PENGARUH KETERSEDIAAN AIR PADA MUSIM TANAM II TERHADAP TANAMAN PADI VARIETAS CIHERANG, INPARI 10, DAN INPARI 13
KHOIRUL IWAN
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
ABSTRACT KHOIRUL IWAN. Effect of Water Avaibility during Growing Season II on Rice Crop Varieties Ciherang, Inpari 10, and Inpari 13. Supervised by IMPRON. Water availability is the main requirement for optimal growth and development of lowland rice. However, rice plants grown in the Planting Season II has a high likelihood for exposure to drought due to a shorthened wet season where wet season ended more quickly than in normal conditions. This study aims to analyze the effect of water availability - as a result of differences in planting times on planting season II - on the growth, development, productivity, and radiation use efficiency (RUE) in rice varieties Ciherang, Inpari 10, and Inpari 13. Planting time I was implemented two weeks earlier than normal planting time, planting time II is a normal planting time (synchronously with the farmers planting time), while the planting time III was one month later than the normal planting time so that the rice plants were subjected to drought at the later growing phases. The results showed all three varieties have the best growth, development, productivity, and the value of RUE at the planting time II, and on the contrary at the planting time III. In the drought conditions (planting time III), the varieties that has the best resistance to drought was Inpari 13. The average values of RUE (gMJ-1 PAR) at planting times I, II, and III for Ciherang were 3,16., 3,15., and 2,01., for Inpari 10 were 2,64., 3,14., and 2,11., for Inpari 13 were 2,87., 3,21., and 2,60., respectively. Key words: radiation use efficiency, rice, planting time, Ciherang, Inpari 10, Inpari 13
ABSTRAK KHOIRUL IWAN. Pengaruh Ketersediaan Air pada Musim Tanam II Terhadap Tanaman Padi Varietas Ciherang, Inpari 10, dan Inpari 13. Dibimbing oleh IMPRON. Ketersediaan air yang cukup merupakan syarat utama untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan padi sawah secara optimal. Akan tetapi, tanaman padi yang ditanam pada Musim Tanam II memiliki kemungkinan yang cukup tinggi untuk terkena paparan kekeringan akibat musim hujan yang berakhir lebih cepat dari pada kondisi normal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ketersediaan air – sebagai akibat perbedaan waktu tanam pada Musim Tanam II – terhadap pertumbuhan, perkembangan, produktivitas, serta nilai efisiensi penggunaan radiasi surya pada tanaman padi varietas Ciherang, Inpari 10, dan Inpari 13. Waktu tanam I dilakukan dua minggu lebih awal dari waktu tanam normal, waktu tanam II merupakan waktu tanam normal (serentak dengan petani), sedangkan waktu tanam III mundur satu bulan dari waktu tanam normal sehingga tanaman padi mengalami kekeringan. Hasil penelitian ini menunjukkan ketiga varietas memiliki pertumbuhan, perkembangan, produktivitas, serta nilai RUE paling baik pada waktu tanam II, sebaliknya pada waktu tanam III menunjukkan hasil yang kurang baik. Pada kondisi kekeringan (waktu tanam III) varietas yang memiliki daya tahan paling baik adalah varietas Inpari 13. Rata-rata nilai RUE (gMJ-1 PAR) varietas Ciherang pada waktu tanam I, tanam II, dan tanam III berturut-turut yaitu 3,16., 3,15., dan 2,01., untuk varietas Inpari 10 yaitu 2,64., 3,14., dan 2,11., untuk varietas Inpari 13 yaitu 2,87., 3,21., dan 2,60. Kata kunci: efisiensi penggunaan radiasi surya, padi, waktu tanam, Ciherang, Inpari 10, Inpari 13
PENGARUH KETERSEDIAAN AIR PADA MUSIM TANAM II TERHADAP TANAMAN PADI VARIETAS CIHERANG, INPARI 10, DAN INPARI 13
KHOIRUL IWAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Mayor Meteorologi Terapan
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
Judul Skripsi
:
Nama NIM
: :
Pengaruh Ketersediaan Air pada Musim Tanam II terhadap Tanaman Padi Varietas Ciherang, Inpari 10, dan Inpari 13 Khoirul Iwan G24070065
Disetujui
Pembimbing
(Dr. Ir. Impron, M.Agr.Sc.) NIP 19630315 199203 1 002
Mengetahui Ketua Departemen Geofisika dan Meteorologi
(Dr. Ir. Rini Hidayati, MS.) NIP 19600305 198703 2 002
Tanggal lulus :
KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagai prasyarat dalam menyelesaikan perkuliahan. Judul yang dipilih oleh penulis adalah “Pengaruh Ketersediaan Air pada Musim Tanam II Terhadap Tanaman Padi Varietas Ciherang, Inpari 10, dan Inpari 13”. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Agustus 2011. Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini terutama Ibunda tercinta dan keluarga di kampung halaman yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dukungan, dan semangat kepada penulis. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Impron, M.Agr.Sc. selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan masukan serta bersedia berbagi ilmu pengetahuan dalam penyelesaian tugas akhir penulis. 2. Ibu Dr. Ir. Rini Hidayati, MS. selaku ketua Departemen Geofisika dan Meteorologi, Bapak Ir. Bregas Budianto, Ass. Dpl dan Bapak Yon Sugiarto, M.Sc. selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada penulis. Seluruh dosen Departemen Geofisika dan Meteorologi yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis. 3. Kementerian Agama Republik Indonesia yang telah membiayai penulis selama studi di IPB dari awal hingga selesai. 4. I-MHERE B2C IPB yang telah bersedia bekerjasama dalam penelitian. 5. Bapak Taukid dan keluarga, serta Kak Anang GFM 43 yang telah banyak membantu selama penelitian. 6. BPP kecamatan Lelea yang telah memberikan izin penelitian dan membantu penelitian. 7. Bapak Ujang Sutarjo dari BB Padi Sukamandi dan Bapak Kholil dari BB Padi Pusakanegara yang telah membantu dan memberi masukan selama penelitian. 8. Pak Supono, Pak Udin, Pak Kaerun, Mas Nandang, Mas Azis, Bu Inda, Mba Icha, Mba Wanti, terima kasih atas semua bantuannya selama penulis studi di GFM. 9. Ike, Azim, Anto, Blake, Amin, Syamsu, Anies, Riri, Tika atas bantuannya, serta teman GFM 44 atas kebersamaannya selama masa kuliah. 10. Keluarga CSS MoRA IPB khususnya CSS 44 atas kebersamaan dan kekeluargaannya selama di IPB. 11. Sahabat-sahabat penulis yang ada di kampung halaman atas dukungan dan semangatnya. 12. Semua pihak yang telah banyak membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki segala kekurangan tersebut. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi yang membacanya.
Bogor, Februari 2012
Khoirul Iwan
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tlogosadang Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur pada tanggal 1 Mei 1988. Penulis merupakan putra tunggal dari pasangan Bapak Turmudzi dan Ibu Siyem. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2001 di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Tahdzibiyah di Desa Sidokelar Kecamatan Paciran. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mazra’atul Ulum Paciran dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke Madrasah Aliyah (MA) Mazra’atul Ulum Paciran dan lulus pada tahun 2007. Setelah lulus MA, penulis melanjutkan pendidikan ke Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dari Kementrian Agama tahun 2007 dan diterima pada Mayor Meteorologi Terapan, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama masa perkuliahan penulis pernah aktif dalam beberapa organisasi seperti, Himpunan Mahasiswa Agrometeorologi (HIMAGRETO) pada tahun 2008 sebagai staf divisi K3 (Ketatalaksanaan Kegiatan Khusus), Community of Santri Scholars Ministry of Religious Affairs Institut Pertanian Bogor (CSS MoRA IPB) pada tahun 2009 sebagai staf divisi sosial lingkungan, Forum Mahasiswa Lamongan Institut Pertanian Bogor (FORMALA IPB) pada tahun 2009 sebagai ketua divisi sosial kemahasiswaan. Selain itu penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan yang berskala lokal dan nasional. Terakhir, kegiatan penelitian dilakukan di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana sains pengaruh ketersediaan air pada musim tanam II terhadap tanaman padi varietas Ciherang, Inpari 10, dan Inpari 13, di bawah bimbingan Dr. Ir. Impron, M.Agr.Sc.
viii
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL .................................................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................... xi I. PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1 1.2. Tujuan ............................................................................................................... 1 II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 2.1. Kondisi Umum Kabupaten Indramayu ............................................................... 2.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Padi ................................................ 2.3. Pengaruh Iklim pada Tanaman Padi ................................................................... 2.3.1. Curah Hujan ....................................................................................... 2.3.2. Radiasi Surya ..................................................................................... 2.3.3. Suhu Udara ........................................................................................ 2.3.4. Kelembaban Udara ............................................................................. 2.3.5. Kecepatan Angin ................................................................................ 2.4. Kekeringan ........................................................................................................ 2.5. Indeks Luas Daun .............................................................................................. 2.6. Intersepsi dan Efisiensi Penggunaan Radiasi Surya ............................................
1 1 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4
III. BAHAN DAN METODE .................................................................................................. 3.1. Bahan dan Alat .................................................................................................. 3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................ 3.3. Metode Penelitian ..............................................................................................
5 5 5 5
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................................... 4.1. Kondisi Umum Penelitian .................................................................................. 4.2. Kondisi Cuaca ................................................................................................... 4.3. Pertumbuhan Tanaman ....................................................................................... 4.3.1. Tinggi Tanaman ................................................................................. 4.3.2. Jumlah Anakan ................................................................................... 4.4. Jumlah Anakan Produktif .................................................................................. 4.5. Perkembangan Tanaman .................................................................................... 4.6. Produktivitas dan Komponen Hasil .................................................................... 4.7. Indeks Luas Daun .............................................................................................. 4.8. Berat Kering Tanaman ....................................................................................... 4.9. Intersepsi Radiasi Surya .................................................................................... 4.10. Efisiensi Penggunaan Radiasi Surya ..................................................................
8 8 8 10 10 12 12 12 13 16 17 19 20
V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................... 23 5.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 23 5.2. Saran.................................................................................................................. 23 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 23 LAMPIRAN ........................................................................................................................... 26
ix
DAFTAR TABEL
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Halaman Persentase kerusakan tanaman pada tanam I akibat serangan hama tikus ........................... 8 Perbandingan tinggi tanaman padi antar waktu tanam ....................................................... 10 Perbandingan tinggi tanaman padi antar varietas ............................................................... 10 Perbandingan jumlah anakan padi antar waktu tanam ........................................................ 12 Perbandingan jumlah anakan padi antar varietas ............................................................... 12 Perbandingan jumlah anakan produktif padi antar waktu tanam ........................................ 12 Perbandingan jumlah anakan produktif padi antar varietas ................................................ 12 Fase perkembangan tanaman tiga varietas padi pada tiga waktu tanam .............................. 13 Perbandingan produktivitas dan komponen hasil antar waktu tanam .................................. 14 Perbandingan produktivitas dan komponen hasil antar varietas ......................................... 15 Rata-rata nilai indeks luas daun tiga varietas padi pada tiga waktu tanam ......................... 17 Rata-rata total berat kering tanaman di atas permukaan tanah (above ground biomass) tiga varietas padi pada tiga waktu tanam ................................................................................ 19 Intersepsi radiasi surya kumulatif tiga varietas padi pada tiga waktu tanam ....................... 19 Perbandingan nilai rata-rata efisiensi penggunaan radiasi surya padi antar waktu tanam .... 21 Perbandingan nilai rata-rata efisiensi penggunaan radiasi surya padi antar varietas ............ 22 Nilai efisiensi penggunaan radiasi surya dari beberapa literatur ......................................... 22
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Pembagian petak, waktu semai, waktu tanam, dan penempatan varietas pada petak ............ 5 2. Kondisi lahan tanam III saat pemupukan kedua pada umur 25 HST (2a) dan saat tanaman umur 48 HST (2b) ............................................................................................................. 8 3. Kondisi tanaman yang terkena hama tikus (3a) dan kondisi tanaman yang terkena hama penggerek batang (3b) ....................................................................................................... 8 4. Suhu udara rata-rata harian (biru) dan kelembaban udara rata-rata harian (merah) ............... 9 5. Radiasi surya rata-rata harian (biru) dan kecepatan angin rata-rata harian (merah) ............... 9 6. Curah hujan harian di Desa Langgengsari, Kecamatan Lelea, Indramayu ............................ 10 7. Tinggi tanaman pada waktu tanam I, waktu tanam II, waktu tanam III, untuk varietas Ciherang , Inpari 10, Inpari 13 ........................................................................................... 11 8. Indeks luas daun pada waktu tanam I, waktu tanam II, waktu tanam III, untuk varietas Ciherang , Inpari 10, Inpari 13 ........................................................................................... 16 9. Berat kering tanaman pada waktu tanam I, waktu tanam II, waktu tanam III, untuk varietas Ciherang , Inpari 10, Inpari 13 ........................................................................................... 18 10. Intersepsi radiasi surya pada waktu tanam I, waktu tanam II, waktu tanam III, untuk varietas Ciherang , Inpari 10, Inpari 13 .............................................................................. 20
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.
Data iklim selama penelitian ........................................................................................... Data tinggi tanaman padi pada waktu tanam I .................................................................. Data jumlah anakan padi pada waktu tanam I .................................................................. Data jumlah anakan produktif pada waktu tanam I ........................................................... Data tinggi tanaman padi pada waktu tanam II ................................................................ Data jumlah anakan padi pada waktu tanam II ................................................................. Data jumlah anakan produktif pada waktu tanam II ......................................................... Data tinggi tanaman padi pada waktu tanam III ............................................................... Data jumlah anakan padi pada waktu tanam III ................................................................ Data jumlah anakan produktif pada waktu tanam III ........................................................ Lokasi penelitian ............................................................................................................ Analisis sidik ragam tinggi tanaman antar waktu tanam ................................................... Data luas daun tanaman padi pada waktu tanam I ............................................................ Data berat daun tanaman padi pada waktu tanam I ........................................................... Data berat batang tanaman padi pada waktu tanam I ........................................................ Data berat malai padi pada waktu tanam I ....................................................................... Data luas daun tanaman padi pada waktu tanam II ........................................................... Data berat daun tanaman padi pada waktu tanam II ......................................................... Data berat batang tanaman padi pada waktu tanam II ....................................................... Data berat malai padi pada waktu tanam II ...................................................................... Data luas daun tanaman padi pada waktu tanam III .......................................................... Data berat daun tanaman padi pada waktu tanam III ........................................................ Data berat batang tanaman padi pada waktu tanam III ..................................................... Data berat malai padi pada waktu tanam III ..................................................................... Data indeks luas daun ..................................................................................................... Data berat kering tanaman per m2 .................................................................................... Data Intersepsi photosynthetically active radiation (PAR) kumulatif .............................. Data produktivitas padi pada waktu tanam I .................................................................... Data komponen hasil tanaman padi pada waktu tanam I .................................................. Data produktivitas padi pada waktu tanam II ................................................................... Data komponen hasil tanaman padi pada waktu tanam II ................................................. Data produktivitas padi pada waktu tanam III .................................................................. Data komponen hasil tanaman padi pada waktu tanam III ................................................ Dokumentasi di lapangan ................................................................................................
27 30 31 31 32 32 33 33 34 34 35 35 38 38 39 39 40 40 41 41 42 42 43 43 44 45 46 48 49 51 52 54 55 57
1
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan jumlah penduduk Indonesia adalah sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49 persen per tahun. Jumlah penduduk Indonesia yang semakin banyak tersebut mengakibatkan permintaan terhadap beras sebagai bahan pangan pokok semakin meningkat. Menurut data BPS tahun 2011 konsumsi beras di Indonesia mencapai 139 kg per kapita per tahun. Berdasarkan data di atas sektor pertanian dituntut agar dapat meningkatkan produksi padi untuk memenuhi kebutuhan pangan di masa yang akan datang. Akan tetapi, upaya untuk memenuhi ketersediaan bahan pangan sering terkendala oleh variabilitas iklim dan cuaca ekstrim. Iklim dan cuaca merupakan faktor alam yang sangat dinamis sehingga sulit dikendalikan. Oleh karena itu, kegiatan pertanian dituntut untuk dapat menyesuaikan terhadap perilaku iklim dan cuaca. Indramayu merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki lahan sawah irigasi luas. Sebagian besar penduduk Indramayu memanfaatkan lahan irigasi tersebut untuk budidaya tanaman padi. Produksi padi di Indramayu pada musim tanam II (MT II) berpotensi lebih tinggi tinggi dari musim tanam I (MT I) jika teknik budidaya padi dilakukan dengan tepat. Yoshida et al. (1976) menyatakan bila pengelolaan tanaman tepat, hasil padi musim kemarau (MT II) akan lebih baik dari musim hujan (MT I). Intensitas radiasi surya yang lebih tinggi pada musim tanam II serta ketersediaan air cukup dapat meningkatkan produksi padi. Menurut Oldeman et al. (1986) pada kondisi pasokan air yang cukup dan tidak terjadi cekaman biologis, potensi hasil padi ditentukan oleh kondisi peubah atmosfer seperti suhu dan intensitas radiasi surya. Akan tetapi, pada MT II ketersediaan air sering menjadi kendala bagi petani. Pada MT II tanaman padi sering mengalami kekeringan. Hal tersebut dapat menurunkan produksi padi bahkan menyebabkan gagal penen. Resiko gagal panen akibat kekeringan dapat diminimumkan melalui penerapan teknologi budidaya tanaman padi yang dapat mengurangi dampak dari kekeringan tersebut. Beberapa teknologi budidaya tanaman padi yang dapat diterapkan pada saat terjadi kekeringan antara lain yaitu, penggunaan varietas padi yang tahan kekeringan,
penggunaan varietas padi berumur pendek (genjah), dan teknologi sistem culik (percepatan waktu tanam). Penelitian ini akan mencoba mengamati pertumbuhan, perkembangan, produksi, serta efisiensi penggunaan radiasi surya yang terbaik dari teknologi budidaya tersebut. Produktivitas tanaman padi dipengaruhi oleh faktor internal tanaman padi dan faktor eksternal (lingkungan). Varietas tanaman dan karakteristiknya termasuk faktor internal tanaman, sedangkan faktor eksternal yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan, perkembangan, dan produksi tanaman yaitu tanah, air, dan iklim. Radiasi surya merupakan salah satu unsur iklim yang memberikan konstribusi besar terhadap proses fotosintesis tanaman. Intensitas radiasi surya yang diterima tanaman sangat menentukan produksi bahan kering (bahan organik), termasuk produksi tanaman. Pengaruh radiasi surya berbeda-beda untuk setiap varietas karena perbedaan faktor peubah terhadap efisiensi fotosintesis. Sehingga ada varietas yang peka terhadap pengurangan intensitas radiasi surya pada taraf tertentu. Dengan menggunakan data biomassa kering tanaman serta jumlah radiasi yang dapat diintersepsi oleh tanaman, dapat diketahui seberapa besar efisiensi penggunaan radiasi surya oleh suatu tanaman. Saat ini di Indonesia belum banyak penelitian tentang efisiensi penggunaan radiasi surya pada tanaman padi sawah, terutama untuk varietas yang baru dilepas oleh balai penelitian tanaman padi. Penelitian ini akan menghitung nilai efisiensi penggunan radiasi surya tiga varietas padi sawah pada musim tanam II. 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ketersediaan air terhadap pertumbuhan, perkembangan, produksi, dan efisiensi penggunaan radiasi surya tiga varietas tanaman padi sawah (Ciherang, inpari 10, Inpari 13) pada musim tanam II. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Umum Kabupaten Indramayu Secara geografi Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107° 52´ - 108° 36´ BT dan 6° 15´ - 6° 40´ LS. Batas wilayah sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Subang, sebelah utara berbatasan dengan laut jawa, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang,
2
Kabupaten Cirebon, sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa dan Kabupaten Cirebon (http://www.indramayukab.go.id). Pola penggunaan lahan menurut data GIS (Geographic Information System) Bapeda Kabupaten Indramayu memiliki luas wilayah 204011 Ha, terdiri dari sawah irigasi 121355 Ha (60%), sawah tadah hujan 12420 Ha (6%), perkebunan 42130 Ha (16%), pemukiman 17980 ha (9%), empang 12600 Ha (6%), lainnya 7526 Ha (4%). Berdasarkan topografi ketinggian wilayah Indramayu berkisar antara 0 - 18 m di atas permukaan laut dan wilayah dataran rendahnya berkisar antara 0 – 6 m di atas permukaan laut berupa rawa, tambak, sawah, pekarangan. Kabupaten Indramayu sebagian besar permukaan tanahnya berupa dataran dengan kemiringan antara 0% - 2% seluas 201285 Ha (96%) dari total wilayah. Keadaan ini terpengaruh terhadap drainase, bila curah hujan tinggi maka daerah-daerah tertentu akan terjadi genangan air dan bila musim kemarau akan mengakibatkan kekeringan (http://www.indramayukab.go.id). Menurut klasifikasi iklim SchmidtFerguson Kabupaten Indramayu termasuk kedalam tipe D (iklim sedang). Suhu udara harian berkisar 26-27⁰C dengan suhu tertinggi 30⁰C dan terendah 18⁰C. Kelembaban udara 70-80% dengan curah hujan rata-rata tahunan sebesar 1428 mm, dengan jumlah hari hujan 75 hari. Secara hidrologi sumber air yang terdapat di Kabupaten Indramayu meliputi air permukaan dan air tanah. Air permukaan berupa sungai dan air genangan yang merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) sedangkan air tanah tertekan yang dieksploitasi melalui sumur - sumur pompa. Kabupaten Indramayu merupakan daerah hilir dari aliran sungai yang sangat potensial sebagai sumber air bagi kebutuhan masyarakat baik untuk pertanian, industri maupun bahan baku air bersih (http://www.indramayukab.go.id). 2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman padi Tanaman padi termasuk golongan rumputrumputan dan termasuk tanaman semusim. Padi berasal dari genus Oryza, famili Graminae, terdiri dari 25 spesies yang salah satunya adalah Oryza Sativa L. (Haryadi 2006). Oryza sativa tumbuh dan berkembang secara luas di daerah beriklim tropis dan subtropis. Jenis padi ini dapat ditanam sebagai tanaman padi lahan basah (padi sawah) atau sebagai tanaman padi lahan kering.
