
Jika
pertumbuhan
akan faktor produksi juga akan meningkat.
Provinsi Jawa Timur. Dari tahun 2010 Tingkat
Ukuran pertumbuhan perekonomian suatu
pengangguran di Kota Surabaya mengalami
daerah dapat dilihat dari jumlah pendapatan
penurunan walaupun ada kenaikan dari tahun
yang
Dapat dilihat bahwa tingkat
tercermin
pada
Produk
Domestik
Regional Bruto (PDRB) dan investasi yang
pengangguran Kota Surabaya di atas tingkat pengangguran Provinsi Jawa Timur.
meningkat.
perekonomian meningkat. maka permintaan
pengangguran di Kota Surabaya dengan
2012–2014.
terus
Pada
tahun 2010 pengangguran di kota Surabaya 230
merupakan
bagian
(Samuelson
dan
dari
pendapatan
Nordhaus,
1996).
JEB 17 Jurnal Ekonomi & Bisnis, Hal 229 - 244 Meningkatnya
pendapatan
daerah
Volume 1, Nomor 2, September 2016 akan
meningkatkan permintaan barang dan jasa di masyarakat.
Ini
memerlukan
bahwa tahun 2010 tingkat pengangguran di
penambahan modal yang sudah ada dengan
Kota Surabaya sebesar 6,84 % angka tersebut
menambahkan proyek investasi. Meningkat-
terus menurun tiap tahunnya. Sedangkan upah
nya
mengakibatkan
minimum terus mengalami kenaikan. Data di
meningkatnya jumlah proyek investasi yang
atas masih belum dapat memberikan jawaban
dilaksanakan oleh masyarakat (Todaro dan
mengenai permasalahan pengangguran di Kota
Stephen,
Surabaya.
tingkat
berarti
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat
pendapatan
2003),
atau
bisa
dikatakan
permintaan tenaga kerja meningkat. Tenaga kerja merupakan faktor penting
Tujuan Penelitian
dalam proses produksi. Akan tetapi dalam
Berdasarkan
latar
belakang
serta
memandang definisi tenaga kerja sendiri,
perumusan masalah, dapat ditetapkan tujuan
terdapat dua pandangan yang berbeda dan
dan kegunaan dari penelitian ini adalah
saling menegaskan antara keduanya yakni
sebagai berikut.
pihak pengusaha dan pekerja. Hal yang
1. Untuk menegetahui pengaruh PDRB
menjadi perdebatan salah satunya adalah
dalam peningkatan jumlah pengangguran
permasalahan upah minimum. Perdebatan
di Kota Surabaya.
antara para pengusaha dan pekerja bukanlah
2. Untuk
menegetahui
pengaruh
Upah
hal baru. Perbedaan pendapat di mana serikat
Minimum terhadap peningkatan jumlah
buruh menginginkan kenaikan upah yang
pengangguran di Kota Surabaya.
signifikan sedangkan pengusaha menganggap tuntutan ini bertentangan dan tidak kompatibel dengan
upaya
pemerintah
Tinjauan pustaka
mendorong
Pertumbuhan Ekonomi
pemulihan ekonomi dan penciptaan lapangan
Pertumbuhan ekonomi adalah proses
kerja. Table 2 Tingkat Kenaikan Upah Minimum
kenaikan output per kapita dalam jangka
Kota Surabaya
panjang.
TAHUN 2010 2011 2012 2013 2014
Upah Minimum Surabaya 1.031.000,1.115.000,1.257.000,1.740.000,2.200.000,-
Kota
Ada
tiga
aspek
yang
perlu
diperhatikan yaitu proses, output per kapita
TPT (%)
dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi 6,84 5,15 6,71 5,32 5,82
adalah suatu proses, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Disini dapat dilihat aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu
Sumber BPS,telah diolah
231
JEB 17 Jurnal Ekonomi & Bisnis, Hal 229 - 244
Volume 1, Nomor 2, September 2016
melihat bagaimana perekonomian berkembang
tingi dibarengi dengan laju pertumbuhan
atau berubah dari waktu ke waktu (Boediono,
penduduk yang cepat.
1985:1). Pertumbuhan
ekonomi
berkaitan
Pertumbuhan
ekonomi
tejadi
karena
adanya ekspasi negara maju dan adanya
dengan kenaikan output per kapita. Ada dua
kekuatan dalam hubungan internasional.
sisi hal yang perlu diperhatikan yaitu sisi
Pertumbuhan
ekonomi
ditandai
pula
output totalnya dan sisi jumlah penduduknya.
dengan meningkatnya arus barang dan
Output perkapita adalah output total dibagi
modal antarbangsa.
