PENGARUH STRUKTUR MODAL TERHADAP SISA HASIL USAHA (SHU) PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) SE KOTA SEMARANG
SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Isma Octavia Ade Fufani NIM 7350407085
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada :
Hari
:
Tanggal
:
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Murwatingsih, MM NIP. 195201231980032001
Moh. Khoirudin, Se, M. Si NIP.197001062008121001
Mengetahui : a/n Ketua Jurusan Manajemen Sekretaris Jurusan Manajemen
Dra. Palupiningdyah, M. Si NIP. 195208041980032001
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :
Penguji
Dr. Ketut Sudarma, MM NIP. 195211151978031002
Anggota I
Anggota II
Dra. Murwatiningsih, MM NIP. 195201231980032001
Moh. Khoiruddin, SE, M. Si NIP.197001062008121001
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
Dr. S. Martono, M. Si NIP. 196603081989011001
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Semarang,
Agustus 2013
Isma Octavia Ade Fufani NIM. 7350407085
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto Jangan mencari tuhan karena kamu butuh jawaban. Carilah tuhan karena kamu tahu bahwa
dia-lah
jawaban
atas
pertanyaanmu itu. Banyak kegagalan dalam hidup ini di karenakan orangorang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah. - Thomas A. Edison
Persembahan : Orangtuaku tercinta terimakasih atas doanya. Almamaterku, Universita Negeri Semarang.
v
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : Pengaruh struktur modal terhadap sisa hasil usaha (SHU) pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) se Kota Semarang Penulis menyadari bahwa skripsi ini tak dapat disusun tanpa adanya peran dari berbagai pihak yang turut mendukung, membimbing, dan membantu, hingga penelitian ini selesai. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Prof. Dr. Fathur Rokhman M. Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan belajar di Universitas Negeri Semarang.
2.
Dr. S. Martono, M.Si. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan belajar di Universitas Negeri Semarang.
3.
Dra. Palupiningdyah, M.Si, Ketua Jurusan Manajemen UNNES, yang telah memberikan kesempatan belajar di Universitas Negeri Semarang.
4.
Dra.
Murwatiningsih,
MM
Pembimbing
I
yang
membimbing,
mengarahkan, dan memotivasi dalam pembuatan skripsi ini. 5.
Moh. Khoiruddin, SE, M.Si Pembimbing II yang dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
vi
6.
Dr. Ketut Sudarma, MM Penguji Skripsi yang mengarahkan, dan memotivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
7.
Bapak dan Ibu Dosen Manajemen yang selalu membimbing didalam dan diluar perkuliahan.
8.
Orangtua dan keluarga terima kasih untuk kasih sayang, semangat, dan dukungannya.
9.
Teman-teman Manajemen angkatan 2007 dan teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
10. Semua pihak yang turut membantu, mendukung dan memotivasi sebelum, saat, dan sesudah penulisan skripsi ini. Semoga segala kebaikan yang telah dicurahkan mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa, amin. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Semarang,
Agustus 2013
Penyusun
vii
SARI Isma Octavia Ade Fufani, 2013. “Pengaruh Struktur Modal Terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Se Kota Semarang”. Skripsi. Jurusan Manajemen. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Dra. Murwatiningsih, MM. Pembimbing II : Moh Khoiruddin, SE, M.Si. Kata Kunci:
Modal Sendiri, Modal Pinjaman, Sisa Hasil Usaha (SHU).
Koperasi sebagai soko guru perekonomian Indonesia, meskipun tidak berorientasi mencari keuntungan semata akan tetapi usaha-usaha yang dikelola harus tetap memperoleh penghasilan yang layak demi menjaga kelangsungan hidup dan meningkatkan kemampuan usaha. Demikian halnya pada KPRI di Kota Semarang setiap usaha yang dijalankan bertujuan untuk memperoleh Sisa Hasil Usaha (SHU) yang wajar. Mengingat fungsi Sisa Hasil Usaha (SHU) yang sangat penting bagi kelangsungan hidup KPRI, maka usaha-usaha yang dijalankan harus senantiasa dapat meningkatkan perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU). Salah satu upaya untuk meningkatkan Sisa Hasil Usaha (SHU) tersebut adalah dengan menggunakan modal yang dimiliki KPRI, baik Modal Sendiri maupun Modal Pinjaman secara efisien serta memiliki struktur finansial dan struktur modal yang baik. Dengan Modal Sendiri dan Modal Pinjaman yang digunakan untuk mengelola usaha-usaha KPRI, diharapkan dapat meningkatkan Sisa Hasil Usaha (SHU). Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Adakah pengaruh rasio modal sendiri Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI se Kota Semarang? (2) Adakah pengaruh rasio pinjaman Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI se Kota Semarang? (3) Seberapa besar pengaruh rasio modal sendiri Debt to Equity Ratio (DER) dan rasio modal pinjaman Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI se Kota Semarang? Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Untuk mengetahui pengaruh antara modal sendiri Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) (2) Untuk mengetahui pengaruh antara modal pinjaman Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) (3) Untuk mengetahui pengaruh modal sendiri Debt to Equity Ratio (DER) dan modal pinjaman Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU). Populasi dalam penelitian ini adalah KPRI yang menjadi anggota PKPRI dan mengumpulkan laporan pertanggung jawaban tahun 2010-2011 sebanyak 60 KPRI. Variabel penelitian ada dua yaitu variabel independen dan variabel dependen. Sebagai variabel independen dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio (DER) (X1) dan Debt To Total Asset Ratio (DAR) (X2), sedangkan untuk variabel dependen (Y) adalah Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan data statistik yaitu analisis regresi linier berganda. Hasil yang diperoleh setelah penelitian yaitu data sampel KPRI Kota Semarang berdistribusi normal, dilihat dari pola titik-titik yang diperoleh dari uji kenormalan data yang tersebar pada daerah garis diagonal. Hasil pengujian menunjukkan tidak viii
terjadi multikolinearitas dalam model empiris yang diuji. Hal ini ditunjukkan dengan nilai tolerance dari semua variabel independen yang lebih dari 0,10. Hasil pertimbangan nilai VIF (Variance Inflation Factor) menunjukkan tidak ada satupun variabel independen yang memiliki VIF lebih dari 10. Nilai D-W 1,951 lebih besar dari batas atas (du) 1,67 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi. Pola yang jelas dengan titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y pada uji scatterplot menunjukkan tidak mengandung heterokedastisitas. Pengaruh struktur modal terhadap sisa hasil usaha, struktur modal dan sisa hasil usaha berpengaruh positif dan signifikan secara simultan terhadap sisa hasil usaha yang ditunjukan oleh F hitung sebesar 4,921 dengan sig 0,000. F hitung dengan tingkat signifikansi 0.000 jauh lebih kecil dari level significance 5% (0,05) menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Struktur modal mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap sisa hasil usaha, yang ditunjukkan oleh nilai t hitung untuk struktur modal -0,024 dengan sig 0,014. Struktur modal sendiri mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap sisa hasil usaha, yang ditunjukkan oleh nilai t hitung untuk variabel modal sendiri sebesar 0,294 dengan sig 0,009. Struktur modal pinjaman mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap sisa hasil usaha, yang ditunjukkan oleh hasil t hitung untuk variabel struktur modal sebesar -0,157 dengan sig -0.003. Hasil penelitian membuktikan bahwa struktur modal dan sisa hasil usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan secara simultan. Hasil penelitian membuktikan bahwa struktur modal pinjaman berpengaruh negatif dan signifikan terhadap sisa hasil usaha. Hasil penelitian membuktikan bahwa struktur modal berpengaruh terhadap sisa hasil usaha. Hasil penelitian membuktikan bahwa struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap sisa hasil usaha. Peneliti menyarankan untuk para peneliti selanjutnya hendaknya dapat melakukan penelitian serupa dengan menambahkan variabel struktur modal optimum. Saran untuk pengurus koperasi harus lebih memanfaatkan modalnya dengan pengembangan usaha, untuk meningkatkan perolehan sisa hasil usaha
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................... ii PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................................ iii PERNYATAAN .......................................................................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................................. v PRAKATA .................................................................................................................. vi SARI ......................................................................................................................... viii ABSTRAK .................................................................................................................. x DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii DAFTAR TABEL .................................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xviii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah................................................................................... 7 1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8
x
1.4 Kegunaan Penelitian .................................................................................. 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Koperasi .................................................................................................. 10 2.1.1 Pengertian Koperasi .......................................................................... 10 2.1.2 Jenis Jenis Koperasi ......................................................................... 13 2.1.3 Modal Koperasi ............................................................................... 14 2.2 Sisa Hasil Usaha (SHU) ......................................................................... 18 2.2.1 Pembagian Sisa Hasil Usaha ......................................................... 19 2.2.2 Faktor Faktor yang Mempengaruhi SHU ...................................... 21 2.2.3 Prinsip Prinsip Pembagian SHU ................................................... 22 2.6 Hubingan Modal Sendiri dengan Sisa Hasil Usaha (SHU) .................... 24 2.7 Hubingan Modal Pinjaman dengan Sisa Hasil Usaha (SHU) ................ 26 2.8 Stuktur Modal ......................................................................................... 26 2.8.1 Definisi Struktur Modal ............................................................... 26 2.8.2 Faktor Faktor yng Mempengaruhi Struktur Modal ...................... 39 2.9 Penelitian Terdahulu................................................................................ 42 2.10 Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 45
xi
2.11 Hipotesis ....................................................................................................... 46 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi Penelitian .................................................................................. 48 3.2 Sampel Penelitian ................................................................................... 48 3.3 Variabel Penelitian ................................................................................. 50 3.3.1 Variabel Independen ........................................................................ 50 3.3.2 Variabel Dependen ........................................................................... 51 3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................... 52 3.5 Metode Pengolahan Dan Analisis Data ................................................. 52 3.6 Analisis Inferensial ................................................................................ 53 3.6.1 Uji Normalitas Data ........................................................................ 53 3.6.2 Analisis Regresi Berganda .............................................................. 53 3.6.3 Koefisien Determinasi R² ............................................................... 54 3.7 Uji Hipotesis ......................................................................................... 54 3.7.1 Uji Hipotesis t-test......................................................................... 54 3.7.2 Uji Hipotesis F-test ....................................................................... 55 3.8 Uji Asumsi Klasik ................................................................................. 56 3.8.1 Normalitas ...................................................................................... 56
xii
3.8.2 Multikolinearitas ........................................................................... 56 3.8.3 Heteroskedastisitas ........................................................................ 57 3.8.4 Autokorelasi .................................................................................. 57 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian........................................................................................ 59 4.1.1 Obyek Penelitian ............................................................................... 59 4.1.2 Jenis Usaha KPRI ............................................................................. 59 4.2 Struktur Modal ........................................................................................ 64 4.3 Variabel Struktur Modal .......................................................................... 60 4.3.1 Variabel Struktur Modal Sendiri (DER) ....................................... 64 4.3.2 Variabel Struktur Modal Pinjaman (DAR) .................................. 65 4.3.3 Sisa Hasil Usaha ........................................................................... 65 4.4 Uji Analisis Data .................................................................................... 66 4.4.1 Uji Asumsi Klasik ...................................................................... 66 4.4.2 Uji Normalitas ............................................................................ 66 4.4.3 Uji Multikolinieritas ................................................................... 67 4.4.4 Uji Heterokesdastisitas ............................................................... 65
xiii
4.4.5 Uji Autokorelasi ......................................................................... 70 4.5 Analisis Regresi ...................................................................................... 71 4.6 Uji Hipotesis ........................................................................................... 72 4.6.1 Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F) ....................................... 72 4.6.2 Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ............................................ 73 4.7 Koefisien Determinasi ............................................................................ 74 4.8 Pembahasan ............................................................................................ 74 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Pembahasan ............................................................................................ 77 5.2 Saran ....................................................................................................... 77 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 79 LAMPIRAN ............................................................................................................... 82
xiv
DAFTAR TABEL Tabel 3.2 Daftar Sampel KPRI di Kota Semarang ........................................... 49 Tabel 4.1 Struktur Modal KPRI Kota Semarang tahun 2010 .......................... 61 Tabel 4.2 Struktur Modal KPRI Kota Semarang tahun 2011 .......................... 62 Tabel 4.1 Sisa Hasil Usaha KPRI Kota Semarang tahun 2010-2011 .............. 63 Tabel 4.6 Uji Multikolinearitas Rangkuman Nilai tolerance dan VIF ............. 68 Tabel 4.8 Uji glejser ...........................................................................................69 Tabel 4.7 Hasil Analisis Autokorelasi .............................................................. 70 Tabel 4.7 Durbin-Watson Test ......................................................................... 70 Tabel 4.9 Analisis Regresi Linier Berganda ......................................................71 Tabel 4.10 Hasil Uji Simultan (Uji F) ...............................................................72
xv
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1
Kerangka Berfikir ...................................................................... 46
Gambar 4.1 Uji Normalitas Data dengan P-Plot................................................67 Gambar 4.2 Grafik Scatterplot...........................................................................69
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Data Keuangan 2010 ..................................................................... 82 Lampiran 2 Data Keuangan 2011 ..................................................................... 84 Lampiran 3 Data Keuangan Regresi 2010 ........................................................ 86 Lampiran 4 Data Keuangan Regresi 2011 ........................................................ 88 Lampiran 5 Data Modal Sendiri, Pinjaman dan DER 2010 ............................. 90 Lampiran 6 Data Modal Sendiri, Pinjaman dan DER 2011 .............................. 91 Lampiran 7 Data Modal Sendiri, Pinjaman dan DAR 2010 ............................. 92 Lampiran 8 Data Modal Sendiri, Pinjaman dan DAR 2011 ............................. 93 Lampiran 9 Data Struktur Modal 2010 ............................................................. 94 Lampiran 10 Data Struktur Modal 2011 ........................................................... 95 Lampiran 11 Data Struktur Modal (Log) 2010 ................................................ 96 Lampiran 12 Data Struktur Modal (Log) 2011 ................................................. 97 Lampiran 13 Data Debt to Equity Ratio (DER) 2010-2011 .............................. 98 Lampiran 14 Data Debt to Total Asset Ratio (DAR) 2010-2011 ...................... 99 Lampiran 15 Data Sisa Hasil Usaha................................................................ 100 Lampiran 16 Data Peningkatan Debt to Equity Ratio (DER) 2010 ................ 101
xvii
Lampiran 17 Data Peningkatan Debt to Equity Ratio (DER) 2011 ................ 102 Lampiran 18 Data Peningkatan Debt to Total Asset Ratio (DAR) 2010 ........ 103 Lampiran 19 Data Peningkatan Debt to Total Asset Ratio (DAR) 2011 ....... 104 Lampiran 20 Data Peningkatan Sisa Hasil Usaha ........................................... 105 Lampiran 21 Populasi ..................................................................................... 106 Lampiran 22 Sampel ....................................................................................... 110
xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Koperasi lahir sebagai reaksi terhadap sistem liberalisme ekonomi pada permulaan abad ke19, yang pada waktu itu sekelompok kecil pemilik-pemilik modal menguasai kehidupan masyarakat. Mereka hidup berlebih sedangkan sekelompok besar dari masyarakat yang lemah kedudukan sosial ekonominya makin terdesak. Pada saat itulah tumbuh gerakan Koperasi, yang menentang aliran individualisme dengan asas kerja sama dan bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat. Bentuk kerja sama ini melahirkan perkumpulan Koperasi. Dalam tata perekonomian nasional kita, sangat diharapkan agar Koperasi Indonesia dapat menempati posisi dan kedudukan yang penting. Bahkan Koperasi Indonesia diharapkan menjadi soko guru perekonomian nasional Indonesia. Koperasi Indonesia mempunyai dasar konstitusional yang kuat, yakni UUD 1945 pasal 33 ayat 1 berbunyi “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Dalam penjelasan dari pasal tersebut dikatakan bahwa produksi dikerjakan oleh semua untuk semua, di bawah pimpinan
atau
kepemilikan
anggota-anggota
masyarakat.
Kemakmuran
masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-seorang. Oleh karena itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan .
1
2
Menurut UU No. 25 Tahun 1992, Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi, dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat, yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional, dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) adalah Koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari para Pegawai Negeri Republik Indonesia dalam suatu daerah kerja. Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) merupakan salah satu jenis Koperasi yang membutuhkan modal yang cukup untuk menggerakkan dan meningkatkan seluruh bidang usahanya. Sebagian besar KPRI dalam mengelola usahanya lebih mengutamakan menggunakan Modal Sendiri daripada Modal Pinjaman. Koperasi sebagai soko guru perekonomian Indonesia, meskipun tidak berorientasi mencari keuntungan semata akan tetapi usaha-usaha yang dikelola harus tetap memperoleh penghasilan yang layak demi menjaga kelangsungan hidup dan meningkatkan kemampuan usaha. Keuntungan di dalam Koperasi biasa disebut dengan istilah Sisa Hasil Usaha (SHU). Berdasarkan UU No.25 Tahun 1992 Pasal 45 Ayat 1 Sisa Hasil Usaha merupakan pendapatan Koperasi yang diperoleh dalam waktu satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.
3
Jumlah
Sisa
Hasil
Usaha
yang
diperoleh
secara
teratur
serta
kecenderungan meningkat merupakan faktor yang sangat penting yang perlu mendapat perhatian dalam menilai keuntungan suatu Koperasi. Stabilitas usaha menunjukkan kemampuan Koperasi menggunakan modalnya secara efisien sehingga memperoleh keuntungan yang besar. Adapun faktor yang mempengaruhi SHU terdiri dari faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam seperti partisipasi anggota, jumlah Modal Sendiri, kinerja pengurus, jumlah unit usaha yang dimiliki, kinerja manajer, dan kinerja karyawan. Sedangkan faktor dari luar seperti modal pinjaman dari luar, para konsumen dari luar selain anggota Koperasi dan pemerintah (Tri Ruli Yanti, 2005). Semakin besar SHU yang diperoleh Koperasi akan meningkatkan kesejahteraan para anggotanya dan masyarakat pada umumnya. Untuk meningkatkan perolehan SHU sangat tergantung dari besarnya modal yang berhasil dihimpun oleh Koperasi untuk menjalankan usahanya. Modal Koperasi terdiri dari Modal Sendiri dan Modal Pinjaman. Modal Sendiri dapat berasal dari: Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, dana cadangan dan hibah. Sedangkan Modal Pinjaman dapat berasal dari: anggota, Koperasi lainnya dan atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya, serta sumber lainnya yang sah. Hubungan modal Koperasi dengan perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) juga tergantung pada peran aktif anggotanya untuk tetap mempertahankan untuk menjadi anggota, artinya setiap anggota tidak akan meninggalkan Koperasinya. Oleh karena itu fungsi pendidikan bagi anggota harus terus-menerus dilaksanakan
4
untuk mempertahankan mereka mempercayai Koperasinya, bahwa pengelolaan Koperasi benar-benar sehat, baik sehat organisasi maupun sehat usaha. Dalam setiap tahunnya SHU yang diperoleh Koperasi disisihkan dan dibagi untuk keperluan: cadangan koperasi, jasa anggota, dana pengurus, dana pegawai, dana pendidikan, dana sosial dan dana pembangunan daerah kerja. Adapun cara dan besarnya penyisihan SHU ditetapkan dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) masing-masing Koperasi. Mengingat kegunaan dan fungsi dari penyisihan SHU yang begitu banyak, maka perolehan SHU bagi Koperasi pada setiap tahun menjadi sangat penting. Melalui SHU, Koperasi dapat memupuk Modal Sendiri yaitu dengan dana cadangan yang disisihkan setiap akhir periode tutup buku, sehingga akan memperkuat struktur modalnya. Selain itu dana-dana yang disisihkan dari SHU, apabila belum dicairkan atau digunakan maka akan diperlakukan sebagai tambahan modal yaitu sebagai modal pinjaman tanpa dikenakan biaya modal. Oleh sebab itu apabila Koperasi dapat meningkatkan perolehan SHU dalam setiap tahunnya dengan sendirinya akan memperkuat struktur finansialnya. Pada KPRI Kota Semarang, setiap usaha yang dijalankan bertujuan untuk memperoleh Sisa Hasil Usaha. Mengingat fungsi SHU yang sangat penting bagi kelangsungan hidup KPRI, maka usaha-usaha yang dijalankan harus senantiasa dapat meningkatkan perolehan SHU. Dengan pengelolaan Modal Sendiri yang baik diharapkan akan memberikan manfaat yang dapat mendatangkan keuntungan Sisa Hasil Usaha (SHU) bagi Koperasi. Jika Modal Sendiri naik maka Sisa Hasil Usaha yang diperoleh akan naik juga.
