PENGARUH KUALITAS PIUTANG TERHADAP SISA HASIL USAHA (Studi Kasus pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia PRAJA MUKTI Tasikmalaya) Oleh : EGI ACHMAD BUKHORI MUSLIM NPM. 083403160 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Kualitas Piutang pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia PRAJA MUKTI Tasikmalaya. (2) Sisa Hasil Usaha Koperasi Pegawai Republik Indonesia PRAJA MUKTI Tasikmalaya. (3) Pengaruh Kualitas Piutang terhadap Sisa Hasil Usaha pada KPRI Praja Mukti Tasikmalaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) Kualitas Piutang pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia PRAJA MUKTI Tasikmalaya. dari tahun 2008-2012 memiliki tingkat kelancaran piutang yang baik dan sehat (2) Sisa Hasil Usaha Koperasi Pegawai Republik Indonesia PRAJA MUKTI Tasikmalaya dari tahun 2008-2012 secara keseluruhan mengalami peningkatan (3) Kualitas Piutang berpengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha.
Kata Kunci : Kualitas Piutang dan Sisa Hasil Usaha
PENDAHULUAN Koperasi mempunyai peranan penting dalam membantu masyarakat golongan menengah kebawah untuk dapat meningkatkan kesejahteraan para anggotanya, dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian yaitu: “Badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan”
Pada umumnya usaha ekonomi koperasi dimulai dengan usaha skala kecil dan diusahakan oleh para anggotanya, koperasi sebagai suatu badan usaha harus mengupayakan semua kegiatan ekonominya berjalan dengan efisien agar dapat mempertahankan kehidupan koperasi tersebut. Setiap lembaga ekonomi apapun bentuknya termasuk perusahaan koperasi menghendaki diperolehnya keuntungan atau laba yang wajar. banyak orang yang berpendapat lebih besar keuntungan yang di peroleh akan dirasakan lebih memuaskan bagi pemilik
atau pemegang saham dan dalam hal ini perbeda pada koperasi dimana anggotanya akan menikmati secara langsung dan pembagian keuntungan atau sisa hasil usaha (SHU). Penjualan kredit dan kegiatan simpan pinjam merupakan beberapa aktivitas pokok dalam koperasi dan merupakan salah satu sumber bagi koperasi untuk mendapatkan profit yang memadai, dan transaksi penjualan kredit merupakan sumber bagi tersedianya modal kerja yang menjadi unsur paling penting dalam pengoperasian koperasi. Sehingga, kelancaran penerimaan piutang merupakan hal yang sangat penting dan sangat mempengaruhi kegiatan usaha suatu koperasi. Apabila pengelolaan kurang baik, maka koperasi akan mengalami kesulitan dalam menjalankan usahanya. Oleh karena itu, koperasi memerlukan penanganan yang lebih baik terhadap piutang. Besar kecilnya piutang yang dimiliki koperasi dipengaruhi oleh kebijaksanaan perkreditan yang ditentukan oleh koperasi jika koperasi menurunkan standar kreditnya, maka pembelian kredit akan meningkat yang berarti peningkatan piutang yang akan membawa keuntungan lebih besar bagi koperasi sendiri. Ruang lingkup kegiatan transaksi penjualan dan pembelian kredit dalam koperasi cukup kompleks, dimana sering terjadi hal-hal beresiko baik dalam penagihan ataupun pengembalian utang. Menjadikan kualitas piutang mau tidak mau harus dijaga dan ditingkatkan bila sebuah koperasi tidak menginginkan dampak buruk dalam penerimaan pendapatan tentunya Sisa Hasil Usaha.