jumlah penduduk. Jadi proses kenaikan output
Teori-teori pertumbuhan dapat dikelompokkan
per kapita, tidak bisa tidak, harus dianalisa
ke dalam beberapa teori, yaitu:
dengan jalan melihat apa yang terjadi dengan
1. Teori Pertumbuhan Klasik Adam Smith (1723 – 1790), yang terkenal
output total di satu pihak, dan jumlah penduduk dilain pihak
dengan
Aspek yang ke dua dari difinisi pertumbuhan
ekonomi
adalah
teori
nilainya
yaitu
teori
yang
menyelidiki faktor-faktor yang menentukan
perspektif
nilai atau harga suatu barang. Tetapi didalam
waktu jangka panjang. Kenaikan output per
bukunya An Inquiry into the Nature and
kapita selama satu atau dua tahun, yang
Causes of the Wealth of the Nations (1776)
kemudian diikuti dengan penuruan output per
secara singkat sering disebut sebagai Wealth
kapita bukan pertumbuhan ekonomi. Suatu
of Nations, bisa dilihat bahwa tema pokoknya
perekonomian tumbuh apabila dalam jangka
adalah mengenai bagaimana perekonomian
waktu yang cukup lama untuk mengalami
(kapitalis) tumbuh. Dalam buku tersebut
kenaikan output per kapita.
Smith, mungkin orang yang pertama yang
Pertumbuhan ekonomi terlihat dari
mengungkapkan proses pertumbuhan ekonomi
semakin meningkatnya laju produk perkapita
dalam jangka panjang secara sistematis. Oleh
terutama sebagai adanya perbaikan kulitas
sebab itu, teori Adam Smith sering dianggap
input
sebagai
yang
meningkat
efesinsi
atau
produktivitas perunit input.
awal
dari
pengkajian
masalah
pertumbuhan secara sistematis.
Pertumbuhan ekonomi dengan adanya
Dalam model Smith tinggalah unsur
perubah setuktur perkonomian yaitu dari
produksi yang ketiga, yaitu stok kapital, yang
sektor primer ke sektor industri dan jasa.
secara aktif menentukan tingkat output. Smith
Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan
memang memberikan peranan sentral kepada
laju kenikan pendapatan perkapita yang
pertumbuhan stok kapital atau akumulasi kapital dalam proses pertumbuhan output. Apa 232
JEB 17 Jurnal Ekonomi & Bisnis, Hal 229 - 244
Volume 1, Nomor 2, September 2016
yang terjadi dengan tingkat output tergantung
pertumbuhan
penduduk
kepada apa yang terjadi pada stok kapital, dan
keterbatasan
sumber
laju pertumbuhan output tergantung pada laju
pertumbuhan
ekonomi.
pertumbuhan stok kapital (tentu saja sampai
masalah penduduk tidak dianggap sebai aspek
tahap pertumbuhan dimana sumber-sumber
sentral dari proses pertumbuhan ekonomi
alam mulai membatasi).
(Boediono, 1985:47). Indikasi
2. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik
daya
alam
Bagi
keberhasilan
aspek dalam
Scumpeter,
pembangunan
suatu negara atau wilayah yang banyak
Robert Solow dan Trevor Swan secara sendiri-sendiri
maupun
model
Pertumbuhan ekonomi diukur dari tingkat
pertumbuhan ekonomi yang sekarang sering
pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)
disebut dengan nama model pertumbuhan Neo
untuk lingkup nasional dan Produk Domestik
Klasik. Model Solow dan Swan memusatkan
Regional
perhatianya pada pertumbuhan penduduk,
wilayah. Selain dipengaruhi faktor internal,
akumulasi kapital, kemajuan teknologi dan
pertumbuhan ekonomi suatu negara juga
output
dipengaruhi faktor eksternal seperti kebijakan
saling
mengembangkan
digunakan adalah pertumbuhan ekonomi.
berinteraksi
dalam
proses
pertumbuhan ekonomi.
Bruto
(PDRB)
untuk
lingkup
pemerintah, sistem politik luar negeri dan keamanan suatu negara, terutama setelah era
3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern
ekonomi yang semakin mengglobal.
Joseph Schumpeter hidup di zaman modern
(1883-1950).
Schumpeter
bisa
Dari
segi
digolongkan
Tingkat
teori
pertumbuhan
ekonomi
menunjukkan persentase kenaikan pendapatan
dalam
nasional
riil
pada
suatu
tahun
tertentu
kelompok teori pertumbuhan Klasik. Namun
dibandingkan dengan pendapatan nasional riil
dari segi kesimpulannya khususnya mengenai
pada tahun sebelumnya (Muana Nanga, 2005:
prospek perbaikan hidup masyarakat banyak
273-274).
dalam
perekonomian
kapitalis.
