PENGARUH KUALITAS PRODUK, HARGA, DAN BRAND IMAGE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN ULANG PRODUK YAKULT DI KOTA PADANG Edo Zulfadly Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Padang Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar-Padang Email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) Pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian ulang, (2) Pengaruh harga terhadap keputusan pembelian ulang, (3) Pengaruh brand image terhadap keputusan pembelian ulang. Penelitian ini dilaksanakan di kota Padang dan yang menjadi populasi penelitian ini adalah Kecamatan Nanggalo, Padang Utara dan Koto Tangah berjumlah 288.525 orang. Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah dengan metode area yaitu penarikan sampel dari area, maka jumlah sampel adalah 150 orang. Untuk memperoleh instrument yang valid dan reliabel dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada responden, sedangkan data sekunder yaitu data yang terkait dengan objek penelitian yang disajikan oleh pihak PT Yakult Persada. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi berganda dengan program SPSS versi 16.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian ulang. Hal ini dapat terlihat dari signifikasi variabel kualitas produk dengan sig 0,000, (2) harga berpengaruh signifikan terhadap kepetusan pembelian ulang. Hal ini dapat terlihat dari signifikasi variabel harga dengan sig 0,000 (3) brand image berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian ulang. Hal ini terlihat dari signifikasi variabel brand image dengan sig 0,002. Kata kunci : Pembelian Ulang Kualitas, Produk Harga, Brand Image ABSTRACT This study aims to analyze: (1) Effect of the quality of the product on purchase decision again, (2) influence of price on purchase decisions again, (3) effect of brand image on purchase decisions again. This research was conducted in the city of Padang and the study population was Nanggalo District, North and Koto Tangah numbered 288,525 people. The sampling technique is the method of the study area is from the sampling area, the number of samples is 150. To obtain a valid and reliable instrument to test the validity and reliability testing. The primary data in this study were obtained from the distribution of questionnaires to the respondents, while secondary data is data associated with the object of the research presented by the PT Yakult Persada. The data analysis technique used is multiple regression with SPSS version 16.0. The results showed that: (1) a significant effect on the quality of the product Repeat purchase decision again. It can be seen from the significance of the variable product quality 0.000, (2) a significant effect on prices repeat purchases. It can be seen from the significance of the price variable 0.000, and (3) brand image significantly influence the purchase decision.it can be seen from the significance of the brand image with sig 0,002. Keywords : Repeat Purchasing, Quality Product, Price, Brand Image
1
LATAR BELAKANG A.
Latar Belakang Masalah Dalam persaingan globalisasi saat ini, banyak perusahaan-perusahaan yang bermunculan menawarkan produk atau jasa sejenis sehingga menyebabkan terjadinya persaingan yang sangat ketat di antara perusahaan-perusahaan dalam merebut pangsa pasar. Melihat kondisi persaingan yang sangat kompetitif dari para produsen, sehingga menjadikan konsumen memiliki banyak alternatif pilihan untuk membeli produk yang sesuai dengan keinginan mereka dan seiring dengan kemajuan teknologi informasi menjadikan konsumen lebih kritis dalam membeli produk untuk mereka konsumsi. Selain itu dengan banyaknya perusahaan pesaing yang menghasilkan produk sejenis, maka perusahaan akan mengalami kesulitan dalam memasarkan produknya, karena perusahaan pesaing juga akan intensif melaksanakan kegiatan promosi. Dengan demikian, konsumen akan lebih mengenal produk yang dihasilkan oleh perusahaan pesaing. Untuk memenangkan persaingan, kebijaksanaan dari perusahaan saja