PENGARUH MEDIA LABORATORIUM VIRTUAL DALAM PEMBELAJARAN LARUTAN PENYANGGA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMAN 8 MUARO JAMBI
KARYA ILMIAH
OLEH SRI UMI RAHAYU NIM A1C110017
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI OKTOBER 2014
PENGARUH MEDIA LABORATORIUM VIRTUAL DALAM PEMBELAJARAN LARUTAN PENYANGGA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMAN 8 MUARO JAMBI
Oleh: Sri Umi Rahayu1), Fuldiaratman2), M. Dwi Wiwik Ernawati3) 1) Mahasiswa pendidikan kimia 2) Dosen pendidikan kimia 3) Dosen pendidikan kimia Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi E-mail:
[email protected] ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih banyaknya sekolah yang mengalami keterbatasan sarana dan prasarana untuk menjalankan kegiatan praktikum dan semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi yang sudah mempengaruhi bidang pendidikan sehingga dibutuhkan suatu proses pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi tersebut. Perkembangan informasi dan komunikasi ini diharapkan dapat mengatasi kelemahan pendidikan saat ini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan media laboratorium virtual dalam pembelajaran materi larutan penyangga terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPA SMAN 8 Muaro Jambi. Sebagai penelitian eksperimen, ada dua kelas sampel yang digunakan yaitu kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 1 sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian berupa tes soal objektif, yaitu tes akhir (posttest) untuk melihat hasil belajar kedua kelas sampel yang dianalisis dengan uji-t. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis. Hasil analisis data posttest, kedua kelas sampel memiliki distribusi normal dan varian homogen, pada uji-t diperoleh thitung = 3,226 dan ttabel=1,671 dengan dk 60 dan α = 0,05, maka thitung>ttabel (3,226>1,671) dengan dk=31+31–2=60, pada derajat signifikan 95%. Karena thitung>ttabel, maka hipotesis yang diajukan dapat diterima. Jadi, hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dibandingkan hasil belajar kelas kontrol. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan perlakuan saat proses pembelajaran pada kedua kelas sampel. Dari analisis hasil belajar dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang positif penggunaan media laboratorium virtual dalam pembelajaran materi larutan penyangga terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPA SMAN 8 Muaro Jambi”.
Kata Kunci : Media Laboratorium Virtual Dan Hasil Belajar
PENDAHULUAN Menurut Iskandar (2012) belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah prilakunya. Tujuan jangka panjang pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan siswa agar ketika sudah meninggalkan sekolah, mereka mampu mengembangkan diri mereka sendiri dan mampu memecahkan masalah yang muncul. Selain itu mereka juga harus mampu mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. Peran ilmu pengetahuan dan teknologi informasi sudah mempengaruhi kehidupan manusia dalam berbagai bidang, salah satunya adalah bidang pendidikan. Dalam bidang pendidikan, pemanfaatan teknologi dan informasi adalah sebagai sarana maupun sumber belajar untuk mendukung proses pembelajaran. Salah satunya adalah sebagai media pembelajaran yang digunakan untuk menunjang proses belajar mengajar. Media pembelajaran sangat penting digunakan saat proses pembelajaran sains khususnya kimia. Dalam Suyanti (2010) kimia merupakan mata pelajaran yang sulit bagi kebanyakan siswa, karena sebelumnya kimia terintegrasi pada pelajaran sains di SD. Sebagai mata pelajaran sulit, guru harus berusaha lebih keras untuk memotivasi siswa mempelajari konsep-konsep kimia. Mata pelajaran kimia selain disampaikan dalam bentuk teori juga harus didukung dengan kegiatan praktikum di labolatorium, supaya materi pelajaran yang disampaikan lebih dipahami dan lebih ada gambaran untuk hal-hal yang abstrak tersebut. Pada dasarnya kegiatan praktikum sangat penting untuk dilakukan, karena jika kegiatan praktikum dilaksanakan setidaknya akan dapat meningkatkan motivasi, pemahaman, serta keterampilan personal sosial siswa. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pengembangan pengalaman belajar sangat
di perlukan, dikarenakan pengalaman belajar merupakan kegiatan mental dan fisik yang dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan sumber belajar melalui pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan mengaktifkan siswa. Pengalaman belajar ini dapat diperoleh dengan melakukan kegiatan praktikum di laboratorium. Salah satu materi kimia yang terdapat kegiatan praktikum didalam pembelajarannya adalah materi larutan penyangga. Karakteristik dari materi larutan penyangga ini meliputi: bersifat abstrak (reaksi asam basa), bersifat pemahaman konsep (sifat larutan penyangga), bersifat riil dan aplikatif (peranan larutan penyangga). Materi larutan penyangga diajarkan di kelas XI dengan Kompetensi Dasar (KD) tentang mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup. Sub materi pembelajarannya meliputi analisis larutan penyangga dan bukan penyangga melalui kegiatan percobaan, perhitungan pH larutan penyangga, dan fungsi larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pada proses pembelajaran larutan penyangga ini seharusnya dilaksanakan dengan kegiatan praktikum untuk pemahaman konsep yang lebih baik dan menambah pengalaman belajar, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Namun, saat ini kendala utama yang dihadapi sebagian besar sekolah ditingkat SMA adalah minimnya sarana dan prasarana labolatorium baik dari segi alat maupun bahan kimia yang tersedia. Selain itu juga, sulitnya mendapatkan alat dan bahan kimia, salah satunya disebabkan oleh harganya yang mahal. Ditambah dengan ruang laboratorium yang tidak efektif untuk digunakan, karena kebanyakan ruangan laboratorium digunakan sebagai ruang kelas. Akibatnya sebagian besar teori-teori yang disampaikan sulit dibuktikan atau dipraktekkan, yang pada akhirnya