Berbeda
Pengertian Produk Domestik Regional
dengan ekonom-ekonom Klasik sebelumnya,
Bruto (PDRB)
ia optimis bahwa dalam jangka panjang
Produk Domestik Regional Bruto atas
tingkat hidup orang banyak bisa ditingkatkan
dasar harga berlaku menggambarkan nilai
terus sesuai dengan kemajuan teknologi yang
tambah barang dan jasa yang dihitung
bisa dicapai masyarakat tersebut. Sejalan juga
menggunakan
dengan para ekonom modern, Schumpeter tidak
terlalu
menekankan
pada
harga
pada
setiap
tahun,
sedangkan Produk Domestik Regional Bruto
aspek
atas dasar harga konstan menunjukkan nilai 233
JEB 17 Jurnal Ekonomi & Bisnis, Hal 229 - 244
Volume 1, Nomor 2, September 2016
tambah barang dan jasa yang dihitung
Teori Upah Minimun
menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai
tahun
dasar.
Produk
Ada beberapa pengertian mengenai
Domestik
upah yang dikemukakan oleh ketentuan
Regional Bruto atas dasar harga berlaku
peraturan perundangan dan beberapa ahli,
digunakan untuk melihat pergeseran dan
antara lain:
struktur ekonomi, sedangkan harga konstan
1. Menurut
Undang-Undang
Republik
digunakan untuk mengetahui pertumbuhan
Indonesia Nomor 13 tahun 2003 Tentang
ekonomi dari tahun ke tahun. Untuk lebih jelas
Ketenagakerjaan dalam Bab I Pasal 1
dalam penghitungan angka-angka Produk
angka 30 dijelaskan Upah adalah hak
Domestik
pekerja/buruh
Regional
Bruto
Okun
yang
diterima
dan
menggunakan data tahunan dari Amerika
dinyatakan dalam bentuk uang sebagai
Serikat untuk menunjukkan hukum Okun ini
imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja
seperti terlihat pada Gambar 1
kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan
Kurva Hukum Okun
dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja,
Gambar 1
kesepakatan, atau peraturan perundangundangan,
termasuk
tunjangan
bagi
pekerja/buruh dan keluarganya, atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. 2. Menurut Badan Pusat Statistik 2008. Upah adalah pendapatan yang diterima tenaga kerja dalam bentuk uang yang mencakup Gambar 1 di atas ini merupakan titik sebar
dari
perubahan
dalam
bukan hanya komponen upah/gaji, tetapi
tingkat
juga lembur dan tunjangan-tunjangan yang
pengangguran pada sumbu horizontal dan
diterima secara rutin/reguler (tunjangan
perubahan persentase dalam GDP riil pada
transport, uang makan dan tunjangan
sumbu vertikal. Gambar ini menunjukkan
lainnya sejauh diterima dalam bentuk
dengan jelas bahwa perubahan dalam tingkat
uang), tidak termasuk Tunjangan Hari
pengangguran tahun ke tahun sangat erat
Raya (THR), tunjangan bersifat tahunan,
kaitannya dengan perubahan dalam GDP riil
kwartalan, tunjangan-tunjangan lain yang
tahun ke tahun, seperti terlihat pada garis titik
bersifat tidak rutin dan tunjangan dalam
sebar pengamatan yang berslope negatif.
bentuk natural.
234
JEB 17 Jurnal Ekonomi & Bisnis, Hal 229 - 244
Volume 1, Nomor 2, September 2016
3. Selain itu Tingkat upah disebut juga taraf
mendapatkan gaji yang layak sesuai dengan
balas karya rata-rata yang berlaku umum
standart kebutuhan pekerja.
dalam masyarakat untuk segala macam pekerjaan.
Tingkat
upah
ini
dapat
Teori Upah Dengan Pengangguran
diperhitungkan per jam, hari, minggu,
Terdapat juga teori model dual sektor
bulan atau tahun (Gilarso, 2003).
dikembangkan oleh Welch (1974). Model ini
4. Upah Minimum
mengasumsikan bahwa terdapat dua sektor di
Upah minimum adalah suatu penerimaan
dalam ekonomi (segmentasi ekonomi) yaitu
bulanan
sebagai
sektor formal (yang terkover oleh kebijakan
imbalan dari pengusaha yang diberikan
upah minimum) dan sektor informal (sektor
kepada karyawan untuk suatu pekerjaan
yang tidak terkover oleh kebijakan upah
atau jasa yang telah atau dilakukan dan
minimum) dengan mobilitas yang sempurna
dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang
antar dua sektor tersebut. Sebelum adanya
yang
suatu
kebijakan upah minimum kedua sektor ini
perundang-
diasumsikan menerima upah pada tingkat yang
undangan sertadibayarkan atas dasar suatu
sama yaitu W0. Penetapan upah minimum
perjanjian kerja antara pengusaha dengan
akan mengurangi permintaan tenaga kerja di
karyawan
termasuk
karyawan
itu
terendah
(minimum)
ditetapkan
persetujuan
atau
keluarganya.
atas
dasar
peraturan
tunjangan,
baik
sektor formal. Kelebihan penawaran tenaga
maupun
untuk
kerja ini akan diserap oleh sektor informal
telah
yang tingkat upahnya tidak diatur oleh
sendiri
Sebagaimana
yang
diatur dalam PP No. 8/1981 upah minimum
regulasi,
dapat ditetapkan secara minimum regional,
mengurangi tingkat upah. Jika pangsa kerja di
sektoral
sektor informal lebih rendah, maka dampak
regional
maupun
subsektoral,
yang
pada
gilirannya
meskipun saat ini baru upah minimum.
distribusi
regional yang dimiliki oleh setiap daerah.
memburuk (Sumarsono, 2009).
