PENGARUH PARENTING STYLE DAN TIPE KEPRIBADIAN BIG FIVE TERHADAP KECENDERUNGAN ADIKSI INTERNET Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh : Restu Nurfadhilah NIM: 109070000078
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435H/2014M
i
PENGARUH PARENTING STYLE DAN TIPE KEPRIBADIAN BIG FIVE TERHADAP KECENDERUNGAN ADIKSI INTERNET Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh : Restu Nurfadhilah NIM: 109070000078
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Neneng Tati Sumiati, M.Si.,Psi NIP. 19730328 200003 2 003
Layyinah, M.Si NIP. 19770101 201101 2 004
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435H/2014M
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “PENGARUH PARENTING STYLE DAN TIPE KEPRIBADIAN BIG FIVE TERHADAP KECENDERUNGAN ADIKSI INTERNET” telah diujikan dalam sidang munaqosah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17 April 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi. Jakarta, 15 April 2014
SIDANG MUNAQOSAH Dekan / Ketua
Wakil Dekan / Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si NIP. 19680614 199704 1 001
Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si NIP. 19720823 199903 1 002
Anggota
Mohamad Avicenna, M.H.Sc.,Psy NIP. 19770906 200604 1 004
Neneng Tati Sumiati, M.Si.,Psi NIP. 19730328 200003 2 003
Layyinah, M.Si NIP. 19770101 201101 2 004 iii
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Parenting Style dan Tipe Kepribadian Big Five terhadap kecenderungan Adiksi Internet” adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun. Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah. Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademis yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, April 2014
Restu Nurfadhilah
iv
It is hard to fail, but it is worse never to have tried to succeed.
Skripsi Ini, Kupersembahkan untuk mimpi-mimpi Papaku Tercinta, Alm. Zainul Bachri, Mamaku yang selalu ada disetiap nafasku bersama setiap doanya, dan Abangku yang selalu menyayangiku. Mereka adalah motivasi terbesarku untuk terus berjuang hingga saat ini..
v
ABSTRAK A) Fakultas Psikologi B) April 2014 C) Restu Nurfadhilah D) Pengaruh Parenting Style dan Tipe Kepribadian Big Five terhadap Kecenderungan Adiksi Internet E) xiv + halaman + lampiran F) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh parenting style dan tipe kepribadian big five terhadap kecenderungan adiksi internet. Dari beberapa literatur yang penulis pelajari, penulis berhipotesis bahwa variabel parenting style, yakni authoritarian, authoritative dan permissive serta tipe kepribadian big five, yaitu extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness to experience mempengaruhi kecenderungan adiksi internet. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 420 mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah yang diambil dengan menggunakan tekhnik non probability sampling. Dalam penelitian ini, penulis menguji validitas seluruh alat ukur menggunakan uji validitas konstruk confirmatory factor analysis (CFA) dengan menggunakan software Lisrel 8.70 (Joreskog & Sorbom, 2006). Kemudian untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis penelitian, penulis menggunakan analisis regresi berganda dengan software SPSS 16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bervariasinya proporsi varians adiksi internet yang disebabkan oleh variabel parenting style dan big five personality yaitu sebesar 6.8%, dengan variabel yang konstribusinya signifikan yaitu authoritarian sebesar 2.6%, authoritative sebesar 1%, dan neuroticism sebesar 1.7%. Kemudian berdasarkan koefisien regresi, variabel independen yang berpengaruh signifikan yaitu authoritarian, permissive, neuroticism dan seluruh koefisien bersifat positif. Sedangkan variabel yang pengaruhnya paling dominan terhadap adiksi internet yaitu authoritarian dan permissive. Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat disarankan 1) agar orang tua mendidik anaknya tidak dengan pendekatan parenting style authoritarian dan permissive, 2) bagi orang yang tinggi pada skor neuroticism dapat melakukan aktifitas selain online untuk menghindari kesendirian dan rasa khawatir yang berlebihan. Kemudian 3) sebaiknya penelitian lanjutan secara spesifik meneliti adiksi internet khusus bagi anak-anak atau remaja yang memang telah didiagnosa mengalami kecanduan terhadap internet. Bahan bacaan: 32; buku: 10 + jurnal: 18 + thesis: 1 + artikel: 3
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT atas bimbingan dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Parenting Style dan Tipe Kepribadian Big Five terhadap Adiksi Internet.” Ini dengan baik. Shalawat serta salam tak lupa selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari ada banyak pihak yang turut berkontribusi dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu, pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih pada : 1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Jakarta, Prof. Dr. Abdul Mujib M.Ag, M.Si, terima kasih atas ilmu dan dedikasinya selama ini. 2. Neneng Tati Sumiyati M.Si, Psi dosen pembimbing I dan Layyinah, M.Si dosen pembimbing II yang telah mengarahkan dan membimbing penulis sehingga penulis dapat menghasilkan karya ilmiah dengan baik. Terimakasih juga atas waktu dan kesabaran yang telah diberikan selama ini. 3. Dr. Fadhilah Suralaga, M.Si, dosen pembimbing akademik yang telah membantu, mendukung dan memberi masukan selama masa perkuliahan. Terimakasih atas saran dan perhatian yang telah diberikan selama ini. 4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlipat ganda atas ilmu yang diberikan. Khususnya Jahja Umar, Ph.D dekan fakultas psikologi tahun ajaran 2009-2013. 5. Seluruh staf akademik Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dalam pelayanan administrasi dan lain-lain. 6. Para responden yaitu Mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menolong penulis dalam penelitian ini. Terimakasih karena telah meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner penulis. Semoga kebaikan kalian dibalas oleh Allah SWT. Amin.
vii
7. Ibunda Tercinta, Noven Harnis. Terimakasih yang teramat sangat untuk setiap dukungan, kasih sayang dan kesabaran selama penulis mengerjakan skripsi ini. Terimakasih ma, untuk ridhonya disetiap langkah dan untuk doa-doanya yang tak pernah henti. Ayahanda terkasih, Alm. Zainul Bachri, semoga Papa bangga diatas sana. Disamping itu, terimakasih yang teramat sangat juga untuk abang penulis, Ridho Nurfadli. Terimakasih untuk semua semangat dan bantuannya selama penulis mengerjakan skripsi ini. Penulis persembahkan tugas akhir ini untuk kalian. 8. Ardiansyah Syamsul, terimakasih untuk semua ilmu yang tidak pernah lelah dibagi kepada penulis hingga skripsi ini selesai dan dengan sabar mendengar keluh kesah penulis hingga skripsi ini selesai. Thanks for your constant encouragement and support. 9. Kak Adiyo atas segala bala bantuannya selama ini kepada penulis yang sudah dengan sabar membantu, membagi ilmu dan mengajarkan penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. That’s really kind of you, kak. I’m wordless but you such a helping hand. Thank you. 10. Sahabat terdekat penulis, Fathannisa Isnani, Yunita Ridevianti, Tuty Alawiyah, Riska Shabrina, Firas Ashtadi, Amelia Paramitha, Sarah Eka Chairunnisa, Wisti Pramusita, dan Nicky Lupita yang menjadi tempat sharing mengenai skripsi, dan tak henti-hentinya memberikan penulis semangat. Selain itu, terimakasih untuk sahabat BC yaitu Nisa, Tate, Nesya, Reisha, Uci, Thata, Mizan, Winda, Meyda, Indah dan Virgin yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan dukungan kepada penulis. Kemudian untuk teman-teman psikologi kelas B, terimakasih untuk berbagi ilmunya selama empat tahun bersama. Dan yang terakhir, ucapan terimakasih tak lupa juga saya sampaikan kepada seluruh teman yang telah membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Jakarta, April 2014
Penulis viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii SURAT PERNYATAAN ............................................................................... iv MOTTO ........................................................................................................... v ABSTRAK ...................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ................................................................................... vii DAFTAR ISI ................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv
BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................... 1-17 1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................ 12 1.2.1 Pembatasan Masalah ......................................................... 12 1.2.2 Perumusan Masalah ........................................................... 13 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 15 1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 15 1.4.1 Manfaat teoritis ................................................................. 15 1.4.2 Manfaat praktis ................................................................. 15 1.5 Sistematika Penulisan ................................................................. 16 BAB 2 LANDASAN TEORI ................................................................... 18-39 2.1 Adiksi Internet ........................................................................... 18 2.1.1 Definisi Adiksi Internet ..................................................... 18 2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Adiksi Internet .......... 19 2.1.3 Dimensi Adiksi Internet .................................................... 21 2.1.4 Kriteria Adiksi Internet ..................................................... 23 2.1.5 Pengukuran Adiksi Internet .............................................. 24
ix
2.2 Parenting Style ............................................................................ 24 2.2.1 Definisi Parenting Style .................................................... 24 2.2.2 Dimensi Parenting Style .................................................... 25 2.2.3 Jenis-jenis Parenting Style ................................................ 26 2.2.4 Pengukuran Parenting Style .............................................. 28 2.3 Tipe Kepribadian ........................................................................ 29 2.3.1 Definisi Kepribadian ......................................................... 29 2.3.2 Tipe Kepribadian Big Five ................................................. 30 2.3.3 Dimensi Tipe Kepribadian Big Five .................................. 31 2.3.4 Pengukuran Tipe Kepribadian Big Five............................. 34 2.4 Kerangka Berfikir ....................................................................... 34 2.4.1 Gambar Kerangka Berfikir ............................................... 38 2.5 Hipotesis Penelitian .................................................................... 38 BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................. 40-73 3.1 Subjek Penelitian ....................................................................... 40 3.1.1 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................ 40 3.1.2 Teknik Pengambilan Sampel ............................................ 40 3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel .............. 41 3.2.1 Variabel Penelitian ............................................................ 41 3.2.2 Definisi Operasional .......................................................... 41 3.3 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 47 3.4 Instrumen Penelitian ................................................................... 48 3.4.1 Skala Adiksi Internet.......................................................... 48 3.4.2 Skala Parenting Style ........................................................ 49 3.4.3 Skala Tipe Kepribadian Big Five ....................................... 51 3.5 Pengujian Validitas Alat Ukur .................................................... 52 3.5.1 Hasil Uji Validitas Skala Adiksi Internet ......................... 53 3.5.2 Hasil Uji Validitas Skala Parenting Style ....................... 55 3.5.3 Hasil Uji Validitas Skala Tipe Kepribadian Big Five ...... 60 3.6 Teknik Analisa Data ................................................................... 70 3.7 Prosedur Penelitian .................................................................... 72
x
BAB 4 HASIL PENELITIAN .................................................................. 74-88 4.1 Analisa Deskriptif Karakteristik Sampel .................................... 74 4.1.1 Gambaran Umum Sampel Penelitian ................................ 75 4.2 Deskripsi Hasil Peneltian ............................................................ 76 4.3 Kategorisasi Hasil Peneltian ....................................................... 78 4.3.1 Kategorisasi Adiksi Internet .............................................. 78 4.3.2 Kategorisasi Parenting Style ............................................. 79 4.3.3 Kategorisasi Tipe Kepribadian Big Five ............................ 79 4.4 Uji Hipotesis Penelitian .............................................................. 80 4.4.1 Uji Regresi Berganda ......................................................... 80 4.4.2 Pengujian Proporsi Varians ............................................... 86 BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN .................................. 89-97 5.1 Kesimpulan ................................................................................ 89 5.2 Diskusi ........................................................................................ 90 5.3 Saran .......................................................................................... 96 5.3.1 Saran Teoritis ..................................................................... 96 5.3.2 Saran Praktis ...................................................................... 96 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 98 LAMPIRAN.................................................................................................. 103
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 3.10 Tabel 3.11 Tabel 3.12 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9
Lima Faktor Model Personality Costa dan McCrae Blue Print Skala Adiksi Internet Blue Print Skala Parenting Style Blue Print Skala Tipe Kepribadian Big Five Hasil Uji Validitas Item Adiksi Internet Hasil Uji Validitas Item Authoritarian Hasil Uji Validitas Item Authoritative Hasil Uji Validitas Item Permissive Validitas Tipe Kepribadian Big Five Extraversion Validitas Tipe Kepribadian Big Five Agreeableness Validitas Tipe Kepribadian Big Five Conscientiousness Validitas Tipe Kepribadian Big Five Neuroticism Validitas Tipe Kepribadian Big Five Openness Gambaran Umum Responden Berdasarkan Data Demografik Deskripsi Statistik Variabel Penelitian Kategorisasi Adiksi Internet Kategorisasi Parenting Style Kategorisasi Tipe Kepribadian Big Five Tabel R Square Tabel Anove Tabel Koefisien Regresi Proporsi Varian untuk Masing-masing Variabel Independen
xii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 3.6 Gambar 3.7 Gambar 3.8 Gambar 3.9
Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian Hasil CFA Adiksi Internet Hasil CFA Parenting Style Authoritarian Hasil CFA Parenting Style Authoritative Hasil CFA Parenting Style Permissive Hasil CFA Tipe Kepribadian Big Five Extraversion Hasil CFA Tipe Kepribadian Big Five Agreeableness Hasil CFA Tipe Kepribadian Big Five Conscientiousness Hasil CFA Tipe Kepribadian Big Five Neuroticism Hasil CFA Tipe Kepribadian Big Five Openness
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.
Kuesioner
Lampiran 2.
Contoh Data Kuesioner Responden
xiv
BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Masalah Internet berkembang menjadi bagian dari hidup dimana orang-orang mulai menghabiskan sebagian waktu mereka didepan komputer dan menjelajahi dunia maya. Disini mereka dapat mengakses seluruh informasi yang mereka inginkan dengan mudah dan cepat. Melalui internet, seseorang dapat mengakses seluruh informasi yang diperlukan. Internet adalah sebuah perpustakaan besar yang didalamnya terdapat jutaan bahkan milyaran informasi atau data yang dapat berupa teks, grafik, audio, maupun animasi dalam bentuk media elektronik. Disini kita dapat berkirim email, teleconference, membaca ataupun menonton berita terbaru, bermain game secara online dan masih banyak lagi manfaat lainnya. Banyaknya layanan yang ditawarkan oleh internet, membuat angka pengguna internet naik secara dramatis setiap tahunnya hampir diseluruh dunia. Per December 2002 sekitar 665 juta orang di dunia menggunakan internet (eTForcasts; Chosunilbo, dalam Kim & Kim, 2002). Sedangkan di Indonesia, hasil survey APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) dan BPS (Badan Pusat Statistik) mencatat bahwa jumlah pengguna internet pada tahun
1
2
2013 mencapai 71,19 juta, yaitu meningkat 13 persen dibandingkan dengan tahun 2012 yang mencapai sekitar 63 juta pengguna (APJII, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan penggunaan Internet di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Kenaikan pengguna internet tersebut juga didukung dengan semakin banyaknya fasilitas yang menyediakan akses internet di kota-kota besar di Indonesia. Saat ini, tempat mengakses internetpun tidak hanya dapat ditemui di warung internet (warnet) saja, tetapi juga dapat kita temui di kampus, di sekolah, perpustakaan umum, bahkan di area-area publik telah difasilitasi hotspot atau wifi (wireless fidelity). Selain itu, pengguna internet juga ditunjang dengan maraknya telepon seluler yang didalamnya menyediakan fitur internet dan juga bisa digunakan dengan fasilitas wifi. Apabila pengguna internet lupa bahwa internet bersifat tanpa batas, maka pengguna internet akan terhanyut untuk memburu informasi-informasi yang sebetulnya kurang bermanfaat demi memenuhi kepuasan dirinya. Apabila pemenuhan kepuasan yang pertama tercapai maka akan muncul tuntutan pemuasan yang kedua yang melebihi tuntutan pertama, demikian seterusnya hingga pengguna internet ini mencapai taraf addict atau kecanduan internet. Adiksi internet merupakan keadaan dimana seseorang teradiksi untuk tetap online selama jangka waktu yang lama, dan lebih memilih untuk berhubungan dengan orang melalui internet daripada melalui kontak sosial lainnya (Weinstein & Lejoyeux, dalam Celik & Basal, 2012).
3
Beberapa ahli menggunakan istilah yang berbeda-beda untuk fenomena ini. Young (1996) menyebutnya internet addiction, Scherrer (1997) menyebutnya internet dependency, Davis (2001) & Morahan-Martin & Schumacker (2000) menyebutnya internet pathological use, sedangkan Goldberg (1996) menyebutnya internet addiction disorder (dalam Chou dkk, 2005).
Ghriffths (1998) mencatat, penggunaan internet yang berlebihan mungkin tidak menjadi masalah dalam banyak kasus tetapi bukti studi kasus yang terbatas menunjukkan bahwa untuk beberapa individu, penggunaan internet yang berlebihan adalah kecanduan yang nyata dan butuh perhatian yang khusus. Selanjutnya, Ghriffths menganggap adiksi internet menjadi semacam kecanduan teknologi (seperti kecanduan komputer), dan bagian dari behavioral addictions (seperti perjudian kompulsif).
Lebih lanjut, kriteria dari adiksi menurut Ghriffths (1996b) antara lain: 1) salience: hal ini terjadi ketika internet menjadi aktivitas yang paling penting dalam kehidupan individu, mendominasi pikiran, perasaan dan tingkah laku. 2) mood modification: pengalaman subjektif yang dilaporkan sebagai konsekuensi dari keterlibatan dalam kegiatan tertentu dan dapat dilihat sebagai strategi coping. 3) tolerance: merupakan proses dimana pemenuhan dalam kadar tertentu harus dipenuhi untuk mendapatkan efek perubahan dari mood. 4) withdrawal symptoms: merupakan perasaan tidak menyenangkan atau efek secara fisik yang terjadi karena penggunaan internet dikurangi atau dihentikan. 5) conflict: konflik yang terjadi antara pengguna internet dengan lingkungan sekitarnya (konflik
4
interpersonal), konflik dalam tugas lainnya dan konflik yang terjadi dalam dirinya sendiri. 6) relapse: pengulangan ke pola sebelumnya setelah ada jeda. Disamping enam karakteristik tersebut, Young (1998) menambahkan seseorang dikatakan internet addiction jika menghabiskan waktu untuk online dengan rata-rata waktu 39 jam/lebih perminggu.
Pada dasarnya, internet dapat disalahgunakan oleh siapa saja, terutama oleh remaja, yang kemampuan kognitif dan kontrol dirinya masih belum sepenuhnya berkembang dengan baik (Lin, Lin & Wu, 2009). Di Indonesia, secara umum mahasiswa berusia sekitar 18-22 tahun. Berdasarkan usia tersebut, mahasiswa dapat dikategorikan sebagai remaja akhir. Mappiare (1992) menyebutkan batasan usia remaja di Indonesia yaitu, remaja awal antara 12 dan 13 tahun sampai 17 dan 18 tahun, remaja akhir antara 17 dan 18 tahun sampai 21 dan 22 tahun.
Di kalangan mahasiswa, penggunaan internet merupakan aktivitas akademis dan rekreasional yang paling populer (Ko dkk, 2009). Penelitian pada populasi perguruan tinggi menunjukkan tingkat prevalensi penggunaan internet yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang ditemukan pada populasi umum. Scherer (1997) yang melakukan survey di Universitas Texas menemukan 13% dari 531 mahasiswa menunjukkan tanda-tanda ketergantungan internet. Hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Morahan-Martin dan Schumacher (1999) yang menemukan bahwa 14% dari mahasiswa Bryant College di Pulau Rhode memenuhi kriteria adiksi internet. Di Indonesia juga ditemukan
5
bahwa pengguna Internet dengan pendidikan terakhir sekolah menengah ke atas, diploma, sarjana S1 hingga pasca sarjana adalah pengguna Internet yang paling besar (APJII, 2012) sehingga dapat kita simpulkan bahwa mahasiswa merupakan pengguna internet yang paling besar dan sangat beresiko teradiksi internet.
Mahasiswa menjadi rentan terhadap adiksi internet dikarenakan kesibukan dan aktivitas yang banyak dari mahasiswa sehingga membuat mahasiswa menjadi tergantung akan internet. Hal ini juga mungkin terjadi karena semakin tingginya tuntutan akademis yang memaksa mahasiswa untuk mencari informasi-informasi tambahan melalui internet.