Seperti dalam KPRI Praja Mukti Tasikmalaya bahwasannya dalam koperasi ini seorang anggota wajib menyetorkan sejumlah uang atau menyimpan uang kedalam koperasi walaupun dalam jumlah yang sangat kecil sesuai dengan kemampuan masing-masing. Hasil dari iuran wajib anggota tersebut oleh koperasi digunakan sebagai modal untuk meminjamkan uang kepada para anggota atau masyarakat disekitar koperasi tersebut dengan membayar bunga yang ringan. Sehingga atas perputaran modal termasuk piutang tersebut koperasi memperoleh keuntungan yang disebut SHU. Dan keuntungan dari perputaran piutang koperasi tersebut oleh anggota dapat dipergunakan untuk membantu menyejahterakan anggotanya berupa pembagian SHU, yang dibagikan ke anggota setiap akhir periode sesuai dengan jasa anggotanya masing-masing. Sehubungan dengan masalah tersebut bahwasannya koperasi serba usaha ini sangat berperan penting dalam meningkatkan keuntungan untuk mensejahterakan anggotanya dan masyarakat karena mayoritas dari masyarakatnya yang masih keterbelakangan ekonomi. Dalam Laporan Keuangan KPRI Praja Mukti tahun 2008-2012 menunjukan bahwa tiap tahunnya terjadi peningkatan pada laba SHU. Hal itu menggambarkan kemungkinan besar kinerja KPRI Praja Mukti dalam menghasilkan SHU cukup optimal karena jumlah aktiva baik piutang berada dalam posisi semakin bertambah tiap tahunnya.
TINJAUAN PUSTAKA Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Tjiptono, 2001). Dalam kenyataannya kualitas adalah konsep yang cukup sulit untuk dipahami dan disepakati. Dewasa ini kata kualitas mempunyai beragam
interpretasi, tidak dapat didefinisikan secara tunggal, dan sangat tergantung pada konteksnya. Piutang itu sendiri merupakan klaim koperasi kepada perseorangan atau organisasi atas uang, barang atau jasa. Piutang timbul dari transaksi yang berbeda-beda sifatnya seperti penjualan, kredit atas barang atau jasa dari usaha
pokok koperasi, pemberian pinjaman kepada pegawai, piutang-piutang tersebut harus dicantumkan dalam neraca yang terpisah dan identitas yang jelas. Dalam akuntansi pengertian piutang biasa digunakan untuk menunjukan klaim seseorang yang akan di lunasi dengan uang. Menurut Soemarso dalam bukunya Akuntansi Suatu Pengantar, piutang usaha dapat didefinisikan sebagai berikut: “Piutang Usaha yaitu aktiva lancar dimana perusahaan memberikan kelonggaran untuk membayar kemudian atas penjualan barang atau jasa yang dilakukan.” (2002:365) Kelonggaran-kelonggaran yang diberikan, biasanya dalam bentuk memperbolehkan para pelanggan tersebut Menurut Suhardjono (2003: 256257) kualitas kredit dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Lancar, Kredit yang digolongkan lancar apabila memenuhi criteria sebagai berikut: Pembayaran tepat waktu, tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit, Hubungan debitur dengan Bank baik dan debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan akurat, Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat. 2. Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kredit yang digolongkan Dalam Perhatian Khusus (DPK) apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga sampai 90 hari, Jarang mengalami cerukan atau overdraft, Hubungan debitur dengan bank baik dan debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan masih akurat,
