PENGARUH ORIENTASI RELIGIUS TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL GURU PONDOK PESANTREN DAAR EL-QALAM GINTUNG- JAYANTI- TANGERANG SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Psikologi
Oleh :
NADIAH NIM: 106070002271
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2010 M
I
PENGARUH ORIENTASI RELIGIUS TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL GURU PONDOK PESANTREN DAAR EL-QALAM GINTUNG – JAYANTI - TANGERANG SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Psikologi
Oleh :
NADIAH NIM : 106070002271 Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag NIP. 19680614 199704 1 001
Mulia Sari Dewi, M.Si NIP. 19780502 200801 2 026
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2010 M
II
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH ORIENTASI RELIGIUS TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL GURU PONDOK PESANTREN DAAR ELQALAM GINTUNG- JAYANTI- TANGERANG” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 13 Desember 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi. Jakarta, 13 Desember 2010 Sidang Munaqasyah Dekan/ Ketua Merangkap Anggota
Pembantu Dekan/ Sekretaris Merangkap Anggota
Jahja Umar, Ph.D NIP. 130 885 522
Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 19561223 198303 2001 Anggota :
Gazi Saloom, M.Si NIP. 19711214 200701 1 014
Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag NIP. 19680614 199704 1 001
Mulia Sari Dewi, M.Si NIP. 19780502 200801 2 026
iii
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Nadiah NIM : 106070002271
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Orientasi Religius Terhadap Kecerdasan Emosional Guru Pondok Pesantren Daar el-Qalam Gintung, Jayanti, Tangerang” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 1 Desember 2010 Yang menyatakan
Nadiah NIM : 106070002271
iv
ABSTRAK A) Fakultas Psikologi B) Desember 2010 C) Nadiah D) Pengaruh Orientasi Religius Terhadap Kecerdasan Emosional Guru Pondok Pesantren Daar el-Qalam Gintung Jayanti Tangerang E) 72 halaman + lampiran F) Sekarang ini tugas guru menjadi semakin berat. Guru tidak hanya harus memiliki sejumlah kompetensi akademis seperti penguasaan materi pelajaran, kepiawaian dalam merancang, mengelola, dan mengevaluasi pembelajaran dengan berbagai metode mutakhir, serta terampil dalam menggunakan alat peraga dan media pembelajaran; melainkan juga ia harus memiliki kematangan dan ketegaran kepribadian. Salah satu aspek yang berkaitan dengan kematangan dan ketegaran kepribadian adalah kecerdasan emosi (Emotional Intelligence). Salah satu hal yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional adalah orientasi religius. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh orientasi religius terhadap kecerdasan emosional guru Pondok Pesantren Daar el-Qalam, Tangerang. Kecerdasan emosional merujuk pada kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Orientasi religius adalah cara pandang individu terhadap agama yang diyakininya. Berdasarkan motivasinya orientasi religius dibagi menjadi dua, yaitu orientasi religius intrinsik dan orientasi religius ekstrinsik. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh para ahli menyatakan bahwa orientasi religius intrinsik dapat mempengaruhi individu untuk meningkatkan kecerdasan emosional. Sebaliknya orientasi religius ekstrinsik tidak memberikan pengaruh bagi individu untuk bisa meningkatkan kecerdasan emosional. Populasi penelitian ini berjumlah 197 guru. Sampel penelitian ini berjumlah 84 guru yang terdiri dari 45 guru laki-laki dan 39 guru perempuan. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling dengan metode undian (fishbowl). Instrumen penelitian yang digunakan berupa skala yang terdiri dari skala orientasi religius intrinsik, skala orientasi religius ekstrinsik, dan skala kecerdasan emosional dengan model skala Likert. Nilai reliabilitas skala orientasi religius intrinsik dengan 13 item yang valid adalah sebesar 0,8685, nilai reliabilitas skala orientasi religius ekstrinsik
vi
dengan 14 item yang valid adalah sebesar 0,8233, dan nilai reliabilitas skala kecerdasan emosional dengan 13 item yang valid adalah sebesar 0,7777. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa orientasi religius intrinsik berpengaruh secara signifikan terhadap kecerdasan emosional guru Pondok Pesantren Daar el-Qalam Tangerang dengan nilai p value 0.000 < 0.05, sedangkan orientasi religius ekstrinsik tidak berpengaruh terhadap kecerdasan emosional guru Pondok Pesantren Daar el-Qalam Tangerang dengan nilai p value 0.163 > 0.05. Kontribusi yang diberikan oleh semua aspek orientasi religius terhadap kecerdasan emosional sebesar 0.311 atau 31,1%. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan agar mengkaji lebih dalam tentang aspekaspek orientasi religius agar dapat membuat instrumen penelitian yang lebih valid dan reliabel. G) Bahan bacaan : 29 bahan (1993-2009)
vii
Kebesaran seseorang tidak diukur dari kekuatannya, tetapi diukur dari bagaimana dia berdiri tegap setiap kali dia terjatuh Aldrin Mar Layugue
Skripsi ini dipersembahkan untuk Mama&baba, nenek, kakak, dan adikku. Terima kasih untuk semua do’a, cinta, kasih sayang, keceriaan dan kekompakannya
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah menggenggam setiap kejadian, penyempurna setiap kebahagiaan, tempat bersandar dan bersyukur atas seluruh nikmat tanpa batas. Shalawat dan salam senantiasa menyelimuti Rasulullah SAW tercinta beserta seluruh keluarga, sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman. Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat kerjasama, do’a dan kesungguhan hati serta dukungan dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Bapak Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis agar dapat menuntut ilmu dengan baik.
2.
Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, Dosen pembimbing I yang penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga atas segala arahan, masukan, kritik yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini.
3.
Ibu Mulya Sari Dewi, M.Si, Dosen pembimbing II, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, nasihat dan sarannya serta koreksi yang sangat detail dalam penyelesaian skripsi ini.
4.
Ibu Dra.Fadhilah Suralaga, M.Si, Dosen pembimbing akademik.
5.
Bapak H. Soetomo, Kepala Bagian Pengajaran Pondok Pesantren Daar elQalam yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian, serta para ustadz dan ustadzah yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
6.
Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah bapak dan ibu berikan mendapat keberkahan dari Allah SWT.
viii
7.
Orang tua tercinta, mama Hj. Rosidah dan baba H. Musbir serta nenek tersayang umi Hj. Siti Aminah yang selalu menyebut nama penulis dalam setiap do’anya. Terima kasih juga untuk semua kasih sayang, dukungan dan inspirasinya. Untuk tante dan om yang banyak membantu penulis dengan menyediakan fasilitas yang penulis butuhkan, terima kasih banyak ya.
8.
My lovely sisters and brother (mba Rie, mba Ulfah dan ade Alwi), yang selalu memberikan suasana ceria dan bahagia meskipun kalian sering jail. Terima kasih buat dukungan, kebersamaan dan kekompakannya.
9.
Keluarga besar “Pare Never Ending”, spesial buat Nana dan Fais yang selalu ada saat penulis butuhkan, yang selalu mensupport penulis dalam segala hal, dan selalu menjadi tempat curhat yang nyaman untuk penulis. Buat sobat Aliyah-ku Ayu dan Eeng yang selalu mendukung penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Sahabat-sahabat tersayang Isni, Malini, Retha, Shila, Mut, Mita, Ega, Nining, Adel, terima kasih atas persahabatan yang terjalin indah selama empat tahun. Suka duka perkuliahan kita lalui bersama. Kenangan bersama kalian tidak akan pernah penulis lupakan. Temen-temen KKL Kiki, Santi, Farha, dan Ami, thanks banget buat kenangan indah dan menyenangkan meskipun cuma dua bulan.
10. Teman-teman seperjuangan angkatan 2006 , khususnya kelas C. Terima kasih untuk kebersamaan yang indah dan pembelajarannya selama ini. Untuk Fahria, thanks banget dah support dan nemenin penulis waktu minta tanda tangan. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu
Akhir kata, semoga skripsi ini bisa bermanfaat dalam pengembangan dunia psikologi islam khususnya dan pengembangan ilmu psikologi pada umumnya.
Jakarta, Desember 2010
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................................................................................
i
Lembar Pengesahan ................................................................................................ ii Halaman Pernyataan ............................................................................................... iv Motto ........................................................................................................................ v Abstrak .................................................................................................................... vi Kata Pengantar ...................................................................................................... viii Daftar Isi .................................................................................................................
x
Daftar Tabel ........................................................................................................... xiii Daftar Lampiran .................................................................................................... xiv
BAB I: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1 1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.2.1 Pembatasan Masalah .................................................................................. 8 1.2.2 Perumusan Masalah ................................................................................... 9 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................... 9 1.4 Sistematika Penulisan ...................................................................................... 10 BAB II : Kajian Pustaka 2.1 Kecerdasan Emosional ...................................................................................... 12 2.1.1 Pengertian Emosi dan Kecerdasan Emosional ......................................... 12 2.1.2 Aspek-aspek Kecerdasan Emosional ........................................................ 14 2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional ..................... 18 2.2 Orientasi Religius .............................................................................................. 19 2.2.1 Pengertian Orientasi Religius ................................................................... 19 2.2.2 Ragam Orientasi Religius ......................................................................... 20 2.2.3 Aspek-aspek Orientasi Religius ............................................................... 22 2.2.4 Hal-hal yang Terkait dengan Orientasi Religius ...................................... 23
x
2.3 Kerangka Berpikir ............................................................................................. 25 2.5 Hipotesis Penelitian .......................................................................................... 28
BAB III : Metode Penelitian 3.1 Pendekatan Penelitian ...................................................................................... 29 3.2 Definisi Variabel .............................................................................................. 29 3.2.1 Definisi Konseptual ................................................................................. 30 3.2.2 Definisi Operasional ................................................................................ 30 3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Data ............................................ 32 3.3.1 Populasi dan Sampel ................................................................................ 32 3.3.2 Teknik Pengambilan Sampel ................................................................... 32 3.4 Instrumen Pengumpulan Data .......................................................................... 33 3.5 Uji Instrumen .................................................................................................... 37 3.5.1 Uji Validitas ............................................................................................. 38 3.5.2 Uji Reliabilitas ......................................................................................... 41 3.6 Prosedur Penelitian ........................................................................................... 42 3.7 Teknik Analisa Data ......................................................................................... 44
BAB IV : Analisa Hasil Penelitian 4.1 Gambaran Umum Responden .......................................................................... 45 4.1.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..................... 45 4.1.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan. 46 4.2 Statistik Deskriptif ............................................................................................ 47 4.3 Kategorisasi Berdasarkan Penyebaran Skor Responden .................................. 48 4.3.1 Kategorisasi Skor Orientasi Religius ....................................................... 48 4.3.3 Kategorisasi Skor Kecerdasan Emosional ............................................... 49 4.4 Hasil Uji Hipotesis ............................................................................................ 50 4.5 Analisis Tambahan ............................................................................................ 61
xi
BAB 5 : Kesimpulan, Diskusi, Saran
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 64 5.2 Diskusi ............................................................................................................... 65 5.3 Saran .................................................................................................................. 68 5.3.1 Saran Teoritis ........................................................................................... 68 5.3.2 Saran Praktis ............................................................................................. 69
Daftar Pustaka ........................................................................................................ 70 Lampiran
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Penilaian skala likert ................................................................................. 34 Tabel 3.2 Blue print try out skala orientasi religius intrinsik ................................... 35 Tabel 3.3 Blue print try out skala orientasi religius ekstrinsik ................................. 36 Tabel 3.4 Blue print try out skala kecerdasan emosional ......................................... 37 Tabel 3.5 Hasil try out skala orientasi religius intrinsik ........................................... 39 Tabel 3.6 Hasil try out skala orientasi religius ekstrinsik ......................................... 40 Tabel 3.7 Hasil try out skala kecerdasan emosional ................................................. 41 Tabel 4.1 Gambaran responden berdasarkan jenis kelamin ..................................... 45 Tabel 4.2 Gambaran responden berdasarkan latar belakang pendidikan ................. 46 Tabel 4.3 Statistik deskriptif variabel penelitian ...................................................... 47 Tabel 4.4 Persebaran skor orientasi religius intrinsik .............................................. 48 Tabel 4.5 Persebaran skor kecerdasan emosional .................................................... 50 Tabel 4.6 Model summary ....................................................................................... 51 Tabel 4.7 Anova ....................................................................................................... 52 Tabel 4.8 Proporsi masing-masing aspek orientasi religius pada kecerdasan emosional ................................................................................................................. 53 Tabel 4.9 Coefficients .............................................................................................. 56 Tabel 4.10 Model summary ..................................................................................... 62 Tabel 4.11 Anova ..................................................................................................... 62 Tabel 4.12 Coefficients ............................................................................................ 63
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A 1. Surat ijin penelitian 2. Skala penelitian try out 3. Hasil validitas skala kecerdasan emosional try out 4. Hasil validitas skala orientasi religius intrinsik try out 5. Hasil validitas skala orientasi religius ekstrinsik try out 6. Hasil reliabilitas skala kecerdasan emosional try out 7. Hasil reliabilitas skala orientasi religius intrinsik try out 8. Hasil reliabilitas skala orientasi religius ekstrinsik try out 9. Skala penelitian field test
LAMPIRAN B 1. Tabel hasil regresi aspek-aspek orientasi religius
LAMPIRAN C 1. Skor data mentah try out skala orientasi religius intrinsik 2. Skor data mentah try out skala orientasi religius ekstrinsik 3. Skor data mentah try out skala kecerdasan emosional 4. Skor data mentah field test skala orientasi religius intrinsik 5. Skor data mentah field test skala orientasi religius ekstrinsik 6. Skor data mentah field test skala kecerdasan emosional
xiv
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sudah difahami bahwa banyak faktor yang turut menentukan kualitas pendidikan, seperti mutu masukan (siswa), sarana, manajemen, kurikulum, dan faktor-faktor instrumental serta eksternal lainnya. Tetapi mengingat peranan strategis guru dalam setiap upaya peningkatan kualitas, relevansi, inovasi, dan efisiensi pendidikan maka salah satu komponen yang sangat menentukan bagi keberhasilan upaya tersebut adalah guru. Di sisi lain, profesi guru sepanjang waktu selalu saja mendapat sorotan tajam. Dewasa ini tidak sedikit gambaran atau wacana yang diangkat untuk menunjukkan citra guru dituding sedang menurun. Pekerjaan guru yang mulia dan seharusnya menyenangkan, seringkali malah menjadi sumber ketegangan lantaran iklim dan kondisi kerja yang terlalu sarat dengan beban tugas-tugas birokrasi, beban sosial-ekonomi dan tantangan kemajuan karir yang terkait erat dengan jaminan hak-hak kesejahteraan guru. Beban sosial antara lain terkait dengan tuntutan masyarakat yang masih memandang bahwa guru adalah sosok manusia serba tahu dan serba bisa. Tidak sedikit orangtua yang memiliki tuntutan yang melampaui kemampuan guru agar anak mereka menjadi serba bisa sebagaimana yang diharapkan. Sekarang ini tugas guru menjadi semakin berat. Guru tidak hanya harus memiliki sejumlah kompetensi akademis seperti penguasaan materi pelajaran, kepiawaian dalam merancang, mengelola, dan mengevaluasi pembelajaran dengan
2
berbagai metode mutakhir, serta terampil dalam menggunakan alat peraga dan media pembelajaran; melainkan juga ia harus memiliki kematangan dan ketegaran kepribadian. Salah satu aspek yang berkaitan dengan kematangan dan ketegaran kepribadian adalah kecerdasan emosi (Emotional Intelligence) atau Emotional Quotient (EQ). Kecerdasan ini berkaitan antara lain dengan kemampuan seseorang (guru) dalam mengelola emosi terhadap diri dan orang lain, menghadapi kesulitan dan kesuksesan hidup, kasih sayang, cinta kasih yang tulus, dan tanggung jawab (Edi Hendri Mulyana, 2008). Perasaan dan emosi guru yang memiliki kepribadian yang baik maka akan tampak stabil, optimis, menyenangkan serta mengahargai orang-orang di sekitarnya. Jika guru tidak stabil emosinya maka ia akan mudah marah, mudah murung, tidak bersemangat dan bahkan menjadi tidak menyenangkan bagi anak didiknya. Beberapa tahun terakhir citra guru dinilai merosot karena banyaknya praktek kekerasan dan beberapa perilaku tidak menyenangkan yang dilakukan oleh guru. Seperti yang dilakukan seorang guru SDN Kampung Bulak 4 Pamulang, Tangerang Selatan yang tega mengusir siswanya karena siswa tersebut belum membeli LKS (detikNews.com, 17 Juli 2010). Praktek kekerasan yang dilakukan oleh guru terjadi di beberapa sekolah, salah satunya terjadi di SMAN 3 Subang, Jawa Barat. Seorang guru sejarah tega menampar siswanya karena ia merasa kesal siswanya tidak memperhatikan pelajaran yang sedang diberikan serta siswa tidak menjawab pertanyaan yang diberikan guru dengan serius. Guru tersebut mengaku khilaf karena kelelahan mengajar (Liputan6.com, 20 April
3
2010). Praktek kekerasan ini tidak hanya terjadi pada sekolah umum saja. Sekolah dengan latar belakang agama pun terdapat praktek kekerasan yang dilakukan oleh dua orang kepala sekolah, yaitu kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Tarbiyatul Adfal dan kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) An-Nur, Sumenep- Madura. Kedua kepala sekolah ini tega menghajar siswanya yang berusia 10 tahun hingga tidak sadarkan diri. Hal ini terjadi karena siswa tersebut diduga mencium pipi anak kepala sekolahnya (forumkami.com). Berdasarkan beberapa kasus yang telah dipaparkan, dapat dilihat keadaan emosi guru yang kurang stabil dapat menyebabkan perilaku yang tidak baik pada siswanya. Guru juga tidak lagi memiliki rasa belas kasih kepada siswa. Emosi yang stabil sangat dibutuhkan agar guru dan siswa sama-sama merasa nyaman dalam proses belajar mengajar. Para psikolog sependapat bahwa kecerdasan intelektual hanya berperan 20% terhadap kesuksesan seseorang, selebihnya ditentukan oleh emosi. Hal ini berarti kecerdasan intelektual bukan jaminan terhadap tercapainya perwujudan diri yang bermakna. Perwujudan diri banyak ditentukan oleh faktor non-intelektual terutama kecerdasan emosional (Emotional Quotient / EI). Keberhasilan hidup sangat ditentukan oleh keseimbangan emosi yang nantinya akan mempengaruhi cara individu berinteraksi terhadap dunia luar (Netty Hartati, 2006). Kecerdasan emosional tidak muncul dari pemikiran intelek yang jernih, tetapi dari pekerjaan hati manusia. Kecerdasan emosional menuntut individu untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain serta
4
untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif informasi dan energi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari (Cooper & Sawaf, 2001). Harmoko dalam I.G.A.N. Swistinawati (2009) mengatakan bahwa kecerdasan emosional dapat diartikan kemampuan untuk mengenali, mengelola dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosional menuntut penilikan perasaan untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri sendiri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Salovey, ada lima aspek dalam kecerdasan emosional, yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri, mengenal emosi orang lain, serta membina hubungan dengan orang lain (Goleman, 2009). Banyak ahli menyatakan bahwa dalam diri manusia terdapat naluri untuk meyakini dan mengadakan penyembahan terhadap suatu kekuatan luar biasa di luar diri manusia. Sehingga realitas menunjukkan bahwa banyak aktivitas individu didasarkan pada agama yang diyakininya. William James berpendapat bahwa agama mempunyai peranan sentral dalam menentukan perilaku manusia. Dorongan beragama pada manusia paling tidak sama menariknya dengan dorongan-dorongan lainnya (Jalaluddin Rakhmat, 2003). Menurut Allport, agama memainkan peran penting dalam membantu individu menjadi lebih matang. Ia percaya bahwa komitmen untuk keyakinan keagamaan dapat membantu individu mengatur dan memberi makna konstruktif untuk kehidupannya (Ryckman, 2008).