tidak cukup. Tetapi perusahaan mampu untuk mengetahui dan memenuhi apa yang menjadi keinginan para konsumen. Dengan kata lain, harus terdapat keseimbangan antara usaha pemasaran perusahaan dengan keinginan dan harapan konsumen terhadap produk yang dipasarkan. Hal ini tercermin dari perilaku konsumen dalam mengkonsumsi produk tersebut. Banyak faktor-faktor yang menjadi pertimbangan konsumen untuk melakukan keputusan pembelian ulang sebuah produk. Diantaranya adalah kualitas produk atau jasa yang tergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan pelanggan yang dinyatakan atau diimplikasikan. Kotler
2
dan Amstrong (2008:272). Selain dari segi kualitas dan harga, konsumen juga akan mempertimbangkan citra dari merek (brand image). Persepsi konsumen terhadap kualitas produk akan membentuk preferensi dan sikap yang mempengaruhi keputusan untuk melakukan pembelian ulang atau tidak. Menurut Kotler (2006: 6) kualitas adalah keseluruhan ciri-ciri, sifat suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh kepada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Jadi dapat disimpulkan bahwa produk yang berkualitas dapat mempengaruhi keputusan pembelian. Harga merupakan salah satu atribut paling penting yang dievaluasi oleh konsumen, dan manager perlu benar-benar menyadari peran harga tersebut dalam pembentukan sikap konsumen. (Mowen dan Minor 2002 : 318). Dalam situasi tertentu konsumen sangatlah sensitif terhadap harga. Sehingga harga yang relatif tinggi di bandingkan dari para pesaingnya, dapat mengelimasi produk dari pertimbangan konsumen. Akan tetapi dalam kasus lainnya harga dapat di pergunakan sebagai indikator pengganti kualitas produk, dengan hasil bahwa harga lebih tinggi di pandang positif oleh segmen tertentu, kemudian harga produk dapat dapat memberikan baik pengaruh positif atau negatif terhadap konsumen, ini merupakan konsep yang harus di ingat oleh para menejer. Selain itu citra dari merek juga akan mempengaruhi konsumen untuk melakukan keputusan pembelian ulang. Dimana menurut Rangkuti (2002: 43) brand image merupakan sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dibenak konsumen. Dimana asosiasi adalah segala hal yang berkaitan dengan ikatan mengenai merek. Dalam persaingan pasar yang kompetetif, masing-masing perusahaan berusaha untuk menjadi yang terbaik di mata
konsumen, dengan menawarkan berbagai jenis produk yang memiliki keunggulan masing-masing. Setiap perusahaan berlomba-lomba melakukan innovasi dan memberikan kualitas yang terbaik dari produk mereka. Demikian juga halnya dengan pertumbuhan dan persaingan dalam produksi minuman fermentasi atau prebiotik terus meningkat. Hal ini disebabkan karena semakin pedulinya masyarakat akan kesehatan tubuh mereka. Dengan meningkatnya pertumbuhan pasar mengakibatkan produsen saling bersaing untuk meningkatkan kualitas dari produk mereka Di antara perusahaan minuman fermentasi atau prebiotik adalah PT. Yakult Indonesia Persada Cabang Padang yang merupakan perusahaan yang menjadi pelopor yang bergerak di bidang penjualan minuman susu fermentasi di Indonesia, yang mana telah memiliki brand image yang kuat dibenak konsumen Indonesia. Produk Yakult yang dibuat dengan cara memfermentasi susu bubuk skim yang mengandung bakteri asam laktat hidup Lactobacillus casei Shirota strain. PT. Yakult Indonesia Persada Cabang Padang menghadapi persaingan yang ketat dari perusahaan minuman lainnya. Oleh karena itu, perusahaan harus menetapkan harga dengan baik dan sesuai dengan kualitas produknya agar dapat menghadapi persaingan dan dapat meningkatkan tingkat penjualan secara optimal sehingga konsumen mau melakukan pembelian ulang terhadap produk Yakult. Bertitik tolak dari hal tersebut, maka untuk dapat bersaing dalam situasi pasar yang memiliki persaingan cukup tinggi, maka perusahaan dituntut untuk dapat mengantisipasi perubahan-perubahan dan peka terhadap kebutuhan masyarakat. Dengan demikian dibutuhkan produk yang memiliki kualitas terbaik serta harga yang sesuai dengan kualitas.