membiayai kemudian atas penjualan barang atau jasa yang dilakukan. Penjualan dengan syarat demikian disebut penjualan kredit. Sedangkan pengertian Piutang Usaha menurut Henry Simamora dalam bukunya Basis Pengambilan Keputusan Bisnis adalah sebagai berikut: “Piutang Usaha merupakan klaim yang muncul dari penjualan barang dagangan atau jasa yang tidak didukung oleh surat tertulis.” (2000:228) Dapat diartikan bahwa kualitas piutang merupakan keseluruhan karakteristik yang menggambarkan atau menjelaskan kondisi tingkat kelancaran pengembalian utang dari konsumen yang menjadikan piutang menghasilkan penerimaan kas. Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat, e. Pelanggaran perjanjian kredit yang tidak prinsipil. 3. Kurang lancar, Kredit yang digolongkan kurang lancar apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari, Terdapat cerukan atau overdraft yang berulang kali khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas, Hubungan debitur dengan Bank memburuk dan informasi keuangan debitur tidak dapat dipercaya, . Dokumentasi kredit kurang lengkap dan pengikatan agunan yang lemah, Pelanggaran terhadap persyaratan pokok kredit, Perpenjangan kredit untuk menghubungkan kesulitan keuangan. 4. Diragukan, Kredit yang digolongkan diragukan apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 hari sampai 270 hari, Terjadi cerukan atau overdraft yang bersifat permanen khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas, Hubungan debitur dengan Bank semakin memburuk dan informasi keuangan debitur tidak tersedia atau tidak dapat dipercaya, Dokumentasi kredit tidak lengkap dan pengikatan Koperasi yang dapat melayani anggota dengan sebaik-baiknya dapat dikatakan berhasil. Namun sebagai badan usaha, koperasi juga dituntut untuk dapat sejajar dengan badan usaha lain termasuk dalam memperoleh SHU. Untuk itu pengurus harus bekerja keras dan mempunyai manajemen yang baik sehingga dapat menghasilkan pelayanan maupun Sisa Hasil Usaha (SHU) yang wajar. Menurut IAI (2004:27), pengertian sisa hasil usaha adalah : “Sisa hasil usaha adalah gabungan dari hasil partisipasi neto dan laba atau
5.
agunan yang lemah. Pelanggaran yang prinsipal terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian kredit. Macet, Kredit yang digolongkan Macet apabila memenuhi criteria sebagai berikut: Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 270 hari, Dokumentasi kredit dan atau pengikatan agunan tidak ada
rugi kotor dengan non anggota, ditambah atau dikurangi dengan pendapatan dan beban lain serta beban perkoperasian dan pajak penghasilan badan koperasi”. Menurut UU No. 25 Tahun 1992 Pasal 1 dan 2 : “Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam waktu satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan”.
OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek penelitian atau sering juga disebut unit pengamatan sesuatu yang akan menghasilkan karakteristik – karakteristik atau sifat – sifat yang akan menjadi perhatian peneliti ( Ahmad, Harapan : 2003 ). Tempat penulis melakukan penelitian serta mendapatkan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini dijadikan sebagai unit analisis atau subjek penelitian. Penulis melakukan penelitian dengan objek penelitiannya adalah Piutang dan Sisa Hasil Usaha. Sedangkan yang menjadi subyek penelitian adalah KPRI Praja Mukti Tasikmalaya yang bertempat di Jalan Pemuda no. 2 Tasikmalaya 46113.