Keseluruhan organ tanaman padi terdiri dari dua kelompok, yakni organ vegetatif dan organ generatif (reproduktif). Bagian-bagian vegetatif meliputi akar, batang, dan daun, sedangkan bagian generatif terdiri dari malai, gabah, dan bunga. Menurut Tanaka (1964) dalam Williams (1975) pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi terbagi dalam beberapa fase yaitu: Fase vegetatif aktif : dari pembibitan sampai jumlah tunas maksimum, lamanya berkisar antara 25-65 hari. Pada fase ini pertumbuhan awal umumnya bersifat eksponensial kemudian pada saat tertentu pertumbuhan menjadi linier. Fase vegetatif lambat : dimulai sejak pertumbuhan tunas mencapai jumlah maksimum sampai keluarnya bakal malai (primordia). Selama berlangsungnya fase vegetatif, faktor ketersediaan air akan menjadi faktor pembatas apabila jumlah yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan. Fase reproduktif : dimulai sejak keluarnya bakal malai sampai malai berbunga penuh, yang lamanya antara 23-35 hari. Malai merupakan perpanjangan dari tunas. Fase ini merupakan fase yang paling sensitif terhadap stres lingkungan. Fase pematangan : terjadi pengisian dan pematangan biji dimulai sejak malai bebunga. Selain itu terjadi peningkatan berat jerami, lamanya fase ini berkisar antara 25-35 hari. Fase reproduktif ditandai dengan berkurangnya jumlah anakan, munculnya daun bendera, bunting (primordia), dan pembungaan (heading). Pembungaan adalah stadia keluarnya malai, apabila 50% bunga telah keluar maka pertanaman tersebut dianggap dalam fase pembungaan (Yoshida 1981). Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi dapat dikategorikan menjadi faktor genetik (faktor internal tanaman padi sendiri) dan faktor lingkungan (faktor eksternal). Faktor genetik yaitu faktor bawaan dari turunan atau asal mulanya tanaman tersebut, sedangkan faktor faktor lingkungan dapat digolongkan menjadi : a) Faktor lingkungan biotik, yaitu adanya organisme lain di sekitar tanaman padi. b) Faktor abiotik, terdiri dari tanah, air, cuaca/iklim, serta respon tanaman padi terhadap faktor lain
3
2.3 Pengaruh Iklim pada Tanaman Padi Iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi sawah. Faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan padi antara lain adalah curah hujan, radiasi surya, suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin. Tanaman padi tumbuh di daerah tropis atau subtropis dengan letak geografis 45ᴼ LU sampai 45ᴼ LS dan memiliki cuaca panas dan musim hujan 4 bulan. 2.3.1 Curah Hujan Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang berpengaruh dominan terhadap pertumbuhan dan produksi padi. (Bey dan Las 1991) menyatakan curah hujan merupakan unsur iklim yang besar pengaruhnya terhadap suatu sistem usaha tani, terutama pada lahan kering dan tadah hujan Berkurangnya curah hujan dapat mempengaruhi ketersediaan air sehingga dapat menurunkan produktivitas padi. Curah hujan menyediakan air bagi tanaman padi. Air merupakan penghubung antara lingkungan perakaran padi yaitu tanah dengan lingkungan daun dan batang. Air juga menghubungkan lingkungan atas tanah yaitu cuaca atau iklim dengan tanaman padi. 2.3.2 Radiasi Surya Tanaman padi memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Fagi dan De data (1981) mengemukakan bahwa intensitas radiasi surya yang tinggi selama 30 - 45 hari sebelum panen menentukan pengisian malai dan hasil padi. Kebutuhan radiasi surya untuk setiap fase pertumbuhan padi tidak sama, pada awal petumbuhan relatif kecil, kemudian meningkat dan mencapai maksimum pada stadia pembungaan, selanjutnya menurun lagi sampai panen. Menurut Yoshida dan Parao (1978) apabila intensitas radiasi surya rendah pada fase vegetatif tidak berpengaruh nyata terhadap gabah, tetapi bila intensitas radiasi surya rendah pada fase reproduktif dan fase pematangan akan menurunkan hasil gabah secara nyata. Maka untuk memproleh hasil gabah yang tinggi waktu tanam dapat diatur agar fase reproduktif jatuh pada saat intensitas surya tinggi. 2.3.3 Suhu Udara Suhu udara di daerah tropis umumnya bukan merupakan faktor pembatas bagi tanaman, karena dari waktu ke waktu tidak banyak berbeda. Sedangkan faktor yang
menentukan fluktuasi suhu di daerah ini adalah pada penyebaran vertikal, dimana semakin tinggi tempat maka suhu semakin rendah. Adapun kisaran suhu optimal untuk varietas padi Indica adalah 25° - 33° C, sedangkan untuk Japonica berkisar antara 18° - 33° C (Chang dan Oka 1976). Menurut Yoshida (1981) suhu udara ratarata harian yang kurang dari 20ᴼC menyebabkan perkembangan tanaman terhambat, diskolorasi daun, pembentukan malai tertahan, pembungaan terlambat, dan kehampaan gabah tinggi. Sedangkan suhu udara rata-rata harian harian yang tinggi meningkatkan laju respirasi yang pada akhirnya menurunkan jumlah gabah, karena energi yang dihasilkan melalui proses fotosintesis lebih banyak digunakan untuk respirasi dibandingkan untuk pertumbuhan tanaman. Suhu udara siang dan malam ternyata berpengaruh pada komponen hasil padi. Limbong et al. (1980) menyatakan peningkatan suhu di siang hari pada musim kemarau dapat meningkatkan jumlah anakan asalkan suhu malam tidak terlalu tinggi. Ini memberikan gambaran bahwa padi tidak selalu menghasilkan banyak malai pada musin kemarau di semua mintakat agroklimat, Karena suhu malam juga menentukan. Di dataran tinggi (lebih dari 900 mdpl) suhu malam yang rendah terjadi pada di musim kemarau, sehinga menghasilkan suhu rataan harian rendah. 2.3.4 Kelembaban Udara Kelembaban udara nisbi berpengaruh terhadap evapotranspirasi. Pada musin kemarau dengan kelembaban rendah, intensitas radiasi surya dan suhu tinggi mempercepat laju evapotranspirasi. Bila laju evapotranspirasi tidak diimbangi dengan laju translokasi air ke akar, maka tanaman padi akan mengalami kekeringan (cekaman air) terutama bila kebutuhan atmosfer untuk evapotranspirasi tidak diimbangi dengan laju penyerapan air oleh akar. 2.3.5 Kecepatan Angin Angin mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman melalui pertukaran bahang, uap air dan CO2 antara tanaman dan lingkungannya. Disamping itu, angin mempunyai dampak bagi tanaman melalui tanaman melalui proses transpirasi dan persarian (Bey dan Las 1991). Menurut Chang (1986) kecepatan angin yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan
4
pertumbuhan tanaman dan secara mekanis dapat merusak daun-daun sehingga terjadi penurunan fotosintesis dan translokasi hasil fotosintesis. Angin juga berpengaruh terhadap laju evapotranspirasi. Disamping itu kecepatan angin yang tinggi dapat mengganggu proses penyerbukan karena menganggu proses endosperm akibat pergeseran (De Datta 1981). Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu kencang akan merobohkan tanaman. 2.4 Kekeringan Kebutuhan air tanaman padi berbeda-beda pada setiap fase pertumbuhannya. Kebutuhan air tersebut bergantung pada perubahan karakter pertumbuhannya seperti tinggi tanaman, jumlah anakan, luas permukaan daun dan perubahan cuaca atau iklim seperti radiasi surya, temperatur udara, kelembaban udara (RH) dan kecepatan angin. Boer (2002) menyatakan tanaman padi akan mengalami ganguan pertumbuhan yang serius apabila terjadi kekurangan air pada fase pertumbuhan anakan aktif dan fase pembungaan. Akan tetapi apabila kekurangan air terjadi pada saat anakan maksimum atau saat panen, tidak akan menganggu pertumbuhan dan hasil. Kekeringan merupakan keadaan tanpa hujan berkepanjangan atau masa kering dibawah normal yang cukup lama. Faktorfaktor yang mempengaruhi kekeringan adalah curah hujan sebagai sumber air tersedia, karakteristik tanah sebagai media penyimpan air, dan jenis tanaman sebagai subjek yang menggunakan air. Menurut Soenarno dan Syarif (1995) kekeringan air ada 2 kategori, yaitu kategori terkena kekeringan dan terancam kekeringan. Kategori terkena kekeringan yaitu kondisi ketika kekeringan menyebabkan sawah kering, retak-retak dan tanaman padi rusak atau mati. Sedangkan kategori terancam kekeringan yaitu kondisi ketika sawah masih basah, suplai air ada tapi jumlahnya jauh di bawah kebutuhan. 2.5 Indeks Luas Daun Indeks luas daun (ILD) didefinisikan sebagai nisbah antara luas daun dengan luas lahan tegakan yang diproyeksikan tegak lurus terhadap penutupan tajuk. Indeks luas daun merupakan perbandingann antara luas daun dengan luas permukaan lahan yang menjadi tempat tumbuh suatu tanaman. Indeks luas daun menggambarkan jumlah radiasi matahari yang mampu diserap tanaman. Semakin tinggi
ILD persatuan luas lahan akan meningkatkan penyerapan radiasi oleh tanaman, sehingga proses fotosintesis akan maksimal yang menyebabkan produksi potensial meningkat. Konsep ILD telah lama dikembangkan sebagai salah satu penentu hasil maksimal suatu tanaman. Nilai ILD bervariasi dari hari ke hari sebagai akibat dari variasi pola radiasi surya harian dan bervariasi dari musim ke musim sebagai akibat perubahan kanopi, area tumbuh, dan guguran daun (Hadipoentyanti et al. 1994). Dalam kaitan dengan penyerapan radiasi oleh tanaman maka bentuk daun menjadi penting, bentuk daun erat kaitannya dengan varietas. Varietas memiliki keragaman sifat internal seperti umur, bentuk tajuk, dan akar, serta kepekaan atau ketahanan terhadap kekurangan atau kelebihan air, hara, radiasi surya, suhu, hama, dan penyakit tertentu (Makarim 2009). Efisensi penggunaan radiasi matahari akan tergantung dari luas daun yang mengintersepsi radiasi per satuan luas lahan. Semakin tinggi kerapatan tanaman akan menaikkan ILD sehingga intersepsi radiasi akan optimum. Menurut Jumin (2002) intersepsi radiasi surya dapat dimanipulasi dengan varietas (morfologi dan arsitektur tanaman) dan kerapatan tanaman setiap satuan luas lahan dengan pengaturan jarak tanam. 2.6 Intersepsi dan Efisiensi Penggunaan Radiasi Surya Radiasi surya merupakan faktor penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang berkaitan dengan proses fisiologi tanaman. Radiasi yang jatuh pada tajuk tanaman diantaranya akan diserap oleh tajuk dan ditransmisikan kebawah tajuk. Radiasi surya diserap oleh tanaman melalui organ daun yang memiliki klorofil dalam bentuk foton, sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis. Hasil fotosintesis menjadi bahan utama dalam pertumbuhan dan produksi tanaman. Efisiensi penggunaan radiasi surya atau yang biasa dikenal dengan istilah Radiation Use Efficiency (RUE) adalah jumlah biomassa per unit radiasi yang diintersepsi oleh tanaman dalam satuan g MJ-1 (Mavi & Graeme 2004). RUE merupakan parameter yang dapat digunakan dalam mempelajari produktivitas tanaman (Curt et al. 1998). RUE juga telah banyak digunakan dalam model pertumbuhan tanaman untuk memperkirakan jumlah biomassa di atas tanah dan hasil panen (Apakupakul 1995). Efisiensi penggunaan radiasi di daerah sub tropis umumnya lebih
5
rendah jika dibandingkan dengan daerah tropis, hal ini berkaitan dengan jumlah radiasi yang diintersepsi oleh tanaman. Di daerah tropis penerimaan radiasi hampir merata sepanjang tahun dengan rata-rata penerimaan radiasi harian 12 jam. Kiniry et al. (1989) menjelaskan nilai efisiensi penggunaan radiasi surya biomassa kering tanaman padi adalah sebesar 2,2 gMJ-1 dengan menggunakan radiasi PAR. Efisiensi penggunaan radiasi surya dipengaruhi oleh faktor iklim dan faktor dari tanaman serta lingkungannya, seperti yang diungkapkan oleh Monteith dan Unsworth (1973) beberapa faktor iklim yang mempengaruhi efisiensi penggunaan radiasi surya antara lain: letak lintang dan musim, keawanan dan kandungan aerosol di atmosfer, komposisi spektral radiasi surya, konsentrasi CO2 di lingkungan tannaman, dan kuantum cahaya yang dibutuhkan dalam proses fotokimia. Sedangkan faktor tanaman dan lingkungan yang berpengaruh antara lain: posisi dan susunan daun, indeks luas daun (ILD), struktur dan jenis pigmen daun, serta ketersediaan air dan hara dalam tanah. BAB III. BAHAN DAN METODE 3.1 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian ini adalah: Padi varietas Ciherang (varietas yang umum dipakai petani di tempat penelitian), Inpari 10 (varietas toleran kekeringan), dan Inpari 13 (varietas berumur genjah/pendek). Paket sarana produksi pertanian untuk budidaya tanaman padi. Alat pengukur unsur cuaca. Curah hujan (penakar hujan), kecepatan angin (Anemometer), radiasi surya dan suhu udara (sensor radiasi surya dan suhu udara). Alat ukur tinggi tanaman padi. Grain moisture meter, untuk mengukur kadar air gabah (KAG). Seperangkat komputer beserta Microsoft Word dan Microsoft Exel untuk pengolahan data. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada lahan sawah milik petani yang terletak di Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu. Penelitian berlangsung mulai akhir bulan Maret hingga Agustus 2011. Sedangkan penulisan dan pengolahan data dilakukan di Laboratorium
Agrometeorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. 3.3 Metode Penelitian Rancangan Percobaan Rancangan percobaan pada penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK). Perlakuan penelitian meliputi varietas dan waktu tanam. Varietas yang digunakan adalah varietas Ciherang (V1), Inpari 10 (V2), Inpari 13 (V3). Waktu tanam dilakukan tiga kali. Tanam I (W1) dilakukan sekitar dua minggu sebelum petani setempat memulai musim tanam II, sedangkan waktu tanam II (W2) dilakukan bersamaan dengan para petani, dan waktu tanam III (W3) dilakukan 1 bulan setelah waktu tanam kedua. Pada waktu tanam I dan tanam II kebutuhan air tanaman tercukupi. Sedangkan pada tanam III tanaman mengalami cekaman air karena air irigasi sudah tidak sampai di lahan penelitian dan tidak ada hari hujan sejak tanaman berumur 22 HST. Setiap perlakuan varietas terdiri dari tiga kali ulangan di setiap waktu tanam. Sehingga pada setiap waktu tanam terdapat sembilan anak petak dengan luas masingmasing anak petak 15 m x 13 m. Pada masingmasing anak petak terdapat tiga ulangan pengamatan. Analisis sidik ragam menggunakan bantuan software Costat 6.4. Model linier untuk RAK adalah: Yij = μ + ti + βj+εij dimana i = 1,2,3 dan j = 1,2,3 Yij = pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j μ = nilai rata-rata populasi ti = pengaruh perlakuan ke-i βj = pengaruh kelompok ke-j εij = pengaruh acak perlakuan ke-i kelompok ke-j
Varietas(V)
Varietas (V)
Varietas (V)
Gambar 1 Pembagian petak, waktu semai, waktu tanam, dan penempatan varietas pada petak Persiapan dan Penanaman Lahan yang akan digunakan untuk kegiatan penelitian diolah menggunakan
6
traktor sebanyak dua kali, pertama untuk membersihkan sisa jerami dari sisa penanaman sebelumnya dan rumput-rumput yang ada di lahan, sedangkan yang kedua untuk meratakan lahan. Penanaman dilakukan setelah umur persemaian 20 hari dengan sistem tanam legowo 5 dan jarak tanam 25 x 25 x 12,5 cm. Pemupukan dan Pemeliharaan Pupuk yang digunakan yaitu Urea, TSP, dan Ponska. Pemupukan pada setiap waktu tanam dilakukan dua kali, pemupukan pertama dilakukan pada 12 HST dengan dosis 50% Urea (12,5 Kg), 100% TSP (25 Kg), 50% Ponska (12,5 Kg). Sedangkan pemupukan kedua dilakukan pada 25 HST dengan dosis 50% Urea 50% Urea (12,5 Kg), 0% TSP (0 Kg), 50% Ponska (12,5 Kg). Penyemprotan pestisida untuk menanggulangi hama dilakukan secara kondisional yaitu setiap terjadi gejala serangan hama. Sedangkan penyiangan rumput pengganggu hanya dilakukan satu kali pada waktu tanam I (W1) karena rumput pengganggu yang tumbuh relatif sedikit. Pengamatan Unsur-unsur Cuaca Unsur-unsur cuaca yang diamati meliputi radiasi surya, suhu bola kering, suhu bola basah, kecepatan angin, dan curah hujan. Pengamatan radiasi surya, suhu bola kering, dan suhu bola basah menggunakan sensor yang dilengkapi dengan logger yang dapat merekam data secara otomatis setiap 10 menit. Pengamatan kecepatan angin menggunakan anemometer. Sedangkan alat pengukur curah hujan menggunakan alat penakar hujan. Selain dari pengamatan secara langsung data radiasi surya juga didapat dari BB Padi Pusakanegara. Karena pada pengamatan radiasi surya terdapat beberapa data yang error maka data radiasi pada penelitian ini menngunakan data dari BB Padi Pusakanegara. Khusus untuk bulan Agustus dikarenakan data dari BB Padi Pusakanegara tidak ada dan data hasil pengamatan terdapat data error beberapa hari maka untuk mendapatkan data pada bulan Agustus diambil dari rata-rata bulan Juli dengan rumus: Ai = (Ji + Ji-1)/2 dimana Ai = data bulan Agustus pada tanggal ke-i, Ji = data bulan Juli pada tanggal ke-i, Ji1= data bulan Juli sebelum data ke-i. hal ini dilakukan karena pada bulan Agustus dan Juli memiliki karakteristik yang hampir sama. Pengamatan Komponen Agronomi - Tinggi tanaman, jumlah anakan, dan jumlah anakan produktif.
