p-ISSN 2355-5343 http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar
Article Received: 14/05/2015; Accepted: 07/09/2015 Mimbar Sekolah Dasar, Vol 2(2) 2015, 167-174 DOI: 10.17509/mimbar-sd.v2i2.1327
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TRANSDISCIPLINARY TERHADAP KARAKTER SISWA PADA SEKOLAH DASAR INTERNASIONAL BERBASIS INTERNATIONAL BACCALAUREATE Cucun Sunaengsih Program Studi PGSD UPI Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang Email:
[email protected] ABSTRACT Development of learning innovations embodied in the learning model into the main needs of the education system in order to shape the character of qualified students. There are many models of learning that can shape the character of students. The learning model which is considered to establish the character of the students are developed on the basis of an international school-based International Baccalaureate (IB) which Trandisciplinary or transdisciplinary learning model. Transdisciplinary model is considered to be most able to form the character of the students because it integrates various disciplines of science so as to create an understanding of the whole. The method used in this research is a survey research with quantitative research approaches. As for the population in this study are all teachers that exist in the International Primary School-Based IB in Bandung. The results showed that the learning model Trandisciplinary positive and significant impact on the character of the students. Second correlation value is at a high position. Keywords: Transdisciplinary Learning Model, Character Students, and the International Baccalaureate.
ABSTRAK Pengembangan inovasi pembelajaran yang diwujudkan dalam model pembelajaran menjadi kebutuhan utama sistem pendidikan guna membentuk karakter siswa yang berkualitas. Ada banyak model pembelajaran yang dapat membentuk karakter siswa. Model pembelajaran yang dianggap dapat membentuk karakter siswa yang dikembangkan pada sekolah dasar internasional berbasis International Baccalaureate (IB) yaitu model pembelajaran Trandisciplinary atau transdisiplin. Model transdisciplinary dianggap paling dapat membentuk karakter siswa karena mengintegrasikan berbagai disipilin ilmu sehingga mampu menciptakan suatu pemahaman yang utuh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian survei dengan pendekatan penelitian kuantitatif. Adapun yang menjadi populasi pada penelitian ini yaitu seluruh guru yang ada pada Sekolah Dasar International Berbasis IB di Kota Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Trandisciplinary berpengaruh positif dan signifikan terhadap karakter siswa. Nilai korelasi keduanya berada pada posisi tinggi. Kata kunci: Transdisciplinary Learning Model, karakter siswa, dan International Baccalaureate.
How to Cite: Sunaengsih, C. (2015). PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TRANSDISCIPLINARY TERHADAP KARAKTER SISWA PADA SEKOLAH DASAR INTERNASIONAL BERBASIS INTERNATIONAL BACCALAUREATE. Mimbar Sekolah Dasar, 2(2), 167-174. doi:http://dx.doi.org/10.17509/mimbar-sd.v2i2.1327.
PENDAHULUAN ~ Pengembangan inovasi
menurut
pendidikan di Indonesia terutama dalam
bahwa pada saat ini yang diperlukan
bidang kurikulum secara
adalah
mulai
dilaksanakan
dicanangkannya
teknis sudah
yaitu
model
dengan
Asyiah
kurikulum
berbasis
pendidikan
bermuatan
berbasis karakter, karena sebagaimana
dan
karakter.
Sumanto
(2014)
pendidikan
yang
Kurikulum
yang
pendidikan
karakter
yang
yang terintegrasi dalam materi ajar serta
[167]
Cucun Sunaengsih, Pengaruh Model Pembelajaran Transdisciplinary…
kegiatan
pembelajaran
yang
didik, seluruh komponen di sekolah harus
pembentukan
dilibatkan, yakni meliputi isi kurikulum,
David Elkind &
proses pembelajaran, kualitas hubungan,
Freddy Sweet (2004), pendidikan karakter
penanganan pembelajaran, pelaksanaan
dimaknai sebagai berikut:
aktivitas
diorientasikan
kepada
karakter peserta didik.