5
KPRI Kota Semarang adalah Koperasi yang usahanya bertumpu pada usaha pertokoan, simpan pinjam dan aneka jasa, berbagai jenis usaha ini dikelola oleh KPRI se Kota Semarang. Simpanan Wajib dan Simpanan Pokok merupakan Modal Sendiri yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan usaha pada KPRI Kota Semarang. Modal Sendiri yang diperoleh dari simpanan anggota digunakan Koperasi untuk usaha simpan pinjam dengan didukung oleh kemampuan permodalan yang cukup besar diharapkan akan diperoleh SHU yang cukup besar pula. Dalam setiap tahunnya KPRI Kota Semarang membuat Laporan Tahunan Pengurus dan Pengawas yang berisi tentang laporan pertanggungjawaban pengurus kepada Rapat Anggota atas kegiatan Koperasi dan usahanya yang dilakukan selama satu tahun. Adapun tujuan dibuatnya laporan tersebut untuk mengevaluasi sampai sejauh mana perkembangan yang telah dicapai oleh KPRI Kota Semarang. Mengingat kegunaan dan fungsi dari penyisihan SHU yang begitu banyak, maka perolehan SHU bagi Koperasi pada setiap tahun menjadi sangat penting. Melalui SHU, Koperasi dapat memupuk Modal Sendiri yaitu dengan dana cadangan yang disisihkan setiap akhir periode tutup buku, sehingga akan memperkuat struktur modalnya. Selain itu dana-dana yang disisihkan dari SHU, apabila belum dicairkan atau digunakan maka akan diperlakukan sebagai tambahan modal yaitu sebagai modal pinjaman tanpa dikenakan biaya modal. Oleh sebab itu apabila Koperasi dapat meningkatkan perolehan SHU dalam setiap tahunnya dengan sendirinya akan memperkuat struktur finansialnya.
6
Pada KPRI Kota Semarang, setiap usaha yang dijalankan bertujuan untuk memperoleh Sisa Hasil Usaha. Mengingat fungsi SHU yang sangat penting bagi kelangsungan hidup KPRI, maka usaha-usaha yang dijalankan harus senantiasa dapat meningkatkan perolehan SHU. Dengan pengelolaan Modal Sendiri yang baik diharapkan akan memberikan manfaat yang dapat mendatangkan keuntungan Sisa Hasil Usaha (SHU) bagi Koperasi. Jika Modal Sendiri naik maka Sisa Hasil Usaha yang diperoleh akan naik juga. KPRI Kota Semarang adalah Koperasi yang usahanya banyak bertumpu pada pertokoan, simpan pinjam dan aneka jasa. Simpanan Wajib dan Simpanan Pokok merupakan Modal Sendiri yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan usaha pada KPRI Kota Semarang. Modal Sendiri yang diperoleh dari simpanan anggota digunakan Koperasi untuk usaha simpan pinjam dengan didukung oleh kemampuan permodalan yang cukup besar diharapkan akan diperoleh SHU yang cukup besar pula. Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan analisis lebih lanjut temuantemuan empiris mengenai struktur modal. Khususnya yang menyangkut kegunaannya dalam pengaruh terhadap sisa hasil usaha. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu (1) variabel independen; Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Total Asset Ratio (DAR), (2) Variabel Dependen ; Sisa Hasil Usaha. Diadopsi dari variabel yang digunakan pada penelitian sebelumnya dan berbagai sumber dari literatur lain. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa variabel Struktur Modal dapat membantu memberikan informasi dan mengevaluasi keadaan finansial masa lalu,
7
sekarang serta untuk memproyeksi hasil atau laba yang akan datang, serta berdasarkan penelitian terdahulu membuktikan ada hubungan variabel struktur modal terhadap sisa hasil usaha, sehingga penelitian ini akan membahas mengenai “Pengaruh Struktur Modal Terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Se Kota Semarang” 1.2 Perumusan Masalah
Perolehan besarnya SHU bagi koperasi menjadi sangat penting, karena dengan meningkatnya SHU, maka akan meningkat pula kesejahteraan para anggotanya dan masyarakat pada umumnya. Diperlukan perhatian yang khusus dalam upaya meningkatkan SHU. Masalah yang utama dalam koperasi untuk meningkatkan SHU selama ini adalah dalam hal permodalan, tanpa adanya modal yang cukup koperasi tidak mungkin dapat meningkatkan perolehan SHU. Dalam hal ini modal yang dimiliki koperasi baik modal sendiri maupun modal pinjaman yang digunakan untuk menjalankan usaha akan sangat menentukan perolehan SHU. Dalam hal ini KPRI harus benarbenar memperhatikan struktur modal yang efektif dalam upaya meningkatkan perolehan SHU. Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Adakah pengaruh rasio modal sendiri Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI se Kota Semarang? 2. Adakah pengaruh rasio pinjaman Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI se Kota Semarang?
8
3. Adakah pengaruh rasio modal sendiri Debt to Equity Ratio (DER) dan rasio modal pinjaman Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI se Kota Semarang? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh antara modal sendiri Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU). 2. Untuk mengetahui pengaruh antara modal pinjaman Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU). 3. Untuk mengetahui pengaruh antara modal sendiri Debt to Equity Ratio (DER) dan modal pinjaman Debt to Total Asset Ratio (DAR) secara bersama-sama terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU). 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut : a. Kegunaan Teoritis Secara akademis penelitian ini bermanfaat sebagai bahan kajian dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan dibidang manajemen keuangan terutama mengenai penerapan variabel struktur modal dalam perkoperasian. Dapat mengetahui sejauh mana pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi serta memberikan rangsangan dalam melakukan
9
penelitian lanjutan dengan topik dan pembahasan yang berkaitan dengan penelitian. b. Kegunaan Praktis 1. Bagi KPRI Hasil Penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui kinerja keuangan KPRI pada khususnya, dan bagi koperasi lain pada umumnya. 2. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan mampu menciptakan kemampuan dalam menganalisis kinerja keuangan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan para civitas akademika khususnya dalam hal yang berkaitan dengan variabel struktur modal.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Dilihat asal katanya, istilah Koperasi berasal dari bahasa Inggris cooperation yang berarti usaha bersama. Dengan arti lain adalah segala bentuk pekerjaan yang dilakukan secara bersamasama sebenarnya dapat dikatakan sebagai Koperasi. Tetapi yang dimaksud Koperasi dalam hal ini bukanlah segala bentuk pekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama dalam arti yang sangat umum tersebut . Secara umum yang dimaksud dengan Koperasi adalah suatu badan usaha bersama yang bergerak di bidang perekonomian, beranggotakan mereka yang umumnya berekonomi lemah yang bergabung secara sukarela dan atas dasar persamaan hak, berkewajiban melakukan suatu usaha yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya (G. Kartasapoetra, dkk, 2007:1). Menurut bapak Koperasi Indonesia Moh. Hatta, mendefinisikan Koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong. Semangat tolong-menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan „seorang buat semua dan semua buat seorang‟.
10
11
Menurut UU No.25 Tahun 1992 Pasal 1 mengatakan bahwa Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. 1) Prinsip Koperasi Menurut UU No. 25 tahun 1992 Pasal 5 disebutkan prinsip Koperasi, yaitu: 1) Koperasi melaksanakan prinsip Koperasi sebagai berikut: a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis. c. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota (andil anggota tersebut dalam Koperasi). d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal. e. Kemandirian. 2) Dalam pengembangan Koperasi, maka Koperasi melaksanakan pula prinsip Koperasi sebagai berikut: a. Pendidikan perkoperasian. b. Kerjasama antar Koperasi. Prinsip Koperasi ini merupakan esensi dari dasar kerja Koperasi sebagai badan usaha dan merupakan ciri khas dan jati diri Koperasi yang membedakannya dari badan usaha lainnya.
12
1) Sifat kesukarelaan dalam keanggotaan Koperasi mengandung makna bahwa menjadi anggota Koperasi tidak boleh dipaksakan siapapun. Sifat kesukarelaan juga mengandung makna bahwa seorang anggota dapat mengundurkan diri dari Koperasinya sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam Anggaran Dasar Koperasi. Sedangkan sifat terbuka memiliki arti bahwa dalam keanggotaan tidak dilakukan pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun. 2) Prinsip demokrasi menunjukkan bahwa pengelolaan Koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para anggota. Para anggota itulah yang memegang kekuasaan tertinggi dalam. 3) Pembagian Sisa Hasil Usaha kepada anggota dilakukan tidak sematamata berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam Koperasi tetapi juga berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota terhadap Koperasi. Ketentuan yang demikian ini merupakan perwujudan nilai kekeluargaan dan keadilan. 4) Modal
dalam
Koperasi
pada
dasarnya
dipergunakan
untuk
kemanfaatan anggota dan bukan untuk sekedar mencari keuntungan. Oleh karena itu balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada para anggota juga terbatas, dan tidak didasarkan semata-mata atas besarnya modal yang diberikan, yang dimaksud dengan terbatas adalah wajar dalam arti tidak melebihi suku bunga yang berlaku dipasar. 5) Kemandirian mengandung pengertian dapat berdiri sendiri, tanpa tergantung pada pihak lain yang dilandasi oleh kepercayaan kepada
13
pertimbangan, keputusan, kemampuan dan usaha sendiri. Dalam kemandirian terkandung pula pengertian kebebasan yang bertanggung jawab,
otonomi,
swadaya,
berani
mempertanggung-jawabkan
perbuatan sendiri, dan kehendak untuk mengelola diri sendiri. Untuk pengembangan dirinya Koperasi juga melaksanakan dua prinsip Koperasi yang lain yaitu pendidikan perkoperasian dan kerjasama antar Koperasi, hal tersebut merupakan prinsip Koperasi yang penting dalam meningkatkan kemampuan, memperluas wawasan anggota, dan memperkuat solidaritas dalam mewujudkan tujuan Koperasi. Kerja sama dapat dilakukan antar Koperasi ditingkat lokal, regional, nasional dan internasional. 1.5 Jenis Jenis Koperasi Dasar jenis Koperasi Indonesia adalah kebutuhan suatu golongan dalam masyarakat yang homogen karena kesamaan aktivitas dan ekonominya. Berbagai jenis Koperasi lahir seirama dengan aneka jenis usaha untuk memperbaiki kehidupan. Secara garis besar jenis Koperasi yang ada dapat kita bagi menjadi 5 golongan, yaitu: (Anoraga dan Widiyanti, 2007:1927). 1. Koperasi Konsumsi Koperasi konsumsi ialah Koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari tiap-tiap orang yang mempunyai kepentingan langsung dalam lapangan konsumsi. 2. Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam
14
Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam ialah Koperasi yang bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungantabungan para anggota secara teratur dan terus-menerus untuk kemudian dipinjamkan kepada para anggota dengan cara mudah, murah, cepat, dan tepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan. 3. Koperasi Produksi Koperasi Produksi adalah Koperasi yang bergerak dalam bidang kegiatan ekonomi pembuatan dan penjualan barang, baik yang dilakukan oleh Koperasi sebagai organisasi maupun orang-orang anggota Koperasi . 4. Koperasi Jasa Koperasi Jasa adalah Koperasi yang berusaha di bidang penyediaan jasa tertentu bagi para anggota maupun masyarakat umum. 5. Koperasi Serba Usaha Koperasi Serba Usaha adalah Koperasi yang berusaha dalam beberapa macam kegiatan ekonomi yang sesuai dengan kepentingan para anggota. 2.1.3
Modal Koperasi
Seperti halnya bentuk badan usaha yang lain, untuk menjalankan kegiatan usahanya Koperasi memerlukan modal. Adapun modal Koperasi terdiri atas Modal Sendiri dan Modal Pinjaman. Menurut Riyanto (2001:227-240) ada 2 (dua) macam modal yaitu Modal Sendiri dan modal asing. Yang dimaksud Modal Sendiri adalah modal yang
15
berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan laba) atau berasal dari pengambil bagian, peserta atau pemilik (modal saham, modal peserta). Dan yang dimaksud dengan modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan merupakan utang yang harus dibayar kembali. Yang dimaksud dengan Modal Sendiri menurut Undang-Undang No. 25 tahun 1992 adalah modal yang menangung risiko atau disebut modal ekuiti. Apabila dalam suatu tahun buku, Koperasi menderita kerugian maka yang harus menanggung kerugian tersebut adalah komponen Modal Sendiri. Modal Sendiri menurut UU No.25 tahun 1992 pasal 41, sebagai berikut : 1. Simpanan Pokok Simpanan Pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada Koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan Pokok tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota. 2. Simpanan Wajib Simpanan Wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada Koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan Wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota. 3. Dana Cadangan
16
Dana Cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan Sisa Hasil Usaha, yang dimaksudkan untuk memupuk Modal Sendiri dan untuk menutup kegiatan Koperasi bila diperlukan. 4. Hibah Hibah adalah pemberian yang diterima Koperasi dari pihak lain berupa uang atau barang secara cuma-cuma. Bagi Koperasi, Modal Sendiri merupakan sumber permodalan yang utama, hal tersebut karena alasan: (Anoraga dan Widiyanti, 2007:84) 1 . Modal yang berasal dari anggota merupakan salah satu wujud kepemilikan anggota terhadap Koperasi beserta usahanya. Anggota yang memodali usahanya sendiri akan merasa lebih bertanggung jawab terhadap keberhasilan usaha tersebut . 2.
Alasan Ekonomi Modal yang berasal dari anggota akan dapat dikembangkan secara lebih efisien dan murah karena tidak diperkenankan persyaratan bunga.
3.
Alasan Resiko Modal Sendiri/anggota juga mengandung resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan modal dari luar, khususnya pada saat usaha tidak berjalan dengan lancar.
Yang dimaksud dengan modal pinjaman menurut Purwanto (1986:30) pinjaman adalah modal yang berasal dari luar perusahaan dan bukan dari perusahaan itu sendiri. Dalam UU No.7 Tahun 1992 pinjaman adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu didasasrkan persetujuan atau
17
kesepakatan pinjaman antar bank dan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi hutang setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga/ imbalan/ penghasilan hasil keuntungan. Modal pinjaman/ modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan “utang” yang pada saatnya harus dibayar kembali (Riyanto 2001:227). Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 1992 modal pinjaman koperasi dapat berasal dari: a. Anggota Modal pinjaman dari anggota adalah pinjaman yang diperoleh dari anggota koperasi yang bersangkutan, termasuk calon anggota yang memenuhi syarat. b. Koperasi lain dan atau anggotanya Modal pinjaman dari koperasi lain dan atau anggotanya adalah pinjaman yang diperoleh dari koperasi lain atau anggotanya yang didasari dengan perjanjian kerja sama antar koperasi. c. Bank dan Lembaga Keuangan lainya Modal pinjaman ini diperoleh dari bank atau lembaga keuangan lainya, dilakukan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. d. Penerbitan Obligasi dan surat utang lainya Modal pinjaman ini diperoleh dari penerbitan obligasi atau surat utang lainya, dilakukan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
18
e. Sumber lain yang syah Modal pinjaman ini diperoleh dari bukan anggota yang dilakukan tidak melalui penawaran secara umum. 2.2 Sisa Hasil Usaha (SHU) Secara kompleks arti dari Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi adalah selisih dari seluruh pemasukan atau penerimaan total (Total Revenue) dengan biaya-biaya atau biaya total (Total Cost) dalam satu tahun waktu (Arifin Sitio dan Halomoan Tambah, 2001 : 87). Sisa Hasil Usaha Koperasi bila ditinjau menurut UU No.25 Tahun 1992, tentang Perkoperasian, Bab IX, pasal 45 adalah sebagai berikut: 1. Sisa Hasil Usaha Koperasi merupakan pendapatan Koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. 2. Sisa Hasil Usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan Koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan lain dari Koperasi, sesuai dengan keputusan Rapat Anggota. 3. Besarnya pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota. 2.3
Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) Sisa Hasil Usaha pada dasarnya adalah jumlah dari kelebihan atau
kekurangan yang harus dikembalikan kepada anggota-anggota yang mengadakan transaksi dengan Koperasi (Kartasapoetra, dkk, 2007:171).
19
Pembagian SHU dibicarakan atau diputuskan dalam Rapat Anggota kemudian ditetapkan dalam Anggaran Dasar Koperasi sebelum dibagikan kepada anggota sesuai dengan hak anggota tersebut, SHU bersumber dari : 1. Dari usaha atau bisnis yang diselenggarakan dengan anggota. 2. Dari usaha atau bisnis yang diselenggarakan dengan bukan anggota. Dari kedua sumber tersebut, maka SHU yang dibagikan kepada anggota hanyalah SHU yang memang berasal dari usaha atau bisnis dengan anggota Koperasi. Sedangkan SHU yang bersumber dari usaha yang bukan berasal dari anggota dimasukkan ke dalam cadangan untuk modal Koperasi atau untuk keperluan lainnya. SHU Koperasi yang diterima oleh anggota bersumber dari dua kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh anggota sendiri, yaitu: 1. SHU atas jasa modal Pembagian ini juga sekaligus mencerminkan anggota sebagai pemilik ataupun investor, karena jasa atas modalnya. 2. SHU atas jasa usaha Jasa ini menegaskan bahwa anggota Koperasi selain pemilik juga sebagai pemakai atau pelanggan. Pembagian Sisa Hasil Usaha Koperasi diatur sebagai berikut: (Anoraga dan Widiyanti, 2007: 8788) 1. SHU yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota, dibagikan untuk: a. Cadangan Koperasi
20
b. Para anggota, sebanding dengan jasa
yang diberikan
masingmasing c. Dana Pengurus d. Dana Pegawai/ karyawan e. Dana Pendidikan Koperasi f. Dana Sosial g. Dana Pembangunan Daerah 2. Sisa Hasil Usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk bukan anggota, dibagikan untuk: a. Cadangan Koperasi b. Dana Pengurus c. Dana Pegawai/ karyawan d. Dana Pendidikan Koperasi e. Dana Sosial f. Dana Pembangunan Daerah Cara penggunaan Sisa Hasil Usaha tersebut, kecuali cadangan, diatur dalam Anggaran Dasar dengan mengutamakan kepentingan Koperasi yang bersangkutan. Cadangan ini dimaksudkan untuk memupuk modal Koperasi bila diperlukan, oleh karenanya cadangan tidak boleh dibagikan kepada anggota walaupun di waktu pembubaran. Penggunaan Dana Sosial diatur oleh Rapat Anggota dan dapat diberikan antara lain pada fakir miskin, yatim piatu, atau usahausaha sosial lainnya.