Berdasarkan wawancara awal yang penulis lakukan pada beberapa masyarakat kota Padang, terlihat bahwa pada umumnya masyarakat mengkonsumsi minuman prebiotik. Ini disebabkan karena aktifitas konsumsi yang cenderung tinggi dan pola hidup sehat yang mereka harapkan setelah mengkonsumsi minuman prebiotik ini. Oleh sebab itu dengan mengkonsumsi minuman prebiotik ini diharapkan tubuh menjadi lebih sehat dan pencernaan menjadi lancar. Konsumen yang berpersepsi atau berpendapat bagus terhadap kualitas produk, harga, dan brand image tentu saja akan selalu menggunakan produk yang ditawarkan, sehingga mereka akan melakukan pembelian ulang terhadap produk tersebut. Jika mereka berpendapat kurang bagus atau kurang puas tentunya akan beralih ke produk lain. Hal demikian harus mendapatkan perhatian yang serius oleh perusahaan agar perusahaan tetap dapat bertahan dan mengembangkan lagi usahanya. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, yang menjadi fokus perusahaan pada saat ini adalah terus meningkatkan penjualan produk melalui berbagai program, sehingga dapat mempengaruhi keputusan pembelian ulang konsumen. Salah satunya adalah dengan terus meningkatkan kualitas produk seperti kualitas rasa, kandungan zat gizi, serta harga yang terjangkau dan lain-lain. Agar dapat mempertahankan konsumen dan meningkatkan penjualannya, maka brand image yang telah dimiliki Yakult perlu di pertahankan. Sehingga dengan kualitas produk yang baik dan harga yang sesuai serta Brand image yang dimiliki Yakult dapat membuat konsumen melakukan keputusan pembelian ulang terhadap Yakult. TINJAUAN PUSTAKA Keputusan Pembelian Ulang Menurut Simamora (2003:28), apabila seseorang sudah pernah melakukan pembelian 3
terhadap suatu produk dan ia akan melakukan pembelian ulang terhadap produk tersebut maka perilaku yang akan mungkin ditunjukkan ada dua yaitu: 1) Pemecahan masalah berulang Alasan melakukan pemecahan masalah dalam pembelian ulang disebabkan oleh beberapa kemungkinan: a) Konsumen tidak puas dengan produk sebelumnya, sehingga memilih alternatif lainnya. b) Pembelian pertama sudah lama akibatnya saat ingin melakukan pembelian ulang produk sudah mengalami banyak perubahan 2) Perilaku karena kebiasaan Perilaku ini tampak pada seseorang yang membeli merek/produk yang sama berulang-ulang. Perilaku tersebut dapat terjadi karena dua hal: a) Pengaruh loyalitas, dimana orang tersebut loyal terhadap merek/produk tersebut. b) Karena kemasan, dimana seseorang membeli produk/merek yang sama karena malas mengevaluasi alternatifalternatif yang tersedia. Hasil evaluasi konsumen terhadap produk yang telah mereka beli ditentukan oleh perbandingan antara harapan mereka dengan kemampuan produk dalam memenuhi harapan tersebut. Apabila atribut produk dapat memenuhi manfaat yang dibutuhkan dan diinginkan, konsumen akan menilai produk tersebut memuaskan dan begitu juga sebaliknya. Pemasar harus memahami prilaku pembeli pada setiap tahap dan pengaruh apakah yang sedang beroperasi pada keputusan pembelian. Hal ini membantu pemasar untuk mengembangkan program-program pemasaran yang efektif untuk pasar sasaran. 4
Setelah konsumen melalui tahap-tahap pengambilan keputusan tersebut, maka ia akan mudah untuk memutuskan barang atau jasa yang akan dibelinya dan bagaimana sikap dan persepsi konsumen terhadap barang atau jasa yang digunakannya. Beranjak dari hal tersebut, seorang pemasar dapat nantinya menentukan apakah seorang konsumen akan puas dan loyal terhadap barang atau jasa yang dibelinya. Puasnya seseorang terhadap barang dan jasa apabila barang atau jasa tersebut dapat memenuhi harapan atau bahkan melebihi harapan konsumen. Begitu juga dengan loyalitas seseorang terhadap sebuah produk. Seseorang dikatakan loyal apabila orang tersebut bersedia melakukan pembelian secara berulang-ulang. Setiap kali pelanggan membeli, ia akan bergerak melalui siklus pembelian. Pembeli pertama kali akan bergerak melalui lima langkah: pertama, menyadari produk, dan kedua, melakukan pembelian awal. Kemudian, pembeli bergerak melalui dua tahap pembentukan sikap, yang disebut “evaluasi pasca pembelian” dan yang lainnya disebut “keputusan membeli kembali”. Bila keputusan membeli kembali disetujui, langkah kelima, pembelian kembali akan mengikuti. Urutan dari pembelian, evaluasi pasca pembelian, dan keputusan membeli kembali akan berulang beberapa kali, atau beberapa ratus kali, selama terjalin hubungan antara pelanggan dengan perusahaan dan produk serta jasanya. Kualitas Produk Menurut Kotler (2001 : 274) kualitas adalah kemampuan produk untuk menjalankan fungsi nya, yang mencakup daya tahan, kehandalan, kekuatan, kemudahan penggunaan dan reparasi produk dan ciri-ciri bernilai lainnya. Berdasarkan defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa defenisi kualitas bersumber dari 2 sisi yaitu sisi produsen dan sisi konsumen, produsen menentukan persyaratan
atau spesifikasi, sedangkan konsumen menentukan kebutuhan dan keinginan.
suatu produk. Ini berarti meningkatkan kualitas merupakan keharusan dalam dunia bisnis.
