ISSN 1410-1939
PENGARUH LEGUMINOSA COVER CROP (LCC) TERHADAP SIFAT FISIK ULTISOL BEKAS ALANG-ALANG DAN HASIL JAGUNG Refliaty, Yulfita Farni dan Soehartini Intan Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat – Jambi 36361 Telp./Fax: 0741-583051 Abstrak Penelitian bertujuan mempelajari pengaruh Leguminosa Cover Crop (LCC) terhadap sifat fisik Ultisol bekas alang-alang dan hasil jagung. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni 2007 sampai Desember 2007. Menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan adalah AO: Kontrol (tanpa leguminosa), A1: Centrocema pubescens, A2: Mucuna sp, A3: Colopogonium mucunoides, A4: Pueraria javanica, terdapat 25 petak percobaan, ukuran petak percobaan 3 m x 4 m. Jarak antar petak perlakuan 0,5 m dan jarak antar ulangan 1m. jarak tanaman jagung 75 cm x 50 cm, sehingga setiap petak percobaan terdapat 32 tanaman jagung. Data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan uji DNMRT pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan leguminosa (LCC) Centrosema pubessens, Mucuna sp, Colopogonium mucunoides dan Pueraria javanica, berpengaruh nyata terhadap BV, TRP, Kadar air lapang, Permeabilitas, Berat berangkasan basah LCC, Berat berangkasan basah alang-alang dan Berat berangkasan jagung. Pengaruh terbaik ditunjukkan oleh LCC Mucuna sp untuk semua parameter. Penanaman tanaman LCC bersamaan dengan tanaman jagung tidak dapat meningkatkan hasil jagung. Kata kunci : leguminosa cover crop, ultisol, sifat fisik tanah
PENDAHULUAN Lahan kering Ultisol mempunyai sebaran yang cukup luas yaitu diperkirakan sekitar 51 juta ha atau sekitar 29,7% luas daratan Indonesia, dimana sekitar 48,3 juta ha atau sekitar 95% diantaranya berada diluar pulau Jawa (Moch Munir, 1996). Di Propinsi Jambi yang sebagian besar wilayahnya didominasi oleh tanah Podsolik Merah Kuning (Ultisol) luasnya sekitar 2.272.725 ha atau 44,56% dari luas wilayah Propinsi Jambi (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2005). Ditinjau dari segi luasnya, Ultisol mempunyai potensi yang cukup besar dalam pengembangan budidaya pertanian, namun dalam pemanfaatannya dihadapkan pada kendala, karena merupakan lahan marjinal dan mempunyai sifat fisik yang kurang mendukung bagi pertumbuhan tanaman sehingga produktivitasnya rendah. Beberapa masalah sifat fisik yang sering dijumpai dalam pemanfaatan Ultisol antara lain kemantapan agregat yang rendah sehingga tanah mudah padat, permeabilitas yang lambat dan daya pegang air yang rendah, serta total ruang pori yang rendah. Lahan alang-alang umumnya terjadi sebagai akibat perladangan berpindah atau terjadinya penurunan produktifitas tanah oleh karena kurang terkelolanya lahan, sehingga sering ditinggalkan
oleh petani. Pada tahun 1975 di Indonesia diperkirakan terdapat 16 juta ha lahan alang-alang dan setiap tahunnya bertambah 150.000 – 200.000 ha (Sri Adiningsih dan Mulyadi, 1993). Di Propinsi Jambi luas alang-alang murni mencapai 32.525 ha dan luas lahan alang-alang campuran mencapai 22.100 ha (Sianturi, 2003). Untuk menjamin keberhasilan usaha pemanfaan lahan alang-alang menjadi pertanian yang produktif dan berkelanjutan, pada tahap permulaan perlu dilaksanakan rehabilitasi lahan yang selanjutnya diikuti dengan penerapan usaha tani yang berorientasi pada konservasi tanah. Perbaikan sifat fisik tanah dan pengendalian meluasnya lahan alang-alang dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah cara vegetatif yaitu dengan menanam tanaman penutup tanah dari family kacang-kacangan. Menurut Redsaw, (1982) penutup tanah mempunyai banyak keuntungan bagi system pengelolaan konservasi diantaranya memperbaiki kesuburan tanah, menanggulangi gulma, memperbaiki sifat fisik dan mengurangi erosi tanah. Ditambahkan oleh Saifuddin Sarief (1989) bahwa tanah yang ditanami tanaman penutup tanah mempunyai laju infiltrasi lebih baik, karena perakaran tanaman menyebabkan porositas tanah lebih tinggi dan daya absorbsi air meningkat.