21
Penggunaan
Dana
Pembangunan
Daerah
seyogyanya
dilakukan
setelah
mengadakan konsultasi dengan pihak pemerintah daerah setempat. 2.4
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi SHU
Menurut Tri Ruli Yanti (2005) faktor yang mempengaruhi SHU adalah: Faktor dari dalam yaitu : 1. Partisipasi Anggota Anggota Koperasi harus berpartisipasi dalam kegiatan Koperasi karena tanpa adanya peran anggota maka Koperasi tidak akan berjalan lancar. 2. Jumlah Modal Sendiri SHU anggota yang diperoleh sebagian dari Modal Sendiri yaitu dari Simpanan Wajib, Simpanan Pokok, dana cadangan dan hibah. 3. Kinerja Pengurus Kinerja pengurus sangat diperlukan dalam semua kegiatan yang dilakukan oleh Koperasi, dengan adanya kinerja yang baik dan sesuai persyaratan dalam Anggaran Dasar serta Undang-Undang perkoperasian maka hasil yang dicapaipun juga akan baik. 4. Jumlah unit usaha yang dimiliki Setiap Koperasi pasti memiliki unit usaha hal ini juga menentukan seberapa besar volume usaha yang dijalankan dalam kegiatan usaha. 5. Kinerja Manajer
22
Kinerja manajer menentukan jalannya semua kegiatan yang dilakukan Koperasi dan memiliki wewenang atas semua hal yang bersifat intern. 6. Kinerja Karyawan Merupakan kemampuan seorang karyawan dalam mengelola Koperasi. Faktor dari luar yaitu : 1. Modal pinjaman dari luar Modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan dan bagi perusahaan merupakan utang yang pada saatnya harus dibayar kembali agar tidak menderita kerugian. 2. Para konsumen dari luar selain anggota Koperasi 3. Pemerintah Kekayaan Koperasi yang merupakan pemberian bantuan kepada pihak Koperasi secara sukarela baik berwujud uang maupun barang biasanya berasal dari pemerintah dan merupakan hibah. 2.5 Prinsip Prinsip Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) Agar tercermin azas keadilan, demokrasi, tranparasi, dan sesuai dengan prinsip-prinsip koperasi, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip pembagian SHU sebagai berikut : a. SHU yang dibagi adalah yang bersumber dari anggota.
23
Pada hakikatnya SHU yang dibagi kepada anggota adalah yang bersumber dari anggota sendiri, sedangkan SHU yang bukan berasal dari anggota dijadikan sebagai cadangan koperasi. Oleh sebab itu.Langkah pertama dalam pembagian SHU adalah memilahkan antara SHU yang bersumber dari hasil transaksi anggota dan SHU yang bersumber dari non anggota. b. SHU anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yang dilakukan anggota sendiri. SHU yang diterima setiap anggota pada dasarnya merupakan insentif dari modal yang diinvestasikannya dan dari hasil transaksi yang dilakukannya dengan koperasi. Oleh sebab itu, perlu ditentukan proporsi SHU untuk jasa modal dan jasa transaksi usaha yang dibagi kepada anggota. c. Pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan. Proses perhitungan SHU per anggota dan jumlah SHU yang dibagi kepada anggota harus diumumkan secara transparan, sehingga setiap anggota dapat dengan mudah menghitung secara kuantitatif berapa partisipasinya kepada koperasinya. Prinsip ini pada dasarnya juga merupakan salah satu proses pendidikan bagi anggota koperasi dalam membangun suatu kebersamaan, kepemilikan terhadap suatu badan usaha, pendidikan dalam proses demokrasi. d. SHU anggota dibayar secara tunai
24
SHU per anggota harus diberikan secara tunai, karena dengan demikian koperasi membuktikan dirinya sebagai badan usaha yang sehat kepada anggota dan masyarakat mitra bisnisnya. 2.6 Hubungan Antara Modal Sendiri Dengan Sisa Hasi Usaha (SHU) Setiap kegiatan usaha yang bertujuan untuk mendapatkan laba pasti memerlukan modal. Modal tersebut merupakan sumber pembiayaan untuk kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh badan usaha. Oleh karena itu, modal merupakan satu masalah yang paling penting di dalam menjalankan suatu usaha demikian halnya bagi Koperasi. Berbagai penelitian tentang pengaruh Modal Sendiri terhadap Sisa Hasil Usaha telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Penelitian Lubuk Novi Suryaningrum (2007) mendapatkan hasil bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan antara Modal Sendiri terhadap perolehan SHU. Hal ini berarti semakin besar Modal Sendiri yang dimiliki maka akan semakin besar pula SHU yang diperoleh Koperasi. Tersedianya modal yang cukup, akan sangat menentukan kelancaran kegiatan usaha Koperasi dan besarnya volume usaha, demikian sebaliknya kurangnya modal bisa menghambat kelancaran kegiatan usaha. Dengan menjaga kelancaran kegiatan usaha, maka diharapkan kegiatan usaha tersebut akan terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang
menguntungkan
yang
pada
akhirnya
akan
dapat
meningkatkan perolehan Sisa Hasil Usaha. Keberhasilan Koperasi dalam melaksanakan perannya sebagai badan usaha sangat tergantung pada kemampuan Koperasi menghimpun modal. Modal
25
Koperasi diutamakan berasal dari anggota. Modal anggota tersebut bersumber dari Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib. Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib akan semakin besar jumlahnya apabila terjadi penambahan anggota, ini berarti modal Koperasi menjadi semakin banyak pula. Namun apabila ada anggota yang keluar karena merasa tidak sesuai lagi dengan tujuan Koperasi, maka simpanan anggota yang akan keluar tersebut dapat diambil kembali yang mengakibatkan modal Koperasi berkurang. Sehubungan dengan hal tersebut, pengurus dituntut untuk bekerja keras agar tidak ada anggota yang keluar, sehingga modal yang berasal dari Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib tidak mengalami penurunan. Karena hal tersebut akan mempengaruhi perolehan SHU, untuk meningkatkan perolehan SHU sangat tergantung dari besarnya modal yang berhasil dihimpun oleh Koperasi. Jumlah
Sisa
Hasil
Usaha
yang
diperoleh
secara
teratur
serta
kecenderungan meningkat merupakan faktor yang sangat penting yang perlu mendapat perhatian dalam menilai kinerja suatu Koperasi. Stabilitas usaha menunjukkan kemampuan Koperasi menggunakan modalnya secara efisien sehingga memperoleh keuntungan yang besar. SHU yang diterima anggota pada dasarnya merupakan insentif dari modal yang diinvestasikannya dan dari hasil transaksi yang dilakukannya dengan Koperasi. Oleh sebab itu, perlu ditentukan proporsi SHU untuk jasa modal dan jasa transaksi usaha yang dibagi kepada anggota. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
26
Ha = Ada hubungan positif antara modal sendiri dengan perolehan Sisa Hasil Usaha. 2.7 Hubungan Antara Modal pinjaman Dengan Sisa Hasi Usaha (SHU) Berdasarkan hasil pengujian secara parsial pengaruh modal pinjaman terhadap Sisa Hasil Usaha dapat disimpulkan Ha diterima Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh negatif dan signifikan modal pinjaman terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU). Dengan meningkatnya modal pinjaman maka akan diikuti pula dengan meningkatnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI Kota Semarang. Ha = Ada hubungan negatif antara modal pinjaman dengan perolehan Sisa Hasil Usaha. 2.8 Struktur Modal 2.8.1 Definisi Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Bambang Riyanto, 2001). Wasis (1981) menyatakan bahwa struktur modal harus dapat dibedakan dengan struktur keuangan. Struktur keuangan menyatakan dengan cara bagaimana harta perusahaan dibiayai. Oleh karena itu struktur keuangan adalah keseluruhan yang terdapat di dalam neraca sebelah kredit. Pada neraca sebelah kredit terdapat hutang jangka panjang maupun jangka pendek, dan modal sendiri baik jangka panjang maupun jangka pendek. Jadi struktur keuangan mencakup semua pembelanjaan baik jangka panjang maupun jangka pendek. Sebaliknya struktur modal hanya menyangkut pembelanjaan jangka panjang saja. Tidak termasuk pembelanjaan jangka pendek.
27
Struktur modal juga dapat didefinisikan sebagai pembiayaan permanen yang terdiri utang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan Capeland, 1997). Berdasarkan pengertian di muka, struktur modal dapat diartikan sebagai perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Hutang jangka panjang terdiri dari berbagai jenis obligasi dan hutang hipotik, sedangkan modal sendiri terdiri dari berbagai jenis saham dan laba ditahan. Struktur modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas beberapa komponen (Bambang Riyanto, 2001) yaitu: 1. Modal asing atau hutang jangka panjang Hutang jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk membiayai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut mencakup jumlah yang besar. Komponen hutang jangka panjang ini terdiri dari: a. Hutang hipotik Hutang hipotik adalah bentuk hutang jangka panjang yang dijamin dengan aktiva tidak bergerak (tanah dan bangunan). b. Obligasi Obligasi adalah sertifikat yang menunjukkan pengakuan bahwa
perusahaan
meminjam
uang
dan
menyetujui
untuk
membayarnya kembali dalam jangka waktu tertentu.Pelunasan atau pembayaran kembali obligasi dapat diambil dari penyusutan aktiva
28
tetap yang dibelanjai dengan pinjaman obligasi tersebut dan dari keuntungan. Hutang jangka panjang merupakan sumber dana bagi perusahaan yang harus dibayar kembali dalam jangka waktu tertentu. Hutang tersebut harus dibayar pada waktu yang sudah ditetapkan tanpa memperhatikan kondisi keuangan perusahaan pada saat itu dan harus sudah disertai dengan bunga yang sudah diperhitungkan sebelumnya. Dengan demikian seandainya perusahaan tidak mampu membayar kembali hutang dan bunga, maka kreditor dapat memaksa perusahaan dengan menjual aset yang dijadikan jaminannya. Oleh karena itu, kegagalan membayar hutang atau bunganya akan mengakibatkan
perusahaan
kehilangan
kontrol
terhadap
perusahaannya. Begitu pula sebaliknya para kreditor dapat kehilangan kontrol sebagian atau keseluruhan dana pinjaman dan bunganya, karena segala macam bentuk yang ditanamkan dalam perusahaan selalu dihadapkan pada risiko kerugian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin besar proporsi modal asing atau hutang jangka panjang dalam struktur modal perusahaan akan semakin besar pula risiko kemungkinan terjadinya ketidakmampuan untuk membayar kembali hutang jangka panjang beserta bunga pada saat jatuh tempo. Bagi kreditor hal ini berarti bahwa kemungkinan turut serta dana yang mereka
29
investasikan dalam perusahaan untuk dipertaruhkan pada kerugian juga semakin besar. 2. Modal Sendiri Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam dalam perusahaan dalam jangka waktu tertentu lamanya. Modal sendiri bersal dari sumber intern maupun ekstern. Sumber intern didapat dari keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan, sedangkan sumber ekstern berasal dari modal yang berasal dari pemilik perusahaan. Komponen Modal sendiri terdiri dari : 1. Modal Saham Saham adalah tanda bukti kepemilikan suatu Perusahaan Terbatas (PT), dimana modal saham terdiri dari: a. Saham Biasa Saham biasa adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang ditanamkan oleh investor, dengan memiliki saham ini berarti harus siap menanggung segala risiko sebesar dana yang ditanamkan. b. Saham Preferen Saham preferen adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang merupakan kombinasi antara modal sendiri dengan hutang jangka panjang. 2. Laba Ditahan
30
Laba ditahan adalah sisa laba dari keuntungan yang tidak dibayarkan sebagai deviden. Komponen modal sendiri ini merupakan modal perusahaan yang dipertaruhkan untuk segala risiko, baik risiko usaha maupun risiko kerugian lainnya. Modal sendiri ini tidak memerlukan jaminan atau keharusan untuk pembayaran kembali dalam setiap keadaan maupun tidak adanya kepastian tentang jangka waktu pembayaran kembali modal sendiri. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus mempunyai jumlah minimum modal yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Modal sendiri merupakan sumber dana perusahaan yang paling tepat untuk diinvestasikan pada aktiva tetap yang bersifat permanen dan investasi-investasi yang berisiko kerugian relatif kecil. Hal ini karena suatu kerugian atau kegagalan dari investasi tersebut dengan alasan
apapun
merupakan
tindakan
membahayakan
bagi
keberlangsungan hidup perusahaan. Keputusan untuk memilih sumber pembiayaan merupakan keputusan bidang keuangan yang penting bagi perusahaan. Apabila dana yang dimiliki perusahaan tidak mencukupi, maka perusahaan harus mencari tambahan dana untuk memulai operasinya. Struktur keuangan adalah cara bagaimana perusahaan membiayai aktivanya dan dapat dilihat pada seluruh sisi kanan neraca yang terdiridari hutang jangka pendek, hutang jangka panjang serta modal.
31
Struktur
modal
dapat
dilihat
dengan
adanya
suatu
perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri, yang mampu memaksimalkan keuntungan perusahaan pada tingkat arus kas operasinya. Setiap perusahaan membutuhkan dana untuk membiayai operasi perusahaan, yang bisa dipenuhi dari pemilik modal sendiri atau dari pihak lain berupa hutang. Arti penting struktur modal terutama disebabkan oleh perbedaan karakteristik diantara jenis modal, perbedaan karakteristik diantara jenis modal tersebut secara umum mempunyai pengaruh pada dua aspek penting dalam kehidupan perusahaan yaitu: 1. Terhadap kemampuan untuk menghasilkan laba 2. Terhadap kemampuan perusahaan untuk membayar kembali hutang jangka panjang. Menurut Bambang Riyanto (2001), arti penting struktur modal pada umumnya diperlukan dalam perusahaan yaitu: 1. Pada waktu mendirikan perusahaan 2. Pada waktu membutuhkan tambahan modal baru untuk ekspansi 3. Pada waktu diadakan konsolidasi 4. Pada waktu dijalankan penyusunan kembali struktur modal Baik buruknya struktur modal akan mempunyai pengaruh langsung terhadap posisi finansial perusahaan. Suatu perusahaan yang mempunyai struktur modal yang kurang baik, dimana mempunyai hutang yang sangat besar akan memberikan beban yang berat kepada
32
perusahaan. Struktur modal merupakan cermin dari kebijaksanaan perusahaan dalam menentukan jenis sekuritas yang dikeluarkan. Berikut ini adalah beberapa teori struktur modal menurut Weston and Capeland (1997): 1. Teori Mogdiliani-Miller (MM) tanpa pajak Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori Mogdiliani dan Miller (teori MM). Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah teori pasar sempurna atau pasar modal sempurna. Pasar modal sempurna adalah pasar modal yang memiliki kondisi antara lain: 1. Tidak ada pajak 2. Tidak ada biaya kebangkrutan. 3. Tidak ada biaya keagenan 4. Tidak ada biaya informasi 5. Individu dapat meminjam dan meminjamkan pada tingkat bunga bebas risiko 6.
Tidak ada pertumbuhan Dengan asumsi-asumsi tersebut, MM mengajukan dua
preposisi yang dikenal sebagai preposisi MM tanpa pajak yaitu: Preposisi I: Nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai dari perusahaan yang tidak berhutang. Implikasi dari preposisi I ini adalah struktur modal dari suatu
33
perusahaan tidak relevan, perubahan struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Preposisi II: Biaya modal saham akan meningkat apabila perusahaan melakukan atau mencari pinjaman dari pihak luar. 2. Teori Mogdiliani-Miller (MM) dengan pajak Teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis dan kemudian MM memasukkan faktor pajak ke dalam teorinya. Pajak dibayarkan kepada pemerintah, yang berarti merupakan aliran kas keluar. Hutang bisa digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga bisa dipakai sebagai pengurang pajak. Dalam teori MM dengan pajak ini terdapat dua preposisi yaitu: Preposisi I: Nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai dari perusahaan yang tidak berhutang ditambah dengan penghematan pajak karena bunga hutang. Preposisi II: Biaya modal saham akan meningkat dengan semakin meningkatnya hutang, tetapi penghematan pajak akan lebih besar dibandingkan dengan penurunan nilai karena kenaikan biaya modal saham. Teori MM tersebut sangat kontroversial. Implikasi teori tersebut adalah perusahaan sebaiknya menggunakan hutang sebanyakbanyaknya. Dalam praktiknya, tidak ada perusahaan yang mempunyai hutang sebesar itu, karena semakin tinggi tingkat hutang suatu perusahaan, akan semakin tinggi juga kemungkinan kebangkrutannya.
34
Inilah yang melatarbelakangi teori MM mengatakan agar perusahaan menggunakan hutang sebanyak-banyaknya, karena MM mengabaikan biaya kebangkrutan. 3. Trade-off Theory Menurut trade-off teory yang diungkapkan oleh Myers (2001), perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress). Biaya kesulitan keuangan (financial distress) adalah biaya kebangkrutan dan biaya keagenan yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan. Trade-off theory ini memandang bahwa struktur modal optimal dapat ditentukan.Trade-off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang. Tingkat hutang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak mencapai jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan. Trade-off theory mempunyai implikasi bahwa manajer akan berpikir dalam kerangka trade-off antara penghematan pajak dan biaya kesulitan keuangan dalam penentuan struktur modal. Perusahaanperusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi tentu akan berusaha mengurangi
35
pajaknya dengan cara meningkatkan rasio hutangnya, sehingga tambahan
hutang
tersebut
akan
mengurangi
pajak.
Dalam
kenyataannya jarang manajer keuangan yang berpikir demikian. 4. Pecking Order Theory Menurut Myers (2001), pecking order theory menyatakan bahwa perusahaan akan memilih untuk menerbitkan hutang terlebih dahulu daripada menerbitkan saham pada saat membutuhkan pendanaan ekstern. Secara spesifik perusahaan mempunyai uruturutan (hierarki) dalam penggunaan dana. Pendanaan menurut pecking order theory, dilakukan berdasarkan pendanaan yang memiliki risiko lebih kecil yaitu pertama laba ditahan, diikuti dengan hutang, dan yang terakhir ekuitas baru. Dalam kenyataannya, terdapat perusahaan-perusahaan yang dalam menggunakan dana untuk kebutuhan investasinya tidak sesuai seperti skenario urutan (hierarki) yang disebutkan dalam pecking order theory. Dalam peckingorder theory ini tidak terdapat struktur modal yang optimal. 5. Balance theory Teori lain mengenai struktur modal adalah balance theory. Teori ini memprediksi suatu hubungan variabilitas pendapatan dengan penggunaan hutang.Teori tersebut menyatakan bahwa perusahaan dengan risiko bisnis rendah menggunakan hutang lebih banyak, dan menggunakan sedikit hutang pada risiko bisnis yang tinggi. Jadi pada
36
kondisi yang rendah ketidakpastiannya, dampak keputusan pendanaan pada pertumbuhan akan positif, dan pada kondisi yang tidak pasti dampak keputusan pendanaan pada pertumbuhan negatif. 6. Teori Signaling Struktur modal dengan tingkat leverage yang tinggi digunakan sebagai sinyal untuk membedakan perusahaan yang baik dan yang buruk. Hanya perusahaan yang sehat dan kuat yang dapat berhutang dengan menanggung risikonya. Sehingga untuk meminimalkan biaya informasi dari pelepasan saham, maka suatu perusahaan lebih menyukai menggunakan hutang daripada ekuitas jika perusahaan tampak undervalued, dan menggunakan ekuitas dari pada hutang jika perusahaan tampak overvalued. Myers dan Majluf (1984) memiliki pandangan bahwa adainformasi asimetrik yang terjadi antara manajer perusahaan dan investor. Biaya akibat informasi asimetrik meningkat ketika manajer dalam perusahaan memiliki pengetahuan yang superior mengenai distribusi risiko dan tingkat pengembalian proyek-proyek investasi, dibandingkan dengan investor di luar yang baru.Selanjutnya manajer perusahaan memaksimalkan nilai yang sesungguhnya dari klaim pemegang saham saat ini. Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa diperlukan keseimbangan optimal antara hutang jangka panjang dengan modalsendiri. Dengan prinsip hati-hati, aturan
37
struktur finansial konservatif dalam mencari struktur modal akan optimal. Trade off theory memandang bahwa struktur modal optimal dapat ditentukan.Trade-off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang. Tingkat hutang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak mencapai jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan. Menurut Atmaja (2002) terdapat beberapa faktor yang dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan tentang struktur modal yaitu: 1. Kelangsungan hidup jangka panjang Manajer
perusahaan
memiliki
tanggungjawab
untuk
menyediakan produk dan jasa yang berkesinambungan.Oleh karena itu, perusahaan harus menghindari tingkat penggunaan hutang yang dapat membahayakan kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan. 2. Konservatisme manajemen Manajer yang besifat konservatif cenderung menggunakan tingkat hutang yang sedikit. 3. Pengawasan
38
Pengawasan hutang yang besar dapat berakibat semakin ketat pengawasan dari pihak kreditor. Pengawasan ini dapat mengurangi keleluasaan manajemen dalam membuat keputusan perusahaan 4. Struktur aktiva Perusahaan yang memiliki aktiva yang dapat digunakan sebagai jaminan hutang cenderung menggunakan hutang yang relatif lebih besar. 5. Risiko bisnis Perusahaan yang memiliki risiko bisnis tinggi cenderung kurang dapat menggunakan hutang yang besar karena kreditor akan meminta biaya hutang yang tinggi. 6. Tingkat pertumbuhan Faktor lain dianggap tetap, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi pada umumnya lebih tergantung pada modal dari luar perusahaan. 7. Pajak Biaya bunga adalah biaya yang dapat mengurangi pembayaran pajak sehingga memperbesar daya tarik penggunaan hutang. 8. Profitabilitas Pada umumnya, perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan tinggi menggunakan hutang yang relatif kecil.