Mahasiswa memiliki tingkat resiko adiksi internet yang tinggi (Kandell, 1998; Young & Rogers, 1998; Nalwa & Anand, 2003; Frangos dkk, 2010). Hal ini dikarenakan menurut Young (dalam Frangos, 2010) yaitu pertama, mahasiswa memiliki waktu luang yang banyak. Kedua, sekolah dan universitas memberikan fasilitas internet tanpa batas. Ketiga yaitu mahasiswa yang berusia 18 – 22 tahun umumnya baru pertama kali terbebas dari pengawasan orang tua tentang apa yang mereka akses di internet. Keempat, yaitu mahasiswa baru mengalami masalah baru untuk beradaptasi dengan situasi kuliah dan sulit untuk memperoleh teman yang baru, dan lebih sering berakhir dengan mencari teman dengan menggunakan aplikasi internet. Kelima, yaitu mahasiswa mendapat dukungan dari fakultas dan tenaga adminstrasi fakultas dalam menggunakan aplikasi internet. Keenam, remaja terlatih untuk menggunakan inovasi tekonologi terbaru, khususnya yang ada aplikasi internet. Ketujuh, mahasiswa ingin menghilangkan rasa stress setelah
6
menghadapi ujian di kampus. Terakhir kedelapan, mahasiswa merasa kehidupan di kampus terasingkan dari aktivitas sosial dan ketika mereka menyelesaikan studinya, lapangan pekerjaan yang penuh dengan ketidakpastian dimana mereka harus berpartisipasi dan sukses dalam menemukan pekerjaan. Adiksi terhadap internet tentu menimbulkan beberapa permasalahan pada remaja yaitu seperti masalah psikologis dan fisik (berkurangnya waktu tidur, lelah yang berlebihan, berkurangnya sistem daya tahan tubuh, kurangnya olahraga, rendah dalam menjaga kebersihan diri, tegangnya otot mata dan punggung), mengasingkan diri dari kehidupan sosial dan kurangnya hubungan sosial dikehidupan nyata, keluarga (masalah dengan keluarga, melalaikan rutinitas sehari-hari dan menambah konflik didalam keluarga), masalah akademis (turunnya nilai pelajaran, tidak masuk kelas, menolak kebiasaan belajar) dan masalah-masalah lain seperti cyberbullying, seksual predator dan terekspos dengan hal-hal yang bersifat pornografi. Menurut Gross (dalam Samarein, 2013) Hal ini diidentifikasikan sebagai konsekuensi dari penggunaan internet yang berlebihan. Berdasarkan hasil beberapa penelitian, ditemukan juga bahwa para penggunaan internet secara berlebihan atau adiksi internet memiliki hubungan yang signifikan dengan beberapa faktor psikologis seperti rendahnya self-esteem (Niemz dkk, 2005), depresi (Ceyhan & Ceyhan, 2008), gejala kecenderungan antisocial (Ceyhan, 2011), rasa malu (Ceyhan & Ceyhan, 2008), ketidakpekaan sosial dan rendahnya social support (Aslanbay, 2006).
7
Dengan demikian secara sementara, dapat disimpulkan bahwa internet yang semestinya memberikan dampak positif bagi remaja, namun ternyata juga memberikan dampak yang negatif. Oleh karena itu, perlu diketahui hal-hal apa saja yang mempengaruhi adiksi internet pada remaja. Jika hal tersebut diketahui, maka dapat dilakukan langkah preventif adiksi internet pada remaja. Selanjutnya penulis membahas mengenai beberapa hal yang telah diteliti berpengaruh terhadap adiksi internet. Selama periode masa perkembangan remaja, orang tua yang berada pada lingkungan terdekat yaitu keluarga, memegang peranan penting dalam memberikan pengawasan dan pengelolaan waktu luang anak. Hasil penemuan dari Technological Educational Institute (TEI) di Heraklion menemukan bahwa parenting style menentukan resiko adiksi internet pada anak. Studi penelitian ini berfokus pada lebih dari 700 anak dewasa muda, yang hampir semuanya berusia sekitar 20 tahun, mereka mengisi kuesioner selama pelajaran di kelas. Responden menjawab pertanyaan mengenai rasa kesepian, kesedihan, kecemasan, dan tentang pemakaian internet. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dewasa muda yang memiliki orang tua yang tegas, unaffected, dan menuntut lebih mungkin memiliki anak yang adiksi terhadap internet. Sebaliknya, peneliti menjelaskan parenting yang hangat, caring, dan orang tua yang bersifat melindungi berasosiasi dengan rendahnya resiko adiksi internet. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa parenting yang salah dapat mendidik anak menjadi anak yang pemurung, mengalami kesulitan dalam membuat pertemanan, dan beberapa trait kepribadian dapat meningkatkan resiko kecanduan internet (dailymail.co.uk, 2014).
8
Sehingga hal yang menjadi fokus pertama penulis, yaitu penulis ingin melihat apakah parenting style berpengaruh terhadap kecenderungan adiksi internet pada remaja yaitu dalam hal ini mahasiswa. Parenting merupakan kegiatan kompleks mencakup perilaku spesifik tertentu yang bekerja secara sendiri-sendiri atau terpisah dan bersamaan untuk mempengaruhi perilaku anak (Darling, 1999). Baumrind (1966) membedakan parenting style menjadi 3 jenis, yaitu: (1) Authoritarian; Orang tua cenderung membentuk, mengontrol dan mengevaluasi perilaku dan sikap anak dengan memberikan standart, biasanya dengan standart yang absolute. (2) Authoritative; Orang tua cenderung mengarahkan aktivitas anak tetapi dengan alasan yang rasional, dan bertindak sesuai dengan masalah yang dihadapi. (3) Permissive; Orang tua cenderung berperilaku dengan tidak menghukum, menerima dan mendorong anak untuk bersikap otonomi, mendidik anak berdasarkan logika dan memberi kebebasan pada anak untuk menentukan tingkah laku dan kegiatannya. Parenting style adalah salah satu faktor yang ada pada masa kanak-kanak dan remaja yang dapat menentukan perilaku seseorang dimasa mendatang. Remaja yang berada dalam lingkungan keluarga yang kurang hangat dan kurang akan dukungan, akan termotivasi untuk mencari alternative lain, yaitu Internet. Hasil penelitian baru-baru ini oleh Moazedian dkk (2014) mengindikasikan bahwa ada pengaruh yang signifikan parenting style authoritative dengan tingginya level pada permasalahan penggunaan internet. Selain itu jenis parenting style permissive dan authoritative juga berkorelasi dengan rendahnya masalah penggunaan internet. Hal ini didukung oleh penelitian bahwa anak dengan jenis
9
parenting style authoritative membuat anak menjadi lebih mau menerima pengaruh orang tua dikarenakan orang tua tidak memaksakan keinginan mereka kepada anaknya tetapi justru memberikan mereka alasan dan penjelasan untuk mengadopsi
perilaku
dan
nilai-nilai
tertentu
dari
orang
tua
mereka
(Golmohammadian dkk, 2010; Sapieja dkk, 2011). Hasil ini juga mendukung penemuan bahwa anak dengan jenis parenting style authoritative kemungkinan kecil untuk mengkonsumsi atau menggunakan barang-barang terlarang, seperti; tembakau, alkohol, dan obat-obat terlarang lainnya dibanding dengan anak dari orang tua yang lalai (Adalbjarnardottir & Haftsteinsson, 2001). Namun, penemuan ini tidak sejalan dengan Lin dkk (2009) yang menemukan bahwa parental monitoring tidak secara signifikan memberikan efek terhadap adiksi internet. Berdasarkan beberapa hasil penelitian terdapat beberapa perbedaan jenis parenting style yang berpengaruh terhadap adiksi internet. Misalnya saja, Moezedian (2014) menemukan bahwa authoritarian berpengaruh hanya pada highest level of internet addiction, sedangkan authoritative dan permissive berhubungan hanya dengan low level of internet addiction. Sedangkan Aunola dkk (2000) mendapati bahwa parenting style permissive yang justru berpengaruh paling dominan terhadap adiksi internet, sedangkan authoritarian berada pada posisi paling akhir dalam mempengaruhi adiksi internet. Bahkan Eastin (dalam Valcke 2010) mendapati bahwa parenting style tidak berpengaruh terhadap adiksi internet. Dengan demikian, masih terdapat perbedaan hasil penelitian mengenai pengaruh parenting style terhadap adiksi internet. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui lebih lanjut pengaruh parenting style
10
terhadap adiksi internet jika pada mahasiswa dengan jumlah sampel yang cukup besar. Salah satu faktor lainnya yang dapat mengarahkan seseorang kepada adiksi internet adalah tipe kepribadian. Menurut Weibel (dalam Celik & Basal, 2012) kepribadian telah ditemukan berpengaruh secara dominan terhadap penggunaan internet. Dengan kata lain, faktor interpersonal secara signifikan mempengaruhi perilaku pengguna internet dan trait kepribadian tertentu termasuk introversion dan social withdrawal sangat berhubungan erat dengan adiksi internet (Kesici & Sahin, 2009; Xiuqin dkk, 2010; Celik & Basal, 2012). Menurut Larsen & Buss (2008) kepribadian merupakan sekumpulan trait psikologis dan mekanisme didalam individu yang diorganisasikan, relatif bertahan yang mempengaruhi interaksi dan adaptasi individu didalam lingkungan (meliputi lingkungan intrafisik, fisik dan lingkungan sosial). Dalam studi Kraut dkk., (2002) menunjukkan bahwa pengguna internet dengan kepribadian extrovert yang memiliki banyak teman di dunia maya, menunjukkan keterlibatannya akan lebih tinggi pada komunikasi secara langsung lain halnya jika dibandingkan dengan kepribadian introvert yang juga pengguna internet. Seseorang yang memiliki kepribadian introvert cenderung akan kecanduan terhadap internet. Hal ini juga bisa dilihat dari penelitian Koch dan Pratelli (dalam Prihati dkk, 2012) yang menggunakan sampel sebanyak 240 mahasiswa yang terdiri dari 97 laki-laki dan 143 perempuan. Penelitian tersebut membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kepribadian introvert dan ekstrovert. Kepribadian introvert cenderung lebih nyaman
11
berkomunikasi di internet untuk bersosialisasi secara deindividualisasi dimana pengguna tersebut mengaburkan identitasnya. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pendekatan tipologis yang saat ini banyak digunakan adalah tipologi introvert-ekstrovert yang mula-mula dikembangkan oleh Carl Gustav Jung lalu dilanjutkan oleh Eyesenck. Kemudian, beberapa peneliti mencoba menggunakan tipe kerpibadian lain, salah satunya yang sedang populer saat ini, yaitu Big Five Personality (Tipe Kepribadian Big Five). Big Five traits adalah lima trait kepribadian yang mana peneliti atau psikolog klinis (clinical psychologist) percaya bahwa big five personality dapat memberikan gambaran penuh dari kepribadian seseorang (Rose, 2010; John & Srivastava, 1999). Trait-trait dalam dimensi Big Five Personality (Costa & McCrae, 1985 dalam Pervin & John, 1997) adalah extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness. Penelitian terkait menunjukkan bahwa neuroticism berkorelasi positif dan signifikan terhadap kecenderungan adiksi internet, namun berkorelasi negative pada extraversion, agreeableness dan conscientiousness (Beranuy dkk., 2009). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Celik & Basal (2012) yang menunjukkan bahwa adiksi internet dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh neuroticism, namun berkorelasi negatif terhadap extraversion, agreeableness, dan conscientiousness. Disamping itu, dalam penelitian Celik & Basal (2012) juga ditemukan bahwa openness berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap adiksi internet.
12
Kemudian, ada beberapa penelitian lainnya yang dikaitkan dengan adiksi internet yaitu merosotnya hubungan sosial, depresi, dan loneliness (Kraut dkk, 1998), rendahnya self-esteem dan life satisfaction (Ko, dkk., 2009), sensation seeking (Lin & Tsai, 2002), lemah pada mental health (Yang, 2001; Young & Rogers, 1998), kecemasan dan stress (Egger & Rauterberg, 1996; Yu, 2001), dan rendahnya fungsi keluarga (Armstrong, Phillips & Sailing, 2000). Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, terdapat bermacam-macam variabel yang menyebabkan adiksi internet. Dari banyaknya variabel tersebut, penulis mengambil dua variabel yang penting untuk dilihat lebih jauh pengaruhnya terhadap adiksi internet. Variabel tersebut yaitu parenting style dan tipe kepribadian big five. Peneliti mencoba untuk merumuskan masalah dengan tujuan untuk mengarahkan permasalahan yang akan diteliti, sehingga pada penelitian ini penulis menyimpulkan rumusan masalah yang akan diteliti adalah “Pengaruh Parenting Style dan Tipe Kepribadian Big Five terhadap kecenderungan Adiksi Internet” 1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.2.1
Pembatasan Masalah
Agar permasalahan yang diatasi dapat lebih terarah dan secara mendalam, maka penelitian dibatasi pada beberapa masalah sebagai berikut: 1. Adiksi Internet atau IAD (Internet Addiction Disorder) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penggunaan internet yang bersifat patologis, yang ditandai dengan ketidakmampuan individu untuk mengontrol waktu
13
menggunakan internet, merasa dunia maya lebih menarik dibandingkan kehidupan nyata, dan mengalami gangguan dalam hubungan sosialnya. Adiksi internet terdiri dari enam kriteria utama: salience, mood modification, tolerance, withdrawal symptoms, conflict, dan relapse. 2. Parenting Style yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu proses interaksi antara orang tua dan anak, baik berupa fisik maupun psikologis yang diterapkan orang tua dalam upaya untuk membentuk kepribadian anak selama masa perkembangan. Parenting Style dibagi menjadi 3 jenis, yaitu Authoritarian, Authoritative, dan Permissive. 3. Tipe kepribadian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendekatan dalam melihat kepribadian seseorang yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor, yaitu Tipe Kepribadian Big Five: Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism, dan Openness. 4. Subjek yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang masih aktif kuliah dan mengakses internet menggunakan gadget (handphone, tablet, ipad), netbook, ataupun komputer.
1.2.2
Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah a. Apakah
ada
(Authoritarian, Kepribadian
pengaruh
yang
Authoritative, Big
Five
signifikan dan
Parenting
Permissive)
(Extraversion,
dan
Style Tipe
Agreeableness,
14
Conscientiousness,
Neuroticsm,
dan
Openness)
terhadap
kecenderungan Adiksi Internet? b. Apakah
ada
pengaruh
yang
signifikan
Parenting
Style
Authoritarian terhadap kecenderungan Adiksi Internet? c. Apakah
ada
pengaruh
yang
signifikan
Parenting
Style
Authoritative terhadap kecenderungan Adiksi Internet? d. Apakah ada pengaruh yang signifikan Parenting Style Permissive terhadap kecenderungan Adiksi Internet? e. Apakah
ada
pengaruh
yang
signifikan
Tipe
kepribadian
Extraversion terhadap kecenderungan Adiksi Internet? f. Apakah
ada
pengaruh
yang
signifikan
Tipe
kepribadian
Agreeableness terhadap kecenderungan Adiksi Internet? g. Apakah
ada
pengaruh
yang
signifikan
Tipe
kepribadian
Conscientiousness terhadap kecenderungan Adiksi Internet? h. Apakah ada pengaruh yang signifikan Tipe kepribadian Neuroticsm terhadap kecenderungan Adiksi Internet? i. Apakah ada pengaruh yang signifikan Tipe kepribadian Openess terhadap kecenderungan Adiksi Internet? j. Variabel manakah yang memiliki pengaruh yang paling besar dan signifikan terhadap Adiksi Internet? k. Seberapa besar proporsi varians adiksi internet yang dijelaskan oleh seluruh variable independent?
15
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui adanya pengaruh yang signifikan antara Parenting Style dan Tipe Kepribadian Big Five terhadap kecenderungan Adiksi Internet pada mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2.
Mengetahui besarnya pengaruh jenis parenting style dan dimensi-dimensi tipe kepribadian big five terhadap kecenderungan Adiksi Internet pada mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada perkembangan ilmu psikologi, terutama psikologi klinis dan psikologi perkembangan, dimana hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang adiksi internet serta variabel apa saja yang dapat mempengaruhinya. 1.4.2
Manfaat praktis
Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini diharapkan secara teoritis yaitu dapat menambah hasil-hasil penelitian tentang parenting style dan tipe kepribadian big five dengan pengaruhnya terhadap kecenderungan adiksi internet, dan juga dapat digunakan bagi pembaca dalam memahami lagi mengenai adiksi internet pada remaja ataupun mahasiswa serta hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi adiksi internet sehingga dapat berguna nantinya untuk mencegah remaja teradiksi internet.
16
1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini mengacu pada pedoman penulisan APA (American Psychology Association) dan pedoman penyusunan dan penulisan skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulisan ini dibagi menjadi beberapa bahasan seperti yang akan diuraikan berikut ini: BAB I
: PENDAHULUAN Pada bab ini, penulis menguraikan tentang latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II
: LANDASAN TEORI Pada bab ini, penulis menguraikan tentang berbagai teori mengenai variabel yang digunakan, yaitu kecenderungan adiksi internet yang terdiri dari definisi adiksi internet, faktor-faktor yang mempengaruhi adiksi internet, dimensi-dimensi adiksi internet, kriteria adiksi internet, pengukuran adiksi internet, kemudian parenting style, yang terdiri dari definisi parenting style, dimensi parenting style, dan juga jenis-jenis dari parenting style serta definisi kepribadian, yang terdiri dari tipe kepribadian big five, dimensi-dimensi, dan pengukuran dari tipe kepribadian big five. Selain itu, bab ini berisi kerangka berpikir, dan hipotesis.
17
BAB III
: METODE PENELITIAN Pada bab ini, penulis menyajikan gambaran umum subjek, hasil pengujian hipotesis penelitian dan interpretasinya
BAB IV
: HASIL PENELITIAN Pada bab ini, penulis menyimpulkan apa yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, diskusi hasil penelitian disertai rekomendasi dalam bentuk saran yang relevan dan sifatnya konstruktif bagi pengambilan keputusan
BAB V
: KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab ini, penulis memberikan kesimpulan dari apa yang telah diteliti sebelumnya, selain itu juga penulis menyajikan diskusi serta saran dalam bentuk praktis dan teoritis.
BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dibahas mengenai landasan teori dari masing-masing variabel, beberapa alat ukur masing-masing variabel, kerangka berpikir dan hipotesis. 2.1 Adiksi Internet 2.1.1 Definisi Adiksi Internet Internet Addiction Disorder (IAD) adalah term yang dikemukakan pertama kali oleh Ivan Goldberg (1996), untuk menamai penggunaan internet yang bersifat pathological atau compulsive internet usage. Namun, ironisnya, Goldberg tidak pernah bermaksud serius untuk mengajukan fenomena ini sebagai official diagnostic category. Kemudian para peneliti lainnya berusaha merumuskan konsep tersebut berdasarkan perspektif mereka, sehingga istilah yang muncul mengenai fenomena inipun menjadi beragam. Young (1996) menyebutnya internet addiction, Scherrer (1997) menyebutnya internet dependency, Davis (2001) & Morahan-Martin & Schumacker (2000) menyebutnya internet pathological use, dan kemudian Goldberg (dalam Suler, 1998) melakukan revisi dan mengganti term mengenai fenomena ini menjadi Pathological Computer Use. Kata adiksi dapat diaplikasikan ke penggunaan internet karena gejalanya yang hampir sama dengan kecanduan rokok dan alkohol, perbedaannya adiksi internet adalah impulse-control disorder yang tidak melibatkan intoxicant (Young, 1996). Selanjutnya Griffith (1998) menekankan bahwa adiksi internet adalah
18
19
technology addiction, dimana hal ini merupakan behavioral addiction
yang
melibatkan hubungan antara manusia dan komputer. Kandell (1998) mendefinisikan internet addiction sebagai “sebuah ketergantungan psikologis terhadap internet, terlepas dari jenis kegiatan dalam sekali login”. Sedangkan Chou (1999) mendefinisikan fenomena ini sebagai sebuah pola maladaptive dari penggunaan internet yang tentu saja mendasari perilaku adiksi. Dari beberapa definisi yang disebutkan, penulis menggunakan definisi dari Young (1996) yang menyatakan bahwa adiksi internet adalah impulse-control disorder yang tidak melibatkan intoxicant dengan kriteria meningkatnya aktivitas penggunaan internet dan pikiran yang terus menerus ingin online, dimana penggunaan internet yang berlebihan tersebut dapat mengakibatkan masalah psikologis, sosial, dan pekerjaan pada kehidupan individu tersebut.