Menurut Kotler ( 2006 : 6) menyatakan bahwa kualitas adalah keseluruhan ciri-ciri, sifat suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh kepada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.
Meskipun kualitas produk mutlak ada dalam pelaksanaannya factor ini merupakan ciri pembentukan citra produk yang sulit dijabarkan. Konsumen sering tidak sependapat tentang faktor – faktor apa yang sebebnarnya membentuk kualitas suatu produk. Dalam masalah ini manfaat produk sangat berperan meskipun secara subjektif hanya satu kali. Pemasar harus mampu untuk membuat keputusan keputusan kualitas produknya, karena produk harus mampu untuk mencapai tingkat kualitas yang sesuai dengan fungsi penggunaannya dan tidak perlu melebihi.
Kualitas Produk adalah salah satu alat utama dalam positioning atau menetapkan posisi sebagai pasar kualitas produk yang mempunyai dua dimensi kualitas tingkat konsistensi dalam pengembangan suatu produk. Pemasaran pada awalnya harus memilih tingkat kualitas yang akan mendukung posisi produk dipasar sasaran. Disini kualitas produk adalah kualitas, kinerja, kemampuan produk untuk melaksanakan fungsinya yang meliputi daya tahan kehandalan, kemudahan penggunaan, serta atribut bernilai lainnya. Kalau dilihat dari sudut pandang konsumen, kualitas atau mutu adalah Keseluruhan ciri-ciri, sifat suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh kepada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat Sementara dari sudut pandang produsen kualitas atau mutu adalah keadaan fisik, fungsi dan sifat suatu produk yang bersangkutan dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai dengan nilai yang telah dikeluarkan. Para menejer pemasaran mempunyai dua tanggung jawab dalam perusahaan yang terpusat pada kualitas. Pertama mereka harus berpartisipasi dalam merumuskan strategi kebijakan yang dirancang untuk membantu perusahaan unggul melalui kecermelangan kealitas total. Kedua, mereka harus memberikan kualitas pemasran sekaligus produksi. Perhatian konsumen pada tingkat kualitas produk saat ini semakin meningkat. Hal ini terjadi karena keluhan konsumen makin lama makin terpusat pada kualitas yang buruk pada
Untuk melihat suatu produk itu berkualitas atau tidak dapat dilihat dari tujuh dimensi kualitas produk (Purnomo, 2006:16) yaitu : 1.
2.
3. 4. 5.
6. 7.
Kinerja ( performance) Karakteristik utama suatu produk yang tercermin dari kemmampuan produk dalam menjalankan fungsi Keistimewaan (Feature) Karakteristik pelengkap yang membedakan suatu produk dengan produk lainnya dan bias memberikan kesan yang berbeda Keandalan (Reliability) Keandalan suatu produk jika digunakan selama waktu tertentu Kesesuaian spesifikasi (conformance) Kesesuaian produk dengan spesifikasi yang telah ditentukan Daya tahan (durability) Tingkat keawetan produk yang digambarkan dengan ukuran ekonomis produk atau seberapa lama produk memberikan manfaat ekonomis. Pelayanan (Service ability) Nilai keindahan atau daya tarik produk, dan bagaimana daya tarik produk tersebut Kualitas yang dipersepsikan (Received Quality) Reputasi produk atau citara produk
Harga
Dalam arti yang paling sempit, harga adalah jumlah uang yang dibebankan atas suatu 5
produk atau jasa ( Kotler, 2001: 439). Dalam arti luas harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang ditukarkan oleh konsumen atas manfatmanfaat memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut (Kotler, 2001:439). Harga memiliki 2 peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli, yaitu 1.
Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli dslam memutuskan cara memperoleh manfaat atau kulitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya dalam berbagai jenis barang dan jasa. 2. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam menarik konsumen mengenai factor-faktor produksi seperti kulitas, hal ini bermanfaat dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaat secara objektif. Menurut Kotler (2002:529) metodemetode yang digunakan dalam penetapan harga adalah : Penetapan harga Mark Up, yaitu menetapkan harga dengan 1.
