JURNAL AGROTEKNOS Maret 2013 Vol. 3 No. 1. Hal 26-33 ISSN: 2087-7706
APLIKASI RIZOBAKTERI PADA COVER CROP DALAM MEMPENGARUHI SIFAT KIMIA TANAH BEKAS TAMBANG NIKEL Application of Rizobacteria on Cover Crop in Influencing Chemical Characteristics of Nickel Mining Contaminated Soil SITTI LEOMO, LA MUDI, SYAMSU ALAM*) Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari
ABSTRACT The research aimed to know the efectifity of cover crop applied with rhizobacteria to influence chemical characteristic of soil of ex-nickel mine. This research was conducted since May to August 2012 at experimental farm and Agrotechnology Laboratory of Faculty of Agriculture of Haluoleo University. Soil analysis was carried out been in Soil Research Institute Bogor. The experiment was designed in a randomized block design, in a factorial pattern. The first factor was application of rhizobacteria consisted of 2 levels : R0 (without application of rhizobacteria) and R1 (with application of rhizobacteria). The second factor was cover crop with 4 levels, namely : C1 (Centrosema pubescens Benth.), C2 (Calopogonium mucunoides), C3 (Crotalaria sp.) and C4 (Amaranthus spinosus L.), resulted in 8 treatment combination. Each treatment was repeated 3 times, resulted in 24 experimental units. The experimental data were analyzed using analysis of variance and then followed by Least Significant Differences Test. Soil analysis data were analyzed descriptively. The research results showed that the application of rhizobacteria at Crotalaria sp. (C3) gave a significant effect on crop height and number of leaf branch. Besides, application of cover crop and rhizobacteria at ex-nickel mine increased soil chemical characteristic C organic, N total, P2O5 HCl 25% and K-dd. Key words : Rhizobacteria, cover crop, soil chemical, nickel mining
1PENDAHULUAN
Pertambangan merupakan salah satu sektor yang dapat menghasilkan devisa besar bagi negara, dikarenakan kegiatan pertambangan tidak dapat dipisahkan dari sistem ekonomi nasional. Tercatat pada tahun 2007 penerimaan perpajakan dari sektor pertambangan mencapai Rp. 24 triliun (Abubakar, 2009). Industri pertambangan, selain sebagai sumber devisa juga telah manghasilkan dampak ikutan berupa kerusakan lingkungan pada hutan hujan tropika yang merupakan dominasi lapisan penutup dari permukaan bentang lahan yang ditambang. Lahan bekas tambang memiliki masalah fisik, kimia dan biologi (Lasley et al., 2010). *)
Alamat korespondensi: Email :
[email protected]
Masalah fisik tanah mencakup tekstur dan struktur tanah. Akibat dari kegiatan pertambangan mempengaruhi solum tanah, pemadatan tanah, stabilitas tanah dan bentuk lahan. Masalah kimia tanah berhubungan dengan reaksi tanah (pH), kekurangan unsur hara dan unsur toksik (Rahmawaty, 2002). Kondisi ini secara langsung akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Tanaman penutup tanah jenis legum dan rumput dapat mengendalikan erosi dan aliran permukaan. Hasil pangkasan dapat digunakan sebagai mulsa untuk mengurangi evaporasi, menghambat naiknya garam-garam kepermukaan tanah dan memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah (Balai Penelitian Tanah, 2006). Agar tanaman penutup tanah memberikan daya dukungnya dalam mempengaruhi kimia tanah maka tanaman penutup tanah dapat berasosiasi dengan
Vol. 3 No.1, 2013 mikroorganisme yang menguntungkan bagi tanaman berupa rizobakteri. Rizobakteri memiliki kemampuan mengolonisasi rizosfer secara agresif dan dapat memberi keuntungan bagi tanaman (Ashrafuzzaman et al., 2009). Rizobakteri dapat menghasilkan hormon tumbuh berupa IAA, giberelin dan osmoprotektan yang mampu meningkatkan ketahanan tanaman terhadap cekaman kekeringan dan memfiksasi N2 dari udara. Selain itu, diketahui dapat merangsang pertumbuhan tanaman sehingga produksi dapat meningkat (Khaerul, 2004; Sutariati, 2006). Hasil penelitian Sutariati et al. (2010) menunjukkan bahwa rizobakteri indigenus Sulawesi Tenggara kelompok Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. yang di isolasi dari pertanaman cabai dan tomat sehat, menghasilkan hormon IAA (dengan kisaran 25-375 ppm), Bacillus sp. CKD061 menghasilkan 346.97 ppm lebih tinggi dibandingkan dengan isolat dari Jawa Barat yang hanya mampu menghasilkan 100 ppm. Mengingat pentingnya cover crop dan rizobakteri maka diperlukan upaya pemanfaatan tanaman cover crop yang diaplikasikan rizobakteri untuk meningkatkan produktivitas lahan bekas tambang nikel. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas cover crop yang diaplikasi rizobakteri dalam memperbaiki sifat kimia tanah bekas tambang nikel.
BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah rizobakteri Bacillus CKD061 (koleksi Dr. Ir. Gusti Ayu K. Sutariati,
Aplikasi Rizobakteri pada Cover Crop
27
M.Si), agar, spritus, tissu, aquades, alkohol 70%, trypthic soy broth, serbuk bata merah, tanah bekas tambang nikel, benih Centrocema pubescens Benth., Calopogonium mucunoides, Crotalaria sp., Amaranthus spinosus dan bahan-bahan untuk analisis tanah. Alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah oven, timbangan analitik, jarum ose, cawan petri, lampu bunsen, autoclave, laminar air flow cabinet, sekop, gembor, baskom volume 55,63 liter, kamera, alat tulis menulis dan peralatan Laboratorium untuk analisis tanah. Rancangan penelitian adalah rancangan acak kelompok (RAK) pola faktorial yang terdiri 2 faktor. Faktor pertama yaitu rizobakteri, terdiri dari 2 taraf yaitu tanpa rizobakteri (R0) dan aplikasi rizobakteri (R1) sedangkan faktor kedua yaitu jenis cover crop, terdiri dari 4 taraf yaitu Centrosema pusbences Benth. (C1), Calopogonium mucunoides (C2), Crotalaria sp. (C3) dan Amaranthus spinosus (C4) sehingga terdapat 8 kombinasi perlakuan. Keseluruhan perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 24 unit percobaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil. Pengamatan Tanah. Hasil uji Laboratorium yang dilakukan di Balai Penelitian Tanah Bogor, untuk hasil analisis kimia tanah bekas tambang nikel untuk pengamatan sebelum dan setelah perlakuan cover crop yang diaplikasi rizobakteri disajikan pada Gambar 1, Gambar 2 dan Gambar 3.
Gambar 1. Histogram perbedaan nilai C organik dan N total sebelum perlakuan dan setelah perlakuan pada cover crop yang diaplikasi rizobakteri.
28
LEOMO ET AL.
Gambar 1 menunjukkan bahwa terjadi perbedaan nilai analisis C organik sebelum dan setelah perlakuan. Hasil analisis C organik sebelum perlakuan yaitu sebesar 0.62 % (sangat rendah) dan setelah perlakuan yaitu berkisar antara 0.51-1.34 %. Dalam hal ini, terjadi perbedaan hasil analisis C organik tanah sebelum dan setelah perlakuan. Hasil analisis menunjukkan bahwa setelah perlakuan ada yang mengalami penurunan C organik tanah secara berturut-turut yaitu pada perlakuan R0C1 menjadi sebesar 0.57 %, R0C2 menjadi sebesar 0.58 %, R0C4 menjadi sebesar 0.60 %, R1C1 menjadi sebesar 0.55%, R1C2 menjadi sebesar 0.51% dan R1C4
J. AGROTEKNOS menjadi sebesar 0.56 %, namun masih dalam kategori yang sama dengan sebelum perlakuan yaitu sangat rendah. Selain itu, hasil analisis C organik juga mengalami peningkatan menjadi sebesar 1.34 % (rendah) yaitu pada perlakuan R0C3 dan perlakuan R1C3 juga mengalami peningkatan menjadi sebesar 0.65 % (sangat rendah). Untuk analisis N total sebelum perlakuan yaitu sebesar 0.05 % (sangat rendah). Secara umum setelah perlakuan peningkatan N total hanya pada perlakuan R0C3 menjadi sebesar 0.11 % (rendah), R0C4 manjadi sebesar 0.07 % (sangat rendah) dan R1C3 menjadi sebesar 0.06 % (sangat rendah).