5
Salah satu aspek yang dikaji oleh psikologi agama sebagai hasil dari perkembangannya adalah orientasi religius. Allport adalah tokoh pertama yang mengenalkan orientasi religius melalui penelitian bersama rekannya, Ross. Hasil penelitiannya menimbulkan ketertarikan para ilmuwan lain umtuk mengedakan penelitian lebih lanjut tentang bagaimana orientasi religius mempengaruhi perilaku individu. Gordon W Allport dan Michael Ross merumuskan yang mereka istilahkan dengan Orientasi Beragama (Religious Orientation). Allport dan Ross merumuskan Orientasi Beragama sebagai "sistem cara pandang individu mengenai kedudukan agama dalam hidupnya yang menentukan pola bentuk relasi individu dengan agamanya" (P Mohamad, 1996). Sistem cara pandang ini akan mempengaruhi tingkah laku individu dalam hal menafsirkan ajaran agama dan menjalankan
apa
yang
diyakininya
sebagai
perintah
agama.
(http://qoffa.multiply.com/journal). Lebih lanjut Allport dan Ross membagi orientasi religius menjadi dua berdasarkan aspek yang memotivasinya, yaitu orientasi religius intrinsik dan orientasi religius ekstrinsik. Individu yang berorientasi religius intrinsik menunjukkan motivasi utama dalam agama yang dianut oleh dirinya sendiri. Agama dipandang sebagai comprehensive commitment, dan driving integrating motive yang mengatur seluruh hidup seseorang. Agama diterima sebagai faktor pemandu. Cara beragama seperti ini, melekat ke dalam diri pemeluknya. Kebutuhan-kebutuhan lainnya sekuat apapun dianggap kurang berarti dan sedapat mungkin diintegrasikan dalam keselarasan dengan keyakinan dan ajaran-ajaran religius (Rahma Widyana, 1998).
6
Individu yang berorientasi religius intrinsik akan menekankan hidupnya pada kepentingan agama. Agama dijadikan motif utama yang mengatur seluruh hidupnya. Individu ini tidak tawar-menawar dengan Tuhan atau menggunakan Tuhan sebagai selimut keamanan. Individu dengan orientasi religius intrinsik sangat termotivasi untuk menolong orang lain yang membutuhkan. Individu mengambil keyakinan agama secara serius dan keyakinan agama tersebut membantu mengintegrasikan kepribadian dan menghasilkan moral yang konsisten (Ventis dalam Ryckman, 2008). Sedangkan menurut Allport dan Ross (dalam Ryckman, 2008), individu dengan orientasi religius ekstrinsik akan menggunakan agamanya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Individu seperti ini cenderung menggunakan agama mereka terutama untuk melayani diri sendiri, motif tersembunyi seperti keamanan, kenyamanan, status, atau dukungan sosial. Misalnya, individu mengunjungi tempat ibadah hanya untuk menjalin hubungan kerja atau untuk meningkatkan status sosial di masyarakat. Berdasarkan penelitian Allport mendefinisikan agama ekstrinsik sebagai sesuatu yang dapat dimanfaatkan (something to use but not to live). Agama dijadikan sarana untuk mendukung kepercayaan diri, memperbaiki status, berrahan melawan kenyataan atau memberi sanksi suatu cara hidup dengan aturan-aturan (Crapps, 1993). Penelitian telah menunjukkan bahwa individu dengan orientasi religius intrinsik cenderung untuk menjadi individu yang lebih kompeten dan aman secara emosional, lebih fleksibel dalam merekasi masa-masa yang genting, dan lebih
7
cakap dalam mengatasi masa-masa gawat dari pada individu yang berorientasi religius ekstrinsik. Individu yang berorientasi religius intrinsik juga sedikit berprasangka, cemas, takut, dan obsesi pada kematiannya dari pada individu dengan orientasi religius ekstrinsik (Blaine & Crocker; Donahue; Hill & Pargament; Lesniak, Rudman, Rector, & Elkin; Maltby & Day; McFarland; Park, Cohen, & Murch; Ponton & Gorsuch; Ventis). Singkatnya, menurut Dezutter, Soenens & Hutsebaut (2006) individu dengan orientasi religius intrinsik lebih sehat secara psikologis dari pada individu dengan orientasi religius ekstrinsik (Ryckman, 2008). Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa individu dengan orientasi religius intrinsik akan memiliki kemampuan untuk meningkatkan kecerdasan emosional yang dimilikinya secara sempurna. Hal ini dikarenakan individu dengan orientasi religius intrinsik memiliki kemampuan untuk mengenal serta mengelola emosi yang sedang terjadi (aman secara emosional), mampu memotivasi diri ketika mengalami masa-masa sulit, serta memiliki motivasi untuk membina hubungan dengan orang lain dan termotivasi untuk selalu menolong orang yang sedang kesulitan tanpa mengharapkan balasan. Sedangkan individu dengan orientasi religius ekstrinsik kemungkinan kecil akan mampu meningkatkan kecerdasan emosional yang dimiliki dengan sempurna. Hal ini dikarenakan individu tersebut hanya mau membina hubungan dengan orang lain jika hubungan tersebut dapat memberikan keuntungan bagi
8
dirinya serta bisa menjadi sarana untuk mewujudkan tujuan tertentu, seperti rasa aman, status sosial, dan hubungan kerja. Berdasarkan fenomena serta beberapa penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan tentang orientasi religius yang berkaitan dengan emosi. Oleh karena itu peneliti layak untuk mengajukan penelitian ini dengan mengajukan judul “Pengaruh Orientasi Religius Terhadap Kecerdasan Emosional Guru”.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah Suatu penulisan ilmiah sangat diperlukan adanya pembatasan dan perumusan masalah. Hal ini dimaksudkan agar penulisan ini tidak menyimpang dari sasarannya. 1. Pembatasan Masalah a. Orientasi Religius adalah cara pandang individu mengenai kedudukan agama dalam hidupnya yang menentukan pola bentuk relasi individu dengan agamanya. Orientasi religius terdiri atas orientasi religius intrinsik dan orientasi religius ekstrinsik. b. Kecerdasan Emosi adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi, menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
9
2. Perumusan Masalah Berdasarkan hal-hal di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Apakah ada pengaruh orientasi religius intrinsik terhadap kecerdasan emosinal guru Pondok Pesantren Daar el-Qalam Tangerang? b. Apakah ada pengaruh orientasi religius ekstrinsik terhadap kecerdasan emosional guru Pondok Pesantren Daar el-Qalam Tangerang? c. Aspek-aspek orientasi religius manakah yang memberikan pengaruh secara signifikan terhadap kecerdasan emosional guru Pondok Pesantren Daar elQalam Tangerang?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh orientasi religius terhadap kecerdasan emosional. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis yaitu sebagai berikut: 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan teori-teori psikologi, khususnya yang berhubungan dengan psikologi agama. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat yaitu: a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan dalam mengembangkan kecerdasan emosional
10
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur atau bacaan yang bisa membantu guru untuk menambah pengetahuan tentang orientasi religius dan kecerdasan emosional c. Penelitian ini dapat dijadikan salah satu acuan untuk mengembangkan kecerdasan emosional guru dalam pendidikan melalui orientasi religius yang dimiliki guru
1.4 Sistematika Penulisan Penulisan hasil penelitian ini mengacu pada pedoman penulisan skripsi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan sistematika sebagai berikut: BAB 1 Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang dilakukannya penelitian mengenai hubungan orientasi religius dengan kecerdasan emosional guru Pondok Pesantren Daar el-Qalam Tangerang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistemetika penulisan BAB 2 Kajian Pustaka, menguraikan sejumlah kkonsep yang berkaitan dengan kecerdasan emosional yang terdiri dari pengertian, aspek-aspek, dan hal-hal yang mempengaruhi kecerdasan emosional. Selain itu juga dijelaskan konsep mengenai pengertian orientasi religius, ragam orientasi religius, aspek-aspek orientasi religius, dan hal-hal yang berkaitan dengan orientasi religius. BAB 3 Metodologi Penelitian, bab ini berisi penguraian mengenai variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengambilan sampel, desain
11
penelitian, instrumen penelitian, teknik pengambilan data dan teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini. BAB 4 Presentasi dan Analisa Data, menguraikan mengenai pengolahan semua data yang terkumpul dari penelitian ini. Data yang terkumpul meliputi gambaran umum subjek penelitian, hubungan orientasi religius dengan kecerdasan emosional guru dan analisis regresi tiap aspek orientasi religius dengan kecerdasan emosional guru. BAB 5 Kesimpulan, Diskusi dan Saran, pada bagian kesimpulan berisi jawaban terhadap permasalahan penelitian. Kesimpulan dibuat berdasarkan analisis dan interpretasi data yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya. Pada bagian diskusi, akan dibahas hasil penelitian. Selain itu, juga akan diberikan pembahasan mengapa suatu hipotesis penelitian ditolak atau diterima, serta keterbatasanketerbatasan penelitian. Bagian saran berisi saran-saran teoritis untuk keperluan penelitian selanjutnya serta saran-saran praktis sesuai dengan permasalahan dan hasil penelitian.
12
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Kecerdasan Emosional 2.1.1 Pengertian Emosi dan Kecerdasan Emosional Dalam makna paling harfiah, Oxford English Dictionary mendefinisikan emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Goleman (2009) menganggap emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Para peneliti terus berdebat tentang emosi mana yang benar-benar dapat dianggap sebagai emosi primer. Sejumlah teoritikus mengelompokkan emosi dalam golongan-golongan besar. Calon-calon utama dan beberapa anggota golonggan tersebut adalah: a. Amarah: beringas, mengamuk, marah besar, benci, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, dan yang paling hebat tindak kekerasan dan kebencian patologis b. Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan jika menjadi patologis – depresi berat c. Rasa takut: cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, waspada, sedih, tidak tenang, ngeri, dan jika menjadi patologi – fobia dan panik
13
d. Kenikmatan: bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa terpenuhi, kegirangan luar biasa, dan batas ujungnya – mania e. Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaik hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih f. Terkejut: terkejut, terkesiap, takjub, terpana g. Jengkel: hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau muntah h. Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur (Goleman, 2009). Istilah kecerdasan emosi diperkenalkan pertama kali oleh John Mayer dan Peter Salovey pada tahun 1990. Salovey dan Meyer (Shapiro, 1997) memberikan definisi tentang kecerdasan emosi sebagai himpunan bagian dari kecerdasan emosi yang melibatkan kemampuan dalam memantau perasaan dan emosi, baik pada diri sendiri dan orang lain dan kemudian menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan. Menurut Salovey dan Meyer kecerdasan emosional mengacu pada suatu kemampuan yang dipelajari untuk menerima, memahami, dan mengungkapkan perasaan secara akurat dan untuk mengendalikan emosi (Chapman, 2008). Goleman (1999) mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
14
2.1.2 Aspek-aspek Kecerdasan Emosional Menurut Salovey (Goleman, 2009), ada lima aspek dalam kecerdasan emosional yaitu: 1. Mengenali emosi diri Kesadaran diri (mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi) merupakan dasar kecerdasan emosionalonal. Kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat individu ada dalam kekuasaan perasaan. Individu yang memiliki keyakinan yang lebih tentang perasannya adalah pilot yang handal bagi kehidupannya, karena mempunyai kepekaan yang lebih tinggi akan perasaan mereka yang sesungguhnya atas pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi. Menurut Netty Hartati (2006), kesadaran diri adalah kemampuan individu untuk menyadari emosi yang sedang dialaminya, dapat mengenal emosi itu, memahami kualitas, intensitas, dan durasi emosi yang sedang berlangsung serta tahu penyebab terjadinya. 2. Mengelola emosi Menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas adalah kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Keterampilan mengelola emosi ini akan meninjau kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang timbul karena gagalnya keterampilan emosional dasar ini. Individu yang buruk
15
kemampuannya dalam keterampilan ini akan terus-menerus bertarung melawan perasaan murung, sementara yang pintar dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan. Menurut Ema Yudiani (2005), mengelola emosi yaitu menangani emosi agar berdampak positif terhadap pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapai suatu tujuan dan mampu menetralisir tekanan emosi. Kemampuan ini bisa mengendalikan kemarahan, ketergesa-gesaan, dan kemungkinan berpikir sebelum mengambil keputusan. 3. Memotivasi diri sendiri Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri. Orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang dikerjakan. Netty Hartati (2006) mengemukakan bahwa ciri-ciri orang yang memiliki kemampuan memotivasi diri adalah ia memiliki kepercayaan diri yang positif, optimis dalam menghadapi keadaan sulit, terampil dan fleksibel dalam menemukan alternatif pemecahan masalah. Memotivasi diri menurut Myers (I.G.A.N. Swistinawati, 2009) adalah suatu kebutuhan atau keinginan yang dapat memberi kekuatan dan mengarahkan tingkah laku menjadi motivasi. Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat ditelusuri melalui hal-hal berikut:
16
a. Optimisme Optimisme merupakan sikap menahan seseorang untuk tidak terjerumus dalam keadaan adaptis, keputusasaan, dan depresi pada saat mengalami kekecewaan dan kesulitan dalam hidup. Optimis merupakan sikap yang cerdas secara emosional. b. Harapan Harapan sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Harapan merupakan keyakinan adanya kemauan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Orang yang mempunyai harapan tidak akan menjadi cemas dan tidak akan bersikap pasrah, seseorang yang mempunyai harapan memiliki beban stress yang rendah. c. Flow Flow merupakan puncak pemanfaatan emosi demi mencapai sasaran yang ditetapkan. Dalam flow, emosi tidak hanya ditampung dan disalurkan tetapi juga bersifat mendukung, memberi tenaga dan keselarasan dengan tugas yang dihadapi. Ciri khas flow adalah perasaan kebahagiaan yang spontan. 4. Mengenali emosi orang lain (Empati) Empati, kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri emosional, yang merupakan keterampilan dasar “bergaul”. Kemampuan berempati yaitu kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain, ikut berperan dalam pergulatan arena kehidupan. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-
17
apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Semakin individu terbuka kepada emosi diri sendiri, maka individu akan semakin terampil membaca perasaan. Emosi jarang diungkapkan dengan kata-kata, emosi jauh lebih sering diungkapkan melalui isyarat. Kunci untuk memahami perasaan orang lain adalah mampu membaca pesan nonverbal, diantaranya nada bicara, gerakgerik, ekspresi wajah, dan sebagainya. 5. Membina hubungan dengan orang lain Seni membina hubungan sebagian besar merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. Keterampilan ini menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antarpribadi. Menurut Eny Purwandari dan Purwati (2008), membina hubungan dengan orang lain yaitu kemampuan individu untuk membentuk hubungan, membina kedekatan hubungan, meyakinkan, mempengaruhi, dan membuat orang lain merasa nyaman, serta dapat jadi pendengar yang baik. Pendengar yang baik akan tampak sabar dan dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan emosi orang yang sedang didengar keluhannya. Menurut Hatch dan Gardner (Goleman, 2009), ada empat kemampuan terpisah yang diidentifikasi sebagai komponen-komponen kecerdasan antarpribadi, yaitu:
pertama,
mengorganisir
kelompok
yaitu
memprakarsai
dan
mengkoordinasi upaya menggerakkan individu. Kedua, merundingkan pemecahan yaitu mencegah atau menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi. Ketiga, hubungan pribadi yaitu mengenali dan merespons dengan tepat
18
perasaan dan keprihatinan orang lain. Keempat, analisis sosial yaitu kemampuan mendeteksi dan mempunyai pemahaman tentang perasaan, motif, dan keprihatinan orang lain.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional Menurut Gottman & Declaire (I.G.A.N. Swistinawati, 2009) dan Ventis dkk (Ryckman, 2008) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional. Antara lain, yaitu : a. Keluarga Goleman (2000) mengatakan kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama untuk mempelajari emosi. Dalam wadah besar yang akrab ini, individu belajar bagaimana merasa tentang diri sendiri dan orang lain bereaksi terhadap perasaan diri, bagaimana memikirkan perasaan yang dimiliki dan pilihanpilihan apa yang dimiliki untuk bereaksi. Orang tua yang kecerdasan emosionalnya tinggi merupakan keuntungan besar bagi anak. Kecerdasan emosional orang tua yang tinggi membuatnya memilih tindakan dan pola asuh yang sesuai bagi anak untuk membantu meningkatkan kecerdasan emosional anak. b. Pengalaman Kecenderungan individu untuk bertindak biasanya diawali oleh pengalaman hidupnya. Cara mempelajari keterampilan emosional dapat diperoleh dari pengalaman dengan lingkungan sekitar, ketika individu melakukan kontak sosial dengan orang lain. Adanya hubungan dengan orang lain dapat
19
mempengaruhi perilaku individu seperti bagaimana menilai orang lain, bagaimana berkomunikasi dan bagaimana individu dapat menentukan sikap. c. Pendidikan Sekolah Sekolah dapat menjadi salah satu lembaga yang dapat mengajarkan kecerdasan emosionalonal. Goleman (2000) menyebutkan bahwa sekolah dapat berperan besar dengan mencantumkan keterampilan emosional dalam kurikulumnya. Adanya rancangan yang lebih luas dengan mengembangkan kurikulum pelajaran keterampilan emosional ataupun mempersiapkan guru yang berkompeten untuk membantu mengajarkan keterampilan emosional. d. Orientasi Religius Penelitian yang dilakukan Ventis dan rekan-rekannya (Ryckman, 2008) menunjukkan bahwa individu dengan orientasi religius intrinsik cenderung menjadi individu yang lebih kompeten dan aman secara emosional, lebih fleksibel dalam mereaksi masa-masa genting, dan lebih cakap dalam mengatasi masa-masa gawat dari pada individu yang berorientasi religius ekstrinsik.