Sejarah Singkat KPRI Praja Mukti Tasikmalaya Koperasi Pegawai Kantor Kabupaten Tasikmalaya tempo dulu didirikan tahun 1951, dengan mengawali kegiatannya pertama-tama bergotongrpyong belanja bersama untuk keperluan rumah tangga sehari-hari. Dalam waktu dua tahun kemudian, tepatnya 1953, rereoangan (gotong-royong) belanja bersama berkembang menjadu usaha simpan pinjam. Ketika usaha simpan pinjam telah beranggotakan 29 orang dan mempunyai modal Rp. 290,Baik gotong-royong belanja bersama maupun usaha pinjam memunjam dirintis oleh beberapa orang pegawai
Kantor Kabupaten dan Kecamatan Kota Tasikmalaya, diantaranya lima sekawan dibawah ini: 1. D. Somawiria, Camat Kota Tasikmalaya 2. Hamimzar, pegawai Kantor Tasikmalaya 3. Usman Atma Sasmita , Pegawai Kantor Tasikmalaya 4. R. Sambas Nuriadikarta, Mantri Polisi Kota Tasikmalaya 5. Mar’oep, Pegawai Kantor Kabupaten Kemudian setelah berjalan sewindu, tepatnya pada tahun 1961, usaha simpan pinjam ini terus berkembang dan oleh para perintis dimuka dijadikan koperasi koperasi dengan nama KP3KT (Koperasi Pegawai Pamong Praja Kabupaten Tasikmalaya). Terdaftar di Kantor Jawatan Koperasi Pusat dengan Hak Badan Hukum no. 5158 Tahun 1961 Susunan pengurus KP3KT di Kabupaten Tasikmalaya juga ada KPKT (Koperasi Pegawai Otonom Kabupaten Tasikmalaya). Pada Tahun 1968 dalam rangka penyesuaian dengan UU No.12 Tahun 1967 Tentang Perkoperasian, KP3KT dan KPKT bersepakat bergabung, bersatu mendirikan satu koperasi diwilayah kerja Kantor Kabupaten Tasikmalaya. Akhirnya pada tanggal 8 Agustus 1968 didirikan Koperasi Pegawai Pemerintah Kabupaten DT II Tasikmalaya, bernama Koperasi Praja Mukti. Nama itu diambil dari arti dan makna, Praja yang mengandung arti kata Rakyat. Dan Mukti dari arti kata Subur Makmur. Akta pendirian Koperasi Praja Mukti dibuat oleh Kantor Direktorat Koperasi Propinsi Jawa Barat No. 5158/BH/IX-21/12-67, ditandatangai oleh pengurus ialah : 1. R. Adeng Harmaen. 2. Drs. Tatang RW, 3. Z. Abudin AS, 4. R. Syarif Mastur. 5. Ono Karsono.
Kepengurusan Susunan Pengurus dan Badan Pemeriksa/Pengawas KPRI “Praja Mukti” Tasikmalaya tahun 2013 : Pembina Bupati Tasikmalaya Walikota Tasikmalaya Pengawas Ketua Anggota Anggota Pengurus Ketua Msi Wakil Ketua Sekretaris Bendahara Manajer
: H. Rustidjo SH.MH : Drs Tatang Gumilar, Msi : Teten Sudirman
: H. Endang Kusaeni, SH. : Drs. H. Munawar MM. : Drs. H. M. Ridwan : Suparto.S.IP : H. Tohirin
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan studi kasus. Metode deskriptif adalah suatu metode yang meneliti status kelompok manusia, objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan membuat deskripsi, gambaran atau lukisan sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. (Mohamad Nazir, 2003). Teknik Pengumpulan Data Untuk melengkapi dan menyelesaikan pembuatan skripsi ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data dan informasi dengan melakukan studi dokumentasi, yaitu penelitian selama kurun waktu 5 tahun dari tahun 2008-2012 untuk mendapatkan data sekunder dari objek yang diteliti dengan melakukan pengumpulan data dari KPRI Praja Mukti Tasikmalaya dan dengan media internet.