Character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within.
ko-kulikuler,
pengertian
pendidikan sesuatu
diatas
karakter
yang
ini
pun
diperkuat
dengan
adanya
himbauan pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan Nasional yang mencanangkan
bahwa
penerapan
pendidikan karakter untuk semua tingkat
bahwa
Perguruan
adalah
segala
Prof.
dari
SD
Tinggi.
sampai
Menurut
Muhammad
Nuh,
dengan
Mendiknas,
pembentukan
yang
karakter perlu dilakukan sejak usia dini.
mampu mempengaruhi karakter peserta
Jika karakter sudah terbentuk sejak usia
didik. Guru membantu membentuk watak
dini, kata Mendiknas, maka tidak akan
peserta
mudah
didik.
Hal
guru,
seluruh
Penerapan pendidikan berbasis karakter
jelas
dilakukan
etos
lingkungan sekolah.
pendidikan, Dari
dan
ini
mencakup
untuk
mengubah
karakter
keteladanan bagaimana perilaku guru,
seseorang. Ia juga berharap, pendidikan
cara guru berbicara atau menyampaikan
karakter dapat membangun kepribadian
materi, bagaimana guru bertoleransi, dan
bangsa. Mendiknas mengungkapkan hal
berbagai hal terkait lainnya. Hal ini senada
ini
dengan yang dinyatakan oleh Muhtar
Pimpinan
(2014) bahwa pendidikan karekter tidak
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)
dapat dilakukan di suatu ruang hampa
se-Indonesia
yang
Negeri
bebas
karakter
nilai,
erat
kehidupan.
Nilai
karena
pendidikan
kaitannya tidak
dapat
saat
berbicara
pada
pertemuan
Pascasarjana LPTK Lembaga di
Medan
dengan
penting
karena
hanya
karakter
ini
Auditorium (Supriyatno,
Universitas 2009).
Ini
pendidikan
berbasis
dianggap
mampu
diajarkan, tetapi perlu dilakukan dalam
menciptakan peserta didik yang tidak
bentuk
pintar secara kognitif namun afektif yang
pembiasaan,
keteladanan,
pemahaman, dan aplikasinya yang terus
dianggap
menerus. Pendidikan karakter diartikan
masa depan lebih baik.
sebagai
the
deliberature
use
of
akan
dapat
menyongsong
all
dimensions of school life to foster optimal
Hasil observasi pendahuluan memberikan
carahter development. Hal ini berarti,
gambaran
guna mendukung perkembangan peserta
inovasi pembelajaran yang diwujudkan [168]
bahwa
pengembangan
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
dalam model dan desain kurikulum masih
batas-batas pembelajaran dalam wilayah
belum
subjek. Pengembangan model transdisiplin
ideal
dan
relevan.
Akibatnya
konsep kurikulum dari dalam penguatan,
didasarkan
pengayaan, pengembangan, perluasan,
“committed
pendalaman,
inquiry as the leading vehicle for learning”.
adopsi
melalui
standar
adaptasi
pendidikan
atau
baik
pada to
filosofis
structured,
yang
purposeful
dari
dalam negeri maupun luar negeri menjadi
Khusus untuk program pendidikan dasar
tidak jelas. Untuk itu dibutuhkan sebuah
atau dalam program IB dikenal dengan
model pembelajaran yang menunjukkan
program PYP (Primary Years Programme)
kejelasan konsep dalam pembentukan
ini menjadi kajian yang tentu sangat
karakter siswa. Model pembelajaran yang
menarik dan penting, mengingat sesuai
dianggap
dengan
dapat
membentuk
karakter
arahan
pemerintah
melalui
siswa yang dikembangkan pada sekolah
kementerian pendidikan nasional tentang
dasar internasional berbasis International
pembentukan karakter perlu dilakukan
Baccalaureate
model
sejak usia dini. Ini sesuai dengan yang
atau
diharapkan pemerintah, karena program
(IB)
pembelajaran
yaitu
Trandisciplinary
transdisiplin.
Mengapa
transdisiplin,
IB
harus
model
yang
ada
pada
IB
merupakan
2010)
program berstandar internasional dalam
“Trandisciplinary
arti yang sesungguhnya, karena dalam
Focus on issues across learning areas,
program ini selain menerapkan pelajaran
between them and beyond them, for the
Bahasa Inggris sebagai satu dari mata
emergence
pelajarannya, Bahasa Ibu, dalam hal ini
menyebutkan
(Baccalaureate,
PYP
bahwa
of
perspectives
new
and
and
for
broader deeper
Bahasa
Indonesia-
bila
diterapkan
di
understanding of the interrelatedness of
Indonesia, masih harus dipakai. Anak didik
complex issues.” da IB, model ini terdiri dari
harus tetap dikenalkan dengan budaya
6 (enam) tema dasar yang mengandung
lokal dan harus tetap diajak berpikir
makna isu-isu penting kehidupan serta
tentang apa yang ada di sekitar lokalnya.