51
Jurnal Agronomi Vol. 13 No. 2, Juli - Desember 2009
Leguminose lebih sesuai untuk dijadikan tanaman penutup tanah dan pupuk hijau, oleh karena dapat menambat Nitrogen (N) tanah dan perakarannya tidak memberikan kompetisi yang berat terhadap tanaman pokok (Sitanala Arsyad, 2000). Menurut Sanchez (1976) diacu dalam Refliaty, et al (1995) bahwa daya adaptasi setiap leguminosa pada lahan alang-alang berbeda, serta mempunyai komposisi sisa tanaman yang berbeda. Dengan demikian setiap jenis leguminosa akan memberi pengaruh yang tidak sama terhadap sifat fisik. Usaha perbaikan produktivitas Ultisol dengan penggunaan pupuk anorganik tidak selamanya memberikan efek positif tanpa diikuti perbaikan sifat fisik dan biologi tanah. Oleh karena itu teknik yang akrab dan ramah lingkungan yang menitik beratkan pada penggunaan tanaman penutup tanah perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh Leguminosa cover crop Centrosema pubescens, Mucuna sp, Colopogonium mucunoides dan Pueraria javanica dalam memperbaiki sifat fisik Ultisol dan hasil jagung.
BAHAN DAN METODA Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi desa Mendalo Darat, jenis tanah Ultisol. Analisis tanah
dilakukan di laboratorium fisika tanah Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juni 2007 sampai Desember 2007. Penelitian dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), terdiri dari 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan yaitu: AO: Kontrol ( Tanpa LCC) A1: Centrosema pubescens, A2: Mucuna sp, A3: Colopogonium mucunoides, A4: Pueraria javanica sehingga terdapat 25 petak percobaan, ukuran 3m x 4m dengan jarak petakan 0,5 m dan jarak antar ulangan 1 m. Jarak tanaman jagung 75 x 50 cm, jarak tanam LCC 25x25 cm, jagung ditanam setelah 4 minggu LCC ditanam. Tanah yang digunakan Ultisol, parameter sifat fisika tanah yang diamati antara lain : Bahan organik tanah (BO), Berat volume (BV), Total ruang pori (TRP), Kadar air lapang, Permeabilitas, dan Berat berangkasan LCC, berat berangkasan alang-alang dan hasil jagung.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Bahan organik, Berat volume, dan Total ruang pori tanah Hasil analisis ragam menunjukan bahwa tanaman penutup tanah LCC berpengaruh nyata terhadap kandungan Bahan Organik, Berat Volume, dan Total ruang pori tanah. Hasil rataratanya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel. 1. Rata-rata nilai Bahan Organik, Berat Volume dan Total Ruang Pori Tanah akibat pengaruh tanaman Leguminosa Cover Crop Perlakuan Kontrol (AO) Centrosema p (A1) Mucuna sp (A2) Colopogonium m(A3 Pueraria j (A4)
Bahan Organik (%) 2.76 d 3.51 c 4.87 a 3.88 c 4.39 b
Bobot Volume (g/cm3) 1.38 a 1.31 b 1.13 d 1.29 b 1.22 c
Total Ruang Pori (%vol) 30.73 d 36.32 c 46.59 a 37.39 c 42.37 b
.Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji DNMRT.