-
-
-
Tinggi tanaman, jumlah anakan, dan jumlah anakan produkif diamati setiap minggu. Sampel yang diamati pada setiap petak terdiri dari tiga kali ulangan, dimana setiap ulangan terdiri dari empat rumpun tanaman padi. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga ujung daun terpanjang. Jumlah anakan padi merupakan jumlah total anakan padi baik yang menghasilkan malai maupun yang tidak bermalai. Sedangkan anakan produktif yaitu anakan yang menghasilkan malai. Perkembangan tanaman. Perkembangan tanaman yang diamati adalah jumlah anakan maksimum, primordia, keluar malai, pengisian bulir, pemasakan, hingga tanaman siap panen. Jumlah anakan maksimum, dihitung dari jumlah anakan terbanyak yang dihasilkan oleh tanaman. Fase primordia diamati dengan cara mengambil satu batang (anakan) padi kemudian dilihat pada buku teratas jika sudah terdapat kerucut putih yang berbentuk seperti kapas berarti tanaman padi sudah masuk pada fase primordia. Tanaman padi dianggap masuk fase keluar malai jika semua tanaman padi dalam satu petak 50% telah keluar malai. Ketika 50% bulir padi semua tanaman pada satu petak telah terisi maka tanaman padi dianggap masuk pada fase pengisian bulir padi. Fase pemasakan diamati ketika bulir padi muai menguning. Tanaman padi siap dipanen ketika 80% bulir padi telah menguning. Berat Kering Tanaman Berat kering tanaman yang diamati meliputi berat kering batang, daun, dan malai. Pengamatan dimulai sejak tanaman umur 0 HST (sebelum tanam pindah) sampai 70 HST. Tanaman contoh diambil setiap dua minggu, kemudian dibawa ke BB Padi Sukamandi untuk di keringkan menggunakan oven dengan suhu 70 ⁰C selama 48 jam, setelah itu ditimbang bobotnya. Luas Daun Luas Daun diukur di BB Padi Sukamandi seiap dua minggu sekali. Luas daun merupakan kumulatif dari semua daun dalam satu rumpun padi yang diamati.
7
Analisis Data - Indeks Luas Daun (ILD), menunjukkan rasio luas permukaan daun terhadap luas lahan yang ditempati oleh tanaman. ILD = LD/A LD = luas daun total (m2) A = luas lahan yang ditutupi daun (m2) Karena pengukuran luas daun setiap dua minggu, maka data ILD juga per dua minggu. Dugaan ILD pada hari-hari yang tidak dilakukan penelitian dicari dengan persamaan polinomial. - Radiasi Intersepsi oleh tajuk (Rint), mengikuti persamaan umum hukum Beer. Rint = 1-exp(-k x ILD) x I0 Dimana: Rint = radiasi intersepsi oleh tajuk (MJ m-2 hari-1) I0 = radiasi diatas tajuk tanaman (MJ m-2 hari-1) ILD = indeks luas daun k = koefesien pemadaman tajuk. Nilai k yang digunakan pada penelitian sebesar 0,5 karena nila ini merupakan nilai yang banyak digunakan dalam litratur-literatur (Yoshida 1981 dalam Muyan 2011). Nilai k tanaman padi menurut Hayashi dan Ito (1962) adalah 0,4 untuk padi berdaun tegak dan 0,8 untuk padi berdaun terkulai. Ketiga varietas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Ciherang, Inpari 10, dan Inpari 13 semuannya memiliki bentuk daun yang tegak (Suprihatno et al. 2010). Radiasi diatas tajuk tanaman (I0) yang digunakan adalah dalam bentuk PAR. Radiasi PAR didapat dari radiasi global dikalikan dengan 0,44 (Impron. et al. 2008). - Efisiensi Penggunaan Radiasi Surya (Radiation Use Efisiency, RUE). Efisiensi penggunaan radiasi surya dihitung berdasarkan selisih berat kering tanaman dengan total radiasi yang diintersepsi oleh tanaman padi selama siklus hidupnya (sejak tanam hingga panen). Satuan dari efisiensi penggunaan radiasi surya adalah gMJ-1. ∆ BKT (g m−2 ) 𝑅𝑈𝐸 = R int (MJ m−2 ) BKT = berat kering tanaman Produktivitas dan Komponen Hasil Tanaman Padi - Produktivitas Tanaman Padi Produktivitas padi diukur pada kadar air 14%. Untuk menghitung produktivitas
padi digunakan metode ubinan dengan luas 7,5 m2 atau sama dengan 120 rumpun padi. Gabah yang dihasilkan dari 120 rumpun padi tersebut ditimbang dan diukur kadar airnya menggunakan alat Grain Moisture meter. Kemudian produktivitas padi dihitung dengan rumus ubinan: 100 − KAG 160000 P= x x BG 100 − 14 120 atau 100 − KAG 10.000 m2 P= x x BG 100 − 14 7,5 m2 P = produktivitas padi (ton/ha) KAG = kadar air gabah (%) BG = bobot gabah 120 rumpun - Komponen Hasil Tanaman Padi Tanaman contoh untuk komponen hasil diambil pada saat tanaman siap panen, setiap ulangan terdiri dari empat tanaman contoh (4 rumpun) dimana setiap anak petak terdapat tiga ulangan. Komponen hasil yang diukur yaitu: jumlah malai 4 rumpun, bobot jerami kering oven 4 rumpun, bobot gabah 4 rumpun, bobot gabah sub sampel, bobot gabah isi sub sampel, bobot gabah hampa sub sampel, jumlah gabah isi sub sampel, jumlah gabah hampa sub sampel, bobot akar kering sub sampel, bobot gabah 1000 butir, persentase gabah isi, persentase gabah hampa, jumlah gabah per malai. Rumus bobot 1000 butir (KAG 14%) : 1000 100 − 3 𝐵𝑆𝐵 = 𝑥 𝐵𝐺𝐼 𝑥 𝐺𝐼 100 − 14 BSB = Bobot 1000 butir GI = Jumlah gabah isi sub sampel BGI = Bobot gabah isi sub sampel Rumus persentase gabah isi: 𝐺𝐼 %GI = 𝑥 100 𝐺𝐼 + 𝐺𝐻 %GI =Persentase gabah hampa GI = Jumlah gabah isi sub sampel GH = Jumlah gabah hampa sub sampel Rumus persentase gabah hampa: 𝐺𝐻 %GH = 𝑥 100 𝐺𝐼 + 𝐺𝐻 %GH = Persentase gabah hampa GI = Jumlah gabah isi sub sampel GH = Jumlah gabah hampa sub sampel Rumus jumlah gabah per malai: 𝐶 𝐺𝐼 + 𝐺𝐻 𝐽𝐺 = 𝑥 𝐷 𝐴 JG = Jumlah gabah per malai C = Bobot gabah 4 rumpun D = Bobot gabah sub sampel GI = Jumlah gabah isi sub sampel
8
GH = Jumlah gabah hampa sub sampel A = Jumlah malai 4 rumpun Keterangan: rumus perhitungan produktivitas dan komponen hasil diperoleh dari Bpk. Ujang Sutarjo (BB Padi Sukamandi) melalui komunikasi pribadi. Rumus-rumus tersebut adalah rumus yang dipakai oleh BB Padi Sukamandi untuk perhitungan produktivitas dan komponen hasil padi. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Penelitian Kendala yang ditemui saat tanam I yaitu tanaman rentan dengan serangan hama dan penyakit, karena lahan sekitar penelitian belum ditanami oleh petani. Pada tanam II tidak banyak kendala karena waktu tanam dilakukan serempak dengan petani sekitar. Sehingga hama dan penyakit yang menyerang lebih menyebar. Pada waktu tanam III di lahan penelitian sudah tidak mendapat air irigasi. Air yang digunakan untuk penanaman adalah sisa air dari lahan tanam II yang sudah siap panen. Sehingga pada saat pemupukan kedua yaitu pada saat tanaman padi berumur 25 HST (24 Juli 2011) kondisi air dilahan sudah macak – macak. Pada saat panen, kadar air tanah lapisan atas tinggal sekitar 11% (V/V), kadar air lapisan tengah antara 19% (V/V), dan kadar air lapisan bawah antara 21% (V/V). Selain kendala pada air, tanam III juga banyak diserang oleh hama penggerek batang.
banyak menyerang waktu persemaian adalah kupu putih dan keong mas. Hama dan penyakit yang menyebabkan kerusakan cukup parah pada tanaman serta sulit dikendalikan adalah tikus dan penggerek batang. Contoh persentase kerusakan tanaman akibat serangan tikus dapat dilihat pada Tabel 1. Varietas yang banyak terkena serangan hama tikus yaitu Inpari 10 dan Inpari 13 (Tabel 1), hal tersebut dikarenakan varietas Inpari 10 dan Inpari 13 merupakan varietas yang baru ditanam di tempat penelitian sehingga tikus lebih suka menyerang Inpari 10 dan Inpari 13 dari pada Ciherang. Hama tikus mulai menyerang tanaman pada saat tanaman masuk pada fase primordia. Tabel 1 Persentase kerusakan tanaman pada tanam I akibat serangan hama tikus Petak Varietas Kerusakan Akibat Tikus I II III IV V VI VII VIII IX
Inpari 10 Ciherang Inpari 10 Ciherang Inpari 13 Inpari 13 Ciherang Inpari 10 Inpari 13
(3a)
( 2a )
( 2b )
Gambar 2 Kondisi lahan tanam III saat pemupukan kedua pada umur 25 HST (2a) dan saat tanaman umur 48 HST (2b). Hama dan penyakit tanaman yang menyerang tanaman padi selama penelitian berlangsung pada tanam I yaitu tikus, burung, dan kresek. Pada tanam III yaitu penggerek batang dan tikus. Sedangkan hama yang
5% 35% 10% 10% 10%
(3b)
Gambar 3 Kondisi tanaman yang terkena hama tikus (3a) dan kondisi tanaman yang terkena hama penggerek batang (3b). 4.2 Kondisi Cuaca Suhu udara rata-rata harian selama penelitian adalah 26,7 °C, sedangkan suhu minimumnya adalah 24,6 °C dan suhu maksimumnya adalah adalah 29,3 °C. Suhu udara tersebut memenuhi syarat untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi. Suhu udara rata-rata harian yang kurang dari 20ᴼC akan menyebabkan perkembangan tanaman terhambat dan kehampaan gabah
9
pada tanggal 9 April (Julian date 99). Ratarata kecepatan angin harian yang bertiup adalah 1,4 m/s, laju kecepatan angin tertinggi adalah 3,5 m/s, sedangkan kecepatan angin terendah adalah 0,6 m/s. Kecepatan angin sebelum julian date 200 (menjelang panen tanam II dan inisiasi malai tanam III) kecepatan angin cenderung stabil. Setelah julian date 200 kecepatan angin semakin meningkat sehingga mengakibatkan sebagian tanaman waktu tanam II rebah (Gambar 5). Pada waktu tanam I dan awal waktu tanam II intensitas curah hujan yang turun cukup tinggi dengan curah hujan tertinggi lebih dari 63 mm yang terjadi pada tanggal 14 April 2011 (Julian date ke-104). Memasuki bulan Juli dan Agustus sudah tidak turun hujan dilahan penelitian. Hal ini berarti sejak tanaman pada tanam III berumur 22 HST sudah tidak lagi mendapat air hujan. Kondisi tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap petumbuhan dan perkembangan tanaman (Gambar 6).
30
100
28
90
26
80
24 22
70
20
60 83
133
183
233
Kelembaban udara (%)
Suhu udara harian (⁰C)
tinggi. Sedangkan suhu udara rata-rata harian harian yang tinggi akan meningkatkan laju respirasi yang pada akhirnya menurunkan jumlah gabah (Yoshida 1981). Adapun kelembaban udara rata-rata harian selama bulan Maret – Agustus adalah 82%. Kelembaban udara tersebut termasuk kelembaban optimum untuk tanaman padi. Menurut Tanaka (1976) kelembaban optimum untuk tanaman padi adalah 50 - 90%, kelembaban nisbi yang terlalu rendah dapat menyebabkan kekeringan tanaman akibat laju transpirasi yang tinggi. Sebaliknya pada kondisi kelembaban nisbi yang terlalu tinggi dapat menyebabkan persentase gabah hampa yang tinggi karena proses persarian tidak berlangsung sempurna akibat menggumpalnya tepung sari (Gambar 4). Rata-rata radiasi surya harian selama penelitian adalah 19,3 MJm-2hari-1. Radiasi tertinggi terjadi pada tanggal 10 Mei (Julian date 130) dengan jumlah radiasi sebesar 22,2 MJm-2hari-1. Radiasi terendah 7,8 MJm-2hari-1
Hari ke- (dalam 1 tahun/Julian date) tahun 2011
4.0
24 22 20 18 16 14 12 10 8 6
3.0 2.0 1.0 0.0 83
103
123
143
163
183
203
223
Kecepatan angin (m/s)
Radiasi surya (MJm-2hari-1)
Gambar 4 Suhu udara rata-rata harian (biru) dan kelembaban rata-rata udara harian (merah).
243
Hari ke- (dalam 1 tahun/Julian date) tahun 2011 Gambar 5 Radiasi surya rata-rata harian (biru) dan kecepatan angin rata-rata harian (merah).
Curah hujam harian (mm)
10
70 60 50 40 30 20 10 0 83
103
123 143 163 183 203 Hari ke- (dalam 1 tahun/Julian date) tahun 2011 Gambar 6 Curah hujan harian di Desa Langgengsari, Kecamatan Lelea, Indramayu.
4.3 Pertumbuhan Tanaman Pertumbuhan tanaman padi diindikasikan dengan perubahan dan pertambahan tinggi tanaman serta jumlah anakan. Pada penelitian ini tinggi tanaman dan jumlah anakan diamati setiap minggu mulai awal tanam hingga tanaman siap dipanen. 4.3.1 Tinggi Tanaman Hasil analisis sidik ragam menunjukkan tinggi Ciherang tanam III berbeda nyata dengan tanam I dan tanam II, Ciherang tanam III memiliki tinggi tanaman paling rendah. Tinggi varietas Inpari 10 berbeda nyata untuk setiap waktu tanam, dimana tinggi tanaman tertinggi pada waktu tanam II dan terendah pada waktu tanam III. Sedangkan varietas Inpari 13 tanam II berbeda nyata dengan tanam I dan tanam III, tanam II memiliki tinggi tanaman paling tinggi (Tabel 2). Tabel 2 Perbandingan tinggi tanaman padi antar waktu tanam Waktu Tinggi Tanaman (cm) Tanam Ciherang Inpari 10 Inpari 13 Tanam I
103a
99b
101b
Tanam II
110a
114a
121a
Tanam III
66b
68c
91b
Keterangan : - Angka pada masing – masing kolom yang ditandai huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5% - Data diambil dari pengamatan minggu terakhir sebelum panen.
Kondisi kekurangan air atau kekeringan yang terjadi pada tanam III sejak fase vegetatif menyebabkan pertumbuhan tinggi tanaman menjadi terhambat. Jumin (1992) menyatakan bahwa defisit air mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman. Hilangnya turgiditas pada tanaman karena kekurangan air
223
243
dapat menghentikan pertumbuhan sel (penggandaan dan pembesaran) yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat. Tabel 3 Perbandingan tinggi tanaman padi antar varietas Tinggi Tanaman (cm) Varietas Tanam I Tanam II Tanam III Ciherang
103a
110b
66b
Inpari 10
99a
114b
68b
Inpari 13
101a
121a
91a
Keterangan : - Angka pada masing – masing kolom yang ditandai huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5% - Data diambil dari pengamatan minggu terakhir sebelum panen.
Analisis sidik ragam perbandingan tinggi tanaman antar varietas menunjukkan pada tanam I semua varietas tidak terdapat perbedaan yang nyata. Pada tanam II dan tanam III varietas Inpari 13 berbeda nyata dengan Ciherang dan Inpari 10. Varietas Inpari 13 memilki pertumbuhan tinggi ratarata diats Ciherang dan Inpari 10 (Tabel 3). Tinggi tanaman bukan merupakan parameter baik tidaknya varietas padi. Tanaman yang tinggi dengan batang yang lemah menyebabkan tanaman mudah rebah yang dapat menurunkan produksi padi. Yoshida (1981) menyatakan tingginya hasil padi varietas unggul baru terutama disebabkan oleh ketahanannya terhadap kerebahan. Menurut Suprihatno et al. (2010) varietas Inpari 10 dan Inpari 13 merupakan varietas yang tahan terhadap kerebahan, sedangkan Ciherang memiliki tingkat kerebahan sedang.