Pemerintah indonesia setiap tahun ada
pendapatannya
akan
akan
justru
Gambar 2
kenaikan upah minimum regional yang dirasa kebijakan ini menguntungkan bagi para
buruh
karena
meningkatakan taraf
buruh
mampu
hidupnya. Hal ini
buruh diharapkan juga mampu berkerja lebih
giat
lagi
karena
mereka
telah
Sumber : Pratomo dan Saputra,
235
JEB 17 Jurnal Ekonomi & Bisnis, Hal 229 - 244
Volume 1, Nomor 2, September 2016 Gambar 3 menunjukan keseimbangan di pasar
Pengertian Pengangguran Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
tenaga kerja dimana perpotongan antara
Pengangguran adalah istilah untuk orang yang
pernawaran (Sn) dan permintaan (Dn) disebut
tidak bekerja sama sekali, sedang mencari
titik
kerja, bekerja kurang dari dua hari selama
penempatan atau jumlah orang yang bekerja
seminggu,
sedang
(Ln) dan tingkat upah yang berlaku (Wn) yang
Data
kemudian dipakai sebagai patokan baik oleh
melalui
keluarga maupun oleh pengusaha di daerah
survey rumah tangga, seperti Survei Angkatan
yang bersangkutan Sn dan Dn. Gambar diatas
Kerja Nasional (Sakernas), Sensus Penduduk
dapat dipandang sebagai penawaran dan
(SP),
Sensus
perminaan untuk suatu negara. Penawaran
Ekonomi
tenaga kerja untuk negara dapat dipandang
Nasional (Susenas). Di antara sensus/survei
sebagai perjumlahan dari tiap-tiap daerah
tersebut Sakernas merupakan survei yang
dalam negara itu atau perjumlahan penawaran
khusus dirancang untuk mengumpulkan data
dari seluruh keluarga yang ada di negara
ketenagakerjaan secara periodik. Saat ini
tersebut.
berusaha
atau
mendapatkan
pengangguran
Survei
(SUPAS),
seseorang
dan
yang
pekerjaan.
dikumpulkan
Penduduk Survei
BPS
Antar Sosial
Sakernas diselenggarakan dua kali setahun
ekuilibrium,
menentukan
besarnya
Kerangka Konseptul
yaitu pada bulan Februari dan Agustus.
Dari teori–teori dan penelitian terdahulu bahwa PDRB dan upah minimum mempunyai
Kurva penawaran dan Permintaan Tenaga
pengaruh terhadap tingkat pengangguran.
Kerja
maka peneliti membuat kerangka pemiikiran sebagai berikut: Gambar 3 Kerangka Konseptual
Gambar 4
236
JEB 17 Jurnal Ekonomi & Bisnis, Hal 229 - 244
Volume 1, Nomor 2, September 2016
Sumber Data
METODE PENELITIAN
Sumber
Desain Penelitian
data yang digunakan dalam
penelitian ini berupa data sekunder yaitu data
Dalam penelitian ini peneliti meneliti pengaruh Penghasilan Domestik Regional
yang
Bruto (PDRB) dan Upah Minimum terhadap
pengumpulannya
tingkat pengaguran di kota Surabaya.
diambil
Penelitian
dilakukan
bukan
dari
diusahakan oleh
Badan
sendiri
peneliti, Statistik,
misalnya dokumen-
dokumen perusahaan atau organisasi, surat
dengan
menggunakan metode time series. ” Time
kabar dan majalah, ataupun publikasi lainnya
Series
(Marzuki, 2005:15). Data sekunder dalam
Desaind”
adalah
penelitian
yang
penelitian ini diperoleh dari Kantor Badan
bertujuan untuk mengetahui kestabilan dan
Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur
kejelasan suatu keadaan yang tidak menentu
yakni data Tingkat Pengangguran, PDRB dan
dan tidak konsisten (Sugiyono, 2008: 78) . Peneliti
melakukan
penelitian
Upah Minimum Kota Surabaya.
dengan
menggunakan data PDRB, Upah Minimum Teknik Pengumpulan Data
dan tingkat pengangguran selama periode
Teknik
2010-2014.
pengumpulan
data
yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi.
Tempat
Dokumentasi
adalah
pengumpulan data dengan cara mencari Tempat penelitian dilakukan pada semua
catatan-catatan, dokumen-dokumen, dan arsip-
area yang ada di Kota Surabaya terdapat empat
daerah
(Surabaya
arsip.
utara,Surabaya
Selatan,Surabaya pusat,dan Surabaya Timur).