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Adiksi Internet Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi adiksi internet a. Jenis Kelamin Pengguna yang ketergantungan internet lebih banyak pria dibandingkan wanita (Scherer dalam Widyanto & Griffiths, 2006). Begitupun dengan hasil penelitian yang dilakukan Chou & Hsiao (2010) yang mengatakan pria lebih cenderung terkena adiksi internet dibandingkan wanita. Samarein (2013) menemukan bahwa jenis kelamin berpengaruh secara signifikan terhadap penggunaan internet, yang mana remaja laki-laki
20
cenderung lebih teradiksi terhadap internet dibandingkan remaja perempuan. Hal ini dapat disebabkan oleh stereotype bahwa perempuan tidak begitu tertarik terhadap penggunaan teknologi dibandingkan dengan laki-laki. b. Peran parenting style (pola asuh) orang tua Moazedian (2014) mengindikasikan bahwa tingkatan tertinggi dari masalah penggunaan internet berkorelasi dengan jenis parenting style authoritarian. Selain itu jenis parenting style permissive dan authoritative juga berkorelasi dengan rendahnya masalah penggunaan internet. Golmohammadian (2010) menemukan bahwa parenting style authoritative membuat anak tidak resisten terhadap orang tua karena orang tua tidak memaksa kehendak anak. Justru parenting style authoritative memberikan alasan dan penjelasan pada anak untuk mengadopsi beberapa perilaku, tindakan dan nilai-nilai. Moazedian (2014) menyatakan bahwa parenting style merupakan salah satu faktor pada masa kanak-kanak dan remaja yang dapat berpengaruh secara dominan terhadap kebiasaan gaya hidup dan perilaku anak. c. Tipe kepribadian Seseorang dengan tipe kepribadian introvert cenderung menarik diri dari kontak sosial, minatnya lebih mengarah ke dalam pikiran-pikiran dan pengalaman sendiri. Pribadi introvert lebih suka menyendiri, khususnya ketika mereka mengalami ketegangan dan dalam tekanan. Sedangkan dalam studi Kraut dkk (2002) menunjukkan bahwa pengguna internet
21
dengan kepribadian extrovert memiliki banyak teman di dunia maya, menunjukkan keterlibatannya akan lebih tinggi pada komunikasi secara langsung lain halnya jika dibandingkan dengan kepribadian introvert yang juga pengguna internet. Seseorang yang memiliki kepribadian introvert cenderung akan kecanduan terhadap internet. Penelitian lainnya, menunjukkan bahwa neuroticism berkorelasi positif dan signifikan terhadap kecenderungan adiksi internet, namun berkorelasi negatif pada extraversion, agreeableness dan conscientiousness (Beranuy dkk., 2009). 2.1.3 Dimensi Adiksi Internet Griffiths (1996b) telah mencantumkan enam dimensi untuk menentukan apakah individu sudah digolongkan sebagai adiksi internet. Dimensi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Salience.
Hal
ini
terjadi
ketika
penggunaan
internet
menjadi
aktivitas yang paling penting dalam kehidupan individu, mendominasi pikiran individu (pre-okupasi atau gangguan kognitif), perasaan (merasa sangat butuh), dan tingkah laku (misalnya ketika seseorang mengabaikan kebutuhan dasar seperti tidur, makan, ataupun kebersihan dalam melakukan aktivitas sehari-hari). 2. Mood modification. Pengalaman subjektif dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan. Situasi euforia atau ketertarikan yang dipicu dopamine yang mengalir ke nucleus accumbens (pusat kesengangan) di otak. Seseorang bisa
berusaha
mendapatkan
internet
untuk
mendapatkan
“pendorong”, “mabuk”, “pelarian diri”, ataupun “penenang”.
fungsi
22
3. Tolerance. Merupakan proses dimana pemenuhan dalam kadar tertentu harus dipenuhi untuk mendapatkan efek perubahan dari mood. Contohnya dengan toleransi pada alkoholik yang secara bertahap meningkatkan konsumsi alkoholnya untuk mendapatkan efek yang ia inginkan. Tingkat toleransi pengguna internet, juga dapat terlihat dari rasa takut kehilangan sesuatu, yang mendorong pengguna untuk menjalani masa berinternet yang panjang. 4. Withdrawal symptoms. Merupakan perasaan tidak menyenangkan yang terjadi karena penggunaan internet dikurangi atau tidak dilanjutkan dan hal ini berpengaruh pada fisik, perasaan dan efek antara perasaan dan fisik (seperti, pusing, insomnia) atau psikologisnya (misalnya, mudah marah atau moodiness). 5. Conflict. Hal ini mengarah pada konflik yang terjadi antara pengguna internet dengan lingkungan sekitarnya (konflik interpersonal), konflik dalam tugas lainnya (pekerjaan, tugas, kehidupan sosial, hobi) atau konflik yang terjadi dalam dirinya sendiri (konflik intrafisik atau merasa kurangnya kontrol) yang diakibatkan karena terlalu banyak menghabiskan waktu bermain internet. 6. Relapse. Melibatkan pengulangan ke pola sebelumnya setelah ada jeda. Hal ini terjadi ketika individu kembali bermain internet, saat individu tersebut belum sembuh dari perilaku kecanduannya.
23
2.1.4 Kriteria Adiksi Internet Kriteria seseorang dikatakan mengalami adiksi internet menurut Beard & Wolf (2001), berdasarkan kriteria yang dibuat oleh Young (1998), antara lain, adalah sebagai beikut: 1) Sibuk dengan internet (berpikir tentang aktivitas online sebelumnya atau mengantisipasi pada sesi online berikutnya). 2) Kebutuhan untuk menggunakan internet dengan peningkatan jumlah waktu untuk mencapai kepuasan. 3) Telah melakukan upaya yang gagal untuk mengontrol, mengurangi, atau menghentikan penggunaan internet. 4) Gelisah, murung, depresi, atau mudah marah ketika mencoba untuk mengurangi atau menghentikan penggunaan internet. 5) Bertahan online lebih lama dari waktu awal yang direncanakan. 6) Telah membahayakan atau mempertaruhkan resiko hilangnya hubungan yang penting, pekerjaan atau peluang karir karena internet. 7) Telah berbohong kepada anggota keluarga, terapis, atau orang lain untuk menyembunyikan tingkat keterlibatan pada internet. 8) Menggunakan internet sebagai cara untuk melarikan diri dari masalah atau untuk melepaskan suasana hati dysphoric (misalnya perasaan tidak berdaya, depresi, kecemasan dan rasa bersalah).
24
2.1.5 Pengukuran Adiksi Internet Untuk mengukur adiksi internet dalam penelitian ini, penulis menggunakan skala yang dikembangkan oleh Lemmens (2009) berdasarkan kategori adiksi internet yang dibuat oleh Ghriffts (1996b;1998) yang terdiri dari 6 dimensi yaitu salience, mood modification, tolerance, withdrawal symptoms, conflict, relapse. Selain skala diatas, Young (1996) juga membuat sebuah skala yang dikenal dengan Internet Addiction Test. Skala ini awalnya hanya terdiri dari 8 item pertanyaan lalu dikembangkan menjadi 20 item pertanyaan yang merupakan hasil modifikasi dari kriteria DSM IV. 2.2
Parenting Style
2.2.1
Definisi Parenting Style (Pola Asuh)
Baumrind (1991) menjelaskan parenting style biasanya digunakan untuk menggambarkan variasi normal dalam percobaan orang tua untuk mengkontrol kehidupan sosial anak mereka. Sedangkan Livingstone & Bober (2004) mendefinisikan parenting style sebagai materi dan simbol pertanggung jawaban orang tua untuk mempercepat perkembangan anak yang belum dewasa. Darling (1999) menjelaskan parenting (pengasuhan) adalah sebuah aktivitas kompleks yang di dalamnya terdapat beberapa perilaku spesifik yang dilakukan secara individu maupun bersama-sama yang bertujuan untuk mempengarahi perilaku anak. Dalam menerapkan praktek pengasuhan, setiap orang tua memiliki variasi pola pengasuhan yang berbeda dengan lainnya sebagai upaya untuk mengontrol dan bersosialisasi dengan anak mereka.
25
Dari beberapa definisi di atas, penulis menggunakan definisi dari Baumrind (1991) yang menjelaskan parenting style biasanya digunakan untuk menggambarkan variasi normal dalam percobaan orang tua untuk mengkontrol kehidupan sosial anak mereka. 2.2.2
Dimensi Parenting Style
Menurut Baumrind (1996), parenting style dapat tergambar dalam dua dimensi utama, yaitu: a. Dimensi Responsiveness dan Acceptance (warmth) Dimensi ini menggambarkan situasi atau keadaan dimana orang tua membantu perkembangan anak dan self-assertion dengan menyesuaikan dan
mempertimbangkan
permintaan
anak.
Meliputi
kehangatan,
memberikan dukungan, dan komunikasi yang beralasan. Orangtua yang dominan dalam aspek ini menunjukkan sikap ramah, memberikan pujian, dan memberikan semangat ketika anak mengalami masalah. Hal ini membuat anak lebih mudah menerima dan menginternalisasikan standar nilai yang diberikan oleh orangtua. Sebaliknya, orangtua yang tidak dominan dalam aspek ini akan menunjukkan perilaku seolah-olah mereka tidak mencintai atau bahkan menolak kehadiran anak. Hal ini membuat anak merasa tidak perlu mencintai orangtuanya dan mudah mengalami stres.
26
b.
Dimensi Demandingness dan Control (strictness) Dimensi ini mengacu pada derajat dimana orangtua membuat tuntutan dan mengawasi kegiatan anak. Sehingga membuat anak menjadi terintegrasi kedalam masyarakat dengan peratutan perilaku, konfrontasi langsung, dan tuntutan kedewasaan (perilaku kontrol). Hal ini diwujudkan oleh orangtua melalui bagaimana mereka memberikan batasan-batasan, menetapkan tuntutan dan harapan serta menunjukkan kekuasaannya pada anak. Kontrol orangtua ini berfungsi sebagai pelindung atau pencegah bagi anak dari perilaku-perilaku yang negatif. Orangtua yang menerapkan kontrol dalam tingkat relatif rendah akan kurang menuntut tanggung jawab anak, hanya sedikit memberikan pengawasan, dan memberikan kebebasan kepada anak untuk mengeksplorasi lingkungannya secara tak terbatas. Sebaliknya, orangtua yang menerapkan kontrol dalam tingkatan tinggi akan membatasi kebebasan anak dengan menentukan banyak tuntutan yang disertai dengan pengawasan.
2.2.3 Jenis-jenis Parenting Style Menurut Baumrind (1966) membedakan parenting style menjadi 3 jenis, yaitu: a. Authoritarian Orang tua authoritarian cenderung untuk membentuk, mengontrol dan mengevaluasi perilaku dan tingkah laku anak sesuai dengan standar yang berlaku. Disamping itu pula, orang tua dengan parenting style authoritarian tidak mampu menghargai timbal balik antara orangtua dengan anak dan menyukai hukuman
27
untuk mengontrol perilaku mereka. Pola asuh ini mengakibatkan kurangnya hubungan yang hangat dan komunikatif dalam keluarga. Anak dari pola asuh ini cenderung moody, murung, ketakutan, sedih, menggambarkan kecemasan dan rasa tidak
aman
dalam
berhubungan
dengan
lingkungannya,
menunjukkan
kecenderungan bertindak keras saat tertekan dan memiliki harga diri yang rendah. b. Authoritative Orang tua memiliki batasan dan harapan yang jelas terhadap tingkah laku anak, mereka berusaha untuk menyediakan panduan dengan menggunakan alasan dan aturan dengan reward dan punishment yang berhubungan dengan tingkah laku anak secara jelas tetapi juga tetap menjalankan kedisiplinan yang tinggi dengan cara yang hangat, masuk akal, fleksibel, dan terbuka. Orang tua sangat menyadari tanggung jawab mereka sebagai figur yang otoritas, mereka juga tanggap terhadap kebutuhan dan kemampuan anak. Pola asuh ini dapat menjadikan sebuah keluarga hangat, penuh penerimaan, mau saling mendengar, peka terhadap kebutuhan anak, mendorong anak untuk berperan serta dalam mengambil keputusan didalam keluarga. Anak dengan pola asuh ini berkompeten secara sosial, enerjik, bersahabat, ceria, memiliki keingintahuan yang besar, dapat mengontrol diri, memiliki harga diri yang tinggi, serta memiliki prestasi yang tinggi. c. Permissive Orang tua permissive berusaha berperilaku tidak menghukum, menerima dan afirmatif terhadap impuls, keinginan dan tindakan anak. Orang tua membicarakan dan mengajak anak untuk menentukan aturan didalam rumah. Orang tua menunjukkan diri mereka kepada anak sebagai orang tua yang memenuhi
28
keinginan anak. Orang tua memperbolehkan anak untuk mengatur sendiri aktivitas yang diinginkan anak, menghindari kontrol dan tidak mendorong anak untuk mengikuti standar atau aturan. Orang tua cenderung menggunakan alasan ataupun manipulasi tapi tidak dengan jelas menyampaikan maksud ataupun tujuannya. Anak dengan pola asuh ini cenderung tidak dapat mengontrol diri, tidak mau patuh, tidak terlibat dengan aktivitas di lingkungan sekitarnya.
2.2.4
Pengukuran Parenting Style
Berbagai alat ukur dikembangkan untuk mengukur parenting style, diantaranya adalah Parental Authority Questionnaire yang dikembangkan oleh Buri (1991) berdasarkan teori tiga faktor Parenting Style Baumrind, yaitu: Authoritarian, Authoritative, dan Permissive. PAQ ini berisi 30 pernyataan yang dirancang untuk mengukur pola asuh kedua orang tua dalam hal otoritas dan penerapan disiplin yang dilakukan orang tua berdasarkan sudut pandang anak. Kemudian, skala parenting style lainnya adalah Schaefer Parenting Style (dalam Moazedian, 2014). Skala ini terdiri dari 77 item yang diukur menggunakan skala likert. Skala ini mengukur dua komponon control dan kindness. Dari dua alat ukur yang dipaparkan di atas, maka penulis akan menggunakan Parental Authority Questionnaire (PAQ) dikarenakan alat ukur ini menggunakan grand theory Baumrind, yang mana paling sesuai untuk melihat jenis pola asuh anak didalam keluarga.
29
2.3
Tipe Kepribadian
2.3.1
Definisi Kepribadian
Feist & Feist (2006) mendefinisikan kepribadian adalah pola sifat dan karakteristik tertentu yang relative permanen dan memberikan, baik konsistensi maupun individualitas pada perilaku seseorang. Menurut Larsen & Buss (2008) kepribadian merupakan sekumpulan trait psikologis dan mekanisme didalam individu yang diorganisasikan, relative bertahan yang mempengaruhi interaksi dan adaptasi individu didalam lingkungan (meliputi lingkungan intrafisik, fisik dan lingkungan sosial). Schultz & Schultz (2005) merumuskan kepribadian sebagai sesuatu yang tampak dan berkarakter yang terlihat dari diri kita, yaitu aspek-aspek yang dapat dilihat oleh orang lain. Sedangkan Pervin & John (1997) mendefinisikan kepribadian akan menampilkan karakteristik dari seseorang yang secara konsisten berlaku pada pola perasaan, berfikir, dan berperilaku. Dari beberapa definisi di atas, penulis menggunakan definisi dari Larsen & Buss (2008) kepribadian merupakan sekumpulan trait psikologis dan mekanisme didalam individu yang diorganisasikan, relative bertahan yang mempengaruhi interaksi dan adaptasi individu didalam lingkungan (meliputi lingkungan intrafisik, fisik dan lingkungan sosial).
30
2.3.2
Tipe Kepribadian Big Five
Big Five traits adalah lima trait kepribadian yang mana peneliti atau psikolog klinis (clinical psychologist) percaya bahwa big five personality dapat memberikan gambaran penuh dari kepribadian seseorang (Rose, 2010; John & Srivastava, 1999). Pervin dkk (2005) mengatakan bahwa model lima faktor dibangun melalui pendekatan yang sederhana. Lewis Goldberg (dalam Pervin, 2005) mengulang kembali penelitian sebelumnya dan terkesan dengan kekonsistensian hasil yang ditunjukkan oleh tipe kepribadian big five. Selain itu, tipe kepribadian Big Five telah ditemukan diantara beragam budaya, dan menggunakan banyak bahasa (McCrae & Allik, dalam Feist & Feist, 2006). Hal ini menunjukkan bahwa tipe kepribadian Big Five memiliki kecenderungan untuk mempertahankan kepribadian yang sama dan dapat memberikan gambaran penuh dari kepribadian seseorang.
Kemudian Feist & Feist (2006) menjelaskan bahwa tipe kepribadian Big Five merupakan suatu pendekatan yang digunakan dalam ilmu psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor. Lima buah domain kepribadian tersebut yaitu extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness.
31
2.3.3
Dimensi Tipe Kepribadian Big Five
Trait-trait dalam dimensi Big Five Personality (Costa & McCrae, 1992) dalam Pervin, Cervone & John, 2005) adalah sebagai berikut:
a. Extraversion (E) Individu yang extraversion cenderung energik, antusias, dominan, ramah, komunikatif, penuh kasih sayang, ceria, senang berbicara, senang berkumpul dan menyenangkan. Sebaliknya mereka yang memiliki skor extraversion yang rendah biasanya cenderung pemalu, tidak percaya diri, pasif dan tidak mempunyai cukup kemampuan untuk mengekspresikan emosi yang kuat (Friedman & Schustack, 2008). b. Agreeableness (A) Agreeableness berkaitan dengan kedermawanan dan ketika diminta membuat satu keinginan untuk segala hal, mereka lebih mungkin membuat keinginan yang altruistik. Dimensi agreeableness membedakan antara orang-orang yang berhati lembut dengan mereka yang kejam. Orang-orang yang tinggi pada dimensi agreeableness cenderung ramah, kooperatif, mudah percaya, dan hangat. Individu yang rendah pada dimensi ini adalah individu yang cenderung dingin, suka berselisih dan kasar (Friedman & Schustack, 2008). Cenderung penuh dengan curiga, pelit, tidak ramah, mudah kesal, dan penuh dengan kritik terhadap orang lain (Feist & Feist, 2006). c. Conscientiousness (C) Conscientiousness mendeskripsikan orang-orang yang teratur, terkontrol, terorganisir, ambisius, terfokus pada pencapaiannya, dan memiliki disiplin diri
32
(Feist & Feist, 2006). Individu yang tinggi dalam dimensi ini umumnya berhatihati, dapat diandalkan, teratur, dan bertanggung jawab. Sebaliknya mereka yang rendah pada dimensi conscientiousness cenderung ceroboh, berantakan, dan tidak dapat diandalkan (Friedman & Schustack, 2008). d. Neuroticism (N) Individu yang tinggi dalam dimensi neuroticism cenderung gugup, sensitive, tegang, dan mudah cemas (Friedman & Schustack, 2008). Individu yang neuroticism juga cenderung penuh kecemasan, temperamental, mengasihani diri sendiri, sangat sadar akan dirinya sendiri, emosional, dan rentan terhadap gangguan yang berhubungan dengan stres (Feist & Feist, 2006). Sedangkan individu yang dengan neuroticism rendah cenderung tenang dan santai (Friedman & Schustack, 2008). e. Openess (O) Secara general individu yang openness adalah imaginatif, menyenangkan, kreatif, dan artistic (Friedman & Schustack, 2008). Orang-orang yang konsisten mencari pengalaman yang berbeda dan bervariasi akan memiliki skor tinggi pada keterbukaan terhadap pengalaman. Sebaliknya mereka yang tidak terbuka terhadap pengalaman hanya akan bertahan dengan hal-hal yang tidak asing, yang mereka tahu akan mereka nikmati. Individu yang tinggi dengan keterbukaannya juga akan cenderung mempertanyakan nilai-nilai tradisional sementara mereka yang rendah keterbukaannya cenderung mendukung nilai tradisional dan memilihara gaya hidup yang konstan. Kesimpulannya, orang-orang yang tinggi keterbukaannya biasanya kreatif, imajinatif, penuh rasa penasaran, terbuka dan
33
lebih memilih variasi. Sebaliknya, mereka yang rendah keterbukaannya terhadap pengalaman biasanya konvensional, rendah hati, konsertif dan tidak terlalu penasaran terhadap sesuatu (Feist & feist, 2006). Sebagai rangkuman dari pembahasan mengenai big five di atas, berikut ini adalah ringkasan dari Costa dan McCrae yang dikutip dari Pervin dan John (1997) yang penulis sajikan pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Lima Faktor Model Personality Costa dan McCrae Karakteristik Skor Tinggi Penuh kasih sayang, mudah bergaul, senang bercakap-cakap, menyukai kesenangan, aktif, bersemangat. Berhati lembut, mudah percaya, dermawan, ramah, toleran, bersahabat. Teliti, pekerja keras, terorganisir, tepat waktu, ambisius, gigih.