11
Tinggi tanaman (cm)
140 120 100 80 60 40 20 0 0
7
14
21
28
42
49
56
63
70
77
84
56
63
70
77
84
63
70
77
84
Umur tanaman (HST)
140
Tinggi tanaman (cm)
35
120 100 80 60 40 20 0 0
7
14
21
Tinggi tanaman (cm)
140
28
35
42
49
Umur Tanaman (HST)
120 100 80 60 40 20 0
0
7
14
21
28
35
42
49
56
Umur tanaman (HST) Gambar 7 Tinggi tanaman pada waktu tanam I (gambar atas), waktu tanam II (gambar tengah), waktu tanam III (gambar bawah), untuk varietas Ciherang ( ), Inpari 10 ( ), Inpari 13 ( ). Tinggi tanaman terus meningkat sejak awal pertumbuhan hingga tinggi maksimum tercapai, kemudian tinggi tanaman konstan. Tinggi maksimum tanaman pada tanam I dan tanam II terjadi pada umur 56 HST, sedangkan pada tanam III terjadi pada 42 HST (Gambar 7). Tinggi maksimum tanaman pada ketiga waktu tanam semuanya terjadi pada fase pembungaan, setelah tinggi maksimum tercapai tinggi tanaman konstan karena alokasi produksi biomassa semuanya
digunakan untuk gabah. Handoko (1994) menyatakan setelah fase pembungaan, semua produksi biomassa dialokasikan ke biji. Tinggi tanaman pada tanam III untuk varietas Ciherang dan Inpari 10 setelah umur 63 HST menunjukkan grafik yang menurun, hal ini karena pada saat itu sampel yang diamati daunnya mengering dan dimungkinkan daun yang tertinggi juga telah mengering sehingga tinggi tanaman yang diamati menjadi lebih pendek (Gambar 7).
12
4.3.2 Jumlah Anakan Jumlah anakan merupakan jumlah seluruh anakan padi baik yang menghasilkan malai maupun yang tidak menghasilkan malai. Analisis sidik ragam jumlah anakan varietas Ciherang di tiga waktu tanam tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Varietas Inpari 10 tanam II berbeda nyata dengan tanam I dan tanam III, tanam II memiliki anakan yang paling sedikit. Varietas Inpari 13 pada tanam I dan tanam II berbeda nyata dengan tanam III, dimana tanam III memiliki jumlah anakan yang paling sedikit (Tabel 4). Secara umum perbedaan waktu tanam tidak terlalu berpengaruh terhadap jumlah anakan.
Pada tanam I varietas Inpari 13 hanya menghasilkan 11 anakan produktif dari total 17 anakan (Tabel 6), hal ini karena Inpari 13 merupakan varietas yang terkena serangan hama tikus paling parah. Pada tanam III jumlah anakan produktif yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan tanam I dan tanam II, faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah pada tanam III tanaman mengalami kekeringan sehingga perkembangan jumlah anakan produktif lebih sedikit. Faktor lain yang mempengaruhi jumlah anakan produktif pada tanam III adalah hama tikus dan penggerek batang yang menyerang tanam III. Tabel
Tabel 4 Perbandingan jumlah anakan padi antar waktu tanam Waktu Jumlah Anakan Tanam Ciherang Inpari 10 Inpari 13 Tanam I
16a
19a
17a
Tanam II
17a
16b
17a
Tanam III
17a
18a
15b
Keterangan : - Angka pada masing – masing kolom yang ditandai huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%. - Data diambil dari pengamatan minggu terakhir sebelum panen.
Tabel 5 Perbandingan jumlah anakan padi antar varietas Jumlah Anakan Varietas Tanam I Tanam II Tanam III Ciherang
16a
17a
17ab
Inpari 10
19a
16a
18a
Inpari 13
17a
17a
15b
Keterangan : - Angka pada masing – masing kolom yang ditandai huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5% - Data diambil dari pengamatan minggu terakhir sebelum panen.
Sidik ragam jumlah anakan antar varietas padi menunjukkan pada tanam I dan tanam II tidak terdapat perbedaan yang nyata antara ketiga varietas. Pada tanam III varietas Ciherang tidak berbeda nyata dengan Inpari 10 dan Inpari 13, sedangkan antara varietas Inpari 10 dengan Inpari 13 saling beda nyata. Varietas yang memiliki rata-rata jumlah anakan terbanyak adalah Inpari 10 (Tabel 5). Secara umum ketiga varietas padi memiliki jumlah anakan yang hampir sama. 4.4 Jumlah Anakan Produktif Jumlah anakan produktif merupakan jumlah anakan padi yang menghasilkan malai.
6
Waktu Tanam Tanam I Tanam II Tanam III
Perbandingan jumlah anakan produktif padi antar waktu tanam Jumlah Anakan Produktif Ciherang 15a 17a 11a
Inpari 10 16a 16a 13a
Inpari 13 11b 16a 13ab
Keterangan : - Angka pada masing – masing kolom yang ditandai huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%. - Data diambil dari pengamatan minggu terakhir sebelum panen.
Tabel
7
Varietas
Perbandingan jumlah anakan produktif padi antar varietas Jumlah Anakan Produktif Tanam I
Tanam II
Tanam III
Ciherang
15a
17a
11a
Inpari 10
16a
16a
13a
Inpari 13
11a
16a
13a
Keterangan : - Angka pada masing – masing kolom yang ditandai huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5% - Data diambil dari pengamatan minggu terakhir sebelum panen.
Berdasarkan tabel sidik ragam Tabel 7 dapat dilihat disemua waktu tanam tidak terdapat perbedaan yang nyata antara semua varietas dalam jumlah anakan produktif. Pada kondisi normal (waktu tanam II) jumlah anakan produktif Ciherang adalah 17 batang, sedangkan Inpari 10 dan Inpari 13 sebanyak 16 batang. Suprihatno et al. (2010) menyebutkan jumlah anakan produktif untuk varietas Ciherang 14 – 17 batang, Inpari 10 berkisar 17 – 25 batang, dan Inpari 13 sebanyak 17 batang. 4.5 Perkembangan Tanaman Perkembangan tanaman merupakan perubahan fase pada tanaman, untuk tanaman semusim biasanya dinyatakan mulai dari
13
Sedangkan Ciherang dan Inpari 10 masuk fase primordia pada umur yang hampir sama (Tabel 8). Varietas Inpari 13 memiliki perkembangan yang lebih cepat dari varietas Ciherang dan Inpari 10, hal ini karena faktor genetik dari varietas Inpari 13 yang memiliki umur genjah dimana umur varietas Inpari 13 adalah 103 hari (Suprihatno et al. 2010). Pada penelitian ini umur varietas Inpari 13 kurang dari 103 hari, pada tanam I dan tanam II varietas Inpari 13 sudah siap dipanen pada umur 99 hari sedangkan pada tanam III tanaman siap panen pada umur 89 hari. Varietas Ciherang dan Inpari 10 memiliki fase perkembangan yang hampir sama, kedua varietas tersebut pada tanam I memiliki umur panen berturut-turut 103 dan 104 hari, pada tanam II berumur 102 dan 103 hari, dan pada tanam III kedua varietas tersebut memiliki umur yang sama yaitu 99 hari (Tabel 8). Varietas yang paling responsif terhadap terjadinya kekeringan yaitu varietas Inpari13. Hal tersebut dapat dilihat dari perbedaan umur panen Inpari 13 tanam III yang memiliki perbedaan umur 10 hari lebih cepat dari tanam I dan tanam II. Sedangkan varietas Ciherang dan Inpari 10 hanya berbeda 2 – 5 hari lebih cepat dari tanam I dan tanam II (Tabel 8).
perkecambahan sampai matang fisiologis. Pengamatan fase perkembangan pada penelitian ini dimulai sejak tanaman berada di persemaian. Umur tanaman selama di persemaian sampai tanaman siap ditanam (tanam pindah) untuk waktu tanam I adalah 22 hari, waktu tanam II 19 hari, dan waktu tanam III 22 hari. Pembentukan anakan pada tanaman padi berlangsung sejak anakan pertama muncul sampai anakan maksimum. Setelah anakan maksimum tercapai, sebagian anakan akan mati dan tidak menghasilkan malai. Anakan tersebut dinamakan anakan tidak produktif. Anakan maksimum pada tanam I untuk varietas Ciherang dan Inpari 13 tercapai pada saat tanaman berumur 35 HST/57 HSS, sedangkan varietas Inpari 10 tercapai pada 43 HST/65 HSS. Pada tanam II anakan maksimum semua varietas terjadi pada saat tanaman berumur 35 HST/54 HSS, begitu juga dengan tanam III anakan maksimum semua varietas terjadi pada saat tanaman berumur 43 HST/65 HSS (Tabel 7). Fase primordia tanaman padi dapat terjadi bersamaan, sebelum, atau sesudah pembentukan anakan maksimum. Fase primordia pada penelitian ini terjadi sebelum anakan maksimum. Varietas Inpari 13 masuk fase primordia paling cepat, hal ini karena Inpari 13 merupakan varietas genjah.
Tabel 8 Fase perkembangan tanaman tiga varietas padi pada tiga waktu tanam Hari Setelah Semai (HSS) Waktu Varietas Semai ∑ Anakan Primordia Keluar Pengisian Pemasakan Tanam Maksimum Malai Bulir I Ciherang 0 57 53 74 81 90
II
III
Panen (masak) 103
Inpari 10
0
65
53
73
80
90
104
Inpari 13
0
57
52
69
76
88
99
Ciherang
0
54
51
75
80
88
102
Inpari 10
0
54
52
73
80
86
101
Inpari 13
0
54
51
69
76
84
99
Ciherang
0
65
57
71
82
90
99
Inpari 10
0
65
56
71
80
90
99
Inpari 13
0
65
52
63
68
79
89
4.6 Produktivitas dan Komponen Hasil Produktivitas padi dihitung menggunakan metode ubinan dengan mengambil luas 7,5 m2 atau sama dengan 120 rumpun padi. Analisis sidik ragam perbandingan produktivitas antar waktu tanam menunjukkan perbedaan yang nyata untuk semua varietas (Tabel 9). Waktu
tanam II memiliki produktivitas paling tinggi. Faktor yang mempengaruhi tingginya produktivitas tanam II diantaranya adalah kebutuhan air tanaman padi tercukupi serta kondisi cuaca yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan padi. Hama dan penyakit yang menyerang tanam II juga relatif sedikit
14
dibandingkan tanam I dan III, karena waktu tanam II bersamaan dengan petani setempat sehingga hama dan penyakit yang menyerang lebih menyebar. Waktu tanam III memiliki produktivitas yang paling rendah, dimana varietas Ciherang hanya memiliki produktivitas 1,42 ton/ha, varietas Inpari 10 lebih rendah lagi hanya 0,75 ton/ha, dan Inpari 13 memiliki produktivitas sebesar 2,42 ton/ha. Produktivitas yang rendah tersebut karena waktu tanam III berada pada kondisi yang sangat ekstrim kering, dimana tanaman sejak umur 22 HST sudah tidak mendapat hujan dan irigasi. Kondisi tanaman yang sangat kering ini mengakibatkan kehampaan gabah yang tinggi. Persentase gabah hampa pada tanam III untuk varietas Ciherang sebesar 56%, Inpari 10 sebesar 75%, dan Inpari 10 sebesar 53%. Selain kehampaan gabah yang tinggi, kekeringan pada tanam III juga menurunkan bobot gabah 1000 butir ketiga varietas. O’toole dan Chang (1979) menyatakan stres air pada fase generatif menurunkan pembungaan, jumlah bulir, bobot per 1000 butir dan meningkatkan gabah hampa. Hasil sidik ragam jumlah gabah per malai untuk varietas Ciherang dan Inpari 13 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada
setiap waktu tanam. Sedangkan varietas Inpari 10 berbeda nyata untuk setiap waktu tanam, tanam II memiliki jumlah gabah per malai paling tinggi dan tanam III memiliki jumlah gabah per malai terendah. Analisis sidik ragam bobot gabah 1000 butir varietas Ciherang dan Inpari 10 pada tanam III berbeda nyata dengan tanam I dan tanam II, bobot gabah 1000 butir tanam III lebih rendah dari tanam I dan tanam II. Sidik ragam bobot gabah 1000 butir varietas Inpari 13 berbeda nyata disetiap waktu tanam, bobot gabah 1000 butir tertinggi pada waktu tanam II dan terendah pada tanam III (Tabel 9). Produktivitas yang tinggi pada waktu tanam II dapat dilihat pada jumlah gabah per malai dan bobot gabah 1000 butir pada waktu tanam II yang lebih tinggi dari waktu tanam I dan waktu tanam III. Analisis sidik ragam perbandingan produktivitas antar varietas menunjukkan pada tanam I dan tanam II tidak terdapat perbedaan yang nyata antar ketiga varietas. Pada tanam III terdapat perbedaan yang nyata untuk ketiga varietas (Tabel 10). Varietas Inpari 13 memiliki produktivitas tertinggi pada waktu tanam III, sedangkan produktivitas terendah terdapat pada varietas Inpari 10.
Tabel 9 Perbandingan produktivitas dan komponen hasil antar waktu tanam Produktivitas dan Waktu tanam Ciherang Inpari 10 Komponen Hasil Produktivitas (ton/ha) Tanam I 5,29b 5,15b
Bobot Gabah 1000 Butir pada KA 14% (gram)
% Gabah Isi
% Gabah Hampa
Jumlah Gabah/Malai
Inpari 13 4,81b
Tanam II
6,94a
6,74a
6,76a
Tanam III
1,42c
0,75c
2,42c
Tanam I
25,8a
29,3a
26,0b
Tanam II
26,4a
29,6a
27,1a
Tanam III
21,1b
22,8b
22,9c
Tanam I
90a
90a
83a
Tanam II
91a
92a
90a
Tanam III
44b
25b
47b
Tanam I
10b
10b
17b
Tanam II
9b
8b
10b
Tanam III
56a
75a
53a
Tanam I
103a
88b
119a
Tanam II
115a
107a
131a
Tanam III
109a
77c
114a
Keterangan : Angka pada masing – masing kolom yang ditandai huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%
15
Tabel 10 Perbandingan produktivitas dan komponen hasil antar varietas Produktivitas dan Komponen Varietas Tanam I Tanam II Hasil Produktivitas (ton/ha) Ciherang 5,29a 6,94a
Bobot Gabah 1000 Butir pada KA 14% (gram)
% Gabah Isi
% Gabah Hampa
Jumlah Gabah/Malai
Tanam III 1,42b
Inpari 10
5,15a
6,74a
0,75c
Inpari 13
4,81a
6,76a
2,42a
Ciherang
25,8b
26,4b
21,1b
Inpari 10
29,3a
29,6a
22,8a
Inpari 13
26,0b
27,1b
22,9a
Ciherang
90a
91ab
44a
Inpari 10
90a
92a
25b
Inpari 13
83b
90b
47a
Ciherang
10b
9ab
56b
Inpari 10
10b
8b
75a
Inpari 13
17a
10a
53b
Ciherang
103b
115b
109a
Inpari 10
88c
107a
77a
Inpari 13
119a
131b
114a
Keterangan : Angka pada masing – masing kolom yang ditandai huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5% Bobot gabah 1000 butir varietas Inpari 10 pada tanam I dan tanam II memiliki bobot tertinggi dan berbeda nyata dengan varietas Ciherang dan Inpari 13. Sedangkan pada tanam III varietas Ciherang memiliki bobot gabah 1000 butir lebih rendah dari Inpari 10 dan Inpari 13. Varietas Inpari 13 memiliki persentase gabah hampa cukup tinggi pada tanam I dan tanam II. Sedangkan pada tanam III Inpari 10 merupakan varietas yang memiliki kehampaan gabah yang paling tinggi. Varietas Inpari 13 merupakan varietas yang memiliki jumlah gabah per malai yang paling banyak dari pada Ciherang dan Inpari 10, akan tetapi varietas ini juga memiliki tingkat kehampaan gabah yang cukup tinggi sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap potensi hasil produktivitas Inpari 13 (Tabel 10). Inpari 13 merupakan varietas yang paling tahan terhadap kondisi kekeringan dibandingkan Ciherang dan Inpari 10. Hal tersebut dapat dilihat dari produktivitas Inpari
13 yang lebih tinggi dibandingkan Ciherang dan Inpari 10 pada waktu tanam III. Oleh karena itu, jika diprediksi akan terjadi kekeringan para petani dapat menggunakan varietas Inpari 13 untuk mengantisipasi besarnya kerugian akibat kekeringan. Pada kondisi normal atau tidak dalam kondisi kekeringan Inpari 13 juga memiliki produktivitas yang hampir sama dengan Ciherang dan Inpari 10.
16
Indeks luas daun
6 5 4 3 2 1 0 0
14
Indeks luas daun
6
28
42
56
70
56
70
Umur tanaman (HST)
5 4 3 2 1 0 0
14
6
28
42
Umur tanaman (HST)
Indeks luas daun
5 4 3 2 1 0 0
14
28
42
56
70
Umur tanaman (HST) Gambar 8 Indeks luas daun pada waktu tanam I (gambar atas), waktu tanam II (gambar tengah), waktu tanam III (gambar bawah), untuk varietas Ciherang ( ), Inpari 10 ( ), Inpari 13 ( ) 4.7 Indeks Luas Daun Secara umum nilai maksimum ILD pada penelitian ini terjadi pada saat padi berumur 42 HST atau saat padi berada pada fase keluar malai sampai pembungaan (Gambar 8). Setelah mencapai nilai maksimum nilai ILD semakin turun karena setelah fase pembungaan alokasi produksi biomassa semuanya dialokasikan untuk pengisian biji (Handoko 1994). Nilai ILD ini diukur hanya
sampai pada tanaman padi berumur 70 HST, karena pada umur tersebut nilai ILD semakin menurun disebabkan daun tanaman yang mulai mengering dan pada minggu berikutnya tanaman sudah siap dipanen. Untuk varietas Inpari 13 pada pada waktu tanam III pengukuran nilai ILD hanya sampai pada 56 HST karena sebelum umur 70 HST tanaman sudah dipanen.