Teknik Analisis Data
Dimana rancangan analisis data yang digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh Piutang terhadap Sisa Hasil Usaha meliputi penetapan statistik uji dan pengujian hipotesis yaitu sebagai berikut: 1. Analisis Regresi Linear Sederhana Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel X terhadap variabel Y, dengan persamaan sebagai berikut: Y= a + bX (Sugiyono, 2003:244) Keterangan: X = Kualitas Piutang Y = Sisa Hasil Usaha a = Konstanta b = Koefisien Regresi Untuk menghitung nilai a dan b digunakan rumus sebagai berikut : Yi X i 2 X i X iYi a = 2 2 n X i X i
b=
X i Yi X i Yi n Xi
2
X i
2
(Sugiyono, 2004:245) 2. Koefisien Determinasi Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel (X) terhadap variabel (Y) dapat dicari dengan menggunakan koefisien determinasi (kd) kd r 2 x100%
(Sugiyono, 2003:254) Ketrangan : Kd = Koefisien determinasi r = koefisien korelasi Besarnya koefisien determinasi (r2 ) terletak antar 0 dan 1 atau antar 0% sampai dengan 100%. Sebaliknya jika r2 = 0, model tadi tidak menjelaskan sedikitpun pengaruh variasi varibel X
terhadap variasi variable Y. kecocokan model dikatakan lebih baik jika r2 semakin dekat dengan 1. Jadi untuk batas koefisien determinasi adalah 0 r2 1. 3. Uji Signifikasi Untuk mengetahui kuat lemahnya pengaruh variabel X terhadap Y maka dilakukan uji t. Adapun tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 atau 5% karena dinilai cukup ketat untuk mewakili hubungan anatara variabel-variabel yng diteliti dan merupakan tingkat signifikan yang umum digunakan dalam penelitian social. Tingkat signifikan yang dipakai adalah 95% (α =0,05). Adapun langkah-langkah pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Hipotesis : Ho: ρ = 0 : Kualitas Piutang tidak berpengaruh terhadap Sisa hasil usaha Ha : ρ ≠ 0 : Kualitas Piutang berpengaruh terhadap Sisa hasil usaha b. Tes Statistik yang digunakan untuk menguji signifikan : r n2 t 1 r2 (Sugiyono, 2004:234) c. Kaidah Keputusan : t 1 t t 1 2 2 Terima Ho jika
t t 1 2 Tolak Ho Jika atau t1 2 d. Simpulan Menyimpulkan Ho diterima atau ditolak (sesuai dengan kaidah keputusan)
HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian yang dilakukan pada perusahan KPRI Praja Mukti Tasikmalaya, diperoleh nilai Kredit yang diberikan dan Kualitas Piutang dari tahun 2008 – 2012 sebagai berikut : Tabel 1 Penjualan Kredit dan Tunggakan KPRI Praja Mukti Tasikmalaya Dari periode tahun 2008-2012 Penjualan Kredit (Rp) 2008 1,789,576,354.00 2009 2,813,310,055.00 2010 5,783,816,321.00 2011 7,133,856,966.00 2012 8,229,679,928.00 Sumber : Laporan Keuangan dari Praja Mukti Tasikmalaya Tahun
Tunggakan Kredit (Rp) 84,333,782.00 84,005,802.00 78,543,813.00 73,099,341.00 92,514,022.00 Th 2008 sampai dengan 2012 KPRI
Tabel 2 Kredit Yang Diberikan dan Kualitas Piutang KPRI Praja Mukti Tasikmalaya Dari periode tahun 2008-2012
Tahun Penjualan Kredit
Kredit Lancar
Kredit Dalam Kredit Kurang Perhatian Lancar Khusus
Kredit Diragukan
Kredit Macet
2008
1.789.576.354,00 1.705.242.572,00
35.420.188,44
12.650.067,30 22.770.121,14 13.493.405,12
2009
2.813.310.055,00 2.729.304.253,00
35.282.436,84
12.600.870,30 22.681.566,54 13.440.928,32
2010
5.783.816.321,00 5.705.272.508,00
32.988.401,46
11.781.571,95 21.206.829,51 12.567.010,08