Skala Trait
Pencemas, tempramen, mengasihani diri sendiri, sadar diri, emosional, rentan.
Neuroticism
Imajinatif, kreatif, orisinil, inovatif, penasaran, bebas.
Openness
Extraversion
Agreeableness
Conscientiousness
Karakteristik Skor Rendah Tidak peduli, penyendiri, pendiam, tertata, pasif, tidak berperasaan.
Tidak kenal belas kasihan, pencuriga, pelit, bermusuhan, kritis, pemarah. Ceroboh, malas, tidak teratur, tidak tepat waktu, tidak punya tujuan, mudah menyerah. Tenang, pandai menguasai diri, puas akan diri sendiri, nyaman, tidak emosional, aman, kuat. Sederhana, tidak kreatif, konvensional, lebih rutin, tidak penasaran, konservatif.
34
2.3.4
Pengukuran Tipe Kepribadian Big Five
Ada berbagai alat ukur yang dikembangkan untuk mengukur kepribadian big five, diantaranya adalah: 1. Big Five Inventory (BFI) dikembangkan oleh John & Srivastava (1999). BFI merupakan kuesioner self-report yang terdiri dari 44 item pernyataan. Tujuan dari tes ini adalah terciptanya inventori yang ringkas, fleksibel dan efisien dalam melakukan penilaian terhadap 5 dimensi dari Big Five Personality. 2. International Personality Item Pool NEO (IPIP-NEO) yang dibuat oleh Lewis Goldberg (1992). Skala ini dibuat berdasarkan teori Big Five yang digunakan oleh Costa dan McCrae dalam membuat NEO PI-ER. Skala ini terdiri dari 50 transparent adjective dan 100 unipolar adjective markers. Dari dua alat ukur yang dipaparkan di atas, penulis akan menggunakan Big Five Inventory (BFI). Hal ini dikarenakan BFI sudah banyak digunakan dan teruji pada penelitian-penelitian terdahulu. 2.4 Kerangka Berfikir Internet memang sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Banyaknya manfaat yang ditawarkan seperti berkirim email, bermain game secara online, membuka media sosial, teleconference dan masih banyak lagi manfaat lainnya. Akan tetapi, dibalik segala keuntungannya tersebut, internet dapat memiliki dampak yang negatif jika dipakai secara berlebihan yang mengarahkan keperilaku adiksi internet. Adiksi internet dipengaruhi oleh beberapa faktor, dalam penelitian
35
ini faktor yang diduga mempengaruhi adalah parenting style dan tipe kepribadian seseorang. Parenting style atau pola asuh adalah suatu proses interaksi antara orang tua dan anak, baik berupa fisik maupun psikologis yang diterapkan orang tua dalam upaya untuk membentuk kepribadian anak selama masa perkembangan agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya. Terdapat 3 jenis pola asuh orang tua yaitu authoritarian, authoritative dan permissive (Baumrind, 1966). Moezedian (2014) menemukan bahwa authoritarian berpengaruh hanya pada highest level of internet addiction, sedangkan authoritative dan permissive berhubungan hanya dengan low level of internet addiction. Sedangkan Aunola dkk (2000) mendapati bahwa parenting style permissive yang justru berpengaruh paling dominan terhadap adiksi internet, sedangkan authoritarian berada pada posisi paling akhir dalam mempengaruhi adiksi internet. Namun, Eastin dkk (2007) mendapati bahwa parenting style tidak berpengaruh terhadap adiksi internet. Dengan demikian, masih terdapat perbedaan hasil penelitian mengenai pengaruh parenting style terhadap adiksi internet. Berdasarkan pernyataan Baumrind (dalam Buri, 1991), penulis menduga bahwa parenting style permissive akan berdampak secara positif terhadap adiksi internet. Hal ini dikarenakan parenting style permissive cenderung untuk tidak begitu disiplin atau menuntut banyak terhadap anak, sehingga anak terbiasa untuk bertindak sendiri dalam menjalankan aktivitasnya, termasuk didalamnya bermain internet. Masih menurut Baumrind, parenting style authoritarian merupakan opposite dari permissive. Pada authoritarian, orang tua justru sangat dominan dalam mengarahkan anak
36
mereka, bahkan cenderung untuk memaksa anak untuk menuruti perintah orang tua. Orang tua yang dominan secara authoritarian kurang memiliki kedekatan dan kehangatan daripada orang tua yang lain. Disamping itu pula, orang tua dengan parenting style authoritarian tidak mampu menghargai timbal balik antara orangtua dengan anak dan menyukai hukuman untuk mengontrol perilaku mereka. Oleh karena itu menurut penulis baik parenting style authoritarian dan permissive akan berdampak secara positif terhadap adiksi internet pada remaja. Sedangkan parenting style authoritative akan berdampak secara negatif terhadap perilaku adiksi pada remaja. Hal ini dikarenakan, parenting style authoritative memiliki kecenderungan untuk memberikan arahan yang jelas pada anak. Tetapi juga tetap menjalankan kedisiplinan yang tinggi dengan cara yang hangat, masuk akal, fleksibel, dan terbuka. Salah satu faktor lainnya yang dapat mengarahkan seseorang kepada adiksi internet adalah tipe kepribadian. Menurut Weibel (dalam Celik & Basal, 2012) kepribadian telah ditemukan berpengaruh secara dominan terhadap penggunaan internet. Dengan kata lain, faktor interpersonal secara signifikan mempengaruhi perilaku pengguna internet dan trait kepribadian tertentu termasuk introversion dan social withdrawal sangat berhubungan erat dengan adiksi internet (Kesici & Sahin, 2009; Xiuqin dkk, 2010; Celik & Basal, 2012). Menurut Larsen & Buss (2008) kepribadian merupakan sekumpulan trait psikologis dan mekanisme didalam individu yang diorganisasikan, relatif bertahan yang mempengaruhi interaksi dan adaptasi individu didalam lingkungan (meliputi lingkungan intrafisik, fisik dan lingkungan sosial).
37
Dalam penelitian ini penulis menggunakan trait big five personality. Berdasarkan tulisan Samarein (2013) & Ross dkk (2009) bahwa trait neuroticism memiliki hubungan yang positif dengan penggunaan internet. Menurut Samarein (2013) mahasiswa yang diketahui memiliki skor yang tinggi pada trait neuroticism cenderung menggunakan internet untuk menghindari kesendirian atau kesepian. Sedangkan pada trait agreeableness, dugaan penulis akan berpengaruh secara negatif terhadap adiksi internet. Hal ini dikarenakan orang-orang dengan agreeableness yang tinggi cenderung untuk prososial, ramah dan bersahabat dengan yang lain. Sama halnya dengan orang-orang yang dominan pada trait extraversion, mereka beranggapan bahwa online activities atau berhubungan secara online bukanlah sebagai social support (Kim dkk, 2002). Kemudian, trait openness to experience akan berhubungan secara positif dengan adiksi internet. Hal ini dikarenakan orang-orang dengan trait openness memiliki motivasi yang lebih tinggi untuk mencari tahu hal-hal yang baru melalui internet (Levine & Stakes, dalam Celik & Basal, 2012). Berdasarkan landasan teori dan tinjauan literatur sebagaimana yang diungkapkan diatas, berikut adalah gambar kerangka berpikir untuk penelitian Pengaruh Parenting Style dan Tipe Kepribadian terhadap kecenderungan Adiksi Internet.
38
2.4.1
Gambar Kerangka Berfikir Parenting Style Authoritarian
Authoritative Permissive Adiksi Internet Salience Tipe Kepribadian Big Five
Mood Modification Tolerance
Extraversion
Withdrawal Symptoms Agreeableness
Conflict Relapes
Conscientiousness Neuroticism Nurturence Openess to Experience Induction Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir Penelitian
2.5 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir yang sudah dijelaskan di atas maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: Ha1 : Parenting Style dan Tipe Kepribadian Big Five memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecenderungan Adiksi Internet. Ha2 : Parenting Style Authoritarian memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Adiksi Internet.
39
Ha3 : Parenting Style Authoritative memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Adiksi Internet. Ha4 : Parenting Style Permissive memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Adiksi Internet. Ha5 : Tipe Kepribadian Extraversion memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Adiksi Internet. Ha6 : Tipe Kepribadian Agreeableness memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Adiksi Internet Ha7 : Tipe Kepribadian Conscientiousness memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Adiksi Internet. Ha8 : Tipe Kepribadian Neuroticism memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Adiksi Internet. Ha9 : Tipe Kepribadian Openess to Experience memiliki pengaruh yang ,signifikan terhadap Adiksi Internet.
BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai populasi dan sampel, variabel penelitian, instrumen pengambilan data, uji validitas dan reliabilitas, teknik analisa data, dan prosedur penelitian. 3.1 Subjek Penelitian 3.1.1 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dari penelitian ini yaitu keseluruhan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta baik laki-laki maupun perempuan. Sampel yang akan dipakai merupakan perwakilan dari mahasiswa/i semester 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 dari seluruh fakultas dengan jumlah sampel yang akan penulis gunakan sebanyak 420 orang. 3.1.2 Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling yang berarti peluang anggota populasi untuk terpilih menjadi sampel tidak diketahui. Sesuai dengan tujuan penelitian, penulis memutuskan untuk mengambil data penelitian dengan karakteristik sampel tertentu. Adapun karakteristik sampel penelitian ini yaitu mahasiswa/i UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang masih aktif kuliah dan mengakses internet dengan menggunakan gadget (handphone, tablet, ipad), netbook, ataupun komputer.
40
41
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.2.1 Variabel Penelitian Variable dalam penelitian ini adalah: a. Parenting Style dan Tipe Kepribadian Big Five sebagai variabel bebas (independent variable). Ada tiga jenis dari
Parenting Style yaitu
Authoritarian, Authoritative, dan Permissive, sedangkan Tipe Kepribadian Big Five
terdiri
dari
lima
dimensi
yaitu
Extraversion,
Agreeableness,
Conscientiousness, Neuroticism, dan Openess to Experience. b. Adiksi Internet sebagai variabel terikat (dependent variable). 3.2.2 Definisi Operasional Definisi operasional ini memberikan informasi-informasi yang diperlukan untuk mengukur variabel-variabel yang akan diteliti. Adapun definisi operasional dari variabel-variabel yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut: a. Adiksi Internet. Griffiths (1996b) telah mencantumkan enam dimensi untuk menentukan apakah individu sudah digolongkan sebagai adiksi internet. Dimensi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Salience. Hal ini terjadi ketika penggunaan internet menjadi aktivitas yang paling penting dalam kehidupan individu, mendominasi pikiran individu (pre-okupasi atau gangguan kognitif), perasaan (merasa sangat butuh), dan tingkah laku (misalnya ketika seseorang mengabaikan kebutuhan dasar seperti tidur, makan, ataupun kebersihan dalam melakukan aktivitas sehari-hari).
42
2. Mood modification. Pengalaman subjektif dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan. Situasi euforia atau ketertarikan yang dipicu dopamine yang mengalir ke nucleus accumbens (pusat kesengangan) di otak. Seseorang bisa berusaha mendapatkan internet untuk mendapatkan fungsi “pendorong”, “mabuk”, “pelarian diri”, atau “penenang”. 3. Tolerance. Merupakan proses dimana pemenuhan dalam kadar tertentu harus dipenuhi untuk mendapatkan efek perubahan dari mood. Contohnya dengan toleransi pada alkoholik yang secara bertahap meningkatkan konsumsi alkoholnya untuk mendapatkan efek yang ia inginkan. Tingkat toleransi pengguna internet, juga dapat terlihat dari rasa takut kehilangan sesuatu, yang mendorong pengguna untuk menjalani masa berinternet yang panjang. 4. Withdrawal symptoms. Merupakan perasaan tidak menyenangkan yang terjadi karena penggunaan internet dikurangi atau tidak dilanjutkan dan hal ini berpengaruh pada fisik, perasaan dan efek antara perasaan dan fisik (seperti, pusing, insomnia) atau
psikologisnya (misalnya
mudah marah atau moodiness). 5. Conflict. Hal ini mengarah pada konflik yang terjadi antara pengguna internet dengan konflik sosial,
lingkungan
dalam hobi) atau
sekitarnya
tugas lainnya konflik
(konflik interpersonal),
(pekerjaan,
yang
tugas,
kehidupan
terjadi dalam dirinya sendiri
(konflik intrafisik atau merasa kurangnya kontrol) yang diakibatkan karena terlalu banyak menghabiskan waktu bermain internet.
43
6. Relapse. Melibatkan pengulangan ke pola sebelumnya setelah ada jeda. Hal ini terjadi ketika individu kembali bermain internet, saat individu tersebut belum sembuh dari perilaku kecanduannya. Dimana skor adiksi internet diperoleh dari hasil pengukuran variabel yang akan diukur dengan menggunakan alat ukur skala adiksi internet. Terdiri dari 18 item yang berasal dari teori adiksi internet Ghriffts (1996b) yang mengukur dimensi-dimensi dari adiksi internet yaitu: salience, mood modification, tolerance, withdrawal symptoms, conflict, dan relapse yang kemudian dikembangkan oleh Lemmens (2009) dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. b. Parenting Style. Baumrind (1966) membedakan parenting style menjadi 3 jenis , yaitu: 1. Authoritarian Orang tua authoritarian cenderung untuk membentuk, mengontrol dan mengevaluasi perilaku dan tingkah laku anak sesuai dengan standar yang berlaku. Disamping itu pula, orang tua dengan parenting style authoritarian tidak mampu menghargai timbal balik antara orangtua dengan anak dan menyukai hukuman untuk mengontrol perilaku mereka. Pola asuh ini mengakibatkan kurangnya hubungan yang hangat dan komunikatif dalam keluarga. Anak dari pola asuh ini cenderung moody, murung, ketakutan, sedih, menggambarkan kecemasan dan rasa tidak aman
dalam
berhubungan
dengan
lingkungannya,
menunjukkan
44
kecenderungan bertindak keras saat tertekan dan memiliki harga diri yang rendah. b. Authoritative Orang tua memiliki batasan dan harapan yang jelas terhadap tingkah laku anak, mereka berusaha untuk menyediakan panduan dengan menggunakan alasan dan aturan dengan reward dan punishment yang berhubungan dengan tingkah laku anak secara jelas tetapi juga tetap menjalankan kedisiplinan yang tinggi dengan cara yang hangat, masuk akal, fleksibel, dan terbuka. Orang tua sangat menyadari tanggung jawab mereka sebagai figur yang otoritas, mereka juga tanggap terhadap kebutuhan dan kemampuan anak. Pola asuh ini dapat menjadikan sebuah keluarga hangat, penuh penerimaan, mau saling mendengar, peka terhadap kebutuhan anak, mendorong anak untuk berperan serta dalam mengambil keputusan didalam keluarga. Anak dengan pola asuh ini berkompeten secara sosial, enerjik, bersahabat, ceria, memiliki keingintahuan yang besar, dapat mengontrol diri, memiliki harga diri yang tinggi, serta memiliki prestasi yang tinggi. c. Permissive Orang tua permissive berusaha berperilaku tidak menghukum, menerima dan afirmatif terhadap impuls, keinginan dan tindakan anak. Orang tua membicarakan dan mengajak anak untuk menentukan aturan didalam rumah. Orang tua menunjukkan diri mereka kepada anak sebagai orangtua yang memenuhi keinginan anak. Orang tua memperbolehkan
45
anak untuk mengatur sendiri aktivitas yang diinginkan anak, menghindari kontrol dan tidak mendorong anak untuk mengikuti standar atau aturan. Orang tua cenderung menggunakan alasan ataupun manipulasi tapi tidak dengan jelas menyampaikan maksud ataupun tujuannya. Anak dengan pola asuh ini cenderung tidak dapat mengontrol diri, tidak mau patuh, tidak terlibat dengan aktivitas di lingkungan sekitarnya. Dimana skor parenting style diperoleh dari hasil pengukuran variabel yang akan diukur dengan menggunakan skala baku yang berasal dari teori tiga faktor Baumrind (1973) yaitu jenis parenting style authoritarian, authoritative dan permissive yang dikembangkan oleh Buri (1991). Skala ini terdiri dari 30 item yang telah diterjemahkan oleh kedalam bahasa Indonesia. c. Tipe kepribadian lima faktor (Big Five). Trait-trait dalam dimensi Big Five Personality (Costa & McCrae, 1992) dalam Pervin, Cervone & John, 2005) adalah sebagai berikut: 1. Extraversion (E) Individu yang extraversion cenderung energik, antusias, dominan, ramah, komunikatif, penuh kasih saying, ceria, senang berbicara, senang berkumpul dan menyenangkan. Sebaliknya mereka yang memiliki skor extraversion yang rendah biasanya cenderung pemalu, tidak percaya diri, pasif dan tidak mempunyai cukup kemampuan untuk mengekspresikan emosi yang kuat (Friedman & Schustack, 2008).
46
2. Agreeableness (A) Agreeableness berkaitan dengan kedermawanan dan ketika diminta membuat satu keinginan untuk segala hal, mereka lebih mungkin membuat keinginan yang altruistik. Dimensi agreeableness membedakan antara orangorang yang berhati lembut dengan mereka yang kejam. Orang-orang yang tinggi pada dimensi agreeableness cenderung ramah, kooperatif, mudah percaya, dan hangat. Individu yang rendah pada dimensi ini adalah individu yang cenderung dingin, suka berselisih dan kasar (Friedman & Schustack, 2008). Cenderung penuh dengan curiga, pelit, tidak ramah, mudah kesal, dan penuh dengan kritik terhadap orang lain (Feist & Feist, 2006). 3. Conscientiousness (C) Conscientiousness mendeskripsikan orang-orang yang teratur, terkontrol, terorganisir, ambisius, terfokus pada pencapaiannya, dan memiliki disiplin diri (Feist & Feist, 2006). Individu yang tinggi dalam dimensi ini umumnya berhati-hati, dapat diandalkan, teratur, dan bertanggung jawab. Sebaliknya mereka yang rendah pada dimensi conscientiousness cenderung ceroboh, berantakan, dan tidak dapat diandalkan (Friedman & Schustack, 2008). 4. Neuroticism (N) Individu yang tinggi dalam dimensi neuroticism cenderung gugup, sensitive, tegang, dan mudah cemas (Friedman & Schustack, 2008). Individu yang neuroticism juga cenderung penuh kecemasan, temperamental, mengasihani diri sendiri, sangat sadar akan dirinya sendiri, emosional, dan
47
rentan terhadap gangguan yang berhubungan dengan stres (Feist & Feist, 2006). Sedangkan individu yang dengan neuroticism rendah cenderung tenang dan santai (Friedman & Schustack, 2008). 5. Openess (O) Secara
general
individu
yang
openness
adalah
imaginatif,
menyenangkan, kreatif, dan artistic (Friedman & Schustack, 2008). Orangorang yang konsisten mencari pengalaman yang berbeda dan bervariasi akan memiliki skor tinggi pada keterbukaan terhadap pengalaman. Sebaliknya mereka yang tidak terbuka terhadap pengalaman hanya akan bertahan dengan hal-hal yang tidak asing, yang mereka tahu akan mereka nikmati. Kesimpulannya, orang-orang yang tinggi keterbukaannya biasanya kreatif, imajinatif, penuh rasa penasaran, terbuka dan lebih memilih variasi. Sebaliknya, mereka yang rendah keterbukaannya terhadap pengalaman biasanya konvensional, rendah hati, konsertif dan tidak terlalu penasaran terhadap sesuatu (Feist & feist, 2006). 3.3 Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan penulis adalah skala model Likert dimana pada setiap pernyataan dilengkapi dengan alternatif jawaban berupa sangat setuju hingga sangat tidak setuju. Skala likert yang dipakai dihilangkan angka netralnya yang bertujuan untuk mengurangi pengaruh kecenderungan untuk menjawab netral dan mendorong untuk memutuskan sendiri apakah jawaban positif atau negatif.