2.2 Orientasi Religius 2.2.1 Pengertian Orientasi Religius Dalam kamus psikologi J.P. Chaplin (2006), religion (agama) adalah suatu sistem yang kompleks dari kepercayaan, keyakinan, sikap-sikap, dan upacaraupacara yang menghubungkan individu dengan satu keberadaan atau makhluk yang bersifat ketuhanan.
20
Orientasi religius didefinisikan sebagai cara pandang individu mengenai kedudukan agama dalam hidupnya yang menentukan pola bentuk relasi individu dengan agamanya (Worthington dalam Priska dan Henny, 2004). Menurut Allport dan Ross “Religious orientation has been defined as the extent to which a person lives out his or her religious belief”. Orientasi religius telah didefinisikan sebagai tingkat dimana individu hidup dengan keyakinan agamanya (McCormick, Hoekman & Smith, 2000). Batson dan Ventis (Earnshaw,2000) juga mengemukakan bahwa orientasi religius adalah istilah yang digunakan oleh para psikolog untuk mengarahkan kepada bagaimana individu mempraktikkan atau hidup dengan keyakinan dan nilai-nilai agamanya (religious orientation is the term employed by psychologists to refer to the way in which a person practices or lives out his or her religious belief and values). Dari beberapa pengertian yang telah diungkapkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa orientasi religius adalah cara pandang individu mengenai agamanya serta bagaimana individu tersebut menggunakan agama atau keyakinannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.2.2 Ragam Orientasi Religius Allport dan Ross (Fuad Nashori, 1998) tipe orientasi religius dapat dibagi menjadi dua, yaitu orientasi religius intrinsik dan orientasi religius ekstrinsik. Mereka menggunakan pendekatan motivasional untuk menjelaskan tipologi ini.
21
a. Orientasi Religius Intrinsik Menurut Crapss (1993) orientasi religius intrinsik adalah agama yang dihayati dan dipandang bernilai bagi dirinya sendiri, yang menuntut keterlibatan dan mengatasi kepentingan sendiri. Bagi individu tersebut agama sudah menyatu dan tidak terpisahkan dengan kehidupan. Individu yang berorientasi religius intrinsik menerapkan atau menjalankan ajaran agama dalam kehidupannya secara konkrit. Allport menyatakan bahwa agama semacam ini adalah religi yang dewasa atau mengandung keinginan untuk suatu komitmen yang merupakan penggabungan yang ideal dari hidup individu. Bagi individu agama sudah menyatu dan tidak terpisahkan dengan kehidupan (Crapps dalam Priska N. & Henny E.W., 2004). Menurut Ventis (Ryckman, 2008) individu yang berorientasi religius intrinsik akan menganggap keyakinan agama sebagai tujuan itu sendiri. Keyakinan agama mereka membantu mengintegrasikan kepribadian mereka dan menghasilkan moralitas yang konsisten. b. Orientasi Religius Ekstrinsik Allport dan Ross (Fuad Nashori, 1998) menjelaskan bahwa individu yang menganut orientasi religius ekstrinsik akan memandang agama dalam rangka kegunaan untuk berbagai hal, antara lain untuk memperoleh rasa aman, penghiburan, pembenaran diri, memperbaiki status, dan bertahan melawan kenyataan atau member sanksi pada suatu cara hidup. Bagi mereka, keyakinan yang dipeluknya cenderung dianut atau dilambangkan secara selektif agar cocok dengan kebutuhan-kebutuhannya yang lebih primer. Individu dengan
22
orientasi
ini
cenderung
memanfaatkan
agamanya
demi
kepentingan-
kepentingan sendiri. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa individu yang berorientasi religius ekstrinsik “memanfaatkan agamanya”. Menurut Hardjana (Toifur, 2003), orientasi religius ekstrinsik adalah iman yang tidak menyatu dengan pribadi orang yang beragama. Baginya iman merupakan masalah luar yang tidak mempengaruhi cara berpikir, berkehendak, dan berperilaku. Orang yang berorientasi religius ekstrinsik bukan mengahayati tetapi menggunakan iman demi kepentingan pribadi. Agama dianut dengan pamrih karena kepentingan pribadi, ekonomi, sosial yang ada di luar kepentingan iman. Bagi individu semacam ini, menganut agama adalah cara untuk mendapatkan kehangatan, pertolongan dan perlindungan di tengah kehidupan yang tidak menentu.
2.2.3 Aspek-aspek Orientasi Religius Menurut interpretasi Hunt dan King (Widyana, 1998) mengenai beberapa aspek
yang
berkaitan
dengan
masing-masing
orientasi
religius
yang
dikembangkan dari definisi Allport adalah sebagai berikut: a. Personal vs Institusional Personal yaitu meyakini secara personal nilai-nilai ajaran agama sebagai hal yang vital dan mengusahakan tingkat penghayatan yang lebih dalam, sedangkan institusional yaitu penghayatan agama yang bersifat institusional atau dalam konteks kelembagaan.
23
b. Unselfish vs Selfish Unselfish maksudnya berusaha mentransendensikan kebutuhan-kebutuhan yang berpusat pada diri sendiri, sedangkan selfish adalah pemuasan diri sendiri, pemanfaatan protektif untuk kepentingan pribadi. c. Relevansi terhadap seluruh kehidupan vs Disiintegrasi Relevansi maksudnya memenuhi kehidupannya dengan motivasi dan makna religius, sedangkan disiintegrasi yaitu agama terpilah atau tidak terintegrasikan ke dalam keseluruhan pandangan hidupnya. d. Kepenuhan penghayatan keyakinan yaitu beriman dengan sungguh dan menerima keyakinan agama secara total tanpa syarat vs Keyakinan dan ajaran agama yang dihayati secara dangkal e. Pokok vs Instrumental Keyakinan agama sebagai tujuan akhir, nilai dan motif yang utama dan sangat signifikan, sedangkan instrumental yaitu keyakinan agama sebagai sarana mencapai tujuan, memanfaatkan agama untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan lain yang non-religius. f. Assosiasional vs Komunal Assosiasional yang dimaksud adalah keterlibatan religius demi pencarian religius yang lebih dalam, sedangkan komunal maksudnya afiliasi (pertalian atau hubungan) demi sosiabilitas dan status. g. Keteraturan penjagaan perkembangan iman yaitu penjagaan perkembangan iman yang konsisten dan teratur vs Ketidakteraturan penjagaan perkembangan iman atau penjagaan yang bersifat periferal.
24
2.2.4 Beberapa Hal yang Terkait dengan Orientasi Religius Untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan orientasi religius ada beberapa penelitian yang telah dilakukan, yaitu: a. Fisik Faktor fisik ini terdiri dari usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Strickland & Shaffer mengemukakan bahwa orang yang lebih tua cenderung memiliki orientasi religius internal lebih kuat dari pada orang yang lebih muda, dan orang yang pendidikan formalnya lebih tinggi biasanya memiliki orientasi religius yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang pendidikannya lebih rendah (McCormick, Hoekman & Smith, 2000). b. Kesehatan mental dan psikis Batson & Ventis menjelaskan bahwa orientasi religius berhubungan secara positif dengan kesehatan mental yang baik dan kebebasan dari perasaan bersalah atau khawatir (Earnshaw, 2005). Penelitian Beit-Hallahmi & Argyle (1997) menyatakan bahwa individu yang sering datang ke gereja jarang meninggal cepat karena gagal jantung atau penyakit serius lainnya. Penelitian lain yang dilakukan oleh Genia & Shaw (1991) menyatakan bahwa orientasi religius intrinsik juga terprediksi untuk rendahnya tingkat depresi. Dalam dua penelitian lebih lanjut oleh McFarland & Warren (1992) ditemukan bahwa orientasi religius intrinsik berhubungan negatif dengan depresi, sedangkan orientasi religius ekstrinsik berhubungan negatif dengan depresi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa orientasi religius
25
berhubungan dengan kesehatan dan kesejahteraan psikologis (Earnshaw, 2005). c. Perilaku sosial Orientasi religius juga dapat meramalkan perilaku sosial. Berbagai perilaku yang telah diuji dalam penelitian utama termasuk prasangka yang dilakukan oleh Beit-Hallahmi & Argyle (1997), hasilnya adalah individu dengan orientasi religius intrinsik umumnya tidak memiliki prasangka (prejudice) sebesar individu dengan orientasi religius ekstrinsik (Earnshaw, 2005).
2.3 Kerangka Berpikir Kecerdasan emosional memerlukan pengembangan yang sebaik-baiknya melalui pola bimbingan holistik, berpusat pada kehidupan keluarga yang berdasarkan nilai-nilai religi dan bernuansa pendidikan dalam suasana harmoni budaya bangsa (Netty Hartati, 2006). Menurut Darajat (2003) agama mempunyai peran penting dalam pengendalian moral individu. Kualitas pemahaman keagamaan individu akan menentukan semua perilaku yang dilakukannya. Semakin baik pemahaman nilainilai agama individu semakin baik yang ditampilkan, tetapi sebaliknya pemahaman nilai-nilai agama yang kurang baik akan membawa individu pada sikap yang bertentangan dengan nilai-nilai agama dan norma masyarakat. Pemahaman serta cara pandang individu terhadap agamanya akan memberikan pengaruh penting dalam kehidupannya, baik kehidupan pribadi maupun kehidupan sosialnya. Pemahaman dan cara pandang yang baik terhadap
26
agamanya akan membawa individu hidup dalam kedamaian, penuh kasih sayang, dan tanpa kekerasan. Individu akan mampu mengendalikan emosi terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Individu juga akan mampu mengenal dan memahami perasaan orang lain serta mampu membina hubungan baik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Individu dengan orientasi religius intrinsik akan menekankan hidupnya pada kepentingan agama. Agama dijadikan motivasi utama untuk mengatur seluruh hidupnya. Segala kebutuhan hidupnya sebisa mungkin selalu selaras dengan ajaran agamanya. Ketaatan beragama semacam ini adalah motif utama dalam kehidupan sehingga dianggap menunjang kesehatan mental dan kedamaian masyarakat. Dengan cara itu individu mampu menciptakan keyakinan yang penuh kasih sayang serta hubungan baik dengan sesama. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ventis dkk (dalam Ryckman, 2008), menunjukkkan bahwa individu dengan orientasi religius intrinsik cenderung menjadi individu yang aman secara emosional, lebih fleksibel dalam menghadapi masa-masa genting serta mampu menghadapinya. Individu ini juga akan termotivasi untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Dari California Psychological Inventory (Bergin dalam Rahma Widyana, 1998), menemukan bahwa bahwa orientasi religius intrinsik berhubungan secara positif dengan beberapa aspek kepribadian seperti kematangan sosial, bertanggung jawab, memiliki perasaan senang, dan efisiensi intelektual. Orientasi religius intrinsik dapat memberikan pengaruh bagi individu dalam meningkatkan kemampuan untuk memahami dan mengelola emosi yang sedang
27
dirasakannya dengan baik. Mampu melepaskan diri dari kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan. Individu ini juga memiliki kemampuan untuk membina hubungan baik dengan orang lain melalui kebiasaannya untuk menolong orang lain yang membutuhkan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa individu dengan orientasi religius intrinsik akan mampu meningkatkan kecerdasan emosional yang ada pada dirinya secara sempurna karena individu ini memiliki kemampuan-kemampuan yang merupakan aspek dari kecerdasan emosional. Menurut Allport, individu dengan orientasi religius ekstrinsik akan cenderung menggunakan agama terutama untuk kepentingan diri sendiri, motif tersembunyi seperti rasa aman, kesenangan, status, atau dukungan sosial. Ventis dkk (Ryckman, 2008), dalam penelitiannya menyebutkan bahwa individu dengan orientasi religius ekstrinsik akan berbanding terbalik dengan individu yang berorientasi religius intrinsik. Kemudian Bergin (dalam Rahma Widyana,1998) mengemukakan bahwa orientasi religius ektrinsik berkorelasi negatif dengan kemampuan sosial, sikap tenang dan spontan, bertanggung jawab, toleransi, perasaan senang, keberhasilan menyesuaikan diri, keberhasilan untuk mandiri, efisiensi intelektual dan kualitas yang mendasari munculnya status diri. Individu dengan orientasi religius ekstrinsik tidak akan termotivasi untuk memperhatikan keadaan orang lain karena mereka hanya ingin memenuhi kepentingan pribadinya. Mereka tidak memiliki kemampuan sosial yang baik. Individu ini hanya mau membina hubungan dengan orang-orang yang dapat memberikan keuntungan bagi dirinya dalam mewujudkan keinginan pribadinya. Artinya individu dengan orientasi religius ekstrinsik tidak akan memiliki rasa
28
empati dan perilaku sosial yang baik. Mereka akan mudah merasa cemas, takut, mudah murung, dan sulit menghadapi masa-masa sulit dalam hidupnya sehingga mereka akan kesulitan untuk meningkatkan kecerdasan emosional. Dengan demikian, diduga bahwa individu yang cenderung berorientasi religius intrinsik akan mampu meningkatkan kecerdasan emosionalnya. Sedangkan individu yang cenderung berorientasi religius ekstrinsik tidak akan mampu meningkatkan kecerdasan emosionalnya.
2.4 Hipotesis Ha1: Ada pengaruh positif yang signifikan orientasi religius terhadap kecerdasan emosional guru Pondok Pesantren Daar el-Qalam Tangerang Ha2 : Ada pengaruh positif yang signifikan orientasi religius intrinsik terhadap kecerdasan emosional guru Pondok Pesantren Daar el-Qalam Tangerang Ha3 : Ada pengaruh negatif yang signifikan orientasi religius ekstrinsik terhadap kecerdasan emosional guru Pondok Pesantren Daar el-Qalam Tangerang
29
BAB III METODE PENELITIAN
Untuk menguji hipotesis yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, pada bab ini akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian tentang hubungan antara orientasi religius dengan kecerdasan emosional pada guru Pondok Pesantren Daar el-Qalam, Gintung, Jayanti, Tangerang. Bab tiga ini terdiri dari jenis dan metode penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, uji instrument, prosedur penelitian, dan teknik analisa data.
3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang datanya berbentuk angka-angka dan dianalisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2008). Pendekatan ini dipilih karena peneliti mengolah data dalam bentuk angka-angka ke dalam analisis statistik.
3.2. Definisi Variabel Menurut Kerlinger (Sugiyono, 2008) variabel adalah konstruk atau sifat yang dipelajari. Variabel
terbagi menjadi dua macam, yaitu variabel bebas
(Independent Variable) dan variabel terikat (Dependent Variable). Dalam
30
penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah Orientasi Religius, sedangkan variabel terikatnya adalah Kecerdasan emosional.
3.2.1. Definisi konseptual Menurut Sevilla dkk (1993), variabel adalah suatu karakteristik yang mempunyai dua atau lebih nilai atau sifat yang satu sama lain terpisah. Adapun definisi konseptual dari variabel-variabel penelitian tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Kecerdasan emosional dikemukakan oleh Goleman (1997), yaitu suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi, menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
2.
Orientasi religius dikemukana oleh Allport dan Ross yang dikutip oleh McCormick, Hoekman & Smith (2000), yaitu tingkat dimana seseorang hidup dengan keyakinan agamanya.
3.2.2. Definisi Operasional Adapun definisi operasional dari variabel-variabel penelitian tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Kecerdasan emosional yang dimaksud adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi, menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya yang diukur melalui skala
31
Kecerdasan Emosional dengan indikator: kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial yang tercermin dari skor yang diperoleh melalui alat ukur kecerdasan emosinal guru Daar el-Qalam. 2.
Orientasi religius yang dimaksud adalah bagaimana individu hidup dengan agama atau keyakinan yang diyakininya. Terdapat dua kategori orientasi religius yang ada pada penelitian ini, yaitu orientasi religius intrinsik yang diukur melalui skala Orientasi Religius Intrinsik dengan indikator pada aspekaspek orientasi religius intrinsik, yaitu penghayatan agama secara personal, agama berpusat pada diri sendiri, ajaran agama digunakan dalam kehidupan sehari-hari, penghayatan keyakinan secara total, agama sebagai tujuan akhir, nilai dan motif yang utama, pencarian religius yang lebih dalam, keteraturan penjagaan perkembangan iman. Lalu orientasi religius ekstrinsik yang diukur melalui skala Orientasi Religius Ekstrinsik dengan indikator pada aspekaspek orientasi religius ekstrinsik, yaitu penghayatan agama dalam konteks kelembagaan, agama sebagai pemuasan diri atau kepentingan pribadi, ajaran agama tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, keyakinan agama yang dangkal, agama sebagai sarana memenuhi kebutuhan yang non-religius, agama digunakan sebagai cara untuk membentuk hubungan kerja atau sosial, penghayatan agama yang besifat periferal. Semuanya tercermin dari skor yang diperoleh melalui alat ukur orientasi religius intrinsik dan ekstrinsik guru Daar el-Qalam.