39
2.8.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan pada umumnya mempertimbangkan faktor-faktor berikut yang mungkin mempunyai pengaruh penting terhadap struktur modal. Menurut J. Fred. Weston dan Eugene F. Brigham (2004:198), ada beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal diantaranya adalah: 1. Profitabilitas Menurut
Sartono
(2001:120)
profitabilitas
adalah
kemampuan
perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio profitabilitas akan memberikan gambaran dan jawaban akhir tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan. Laba maksimum adalah tujuan umum setiap perusahaan yang bersifat jangka pendek dan merupakan elemen terpenting agar kelanjutan dari perusahaan itu dapat terjamin. Selain itu tujuan yang bersifat jangka panjang yaitu kemampuan untuk bersaing, kemampuan untuk bertumbuh dan kemampuan untuk berkembang.
2. Stabilitas Penjualan Stabilitas penjualan dan rasio-rasio utang berhubungan satu sama lain secara langsung. Dengan stabilitas yang lebih besar dalam penjualan dan laba, suatu perusahaan dapat mengambil beban tetap utang dengan risiko yang lebih sedikit daripada bila penjualan dan labanya mengalami penurunan secara periodik dalam hal yang disebut terakhir perusahaan akan menghadapi kesulitan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya.
40
3. Struktur Saingan Kemampuan pelayanan utang tergantung pada kemampuan untuk memperoleh laba dan juga volume penjualan. Oleh karena itu stabilitas margin
laba
adalah
sama
pentingnya
dengan
stabilitas
penjualan.
Gampangnya, perusahaan baru memasuki industri dan kemampuan perusahaan yang bersaing untuk memperluas kapasitas mempengaruhi margin laba. Suatu industri yang sudah berkembang menjanjikan margin laba yang lebih tinggi, tetapi margin ini tampaknya akan semakin sempit jika industri merupakan salah satu dari sejumlah perusahaan yang dapat dengan mudah ditingkatkan melalui pemasukan tambahan. 4.
Struktur Aktiva Struktur aktiva mempengaruhi sumber-sumber pembelanjaan dalam
beberapa cara. Perusahaan-perusahaan dengan aktiva-aktiva tetap yang berumur panjang, terutama bila permintaan untuk keluaran/outputnya secara relatif dijamin (misalnya perusahaan X untuk kebutuhan umum = utilities), mempergunakan utang hipotek jangka panjang yang cukup besar (ekstensif). Perusahan-perusahaan yang sebagian terbesar aktivanya berupa piutang dan persediaan barang yang nilainya tergantung pada kemampuan memperoleh laba yang kontinu secara individual (misalnya pedagang besar dan eceran) lebih sedikit mengandalkan pembelanjaan dengan utang jangka panjang dan banyak memakai sumber pembelanjaan jangka pendek. 5. Sikap Manajemen
41
Sikap manajemen yang paling banyak mempengaruhi secara langsung pilihan pembelanjaan adalah hal-hal yang menyangkut pengendalian (control) perusahaan dan risiko. Perusahaan perseroan yang besar yang sahamsahamnya secara luas dimiliki, dapat memilih menjual saham biasa sebagai tambahan karena penjualan seperti ini akan mempunyai pengaruh yang kecil pada pengendalian perusahaan. Sebaliknya para pemilik perusahaanperusahaan kecil lebih menyukai untuk menghindarkan pengedaran saham biasa agar dapat menjamin pengendalian yang kontinyu. 6. Sikap Pemberi Pinjaman Lepas dari analisis-analisis para manajemen jasa faktor-faktor leverage yang tepat bagi perusahaan-perusahaan mereka, tidak terdapat permasalahan kecuali bahwa sikap para pemberi pinjaman (lender) sering dianggap sebagai determinan penting kadang-kadang sangat penting (faktor yang menentukan) dari struktur-struktur modal. Dalam mayoritas kasuskasus, perusahaan perseroan membahas struktur modalnya dengan para pemberi pinjaman dan memberikan perhatian yang besar terhadap nasihatnasihat mereka. Tetapi bila manajemen merasa begitu yakin atas masa depannya, sehingga perlu mencari untuk mempergunakan leverage di luar ukuran-ukuran bagi industri, maka para pemberi pinjaman mungkin akan tidak mau menerima kenaikan-kenaikan utang tersebut. Mereka menekankan bahwa utang yang berkelebihan mengurangi kedudukan kredit (credit standing) peminjam dan tingkat nilai (credit rating) efek (surat berharga) yang telah dikeluarkan sebelumnya.
42
Struktur modal dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
2.9 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian yang sebelumnya telah dilakukan. Meski ruang lingkup yang hampir sama tetapi terdapat perbedaan yaitu dalam objek dan periode waktu yang digunakan berbeda maka terdapat banyak hal yang tidak sama, sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling melengkapi. Berikut ini adalah ringkasan dari beberapa penelitian terdahulu: No
1.
Peneliti
Lubuk Novi Suryaningrum (2007)
Metode
Variabel
Penelitian
Penelitian
Populasi penelitian, variabel penelitian, metode pengumpul an Data : Dokument asi
Variable Independen : Modal Sendiri, Variable Dependen : Sisa Hasil Usaha
Judul Penelitian
Pengaruh Modal Sendiri Terhadap Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) Pada KPRI Di Kota Semarang.
Hasil
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa modal sendiri (X) berpengaruh secara signifikan terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) dan dengan hubungan positif. Hal ini berarti semakin besar modal sendiri yang
43
2.
Mailiya Choiriyah (2005)
Pengaruh Modal Sendiri Dan Modal Pinjaman Terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Se Kabupaten Demak
dimiliki maka akan semakin besar pula Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperoleh koperasi. Objek Variabel Hasil Penelitian, Independen: penelitian variable Modal Sendiri, menunjukkan penelitian, Modal bahwa metode Pinjaman, struktur pengumpul Variabel finansial dan an data : Dependen: struktur Wawancar Sisa Hasil modal KPRI a dan Usaha di Kabupaten dokumenta Demak si. dalam keadaan baik, hal ini ditunjukkan dengan prosentase rasio modal sendiri lebih besar dibandingkan modal pinjaman (hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang) sehingga menjamin likuiditas dan solvabilitas KPRI,sedang kan hasil perhitungan menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara Modal
44
3.
Ong Tze San & Capital Structur The Boon Heng And Corporate (2011) Performance Of Malaysian Contruction Sector
The study focus on the 49 listed contrucsio n companies in main board of bursa Malaysia .
Independent variabels: LDC,DC,DA, DEMV,DCE, LDCE. Dependent variabels: ROC,ROE, ROA,EPS,OM , NM
basically, DEMV, LDC and DC have direct impact on corporate performance of large companies and other independent variables. Where else for medium construcsion companies, only OM has significant relationship with capital structur. Basically, LDCE have direct impact on corporate performance of medium companies. However, other independent variables do not affect the dependent variables. Besides that, only EPS for small contrucsion companies have signifikan relationship with capital structure. Basically, DC has direct impact on corporate performance of small
45
companies and yet other independent variables do not affect the dependent variables.
2.10 Kerangka Pemikiran Modal merupakan satu masalah yang paling penting di dalam menjalankan suatu usaha demikian halnya bagi koperasi. Tersedianya modal yang cukup akan sangat menentukan kelancaran kegiatan usaha koperasi dan besarnya volume usaha, demikian sebaliknya kurangnya modal bisa menghambat kelancaran kegiatan usaha. Dengan menjaga kelancaran kegiatan usaha, maka diharapkan kegiatan usaha tersebut akan terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang menguntungkan yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan perolehan SHU. Pada dasarnya pemenuhan modal koperasi berasal dari modal sendiri dan modal pinjaman yang digunakan untuk menjalankan usaha koperasi dalam upaya memperoleh SHU pada setiap akhir periode. Dimana modal sendiri merupakan modal yang berasal dari koperasi itu sendiri tanpa dibebani biaya bunga, sedangkan modal pinjaman merupakan modal dari kreditur yang dibebani biaya bunga. Oleh karena itu rata-rata pengembalian modal pinjaman harus lebih besar dari biaya bunga sehingga akan berpengaruh positif terhadap perolehan SHU, demikian sebaliknya. Untuk memudahkan alur pembahasan dari penelitian ini disusun paradigma penelitian
46
seperti tampak dalam gambar sebagai berikut: DER (Debt to Equity Ratio) (X1) (+) Sisa Hasil Usaha (Y) DAR (Debt to Total Asset Ratio) (X2) (-)
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir 2.11 Hipotesis Berdasarkan kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. Rasio Modal Sendiri Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif secara parsial terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU). 2. Rasio Modal Pinjaman Debt to Total Asset Ratio (DAR) berpengaruh negatif secara parsial terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU). 3. Rasio Modal Sendiri Debt to Equity Ratio (DER) dan Rasio Modal Pinjaman Debt to Total Asset Ratio (DAR) berpengaruh secara simultan terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU).
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah KPRI di Kota Semarang periode 2010-2011. Dalam kurun waktu tersebut terdapat 60 KPRI yang menjadi populasi dalam penelitian. Jumlah 60 KPRI tersebut merupakan KPRI
yang memenuhi syarat sudah
melakukan RAT tiap tahun dan mengumpulkan laporan keuangan ke DESPERINDAGKOP Kota Semarang. 3.2
Sampel Penelitian Sampel merupakan himpunan objek pengamatan yang dipilih dari populasi
(Sumodiningrat 1999:3). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Menurut Cooper dan Emory (Susilawati 2000:116) pengambilan sampel dengan metode purposive sampling, yaitu pemilihan anggota sampel yang mendasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Kriteria-kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Terdaftar di DISPERINDAGKOP Kota Semarang. 2. Sudah melakukan RAT selama periode 2010 - 2011 3. Mengumpulkan laporan keuangan ke DISPERINDAGKOP Kota Semarang. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh 30 KPRI yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
47
48
Tabel 3.2 Daftar Sampel KPRI di Kota Semarang Tahun 2010-2011 NO.
NAMA KPRI
ALAMAT
1.
ARNAWIL
Jl. Setiabudi Kompl.APDN Srondol
2.
ASADENTA HUSADA
Jl. Tirto Agung Tembalang
3.
BINA SEJAHTERA APRO
Jl. Tirto Agung Tembalang
4.
UNDIP
Jl. Prof. H Sudarto SH Tembalang
5.
FISCA BHAKTI
Jl. Setiabudi No. 3 Banyumanik
6.
MANFAAT LPMP
Jl. Kyai Mojo Srondol Banyumanik
7.
SEMBADA KARSA
Jl. Empu Sendok II Banyumanik
8.
WIDYA PRAJA
Jl. Setiabudi 201 A Banyumanik
9.
TANGGA KENCANA
Jl. Prof Sudarto 116 Banyumanik
10.
AMAL BHAKTI
Jl. Sisingamangaraja Candisari
11.
MIGUNANI
Jatingaleh Candisari
12.
PUSTAKA
Jl. Sriwijaya No. 29 Candisari
13.
TUT WURI HANDAYANI
Jl. Dr. Wahidin 118 Candisari
14.
SWA ARTA MANDIRI
Jl. Lamongan Raya No.1 Gajah Mungkur
15.
MESRA
Jl. Tambak Dalam Gayamsari
16.
MEKAR - GENUK
Jl. Dong Biru Genuk
17.
SERBA GUNA
Jl. Gebangsari Genuk
18.
HANDAYANI (UNNES)
Jl. Sekaran Kampus Unnes Gunungpati
19.
TUMBUH
Jl. Raya Gunungpati No. 33 Gunungpati
20.
ULAR ULAR MARDI SANTOSA
SD Plalangan 3 P & K Gunungpati
21.
DWIJA USAHA
SD Induk Mijen I Mijen
22.
BPKP
Jl. Tambak Aji Ngaliyan
23.
BANGUN SEJAHTERA
Jl. Pelem Kueni Tugurejo Ngaliyan
24.
DWIJA RAHARJA
SD Wonosari Mangkang Ngaliyan
25.
KPPDK LP KLAS I
Jl. Raya Mijen Kedungpane Ngaliyan
26.
BHAKTI PRAJA
Jl. Menteri Supeno No. 2 Semarang Selatan
27.
NUSANTARA
Jl. Walisonggo No. 3 – 5 Ngaliyan
28.
RS. TUGUREJO
Jl. Raya Tugurejo Tambak Aji Ngaliyan
29.
SERBA USAHA
Jl. Untung Suropati Ngaliyan
30.
TULUS KARYA
Jl. Untung Suropati Ngaliyan
49
Sumber: Data PKPRI Kota Semarang Tahun 2010 – 2011
3.3
Variabel Penelitian Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian (Arikunto, 2006). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen dan variabel independen. 3.3.1 Variabel Independen Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat secara positif ataupun negatif (Uma Sekaran, 2006). Variabel independen dalam penelitian ini adalah struktur modal. struktur modal dalam penelitian ini dilakuakan untuk periode tahun 2010-2011, struktur modal diproksikan dengan rasio modal (DER) dan rasio pinjaman (DAR), variabel bebasnya adalah: 1. Debt to Equity Ratio (DER) (X1) Rasio hutang modal menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang.Rasio ini disebut juga rasio leverage. Rasio leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur
permodalan
perusahaan.
Struktur
permodalan
merupakan
pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Wahyono, 2002:12). Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pengimbangan antar hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal
50
sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari mengambil bagian, peserta, atau pemilik (modal saham, modal peserta dan lain-lain) (Riyanto, 2008:22). Jadi dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio adalah kemampuan dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk seluruh utang. Debt to Equity Ratio = Menurut
Syafri
(2008:303)
x 100 % semakin
kecil
rasio
hutang
modal maka semakin baik dan untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah hutang atau minimal sama. 2. Debt to Total Asset Ratio (DAR) (X2) Debt to Total Asset Ratio adalah perbandingan antara jumlah aktiva perusahaan dengan satu pihak dengan jumlah utang baik jangka pendek maupun jangka panjang dipihak lain. Dari pihak pemegang saham, rasio yang tinggi akan mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi pada akhirnya akan mengurangi pembayaran dividen. Debt to Total Asset Ratio = 3.3.2
x 100%
Variabel Dependen (Y) Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) sebagai variabel terikat (Y) dari
data Laporan Keuangan pada Laporan Rapat Anggota Tahunan KPRI Kota Semarang tahun 2010-2011.
SHU = Pendapatan - Beban
51
3.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah: Dokumentasi. Metode dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan dokumen dokumen penting terutama mengenai catatan laporan keuangan yang berupa : a. 30 KPRI Kota Semarang. b. Neraca dan laporan perhitungan hasil usaha pada KPRI yang dipilih sebagai sampel penelitian Tahun 2010 -2011. 3.5
Metode Pengolahan Data Dan Analisis Data
3.5.1 Metode Pengolahan Data Metode pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan alat bantu komputer program SPSS 15.0 for windows untuk mempermudah peneliti dalam menganalisis data serta hasil yang di peroleh agar lebih akurat dan efisien. 3.5.2 Analisis Data Penelitian ini akan menganalisis pengaruh struktur modal terhadap sisa hasil usaha, sehingga alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda (Multiple Regression). Adapun model persamaan regresi dengan dua prediktor yang di gunakan adalah sebagai berikut: Y= bo + b1 x1+ b2 x2
52
Keterangan : Y : SHU bo : Bilangan konstanta b1 : koefisien regresi struktur modal 1 b2 : koefisien regresi struktur modal 2 X1 :DER (Debt To Equity Ratio) X2 :DAR (Debt To Total Assets Ratio) (Gujarati 1995:16) 3.6 Analisis Statistik Inferensial 3.6.1 Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi variabel dependen dan independen keduanya mempunyai nilai distribusi yang normal.(Ghozali, 2001:74) Deteksi normalitas dapat dilakukan dengan melihat histrogram dari residualnya dan melihat persebaran data pada sumbu diagonal atau grafik normal. Bila distribusi normal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 3.6.2 Analisis Regresi Berganda Regresi berganda mengandung makna bahwa dalam suatu persamaan regresi terdapat satu variabel dependen dan lebih dari satu variabel idependen (Algifari, 2000: 64). Alat analisis ini digunakan untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Data yang digunakan untuk melakukan regresi liner berganda yaitu data efisiensi
53
masing-masing indikator dari variabel bebas yaitu current ratio, quick ratio, receivable turn over, dan cash turn over serta untuk variabel terikat yaitu laba usaha. Rumus linier berganda ditunjukkan oleh persamaan: Υ= α+β1Χ1+β2Χ2+β3Χ3+β4Χ4+β5Χ5+β6Χ6+ε (Subiyanto, 2000:205) Di mana:
Y = Sisa Hasil Usaha (SHU) α = intercept β1β2β3β4β5β6 = koefisien regresi X1 X2Χ3 Χ4 Χ5 Χ6 = prediktor ε = error item 3.6.3 Koefisien Determinasi (R²)
Nilai koefisien determinasi (R²) menunjukkan prosentase pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Rumus Koefisien determinasi menurut Sudjana(1989:369) dapat ditunjukkan sebagai berikut: D = r²x 100% D = Koefisien Determinasi r = Koefisien korelasi variabel bebas dan variabel terikat 3.7 Uji Hipotesis 3.7.1 Uji Hipotesis t-test Dilakukan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel independennya. Nilai thitung menurut Sudjana (1989:370) dapat dicari dengan rumus:
54
√ √
Untuk menentukan nilai ttabel ditentukan taraf signifikasi 5% dengan derajat kebebasan df = (n-k) dimana n adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah variabel termasuk intersep dengan: ~ Perumusan hipotesis statistik: Ho :β1 = 0 artinya X1 tidak berpengaruh secara parsial terhadap Y Ha :β1 ≠ 0 artinya X1 berpengaruh secara parsial terhadap Y ~ Dasar keputusan uji
Terima Ho jika thitung < t tabel Tolak Ha jika thitung > t table 3.7.2 Uji Hipotesis F-test Digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen mempunyai pengaruh yang secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji F yaitu dengan membandingkan antara Ftabel dengan F hitung yang terdapat dalam tabel Analysis of Variance. Menurut Algifari (2000:73), Nilai Fhitung dapat dicari dengan rumus:
di mana: R2 = koefisien determinasi k = banyaknya variabel bebas n = banyaknya sampel
55
Untuk menentukan nilai F tabel , tingkat signifikasi yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df= (nk) dan (k-1) dimana n adalah jumlah observasi, k adalah jumlah variabel termasuk intercept. Dasar Keputusan Uji : Terima Ho jika F hitung < Ftabel Tolak Ha jika F hitung > Ftabel 3.8 Uji Asumsi Klasik regresi dengan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary least Square) merupakan model regresi yang menghasilkan estimator linear tidak bias yang terbaik (Best Linear Unbias Estimator) jika terpenuhi asumsi-asumsi klasik. Untuk menghindari penyimpangan asumsi-asumsi klasik perlu dilakukan uji asumsi klasik. Model uji asumsi klasik tersebut adalah : 3.8.1 Normalitas Bertujuan untuk menguji apakah model regresi variabel dependen dan independen keduanya mempunyai distribusi normal. (Ghozali, 2001:74) Deteksi normalitas dapat dilakukan dengan melihat persebaran data pada sumbu diagonal atau grafik normal. Bila distribusi normal maka model regresi memenuhi asumi normalitas. 3.8.2 Multikolinearitas Multikolineritas maknanya antar variabel independen yang terdapat mendekati sempurna (koefisien relasi tinggi) (Algifari, 2000:84). Diagnosis secara sederhana terhadap adanya multikolinearitas di dalam model regresi salah satunya adalah melalui nilai thitung ,
dan f hitung , jika
tinggi nilai fhitung tinggi
56
sedangkan
nilai
thitung
sangat
rendah,
maka
kemungkinan
terdapat
multikolinearitas dalam model tersebut. Beberapa prosedur koreksi jika multikolinearitas ditemukan adalah dengan memperbesar ukuran sampel atau menghilangkan salah satu atau beberapa variabel yang mempunyai korelasi tinggi dari model regresi atau dengan mentranformasi variabel nilai variabel yang digunakan mundur satu tahun. 3.8.3 Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah adanya variansi variabel dalam model regresi tidak
sama
(konstan).