17
Tabel 11 Rata-rata nilai indeks luas daun tiga varietas padi pada tiga waktu tanam Waktu Indeks Luas Daun Tanam Varietas 0 HST 14 HST 28 HST 42 HST 56 HST Tanam I
Tanam II
Tanam III
70 HST
Ciherang
0,13
0,32
1,75
3,13
3,51
2,21
Inpari 10
0,16
0,36
1,93
3,44
3,82
2,08
Inpari 13
0,15
0,33
1,73
3,08
2,88
1,83
Ciherang
0,17
0,49
2,69
4,27
4,25
3,16
Inpari 10
0,13
0,52
2,68
4,06
3,55
1,99
Inpari 13
0,14
0,59
2,96
4,62
3,48
1,95
Ciherang
0,32
0,37
1,35
3,54
2,21
1,02
Inpari 10
0,30
0,33
1,21
3,07
2,25
1,22
Inpari 13
0,30
0,49
1,24
3,01
1,50
-
Menurut Ismunadji et al. (1988) nilai ILD optimum tanaman padi adalah 4–7. Pada penelitian ini ILD mencapai nilai 4 pada tanam II saat tanaman berumur 42 HST. Nilai ILD berpengaruh terhadap radiasi yang akan terintersepsi oleh tajuk tanaman padi. Semakin berkurang nilai ILD maka radiasi yang terintersepsi oleh tajuk tanaman juga akan semakin kecil. Winch (2006) menyatakan berkurangnya nilai ILD pada periode pertumbuhan akan mengakibatkan sejumlah radiasi yang terintersepsi akan berkurang karena sebagian energi radiasi surya akan jatuh ke tanah. Berdasarkan perlakuan waktu tanam nilai rata-rata ILD ketiga varietas pada waktu tanam II lebih besar nilainya dibandingkan dengan waktu tanam I dan waktu tanam III (Tabel 11). Karena nilai ILD yang lebih besar, ketiga varietas pada waktu tanam II memungkinkan untuk dapat mengintersepsi radiasi dalam jumlah yang lebih besar dari tanam I dan tanam III. Sehingga biomassa yang dihasilkan pada waktu tanam II juga lebih besar. Kekurangan air yang terjadi sejak fase vegetatif pada tanam III juga berpengaruh pada nilai ILD. Pada umur 56 HST tanam III memiliki nilai ILD yang lebih kecil dari tanam I dan tanam II (Tabel 11). Pengaruh kekurangan air pada tanaman selama tingkat vegetatif adalah berkembangnya daun-daun yang lebih kecil yang dapat mengurangi nilai ILD pada saat dewasa dan berakibat kurangnya penyerapan cahaya oleh tanaman budidaya tersebut (Gardner, et al. 1991).
4.8 Berat Kering Tanaman Gambar 9 merupakan grafik berat kering total dari berat kering daun, berat kering batang, dan berat kering malai padi. Grafik tersebut menunjukkan bahwa nilai BKT pada semua varietas di tiga waktu tanam semakin meningkat, meningkatnya BKT ini seiring dengan meningkatnya nilai ILD. Chang (1968) dalam Muyan (2011) menyatakan bahwa berat kering tanaman akan meningkat dengan meningkatnya indeks luas daun sampai tingkat tertentu dan akhirnya tetap. Ketiga varietas memiliki berat kering tanaman tertinggi pada waktu tanam II. Hal tersebut karena tanam II memiliki nilai ILD yang lebih tinggi sehingga radiasi yang terintersepsi oleh tajuk tanaman lebih banyak, maka proses fotosintesis lebih maksimal. BKT waktu tanam III pada 0 HST lebih tinggi dari tanam I dan tanam II. Hal tersebut dimungkinkan karena pengaruh pemupukan yang berlebih saat tanaman masih berada di persemaian. Akan tetapi, pada saat umur 56 dan 70 HST BKT waktu tanam III lebih rendah bila dibandingkan tanam I dan tanam III (Tabel 12). Hal ini terjadi karena pengaruh kondisi ekstrim kering yang terjadi pada waktu tanam III. Kondisi yang sangat kekurangan air tersebut mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat. Kekurangan air yang parah dapat menyebabkan penutupan stomata yang mengurangi pengambilan CO2 sehingga dapat mengurangi produksi berat kering. Nilai ILD yang lebih kecil pada tanam III menyebabkan radiasi surya yang terintersepsi lebih sedikit dan banyak yang jatuh ke tanah sehingga biomassa yang dihasilkan juga rendah.
Berat kering tanaman (gm-2)
Berat kering tanaman (gm-2)
Berat kering tanaman (gm-2)
18
1400 1200 1000 800 600 400 200 0 0
14
1400
28
42
56
70
56
70
56
70
Umur tanaman (HST)
1200 1000 800 600 400 200 0 0
14
1400
28
42
Umur tanaman (HST)
1200 1000
800 600 400 200 0 0
14
28
42
Umur tanaman (HST) Gambar 9 Berat kering tanaman pada waktu tanam I (gambar atas), tanam II (gambar tengah), tanam III (gambar bawah), untuk varietas Ciherang ( ), Inpari 10 ( ), Inpari 13 ( ).
19
Tabel 12
Rata-rata total berat kering tanaman diatas permukaan tanah (above ground biomass) tiga varietas padi pada tiga waktu tanam Waktu Tanam Berat kering tanaman (gm-2) pada umur (HST) keVarietas 0 14 28 42 56 70 Tanam I Ciherang 9,9 22,2 132,5 397,7 740,0 1099,4 Inpari10 13,9 27,0 148,8 439,7 736,9 954,8 Inpari13 12,8 26,1 148,4 391,9 658,4 962,9 Tanam II Ciherang 10,1 36,6 245,0 504,5 881,8 1252,8 Inpari10 8,6 33,1 197,2 443,3 908,5 1198,6 Inpari13 9,8 47,0 280,0 598,3 905,6 1252,4 Tanam III Ciherang 20,5 26,9 139,0 510,0 541,3 660,2 Inpari10 15,4 27,0 131,3 428,9 553,7 669,8 Inpari13 21,4 41,6 148,0 521,0 645,3 -
4.9 Intersepsi Radiasi Surya Radiasi surya yang diintersepsi oleh tajuk tanaman semakin meningkat seiring bertambahnya umur tanaman padi hingga radiasi intersepsi mencapai nilai maksimum yaitu sekitar umur 56 HST (Gambar 10 ), setelah itu nilai radiasi intersepsi turun. Hal tersebut karena ILD setelah umur 56 HST nilai juga turun (Gambar 8), sehingga kemampuan tanaman untuk mengintersepsi radiasi surya juga semakin kecil. Energi yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman padi berasal dari radiasi surya. Oleh karena itu jumlah radiasi yang terintersepsi oleh tajuk tanaman menjadi faktor penting untuk menentukan hasil produksi tanaman padi. Biscoe dan Gallagher
(1978) menyatakan jumlah radiasi matahari diintersepsi oleh tanaman merupakan penentu utama dari total bahan kering yang diproduksi. Rata-rata radiasi intersepsi tertinggi untuk semua varietas terjadi pada waktu tanam II. Hal ini karena waktu tanam II memiliki pertumbuhan yang lebih baik terutama pada bagian daun tanaman sehingga tanam II memiliki nilai ILD yang tinggi. ILD yang tinggi pada tanam II dapat mengintersepsi radiasi dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan tanam I dan tanam III. Varietas Inpari 13 merupakan varietas yang memiliki kemampuan intersepsi radiasi paling rendah, hal ini karena inpari 13 memiliki nilai ILD yang lebih kecil dari pada Ciherang dan Inpari 10 (Tabel 13).
Tabel 13 Intersepsi radiasi surya kumulatif tiga varietas padi pada tiga waktu tanam Intersepsi radiasi surya kumulatif (MJm-2) pada umur (HST) keWaktu Varietas Tanam 0-14 15-28 29-42 43-56 57-70 Tanam I
Tanam II
Tanam III
Ciherang
13,6
47,1
86,7
97,7
100,2
Inpari10
15,5
50,5
91,2
100,6
99,4
Inpari13
14,5
46,3
87,2
93,8
88,8
Ciherang
18,6
66,2
101,8
110,3
98,0
Inpari10
17,7
66,8
100,8
106,7
87,7
Inpari13
20,7
70,1
105,2
108,9
82,5
Ciherang
22,3
39,9
89,8
101,7
66,1
Inpari10
20,6
36,5
83,8
98,5
70,4
Inpari13
22,7
39,6
82,1
95,4
-
20
Intersepsi radiasi surya (MJm-2)
120 100 80 60 40
20 0 14
28
Intersepsi radiasi surya (MJm-2)
120
42
56
70
56
70
56
70
Umur tanaman (HST)
100 80 60 40 20 0 14
28
Interspsi radiasi surya (MJm-2)
120
42
Umur tanaman (HST)
100 80 60 40 20
0 14
28
42
Umur tanaman (HST)
Grafik 10 Intersepsi radiasi surya kumulatif pada waktu tanam I (gambar atas), tanam II (gambar tengah), tanam III (gambar bawah), untuk varietas Ciherang ( ), Inpari 10 ( ), Inpari 13 ( ) 4.10 Efisiensi Penggunaan Radiasi Surya Perhitugan efisiensi penggunaan radiasi surya (Radiation Use Efficiency, RUE) pada penelitian ini merupakan efisiensi penggunaan radiasi surya pada berat kering tanaman (BKT) diatas permukaan tanah (above ground biomass) yang terdiri dari berat kering daun, berat kering batang, dan berat kering malai padi. Analisis sidik ragam perbandingan nilai rata-rata RUE antar waktu tanam untuk setiap
varietas menunjukkan varietas Ciherang tanam III memiliki perbedaan yang nyata dengan tanam I dan tanam II, dimana tanam III memiliki nilai RUE terendah. Varietas Inpari 10 berbeda nyata untuk setiap waktu tanam, RUE tertinggi pada waktu tanam II. Varietas Inpari 13 pada tanam I tidak beda nyata dengan tanam II dan tanam III, sedangkan antara tanam II dan tanam III terdapat perbedaan yang nyata (Tabel 14).
21
Tabel 14 Perbandingan nilai rata-rata efisiensi penggunaan radiasi surya padi antar waktu tanam RUE (gMJ-1) PAR Waktu tanam Ulangan Ciherang Inpari 10 Inpari 13 Tanam I
1 2 3
3,07 3,08 3,32
2,68 2,41 2,82
2,96 2,90 2,75
rata-rata
3,16a
2,64b
2,87ab
Stdev
0,14
0,21
0,11
3,04 3,09 3,31
3,09 3,26 3,05
3,14 3,34 3,15
rata-rata
3,15a
3,14a
3,21a
Stdev
0,14
0,11
0,11
2,33 2,32 1,38
2,05 2,11 2,18
2,71 2,98 2,11
2,01b 0,54
2,11c 0,06
2,60b 0,45
Tanam II
1 2 3
Tanam III
1 2 3 rata-rata Stdev
Keterangan : - Angka pada masing – masing kolom yang ditandai huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5% - Stdev = standar deviasi
Perbedaan waktu tanam mempengaruhi intersepasi yang diterima setiap tanaman berbeda-beda, hal tersebut dapat menyebabkan nilai RUE setiap tanaman juga berbeda. Selain faktor intersepsi, faktor air juga berperan dalam menentukan nilai RUE. Tanaman yang mengalami cekaman air dalam fase pertumbuhan ataupun perkembangannya akan memiliki nilai RUE yang lebih kecil dibandingkan tanaman yang berada pada kondisi normal. Sheehy et al. (2007) menyatakan efisiensi penggunaan radiasi surya tanaman padi dibatasi oleh air dan nutrisi. Waktu tanam III merupakan waktu tanam yang memiliki nilai rata-rata RUE yang paling rendah (Tabel 14). Nilai rata-rata RUE untuk Ciherang, Inpari 10, dan Inpari 13 pada waktu tanam III berturut-turut adalah 2,01 gMJ-1 PAR, 2,11 gMJ-1 PAR, dan 2,60 gMJ-1 PAR. Nilai RUE yang rendah pada waktu tanam III sebagian besar dipengaruhi oleh kondisi cekaman air, dimana tanaman sejak umur 22 HST hingga panen sudah tidak mendapatkan air irigasi dan tidak lagi terjadi hujan. Waktu tanam II memiliki nilai rata-rata RUE paling tinggi. Nilai RUE Ciherang, Inpari 10, Inpari 13 berturut-turut adalah 3,15 gMJ-1 PAR, 3,14 gMJ-1 PAR, 3,21 gMJ-1 PAR. Nilai RUE yang tinggi ini dikarenakan faktor ketersediaan air cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman dan juga karena penentuan waktu tanam yang tepat sehingga faktor cuaca cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi. Nilai rata-rata RUE waktu tanam I juga tergolong cukup baik. Nilai RUE berturut-turut untuk Ciherang, Inpari 10, Inpari 13 adalah 3,16 gMJ-1 PAR, 2,64 gMJ-1 PAR, 2,87 gMJ-1 PAR (Tabel 14). Nilai RUE berbeda antar tanaman, sehingga setiap tanaman memiliki tingkat pertumbuhan, perkembangan, dan produktivitas yang berbeda. Beberapa penelitian telah melaporkan nilai-nilai yang berbeda untuk RUE tanaman, termasuk tanaman padi. Di Thailand, RUE untuk padi Suphanburi 90 adalah 2,77 - 3,20 gMJ-1 PAR dan untuk Chieng adalah 2.13 - 2,67 gMJ-1 PAR (Apakupakul 1995). Hal tersebut menunjukkan setiap varietas padi memiliki nilai RUE yang berbeda. Perbedaan nilai RUE setiap tanaman dikarenakan perbedaan nilai ILD, biomassa tanaman, dan besarnya radiasi yang diintersepsi oleh setiap tanaman. Akan tetapi pada penelitian ini secara umum ketiga varietas padi memiliki nilai RUE yang hampir sama (tidak beda nyata) pada setiap waktu tanam yang sama.
22
Tabel 15 Perbandingan nilai rata-rata efisiensi penggunaan radiasi surya padi antar varietas Waktu tanam Ulangan RUE (gMJ-1) PAR Tanam I
Tanam II
Tanam III
1
3,07
3,04
2,33
2
3,08
3,09
2,32
3
3,32
3,31
1,38
rata-rata
3,16a
3,15a
2,01a
Stdev
0,14
0,14
0,54
1
2,68
3,09
2,05
2
2,41
3,26
2,11
3
2,82
3,05
2,18
rata-rata
2,64b
3,14a
2,11a
Stdev
0,21
0,11
0,06
1
2,96
3,14
2,71
2
2,90
3,34
2,98
3
2,75
3,15
2,11
2,87ab
3,21a
2,60a
0,11
0,12
0,45
Ciherang
Inpari 10
Inpari 13
rata-rata Stdev
Keterangan : - Angka pada masing – masing kolom yang ditandai huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5% - Stdev = standar deviasi
Analisis sidik ragam nilai RUE antar varietas menunjukkan pada tanam I terdapat perbedaan yang nyata antara Ciherang dengan Inpari 10, sedangkan varietas Inpari 13 tidak berbeda nyata dengan Ciherang dan Inpari 10. Pada tanam I varietas Ciherang memiliki nilai RUE tertinggi, sedangkan Inpari 10 memiliki nilai terendah. Analisis sidik ragam pada tanam II dan tanam III antar varietas tidak terdapat perbedaan yang nyata (Tabel 15). Beberapa literatur nilai efisiensi penggunaan radiasi surya padi dengan menggunakan biomassa kering di atas
permukaan tanah (above ground biomass) di beberapa tempat dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel tersebut menunjukkan nilai RUE cukup bervariasi, berkisar antara 1,18 sampai 3,20 gMJ-1 PAR. Nilai rata-rata RUE pada penelitian berada pada selang nilai RUE yang ada pada literatur-literatur tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai RUE proporsional dengan hasi produktivitas padi, dimana rata-rata nilai RUE tertinggi pada tanam II memiliki produktivitas tertinggi dan RUE terendah pada tanam III memilii produktivitas yang paling rendah.
Tabel 16 Nilai efisiensi penggunaan radiasi surya dari beberapa literatur Sumber RUE Tempat (Varietas) (gMJ-1 PAR) Mitchell et al. (1998) 2,34 Filipina Ahmad et al (2008) 1,54 Pakistan Kiniry (1989) 2,20 USA Campbell (2000) 2,45 USA Sheehy dan Mitchell (2011) 2,90 Filipina Ahmad et al. (2009) 1,18-1,94 Pakistan Apakupakul (1995) 2,77-3,20 Thailand (Suphanburi 90) 2,13-2,67 Thailand (Chieng) Horie et al. (1997) 2,94 Japan 2,96 Australia
23
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kondisi kekeringan yang terjadi pada tanam III sejak fase vagetatif mengakibatkan pertumbuhan tinggi varietas Ciherang dan Inpari 10 tanam III lebih rendah dari tanam I dan tanam III. Sedangkan untuk pertumbuhan tinggi varietas Inpari 13 tanam III tidak menunjukkan pengaruh yang nyata dengan tanam I. Terjadinya kekeringan kurang memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah anakan dan jumlah anakan produktif pada ketiga varietas. Kekeringan pada tanam III dapat memicu perkembangan tanaman yang lebih cepat dari tanam normal, hal tersebut terlihat pada umur panen ketiga varietas yang lebih cepat dari tanam I dan tanam II. Pada kondisi air tercukupi (tanam I dan tanam II) produksi varietas Ciherang, Inpari 10, dan Inpari 13 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Akan tetapi, saat terjadi kekeringan (tanam III) ketiga varietas menunjukkan perbedaan yang nyata. Varietas Inpari 13 sebagai varietas genjah memiliki produksi yang lebih tinggi, sedangkan varietas Inpari 10 sebagai varietas tahan kekeringan justru memiliki produksi yang paling rendah. Oleh karena memiliki produksi paling tinggi saat terjadi kekeringan dan memiliki produksi tidak beda nyata dengan Ciherang dan Inpari 10 pada kondisi normal, maka Inpari 13 dapat dijadikan varietas alternatif jika diprediksi akan terjadi kekeringan. Kekurangan air pada tanam III sejak fase vegetatif juga mengakibatkan nilai ILD tanaman lebih kecil saat dewasa. Nilai ILD yang kecil menyebabkan radiasi yang terintersepsi oleh tanaman lebih rendah, sehingga biomassa yang dihasilkan tanaman juga lebih sedikit. Faktor kekurangan air juga mengakibatkan nilai RUE menjadi lebih kecil. Dari ketiga varietas yang ditanam dalam satu waktu tanam semuanya memiliki nilai RUE yang hampir sama. 5.1 Saran Penelitian tentang efisiensi penggunaan radiasi surya tanaman padi akan lebih akurat bila pengukuran nilai koefesien pemadaman tajuk (k) dilakukan secara langsung. Pengujian lebih lanjut tentang karakteristik Inpari 10 sebagai varietas tahan kekeringan diperlukan karena pada penelitian ini Inpari 10 menunjukkan hasil yang kurang bagus dibandingkan Ciherang dan Inpari 13.
Ketahanan Inpari 13 terhadap kekeringan juga sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA Ahmad A., Iqbal S., Ahmad S., Khaliq T., Nasim W., Husnain Z., Hussain A., Zia-Ul-Haq M., Hoogenboom G. 2009. Seasonal Growth, Radiation Interception, its Conversion Efficiency and Biomass Production of Oryza Sativa L. under Diverse Agroenvironments in Pakistan. Pak. J. Bot., 41 (3): 1241-1257, 2009. Ahmad S., Zia-Ul-Haq M., Ali H., Shad S. A., Ahmad A., Maqsood M., Khan M. B., Mehmood S., Hussain A. 2008. Water and Radiation Use Efficiencies of Transplanted Rice (Oryza Sativa L.) at Different Plant Densities and Irrigation Regimes Under Semi-Arid Environment. Pak. J. Bot., 40 (1): 199209. Apakupakul, R. 1995. Radiation use efficiency ofrice under different planting methods and environmental conditions. Songklanakarin J. Sci. Technol., 17(1): 23-33. Bey A., Las I. 1991. Kapita Selekta dalam Agrometeorologi. Strategi Pendekatan Iklim Dalam Usaha Tani. Dir. Jend. Pendidikan Tinggi . Dep. Dik Bud. 8390. Biscoe P. V., Gallagher J. N. 1978. Physical Analysis Of Cereal Yield. Production Of Dry Matter. Agric. Progress, 34-50. Boer R. 2002. Analisis Risiko Iklim untuk Produksi Pertanian. Pelatihan Dosen PT Se Sumatera-Kalimantan dalam Bidang Pemodelan dan Simulasi Pertanian dan Lingkungan. Jurusan Geofisika dan Meteorologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Campbell, C.S. 2000. A Field-Scale Study Of Carbon, Water, and Energy Flow in Irrigated Rice. Ph.D. diss. Texas A&M Univ., College Station. Chang J. H. 1986. Climate and Agriculture. An Ecology Survey. Adline&Co. New York. Curt M. D., Fernandez J., Martinez M. 1998. Productivity And Radiation Use Efficiency of Sweet Sorghum (Sorghum Bicolor L.) Moench cv. Keller in central Spain. Biomass Bioenergy, 14: 169-178.