2011
7.133.856.966,00 7.060.757.625,00
30.701.723,22
10.964.901,15 19.736.822,07 11.695.894,56
2012
8.229.679.928,00 8.137.165.906,00
38.855.889,24
13.877.103,30 24.978.785,94 14.802.243,52
Sumber : Laporan Keuangan dari Th 2008 sampai dengan 2012 KPRI Praja Mukti Tasikmalaya. Tabel 3 Kualitas Piutang dan Sisa Hasil Usaha KPRI Praja Mukti Tasikmalaya Dari periode tahun 2008-2012 Tahun 2008 2009 2010 2011 2012
Kualitas Piutang (Rp) 1.705.242.572,00 2.729.304.253,00 5.705.272.508,00 7.060.757.625,00 8.137.165.906,00
Sisa Hasil Usaha (Rp) 69.093.487,60 78.740.705,19 154.043.105,87 250.837.847,17 356.109.883,44
Tabel 4 Hasil Perhitungan Kualitas Piutang KPRI Praja Mukti Tasikmalaya Kualitas Piutang Kualitas Piutang Dalam (Rp) Desimal 2008 1.705.242.572,00 0.952875 2009 2.729.304.253,00 0.970140 2010 5.705.272.508,00 0.986420 2011 7.060.757.625,00 0.989753 2012 8.137.165.906,00 0.988758 Sumber : Tabel 2 Tahun
Dalam % 95.29% 97.01% 98.64% 98.98% 98.88%
Berdasarkan tabel 1, hasil penelitian kualitas piutang pada KPRI Praja Mukti Tasikmalaya periode tahun 2008-2012 diperoleh hasil bahwa pada tahun 2008 KPRI Praja Mukti Tasikmalaya melakukan penjualan kredit sebesar Rp. 1.789.576.354,00 dan memiliki tunggakan kredit sebesar Rp. 84.333.782,00 dengan tingkat kualitas piutang sebesar 95,29%. Pada tahun 2009 penjualan kredit yang diberikan mencapai Rp. 2.813.310.055,00, memiliki tunggakan kredit sebesar Rp. 84.005.802,00 dengan tingkat kualitas piutang sebesar 97,01%. Tahun 2010 penjualan kredit yang diberikan sebesar Rp. 5.783.816.321,00, memiliki tunggakan kredit sebesar Rp. 78.543.813,00 dengan tingkat kualitas piutang sebesar 98,64%. Pada tahun 2011 penjualan kredit yang diberikan mencapai Rp. 7.133.856.966,00, memiliki tunggakan kredit sebesar Rp. 73.099.341,00 dengan tingkat kualitas piutang sebesar 98,98%. Dan pada tahun 2012 penjualan kredit yang diberikan sebesar Rp. 8.229.679.928,00, memiliki tunggakan kredit sebesar Rp. 92.514.022,00 dengan tingkat kualitas piutang sebesar 98,88%. Dengan demikian diketahui bahwa kualitas piutang pada KPRI Praja Mukti Tasikmalaya cenderung mengalami peningkatan. Adapun peningkatan perkembangan terbesar terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 95.63%. Besar kecilnya peningkatan kualitas piutang tergantung dari nilai penjualan kredit dan besarnya kredit lancar yang dimiliki oleh KPRI Praja Mukti Tasikmalaya.
Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat bahwa kualitas piutang yang terjadi pada KPRI Praja Mukti Tasikmalaya dari 5 Tahun dapat mencerminkan suatu gambaran dalam menilai kualitas piutang dan sekaligus dapat menilai tingkat kesehatan koperasi. Adapun hasil yang dapat dilihat pada tabel di atas bahwa pada tahun 2008 diperoleh sebesar 95,29%, pada tahun 2009 diperoleh sebesar 97,01%, pada tahun 2010 diperoleh sebesar 98,64%, pada tahun 2011 diperoleh sebesar 98,98%, dan pada tahun 2012 diperoleh sebesar 98,88%. Hal ini menunjukkan bahwa pada KPRI Praja Mukti Tasikmalaya memiliki kualitas piutang yang baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada KPRI Praja Mukti Tasikmalaya sudah memiliki kualitas piutang yang baik, hal ini menunjukkan bahwa pihak manajemen KPRI Praja Mukti Tasikmalaya dapat mempertahankan kinerja dengan baik.