Salah
satu
cara
untuk
mendiagnosis
adanya
heteroskedastisitas dalam suatu model regresi adalah dengan uji Glesjer. Uji ini dilakukan dengan membuat model regresi yang melibatkan nilai absolut residual (│e│), sebagai variabel dependen terhadap semua variabel independen. Jika semua variabel independen
signifikan secara statistik, maka terdapat
heteroskedastisitas. Untuk menghilangkan heteroskedastisitas dilakukan dengan mentransformasi variabel menjadi log, kemudian di antilog kan sehingga diperoleh model regresi yang baru (Algifari, 2000: 88). 3.8.4 Autokorelasi
Autokorelasi
adalah
korelasi
antara
anggota–anggota
serangkaian
observasi yang tersusun dalam rangkaian waktu atau yang tersusun dalam rangkaian ruang ( Sumodiningrat, 1999: 231). Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah ada hubungan linier antara error serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (data time
57
series). Uji autokorelasi perlu dilakukan apabila data yang dianalisis merupakan data time series (Gujarati, 1993).
dimana: d = nilai Durbin Watson Σei = jumlah kuadrat sisa Nilai Durbin Watson kemudian dibandingkan dengan nilai d-tabel. Hasil perbandingan akan menghasilkan kesimpulan seperti kriteria sebagai berikut:
1. Jika d < dl, berarti terdapat autokorelasi positif 2. Jika d > (4 – dl), berarti terdapat autokorelasi negatif 3. Jika du < d < (4 – dl), berarti tidak terdapat autokorelasi 4. Jika dl < d < du atau (4 – du), berarti tidak dapat disimpulkan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini obyek penelitian yang digunakan adalah laporan keuangan 30 KPRI di Kota Semarang selama periode tahun 2010 sampai dengan tahun 2011. Dalam kurun waktu tersebut terdapat 115 KPRI yang menjadi populasi dalam penelitian. Jumlah 115 KPRI tersebut merupakan KPRI yang terdaftar di DISPERINDAGKOP Kota Semarang.Dari 115 KPRI tersebut kemudian didapatkan sampel sebanyak 30 KPRI yang dijadikan obyek penelitian. 4.1.2 Jenis Usaha KPRI KPRI di Kota Semarang yang menjadi anggota dari KPRI berjumlah 115 dan bergerak dibidang usaha pertokoan, simpan pinjam, wartel, foto copy, dan lain-lain.Dari 115 KPRI tersebut 30 diantaranya dijadikan sampel dalam penelitian ini. Jenis usaha yang dijalankan oleh 30 KPRI yang dijadikan sampel antara lain sebagai berikut: 1. Pertokoan Usaha pertokoan yang ada menyediakan berbagai barang kebutuhan sehari-hari anggota dan masyarakat pada umumnya, antara lain kebutuhan sembilan bahan pokok(sembako), barang elektronik dan lain-lain. Barang-barang kebutuhan tersebut dijual secara tunai dan kredit.
58
59
2. Simpan Pinjam a) Piutang Jangka Pendek Piutang jangka pendek merupakan piutang uang dengan jangka waktu angsuran 12 kali dan diken akan bunga pinjaman sebesar 2% setiap bulan dari besarnya pinjaman pokok. b) Piutang Jangka Panjang Piutang jangka panjang merupakan pinjaman uang kepada anggota dengan mengajukan permohonan terlebih dahulu. Piutang diangsur dengan jangka waktu angsuran 12-36 kali dengan bunga pinjaman sebesar 1,5% setiap bulan dari besarnya pinjaman pokok. c) Piutang Sebrakan Piutang sebrakan merupakan piutang yang diberikan kepada anggota sewaktu-waktu dengan mengajukan permohonan saat itu juga, dengan jangka waktu angsuran maksimal 5 kali dan dikenakan bunga pinjaman 2% dari besarnya pinjaman pokok. 3. Aneka jasa Berbagai usaha jasa yang kelola oleh KPRI antara lain adalah usaha wartel, foto copy, bengkel dan lain-lain. 4.2 Struktur Modal Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pengimbangan antar hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari mengambil bagian, peserta, atau pemilik (modal saham, modal peserta
60
dan lain-lain) (Riyanto, 2008:22). Modal pinjaman pada KPRI Kota Semarang bersumber dari simpanan sukarela/simpanan anggota, dana-dana koperasi, pinjaman dari pihak bank sebagai tambahan modal dengan jumlah bervariasi. Hasil analisis deskriptif pada data rasio modal sendiri dan rasio pinjaman dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.1 Struktur Modal KPRI Kota Semarang tahun 2010 No.
Nama Koperasi
Modal 2010
Sendiri ARNAWIL 21,074,000 ASADENTA HUSADA 17,121,000 BINA SEJAHTERA APRO 12,277,000 UNDIP 146,325,000 FISCA BHAKTI 4,210,000 MANFAAT LPMP 25,038,000 SEMBADA KARSA 336,600,000 WIDYA PRAJA 187,508,000 TANGGA KENCANA 133,520,000 AMAL BHAKTI 318,298,000 MIGUNANI 172,080,000 PUSTAKA 301,822,000 TUT WURI HANDAYANI 265,620,000 SWA ARTA MANDIRI 4,796,000 MESRA 21,752,040 MEKAR - GENUK 40,103,000 SERBA GUNA 148,000,000 HANDAYANI (UNNES) 8,031,000 TUMBUH 10,270,000 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 94,834,000 DWIJA USAHA 238,048,000 BPKP 49,481,000 BANGUN SEJAHTERA 622,680,000 DWIJA RAHARJA 3,556,368 KPPDK LP KLAS I 74,120,000 BHAKTI PRAJA 17,067,221 NUSANTARA 19,387,000 RS. TUGUREJO 60,421,000 SERBA USAHA 29,512,000 TULUS KARYA 1,543,375 Jumlah 3,385,095,004 Rata-rata 112,836,500 Sumber : Data KPRI Kota Semarang tahun 2010-2011 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Pinjaman 14,514,000 4,341,000 10,148,000 34,406,390 8,854,000 19,654,000 6,016,414 24,987,000 7,127,000 1,544,483 1,051,333 17,289,000 204,939,000 9,164,000 30,702,000 1,386,000 42,106,000 4,727,500 6,026,840 4,717,000 16,233,000 34,249,000 87,769,000 1,036,488 43,333,000 12,993,517 50,470,000 33,998,000 32,463,000 1,825,000 768,070,965 25,602,366
61
Rata-rata modal sendiri KPRI Kota Semarang pada tahun 2010 sebesar Rp. 112.836.500 dan modal pinjaman sebesar Rp. 25.602.366 hal ini menunjukkan bahwa
struktur modal tahun 2010 menggambarkan keadaan yang baik menyangkut likuiditas koperasi, hal ini ditunjukkan dari posisi rasio modal sendiri yang ratarata relatif lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata modal pinjaman. Ini berarti bahwa sebagian besar aktiva KPRI di Kota Semarang dibelanjai dengan menggunakan modal sendiri. Tabel 4.2 Struktur Modal KPRI Kota Semarang tahun 2011 No.
Nama Koperasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
ARNAWIL ASADENTA HUSADA BINA SEJAHTERA APRO UNDIP FISCA BHAKTI MANFAAT LPMP SEMBADA KARSA WIDYA PRAJA TANGGA KENCANA AMAL BHAKTI MIGUNANI PUSTAKA TUT WURI HANDAYANI SWA ARTA MANDIRI MESRA MEKAR - GENUK SERBA GUNA HANDAYANI (UNNES) TUMBUH ULAR ULAR MARDI SANTOSA DWIJA USAHA BPKP BANGUN SEJAHTERA DWIJA RAHARJA KPPDK LP KLAS I BHAKTI PRAJA NUSANTARA RS. TUGUREJO SERBA USAHA
Modal 2011 Sendiri Pinjaman 17,923,000 2,577,000 1,410,000 2,250,230 22,049,000 22,569,000 4,821,000 11,023,129 22,067,000 25,459,000 343,890,000 895,626,000 125,884,000 17,738,000 307,524,000 819,855,000 376,423,000 104,833,000 927,814,000 891,174,000 658,748,000 179,200,000 165,468,000 89,534,000 929,588,000 114,613,000 62,887,000 13,261,000 155,944,000 142,106,000 575,806,000 68,342,000 56,289,000 43,868,000 1,839,795 10,439,054 767,114,000 184,071,000 11,000,691 11,199,000 893,220,000 1,229,738 379,662,000 159,600,000 130,752,000 58,638,000 56,263,483 2,254,000 377,501,000 117,552,000 6,215,196 23,484,509 1,216,899 8,555,000 328,366,000 213,507,000 167,657,000 149,635,000
62
30
TULUS KARYA 15,955,704 Jumlah 7,891,298,768 Rata-rata 263,043,292 Sumber : Data KPRI Kota Semarang tahun 2010-2011
1,469,000 4,385,661,660 146,188,722
Rata-rata modal sendiri KPRI Kota Semarang pada tahun 2010 sebesar Rp. 263.043.292 dan modal pinjaman sebesar Rp. 146.188.722 hal ini menunjukkan bahwa struktur modal tahun 2011 menggambarkan keadaan yang baik menyangkut likuiditas koperasi, hal ini ditunjukkan dari posisi rasio modal sendiri yang rata-rata relatif lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata modal pinjaman. Ini berarti bahwa sebagian besar aktiva KPRI di Kota Semarang dibelanjai dengan menggunakan modal sendiri. Tabel 4.3 Sisa Hasil Usaha KPRI Kota Semarang tahun 2010-2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Nama Koperasi ARNAWIL ASADENTA HUSADA BINA SEJAHTERA APRO UNDIP FISCA BHAKTI MANFAAT LPMP SEMBADA KARSA WIDYA PRAJA TANGGA KENCANA AMAL BHAKTI MIGUNANI PUSTAKA TUT WURI HANDAYANI SWA ARTA MANDIRI MESRA MEKAR - GENUK SERBA GUNA HANDAYANI (UNNES) TUMBUH ULAR ULAR MARDI SANTOSA DWIJA USAHA BPKP BANGUN SEJAHTERA DWIJA RAHARJA
Sisa Hasil Usaha (SHU) 2010 2011 4,801,000 202,869,000 125,000,000 1,633,590 3,464,000 2,026,250 254,400,000 837,426,000 6,294,000 5,947,520 98,209,000 53,979,000 4,862,000 2,080,310 78,616,000 12,261,803 13,057,000 1,960,520 47,918,000 3,020,110 57,698,000 9,891,520 42,740,000 1,419,526 61,842,000 4,666,210 6,892,000 509,170,000 63,979,000 331,020,110 40,543,000 128,131,194 20,858,000 180,000,000 349,565,000 186,920,000 154,067,000 962,023,000 67,040,000 1,239,250 160,000,000 2,058,310 88,460,000 1,850,102 22,960,000 9,947,001 130,789,000 14,419,270
63
25 26 27 28 29 30
KPPDK LP KLAS I 41,897,000 BHAKTI PRAJA 1,163,107 NUSANTARA 87,853,000 RS. TUGUREJO 44,623,000 SERBA USAHA 15,978,000 TULUS KARYA 108,125,000 Jumlah 2,203,693,107 Rata-rata 73,456,437 Sumber : Data KPRI Kota Semarang tahun 2010-2011
45,337,300 938,264,000 2,623,800 2,990,660 7,526,520 3,207,831 4,465,909,707 148,863,657
Pada tabel 4.3 diatas diketahui bahwa selama periode tahun 2010-2011 tingkat sisa laba usaha tertinggi pada tahun 2011 dengan 148.863.657.
rata-rata sebesar
bahwa sisa hasil usaha tahun 2011 menggambarkan keadaan
meningkat dari tahun sebelumnya, hal ini ditunjukkan dari posisi rasio sisa hasil usaha yang rata-rata makin meningkat. Ini berarti bahwa sisa hasil usaha KPRI di Kota Semarang semakin meningkat dari tahun sebelumnya. 4.3 Variabel Struktur Modal Variabel struktur modal dalam penelitian ini diukur menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Total Asset Ratio (DAR). 4.3.1 Variabel Struktur Modal Sendiri Debt to Equity Ratio (DER) Variabel struktur modal Debt to Equity Ratio (DER) yang merupakan rasio untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan di dalam memenuhi seluruh kewajiban perusahaan. Debt to Equity Ratio (DER) memperbandingkan total hutang tehadap total equity yang dimiliki koperasi. Struktur modal menunjukkan prosentase dari hutang dan modal sendiri (dapat dilihat pada lampiran 16).
64
4.3.2 Variabel Struktur Modal Pinjaman Debt to Total Asset Ratio (DAR) Variabel struktur modal Debt to Total Asset Ratio (DAR) yang merupakan rasio total kewajiban terhadap asset. Ratio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan presentase aktiva kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban perusahaan (dapat dilihat pada lampiran 18). 4.3.3 Sisa Hasil Usaha (SHU) Sisa hasil usaha (SHU) adalah selisih dari seluruh pemasukan atau penerimaan total (total revenue) dengan biaya-biaya atau modal (total cost) dalam satu tahun buku (Arifin Sitio dan Tamba : 2001). Perkembangan Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI Kota Semarang tahun 20102011 pada lampiran 20 diketahui bahwa selama periode tahun 2010-2011 tingkat sisa hasil usaha tertinggi pada KPRI Mekar Genuk dengan rata-rata sebesar 84.33% per tahun. Ini berarti bahwa rata-rata setiap Rp. 1.000.000,00 aktiva yang digunakan pada koperasi akan menghasilkan sisa hasil usaha dengan rata-rata sebesar Rp. 84.337.00. Diketahui bahwa selama periode tahun 2010-2011 tingkat sisa hasil usaha terendah pada KPRI Serba Guna dengan rata-rata sebesar 10.05% per tahun. Ini berarti bahwa rata-rata setiap Rp. 1.000.000,00 aktiva yang digunakan koperasi akan menghasilkan sisa hasil usaha rata-rata sebesar Rp. 100,429,00. Rata-rata tingkat sisa hasil usaha KPRI Kota Semarang selama periode tahun 2010-2011 adalah 11,12% per tahun. Ini berarti bahwa rata-rata setiap Rp. 1.000.000,00 aktiva yang digunakan koperasi akan menghasilkan sisa hasil usaha rata-rata sebesar Rp. 11.120.000.
65
4.4 Uji Analisis Data 4.4.1 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan prasyarat analisis regresi ganda. Untuk memenuhi prasyarat sebagai hasil regresi yang baik maka terlebih dahulu akan dilakukan pengujian mengenai ada tidaknya pelanggaran asumsi klasik. Dalam uji asumsi
klasik
ini
meliputi
uji
normalitas,
uji
multikolinieritas,
uji
heterokesdastisitas dan uji autokorelasi. 4.4.2 Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Salah satu uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah dengan menggunakan analisis grafik yaitu dengan melihat bentuk grafik secara visual. Hasil uji normalitas dalam kajian penelitian ini menggunakan P-P Plot. Apabila grafik yang diperoleh dari output SPSS ternyata titik-titik mendekati garis diagonal, dapat disimpulkan bahwa model regresi terdistribusi normal. Lebih jelasnya hasil uji normalitas data dapat dilihat pada grafik berikut.
66
Gambar 4.1. P-Plot Pengujian normalitas model regresi Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Ln_SHU
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Berdasarkan gambar 4.1 diatas, pola titik-titik yang diperoleh dari uji kenormalan data tersebar pada daerah garis diagonal maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal. Untuk mendeteksi normalitas data dapat juga dilakukan dengan kolmogorov-smirnov test, caranya adalah dengan menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujian, yaitu: a. Jika probability value > 0,05 maka H0 diterima. b. Jika probability value < 0,05 maka H0 ditolak. Hasil uji normalitas data melalui kolmogorov-smirnov test dapat dilihat melalui tabel 4.4.
67
Tabel 4.4 One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b Most Extrem e Dif f erences
Mean Std. Dev iat ion Absolute Positiv e Negativ e
Kolmogorov -Smirnov Z Asy mp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz ed Residual 60 .0000000 1.59866922 .154 .086 -.154 1.194 .115
a. Test distribution is Normal. b. Calculated f rom data.
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013 Berdasarkan tabel 4.5 untuk semua variabel memiliki probabilitas 0,115 jauh diatas α = 0,05. Hal ini berarti Hipotesis Nol (H0) diterima, yang artinya seluruh variabel sudah terdistribusi secara normal. 4.4.3 Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah antara variabel bebas memiliki hubungan yang sempurna atau tidak. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Lebih jelasnya hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas Rangkuman Nilai tolerance dan VIF Coeffi ci entsa
Model 1
DER DAR
Collinearity Statistics Tolerance VI F .249 4.016 .249 4.016
a. Dependent Variable: Ln_SHU
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
68
Dari tabel 4.5 Diatas, dapat diketahui bahwa nilai tolerance semua variabel independen yaitu Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Total Asset Ratio (DAR) > 0,10 sedang VIF < 10. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas. 4.4.4 Uji Heterokesdastisitas Uji heterokesdastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah jika tidak terdapat heterokesdastisitas. Uji heterokesdastisitas dapat dilihat dari diagram scatter plot yang terlihat dari output SPSS. Apabila titik-titik tersebar tidak teratur dan berada diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu vertikal menunjukkan bahwa model regresi tidak mengandung heterokesdastisitas. Gambar 4.2 Diagram Scatterplot
Scatterplot
Dependent Variable: SHU
Regression Studentized Residual
6
4
2
0
-2 -2
-1
0
1
2
3
4
Regression Standardized Predicted Value
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
69
Dari grafik scatterplot yang diperoleh setelah data diolah melalui SPSS, dapat diketahui bahwa titik data menyebar secara acak serta tersebar di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi tersebut 4.4.5 Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Autokorelasi merupakan korelasi atau hubungan yang terjadi antara anggota-anggota dari serangkaian pengamatn yang tersusun dalam rangkaian waktu (date time series). Uji Autokorelasi pada penelitian ini dapat dilihat dari nilai Durbin Watson, seperti terlihat pada Tabel 4.6 Tabel 4.6 Hasil Analisis Autokorelasi Model Summaryb Model 1
R .384a
R Square .147
Adjusted R Square .117
St d. Error of the Estimate 1.62647
DurbinWat son .917
a. Predictors: (Constant), DAR, DER b. Dependent Variable: Ln_SHU
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Salah satu pengujian yang umum digunakan untuk mengetahui adanya autokorelasi adalah menggunakan uji Statsitik Durbin-Watson (Algifari, 2000:89).