2.
3.
6
menambahakan mark up standar ke biaya produk. Penetapan harga Mark Up biasanya digunakan untuk produk musiman, produk khusus, produk yang penjadwalannya lambat, serta produk yang membutuhkan penanganan tinggi. Penetapan harga berdasarkan nilai yang di persepsikan perusahaan dalam menetapkan harga,berdasarkan nilai-nilai yang dipersepsikan dan menggunakan berbagai variable non harga dalam bauran pemasaran untuk membentuk nilai yang dipersepsikan dalam pikiran pembeli Penetapan harga berdasarkan sasaran pengembalian, perusahaan menetapkan harga yang akan menghasilkan tingkat pengembalian atas investasi ( ROI) yang di inginkan
4.
Penetapan harga berdasarkan nilai, perusahaan menetapkan harga yang cukup rendah untuk tawaran yang begitu tinggi. 5. Penetapan harga sesuai harga berlaku, penetapan harga berdasarkan pada harga pesaing, perusahaan dapat mengenakan harga yang sama, lebih tinggi atau lebih rendah dari harga pesaing utamanya. 6. Penetapan harga tender tertutup, penetapan harga ini digunakan jika perusahaan mengikuti tender tertutup atas suatu proyek perusahaan menentukan harga berdasarkan perkiraan tentang bagaimana pasaran menetapkan harga. Pengaruh harga merupakan suatu yang sangat penting untuk di pertimbangkan oleh konsumen untuk memutuskan membeli atau tidak terhadap suatu produk yang di butuhkan, oleh sebab itu penting bagi perusahaan untuk menetapkan harga jual yang sesuai agar dapat menguntungkan kedua belah pihak, baik terhadap konsumen maupun produsen itu sendiri. Brand Image Menurut Tjiptono (2002 : 49) brand image merupakan deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen tentang merek tertentu. Sedangkan asosiasi merupakan atribut yang ada merek dan memiliki suatu tingkat kekuatan. Selain itu menurut Rangkuti (2002:43) merupakan sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dibenak konsumen. Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cendrung memiliki brand image konsistensi terhadap brand image, hal ini sering juga disebut dengan kepribadian merek (brand personality). Menurut Simamora (2008: 21) kompenen brand image terdiri atas 3 (tiga) bagian: 1.
Citra produsen (corporate image), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu produk atau biasa meliputi:
popularitas, kredibilitas, serta jaringan perusahaan. 2. Citra konsumen (user image), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap premakaian yang menggunakan suatu barang atau jasa. Meliputi pemakaian itu sendiri, gaya hidup, kepribadian, serta status sosial. 3. Citra produk (product image), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk. Meliputi atribut tersebut, manfaat bagi konsumen, penggunaannya, dan jaminan. Menurut Sutisna (2001 : 83) ada beberapa manfaat dari citra merek yang positif, antara lain:
4.
1.
Data
Konsumen dengan citra yang positif terhadap suatu merek, lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian. 2. Perusahaan dapat mengembangkan lini produk dengan memanfaatkan citra positif yang telah terbentuk terhadap merek produk lama. 3. Kebijakan family branding dan leverage dapat dilakukan pijakan konsumen dalam mengambil keputusan pembeliaan ulang dan loyalitas terhadap merek tersebut Menurut Schifman dan Kanuk (2008 : 21) faktor-faktor pembentuk citra merk adalah sebagai berikut : 1.
2.
3.
Kualitas atau mutu berkaitan dengan kualitas produk barang yang ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu. Dapat di percaya atau di andalkan, berkaitan dengan pendapat atau kesepakatan yang di bentuk oleh masyarakat tentang suatu produk yang di konsumsi. Kegunaan atau manfaat, yang terkait dengan fungsi dari suatu produk barang yang bisa di manfaatkan oleh konsumen.
5.
6.
7.
Pelayanan yang berkaitan dengan tugas produsen dalam melayani konsumennya. Resiko berkaitan dengan besar kecilnya akibat atau laba dan rugi yang mungkin dialami oleh konsumen. Harga dalam hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya atau banyak sedikitnya jumlah uang yang di keluarkan konsumen untuk mempengaruhi jangka panjang. Citra yang di miliki oleh merekitu sendiri yaitu berupa pandangan kesepakatan dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek dari produk tertentu.