48
Instrumen
yang digunakan
dalam
penelitian
ini
menggunakan
established instrument, yaitu alat ukur yang sudah dikembangkan oleh penulis lain. Instrumen pengukuran parenting style, tipe kepribadian big five dan adiksi internet diadaptasi dari bahasa Inggris, sehingga penulis akan melakukan penerjemahan item-item dalam instumen tersebut ke dalam bahasa Indonesia (translate). Dalam menerjemahkan instrumen penelitian, penulis dibantu oleh ahli bahasa Inggris. 3.4 Instrumen Penelitian 3.4.1 Skala Adiksi Internet Skala adiksi internet yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala yang berasal dari teori adiksi internet Ghriffts (1996b) yang kemudian dikembangkan oleh Lemmens (2009) yang terdiri dari 6 dimensi yaitu salience, mood modification, tolerance, withdrawal symptoms, conflict, relapse dan satu dimensi lainnya dari hasil modifikasi kriteria DSM IV yaitu dimensi problems. Terdapat 21 item pernyataan dari skala ini, namun penulis hanya mengambil 18 item pernyataan sesuai dengan dimensi yang telah dibuat oleh Ghriffths (1996b). Dalam variabel adiksi internet, terdiri dari empat variasi jawaban yaitu Jarang, Cukup Sering, Sering, dan Sangat Sering.
49
Tabel 3.1 Blue Print Skala Adiksi Internet No
Dimensi
Indikator
No Item
Jumlah
1.
Salience
Mendominasi pikiran, perasaan dan tingkah laku
1, 2, 3
3
2.
Tolerance
Kontrol diri Intensitas bertambah
4, 5, 6
3
3.
Mood Modification
Pelarian masalah Perubahan mood
7, 8, 9
3
4.
Relapse
Kambuh Pengendalian diri
10, 11, 12
3
5.
Withdrawal
13, 14, 15
3
6.
Conflict
16, 17, 18
3
Gelisah Moodiness Stres Konflik Interpesonal Konflik intrafisik
Jumlah
18
3.4.2 Skala Parenting Style Skala parenting style yang digunakan dalam penelitian ini merupakan skala baku yang berasal dari teori tiga faktor Baumrind (1966) yang dikembangkan oleh Buri (1991). Skala ini terdiri dari 30 item yang telah diterjemahkan oleh penulis kedalam bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini penulis membuat pengukuran dengan empat pilihan jawaban yaitu Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S), dan Sangat Sesuai (SS).
50
Tabel 3.2 Blue Print Skala Parenting Style No 1
2
3
Dimensi Authoritarian
Authoritative
Permissive
Indikator Memaksa mengikuti pendapat orangtua Memiliki keinginan agar anak mematuhi aturannya tanpa syarat Tidak mengijinkan anak untuk berbicara atau mengutarakan perasaannya Memberikan tekanan agar anak berperilaku sebagaimana mestinya Menuntut agar anak menghargai penuh posisinya dan kekuasaan sebagai orang tua Menghukum jika anak melanggar aturan
Memberikan arahan dengan memberikan penjelasan yang logis dan disiplin Menetapkan harapan dan menghargai pendapat dan sudut pandang anak saat membuat suatu keputusan Menetapkan aturan yang tegas dan disertai penjelasan namun tidak membatasi anak Peran anak dan orang tua sama, tidak dibatasi Tidak memiliki aturan yang tegas, jelas dan konsisten Membiarkan anak untuk membuat aturan sendiri Lebih banyak mendengarkan keinginan
No Item
Jumlah
2, 16, 25
3
3, 26
2
7
1
9
1
12, 29
2
18
1
8, 15, 23, 27 4
11, 20, 30
3
4, 5, 22
3
1, 17
2
10, 28
2
6, 13, 19, 24 4 14, 21
2
51
anak, tidak merasa bertanggung jawab dalam memberikan arahan Jumlah
30
3.4.3 Skala Tipe Kepribadian Big Five Penulis menggunakan skala untuk trait kepribadian Big Five ini dari skala baku BFI (John & Srivastava, 1999). Item-item terdiri dari 44 item yang terdiri dari dimensi Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism, dan Openness yang menggambarkan ciri-ciri kepribadian seseorang. Dalam penelitian ini penulis membuat pengukuran dengan empat pilihan jawaban yaitu Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S), dan Sangat Sesuai (SS). Tabel 3.3 Blue Print Skala Tipe Kepribadian Big Five No.
Dimensi
1
Extraversion
2
Agreeableness
3
Conscientiousne ss
Indikator Penuh kasih sayang, mudah bergaul, senang berbicara, menyukai kesenangan, aktif, bersemangat. Berhati lembut, mudah percaya, dermawan, ramah, toleran, bersahabat Teliti, pekerja keras, terorganisir, tepat waktu, ambisius, gigih.
Favorable Unfavo Jumlah rable 1,11,16, 6, 21, 8 26, 36 31
7, 17, 22, 32, 42
2, 12, 27, 37
9
3, 13, 28, 33, 38
8, 18, 23, 43
9
52
4
Neuroticism
5
Openness to Experience
Pencemas, tempramen, mengasihi diri sendiri, sadar diri, emosional, rentan. Imajinatif, kreatif, orisinil, inovatif, penasaran, bebas
4, 14, 19, 29, 39
9, 24, 34
8
5, 10, 15, 20, 25, 30, 40, 44
35, 41
10
Jumlah
44
3.5 Pengujian Validitas Alat Ukur Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, penulis menggunakan Confirmatoroy Factor Analysis (CFA). Umar (2010) menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan kriteria hasil CFA yang baik adalah: 1. Dilakukan uji CFA dengan model satu faktor dan dilihat nilai Chi-square yang dihasilkan. Jika nilai Chi-square tidak signifikan (p > 0,05) berarti semua item hanya mengukur satu faktor saja. Namun, jika nilai Chi-square signifikan (p < 0,05), maka perlu dilakukan modifikasi terhadap pengukuran yang diuji sesuai langkah kedua berikut ini. 2. Jika nilai Chi-square signifikan (p < 0,05), maka dilakukan modifikasi model pengukuran dengan cara membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan pengukuran. Ini terjadi ketika suatu item selain mengukur konstruk yang ingin diukur, item tersebut juga mengukur hal yang lain (mengukur lebih dari satu konstruk atau multidimensional). Jika setelah beberapa kesalahan pengukuran dibebaskan untuk saling berkorelasi dan akhirnya diperoleh model fit, maka model terakhir inilah yang akan digunakan pada langkah selanjutnya.
53
3. Jika telah diperoleh model yang fit, maka dilakukan analisis item dengan melihat apakah muatan faktor item tersebut signifikan dan mempunyai nilai koefisien positif. Jika t-value untuk koefisien muatan item lebih besari dari 1,96 (absolute), maka item tersebut dinyatakan signifikan dalam mengukur faktor yang hendak diukur (tidak di drop). 4. Setelah itu dilihat apakah ada item yang muatan faktornya negatif. Perlu dicatat bahwa sebelum melakukan uji CFA, untuk alat ukur yang memiliki item yang memiliki pernyataan negatif, yang seharusnya memiliki konstruk yang harusnya positif, perlu dilakukan penyesuaian arah skoringnya yang diubah menjadi positif. Jika sudahdibalik, maka berlaku perhitungan umum dimana item bermuatan faktor negatif didrop. 5. Apabila kesalahan pengukuran berkorelasi terlalu banyak dengan kesalahan pengukuran pada item lain, maka item seperti ini pun dapat didrop karena bersifat multidimensional. 3.5.1 Hasil Uji Validitas skala Adiksi Internet Berdasarkan hasil CFA pada alat ukur adiksi internet, diperoleh bahwa model satu faktor dengan enam dimensi dan 18 item dinyatakan fit, dengan Chi-Square = 113.86, df = 129, p-value = 0.82637, RMSEA = 0.000. Dengan demikian tidak ada perbedaan antara model teoritis adiksi internet dengan data dari lapangan. Hasil CFA tersebut penulis tampilkan melalui gambar 3.1 berikut ini:
54
Gambar 3.1. Hasil CFA Adiksi Internet Langkah selanjutnya adalah menentukan item mana yang dinyatakan valid. Item dinyatakan valid apabila 1) koefisien muatan item bersifat positif, 2) nilai-t koefisien item lebih besar dari 1.96 (t > 1.96). Adapun hasilnya sebagai berikut:
55
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Item Adiksi Internet Adiksi Item 1 Item 2 Item 3 Item 4 Item 5 Item 6 Item 7 Item 8 Item 9 Item 10 Item 11 Item 12 Item 13 Item 14 Item 15 Item 16 Item 17 Item 18
Koefisien
Std. Error 1 0.87 0.82 1 0.88 0.68 1 0.87 0.78 1 0.69 0.84 1 0.86 0.87 1 0.74 0.85
0.06 0.05 0.07 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.08 0.08 0.11 0.11
Nilai-t 17.88 20.46 14.7 9.35 12.13 10.57 9.58 12.15 12.53 13.17 8.34 9.42
Keterangan Anchor Item Valid Valid Anchor Item Valid Valid Anchor Item Valid Valid Anchor Item Valid Valid Anchor Item Valid Valid Anchor Item Valid Valid
Berdasarkan tabel 3.4 diatas, maka terlihat bahwa seluruh item dinyatakan valid. Artinya item-item tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur, dalam hal ini ada enam dimensi (salience,tolerance, mood modification, relapse, withdrawal, conflict) dan satu faktor utama yang diukur yaitu adiksi internet. 3.5.2
Hasil Uji Validitas Skala Parenting Style
1. Authoritarian Style Berdasarkan hasil CFA pada 10 item permissive style, diperoleh model satu faktor adalah tidak fit, dengan Chi-Square = 194.39, df = 35, P-value =
56
0.00000, RMSEA = 0.104. Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, yang mana kesalahan pengukuran pada beberapa item diperbolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, dengan Chi-Square = 29.99, df = 19, P-value = 0.05198, RMSEA = 0.037. Hasil CFA tersebut penulis tampilkan melalui gambar 3.2 berikut ini:
Gambar 3.2 Hasil CFA Parenting Style Authoritarian Langkah selanjutnya adalah melaporkan hasil uji validitas tiap item pada parenting style authoritarian. Adapun hasilnya penulis rangkum dalam tabel 3.5 berikut ini:
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Item Authoritarian
57
Authoritarian Item 2 Item 3 Item 7 Item 9 Item 12 Item 16 Item 18 Item 25 Item 26 Item 29
Koefisien 0.7 0.33 0.53 0.7 0.1 0.61 0.83 0.57 0.15 0.48
Std. error 0.07 0.05 0.005 0.06 0.07 0.06 0.07 0.06 0.07 0.07
Nilai-t 10.33 6.11 10.22 11.81 1.46 10.07 11.23 8.93 2.15 7.28
Keterangan Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Berdasarkan tabel 3.5 diatas, maka dinyatakan terdapat 1 item yang tidak valid, yaitu item nomor 12. Hal ini dikarenakan koefisien item tersebut kurang dari < 1.96. Sedangkan sisa item lainnya dinyatakan valid. Artinya item-item tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur, yaitu parenting style authoritarian. Dengan demikian item nomor 12 tidak digunakan pada saat menghitung faktor skor variable authoritarian. 2. Authoritative Style Berdasarkan hasil CFA pada 10 item authoritative style, diperoleh model satu faktor adalah tidak fit, dengan Chi-Square = 98.81 df = 35, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.066. Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, yang mana kesalahan pengukuran pada beberapa item diperbolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, dengan Chi-Square = 38.12, df = 34, P-value = 0.28733, RMSEA = 0.017. Hasil CFA tersebut penulis tampilkan melalui gambar 3.3 berikut ini:
58
Gambar 3.3 Hasil CFA Parenting Style Authoritative Langkah selanjutnya adalah melaporkan hasil uji validitas tiap item pada parenting style authoritarian. Adapun hasilnya penulis rangkum dalam tabel 3.6 berikut ini: Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Item Authoritative Authoritative Item 4 Item 5 Item 8 Item 11 Item 15 Item 20 Item 22 Item 23 Item 27 Item 30
Koefisien 0.56 0.68 0.49 0.64 0.61 0.30 0.65 0.8 0.7 0.65
Std. error 0.05 0.04 0.06 0.05 0.05 0.07 0.05 0.04 0.04 0.05
Nilai-t 11.5 15.9 8.64 12.69 12.58 4.22 12.73 19.99 16.07 14.1
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
59
Berdasarkan tabel 3.6 diatas, maka terlihat bahwa seluruh item dinyatakan valid mengukur authoritative parenting style. Dengan demikian, seluruh item tersebut digunakan pada saat menghitung faktor skor variable authoritative. 3. Permissive Style Berdasarkan hasil CFA pada 10 item permissive style, diperoleh model satu faktor adalah tidak fit, dengan Chi-Square = 77.31, df = 35, P-value = 0.00005, RMSEA = 0.054. Setelah dilakukan modifikasi terhadap model, yang mana kesalahan pengukuran pada beberapa item diperbolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, dengan Chi-Square = 37.83, df = 32, P-value = 0.22051, RMSEA = 0.021. Hasil CFA tersebut penulis tampilkan melalui gambar 3.4 berikut ini:
Gambar 3.4 Hasil CFA Parenting Style Permissive
60
Langkah selanjutnya adalah melaporkan hasil uji validitas tiap item pada parenting style permissive. Adapun hasilnya penulis rangkum dalam tabel 3.7 berikut ini: Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Item Permissive Permissive Item 1 Item 6 Item 10 Item 13 Item 14 Item 17 Item 19 Item 21 Item 24 Item 28
Koefisien 0.18 0.64 0.5 0.49 0.39 0.38 0.54 0.47 0.35 0.55
Std. error 0.07 0.05 0.06 0.07 0.06 0.06 0.06 0.07 0.08 0.06
Nilai-t 2.62 12.76 8.42 7.33 6.08 6.09 9.3 7.1 4.6 9.79
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Berdasarkan tabel 3.7 diatas, maka terlihat bahwa seluruh item dinyatakan valid. Artinya item-item tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur, yaitu parenting style permissive. Dengan demikian seluruh item tersebut digunakan pada saat menghitung faktor skor. 3.5.3
Hasil Uji Validitas Skala Tipe Kepribadian Big Five
1. Extraversion Skala Tipe Kepribadian Big Five pada aspek extraversion terdiri dari delapan item. Penulis menguji apakah delapan item tersebut bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur extraversion. Dari hasil CFA dengan model satu faktor, diperoleh hasil Chi-square = 167.60, df = 20, P-value = 0.00000, RMSEA=
61
0.133, nilai tersebut menunjukkan bahwa model tidak fit. Oleh karena itu, penulis kemudian melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan korelasinya satu dengan yang lainnya, maka diperoleh nilai Chi-square=14.93, df=10, P-value=0.13446, RMSEA=0.034. Dengan demikian model tersebut dinyatakan fit, artinya model dengan satu faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu extraversion. Adapun gambar yang diperoleh model fit seperti gambar 3.5 berikut ini:
Gambar 3.5 Hasil CFA Tipe Kepribadian Big Five Extraversion Selanjutnya, penulis menguji hipotesis tentang koefisien muatan faktor dari item dengan melihat nilai t untuk mengetahui signifikan item tersebut apabila item benar mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu dikeluarkan atau tidak. Adapun hasilnya penulis rangkum dalam tabel 3.8 berikut ini:
62
Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Tipe Kepribadian Big Five Extraversion Extraversion Item 1 Item 6 Item 11 Item 16 Item 21 Item 26 Item 31 Item 36
Koefisien 0.6 0.34 0.66 0.54 0.45 0.44 0.3 0.73
Std. error 0.05 0.06 0.05 0.05 0.05 0.06 0.06 0.05
Nilai-t 11.19 6.03 12.51 10.15 8.16 7.84 5.12 14.06
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Berdasarkan tabel 3.8 nilai t bagi koefisien muatan faktor dari keseluruhan item signifikan karena t >1.96. Kemudian melihat muatan faktor dari item, dari tabel diatas tidak terdapat nilai yang bermuatan negative. Maka seluruh item diikut sertakan dalam perhitungan faktor skor. 2. Agreeableness Skala Tipe Kepribadian Big Five pada aspek agreeableness terdiri dari sembilan item. Penulis menguji apakah sembilan item yang ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur agreeableness. Dari hasil dengan CFA dengan model satu, diperoleh hasil Chi-square= 233.84, df=27, P-value=0.00000, RMSEA=0.135, nilai tersebut menunjukkan bahwa model tidak fit. Oleh karena itu, penulis kemudian melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu dengan yang lainnya, maka diperoleh nilai Chi-square=25.44, df=17, P-value=0.08527, RMSEA=0.034. Nilai tersebut menunjukkan bahwa model fit artinya model dengan satu faktor
63
(unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu agreeableness, maka diperoleh model fit seperti gambar berikut:
Gambar 3.6 Hasil CFA Tipe Kepribadian Big Five Agreeableness Selanjutnya, penulis menguji hipotesis tentang koefisien muatan faktor dari item dengan melihat nilai t untuk mengetahui signifikansi item tersebut apabila item benar mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu dikeluarkan atau tidak. Adapun hasilnya penulis rangkum dalam tabel 3.9 berikut ini:
64
Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Tipe Kepribadian Big Five Agreeableness Agreeableness
Koefisien 0.3 0.43 0.33 0.65 -0.01 0.35 0.76 1.35 0.55
Item 2 Item 7 Item 12 Item 17 Item 22 Item 27 Item 32 Item 37 Item 42
Std. error
Nilai-t 0.04 0.05 0.04 0.05 0.03 0.05 0.05 0.13 0.05
6.94 7.89 7.35 12.38 -0.37 7.53 14.22 10.5 10.56
Keterangan Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid
Pada tabel 3.9, dapat dilihat nilai t bagi koefisien muatan faktor untuk item no 22 tidak signifikan. Hal ini dikarenakan koefisien item tersebut kurang dari 1.96. Sedangkan koefisien muatan faktor item lainnya signifikan. Dengan demikian item no 22 akan di drop out. Artinya bobot nilai pada item no 22 tidak ikut dianalisis dalam penghitungan faktor skor. 3. Conscientiousness Skala Tipe Kepribadian Big Five pada aspek conscientiousness terdiri dari sembilan item. Penulis menguji apakah sembilan item yang ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur conscientiousness. Dari hasil dengan CFA dengan model satu, diperoleh hasil Chi-square= 307.86, df=27, Pvalue=0.00000, RMSEA=0.158, nilai tersebut menunjukkan bahwa model tidak fit. Oleh karena itu, penulis kemudian melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu dengan yang lainnya, maka diperoleh nilai Chi-square=18.39, df=12, P-
65
value=0.10428, RMSEA=0.036. nilai tersebut menunjukkan bahwa model fit artinya model dengan satu faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu conscientiousness, maka diperoleh model fit seperti gambar berikut:
Gambar 3.7 Hasil CFA Tipe Kepribadian Big Five Conscientiousness Selanjutnya, penulis menguji hipotesis tentang koefisien muatan faktor dari item dengan melihat nilai t untuk mengetahui signifikansi item tersebut apabila item benar mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu dikeluarkan atau tidak. Adapun hasilnya penulis rangkum dalam tabel 3.10 berikut ini:
66
Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Tipe Kepribadian Big Five Conscientiousness Conscientiousness Item 3 Item 8 Item 13 Item 18 Item 23 Item 28 Item 33 Item 38 Item 43
Koefisien
0.7 0.19 0.53 0.68 0.59 0.46 -0.09 0.61 0.44 Pada tabel 3.10, dapat
Std. error 0.06 0.06 0.06 0.07 0.06 0.06 0.06 0.05 0.05 dilihat nilai t bagi
Nilai-t
Keterangan
12.3 Valid 3.4 Valid 8.86 Valid 10.07 Valid 10.55 Valid 7.69 Valid -1.53 Tidak Valid 11.14 Valid 8.12 Valid koefisien muatan faktor untuk
item no 33 tidak signifikan. Hal ini dikarenakan koefisien item tersebut kurang dari 1.96. Sedangkan koefisien muatan faktor item lainnya signifikan. Dengan demikian item no 33 akan di drop out. Artinya bobot nilai pada item no 33 tidak ikut dianalisis dalam penghitungan faktor skor. 4. Neuroticism Skala Tipe Kepribadian Big Five pada aspek neuroticism terdiri dari delapan item. Penulis menguji apakah delapan item yang ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur neuroticism. Dari hasil dengan CFA dengan model satu faktor,