Teknik Analisa Data Penelitian ini menggunakan metode
Jenis Data
statistika untuk keperluan estimasi. Dalam
Berdasarkan tipe penlitian Secara umum
metode ini statistika alat analisis yang biasa
data yang digunakan adalah data kuantitatif
dipakai dalam khasanah penelitian adalah
gambaran umum tentang Provinsi Jawa Timur.
analisis regresi.
Data Kuantitatif yang diambil merupakan data Metode Analisa Regresi Linier Berganda
time series Tingkat penganggura terbuka,
Teknik analisis yang digunakan adalah
PDRB dan Upah Minimum se-Kota Surabaya
teknik analisis linier berganda yang dapat di
periode 2010 – 2014.
uji dengan tingkat signifikansi 0,05. Analisa 237
JEB 17 Jurnal Ekonomi & Bisnis, Hal 229 - 244 ini
digunakan
untuk
mengetahui
Volume 1, Nomor 2, September 2016 atau
yang
menguji
pengeruh
variable
bebas
memperoleh gambaran mengenai pengaruh
terhadap variable terikat. Jika nilai F hitung
variable
lebih kecil dari F table maka model ini layak
bebas
PDRB
(X1)
dan
Upah
Minimum (X2) pada variable terikat Tingakt
atau fit.
pengangguran Se-Kabupaten/Kota Surabaya
Pengujian hipotesis secara keseluruhan
(Y1). Analisis yang digunakan adalah analisis
dengan menggunakan uji statistik F- hitung
regresi linier berganda dengan metode kuadrat
dengan menggunakan tingkat kepercayaan
terkecil Ordinary Least Square (OLS) . Model
95%. Hipotesis yang dirumuskan:.
dari analisis regresi linier berganda.
Kriteria pengujiannya adalah :
Model Regresi :
1. Apabila F
hitung
hitung
>F
tabel
= H0 diterima dan
Ha ditolak
Y = α+β1X1+β2X2+e
2. Apabila F
tabel
= H0 ditolak dan
Ha diterima
(Priyatno,2008:81)
Jika Ho ditolak, berarti variabel bebas yang
Keterangan :
diuji berpengaruh nyata terhadap variabel
Y : Pengangguran
terikat. Jika Ho diterima berarti variabel bebas
α : Konstanta
yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap
β : Koefisien Regresi
variabel terikat.
X1 : Pendapatan Domestik Regional
3. Uji Parsial (Uji t )
Bruto
Uji parsial (Uji t) digunakan untuk mengetahui
X2 : Upah Minimum
ada atau tidaknya pengaruh masing-masing
e : eror
variable independen secara parsial secara
Uji statistik yang dilakukan dalam
parsial terhadap variable dependen. Dalam uji
penelitian ini diantaranya adalah uji Simultan
t digunakan hipotesis sebagai berikut :
(uji F), uji koefisien determinasi (R2), dan uji
H0 : β1 = 0
papengaruh (uji t). Berikut Penjelasannya :
H1 : β1
0
Dimana b1 adalah koefisien variable bebas ke Uji Hipotesis
I adalah nilai parameter hipotesis biasanya
Uji Simultan (Uji F)
nilai di anggap b =0 . artinya , tidak ada
Uji Simultan (Uji F) dilakukan dengan
pengaruh variable X1,X2 terhadap Y. bila
tujuan untuk mengetahui kalayakan model
nilai t-hitung > dari t-table maka pada tingakat
regresi linier berganda sebagai alat analisis
kepercayaan tentu H0 di tolak . Hal ini berarti 238
JEB 17 Jurnal Ekonomi & Bisnis, Hal 229 - 244 bahawa
variable
bebas
yang
di
Volume 1, Nomor 2, September 2016 uji
arah
hubungan
dua
variabel.
melakukan
untuk
berpengaruh secara nyata terhadap variable
memudahkan
interpretasi
bebas.
mengenai kekuatan antara dua variabel, penulis memberikan kriteria sebagai berikut : 0
Rumus mencari t hitung :
: Tidak ada Korelasi antara dua variabel
(Priyatno,2008:81)
0 – 0,25
: Korelasi sangat lemah
0,25 – 0,5
: Korelasi cukup
0,5 – 0,75
: Korelasi kuat
0,75 – 0,99
: Korelasi sangat kuat
1
: Korelasi sempurna
Pengujian hipotesis koefisien regresi dengan menggunakan uji-t pada tingkat kepercayaan
Hasil penelitian dan pembahasan
95%. Hipotesis yang dirumuskan:
Deskripsi Hasil Penelitian
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
1) Deskriptif Variable Penelitian Determinasi
menjelaskan seberapa
Berikut ini data variable penelitian dan
besar peranan variable independen terhadap variabel dependen, semakin besar besar peranan variabel variabel dependen. Nilai
data yang dapat diuraikan hasil analisis
semakin
terhadap variable penelitian yang digunakan
dalam menjelaskan
dalam penelitian ini :
berkisar antara 0
Pengujian Hipotesis
sampai 1.