70
Tabel 4.7
Durbin-Watson Test Hasil Perhitungan
Klasifikasi
<1,08
Ada Autokorelasi
1,08-1,66
Tanpa Kesimpulan
1,66-2,34
Tidak Ada Autokorelasi
2,34-2,92
Tanpa Kesimpulan
>2,92
Ada Autokorelasi
Dari hasil analisis dan perhitungan SPSS diperoleh bahwa nilai DW sebesar 1,951. Berdasartkan tabel autokorelasi Durbin-Watson Test, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam penelitian ini. 4.5 Analisis Statistik Inferensial 4.5.1 Analisis Regresi Linear Berganda Dalam rangka menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi berganda dengan menggunakan program komputasi SPSS 15 diperoleh hasil seperti pada tabel 4.9. Tabel 4.8 Analisis Regresi Linier Coeffi ci entsa
Model 1
(Constant) DER DAR
Unstandardized Coef f icients B St d. Error 9.917 .262 .294 .109 -.157 .050
St andardized Coef f icients Beta .663 -.769
t 37.851 2.704 -3.137
a. Dependent Variable: Ln_SHU
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Sig. .000 .009 .003
71
Berdasarkan ringkasan hasil analisis regresi seperti tertera pada tabel 4.8 di atas diperoleh persamaan model regresi yaitu: Sisa Hasil Usaha (Y) = 9,917 + 0,294 DER + -0,157 DAR Dari model regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Setiap terjadi kenaikan Debt to Equity Ratio (DER) satu satuan akan diikuti tingkat kenaikan perubahan sisa hasil usaha sebesar 0,294. 2. Setiap terjadi kenaikan Debt to Total Asset Ratio (DAR) satu satuan akan diikuti tingkat kenaikan perubahan sisa hasil usaha sebesar 0,157. 4.6 Uji Hipotesis 4.6.1 Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F)
Uji F statistik digunakan untuk membuktikan hipotesis yang menyatakaan ada pengaruh antara variabel independen (DER,DAR) terhadap variabel dependen (SHU). Pengujian hipotesis yang menyatakan ada pengaruh secara simultan Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) dapat dilihat dari hasil Uji F pada tabel 4.9 Kriteria pengujiannya apabila nilai p value < 0,05, dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak. Tabel 4.9 Hasil Uji Simultan (Uji F)
72
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 26.036 150.789 176.825
df 2 57 59
Mean Square 13.018 2.645
F 4.921
Sig. .011a
a. Predictors: (Const ant), DAR, DER b. Dependent Variable: Ln_SHU
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013
Hasil uji F pada Tabel 4.9 diperoleh bahwa F hitung = 4,921 dengan nilai p value = 0,000 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima yang berarti tidak ada pengaruh secara simultan Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) signifikan. 4.6.2 Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) 4.6.2.1 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap SHU Berdasarkan hasil pengujian secara parsial pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) dengan menggunakan program SPSS diperoleh thitung sebesar 2,704 dengan nilai p value 0,000. Karena nilai p value 0,000 < 0,05 dapat disimpulkan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU). Dengan meningkatnya Debt to Equity Ratio (DER) maka akan diikuti pula dengan meningkatnya Sisa Hasil Usaha (SHU)
pada KPRI Kota
Semarang. 4.6.2.2 Pengaruh Debt to Total Asset Ratio (DAR) Terhadap SHU Berdasarkan hasil pengujian secara parsial pengaruh Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) dengan menggunakan program
73
SPSS diperoleh thitung sebesar -3,137 dengan nilai p value 0,000. Karena nilai p value 0,000 < 0,05 dapat disimpulkan Ha diterima Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh negatif dan signifikan Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU). Dengan meningkatnya Debt to Total Asset Ratio (DAR) maka akan diikuti pula dengan meningkatnya Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI Kota Semarang. 4.7 Koefisien Determinasi Koefisien Determinasi (R²) digunakan untuk menunjukkan berapa besar prosentase variabel independen (DER, DAR) secara bersama-sama menerangkan variasi variabel dependen (SHU). Hasil pengujian koefisien regresi menunjukkan bahwa Koefisien Determinasi (R²) sebesar 0,384 atau 38,4 %. Jadi dapat dikatakan bahwa 38,4 % Sisa Hasil Usaha (SHU) dipengaruhi oleh Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Total Asset Ratio (DAR). 4.8 Pembahasan Penjelasan mengenai jawaban dari hipotesis pertama (H1) tentang pengaruh simultan DER dan DAR terhadap sisa hasil usaha adalah sebagai berikut: Terima Ho jika F hitung < F tabel : Tidak ada pengaruh secara simultan DER dan DAR terhadap sisa hasil usaha. Tolak Ha jika F hitung > F tabel : Ada pengaruh secara simultan DER, dan DAR terhadap sisa hasil usaha.
74
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa dari dua variabel independen yaitu DER dan DAR dari hasil uji F diperoleh F hitung = 4,921 dengan nilai p value = 0,000 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima, yang berarti ada pengaruh secara simultan DER dan DAR terhadap sisa hasil usaha yang signifikan dan berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh R square sebesar 0,384 yang berarti bahwa kontribusi DER dan DAR secara simultan berpengaruh terhadap perubahan Sisa Hasil Usaha sebesar 38,4%. Jadi Hipotesis pertama (H1) menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada pengaruh secara simultan DER dan DAR terhadap sisa hasil usaha. Penjelasan mengenai jawaban dari hipotesis kedua (H2) tentang pengaruh parsial antara DER terhadap sisa hasil usaha adalah sebagai berikut: Terima Ho jika t hitung < t tabel : Tidak ada pengaruh secara parsial antara DER terhadap sisa hasil usaha. Tolak Ha jika t hitung > t tabel : Ada pengaruh secara parsial antara DER terhadap sisa hasil usaha. Secara parsial, dari hasil analisis regresi uji t diperoleh p value untuk variabel DER sebesar 0,000, nilai p value tersebut masih di bawah level signifikansi 0,05 dengan nilai t = 2,704. Hasil Uji t pada hipotesis kedua (H2) menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada pengaruh secara parsial DER terhadap sisa hasil usaha. Debt to Equity Ratio (DER) pada penelitian ini berpengaruh positif terhadap sisa hasil usaha karena semakin besar rasio ini, akan semakin baik karena koperasi akan semakin mampu merespon kebutuhan sehari-hari koperasi,
75
sehingga tujuan koperasi untuk mendapatkan sisa hasil usaha yang optimal dapat tercapai. Semakin tinggi Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan perubahan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang tinggi (Kuswadi 2005:79). Hal ini didukung penelitian sebelumnya oleh Machfoedz (1994:133) yang menyimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU). Penjelasan mengenai jawaban dari hipotesis ketiga (H3) tentang pengaruh secara parsial antara DAR terhadap sisa hasil laba usaha adalah sebagai berikut : Terima Ho jika t hitung < t tabel : Tidak ada pengaruh secara parsial antara DAR terhadap sisa hasil usaha. Tolak Ha jika t hitung > t tabel : Ada pengaruh secara parsial antara DAR terhadap sisa hasil usaha. Secara parsial, dari hasil analisis regresi uji t diperoleh p value untuk variabel Debt to Total Asset Ratio (DAR) sebesar 0,009, nilai p value tersebut masih di bawah level signifikansi 0,05 dengan nilai t = -3,137. Hasil Uji t pada hipotesis ketiga (H3) menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada pengaruh secara parsial antara Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU).
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Berikut adalah beberapa kesimpulan yang dapat diberikan berdasarkan hasil analisis data penelitian : 1. Secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI Kota Semarang, dengan nilai signifikansi uji Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) sebesar 0,000 < 5%. 2. Secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI Kota Semarang, dengan nilai signifikansi uji Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) sebesar 0,009 < 5%. 3. Secara simultan kedua rasio struktur modal yaitu Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Total Asset Ratio (DAR) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara bersama-sama terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) pada KPRI Kota Semarang, dengan kontribusi sebesar 38,4%. 5.2 Saran Dari hasil kesimpulan dan keterbatasan dalam penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan peneliti adalah sebagai berikut : 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien determinasai (R-square) menunjukkan nilai R-square sebesar 38,4%. Artinya bahwa terdapat
76
77
tingkat hubungan sebesar 38,4% Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Total Asset Ratio (DAR) terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU). 2. Hendaknya pengurus KPRI Kota Semarang lebih dapat memanfaatkan modalnya dengan pengembangan usaha, untuk meningkatkan perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU). 3. Penelitian ini masih terdapat keterbatasan, oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya diharapkan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perolehan Sisa Hasil Usaha selain Modal Sendiri dan Modal Pinjaman .
78
DAFTAR PUSTAKA
Algifari. 2007 : 73. Analisis regresi: Teori, Kasus dan Solusi. Yogyakarta :BPFE Anoraga, Pandji & Djoko Sudantoko. 2002 : 1927. Koperasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Arifin Sitio dan Halomoan Tamba., 2001. Koperasi Teori dan Praktik, Erlangga: Jakarta Bambang Riyanto., 2001. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan, BPFE Yogyakarta: Jakarta Baswir, Revrisound. 1997. Koperasi Indonesia. Yogyakarta: BPFE Cooper, R.Donald & Emory, C.William. 1949. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Erlangga. Depkop & PPKM. 1992. UU no 25 tahun 1992 Tentang Perkoperasian Indonesia. Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. G. Kartasapoetra, dkk. 1985. Koperasi Indonesia yang Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Jakarta: Rineka Cipta. Semarang: UNDIP Gujarati, D.1997. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga. Kartasapoetra, G, dkk. 2007. Koperasi Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
79
Mahfoeds, Mas‟ud. 1994. Financial Ratio Anlysis and The Prediction of earning Changes in Indonesia. Jurnal Kelola No. 7/ 11. Ong Tze San, The Boon Heng, 2011.Capital Structur and Corporate Performance of Malaysia Construction Sector. International Journal Of Humanies and Social Science.Vol. I No, 2.Februari 2011. Ninik, Widiyanti. 1998. Koperasi dan Perekonomian Indonesia. Jakarta: Bina Aksara Novi S, Lubuk 2007. Pengaruh Modal Sendiri Terhadap Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU). Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Semarang. 69 hal. (Tidak dipublikasikan). Riyanto, Bambang. 1997. Dasar- dasar Pembelanjaan Negara. Yogyakarta : BPFE Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. Sitio dan Tamba. 2002. Koperasi Teori dan Praktik. Jakarta: Erlangga Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Sumodiningrat, Gunawan.1999. Ekonometrika Pengantar. Yogyakarta: BPFE Undang-undang
Republik
Indonesia
Nomor
25
Tahun
1992
tentang
Perkoperasian. Semarang: Diperbanyak oleh Aneka Ilmu. Wasis. 1998. Pembelanjaan Perusahaan. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
80
Weston, J. Fred and Thomas Copeland. 1992. Manajemen Keuangan Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Widiyanti & Sunindhia. 1992. Koperasi dan Perekonomian Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
81
Lampiran 1 DATA KEUANGAN KPRI KOTA SEMARANG TAHUN 2010 MODAL SENDIRI PINJAMAN 1 ARNAWIL 21,074 14,514 2 ASADENTA HUSADA 17,121 4,341 3 BINA SEJAHTERA APRO 12,277 10,148 4 UNDIP 146,325 34,406 5 FISCA BHAKTI 4,210 8,854 6 MANFAAT LPMP 25,038 19,654 7 SEMBADA KARSA 336,600 6,016 8 WIDYA PRAJA 187,508 24,987 9 TANGGA KENCANA 133,520 7,127 10 AMAL BHAKTI 318,298 1,544 11 MIGUNANI 172,080 1,051 12 PUSTAKA 301,822 17,289 13 TUT WURI HANDAYANI 265,620 204,939 14 SWA ARTA MANDIRI 4,796 9,164 15 MESRA 21,752 30,702 16 MEKAR - GENUK 40,103 1,386 17 SERBA GUNA 148,000 42,106 18 HANDAYANI (UNNES) 8,031 4,727 19 TUMBUH 10,270 6,026 20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 94,834 4,717 21 DWIJA USAHA 238,048 16,233 22 B P K P 49,481 34,249 23 BANGUN SEJAHTERA 622,680 87,769 24 DWIJA RAHARJA 35,563 1,036 25 KPPDK LP KLAS I 74,120 43,333 26 BHAKTI PRAJA 17,067 12,993 27 NUSANTARA 19,387 50,470 28 RS. TUGUREJO 60,421 33,998 29 SERBA USAHA 29,512 32,463 30 TULUS KARYA 1,543 1,825 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011 NO
NAMA KOPERASI
JUMLAH 35,588 21,462 22,425 180,731 13,064 44,692 342,616 212,495 140,647 319,842 173,131 319,111 470,559 13,960 52,454 41,489 190,106 12,758 16,296 99,551 254,281 83,730 710,449 36,599 117,453 30,060 69,857 94,419 61,975 3,368
VOLUME USAHA 1,057 10,299 39,567 359,526 149,517 11,793 10,703 1,676 57,147 37,514, 126,724 1,124 77,606 5,234 6,046 2,134 4,000 3,809 37,646 6,070 22,226 64,729 61,137 237,364 1,036 12,657 55,889 409,083 182,949 80,675
ASSET
SHU
14,535 4,801 21,462 125,000 22,425 3,464 34,552 54,400 13,064 6,294 44,692 98,209 36,353 4,862 212,495 78,616 140,647 13,057 21,862 47,918 21,223 57,698 319,111 42,740 470,559 61,842 4,805 6,892 12,082 63,979 21,426 40,543 250,106 20,858 12,758 89,565 16,296 54,067 4,811 67,040 254,281 16,000 83,730 88,460 710,449 22,960 4,592 130,789 117,453 41,897 30,060 21,163 69,857 87,853 94,419 44,623 61,975 15,978 2,070 108,125
82
Lampiran 2 DATA KEUANGAN KPRI KOTA SEMARANG TAHUN 2011 NO
MODAL SENDIRI PINJAMAN 1 ARNAWIL 17,923 2,577 2 ASADENTA HUSADA 1,410 2,250 3 BINA SEJAHTERA APRO 22,049 22,569 4 UNDIP 4,821 11,023 5 FISCA BHAKTI 22,067 25,459 6 MANFAAT LPMP 343,890 895,626 7 SEMBADA KARSA 125,884 17,738 8 WIDYA PRAJA 307,524 819,855 9 TANGGA KENCANA 376,423 104,833 10 AMAL BHAKTI 927,814 891,174 11 MIGUNANI 658,748 179,200 12 PUSTAKA 165,468 89,534 13 TUT WURI HANDAYANI 929,588 114,613 14 SWA ARTA MANDIRI 62,887 13,261 15 MESRA 155,944 142,106 16 MEKAR - GENUK 575,806 68,342 17 SERBA GUNA 56,289 43,868 18 HANDAYANI (UNNES) 1,839 10,439 19 TUMBUH 767,114 184,071 20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 11,000 11,199 21 DWIJA USAHA 893,220 1,229 22 B P K P 379,662 159,600 23 BANGUN SEJAHTERA 130,752 58,638 24 DWIJA RAHARJA 56,263 2,254 25 KPPDK LP KLAS I 377,501 117,552 26 BHAKTI PRAJA 6,215 23,484 27 NUSANTARA 1,216 8,555 28 RS. TUGUREJO 328,366 213,507 29 SERBA USAHA 167,657 149,635 30 TULUS KARYA 15,955 1,469 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011 NAMA KOPERASI
JUMLAH 20,500 3,660 44,618 15,844 47,526 1,239,516 143,622 1,127,379 481,256 1,818,988 837,948 255,002 1,044,201 76,148 298,050 644,148 100,157 12,278 951,185 22,199 894,449 539,262 189,390 58,517 495,053 29,699 9,771 541,873 317,292 17,424