diperoleh
hasil
Chi-square=
302.82,
df=20,
P-value=0.00000,
RMSEA=0.184, nilai tersebut menunjukkan bahwa model tidak fit. Oleh karena itu, penulis kemudian melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu dengan yang lainnya, maka diperoleh nilai Chi-square=24.97, df=15, P-value=0.05032, RMSEA=0.040. nilai tersebut menunjukkan bahwa model fit artinya model dengan satu faktor
67
(unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu neuroticism, maka diperoleh model fit seperti gambar berikut:
Gambar 3.8 Hasil CFA Tipe Kepribadian Big Five Neuroticism Selanjutnya, penulis menguji hipotesis tentang koefisien muatan faktor dari item dengan melihat nilai t untuk mengetahui signifikansi item tersebut apabila item benar mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu dikeluarkan atau tidak. Adapun hasilnya penulis rangkum dalam tabel 3.11 berikut ini: Tabel 3.11 Hasil Uji Validitas Tipe Kepribadian Big Five Neuroticism Neuroticism Item 4 Item 9 Item 14 Item 19 Item 24 Item 29 Item 34 Item 39
Koefisien 0.31 -0.36 0.85 0.64 -0.08 0.37 -0.54 0.74
Std. error 0.05 0.05 0.04 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05
Nilai-t 5.98 -7.05 19.12 13.33 -1.41 7.29 -10.97 16.06
Keterangan Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid
68
Pada tabel 3.11, dapat dilihat nilai t bagi koefisien muatan faktor untuk item no 9, 24, dan 34 tidak signifikan. Hal ini dikarenakan koefisien item tersebut kurang dari 1.96. Sedangkan koefisien muatan faktor item lainnya signifikan. Dengan demikian item no 9, 24, dan 34 akan di drop out. Artinya bobot nilai pada item no 9, 24 dan 34 tidak ikut dianalisis dalam penghitungan faktor skor. 5. Openness Skala Tipe Kepribadian Big Five pada aspek openness terdiri dari delapan item. Penulis menguji apakah delapan item yang ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur openness. Dari hasil dengan CFA dengan model satu, diperoleh hasil Chi-square= 637.83, df=35, P-value=0.00000, RMSEA=0.203, nilai tersebut menunjukkan bahwa model tidak fit. Oleh karena itu, penulis kemudian melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu dengan yang lainnya, maka diperoleh nilai Chi-square=33.91, df=23, P-value=0.06649, RMSEA=0.034. nilai tersebut menunjukkan bahwa model fit artinya model dengan satu faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu openness, maka diperoleh model fit seperti gambar berikut:
69
Gambar 3.9 Hasil CFA Tipe Kepribadian Big Five Openness Selanjutnya, penulis menguji hipotesis tentang koefisien muatan faktor dari item dengan melihat nilai t untuk mengetahui signifikansi item tersebut apabila item benar mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu dikeluarkan atau tidak. Adapun hasilnya penulis rangkum dalam tabel 3.12 berikut ini: Tabel 3.12 Hasil Uji Validitas Tipe Kepribadian Big Five Openness Openness Item 5 Item 10 Item 15 Item 20 Item 25 Item 30 Item 35 Item 40 Item 41 Item 44
Koefisien 0.73 0.61 0.24 0.08 0.86 0.31 -0.06 0.67 0.15 0.23
Std. error 0.05 0.05 0.06 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05
Nilai-t 15.22 12.79 4.14 1.4 18.47 5.89 -1.09 13.6 2.86 4.36
Keterangan Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid
70
Pada tabel 3.12, dapat dilihat nilai t bagi koefisien muatan faktor untuk item no 20 dan 35 tidak signifikan. Hal ini dikarenakan koefisien item tersebut kurang dari 1.96. Sedangkan koefisien muatan faktor item lainnya signifikan. Dengan demikian item no 20, dan 35 akan di drop out. Artinya bobot nilai pada item no 20 dan 35 tidak ikut dianalisis dalam penghitungan faktor skor. 3.6 Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, teknik analisis data untuk menguji pengaruh parenting style, tipe kepribadian big five terhadap kecenderungan adiksi internet dengan menggunakan analisis regresi berganda (Multiple Regression Analysis). Analisis regresi adalah suatu analisis yang mengukur pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Teknik analisis regresi berganda ini digunakan agar dapat menjawab hipotesis nihil yang ada di bab 2. Dalam penelitian ini terdapat sebanyak 1 buah variabel dependen dan 8 variabel independen. Analisis data akan dilakukan dengan menggunakan sistem perhitungan SPSS versi 16. Susunan persamaan garis regresi berganda adalah: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + e Keterangan : Y = Adiksi Internet A = koefisien b = koefisien regresi variable independen X1= Parenting Style Authoritarian X2=Parenting Style Authoritative
71
X3= Parenting Style Permissive X4= Extroversion X5= Agreeableness X6 = Conscientiousness X7 = Neuroticism X8 = Openness e = Residu Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu koefisien korelasi berganda antara adiksi internet terhadap parenting style dan tipe kepribadian big five. Besarnya adiksi internet yang disebabkan faktor-faktor yang telah disebutkan, ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda atau R 2. R2 menunjukkan variasi atau perubahan variabel terikat (Y) disebabkan variabel bebas (X) atau digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat atau merupakan perkiraan proporsi varians yang dijelaskan oleh parenting style dan tipe kepribadian big five. Untuk mendapatkan nilai R2, digunakan rumus sebagai berikut : R2 =
SSreg SSy
Selanjutnya R2 dapat diuji signifikasinya seperti uji signifikansi pada F test biasa. Selain itu juga, uji signifikansi bisa juga dilakukan dengan tujuan melihat apakah pengaruh IV terhadap DV signifikan atau tidak. Pembagi di sini adalah R2 itu sendiri dengan df-nya (dilambangkan dengan „k‟) yaitu sejumlah IV
72
yang dianalisis sedangkan penyebutan (1- R2) dibagi dengan df-nya (N - k -1) di mana N adalah total sampel. Jika dirumuskan, maka :
F=
R2 / k (1- R2) / (N – k - 1)
Keterangan : k = Jumlah IV N = Jumlah Sampel
Kemudian selanjutnya dilakukan uji koefisiensi regresi dari tiap-tiap IV yang dianalisis. Uji tersebut digunakan untuk melihat apakah pengaruh yang diberikan IV signifikan terhadap DV secara sendiri-sendiri atau parsial. Uji ini digunakan untuk menguji apakah sebuah IV benar-benar memberikan kontribusi terhadap DV. Sebelum didapat nilai t dari tiap IV, harus didapat dahulu nilai standart error estimate dari b (koefisiensi regresi) yang didapatkan melalui akar Msres dibagi dengan SSx. Setelah didapat nilai Sb barulah bisa dilakukan uji t, yaitu hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan Sb itu sendiri.
3.7 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data. Berikut penjelasannya: 1. Tahap Persiapan a. Merumuskan masalah yang akan diteliti
73
b. Menentukan variable yang akan diteliti dan melakukan studi pustaka untuk mendapatkan landasan teori yang sesuai dengan variable dalam penelitian. c. Menentukan subjek penelitian d. Mempersiapkan alat pengumpulan data dengan menenetukan dan menyusun alat ukur atau instrument penelitian yang akan digunakan. Dalam penelitian ini adalah tiga alat ukur yang digunakan yaitu skala parenting style, skala tipe kepribadian big five dan skala adiksi internet. 2. Tahap Pelaksanaan a. Memperbanyak instrument / kuisioner penelitian untuk dibagikan kepada 420 mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah baik laki-laki maupun perempuan yang masih aktif kuliah dan mengakses internet dengan menggunakan gadget (handphone, tablet, ipad), netbook, ataupun computer. b. Mengambil data dengan datang ke UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk menemui responden dan memberikan kuesioner secara langsung. 3. Tahap Pengolahan Data a. Melakukan skoring dengan membuat tabulasi terhadap hasil jawaban responden. b. Menganalisa jawaban responden dengan uji validitas terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan analisis statistik multiple regression untuk menguji hipotesis. 4. Tahap Penelitian Laporan Membuat kesimpulan, diskusi dan saran penelitian.
BAB 4 HASIL PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi dua bagian, yaitu analisis deskriptif dan pengujian hipotesis penelitian. 4.1
Analisis Deskriptif Karakteristik Sampel
4.1.1
Gambaran Umum Sampel Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang masih aktif kuliah. Pada penelitian ini, sampel diambil dari semester 2, 4, 6, 8, 10, dan 12. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan agar sampel yang diambil dapat mewakili jumlah populasi, dengan kriteria sampel yang telah ditentukan
sebelumnya.
Selanjutnya,
akan
dijelaskan
gambaran
subjek
berdasarkan jenis kelamin, usia, fakultas, dan semester. Hal ini dilakukan untuk mengukur apakah aspek tersebut memberikan kontribusi terhadap variabel dependen yang ingin diteliti. Gambaran sampel pada penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.1 dibawah ini.
74
75
Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Data Demografik Demografi Jenis Kelamin Fakultas
Semester
Laki-laki Perempuan FITK FAH FUF FSH FIDKOM FDI PSIKOLOGI FEB FST FKIK FISIP 2 4 6 8 10 12
Jumlah 164 256 42 42 32 18 44 24 51 44 58 33 32 95 112 92 64 50 7
Persentase 39% 61% 10% 10% 7,6% 4,3% 10,5% 5,7% 12,1% 10,5% 13,8% 7,9% 7,6% 22,6% 26,7% 21,9% 15,2% 11,9% 1,7%
Dari tabel 4.1 terlihat bahwa jumlah sampel keseluruhan sebesar 420. Adapun gambaran umum yang digunakan yaitu jenis kelamin, fakultas, semester dan usia. Rata – rata usia responden sebesar 20.1 tahun. Selanjutnya, menurut jenis kelamin, jumlah subjek penelitian paling banyak adalah perempuan (61%), dengan jumlah subjek penelitian terbanyak dari fakultas sains dan teknologi (FST) yang berjumlah 58 orang (13,8%). Kemudian jumlah responden terbanyak menurut tingkatan semester yaitu semester 4 yang berjumlah 112 orang (26,7%).
76
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian Sebelum diuraikan secara lebih detail tentang beberapa subbab selanjutnya, perlu dijelaskan bahwa skor yang digunakan dalam analisis statistik adalah faktor skor yang dihitung untuk menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran. Jadi, cara yang digunakan dalam penghitungan faktor skor pada tiap variabel bukan dengan menjumlahkan item-item seperti pada umumnya, tetapi dihitung dengan menggunakan true score. True score yang dihasilkan memiliki distribusi normal dengan mean 0 dan standar deviasi 1 (z score). Selanjutnya untuk menjelaskan gambaran umum tentang statistik deskriptif dari variabel-variabel dalam penelitian ini, indeks yang menjadi kriteria adalah nilai mean, median, standar deviasi (SD), nilai maksimal dan minimal dari masing-masing variabel. Nilai-nilai dalam deskripsi statistik ini diperoleh setelah melalui proses standarisasi, sedangkan untuk nilai deskripsi statistik dari raw score (atau nilai awal ketika skoring pada aplikasi microsoft excel, kemudian dihitung jumlah keseluruhannya dan nilai-nilai tersebut dihitung menjadi deskriptif statistik dengan menggunakan aplikasi SPSS) dapat dilihat dalam lampiran. Nilai deskripsi statistik yang sudah distandarisasi tersebut disajikan dalam tabel 4.2 berikut ini :
77
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian N Adiksi internet Authoritarian Authoritative Permissive Extraversion Agreeableness Conscientiousness Neuroticism Openness Valid N (listwise)
420 420 420 420 420 420 420 420 420 420
Minimum -.90 -4.34 -2.80 -3.62 -4.07 -1.74 -3.08 -3.45 -3.91
Maximum 2.02 7.01 2.07 6.54 2.70 .76 3.15 3.34 2.01
Mean .0000 -.0002 .0000 -.0002 .0000 .0000 -.0001 .0000 .0000
Std. Deviation .55616 1.80881 .92373 1.49643 1.12854 .59644 1.07162 1.31301 1.05726
Dari tabel 4.2 dapat diketahui skor terendah dari Adiksi Internet adalah 0,90 dan skor tertinggi adalah 2.02, standar deviasi 0.55616. Skor terendah Authoritarian adalah -4.34 dan skor tertinggi adalah 7.01 dengan standar deviasi 1.80881. Skor terendah pada Authoritative adalah -2.80 dan skor tertinggi adalah 2.07 dengan standar deviasi 0.92373. Skor terendah Permissive adalah -3.62 dan skor tertinggi adalah 6.54 dengan standar deviasi 1.49643. Skor terendah Extraversion adalah -4.07 dan skor tertinggi adalah 2.70 dengan standar deviasi 1.12854. Skor terendah pada Agreeableness adalah -1.74 dan skor tertinggi adalah 0.76 dengan standar deviasi 0.59644. Skor terendah Conscientiousness adalah -3.08 dan skor tertinggi adalah 3.15 dengan standar deviasi 1.07162. Skor terendah untuk Neuroticism adalah -3.45 dan skor tertinggi adalah 3.34 dengan standar deviasi 1.31301. Skor terendah untuk Openness adalah -3.91 dan skor tertinggi adalah 2.01 dengan standar deviasi 1.05726.
78
4.3 Kategorisasi Hasil Penelitian Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompokkelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur. Kontinum jenjang ini contohnya adalah dari rendah, sedang dan tinggi yang akan peneliti gunakan dalam kategorisasi variabel penelitian. Sebelum mengkategorisasikan skor masing-masing variabel berdasarkan tingkat rendah, sedang dan tinggi, penulis terlebih dahulu menetapkan norma dari skor dengan menggunakan nilai mean dan standar deviasi pada tabel 4.2 sebelumnya dan berlaku pada semua variabel. Adapun norma skor tersebut dapat digambarkan dalam tabel 4.3. 4.3.1
Kategorisasi Adiksi Internet
Tabel 4.3 Kategorisasi Adiksi Internet Frequency Valid
Percent
Valid Percent
rendah
258
61.4
61.4
sedang tinggi Total
142 20 420
33.8 4.8 100.0
33.8 4.8 100.0
Cumulative Percent 61.4 95.2 100.0
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada kategori adiksi rendah terdapat 258 responden atau sekitar 61.4%. sedangkan pada kategori sedang terdapat 142 responden atau sekitar 33.8%. Kemudian pada kategori adiksi tinggi terdapat 20 responden atau 4.8%.
79
4.3.2
Kategorisasi Parenting Style
Tabel 4.4 Kategorisasi Parenting Style
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Authoritarian
143
34.0
34.0
34.0
Authoritative Permissive Total
130 147 420
31.0 35.0 100.0
31.0 35.0 100.0
65.0 100.0
Dari tabel 4.4 diperoleh frekuensi parenting style authoritarian sebanyak 143 orang (34%), sedangkan pada parenting style authoritative sebanyak 130 orang (31%), dan terakhir parenting style permissive sebanyak 147 (35%). Dengan demikian, sampel dalam penelitian ini mayoritas memiliki parenting style permissive dengan jumlah 147 atau 35%. 4.3.3
Kategorisasi Tipe Kepribadian Big Five
Tabel 4.5 Kategorisasi Tipe Kepribadian Big Five Frequency Percent Valid Extraversion agreeableness conscientiousness Neuroticism Openness Total
Valid Percent
Cumulative Percent
75
17.9
17.9
17.9
45 72 138 90 420
10.7 17.1 32.9 21.4 100.0
10.7 17.1 32.9 21.4 100.0
28.6 45.7 78.6 100.0
Dari tabel 4.5 diperoleh hasil bahwa terdapat 138 responden (32.9%) berada pada trait neuroticism. Kemudian terdapat 90 responden (21.4%) berada
80
pada trait openness. Pada trait extraversion terdapat 75 (17.9%) responden. Kemudian pada trait conscientiousness terdapat 72 responden (17.1%). Terakhir terdapat 45 responden (10.7%) berada pada trait agreeableness. 4.4 Uji Hipotesis Penelitian 4.4.1 Uji Regresi Berganda Pada tahapan ini penulis menguji hipotesis penelitian dengan teknik analisis regresi berganda yang penghitungannya menggunakan software SPSS 16. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam analisis regresi, pertama adalah besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) varians pada DV yang dijelaskan oleh IV, kedua adalah apakah secara simultan seluruh IV berpengaruh secara signifikan terhadap DV, dan yang ketiga adalah melihat signifikan atau tidaknya koefisisen regresi dari masing-masing IV. Langkah pertama yang dilakukan adalah menganalisis besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) varians pada DV yang dijelaskan oleh IV. Untuk tabel R square bisa dilihat sebagai berikut: Tabel 4.6 Tabel R square
Model
1
R
.261a
Model Summary R Adjusted R Square Square .068
.050
Std. Error of the Estimate .54201
a. Predictors: (Constant), authoritarian, authoritative, permissive, extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness
81
Berdasarkan tabel R Square diatas, diketahui bahwa proporsi varians adiksi internet yang dijelaskan oleh seluruh variable independen dalam penelitian ini yaitu sebesar 0.068 atau sekitar 6.8%. Artinya 6.8% bervariasinya variable adiksi internet disebabkan oleh variable-variabel independen dalam penelitian ini, sedangkan sisanya yaitu 93.2% (1 – 6.8%) bervariasinya adiksi internet disebabkan oleh variable lain diluar penelitian ini. Namun demikian, sumbangan proporsi varians seluruh variable independen sebesar 6.8% tersebut dinyatakan signifikan dengan nilai f = 3.711 (8, 411; p < 0.05). Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel Anova dibawah. Disamping itu pula, nilai f yang signifikan tersebut dapat diartikan bahwa secara bersama-sama seluruh variable independen berpengaruh secara signifikan terhadap adiksi internet. Adapun hasil dari uji F dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.7 Tabel Anova
Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 8.862 120.743 129.605
Df 8 411 419
Mean Square 1.108 .294
F
Sig.
3.771
.000a
a. Predictors: (Constant), authoritarian, authoritative, permissive, extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness b. Dependent Variable: adiksi internet
Dengan demikian, hipotesis nihil yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan variable authoritarian, authoritative, permissive, extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness terhadap variable adiksi internet dinyatakan ditolak.
82
Informasi kedua pada regresi adalah melihat koefisien regresi tiap independen variabel. Jika nilai Sig < 0,05 atau nilai t lebih besar dari 1.96 (t > 1.96) maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti bahwa IV tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap adiksi internet. Adapun penyajiannya ditampilkan pada tabel berikut : Tabel 4.8 Koefisien Regresi Model
1
(Constant) authoritarian authoritative Permissive extraversion agreeableness Conscientiousne ss neuroticism openness
Unstandardized Coefficients B Std. Error -4.119E-5 .026 .048 .015 .030 .032 .036 .018 .015 .029 .055 .048 -.004 .029 .056 .037
Standardized Coefficients Beta
.021 .028
t
Sig.