Berdasarkan data diatas dapat dijelaskan bahwa dalam penelitian ini terdiri dari dua
4. Koefisien Korelasi (R) Analisis
Korelasi
bertujuan
variable bebas dan satu variabel terikat.
untuk
mengukur kekuatan hubungan antara dua
Analisa Regresi
variabel atau lebih,korelasi tidak menunjukkan
Setelah dilakukan pengujian regresi
hubungan fungsional atau dengan kata lain
berdasarkan
analisis korelasi tidak membedakan antara variabel
dependent
dengan
hasil
perhitungan
dengan
menggunakan aplikasi perhitungan stastistik
variabel
SPSS 20 pada tabel 2 maka dapat diperoleh
independent.
dari variable bebas yang dimasukan ke dalam
`Besarnya koefisien korelasi berkisar
model
antar +1 sampai -1. Koefisien korelasi menunjukkan kekuatan hubungan linier dan 239
JEB 17 Jurnal Ekonomi & Bisnis, Hal 229 - 244
Volume 1, Nomor 2, September 2016 Dari tabel diatas diketahui bahwa
Tabel 3
besaran signifikansi (Sig.) lebih besar dari 5%
Coefficientsa Model
Standardized
Coefficients
Coefficients
dari 5% artinya PDRB dan UMP tidak
B
Beta
berpengaruh
Std.
T
hasil signifikansi 17,4% sehingga lebih besar
Unstandardized
Sig.
secara
signifikan
terhadap
Error (Constant)
12.598
2.377
-.533
.204
-.772
X1_PDRB
5.300 .034
pengangguran.
-
b) Uji t
.120
2.615
1
Uji parsial menunjukan bahwa apakah setiap -.032
.018
-.521
X2_UMP
-
.220
variable bebas dapat memberikan pengaruh
1.764
pada variable terikat.
Hipotesis pada uji t
yaitu : Persamaan regresi yang digunakan : 5.2.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Y = α+β1X1+β2X2, Y = 12.598 - 0.533 X1 – 0,032 X2 Analisa Hipotesis
Dari tahun 2010-2014 baik dari jumlah pengangguran
menagalami
kenaikan
dan
penurunan, maka untuk mengetahui apakah a) Uji F
PDRB
Tabel 5.3
dan
UMP
berpengaruh
terhadap
Tingkat penganguran di Kota Surabaya
ANOVAa Model
Sum
of Df Mean Square F
Tabel 5.4
Sig.
Squares Regression
2.097
2
1.049
1 Residual
.442
2
.221
Total
2.539
4
4.748 .174b Model Summary Mode
R
l
R
Adjuste
Squar
d
e
Square
a. Dependent Variable: Y_PENGANGGURAN b. Predictors: (Constant), X2_UMP, X1_PDRB 1
.909
.826
.652
Std.
Change Statistics
R Error of R the Square Estimat
Chang
e
e
.46997
.826
F
df
Chang
1
e
4.748
2
a
Kriteria pengujiannya adalah : 1)
Hasil estimasi parameter pada tabel 5.4
Ho ditolak dan Ha diterima, jika Sig <
kebaikan pada suatu model penelitian dapat
α5% 2)
diukur menggunakan koefisien determinasi
Ho diterima dan Ha ditolak, jika Sig >
(R2).
α5%
240
JEB 17 Jurnal Ekonomi & Bisnis, Hal 229 - 244
Volume 1, Nomor 2, September 2016
Nilai (R2) semakin mendekati 1 (satu)
keungan dan Asuransi sebesar 9,726%. Sektor
maka model penelitian dianggap baik. Nilai
teresebut merupakan sektor – sektor yang
koefisien determinasi (R2) yang didapatkan
mampu tumbuh dan berkembang dengan baik
adalah sebesar 0,826. Hal ini berarti bahwa
di Kota Besar seperti Surabaya sehingga
model penelitian ini sangat baik. Maka
sektor tersebut mampu menyerap tenaga kerja
besarnya total variable terikat dapat dijelaskan
karena peningkatannya hanya ada pada setor-
sebesar 0,826 atau sekitar 82,6% dan sisanya
sektor yang padat modal saja sehingga
sebesar 7.4% di jelaskan oleh variable lain
walaupun pengangguran menurun namun
diluar
jumlahnya tidak signifikan.
penelitian.Sedangakan
R
square
penyesuaian sebesar 0,652 maka semua variabel
bebas
dapat
menjelaskan
Pengaruh Upah Minimum terhadap
hubungannya tehadap variabel terikat sebesar
Tingkat Pengangguran
65,2%.