32
3.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Data 3.3.1. Populasi dan Sampel Penelitian Menurut Gay (Sevilla, et al., 1993) populasi adalah kelompok yang dijadikan sasaran generalisasi oleh peneliti. Menurut Sugiyono (2008) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru Pondok Pesantren Daar el- Qalam, Tangerang yang berjumlah 197 guru. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi yang dijadikan subjek penelitian (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini, jumlah sampel yang akan diambil adalah 84 guru.
3.3.2. Teknik Pengambilan Sampel Menurut Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Random Sampling. Teknik random sampling mempunyai beberapa cara dalam pengambilan sampel. Dalam penelitian ini cara yang digunakan adalah simple random sampling. Menurut Weirsma (Sevilla, 1993) pengambilan sampel secara acak adalah suatu metode pemilihan ukuran sampel dari suatu populasi di mana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama dan semua kemungkinan penggabungannya yang diseleksi sebagai sampel mempunyai peluang yang sama.
33
Syarat pengambilan sampel secara acak meliputi tahap-tahap sebagai berikut: pertama, menetapkan populasi; kedua, daftar semua anggota populasi; ketiga, memilih sampel melalui prosedur yang sesuai di mana setiap anggota mempunyai peluang yang sama sebagai sampel penelitian (Sevilla,1993). Ada dua prinsip dasar dalam pengambilan sampel secara acak, yaitu (1) Equi-probability – ini berarti bahwa setiap anggota populasi yang termasuk dalam sampel mempunyai peluang yang sama. (2) Independence – hal ini berkenaan dengan kenyataan bahwa bila satu anggota yang diseleksi (dipilih) sebagai sampel tidak mempengaruhi peluang anggota lain (Sevilla,1993). Dalam memilih sampel penelitian prosedur yang akan digunakan adalah pengambilan sampel melalui undian. Fox (Sevilla, 1993) menyebutnya sebagai teknik fishbowl.
3.4. Instrumen Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi yang relevan adalah dengan menggunakan skala. Karakteristik skala sebagai alat ukur psikologi, yaitu: stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkapkan indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan. Indikator perilaku itu diterjemahkan dalam bentuk item-item, maka skala psikologi selalu berisi banyak item dan respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguhsungguh (Saifuddin Azwar, 2008).
34
Dalam penelitian ini digunakan instrumen berupa skala yang terdiri dari skala Orientasi Religius dan skala Kecerdasan emosional. Kedua skala ini disusun berdasarkan indikator-indikator variabel yang merupakan ciri-ciri perilaku yang hendak diteliti. Kedua skala ini berisi pernyataan-pernyataan yang harus dipilih dengan pilihan yang sesuai dengan individu tersebut. Bentuk skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala model Likert. Pada skala ini akan ditampilkan pernyataan yang bersifat mendukung (favorable) dan tidak mendukung (unfavorable) dengan empat alternatif pilihan jawaban. Empat alternatif pilihan jawaban dilakukan untuk menghindari posisi tengah yang menyebabkan subyek cenderung untuk menempati dirinya pada posisi tersebut. Adapun penilaian pada keempat alternatif jawaban tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Tabel Penilaian Skala Likert
Alternatif
a.
Favorable
Unfavorable
Sangat Sesuai (SS)
4
1
Sesuai (S)
3
2
Tidak Sesuai (TS)
2
3
Sangat tidak Sesuai (STS)
1
4
Skala Orientasi Religius Skala ini disusun berdasarkan dimensi orientasi religius yang dikemukakan
oleh Allport. Penyusunan skala bermula dari adaptasi penelitian yang dilakukan oleh Allport & Ross tentang Orientasi Religius untuk kemudian disesuaikan
35
dengan kondisi sampel yang dijadikan penelitian. Skala orientasi religius pada penelitian ini dibuat menjadi dua, yaitu skala orientasi religius intrinsik dan skala orientasi religius ekstrinsik. Indikator yang digunakan pada skala orientasi religius intrinsik ini yaitu penghayatan agama secara personal, agama berpusat pada diri sendiri, ajaran agama digunakan dalam kehidupan sehari-hari, pemenuhan penghayatan keyakinan, agama sebagai tujuan akhir, nilai dan motif utama, pencarian religius yang lebih dalam, dan keteraturan penjagaan perkembangan iman. Dalam skala ini terdapat 21 item yang hanya terdiri dari item favorable. Distribusi penyebaran item pada skala orientasi religius intrinsik ini dapat dilihat melalui tabel 3.2 sebagai berikut: Tabel 3.2 Blue Print Skala Try Out Orientasi Religius Intrinsik No.
Indikator
Item
Jumlah
1.
Penghayatan agama secara personal
1,8,15
3
2.
Agama berpusat pada diri sendiri
2,9,16
3
3.
Ajaran agama digunakan dalam kehidupan
3,10,17
3
sehari-hari 4.
Penghayatan keyakinan secara total
4,11,18
3
5.
Agama sebagai tujuan akhir, nilai dan motif
5,12,19
3
yang utama 6.
Pencarian religius yang lebih dalam
6,13,20
3
7.
Keteraturan penjagaan perkembangan iman
7,14,21
3
Jumlah
21
36
Adapun indikator yang digunakan dalam skala orientasi religius ekstrinsik ini merupakan aspek orientasi religius ekstrinsik, yaitu penghayatan agama dalam konteks kelembagaan, agama sebagai pemuasan diri sendiri, ajaran agama tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, keyakinan agama yang dangkal, agama sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan yang non-religius, agama sebagai sarana untuk membentuk hubungan kerja atau sosial, ketidakteraturan penjagaan perkembangan iman. Dalam skala ini terdapat 21 item yang hanya terdiri dari item favorable. Distribusi penyebaran item pada skala orientasi religius ekstrinsik ini dapat dilihat melalui tabel 3.3 sebagai berikut: Tabel 3.3 Blue Print Skala Try Out Orientasi Religius Ekstrinsik No
Indikator
Jumlah
1.
Penghayatan agama dalam konteks kelembagaan
1,8,15
3
2.
Agama sebagai pemuasan diri sendiri
2,9,16
3
3,10,17
3
4,11,18
3
5,12,19
3
6,13,20
3
7,14,21
3
3. 4. 5.
6. 7.
Ajaran agama tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari Keyakinan agama yang dangkal Agama sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan yang non-religius Agama sebagai sarana untuk membentuk hubungan kerja atau sosial Ketidakteraturan penjagaan perkembangan iman Jumlah
b.
Item
Skala Kecerdasan emosional
21
37
Skala kecerdasan emosional dibuat berdasarkan dimensi kecerdasan emosional Daniel Goleman sebagai indikator. Adapun indikator kecerdasan emosional yang diungkapkan oleh Salovey dan Mayer (dalam Goleman, 2009) yaitu, mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain. Dalam skala ini terdapat 38 item yang terdiri dari 20 item favorable dan 18 item unfavorable. Distribusi penyebaran item pada skala kecerdasan emosional ini dapat dilihat melalui tabel 3.4 sebagai berikut: Tabel 3.4 Blue Print Skala Try Out Kecerdasan emosional No.
Item
Indikator
Jumlah
Favorabel
Unfavorabel
1.
Mengenal emosi diri
1,4,15,27
18,30
6
2.
Mengelola emosi diri
7,13,20,31
8,16,24,36
8
3.
Memotivasi diri sendiri
3,17,23,32
2,14,22,33
8
4.
Empati
5,11,29
6,21,26
6
5.
Membina hubungan dengan orang lain Jumlah
9,19,25,35,37 10,12,28,34,38 20
18
10 38
3.5. Uji Instrumen Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan uji instrumen dengan 80 item dari 3 skala, yaitu skala orientasi religius intrinsik sebanyak 21 item, skala orientasi religius ekstrinsik sebanyak 21 item dan skala kecerdasan emosional sebanyak 38 item. Uji instrument diberikan kepada 30 guru Pondok Pesantren
38
Daar el-Qalam, Tangerang pada tanggal 7 Oktober 2010. Uji instrumen ini dilakukan dengan maksud: a. mengetahui validitas instrumen di mana skor tiap item dikorelasikan dengan skor total. b. mengetahui tingkat reliabilitas instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat reliabilitas skala tersebut.
3.5.1. Uji Validitas Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah. Sehingga valid tidaknya suatu alat ukur tergantung pada mampu tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat (Saifuddin Azwar, 2007). Pengujian validitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Korelasi Product Moment dalam Pearson dengan bantuan komputer melalui program SPSS (Statistical Package For Social Science) versi 11.5 for Windows. Sedangkan validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk.
3.5.1.1 Validitas Orientasi Religius Intrinsik
39
Dari tabel hasil try out skala orientasi religius intrinsik dapat dilihat bahwa ada 13 item yang valid, yang terbagi dalam item penghayatan agama secara personal, agama berpusat pada diri sendiri, ajaran agama digunakan dalam kehidupan sehari-hari, pemenuhan penghayatan keyakinan, agama sebagai tujuan akhir, nilai dan motif utama, pencarian religius yang lebih dalam, dan keteraturan penjagaan perkembangan iman. Table 3.5 Hasil Try Out Skala Orientasi Religius Intrinsik No.
Indikator
Item
Jumlah
1.
Penghayatan agama secara personal
8,
1
2.
Agama berpusat pada diri sendiri
2,9
2
3.
Ajaran agama digunakan dalam kehidupan
10,17
2
sehari-hari 4.
Penghayatan keyakinan secara total
11
1
5.
Agama sebagai tujuan akhir, nilai dan motif
19
1
yang utama 6.
Pencarian religius yang lebih dalam
6,13,20
3
7.
Keteraturan penjagaan perkembangan iman
7,14,21
3
Jumlah
13
3.5.1.2 Validitas Orientasi Religius Ekstrinsik Dari tabel hasil try out skala orientasi religius ekstrinsik dapat dilihat bahwa ada 14 item yang valid, yang terbagi dalam item penghayatan agama dalam konteks kelembagaan, agama sebagai pemuasan diri sendiri, ajaran agama tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, keyakinan agama yang dangkal, agama sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan yang non-religius, agama sebagai
40
sarana untuk membentuk hubungan kerja atau sosial, ketidakteraturan penjagaan perkembangan iman. Tabel 3.6 Hasil Try Out Skala Orientasi Religius Ekstrinsik No
Indikator
1.
Penghayatan agama dalam konteks kelembagaan
2.
Agama sebagai pemuasan diri sendiri
3. 4. 5.
6. 7.
Ajaran agama tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari Keyakinan agama yang dangkal Agama sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan yang non-religius Agama sebagai sarana untuk membentuk hubungan kerja atau sosial Ketidakteraturan penjagaan perkembangan iman Jumlah
Item
Jumlah
1,8,15
3
9,16
2
3
1
4,11
2
5,12
2
6,13,20
3
7
1 14
3.5.1.3 Validitas Kecerdasan Emosional Dari tabel hasil try out skala kecerdasan emosional dapat dilihat bahwa ada 13 item yang valid, yang terbagi dalam item mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain.
41
Table 3.7 Hasil Try Out Skala Kecerdasan Emosi No.
Item
Indikator
Jumlah
Favorabel
Unfavorabel
1.
Mengenal emosi diri
---
30
1
2.
Mengelola emosi diri
7
---
1
3.
Memotivasi diri sendiri
3,17
14,22
4
4.
Empati
29
21
2
19,35,37
28,34
5
7
6
13
5.
Membina hubungan dengan orang lain Jumlah
3.5.2. Uji Reliabilitas Realibilitas diterjemahkan dari kata reliability. Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil ukur dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, jika aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah (Saifuddin Azwar, 1996). Uji reliabilitas dilakukan pada 30 guru Pondok Pesantren Daar el-Qalam, Tangerang pada tanggal 7 Oktober 2010. Uji reliabilitas ketiga skala ini menggunakan uji Statistic Alpha Cronbach dengan menggunakan SPSS versi 11.5. Suatu konstruk atau variabel dikatakan memiliki reliabilitas yang baik bila memiliki koefisien reliabilitas diatas 0,6 dan mendekati angka 1. Hasil uji reliabilitas skala orientasi religius intrinsik, skala orientasi religius ekstrinsik dan kecerdasan emosional adalah sebagai berikut:
42
1.
Nilai reliabilitas skala orientasi religius intrinsik dengan 13 item yang valid adalah sebesar 0,8685. Jadi, skala orientasi religius intrinsik dapat dikatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian
2.
Nilai reliabilitas skala orientasi religius ekstrinsik dengan 14 item yang valid adalah sebesar 0,8233. Jadi, skala orientasi religius ekstrinsik dapat dikatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian
3.
Nilai reliabilitas skala kecerdasan emosional dengan 13 item yang valid adalah sebesar 0,7777. Jadi, skala kecerdasan emosional dapat dikatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian
3.6. Prosedur Penelitian Prosedur dalam penelitian ini dilakukan melalui empat tahapan umum, yakni sebagai berikut: 1. Persiapan penelitian Dimulai dengan perumusan masalah dan pembatasan masalah. Menentukan variabel-variabel yang akan diteliti. Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan gambaran dan landasan teori yang tepat mengenai variabel penelitian. Menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang digunakan dalam penelitian, yaitu skala orientasi religius intrinsik, skala orientasi religius ekstrinsik, dan skala kecerdasan emosional yang dirancang berupa skala Likert. Menentukan lokasi dan menyelesaikan administrasi perizinan
43
2. Pengujian alat ukur Peneliti melakukan uji coba alat ukur pada ketiga skala, yaitu orientasi religius intrinsik, orientasi religius ekstrinsik, dan kecerdasan emosional pada guru Pondok Pesantren Daar el-Qalam, Tangerang tanggal 7 Oktober 2010 Tahap pengambilan data, yaitu: Menentukan jumlah sampel penelitian. Memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta kesediaan responden untuk mengisi skala penelitian. Memberikan alat ukur yang telah disiapkan kepada 30 responden . Setelah uji coba dilakukan, peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas skala dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor tiap item dengan skor total, dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson dan perhitungannya menggunakan program SPSS versi 11.5. maka diperoleh reliabilitas dari skala orientasi religius intrinsik sebesar 0,8685, skala orientasi religius ekstrinsik sebesar 0,8233 dan skala kecerdasan emosional sebesar 0,7777. Ketika alat ukur ini dapat disimpulkan memiliki reliabilitas yang baik karena suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai alpha Cronbach > 0,60. 3. Tahap Field Study Penelitian sesungguhnya dilakukan pada tanggal 19 Oktober 2010. Peneliti menyebarkan skala orientasi religius intrinsik yang terdiri dari 13 item, skala orientasi religius 14 item, dan skala kecerdasan emosional 13 item kepada 84 guru Pondok Pesantren Daar el-Qalam.
44
4. Pengolahan Data Melakukan skoring terhadap hasil skala yang telah diisi oleh responden. Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh , kemudian membuat tabel data. Melakukan analisa data dengan menggunakan metode statistik untuk menguji hipotesis penelitian. Membuat kesimpulan dan laporan akhir penelitian.
3.7 Teknik Analisa Data Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara
orientasi
religius
dengan
kecerdasan
emosional
adalah
dengan
menggunakan analisis regresi. Analisis regresi adalah suatu analisa yang mengukur pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika pengukuran pengaruh ini melibatkan dua atau lebih variabel bebas dan satu variabel terikat maka teknik analisis yang digunakan ialah regresi berganda. Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan hasil analisis regresi berganda, peneliti menggunakan software SPSS versi 11.5
45
BAB IV ANALISIS DATA
Bab berikut ini akan membahas mengenai presentasi dan analisis data meliputi gambaran umum responden, analisis deskriptif, kategorisasi, dan hasil uji hipotesis.
4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Daar el-Qalam Jayanti, Gintung, Tangerang. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 84 orang guru Daar el-Qalam.
4.1.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel di bawah ini menggambarkan jumlah dan presentase responden berdasarkan jenis kelamin. Table 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Frekuensi
Presentase
Laki-laki
45
54%
Perempuan
39
46%
84
100%
Total
46
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa responden laki-laki jumlahnya lebih banyak daripada perempuan yaitu 45 orang
atau 54% sedangkan responden
perempuan berjumlah 39 orang atau 46%.
4.1.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Table di bawah ini menggambarkan jumlah dan presentase responden berdasarkan latar belakang pendidikan Table 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Pendidikan
Frekuensi
Presentase
SMA
36
43%
D3
1
1%
S1
46
55%
S2
1
1%
84
100%
Total
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 36 orang dengan persentase sebesar 43% subjek berlatar belakang pendidikan SMA. Sebanyak 1 orang atau 1% berpendidikan D3. Sebanyak 46 orang dengan persentase 55% berpendidikan S1. Sebanyak 1 orang dengan persentase 1% berpendidikan S2.
47
4.2 Statistik Deskriptif Selanjutnya akan dijelaskan statististik deskriptif dari variabel dalam penelitian ini yang berisi nilai mean, standar deviasi (SD), nilai maksimal dan minimal dari masing-masing variabel. Nilai tersebut disajikan dalam tabel berikut ini. Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
OR Intrinsik
84
27.00
46.00
38.5119
3.84487
OR Ekstrinsik
84
23.00
45.00
34.1786
4.83751
Kecerdasan emosional
84
31.00
44.00
37.0476
3.04941
Valid N (listwise)
84
Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui jumlah subjek penelitian sebanyak 84 orang dengan skor orientasi religius intrinsik terendah adalah 27, sedangkan skor orientasi religius intrinsik tertinggi adalah 46 dengan skor rata-rata 38,51. Sedangkan skor orientasi religius ekstrinsik terendah adalah 23 dan skor orientasi religius ekstrinsik tertinggi adalah 45 dengan skor rata-rata 34,18. Pada skala kecerdasan emosional skor terendah adalah 31 dan skor tertinggi adalah 44 dengan skor rata-rata 37,05.
