PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DOUBLE LEG HOP TERHADAP KEMAMPUAN SMASH PADA PERMAINAN BOLA VOLI SISWA MTsN 1 BUTON SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kependidikan pada Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
OLEH :
MUHAMMAD YOGI ANDRIADIN A1E1 12 005
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang paling indah untuk senantiasa didengugkan selain mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah Swt. karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul Pengaruh Latihan Pliometrik Double Leg Hop terhadap Kemampuan Smash pada Permainan Bola Voli Siswa MTsN 1 Buton Selatan ini dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kependidikan pada Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo Kendari. Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. H. Saiful, M.Kes sebagai Pembimbing I dan Bapak Drs. Muhammad Rusli, M.Kes sebagai pembimbing II sekaligus selaku Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo yang telah mengarahkan dan membimbing penulis semenjak proposal hingga akhir penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih pula penulis haturkan kepada yang kami hormati: 1.
Bapak Prof. Dr. H. Usman Rianse, M.S. Selaku Rekor Universitas Halu Oleo Kendari
2.
Bapak Prof. Dr. La Iru, SH., M.Si. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo.
iv
3.
Bapak Abdul Saman, S.Pd., M.Pd. Selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo.
4.
Seluruh dosen dan staf di Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo yang telah banyak memberikan sumbangsih ilmu serta contoh dan pengalaman belajar mengajar.
5.
Bapak Drs. La Dami selaku kepala sekolah MTsN 1 Buton Selatan yang telah memberikan kemudahan pada penulis selama melaksankan penelitian.
6.
Bapak Marjuni, S.Pd. selaku guru MTsN 1 Buton Selatan yang telah banyak membantu selama proses penelitian dari awal hingga akhir penelitian.
7.
Para siswa MTsN 1 Buton Selatan yang merupakan subyek penelitian.
8.
Teman-temanku Robiyanto, Safaruddin, Ardy Syahputra, Riswan A, Asman Malinga, Zeni Akbar, Muh. Hasan, Ali Fatman, Ari Adi, Yanggi, Susiririani, La Sara, Hidayat Ulu, Wa Ode Arifa, Ld. Usana, Zazan, dan semuanya yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu.
9.
Saudara (i) yang tercinta Mohammad Giante, Husnawati, Muhammad Dermawan, Sitti Suhayana, Sitti Puspa Sari, terima kasih telah memberikan semangat, doa, bantuan serta dukunganya demi kelancaran perkuliahan penulis,
serta
seluruh
keluargaku
yang
banyak
membantu
dalam
menyelesaikan studi. 10. Penghargaan teristimewa kepada Ayahanda tercinta La Walia dan ibunda tercinta Suria yang tiada henti mencurahkan kasih sayang yang begitu dalam dari semenjak kecil hingga sampai ananda menyelesaikan studi. Betapa sulit mimpi ini untuk aku raih dan betapa berat semua ini untuk aku lalui, doa kalianlah yang membuat aku hingga sekarang ini mampu bertahan walau amat terasa sulit. Sekali lagi terimakasih Ayah dan Ibuku.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan-kekurangan sehingga penulis dengan hati terbuka siap menerima saran ataupun kritikan yang sifatnya membangun dari berbagai pihak terutama
v
dari dosen pembimbing, dosen penguji, maupun dari rekan-rekan yang senantiasa membantu demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga bantuan yang diberikan kepada penulis baik langsung maupun tidak langsung akan mendapat balasan dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Amiin
Kendari,
Maret 2016
Muhammad Yogi Andriadin
vi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
iii
KATA PENGANTAR ...............................................................................
iv
DAFTAR ISI ..............................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
ix
DAFTAR TABEL......................................................................................
x
DAFTAR GRAFIK ...................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xii
ABSTRAK .................................................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ..........................................................................
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKAN A. Latihan Pliometrik Double Leg Hop ...............................................
6
B. Kemampuan Smash pada Permainan Bola Voli..............................
12
C. Biomekanika dalam Melakukan Smash ..........................................
23
D. Unsur Biomotorik yang Predominan dalam Menunjang Teknik Melakukan Smash pada Permainan Bola Voli ................................
24
E. Kerangka Berpikir ...........................................................................
35
F. Hipotesis ..........................................................................................
36
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian .....................................................................
37
B. Variabel Penelitian ..........................................................................
37
C. Devenisi Operasional Variabel .......................................................
38
vii
D. Populas dan Sampel .......................................................................
39
E. Instrumen dan Alat Penelitian .........................................................
39
F. Teknik Pengumpulan Data ..............................................................
40
G. Teknik Analisis Data .......................................................................
42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...............................................................................
44
B. Pembahasan Hasil Penelitian ..........................................................
49
C. Implikasi Hasil Penelitian ...............................................................
52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .....................................................................................
55
B. Saran ...............................................................................................
55
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
56
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Pelatihan Pliometrik Hopping.........................................
10
Gambar 2.2 Tahap Awalan dalam Smash ......................................................
20
Gambar 2.3 Tahap Meloncat dalam Smash....................................................
21
Gambar 2.4 Tahap Memukul Bola dalam Smash...........................................
22
Gambar 2.5 Tahap Mendarat dalam Smash ..................................................
22
Gambar 3.1 Model Pelatihan Pliometrik Double Leg Hop ............................
37
Gambar 3.4 Lapangan Tes Kemampuan Smash Bola Voli ............................
39
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Rata-rata dan Standar Deviasi Kemampuan Smash Bola Voli ........
43
Tabel 4.2 Hasil Uji Kemampuan Smash Bola Voli (Pre Test) ........................
44
Tabel 4.3 Hasil Uji Kemampuan Smash Bola Voli (Post Test) .......................
45
x
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Distribusi Pre Test Kemampuan pada Smash Bola Voli ................... 45 Grafik 4.2 Distribusi Post Test Kemampuan pada Smash Bola Voli.............
xi
46
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Program Latihan ...............................................................
60
Lampiran 2 Dokumentasi / Foto-Foto Selama Proses Penelitian ........
81
Lampiran 3 Data Mentah Pre Test dan Post Test Kemampuan Smash Bola Voli ........................................................................
87
Lampiran 4 Tabel Pre Test dan Post Test Kemampuan Smash Bola Voli ................................................................................
89
Lampiran 5 Tabel Uji t .........................................................................
91
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian ........................................................
92
Lampiran 7 Surat Telah Dilaksanakannya Penelitian di MTsN 1 Buton Selatan ..................................................................
xii
93
ABSTRAK Muhammad Yogi Andriadin, A1E112005, “Pengaruh Latihan Pliometrik Double Leg Hop terhadap Kemampuan Smash pada Permainan Bola Voli Siswa MTsN 1 Buton Selatan”. Pembimbing I Bapak H. Saiful dan pembimbing II Bapak Muhammad Rusli, pada Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo Kendari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh latihan pliometrik double leg hop terhadap kemampuan smash pada permainan bola voli siswa MTsN 1 Buton Selatan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MTsN 1 Buton Selatan yang berjumlah 145 orang. Sampel yang akan mewakili populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 20 orang (14% dari jumlah populasi), yang diambil dengan menggunakan teknik purposive random sampling dengan menggunakan variabel kendali yaitu dengan cara memilih siswa yang berjenis kelamin putra dengan jumlah 73 orang, kemudian diambil secara random sehingga menghasilkan sampel penelitian sebanyak 20 orang. Dalam pelaksanaan program latihan yakni latihan pliometrik double leg hop, prinsip latihan yang diterapkan adalah prinsip kekhususan. Dan dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan melakukan smash bola voli. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji-t pada taraf signifikan 0,05, maka penelitian ini disimpulkan bahwa ada pengaruh latihan pliometrik double leg hop terhadap kemampuan smash pada permainan bola voli Siswa MTsN 1 Buton Selatan dimana nilai thitung = 9,04 > ttabel = 2,093. Kata Kunci: Latihan Pliometrik Double Leg Hop, Smash Bola Voli
xiii
ABSTRACT
Muhammad Yogi Andriadin, (A1E112005). “The Effect of Plyometrics Double Leg Hop Training toward Smash in Volleyball Game Ability at the Students of MTsN 1 Buton Selatan”. The First adviser by Mr. H. Saiful and the second adviser by Mr. Muhammad Rusli. Teaching and Education Science Fakulty at Kendari Halu Oleo University. Physcal Education Health and Recreation Departement. The purpose of research was to know how much the effect of Plyometrics Double Leg Hop Training Toward Smash in Volleyball Game Ability Students MTsN 1 Buton Selatan. The population of research are all the students of MTsN 1 Buton Selatan that’s 145 people. The sample will be representative of the population in this study of 20 people (14% of the population), taken used purposive random sampling technique used control variables, namely by selection the student male of 73 people. then taken at random resulting in a sample of 20 people. In the implementation of the training program double leg hop plyometrics workout, training principle applied is the principle of specificity. And in this research instrument used is the test the ability to spike a volleyball. The result of data analysis by using t-test statistical techniques at significant level of 0,05. The research can be concluded that “ there is an effect of plyometrics double leg hop training toward smash in volleyball game ablity at the Students MTsN 1 Buton Selatan were th = 9,04 > ttabel = 2,093. Key word: Plyometrics Double Leg Hop Training, Volleyball Smash
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap cabang olahraga prestasi sangat dibutuhkan pembibitan dan pembinaan secara sistematis agar perkembangan yang dimiliki atlet dapat meningkat dengan baik. Sehingga menjadikan atlet mampu bersaing serta ikut mengharumkan nama daerah, bangsa dan negaranya. Perkembangan yang terjadi pada atlet pada dasarnya melalui pembinaan jasmani dan rohani secara menyeluruh yang juga merupakan tujuan dari olahraga. Begitupula dalam permainan bola voli
yang merupakan cabang olahraga prestasi
yang
membutuhkan pembibitan dan pembinaan secara sistematis. Permainan bola voli adalah permainan yang selalu dipertandingkan pada tingkat internasional, nasional, daerah, bahkan sampai dipelosok-pelosok desa. Sehingga memungkinkan masyarakat telah mengetahuinya dan bahkan sering memainkanya. Prinsip permainan bola voli adalah memainkan bola dengan cara di voli (dipukul dengan anggota badan terutama menggunakan lengan) dan berusaha menjatuhkan bola ke lapangan lawan dengan menyeberangkan bola lewat atas net serta mempertahankan agar bola tidak jatuh dilapangan sendiri. Adapun jumlah regu yang bermain yaitu terdiri dari 2 regu dan masing-masing regu terdiri dari 6 orang. Penilaian regu yang gagal menyeberangkan bola (mati) maka lawan akan memperoleh nilai (rally point), dan servis dilakukan bagi regu
1
yang
2
memperoleh tambahan nilai yang dilakukan disepanjang garis belakang lapangan sendiri. Setiap regu tidak diperkenankan memainkan bola lebih dari tiga kali sentuhan sebelum bola melewati net, kecuali sebelumnya terjadi sentuhan pada bendungan (block). Permainan bola voli ada beberapa aspek yang harus dimiliki setiap atlet, diantaranya adalah aspek dalam menguasai teknik-teknik dasar dalam permainan bola voli, seperti teknik dasar servis, passing, smash dan block. Namun diantara teknik-teknik dasar diatas yang merupakan modal utama untuk mendapatkan angka atau skor adalah teknik dasar smash, sehingga bagi mereka yang berposisi sebagai smasher tentunya akan selalu melakukan upaya smash dan kegiatan ini tentunya akan dilakukan sepanjang permainan. Oleh karena itu kedudukanya begitu penting maka para pelatih selalu berusaha untuk menciptakan bentuk teknik smash yang dapat menyulitkan lawan sehingga bisa memperoleh skor dan angka. Akan tetapi atlet tidak cukup hanya berlatih teknik saja. Sebagaimana Harsono (1988) menyatakan bahwa atlet tidak cukup hanya berlatih teknik saja tetapi juga harus dibarengi dengan upaya peningkatan unsur kondisi fisik. diantaranya adalah kecepatan, kekuatan, fleksibilitas, koordinasi, kecepatan reaksi, kelincahan serta power. Kondisi fisik adalah salah satu syarat yang amat dibutuhkan dalam upaya untuk meningkatkan prestasi seorang atlet atau siswa. Hal ini kembali diungkapkan oleh Harsono (1988) yang menyatakan bahwa tanpa ditunjang dengan kondisi fisik yang memadai seorang atlet tidak akan dapat mencapai prestasi yang optimal.
3
Peneliti menyimpulkan dari pendapat Harsono bahwa dalam meningkatkan teknik-teknik dalam permainan bola voli maka sangat dibutuhkan lebih dulu berupa
peningkatan kondisi fisik sebagai penunjang untuk mengusai teknik-
teknik dalam permainan. Untuk menggambarkan unsur fisik khususnya untuk otot-otot yang berperan dalam melakukan smash dapat digunakan dengan latihan pliometrik double leg hop. Latihan pliometrik double leg hop adalah termaksud latihan beban yang dapat mengembangkan power otot tungkai. hal ini untuk meningkatkan loncatan ketika sedang melakukan smash. Dalam pelaksanatanya latihan pliometrik double leg hop yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah dilakukan dengan cara menekan pada loncatan dengan menggunakan dua kaki untuk mencapai ketinggian maksimum kearah vertikal dan kecepatan maksimum gerakan kaki. Olehnya itu, dengan menerapkan latihan ini maka akan meningkatkan daya ledak otot tungkai (power) sehingga akan mampu menghasilkan suatu locatan yang tinggi yang sangat berperan penting dalam meningkatkan kemampuan smash pada permainan bola voli. Karena semakin tinggi loncatan seorang atlet semakin memudahkan ia untuk memukul bola dengan keras, menukik dan mengarahkan bola kemana saja kedalam daerah lapangan lawan yang memungkinkan susah untuk dikembalikan oleh pihak lawan. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti memandang perlu untuk mengadakan penelitian ilmiah yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi latihan pliometrik double leg hop terhadap kemampuan smash pada permainan bola voli. Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah mengenai
4
pengaruh latihan double leg hop terhadap kemampuan smash pada permainan bola voli Siswa MTsN 1 Buton Selatan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh latihan pliometrik double leg hop terhadap kemampuan smash pada permainan bola voli Siswa MTsN 1 Buton Selatan”? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latihan pliometrik double leg hop terhadap kemampuan Smash pada permainan bola voli siswa MTsN 1 Buton Selatan. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1.
Sebagai bahan informasi atau masukan bagi para pembina, pelatih maupun guru olahraga, yang akan digunakan sebagai salah satu metode untuk melatih dan membina siswa atau atlet bola voli untuk bisa berprestasi.
2.
Dapat dijadikan sebagai bahan analisis bagi guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan khususnya di MTsN 1 Buton Selatan dalam proses belajar mengajar materi bola voli mengenai teknik dasar smash.
3.
Sebagai bahan masukan bagi siswa MTsN 1 Buton Selatan untuk meningkatkan kemampuan teknik dasar smash dalam permainan bola voli.
4.