Penggunaan LCC Mucuna sp berbeda nyata dengan perlakuan lainnya baik terhadap kadar bahan organik, bobot volume dan total ruang pori. Tingginya kandungan bahan organik tanah pada perlakuan Mucuna sp yaitu 4.87% disebabkan pesatnya pertumbuhan mucuna sp ini dibandingkan dengan LCC lainnya, pertumbuhan yang baik berasal dari pertumbuhan akar yang baik pula, dan akar yang mati dan membusuk di dalam tanah merupakan salah satu sumbangan bahan
52
organik. Titik Islami dan Utomo (1995) mengatakan perakaran tanaman yang mati merupakan makanan bagi mikroorganisme tanah yang selanjutnya hasil dekomposisinya akan menambah bahan organik taanah. Lebih tingginya kandungan bahan organik pada LCC Mucuna sp membuat permukaan tanah terlindungi dari sinar matahari, suhu tanah menjadi rendah dan kelembaban terjaga. Kondisi seperti ini merupakan hal yang baik bagi mikroorganisme
Refliaty, Yulfita Farni dan Soehartini Intan : Pengaruh Leguminosa Cover Crop (Lcc) terhadap Sifat Fisik Ultisol Bekas Alang-Alang dan Hasil Jagung
dalam mendekomposisi bahan organik. Hal ini didukung oleh pernyataan Zaini dan Lamid (1993) bahwa penggunaan LCC dapat mempertahankan kelembaban tanah, menambah bahan organik, memfiksasi N dari udara dan meningkatkan pertumbuhan flora dan fauna tanah. Tidak berbedanya jenis LCC Centrocema pubescens dan Colopogonium mucunoides karena pertumbuhan keduanya relatif sama, bentuk morfologi juga tidak jauh berbeda sehingga kandungan bahan organik juga relatif sama. Sarief (2000) menyatakan serasah dipermukaan tanah yang disumbangkan oleh tanaman penutup tanah kacang-kacangan akan terdekomposisi dengan cepat oleh mikroorganisme tanah yang menyebabkan bahan organik meningkat. Bobot volume (BV) dan Total ruang pori tanah (TRP) akibat perlakuan LCC dapat dilihat pada Tabel 1, nilai BV pada Mucuna sp berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya. Ini disebabkan pada Mucuna sp dapat mempertahankan keberadaan bahan organik yang tinggi sehingga aktivitas mikroorganisme sebagai pengurai bahan organik yang akan membentuk struktur yang remah dan membuat pori-pori di dalam tanah lebih banyak dan gembur sehingga BV menjadi kecil, sebagaimana diketahui bahwa TRP tanah berbanding terbalik dengan BV tanah. Goeswono Soepardi, (1983) mengatakan semakin tinggi TRP
maka BV semakin rendah. Menurut Saifuddin Sarief (1989) bahwa dengan pemberian bahan organik akan menciptakan rongga-rongga atau pori-pori yang lebih banyak sehingga tanah tersebut gembur, semakin tinggi bahan organik suatu tanah maka BV semakin kecil. Hal ini didukung oleh pendapat Bukcman dan Brady (1982) penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat menurunkan BV, karena bahan organik merangsang granulasi sehingga menimbulkan kondisi lepas dan sarang. LCC Centrocema pubescens dan Colopogonium mucunoides tidak memberikan perbedaan terhadap BV dan TRP karena sumbangan bahan organik juga relatif sama. Bukcman dan Brady (1982) mengatakan pada lahan terbuka dengan vegetasi yang tidak rapat, jatuhnya butir-butir hujan akan lebih mudah sampai ke permukaan tanah dan menyebabkan hancurnya agregat yang lebih banyak menjadi butir-butir yang lebih kecil dan menutupi pori tanah akibatnya TRP menjadi rendah dan BV tanah meningkat. 2. Permeabilitas tanah dan Kadar air lapang Hasil analisis ragam pengaruh tanaman Leguminosa Cover Crop terhadap Permeabilitas tanah dan Kadar air lapang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel. 2. Rata-rata nilai Permeabilitas tanah dan Kadar air lapang akibat tanaman Leguminosa Cover Crop Perlakuan Kontrol (AO) Centrosema p (A1) Mucuna sp (A2) Colopogonium m (A3) Pueraria j (A4)
Permeabilitas (cm/jam3) 20.06 d 21.32 c 28.46 a 21.68 c 26.42 b
Kadar air lapang (%) 7.01 d 9.83 c 15.48 a 10.12 c 13.55 b
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji DNMRT.