48
4.3 Kategorisasi Berdasarkan Penyebaran Skor Responden 4.3.1 Kategorisasi Skor Orientasi Religius Terdapat dua kategori orientasi religius yang menjadi acuan untuk mengelompokkan responden dalam penelitian ini, yaitu orientasi religius intrinsik dan orientasi religius ekstrinsik. Untuk menyatakan responden berada dalam satu kategori orientasi religius, terlebih dahulu dicari skor rata-rata responden pada setiap kategorisasi orientasi religius. Selanjutnya untuk menggolongkan responden ke dalam dua kategori intrinsik dan ekstrinsik, dilakukan perhitungan nilai z (z score) pada masing-masing kategori. Pertama dilakukan pengelompokkan skor item-item yang masuk kategori intrinsik dan ekstrinsik. Skor mentah masing-masing kategori ini kemudian dikonversikan atau diubah menjadi skor z atau nilai z, dengan formula berikut: Zintrinsik =
Xintrinsik - Mintrinsik Sintrinsik
dan Zekstrinsik =
Xekstrinsik - Mekstrinsik Sekstrinsik
Keterangan : Z = skor Z masing-masing kategori M = skor rerata masing-masing kategori S = nilai standar deviasi masing-masing kategori Skor z inilah yang digunakan sebagai dasar kategorisasi orientasi religius
49
Tabel 4.4 Hasil perhitungan frekuensi orientasi religius Kategori Orientasi Religius
Frekuensi
Persen
Orientasi Religius Intrinsik
40
48 %
Orientasi Religius Ekstrinsik
44
52%
Total
84
100 %
Berdasarkan gambaran tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki orientasi religius ekstrinsik dengan presentase sebesar 52% (44 orang). Kemudian 40 orang responden memiliki orientasi religius intrinsik dengan presentase sebesar 48%.
4.3.2 Kategorisasi Skor Kecerdasan emosional Skala kecerdasan emosionalonal terdiri dari 13 item dengan empat pilihan jawaban yang diberi skor 1 sampai dengan 4. Dengan demikian, skor yang mungkin diperoleh tiap subjek berkisar 13 sampai 52. Untuk mengetahui skor kecerdasan emosional yang diperoleh responden tersebut tinggi atau rendah, maka disajikan norma skor skala kecerdasan emosional setelah diketahui nilai mean dan SD yang disajikan pada tabel 4.3. Peneliti membagi klasifikasi skor kecerdasan emosional menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Dari tabel 4.3, diketahui bahwa mean skor kecerdasan emosional adalah sebesar 34,18 dengan standar deviasi sebesar
50
4,838. Dengan begitu kategorisasi yang didapat untuk kecerdasan emosional adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Persebaran Skor Kecerdasan Emosional
Kategori Tinggi Sedang Rendah
Rumus X > M + 1SD M – 1SD ≤ X≤ M + 1SD X < M – 1SD
Rentangan
Jumlah
Raw Score
Subjek
> 40
33
39%
35 – 39
40
48%
< 34
11
13%
∑
84
100%
Persen
Berdasarkan gambaran tabel di atas dapat dilihat bahwa hampir setengah dari jumlah responden memiliki kecerdasan emosional sedang dengan presentase sebesar 48% (40 orang). Sedangkan 33 orang dari 84 responden memiliki kecerdasan emosional tinggi dengan presentase 39% dan sebanyak 11 orang dari 84 responden memiliki kecerdasan emosional rendah dengan presentase 13%.
4.4 Hasil Uji Hipotesis 4.4.1 Analisis Orientasi Religius Terhadap Kecerdasan Emosional Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini menggunakan rumus regresi berganda untuk mencari pengaruh orientasi religius intrinsik dan orientasi religius ekstrinsik terhadap kecerdasan emosional. Peneliti menguji orientasi religius intrinsik dan orientasi religius ekstrinsik terhadap kecerdasan emosional sehingga dapat diketahui dimensi mana yang
51
paling berpengaruh. Dalam perhitungannya, peneliti menggunakan program SPSS versi 11.5 Berikut ini adalah hasil perhitungannya. Tabel 4.6 Model Summary
Model 1
R
R Square
.443 (a)
Adjusted R Square
.196
.176
Std. Error of the Estimate 2,767
Change Statistics R Square Change
F Change
.196
9,891
df1 2
Sig. F Change
df2 81
.000
a Predictors: (Constant),: Ekst, Intr
Dari tabel di atas dapat dilihat nilai F 0,000 < 0,05, yang berarti bahwa orientasi religius intrinsik dan orientasi religius ekstrinsik berpengaruh secara signifikan terhadap kecerdasan emosional. Dengan R2 sebesar 0,196, yang berarti bahwa interaksi dari kedua aspek atau variabel yaitu orientasi religius intrinsik dan orientasi religius ekstrinsik memberikan kontribusi 19,6% terhadap kecerdasan emosional. Setelah diketahui nilai r square signifikansi sumbangsih kedua variabel X terhadap variabel Y, kemudian dilakukan penghitungan Anova (uji linearitas) untuk mengetahui apakah model persamaan garis regresi yang dipergunakan tepat diterapkan dalam perhitungan regresi ini. Hasilnya disajikan pada tabel Anova (b) berikut: Tabel 4.7 ANOVA(b) Model 1
Regression
Sum of Squares 151,497
Df 2
Mean Square 75,748 7,658
Residual
620,313
81
Total
771,810
83
a Predictors: (Constant), EKST, INT b Dependent Variable: KE
F 9,891
Sig. ,000(a)
52
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai F hitung yang diperoleh adalah sebesar 9,891 dengan p value 0,000. Karena p value yang diperoleh < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model persamaan garis regresi yang dipergunakan dalam penelitian ini dapat diterapkan. Setelah diketahui nilai r hitung untuk menguji persamaan regresi, kemudian dilakukan perhitungan nilai konstanta dari kedua variabel X. Hasilnya disajikan dalam tabel Coeficients (a) berikut: Tabel 4.8 Coefficients(a) Unstandardized Coefficients
Model
1
Standardized Coefficients
T
Sig.
B 26,403
Std. Error 3,431
7,696
,000
,357
,081
,450
4,418
,000
-,090 a Dependent Variable: KE
,064
-,143
-1,409
,163
(Constant) INT EKST
Beta
Pada tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa nilai t hitung antara orientasi religius intrinsik dan kecerdasan emosional sebesar 4,418 dengan p value sebesar 0,000, sedangkan nilai t hitung antara orientasi religius ekstrinsik dengan kecerdasan emosional sebesar -1,409 dengan p value 0,163. Hal ini menunjukkan bahwa variabel orientasi religius intrinsik berpengaruh signifikan secara positif terhadap kecerdasan emosional. Sedangkan variabel orientasi religius ekstrinsik berpengaruh tidak signifikan secara negatif terhadap kecerdasan emosional. Artinya, jika ingin meningkatkan kecerdasan emosional, maka intervensi yang paling utama adalah dengan meningkatkan orientasi religius intrinsik mereka.
53
4.4.2 Analisis Regresi Aspek-Aspek Orientasi Religius Terhadap Kecerdasan Emosional Peneliti menguji aspek-aspek orientasi religius terhadap kecerdasan emosional sehingga dapat diketahui aspek mana yang paling berpengaruh. Dalam perhitungannya, peneliti menggunakan program SPSS versi 11.5. berikut hasil perhitungannya. Tabel 4.9 Model Summary
Model 1
R ,558(a)
R Square ,311
Adjusted R Square ,172
Std. Error of the Estimate 2,776
Change Statistics R Square Change ,311
F Change 2,227
df1 14
df2 69
a Predictors: (Constant), Ketidakteraturan penjagaan iman, Keteraturan penjagaan iman, Pemenuhan penghayatan keyakinan, Disintegrasi, Keyakinan agama yang dangkal , Personal, Assosiasional, Komunal, Unselfish, Instrumental, Pokok, Selfish, Relevansi dalam kehidupan, Institusional
Dengan menggunakan seluruh aspek orientasi religius, diperoleh nilai R Square (R2) = 0,311. Hal ini berarti 31,1% dari bervariasinya kecerdasan emosional ditentukan oleh empatbelas aspek orientasi religius, yaitu personal, unselfish, relevansi dalam kehidupan, pengahayatan secara total, pokok, assosiasional, keteraturan penjagaan iman, institusional, selfish, disintegrasi, keyakinan agama yang dangkal, instrumental, komunal,
dan ketidakteraturan
penjagaan iman. Sedangkan sisanya atau 69,9% dijelaskan oleh variabel lainnya. Dari tabel di atas dapat dilihat nilai F 0,015 < 0,05, yang berarti bahwa aspek-aspek orientasi religius secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap kecerdasan emosional. Dengan R2 sebesar 0,311, yang berarti bahwa
Sig. F Change ,015
54
interaksi dari keempatbelas aspek atau variabel tersebut memberikan kontribusi 31,1% terhadap kecerdasan emosional. Setelah diketahui nilai r square signifikansi sumbangsih kedua variabel X terhadap variabel Y, kemudian dilakukan penghitungan Anova (uji linearitas) untuk mengetahui apakah model persamaan garis regresi yang dipergunakan tepat diterapkan dalam perhitungan regresi ini. Hasilnya disajikan pada tabel Anova (b) berikut: Tabel 4.10 ANOVA(b) Sum Model
of
Squares 1
Df
Mean Square
Regression
240.235
14
17.160
Residual
531.574
69
7,704
Total
771.810
83
F 2,227
Sig. .015(a)
a Predictors: (Constant), Ketidakteraturan penjagaan iman, Keteraturan penjagaan iman, Pemenuhan penghayatan keyakinan, Disintegrasi, Keyakinan agama yang dangkal , Personal, Assosiasional, Komunal, Unselfish, Instrumental, Pokok, Selfish, Relevansi dalam kehidupan, Institusional b Dependent Variabel : Kecerdasan Emosional
Hasil penghitungan uji persamaan garis regresi dihasilkan nilai f hitung sebesar 2,227. Sementara nilai f tabel pada taraf signifikansi 5% dengan df 14 dan 69 dengan signifikansi 0,015. Karena nilai f hitung yang didapat > nilai f tabel, maka dapat disimpulkan bahwa persamaan garis regresi yang diterapkan dalam penghitungan data penelitian ini dapat dipergunakan. Kemudian dilakukan penghitungan nilai koefisien keempatbelas aspek variabel independen untuk melihat signifikansi pengaruh aspek-aspek variabel orientasi religius terhadap variabel kecerdasan emosional.
55
Tabel 4.11 Coefficients(a) Unstandardized Coefficients
Model 1
B 24,721
Std. Error 4,114
Personal
,117
,569
Unselfish
,900
(Constant)
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta 6,008
,000
,024
,205
,838
,411
,279
2,187
,032
,017
,483
,005
,035
,972
,571
,453
,140
1,259
,212
Pokok
,124
,727
,022
,170
,866
Assosiasional
,632
,345
,272
1,831
,071
,157
,271
,068
,580
,564
-,273
,254
-,157
-1,075
,286
,464
,381
,168
1,219
,227
-,378
,807
-,065
-,468
,641
-,806
,318
-,324
-2,533
,014
-,231
,356
-,089
-,649
,519
,098
,269
,049
,364
,717
,663
,646
,135
1,026
,308
Relevansi dalam kehidupan Penghayatan secara total
Keteraturan penjagaan iman Institusional Selfish Disintegrasi Keyakinan agama yang dangkal Instrumental Komunal Ketidakteraturan penjagaan iman
a Dependent Variable: Kecerdasan Emosional
Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat dibuat persamaan regresi, yaitu sebagai berikut: Ŷ = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 + b10X10 + b11X11 + b12X12 + b13X13 + b14X14
56
Ŷ = 24,721 + 0.117X1 + 0.900X2 + 0.017X3 + 0.571X4 + 0.124X5 + 0.632X6 +0.157X7 + -0.273X8 + 0.464X9 + -0.378X10 + -0.806X11 + -0.231X12 + 0.098X13 + 0.663X14
Seperti yang terlihat pada tabel 4.11 di atas, dari empatbelas koefisien regresi yang dihasilkan hanya ada dua aspek yang pengaruhnya secara statistik signifikan terhadap kecerdasan emosional, yaitu aspek keyakinan agama yang dangkal dan unselfish (nilai p < 0,05). Berikut ini penjelasan masing-masing aspek orientasi religius: a. Keyakinan agama secara personal (personal) dengan kecerdasan emosional, diperoleh nilai t hitung sebesar 0.205 < t table sebesar 2,000, dan signifikansi 0.838 sehingga antara aspek personal dengan kecerdasan emosional terdapat pengaruh secara positif yang tidak signifikan. Hal ini berarti jika aspek personal guru tingggi maka akan meningkatkan kecerdasan emosionalnya namun tidak signifikan b. Unselfish dengan kecerdasan emosional, diperoleh nilai t hitung sebesar 2,187 > t table sebesar 2,000, dan signifikansi 0.032 sehingga antara aspek unselfish dengan kecerdasan emosional terdapat pengaruh secara positif yang signifikan. Hal ini berarti jika aspek unselfish guru tingggi maka akan meningkatkan kecerdasan emosionalnya c. Relevansi terhadap seluruh kehidupan dengan kecerdasan emosional, diperoleh nilai t hitung sebesar 0.035 < t table sebesar 2,000, dan signifikansi 0.972 sehingga antara aspek relevansi terhadap seluruh kehidupan dengan kecerdasan emosional terdapat pengaruh secara positif yang tidak signifikan. Hal ini
57
berarti jika aspek relevansi terhadap seluruh kehidupan guru tingggi maka akan meningkatkan kecerdasan emosionalnya namun tidak signifikan d. Penghayatan keyakinan secara total dengan kecerdasan emosional, diperoleh nilai t hitung sebesar 1,259 < t table sebesar 2,000, dan signifikansi 0.212 sehingga antara aspek penghayatan keyakinan secara total dengan kecerdasan emosional terdapat pengaruh secara positif yang tidak signifikan. Hal ini berarti jika aspek penghayatan keyakinan secara total guru tingggi maka akan meningkatkan kecerdasan emosionalnya namun tidak signifikan e. Pokok (agama sebagai tujuan akhir, nilai dan motif utama) dengan kecerdasan emosional, diperoleh nilai t hitung sebesar 0.170 < t table sebesar 2,000, dan signifikansi 0.866 sehingga antara aspek pokok dengan kecerdasan emosional terdapat pengaruh secara positif yang tidak signifikan. Hal ini berarti jika aspek pokok guru tingggi maka akan meningkatkan kecerdasan emosionalnya namun tidak signifikan f. Assosiasional dengan kecerdasan emosional, diperoleh nilai t hitung sebesar 1,831 < t table sebesar 2,000, dan signifikansi 0.071 sehingga antara aspek assosiasional dengan kecerdasan emosional terdapat pengaruh secara positif yang tidak signifikan. Hal ini berarti jika aspek assosiasional guru tingggi maka akan meningkatkan kecerdasan emosionalnya namun tidak signifikan g. Keteraturan penjagaan perkembangan iman dengan kecerdasan emosional, diperoleh nilai t hitung sebesar 0.580 < t table sebesar 2,000, dan signifikansi 0.564 sehingga antara aspek keteraturan penjagaan perkembangan iman dengan kecerdasan emosional terdapat pengaruh secara positif yang tidak signifikan.
58
Hal ini berarti jika aspek keteraturan penjagaan perkembangan iman guru tingggi maka akan meningkatkan kecerdasan emosionalnya namun tidak signifikan h. Institusional dengan kecerdasan emosional, diperoleh nilai t hitung sebesar 1,075 < t table sebesar 2,000, dan signifikansi 0.286 sehingga antara aspek institusional dengan kecerdasan emosional terdapat pengaruh secara negatif yang tidak signifikan. Hal ini berarti jika aspek institusional guru rendah maka akan meningkatkan kecerdasan emosionalnya namun tidak signifikan i. Selfish dengan kecerdasan emosional, diperoleh nilai t hitung sebesar 1,219 < t table sebesar 2,000, dan signifikansi 0.227 sehingga antara aspek selfish dengan kecerdasan emosional terdapat pengaruh secara positif yang tidak signifikan. Hal ini berarti jika aspek selfish guru tingggi maka akan meningkatkan kecerdasan emosionalnya namun tidak signifikan j. Disintegrasi dengan kecerdasan emosional, diperoleh nilai t hitung sebesar 0.468 < t table sebesar 2,000, dan signifikansi 0.641 sehingga antara aspek disintegrasi dengan kecerdasan emosional terdapat pengaruh secara negatif yang tidak signifikan. Hal ini berarti jika aspek disintegrasi guru rendah maka akan meningkatkan kecerdasan emosionalnya namun tidak signifikan k. Keyakinan agama yang dangkal dengan kecerdasan emosional, diperoleh nilai t hitung sebesar -2,533 > t table sebesar 2,000, dan signifikansi 0.014 sehingga antara aspek keyakinan agama yang dangkal dengan kecerdasan emosional terdapat pengaruh secara negatif yang signifikan. Hal ini berarti jika aspek
59
keyakinan agama yang dangkal guru rendah maka akan meningkatkan kecerdasan emosionalnya secara signifikan l. Instrumental dengan kecerdasan emosional, diperoleh nilai t hitung sebesar 0.649 < t table sebesar 2,000, dan signifikansi 0.519 sehingga antara aspek instrumental dengan kecerdasan emosional terdapat pengaruh secara negatif yang tidak signifikan. Hal ini berarti jika aspek instrumental guru rendah maka akan meningkatkan kecerdasan emosionalnya namun tidak signifikan m. Komunal dengan kecerdasan emosional, diperoleh nilai t hitung sebesar 0.364 < t table sebesar 2,000, dan signifikansi 0.717 sehingga antara aspek komunal dengan kecerdasan emosional terdapat pengaruh secara positif yang tidak signifikan. Hal ini berarti jika aspek komunal guru tingggi maka akan meningkatkan kecerdasan emosionalnya namun tidak signifikan n. Ketidakteraturan penjagaan iman dengan kecerdasan emosional, diperoleh nilai t hitung sebesar 1,026 < t table sebesar 2,000, dan signifikansi 0.308 sehingga antara aspek ketidakteraturan penjagaan iman dengan kecerdasan emosional terdapat pengaruh secara positif yang tidak signifikan. Hal ini berarti jika aspek ketidakteraturan penjagaan iman guru tingggi maka akan meningkatkan kecerdasan emosionalnya namun tidak signifikan Berdasarkan penjelasan di atas hasil penghitungan nilai koefisien konstanta dari keempatbelas aspek variabel orientasi religius didapat nilai t hitung terbesar pada aspek keyakinan agama yang dangkal dan unselfish, yaitu -2,533 dan 2,187 (nilai t tabel sig. 5% ; df 70 = 2,000). Pada aspek keyakinan agama yang dangkal, tanda minus (-) menunjukkan arah pengaruh negatif. Artinya, untuk mendapatkan
60
kecerdasan emosional yang tinggi pada guru dapat dilakukan intervensi meminimalkan aspek keyakinan agama yang dangkal dan meningkatkan aspek unselfish. Selain itu peneliti menganalisis besarnya proporsi varian dari kecerdasan emosional yang merupakan sumbangan atau pengaruh dari aspek-aspek orientasi religius. Bertambahnya R2 (R2 change) ini dapat dilihat pada tabel 4.12. Jika Fhitung
>
Ftabel
maka dapat disimpulkan bahwa kontribusi yang diberikan
masing-masing aspek orientasi religius terhadap kecerdasan emosional signifikan. Tabel 4.12 Proporsi varian oleh masing-masing aspek orientasi religius pada kecerdasan emosional IV
R2
R2 change
F hitung F tabel
Signifikansi
X1
0,102
0,102
9,269
3,96 Signifikan
X12
0,160
0,058
7,737
3,96 Signifikan
X123
0,187
0,027
6,150
3,96 Signifikan
X1234
0,200
0,013
4,931
3,96 Signifikan
X12345
0,203
0,003
3,973
3,96 Signifikan
X123456
0,203
0,000
3,277
3,96 Tidak signifikan
X1234567
0,204
0,001
2,781
3,96 Tidak signifikan
X12345678
0,208
0,004
2,464
3,96 Tidak signifikan
X123456789
0,211
0,003
2,193
3,96 Tidak signifikan
X12345678910
0,211
0,000
1,949
3,96 Tidak signifikan
X1234567891011
0,212
0,001
1,757
3,96 Tidak signifikan
X123456789101112
0,228
0,016
1,750
3,96 Tidak signifikan
X12345678910111213
0,247
0,019
1,768
3,96 Tidak signifikan
X1234567891011121314
0,311
0,064
2,227
3,96 Tidak signifikan
TOTAL
0,311
61
62
Keterangan : X1
= assosiasional
X2
= unselfish
X3
= penghayatan secara total
X4
= keteraturan penjagaan iman
X5
= pokok
X6
= relevansi dalam kehidupan
X7
= disintegrasi
X8
= ketidakteraturan penjagaan iman
X9
= personal
X10
= selfish
X11
= komunal
X12
= instrumental
X13
= institusional
X14
= keyakinan agama yang dangkal Dari hasil nilai R2 change yang diperoleh pada tabel 4.12, maka dapat
disampaikan informasi sebagai berikut: 1.