Sebagai referensi bagi peneliti lain yang relevan dengan penelitian ini.
5
5.
Merupakan pengalaman yang berharga dari peneliti dalam menghasilkan karya ilmiah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Latihan Pliometrik Double Leg Hop 1.
Pengertian Latihan Latihan (training ) merupakan suatu tindakan atau gerakan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan usaha untuk mewujudkan suatu keterampilan gerak yang lebih baik. Menurut Harsono (1988) menyatakan bahwa latihan adalah suatu proses kegiatan yang sistematis, dilakukan berulang-ulang dan semakin hari jumlah latihan semakin bertambah, dan untuk mencapai prestasi yang optimal dalam berkompetisi seorang atlet dituntut memiliki kemampuan fisik yang memadai diantaranya adalah kekuatan, kecepatan, kelincahan, power, kelentukan dan koordinasi. Latihan merupakan suatu proses sistematis
yang dirancang untuk
meningkatkan kinerja olahraga, yakni untuk meningkatkan kualitas fisik, teknik maupun kualitas psikis (Rushall & Pyke, 1990). Sedangkan Bowers (1988) menyatakan latihan adalah aktifitas fisik yang dilakukan secara sistematis, berulang-ulang dalam waktu yang lama dan ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarahkan kepada perubahan fungsi fisiologis dan psikologis untuk mencapai sasaran yang ditentukan. Peneliti menyimpulkan dari ketiga pendapat para ahli bahwa latihan merupakan kegiatan fisik yang dilakukan secara berulang-ulang dalam waktu yang lama, kontinyu, sistematis, terprogram, terawasi, terstruktur untuk
6
7
meningkatkan kualitas fisik sehingga terjadi perubahan fungsi fisiologis maupun psikologis ke arah yang lebih baik. Latihan yang mencapai hasil latihan adalah yang memenuhi prinsip-prinsip latihan. Prinsip latihan yang dimaksud adalah seperti yang dikemukakan oleh R. Sukarman (1998): 1.
Kekhususan : latihan itu harus khusus artinya untuk mahir dalam 1 cabang olahraga tertentu seseorang harus berlatih cabang itu dan juga otot yang digunakan dan dilatih sesuai cabang olahraga tersebut.
2.
Tambahan beban (over load principle): untuk tidak menimbulkan kerusakan dan untuk mencapai derajat kekuatan yang tinggi maka beban harus dengan teratur dinaikan.
3.
Hari berat dan hari santai : latihan harus diselingi antara latihan berat diselingi dengan hari santai untuk pulih asal.
4.
Latihan dan kelebihan latihan (progressive): dalam latihan beban harus ditingkatkan sedikit demi sedikit sampai mencapai maksimum dan janganlah berlatih melebihi kemampuan.
5.
Latihan dasar dan pencapian puncak (peac): latihan harus dimulai dengan latihan dasar untuk mempersiapkan kondisi. Beban latihan harus ditingkatkan sebelum pertandingan dilaksanakan, sebaliknya dilakukan persiapan puncak dengan mengurangi beban tetapi meningkatkan intensitasnya.
6.
Kembali asal (reversibility): setiap hasil latihan, kalau tidak dipelihara akan kembali keadaan semula. oleh karena itu, setiap atlet harus berlatih terus untuk memelihara kondisinya.
8
Selain prinsip latihan yang dikemukakan oleh R. Sukarman (1998) terdapat pula prinsip latihan yang dikemukakan oleh Heithold & Glass (2002) beliau mengajukan agar latihan sesuai tujuan yang diinginkan hendaknya menggunakan takaran latihan atau dasar-dasar latihan. Dasar-dasar latihan tersebut adalah terdiri dari: 1) Freqency . 2) Intensity, 3) Time, dan 4) Tipe atau disingkat “FITT”. Prinsip-prinsip latihan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Frekuensi Latihan (freqency) Frekuensi latihan menunjukan bahwa berapa kali latihan yang dilakukan
perminggunya. Menurut Kasio Dwidjowinoto (1992) menyatakan bahwa latihan yang digunakan 3-4 kali perminggu sudah dapat memberikan pengaruh terhadap tubuh seperti peningkatan kecepatan, kekuatan, daya ledak, fleksibilitas dan daya tahan aerobic, asal dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip latihan. 2.
Intensitas Latihan (intensity) Intensitas latihan merupakan komponen latihan yang penting, karena tinggi
rendahnya intensitas akan berkaitan dengan panjang atau pendeknya durasi latihan yang dilakukan. Jika intensitas latihan tinggi biasanya durasi latihan pendek, dan sebaliknya jika intensitasnya rendah, maka durasi latihan bisa lebih lama. Intensitas adalah fungsi kekuatan rangsangan syaraf yang dilakukan dalam latihan, kuatnya rangsangan tergantung dari beban, kecepatan gerakan, variasi interval atau istirahat diantara ulangan. Soekarman (1989) memberi petunjuk pada awal program latihan maka intensitasnya 60-80% dari kemampuan maksimal, peningkatan intensitas latihan dapat dilakukan dengan menambahkan beban, menambah set, menambah repetisi dan juga memperpendek waktu istirahat.
9
3.
Durasi Latihan (time) Menurut Fox (1993) menyatakan bahwa latihan yang dilakukan 6 atau 8
minggu dengan frekuensi 3 atau 4 kali seminggu sudah menunjukan tanda-tanda perubahan pada tubuh. Jika latihan dilakukan dengan intensitas yang rendah maka latihan boleh 12 kali sampai 15 kali, sebaliknya bila intensitas rendah maka waktu latihannya akan lama. 4.
Repetisi dan Set Repetisi adalah jumlah ulangan dalam melakukan suatu bentuk latihan,
sedangkan set adalah suatu rangkaian atau seri kegiatan dari suatu repetisi. Misalnya seorang atlet mencoba mengangkat beban 20 kg sebanyak 10 kali kemudian istirahat, ia berarti melakukan 10 repetisi dalam satu set (Sajoto, 1988). Masalah repetisi ini merupakan faktor yang sangat penting dalam hal meningkatkan daya tahan maupun tingkat keterampilan gerak. Pembahasan diatas peneliti berkesimpulan bahwa dalam latihan sangat dibutuhkan takaran-takaran tertentu, seperti latihan yang dilakukan 3-4 kali perminggu. hal ini agar latihan yang dilakukan dapat meningkatkan kualitas fisik yang teratur sehingga dapat diketahui dan dapat diukur perkembangaperkembangan yang terjadi pada atlet
selama proses latihan berlangsung.
Sehingga target yang ingin dicapai bisa mampu terlaksana. Demikian pula pada permainan bola voli khususnya pada teknik dalam melakukan smash harus membutuhkan program latihan agar kemampuan melakukan smash akan selalu meningkat.
10
2.
Pengertian Pliometrik Double Leg Hop Latihan double leg hop adalah latihan yang menekan pada loncatan dengan menggunakan dua kaki untuk mencapai ketinggian maksimum kearah vertikal dan kecepatan maksimum gerakan kaki. latihan ini bertujuan untuk meningkatkan daya eksplosif pada otot tungkai. Latihan double leg hop menggunakan seluruh tungkai pada saat melakukan loncatan. Hal ini mendukung dalam usaha untuk meningkatkan kemampuan power otot tungkai dan hasil smash dalam permainan bola voli. Gerakan double leg hop yaitu dilakukan dengan posisi tubuh tegak kedua tungkai dibuka selebar bahu dan posisi lengan ditekuk kedepan, kemudian kedua lutut ditekuk diikuti ayunan kedua lengan kebelakang lalu lakukan penolakan pada kedua tungkai untuk melakukan loncatan kearah vertikal hingga mencapai ketinggian maksimum di ikuti pula ayunan lengan kedepan dengan posisi siku ditekuk kemudian mendarat dengan menggunakan kedua tungkai dengan keadaan lutut ditekuk dan dilakukan secara berulang-ulang. Berikut ini gambar latihan double leg hop.
Gambar 2.1 Model pelatihan pliometrik hopping Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=XcdEsxb0KMw. Latihan pliometrik double leg hop juga dapat memberikan arti bagi gerak power tubuh secara lengkap dan dapat diaplikasikan dalam cabang olahraga
11
lain seperti cabang olahraga sepak takraw, sepak bola, lompat tinggi, bola basket. Latihan double leg hop termaksuk dalam kategori latihan pliometrik. Pliometrik adalah latihan-latihan atau ulangan yang bertujuan menghubungkan gerakan kecepatan dan kekuatan untuk menghasilkan gerakan-gerakan eksplosif. Istilah ini sering digunakan dalam menghubungkan gerakan lompat yang berulang-ulang atau latihan reflek regang untuk menghasilkan reaksi yang eksplosif (Syaranamual 2008). Kata pliometrik berasal dari bahasa Yunani yang akar katanya plio Dan metrik (Nala, 2011). Plio bermakna tambah atau lagi, metrik berarti ukuran. Dengan demikian pliometrik diartikan sebagai menambah ukuran, yaitu ukuran daya ledak otot.
Sedangkan menurut Saiful (2013) menyatakan disebut
pliometrik berasal dari istilah plyo dan metric. Plyo berarti berlapis-lapis, sedangkan mettrik artinya ukuran. Sehingga plymetrik artinya suatu kontraksi yang mempunyai lapisan-lapisan kecepatan gerak pada setiap perubahan ukuran panjang. Artinya dalam berkontraksi kecepatan antara meter pertama, kedua dan seerusnya ditempuh dengan yang makin pendek (tidak sama). Pelatihan pliometrik merupakan salah satu usaha yang ditujukan untuk mengembangkan daya ledak eksplosif dan kecepatan reaksi. Pengembangan ini tercipta sebagai akibat adanya perbaikan pada reaksi sistem saraf pusat serta kekuatan untuk meredam goncangan keseimbangan pendaratan sewaktu kaki berpijak dilantai dari melompat. Pliometrik adalah suatu pelatihan yang mempunyai ciri khusus, yaitu kontraksi otot yang sangat kuat yang merupakan
12
respon dari pembebanan dinamis atau regangan yang cepat dari otot-otot yang terlibat (Furqon dan Dowes, 2002). Pliometrik dapat dijelaskan sebagai bentuk kombinasi pelatihan isometrik dan isotonik yang mempergunakan pembebanan dinamis, yang terjadi secara mendadak sebelum otot berkontraksi kembali, atau pelatihan yang memungkinkan otot untuk mencapai kekuatan maksimal dalam waktu sesingkat mungkin. Peneliti berkesimpulan bahwa pliometrik double leg hop merupakan latihan yang menekan pada loncatan dengan menggunakan kedua kaki untuk mencapai ketinggian maksimum kearah vertikal dan kecepatan maksimum yang dilakukan secara berulang-ulang untuk menghubungan kekuatan dan kecepatan dalam menghasilkan gerakan-gerakan eksplosif. Sehingga latihan ini sangat berperan penting dalam meningkatkan kemampuan smash pada permainan bola voli. Karena semakin tinggi loncatan seorang atlet semakin memudahkan ia untuk memukul bola dengan keras, menukik dan mengarahkan bola kemana saja kedalam daerah lapangan lawan yang memungkinkan susah untuk dikembalikan oleh pihak lawan. B. Kemampuan Smash pada Permainan Bola voli 1. Permainan Bola Voli Permainan bola voli adalah suatu cabang olahraga yang dilakukan dengan memainkan bola diudara hilir mudik diatas jaring atau net, dengan maksud dapat menjatuhkan bola di dalam petak lapangan lawan untuk mencari kemenangan dalam bermainan. Memainkan dan memantulkan bola ke udara
13
dapat mempergunakan bagian tubuh mana saja asalkan sentuhan / pantulanya harus sempurna. Permainan bola voli merupakan permainan beregu bola besar yang memerlukan keterampilan dan kerja sama yang baik. Permainan bola voli merupakan permainan beregu bola besar yang memerlukan keterampilan dan kerja sama yang baik dalam memainkan bola diudara secara efektif dan efisien lalu dipindahkan ke daerah lawan melalui suatu hasil yang optimal. Permainan bola voli terdapat beberapa teknik dasar diantaranya teknik servis, passing bawah, passing atas, smash, dan blocking. Dalam permainan bola voli dapat dimainkan oleh anak-anak sampai orang dewasa, wanita maupun pria. Dengan bermain voli akan berkembang secara baik unsur-unsur daya pikir kemampuan dan perasaan. Disamping itu kepribadian juga dapat berkembang dengan baik terutama kontrol pribadi, disiplin, kerjasama, dan rasa tanggung jawab terhadap apa yang diperbuatnya. Selain itu manfaat yang dari bermain voli adalah: a.
Kecepatan bergerak atau kecepatan reaksi,
b.
Lompatan yang tinggi untuk mengatasi bola diatas net (smash dan block) dan
c.
Kreatif. Permainan memerlukan fisik yang baik, profil fisik yang tinggi dan
atletis, sehat, terampil, cerdas dan sikap sosial yang tinggi agar dapat menjadi permainan yang berbobot (M. Yunus, 1992). Permainan bola voli sejalan dengan perkembangan jaman mengalami beberapa perubahan terutama
14
peraturan permainannya. Peraturan yang terbaru saat ini antara lain adalah tentang tata cara penilaiannya. Prinsip permainan bola voli adalah memainkan bola dengan divoli dan berusaha menjatuhkan bola kelapangan lawan dengan menyeberangkan bola lewat atas net serta mempertahankan agar bola tidak jatuh dilapangan sendiri. Lapangan permainan bola voli berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 18 m x 9 m, lapangan dibagi dua ukuran yang sama oleh sebuah garis tengah yang diatasnya dibentangkan net dengan ketinggin 2,43 untuk tinggi net putra, dan 2,24 untuk tinggi net putri dan terdapat dua garis serang pada masing-masing petak yang berjarak 3 m dari garis tengah. Jumlah pemain dalam setiap regu yang sedang bermain adalah 6 orang dan 6 orang lagi sebagai cadangan. Penilaianya regu yang gagal menyeberangkan bola (mati) lawan dan nilai (rally point), dan servis dilakukan dibagi regu yang memperoleh nilai serta dilakukan dibelakang garis lapangan sendiri. Setiap regur tidak diperkenankan memainakan bola lebih dari tiga kali sebelum bola melewati net, kecuali bendungan (block). Selama bola dalam permainan semua pemain tidak boleh menyentuh net dan melewati garis tengah masuk kedaerah lawan. Penentuan kemenangan pada permainan ini dinyatakan bila salah satu regu mendapatkan nilai 25 pada setiap setnya dan mencari selisih 2 angka apabila terjadi 24-24 (deuce) sampai tak terbatas. Bila terjadi kedudukan yang sama ( 2 – 2 ) maka set kelima hanya sampai pada point 15 dan bila terjadi point 14-14 (deuce) maka harus mencari selisih angka 2 sampai tak terbatas.