Gambar 2. Histogram perbedaan nilai P2O5 dan K2O HCl 25 % sebelum perlakuan dan setelah perlakuan pada cover crop yang diaplikasi rizobakteri.
Gambar 2 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan analisis sifat kimia tanah pada parameter P2O5 dan K2O HCl 25 % sebelum dan setelah perlakuan. Sebelum perlakuan hasil analisis P2O5 HCl 25 % yaitu sebesar 39 mg 100 g-1 dan secara umum setelah perlakuan mengalami peningkatan yang berkisar antara 54-64 mg 100 g-1. Hasil analisis K2O HCl 25 % sebelum perlakuan
yaitu sebesar 8 mg 100g-1 terjadi penurunan dan peningkatan kadar K2O. Penurunan nilai K2O terjadi pada perlakuan R0C1 dan R0C3 menjadi sebesar 6 mg 100 g-1, R1C1 dan R1C2 secara berturut-turut menjadi 4 mg 100 g-1 dan 3 mg 100 g-1. Peningkatan tertinggi kadar K2O yaitu pada perlakuan R0C4 menjadi sebesar 5 mg 100 g-1.
dan perlakuan terendah yaitu R1C1 dan R1C2 sebesar 0.04 cmol.kg-1 (sangat rendah). Hasil analisis Na tertukar tanah berkisar antara 0.03-0.07 cmol.kg-1
Gambar 3. Histogram perbedaan kadar basa-basa dapat ditukar dan KTK sebelum perlakuan dan setelah perlakuan cover crop yang diaplikasi rizobakteri.
Vol. 3 No.1, 2013 Gambar 3 menunjukkan perbedaan analisis sifat kimia tanah pada parameter basa-basa tertukar dan KTK tanah sebelum dan setelah perlakuan. Sebelum perlakuan hasil analisis Ca tertukar yaitu sebesar 1.25 cmol.kg-1 (sangat rendah), terjadi penurunan pada perlakuan R1C3 menjadi 1.14 cmol.kg-1 dan terjadi peningkatan pada perlakuan R0C3 menjadi 1.51 cmol.kg-1. Secara keseluruhan perlakuan termasuk kategori sangat rendah. Hasil analisis Mg tertukar sebelum perlakuan yaitu sebesar 6.89 cmol.kg-1 (tinggi). Hasil analisis kadar Mg tertukar pada perlakuan cover crop yang diaplikasi rizobakteri berkisar antara 3.65-5.66 cmol.kg-1. Hasil analisis Mg tertukar perlakuan R1C1 mengalami penurunan menjadi 3.65 cmol.kg-1 dan perlakuan R1C3 mengalami peningkatan menjadi 5.66 cmol.kg1. Hasil analisis kadar K tertukar sebelum
Aplikasi Rizobakteri pada Cover Crop
29
perlakuan yaitu 0.15 cmol.kg-1, terjadi penurunan pada perlakuan R1C1 dan R1C2 setelah perlakuan cover crop yang diaplikasi rizobakteri menjadi 0.04 cmol.kg-1 (sangat rendah) serta terjadi peningkatan pada perlakuan R0C4 menjadi 0.25 cmol.kg-1 (rendah). Hasil analisis Na tertukar sebelum perlakuan yaitu sebesar 0.36 cmol.kg-1 (rendah). Hasil analisis kapasitas tukar kation (KTK) tanah sebelum perlakuan yaitu 8.50 cmol.kg-1 (rendah) dan setelah perlakuan perlakuan cover crop yang diaplikasi rizobakteri, KTK tanah mengalami penurunan pada perlakuan R1C1 menjadi 4.46 cmol.kg-1 (sangat rendah) dan perlakuan R1C3 menjadi 6.99 cmol.kg-1 (rendah). Pengamatan Tanaman. Tinggi Tanaman. Rata-rata tinggi tanaman ditunjukkan oleh gambar 4.
Gambar 4. Dinamika pertumbuhan tinggi tanaman cover crop yang diaplikasi rizobakteri.