.156 .050 .097 .030 .059 -.007
-.002 3.105 .942 2.007 .517 1.146 -.132
.999 .002 .347 .045 .605 .252 .895
.132 .070
2.632 1.299
.009 .195
a. Dependent Variable: adiksi internet
Dalam kolom sig pada tabel koefisien diatas, terlihat bahwa hanya variable authoritarian, neuroticism, dan permissive yang memiliki nilai Sig. < 0,05 (t > 1.96). Artinya tiga variable tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variable adiksi internet. Sedangkan variabel lainnya memiliki Sig. > 0,05 (t < 1.96) yang artinya variable-variabel lainnya tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap adiksi internet. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing IV adalah sebagai berikut :
83
1. Variabel Parenting Style a. Authoritarian Variable authoritarian memiliki koefisien regresi sebesar 0,048 dengan signifikansi sebesar 0,002 (p<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa authoritarian berpengaruh secara signifikan terhadap adiksi internet. Koefisien regresi tersebut menunjukkan tanda yang positif, artinya jika seseorang memiliki parenting style authoritarian yang paling dominan maka orang tersebut semakin tinggi pula adiksi internetnya dan sebaliknya. b. Authoritative Variabel authoritative memiliki koefisien regresi sebesar 0,030 dengan signifikansi sebesar 0,347 (p>0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa authoritative tidak berpengaruh signifikan terhadap adiksi internet. c. Permissive Variable permissive memiliki koefisien regresi sebesar 0.036 dengan signifikansi sebesar 0,045 (p<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa permissive berpengaruh secara signifikan terhadap adiksi internet. Dikarenakan koefisien regresi tersebut positif, maka dapat disimpulkan bahwa semakin dominan parenting style permissive maka semakin tinggi pula adiksi internet orang tersebut.
84
2. Variabel tipe kepribadian big five a. Extraversion Koefisien regresi extraversion sebesar 0,015 dengan signifikansi sebesar 0,605 (p>0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa tipe kepribadian extraversion tidak berpengaruh secara signifikan terhadap adiksi internet. b. Agreeableness Agreeableness memiliki koefisien regresi sebesar 0,055 dengan signifikansi sebesar 0,252 (p>0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa agreeableness tidak berpengaruh signifikan terhadap adiksi internet. c. Conscientiousness Conscientiousness memiliki koefisien regresi sebesar -0,004 dengan signifikansi sebesar 0,895 (p>0,05).
Hasil ini menunjukkan bahwa
conscientiousness tidak berpengaruh signifikan terhadap adiksi internet. d. Neuroticism Neuroticism memiliki koefisien regresi sebesar 0,056 dengan signifikansi sebesar 0,009 (p<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa tipe kepribadian neoroticism berpengaruh signifikan terhadap adiksi internet. Dikarenakan koefisien regresi tersebut positif, maka dapat disimpulkan bahwa semakin dominan tipe kepribadian neuroticism maka semakin tinggi pula adiksi internet orang tersebut.
85
e. Openness Openness memiliki koefisien regresi sebesar 0,037 dengan signifikansi sebesar 0,195 (p>0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa tipe kepribadian openness tidak berpengaruh signifikan terhadap adiksi internet. Dengan demikian dapat disusun persamaan regresi pada Adiksi Internet, yaitu: Adiksi Internet’ (y’):
-0.00004119
+
0,030*Authoritative 0,015*Extraversion
+ +
0,004*Conscientiousness
+
0,048*Authoritarian
+
0,036*Permissive
+
0,055*Agreeableness
–
0,056*Neuroticism
+
0,037*Openness Informasi lainnya yang dapat diperoleh pada tabel 4.15 diatas yaitu variable independen yang berpengaruh paling dominan terhadap adiksi internet. Informasi tersebut dapat diperoleh dari kolom standardized coefficients (beta), jika semakin besar koefisien beta variable independen, maka semakin dominan pula pengaruh variable independen tersebut. Maka dari tabel di atas dapat diketahui perbandingan atau urutan IV yang memiliki pengaruh terbesar adalah sebagai berikut: 1. Authoritarian dari Parenting Style dengan koefisien beta 0.156. 2. Neuroticism dari Tipe Kepribadian Big Five dengan koefisien beta sebesar 0.132. 3. Permissive dari Parenting Style dengan koefisien beta sebesar 0.097.
86
4. Openness dari Tipe Kepribadian Big Five dengan koefisien beta sebesar 0.070 5. Agreeableness dari Tipe Kepribadian Big Five dengan koefisien beta sebesar 0.059 6. Authoritative dari Parenting Style dengan koefisien beta sebesar 0.050 7. Extraversion dari Tipe Kepribadian Big Five dengan koefisien beta sebesar 0.030 8. Conscientiousness dari Tipe Kepribadian Big Five dengan koefisien beta sebesar -0.007 4.4.2 Pengujian Proporsi Varians Penulis ingin mengetahui bagaimana penambahan proporsi varians dari masingmasing variabel independen terhadap adiksi internet. Secara keseluruhan dapat dilihat proporsi varians seluruh IV terhadap adiksi internet adalah sebesar 0.068, yang artinya 6.8% dari bervariasinya adiksi internet dapat dijelaskan oleh delapan variabel independen. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai proporsi varians untuk masing-masing variabel independen terhadap adiksi internet dapat dilihat pada tabel berikut ini :
87
Tabel 4.9 Proporsi Varians untuk Masing-Masing Variabel Independen Model
1 2 3 4 5 6 7 8
R
.161a .190b .212c .213d .219e .219f .254g .261h
R Square .026 .036 .045 .046 .048 .048 .065 .068
Change Statistics R Square Change .026 .010 .009 .001 .002 .000 .017 .004
F Change 11.109 4.400 3.827 .307 1.005 .008 7.341 1.687
df1
df2
1 1 1 1 1 1 1 1
418 417 416 415 414 413 412 411
Sig. F Change .001 .037 .051 .580 .317 .927 .007 .195
a. Predictors: (Constant), authoritarian b. Predictors: (Constant), authoritarian, authoritative c. Predictors: (Constant), authoritarian, authoritative, permissive d. Predictors: (Constant), authoritarian, authoritative, permissive, extraversion e. Predictors: (Constant), authoritarian, authoritative, permissive, extraversion, agreeableness f. Predictors: (Constant), authoritarian, authoritative, permissive, extraversion, agreeableness, conscientiousness g. Predictors: (Constant), authoritarian, authoritative, permissive, extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism h. Predictors: (Constant), authoritarian, authoritative, permissive, extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness
Dari tabel 4.9 diatas maka dapat disimpulkan :
Authoritarian memberikan kontribusi varian sebesar 0.026 atau 2.6% atas bervariasinya adiksi internet. Sumbangan ini signifikan, (F(1,418) = 11.109, p <0,05).
Variable authoritative memberikan kontribusi varian sebesar 0.010 atau 1% atas bervariasinya variable adiksi internet. Sumbangan tersebut signifikan dengan nilai F sebesar 4.4 (1, 417; p < 0.05).
88
Variable permissive memberikan kontribusi varian sebesar 0.009 atau 0.9% atas bervariasinya variable adiksi internet. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan nilai F sebesar 3.827 (1, 416; p > 0.05).
Variable extraversion memberikan kontribusi varian sebesar 0.001 atau 0.1% atas bervariasinya variable adiksi internet. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan nilai F sebesar 0.307 (1, 415; p > 0.05).
Variable agreeableness memberikan kontribusi varian sebesar 0.002 atau 0.2% atas bervariasinya adiksi internet. Tentu sumbangan varian tersebut tidak signifikan dengan nilai F sebesar 1.005 (1, 414; p > 0.05).
Variable conscientiousness memberikan kontribusi varian sebesar 0.000 atau 0% atas bervariasinya variable adiksi internet. Tentu sumbangan tersebut tidak signifikan dengan nilai F sebesar 0.008 (1, 413; p > 0.05).
Variable neuroticism memberikan kontribusi varian sebesar 0.017 atau 1.7%. atas bervariasinya adiksi internet. Sumbangan tersebut signifikan dengan nilai F sebesar 7.341 (1, 412; p < 0.05).
Variable openness memberikan kontribusi varian sebesar 0.004 atau 0.4% atas bervariasinya variable adiksi internet. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan nilai F sebesar 1.687 (1, 411; p > 0.05). Parenting
Style
memberikan
sumbangan
sebesar
4,5%
terhadap
kecenderungan adiksi internet, sedangkan Tipe Kepribadian Big Five memberikan sumbangan 2,3% terhadap kecenderungan adiksi internet.
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Pada bab ini akan dibahas kesimpulan, diskusi serta saran dari penelitian yang telah dilakukan. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: “ada pengaruh yang signifikan dari parenting style dan tipe kepribadian big five terhadap kecenderungan adiksi internet”. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil uji F yang menguji seluruh independent variable (IV) terhadap dependent variable (DV) dengan perolehan R Square sebesar 0.068. Artinya proporsi varians dari adiksi internet yang dijelaskan oleh semua variable independen adalah sebesar 6,8% sedangkan 93,2% sisanya dipengaruhi oleh variable lain di luar penelitian ini. Kemudian, hasil uji hipotesis yang menguji signifikansi masing-masing koefisien regresi terhadap dependent variable, diperoleh tiga variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap adiksi internet yaitu authoritarian, neuroticism dan permissive. Selanjutnya, jika dilihat berdasarkan proporsi varians masing-masing variable, terdapat tiga variable yang signifikan sumbangannya. Variabel-variabel tersebut
adalah
authoritarian,
authoritative
dan
neuroticism.
Variabel
authoritarian memberikan sumbangan varian sebesar 2.6%, variable authoritative
89
90
memberikan sumbangan varian sebesar 1% dan untuk variable neuroticism memberikan sumbangan varian sebesar 1.7%.
5.2 Diskusi Dari hasil penelitian yang dijelaskan pada bab 4, peneliti mencoba untuk memaparkan penjelasannya secara berurut pengaruh dari masing-masing independent variable (IV) terhadap adiksi internet. Pertama adalah variabel parenting style. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa berdasarkan koefisien regresi, dua dari tiga variable pada parenting style yaitu authoritarian dan permissive berpengaruh signifikan dan positif terhadap adiksi internet, sedangkan variable authoritative tidak berpengaruh signifikan dan memiliki nilai koefisien yang negatif. Artinya, dapat dijelaskan bahwa variabel yang memiliki nilai positif, yaitu authoritarian dan permissive memiliki pengaruh signifikan terhadap kecenderungan adiksi internet. Sedangkan authoritative tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecenderungan adiksi internet. Variabel authoritarian. Variabel ini memiliki koefisien regresi positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap kecenderungan adiksi internet. Artinya, jika seseorang memiliki parenting style authoritarian yang paling dominan maka orang tersebut semakin tinggi pula adiksi internetnya dan sebaliknya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Moazedian dkk (2014) yang mengindikasikan bahwa ada pengaruh yang signifikan parenting style authoritarian dengan tingginya level pada permasalahan penggunaan internet. Masih dikutip dari sumber yang sama,
91
parenting style authoritarian yang mana orang tua cenderung untuk keras dan memaksa kehendak kepada anak berpengaruh secara signifikan terhadap kecenderungan untuk menggunakan internet secara berlebihan. Asumsi penulis, hal ini dikarenakan anak dengan jenis parenting style authoritarian menjadikan internet sebagai media pelarian untuk melepaskan diri dari sikap otoriter orang tua, dimana ketika anak mengakses internet anak dengan bebas dapat mengekspresikan dirinya. Lebih lanjut lagi, parenting style authoritarian yang cenderung keras biasanya memberikan support dan apresiasi yang sedikit. Hasil tersebut juga sesuai dengan temuan Montgomery (dalam Moazedian dkk, 2014) yang menemukan bahwa sistem keluarga yang menggunakan pendekatan autonomy-supportive families (authoritative) akan berdampak pada anak yang memiliki self-determined dan memiliki motivasi yang tinggi daripada anak yang dibesarkan
melalui
controlling
families
(parenting
style
authoritarian).
Selanjutnya, proporsi varian pada authoritarian memberikan sumbangan sebesar 2,6% atas bervariasinya adiksi internet. Variabel authoritative. Variabel ini memiliki koefisien regresi negatif dan berpengaruh secara tidak signifikan terhadap adiksi internet. Artinya, jika seseorang memiliki parenting style authoritative yang paling dominan, maka semakin rendah pula adiksi internetnya. Menurut Golmohammadian dkk., (2010), hal ini terjadi karena anak dengan jenis parenting style authoritative membuat anak menjadi lebih mau menerima pengaruh orangtua dikarenakan orangtua tidak memaksakan keinginan mereka kepada anaknya tetapi justu memberikan mereka alasan dan penjelasan untuk mengadopsi perilaku dan nilai-nilai tertentu dari
92
orang tua mereka. Hasil penemuan ini juga sejalan dengan penelitian dari Technological Educational Institute (TEI) di Heraklion menjelaskan parenting yang hangat, caring dan orang tua yang bersifat melindungi berasosiasi dengan rendahnya resiko adiksi internet (dailymail.co.uk, 2014). Namun pada proporsi varian, authoritative hanya memberikan sumbangan sebesar 1% atas bervariasinya adiksi internet. Variabel permissive. Variabel ini memiliki koefisien regresi positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap kecenderungan adiksi internet. Artinya, jika seseorang memiliki permissive yang paling dominan maka orang tersebut semakin tinggi pula adiksi internetnya dan sebaliknya. Seperti yang dituliskan oleh Ko dkk., (2009) penggunaan internet merupakan aktivitas akademis dan rekreasional yang paling popular di kalangan mahasiswa. Artinya mahasiswa ataupun remaja memang memiliki keinginan yang kuat untuk menggunakan internet, kemudian tanpa adanya pengawasan ataupun kontrol yang ketat dari orangtua terhadap remaja (permissive), maka penggunaan internet secara berlebihan tidak dapat dihindari lagi, sehingga remaja atau mahasiswa menjadi adiksi terhadap internet. Fakta bahwa populernya penggunaan internet pada remaja merupakan suatu keharusan pula bagi para orang tua untuk mengawasi anak-anaknya dalam menggunakan internet (Wang dkk, 2005). Keluarga seharusnya mengarahkan anak-anak mereka tentang arti penggunaan internet seperti konten pada internet yang boleh diakses, serta mewaspadai penggunaan dari isi konten internet tersebut (Eastin, dalam Valcke 2010). Kemudian aktivitas pada keluarga juga ikut
93
menentukan peranan yang penting dalam penggunaan internet pada anak atau remaja. Lin dkk (2009) melaporkan bahwa pengawasan orangtua dan aktivitas keluarga diluar rumah (outdoor) berpengaruh secara negatif terhadap adiksi internet pada anak. Kemudian, selanjutnya penulis akan membahas variabel tipe kepribadian big five yaitu variabel extraversion. Variabel ini memiliki koefisien regresi negatif terhadap adiksi internet. Hasil ini menunjukkan bahwa tipe kepribadian extraversion tidak berpengaruh secara signifikan terhadap adiksi internet. Hasil ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Celik & Basal, (2012) yang menyebutkan bahwa tipe kepribadian extraversion memiliki pengaruh negatif terhadap adiksi internet. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Kubey, dkk (dalam Celik & Basal, 2012) yang menyatakan bahwa orang yang introvert mengalami masalah dalam hubungan interpersonal, lebih suka menggunakan internet sebagai pengganti hubungan nyata dan tatap muka menggunakan cyber. Beda halnya dengan orang yang extrovert mereka cenderung untuk memulai interaksi sosial dan dianggap lebih berhasil dalam membangun komunikasi yang efektif. Oleh karena itu, orang dengan tipe kepribadian extrovert tidak adiksi terhadap internet (Celik & Basal, 2012). Variabel agreeableness. Variabel ini juga memiliki koefisien regresi negatif terhadap adiksi internet. Hasil ini menunjukkan bahwa tipe kepribadian agreeableness tidak berpengaruh secara signifikan terhadap adiksi internet. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa agreeableness memiliki pengaruh yang negatif terhadap adiksi internet (Celik & Basal, 2012;
94
Bayraktar, 2011). Menurut Samarein dkk (2013) agreeableness cenderung berkarakter prososial, hangat, dekat dan percaya dengan teman, sehingga aktivitas internet tidak menjadi aktivitas utama mereka untuk membangun komunikasi dengan orang lain. Variabel conscientiousness. Variabel ini memiliki koefisien regresi negatif terhadap adiksi internet. Hasil ini menunjukkan bahwa tipe kepribadian conscientiousness tidak berpengaruh secara signifikan terhadap adiksi internet. Hasil ini sesuai dengan penelitian Celik & Basal, (2012) yang mengatakan bahwa conscientiousness memiliki pengaruh negatif terhadap adiksi internet. Kemudian sejalan dengan hasil penelitian Samarein dkk., (2013) yang juga menemukan bahwa conscientiousness berhubungan secara negative terhadap adiksi internet. Tuten dan Bosnjak (dalam Celik & Basal, 2012) menjelaskan, orang-orang yang memiliki kepribadian conscientiousness dikenal sebagai individu yang dapat dihandalkan dan juga disiplin, sehingga mereka tidak memiliki hambatan dalam membangun hubungan face-to-face dalam memenuhi kebutuhan sosial mereka. Dengan demikian tipe kepribadian conscientiousness memiliki pengaruh negatif terhadap adiksi internet dapat dibenarkan. Variabel neuroticism. Variable ini memiliki koefisien regresi positif terhadap adiksi internet. Hasil ini menunjukkan bahwa tipe kepribadian neoroticism berpengaruh signifikan terhadap adiksi internet. Dikarenakan koefisien regresi tersebut positif, maka dapat disimpulkan bahwa semakin dominan tipe kepribadian neuroticism maka semakin tinggi pula adiksi internet orang tersebut. Hasil ini sesuai dengan penelitian Beranuy dkk., (2009) yang
95
menyatakan bahwa neuroticism memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kecenderungan adiksi internet. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Samarein dkk (2013) yang mengatakan bahwa penggunaan internet yang berlebihan memiliki korelasi yang kuat dan positif dengan neuroticism. Kemudian Beranuy dkk (2009) juga menjelaskan bahwa orang-orang yang ketergantungan dengan internet memiliki ranking yang tinggi pula pada perasaan loneliness, gangguan perasaan, self esteem yang rendah dan perilaku yang impulsive. Indikator neuroticism seperti rasa malu, perasaan bersalah, semangat dan lesu secara tiba-tiba merupakan faktor pendorong para remaja untuk menggunakan internet. Disamping itu, Ross dkk (2009) menemukan bahwa individual yang tinggi pada neuroticism umumnya memiliki social support yang rendah. Proporsi varian neuroticisim memberikan sumbangan sebesar 1,7% atas bervariasinya adiksi internet. Variable yang terakhir yaitu openness. Variabel ini juga memiliki koefisien regresi negatif terhadap adiksi internet. Hasil ini menunjukkan bahwa tipe kepribadian openess tidak berpengaruh secara signifikan terhadap adiksi internet. Hasil ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Celik & Basal (2012) yang menyatakan bahwa openness memiliki pengaruh positif terhadap adiksi internet. Secara general individu yang openness adalah imaginatif, menyenangkan, kreatif, dan artistik. Asumsi penulis dalam perbedaan hasil penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya adalah disebabkan karena orang yang imaginatif dan kreatif cenderung akan memiliki banyak ide dan memiliki kegiatan yang lebih bervariatiaf. Mereka selalu menemukan hal-hal baru
96
yang dapat mereka kerjakan sehingga internet tidak menjadi suatu hal yang menarik dan tidak menjadi satu-satunya kegiatan yang dilakukan oleh individu dengan tipe kepribadian openness.
5.3 Saran Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu penulis membagi saran menjadi dua, yaitu saran metodologis dan saran praktis. Saran tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi penelitian lain yang akan meneliti dependen variabel yang sama. 5.3.1
Saran Teoritis
1. Variasi dari 8 variabel independent yang ada dalam penelitian ini hanya memberikan sumbangan sebesar 6,8%, sedangkan 93,2% sisanya dipengaruhi variabel lain diluar penelitian ini. Oleh karena itu, penulis menyarankan agar penelitian selanjutnya juga dapat menggunakan variabel-variabel lain yang terkait dengan adiksi seperti: social anxiety, locus of control, impulsivity dan sensation seeking. 2. Pada penelitian selanjutnya disarankan pada aplikasi internet yang lebih spesifik seperti smartphone, ataupun game online. 3. Penulis juga menyarankan agar penelitian selanjutnya melakukan penelitian kepada orang-orang yang memang sudah jelas teradiksi internet.