Aspek assosiasional memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 10,2% bagi bervariasinya kecerdasan emosional. Sumbangan ini signifikan dengan F hitung sebesar 9,269.
63
2.
Aspek unselfish memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 5,8% bagi bervariasinya kecerdasan emosional. Sumbangan ini signifikan dengan F hitung sebesar 7,737.
3.
Aspek penghayatan secara total memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 2,7% bagi bervariasinya kecerdasan emosional. Sumbangan ini signifikan dengan F hitung sebesar 6,150.
4.
Aspek keteraturan penjagaan iman memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 1,3% bagi bervariasinya kecerdasan emosional. Sumbangan ini signifikan dengan F hitung sebesar 4,931.
5.
Aspek pokok memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,3% bagi bervariasinya kecerdasan emosional. Sumbangan ini signifikan dengan F hitung sebesar 3,973.
6.
Aspek relevansi dalam kehidupan memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0% bagi bervariasinya kecerdasan emosional. Sumbangan ini tidak signifikan dengan F hitung sebesar 3,277.
7.
Aspek disintegrasi memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,1% bagi bervariasinya kecerdasan emosional. Sumbangan ini tidak signifikan dengan F hitung sebesar 2,781.
8.
Aspek ketidakteraturan penjagaan iman memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,4% bagi bervariasinya kecerdasan emosional. Sumbangan ini tidak signifikan dengan F hitung sebesar 2,464.
64
9.
Aspek personal memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,3% bagi bervariasinya kecerdasan emosional. Sumbangan ini tidak signifikan dengan F hitung sebesar 2,193.
10. Aspek selfish memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0% bagi bervariasinya kecerdasan emosional. Sumbangan ini tidak signifikan dengan F hitung sebesar 1,949. 11. Aspek komunal memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 0,1% bagi bervariasinya kecerdasan emosional. Sumbangan ini tidak signifikan dengan F hitung sebesar 1,757. 12. Aspek instrumental memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 1,6% bagi bervariasinya kecerdasan emosional. Sumbangan ini tidak signifikan dengan F hitung sebesar 1,750. 13. Aspek institusional memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 1,9% bagi bervariasinya kecerdasan emosional. Sumbangan ini tidak signifikan dengan F hitung sebesar 1,768. 14. Aspek keyakinan agama yang dangkal memberi sumbangan atau pengaruh sebesar 6,4% bagi bervariasinya kecerdasan emosional. Sumbangan ini tidak signifikan dengan F hitung sebesar 2,227. Sebagai kesimpulan dari bagian ini adalah bahwa dari empatbelas aspek orientasi religius hanya ada lima aspek yang pengaruhnya terhadap kecerdasan emosional signifikan jika dilihat dari besarnya pertambahan (sumbangan proporsi aspek yang diberikan).
64
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Bab ini memaparkan tentang kesimpulan hasil penelitian, diskusi tentang hasil penelitian serta saran metodologis dan saran praktis untuk penelitian selanjutnya
5.1 Kesimpulan Analisis terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya menghasilkan kesimpulan bahwa: a.
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa orientasi religius intrinsik berpengaruh terhadap kecerdasan emosional dengan nilai signifikansi sebesar 0.000, sedangkan orientasi religius ekstrinsik tidak berpengaruh terhadap kecerdasan emosional dengan nilai signifikansi sebesar 0,163. Artinya, individu yang memiliki orientasi religius intrinsik akan mampu meningkatkan kecerdasan emosionalnya. Sedangkan individu yang memiliki orientasi religius
ekstrinsik
tidak
akan
mampu
meningkatkan
kecerdasan
emosionalnya. b.
Hasil regresi aspek-aspek orientasi religius menunjukkan bahwa aspek-aspek orientasi religius secara bersama-sama berpengaruh terhadap kecerdasan emosional dengan kontribusi sebesar 31,1%. Aspek yang berpengaruh secara signifikan adalah aspek keyakinan agama yang dangkal dan aspek unselfish.
65
Untuk aspek keyakinan agama yang dangkal berpengaruh secara negatif sedangkan aspek unselfish berpengaruh secara positif.
5.2 Diskusi Hasil penelitian menunjukkan bahwa orientasi religius memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecerdasan emosional guru Pondok Pesantren Daar elQalam, Tangerang. Hasil analisis menyatakan bahwa orientasi religius intrinsik berpengaruh secara signifikan terhadap kecerdasan emosional sedangkan orientasi religius ekstrinsik berpengaruh secara tidak signifikan terhadap kecerdasan emosional. Hasil ini sejalan dengan teori yang dipaparkan pada bab sebelumnya. Rahma Widyana (1998) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa individu dengan orientasi religius intrinsik terpanggil untuk menebarkan semangat dan nilai-nilai religius seperti optimisme, tidak mudah putus asa, berusaha berprasangka baik, dan cenderung memiliki afek yang positif. Penelitian yang dilakukan Ventis dkk (Ryckman, 2008) menyatakan bahwa individu dengan orientasi religius intrinsik akan memiliki perilaku yang ada pada aspek-aspek kecerdasan emsoional. Bergin (Rahma Widyana, 1998) menemukan bahwa orientasi religius intrinsik berhubungan secara positif dengan beberapa aspek kepribadian seperti kematangan sosial dan tanggung jawab. Kemudian Bergin (Rahma Widyana,1998) mengemukakan bahwa orientasi religius ektrinsik berkorelasi negatif dengan kemampuan sosial, sikap tenang dan spontan,
bertanggung
jawab,
toleransi,
perasaan
senang,
keberhasilan
66
menyesuaikan diri, keberhasilan untuk mandiri, efisiensi intelektual dan kualitas yang mendasari munculnya status diri. Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan Rahma Widyana (1998) menyatakan bahwa individu yang memiliki orientasi religius ekstrinsik akan menyebabkan ketidakstabilan emosi dan afek yang negatif. Dari hasil regresi aspek-aspek orientasi religius terhadap kecerdasan emosional, dapat dilihat bahwa aspek-aspek orientasi religius intrinsik memberikan kontribusi dalam mempengaruhi kecerdasan emosional secara positif. Sedangkan sebagian besar aspek orientasi religius ekstrinsik memberikan kontribusi dalam mempengaruhi kecerdasan emosional secara negatif. Artinya, jika individu memiliki orientasi religius intrinsik yang tinggi maka kecerdasan emosionalnya akan tinggi pula. Sebaliknya, jika individu memiliki orientasi religius ekstrinsik yang tinggi maka kecerdasan emosionalnya akan rendah. Pernyataan ini didukung oleh data yang diperoleh pada penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek unselfish berpengaruh secara positif yang signifikan terhadap kecerdasan emosional. Hal ini berarti bahwa jika individu memiliki aspek unselfish yang tinggi maka kecerdasan emosionalnya akan tinggi juga. Sedangkan aspek keyakinan agama yang dangkal berpengaruh secara negative yang signifikan terhadap kecerdasan emosional, berarti bahwa jika individu memiliki aspek keyakinan agama yang dangkal rendah maka kecerdasan emosionalnya tinggi. Berdasarkan hasil regresi aspek-aspek orientasi religius terhadap kecerdasan emosional dapat dilihat bahwa sebagian besar aspek orientasi religius intrinsik
67
seperti aspek assosiasional dengan kontribusi sebesar 0,102, unselfish sebesar 0,058, penghayatan secara total sebesar 0,027 dan keteraturan penjagaan iman sebesar 0,013, berada pada urutan awal dan memberikan kontribusi yang besar terhadap kecerdasan emosional. Namun beberapa aspek orientasi religius ekstrinsik juga memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap kecerdasan emosional seperti aspek keyakinan agama yang dangkal dengan kontribusi sebesar 0,064, aspek institusional sebesar 0,019, dan aspek instrumental sebesar 0,016. Hal ini sejalan dengan ungkapan Allport (dalam Crapps, 1993) yang menyatakan bahwa agama intrinsik-ekstrinsik bukan sebagai pengertian yang berdiri sendiri dan terpisah satu sama lain, tetapi merupakan suatu kelanjutan (kontinum). Individu tidak dimasukkan ke dalam salah satu agama begitu saja. Agama individu pada umumnya cenderung mengarah kepada salah satu ujung kontinum, tetapi tiap-tiap agama kadang-kadang menunjukkan ciri dari ujung yang lain. Sehingga menjadi hal yang tidak aneh jika beberapa aspek orientasi religius ekstrinsik dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap kecerdasan emosional. Peneliti melihat bahwa para guru Pondok Pesantren Daar el-Qalam cenderung memiliki orientasi religius ekstrinsik, meskipun selisihnya tidak banyak dengan orientasi religius intrinsik. Hal ini mungkin dikarenakan hampir sebagian besar guru yang ada di sana masih lulusan SMA. Sehingga mereka belum memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Orientasi religius dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.
68
Uraian di atas didukung oleh pernyataan yang diungkapkan oleh Strickland & Shaffer (dalam McCormick, Hoekman & Smith, 2000), bahwa tingkat pendidikan dapat mempengaruhi orientasi religius seseorang. Individu yang pendidikannya lebih tinggi biasanya memiliki orientasi religius intrinsik yang lebih tinggi dari pada individu yang pendidikannya rendah. Selain itu, hampir seluruh guru Pondok Pesantren Daar el-Qalam memang memiliki kecerdasan emosional pada kategori tinggi dan sedang. Peneliti beranggapan bahwa hal ini dikarenakan mereka memang tinggal bersama-sama di lingkungan pondok. Sehingga mereka belajar dari lingkungan sekitar untuk bisa menyesuaikan diri dengan orang lain (baik dengan sesama guru maupun dengan santri), saling membantu, saling berbagi, bertoleransi, serta belajar untuk mengendalikan emosi diri agar bisa diungkapkan secara tepat.
5.3 Saran Melalui analisis seluruh proses dan isi dari laporan, peneliti merasa masih banyak kekurangan yang harus dilengkapi agar penelitian ini menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa saran yang dapat diberikan peneliti untuk selanjutnya dapat digunakan bagi yang akan menggunakan topik atau pendekatan yang sama, antara lain: 5.3.1 Saran Teoritis a.
Bagi peneliti selanjutrnya yang tertarik ingin meneliti masalah kecerdasan emosional diharapkan memperhatikan faktor-faktor yang belum atau tidak terungkap dalam penelitian ini seperti pengalaman dan lingkungan keluarga.
69
b.
Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang orientasi religius hendaknya mengkaji lebih dalam lagi mengenai aspek-aspek orientasi religius yang dikemukakan oleh Hunt dan King (hal. 22) agar dapat membuat alat ukur yang lebih valid dan reliabel.
c.
Sebaiknya jumlah responden diperbanyak dan lebih bervariatif, misalnya dari sisi pekerjaan, usia, budaya yang berbeda-beda agar di dapat data yang lebih kaya dan beragam.
5.3.2 Saran Praktis a.
Bagi subjek penelitian yaitu guru Pondok Pesantren lebih meningkatkan orientasi religius intrinsik secara maksimal agar dapat meningkatkan kecerdasan emosional secara maksimal pula.
b.
Bagi instansi pendidikan, memperbanyak dan meningkatkan mutu kegiatan yang ada agar bisa meningkatkan orientasi religius intrinsik dan meminimalkan orientasi religius ekstrinsik yang ada pada diri guru sehingga bisa meningkatkan kecerdasan emosional mereka.
c.
Bagi instansi pendidikan hendaknya meningkatkan pendidikan yang dimiliki para guru, karena tingkat pendidikan dapat mempengaruhi orientasi religius.
70
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin (2008). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Azwar, Saifuddin (1996). Tes prestasi : fungsi pengembangan pengukuran prestasi belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Chapman, Margaret (2008). Emotional intelligence pocket book. Jakarta : Metalixia Publishing Chaplin, J.P (2004). Kamus lengkap psikologi. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada Cooper, Robert K. & Ayman Sawaf (2001). Executive EQ “kecerdasan emosional dalam kepemimpinan dan organisasi”. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Crapps, Robert W. (1993). Dialog psikologi dan agama sejak William James hingga Gordon W. Allport. Yogyakarta : Kanisius Daradjat, Zakiah (2003). Ilmu jiwa agama. Jakarta : PT Bulan Bintang Earnshaw, Emily L. (2000). Religious orientation & meaning in life : an exploratory study. Publikasi Online : http://clearinghouse.missouriwestern.edu/manuscripts/172.php Fuad, Nashori (1998). Psikologika No.5 Tahun III ”orientasi keagamaan mahasiswi muslim berjilbab”. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Goleman, Daniel (2009). Emotional intelligence “kecerdasan emosional : mengapa EI lebih penting daripada IQ”. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Goleman, Daniel (1999). Kecerdasan emosi untuk mencapai puncak prestasi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Maulana, Edi Hendri (2008). Guru SD dan kecerdasan emosi. Publikasi Online : http://re-searchengines.com/hendri11108.html McCormick, John & Hoekman, Catherine & Smith, Denis (2000). Religious orientation & locus of control in an Australian open enrolment christian
71
school. Publikasi Online dari : http://www.aare.edu.au/00pap/mcc00072.htm Natalia, Priska & Henny E. Wirawan (2004). ARKHE : Journal Ilmiah Psikologi Tahun 9 No.2 ”orientasi religius pasangan dewasa muda kristen yang mengalami ketidakharmonisan pernikahan”. Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara Netty, Hartati (2006). TAZKIYA : Journal of Psychology Vol.6 No.1 ”mengembangkan kecerdasan emosi”. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Purwandari, Eni &Purwati (2008). Jurnal Penelitian Humaniora Vol.9 No.1 ”character building : pengaruh pendidikan nilai terhadap kecerdasan emosi anak”. Surakarta : Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Rahma, Widyana (1998). Psikonomi No.1 Tahun I ”orientasi keagamaan dan afek pada mahasiswa muslim Universitas Gajah Mada”. Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala Rakhmat, Jalaluddin (2003). Psikologi agama suatu pengantar. Bandung : PT. Mizan Pustaka Ryckman, Richard M. (2008). Theories of personality. USA : Thomson Higher Education Shapiro, Lawrance E. (2001). Mengajarkan emotional intelligence pada anak. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Sevilla dkk. (2006). Pengantar metode penelitian. Jakarta: UI Press Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dab R&D. Bandung: Alfabeta Swistinawati, I.G.A.N. (2009). Kecerdasan emosional pada pria metroseksual. Jakarta : Universitas Gunadarma Toifur, & Johana Endang P. (2003). Sosiohumanika 16A(3) ”hubungan antara status sosial ekonomi, orientasi religius, dan dukungan sosial dengan burnout pada guru Sekolah Dasar di Kabupaten Cilacap”. Yogyakarta : Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada Yudiani, Ema (2005). Psikologika No.19 Tahun X ”hubungan antara kecerdasan emosi dan masa kerja dengan penjualan adaptif”.