Gambar 4 menunjukkan bahwa rata-rata tinggi tanaman umur 4, 6, 8, 10 dan 12 MST memberikan pengaruh nyata terhadap perlakuan cover crop yang diaplikasi rizobakteri. Perlakuan R1C3 memberikan pertambahan rata-rata tertinggi dibandingkan dengan perlakuan R0C3. Sama halnya dengan perlakuan yang lain aplikasi rizobakteri pada cover crop mampu meningkatkan rata-rata pertambahan tinggi tanaman. Namun aplikasi rizobakteri menujukkan hasil yang kurang efektif dalam meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman. Untuk perlakuan R1C4 mampu memberikan pengaruh terbaik pada pengamatan 4 MST dibandingkan dengan
perlakuan R0C4. Namun, pada pengamatan 6, 8, 10 dan 12 MST perlakuan R0C4 dan R1C4 mengalami kematian akibat dari kondisi tanah bekas tambang nikel yang banyak mengadung racun bagi tanaman sehingga tanaman Amaranthus spinosus tidak dapat beradaptasi dengan baik. Jumlah Tangkai Daun. Sidik ragam menunjukkan bahwa aplikasi rizobakteri pada cover crop secara umum berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan mandiri rata-rata jumlah tangkai daun. Hasil pengamatan ratarata jumlah tangkai daun cover crop pada umur 4, 6, 8, 10 dan 12 MST disajikan pada Gambar 5.
30
LEOMO ET AL.
J. AGROTEKNOS
Gambar 5. Dinamika pertambahan jumlah tangkai daun tanaman cover crop yang diaplikasi rizobakteri.
Gambar 5 menunjukkan bahwa aplikasi rizobakteri pada jenis cover crop memberikan pengaruh terhadap rata-rata jumlah tangkai daun tanaman untuk tiap jenis cover crop pada umur 4, 6, 8, 10 dan 12 MST. Perlakuan R1C3 memberikan pertambahan rata-rata jumlah tangkai daun terbanyak dibandingkan dengan perlakuan R0C3. Untuk perlakuan R1C2 terjadi penurunan pada umur 8 MST. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan tanaman telah menyerap logam berat yang bersifat racun bagi tanaman. Untuk perlakuan R1C4 mampu memberikan pengaruh terbaik pada pengamatan 4 MST dibandingkan dengan perlakuan R0C4. Namun, pada pengamatan 6, 8, 10 dan 12 MST perlakuan R0C4 dan R1C4 mengalami kematian akibat tanah bekas
tambang nikel yang bersifat racun bagi tanaman. Biomassa Tanaman. Rata-rata biomassa tanaman cover crop dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 menunjukkan bahwa rata-rata biomassa tanaman cover crop tertinggi terdapat pada perlakuan aplikasi rizobakteri + Crotalaria sp. (R1C3) sedangkan biomassa cover crop terendah terdapat pada perlakuan aplikasi rizobakteri + Amaranthus spinosus (R1C4) dan tanpa aplikasi rizobakteri + Amaranthus spinosus (R0C4). Hal ini dikarenakan tanah bekas tambang nikel yang bersifat sehingga mengakibatkan tanaman Amaranthus spinosus tidak dapat beradaptasi dengan baik.
Gambar 6. Histogram rata-rata biomassa tanaman cover crop yang diaplikasi rizobakteri.