METODOLOGI PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat kota Padang yang pernah mengkonsumsi dan membeli minuman Yakult. Untuk menetukan ukuran sampel dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus dari William G. Cochran (1963:75), diketahui populasi 73,084 orang, Cochran mengembangkan formula sebagai berikut: n = z2 pq / e2 = (1,96)2 (0,5) (0,5) / (0,08)2 = 150.06 dibulatkan menjadi 150 sampel. Dimana: n = jumlah sampel z = score yang dipilih p = proporsi estimasi dari kejadian (0,5) q =1–p e = keakuratan (10%) sampel pada penelitian ini sebanyak 150 orang responden. Sampel dipilih menggunakan sampel area, dimana sampel yang di terpilih adalah masyarakat yang bertempat tinggal di kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Nanggalo, dan Kecamatan Padang Utara. Perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus Cochran, dan didapat 150 orang responden. Jumlah responden di bagi ke dalam masing-masing 7
Kecamatan, Kecamatan Koto Tangah dengan 84 orang responden, Kecamatan Nanggalo, dengan 30 orang responden, dan Kecamatan Padang Utara dengan 36 orang responden. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif Indikator dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel bebas dan satu variabel terikat, variabel bebas dalam penelitian ini adalah kualitas produk, harga, brand image, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah keputusan pembelian ulang. Berdasarkan kuesioner yang disebarkan dan dinilai oleh 150 responden, terlihat bahwa variabel kualitas produk memiliki skor rata-rata 3,67 dengan angka presentasi sebesar 73.49%. Hal ini menggambarkan bahwa secara keseluruhan responden yang menyatakan tergolong kuat, bahwa mereka merasa produk yang ditawarkan Yakult sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen yang dilengkapi desain dan fitur yang menarik Berdasarkan kuesioner yang disebarkan dan dinilai oleh 150 responden, terlihat bahwa variabel harga memilki skor rata-rata 3,75 dengan angka presentasi sebesar 75.07% berarti jawaban responden termasuk kategori kuat. Hal ini menggambarkan bahwa secara keseluruhan responden menyatakan bahwa harga dari Yakult sudah terjangkau di mata konsumen karena tingkat capaian respondennya sudah termasuk kategori kuat. Berdasarkan kuesioner yang disebarkan dan dinilai oleh 150 responden, terlihat bahwa variabel brand image memilki skor rata-rata 3,67 dengan angka presentasi sebesar 73.57% berarti jawaban responden termasuk kategori kuat. Hal ini menggambarkan bahwa secara keseluruhan responden menyatakan bahwa brand image dari Yakult sudah kuat tertanam di mata konsumen karena tingkat capaian respondennya sudah termasuk kategori kuat.disini bisa dilihat dari penjualannnya.
8
Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data, Idris (2010:72). Data yang baik adalah yang mempunyai pola seperti distribusi normal (tidak menceng ke kiri atau ke kanan). Uji normalitas dapat dilakukan dengan metode grafik P-Plot, dengan melihat kesamaan antara nilai probabilitas harapan dan probabilitas pengamatan ditunjukkan dengan garis diagonal yang merupakan perpotongan antara garis probabilitas harapan dan probabilitas pengamatan. Dari grafik PP Plots dapat dilihat, kesamaan antara nilai probabilitas harapan dan probabilitas pengamatan ditunjukkan dengan garis diagonal yang merupakan perpotongan antara garis probabilitas harapan dan probabilitas pengamatan. Nilai P-Plots terletak disekitar garis diagonal dan tidak menyimpang jauh dari garis diagonal, sehingga dapat dikatakan bahwa distribusi data adalah normal. Ini berarti bahwa sebaran data X1, X2, X3 dan Y normal atau data sampel berasal dari populasi yang tersebar secara normal. Uji Homogenitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, disebut homoskedastisitas. Sementara itu, untuk varians yang berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Scatterplot pada gambar dapat dilihat bahwa penyebaran residual adalah tidak teratur. Hal tersebut dapat dilihat pada plot yang terpencar dan tidak membentuk pola tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi
berganda tidak terjadi gejala homokedastisitas dan persamaan regresi memenuhi asumsi heterokedastisitas. Uji Multikolonieritas Sebelum menggunakan regresi berganda, terlebih dahulu dilakukan uji multikolinearitas yaitu uji hubungan sesama variabel bebas. Apabila terdapat korelasi yang tinggi sesama variabel bebas tersebut, maka salah satu diantaranya dieliminir (dikeluarkan dari analisis regresi berganda). Dilakukan dengan variance inflation factor (VIF). Nilai VIF dapat dihitung dengan rumus (Umar 2011:179)