24
De Datta. 1981. Principles and Practice of Rice Production. John Wiley and Sons Inc. New York. Fagi A. M., De Datta S. K. 1981. Environmental Factors Affecting Nitrogen Efficiency in Flooded Tropical Rice. Fertilizer Research, 2: 53-67. Gardner F. P., Pearce R. B., Mitchell R. L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerjemah Susilo H. Terjemahan dari: Physiology of Crop Plants. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Hadipoentyanti E. M., Hadad E. A., Hermanto. 1994. Peran Intensitas Radiasi Surya dan Indeks Luas Daun Terhadap Produksi Maksimal Tanaman. Buletin PERHIMPI. Vol. II. No. 1 dan 2 ; 49 – 52. Handoko. 1994. Dasar Penyusunan dan Aplikasi Model Aplikasi Komputer untuk Pertanian. Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMIPA - IPB. Bogor. 8285. Haryadi F. 2006. Uji Daya Hasil Pendahuluan Galur F5 Padi Sawah Tipe Baru (Oryza Sativa L.). Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hayashi K., Ito H., 1962. Studies on The Form of Plant in Rice Variueties With Particular Reference to The Efficiencyin utilizing Sunlight: The Significance of Extinction Cofficient in Rice Plant Communities. Proc. Crop Sci. Japan. 30: 329-333. Horie T., Ohnishi M., Angus J. F., Lewin L.G., Tsukaguchi T., Matano T. 1997. Physiological Characteristics of HighYielding Rice Inferred From CrossLocation Experiments. Field Crops Res. 52:55–67 Impron, Hening S., G. P. A. 2008. Simple Greenhouse Model as A Design Tool for Greenhouse in Tropical Lowland. Biosystems Engineering. 98 (1): 79-89. Doi: 10.1016/j.biosystemseng. 2007.03.028. Ismunadji M., Partohardjono S, Syam M, Widjono A. 1988. Padi (buku-1). Balai Tanaman Padi. Badan Litbang Pertanian. Bogor. Jumin H. B. 2002. Agroekologi Suatu Pendekatan Fisiologis. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Kiniry J. R., Jones C. A., O’Toole J. C., Blanchet R., Cabelguenne M,, Spanel
D. A. 1989. Radiation Use Efficiency in Biomass Accumulation Prior to Grain-Filling for Five Grain Crop Species. Field Crops Res., 20: 51-64. Limbong L, Oldeman L. R., Sutjipto, Maramis, Mudika, Sudrajat. 1980. Effects of Climate on The Growth and Yield of Rice. Dalam: Agroclimate Researche on Rice Secondary Crops. Special Series Vol. B. CRIA. Bogor. 30. Makarim A. K. 2009. Aplikasi Ekofisiologi dalam Sistem Produksi Berkelanjutan. Pengembangan Inovasi Pertanian, 2 (1) : 14-34. Mavi H. S., dan Tupper G. J. 2004. Agrometeorologi: Principles and Applications of Climate Studies in Agriculture. The Haworth Press, Inc. New York. Mitchell, P. L., J. E. Sheehy, and F. I. Woodward. 1998. Potential Yields and The Efficiency of Radiation Use in Rice. IRRI Discussion Paper Ser. 32. IRRI, Manila, Philippines. Monteith J. L., Unsworth M. H. 1973. Principles of Environmental Physics. Edward Arnold. London. Muyan Y. 2011. Efisiensi Penggunaan Radiasi Matahari Pada Pertanaman Padi Sawah: Studi Kasus di Daerah Prafi Kabupaten Manokwari Papua Barat. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. O’toole J. C., Chang T. T. 1979. Drought Resistance in Cereals-Rice: A Case Study, p. 373-406. Dalam: Harry Mussell and Richard C. Staples (Eds.). Stres Phsiology in Crop Plants. John Wiley and Sons Inc. Toronto. Oldeman L. R., Seshu D. V., Cady F. B. 1986. Response of Rice Rice to Weather Variables. Report of an IRRI/WMO Special Project. International Rice Research Institute. Los Banos, Philipines. 2. Remaja. 2011. Kondisi Wliyah. Indramayu: http://www.indramayukab.go.id. [21 November 2011]. Sheehy J. E., Ferrer A. B., Mitchell P. L., Elmido-Mabilangan A., Pablico P. Dionora M. J. A. 2007. How The Rice Crop Works and Why It Needs A New Engine. Dalam: Sheehy J. E., Mitchell P. L., Hardy B. (editors). Charting New Pathways to C4 Rice. International Rice Research Institute, Los Banos, Philippines. 3-26.
25
Sheehy J. E., Mitchell P. L. 2011. Rice and Global Food Security: The Race between Scientific Discovery and Catastrophe. Access Not Excess ed Charles Pasternak. London, 8: 81-90. Soenarno, Syarif R. 1995. Tinjauan Kekeringan Berdasarkan Karakteristik Sumber Air di pulau Jawa. Dalam Las I, et al. Prosiding Panel Diskusi Antisipasi Kekeringan dan Penanggulangan Jangka Panjang. 2627 Agustus 1994. Sukamandi. 1-26. Suprihatno B, Daradjat A. A., Satoto, Baehaki S. E., Suprihanto, Setyono A, Indrasari S. D, Wardana I. P, Sembiring H. 2010. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Tanaman Padi. Subang. Tanaka A. 1976. Comparison of Rice Growth in Different Environment. In Proc. of the Symposium on Climate and Rice. International Rice Research Institute. Los Banos. Philippines. 429-447.
Wiliams C. N. 1975. The Agronomy of the Major Tropical Crops. Oxford University Press. New York. Yoshida S. 1981. Fundamental of rice Crop Science. International Rice Research Institute. Los Banos. Philippines. Yoshida S., Forno D. A., Cock J. H., Gomez K. A. 1976. Laboratory Manual for Physiological Studies of Rice. International Rice Research Institute. Los Banos, Philipines. 83. Yoshida S, Parao F. T. 1978. Climate Influence on Yield and Components of Lowland Rice in Tropics. Proc. Of Simposium on Climate and Rice. International Rice Research Institute. Los Banos, Philipines. 471-494.
26
LAMPIRAN
27
Lampiran 1 Data cuaca selama penelitian Julian Tanggal Suhu rataCurah hujan date (mm) rata (⁰C) 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125
24-Mar-11 25-Mar-11 26-Mar-11 27-Mar-11 28-Mar-11 29-Mar-11 30-Mar-11 31-Mar-11 01-Apr-11 02-Apr-11 03-Apr-11 04-Apr-11 05-Apr-11 06-Apr-11 07-Apr-11 08-Apr-11 09-Apr-11 10-Apr-11 11-Apr-11 12-Apr-11 13-Apr-11 14-Apr-11 15-Apr-11 16-Apr-11 17-Apr-11 18-Apr-11 19-Apr-11 20-Apr-11 21-Apr-11 22-Apr-11 23-Apr-11 24-Apr-11 25-Apr-11 26-Apr-11 27-Apr-11 28-Apr-11 29-Apr-11 30-Apr-11 01-Mei-11 02-Mei-11 03-Mei-11 04-Mei-11 05-Mei-11
26,3 25,8 26,0 26,0 25,1 26,1 25,1 28,2 25,8 29,0 28,1 27,3 25,8 25,0 27,7 28,9 25,5 27,9 26,3 27,2 28,0 27,0 27,5 27,6 27,6 29,3 26,8 26,7 25,8 24,8 26,1 25,1 26,5 24,6 26,3 25,3 26,0 25,6 26,4 24,7
33 0 0 15 0 0 0 0 0 2 0 23 5 0 18 1 0 30 0 1 13 63 7 0 0 0 0 0 0 0 1 0 10 0 4 0 2 28 0 10 0 0 4
Kecepatan angin (ms-1) 1,7 1,5 1,2 1,6 1,3 1,8 1,0 1,5 1,7 1,4 1,2 1,4 0,9
Kelembaban udara (%) 85 94 98 81 89 83 82 73 86 76 91 82 85 85 79 68 85 75 72 75 71 73 87 81 79 73 81 82 87 89 89 89 88 92 86 87 86 86 86 91
Radiasi surya (MJm-2hari-1) 15,34 13,17 14,08 12,45 16,55 18,87 13,92 16,97 9,98 19,90 14,63 17,81 19,44 18,59 14,92 11,97 7,82 13,36 8,57 15,35 15,20 14,82 15,60 18,31 13,92 18,38 19,73 20,77 19,97 20,19 18,89 20,19 18,88 20,19 20,21 21,18 17,75 19,32 15,85 14,53 18,84 21,67 18,30
28
126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172
06-Mei-11 07-Mei-11 08-Mei-11 09-Mei-11 10-Mei-11 11-Mei-11 12-Mei-11 13-Mei-11 14-Mei-11 15-Mei-11 16-Mei-11 17-Mei-11 18-Mei-11 19-Mei-11 20-Mei-11 21-Mei-11 22-Mei-11 23-Mei-11 24-Mei-11 25-Mei-11 26-Mei-11 27-Mei-11 28-Mei-11 29-Mei-11 30-Mei-11 31-Mei-11 01-Jun-11 02-Jun-11 03-Jun-11 04-Jun-11 05-Jun-11 06-Jun-11 07-Jun-11 08-Jun-11 09-Jun-11 10-Jun-11 11-Jun-11 12-Jun-11 13-Jun-11 14-Jun-11 15-Jun-11 16-Jun-11 17-Jun-11 18-Jun-11 19-Jun-11 20-Jun-11 21-Jun-11
26,0 25,0 26,9 27,1 27,7 26,8 26,8 29,3 26,6 25,2 26,6 25,9 26,0 26,3 26,3 27,2 26,1 25,1 27,5 27,5 28,9 28,7 28,3 28,5 28,1 26,1 28,2 26,5 27,6 27,2 27,9 27,7 26,0 26,3 26,7 27,2 27,3 28,1 25,3 27,9 26,1 25,5 27,5 27,7 25,3 26,4 27,4
0 0 0 0 0 0 0 6 0 12 46 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 5 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1,5 1,2 1,4 1,5 1,2 1,2 1,3 1,5 0,7 1,5 1,5 1,1 1,1 1,1 1,4 1,0 1,1 1,3 1,1 1,0 0,9 1,0 1,1 1,2 1,0 0,9 1,5 1,1 1,3 1,0 0,6 0,8 0,7 0,6 0,9 1,1 0,7 0,9 0,8 1,2 1,2 1,1 0,9 1,0 0,9 0,8 1,0
88 92 85 84 81 86 86 86 86 96 86 92 87 87 89 91 88 89 85 82 86 87 80 94 95 90 92 94 94 96 90 91 88 86 82 78 77 91 89 93 92 92 85 89 94 90 92
21,17 18,44 20,63 20,93 22,21 20,66 21,95 20,98 12,85 19,67 21,68 22,12 20,28 21,36 20,25 17,02 20,95 20,86 20,41 20,72 20,84 19,59 20,73 20,74 20,38 20,54 20,89 19,81 17,42 20,56 17,50 20,25 18,75 19,56 20,20 20,30 21,23 18,70 19,24 20,08 21,45 21,55 21,30 20,98 19,05 19,78 19,50
29
173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219
22-Jun-11 23-Jun-11 24-Jun-11 25-Jun-11 26-Jun-11 27-Jun-11 28-Jun-11 29-Jun-11 30-Jun-11 01-Jul-11 02-Jul-11 03-Jul-11 04-Jul-11 05-Jul-11 06-Jul-11 07-Jul-11 08-Jul-11 09-Jul-11 10-Jul-11 11-Jul-11 12-Jul-11 13-Jul-11 14-Jul-11 15-Jul-11 16-Jul-11 17-Jul-11 18-Jul-11 19-Jul-11 20-Jul-11 21-Jul-11 22-Jul-11 23-Jul-11 24-Jul-11 25-Jul-11 26-Jul-11 27-Jul-11 28-Jul-11 29-Jul-11 30-Jul-11 31-Jul-11 01-Agust-11 02-Agust-11 03-Agust-11 04-Agust-11 05-Agust-11 06-Agust-11 07-Agust-11
26,5 26,6 25,7 25,5 25,8 26,8 26,9 27,9 26,3 26,3 25,8 25,3 25,8 26,9 25,2 25,2 25,3 27,0 26,5 26,6 26,6 27,7 28,8 28,8 26,9 26,5 26,2 26,7 26,4 27,1 27,1 27,5 28,0 27,2 24,8 26,8 26,7 28,2 27,0 26,6 26,3 26,1 25,6 25,5 26,3 26,0 25,2
0 0 0 0 0 0 0 28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1,0 0,8 0,9 1,2 1,4 0,9 0,8 0,9 0,9 0,8 1,1 1,1 1,1 0,8 1,5 1,0 1,7 1,0 1,0 0,6 1,3 1,2 1,1 1,1 1,1 1,5 1,2 1,2 1,4 1,4 1,0 1,1 1,4 1,6 2,2 1,1 2,3 2,3 1,9 1,9 2,3 2,3 2,0 3,5 2,3 2,0 1,8
92 76 92 99 92 94 93 92 93 94 93 93 94 93 93 96 96 97 97 97 96 94 96 96 96 95 95 97 97 96 97 95 95 96 95 97 96 97 96 97 93 93 93 93 93 93 95
19,44 19,74 19,55 20,50 18,15 18,22 18,09 20,36 16,57 17,42 19,38 19,45 20,13 18,82 20,72 20,65 20,08 19,13 20,03 19,67 20,22 20,21 21,00 21,17 20,94 20,98 20,38 20,33 19,34 21,00 21,07 21,48 21,77 21,71 21,48 20,74 20,75 21,64 21,56 21,89 18,09 18,66 20,64 20,37 19,93 20,03 20,22
30
220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243
08-Agust-11 09-Agust-11 10-Agust-11 11-Agust-11 12-Agust-11 13-Agust-11 14-Agust-11 15-Agust-11 16-Agust-11 17-Agust-11 18-Agust-11 19-Agust-11 20-Agust-11 21-Agust-11 22-Agust-11 23-Agust-11 24-Agust-11 25-Agust-11 26-Agust-11 27-Agust-11 28-Agust-11 29-Agust-11 30-Agust-11 31-Agust-11
25,3 26,1 26,7 26,6 26,6 27,2 28,3 28,8 27,9 26,7 26,3 26,5 26,6 26,8 27,1 27,3 27,7 27,6 26,0 25,8 26,8 27,5 27,6 26,8
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1,8 1,7 1,6 1,4 1,5 1,7 1,8 2,5 2,6 2,3 2,4 2,7 2,1 2,8 -
96 96 97 97 96 95 95 96 96 96 95 96 97 96 96 96 95 95 95 96 96 97 96 96
19,66 19,44 19,75 19,19 18,80 19,49 20,24 20,44 20,69 21,01 20,56 20,16 20,16 20,07 20,20 20,50 20,55 20,26 20,50 20,81 20,66 20,78 21,02 20,67
Keterangan : *Data radiasi diperoleh dari BB Padi Pusakanegara. Lampiran 2 Data tinggi tanaman padi pada waktu tanam I Varietas Ulangan
Umur tanaman (HST)
Inpari 10
1 2 3 Rata-rata Stdev
14 41 43 38 41 3
25 56 57 50 54 4
28 57 59 53 56 3
35 73 74 68 72 3
43 81 81 78 80 2
49 86 87 86 86 1
57 97 96 98 97 1
63 99 95 101 98 3
70 99 96 98 98 2
77 100 96 101 99 3
Inpari 13
1 2 3 Rata-rata Stdev
43 40 37 40 3
57 56 51 55 3
60 60 56 59 2
76 76 73 75 2
89 88 85 87 2
99 100 88 96 7
107 110 88 102 12
106 109 89 101 11
105 108 86 100 12
107 109 88 101 12
Ciherang
1 2 3 Rata-rata Stdev
41 42 36 40 3
56 58 52 55 3
60 59 56 58 2
75 75 70 73 3
83 87 79 83 4
89 92 85 89 4
101 102 101 101 1
101 103 101 102 1
103 103 100 102 2
103 103 102 103 1
Keterangan : stdev = standar deviasi
31
Lampiran 3 Data jumlah anakan padi pada waktu tanam I Varietas Ulangan 14 25 28 Inpari 10 1 9 17 21 2 9 17 20 3 7 17 20 Rata-rata 8 17 20 Stdev 1 0 1 Inpari 13
1 2 3 Rata-rata Stdev
Ciherang
1 2 3 Rata-rata stdev Keterangan : stdev = standar deviasi
Umur tanaman (HST) 35 43 49 57 30 32 31 27 27 26 24 22 26 28 24 22 28 29 26 24 2 3 4 3
63 18 18 20 19 1
70 22 17 17 19 3
77 21 18 18 19 2
7 8 6 7 1
15 15 13 14 1
18 15 16 16 2
23 22 20 22 2
21 21 21 21 0
19 21 20 20 1
19 20 20 20 1
16 17 19 17 2
14 16 19 16 3
16 16 19 17 2
6 7 7 7 1
13 15 14 14 1
15 17 17 16 1
22 24 24 23 1
21 24 23 23 2
22 22 22 22 0
19 20 20 20 1
17 16 19 17 2
17 17 17 17 0
17 16 16 16 0
Lampiran 4 Data jumlah anakan produktif padi pada waktu tanam I Varietas Ulangan Umur tanaman (HST) Inpari 10
Inpari 13
Ciherang
14
25
28
35
43
49
57
63
70
77
1
0
0
0
0
0
1
9
13
18
20
2
0
0
0
0
0
2
9
10
11
14
3
0
0
0
0
0
0
11
15
13
15
Rata-rata
0
0
0
0
0
1
10
13
14
16
Stdev
0
0
0
0
0
1
1
3
4
3
1
0
0
0
0
0
3
10
11
12
14
2
0
0
0
0
0
4
11
12
11
12