Pembahasan. Sifat kimia tanah memegang peranan penting dalam menunjang pertumbuhan tanaman. Sifat kimia tanah juga merupakan sifat penentu tingkat kesuburan tanah. Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman tanah atau alkalinitas yang dinyatakan dengan konsentrasi ion hidrogen
(H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah semakin masam tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi rizobakteri pada cover crop berpengaruh terhadap perubahan sifat kimia tanah bekas tambang nikel. Hasil analisis tanah untuk pH H2O sebelum aplikasi rizobakteri dan cover
Vol. 3 No.1, 2013 crop termaksud kriteria agak masam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pH tanah H2O sebelum perlakuan yaitu sebesar 5,9 dan setelah perlakuan yaitu sebesar 5,6 sehinggga mengalami penurunan sebesar 0,3. Penurunan pH tanah ini berhubungan dengan kondisi sifat tanah tambang nikel yang memiliki pH rendah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Juarsah (2009) menyatakan bahwa akibat teroksidasinya senyawa pirit (FeS2) menyebabkan pH tanah menjadi masam (4-5). Bahkan pada areal timbunan yang baru, pH tanah sangat masam (2,6-3,6). Kondisi ini hampir sama dengan pH KCl menunjukkan koloid yang memiliki kompleks pertukaran didominasi oleh hidroksida Al sehingga terdapat kemungkinan akan terjadi peningkatan pH tanah. Hasil pengamatan pada C organik tanah sebelum perlakuan yaitu sebesar 0,62 % (sangat rendah) dan setelah perlakuan nilai C organik bervariasi berkisar antara 0,51-1,34 %. Pada pengunaan cover crop ini cenderung terjadi penurunan C organik tanah pada hampir semua jenis perlakuan cover crop, kecuali pada jenis cover crop Crotalaria sp. (C3) terjadi peningkatan C organik tanah. Penurunan C organik tanah disebabkan oleh kurangnya suplai bahan organik yang disumbangkan oleh tanaman sehingga unsur C dalam tanah tidak tersedia bagi tanaman. Peningkatan C organik tanah disebabkan oleh adanya suplai bahan organik yang berasal dari seresah tanaman yang diatasnya yang telah terdekomposisi sehingga mengakibatkan pertumbuhan tanaman meningkat. Hal ini sejalan dengan penelitian Agus et al. (2000); Epelde et al. (2009) bahwa tingginya kadar C dan N disebabkan oleh adanya suplai bahan organik dan unsur hara yang berasal dari biomassa tanaman dan seresah tanaman yang tumbuh diatasnya. Kandungan bahan organik dalam tanah mempengaruhi kemampuan tanah menyediakan nitrogen. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ketersediaan nitrogen pada tanah sangat rendah sampai rendah. Hasil pengamatan N total sebelum perlakuan yaitu sebesar 0,05 % dan setelah perlakuan hasil analisis tertinggi yaitu 0,11 % pada perlakuan R0C3. Perlakuan R0C3 menunjukkan pertumbuhan yang optimal sehingga banyak daun yang terbentuk. Akibatnya apabila, daun-daun ini mati dan
Aplikasi Rizobakteri pada Cover Crop
31
jatuh di tanah akan mengakibatkan akumulasi bahan organik yang mampu meningkatkan kadar K dalam tanah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Dwidjoseputra (1983) dalam Sembiring (2008) yang menyatakan bahwa ketersediaan unsur K pada tanah diakibatkan oleh batang daun dan ranting tanaman yang mati dan hancur bersatu dengan tanah. Sedangkan pemberian rizobakteri tidak menunjukkan perubahan yang signifikan terhadap perubahan kadar N dalam tanah. Tidak terjadinya perubahan yang signifikan terhadap kadar N dalam tanah akibat inokulasi rizobakteri diakibatkan oleh aktifitas rizobakteri yang tidak efektif dalam memfiksasi N2 di udara sehingga unsur tersebut dimanfaatkan oleh dirinya sendiri. Mikroorganisme dapat memberikan daya dukungnya bila mikroorganisme dapat bekerjasama dengan mikroorganisme lainnya. Hasil penelitian Widyati (2007) menunjukkan bahwa aplikasi rhizobia pada tanaman mengakibatkan pertumbuhan dan peningkatan hara lebih rendah bila dibandingkan dengan formulasi inokulum MA, Rhizobium dan BPF (konsorsium mikroorganisme). Formulasi inokulum mikroorganisme secara tunggal mengakibatkan hasil fotosintat diambil dan dimanfaatkan oleh mikoba sendiri. Menurut Bolton et al. (1992) dalam Widyati (2007), inokulasi mikroba dalam rhizosfer akan memberikan berbagai macam efek baik terhadap mikroba lain maupun terhadap tanaman inangnya. Efek tersebut adalah positif (mutualisme, komensalisme), negatif (kompetisi, parasitisme) dan netral. Pada penelitian ini secara umum terbukti bahwa tanah yang memiliki kadar N yang sangat rendah menunjukkan pertumbuhan yang tidak optimal kecuali pada jenis cover crop Crotalaria sp. (C3). Hasil pengamatan kadar P2O5 HCl 25 % dalam tanah menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil analisis tanah setelah perlakuan cover crop yang diaplikasi rizobakteri. Pada perlakuan R1C1 terjadi peningkatan kadar P2O5 HCl 25 % tertinggi sebesar 64 mg 100g-1. Hal ini diduga diakibatkan oleh kemampuan rizobakteri Baccilus sp. dalam melarutkan phospat dan menghasilkan hormon IAA sehingga mengakibatkan pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah tangkai daun. Hal ini sesuai
32
LEOMO ET AL.