15
Sedangkan penentuan kemenangan pertandingan bila salah satu regu menang dengan 3 set, misalnya 3 – 0, 3 – 1 atau 3 – 2 (Kleinmann Theo, Kruber Dieter, 1984). Bola voli adalah olahraga beregu, namun demikian penguasaan teknik dasar secara individual mutlak sangat diperlukan. Hal ini berarti bahwa dalam pembinaan pada tahap-tahap awal perlu ditekankan untuk penguasaan teknikteknik dasar permainan. “penguasaan teknik dasar permainan bola voli harus benar-benar dilakukan sebab penguasaan teknik dasar permainan bola voli merupakan salah satu unsur yang turut menentukan menang kalahnya suatu regu dalam pertandingan, disamping kondisi fisik, taktik dan mental”. Menurut M. Yunus (1992) teknik dasar dalam permainan bola voli terdiri dari teknik servis, teknik pas, teknik umpan, teknik smash dan teknik bendungan. Sedangkan menurut Hery Koesyanto (2003) permainan bola voli mempunyai beberapa macam teknik dasar diantara yaitu: 1.
Teknik servis,
2.
Teknik pas bawah
3.
Teknik pas atas
4.
Teknik umpan,
5.
Teknik smash
6.
Teknik bendung. Menurut peneleti berkesimpulan bahwa permainan bola voli adalah
permaian yang dimainkan dengan cara di voli dengan menggukan seluruh tubuh dengan sempurna, dengan maksud menjatuhkan bola kelapangan lawan
16
melalui jaringan atau net. Selaian itu dari beberapa pendapat para ahli peneliti menyimpulkan bahwa untuk menghasilkan permainan bola voli yang baik maka harus didukung dengan kondisi fisik yang tinggi dan atletis, sehat, terampil, cerdas dan sikap sosial yang tinggi serta penguasaan dalam setiap teknik dasar. 2. Kemampuan Smash Smash adalah salah satu teknik dasar pada permainan bola voli yang sangat berperan penting dalam sebuah pertandingan, karena dalam memenangkan suatu pertandingan bola voli banyak ditentukan oleh smash. Dengan demikian pemain yang hendak memenangkan pertandingan bola voli, mereka tentu harus menguasai teknik smash yang sempurna ( Herry Koesyanto 2003). Kemampuan smash adalah kemampuan testeer yang diawali dengan berdiri dalam posisi lutut ditekuk dan posisi kedua lengan diarahkan kebelakang untuk siap bantu menolak kemudian melompat hingga mencapai ketinggian maksimum diikuti ayunan lengan kedepan atas dan salah satu lengan ditekuk untuk siap memukul bola ketika bola telah berada didepan tangan maka dilakukan pukulan yang keras, tajam dan menukik kearah dalam lapangan lawan. Permainan bola voli smash berguna sebagai alat penyerang yang paling mematikan seperti yang dikatakan oleh M. Yunus (1992), smash merupakan pukulan yang utama dalam penyerangan dalam usaha mencapai kemenangan. Oleh karena itu, setiap pemain dalam satu tim harus benar-
17
benar menguasai smash dengan baik, karena smash merupakan serangan utama. Pukulan bola secepatnya dan pada titik tertinggi diatas jaring. Setelah bola berhasil dipukul maka spiker segera mendarat kembali dengan menggunakan satu atau dua kaki dengan keadaan lutut ditekut kemudian diluruskan kembali dengan tujuan untuk mengurangi benturan pada tungkai dikarenakan gaya gravitasi bumi. Pengalaman di lapangan mengajarkan kompetensi bola voli dengan sub
kopetensi
smash
ternyata
banyak
siswa
yang
mengalami
kesulitan/kegagalan. Hal ini dapat dilihat dari hasil, tidak semua siswa dapat melakukan smash dalam permainan bola voli dengan tingkat keberhasilan baik. Di lingkungan masyarakat sulit untuk mendapatkan smaher-smasher yang tangguh, dapat melakukan smash dengan tingkat keberhasilan yang tinggi. Suharno (1982) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan seseorang dalam melakukan smash adalah timing atau ketepatan, meliputi : a.
Ketepatan saat melakukan awalan,
b.
Ketepatan saat meloncat,
c.
Ketepatan saat memukul bola. Ketepatan dalam mengantisipasi datannya bola, sangat berpengaruh
terhadap tahapan dalam melakukan smash, sehingga semua tahapan dalam melakukan smash dapat dilakukan dengan tepat. Hal ini hanya dapat
18
dilakukan oleh orang yang mampu melakukan gerakan antisipasi dengan sumber/obyek gerakan, lepas dari sumber gerak itu sendiri (gerakan terbuka). Gerakan terbuka merupakan gerakan yang terjadi dipengaruhi oleh obyek yang terdapat atau berasal dari luar tubuh, di luar pengendalian diri. Gerakan ini memerlukan ketepatan koordinasi antara otot, saraf dan indra. Persepsi kinestetik merupakan kemampuan menggerakkan bagianbagian tubuh atau keseluruhan tubuh dalam melakukan gerak otot yang mengacu pada indra yang ada pada otot. Pernyataan ini dapat diartikan bahwa kemampuan koordinasi sangat dipengaruhi dengan tingkat kepekaan dalam menggunakan indera-indera yang terdapat dalam otot-otot. Koordinasi merupakan kemampuan untuk mengontrol gerakan tubuh. Seseorang dikatakan mempunyai koordinasi baik bila mampu bergerak dengan mudah, dan lancar dalam rangkaian gerakan, iramanya terkontrol dengan baik, serta mampu melakukan gerakan yang efisien. Menurut M. Yunus (1992) menyatakan bahwa smash merupakan serangkaian gerakan terbuka yang meliputi saat awalan, saat melompat, saat memukul bola dan saat mendarat. Keberhasilan smash sangat dipengaruhi oleh kemampuan kordinasi dan tingkat kepekaan menggunakan indera. Dari permasalahan yang muncul di atas, maka peneliti bermaksud akan mengadakan pembahasan mengenai pengaruh dari latihan double leg hop terhadap kemampuan smash. Dengan alasan smash merupakan salah satu senjata pamungkas dalam penyerangan untuk memenangkan setiap set dalam permainan bola voli.
19
Hal itu dapat dilihat dari kerasnya bola yang dihasilkan bahwa teknik smash datangnya bola lebih keras dan lebih menyulitkan bagi penerima bola. Semua sikap memukul bola ke daerah lawan kecuali servis dan block adalah merupakan pukulan serangan. Ada tiga metode penyerangan yang semuanya menjadi efektif yaitu melakukan tip : spike, pelan dan smash, keras. Teknik smash digunakan sebagai senjata untuk menyerang dan mengumpulkan angka dalam permainan bola voli. Mengingat pentingnya hal tersebut maka pelaksanaan teknik smash dalam pertandingan harus efektif. M. Yunus (1992) menyatakan bahwa Ada beberapa macam smash menurut macam umpannya yaitu Smash normal, smash semi, smash push, smash pull, smash pull jalan, smash pull straight, smash cekis,smash langsung, dan smash dari belakang. Permainan bola voli smash didefenisikan tindakan memukul bola dengan meloncat dan masuk ke lapangan lawan. Tindakan memukul bola (smash) ada beberapa tahap. Tahapan tersebut adalah: a)
Tahap pertama : Run up (lari menghampiri)
b)
Tahap kedua : Take off (lepas landas)
c)
Tahap ketiga : Hit (memukul saat melayang di udara)
d)
Tahap keempat : Landing (mendarat) Tahap-tahap tersebut dapat diartikan bahwa dalam melakukan smash
terdapat beberapa tahap yaitu awalan, saat melompat, saat memukul bola dan saat mendarat. Uraian lebih jelas tahap-tahap tersebut ada di bawah ini : a. Tahap awalan, awalan tergantung dari lintasan bola umpan, kira-kira 2,5 sampai 4 meter dari jatuhnya bola. Langkah terakhir paling menentukan pada
20
waktu mulai meloncat sehingga smasher harus memperhatikan baik-baik posisi kaki yang akan meloncat dan berada di tanah lebih dahulu, kaki lain menyusul di sebelahnya. Arah yang diambil harus diatur sedemikian rupa, sehingga atlet akan berada di belakang bola pada saat akan meloncat. Tubuh saat itu berada pada posisi menghadap net. Kedua lengan yang menjulur ke depan diayunkan ke belakang dan ke atas sesudah langkah pertama, kemudian diayunkan ke depan sehingga pada saat meloncat kedua lengan itu tergantung ke bawah di depan tubuh atlet. Berikut ini gambar gerakan tahap awalan dalam melakukan smash bola voli.
Gambar 2.2 tahap awalan dalam smash (M. Yunus, 1992: 113) b.
Tahap Meloncat Memukul right hand langkahkan kaki kiri ke depan dengan langkah biasa kemudian diikuti kaki kanan yang panjang, diikuti dengan segera oleh kaki kiri yang diletakkan samping kaki kanan ( untuk pemukul left hand sebaliknya). Langkah pada waktu meloncat harus berlangsung dengan lancar tanpa terputus-putus. Pada waktu meloncat kedua lengan yang menjulur digerakkan ke atas. Tubuh diteruskan, kaki yang digunakan untuk
21
meloncat yang memberikan kekuatan pada saat meloncat. Lengan yang dipakai untuk memukul serta sisi badan diputar sedikit sehingga menjauhi bola, punggung agak membungkuk dan lengan yang lain tetap dipertahankan setinggi kepala yang berguna untuk mengatur keseimbangan secara keseluruhan. Berikut ini contoh gambar gerakan tahan meloncat dalam melakukan smash bola voli.
Gambar 2.3 tahap meloncat dalam smash (M. Yunus, 1992:113) c.
Tahap Saat Memukul Bola Gerakan memukul dapat disesuaikan dengan jenis smash yang ada. Gerakan memukul hasilnya akan lebih baik apabila menggunakan lecutan tangan, lengan dan membungkukkan badan. Suharno, (1982 : 34) menyatakan setelah smasher berada di udara dan lengan sudah terangkat ke atas dilanjutkan gerakan memukul bola dan hasil pukulannya akan lebih sempurna apabila smasher menggunakan lecutan tangan, lengan, dan membungkukkan badan merupakan kesatuan gerak yang harmonis. Berikut ini gambar gerakan tahap memukul bola dalam smash bola voli.
22
Gambar 2.4 Tahap memukul bola dalam smash (M. Yunus, 1992:113)
d.
Tahap Mendarat Cara mendarat dalam setiap smash sama yaitu pada saat tubuh bagian atas membungkuk ke depan, kaki diarahkan ke depan untuk mempertahankan keseimbangan. Atlet mendarat pada kedua kakinya dengan sedikit ditekuk. Berikut ini gambar gerakan tahap mendarat dalam melakukan smash bola voli.
Gambar 2.5 Tahap mendarat dalam smash (M. Yunus, 1992:113) Memenangkan suatu pertandingan bola voli maka mau tak mau mereka harus menguasai smash karena smash merupakan suatu keahlian
23
yang esensial, cara yang termudah untuk memenangkan angka ( Koesyanto 2003). Peneliti menyimpulkan bahwa smash merupakan alat penyerang yang mematikan yang memiliki serangkain gerak yaitu gerak awalan, loncatan, pukulan terhadap bola yang melayang diudara diatas net dengan pukulan yang keras, tajam dan menukik ke daerah lapangan lawan, dan kemudian mendarat kelantai. C.
Biomekanika dalam Melakukan Smash Menurut Saiful (2014) menyatakan bahwa biomekanika olahraga adalah ilmu yang mempelajari tentang prinsip-prinsip, hukum-hukum mekanik dalam gaya internal dan eksternal yang berlaku pada tubuh manusia ketika melakukan aktivitas fisik atau olahraga serta pengaruhpengaruh yang dihasilkannya. Untuk itu diterapkan metode mekanis dalam mengkajinya. Biomekanika olahraga memiliki dua tujuan antara lain: mengurangi resiko terjadinya cedera, dan peningkatan performa saat berolahraga. Dengan biomekanika dapat memberkan penjelasan terhadap suatu kecelakaan dan jenis dari cedera olahraga. Dengan biomekanika juga dapat mengidentifikasi faktor-faktor dan mekanisme yang mempengaruhi terjadinya cedera tersebut. Hal ini berhubungan dengan properti material biologis, mekanisme terjadinya tersebut, perkiraan gaya yang berlaku pada struktur biologis tersebut. Pada akhirnya, dapat mencegah terjadinya cedera dalam olahraga dengan memperkecil resiko cedera. Sebagai mana dalam
24
melakukan smash pada permainan bola voli perlu adanya analisis gerak (biomekanika) untuk menciptakan suatu keterampilah gerakan smash yang baik dan terhidar dari kesalahan dalam gerak atau terjadinya cedera. Melakukan smash, spiker bergerak ke depan seperti melompat tinggi hal ini agar loncatan spiker terdapat awalan atau tolakan yang memicu tingginya loncatan . Gerakan ini memberikan momentum kepada badan dan memungkinkan spiker untuk mendapatkan telapak kaki di lantai kuat-kuat agar mendapatkan gaya maksimum untuk melompat (Hukum Newton III). Tetapi yang penting lompatan harus merupakan suatu lompatan tinggi dan bukan lompat jauh untuk mencegah spiker melewati garis net. Spiker harus mengarur waktu lompatannya dengan melayangkan bola sehingga ia dapat memukul bola pada saat mencapai titik tertinggi dari lompatannya. Spiker biasanya berusaha memukul dengan gaya yang sebesarbesarnya, karenanya ia berusaha mengayunkan lengan dengan kuat. Ia harus menarik lengannya ke belakang sejauh mungkin sebelum gerakan memukul dimulai. Arah ganyanya harus pada sudut kearah lantai agar jatuhnya bola tetap dalam batas-batas lapangan. Karena bola di atas net pada waktu dipukul dan pukulan terjadi dekat pada net, tidak perlu tambahan gaya angkat untuk melewati net. D. Unsur Biomotorik Penunjang Teknik Melakukan Smash pada Permainan Bola Voli. Menurut Suharno (1982) menyatakan bahwa prestasi dalam cabang olahraga permainan bola voli tidak cukup dicapai hanya dengan penguasaan
25
suatu teknik saja. Tetapi harus dicapai dengan latihan sebab latihan mempunyai damapak terhadap fisik. Sebab kondisi fisik memegang peranan yang sangat penting dalam melaksanakan program latihan. Karena jika kondisi atlit baik maka: 1.
Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung,
2.
Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, daya tahan, kecepatan, dan lain-lain komponen kondisi fisik,
3.
Akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan,
4.
Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan,
5.