mempengaruhi daya serap atau daya ingat siswa kurang maksimal. Berdasarkan studi pendahuluan dengan memberikan angket oleh penulis kepada beberapa guru kimia di SMAN 8 Muaro Jambi, diperoleh keterangan bahwa saat ini di sekolah tersebut telah memiliki laboratorium kimia. Namun, laboratorium tersebut tidak efektif untuk digunakan karena dijadikan sebagai ruangan kelas sehingga kegiatan praktikum kimia jarang dilakukan oleh guru. Selain itu, jika ingin melakukan praktikum kimia juga terdapat kendala yaitu keterbatasan alat dan bahan untuk praktikum. Bila praktikum dilaksanakan biasanya hanya didemonstrasikan didepan kelas saja. Karena kendala-kendala tersebut maka kegiatan praktikum kurang efektif untuk dilakukan. Tentu saja ini menjadikan pembelajaran kimia yang seharusnya menyenangkan dan memberikan kesempatan yang besar bagi siswa untuk mengeksplor rasa ingin tahunya, menjadi suatu mata pelajaran yang membosankan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang dimanfaatkan sebagai media pembelajaran salah satunya adalah dihasilkannya media laboratorium virtual. Dimana, laboratorium virtual merupakan salah satu sarana media pembelajaran berbasiskan teknologi ICT terkini, dalam bentuk sistem yang terintegrasi melalui jaringan komputer. Laboratorium virtual dapat digunakan untuk mendukung sistem praktikum yang berjalan secara konvensional dan juga memberikan visualisasi bagaimana praktikum itu dilakukan. Serta mengatasi kendalakendala yang menjadikan kegiatan praktikum sulit untuk dilakukan. Sehingga percobaan-percobaan materi kimia yang tidak dapat dilakukan di laboratorium nyata karena keterbatasan alat dan bahan seperti nyata untuk dilakukan dengan laboratorium virtual ini. Dengan dasar seperti tersebut diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Media
Laboratorium Virtual dalam Pembelajaran Larutan Penyangga Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA SMAN 8 Muaro Jambi” KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Belajar
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi didalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar (Slameto, 2010). Menurut Syah (2012) perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. disebabkan oleh kemampuan untuk berubah karena belajarlah, maka manusia dapat berkembang lebih jauh dari pada makhluk-makhluk lainnya, sehingga ia terbebas dari kemandegan fungsinya sebagai khalifah Tuhan di muka bumi. B. Teori Belajar Konstruktivisme Teori belajar konstruktivisme yang merupakan teori perkembangan mental Piaget. Piaget merupakan salah seorang tokoh pelopor psikologi konstruktivisme. Salah satu teorinya yang terkenal yaitu tentang memahami perkembangan kognitif individu. Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empata tahap yaitu: (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational; dan (4) formal operational. Teori konstruktivisme menyatakan belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. C. Media Pembelajaran Kata “media” berasal bahasa latin, yaitu medius atau medium yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar, yaitu pengantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Media adalah
komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Media pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, serta membawa pengaruh psikologi terhadap siswa (Hamdani, 2011). D. Laboratorium Virtual Menurut Mihaela M (Jaya, 2012) laboratorium biasanya didefinisikan sebagai: tempat yang dilengkapi untuk eksperimental studi dalam ilmu pengetahuan atau untuk pengujian dan analisa; tempat memberikan kesempatan untuk bereksperimen, pengamatan, atau praktek dalam bidang studi, atau periode akademis disisihkan untuk laboratorium bekerja. Sebuah laboratorium virtual didefinisikan sebagai lingkungan yang interaktif untuk menciptakan dan melakukan eksperimen simulasi: taman bermain untuk bereksperimen. Ini terdiri dari domain dependent program simulasi, unit eksperimental disebut objek yang mencakup file data, alat yang beroperasi pada benda-benda, dan buku referensi. Karakteristik program laboratorium virtual adalah sebagai berikut: 1. Berisi alat-alat laboratorium yang bisa berfungsi sebagaimana alat-alat riil. 2. Sangat mudah dioperasikan, satu pemakai dapat satu komputer atau satu komputer untuk dua, tiga, atau empat orang pemakai. 3. Dalam program ini aktivitas 100% di tangan pemakai, pemakai belum E.
melakukan eksplorasi eksperimen. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) Menurut Trianto (2007) Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali
dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. F.