Tabel 5
Sisa Hasil Usaha KPRI Praja Mukti Tasikmalaya Dari periode tahun 2008-2012 Tahun 2008 2009 2010 2011 2012
Sisa Hasil Usaha (Rp) 69,093,487.60 78,740,705.19 154,043,105.87 250,837,847.17 356,109,883.44
Pertumbuhan (%) 13.96% 95.63% 62.84% 41.97%
Berdasarkan tabel 5 hasil penelitian yang dilakukan pada KPRI Praja Mukti Tasikmalaya, sisa hasil usaha yang diperoleh pada periode tahun 2008-2012 cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 KPRI Praja Mukti mendapatkan perolehan sisa hasil usaha sebesar Rp. 69.093.487,60. Pada tahun berikutnya yaitu tahun 2009 mengalami peningkatan pendapatan sisa hasil usaha sebesar 13,96% menjadi Rp. 78.740.705,19. Pada tahun 2010 KPRI Praja Mukti Tasikmalaya memperoleh sisa hasil usaha sebesar Rp. 154.043.105,87, mengalami peningkatan yang sangat tinggi yaitu mencapai 95,63% dari tahun 2009. Pada tahun 2011 terjadi peningkatan sisa hasil usaha sebesar 62,84% dari tahun sebelumnya menjadi 250.837.847,17. Sedangkan pada tahun 2012 peningkatan sisa hasil usaha mencapai 41,97% menjadi Rp. 356.109.883,44 dari tahun 2011. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2010 yaitu mencapai 95,63%. Peningkatan ini terjadi karena KPRI Praja Mukti Tasikmalaya mampu menekan biaya yang dikeluarkan dan menghilangkan pembagian bingkisan paket lebaran kepada setiap anggotanya sehingga biaya tersebut dijadikan sebagai sisa hasil usaha KPRI Praja Mukti Tasikmalaya.
Regression Variabl es Entered/Removedb Model 1
Variables Entered Kualitasa Piutang
Variables Remov ed
Method
.
Enter
a. All requested v ariables entered. b. Dependent Variable: Sisa Hasil Usaha
Model Summary Change Statistics Model 1
R .889a
R Square .791
Adjusted R Square .721
a. Predictors: (Constant), Kualitas Piut ang
St d. Error of the Estimate .37604
R Square Change .791
F Change 11.361
df 1
df 2 1
3
Sig. F Change .043
ANOVAb Model 1
Sum of Squares 1.606 .424 2.031
Regression Residual Total
df
Mean Square 1.606 .141
1 3 4
F 11.361
Sig. .043a
a. Predictors: (Const ant), Kualitas Piut ang b. Dependent Variable: Sisa Hasil Usaha
Coeffi ci entsa
Model 1
(Constant) Kualitas Piutang
Unstandardized Coef f icients B St d. Error -20.028 11.527 39.740 11.790
St andardized Coef f icients Beta .889
t -1.737 3.371
Sig. .181 .043
a. Dependent Variable: Sisa Hasil Usaha
Pengujian Hipotesis Untuk menghindari bias dalam perhitungan maka dilakukan penyetaraan data dengan merubah data sisa hasil usaha ke dalam bentuk desimal dengan cara di ln, maka hasil yang diperoleh sebagai berikut.
Tabel 6 Kualitas Piutang dan Sisa Hasil Usaha Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2012 (dalam desimal) Periode
Kualitas Piutang
Sisa Hasil Usaha
2008 2009 2010 2011 2012
0.953 0.970 0.986 0.990 0.989
18.05 18.18 18.85 19.34 19.69
a. Analisis koefisien determinasi Berdasarkan program komputer yang terdapat dalam tabel summary diketahui bahwa nilai koefisien determinasi sebesar 79,1% yang berarti bahwa besarnya pengaruh kualitas piutang terhadap sisa hasil usaha adalah sebesar 79,1%. Dalam hal ini sisa hasil usaha dipengaruhi oleh kualitas piutang sebesar 79,1%, sisanya sebesar 20,9% merupakan pengaruh faktor lain yang
diduga/diperkirakan antara lain : efektif dan efisiennya pemberian kredit, biaya administrasi dan umum, biaya pemasaran/penjualan, dan Bad Debt Ratio (BDR) yang rendah atau rendahnya tingkat kemacetan kredit. b. Pengujian hipotesis Sedangkan untuk menguji pengaruh kualitas piutang terhadap sisa hasil usaha, maka dapat digunakan uji t.