Akan ada respon yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu respons demikian diperlukan. Seorang pemain atau lebih memiliki kondisi fisik yang jelek pada
saat pertandingan maka akan menimbulkan prestasi regu tersebut dapat menurunnkan secara keseluruhan, akibat lebih jauh lagi dapat menimbulkan turunya mental team, sehingga prestasi team dengan sendirinya sangat menyolok penurunannya, baik penjagaan maupun peningkatan kondisi pemain, akan tergantung dari rencana latihan pelatih dan kesadaran pemain sendiri agar supaya selalu sempurna kondisi fisiknya. Berkaitan dengan kemampuan fisik bermain bola voli kemampuankemampuan fisik perlu dilakukan penjagaan dan peningkatan seperti:
26
a)
Daya ledak (power) berguna untuk meloncat dan mencambuk bola dalam smash, block, dan lain-lain.
b)
Kecepatan bereaksi berguna dalam kecepatan reaksi gerakan setelah ada rangsangan bola dari lawan.
c)
Daya tahan, kemampuan tahan tinggi untuk menjalankan permainan bola voli dengan tempo tinggi, frekuensi tinggi. Tenaga yang kuat dan produktif. Bermain bola voli dalam sistem tiga kali kemenangan pemain bola
voli harus memiliki daya tahan tinggi selama bermain sebanyak tiga sampai lima set pertandingan. a.
Kelincahan untuk bergerak dan mengubah arah dalam pengambilan posisi badan saat bermain.
b.
Kelentukan sendi-sendi agar kelihatan luwes gerakan-gerakannya sehingga timbul seni gerak dalam bermain bola voli (Kleinmann Theo, Kruber Dieter, 1984). Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam permainan bola voli sangat membutuhkan kemampuan fisik. Salah satunya adalah daya tahan untuk melakukan pertandingan bola voli, sebab daya tahan adalah kemampuan seluruh organisme tubuh untuk mengatasi kelelahan pada waktu melakukan aktivitas yang menuntut kekuatan dalam waktu yang lama. Olahraga permainan khususnya cabang bola voli yang merupakan
salah satu cabang olahraga yang seringkali berlangsung dalam waktu yang lama, terutama dalam pertandingan-pertandingan resmi yang berlangsung
27
selama lima set, bisa memakan waktu lebih dari dua jam. Oleh karena itu, setiap pemain bola voli harus mempunyai fisik yang sesempurna mungkin agar nanti dalam pertandingan para pemain voli tidak kehabisan tenaga dan tidak semakin menurun keterampilannya yang di sebabkan karena semakin berkurangnya cadangan energi fisiknya. Kondisi fisik olahraga adalah suatu kesatuan utuh dari komponenkomponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Prestasi seseorang dalam dunia olahraga ditentukan oleh banyak faktor, misal: kondisi fisik, kemampuan teknik atau keterampilan yang dimiliki. Adapun penerapan kondisi fisik dalam penelitian ini disesuaikan dengan kondisi yang dibutuhkan pada saat latihan. Komponen-komponen tersebut (M. Sajoto, 1988) antara lain: (a) daya ledak (power), (b) Kekuatan (strong), (c) Kecepatan (speed), (d) Kelenturan (fleksibilty), (e) Koordinasi (coordination), (f) Daya tahan (endurance). Peneliti memandang bahwa dalam permainan bola voli apabila tidak didukung dengan kondisi fisik yang memadai maka memungkinkan seseorang pemain bola voli akan sulit menguasai teknik-teknik dalam permainan bola voli dengan cepat. Olehnya itu latihan fisik sangat dibutuhkan ketika sedang mengikuti suatu program latihan bola voli. a.
Daya Ledak (Power) Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemelirahaan (M. Sajoto, 1995). Daya ledak atau power merupakan salah
28
satu komponen kondisi fisik yang diperlukan hampir semua cabang olahraga untuk mencapai prestasi maksimal. Dalam beberapa gerakan olahraga, power merupakan salah satu kemampuan biomotorik yang sangat penting. Banyak gerakan olahraga yang dapat dilakukan dengan lebih baik dan sangat terampil apabila atlet memiliki kemampuan power yang baik. Nosek (1982), menyatakan bahwa “power otot merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam melaksanakan sebagian besar skill olahraga”. Power adalah hasil force kali velocity, dimana force sama dengan strengt dan velocity sama dengan speed (Harsono, 1988). Sedangkan menurut M. Sajoto (1988) menyatakan power adalah kemampuan maksimal seseorang yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya. Pengukuran daya ledak adalah hasil kali dari berat dan jarak dibagi waktu (Soekarman, 1998). Sedangkan Bowers (1988), menyatakan bahwa power adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan kekuatan tenaga secara eksplosive. Pendapat lain dikemukakan oleh Durrwachter G (1984), menyatakan power adalah sejumlah mekanik yang bekerja dalam periode waktu tertentu. Pengukuran power adalah hasil kali dari berat dan jarak dibagi waktu. Sebelum melatih power terlebih dahulu perlu dilatih komponen kekuatan kondisi fisik seorang atlit, yang dimaksud oleh peneliti disini adalah komponen power maksimal, karena komponen kondisi fisik dalam hal ini power termaksud dalam komponen kondisi fisik khusus. Kondisi
29
fisik daya ledak termaksud dalam komponen kondisi fisik khusus karena power berguna saat melakukan smash. Penelitian ini power yang dimaksud adalah kemampuan otot tungkai yang kuat dan cepat. Untuk dapat menghasilkan pukulan yang keras dan menukik kelapangan lawan tentu membutuhkan tungkai yang kuat dan cepat untuk menghasilkan lompatan yang tinggi. Sehingga diperlukan power yang cukup. Sumber tenaga yang diperlukan untuk melakukan gerakan power ini terutama diperoleh dari kekuatan otot-otot yang ada pada tungkai. Gerakan tungkai dalam melakukan smash yaitu diawali lutut ditekuk dan kemudian melakukan tolakan atau loncatan dan gerakan lanjutan. Menurut peneliti power merupakan gabungan antara kekuatan dan kecepatan yang bekerja secara bersamaan ketika ada suatu rangsangan yang memicu untuk melakukan sebuah gerakan. sehingga power sangat dibutuhkan ketika melakukan smash. b.
Kekuatan (Strengt) Kekuatan (strong) merupakan salah satu unsur utama yang sangat penting dan harus dimiliki oleh seorang atlet khususnya atlet bola voli karena setiap penampilan dalam olahraga memerlukan kekuatan otot disamping unsur-unsur lainnya. Menurut Harsono (1988) menyatakan bahwa kekuatan sebagai jumlah maksimum dari penggunaan tenaga otot. Sedangkan menurut Bowers (1988) menyatakan, kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk melakukan aktivitas dengan menahan beban yang diangkatnya. Otot yang kuat akan membuat kerja sehari-hari menjadi efisien.
30
Peneliti menyimpulkan bahwa kekuatan merupakan kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan kerja secara maksimal. Peneliti juga melihat bahwa dalam permainan bola voli Kekuatan otot tungkai sangat dibutuhkan ketika hendak melakukan smash. hal ini karena dengan kekuatan yang ada pada otot tungkai akan mampu menahan dan mengangkat beban tubuh sehingga akan mampu menghasilkan loncatan yang tinggi. c.
Kecepatan (Speed) Kecepatan (Speed) merupakan salah satu kondisi yang sangat penting dalam cabang olahraga bola voli. Kecepatan adalah kemampuan kompleks yang diperlukan untuk aksi-aksi cepat dalam waktu sesingkat mungkin. Nossek (1982) membagi dalam tiga jenis kecepatan yaitu, a) kecepatan sprint yaitu sebagai kemampuan atlet atau individu untuk menempuh jarak dalam waktu sessingkat mungkin. Kekuatan ini ditentukan oleh kekuatan otot dan persendian, b) kecepatan reaksi yaitu sebagai kecepatan menjawab suatu rangsangan dan jawaban gerakan pertama. Kecepatan ini ditentu oleh hantaran impuls pada sistem saraf, daya orintasi, situasi dan ketajaman panca indra. c) kecepatan bergerak yaitu merupakan kecepatan mengubah arah dalam gerakan yang utuh. Kecepatan ini dihentikan oleh kekuatan otot, daya ledak, kemampuan koordinasi gerak, kelincahan,
dan
keseimbangan.
Kecepatan
ini
ditentukan
melalui
pengukuran waktu antara gerak permulaan dengan gerak berikutnya. Atlet pada cabang olahraga dituntut untuk memiliki kecepatan dalam melakukan setiap gerakannya, karena pada dasarnya setiap gerakan dalam
31
olahraga terutama dalam olahraga permainan diperlukan suatu gerakan yang cepat. Gerakan yang cepat ini nantinya dapat mendukung terhadap reaksireaksi yang dipengaruhi oleh rangsangan-rangsangan dari luar pada objekobjek yang ada dalam pertandingan, misalnya dalam bola voli seorang spiker yang diberi umpan oleh tosser harus sesegera mungkin menyambut bola yang diumpan kearahnya untuk menghasilkan pukulan yang baik dan keras sehingga menembus pertahanan lawan, seperti yang : “Kecepatan anggota tubuh seperti lengan atau tungkai adalah penting pula guna memberikan akselarasi kepada obyek-obyek eksternal seperti bola sepak, bola softball, raket tenis, cakram, bola voli, dan sebagainya”. Pada olahraga bola voli kecepatan ini diperlukan untuk melakukan gerakan-gerakan yang memerlukan kecepatan, misalnya kecepatan dalam reaksi, dan aplikasinya lebih kepada daya dukung untuk kondisi fisik power. Unsur kecepatan dalam permainan bola voli sangat diperlukan untuk membantu meningkatkan power. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh atlet pada saat melakukan smash dengan gerakan yang tepat.
Menurut Nurhasan
(2000) kecepatan dapat diartikan sebagai kualitas kondisi fisik olahragawan yang memberikan kemungkinan untuk beraksi secepat mungkin terhadap suatu rangsangan kemampuan mampu menampilkan dalam bentuk gerak secepat mungkin. Kecepatan merupakan unsur kondisi fisik yang sangat penting setelah kekuatan dalam berbagai cabang olahraga seperti cabang olahraga bola voli, pencak silat, bulu tangkis, olahraga lainya.
dan beberapa cabang
32
Fox (1993) menyatakan bahwa unsur kecepatan yang dimiliki oleh seorang atlet dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: proses metabolisme saraf, penghantaran rangsangan, kontraksi dan relaksasi otot, kekuatan dan ketahanan, teknik olahraga yang bersangkutan, kemauan (motivasi), dan elastisitas otot. Kecepatan reaksi dari seorang olahragawan sangat dipengaruhi pula oleh respon dan stimulasi saraf. Untuk meningkatkan kemampuan maka diperlukan latihan yang terus menerus sehingga gerakan-gerakan menjadi lebih otomatis dan terjadi gerak refleks. Peneliti menyimpulkan dari beberapa pendapat para ahli bahwa kecepatan merupakan respon sistem saraf dalam menanggapi suatu rangsangan yang ada yang diikut dalam bentuk gerakan yang dilakukan secepat mungkin. Seperti halnya dalam melakukan smash, tanpa kecepatan gerak maka akan memungkin spiker akan menghasilkan smash yang tidak baik. Misalnya ketika pengumpan melepaskan bola atau mengumpankan bola kepada smasher namun smasher tidak memiliki kecepatan reaksi maka bola yang
akan
dipukul
memungkinkan
tersangkut
kejaring
atau
akan
menghasilkan bola keluar lapangan. d.
Kelenturan (Fleksibilty) Kelenturan (Fleksibility) merupakan unsur dasar fisik yang harus dimiliki oleh setiap atlet, agar atlet dapat bergerak dengan leluasa ke segala arah, baik ke kiri, ke kanan, maju, atau mudur. Mengenai batasan fleksibilitas dijelaskan oleh Harsono (2000) menyatakan bahwa kelentukan adalah kemampuan untuk bergerak dalam gerak ruang sendi. Selanjutnya menurut
33
Sajoto (1988) menyatakan bahwa daya lentur (fleksibility) adalah efektifitas dalam penyesuaian diri untuk segala aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas. Dengan demikian kelenturan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerak dengan ruang gerak seluas-luasnya dalam persendian. Kelenturan tubuh dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh dalam melakukan gerakan yang seluas mungkin tanpa mengalami cedera pada persendian dan otot di sekitarnya. Peneliti melihat bahwa kelenturan sangat dibutuhkan dalam setiap permainan terutama permaian bola voli, karena kelenturan merupakan gerak yang dilakukan secara leluasa. Artinya, tanpa kelenturan maka atlet akan kaku dalam melakukan suatu gerakan sehingga akan menciptakan sebuah keterampilan dan hasil permainan yang kurang baik. e.
Koordinasi (Coordination) Menurut Sajoto (1988) menyatakan bahwa koordinasi adalah hubungan harmonis berbagai faktor yang terjadi pada suatu gerakan. Seperti halnya seorang atlet pada saat melakukan smash, maka diperlukan koordinasi antara gerakan kaki, lengan serta penglihatan mata pada arah sasaran yang diinginkan, kemudian diintegrasikan ke dalam gerak motorik yang hasilnya merupakan gerakan yang terkoordinasi secara baik. Atlet yang koordinasinya tidak baik biasanya melakukan gerakan secara kaku, dengan ketegangan dan dengan energi yang berlebihan. Komponen biomotor koordinasi diperlukan pada cabang olahraga bola voli terutama pada teknik dasar smash, sebab unsur-unsur dasar teknik
34
gerak dalam cabang olahraga meliatkan sinkronisasi dari beberapa kemampuan. Dimana beberapa kemampuan tersebut menjadi serangkaian gerak yang selaras, serasi, dan simultan, sehingga gerak yang dilakukan nampak luwes dan mudah. Dengan demikian sasaran utama dalam latihan koordinasi adalah untuk meningkatkan kemampuan penguasaan gerak. Oleh karena itu tanpa memiliki kemampuan koordinasi yang baik, maka atlet akan kesulitan dalam melakukan teknik secara selaras, serasi, dan simultan. Peneliti berkesimpulan bahwa koordinasi merupakan keterkaitan atau gabungan kerja sama antara anggota tubuh yang satu dan yang lainya dalam bersamaan menghantarkan impuls terhadap rangsangan yang ada ke sistem saraf pusat sehingga menghasilkan sebuah tanggapan atau gerakan yang sempurna dan keluwesan dalam bergerak sehingga ketika melakukan smash maka antara tungkai, lengan, dan mata harus bekerja
secara
bersamaan untuk menciptakan sebuah gerakan yang teratur sehingga memiliki ketepatan dalam melakukan smash. f.
Daya Tahan (Endurance) Daya tahan adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu (M. Sajoto, 1988). Sedangkan menurut Soekarman (1998)
menyatakan bahwa daya tahan adalah kemampuan
seseorang untuk melawan kelelahan yang timbul dalam melakukan suatu aktivitas. Dengan demikian peneliti menyimpulkan dari kedua pendapat diatas bahwa daya tahan adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan
35
otot-ototnya untuk berkontraksi dalam waktu yang cukup lama yang tidak disertai dengan rasa lelah yang berlebihan. Permainan bola voli merupakan salah satu permainan yang membutuhkan daya tahan dalam jangka waktu yag cukup lama. Daya tahan penting dalam permainan bola voli, sebab seseorang pemain melakukan kegiatan fisik yang terus menerus dengan berbagai bentuk gerakan seperti melompat, melangkah, memukul dan sebagainya. Olehnya itu peneliti memandang bahwa daya tahan adalah kemampuan otot dalam melakukan suatu gerakan yang berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama tanpa mengalami rasa lelah yang berarti. Dalam melakukan smash tentunya terjadi kegiatan aktivitas fisik yang menimbulkan kontraksi otot yang berulangulang sehingga tentunya tanpa daya tahan yang maksimal maka seorang spiker akan sukar melakukan smash yang maksimal. E.