Hasil Belajar
Dalam proses belajar mengajar akan diperoleh hasil belajar. Hasil belajar merupakan ukuran kuantitatif yang mewakili kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Syah (2012) mengatakan sebuah kegiatan belajar dapat pula dikatakan efisien apabila dengan usaha belajar tertentu memberikan prestasi belajar yang tinggi. Setelah belajar diharapkan akan mengalami perubahan tingkah laku, baik dalam kognitif, afektif, dan psikomotorik. Untuk melihat hasil belajar siswa setelah proses belajar mengajar, dapat dilihat dengan menggunakan tes hasil belajar. Hasil belajar yang dicoba diungkapkan melalui tes hasil belajar dapat mengacu pada hasil pengajaran secara keseluruhan pada akhir pertengahan semester. Sebagian tes yang menitikberatkan perhatiannya pada hasil yang telah dapat dicapai selama belajar, tes hasil belajar berkaitan erat dengan apa yang telah diajarkan. Kaitannya terutama pada isi tes yang harus mencerminkan isi pengajaran yang secara nyata telah diselenggarakan. G.
Larutan Penyangga
Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan harga pH jika kedalam larutan tersebut ditambahkan sejumlah kecil asam, basa, atau dilakukan pengenceran. Contoh dari larutan penyangga ialah darah manusia yang pHnya bertahan sekitar 7,4. Penambahan sejumlah kecil asam atau basa serta pengenceran sebagai akibat terlarutnya berbagai hasil metabolisme, obat-obatan, dan sebagainya tidaknya mengubah pH darah terlalu besar. METODOLOGI PENELITIAN Desain penelitian eksperimen yang digunakan adalah Quasi-Eksperimental. Pada penelitian jenis ini, terdapat kelompok kontrol tetapi tidak dapat
berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Sedangkan bentuk desain yang digunakan adalah Posttest Only Control Design. Populasi penelitian hanya terdiri dari dua kelas, maka kedua kelas dijadikan sebagai sampel (total sampling). Kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen yang pelaksanaan pembelajarannya menggunakan media laboratorium virtual dengan model STAD, sedangkan kelas XI IPA 1 sebagai kelas kontrol yang pelaksanaan pembelajarannya dengan model STAD. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar pada kedua kelas sampel adalah tes soal objektif, yaitu berupa soal posttest (tes akhir). Data hasil posttest dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data, yaitu uji normalitas dengan uji Liliefors , uji homogenitas dengan uji Fischer, dan uji hipotesis menggunakan uji-t satu pihak yaitu uji pihak kanan.Dalam teknik analisis data akan dilakukan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji-t. Sebelum menguji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Karena uji hipotesis dapat dilakukan apabila data yang diperoleh berdistribusi normal dan varian homogen. HASIL DAN PEMBAHASAN Kedua kelas sampel diberikan perlakuan yang berbeda pada saat proses pembelajaran, kelas eksperimen pelaksanaan pembelajarannya menggunakan media laboratorium virtual dengan model STAD dan kelas kontrol pelaksanaan pembelajarannya dengan model STAD. Setelah selesai proses pembelajaran dilakukan dikedua kelas sampel, masing-masing kelas sampel diberikan soal tes akhir (posttest) untuk mengetahui hasil belajar siswa. Berdasarkan analisis data hasil tes akhir (posttest) siswa kelas sampel pada materi larutan penyangga, kelas eksperimen yang pembelajarannya
menggunakan media laboratorium virtual dengan model STAD diperoleh nilai ratarata 75,35 dan nilai rata-rata kelas kontrol yang pembelajarannya dengan model STAD adalah 68,51. Hasil dari nilai posttest tersebut di uji dengan uji normalitas, maka diperoleh pada kelas eksperimen Lhitung
ttabel (3,226>1,671) dengan dk=31+31–2=60, pada derajat signifikan 95%. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan media laboratorium virtual dengan model STAD berpengaruh terhadap hasil belajar. Dimana hasil belajar siswa menggunakan media laboratorium virtual dengan model STAD lebih baik hasilnya dari pada hasil belajar siswa yang hanya dengan model STAD tanpa menggunakan media laboratorium virtual. Analisis data posttest pada uji hipotesis telah membuktikan adanya perbedaan hasil belajar kedua kelas sampel. Penyebabnya karena adanya perbedaan perlakuan yang diberikan pada kedua kelas sampel saat proses pembelajaran. Pada kelas eksperimen penggunaan media laboratorium virtual menjadikan siswa termotivasi dan memicu keaktifan siswa dalam belajar sehingga siswa lebih mudah memahami materi. Peran media pembelajaran sangat penting digunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan teori bahwa media pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, serta membawa pengaruh pesikologi terhadap siswa (Hamdani, 2011).