. Nilai permeabilitas tanah dan kadar air lapang akibat perlakuan LCC Mucuna sp berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (Tabel 2), hal ini disebabkan pada perlakuan Mucuna sp bahan organik lebih tinggi dari perlakuan lainnya. Adanya akar yang mati dan membusuk menambah bahan organik tanah yang akhirnya dapat meningkatkan kadar air lapang dan permeabilitas tanah. Menurut Steverson (1982) bahan organik yang mulai mengalami pelapukan mempunyai kemampuan yang cukup tinggi untuk menyerap dan memegang air karena bahan organik bersifat hidrofilik. Ditambahkan oleh Smith et al (1993)
bahwa sifat fisik yang penting dari bahan organik adalah kemampuannya dalam mengikat air, sehingga kemampuan tanah dalam menyediakan air untuk tanaman meningkat. Perlakuan LCC Centrosema pubescens dan Colopogonium mucunoides tidak berbeda nyata terhadap permeabilitas tanah dan kadar air lapang, hal ini karena morfologi kedua tanaman ini relatif sama baik dalam melindungi tanah dari sinar matahari, sumbangan bahan organik, dan pengaruhnya terhadap BV dan TRP (Tabel 1), keadaan inilah yang menyebabkan permeabilitas dan kadar air lapang tidak berbeda nyata. Daniel
53
Jurnal Agronomi Vol. 13 No. 2, Juli - Desember 2009
Hilel (1972) menyatakan faktor yang mempengaruhi permeabilitas antara lain distribusi ukuran pori, stabilitas agregat dan bahan organik. Total ruang pori tanah yang tinggi dan berat volume yang rendah akan menyebabkan air mudah masuk ke dalam tanah, ditahan dan diteruskan lebih dalam yang pada akhirnya meningkatkan permeabilitas tanah. Saifuddin Sarief (1989) mengatakan nilai permeabilitas tanah adalah laju pergerakan air dalam tanah melalui media berpori (tanah) yang berpengaruh terhadap kadar air dan pertumbuhan tanaman. Ditambahkan oleh Titik Islami dan Utomo (1995) jika tanah mempunyai nilai BV yang rendah dan TRP tinggi bearti tanah tersebut longgar, sehingga air mudah masuk ke dalam tanah akibatnya kadar air tanah menjadi lebih tinggi. Kegiatan organisme tanah dapat membantu dalam proses granulasi tanah atau pembentukan struktur tanah, dengan struktur tanah yang baik maka permeabilitas tanah akan lebih baik pula. Sutedjo (1999) menyatakan bahwa dengan terbentuknya humus maka agregat tanah dapat
terpelihara dengan baik hal ini memberikan kemudahan masuknya air kedalam tanah, ini akan mengakibatkan bertambahnya pori-pori mikro di dalam tanah. Foth (1995) menyatakan pori-pori mikro biasanya cenderung diisi oleh air, oleh karena itu semakin banyak bahan organik yang ada dalam tanah akan menyebabkan banyak air yang ditahan dan diteruskan kedalam tanah sehingga permeabilitas tinggi. Sitanala Arsyad (2000) menyatakan bahwa tanah dengan struktur yang baik dan mantap lebih tahan terhadap erosi dibandingkan tanah dengan struktur yang kurang mantap, karena struktur yang mantap lebih tahan dan lebih banyak meloloskan air sehingga permeabilitas semakin tinggi. 3. Berat Berangkasan Basah Leguminosa Cover Crop, Alang-alang dan Jagung Hasil analisis ragam pengaruh tanaman Leguminosa cover crop terhadap berat berangkasan basah leguminosa cover crop, berat berangkasan basah alang-alang dan berat basah jagung, disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 . Rata-rata nilai berat berangkasan LCC, alang-lang dan jagung akibat tanaman Leguminosa cover crop Perlakuan Kontrol (A0) Centrosema p (A1) Mucuna sp (A2) Colopogonium mA3 Pueraria j (A4)
Berat basah LCC (kg/petak) 4.91 23.86 4.96 8.22
Berat basah alang-alang (kg/petak) 3.34 1.90 0.14 1.81 0.65
Berat bsah jagung 8.35 6.55 0.00 6.78 0.59
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji DNMRT