penelitian Wibisono (2000) yang menyatakan bahwa bakteri pelarut P (Solubizing Phosphate Bacteria) mampu meningkatkan kelarutan P dalam tanah yang umumnya terakumulasi. Hasil penelitian kadar K2O HCl 25 % tertinggi pada perlakuan R0C4. Hal ini diindikasikan bahwa peningkatan kadar K dalam tanah akibat dari pelapukan Amaranthus spinosus. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Dwidjoseputra (1983) dalam Sembiring (2008) yang menyatakan bahwa ketersediaan unsur K pada tanah diakibatkan oleh batang daun dan ranting tanaman yang mati dan hancur bersatu dengan tanah. Hasil pengamatan kadar Ca, Mg, Na, K dan kapasitas tukar kation (KTK) menunjukkan bahwa hasil pengamatan secara umum setelah perlakuan mengalami penurunan. Hal ini diindikasikan bahwa akibat intensitas curah hujan yang tinggi mengakibatkan basa-basa (Ca, Mg, Na dan K) hilang dalam tanah dan basa-basa menjadi rendah sehingga tanah semakin masam. Secara umum berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan cover crop yang diaplikasi rizobakteri mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman cover crop. Hal ini dapat dilihat bahwa perlakuan Crotalaria sp. yang diaplikasi rizobakteri memiliki ketersediaan hara yang cukup seimbang sehingga memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah tangkai daun. Namun secara mandiri aplikasi rizobakeri Bacillus sp. CKD061 tidak memberikan hasil yang efektif. Hal ini disebabkan oleh rizobakteri Bacillus sp. CKD061 yang tidak bekerja secara efektif karena rizobakteri akan berperan aktif jika saling bekerjasama dengan mikroba lain. Penelitian yang sejenis oleh Carsten (2002) dalam Komarawidjaja (2009) bahwa satu jenis mikroba yang bekerja sendiri tidak akan mampu mendegradasi senyawa yang terdapat pada minyak mentah.
SIMPULAN 1. Aplikasi rizobakteri Bacillus sp. mampu meningkatkan ketersediaan P2O5 pada tanah bekas tambang nikel karena rizobakteri Bacillus sp. dapat melarutkan fosfat. 2. Aplikasi cover crop pada tanah tambang nikel dapat meningkatkan sifat kimia
J. AGROTEKNOS tanah yaitu C organik dan N total karena cover crop mampu menfiksasi N2 di udara dan apabila melapuk dapat digunakan sebagai sumber bahan organik. 3. Aplikasi rizobakteri pada jenis cover crop menunjukkan pertumbuhan terbaik yaitu aplikasi rizobakteri + Crotalaria sp. (R1C3) karena tanaman Crotalaria sp. lebih adaptif terhadap tanah bekas tambang nikel dibandingkan jenis Centrosema pubescens Benth., Colopogonium mucunoides dan Amaranthus spinosus. Saran. Perlu perbaikan sifat kimia tanah dengan memanfaatkan tanaman Crotalaria sp. yang dipalikasi rizobakteri Bacillus sp. pada tanah bekas tambang nikel dan perlu penelitian lanjutan dengan menambahkan mikroorganisme (konsorsium mikroorganisme) dan bahan organik yang dapat meningkatkan kondisi sifat kimia dan biologi tanah dalam rangka upaya rehabilitasi lahan bekas tambang nikel.