VIF = 1 / 1 R 2 Dari hasil pengujian diperoleh nilai Tolerance lebih dari 0,10 dan Variance inflation factor (VIF) kurang dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar semua variabel bebas yang terdapat penelitian. Analisis Regresi Berganda Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah teknik analisis regresi berganda, karena variabel bebas dalam penelitian ini lebih dari satu. Teknik analisis regresi berganda merupakan teknik uji yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Persamaan analisis regresi berganda dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2+ b3X3 (Idris 2010:52) Keterangan: Y = Keputusan pembelian ulang X1 = kualitas produk X2 = harga X3 = brand image a = Konstanta b1 = Koefisien regresi kualitas produk b2 = Koefisien regresi harga b3 = Koefisien regresi brand image Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dirumuskan persamaan regresi berganda sebagai berikut:
Y = 1,274 + 0,092 X1 + 0,229 X2 + 0,154 X3 IMPLIKASI PENELITIAN Pengujian Hipotesis Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh secara partial setiap variabel bebas terhadap variabel terikat. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan SPSS Versi 16, maka diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Hipotesis pertama dalam penelitian adalah kualitas produk mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian ulang (Y) pada produk Yakult di Kota Padang. Dari olahan data SPSS Versi 16 dapat di lihat hasil uji t tabel sebesar 1.976 maka 5.669 > 1.976 dengan tingkat signifikan 0.000<0,05. Akibatnya Ho di tolak Ha di terim. Hal ini menunjukan bahwa kualitas produk mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian ulang produk Yakult di Kota Padang. 2. Hipotesis ke dua dalam penelitian adalah harga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian ulang (Y) pada produk Yakult di Kota Padang. Dari olahan data SPSS Versi 16 dapat di lihat hasil uji t tabel sebesar 1.976 maka 4.166 > 1.976 dengan tingkat signifikan 0,000<0,005. Akibatnya Ho di tolak Ha di terima. Hal ini menunjukan bahwa harga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian ulang produk Yakult di Kota Padang. 3. Hipotesis ke tiga dalam penelitian adalah brand image mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian ulang (Y) pada produk Yakult di Kota Padang. Dari olahan data SPSS Versi 16 dapat di lihat hasil uji t tabel sebesar 1.976 maka 3.091 > 1.976 dengan tingkat signifikan 0,002 < 0,005. Akibatnya Ho di tolak Ha di terima. Hal ini menunjukan 9
bahwa brand image mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian ulang produk Yakult di Kota Padang. PEMBAHASAN Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Ulang Produk Yakult di kota Padang. Dari uji hipotesis yang dilakukan bahwa kualitas produk mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian ulang produk Yakult di kota Padang. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas produk sangat menentukan tingkat keputusan pembelian ulang konsumen terhadap pembelian minuman prebiotik Yakult. Kualitas produk adalah salah satu sarana positioning utama pemasar. Kualitas mempunyai dampak langsung pada kinerja produk atau jasa; oleh karena itu, kualitas berhubungan erat dengan nilai dan kepuasan pelanggan. Dalam arti lebih sempit, kualitas dapat didefinisikan sebagai bebas dari dari kerusakan. Kualitas produk mempunyai dua dimensi yaitu tingkat dan konsistensi. Dari hasil penelitan di lapangan yang peneliti lakukan, ditemukan bahwa kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian ulang Yakult dan hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Tjiptono yang mengatakan bahwa “ untuk mengetahui kualitas produk itu bagus dapat di lihat dari performance, durability, conformance, features, reability, aesthestics, perceived quality, dilihat dari segi pesaing di dunia bisnis saat ini maka setiap perusahaan hendaklah di tuntut meningkatkan kualitas produknya. Keputusan Pembelian ulang adalah merupakan tindakan konsumen setelah mengkonsumsi produk, konsumen akan merasakan tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu.