Kerangka Berpikir Memperoleh hasil peningkatan kemampuan smash yang maksimal dalam permainan bola voli, tentunya diperlukan kekuatan otot tungkai dan juga dari semua kelompok otot yang mendukung gerakan dalam melakukan smash. Oleh karena itu pemberian latihan khusus pada otot tersebut perlu mendapat perhatian yang lebih, dengan tidak mengesampingkan latihan bagi kelompok otot pendukung lainnya. Ada berbagai macam metode latihan pliometrik yang dapat diterapkan dalam melatih kekuatan otot tungkai, diantaranya adalah dengan metode latihan pliometrik double leg hop, karena dengan metode latihan pliometrik double leg hop tersebut diharapkan dapat
36
meningkatkan power, kekuatan, kecepatan, daya ledak serta elastisitas otot tungkai. Melakukan smash di mana otot tungkai salah satu sebagai objek utama terlaksananya smash yang diharapkan memiliki power maksimal sebagai kontribusi besar dalam usaha untuk mendapatkan lompatan yang maksimal atau setinggi mungkin sehingga akan memudahkan spiker dalam melakukan
smash
dan
mengarahkan
bola
kedaerah
lawan
yang
memungkinkan untuk sulit dikembalikan oleh lawan itu sendiri. Dengan demikian, dinyatakan bahwa latihan pliometrik double leg hop mempunyai pengaruh yang signifikan dengan kemampuan smash dalam permainan bola voli. F.
Hipotesis Berdasarkan deskripsi teoritik dan kerangka berfikir yang mendasar pada telaah kepustakaan, maka dapat dirumuskan hipotesis bahwa ada pengaruh latihan pliometrik double leg hop terhadap kemampuan smash pada permainan bola voli siswa MTsN 1 Buton Selatan.
BAB III METODE PENELITIAN A.
Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan double leg hop sebagai variabel bebas terhadap kemampuan smash pada permainan bola voli siswa MTs Negeri 1 Buton Selatan dengan menggunakan rancangan “pre-test and – post- test randomized one group design”, Yang dapat dijabarkan sebagai berikut: PS
R
S
PT
P
Post Test
Keterangan: PS
= Populasi
R
= Random
S
= Sampel
PT
= Pre Test
P
= Perlakuan Latihan Double Leg Hop
Post Test B.
Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari : 1)
Variabel bebas ( peubah ) adalah latihan pliometrik double leg hop (X)
2)
Variabel terikat ( diubah ) adalah kemampuan smash (Y)
3)
Variabel kendali.
37
38
a. C.
Jenis kelamin
: Putra
Defenisi Operasional Variabel 1.
Latihan double leg hop yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu bentuk latihan fisik yang dilakukan dengan posisi tubuh tegak kedua tungkai dibuka selebar bahu dan posisi lengan ditekuk kedepan, kemudian kedua lutut ditekuk diikuti ayunan kedua lengan kebelakang lalu lakukan penolakan pada kedua tungkai untuk melakukan loncatan kearah vertikal hingga mencapai ketinggian maksimum di ikuti pula ayunan lengan kedepan dengan posisi siku ditekuk kemudian mendarat dengan menggunakan kedua tungkai dengan keadaan lutut ditekuk dan dilakukan secara berulang-ulang.
Gambar 3.1. Model pelatihan pliometrik double leg hop Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=XcdEsxb0KMw. 2.
Kemampuan smash yang dimaksud adalah kemampuan testeer yang diawali dengan berdiri dalam posisi lutut ditekuk dan posisi kedua lengan diarahkan kebelakang untuk siap bantu menolak kemudian melompat hingga mencapai ketinggian maksimum diikuti ayunan lengan kedepan atas dan salah satu lengan ditekuk untuk siap memukul bola ketika bola telah berada didepan tangan maka dilakukan pukulan yang keras, tajam, dan menukik kearah petak-petak sasaran yang
39
masing-masing bernilai 5, bernilai 4, bernilai 3, bernilai 2, bernilai 1. Serta dihitung dengan waktu yang ditempuh disaat bola dipukul hingga jatuh kelantai. Lalu mendarat dengan menggunakan kedua tungkai dalam keadaan lutut ditekuk dan kemudian diluruskan kembali. D.
Populasi dan Sampel 1.
Populasi Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa MTsN 1
Buton Selatan yang berjumlah 145 orang, yang terdiri kelas VII berjumlah 60 orang, kelas VIII berjumlah 39 orang dan kelas IX berjumlah 46 orang. dan dari jumlah seluruh siswa terdapat 72 orang putri dan 73 orang putra. 2.
Sampel Sampel yang akan mewakili populasi dalam penelitian ini adalah
sebanyak 20 orang (14%) dari jumlah populasi, yang diambil dengan menggunakan teknik proporsional random sampling dengan menggunakan variabel kendali yaitu dengan cara memilih siswa yang berjenis kelamin putra dengan jumlah 73 orang, kemudian diambil secara random sehingga menghasilkan sampel penelitian sebanyak 20 orang. E.
Instrumen dan Alat Penelitian 1.
Instrumen tes yang di berikan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan melakukan smash (Nurhasan, 2008).
40
Gambar 3.4. Lapangan Tes kemampuan Smash Bola Voli ( Nurhasan, 2000 ). 2.
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: bola voli, lapangan voli, net, pluit, stopwatch/waktu, formulir tes, alat tulis, serbuk kapur.
F.
Teknik Pengumpulan Data 1.
Adapun teknik untuk mengumpulkan data mengenai kemampuan smash adalah sebagai berikut: a) Siswa terlebih dahulu diberikan penjelasan atau pengarahan mengenai prosedur tes kemampuan melakukan smash. b) Sebelum
diberikan
tes,
siswa
terlebih
dahulu
melakukan
pemanasan dan melakukan percobaan smash sebanyak 3 kali. c) Siswa berada dalam daerah serang atau bebas didalam lapangan permainan. d) Bola dilambungkan ke dekat atasnya jaring ke arah testeer. Siswa melompat dengan atau tanpa awalan dan memukul bola melampaui jaring ke dalam lapangan lawan.
41
e) Stopwatch dijalankan pada waktu tangan siswa memukul bola dan dihentikan pada saat bola menyentuh tanah. Hal ini agar menghitung kecepatan memukul dalam melakukan smash. f)
Kesempatan siswa melakukan smash diberi sebanyak 5 kali.
Hasil yang dicatat adalah: 1.
Angka sasaran
2.
Waktu yang ditempuh oleh bola mulai saat dipukul sampai menyentuh tanah yang kemudian diubah dalam rumus t _skor .
3.
Skor untuk smash merupakan penjumlahan angka dari total 5 kesempatan yang diberikan kepada testeer dan waktu yang telah diubah dalam t skor yang akan dijadikan sebagai data penelitian ( Nurhasan, 2008 ).
G.
4.
Nilai nol diberikan bila:
a.
Siswa menyentuh jaring
b.
Bola jatuh diluar lapangan
c.
Pukulan gagal tidak diberikan nilai, tetapi waktu tetap dicatat.
Teknik Analisis Data Data yang terkumpul akan disajikan secara kuantitatif sebagai berikut: 1.
Analisis deskriptif untuk mengetahui rata-rata yang dicapai masingmasing variabel yang diamati.
2.
Mengubah waktu menjadi t_skor dan skor sasaran menjadi t_skor. Adapun rumusnya sebagai beriku
1.
(Waktu ) t_skor = 50 + 10
(
)
42
2.
(Skor Sasaran) t_skor = 50 + 10 (
)
Keterangan: X = Jumlah rata-rata Xi = Waktu yang ditempuh S = Standar deviasi 3.
Standar deviasi untuk mengetahui ukuran penyimpangan skor dari angka rata-rata
4.
Uji homogenitas pree-test, post-test sebagai uji prasyarat. Adapun rumusnya sebagai berikut: (Sugiono, 1996)
5.
Pengujian hipotesis dengan uji statistik (Uji-t) (Prof. Dr. Sugiyono: 2008 ) dengan taraf signifikan 0,05. Adapun rumus uji-t yang digunakan adalah:
t= √ keterangan: X1 = Rata-rata post-test X2 = Rata-rata pre-test Sx1x2
= Varians gabungan
n = Sampel
43
Untuk mencari Sx1x2 = digunakan rumus sebagai berikut:
Sx1x2
=√
)
Keterangan: S2x1
= varians dari post-test
S2x2
= varians dari pre-test
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1.
Deskriptif Data Kemampuan Smash Bola Voli Data yang dideksripsikan dalam penelitian ini adalah data hasil kemampuan smash bola voli dari hasil pengaruh latihan pliometrik double leg hop. Data ini dideskripsikan dalam bentuk rata-rata atau ( x ), Mean, Standar Deviasi (S), Varians (S2).s Data hasil yang diperoleh siswa terhadap kemampuan smash melalui tes dalam bentuk pre-test (X1) dan post-test (X2). Secara umum data hasil kemampuan smash bola voli sebelum dan sesudah diberikan latihan dapat disajikan pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Rata-rata dan standar deviasi kemampuan smash bola voli (pre test) dan kemampuan smash bola voli (post test) STATISTIK
PREE TEST
POST TEST
MEAN
85,69
114,25
SD
10,18
9,53
VARIANS
103,63
90,82
MAXIMUM
107,7
135,40
MINIMUM
67,7
97,40
Berdasarkan tabel 4.1 diatas maka dapat diketahui bahwa: a.
Rata-rata pre test kemampuan smash bola voli adalah 85,69 dengan standar deviasi 10,18 dengan jumlah varians 103,63. 44
45
b.
Rata-rata post test kemampuan smash bola voli adalah 114,25 dengan standar deviasi 9,53 dengan jumlah varians 90,82.
c.
Kemampuan maximum pre test adalah 107,7. sedangkan kemampuan minimumnya adalah 67,7.
d.
Kemampuan maximum post test adalah 135,40. Sedangkan kemampuan minimumnya adalah 97,40.
1.
Uji Kemampuan Smash Bola Voli (pre test) Untuk melihat distribusi pre test dapat diperoleh hasil sebagaimana tercantum pada tabel 4.2 berikut ini: Tabel 4.2. Hasil uji kemampuan smash bola voli (pre test) INTERVAL
FREKUENSI
F.KUMULATIF
PRESENTASE (%)
67,7 – 75,7
3
20
15%
76,7 – 84,7
7
17
35%
85,7 – 93,7
7
10
35%
94,7 – 102,7
1
3
5%
103,7 – 107,7
2
2
10%
Secara grafik distribusi pre test kemampuan smash pada permainan bola voli yang ditujukan pada tabel 4.2 dapat dilihat pada grafik berikut ini:
46
DATA TES KEMAMPUAN SMASH BOLA VOLI (PRE TEST)
7 6 5 4 3 2 1 0
pre test
Grafik 4.1 Distribusi pre test kemampuan smash pada permainan bola voli 2.
Uji Kemampuan Smash Bola Voli (Post test) Untuk melihat distribusi post test dapat diperoleh hasil sebagaimana tercantum pada tabel 4.3 berikut ini: Tabel 4.3. Hasil uji kemampuan smash bola voli (post test) INTERVAL
FREKUENSI
F. KUMULATIF
PRESENTASE (%)
3
20
15%
6
17
30%
6
11
30%
4
5
20%
1
1
5%
97,4 - 104,4 105,4 - 112,4 113,3 - 120,3 121,3 - 128,3 129,3 - 135,4
Secara grafik distribusi post test kemampuan smash pada permainan bola voli yang ditujukan pada tabel 4.3 dapat dilihat pada grafik berikut ini:
47
DATA TES KEMAMPUAN SMASH BOLA VOLI (POST TEST)
6 5 4
3 post test
2 1 0
Grafik 4.2 Distribusi post test kemampuan smash pada permainan bola voli 2. Uji Homogenitas Varians Untuk menguji kesamaan varians atau homogenitas dari populasi yang diambil menjadi sampel digunakan rumus sebagai berikut: F =
Diketahui nilai Varians antara pre test (X1) dan post test (X2) adalah: S12
= 103,63
S22
= 90,82 Diketahui nilai varians antara pre tes (X1) dan post test (X2), maka
pengujian dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut: F=
F= F = 1,14
48
Perhitungan diatas diperoleh nilai Fhitung (Fh) sebesar dan Ftabel (Ft) pada
1,14
dk penyebut 20 ditemukan nilai sebesar
2,12. Jadi Fh lebih kecil dari Ft ( Fhitung = 1,14 < Ftabel = 2,12 ). Pada kriteria pengujian menyatakan bahwa jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data frekuensi melakukkan pukulan smash memiliki kesamaan varians atau data berasal dari populasi yang homogen. 3.
Uji Hipotesis Penelitian Pengujian hipotesis penelitian yang diajukan, digunakan rumus uji statistik ( uji-t). t=
– √
Sx1x2 = √
=√
=√ =√ = 9,86 t=
– √
49
t= √
t=
√
t=
t=
t = 9,04 Hasil pengujian diperoleh thitung = 9,04. Nilai ttabel
dengan taraf
kepercayaan = 0,05 dk = (n-1) = 20 – 1 = 19 diperoleh nilai sebesar 2,093 dengan demikian thitung lebih besar dari ttabel ( thitung = 9,04 > ttabel = 2,093 ). Berdasarkan kriteria pengujian bahwa jika t hitung > ttabel pada α = 0,05 dk = 19, maka dapat dinyatakan terdapat pengaruh latihan pliometrik double leg hop yang signifikan terhadap kemampuan smash pada permainan bola voli. B.
Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh latihan pliometrik double leg hop terhadap kemampuan smash pada permainan bola voli. Dalam pelaksanaan penelitian ini menggunakan pree test-post test-one group design.dalam rancangan ini menunjukan bahwa sampel diambil secara random (acak) artinya dari semua populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Palaksanaan pree test dimaksud untuk mengetahui kemampuan awal sampel sebelum diberikan perlakuan, sedangan post test dimaksud untuk mengetahui kemampuan sampel sesudah diberikan
50
perlakuan. Jumlah populasi siswa MTsN 1 Buton Selatan sebanyak 145 orang yang terdiri dari 72 putri dan 73 putra. Sampel yang mewakili populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 20 orang yaitu 14% dari jumlah populai, yang diambil dengan menggunakan teknik purposevi random sampling dengan menggunakan variabel kendali yaitu dengan cara memilih siswa yang berjenis kelamin putra dengan jumlah 73 orang, kemudian diambil secara random sehingga menghasilkan sampel penelitian sebanyak 20 orang (14%). Menurut Suharisimi Arikunto (1996:120) menyatakan bahwa apabila populasi kurang dari 100, maka lebih baik diambil seluruhnya sebagai sampel, tetapi jika populasinya lebih dari 100, dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih sebagai sampel. Pelaksanaan perlakuan pada sampel penelitian dengan bentuk latihan pliometrik double leg hop bertujuan untuk meningkatkan power otot tungkai sehingga kita dapat mengetahui perbedaan pree test dan post test setelah diberi perlakuan latihan pliometrik double leg hop. Menurut Nosek (1982) menyatakan bahwa perlakuan yang diberikan melalaui program latihan yang diarahkan dan dilaksanakan secara kontinyu dalam waktu yang mencapai 6 – 8 minggu perlakuan sudah dapat menunjukan pengaruh latihan dari masing-masing perlakuan. Lebih lanjut menurut Fox (1993) menyatakan bahwa latihan yang dilakukan 3 – 4 kali perminggu sudah dapat memberikan pengaruh terhadap tubuh seperti peningkatan kecepatan, kekuatan, daya ledak, fleksibilty dan daya tahan aerobik, asal dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip latihan.