VOLUME USAHA 33,153 1,800 9,341 23,071 37,651 1,305 186,758 1,026 398,125 2,931 987,000 359,548 2,297 88,245 270,610 1,613 181,500 10,992 1,230 926,500 2,755 759,964 197,587 2,022 600,290 43,040 2,087 600,966 375,609 10,773
ASSET
SHU
20,500 22,869 2,251 1,633 44,618 2,026 15,844 87,426 47,526 5,947 91,239 53,979 143,622 2,080 311,127 12,261 481,256 1,960 961,818 3,020 837,948 9,891 255,002 1,419 211,044 4,666 76,148 59,170 298,050 33,020 644,148 128,131 100,157 80,000 12,278 86,920 951,185 62,023 51,901 71,239 12,122 12,058 539,265 1,850 189,390 9,947 73,115 14,419 495,053 45,337 29,699 38,264 31,475 2,623 541,873 2,990 317,292 7,526 62,472 3,207
83
Lampiran 3 DATA KEUANGAN TAHUN 2010 UNTUK REGRESI MODAL VOLUME JUMLAH ASSET SHU DER USAHA SENDIRI PINJAMAN 1 ARNAWIL 21,074 14,514 35,588 1,057 14,535 4,801 0.689 2 ASADENTA HUSADA 17,121 4,341 21,462 10,299 21,462 125,000 0.254 3 BINA SEJAHTERA APRO 12,277 10,148 22,425 39,567 22,425 3,464 0.827 4 UNDIP 146,325 34,406 180,731 359,526 34,552 54,400 0.235 5 FISCA BHAKTI 4,210 8,854 13,064 149,517 13,064 6,294 2.103 6 MANFAAT LPMP 25,038 19,654 44,692 11,793 44,692 98,209 0.785 7 SEMBADA KARSA 336,600 6,016 342,616 10,703 36,353 4,862 0.018 8 WIDYA PRAJA 187,508 24,987 212,495 1,676 212,495 78,616 0.133 9 TANGGA KENCANA 133,520 7,127 140,647 57,147 140,647 13,057 0.053 10 AMAL BHAKTI 318,298 1,544 319,842 37,514, 21,862 47,918 0.005 11 MIGUNANI 172,080 1,051 173,131 126,724 21,223 57,698 0.006 12 PUSTAKA 301,822 17,289 319,111 1,124 319,111 42,740 0.057 13 TUT WURI HANDAYANI 265,620 204,939 470,559 77,606 470,559 61,842 0.772 14 SWA ARTA MANDIRI 4,796 9,164 13,960 5,234 4,805 6,892 1.911 15 MESRA 21,752 30,702 52,454 6,046 12,082 63,979 1.411 16 MEKAR - GENUK 40,103 1,386 41,489 2,134 21,426 40,543 0.035 17 SERBA GUNA 148,000 42,106 190,106 4,000 250,106 20,858 0.285 18 HANDAYANI (UNNES) 8,031 4,727 12,758 3,809 12,758 89,565 0.589 19 TUMBUH 10,270 6,026 16,296 37,646 16,296 54,067 0.587 20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 94,834 4,717 99,551 6,070 4,811 67,040 0.05 21 DWIJA USAHA 238,048 16,233 254,281 22,226 254,281 16,000 0.068 22 BPKP 49,481 34,249 83,730 64,729 83,730 88,460 0.692 23 BANGUN SEJAHTERA 622,680 87,769 710,449 61,137 710,449 22,960 0.141 24 DWIJA RAHARJA 35,563 1,036 36,599 237,364 4,592 130,789 0.291 25 KPPDK LP KLAS I 74,120 43,333 117,453 1,036 117,453 41,897 0.585 26 BHAKTI PRAJA 17,067 12,993 30,060 12,657 30,060 21,163 0.761 27 NUSANTARA 19,387 50,470 69,857 55,889 69,857 87,853 2.603 28 RS. TUGUREJO 60,421 33,998 94,419 409,083 94,419 44,623 0.563 29 SERBA USAHA 29,512 32,463 61,975 182,949 61,975 15,978 1.1 30 TULUS KARYA 1,543 1,825 3,368 80,675 2,070 108,125 1.182 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011 NO
NAMA KOPERASI
DAR 0.999 0.202 0.453 0.996 0.678 0.44 0.947 0.118 0.051 0.829 0.859 0.054 0.436 1.907 2.541 0.972 0.168 0.371 0.37 0.98 0.064 0.409 0.124 0.226 0.369 0.432 0.722 0.36 0.524 0.882
84
Lampiran 4 DATA KEUANGAN TAHUN 2011 UNTUK REGRESI MODAL SENDIRI PINJAMAN 1 ARNAWIL 17,923 2,577 2 ASADENTA HUSADA 1,410 2,250 3 BINA SEJAHTERA APRO 22,049 22,569 4 UNDIP 4,821 11,023 5 FISCA BHAKTI 22,067 25,459 6 MANFAAT LPMP 343,890 895,626 7 SEMBADA KARSA 125,884 17,738 8 WIDYA PRAJA 307,524 819,855 9 TANGGA KENCANA 376,423 104,833 10 AMAL BHAKTI 927,814 891,174 11 MIGUNANI 658,748 179,200 12 PUSTAKA 165,468 89,534 13 TUT WURI HANDAYANI 929,588 114,613 14 SWA ARTA MANDIRI 62,887 13,261 15 MESRA 155,944 142,106 16 MEKAR - GENUK 575,806 68,342 17 SERBA GUNA 56,289 43,868 18 HANDAYANI (UNNES) 1,839 10,439 19 TUMBUH 767,114 184,071 20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 11,000 11,199 21 DWIJA USAHA 893,220 1,229 22 BPKP 379,662 159,600 23 BANGUN SEJAHTERA 130,752 58,638 24 DWIJA RAHARJA 56,263 2,254 25 KPPDK LP KLAS I 377,501 117,552 26 BHAKTI PRAJA 6,215 23,484 27 NUSANTARA 1,216 8,555 28 RS. TUGUREJO 328,366 213,507 29 SERBA USAHA 167,657 149,635 30 TULUS KARYA 15,955 1,469 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011 NO
NAMA KOPERASI
JUMLAH
VOLUME USAHA
20,500 3,660 44,618 15,844 47,526 1,239,516 143,622 1,127,379 481,256 1,818,988 837,948 255,002 1,044,201 76,148 298,050 644,148 100,157 12,278 951,185 22,199 894,449 539,262 189,390 58,517 495,053 29,699 9,771 541,873 317,292 17,424
33,153 1,800 9,341 23,071 37,651 1,305 186,758 1,026 398,125 2,931 987,000 359,548 2,297 88,245 270,610 1,613 181,500 10,992 1,230 926,500 2,755 759,964 197,587 2,022 600,290 43,040 2,087 600,966 375,609 10,773
ASSET
SHU
DER
20,500 22,869 0.144 2,251 1,633 1.596 44,618 2,026 1.024 15,844 87,426 2.286 47,526 5,947 1.154 91,239 53,979 2.604 143,622 2,080 0.141 311,127 12,261 2.666 481,256 1,960 0.278 961,818 3,020 0.961 837,948 9,891 0.272 255,002 1,419 0.541 211,044 4,666 0.123 76,148 59,170 0.211 298,050 33,020 0.911 644,148 128,131 0.119 100,157 80,000 0.779 12,278 86,920 5.674 951,185 62,023 0.24 51,901 71,239 1.018 12,122 12,058 0.001 539,265 1,850 0.42 189,390 9,947 0.448 73,115 14,419 0.04 495,053 45,337 0.311 29,699 38,264 3.779 31,475 2,623 7.03 541,873 2,990 0.65 317,292 7,526 0.893 62,472 3,207 0.092
DAR 0.126 0.999 0.506 0.696 0.536 8.847 0.124 5.425 0.218 4.901 0.214 0.351 5.446 0.174 0.477 0.106 0.438 0.85 0.194 5.888 0.579 0.296 0.31 0.723 0.237 0.791 5.798 0.394 0.472 0.594
85
Lampiran 5 DATA MODAL SENDIRI MODAL PINJAMAN DAN DER TAHUN 2010 MODAL SENDIRI PINJAMAN 1 ARNAWIL 21,074 14,514 2 ASADENTA HUSADA 17,121 4,341 3 BINA SEJAHTERA APRO 12,277 10,148 4 UNDIP 146,325 34,406 5 FISCA BHAKTI 4,210 8,854 6 MANFAAT LPMP 25,038 19,654 7 SEMBADA KARSA 336,600 6,016 8 WIDYA PRAJA 187,508 24,987 9 TANGGA KENCANA 133,520 7,127 10 AMAL BHAKTI 318,298 1,544 11 MIGUNANI 172,080 1,051 12 PUSTAKA 301,822 17,289 13 TUT WURI HANDAYANI 265,620 204,939 14 SWA ARTA MANDIRI 4,796 9,164 15 MESRA 21,752 30,702 16 MEKAR – GENUK 40,103 1,386 17 SERBA GUNA 148,000 42,106 18 HANDAYANI (UNNES) 8,031 4,727 19 TUMBUH 10,270 6,026 20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 94,834 4,717 21 DWIJA USAHA 238,048 16,233 22 B P K P 49,481 34,249 23 BANGUN SEJAHTERA 622,680 87,769 24 DWIJA RAHARJA 35,563 1,036 25 KPPDK LP KLAS I 74,120 43,333 26 BHAKTI PRAJA 17,067 12,993 27 NUSANTARA 19,387 50,470 28 RS. TUGUREJO 60,421 33,998 29 SERBA USAHA 29,512 32,463 30 TULUS KARYA 1,543 1,825 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
NO
NAMA KOPERASI
DER 0.689 0.254 0.827 0.235 2.103 0.785 0.018 0.133 0.053 0.005 0.006 0.057 0.772 1.911 1.411 0.035 0.285 0.589 0.587 0.05 0.068 0.692 0.141 0.291 0.585 0.761 2.603 0.563 1.1 1.182
86
Lampiran 6 DATA MODAL SENDIRI MODAL PINJAMAN DAN DER TAHUN 2011 MODAL SENDIRI PINJAMAN 1 ARNAWIL 21,074 14,514 2 ASADENTA HUSADA 17,121 4,341 3 BINA SEJAHTERA APRO 12,277 10,148 4 UNDIP 146,325 34,406 5 FISCA BHAKTI 4,210 8,854 6 MANFAAT LPMP 25,038 19,654 7 SEMBADA KARSA 336,600 6,016 8 WIDYA PRAJA 187,508 24,987 9 TANGGA KENCANA 133,520 7,127 10 AMAL BHAKTI 318,298 1,544 11 MIGUNANI 172,080 1,051 12 PUSTAKA 301,822 17,289 13 TUT WURI HANDAYANI 265,620 204,939 14 SWA ARTA MANDIRI 4,796 9,164 15 MESRA 21,752 30,702 16 MEKAR - GENUK 40,103 1,386 17 SERBA GUNA 148,000 42,106 18 HANDAYANI (UNNES) 8,031 4,727 19 TUMBUH 10,270 6,026 20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 94,834 4,717 21 DWIJA USAHA 238,048 16,233 22 BPKP 49,481 34,249 23 BANGUN SEJAHTERA 622,680 87,769 24 DWIJA RAHARJA 35,563 1,036 25 KPPDK LP KLAS I 74,120 43,333 26 BHAKTI PRAJA 17,067 12,993 27 NUSANTARA 19,387 50,470 28 RS. TUGUREJO 60,421 33,998 29 SERBA USAHA 29,512 32,463 30 TULUS KARYA 1,543 1,825 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011 NO
NAMA KOPERASI
DER 0.144 1.596 1.024 2.286 1.154 2.604 0.141 2.666 0.278 0.961 0.272 0.541 0.123 0.211 0.911 0.119 0.779 5.674 0.24 1.018 0.001 0.42 0.448 0.04 0.311 3.779 7.03 0.65 0.893 0.092
87
Lampiran 7 DATA MODAL SENDIRI MODAL PINJAMAN DAN DAR TAHUN 2010 NO
NAMA KOPERASI
MODAL PINJAMAN
1 ARNAWIL 14,514 2 ASADENTA HUSADA 4,341 3 BINA SEJAHTERA APRO 10,148 4 UNDIP 34,406 5 FISCA BHAKTI 8,854 6 MANFAAT LPMP 19,654 7 SEMBADA KARSA 6,016 8 WIDYA PRAJA 24,987 9 TANGGA KENCANA 7,127 10 AMAL BHAKTI 1,544 11 MIGUNANI 1,051 12 PUSTAKA 17,289 13 TUT WURI HANDAYANI 204,939 14 SWA ARTA MANDIRI 9,164 15 MESRA 30,702 16 MEKAR - GENUK 1,386 17 SERBA GUNA 42,106 18 HANDAYANI (UNNES) 4,727 19 TUMBUH 6,026 20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 4,717 21 DWIJA USAHA 16,233 22 B P K P 34,249 23 BANGUN SEJAHTERA 87,769 24 DWIJA RAHARJA 1,036 25 KPPDK LP KLAS I 43,333 26 BHAKTI PRAJA 12,993 27 NUSANTARA 50,470 28 RS. TUGUREJO 33,998 29 SERBA USAHA 32,463 30 TULUS KARYA 1,825 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
ASSET
DAR
14,535 21,462 22,425 34,552 13,064 44,692 36,353 212,495 140,647 21,862 21,223 319,111 470,559 4,805 12,082 21,426 250,106 12,758 16,296 4,811 254,281 83,730 710,449 4,592 117,453 30,060 69,857 94,419 61,975 2,070
0.999 0.202 0.453 0.996 0.678 0.44 0.947 0.118 0.051 0.829 0.859 0.054 0.436 1.907 2.541 0.972 0.168 0.371 0.37 0.98 0.064 0.409 0.124 0.226 0.369 0.432 0.722 0.36 0.524 0.882
88
Lampiran 8 DATA MODAL SENDIRI MODAL PINJAMAN DAN DAR TAHUN 2011 NO
NAMA KOPERASI
MODAL PINJAMAN
1 ARNAWIL 2,577 2 ASADENTA HUSADA 2,250 3 BINA SEJAHTERA APRO 22,569 4 UNDIP 11,023 5 FISCA BHAKTI 25,459 6 MANFAAT LPMP 895,626 7 SEMBADA KARSA 17,738 8 WIDYA PRAJA 819,855 9 TANGGA KENCANA 104,833 10 AMAL BHAKTI 891,174 11 MIGUNANI 179,200 12 PUSTAKA 89,534 13 TUT WURI HANDAYANI 114,613 14 SWA ARTA MANDIRI 13,261 15 MESRA 142,106 16 MEKAR - GENUK 68,342 17 SERBA GUNA 43,868 18 HANDAYANI (UNNES) 10,439 19 TUMBUH 184,071 20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 11,199 21 DWIJA USAHA 1,229 22 B P K P 159,600 23 BANGUN SEJAHTERA 58,638 24 DWIJA RAHARJA 2,254 25 KPPDK LP KLAS I 117,552 26 BHAKTI PRAJA 23,484 27 NUSANTARA 8,555 28 RS. TUGUREJO 213,507 29 SERBA USAHA 149,635 30 TULUS KARYA 1,469 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
ASSET 20,500 2,251 44,618 15,844 47,526 91,239 143,622 311,127 481,256 961,818 837,948 255,002 211,044 76,148 298,050 644,148 100,157 12,278 951,185 51,901 12,122 539,265 189,390 73,115 495,053 29,699 31,475 541,873 317,292 62,472
DAR 0.126 0.999 0.506 0.696 0.536 8.847 0.124 5.425 0.218 4.901 0.214 0.351 5.446 0.174 0.477 0.106 0.438 0.85 0.194 5.888 0.579 0.296 0.31 0.723 0.237 0.791 5.798 0.394 0.472 0.594
89
Lampiran 9 STRUKTUR MODAL 2010 NO
NAMA KOPERASI
DER
1 ARNAWIL 0.689 2 ASADENTA HUSADA 0.254 3 BINA SEJAHTERA APRO 0.827 4 UNDIP 0.235 5 FISCA BHAKTI 2.103 6 MANFAAT LPMP 0.785 7 SEMBADA KARSA 0.018 8 WIDYA PRAJA 0.133 9 TANGGA KENCANA 0.053 10 AMAL BHAKTI 0.005 11 MIGUNANI 0.006 12 PUSTAKA 0.057 13 TUT WURI HANDAYANI 0.772 14 SWA ARTA MANDIRI 1.911 15 MESRA 1.411 16 MEKAR – GENUK 0.035 17 SERBA GUNA 0.285 18 HANDAYANI (UNNES) 0.589 19 TUMBUH 0.587 20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 0.05 21 DWIJA USAHA 0.068 22 BPKP 0.692 23 BANGUN SEJAHTERA 0.141 24 DWIJA RAHARJA 0.291 25 KPPDK LP KLAS I 0.585 26 BHAKTI PRAJA 0.761 27 NUSANTARA 2.603 28 RS. TUGUREJO 0.563 29 SERBA USAHA 1.1 30 TULUS KARYA 1.182 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
DAR 0.999 0.202 0.453 0.996 0.678 0.44 0.947 0.118 0.051 0.829 0.859 0.054 0.436 1.907 2.541 0.972 0.168 0.371 0.37 0.98 0.064 0.409 0.124 0.226 0.369 0.432 0.722 0.36 0.524 0.882
SHU 4,801 125,000 3,464 54,400 6,294 98,209 4,862 78,616 13,057 47,918 57,698 42,740 61,842 6,892 63,979 40,543 20,858 89,565 54,067 67,040 16,000 88,460 22,960 130,789 41,897 21,163 87,853 44,623 15,978 108,125
90
Lampiran 10 STRUKTUR MODAL 2011 NO
NAMA KOPERASI
DER
1 ARNAWIL 0.144 2 ASADENTA HUSADA 1.596 3 BINA SEJAHTERA APRO 1.024 4 UNDIP 2.286 5 FISCA BHAKTI 1.154 6 MANFAAT LPMP 2.604 7 SEMBADA KARSA 0.141 8 WIDYA PRAJA 2.666 9 TANGGA KENCANA 0.278 10 AMAL BHAKTI 0.961 11 MIGUNANI 0.272 12 PUSTAKA 0.541 13 TUT WURI HANDAYANI 0.123 14 SWA ARTA MANDIRI 0.211 15 MESRA 0.911 16 MEKAR - GENUK 0.119 17 SERBA GUNA 0.779 18 HANDAYANI (UNNES) 5.674 19 TUMBUH 0.24 20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 1.018 21 DWIJA USAHA 0.001 22 B P K P 0.42 23 BANGUN SEJAHTERA 0.448 24 DWIJA RAHARJA 0.04 25 KPPDK LP KLAS I 0.311 26 BHAKTI PRAJA 3.779 27 NUSANTARA 7.03 28 RS. TUGUREJO 0.65 29 SERBA USAHA 0.893 30 TULUS KARYA 0.092 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
DAR 0.126 0.999 0.506 0.696 0.536 8.847 0.124 5.425 0.218 4.901 0.214 0.351 5.446 0.174 0.477 0.106 0.438 0.85 0.194 5.888 0.579 0.296 0.31 0.723 0.237 0.791 5.798 0.394 0.472 0.594
SHU 22,869 1,633 2,026 87,426 5,947 53,979 2,080 12,261 1,960 3,020 9,891 1,419 4,666 59,170 33,020 128,131 80,000 86,920 62,023 71,239 12,058 1,850 9,947 14,419 45,337 38,264 2,623 2,990 7,526 3,207
91
Lampiran 11 STRUKTUR MODAL (Log) 2010 NO
NAMA KOPERASI
DER
DAR
SHU
1
ARNAWIL
0.69
1.00
8.3
2
ASADENTA HUSADA
0.78
0.63
6.97
3
BINA SEJAHTERA APRO
1.64
0.48
8.02
4
UNDIP
7.11
0.72
12.29
5
FISCA BHAKTI
1.33
0.44
6.2
6
MANFAAT LPMP
2.52
0.79
11.34
7
SEMBADA KARSA
17.87
44.47
8.26
8
WIDYA PRAJA
4.4
0.9
8.74
9
TANGGA KENCANA
0.35
0.24
9.3
10
AMAL BHAKTI
0.92
0.44
10.6
11
MIGUNANI
0.16
0.15
10.82
12
PUSTAKA
0.06
0.08
10.48
13
TUT WURI HANDAYANI
0.12
0.1
10.83
14
SWA ARTA MANDIRI
2.49
1.75
8.54
15
MESRA
0.97
0.47
10.88
16
MEKAR – GENUK
0.35
0.22
8.1
17
SERBA GUNA
0.87
4.65
9.8
18
HANDAYANI (UNNES)
9.44
0.86
12.57
19
TUMBUH
5.87
6.98
11.77
20
ULAR ULAR MARDI SANTOSA
0.43
0.26
10.97
21
DWIJA USAHA
6.82
0.8
11.79
22
BPKP
0.48
0.3
8.88
23
BANGUN SEJAHTERA
0.47
0.32
9.9
24
DWIJA RAHARJA
0.04
0
11.65
25
KPPDK LP KLAS I
0.82
0.34
10.47
26
BHAKTI PRAJA
4.03
0.48
13.85
27
NUSANTARA
0.16
0.12
11.19
28
RS. TUGUREJO
0.52
0.27
10.88
29
SERBA USAHA
1.1
0.54
9.53
0.33 0.26 30 TULUS KARYA Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
11.44
92
Lampiran 12 STRUKTUR MODAL (Log) 2011
NO
NAMA KOPERASI
DER
DAR
SHU
1.26
1.1
8.48
1.6
1
7.13
BINA SEJAHTERA APRO
1.87
0.51
8.15
4
UNDIP
3.91
0.7
12.45
5
FISCA BHAKTI
2.11
0.54
6.06
6
MANFAAT LPMP
2.95
0.72
11.49
7
SEMBADA KARSA
22.02
49.97
8.49
8
WIDYA PRAJA
3.6
0.73
8.97
9
TANGGA KENCANA
0.32
0.22
9.48
10
AMAL BHAKTI
1
0.49
10.78
11
MIGUNANI
0.29
0.21
10.77
12
PUSTAKA
1.15
0.74
10.66
13
TUT WURI HANDAYANI
0.13
0.11
11.03
14
SWA ARTA MANDIRI
2.11
1.74
8.84
15
MESRA
0.91
0.44
11.07
16
MEKAR - GENUK
0.13
0.11
8.31
17
SERBA GUNA
0.78
4.38
9.95
18
HANDAYANI (UNNES)
6.37
0.85
12.76
19
TUMBUH
0.24
1.94
11.95
20
ULAR ULAR MARDI SANTOSA
0.6
0.32
11.11
21
DWIJA USAHA
1.55
0.58
11.98
22
BPKP
0.47
0.33
9.09
23
BANGUN SEJAHTERA
0.37
0.26
10.04
24
DWIJA RAHARJA
0.38
0.03
11.78
25
KPPDK LP KLAS I
0.42
0.24
10.64
26
BHAKTI PRAJA
3.78
0.47
13.97
27
NUSANTARA
0.16
0.14
11.38
28
RS. TUGUREJO
0.59
0.36
10.71
29
SERBA USAHA
0.95
0.47
9.68
0.29 0.21 30 TULUS KARYA Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