72
73
INTERNET http://www.detiknews.com/commentpaging/2010/07/17/213837/1401349/10/6/bel um-beli-buku-lks-siswa-diusir-guru-di-pamulang www.liputan6.com http://regional.kompas.com/read/2009/04/18/10051266 http://qoffa.multiply.com/journal
RELIABILITAS SKALA KECERDASAN EMOSIONAL ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
A N A L Y S I S
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013
Statistics for SCALE
Mean 38,6667
-
S C A L E
(A L P H A)
Mean
Std Dev
Cases
3,3333 3,0333 2,9333 2,8667 3,1333 3,1000 2,6000 3,2667 3,1667 2,3333 2,6333 3,2000 3,0667
,4795 ,6149 ,7849 ,6288 ,5074 ,5477 ,4983 ,5208 ,5307 ,7112 ,7184 ,4842 ,7849
30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 N of Variables 13
Variance 17,1954
Std Dev 4,1467
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
35,3333 35,6333 35,7333 35,8000 35,5333 35,5667 36,0667 35,4000 35,5000 36,3333 36,0333 35,4667 35,6000
15,6782 15,7575 14,6851 15,4069 14,7402 15,4264 15,5816 14,1793 15,3621 13,8851 14,4471 15,3609 13,4897
Item-total Statistics
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 _
R E L I A B I L I T Y
A N A L Y S I S
,3391 ,2171 ,3149 ,2822 ,5641 ,3414 ,3471 ,6998 ,3730 ,5292 ,4087 ,4215 ,5359
-
S C A L E
Reliability Coefficients N of Cases = Alpha =
,7777
30,0
N of Items = 13
Alpha if Item Deleted ,7694 ,7813 ,7763 ,7755 ,7510 ,7691 ,7687 ,7386 ,7665 ,7495 ,7636 ,7631 ,7485
(A L P H A)
RELIABILITAS SKALA ORIENTASI RELIGIUS INTRINSIK ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
A N A L Y S I S
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013
Statistics for SCALE
Mean 40,1333
-
S C A L E
(A L P H A)
Mean
Std Dev
Cases
3,1667 3,3000 3,1000 2,8667 3,1667 2,6333 3,2000 3,0000 3,5333 2,6667 3,5333 3,1333 2,8333
,4611 ,5960 ,7120 ,7303 ,7466 ,5561 ,6103 ,5872 ,5074 ,7112 ,5074 ,6288 ,6989
30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 N of Variables 13
Variance 25,7057
Std Dev 5,0701
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
36,9667 36,8333 37,0333 37,2667 36,9667 37,5000 36,9333 37,1333 36,6000 37,4667 36,6000 37,0000 37,3000
23,6885 21,9368 20,8609 21,3057 20,4471 22,8103 22,5471 21,7747 23,6276 20,4644 23,7655 23,2414 21,3897
Item-total Statistics
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013
R E L I A B I L I T Y
A N A L Y S I S
,4020 ,6115 ,6670 ,5735 ,6962 ,4869 ,4808 ,6544 ,3691 ,7360 ,3401 ,3413 ,5920
-
S C A L E
Reliability Coefficients N of Cases = Alpha =
,8685
30,0
N of Items = 13
Alpha if Item Deleted ,8660 ,8551 ,8509 ,8573 ,8487 ,8620 ,8623 ,8528 ,8675 ,8462 ,8688 ,8702 ,8559
(A L P H A)
RELIABILITAS ORIENTASI RELIGIUS EKSTRINSIK ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
A N A L Y S I S
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014
Statistics for SCALE
Mean 33,9667
-
S C A L E
(A L P H A)
Mean
Std Dev
Cases
2,9000 2,9000 1,5000 2,7333 2,8333 2,5333 2,2333 2,1000 2,1667 2,4333 2,3333 2,5000 2,5000 2,3000
,6074 ,4807 ,5085 ,7849 ,7466 ,8193 ,8172 ,7120 ,7915 ,6789 ,8841 ,8200 ,6823 ,5350
30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 N of Variables 14
Variance 30,4471
Std Dev 5,5179
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
31,0667 31,0667 32,4667 31,2333 31,1333 31,4333 31,7333 31,8667 31,8000 31,5333 31,6333 31,4667 31,4667 31,6667
27,9954 29,3747 28,0506 25,7023 26,3954 26,3920 28,0644 25,6368 24,9931 26,7402 24,5161 23,6368 27,4299 27,6092
Item-total Statistics
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014
R E L I A B I L I T Y
A N A L Y S I S
,3240 ,1615 ,3969 ,5188 ,4555 ,4020 ,1981 ,5969 ,6100 ,4623 ,5882 ,7698 ,3570 ,4539
-
S C A L E
Reliability Coefficients N of Cases =
30,0
N of Items = 14
Alpha if Item Deleted ,8201 ,8274 ,8164 ,8070 ,8119 ,8165 ,8323 ,8017 ,7996 ,8115 ,8010 ,7855 ,8185 ,8132
(A L P H A)
Alpha =
,8233
Asslamu ‘alaikum Wr.Wb. Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah bapak/ibu guru berikan untuk bisa mengisi angket ini. Sebelum mengisi angket ini mohon bapak/ibu guru mengisi data responden sesuai kolom yang telah tersedia dan bacalah petunjuk pengisian terlebih dahulu kemudian setelah selesai mohon diteliti kembali jawaban bapak/ibu guru agar tidak ada pernyataan yang tidak terjawab atau terlewati. Dalam menjawab angket ini, tidak ada jawaban benar/ salah, maka bapak/ibu guru bebas menentukan jawaban yang paling sesuai dengan diri bapak/ibu guru saat ini. Setiap jawaban yang bapak/ibu guru berikan akan terjamin kerahasiaannya.
Wassalamu ‘alaikum Wr.Wb.
Hormat saya
Nadiah Data responden Nama lengkap
:
Jenis kelamin
:
Usia
:
Guru mata pelajaran : Petunjuk pengisian Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan orientasi religius. Bapak/ibu guru diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang telah disediakan yang sesuai dengan diri bapak/ibu guru pada kolom jawaban. Contoh : No. 1.
Item
SS
S √
Saya shalat lima waktu
Keterangan : SS
: Sangat Setuju
TS
: Tidak Setuju
S
: Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
TS
STS
Skala Orientasi Religius Intrinsik No. 1.
Item Tanpa pikir panjang saya langsung menolong orang yang sedang kesusahan
2.
Untuk menambah rasa cinta pada Islam, saya berziarah ke makam Wali Allah
3.
Saya shalat tepat waktu setiap hari
4.
Saya rutin melakukan puasa sunnah karena puasa dapat membawa dampak positif dalam kehidupan
5.
Ketika mendapatkan kenikmatan dari Allah saya langsung bersyukur dengan melakukan sujud syukur
6.
Saya merasa sudah berperilaku sesuai dengan ajaran agama
7.
Saya tetap menjalankan ajaran agama meskipun hal itu bertentangan dengan adat istiadat
8.
Saya membaca buku sejarah perjuangan Islam untuk memperkuat keimanan saya
9.
Saya berdo’a setiap hari setelah shalat
10.
Saya sudah menerapkan seluruh ajaran agama dalam kehidupan sehari
11.
Bersedekah membuat saya menjadi lebih peduli dengan sesama
12.
Saya pergi ke tempat alam terbuka untuk menghayati kebesaran Allah
13.
Saya tetap melaksanakan shalat tahajjud meskipun sedang mengantuk
SS
S
TS
STS
Skala Orientasi Religius Ekstrinsik No. 1.
Item Saya mempelajari agama untuk mendukung karir sebagai guru
2.
Perilaku saya banyak yang belum sesuai dengan ajaran agama
3.
Saya merasa agama dapat menghambat karir saya
4.
Saya shalat agar badan menjadi sehat
5.
Menurut saya kegiatan pengajian merupakan salah satu cara untuk bisa berkumpul bersama teman
6.
Saya membaca Al-Qur’an ketika ada waktu luang
7.
Saya shalat berjama’ah karena peraturan dan kebiasaan yang berlaku di tempat kerja
8.
Saya bersedekah agar harta saya bertambah banyak
9.
Saya shalat dhuha semata untuk mendapatkan rizki yang banyak
10.
Saya merasa dengan rajin beribadah bisa meningkatkan status sosial di masyarakat
11.
Dengan ikut shalat berjamaah saya bisa mendapatkan banyak teman baru
12.
Saya memahami Al-Qur’an dan Hadits agar dapat menunjang pekerjaan saya
13.
Melaksanakan shalat tahajjud membuat saya merasa lebih baik dari teman-teman
14.
Dengan menjadi donator di sebuah panti asuhan saya bisa berkenalan dengan donator lain
SS
S
TS
STS
Petunjuk pengisian Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan kecerdasan emosi. Bapak/ibu guru diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang telah disediakan yang sesuai dengan diri bapak/ibu guru pada kolom jawaban. Contoh : No. 1.
Item
SS
S
TS
STS
TS
STS
√
Saya orang yang percaya diri
Keterangan : SS
: Sangat Setuju
TS
: Tidak Setuju
S
: Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
Skala Kecerdasan Emosi No. 1.
Item Saya optimis mampu mengatasi kesulitan yang sedang dialami
2.
Ketika sedang sedih, saya mampu menghibur diri
3.
Saya pesimis mampu menghadapi cobaan yang terjadi
4.
Saya mampu menemukan beberapa solusi permasalahan yang sedang terjadi dengan mudah
5.
Saya mendengarkan semua cerita teman saya dari awal sampai selesai dengan baik
6.
Saya merasa biasa saja ketika teman sedang sedih
7.
Saya sulit menemukan alternatif pemecahan masalah yang sedang dialami
8.
Saya malas mendengar cerita teman saya sampai selesai
9.
Saya ikut merasa sedih jika teman sedang sedih
10.
Saya bingung dengan perasaan yang sedang terjadi
11.
Saya sulit mengajak teman-teman saya ke tempat yang saya inginkan
12.
Teman-teman senang bepergian dengan saya
13.
Saya menjalin persahabatan sejak kecil sampai sekarang
SS
S
Asslamu ‘alaikum Wr.Wb. Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah bapak/ibu guru berikan untuk bisa mengisi angket ini. Sebelum mengisi angket ini mohon bapak/ibu guru mengisi data responden sesuai kolom yang telah tersedia dan bacalah petunjuk pengisian terlebih dahulu kemudian setelah selesai mohon diteliti kembali jawaban bapak/ibu guru agar tidak ada pernyataan yang tidak terjawab atau terlewati. Dalam menjawab angket ini, tidak ada jawaban benar/ salah, maka bapak/ibu guru bebas menentukan jawaban yang paling sesuai dengan diri bapak/ibu guru saat ini. Setiap jawaban yang bapak/ibu guru berikan akan terjamin kerahasiaannya.
Wassalamu ‘alaikum Wr.Wb.
Hormat saya
Nadiah Data responden Nama lengkap
:
Jenis kelamin
:
Usia
:
Guru mata pelajaran : Petunjuk pengisian Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan kecerdasan emosi. Bapak/ibu guru diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang telah disediakan yang sesuai dengan diri bapak/ibu guru pada kolom jawaban. Contoh : No. 1.
Item
SS
S √
Saya orang yang percaya diri
Keterangan : SS
: Sangat Setuju
TS
: Tidak Setuju
S
: Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
TS
STS
Skala 1 No.
Item
1.
Saya memahami perasaan yang sedang terjadi
2.
Saya tidak pergi ke sekolah untuk mengajar ketika sedang menghadapi kesulitan
3.
Saya optimis mampu mengatasi kesulitan yang sedang dialami
4.
Saya tahu penyebab mengapa saya marah
5.
Saya mampu memahami perasaan orang lain
6.
Saya sulit memahami perasaan orang lain
7.
Ketika sedang sedih, saya mampu menghibur diri
8.
Saya tersinggung ketika orang lain membicarakan keburukan saya
9.
Teman-teman senang mengikuti kegiatan yang saya lakukan
10.
Saya hanya memiliki sedikit teman
11.
Ketika murid-murid saya mulai berisik di kelas, saya tahu mereka mulai jenuh
12.
Saya takut jika harus beradaptasi dengan lingkungan baru
13.
Saya mampu mengendalikan emosi ketika sedang marah
14.
Saya pesimis mampu menghadapi cobaan yang terjadi
15.
Saya tahu seberapa besar kualitas rasa senang yang sedang dialami
16.
Saya kesal jika murid saya banyak bertanya hal-hal yang tidak berkaitan dengan materi pelajaran
17.
Saya mampu menemukan beberapa solusi permasalahan yang sedang terjadi dengan mudah
18.
Saya sering marah dengan alasan yang tidak jelas
19.
Saya mendengarkan semua cerita teman saya dari awal sampai selesai dengan baik
20.
Saya mampu menahan keinginan untuk pulang lebih awal meskipun sudah tidak ada jam mengajar
SS
S
TS
STS
21.
Saya merasa biasa saja ketika teman sedang sedih
22.
Saya sulit menemukan alternatif pemecahan masalah yang sedang dialami
23.
Saya yakin mampu melewati masa-masa sulit dalam hidup saya
24.
Saya sulit mengambil keputusan dengan baik ketika sedang cemas
25.
Saya mudah akrab dengan orang yang baru dikenal
26.
Saya tetap mengajar meskipun murid-murid saya mulai berisik di kelas
27.
Saya tahu seberapa lama saya merasa kesal
28.
Saya malas mendengar cerita teman saya sampai selesai
29.
Saya ikut merasa sedih jika teman sedang sedih
30.
Saya bingung dengan perasaan yang sedang terjadi
31.
Walaupun sedang merasa cemas, saya mampu mengambil keputusan dengan baik
32.
Saya tetap semangat mengajar meskipun sedang mengalami kesulitan
33.
Saya ragu mampu menyelesaikan tugas yang sedang dikerjakan dengan baik
34.
Saya sulit mengajak teman-teman saya ke tempat yang saya inginkan
35.
Teman-teman senang bepergian dengan saya
36.
Saya langsung pulang jika sudah selesai mengajar agar dapat beristirahat
37.
Saya menjalin persahabatan sejak kecil sampai sekarang
38.
Teman-teman gelisah jika bercerita pada saya
Petunjuk pengisian Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan orientasi religius. Bapak/ibu guru diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang telah disediakan yang sesuai dengan diri bapak/ibu guru pada kolom jawaban. Contoh : No. 1.
Item
SS
S
TS
STS
TS
STS
√
Saya shalat lima waktu
Keterangan : SS
: Sangat Setuju
TS
: Tidak Setuju
S
: Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
Skala 2 No. 1.
Item Untuk menambah pengetahuan tentang Islam, saya mengikuti kegiatan pengajian yang bersifat rutin
2.
Tanpa pikir panjang saya langsung menolong orang yang sedang kesusahan
3.
Saya selalu berkata jujur dalam keadaan apapun
4.
Saya tetap menjalankan ajaran agama meskipun bertentangan dengan adat istiadat
5.
Saya merasa ajaran agama memberikan ketenangan dalam hidup
6.
Untuk menambah rasa cinta pada Islam, saya berziarah ke makam Wali Allah
7.
Saya shalat tepat waktu setiap hari
8.
Saya rutin melakukan puasa sunnah karena puasa dapat membawa dampak positif dalam kehidupan
9.
Ketika mendapatkan kenikmatan dari Allah saya langsung bersyukur dengan melakukan sujud syukur
10.
Saya merasa sudah berperilaku sesuai dengan ajaran agama
11.
Saya tetap menjalankan ajaran agama meskipun hal itu
SS
S
bertentangan dengan adat istiadat 12.
Semua usaha yang dilakukan hasilnya saya pasrahkan pada Allah
13.
Saya membaca buku sejarah perjuangan Islam untuk memperkuat keimanan saya
14.
Saya berdo’a setiap hari setelah shalat
15.
Saya mempelajari agama melalui media apapun (media cetak dan media elektronik)
16.
Saya tetap bersikap baik pada orang yang pernah menyinggung hati saya
17.
Saya sudah menerapkan seluruh ajaran agama dalam kehidupan sehari
18.
Saya tetap memegang teguh ajaran agama meskipun masyarakat sekitar membenci saya
19.
Bersedekah membuat saya menjadi lebih peduli dengan sesama
20.
Saya pergi ke tempat alam terbuka untuk menghayati kebesaran Allah
21.
Saya tetap melaksanakan shalat tahajjud meskipun sedang mengantuk
Skala 3 No. 1.
Item Saya mempelajari agama untuk mendukung karir sebagai guru
2.
Saya cenderung membantu orang lain yang dapat memberikan keuntungan pada saya
3.
Saya merasa perilaku saya banyak yang belum sesuai dengan ajaran agama
4.
Saya merasa agama dapat menghambat karir saya
5.
Saya shalat agar badan menjadi sehat
6.
Menurut saya kegiatan pengajian merupakan salah satu cara untuk bisa berkumpul bersama teman
SS
S
TS
STS
7.
Saya membaca Al-Qur’an ketika ada waktu luang
8.
Saya shalat berjama’ah karena peraturan dan kebiasaan yang berlaku di tempat kerja
9.
Saya bersedekah agar harta saya bertambah banyak
10.
Saya merasa belum menjalankan seluruh ajaran agama dengan baik dalam kehidupan
11.
Saya shalat dhuha semata untuk mendapatkan rizki yang banyak
12.
Saya merasa dengan rajin beribadah bisa meningkatkan status sosial di masyarakat
13.
Dengan ikut shalat berjamaah saya bisa mendapatkan banyak teman baru
14.
Ketika sedang sedih saya melaksanakan shalat sunnah
15.
Saya memahami Al-Qur’an dan Hadits agar dapat menunjang pekerjaan saya
16.
Melaksanakan shalat tahajjud membuat saya merasa lebih baik dari teman-teman
17.
Saya merasa masih sering melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran agama
18.
Saya yakin dengan bersedakah dapat mengurangi harta yang dimiliki
19.
Saya memanjatkan do’a untuk mengharapkan keselamatan di dunia
20.
Dengan menjadi donator di sebuah panti asuhan saya bisa berkenalan dengan donator lain
21.
Saya bertaubat jika sudah terkena penyakit parah
Model Summary
Model 1
R
R Square
,558(a)
Std. Error of the Estimate
Adjusted R Square
,311
,172
Change Statistics R Square Change ,311
2,776
F Change 2,227
df1 14
df2 69
Sig. F Change ,015
a Predictors: (Constant), VAR00014, VAR00007, VAR00004, VAR00010, VAR00011, VAR00001, VAR00006, VAR00013, VAR00002, VAR00012, VAR00005, VAR00009, VAR00003, VAR00008
ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares 240,235
14
Mean Square 17,160
Residual
531,574
69
7,704
Total
771,810
83
Regression
df
F 2,227
Sig. ,015(a)
a Predictors: (Constant), VAR00014, VAR00007, VAR00004, VAR00010, VAR00011, VAR00001, VAR00006, VAR00013, VAR00002, VAR00012, VAR00005, VAR00009, VAR00003, VAR00008 b Dependent Variable: KE
Model Summary
Model 1
R
R Square
,319(a)
Std. Error of the Estimate
Adjusted R Square
,102
,091
Change Statistics R Square Change ,102
2,908
F Change 9,269
df1 1
df2 82
Sig. F Change ,003
df2 81
Sig. F Change ,001
a Predictors: (Constant), VAR00006
ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regressio n Residual
78,384
1
78,384
693,426
82
8,456
Total
771,810
83
F
Sig.