3
0
0
0
0
0
0
3
3
3
8
Rata-rata
0
0
0
0
0
2
8
9
9
11
Stdev
0
0
0
0
0
2
4
5
5
3
1
0
0
0
0
0
0
14
15
16
15
2
0
0
0
0
0
1
13
15
15
15
3
0
0
0
0
0
0
11
15
16
16
Rata-rata
0
0
0
0
0
0
13
15
16
15
stdev
0
0
0
0
0
1
2
0
1
0
Keterangan : stdev = standar deviasi
32
Lampiran 5 Data tinggi tanaman padi pada waktu tanam II Varietas Ulangan Umur tanaman (HST) Inpari 10
Inpari 13
Ciherang
3
12
14
21
28
35
42
49
56
63
70
77
1
29
40
45
54
62
77
89
97
110
113
113
114
2 3
33 27
39 35
45 42
54 52
60 61
76 76
88 89
97 99
113 111
116 116
116 115
113 116
Rata-rata
30
38
44
53
61
76
89
98
111
115
115
114
Stdev
3
3
2
1
1
1
1
1
2
2
1
2
1
32
36
42
52
63
80
92
105
115
116
117
117
2
32
38
44
55
65
87
101
114
122
123
124
124
3
32
37
45
57
67
87
99
115
122
122
123
123
Rata-rata Stdev
32 0
37 1
44 2
55 3
65 2
85 4
97 5
111 6
120 4
120 4
121 4
121 4
1
28
35
40
51
60
74
87
95
101
104
105
105
2
29
36
42
53
59
75
90
99
109
112
112
112
3
26
34
42
52
62
78
92
99
109
112
112
114
Rata-rata
28
35
41
52
60
76
90
98
106
109
110
110
Stdev
2
1
1
1
2
2
3
2
5
5
4
5
Keterangan : stdev = standar deviasi Lampiran 6 Data jumlah anakan padi pada waktu tanam II Varietas Ulangan Umur tanaman (HST) Inpari 10
Inpari 13
Ciherang
3
12
14
21
28
35
42
49
56
63
70
77
1
4
8
10
20
25
32
30
26
18
18
17
17
2 3
3 5
5 5
7 7
17 13
22 19
28 25
27 23
25 17
17 16
17 18
16 17
16 16
Rata-rata
4
6
8
17
22
28
27
23
17
18
17
16
Stdev
1
2
2
4
3
4
4
5
1
1
0
1
1
4
6
9
16
20
22
22
20
15
16
16
16
2
3
6
8
16
19
22
22
19
15
17
16
15
3
5
7
10
19
23
25
23
18
17
20
19
19
Rata-rata Stdev
4 1
6 1
9 1
17 2
21 2
23 2
22 1
19 1
16 1
18 2
17 2
17 2
1 2
4 4
7 5
9 7
19 15
22 18
26 23
25 20
23 16
17 17
20 18
18 17
18 15
3
5
6
9
15
21
24
23
20
18
20
19
19
Rata-rata Stdev
4 1
6 1
8 1
16 2
20 2
24 2
23 3
20 4
17 1
19 1
18 1
17 2
Keterangan : stdev = standar deviasi
33
Lampiran 7 Data jumlah anakan produktif pada waktu tanam II Varietas Ulangan Umur tanaman (HST) Inpari 10
Inpari 13
Ciherang
3
12
14
21
28
35
42
49
56
63
70
77
1 2
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
2 0
16 14
17 16
16 16
17 16
3
0
0
0
0
0
0
0
0
9
15
15
15
Rata-rata Stdev
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
1 1
13 4
16 1
16 1
16 1
1
0
0
0
0
0
0
0
3
13
15
16
16
2 3
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
2 2
13 13
15 16
15 16
15 17
Rata-rata Stdev
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
2 1
13 0
15 1
16 1
16 1
1 2
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
13 9
17 15
17 15
17 15
3
0
0
0
0
0
0
0
0
10
18
18
18
Rata-rata
0
0
0
0
0
0
0
0
11
17
17
17
Stdev
0
0
0
0
0
0
0
0
2
2
1
2
Keterangan : stdev = standar deviasi Lampiran 8 Data tinggi tanaman padi pada waktu tanam III Varietas Ulangan Umur tanaman (HST) Inpari 10
Inpari 13
Ciherang
1
8
15
22
29
36
43
49
57
64
73
1
41
40
41
47
56
64
72
73
76
77
59
2 3
31 41
42 44
42 44
47 49
58 58
65 65
69 70
73 73
75 77
76 78
77 67
Rata-rata Stdev
38 6
42 2
42 2
48 1
57 1
65 0
71 1
73 0
76 1
77 1
68 9
1
34
42
44
53
66
75
90
93
92
92
2 3
33 27
44 44
46 43
54 49
65 61
77 74
90 82
94 89
93 90
92 88
Rata-rata Stdev
31 4
43 1
44 2
52 2
64 2
75 2
87 4
92 2
91 2
91 3
1
35
38
41
47
56
66
71
72
74
74
60
2 3 Rata-rata
35 36 35
44 44 42
45 40 42
51 48 49
62 59 59
70 67 68
77 72 73
79 75 75
79 76 76
79 76 76
79 58 66
Stdev
1
3
3
2
3
2
3
3
2
2
12
Keterangan : stdev = standar deviasi
PANEN
34
Lampiran 9 Data jumlah anakan padi pada waktu tanam III Varietas Ulangan Umur tanaman (HST) 1
8
15
22
29
36
43
49
57
64
73
1
3
4
8
13
19
26
28
29
25
22
19
2
4
4
9
16
23
29
30
29
23
20
17
3
3
3
7
14
21
27
29
28
25
20
18
Rata-rata
3
4
8
14
21
27
29
28
24
21
18
Stdev
1
1
1
1
2
2
1
0
1
1
1
1
2
2
6
11
15
17
18
18
17
15
2
3
3
7
12
14
17
16
17
15
14
3
3
3
7
12
16
19
19
19
17
17
Rata-rata
3
3
7
12
15
18
18
18
17
15
Stdev
1
1
1
0
1
1
2
1
1
1
1
3
4
10
15
20
25
26
26
23
19
17
2
3
3
9
16
20
25
25
24
22
19
16
3
3
4
7
13
19
23
25
25
22
18
17
Rata-rata
3
4
9
15
20
24
25
25
22
19
17
Stdev
0
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
Inpari 10
Inpari 13
Ciherang
PANEN
Keterangan : stdev = standar deviasi Lampiran 10 Data jumlah anakan produktif padi pada waktu tanam III Varietas Ulangan Umur tanaman (HST) Inpari 10
Inpari 13
Ciherang
1
8
15
22
29
36
43
49
57
64
73
1
0
0
0
0
0
0
0
0
3
11
12
2 3
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
7 5
16 17
12 14
Rata-rata
0
0
0
0
0
0
0
0
5
15
13
Stdev
0
0
0
0
0
0
0
0
2
3
1
1
0
0
0
0
0
0
3
7
12
13
2
0
0
0
0
0
0
2
9
11
12
3
0
0
0
0
0
0
0
6
15
14
Rata-rata
0
0
0
0
0
0
2
7
13
13
Stdev
0
0
0
0
0
0
2
2
2
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
4
11
12
2 3
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
5 3
15 11
14 8
Rata-rata
0
0
0
0
0
0
0
0
4
12
11
Stdev
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
3
Keterangan : stdev = standar deviasi
PANEN
35
Lampiran 11 Lokasi penelitian
Lampiran 12 Analisis sidik ragam tinggi tanaman antar waktu tanam Tinggi tanaman o Ciherang - Data tinggi tanaman varietas Ciherang Perlakuan Kelompok Tinggi Tanaman Tanam1
1
103
Tanam1
2
103
Tanam1
3
102
Tanam2
1
105
Tanam2
2
112
Tanam2
3
114
Tanam3
1
60
Tanam3
2
79
Tanam3
3
58
ANOVA Source df Type III SS MS F P ------------------------- -------- ----------- --------- --------- ----- --Blocks 2 123.56 61.78 1.30 .3679 ns Main Effects Perlakuan 2 3422.89 1711.44 35.94 .0028 ** Error 4 190.44 47.611<------------------------- -------- ----------- --------- --------- ----- --Total 8 3736.89 Model 4 3546.44 886.61 18.62 .0075 ** R^2 = SSmodel/SStotal = 0.95 Root MSerror = sqrt(MSerror) = 6.90 Mean Y = 92.89 Coefficient of Variation = (Root MSerror) / abs(Mean Y) * 100% = 7.43% Compare Means Factor: 1) Perlakuan Test: Duncan's Significance Level: 0.05 Variance: 47.61 Degrees of Freedom: 4 n Means = 3
36
LSD 0.05 = 15.64 Rank Mean Name Mean n Non-significant ranges ----- --------- ------------- ------- ---------------------------------------1 Tanam2 110 3a 2 Tanam1 103 3a 3 Tanam3 66 3 b o
Inpari 10 - Data tinggi tanaman padi varietas Inpari 10 Perlakuan Kelompok Tinggi Tanaman Tanam1
1
100
Tanam1
2
96
Tanam1
3
101
Tanam2
1
114
Tanam2
2
113
Tanam2
3
116
Tanam3
1
59
Tanam3
2
77
Tanam3
3
67
- ANOVA Source df Type III SS MS F P ------------------------- -------- ----------- --------- --------- ----- --Blocks 2 32.67 16.33 0.44 .6722 ns Main Effects Perlakuan 2 3394.67 1697.33 45.67 .0018 ** Error 4 148.67 37.17<------------------------- -------- ----------- --------- --------- ----- --Total 8 3576 Model 4 3427.33 856.83 23.05 .0050 ** R^2 = SSmodel/SStotal = 0.96 Root MSerror = sqrt(MSerror) = 6.10 Mean Y = 93.67 Coefficient of Variation = (Root MSerror) / abs(Mean Y) * 100% = 6.51% Compare Means Factor: 1) Perlakuan Test: Duncan's Significance Level: 0.05 Variance: 37.167 Degrees of Freedom: 4 n Means = 3 LSD 0.05 = 13.82 Rank Mean Name Mean n Non-significant ranges ----- --------- ------------- ------- ---------------------------------------1 Tanam2 114 3a 2 Tanam1 99 3 b 3 Tanam3 68 3 c
37
o
Inpari 13 - Data tinggi tanaman padi varietas Inpari 13 Perlakuan Kelompok Tinggi Tanaman Tanam1 1 107 Tanam2
1
117
Tanam3
1
92
Tanam1
2
109
Tanam2
2
124
Tanam3
2
92
Tanam1
3
88
Tanam2
3
123
Tanam3
3
88
-
ANOVA Source df Type III SS MS F P ------------------------- -------- ----------- --------- --------- ----- --Blocks 2 116.22 58.11 1.21 .3877 ns Main Effects Perlakuan 2 1454.22 727.11 15.16 .0136 * Error 4 191.78 47.944<------------------------- -------- ----------- --------- --------- ----- --Total 8 1762.22 Model 4 1570.44 392.61 8.18 .0330 * R^2 = SSmodel/SStotal = 0.89 Root MSerror = sqrt(MSerror) = 6.92 Mean Y = 104.44 Coefficient of Variation = (Root MSerror) / abs(Mean Y) * 100% = 6.62% Compare Means Factor: 1) Perlakuan Test: Duncan's Significance Level: 0.05 Variance: 47.94 Degrees of Freedom: 4 n Means = 3 LSD 0.05 = 15.70 Rank Mean Name Mean n Non-significant ranges ----- --------- ------------- ------- ---------------------------------------1 Tanam2 121 3a 2 Tanam1 101 3 b 3 Tanam3 91 3 b
-
Hasil Anova tinggi tanaman padi pada tiga waktu tanam Waktu Tanam Tinggi Tanaman (cm) Ciherang
Inpari 10
Inpari 13
Tanam I
103a
99a
101b
Tanam II
110a
114b
121a
Tanam III
66b
68c
91b
38
Lampiran 13 Data luas daun tanaman padi pada waktu tanam I Varietas Ulangan Luas daun (cm2) pada umur (HST) keInpari10
1 2 3 rata-rata Stdev
Inpari13
28
42
56
70
260,8 213,5 206,6
1059,1 1533,6 1027,4
2120,7 1950,0 2375,1
2609,0 2074,6 2476,5
1596,0 947,4 1361,1
227,0
1206,7
2148,6a
2386,7a
1301,5a
29,5
283,6
213,9
278,3
328,4
1
231,3
1163,8
1951,2
2049,0
884,3
2 3
224,9 168,0
1108,1 975,3
2057,1 1768,8
1647,6 1702,6
1212,7 1335,0
208,1
1082,4
1925,7a
1799,7b
1144,0a
34,8
96,8
145,8
217,6
233,1
1
218,0
1136,5
1799,3
2319,7
1430,3
2 3
194,5 180,9
1270,3 869,4
2357,3 1716,0
1929,1 2327,2
1459,1 1252,3
197,8
1092,0
1957,5a
2192,0a
1380,5a
18,7
204,1
348,7
227,7
112,0
rata-rata Stdev Ciherang
14
rata-rata Stdev
Keterangan: stdev = standar deviasi Angka pada kolom nilai rata-rata setiap varietas yang ditandai huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5% Lampiran 14 Data berat daun tanaman padi pada waktu tanam I Varietas Ulangan Berat daun (gram) umur (HST) ke14
28
42
56
70
1
0,9
4,5
10,9
11,8
7,6
2 3
0,8 0,7
5,6 3,7
9,8 11,7
9,2 10,7
5,0 7,2
rata-rata
0,8
4,6
10,8a
10,5a
6,6a
stdev
0,1
1,0
0,9
1,3
1,4
1 2
0,9 0,9
4,9 5,1
9,3 10,3
9,7 8,4
5,4 7,6
3
0,6
3,9
8,7
8,1
6,7
rata-rata
0,8
4,6
9,5a
8,8a
6,6a
stdev
0,1
0,6
0,8
0,8
1,2
1 2
0,7 0,7
4,5 4,9
10,3 11,8
10,2 9,6
7,7 8,7
3
Inpari10
Inpari13
Ciherang
0,6
3,3
8,8
11,2
7,2
rata-rata
0,7
4,2
10,3a
10,3a
7,9a
stdev
0,0
0,8
1,5
0,8
0,8
Keterangan: stdev = standar deviasi Angka pada kolom nilai rata-rata setiap varietas yang ditandai huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%
39
Lampiran 15 Data berat batang tanaman padi pada waktu tanam I Varietas Ulangan Berat batang (gram) umur (HST) ke14
28
42
56
70
1
1,0
4,6
15,9
41,3
27,7
2
0,9
5,9
15,3
32,3
26,9
3
0,8
3,7
18,8
32,9
28,1
rata-rata
0,9
4,7
16,7a
35,5a
27,6ab
stdev
0,1
1,1
1,8
5,0
0,6
1
0,9
4,8
14,3
33,8
26,7
2 3
0,9 0,7
5,3 3,8
18,4 12,4
29,9 33,5
23,7 24,2
rata-rata
0,8
4,6
15,0a
32,4a
24,8b
stdev
0,1
0,8
3,0
2,1
1,6
0,7 0,7 0,7
4,3 4,5 3,3
13,6 18,0 12,1
33,6 35,6 38,5
27,4 29,0 28,9
rata-rata
0,7
4,1
14,6a
35,9a
28,4a
stdev
0,0
0,6
3,1
2,5
0,9
Inpari10
Inpari13
Ciherang
1 2 3
Keterangan: stdev = standar deviasi Angka pada kolom nilai rata-rata setiap varietas yang ditandai huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5% Lampiran 16 Data berat malai padi pada waktu tanam I Varietas Ulangan Berat malai padi (gram) umur (HST) ke14
28
42
56
70
0,0 0,0 0,0
0,0 0,0 0,0
0,0 0,0 0,0
0,0 0,0 0,0
25,91 23,67 26,94
rata-rata
0,0
0,0
0,0
0,0
25,5b
stdev
0,0
0,0
0,0
0,0
1,7
1 2
0,0 0,0
0,0 0,0
0,0 0,0
0,0 0,0
31,73 29,80
3
0,0
0,0
0,0
0,0
24,81
rata-rata
0,0
0,0
0,0
0,0
28,8ab
stdev
0,0
0,0
0,0
0,0
3,6
0,0 0,0 0,0
0,0 0,0 0,0
0,0 0,0 0,0
0,0 0,0 0,0
33,2 31,0 33,1
rata-rata
0,0
0,0
0,0
0,0
32,4a
stdev
0,0
0,0
0,0
0,0
1,2
Inpari10
1 2 3
Inpari13
Ciherang
1 2 3
Keterangan: stdev = standar deviasi Angka pada kolom nilai rata-rata setiap varietas yang ditandai huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%
40
Lampira 17 Data luas daun tanaman padi pada waktu tanam II Varietas Ulangan Luas daun (cm2) Umur (HST) keInpari 10
14
28
42
56
70
347,7 310,5 313,2
1762,1 1663,0 1596,7
2282,1 2835,6 2500,6
2042,3 1870,1 2741,6
904,0 1159,0 1676,1
323,8
1673,9
2539,5a
2218,0a
1246,4b
1
20,7 419,3
83,2 1988,8
278,8 2913,7
461,6 1945,1
393,4 1025,7
2 3
350,8 339,9
1783,3 1776,6
2791,3 2958,1
1805,4 2782,0
1060,1 1561,9
370,0
1849,6
2887,7a
2177,5a
1215,9b
43,1
120,6
86,4
528,1
300,1
1
275,4
1547,7
2789,1
2007,6
1261,2
2 3
288,4 356,0
1918,9 1585,4
2633,2 2584,0
3324,0 2642,3
2381,0 2288,6
306,6
1684,0
2668,7a
2658,0a
1976,9a
43,3
204,3
107,1
658,3
621,6
1 2 3 rata-rata stdev
Inpari 13
rata-rata stdev Ciherang
rata-rata stdev
Keterangan: stdev = standar deviasi Angka pada kolom nilai rata-rata setiap varietas yang ditandai huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5% Lampiran 18 Data berat daun tanaman padi pada waktu tanam II Varietas Ulangan Berat daun (gram) Umur (HST) ke14
28
42
56
70
1,3 1,1 1,1
7,3 7,9 7,6
10,2 12,6 10,4
9,6 9,0 12,8