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh antara kedua variabel yaitu kualitas piutang sebagai variabel independen dengan sisa hasil usaha sebagai variabel dependen. Berdasarkan program komputer yang terdapat dalam tabel coefficients pada lampiran, diperoleh nilai thitung sebesar 3,371 kemudian thitung ini dibandingkan dengan ttabel pada degree of freedom (df) n2 = 3 dan = 0,05 diperoleh nilai ttabel sebesar 3,182. Ternyata thitung lebih besar dari ttabel (3,371 > 3,182). Dengan demikian, hipotesis nol (Ho) ditolak atau Ha (hipotesis penulis) diterima. Dengan diterimanya Ha bahwa pada tingkat keyakinan 95% kualitas piutang berpengaruh secara signifikan terhadap sisa hasil usaha pada KPRI Praja Mukti Tasikmalaya. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Ferry Andias (2008) dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh besarnya penyaluran kredit dan risiko kredit terhadap sisa hasil usaha (SHU)” bahwa besarnya penyaluran kredit dan risiko kredit dapat mempengaruhi jumlah perolehan SHU, karena dengan adanya penyaluran kredit ini akan menimbulkan piutang bagi koperasi yang berkaitan dengan risiko kredit, sehingga pihak kreditur dalam hal ini anggota mempunyai kewajiban untuk mengembalikan kreditnya kepada koperasi disertai dengan sebuah kontraprestasi berupa bunga atau imbalan atas pinjamannya. Semakin besar penyaluran kredit maka risiko kredit juga tinggi yang berpengaruh terhadap perolehan SHU, tergantung dari tingkat pengembalian kredit dari anggota, serta di dukung dengan pengelolaan penyaluran kredit secara efektif dan efisien oleh koperasi sehingga memperoleh keuntungan yang maksimal
DAFTAR PUSTAKA Barlian, I dan Sundjaja, R. S. 2003. Manajemen Yayasan
Keuangan
Astra
Satu.
Honda
Motor.
Struktur
Modal
Jakarta
Bardin.
Mencermati
Koperasi. http://www.google.co.id.
Baswir,
Revrisond.
Indonesia
2000. Edisi
Koperasi Pertama.
Yogyakarta : BPFE Yogyakarta
Hendar dan Kusnadi. 1999. Koperasi.
Lembaga
Ekonomi
Penerbitan
FE-UI,
Jakarta.
Henry Simamora. 2000. Basis Pengambilan Keputusan Bisnis. Jakarta : Salemba Empat
Leunupun
Pieter.
2003.
Profitabilitas
Ekuitas dan Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya
(Studi
Pada
Beberapa KUD di Kota Ambon). http://puslit.petra.ac.id/journals/acc ounting/ Rasyid, Yusuf., Nyoman Suprastha., dan Widayatmoka.
2000.
Ekonomi
Koperasi
Dasar
Struktur
Manajemen.
Jakarta:
Salemba
Empat
Soemarso.
2005.
Akuntansi
Suatu
Pengantar . Jakarta : Salemba Empat
Jakarta.
Skripsi
pada
Fakutas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sugiyono.
2007.
Metode
Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta
Skousen,dkk.; Dialihbahasakan Oleh K. Fred, 2001. ” Akuntansi Keuangan,Konsep dan Aplikasi ”. Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Undang-Undang Republik Indonesia. 1992. Perkoperasian no 25 Tahun 1992. Surabaya : Arkola.
Sularso. Modal Koperasi Istilah Simpanan
Widjaja Tunggal, Amin. 2002. Akuntansi Untuk Koperasi. Jakarta : Rineka Cipta
dan
Permasalahan
Permodalan
Koperasi. http://www.google.co.id
Susilo, D.U. 2004. Kajian Manajemen Piutang PT. Sucofindo (Persero)
Yitnosumarto, Suntoyo. 1990. Dasar-Dasar Statistika. Jakarta : Rajawali Zaki Baridwan. 2004 . Intermidiate Accounting. Yogyakarta : BPFE