menawarkan
antara
Namun pada saat bersamaan, program
bidang
ini membuat anak didik untuk berpikir
belajar
keseimbangan
tentang
atau
melalui
subjek, dan belajar di luar mereka. Terdiri
secara
dari Who we are, Where we are in place
mengajak
and time, How we express ourselves, How
situasi yang ada di dunia luar (Act locally,
the
think
world
works,
How
we
organize
internasional mereka
globally).
dengan
untuk
Juga
peduli
dengan
cara akan cara
ourselves, Sharing the planet. Keenam
mengajarkan kepada anak didik adanya
tema ini merupakan signifikansi global
perbedaan
yang menciptakan sebuah kerangka kerja
dengan
cara
transdisciplinary
manusia
yang
siswa
untuk
yang
memungkinkan
meningkatkan
melampaui [169]
di
antara
sesama,
menerapkan mengarah
dan
profil-profil ke
dalam
Cucun Sunaengsih, Pengaruh Model Pembelajaran Transdisciplinary…
kehidupan
yang
lebih
baik
berlokasi beralamat di Jl. Prof. Drg. Surya
(Baccalaureate, 2007).
Sumantri No. 61. Bandung, 40164. Jawa Barat. Adapun yang menjadi populasi
METODE
sekaligus sampel dari penelitian ini adalah
Desain dan Prosedur Penelitian
guru
Dalam
penelitian
digunakan survei
adalah
dengan
kuantitatif
ini
metode
yang
yang
pada
International
Sekolah
berbasis
Dasar
International
metode
penelitian
Baccalaureate (IB) di Kota Bandung yang
pendekatan
penelitian
berjumlah 16 orang.
(Quantitative
Research).
Penelitian ini dilakukan pada Sekolah
HASIL
Dasar International berbasis International
Berdasarkan
Baccalaureate
dilakukan,
(IB)
di
Kota
Bandung.
penelitian data
yang
telah
diklasifikasikan
untuk
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di
diolah dan dianalisis guna menjawab
Primary Years Program (PYP) International
masalah-masalah penelitian dan menguji
Baccalaureate (pendidikan tingkat SD)
hipotesis penelitian, maka diperoleh hasil
Bandung Independent School (BIS) yang
penelitian sebagai berikut:
Uji Linieritas Dengan menggunakan SPSS 16.00 diperoleh hasil perhitungan uji linieritas sebagai berikut: Tabel 1. Anova ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Regression
1997.469
1
1997.469
Residual
3229.968
14
230.712
Total
5227.437
15
Sig. 8.658
.011a
a. Predictors: (Constant), Model pembelajaran transdisciplinary b. Dependent Variable: Karakter Siswa Tabel 2. Koefisien Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
53.214
30.518
1.031
.350
Model pembelajaran transdisciplinary
Beta
t
.618
Sig.
1.744
.103
2.942
.011
a. Dependent Variable: Karakter Siswa Hasil analisis menunjukkan bahwa harga F sebesar 8.658 dengan signifikansi .011a. Ternyata hasil analisis menunjukkan bahwa sig (8.658) > a (0,05), berarti model regresi linier. [170]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
Uji Korelasi Tabel 3. Korelasi Correlations Model pembelajaran transdisciplinary
Karakter Siswa Pearson Correlation
Karakter Siswa
1.000
.618
.618
1.000
.
.005
.005
.
Karakter Siswa
16
16
Model pembelajaran transdisciplinary
16
16
Model pembelajaran transdisciplinary Sig. (1-tailed)
Karakter Siswa Model pembelajaran transdisciplinary
N
Tabel 4. Variabel Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered
Variables Removed
Method
Model pembelajaran transdisciplinary a
. Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Karakter Siswa Tabel 5. Hasil Model Model Summaryb Model
R
1
R Square .618a
Std. Error of the Estimate
Adjusted R Square .382
.338
15.189
a. Predictors: (Constant), Model pembelajaran transdisciplinary b. Dependent Variable: Karakter Siswa Berdasarkan tabel di atas, nilai hubungan
0.3822 atau 38,2%. Kesimpulannya hipotesis
antara variabel X dengan variabel Y
penelitian yang menyatakan “Terdapat
sebesar
pengaruh
0.618;
yang
berarti
tingkat
positif
dan
Model
signifikan
dari
hubungan antara Model pembelajaran
variabel
pembelajaran
transdisciplinary terhadap Karakter Siswa
transdisciplinary terhadap Karakter Siswa“
berada pada tingkat tinggi. Adapun nilai
diterima. Pengaruhnya sebesar 38,2%.