10
Pengaruh Harga Terhadap Keputusan Pembelian Ulang Produk Yakult di kota Padang Dari uji hipotesis yang dilakukan ditemukan bahwa Harga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian ulang konsumen Yakult. Dari hasil penelitan dilapangan yang peneliti lakukan, ditemukan bahwa variabel harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian ulang Yakult. Hal ini menunjukkan bahwa Harga sangat menentukan keputusan pembelian ulang konsumen terhadap pembelian produk Yakult di kota Padang. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Mowen & Minor (2002:318), Harga merupakan salah satu akibat yang paling penting yang di evaluasi oleh konsumen dan mereka perlu benar-benar menyadari peran harga dalam pembentukan sikap konsumen. Keputusan Pembelian Ulang adalah merupakan tindakan konsumen setelah mengkonsumsi produk, konsumen akan merasakan tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Pengaruh Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Ulang Produk Yakult di kota Padang Dari uji hipotesis yang dilakukan ditemukan bahwa Asosiasi Merek mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian ulang Yakult. Hal ini menunjukkan bahwa peran brand image sangat menentukan tingkat keputusan pembelian ulang Yakult di kota Padang. Dari hasil penelitan dilapangan yang peneliti lakukan, ditemukan bahwa brand image berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian ulang Yakult hal ini sejalan dengan pendapat Peter dan Olson dalam Rangkuti (2004:20) pengambilan keputusan pembelian ulang, apabila pelanggan di hadapkan kepada pilihan seperti nama merek, harga serta berbagai atribut produk lainnya, akan cenderung memilih nama merek terlebih dahulu, setelah itu baru memikirkan harga pada kondisi seperti ini. Merek merupakan
perimbangan pertama dalam pengambilan keputusan secara cepat. Keputusan Pembelian Ulang adalah merupakan tindakan konsumen setelah mengkonsumsi produk, konsumen akan merasakan tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu.
Minuman Yakult merupakan minuman yang baik untuk kesehatan, Minuman Yakult merupakan minuman yang halal untuk di Harga minuman sesuai dengan manfaat yang di peroleh.
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan sebelumnya, berikut ini dapat disimpulkan bahwa Kualitas Produk berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian ulang produk Yakult di kota Padang. harga berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian ulang produk Yakult di kota Padang. brand image berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian ulang produk Yakult di kota Padang.
Idris. 2010. Aplikasi Model Analisis Data Kuantitatif dengan Program SPSS. Edisi Revisi III. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang. Kotler,
Philip 2001. Prinsip – Prinsip Pemasaran. Terjemahan Damur Sihombing. M.B.A. Edisi & Jilid satu dan dua. Jakarta : Erlangga. . 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi milenium. Ahli Bahasa Hendra Teguh, Roni A. Rusli dan Benyamin Molan. Jakarta : PT. Prenhalindo.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas maka untuk meningkatkan keputusan pembelian ulang konsumen terhadap Produk Yakult di kota Padang, disarankan beberapa hal bagi pimpinan sebagai berikut : 1.
2.
3.
Menjaga dan meningkatkan merek yang sudah tertanam pada konsumen minuman prebiotik Yakult, melalui Meningkatkan kualitas minuman Yakult lebih baik di bandingkan dengan minuman kesehatan yang lain, Meningkatkan daya tahan kemasan produk Yakult dengan sangat menarik, Meningkatkan kesehatan dan higeinis minuman Yakult. Harga produk pada minuman prebiotik Yakult harus dalam keadaan stabil dengan cara: Harga Yakult terjangkau bagi konsumen, Harga Yakult sebanding dengan produk pesaing, Harga Yakult lebih murah pada pesaing. Disarankan Brand Image produk Yakult dapat di tingkatkan lagi dengan cara :
Mowen, John C, dan Minor, Michael 2002. Prilaku konsumen. Terjemahan Oleh Lina Salim. Jakarta : PT. Erlangga. Purnomo,
Nursyahari. 2006. Manajemen Kualitas Perspektif Global. Jakarta : Ekonosia.
Rangkuti, Freddy, 2002. The Power of Brand. Teknik Mengelola Brand Equity dan Starategi Pengembangan Merek. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum. 2004.The Power of Brand. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum. Schiffman, Leon G dan Laslie Lazar kanuk. 2004. Consumer Behovior (Eight Edition) New Jersey : Prentice Hall. Sutisna dan Teddy Prawitra. 2001. Prilaku konsumen dan Strategi Pemasaran Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 11
Simamora, Bilson. 2003. Riset Pemasaran dan Prilaku Konsumen. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. 2003. Membongkar Kotak Hitam Konsumen. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Tjiptono, Fandy, 2002. Brand Management. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Umar, Husein. 2009. Metode Penelitian. Untuk Skripsi dan Hipotesis Bisnis. Jakarta : Gramedia
12