Materi kimia yaitu seperti larutan penyangga pada proses pembelajarannya selain di jelaskan didalam kelas juga harus dilakukan dengan dengan kegiatan praktikum. Namun, tidak semua sekolah memiliki sarana dan prasarana yang lengkap untuk melakukan kegiatan praktikum, sehingga media laboratorium virtual ini sangat membantu dalam proses belajar mengajar terutama pada materi larutan penyangga. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mihaela (Jaya, 2012) “Sebuah laboratorium virtual didefinisikan sebagai lingkungan yang interaktif untuk menciptakan dan melakukan eksperimen simulasi”. Sementara rendahnya hasil belajar siswa pada kelas kontrol terjadi karena proses belajar mengajarnya tidak menggunakan media pembelajaran, khususnya media laboratorium virtual, sehingga menjadikan siswa kurang aktif dalam belajar. Dalam belajar dibutuhkan kesiapan yang baik untuk memicu keaktifan siswa dan menjadikan siswa mudah memahami materi. Siswa juga tidak termotivasi untuk belajar, karena pembelajaran yang mereka peroleh kurang menarik tanpa adanya media pembelajaran di dalam kelas. Oleh karena itu, penggunaan media pembelajaran laboratorium virtual pada pelajaran kimia khususnya materi larutan penyangga sangat bermanfaat sekali dalam proses belajar mengajar di kelas, hal ini menjadikan siswa lebih aktif, meningkatkan rasa ingin tahu, dan memotivasi siswa untuk rajin belajar sehingga memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan hasil belajar. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis pada nilai posttest, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif penggunaan media laboratorium virtual dalam pembelajaran materi larutan penyangga terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPA SMAN 8 Muaro Jambi. Hal ini ditunjukkan dengan
nilai rata-rata posttest pada kelas eksperimen adalah 75,35 dan pada kelas kontrol adalah 68,51. Dari hasil uji hipotesis yaitu menggunakan uji-t diperoleh thitung>ttabel (3,226>1,671). Dengan demikian hipotesis Ho ditolak dan hipotesis Ha diterima dengan taraf signifikan 95%. DAFTAR RUJUKAN Arsyad, A., 2013, Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Jihad, A. dan Haris, A., 2012, Evaluasi Pembelajaran, Jakarta: Multi Pressindo. Dahar, R.W., 2011, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga. Dimyati dan Mudjiono, 2002, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta. Djamarah, S.B, dan Zain, A., 2010, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta. Fitriani, E., 2012, Studi Komparasi Model Inkuiri Bebas Termodifikasi pada Praktikum Real dan Praktikum Virtual untuk Penguasaan Konsep Fisika Siswa SMA N 3 Bantul, Skripsi, Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. http://group.chem.iastate.edu/Greenbowe/s ections/projectfolder/simDownload /index4.html Iskandar, 2012, Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru, Jakarta: Referensi. Jahro, I.S. dan Susilawati, 2009, Analisis Penerapan Metode Praktikum pada Pembelajaran Ilmu Kimia di Sekolah SMA Menengah Atas, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, Medan: UNIMED.
Hamdani, 2011, Kependidikan, Pustaka Setia. Jaya,
Dasar-Dasar Bandung: CV
H., 2012, Pengembangan Laboratorium Virtual untuk Kegiatan Praktikum dan Memfasilitasi Pendidikan Karakter di SMK, Skripsi, Makasar: Universitas Negeri Makasar.
Maryani, I., 2010, Pembelajaran Kooperatif GI (Group Investigation) Berbantuan Media Laboratorium Virtual dilengkapi Handout untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar, Skripsi, Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Purba, M., 2006, Kimia untuk SMA Kelas XI, Jakarta: Erlangga. Sagala, S., 2013, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta. Saputra, D., 2012, Penerapan Media Surat Kabar dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca di Kelas V SDN 30 Batu Ampar, Skripsi, Pontianak: Universitas Tanjungpura. Slameto, 2010, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, 2005, Metode Bandung: Tarsito.
Statistika,
Sudjana, N., 2008, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdikarya. Suyanti, R.D., 2010, Strategi Pembelajaran Kimia, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Syah, M., 2012, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Trianto, 2007, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.