9,269
,003(a)
a Predictors: (Constant), VAR00006 b Dependent Variable: KE
Model Summary
Model 1
R ,400(a)
R Square ,160
Adjusted R Square ,140
a Predictors: (Constant), VAR00002, VAR00006
Std. Error of the Estimate 2,828
Change Statistics R Square Change ,160
F Change 7,737
df1 2
ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares Regressio n Residual Total
df
Mean Square
123,790
2
61,895
648,019
81
8,000
771,810
83
F
Sig.
7,737
,001(a)
a Predictors: (Constant), VAR00002, VAR00006 b Dependent Variable: KE
Model Summary
Model
1
R
R Square
,433(a)
Std. Error of the Estimate
Adjusted R Square
,187
,157
Change Statistics R Square Change ,187
2,800
F Change 6,150
df1 3
df2 80
Sig. F Change ,001
df2 79
Sig. F Change ,001
a Predictors: (Constant), VAR00004, VAR00006, VAR00002
ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares Regressio n Residual Total
df
Mean Square
144,647
3
48,216
627,162
80
7,840
771,810
83
F
Sig.
6,150
,001(a)
a Predictors: (Constant), VAR00004, VAR00006, VAR00002 b Dependent Variable: KE
Model Summary
Model 1
R
R Square
,447(a)
Std. Error of the Estimate
Adjusted R Square
,200
,159
Change Statistics R Square Change ,200
2,796
F Change 4,931
df1 4
a Predictors: (Constant), VAR00007, VAR00004, VAR00002, VAR00006
ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares Regressio n Residual Total
df
Mean Square
154,189
4
38,547
617,621
79
7,818
771,810
83
a Predictors: (Constant), VAR00007, VAR00004, VAR00002, VAR00006 b Dependent Variable: KE
F 4,931
Sig. ,001(a)
Model Summary
Model
1
R
R Square
,451(a)
Std. Error of the Estimate
Adjusted R Square
,203
,152
Change Statistics R Square Change ,203
2,808
F Change 3,973
df1 5
df2 78
Sig. F Change ,003
df2 77
Sig. F Change ,006
df2 76
Sig. F Change ,012
a Predictors: (Constant), VAR00005, VAR00004, VAR00002, VAR00007, VAR00006
ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares Regressio n Residual Total
df
Mean Square
156,670
5
31,334
615,139
78
7,886
771,810
83
F
Sig.
3,973
,003(a)
a Predictors: (Constant), VAR00005, VAR00004, VAR00002, VAR00007, VAR00006 b Dependent Variable: KE
Model Summary
Model 1
R
R Square
,451(a)
Std. Error of the Estimate
Adjusted R Square
,203
,141
Change Statistics R Square Change ,203
2,826
F Change 3,277
df1 6
a Predictors: (Constant), VAR00003, VAR00007, VAR00004, VAR00005, VAR00002, VAR00006
ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares Regressio n Residual Total
df
Mean Square
156,977
6
26,163
614,832
77
7,985
771,810
83
F
Sig.
3,277
,006(a)
a Predictors: (Constant), VAR00003, VAR00007, VAR00004, VAR00005, VAR00002, VAR00006 b Dependent Variable: KE
Model Summary
Model 1
R ,452(a)
R Square ,204
Adjusted R Square ,131
Std. Error of the Estimate 2,843
Change Statistics R Square Change ,204
F Change 2,781
df1 7
a Predictors: (Constant), VAR00010, VAR00004, VAR00007, VAR00002, VAR00005, VAR00006, VAR00003
ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares Regressio n Residual Total
df
Mean Square
157,382
7
22,483
614,428
76
8,085
771,810
83
F
Sig.
2,781
,012(a)
a Predictors: (Constant), VAR00010, VAR00004, VAR00007, VAR00002, VAR00005, VAR00006, VAR00003 b Dependent Variable: KE
Model Summary
Model
1
R
R Square
,456(a)
Std. Error of the Estimate
Adjusted R Square
,208
,124
Change Statistics R Square Change ,208
2,855
F Change 2,464
df1 8
df2 75
Sig. F Change ,020
a Predictors: (Constant), VAR00014, VAR00007, VAR00004, VAR00010, VAR00002, VAR00006, VAR00005, VAR00003 ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares Regressio n Residual Total
df
Mean Square
160,614
8
20,077
611,196
75
8,149
771,810
83
F
Sig.
2,464
,020(a)
a Predictors: (Constant), VAR00014, VAR00007, VAR00004, VAR00010, VAR00002, VAR00006, VAR00005, VAR00003 b Dependent Variable: KE
Model Summary
Model
1
R
R Square
,459(a)
Std. Error of the Estimate
Adjusted R Square
,211
,115
2,869
Change Statistics R Square Change ,211
F Change 2,193
df1 9
df2 74
a Predictors: (Constant), VAR00001, VAR00003, VAR00014, VAR00007, VAR00004, VAR00010, VAR00005, VAR00002, VAR00006
ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares Regressio n Residual Total
df
Mean Square
162,515
9
18,057
609,294
74
8,234
771,810
83
F 2,193
Sig. ,032(a)
a Predictors: (Constant), VAR00001, VAR00003, VAR00014, VAR00007, VAR00004, VAR00010, VAR00005, VAR00002, VAR00006 b Dependent Variable: KE
Sig. F Change ,032
Model Summary
Model
1
R
R Square
,459(a)
Std. Error of the Estimate
Adjusted R Square
,211
,103
Change Statistics R Square Change ,211
2,889
F Change 1,949
df1 10
df2 73
Sig. F Change ,052
a Predictors: (Constant), VAR00009, VAR00005, VAR00010, VAR00004, VAR00002, VAR00001, VAR00007, VAR00006, VAR00014, VAR00003
ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares Regressio n Residual Total
df
Mean Square
162,609
10
16,261
609,201
73
8,345
771,810
83
F
Sig.
1,949
,052(a)
a Predictors: (Constant), VAR00009, VAR00005, VAR00010, VAR00004, VAR00002, VAR00001, VAR00007, VAR00006, VAR00014, VAR00003 b Dependent Variable: KE
Model Summary
Model
1
R
R Square
,460(a)
Std. Error of the Estimate
Adjusted R Square
,212
,091
Change Statistics R Square Change ,212
2,907
F Change 1,757
df1 11
df2 72
Sig. F Change ,078
a Predictors: (Constant), VAR00013, VAR00006, VAR00001, VAR00004, VAR00010, VAR00007, VAR00009, VAR00002, VAR00014, VAR00005, VAR00003
ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares Regressio n Residual Total
df
Mean Square
163,322
11
14,847
608,488
72
8,451
771,810
83
F
Sig.
1,757
,078(a)
a Predictors: (Constant), VAR00013, VAR00006, VAR00001, VAR00004, VAR00010, VAR00007, VAR00009, VAR00002, VAR00014, VAR00005, VAR00003 b Dependent Variable: KE
Model Summary
Model
1
R
,478(a)
R Square
,228
Adjusted R Square
,098
Std. Error of the Estimate
2,896
Change Statistics R Square Change ,228
F Change 1,750
df1 12
df2 71
a Predictors: (Constant), VAR00012, VAR00001, VAR00006, VAR00004, VAR00002, VAR00007, VAR00013, VAR00010, VAR00009, VAR00005, VAR00014, VAR00003
Sig. F Change ,074
ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares Regressio n Residual Total
df
Mean Square
176,161
12
14,680
595,648
71
8,389
771,810
83
F
Sig.
1,750
,074(a)
a Predictors: (Constant), VAR00012, VAR00001, VAR00006, VAR00004, VAR00002, VAR00007, VAR00013, VAR00010, VAR00009, VAR00005, VAR00014, VAR00003 b Dependent Variable: KE
Model Summary
Model
1
R
R Square
,497(a)
Std. Error of the Estimate
Adjusted R Square
,247
,107
Change Statistics R Square Change ,247
2,881
F Change 1,768
df1 13
df2 70
Sig. F Change ,066
a Predictors: (Constant), VAR00008, VAR00002, VAR00007, VAR00004, VAR00009, VAR00001, VAR00005, VAR00010, VAR00014, VAR00003, VAR00013, VAR00012, VAR00006
ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares Regressio n Residual Total
df
Mean Square
190,818
13
14,678
580,992
70
8,300
771,810
83
F
Sig.
1,768
,066(a)
a Predictors: (Constant), VAR00008, VAR00002, VAR00007, VAR00004, VAR00009, VAR00001, VAR00005, VAR00010, VAR00014, VAR00003, VAR00013, VAR00012, VAR00006 b Dependent Variable: KE
Model Summary
Model
1
R
R Square
,558(a)
Std. Error of the Estimate
Adjusted R Square
,311
,172
2,776
Change Statistics R Square Change ,311
F Change 2,227
df1 14
df2 69
a Predictors: (Constant), VAR00011, VAR00005, VAR00010, VAR00004, VAR00014, VAR00007, VAR00001, VAR00008, VAR00002, VAR00009, VAR00003, VAR00013, VAR00012, VAR00006
ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares Regressio n Residual Total
df
Mean Square
240,235
14
17,160
531,574
69
7,704
771,810
83
F 2,227
Sig. ,015(a)
a Predictors: (Constant), VAR00011, VAR00005, VAR00010, VAR00004, VAR00014, VAR00007, VAR00001, VAR00008, VAR00002, VAR00009, VAR00003, VAR00013, VAR00012, VAR00006 b Dependent Variable: KE
Sig. F Change ,015
KECERDASAN EMOSIONAL ** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ** _
R E L I A B I L I T Y
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38.
A N A L Y S I S - S C A L E
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031 VAR00032 VAR00033 VAR00034 VAR00035 VAR00036 VAR00037 VAR00038
Statistics for SCALE _
Mean 109,2333
(A L P H A)
Mean
Std Dev
Cases
3,1000 3,0333 3,3333 3,1333 3,0000 2,6000 3,0333 2,0000 2,9667 3,4000 3,0000 2,5667 2,8333 2,9333 2,9333 2,7667 2,8667 3,1667 3,1333 2,6000 3,1000 2,6000 3,3000 2,4333 2,8667 2,3667 2,7667 3,2667 3,1667 2,3333 2,9667 3,0667 2,7667 2,6333 3,2000 1,7333 3,0667 3,2000
,4026 ,7184 ,4795 ,5713 ,4549 ,5632 ,6149 ,9097 ,6149 ,4983 ,5252 ,7279 ,6989 ,7849 ,5833 ,6261 ,6288 ,6477 ,5074 ,6215 ,5477 ,4983 ,5350 ,5683 ,5713 ,7184 ,6261 ,5208 ,5307 ,7112 ,7184 ,5833 ,7279 ,7184 ,4842 ,5833 ,7849 ,4842
30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0
Variance 41,7713
Std Dev 6,4631
N of Variables 38
R E L I A B I L I T Y
A N A L Y S I S - S C A L E
(A L P H A)
Item-total Statistics
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021 VAR00022 VAR00023 VAR00024 VAR00025 VAR00026 VAR00027 VAR00028 VAR00029 VAR00030 VAR00031 VAR00032 VAR00033 VAR00034 VAR00035 VAR00036 VAR00037 VAR00038 _
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
Alpha if Item Deleted
106,1333 106,2000 105,9000 106,1000 106,2333 106,6333 106,2000 107,2333 106,2667 105,8333 106,2333 106,6667 106,4000 106,3000 106,3000 106,4667 106,3667 106,0667 106,1000 106,6333 106,1333 106,6333 105,9333 106,8000 106,3667 106,8667 106,4667 105,9667 106,0667 106,9000 106,2667 106,1667 106,4667 106,6000 106,0333 107,5000 106,1667 106,0333
42,6023 42,1655 39,4034 40,9897 41,2885 41,6885 38,5793 42,8057 39,5816 40,5575 40,8057 40,0230 40,1103 37,4586 42,7000 39,7747 37,8954 39,8575 38,7138 39,6885 39,8437 38,9299 39,8575 40,3034 40,3782 43,0161 40,0506 37,8264 39,7195 37,4724 38,8920 39,5230 40,2575 38,4552 38,5851 41,8448 36,2126 40,3782
-,1890 -,0976 ,3552 ,0622 ,0472 -,0322 ,3683 -,1564 ,2341 ,1521 ,1028 ,1323 ,1324 ,3847 -,1665 ,2032 ,4496 ,1827 ,4434 ,2167 ,2354 ,4170 ,2409 ,1587 ,1469 -,1869 ,1677 ,5734 ,2646 ,4357 ,2637 ,2602 ,1065 ,3143 ,4907 -,0548 ,5232 ,1883
,6826 ,6877 ,6563 ,6731 ,6727 ,6789 ,6524 ,7002 ,6619 ,6674 ,6703 ,6698 ,6695 ,6477 ,6877 ,6640 ,6461 ,6655 ,6505 ,6631 ,6623 ,6523 ,6620 ,6670 ,6678 ,6944 ,6665 ,6420 ,6606 ,6448 ,6590 ,6603 ,6719 ,6548 ,6486 ,6807 ,6346 ,6654
R E L I A B I L I T Y
A N A L Y S I S - S C A L E
(A L P H A)
Reliability Coefficients N of Cases =
30,0
N of Items = 38
Alpha =
,6713
ORIENTASI RELIGIUS INTRINSIK ** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ** _
R E L I A B I L I T Y
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
A N A L Y S I S - S C A L E
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021
Statistics for SCALE _
Mean 65,0000
(A L P H A)
Mean
Std Dev
Cases
3,0667 3,1667 3,0667 3,2000 3,5333 3,3000 3,1000 2,8667 3,1667 2,6333 3,2000 3,3333 3,0000 3,5333 2,5667 2,8667 2,6667 3,2333 3,5333 3,1333 2,8333
,6915 ,4611 ,6915 ,6103 ,5074 ,5960 ,7120 ,7303 ,7466 ,5561 ,6103 ,7581 ,5872 ,5074 ,6789 ,6288 ,7112 ,5683 ,5074 ,6288 ,6989
30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0
Variance 33,0345
Std Dev 5,7476
N of Variables 21
R E L I A B I L I T Y
A N A L Y S I S - S C A L E
(A L P H A)
Item-total Statistics
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
Alpha if Item Deleted
61,9333 61,8333 61,9333 61,8000 61,4667 61,7000 61,9000 62,1333 61,8333 62,3667 61,8000 61,6667 62,0000 61,4667 62,4333 62,1333 62,3333 61,7667 61,4667 61,8667 62,1667
33,4437 31,0402 30,6161 30,9931 32,0506 28,7000 27,6793 27,7747 27,5230 30,1023 29,6138 35,8851 28,2759 30,6023 32,9437 31,2920 27,4023 31,1506 30,5333 30,1195 28,3506
-,1109 ,3467 ,2535 ,2456 ,1264 ,6232 ,6472 ,6140 ,6324 ,4299 ,4589 -,3771 ,7068 ,3874 -,0475 ,1915 ,6885 ,2461 ,4001 ,3650 ,5637
,8021 ,7737 ,7790 ,7787 ,7840 ,7562 ,7511 ,7531 ,7513 ,7684 ,7660 ,8220 ,7514 ,7713 ,7978 ,7821 ,7480 ,7785 ,7707 ,7716 ,7575
Reliability Coefficients N of Cases = Alpha =
,7818
30,0
N of Items = 21
ORIENTASI RELIGIUS EKSTRINSIK ** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ** _
R E L I A B I L I T Y
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
A N A L Y S I S - S C A L E
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021
Statistics for SCALE _
Mean 50,9000
(A L P H A)
Mean
Std Dev
Cases
2,9000 2,2667 2,9000 1,5000 2,7333 2,8333 2,5333 2,2333 2,1000 2,9000 2,1667 2,4333 2,3333 2,7333 2,5000 2,5000 2,7667 1,5333 3,2000 2,3000 1,5333
,6074 ,6915 ,4807 ,5085 ,7849 ,7466 ,8193 ,8172 ,7120 ,6074 ,7915 ,6789 ,8841 ,7397 ,8200 ,6823 ,5683 ,5713 ,6644 ,5350 ,6288
30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0 30,0
Variance 36,3690
Std Dev 6,0307
N of Variables 21
R E L I A B I L I T Y
A N A L Y S I S - S C A L E
(A L P H A)
Item-total Statistics
VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004 VAR00005 VAR00006 VAR00007 VAR00008 VAR00009 VAR00010 VAR00011 VAR00012 VAR00013 VAR00014 VAR00015 VAR00016 VAR00017 VAR00018 VAR00019 VAR00020 VAR00021
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected ItemTotal Correlation
Alpha if Item Deleted
48,0000 48,6333 48,0000 49,4000 48,1667 48,0667 48,3667 48,6667 48,8000 48,0000 48,7333 48,4667 48,5667 48,1667 48,4000 48,4000 48,1333 49,3667 47,7000 48,6000 49,3667
33,7931 33,5506 35,1724 33,4897 30,9023 32,4782 32,0333 32,8506 30,9931 38,3448 30,4092 32,5333 30,6678 35,1782 29,1448 32,9379 37,0161 35,2747 34,7690 33,7655 35,7575
,3125 ,2921 ,1694 ,4452 ,5558 ,3917 ,3951 ,3043 ,6142 -,3117 ,6110 ,4357 ,5024 ,0734 ,7400 ,3787 -,1403 ,1131 ,1479 ,3727 ,0287
,7510 ,7523 ,7587 ,7448 ,7312 ,7449 ,7444 ,7519 ,7285 ,7868 ,7264 ,7423 ,7344 ,7682 ,7139 ,7463 ,7760 ,7624 ,7617 ,7482 ,7684
Reliability Coefficients N of Cases = Alpha =
,7598
30,0
N of Items = 21