51
Berdasarkan pendapat para ahli diatas peneliti menyimpulkan bahwa dalam setiap latihan membutuhkan jangka waktu yang cukup untuk menunjukan peningkatan dalam melakukan suatu keterampilan seperti halnya pada smash bola voli, adapun jangka waktu minimal adalah 6-8 minggu yang dalam tiap minggunya dilakukan lathan 3-4 kali. Peningkatan yang terjadi pada kemampaun smash pada permainan bola voli terhadap sampel penelitian merupakan akibat dari program latihan yang telah disusun oleh peneliti berupa latihan pliometrik double leg hop yang telah memperkuat daya ledak otot tungkai. Latihan pliometrik double leg hop menuntut pergerakan semua otot-otot tungkai sehingga perlakuan terhadap otot-otot tersebut yang dilakukan dengan sesuai prinsip-prinsip latihan yang termuat dalam program latihan akan dapat meningkatan kemampuan siswa dalam melakukan smash pada permainan bola voli. Pliometrik double leg hop adalah suatu bentuk latihan fisik yang dilakukan dengan posisi tubuh tegak kedua tungkai dibuka selebar bahu dan posisi lengan ditekuk kedepan, kemudian kedua lutut ditekuk diikuti ayunan kedua lengan kebelakang lalu lakukan penolakan pada kedua tungkai untuk melakukan loncatan kearah vertikal hingga mencapai ketinggian maksimum di ikuti pula ayunan lengan kedepan dengan posisi siku ditekuk kemudian mendarat dengan menggunakan kedua tungkai dengan keadaan lutut ditekuk dan dilakukan secara berulang-ulang. Latihan pliometrik double leg hop mempunyai tujuan untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai hal ini untuk meningkatkan kekuatan dan kecepatan yang terdapat didalam otot tungkai
52
yang akan menghasilkan sebuah loncatan yang tinggi, sehingga akan memudahkan spiker untuk melakukan pukulan smash pada permainan bola voli. Dan telah terbukti dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa telah terjadi sebuah perubahan yang signifikan setelah siswa atau sampel diberikan perlakuan atau latihan fisik pliometrik double leg hop. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat harsono (1989) menyatakan bahwa latihan fisik pada prinsipnya adalah sesuai proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan menambah jumlah beban latihan serta intensitas latihannya. Ia juga mengemukakan bahwa dengan memiliki kemampuan fisik yang memadai seseorang atlet akan mudah melakukan dan menguasai teknik gerakan dalam melakukan aktifitas olahraga. Olehnya itu untuk menjadi atlet yang memiliki prestasi atau kemampuan bermain dengan baik maka harus diperhatikan dan diikuti
baik
dari
segi
latihan,
frekuensi,
intensitas,
gizi
bahkan
kedisiplinannya. Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan diatas, serta dukungan dari pakar maka hasil penelitian ini telah memenuhi syarat secara ilmiah karena telah dibuktikan kebenaranya secara imperis baik statistik dan juga dukungan oleh teori yang ada. C.
Implikasi Hasil Penelitian Pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan dikelas atau diluar kelas seorang guru tidak hanya dituntut memiliki kompetensi mengajar tetapi juga harus memiliki performa yang bagus terhadap aktifitas olahraga
53
yang mengarah pada kemampuan mengoreksi dan memperbaiki kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik. Disamping itu juga dengan adanya penelitian ini, peneliti juga berharap memberikan kontribusi dalam menambah wawasan tentang kepelatihan khususnya yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan kepada seseorang / siswa pada cabang olahraga bola voli. Penelitian juga bisa menjadi rujukan ilmiah bagi sekolah yang ingin meningkatkan kualitas siswa baik dibidang olahraga maupun pada peningkatan hasil pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan khususnya yang berkaitan dengan olahraga bola voli. Dengan pemberian latihan sebagaimana yang terdapat dalam penelitian ini maka guru secara tidak langsung dapat memperoleh kemudahan dalam mengajarkan ilmu keolahgaraan kepada siswanya. Siswa kurang mampu melakukan keterampilan gerak dalam smash bola voli bisa diarahkan untuk melakukan latihan pliometrik double leg hop secara berulang-ulang sehingga secara bertahap akan mempermudah siswa dalam melakukan gerakan dan meningkatkan kemampuan smash pada cabang olahraga bola voli. Dengan demikian berarti tujuan pembelajaran pendidikan jasmani juga akan tercapai melalui pemberian perlakuan tersebut. Pendidikan
jasmani
pada
hakekatnya
adalah
bagaiamana
meningkatknya perkembangan fisik atau mental peserta didik khususnya yang menyangkut perkembangan gerakan dan perkembangan kecakapan peserta didik setelah menerima proses belajar pendidikan jasmani. Dalam
54
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) mata pelajaran pendidikan jasmani disemua tingkat pendidikan baik tingkat Sekolah Menengah Pertama / Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) lebih ditekankan pada pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan gerak dan penguasaan gerakan-gerakanaa dalam cabang olahraga hingga seorang pengajar mengajarkan aspek-aspek diatas secara konkrit. Tugas guru adalah mencermati, mengoreksi dan memperbaiki gerakan-gerakan peserta didik. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam bidang olahraga itu sendiri khususnya kepada siapapun yang berprofesi sebagai tenaga olahraga seperti pelatih dan intruksi olahraga pada cabang olahraga bola voli. Bagi pelatih cabang olahraga bola voli bisa memberlakukan program latihan seperti ini kepada atletnya sebagai kombinasi dari program-program latihan yang sudah ada sehingga atlet tidak merasa bosan hanya program latihan yang monoton. Hal ini juga sesuai dengan salah satu prinsip latihan yaitu prinsip variasi. Berdasarkan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada semua khususnya pihak-pihak yang terlibat dalam bidang olahraga sehingga dapat disampaikan secara jelas relevansi hasil penelitian baik sekolah maupun pelatihan-pelatihan olahraga. Untuk itu penulis menyarankan agar dalam proses belajar mengajar bagi guru dapat berjalan dengan baik dan lancara pada materi bola voli kiranya hasil ini bisa menjadi pertimbangan dalam memberikan tugas-tugas kepada siswanya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji-t pada taraf sifnifikan 0,05, maka penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh latihan pliometrik double leg hop yang signifikan terhadap kemampuan smash pada permainan bola voli siswa MTsN 1 Buton Selatan dimana t hitung = 9,04 > ttabel = 2,093 B. Saran Hasil penelitian ini membuktikan bahwa dengan memberikan latihan pliometrik double leg hop secara teratur dapat meningkatkan memampuan smash
dalam permainan bola voli. Adapun hal-hal yang dapat peneliti
sarankan adalah sebagai berikut: 1.
Disarankan kepada para pelatih dan pembina cabang olahraga bola voli kiranya dapat menerapkan latihan pliometrik double leg hop sebagai salah satu bentuk latihan untuk meningkatkankan kemampuan smash bola voli.
2.
Disarankan kepada peneliti lain, kiranya dapat melakukan penelitian lanjutan dengan melibatkan bentuk-bentuk latihan lain yang turut mempengaruhi peningkatan smash pada permainan bola voli.
3.
Kepada
mahasiswa
dapat
menjadikan rujukan ilmiah dalam
menambah wawasan ilmu keolahragaan maupun ilmu kependidikan sebagai guru maupun pelatih.
55
56
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian : Sut Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta Bowers, 1988, The Physiological Basic of Physical Education and Athletics, Fourth Edition, W. Saunders Company, USA. Durrwachter G, 1984, Bola Voli Belajar dan Berlatih Sambil Bermain. Jakarta: PT. Gramedia. Fox, 1993. The Physiological Basic Of Physical Education and Athletics. Philadelphia, New York: W.B. Saunder College Publishing. Furqon, H. dan Muchsin Dowes.2002. Pliometrik Untuk Meningkatkan Power. Surakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret. Harsono . 1988, Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Dirjen Dikti Depdikbud. Jakarta. Heithold, K., & Glass, S. 2002. “Variations In Heart Rate and Perception of Effort During Land and Water Aerobics in Order Women”. Journal of Exercife Physiologi, Vol.5 (4), pp. 22-28. Herry Koesyanto, 2003, Belajar Bermain Bola Volley. Semarang : FIK UNNES. http://syapuan.blogspot.co.id/2013/02/tes-keterampilan-smash-bola-voli.html. akses tanggal 18 Januari 2016
di
http://www.volimaniak.com/2014/01/teknik-smash-bola-voli.html. diakses tanggal 18 Januari 2016 http://penelitian16.blogspot.co.id/2012/10/penjas.html . diakses tanggal 18 Januari 2016 http://www.trigonalmedia.com/2014/11/pengertian-latihan-menurut-paraahli.html. diakses tanggal 18 Januari 2016 http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-788-216871313-tesis.pdf. diak ses tanggal 18 Januari 2016 https://www.youtube.com/watch?v=XcdEsxb0KMw
57
Kasio Dwidjowinoto. 1992. Dasar- Dasar Ilmu Kepelatihan. Semarang. FKOP IKIP. Kleinmann Theo, Kruber Dieter, 1984 Bola Volley Pembinaan Taktik dan Kondisi. Jakarta : Gramedia M. Yunus, 1992 Olahraga Pilihan Bola Voli, Jakarta, Depdikbud, Dirjen Dikti. Nala. 2011. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Denpasar: University Press. Nossek Josef, 1982. General Theory of Training, Lagos National Institut For Sport. Pan Africa Press. Nurhasan, 2000. Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. FPOK UPI. Rushall B.S, & Pyke, F.S. 1990 Training for Sport and Fitness. Melbourne: MacMilan Company. Saiful, 2013. Bahan Ajar Fisiologi Olahraga. Universitas Halu Oleo, Kendari Saiful, 2014. Bahan Ajar Biomekanika Olahraga. Universitas Halu Oleo, Kendari Sajoto, 1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Dirjen Dikti Jakarta. Sugiono, 2006, Metofologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R&D Bandung: CV. Suharno, 1982. Teknik Permainan Bola Voli, Bandung: Arkola Sukarman, R. 1998. Dasar – Dasar Olahraga untuk Pembina, Pelatih dan Atlet. PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta. Syaranamual, Jusak. 2008. Konsep Dasar Pelatihan Conditioning Dalam Olahraga [Cited 2013 Jan. 01]. Available from: URL: http:/www.or.id/jurnal.
58
LAMPIRAN 1 PROGRAM LATIHAN Jenis Latihan
: Latihan Fisik
Bentuk Latihan
: Latihan Pliometrik Double Leg Hop
Tempat
: Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Buton Selatan
No.
Minggu
1
I
2
II
3
III
4
IV
5
V
6
VI
Hari/Kategori Latihan
Set
Selasa (Sedang) Kamis (Berat) Sabtu (Ringan) Selasa (Sedang) Kamis (Berat) Sabtu (Ringan) Selasa (Sedang) Kamis (Berat) Sabtu (Ringan) Selasa (Sedang) Kamis (Berat) Sabtu (Ringan) Selasa (Sedang) Kamis (Berat) Sabtu (Ringan) Selasa (Sedang) Kamis (Berat) Sabtu (Ringan)
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Repetisi Istirahat x Antar Frekuensi Repetisi 3 x 14 1:2 3 x 16 1:2 3 x 12 1:2 3 x 14 1:2 3 x 16 1:2 3 x 12 1:2 3 x 16 1:2 3 x 19 1:2 3 x 14 1:2 3 x 16 1:2 3 x 19 1:2 3 x 12 1:2 3 x 21 1:2 3 x 24 1:2 3 x 18 1:2 3 x 21 1:2 3 x 24 1:2 3 x 18 1:2
Istirahat Antar Set 3 Menit 3 Menit 3 Menit 3 Menit 3 Menit 3 Menit 3 Menit 3 Menit 3 Menit 3 Menit 3 Menit 3 Menit 3 Menit 3 Menit 3 Menit 3 Menit 3 Menit 3 Menit
Catatan: Penentuan repetisi didasarkan atas uji coba kemampuan maksimal dimana kemampuan latihan pliometrik double leg hop diperoleh rata-rata repetisi maksimal 20 kali.
59
Kemampuan maksimal diambil 80%(berat), 70%(sedang), 60%(ringan). Latihan sedang
:
x 20 = 14 kali
Latihan berat
:
x 20 = 16 kali
Latihan ringan
:
x 20 = 12 kali
3 x 14 kali (Sedang) = 42 kali 3 set =
3 x 14 kali (Sedang) = 42 kali
= 126 kali
3 x 14 kali (Sedang) = 42 kali 3 x 16 kali (Berat) = 48 kali 3 set
=
3 x 16 kali (Berat) = 48 kali
= 144 kali
3 x 16 kali (Berat) = 48 kali 3 x 12 kali (Ringan) = 36 kali 3 set
=
3 x 12 kali (Ringan) = 36 kali
= 108 kali
3 x 12 kali (Ringan) = 36 kali Dan diselingi istirahat antar repetisi 1:2 dan istirahat antar set 3 menit Latihan untuk minggu I dan II, dapat ditentukan dengan rincian sebagai berikut: Latihan sedang
:
x 20 = 14 kali
Latihan berat
:
x 20 = 16 kali
Latihan ringan
:
x 20 = 12 kali
60
Latihan untuk minggu ke III dan IV, ditingkatkan 20% dari repetisi maksimalnya menjadi 24 kali untuk memenuhi prinsip over load dengan rincian sebagai berikut: Latihan sedang
:
x 24 = 16 kali
Latihan berat
:
x 24 = 19 kali
Latihan ringan
:
x 24 = 14 kali
Latihan untuk minggu ke V dan VI, ditingkatkan 50% dari repetisi maksimalnya menjadi 30 kali untuk memenuhi prinsip over load dengan rincian sebagai berikut: Latihan sedang
:
x 30 = 21 kali
Latihan berat
:
x 30 = 24 kali
Latihan ringan
:
x 30 = 18 kali
61
Deskriptif Program Latihan Pliometrik Double Leg Hop Minggu 1 Hari Selasa 1. Pendahuluan Pertama-tama siswa berdo’a, kemudian pemanasan sesuai dengan kebutuhan untuk menghindari adanya cedera serta diberi pengarahan tentang program latihan yg akan dilakukan. 2. Kegiatan inti (latihan) a. Melakukan latihan pliometrik double leg hop dengan posisi tubuh berdiri tegak kedua tungkai dibuka selebar bahu dan posisi lengan ditekuk kedepan, kemudian kedua lutut ditekuk diikuti ayunan kedua lengan kebelakang lalu lakukan penolakan pada kedua tungkai untuk melakukan loncatan kearah vertikal hingga mencapai ketinggian maksimum di ikuti pula ayunan lengan kedepan dengan posisi siku ditekuk kemudian mendarat dengan menggunakan kedua tungkai dengan keadaan lutut ditekuk dan dilakukan secara berulang-ulang. b. Latihan dilakukan sebanyak 3 set = 3 x 3 x 14 repetisi c. Intensitas sedang (70%) d. Istirahat antar repetisi 1 : 2 e. Istirahan antar set 3 menit f. Pada akhir program latihan, siswa diberikan evaluasi dalam melakukan smash bola voli. g. Games/ bermain selama 15 - 20 menit 3. Penutup Pelemasan, refleksi, dan berdo’a.