DAFTAR PUSTAKA Abubakar, F. 2009. Evaluasi tingkat keberhasilan rehabilitasi lahan bekas tambang nikel di PT Inco Tbk. Sorowoko, Sulawesi selatan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Agus, C., P. Lesatari, O. Karyanto, S. Hardiwinoto, M. Na’iem, M. Sipayung dan W. Wardana. 2000. Klasifikasi produktivitas lahan dan kualitas tapak tegakan HTI Gmelina arborea Roxb. Proseding Seminar Nasional Status Silvikultur 1999. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta. Hal : 261-268. Ashrafuzzaman M., F.A. Hossen, M.R. Ismail, Md.A. Hoque, M.Z. Islam, S.M. Shahidullah dan S. Meon. 2009. Efficiency of plant growth-promoting rhizobacteria (PGPR) for the enhancement of rice growth. African Journal of Biotechnology, 8(7):1247-1252. Balai Penelitian Tanah. 2006. Bisakah lahan bekas tambang batu bara untuk pengembangan pertanian?. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 28(2):9-10. Dogan, T., and A. Kahriman. 2008. Reclamation planning for coal mine in istanbul, agacli region. Environmental Geology, 56(1), 109117.
Vol. 3 No.1, 2013 Epelde, L., J.M. Becerril, I. Mijangos, and C. Garbisu, 2009. Evaluation of the efficiency of a phytostabilization process with biological indicators of soil health. Journal of Environmental Quality, 38(5):2041-2049. Juarsah, I. 2009. Kondisi sifat fisik tanah dan lingkungan pada lahan pasca penambangan timah di Provinsi Bangka Belitung. Balai Penelitian Tanah. Bogor. Khaerul, U. 2004. Makalah falsafah sains. Program Pasca Sarjana/S3. IPB. Bogor. (17 Juli 2007). Komarawidjaja. 2009. Karateristik dan pertumbuhan konsorsium mikroba lokal dalam media mengandung minyak bumi. Jurnal Teknologi Lingkungan, 10(1) :114119. Kuo, Y., Harris, W. G., Muñoz-carpena, R., Rhue, R. D., and Li, Y. 2009. Apatite control of phosphorus release to runoff from soils of phosphate mine reclamation areas. Water, Air and Soil Pollution, 202(1-4), 189-198. Lasley, K.K., G.K. Evanylo, K.I. Kostyanovsky, C. Shang, M. Eick, and W.L. Daniels, 2010. Chemistry and transport of metals from entrenched biosolids at a reclaimed mineral sands mining site. Journal of Environmental Quality, 39(4):1467-1477. Rahmawaty. 2002. Restorasi lahan bekas tambang berdasarkan kaidah ekologi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara. Medan, (USU digital library, 2002).
Aplikasi Rizobakteri pada Cover Crop
33
Sembiring, S. 2008. Sifat kimia dan fisik tanah pada areal bekas tambang bauksit di pulau Bintan, Riau. Info Hutan, 5(2):123-134. Shukla, M. K., Lal, R., and Ebinger, M. H. 2005. Physical and chemical properties of a minespoil eight years after reclamation in northeastern ohio. Soil Science Society of America Journal, 69(4), 1288-1297. Singh, B. K. 2010. Exploring microbial diversity for biotechnology: The way forward. Trends in Biotechnology, 28(3), 111-116. Sutariati, G.A.K., Widodo., Sudarsono dan S. Ilyas. 2006. Karakter fisiologis dan keefektifan isolat rizobakteri sebagai agens antagonis Colletotrichum capsici dan rizobakteri pemacu pertumbuhan tanaman cabai. Jurnal Ilmiah Pertanian Kultura, 41(1):28-34. Sutariati, G.A.K. dan A. Wahab. 2010. Isolasi dan uji kemampuan rizobakteri indigenus sebagai agensia pengendali hayati penyakit pada tanaman cabai (Capsicum anuum L.). Jurnal Hortikultura, 20(1):86-95. Wibisono, A. 2000. Biomikro, pupuk hayati untuk kesuburan tanah-kesehatan tanah dan tanaman. PT Bio Selaras. Jakarta. Widyati, E. 2007. Formulasi inokulum mikroba: MA, BPF dan Rhizobium asal lahan bekas tambang batu bara untuk bibit Acacia crassicarpa Cunn. Ex-Benth. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Jurnal Biodiversitas, 8(3):238-241.