Sig. (2-tailed) = 0,000. Nilai Sig. (2-tailed) tersebut lebih kecil dari = 0,05 , besar
PEMBAHASAN
pengaruh antar variabel dinyatakan oleh
Dari
koefisien determinasi (r2) yaitu sebesar
pembentukan karakter siswa dibutuhkan [171]
hasil
penelitian
tersebut,
dalam
Cucun Sunaengsih, Pengaruh Model Pembelajaran Transdisciplinary…
sebuah
model
pembelajaran
yang
pemahaman
komprehensif. Sejalan dengan pernyataan
yang
utuh
(Pereira
&
Funtowicz, 2006).
berikut, Transdisciplinary dimaksudkan untuk menghilangkan sekat-sekat disiplin dalam memandang segala persoalan untuk melihat sesuatu atau memecahkan persoalan secara komprehensif. Tujuan dari transdisiplinaritas adalah memahami berbagai fenomena di dunia dewasa ini yang sulit dipahami dalam kerangka disiplin ilmu (Nicolescu, 2010).
Dari
pemaparan
tersebut,
dapat
dipahami bahwa dalam pembentukan karakter siswa dibutuhkan integrasi dari seluruh potensi siswa melalui berbagai macam kerangka disiplin ilmu. Ini sejalan dengan proses pendidikan karakter yang dijalankan dalam sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Seperti yang tercantum
Hal di atas sejalan pula dengan Seaton
dalam Pedoman Pelaksanaan Pendidikan
(Hasan, 2007), bahwa ”education must
Karakter (Kemendiknas Puskurbuk, 2011)
extend its traditional goal of students
“Proses pendidikan karakter didasarkan
mastery of subject- centered sholastic
pada totalitas psikologis yang mencakup
knowledge, to include development of
seluruh potensi individu manusia (kognitif,
individuals who can prosper in complex
afektif, psikomotorik) dan fungsi totalitas
and
sosiokultural dalam konteks interaksi dalam
changing
economic
worlds”.
pendidikan tujuan
social,
cultural
Dengan
harus
and
demikian
keluarga,
mengembangkan
tradisional
siswa
satuan
pendidikan,
dan
masyarakat.
untuk
mengembangkan karakter yang berguna
Perilaku
dalam
merupakan perwujudan fungsi totalitas
bidang
sosial
budaya
dan
ekonomi.
seseorang
yang
berkarakter
psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, dan
Oleh
karena
menghadapi
psikomotorik) dan fungsi totalitas sosial-
berbagai masalah kehidupan di alam
kultural dalam konteks interaksi (dalam
semesta ini, tak cukup civitas akademika
keluarga,
dipersiapkan dengan satu disiplin saja
masyrakat) dan berlangsung sepanjang
berdasarkan
semata,
hayat. Konfigurasi karakter dalam kontek
orientasi
totalitas
melainkan
itu,
dalam
kognisinya diperlukan
satuan
pendidikan,
dan
proses psikologis dan sosial-
transdisipliner melalui interpenetrasi antara
kultural dapat dikelompokkan dalam: (1)
rasio,
talent
olah
model
development); (2) olah pikir (intellectual
Transdisciplinary adalah untuk memahami
development); (3) olah raga dan kinestetik
kebutuhan masyarakat dunia saat ini yang
(physical & kinesthetic development); dan
semakin kompleks, bukan terpaku pada
(4) olah rasa dan
satu ilmu saja untuk menciptakan suatu
creativity development). Proses itu secara
emosi,
(Semiawan,
intuisi 2008).
dan
cipta
Tujuan
[172]
hati
(spiritual
&
emotional
karsa (affective and
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
holistik
dan
koheren
memiliki
saling
mengimplementasikan
keterkaitan dan saling melengkapi, serta masing-masingnya
secara
kehidupan dalam perilaku yang mulia.