62
Minggu 1 Hari Kamis 1. Pendahuluan Pertama-tama siswa berdo’a, kemudian pemanasan sesuai dengan kebutuhan untuk menghindari adanya cedera serta diberi pengarahan tentang program latihan yg akan dilakukan. 2. Kegiatan inti (latihan) a. Melakukan latihan pliometrik double leg hop dengan posisi tubuh berdiri tegak kedua tungkai dibuka selebar bahu dan posisi lengan ditekuk kedepan, kemudian kedua lutut ditekuk diikuti ayunan kedua lengan kebelakang lalu lakukan penolakan pada kedua tungkai untuk melakukan loncatan kearah vertikal hingga mencapai ketinggian maksimum di ikuti pula ayunan lengan kedepan dengan posisi siku ditekuk kemudian mendarat dengan menggunakan kedua tungkai dengan keadaan lutut ditekuk dan dilakukan secara berulang-ulang. b. Latihan dilakukan sebanyak 3 set = 3 x 3 x 16 repetisi c. Intensitas berat (80%) d. Istirahat antar repetisi 1 : 2 e. Istirahan antar set 3 menit f. Pada akhir program latihan, siswa diberikan evaluasi dalam melakukan smash bola voli. g. Games/ bermain selama 15 - 20 menit 3. Penutup Pelemasan, refleksi, dan berdo’a.
63
Minggu 1 Hari Sabtu 1. Pendahuluan Pertama-tama siswa berdo’a, kemudian pemanasan sesuai dengan kebutuhan untuk menghindari adanya cedera serta diberi pengarahan tentang program latihan yg akan dilakukan. 2. Kegiatan inti (latihan) a. Melakukan latihan pliometrik double leg hop dengan posisi tubuh berdiri tegak kedua tungkai dibuka selebar bahu dan posisi lengan ditekuk kedepan, kemudian kedua lutut ditekuk diikuti ayunan kedua lengan kebelakang lalu lakukan penolakan pada kedua tungkai untuk melakukan loncatan kearah vertikal hingga mencapai ketinggian maksimum di ikuti pula ayunan lengan kedepan dengan posisi siku ditekuk kemudian mendarat dengan menggunakan kedua tungkai dengan keadaan lutut ditekuk dan dilakukan secara berulang-ulang. b. Latihan dilakukan sebanyak 3 set = 3 x 3 x 12 repetisi c. Intensitas ringan (60%) d. Istirahat antar repetisi 1 : 2 e. Istirahan antar set 3 menit f. Pada akhir program latihan, siswa diberikan evaluasi dalam melakukan smash bola voli. g. Games/ bermain selama 15 - 20 menit 3. Penutup Pelemasan, refleksi, dan berdo’a.
64
Minggu 2 Hari Selasa 1. Pendahuluan Pertama-tama siswa berdo’a, kemudian pemanasan sesuai dengan kebutuhan untuk menghindari adanya cedera serta diberi pengarahan tentang program latihan yg akan dilakukan. 2. Kegiatan inti (latihan) a. Melakukan latihan pliometrik double leg hop dengan posisi tubuh berdiri tegak kedua tungkai dibuka selebar bahu dan posisi lengan ditekuk kedepan, kemudian kedua lutut ditekuk diikuti ayunan kedua lengan kebelakang lalu lakukan penolakan pada kedua tungkai untuk melakukan loncatan kearah vertikal hingga mencapai ketinggian maksimum di ikuti pula ayunan lengan kedepan dengan posisi siku ditekuk kemudian mendarat dengan menggunakan kedua tungkai dengan keadaan lutut ditekuk dan dilakukan secara berulang-ulang. b. Latihan dilakukan sebanyak 3 set = 3 x 3 x 14 repetisi c. Intensitas sedang (70%) d. Istirahat antar repetisi 1 : 2 e. Istirahan antar set 3 menit f. Pada akhir program latihan, siswa diberikan evaluasi dalam melakukan smash bola voli. g. Games/ bermain selama 15 - 20 menit 3. Penutup Pelemasan, refleksi, dan berdo’a.
65
Minggu 2 Hari Kamis 1. Pendahuluan Pertama-tama siswa berdo’a, kemudian pemanasan sesuai dengan kebutuhan untuk menghindari adanya cedera serta diberi pengarahan tentang program latihan yg akan dilakukan. 2. Kegiatan inti (latihan) a. Melakukan latihan pliometrik double leg hop dengan posisi tubuh berdiri tegak kedua tungkai dibuka selebar bahu dan posisi lengan ditekuk kedepan, kemudian kedua lutut ditekuk diikuti ayunan kedua lengan kebelakang lalu lakukan penolakan pada kedua tungkai untuk melakukan loncatan kearah vertikal hingga mencapai ketinggian maksimum di ikuti pula ayunan lengan kedepan dengan posisi siku ditekuk kemudian mendarat dengan menggunakan kedua tungkai dengan keadaan lutut ditekuk dan dilakukan secara berulang-ulang. b. Latihan dilakukan sebanyak 3 set = 3 x 3 x 16 repetisi c. Intensitas berat (80%) d. Istirahat antar repetisi 1 : 2 e. Istirahan antar set 3 menit f. Pada akhir program latihan, siswa diberikan evaluasi dalam melakukan smash bola voli. g. Games/ bermain selama 15 - 20 menit 3. Penutup Pelemasan, refleksi, dan berdo’a.
66
Minggu 2 Hari Sabtu 1. Pendahuluan Pertama-tama siswa berdo’a, kemudian pemanasan sesuai dengan kebutuhan untuk menghindari adanya cedera serta diberi pengarahan tentang program latihan yg akan dilakukan. 2. Kegiatan inti (latihan) a. Melakukan latihan pliometrik double leg hop dengan posisi tubuh berdiri tegak kedua tungkai dibuka selebar bahu dan posisi lengan ditekuk kedepan, kemudian kedua lutut ditekuk diikuti ayunan kedua lengan kebelakang lalu lakukan penolakan pada kedua tungkai untuk melakukan loncatan kearah vertikal hingga mencapai ketinggian maksimum di ikuti pula ayunan lengan kedepan dengan posisi siku ditekuk kemudian mendarat dengan menggunakan kedua tungkai dengan keadaan lutut ditekuk dan dilakukan secara berulang-ulang. b. Latihan dilakukan sebanyak 3 set = 3 x 3 x 12 repetisi c. Intensitas ringan (60%) d. Istirahat antar repetisi 1 : 2 e. Istirahan antar set 3 menit f. Pada akhir program latihan, siswa diberikan evaluasi dalam melakukan smash bola voli. g. Games/ bermain selama 15 - 20 menit 3. Penutup Pelemasan, refleksi, dan berdo’a.
67
Minggu 3 Hari Selasa 1. Pendahuluan Pertama-tama siswa berdo’a, kemudian pemanasan sesuai dengan kebutuhan untuk menghindari adanya cedera serta diberi pengarahan tentang program latihan yg akan dilakukan. 2. Kegiatan inti (latihan) a. Melakukan latihan pliometrik double leg hop dengan posisi tubuh berdiri tegak kedua tungkai dibuka selebar bahu dan posisi lengan ditekuk kedepan, kemudian kedua lutut ditekuk diikuti ayunan kedua lengan kebelakang lalu lakukan penolakan pada kedua tungkai untuk melakukan loncatan kearah vertikal hingga mencapai ketinggian maksimum di ikuti pula ayunan lengan kedepan dengan posisi siku ditekuk kemudian mendarat dengan menggunakan kedua tungkai dengan keadaan lutut ditekuk dan dilakukan secara berulang-ulang. b. Latihan dilakukan sebanyak 3 set = 3 x 3 x 16 repetisi c. Intensitas sedang (70%) d. Istirahat antar repetisi 1 : 2 e. Istirahan antar set 3 menit f. Pada akhir program latihan, siswa diberikan evaluasi dalam melakukan smash bola voli. g. Games/ bermain selama 15 - 20 menit 3. Penutup Pelemasan, refleksi, dan berdo’a.
68
Minggu 3 Hari Kamis 1. Pendahuluan Pertama-tama siswa berdo’a, kemudian pemanasan sesuai dengan kebutuhan untuk menghindari adanya cedera serta diberi pengarahan tentang program latihan yg akan dilakukan. 2. Kegiatan inti (latihan) a. Melakukan latihan pliometrik double leg hop dengan posisi tubuh berdiri tegak kedua tungkai dibuka selebar bahu dan posisi lengan ditekuk kedepan, kemudian kedua lutut ditekuk diikuti ayunan kedua lengan kebelakang lalu lakukan penolakan pada kedua tungkai untuk melakukan loncatan kearah vertikal hingga mencapai ketinggian maksimum di ikuti pula ayunan lengan kedepan dengan posisi siku ditekuk kemudian mendarat dengan menggunakan kedua tungkai dengan keadaan lutut ditekuk dan dilakukan secara berulang-ulang. b. Latihan dilakukan sebanyak 3 set = 3 x 3 x 19 repetisi c. Intensitas berat (80%) d. Istirahat antar repetisi 1 : 2 e. Istirahan antar set 3 menit f. Pada akhir program latihan, siswa diberikan evaluasi dalam melakukan smash bola voli. g. Games/ bermain selama 15 - 20 menit h. Penutup Pelemasan, refleksi, dan berdo’a.
69
Minggu 3 Hari Sabtu 1. Pendahuluan Pertama-tama siswa berdo’a, kemudian pemanasan sesuai dengan kebutuhan untuk menghindari adanya cedera serta diberi pengarahan tentang program latihan yg akan dilakukan. 2. Kegiatan inti (latihan) a. Melakukan latihan pliometrik double leg hop dengan posisi tubuh berdiri tegak kedua tungkai dibuka selebar bahu dan posisi lengan ditekuk kedepan, kemudian kedua lutut ditekuk diikuti ayunan kedua lengan kebelakang lalu lakukan penolakan pada kedua tungkai untuk melakukan loncatan kearah vertikal hingga mencapai ketinggian maksimum di ikuti pula ayunan lengan kedepan dengan posisi siku ditekuk kemudian mendarat dengan menggunakan kedua tungkai dengan keadaan lutut ditekuk dan dilakukan secara berulang-ulang. b. Latihan dilakukan sebanyak 3 set = 3 x 3 x 14 repetisi c. Intensitas ringan (60%) d. Istirahat antar repetisi 1 : 2 e. Istirahan antar set 3 menit f. Pada akhir program latihan, siswa diberikan evaluasi dalam melakukan smash bola voli. g. Games/ bermain selama 15 - 20 menit h. Penutup Pelemasan, refleksi, dan berdo’a.
70
Minggu 4 Hari Selasa 1. Pendahuluan Pertama-tama siswa berdo’a, kemudian pemanasan sesuai dengan kebutuhan untuk menghindari adanya cedera serta diberi pengarahan tentang program latihan yg akan dilakukan. 2. Kegiatan inti (latihan) a. Melakukan latihan pliometrik double leg hop dengan posisi tubuh berdiri tegak kedua tungkai dibuka selebar bahu dan posisi lengan ditekuk kedepan, kemudian kedua lutut ditekuk diikuti ayunan kedua lengan kebelakang lalu lakukan penolakan pada kedua tungkai untuk melakukan loncatan kearah vertikal hingga mencapai ketinggian maksimum di ikuti pula ayunan lengan kedepan dengan posisi siku ditekuk kemudian mendarat dengan menggunakan kedua tungkai dengan keadaan lutut ditekuk dan dilakukan secara berulang-ulang. b. Latihan dilakukan sebanyak 3 set = 3 x 3 x 16 repetisi c. Intensitas sedang (70%) d. Istirahat antar repetisi 1 : 2 e. Istirahan antar set 3 menit f. Pada akhir program latihan, siswa diberikan evaluasi dalam melakukan smash bola voli. g. Games/ bermain selama 15 - 20 menit h. Penutup Pelemasan, refleksi, dan berdo’a.
71
Minggu 4 Hari Kamis 1. Pendahuluan Pertama-tama siswa berdo’a, kemudian pemanasan sesuai dengan kebutuhan untuk menghindari adanya cedera serta diberi pengarahan tentang program latihan yg akan dilakukan. 2. Kegiatan inti (latihan) a. Melakukan latihan pliometrik double leg hop dengan posisi tubuh berdiri tegak kedua tungkai dibuka selebar bahu dan posisi lengan ditekuk kedepan, kemudian kedua lutut ditekuk diikuti ayunan kedua lengan kebelakang lalu lakukan penolakan pada kedua tungkai untuk melakukan loncatan kearah vertikal hingga mencapai ketinggian maksimum di ikuti pula ayunan lengan kedepan dengan posisi siku ditekuk kemudian mendarat dengan menggunakan kedua tungkai dengan keadaan lutut ditekuk dan dilakukan secara berulangulang. b. Latihan dilakukan sebanyak 3 set = 3 x 3 x 19 repetisi c. Intensitas berat (80%) d. Istirahat antar repetisi 1 : 2 e. Istirahan antar set 3 menit f. Pada akhir program latihan, siswa diberikan evaluasi dalam melakukan smash bola voli. g. Games/ bermain selama 15 - 20 menit 3. Penutup Pelemasan, refleksi, dan berdo’a.