11.59
1
ARNAWIL
2
ASADENTA HUSADA
3
93
Lampiran 13 DATA Debt to Equity Ratio (DER) TAHUN 2010-2011
NO
NAMA KOPERASI
DER (X1)
2010 2011 1 ARNAWIL 0.689 0.144 2 ASADENTA HUSADA 0.254 1.596 3 BINA SEJAHTERA APRO 0.827 1.024 4 UNDIP 0.235 2.286 5 FISCA BHAKTI 2.103 1.154 6 MANFAAT LPMP 0.785 2.604 7 SEMBADA KARSA 0.018 0.141 8 WIDYA PRAJA 0.133 2.666 9 TANGGA KENCANA 0.053 0.278 10 AMAL BHAKTI 0.005 0.961 11 MIGUNANI 0.006 0.272 12 PUSTAKA 0.057 0.541 13 TUT WURI HANDAYANI 0.772 0.123 14 SWA ARTA MANDIRI 1.911 0.211 15 MESRA 1.411 0.911 16 MEKAR - GENUK 0.035 0.119 17 SERBA GUNA 0.285 0.779 18 HANDAYANI (UNNES) 0.589 5.674 19 TUMBUH 0.587 0.24 20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 0.05 1.018 21 DWIJA USAHA 0.068 0.001 22 B P K P 0.692 0.42 23 BANGUN SEJAHTERA 0.141 0.448 24 DWIJA RAHARJA 0.291 0.04 25 KPPDK LP KLAS I 0.585 0.311 26 BHAKTI PRAJA 0.761 3.779 27 NUSANTARA 2.603 7.03 28 RS. TUGUREJO 0.563 0.65 29 SERBA USAHA 1.1 0.893 30 TULUS KARYA 1.182 0.092 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
94
Lampiran 14 DATA Debt to Total Asset Ratio (DAR) TAHUN 2010-2011 DAR (X2) NO NAMA KOPERASI 2010 2011 1 ARNAWIL 0.999 0.126 2 ASADENTA HUSADA 0.202 0.999 3 BINA SEJAHTERA APRO 0.453 0.506 4 UNDIP 0.996 0.696 5 FISCA BHAKTI 0.678 0.536 6 MANFAAT LPMP 0.44 8.847 7 SEMBADA KARSA 0.947 0.124 8 WIDYA PRAJA 0.118 5.425 9 TANGGA KENCANA 0.051 0.218 10 AMAL BHAKTI 0.829 4.901 11 MIGUNANI 0.859 0.214 12 PUSTAKA 0.054 0.351 13 TUT WURI HANDAYANI 0.436 5.446 14 SWA ARTA MANDIRI 1.907 0.174 15 MESRA 2.541 0.477 16 MEKAR - GENUK 0.972 0.106 17 SERBA GUNA 0.168 0.438 18 HANDAYANI (UNNES) 0.371 0.85 19 TUMBUH 0.37 0.194 20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 0.98 5.888 21 DWIJA USAHA 0.064 0.579 22 B P K P 0.409 0.296 23 BANGUN SEJAHTERA 0.124 0.31 24 DWIJA RAHARJA 0.226 0.723 25 KPPDK LP KLAS I 0.369 0.237 26 BHAKTI PRAJA 0.432 0.791 27 NUSANTARA 0.722 5.798 28 RS. TUGUREJO 0.36 0.394 29 SERBA USAHA 0.524 0.472 30 TULUS KARYA 0.882 0.594 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
95
Lampiran 15 DATA SISA HASIL USAHA (SHU) SISA HASIL USAHA (Y) 2010 2011 1 ARNAWIL 4,801 22,869 2 ASADENTA HUSADA 125,000 1,633 3 BINA SEJAHTERA APRO 3,464 2,026 4 UNDIP 54,400 87,426 5 FISCA BHAKTI 6,294 5,947 6 MANFAAT LPMP 98,209 53,979 7 SEMBADA KARSA 4,862 2,080 8 WIDYA PRAJA 78,616 12,261 9 TANGGA KENCANA 13,057 1,960 10 AMAL BHAKTI 47,918 3,020 11 MIGUNANI 57,698 9,891 12 PUSTAKA 42,740 1,419 13 TUT WURI HANDAYANI 61,842 4,666 14 SWA ARTA MANDIRI 6,892 59,170 15 MESRA 63,979 33,020 16 MEKAR – GENUK 40,543 128,131 17 SERBA GUNA 20,858 80,000 18 HANDAYANI (UNNES) 89,565 86,920 19 TUMBUH 54,067 62,023 20 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 67,040 71,239 21 DWIJA USAHA 16,000 12,058 22 B P K P 88,460 1,850 23 BANGUN SEJAHTERA 22,960 9,947 24 DWIJA RAHARJA 130,789 14,419 25 KPPDK LP KLAS I 41,897 45,337 26 BHAKTI PRAJA 21,163 38,264 27 NUSANTARA 87,853 2,623 28 RS. TUGUREJO 44,623 2,990 29 SERBA USAHA 15,978 7,526 30 TULUS KARYA 108,125 3,207 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011 NO
NAMA KOPERASI
96
Lampiran 16 DATA PENINGKATAN Debt to Equity Ratio (DER) 2010 NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
MODAL JUMLAH SENDIRI PINJAMAN ARNAWIL 21,074,000 14,514,000 35,588,000 ASADENTA HUSADA 17,121,000 4,341,000 21,462,000 BINA SEJAHTERA APRO 12,277,000 10,148,000 22,425,000 UNDIP 146,325,000 34,406,390 180,731,390 FISCA BHAKTI 14,210,000 8,854,000 23,064,000 MANFAAT LPMP 25,038,000 19,654,000 44,692,000 SEMBADA KARSA 336,600,000 26,016,414 362,616,414 WIDYA PRAJA 187,508,000 24,987,000 212,495,000 TANGGA KENCANA 133,520,000 7,127,000 140,647,000 AMAL BHAKTI 318,298,000 12,544,483 330,842,483 MIGUNANI 172,080,000 10,051,333 182,131,333 PUSTAKA 301,822,000 17,289,000 319,111,000 TUT WURI HANDAYANI 265,620,000 204,939,000 470,559,000 SWA ARTA MANDIRI 4,796,000 1,164,000 5,960,000 MESRA 11,752,040 3,702,000 15,454,040 MEKAR - GENUK 40,103,000 11,386,000 51,489,000 SERBA GUNA 108,000,000 42,106,000 150,106,000 HANDAYANI (UNNES) 8,031,000 4,727,500 12,758,500 TUMBUH 10,270,000 6,026,840 16,296,840 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 94,834,000 3,717,000 98,551,000 DWIJA USAHA 238,048,000 16,233,000 254,281,000 BPKP 49,481,000 34,249,000 83,730,000 BANGUN SEJAHTERA 622,680,000 87,769,000 710,449,000 DWIJA RAHARJA 3,556,368 1,036,488 4,592,856 KPPDK LP KLAS I 74,120,000 43,333,000 117,453,000 BHAKTI PRAJA 17,067,221 12,993,517 30,060,738 NUSANTARA 19,387,000 10,470,000 29,857,000 RS. TUGUREJO 60,421,000 33,998,000 94,419,000 SERBA USAHA 29,512,000 12,463,000 41,975,000 TULUS KARYA 32,543,375 1,825,000 34,368,375 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011 NAMA KOPERASI
DER 68.87% 25.35% 82.66% 23.51% 62.31% 78.50% 7.73% 13.33% 5.34% 3.94% 5.84% 5.73% 77.15% 24.27% 31.50% 28.39% 38.99% 58.87% 58.68% 3.92% 6.82% 69.22% 14.10% 29.14% 58.46% 76.13% 54.01% 56.27% 42.23% 5.61%
97
Lampiran 17 DATA PENINGKATAN Debt to Equity Ratio (DER) 2011 NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
MODAL JUMLAH SENDIRI PINJAMAN ARNAWIL 17,923,000 2,577,000 20,500,000 ASADENTA HUSADA 2,410,000 1,250,230 3,660,230 BINA SEJAHTERA APRO 22,049,000 10,569,000 32,618,000 UNDIP 14,821,000 11,023,129 25,844,129 FISCA BHAKTI 22,067,000 15,459,000 37,526,000 MANFAAT LPMP 343,890,000 85,626,000 429,516,000 SEMBADA KARSA 125,884,000 9,738,000 135,622,000 WIDYA PRAJA 307,524,000 219,855,000 527,379,000 TANGGA KENCANA 376,423,000 104,833,000 481,256,000 AMAL BHAKTI 927,814,000 891,174,000 1,818,988,000 MIGUNANI 658,748,000 179,200,000 837,948,000 PUSTAKA 165,468,000 89,534,000 255,002,000 TUT WURI HANDAYANI 929,588,000 114,613,000 1,044,201,000 SWA ARTA MANDIRI 62,887,000 13,261,000 76,148,000 MESRA 155,944,000 142,106,000 298,050,000 MEKAR - GENUK 575,806,000 68,342,000 644,148,000 SERBA GUNA 56,289,000 43,868,000 100,157,000 HANDAYANI (UNNES) 10,839,795 9,439,054 20,278,849 TUMBUH 767,114,000 184,071,000 951,185,000 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 19,000,691 13,199,000 32,199,691 DWIJA USAHA 893,220,000 11,229,738 904,449,738 BPKP 379,662,000 159,600,000 539,262,000 BANGUN SEJAHTERA 130,752,000 58,638,000 189,390,000 DWIJA RAHARJA 82,263,483 52,254,000 134,517,483 KPPDK LP KLAS I 377,501,000 117,552,000 495,053,000 BHAKTI PRAJA 36,215,196 23,484,509 59,699,705 NUSANTARA 51,216,899 25,555,000 76,771,899 RS. TUGUREJO 328,366,000 213,507,000 541,873,000 SERBA USAHA 167,657,000 149,635,000 317,292,000 TULUS KARYA 41,955,704 16,469,000 58,424,704 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011 NAMA KOPERASI
DER 14.38% 51.88% 47.93% 74.38% 70.05% 24.90% 7.74% 71.49% 27.85% 96.05% 27.20% 54.11% 12.33% 21.09% 91.13% 11.87% 77.93% 87.08% 24.00% 69.47% 1.26% 42.04% 44.85% 63.52% 31.14% 64.85% 49.90% 65.02% 89.25% 39.25%
98
Lampiran 18 DATA PENINGKATAN Debt to Total Asset Ratio (DAR) 2010
NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
NAMA KOPERASI
PINJAMAN
ASSET
ARNAWIL 14,514,000 14,535,000 ASADENTA HUSADA 4,341,000 21,462,000 BINA SEJAHTERA APRO 10,148,000 22,425,000 UNDIP 34,406,390 34,552,715 FISCA BHAKTI 8,854,000 13,064,000 MANFAAT LPMP 19,654,000 44,692,000 SEMBADA KARSA 26,016,414 36,353,014 WIDYA PRAJA 24,987,000 212,495,000 TANGGA KENCANA 7,127,000 140,647,000 AMAL BHAKTI 12,544,483 21,862,781 MIGUNANI 10,051,333 21,223,413 PUSTAKA 17,289,000 319,111,000 TUT WURI HANDAYANI 204,939,000 470,559,000 SWA ARTA MANDIRI 1,164,000 4,805,164 MESRA 3,702,000 12,082,742 MEKAR - GENUK 11,386,000 21,426,103 SERBA GUNA 42,106,000 250,106,000 HANDAYANI (UNNES) 4,727,500 12,758,500 TUMBUH 6,026,840 16,296,840 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 3,717,000 4,811,834 DWIJA USAHA 16,233,000 254,281,000 BPKP 34,249,000 83,730,000 BANGUN SEJAHTERA 87,769,000 710,449,000 DWIJA RAHARJA 1,036,488 4,592,856 KPPDK LP KLAS I 43,333,000 117,453,000 BHAKTI PRAJA 12,993,517 30,060,738 NUSANTARA 10,470,000 69,857,000 RS. TUGUREJO 33,998,000 94,419,000 SERBA USAHA 12,463,000 61,975,000 TULUS KARYA 1,825,000 2,070,200 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
JUMLAH 29,049,000 25,803,000 32,573,000 68,959,105 21,918,000 64,346,000 62,369,428 237,482,000 147,774,000 34,407,264 31,274,746 336,400,000 675,498,000 5,969,164 15,784,742 32,812,103 292,212,000 17,486,000 22,323,680 8,528,834 270,514,000 117,979,000 798,218,000 5,629,344 160,786,000 43,054,255 80,327,000 128,417,000 74,438,000 3,895,200
DAR 99.86% 20.23% 45.25% 99.58% 67.77% 43.98% 71.57% 11.76% 5.07% 57.38% 47.36% 5.42% 43.55% 24.22% 30.64% 53.14% 16.84% 37.05% 36.98% 77.25% 6.38% 40.90% 12.35% 22.57% 36.89% 43.22% 14.99% 36.01% 20.11% 88.16%
99
Lampiran 19 DATA PENINGKATAN Debt to Total Asset Ratio (DAR) 2011 NO
NAMA KOPERASI
PINJAMAN
ASSET
JUMLAH
1. ARNAWIL 2,577,000 20,500,000 23,077,000 2. ASADENTA HUSADA 1,250,230 2,251,640 3,501,870 3. BINA SEJAHTERA APRO 10,569,000 44,618,000 55,187,000 4. UNDIP 11,023,129 15,844,129 26,867,258 5. FISCA BHAKTI 15,459,000 47,526,000 62,985,000 6. MANFAAT LPMP 85,626,000 91,239,516 176,865,516 7. SEMBADA KARSA 9,738,000 143,622,000 153,360,000 8. WIDYA PRAJA 219,855,000 311,127,379 530,982,379 9. TANGGA KENCANA 104,833,000 481,256,000 586,089,000 10. AMAL BHAKTI 891,174,000 961,818,988 1,852,992,988 11. MIGUNANI 179,200,000 837,948,000 1,017,148,000 12. PUSTAKA 89,534,000 255,002,000 344,536,000 13. TUT WURI HANDAYANI 114,613,000 211,044,201 325,657,201 14. SWA ARTA MANDIRI 13,261,000 76,148,000 89,409,000 15. MESRA 142,106,000 298,050,000 440,156,000 16. MEKAR - GENUK 68,342,000 644,148,000 712,490,000 17. SERBA GUNA 43,868,000 100,157,000 144,025,000 18. HANDAYANI (UNNES) 9,439,054 12,278,849 21,717,903 19. TUMBUH 184,071,000 951,185,000 1,135,256,000 20. ULAR ULAR MARDI SANTOSA 13,199,000 51,901,890 65,100,890 21. DWIJA USAHA 11,229,738 12,122,958 23,352,696 22. B P K P 159,600,000 539,265,000 698,865,000 23. BANGUN SEJAHTERA 58,638,000 189,390,000 248,028,000 24. DWIJA RAHARJA 52,254,000 73,115,737 125,369,737 25. KPPDK LP KLAS I 117,552,000 495,053,000 612,605,000 26. BHAKTI PRAJA 23,484,509 29,699,705 53,184,214 27. NUSANTARA 25,555,000 31,475,454 57,030,454 28. RS. TUGUREJO 213,507,000 541,873,000 755,380,000 29. SERBA USAHA 149,635,000 317,292,000 466,927,000 30. TULUS KARYA 16,469,000 62,472,173 78,941,173 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
DAR 12.57% 55.53% 23.69% 69.57% 32.53% 93.85% 6.78% 70.66% 21.78% 92.66% 21.39% 35.11% 54.31% 17.41% 47.68% 10.61% 43.80% 76.87% 19.35% 25.43% 92.63% 29.60% 30.96% 71.47% 23.75% 79.07% 81.19% 39.40% 47.16% 26.36%
100
Lampiran 20 DATA PENINGKATAN SHU
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Koperasi
Sisa Hasil Usaha (SHU) 2010 2011
ARNAWIL 4,801 202,869 ASADENTA HUSADA 125,000 1,633 BINA SEJAHTERA APRO 3,464 2,026 UNDIP 254,400 837,426 FISCA BHAKTI 6,294 5,947 MANFAAT LPMP 98,209 53,979 SEMBADA KARSA 4,862 2,080 WIDYA PRAJA 78,616 12,261 TANGGA KENCANA 13,057 1,960 AMAL BHAKTI 47,918 3,020 MIGUNANI 57,698 9,891 PUSTAKA 42,740 1,419 TUT WURI HANDAYANI 61,842 4,666 SWA ARTA MANDIRI 6,892 509,170 MESRA 63,979 331,020 MEKAR - GENUK 40,543 128,131 SERBA GUNA 20,858 180,000 HANDAYANI (UNNES) 349,565 186,920 TUMBUH 154,067 962,023 ULAR ULAR MARDI SANTOSA 67,040 1,239 DWIJA USAHA 160,000 2,058 BPKP 88,460 1,850 BANGUN SEJAHTERA 22,960 9,947 DWIJA RAHARJA 130,789 14,419 KPPDK LP KLAS I 41,897 45,337 BHAKTI PRAJA 1,163 938,264 NUSANTARA 87,853 2,623 RS. TUGUREJO 44,623 2,990 SERBA USAHA 15,978 7,526 TULUS KARYA 108,125 3,207 Jumlah 2,203,693 4,465,901 Rata-rata 73,456.433 148,863.367 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
Rasio 10.39% 63.32% 27.46% 54.60% 61.21% 76.10% 34.72% 45.44% 75.09% 25.47% 33.80% 22.08% 33.81% 25.81% 19.75% 84.34% 10,42% 26.83% 55.81% 34.14% 81.03% 45.16% 16.46% 72.61% 43.62% 46.97% 45.23% 23.81% 17.75% 55.67% 33.35% 11.12%
101
Lampiran 21 Populasi NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
JENIS KOPERASI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI
NAMA KOPERASI ARNAWIL ASADENTA HUSADA BINA SEJAHTERA APRO DWIJA SEJAHTERA FISCA BHAKTI MANFAAT LPMP SEMBADA KARSA WIDYA PRAJA TANGGA KENCANA AMAL BHAKTI MIGUNANI PUSTAKA TUT WURI HANDAYANI SWA ARTA MANDIRI MESRA MEKAR - GENUK SERBA GUNA HANDAYANI (UNNES) TUMBUH ULAR ULAR MARDI SANTOSA DWIJA USAHA BPKP BANGUN SEJAHTERA DWIJA RAHARJA KPPDK LP KLAS I MEKAR DINSO NUSANTARA RS. TUGUREJO SERBA USAHA TULUS KARYA AL IKHLAS BINA GIZI DINAMIKA USAHA NAWA SEJAHTERA SEJAHTERA BLKI SEJAHTERA RSJ BALAI BISPA
102
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI KPRI
KPPDK BALAI HARTA PENINGGALAN BALAI POM BINA SEJAHTERA BINA SEJAHTERA (SMP 19) CIPTA KARYA SAKTI GANA ARTHA IMIGRASI KANWIL DEPHUB "MASTRAN" KELAKAR KOKAPTAS SADEWO SUBUR TIRTA SAKTI TIRTA USAHA WARGA JAYA YUSTISIA BAKTI ADHYAKSA BAHTERA BHAKTI PRAJA BINA CITRA HUSADA BINA SILVA SEJAHTERA CAKRA SEJAHTERA DANA HUSADA DARMA BAKTI SAMUDERA MAKARTI RUKUN SEJAHTERA NIAGA EKA JAYA SAMITRA STM 3 TERATAI USAHA SEJAHTERA WIDYA LESTARI YASA SEJATI KPPDK KANWIL KEHAKIMAN ANGKASA BAHTERA BKKBN BALITBANG PROP JATENG BINA SEHAT BUMI ADHIGUNA BUMI BHAKTI SEJAHTERA DIPENDA DATI I DJASA
103
79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115
KPRI KANWIL PERINDUSTRIAN KPRI KARPER KPRI KISMO RAHAYU KPRI KOPEKAS KPRI KOPEN KPRI LP WANITA (KPPDK KL 2) KPRI MITRA PRAJA WIYATA KPRI PARU HUSADA KPRI PEMKOT SEMARANG KPRI PERKASSDA KPRI SEJAHTERA BAPPEDA I KPRI TUNAS DUA KPRI USAHA BERSAMA (Perindustrian) KPRI WAHANA BHAKTI KPRI WARGA (Metrologi Propinsi) KPRI WIJAYA KUSUMA (SMP 3) KPRI WISATA BHAKTI KPRI AMRIH MAKMUR KPRI PUTERA SEJAHTERA KPRI SEDYATAMA KPRI BAHTERA JAYA KPRI RUKUN KPRI ADPEL KPRI BPPI KPRI BAITA BHAKTI KPRI BALAI ARTA KPRI BHAKTI CITRA KPRI DISNAV KLAS III KPRI KARSA KPRI MEDICA KARANTINA KPRI SEJAHTERA BERSAMA KPRI TANJUNG REJEKI KPRI KARYA BAKTI KPRI PAMBUDI WANA MUKTI KPRI POLINES KPRI SARANA USAHA PSBK KPRI UNDIP TOTAL XXII 115 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011
104
Lampiran 22 Sampel No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
JENIS KOPERASI NAMA KOPERASI KPRI ARNAWIL KPRI ASADENTA HUSADA KPRI BINA SEJAHTERA APRO KPRI UNDIP KPRI FISCA BHAKTI KPRI MANFAAT LPMP KPRI SEMBADA KARSA KPRI WIDYA PRAJA KPRI TANGGA KENCANA KPRI AMAL BHAKTI KPRI MIGUNANI KPRI PUSTAKA KPRI TUT WURI HANDAYANI KPRI SWA ARTA MANDIRI KPRI MESRA KPRI MEKAR - GENUK KPRI SERBA GUNA KPRI HANDAYANI (UNNES) KPRI TUMBUH KPRI ULAR ULAR MARDI SANTOSA KPRI DWIJA USAHA KPRI BPKP KPRI BANGUN SEJAHTERA KPRI DWIJA RAHARJA KPRI KPPDK LP KLAS I KPRI BHAKTI PRAJA KPRI NUSANTARA KPRI RS. TUGUREJO KPRI SERBA USAHA KPRI TULUS KARYA TOTAL 30 Sumber : Data KPRI Kota Semarang Tahun 2010-2011