Upah Minimum mempunyai hubungan negatif dengan tingkat pengangguran terbuka artinya
Pembahasan
setiap
kenaikan
upah
minimum
menyebabkan tingkat pengangguran terbuka
Pengaruh
PDRB
terhadap
Tingkat
menurun di wilayah Surabaya. Dengan kata
Pengangguran Perbandingan
lain kenaikan upah minimum setiap tahunnya PDRB
dan
penyerapan
menyebabkan turunnnya tingkat pengangguran
tenaga kerja
terbuka di Kota Surabaya . Sesuai dengan teori Gambar 4
model dua sektor yang menyatakan bahwa turunnya tingkat pengangguran terbuka ini
TPT, TPT, TPT, TPT, TPT, 2010, 2014, 2012, 2011, PDRB, 2013, 6.84 4.51 6.71 PDRB, PDRB, 5.15 PDRB, 2014, 5.32 PDRB, 2010, 2011, 2013, 8.03 2012, PENYERA 7.01 PENYERA PENYERA 7.13 7.58 7.35 PENYERA PENYERA PAN TK , PAN TKPAN , TK , PAN TK , PAN TK , 2014, 2010, 2011, 2012, 2013, 9.56 8.92 8.33 7.39 PENYERAPAN TK 7.46 PDRB TPT
disebabkan karena setelah terdapat kebijakan upah minimum yang meningkat tiap tahunnya menyebabkan permintaan tenaga kerja di sektor
formal
lebih
sedikit
sehingga
masyarakat yang ada di Kota Surabaya memilih untuk berpindah di sektor informal. Dengan berpindahnya tenaga kerja ke sektor
Dapat dilihat bahwa sektor yang tertinggi
informal masyakarat akan tetap mendapatkan
adalh Sektor Informasi dan Komunikasi
pekerjaan meskipun sektor informal belum
sebesar 12,582%. Kedua Jasa kesehatan dan
terkover kebijakan upah minimum tetapi
Kegiatan sosail sebesar 10.91% Ketiga,Jasa 241
JEB 17 Jurnal Ekonomi & Bisnis, Hal 229 - 244
Volume 1, Nomor 2, September 2016
masyarakat tidak kehilangan pekerjaannya
disebabkan karena setelah terdapat kebijakan
atau menjadi pengangguran.
upah minimum yang meningkat tiap tahunnya menyebabkan permintaan tenaga kerja di
Perbandingan
Upah
sektor
Minimum dengan
formal
lebih
sedikit
sehingga
Tenaga Kerja yang teserap di sektor
masyarakat yang ada di Kota Surabaya
Informal
memilih untuk berpindah di sektor informal. Dengan berpindahnya tenaga kerja ke sektor informal masyakarat akan tetap mendapatkan
Gambar 5
pekerjaan meskipun sektor informal belum terkover kebijakan upah minimum tetapi masyarakat tidak kehilangan pekerjaannya atau menjadi pengangguran. Fenomena sektor informal ini memang sering dijumpai di kota-kota besar salah satunya di Kota Surabaya. Sektor ini tumbuh pesat di kota besar seperti Kota Surabaya yang merupakan kota provinsi Jawa Timur yang menjadi
pusat
perkonomian.
Menurut
pemikiran masyarakat lebih baik mendirikan
BPS Provinsi Jawa Timur,diakses.
usaha daripada hanya menjadi pengangguran Gambar 5.2 tersebut menunjukkan perbandingan
dengan
didalam sektor formal yang persaingannya
tenagakerja yang terserap di sektor informal di
begitu ketat. Besarnya sektor informal inilah
Kota Surabaya. Dari gambar tersebut dan juga
yang
hasil analisis yang telah dilakukan diatas
walaupun upah minimum terus meningkat.
bahwa
dari
upah
kenaikan
minimum
dan hanya menunggu lapangan pekerjaan
upah
terbuka.Dengan
pengngguran
menurun
minimum
mempunyai pengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran
membuat
kata
KESIMPULAN DAN SARAN
lain KESIMPULAN
kenaikan upah minimum setiap tahunnya menyebabkan turunnnya tingkat pengangguran
Dari Analisa data yang telah dilakukan
terbuka di Kota Surabaya. Sesuai dengan teori
menunjukan terdapat pengaruh positif dan
model dual sektor yang menyatakan bahwa
negative antara ketiga variabel PDRB,Upah
turunnya tingkat pengangguran terbuka ini
Minimum terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Kota Surabaya pada tahun 2010242
JEB 17 Jurnal Ekonomi & Bisnis, Hal 229 - 244
Volume 1, Nomor 2, September 2016
2014. Berdasarkan hasil analisis data yang
Saran
telah dilakukan di bab IV, maka dapat ditarik
Dari analisa dan pembahasan yang telah
kesimpulan bahwa : 1. PDRB
dilakukan di dalam peneltian ini maka peneliti
mempunyai
hubungan
negatif
sedikit memberikan saran kepada pihak-pihak
terhadap tingkat pengangguran terbuka di
terkait :
Kota Surabaya. Hal ini menjelaskan bahwa
1. Pertama dilihat dari peranan Pemerintah
setiap kenaikan PDRB maka Tingkat
Daerah
Pengangguran terbuka di Kota Surabaya
menciptakan iklim investasi yang lebih
akan mengalami penurunan yang artinya
kondusif lagi sehingga penanaman modal
PDRB tidak berpengaruh nyata terhadap
baik padat karya dan padat modal akan
Tingkat pengangguran di Kota Surabaya.