72
Minggu 4 Hari Sabtu 1. Pendahuluan Pertama-tama siswa berdo’a, kemudian pemanasan sesuai dengan kebutuhan untuk menghindari adanya cedera serta diberi pengarahan tentang program latihan yg akan dilakukan. 2. Kegiatan inti (latihan) a. Melakukan latihan pliometrik double leg hop dengan posisi tubuh berdiri tegak kedua tungkai dibuka selebar bahu dan posisi lengan ditekuk kedepan, kemudian kedua lutut ditekuk diikuti ayunan kedua lengan kebelakang lalu lakukan penolakan pada kedua tungkai untuk melakukan loncatan kearah vertikal hingga mencapai ketinggian maksimum di ikuti pula ayunan lengan kedepan dengan posisi siku ditekuk kemudian mendarat dengan menggunakan kedua tungkai dengan keadaan lutut ditekuk dan dilakukan secara berulang-ulang. b. Latihan dilakukan sebanyak 3 set = 3 x 3 x 14 repetisi c. Intensitas ringan (60%) d. Istirahat antar repetisi 1 : 2 e. Istirahan antar set 3 menit f. Pada akhir program latihan, siswa diberikan evaluasi dalam melakukan smash bola voli. g. Games/ bermain selama 15 - 20 menit 3. Penutup Pelemasan, refleksi, dan berdo’a.
73
Minggu 5 Hari Selasa 1. Pendahuluan Pertama-tama siswa berdo’a, kemudian pemanasan sesuai dengan kebutuhan untuk menghindari adanya cedera serta diberi pengarahan tentang program latihan yg akan dilakukan. 2. Kegiatan inti (latihan) a. Melakukan latihan pliometrik double leg hop dengan posisi tubuh berdiri tegak kedua tungkai dibuka selebar bahu dan posisi lengan ditekuk kedepan, kemudian kedua lutut ditekuk diikuti ayunan kedua lengan kebelakang lalu lakukan penolakan pada kedua tungkai untuk melakukan loncatan kearah vertikal hingga mencapai ketinggian maksimum di ikuti pula ayunan lengan kedepan dengan posisi siku ditekuk kemudian mendarat dengan menggunakan kedua tungkai dengan keadaan lutut ditekuk dan dilakukan secara berulang-ulang. b. Latihan dilakukan sebanyak 3 set = 3 x 3 x 21 repetisi c. Intensitas sedang (70%) d. Istirahat antar repetisi 1 : 2 e. Istirahan antar set 3 menit f. Pada akhir program latihan, siswa diberikan evaluasi dalam melakukan smash bola voli. g. Games/ bermain selama 15 - 20 menit 3. Penutup Pelemasan, refleksi, dan berdo’a.
74
Minggu 5 Hari Kamis 1. Pendahuluan Pertama-tama siswa berdo’a, kemudian pemanasan sesuai dengan kebutuhan untuk menghindari adanya cedera serta diberi pengarahan tentang program latihan yg akan dilakukan. 2. Kegiatan inti (latihan) a. Melakukan latihan pliometrik double leg hop dengan posisi tubuh berdiri tegak kedua tungkai dibuka selebar bahu dan posisi lengan ditekuk kedepan, kemudian kedua lutut ditekuk diikuti ayunan kedua lengan kebelakang lalu lakukan penolakan pada kedua tungkai untuk melakukan loncatan kearah vertikal hingga mencapai ketinggian maksimum di ikuti pula ayunan lengan kedepan dengan posisi siku ditekuk kemudian mendarat dengan menggunakan kedua tungkai dengan keadaan lutut ditekuk dan dilakukan secara berulang-ulang. b. Latihan dilakukan sebanyak 3 set = 3 x 3 x 24 repetisi c. Intensitas berat (80%) d. Istirahat antar repetisi 1 : 2 e. Istirahan antar set 3 menit f. Pada akhir program latihan, siswa diberikan evaluasi dalam melakukan smash bola voli. g. Games/ bermain selama 15 - 20 menit 3. Penutup Pelemasan, refleksi, dan berdo’a.
75
Minggu 5 Hari Sabtu 1. Pendahuluan Pertama-tama siswa berdo’a, kemudian pemanasan sesuai dengan kebutuhan untuk menghindari adanya cedera serta diberi pengarahan tentang program latihan yg akan dilakukan. 2. Kegiatan inti (latihan) a. Melakukan latihan pliometrik double leg hop dengan posisi tubuh berdiri tegak kedua tungkai dibuka selebar bahu dan posisi lengan ditekuk kedepan, kemudian kedua lutut ditekuk diikuti ayunan kedua lengan kebelakang lalu lakukan penolakan pada kedua tungkai untuk melakukan loncatan kearah vertikal hingga mencapai ketinggian maksimum di ikuti pula ayunan lengan kedepan dengan posisi siku ditekuk kemudian mendarat dengan menggunakan kedua tungkai dengan keadaan lutut ditekuk dan dilakukan secara berulang-ulang. b. Latihan dilakukan sebanyak 3 set = 3 x 3 x 18 repetisi c. Intensitas ringan (60%) d. Istirahat antar repetisi 1 : 2 e. Istirahan antar set 3 menit f. Pada akhir program latihan, siswa diberikan evaluasi dalam melakukan smash bola voli. g. Games/ bermain selama 15 - 20 menit 3. Penutup Pelemasan, refleksi, dan berdo’a.
76
Minggu 6 Hari Selasa 1. Pendahuluan Pertama-tama siswa berdo’a, kemudian pemanasan sesuai dengan kebutuhan untuk menghindari adanya cedera serta diberi pengarahan tentang program latihan yg akan dilakukan. 2. Kegiatan inti (latihan) a. Melakukan latihan pliometrik double leg hop dengan posisi tubuh berdiri tegak kedua tungkai dibuka selebar bahu dan posisi lengan ditekuk kedepan, kemudian kedua lutut ditekuk diikuti ayunan kedua lengan kebelakang lalu lakukan penolakan pada kedua tungkai untuk melakukan loncatan kearah vertikal hingga mencapai ketinggian maksimum di ikuti pula ayunan lengan kedepan dengan posisi siku ditekuk kemudian mendarat dengan menggunakan kedua tungkai dengan keadaan lutut ditekuk dan dilakukan secara berulang-ulang. b. Latihan dilakukan sebanyak 3 set = 3 x 3 x 21 repetisi c. Intensitas sedang (70%) d. Istirahat antar repetisi 1 : 2 e. Istirahan antar set 3 menit f. Pada akhir program latihan, siswa diberikan evaluasi dalam melakukan smash bola voli. g. Games/ bermain selama 15 - 20 menit 3. Penutup Pelemasan, refleksi, dan berdo’a.
77
Minggu 6 Hari Kamis 1. Pendahuluan Pertama-tama siswa berdo’a, kemudian pemanasan sesuai dengan kebutuhan untuk menghindari adanya cedera serta diberi pengarahan tentang program latihan yg akan dilakukan. 2. Kegiatan inti (latihan) a. Melakukan latihan pliometrik double leg hop dengan posisi tubuh berdiri tegak kedua tungkai dibuka selebar bahu dan posisi lengan ditekuk kedepan, kemudian kedua lutut ditekuk diikuti ayunan kedua lengan kebelakang lalu lakukan penolakan pada kedua tungkai untuk melakukan loncatan kearah vertikal hingga mencapai ketinggian maksimum di ikuti pula ayunan lengan kedepan dengan posisi siku ditekuk kemudian mendarat dengan menggunakan kedua tungkai dengan keadaan lutut ditekuk dan dilakukan secara berulang-ulang. b. Latihan dilakukan sebanyak 3 set = 3 x 3 x 24 repetisi c. Intensitas berat (80%) d. Istirahat antar repetisi 1 : 2 e. Istirahan antar set 3 menit f. Pada akhir program latihan, siswa diberikan evaluasi dalam melakukan smash bola voli. g. Games/ bermain selama 15 - 20 menit 3. Penutup Pelemasan, refleksi, dan berdo’a.
78
Minggu 6 Hari Sabtu 1. Pendahuluan Pertama-tama siswa berdo’a, kemudian pemanasan sesuai dengan kebutuhan untuk menghindari adanya cedera serta diberi pengarahan tentang program latihan yg akan dilakukan. 2. Kegiatan inti (latihan) a. Melakukan latihan pliometrik double leg hop dengan posisi tubuh berdiri tegak kedua tungkai dibuka selebar bahu dan posisi lengan ditekuk kedepan, kemudian kedua lutut ditekuk diikuti ayunan kedua lengan kebelakang lalu lakukan penolakan pada kedua tungkai untuk melakukan loncatan kearah vertikal hingga mencapai ketinggian maksimum di ikuti pula ayunan lengan kedepan dengan posisi siku ditekuk kemudian mendarat dengan menggunakan kedua tungkai dengan keadaan lutut ditekuk dan dilakukan secara berulang-ulang. b. Latihan dilakukan sebanyak 3 set = 3 x 3 x 18 repetisi c. Intensitas ringan (60%) d. Istirahat antar repetisi 1 : 2 e. Istirahan antar set 3 menit f. Pada akhir program latihan, siswa diberikan evaluasi dalam melakukan smash bola voli. g. Games/ bermain selama 15 - 20 menit 3. Penutup Pelemasan, refleksi, dan berdo’a.
79
LAMPIRAN 2 DOKUMENTASI / FOTO-FOTO SELAMA PROSES PENELITIAN
Peneliti bersama guru-guru MTsN 1 Buton Selatan
Peneliti bersama Guru-guru dan Siswa MTsN 1 Buton Selatan sebagai sampel penelitian
Peneliti membuat petakan-petakan skor didalam lapangan bola voli untuk tes awal (pre test)
80
Peneliti menjelaskan kepada sampel terkait prosedur penelitian yang akan dilakukan
Peneliti menjelaskan program latihan yang direncanakan sebelumnya yaitu latihan pliometrik double leg hop
Melakukan peregangan / pemanasan sebelum melakukan test awal ( pre test) kemampuan smash
81
Melakukan peregangan / pemanasan sebelum melakukan tes awal ( pree test ) kemampuan smash bola voli
Sampel melakukan smash bola voli sebagai tes awal (pre test) kemampuan smash bola voli
Peneliti menilai kemampuan sampel dalam melakukan smash bola voli (pre test)
82
Peneliti mencontohkan gerakan pliometrik double leg hop
Sampel menerapkan latihan pliometrik double leg hop
Sampel melakukan latihan pliometrik double leg hop dihari-hari berikutnya.
83
Peneliti melakukan evaluasi kemampuan smash pada tiap kali pertemuannya untuk dapat memperoleh keterampilan smash yang benar
Peneliti melakukan evaluasi kemampuan smash sampel pada tiap kali pertemuannya untuk dapat memperoleh keterampilan smash yang benar
Games / bermain bola voli setelah melakukan program latihan dan evaluasi kemampuan smash bola voli.
84
Peneliti membuat petakan-petakan skor untuk tes akhir (post test)
Sampel melakukan smash bola voli sebagai tes akhir (post test) kemampuan smash bola voli
Sampel melakukan smash bola voli sebagai tes akhir (post test) kemampuan smash bola voli
85
86
87
LAMPIRAN 4 PRE TEST KEMAMPUAN SMASH BOLA SISWA MTsN 1 BUTON SELATAN NO
T-SKOR SASARAN
T-SKOR WAKTU
T-SKOR SASARAN + T-SKOR WAKTU
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
45,4 37,1 37,1 51 39,9 34,3 37,1 45,4 48,2 59,3 59,3 39,9 42,7 39,9 39,9 62 48,2 39,9 45,5 37,1
37,9 40,8 42,2 37 41,8 33,4 45,1 42,4 41,5 45,9 48,4 35,1 43,4 46,6 33,7 38,7 44,4 37,8 43,2 45,2
83,3 77,9 79,3 88 81,7 67,7 82,2 87,8 89,7 105,2 107,7 75 86,1 86,5 73,6 100,7 92,6 77,7 88,7 82,3 1713,7 107,7 67,7 85,69 10,18 103,63
JUMLAH NILAI MAX NILAI MIN RATA-RATA STANDAR DEVIASI VARIANS
88
POST TEST KEMAMPUAN SMASH BOLA SISWA MTsN 1 BUTON SELATAN NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
T-SKOR SASARAN T-SKOR WAKTU 53,7 58,3 59,3 55,9 48,2 60,6 56,5 60,3 62 60,9 45,4 55,7 53,7 55,4 45,4 52 53,7 65,6 62 62,8 48,2 66,6 45,4 64,2 48,2 62,7 62 60,2 42,7 57,5 62 60,6 62 57,4 56,5 46,6 67,6 51,7 75,9 59,5 JUMLAH NILAI MAX NILAI MIN RATA-RATA STANDAR DEVIASI VARIANS
T-SKOR SASARAN + T-SKOR WAKTU 112 115,2 108,8 116,8 122,9 101,1 109,1 97,4 119,3 124,8 114,8 109,6 110,9 122,2 100,2 122,6 119,4 103,1 119,3 135,4 2284,9 135,4 97,4 114,25 9,53 90,82
89
Lampiran 5 Tabel Statistik Uji – T
d.f. TINGKAT SIGNIFIKANSI dua sisi 20% 10% 5% 2% 1% 0,2% 0,1% satu sisi 10% 5% 2,5% 1% 0,5% 0,1% 0,05% 1 3,078 6,314 12,706 31,821 63,657 318,309 636,619 2 1,886 2,920 4,303 6,965 9,925 22,327 31,599 3 1,638 2,353 3,182 4,541 5,841 10,215 12,924 4 1,533 2,132 2,776 3,747 4,604 7,173 8,610 5 1,476 2,015 2,571 3,365 4,032 5,893 6,869 6 1,440 1,943 2,447 3,143 3,707 5,208 5,959 7 1,415 1,895 2,365 2,998 3,499 4,785 5,408 8 1,397 1,860 2,306 2,896 3,355 4,501 5,041 9 1,383 1,833 2,262 2,821 3,250 4,297 4,781 10 1,372 1,812 2,228 2,764 3,169 4,144 4,587 11 1,363 1,796 2,201 2,718 3,106 4,025 4,437 12 1,356 1,782 2,179 2,681 3,055 3,930 4,318 13 1,350 1,771 2,160 2,650 3,012 3,852 4,221 14 1,345 1,761 2,145 2,624 2,977 3,787 4,140 15 1,341 1,753 2,131 2,602 2,947 3,733 4,073 16 1,337 1,746 2,120 2,583 2,921 3,686 4,015 17 1,333 1,740 2,110 2,567 2,898 3,646 3,965 18 1,330 1,734 2,101 2,552 2,878 3,610 3,922 19 1,328 1,729 2,093 2,539 2,861 3,579 3,883 20 1,325 1,725 2,086 2,528 2,845 3,552 3,850 21 1,323 1,721 2,080 2,518 2,831 3,527 3,819 22 1,321 1,717 2,074 2,508 2,819 3,505 3,792 23 1,319 1,714 2,069 2,500 2,807 3,485 3,768 24 1,318 1,711 2,064 2,492 2,797 3,467 3,745 25 1,316 1,708 2,060 2,485 2,787 3,450 3,725 26 1,315 1,706 2,056 2,479 2,779 3,435 3,707 27 1,314 1,703 2,052 2,473 2,771 3,421 3,690 28 1,313 1,701 2,048 2,467 2,763 3,408 3,674 29 1,311 1,699 2,045 2,462 2,756 3,396 3,659 30 1,310 1,697 2,042 2,457 2,750 3,385 3,646
90
91