Berat basah berangkasan LCC yang diukur berfungsi untuk mengetahui kemampuan tumbuh dari masing-masing jenis LCC dan biomassa yang dihasilkan. Dari Tabel 3 terlihat bahwa LCC Mucuna sp mempunyai berat berangkasan basah yang jauh lebih tinggi dibanding jenis LCC lainnya. Hal ini disebabkan pertumbuhan Mucuna sp yang lebih baik, sifat morfologi daun yang rimbun, daya adaptasi yang tinggi terhadap sekitarnya dan dalam kurun waktu dua bulan mampu menutupi tanah dengan sempurna sehingga menghasilkan biomassa yang banyak. Pertumbuhan tanaman LCC Mucuna sp yang baik dan rimbun mempengaruhi kemampuannya dalam memperbaiki sifat fisik tanah dan melindungi daya rusak butir hujan. Hal ini didukung oleh Boerhendy dan Gunawan (1987) menyatakan benih Mucuna sp mempunyai
54
kemampuan tumbuh lebih cepat dari LCC lainnya, benih Mucuna sp dapat tumbuh 5 hari setelah tanam, jenis yang lain baru tumbuh 7 – 14 hari setelah tanam. Ditambahkan oleh Carsky et al (1988) diacu dalam Giller (2001) benih Mucuna sp yang besar dapat tumbuh dengan cepat bersamaan dengan penyebaran dan penjalaran, ini bearti bahwa Mucuna sp merupakan suatu metode yang tepat sebagai tanaman penutup tanah. Tidak berbeda nyatanya perlakuan Centrocema pubescens dan Colopogonium mucunoides disebabkan kecepatan tumbuh dan morfologi kedua tanaman LCC ini yang relatif sama sehingga kemampuan dalam menghasilkan berangkasan relatif sama. Berat berangkasan alang-alang yang diamati dalam penelitian ini berguna untuk melihat populasi alang-alang yang tumbuh dalam tiap
Refliaty, Yulfita Farni dan Soehartini Intan : Pengaruh Leguminosa Cover Crop (Lcc) terhadap Sifat Fisik Ultisol Bekas Alang-Alang dan Hasil Jagung
perlakuan LCC yang dicobakan. Tabel 3. Menunjukkan berat berangkasan alang-alang tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol (tanpa LCC) yaitu 3.34 dan LCC Mucuna sp sebesar 0.14 terendah dibandingkan dengan LCC lainnya dan kontrol. Hal ini disebabkan LCC Mucuna sp mempunyai pertumbuhan yang cepat dan rimbun, dalam waktu yang singkat sudah mampu menutupi lahan dengan sempurna dan menghambat pertumbuhan alang-alang terutama untuk mendapatkan sinar matahari. Pertumbuhan LCC Mucuna sp yang cepat dan rimbun berpengaruh melindungi tanah terhadap sinar matahari sehingga tanah terjaga kelembabannya dan proses penguapan sedikit, air menjadi lebih tersedia di dalam tanah. Selain itu tajuk Mucuna sp yang menaungi melindungi tanah dari daya rusak butir hujan yang juga berakibat menurunkan BV. Sejalan dengan pendapat Erfandi et al, (1986) alang-alang tidak tahan terhadap naungan sehingga dengan pemilihan tanaman LCC yang tumbuh cepat pada stadia awal, maka daya saing pertumbuhannya terhadap alang-alang tinggi. Selain itu Mucuna sp mempunyai sifat tumbuh menjalar dan membelit dengan daun yang tripoliat, alang-alang yang tumbuh dengan cepat akan dibelit oleh Mucuna sp sehingga alang-alang menjadi rebah, alang-alang yang rebah akan ditutupi oleh tajuk LCC Mucuna sp, daun alangalang yang ternaungi akan sedikit mendapat sinar matahari yang tentunya menghambat proses fotosintesis lama kelamaan alang-alang akan mati akibat persaingan. Hal ini didukung oleh pendapat Sukman dan Yakup (1995) tumbuhan yang cepat tumbuh dan tajuk yang lebih rimbun akan memperoleh cahaya lebih banyak, sedangkan tumbuhan lain yang pendek, muda dan kurang tajuknya akan ternaungi oleh tumbuhan yang terdahulu sehingga pertumbuhannya terhambat. Perlakuan LCC Centrocema pubescens dan Colopogoniummucunoides memberikan berat alang-alang yang hampir sama yaitu 1.90 dan 1.81, hal disebabkan oleh pertumbuhan dan juga sifat morfologi dari kedua LCC ini relatif sama sehingga menyebabkan kemampuannya dalam menekan pertumbuhan alang-alang yaitu dengan perebutan sinar matahari ataupun cara membelit alang-alang yang relatif sama sehingga jumlah berat basah alang-alang yang tidak berbeda nyata. Poerwowidodo (1991) menyatakan pertumbuhan LCC merupakan pesaing bagi alang-alang dalam memanen sinar matahari langsung. Daun tanaman LCC mampu mengurangi takaran cahaya matahari untuk alang-alang, pengurangan sinar matahari secara drastis dapat memusnahkan alang-alang.