konseptual
merupakan gugus nilai luhur yang di
SIMPULAN
dalamnya
Hasil
terkandung
nilai-nilai
sejumlah
nilai
(Kemendikbud, 2010).
penelitian
menyatakan
bahwa
terdapat pengaruh positif dan signifikan dari
variabel
Model
pembelajaran
Berdasarkan hal tersebut, pelaksanaan
transdisciplinary terhadap Karakter Siswa.
pendidikan karakter di setiap sekolah
Hubungan antara Model pembelajaran
salah satunya di tingkat SD (Sekolah
transdisciplinary terhadap Karakter Siswa
Dasar)
berada
yaitu
dengan
mengintegrasikan pelajaran
ke
yang
cara
setiap
bertujuan
memperkenalkan
nilai-nilai
karakter
di
setiap
sehingga
menyadari
akan
tingkat
tinggi.
Artinya
mata
terdapat faktor lain yang mempengaruhi
untuk
karakter siswa selain model pembelajaran
pendidikan
mata
pada
transdisciplinary
pelajaran
yang
diterapkan
oleh
guru.
pentingnya
nilai-nilai tersebut dan penginternalisasian
REFERENSI
nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta
Asyiah, N., & Sunanto, L. (2014). OPTIMALISASI PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA “KURIKULUM 2013” MENGGUNAKAN STRATEGI 3M DI SEKOLAH DASAR. Mimbar Sekolah Dasar, 1(2), 161-167.
didik
sehari-hari
melalui
proses
pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam
maupun
di
luar
kelas.
Pada
dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk
menjadikan
menguasai
peserta
kompetensi
(materi)
yang untuk
ditargetkan,
juga
dirancang
menjadikan
peserta
didik
Baccalaureate, I. (2007). A curriculum framework for international primary education. United Kingdom: International Baccalaureate Organization. Retrieved from http://www.ibo.org.
didik
mengenal,
menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai
dan
menjadikannya
Baccalaureate, I. (2010). The Primary Years Programme as a model of transdisciplinary learning. United Kingdom: International Baccalaureate Organization. Retrieved from http://www.ibo.org.
perilaku
(Kemendiknas Puskurbuk, 2011). Dengan demikian jelas bahwa dalam pembentukan dalam
karakter
prosesnya
pengintegrasian
disiplin
peserta
Elkind, D. H. & Sweet, F. (2004). How to Do Character Education. Artikel yang diterbitkan pada bulan September/Oktober 2004.
didik
dibutuhkan ilmu
yang
menjadikan siswa tidak hanya menguasai
Hasan, H. (2007). Transdiscilpinarity dalam Pendidikan dengan Referensi Khusus pada Kurikulum. Disajikan Pada Seminar Mengenai Transdisciplinarity Di UNJ Pada Tanggal 29-10-2007.
teori semata melainkan menjadikan siswa berkarakter
dengan
[173]
Cucun Sunaengsih, Pengaruh Model Pembelajaran Transdisciplinary…
Kemendikbud. (2010). Desain Pendidikan Karakter, 2010d.
Induk
Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat Kurikulum Dan Perbukuan. (2011). Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kemendiknas, Puskurbuk. Muhtar, T. (2014). ANALISIS KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI ASPEK NILAI KARAKTER BANGSA. Mimbar Sekolah Dasar, 1(2), 168-175. Nicolescu, B. (2010). Methodology of Transdisciplinarity – Levels of Reality, Logic of the Included. Transdisciplinary Journal of Engineering and Science, 1(1), 19–38. http://doi.org/10.1080/02604027.2014. 934631. Pereira, G. A., & Funtowicz, S. (2006). Knowledge Representation and Mediation For Transdisciplinary Frameworks: Tools to Inform Debates, Dialogues & Deliberations. International Journal of Transdisciplinary Research, 1, 34–50. Semiawan, Conny. (2008). Panorama Filsafat Ilmu. Bandung: Teraju Mizan. Supriyatno, Triyo. (2009). Pendidikan Karakter di Sekolah. [Online]. Tersedia: http://kahmiuin.blogspot.co.id/2009/06 /pendidikan-karakter-di-sekolah.html (25 Agustus 2015).
[174]