terus mengingkat yang mampu mendorong
Fenomena ini terjadi karena pertumbuhan
peningkatan
ekonomi diikuti dengan meningkatnya
Sehingga lapangan usaha baru akan terus
kapasitas produksi yang berorientasi pada
bermunculan baik khususnya informal
padat karya.
agar mampu lebih banyak lagi menyerap
2. Upah Minimum mempunyai hubungan yang
negative
terhadap
pemerintah
diharap
pertumbuhan
mampu
ekonomi.
tenaga kerja. Hal tersebut tidak dapat
tingkat
dilaksanakan
pengangguran di Kota Surabaya. Hal ini
tanpa
adanya
kebijakan
pemerintah.
menjelaskan bahwa setiap kenaikan upah
2. Kedua mengenai kebijkan penentuan upah
minimum maka tingkat pengangguran
minimum diharap mampu melindungi para
akan menurun yang artinya Upah Minimu
pekerja tanpa mengesampikan kepentingan
tidak berpengaruh nyata terhadap Tingkat
para pengusahan. Tentunya kebijakan yang
pengangguran
Surabaya.
dibuat haruslah seimbang agar penawaran
Fenomena ini bias terjadi karean banyak
dan permintaan tenaga kerja tetap stabil.
tenaga kerja yang berkerja beralih menjadi
Mengingat para pekerja beralih memilih
pekerja di sektor informal atau bahkan
bekerja
membuka usaha sendiri di sektor informal
pemerintah
dari pada harus menganggur. Akhirnya
mengkoordinasi
walaupun upah minimum terus mengalami
di sektor tersebut agar tetap berjalan
kenaikan namun tingkat penegangguran
pemenuhan hak dan kewajiban pemeberi
etrbuak di Kota Surabaya mengalami
kerja dan penerima kerja.
di
Kota
Penurunan.
3. Ketiga mampu 243
di
sektor
informal
diharap
bagi
maka mampu
pengusahaan-pengusaha
masyarakat,
memebekali
diri
diharapkan dengan
JEB 17 Jurnal Ekonomi & Bisnis, Hal 229 - 244 kemampuan
yang
baik
Volume 1, Nomor 2, September 2016 Sukirno, Sadono. 2010. Makroekonomi: Teori Pengantar. Edisi 3. Jakarta: Rajawali Pers.
dengan
memanfaatkan program pelatihan yang dilaksanakan oleh Dinas Ketenagakerjaan
Sukirno, Sadorno. 2002. Pengantar Teori Makroekonomika. Edisi 2. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
agar mereka mampu bersaing di pasar tenaga kerja dan tidak bergantung pada sektor formal namun tetap mendapatkan
Sumarsono. Sony. 2009. Teori dan Kebijakkan Publik Ekonomi Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
penghasilan yang layak di sektor informal atau bahkan mampu membuka lapangan
Suparmoko. 2008. Ekonomika Pembangunan. Edisi 6. Yogyakarta: BPFE.
usaha sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Sulistya,Rini. 2014. Pengaruh Upah Minimum terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi di Indonesia. Surakarta: Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Muhammdiyah surakarta.
Badan Pusat Statistik Jawa Timur. 2015. Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur. jatim.bps.go.id (diakses pada tanggal 30 Desember 2015) Badan Pusat Statistik Kota Surabaya. 2015. Kota Surabaya Dalam Angka 2013. surabayakota.bps.go.id (diakses pada tanggal 30 Mei 2016)
Unhas.ac.id. Jurnal Penelitian Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Diakses pada tanggal 01 ei . Unpad.ac.id. Jurnal Penelitian Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Diakses pada tanggal 01 April .
Badan Pusat Statistik Jawa Timur. 2015. Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur. jatim.bps.go.id (diakses pada tanggal 30 Desember 2015) Binus.ac.id . Jurnal penelitian Fakultas Ekonomi dan Bisnis. diakases pada tanggal 31 Mei 2016. Boediono. 1996. Ekonomi Moneter. Edisi 3. Yogyakarta: BPFE. College, Kari E Case Welleslen, dkk. 2002. Prinsip Ekonomi Makro. Jakarta: PT. Prenhalindo. Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Pusat Bahasa Depdiknas. Sukirno, Sadono. 2000. Makroekonomi Modern. Jakarta: PT Raja Drafindo Persada.
244