Dari Tabel 3 terlihat bahwa pada perlakuan LCC Mucuna sp tanaman jagung tidak ada yang dapat tumbuh karena jagung kalah bersaing dalam pertumbuhannya, pada saat dilakukan penanaman jagung di petakan LCC maka Mucuna sp lebih cepat rimbun dibandingkan dengan LCC yang lain akibatnya tanaman jagung kalah bersaing dalam kebutuhannya akan sinar matahari, ciri morfologi yang membelit menyebabkan tanaman jagung muda pada stadia awal langsung dibelit oleh LCC Mucuna sp yang pada akhirnya mati karena lamakelamaan tajuk Mucuna sp akan menutupi lahan. Penanaman jagung pada LCC ini tidak mendapatkan hasil dalam jumlah pipilan kering karena pada saat panen dilakukan tanaman jagung pada tongkol tidak terdapat biji sehingga hanya diambil berat berangkasan basah. Pada stadia awal pertumbuhan jagung cukup baik terlihat pada jagung berumur satu bulan diduga jagung masih mempunyai hara yang cukup dalam fase vegetatif, tetapi setelah memasuki fase generatif pertumbuhan tanaman jagung terhambat yaitu tongkol jagung yang relatif kecil, sehingga sampai panen tidak terdapat biji jagung yang berada pada tongkol jagung.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan: 1. Tanaman Leguminosa Cover Crop, Centrocema pubescens, Mucuna sp, Colopogonium mucunoides dan Puera javanica mampu memperbaiki sifat fisik Ultisol. 2. Mucuna sp adalah LCC terbaik dalam menekan pertumbuhan alang-alang dibandingkan LCC lainnya. 3. Penanaman tanaman jagung bersamaan dengan tanaman LCC tidak mendukung pertumbuhan tanaman jagung.
DAFTAR PUSTAKA Boerhendry dan Gunawan, 1987. Mucuna cochinchinensis Sebagai Penutup Tanah dan Pengembangan pada Perkebunan Karet. Majalah Lateks. Wadah Informasi dan Komunikasi Perkebunan .Karet. Edisi I. Buckman, H. D dan N. C Brady, 1969. The Nature and Properties of Soil. Diterjemahkan oleh Soegiman, 1982. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara Jakarta. Daniel Hillel, 1980. Fundamental of Soil Physics. Academic Press.New York.
55
Jurnal Agronomi Vol. 13 No. 2, Juli - Desember 2009
Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jambi. Jambi. Efendi, S.I.G Ismail dan G. Wibawa, 1986. Pola Usahatani Konservasi di Lahan Alangalang Podsolik Merah Kuning. Hal 1-12, Tanggal 11 -13 Februari 1986 Badan Litbangtan. Dirjen Tanaman Pangan. Palembang. Foth, H. D, 1984. Fundamental of Soil Science. Diterjemahkan oleh D. Purbayanti, RD. Lukiwati, R. Triwulan Sari, 1985. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Giller, K. E, 2001. Nitrogen Fixation in Tropical Cropping System. Second Edition. CABI Publishing. New York. Goeswono Soepardi, 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bharata Karya Aksara. Jakarta. Moch. Munir, 1996. Tanah-tanah Utama di Indonesia : Produktivitas Tanah, Klasifikasi dan Pemanfaatannya. Pustaka Jaya. Jakarta. Poerwowidodo, 1991. Gatra Tanah Dalam Pembangunan Hutan Tanaman di Indonesia. Rajawali Press. Jakarta. Redsaw, J. M. 1982. Leguminose Cover Crop, Key to Suistained Agriculture on Up Land Soil in Indonesia. Jakarta : Agricultural Research Development Journal. Vol. 4. Refliaty, Rosyid, Yunus dan Ajidirman. 1995. Pengaruh Cara Pengelolaan dan Jenis Leguminosa dalam Pengendalian Alang-alang Terhadap Sifat Fisik dan Kimia Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Jambi.
56
Saifuddin Sarief, 1986. Fisika Kimia Tanah Pertanian. Pustaka Buana Bandung. _____________, 1989. Konservasi Tanah dan Air. Pustaka Buana. Bandung. Sianturi, PF. 2003. Pemanfaatan Lahan Tidur (Lahan Alang-alang). Pengembangan Program Pasca Sarjana IPB. Bogor. Sitanala Arsyad, 2000. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. Sukman, Y dan Yakup, 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sutedjo, 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bina Aksara. Jakarta. Steverson, F. J. 1982. Humus Chemistry, Genesis Compotition, Reaction. Departemen of Agronomy. University Illinois. Jhon Willey and Sons. New York. Sri Adiningsih dan Mulyadi, 1993. Alternatif Tehnik Rehabilitasi dan Pemanfaatan Lahan Alangalang dalam ProsidingSeminar Lahan Alang-alang. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. Titiek Islami dan Wani Hadi Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press. Semarang. Zulkifli Zaini dan Zainal Lamid. 1993. Alternatif Teknik dan Rehabilitas Lahan Alang-alang untuk Usaha Tani yang Berkelanjutan dalam Prosiding Pemanfaatan Lahan Alang-alang Untuk Usaha Tani Berkelanjutan. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.Bogor.