97
5.3.2
Saran Praktis
1. Dari sudut pandang anak, parenting style authoritarian dan permissive berpengaruh secara positif terhadap adiksi internet. Oleh karena itu untuk mengurangi adiksi internet pada anak, maka sebaiknya dihindari parenting style authoritarian dan permissive. Artinya orang tua disarankan menggunakan pendekatan parenting style authoritative. 2. Pembinaan terhadap orangtua yang memiliki anak usia remaja, misalnya dengan mengikuti kelas-kelas parenting. Selain itu, orang tua dapat melakukan kontrol yang suportif, menciptakan komunikasi yang terbuka dengan anak, dan memahami penggunaan internet. Dengan bimbingan dan pantauan yang cukup dari orang tua, diharapkan remaja dapat memiliki kesadaran dan tanggung jawab untuk menggunakan internet secara bijak. 3. Khusus bagi orang-orang yang memiliki tingkat neuroticism yang tinggi, maka dapat digunakan cara lain untuk mengurangi neuroticism tersebut selain online di internet. Misalnya dengan mengikuti kursus, aktif berorganisasi untuk mengembangkan soft skill, ataupun mengajak keluarga melakukan kegiatan bersama yang dapat mempererat kelekatan emosional diantara anggota keluarga.
98
DAFTAR PUSTAKA Adalbjarnardottir, S. & Hafsteinsson, L.G. (2001). Adolescents‟ perceived parenting style and their substance use: concurrent and longitudinal analyses. Journal of Research on Adolescence, 11: 401-23. Akin, A & Iskender M. (2011). Internet addiction and depression, anxiety and stress. International Online Journal of Educational Sciences, 3(1), 138148. Amichai, Y & Hamburger. (2005). Personality and the internet. The social net: Human Behavior in Cyberspace, 27-55. ANTARA News, (2014). Pengguna Internet di Indonesia Terus Meningkat. Diakses tanggal 1 februari 2014 dari http://www.antaranews.com/. APJII. (2012). Profil pengguna internet Indonesia. Jakarta: MarkPlus. Diunduh tanggal 15 februari 2013 dari http://www.apjii.or.id/v2/upload/Laporan/Profil%20Internet%20Indones ia%202012%20%28INDONESIA%29.pdf Armstrong, L., Phillips, J.G., Sailing, L.L. (2000). Potential determinants of heavier internet usage. International Journal of Human Computer Studies, 53, 537-50. Aslanbay, M. (2006). A compulsive consumption: Internet use addiction tendency. The case of Turkish high school student. Aunola, K., Stattin, H & Nurmi, J.E. (2000). Parenting styles and adolescents‟ achievement strategies. Journal of Adolescence, 23, 205-222. Baumrind, D. (1966). Effects of authoritative parental control on child behavior. Child Development, 37(4), 887-907. Baumrind, D. (1991). The influence of parenting style on adolescent competence and substance use. The journal of Early Adolescence, 11, 56-95. Baumrind, D. (2005). Patterns of parental authority and adolescent autonomy. New Directions for Child and Adolescent Development, no. 108. Beard, K.W & Wolf, E.M. (2001). Modification in the proposed diagnostic criteria for internet addiction. CyberPsychology & Behavior, 4(3), 377383. Beranuy M., Oberst, U., Carbonell, Chamarro, A. (2009). Problematic internet and mobile phone use and clinical symptoms in college students: The
99
role of emotional intelligence. Computer in Human Behavior, 25, 11821187. Buri, J. R. (1991). Parental authority questionnaire. Journal of Personality Assessment, 57(1), 110-119. Celik, S & Basal, A (2012). Predictive Role of Personality Traits on Internet Addiction. Journal of Distance Education, 13(4), 10-24. Ceyhan, A.A. (2011). University students‟ Problematic Internet use and communication skills according to the internet use purposes. Educational Sciences:Theory and Practice, 11(1), 69-77. Chou C, Condron L & Belland, J.C. (2005). A review of the research on internet addiction. Educational Psychology Review, 17 (4), 363-389. Dailymail.uk. (2014). Parents who are controlling and overly demanding are more likely to have internet-addicted children. Diakses pada tanggal 5 februari 2014 dari http://www.dailymail.co.uk/news/article-2541605/Parents-controllingoverly-demanding-likely-raise-internet-addicted-children-researcherssay.html Darling, N (1999). Parenting style and its correlats. EDO-PS-99-3. Diunduh tanggal 28 Januari 2014 dari http://ecap.crc.illinois.edu/ecearchive/digests/1999/darlin99.pdf Feist, J & Feist G.J. (2006). Theories of personality. New York: McGraw-Hill Companies. Frangos, C.C, Frangos C.C & Kiohos, A.P. (2010). Internet addiction among greek university students: Demographic Associations with the Phenomenon, using the Greek version of Young‟s internet addiction test. Journal of Economic Sciences and Applied Research 3(1), 49-74 Friedman H.S & Schustack, M.W. (2008). Kepribadian: teori klasik dan riset modern. Jakarta: Erlangga. Griffiths, M.D. (1998). Internet addiction: Does it really exist?. Psychology and the internet: intrapersonal, interpersonal and transpersonal applications (61-75). New York: Academic Press. John, O.P., & Srivastava, S. (1999). The Big Five trait taxonomy: History, measurement, and theoritical perspective. Dalam Pervin, L.A., & John, O.P (ed). Handbook of personality: Theory and research, 2, 102-138. New York: Guilford Press.
100
Kheng Tan, W., Yi Yang, C. (2012). Personality trait predictors of usage of internet services. International Conference on Economics, Bussiness Innovation, 38, 185-189. Kim, A.H. (2008). Korean parents‟ and adolescents‟ report of parenting style: A developmental study. Dissertation. University of Meryland. (disertasi) Kim, S & Kim, R. (2002). A study of internet addiction: status, causes and remedies. Journal of Korean Home Economics Association English Edition, 3(1), 1-20. Diakses dari http://www.khea.or.kr/InternationalJournal/2002/1.PDF Ko, C.H, Yen, J.Y, Chen, S.H, Yang M.J, Lin H.C, Yen, C.F. (2009). Proposed diagnostic criteria and the screening and diagnosing tool of Internet addiction in college students. Comprehensive Psychiatry, 5(4), 378-384. Kraut, P., Patterson, M., Lundmark, V., Kiesler, S., Mukopadhyay, T., Scherlis, W. (1998). Internet paradox: A social technology that reduces social involvement and psychological well-being. American Psychologist, 53, 65-77. Kraut, R., Kiesler, S., Boneva, B., Cummings, J.N., Helgeson, V., Crawford, A.M. (2002). Internet paradox revisited. Journal of Social Issues, 58, 4974. Larsen, R.J & Buss D,M. (2008). Personality psychology. New York: McGrawHill Companies. Lemmens, J.S., Valkenburg, P.M., Peter, J. (2009). Development and validation of a game addiction scale for adolescent. Media Psychology, 12, 77-95. DOI: 10.1080/15213260802669458. Lin, C.H, Lin, S.L & Wu, C.P. (2009) The effects of parental monitoring and leisure boredom on adolescents‟ internet addiction. Pro Quest Education Journals, 44(176), 993-1004. Mappiare, A. (1992). Psikologi remaja. Surabaya: Usaha Nasional. Moazedian, A., Taqavi, S.A., HosseiniAlmadani, S.A., Mohammadyfar, M.A., Sabetimani, M. (2014). Parenting style and internet addiction. Journal of Life Science and Biomedicine, 4(1), 9-14. Niemz, K., Ghriffiths, M, & Banyard, P. (2005). Prevalence of pathological internet use among university students and correlations with self esteem, the general health questionnaire (GHQ), and disinhibiton. Cyber Psychology & Behavior, 8(6), 562-570. Pervin, L.A., Cervone, D., & John, O.P. (2005). Personality theory and research. United States of America: John Wiley & Sons, Inc.
101
Pervin, L.A & John, O.P. (1997). Personality theory and research. United States of America: John Wiley & Sons, Inc. Prihati, M., Zulkaida, A, Harsanti, I. (2012). Kontribusi kepribadian introvert terhadap kecanduan internet pada mahasiswa. Jakarta: Universitas Gunadarma. Ross, C., Orr, E.S., Sisic, M., Arseneault, J.M., Simmering, M.G., Orr, R. (2009). Personality and motivations associated with facebook use. Computers in Human Behavior, 23, 578-586. Samarein, Z.A., Far, N.S., Yekleh, M., Tahmasebi, S., Yaryari, F., Ramezani, V., Sandi L. (2013). Relationship between personality traits and internet addiction of students at kharazmi university. International Journal of Psychology and Behavioral Research, 2 (1), 10-17. Schultz, D.P & Schultz, S.E. (2005). Theories of personality. United States of America: Thomson Wadsworth. Suler, J. (1998). Internet addiction support group. The psychology of cyberspace, vol. 2. Umar, Jahja. (2010). Bahan Pelatihan Statistika untuk mentor akademis Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Tidak Diterbitkan. Valcke, M., Bonte, S., De Wever, B., Rots, I. (2010). Internet parenting styles and the impact on internet use of primary school children. Computers & Education, 55(2), 454-464. Widyanto, L & Ghriffiths, M. (2006). „Internet addiction‟: a critical review. Int J Ment Health Addict, 4, 31-51. DOI 10.1007/s11469-006-9009-9 Young, K.S & Abreu, C.N.D. (2011). Internet addiction: A handbook and guide to evaluation and treatment. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Young, K.S. (1996). Internet addiction: the emergence of a new clinical disorder. CyberPsychology and Behavior, 1(3), 237-244.
LAMPIRAN 1. KUESIONER Assalammualaikum Wr. Wb Saya mahasiswi fakultas psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semester akhir. Saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk penyusunan tugas akhir perkuliahan (skripsi). Saya membutuhkan bantuan Anda untuk menjadi responden dalam penelitian saya dengan cara mengisi kuesioner. Tidak ada jawaban yang benar atau salah. Data diri dan hasil kuesioner ini hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan akan dijaga kerahasiaannya. Sebelumnya saya ucapkan terimakasih atas kesediaan Anda meluangkan waktu dalam mengisi kuesioner ini. Wassalammualaikum Wr. Wb Salam Hormat,
Peneliti Identitas Responden 1. Nama (boleh inisial) : 2. Jenis Kelamin : L/P 3. Usia : 4. Fakultas : 5. Semester : 6. Seberapa penting peranan internet dalam kehidupan Anda? a) Tidak Penting b) Cukup Penting c) Penting d) Sangat Penting 7. Apa perangkat yang biasa Anda gunakan untuk mengakses internet? a) Smartphone (BB, Android, Iphone) c) Komputer/Laptop b) Ipad/ Tablet d) Lainnya, sebutkan…….. 8. Dimanakah tempat Anda biasa mengakses internet? a) Kampus c) Café/Mall b) Rumah d) Tempat lain, sebutkan……………..... 9. Berapa lama Anda mengakses internet dalam sehari? a) 1-3 jam/ hari c) 6-9 jam/ hari c) 4-6 jam/ hari d)> 9 jam/ hari, sebutkan……………….
Instruksi Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan. Anda diminta memilih pernyataan yang sesuai dengan diri Anda. Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang Anda pilih dari keempat pilihan jawaban yang tersedia pada tiap-tiap pernyataan, yaitu: Jarang
: 1-3 kali
Cukup Sering
: 4-6 kali
Sering
: 7-9 kali
Sangat Sering
: > dari 10 kali
Tidak ada jawaban yang benar atau salah untuk setiap pernyataan, seluruh jawaban adalah benar selama itu sesuai dengan diri Anda.
Skala IAD (Kuesioner 1) No 1 2 3 4 5 6 7
8
ITEM Apakah setiap saat anda memikirkan untuk mengakses internet? Apakah anda menghabiskan banyak waktu luang anda untuk berinternet? Apakah anda merasa bahwa anda kecenderungan internet? Apakah anda menghabiskan waktu online lebih lama dari yang direncanakan? Apakah anda menambah waktu anda ketika mengakses internet? Pernahkan anda tidak dapat berhenti ketika sedang mengakses internet? Apakah anda mengakses internet untuk melupakan permasalahan di kehidupan nyata? Apakah anda mengakses internet untuk menghilangkan stres?
Jarang
Cukup Sering Sangat Sering Sering
9 10 11 12 13 14 15 16
17
18
Apakah anda mengakses internet untuk membuat anda merasa lebih baik? Apakah anda tidak dapat mengurangi waktu dalam mengakses internet? Pernahkah orang lain gagal ketika mencoba mengurangi waktu anda berinternet? Pernahkah anda gagal ketika mencoba mengurangi waktu mengakses internet? Apakah anda merasa kacau/murung ketika anda tidak dapat mengakses internet? Apakah anda marah ketika tidak dapat mengakses internet? Apakah anda menjadi stres ketika tidak dapat mengakses internet? Apakah anda bertengkar dengan orang lain (contoh: orangtua, teman) dikarenakan waktu anda dalam mengakses internet? Apakah anda mengacuhkan orang lain (contoh: orang tua, teman) ketika anda mengakses internet? Apakah anda berbohong tentang waktu yang anda habiskan ketika mengakses internet?
Instruksi
Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan. Anda diminta memilih pernyataan yang sesuai dengan diri Anda. Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang Anda pilih dari keempat pilihan jawaban yang tersedia pada tiap-tiap pernyataan, yaitu: STS : Apabila Anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut TS
: Apabila Anda Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut
S
: Apabila Anda Setuju dengan pernyataan tersebut
SS
: Apabila Anda Sangat Setuju dengan pernyataan tersebut
Tidak ada jawaban yang benar atau salah untuk setiap pernyataan, seluruh jawaban adalah benar selama itu sesuai dengan diri Anda. Skala Parenting Style (Kuesioner 2) Bagi Anda yang tidak tinggal dengan orang tua (ayah dan ibu), kata orangtua dibawah dapat diganti dengan keluarga atau orang terdekat lainnya: No ITEM STS 1 Didalam keluarga, orangtua saya merasa bahwa anak mempunyai peran yang sama seperti orang tua 2 3
4 5
Jika saya tidak setuju dengan pendapat orang tua, mereka memaksa untuk mengikuti pendapat mereka Ketika orang tua saya menyuruh untuk melakukan sesuatu, mereka mengharapkan saya untuk langsung mengerjakan secepatnya tanpa bertanya terlebih dahulu Ketika aturan keluarga sudah ditentukan, orang tua saya mendiskusikan alasan dibalik aturan tersebut Orang tua saya selalu mengajak berdiskusi ketika saya merasa bahwa larangan dan aturan keluarga tidak masuk diakal
TS
S
SS
6
7 8
9
10 11
12
13 14 15
16 17
18
19
Orang tua saya merasa bahwa saya bebas membuat keputusan sendiri bahkan jika hal tersebut tidak sejalan dengan apa yang orang tua inginkan Orang tua saya tidak memperbolehkan saya untuk menanyakan keputusan yang telah mereka buat Orang tua saya mengarahkan aktivitas maupun pengambilan keputusan dengan memberikan alasan serta disiplin Orang tua saya beranggapan dengan memberi lebih banyak tekanan, saya akan berperilaku sebagaimana mestinya Orangtua saya tidak merasa bahwa saya perlu mematuhi aturan yang berlaku Saya tahu apa yang orang tua harapkan dari saya, namun saya juga bebas untuk mendiskusikan harapan-harapan tersebut ketika saya kurang sependapat dengan mereka Orang tua saya merasa bahwa orang tua yang bijak seharusnya mengajari anak mereka dengan memberitahu siapa pemimpin di dalam keluarga Orang tua saya jarang memberi saya ekspektasi ataupun pengarahan mengenai perilaku saya Orang tua saya melakukan apa yang saya inginkan ketika membuat keputusan dalam keluarga Orang tua saya secara konsisten memberikan arahan dan bimbingan dengan cara yang rasional dan objektif Orang tua saya akan sangat marah jika saya tidak setuju dengan pendapat mereka Orang tua saya merasa masalah dalam masyarakat akan terpecahkan jika orang tua tidak membatasi aktivitas, keputusan, dan keinginan anak mereka Orang tua saya memberi tahu apa yang mereka harapkan dari saya dan jika saya tidak memenuhi harapan tersebut, mereka menghukum saya Orang tua saya memperbolehkan saya untuk memutuskan banyak hal untuk diri saya tanpa banyak arahan dari mereka
20
21
22
23
24
25
26
27
28 29
30
Orang tua saya menjadikan opini saya sebagai bahan pertimbangan tetapi mereka tidak akan memutuskan sesuatu hanya karena saya menginginkan hal tersebut Orang tua saya tidak menganggap diri mereka bertanggung jawab dalam mengatur dan mengarahkan perilaku saya Orang tua saya mempunyai standar yang jelas mengenai perilaku anak dirumah, namun mereka berkenan untuk merubah standar tersebut sesuai dengan kebutuhan setiap anak didalam keluarga Orang tua saya memberikan arahan mengenai perilaku dan aktivitas saya, mereka mengharapkan saya mengikuti arahan tsb, namun mereka setuju untuk mendengar keluhan dan mendiskusikan hal tersebut kepada saya Orang tua saya memperbolehkan saya memiliki sudut pandang sendiri dan menentukan apa yang akan saya lakukan Orang tua saya merasa masalah dalam masyarakat akan terpecahkan jika orangtua ketat dan memaksa anak untuk tidak melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan Orang tua saya sering memberi tahu dengan jelas apa yang harus saya lakukan dan bagaimana saya melakukan hal tersebut Orang tua saya memberi arahan yang jelas untuk perilaku dan aktivitas saya, tapi mereka juga mengerti ketika saya tidak setuju dengan mereka Orang tua saya tidak mengatur perilaku, aktivitas dan keinginan saya Saya tahu apa yang orang tua harapkan dari saya, mereka memaksa agar saya mematuhi harapanharapan tersebut untuk memberi respect atas otoritas mereka Ketika orang tua saya membuat keputusan yang menyakitkan saya, mereka berkenan untuk mendiskusikan kembali keputusan tersebut dan mau mengakui jika mereka membuat kesalahan
Skala Big Five (Kuesioner 3) No 1 Saya suka berbicara
ITEM
2
Saya suka mencari kesalahan orang lain
3
Saya mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh
4
Saya merasa tidak bersemangat
5
Saya suka memberikan ide-ide yang baru
6
Saya suka menyendiri
7
Saya suka menolong dan tidak mementingkan diri sendiri Saya terkadang agak ceroboh
8 9
11
Saya adalah orang yang tenang dan dapat menghadapi masalah dengan baik Saya memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap sesuatu Saya bersemangat
12
Saya memulai pertengkaran dengan orang lain
13
Saya mampu bekerja dengan baik
14
Saya mudah merasa tegang
15
Saya suka memikirkan sesuatu
16
Saya mampu menyenangkan orang lain
17
Saya suka memaafkan
18
Saya bekerja tidak teratur
19
Saya sering merasa khawatir
20
Saya suka membayangkan sesuatu
21
Saya pendiam
22
Saya mudah percaya dengan orang lain
23
Saya pemalas
24
Saya mampu menahan diri saat marah
25
Saya memiliki ide-ide baru yang positif
10
STS
TS
S
SS
26
Saya mempunyai kepribadian yang tegas
27
Saya kurang bersahabat dengan orang lain
28
Saya mampu menuntaskan pekerjaan
29
Saya mudah marah dan perasaan saya meledak-ledak
30
Saya suka dengan seni
31
Saya pemalu
32
Saya baik hati pada siapapun
33
Saya menyukai hal-hal yang praktis
34
Saya tetap tenang disituasi yang menegangkan
35
Saya menyukai pekerjaan yang rutin
36
Saya ramah, suka bergaul dan berteman
37
Saya kasar terhadap orang lain
38
Saya membuat rencana dan mengerjakannya
39
Saya mudah gugup
40
Saya suka menyampaikan gagasan
41
Saya tidak tertarik pada seni
42
Saya suka bekerjasama dengan orang lain
43
Perhatian saya mudah teralihkan
44
Saya suka musik dan hal-hal yang berhubungan dengan budaya
LAMPIRAN 2. Contoh Data Kuesioner Responden