6,2 7,3 9,3
rata-rata
1,2
7,6
11,0a
10,5a
7,6b
stdev
0,1
0,3
1,3
2,0
1,6
1 2
1,7 1,3
9,4 8,8
12,5 12,2
9,3 9,0
6,5 6,8
3
1,3
8,1
13,3
14,6
8,7
1,4
8,8
12,7a
11,0a
7,3b
0,2
0,6
0,6
3,1
1,2
1,0 1,0 1,3
7,1 8,9 7,1
12,3 11,8 11,2
9,5 15,1 12,2
7,3 12,1 12,1
rata-rata
1,1
7,7
11,8a
12,3a
10,5a
stdev
0,1
1,0
0,5
2,8
2,8
Inpari 10
1 2 3
Inpari 13
rata-rata stdev Ciherang
1 2 3
Keterangan: stdev = standar deviasi Angka pada kolom nilai rata-rata setiap varietas yang ditandai huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%
41
Lampiran 19 Data berat batang tanaman padi pada waktu tanam II Varietas Ulangan Berat batang (gram) Umur (HST) ke14
28
42
56
70
1
1,4
7,6
22,4
34,5
33,1
2 3
1,3 1,2
8,7 8,1
26,2 16,0
29,7 33,9
33,6 32,7
rata-rata
1,3
8,1
21,5a
32,7a
33,1a
stdev
0,1
0,6
5,1
2,7
0,4
1
1,7
8,9
25,8
30,8
28,3
2 3
1,5 1,3
8,9 8,4
25,4 22,9
25,1 37,9
28,9 28,6
rata-rata
1,5
8,7
24,7a
31,3a
28,6a
stdev
0,2
0,3
1,6
6,4
0,3
1,1 1,1 1,3
7,8 7,9 7,1
23,3 18,7 17,3
30,2 38,6 29,6
29,0 30,5 37,5
rata-rata
1,2
7,6
19,8a
32,8a
32,3a
stdev
0,1
0,4
3,1
5,0
4,6
Inpari 10
Inpari 13
Ciherang
1 2 3
Keterangan: stdev = standar deviasi Angka pada kolom nilai rata-rata setiap varietas yang ditandai huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5% Lampiran 20 Data berat malai padi pada tanam II Varietas Ulangan Berat malai (gram) Umur (HST) ke14
28
42
56
70
0,0 0,0 0,0
0,0 0,0 0,0
0,0 0,0 0,0
12,4 8,8 11,3
39,3 41,9 38,1
rata-rata
0,0
0,0
0,0
10,8a
39,8b
stdev
0,0
0,0
0,0
1,9
1,9
0,0 0,0 0,0
0,0 0,0 0,0
0,0 0,0 0,0
14,2 14,1 14,8
41,2 43,7 42,1
rata-rata
0,0
0,0
0,0
14,4a
42,4a
stdev
0,0
0,0
0,0
0,3
1,3
0,0 0,0 0,0
0,0 0,0 0,0
0,0 0,0 0,0
8,8 13,3 8,1
34,8 38,3 33,2
rata-rata
0,0
0,0
0,0
10,1a
35,5c
stdev
0,0
0,0
0,0
2,8
2,6
Inpari 10
1 2 3
Inpari 13
1 2 3
Ciherang
1 2 3
Keterangan: stdev = standar deviasi Angka pada kolom nilai rata-rata setiap varietas yang ditandai huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%
42
Lampiran 21 Data luas daun tanaman padi pada waktu tanam III varietas Ulangan Luas daun (cm2) Umur (HST) keInpari 10
1 2 3 rata-rata stdev
Inpari 13
28
42
56
70
188,1 206,9 224,1
742,4 726,5 792,0
1720,3 2003,5 2041,8
1507,4 1305,7 1400,1
839,4 663,5 789,3
206,4
753,6
1921,8a
1404,4a
764,1 90,6
18,0
34,2
175,6
100,9
1
294,5
959,5
1960,5
929,6
2 3
301,3 319,3
721,7 652,3
1712,2 1973,1
1242,9 645,1
305,0
777,8
1881,9a
939,2a
12,8
161,1
147,1
299,0
1
239,3
890,1
2043,0
1110,0
629,1
2 3
242,5 220,5
764,9 882,6
2086,5 2500,2
1573,2 1457,4
619,8 663,5
234,1
845,9
2209,9a
1380,2a
637,4
11,9
70,2
252,3
241,1
23,0
rata-rata stdev Ciherang
14
rata-rata stdev
PANEN
Keterangan: stdev = standar deviasi Angka pada kolom nilai rata-rata setiap varietas yang ditandai huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5% Lampiran 21 Data berat daun tanaman padi pada waktu tanam III Varietas Ulangan Berat daun (gram) Umur (HST) keInpari 10
14
28
42
56
70
1
0,7
3,4
9,6
8,2
6,3
2 3
0,8 0,9
3,5 3,8
10,3 10,2
7,3 8,6
5,0 6,0
0,8
3,6
10,1a
8,0a
5,7 0,7
rata-rata stdev
0,1
0,2
0,4
0,7
1 2
1,2 1,2
4,9 3,5
10,3 9,6
6,3 7,4
3
1,3
3,7
10,9
5,3
rata-rata
1,3
4,0
10,3a
6,4a
stdev
0,1
0,7
0,6
1,1
1 2
0,8 0,9
4,1 3,4
11,0 9,9
6,4 8,7
5,2 6,0
3
0,8
4,1
13,8
7,8
4,9
rata-rata
0,8
3,8
11,6a
7,6a
5,4
stdev
0,1
0,4
2,0
1,2
0,6
Inpari 13
Ciherang
PANEN
Keterangan: stdev = standar deviasi Angka pada kolom nilai rata-rata setiap varietas yang ditandai huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%
43
Lampiran 22 Data berat batang tanaman padi pada waktu tanam III Varietas Ulangan Berat batang (gram) Umur (HST) ke14
28
42
56
70
1
0,9
4,1
14,8
23,0
26,1
2 3
0,9 0,9
5,4 4,4
16,4 16,5
23,9 24,7
28,2 29,7
rata-rata
0,9
4,6
15,9a
23,9a
28,0
Stdev
0,0 1,3 1,4 1,4
0,6 6,2 5,2 4,3
1,0 21,8 19,8 21,1
0,9 20,9 21,3 16,1
1,8
rata-rata
1,3
5,2
20,9a
19,4b
Stdev
0,1
1,0
1,0
2,9
0,9 0,9 0,8
4,8 4,7 5,0
16,4 19,0 24,2
21,8 24,0 20,2
26,1 25,2 18,4
rata-rata
0,9
4,9
19,9a
22,0ab
23,2
Stdev
0,1
0,2
4,0
1,9
4,2
Inpari 10
Inpari 13
1 2 3
Ciherang
1 2 3
PANEN
Keterangan: stdev = standar deviasi Angka pada kolom nilai rata-rata setiap varietas yang ditandai huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5% Lampiran 23 Data berat malai padi pada tanam III Varietas Ulangan Berat malai (gram) Umur (HST) ke14
28
42
56
70
0,0 0,0 0,0
0,0 0,0 0,0
0 2,57 0
1,26 3,70 3,20
7,85 8,09 8,43
0,0
0,0
0,9a
2,7b
8,1
0,0 0,0 0,0 0,0
0,0 0,0 0,0 0,0
1,5 1,98 2,11 0
1,3 16,03 16,63 11,00
0,3
rata-rata
0,0
0,0
1,4a
14,6b
stdev
0,0
0,0
1,2
3,1
0,0 0,0 0,0
0,0 0,0 0,0
0 1,32 0
5,66 3,73 3,29
15,09 16,23 6,60
rata-rata
0,0
0,0
0,4a
4,2b
12,6
stdev
0,0
0,0
0,8
1,3
5,3
Inpari 10
1 2 3 rata-rata stdev
Inpari 13
1 2 3
Ciherang
1 2 3
PANEN
Keterangan: stdev = standar deviasi Angka pada kolom nilai rata-rata setiap varietas yang ditandai huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%
44
Lampiran 24 Data indeks luas daun Waktu Tanam
Varietas
0
14
28
42
56
70
0,16 0,16 0,16
0,42 0,34 0,33
1,69 2,45 1,64
3,39 3,12 3,80
4,17 3,32 3,96
2,55 1,52 2,18
rata-rata
0,16
0,36
1,93
3,44
3,82
2,08
stdev
0,00
0,05
0,45
0,34
0,45
0,53
1
0,15
0,37
1,86
3,12
3,28
1,41
2 3
0,15 0,15
0,36 0,27
1,77 1,56
3,29 2,83
2,64 2,72
1,94 2,14
0,15 0,00
0,33 0,06
1,73 0,15
3,08 0,23
2,88 0,35
1,83 0,37
1
0,13
0,35
1,82
2,88
3,71
2,29
2 3
0,13 0,13
0,31 0,29
2,03 1,39
3,77 2,75
3,09 3,72
2,33 2,00
rata-rata
0,13
0,32
1,75
3,13
3,51
2,21
stdev
0,00
0,03
0,33
0,56
0,36
0,18
0,13 0,13 0,13
0,56 0,50 0,50
2,82 2,66 2,55
3,65 4,54 4,00
3,27 2,99 4,39
1,45 1,85 2,68
rata-rata
0,13
0,52
2,68
4,06
3,55
1,99
stdev
0,00
0,03
0,13
0,45
0,74
0,63
1 2
0,14 0,14
0,67 0,56
3,18 2,85
4,66 4,47
3,11 2,89
1,64 1,70
3
0,14
0,54
2,84
4,73
4,45
2,50
rata-rata
0,14
0,59
2,96
4,62
3,48
1,95
stdev
0,00
0,07
0,19
0,14
0,84
0,48
1 2
0,17 0,17
0,44 0,46
2,48 3,07
4,46 4,21
3,21 5,32
2,02 3,81
3
0,17
0,57
2,54
4,13
4,23
3,66
0,17
0,49
2,69
4,27
4,25
3,16
0,00
0,07
0,33
0,17
1,05
0,99
0,30 0,30 0,30
0,30 0,33 0,36
1,19 1,16 1,27
2,75 3,21 3,27
2,41 2,09 2,24
1,34 1,06 1,26
rata-rata
0,30
0,33
1,21
3,07
2,25
1,22
stdev
0,00
0,03
0,05
0,28
0,16
0,15
0,30 0,30 0,30
0,47 0,48 0,51
1,54 1,15 1,04
3,14 2,74 3,16
1,49 1,99 1,03
0,00 0,00 0,00
rata-rata
0,30
0,49
1,24
3,01
1,50
0,00
stdev
0,00
0,02
0,26
0,24
0,48
0,00
1
0,32
0,38
1,42
3,27
1,78
1,01
2
0,32
0,39
1,22
3,34
2,52
0,99
1 2 3
Inpari10
Tanam I
Indeks luas daun pada umur (HST) ke-
Ulangan
Inpari13 rata-rata stdev
Ciherang
1 2 3
Inpari10
Tanam II
Inpari13
Ciherang rata-rata stdev
1 2 3
Inpari10
Tanam III
1 2 3
Inpari13
Ciherang
45
3 rata-rata stdev Keteranga: stdev = standar deviasi
0,32
0,35
1,41
4,00
2,33
1,06
0,32
0,37
1,35
3,54
2,21
1,02
0,00
0,02
0,11
0,40
0,39
0,04
Lampiran 24 Data biomassa kering tanaman padi per m2 Berat kering tanaman (gm-2)pada umur (HST) keWaktu Tanam Varietas Ulangan 0 14 28 42 56 70 1
13,9 13,9 13,9 13,9
29,9 26,9 24,1 27,0
144,9 183,8 117,6 148,8
429,2 402,4 487,5 439,7
849,5 663,0 698,1 736,9
979,5 889,4 995,5 954,8
0,0
2,9
33,3
43,5
99,1
57,2
12,8 12,8
28,5 28,7
155,3 166,7
378,0 458,8
695,8 613,9
1020,0 978,2
12,8 12,8
21,2 26,1
123,3 148,4
338,8 391,9
665,4 658,4
890,5 962,9
0,0
4,3
22,5
61,2
41,4
66,1
rata-rata
9,9 9,9 9,9 9,9
22,9 22,4 21,1 22,2
141,2 150,0 106,3 132,5
382,0 476,7 334,2 397,7
701,7 722,9 795,4 740,0
1092,1 1098,2 1108,0 1099,4
stdev
0,0
0,9
23,1
72,5
49,2
8,0
8,6 8,6 8,6 8,6
36,8 32,3 30,2 33,1
189,9 220,6 181,1 197,2
417,1 446,6 466,1 443,3
1013,5 801,1 911,0 908,5
1172,1 1216,7 1207,1 1198,6
0,0
3,4
20,7
24,7
106,3
23,5
rata-rata
9,8 9,8 9,8 9,8
55,0 44,6 41,4 47,0
291,9 283,7 264,5 280,0
613,0 602,3 579,7 598,3
870,2 770,6 1075,9 905,6
1216,1 1270,0 1271,0 1252,4
stdev
0,0
7,1
14,1
17,0
155,7
31,5
10,1 10,1 10,1 10,1
33,5 34,9 41,4 36,6
239,5 268,9 226,7 245,0
569,5 488,5 455,4 504,5
776,5 1071,3 797,5 881,8
1137,9 1295,5 1325,0 1252,8
0,0
4,2
21,6
58,7
164,4
100,6
15,4 15,4 15,4 15,4
26,3 26,8 27,9 27,0
119,6 142,3 132,1 131,3
390,2 468,5 428,1 428,9
519,6 557,8 583,6 553,7
643,6 659,5 706,3 669,8
0,0
0,9
11,4
39,2
32,2
32,6
21,4 21,4 21,4
40,4 41,4 43,0
176,7 140,1 127,2
546,2 504,8 511,9
692,3 725,0 518,7
2 3
Inpari10 rata-rata stdev
Tanam I
1 2 3
Inpari13 rata-rata stdev
1 2 3
Ciherang
1 2 3
Inpari10 rata-rata stdev
Tanam II
1 2 3
Inpari13
1 2 3
Ciherang rata-rata stdev
1 2 3
Inpari10 rata-rata
Tanam III
stdev Inpari13
1 2 3
Panen
46
rata-rata stdev 1 2 3
Ciherang rata-rata stdev
21,4
41,6
148,0
521,0
645,3
0,0
1,3
25,7
22,1
110,9
20,5 20,5
26,6 28,7
142,1 129,3
438,9 482,6
541,3 582,5
742,4 758,2
20,5 20,5
25,5 26,9
145,4 139,0
608,5 510,0
500,1 541,3
479,9 660,2
0,0
1,6
8,5
88,0
41,2
156,3
Lampiran 25 Data intersepsi photosynthetically active radiation (PAR) kumulatif Waktu Tanam Varietas Ulangan Intersepsi radiasi surya kumulatif (MJm-2) pada umur (HST) ke0-14 15-28 29-42 43-56 57-70 Tanam I
Inpari10
1 2
17,02 15,00
64,23 78,08
152,56 172,01
254,97 267,58
360,46 362,86
3
14,59
55,73
147,13
250,97
348,46
15,53
66,02
157,24
257,84
357,26
1,30
11,28
13,08
8,67
7,71
15,62 15,22 12,72
66,50 61,20 54,77
155,03 151,11 138,06
251,43 245,21 229,05
340,57 332,78 318,69
14,52
60,82
148,07
241,89
330,68
rata-rata stdev Inpari13
1 2 3 rata-rata stdev
Ciherang
1 2 3 rata-rata stdev
Tanam II
Inpari10
1 2 3 rata-rata stdev
Inpari13
1 2 3 rata-rata stdev
Ciherang
1 2 3 rata-rata stdev
Tanam III
Inpari10
1 2 3
1,57
5,87
8,88
11,55
11,09
14,56 13,33 12,89
66,18 62,53 53,47
151,65 158,16 132,41
248,56 257,67 229,11
352,56 352,94 330,36
13,59 0,86
60,73 6,54
147,41 13,39
245,12 14,59
345,29 12,93
19,71 15,16 18,21
91,42 78,07 84,09
190,99 181,66 183,42
293,93 288,59 293,52
376,14 370,19 392,76
17,70 2,32
84,53 6,69
185,36 4,96
292,01 2,97
379,70 11,70
22,73 19,78 19,44
96,99 87,56 87,65
203,64 191,94 192,35
311,30 297,99 305,41
384,31 376,95 400,80
20,65
90,73
195,98
304,90
387,35
1,81
5,42
6,64
6,67
12,21
17,33 17,74 20,73
76,28 92,11 86,03
178,37 195,24 186,14
286,35 308,13 296,23
371,19 416,13 397,39
18,60 1,86
84,80 7,99
186,58 8,44
296,90 10,91
394,90 22,57
19,99 20,51 21,20
55,78 56,18 59,12
135,66 141,04 145,64
232,33 239,81 245,83
306,11 305,77 317,35
47
rata-rata
20,57
57,02
140,78
239,32
309,74
0,61
1,82
5,00
6,76
6,59
1
22,16
64,98
152,36
247,75
2 3
22,89 22,95
61,77 60,04
139,75 140,94
235,84 235,70
22,67
62,26
144,35
239,76
0,44
2,50
6,96
6,92
22,67 22,29 21,97
64,24 60,29 61,98
153,07 146,55 156,22
249,16 249,28 262,55
309,38 318,18 331,86
22,31 0,35
62,17 1,98
151,94 4,93
253,66 7,69
319,81 11,33
stdev Inpari13
rata-rata stdev Ciherang
1 2 3 rata-rata stdev
Panen
48
Lampiran 26 Data produktivitas padi pada waktu tanam I Petak Varietas Ulangan Bobot 120 rumpun (gram) I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
Inpari 10
Ciherang
Inpari 10
Ciherang
Inpari 13
Inpari 13
Ciherang
Inpari 10
Kadar air gabah (%)
Ratarata
Produktivitas (ton/ha)
Produktivitas Rata-rata
1 2 3
4160 3770 4490
20,6 22,3 21,6
21,5 22,3 21,2
21,9 21,2 22,0
21,3 21,9 21,6
5,07 4,56 5,46
5,03
1 2 3
4190 4410 4460
23,5 20,7 23,6
23,5 20,3 23,6
22,1 21,4 23,5
23,0 20,8 23,6
5,00 5,42 5,29
5,23
1
4210
22,2
21,1
23,1
22,1
5,08
2 3
4380 3610
21,0 20,5
22,5 20,9
21,3 21,1
21,6 20,8
5,32 4,43
1 2
4530 4160
20,1 21,5
20,5 22,3
20,2 22,3
20,3 22,0
5,60 5,03
3
4500
20,1
20,5
20,2
20,3
5,56
1 2 3
3920 3820 3910
21,0 25,4 22,3
20,8 24,5 21,9
20,1 23,2 22,7
20,6 24,4 22,3
4,82 4,48 4,71
4,67
1 2 3
3920 4190 4500
21,9 23,2 23,2
21,2 23,2 24,5
22,3 22,7 24,4
21,8 23,0 24,0
4,75 5,00 5,30
5,02
1
4720
20,6
21,0
21,9
21,2
5,77
2 3
4090 4100
21,0 19,5
22,7 19,9
22,7 20,8
22,1 20,1
4,94 5,08
1
4810
23,1
24,4
24,4
24,0
5,67
4,95
5,40
5,26
49
IX
Inpari 13
2
4430
21,2
21,4
21,2
21,3
5,41
3
4420
21,8
20,5
20,5
20,9
5,42
1 2 3
4100 4100 3680
22,6 22,8 23,4
20,2 24,6 23,9
21,1 23,3 22,5
21,3 23,6 23,3
5,00 4,86 4,38
Lampiran 27 Data komponen hasil tanaman padi pada waktu tanam I Petak Varietas Ulangan JM 4 BJKO 4 BG BG SS rpm rpm (g) 4rpm (g) (g) I
II
III
IV
V
Inpari 10
Ciherang
Inpari 10
Ciherang
Inpari 13
BGI SS (g)
BGH SS (g)
JGI SS (btr)
JGH SS (btr)
BAKO (g)
5,50
4,75
BG 1000 butir (g)
%GI
%GH
JG/M
1
65
154,94
158,24
30,88
23,17
0,33
869
68
19,91
30,07
92,74
7,26
74
2
77
171,93
209,13
30,92
22,93
0,41
886
94
24,20
29,19
90,41
9,59
86
3
65
169,76
192,50
30,64
22,65
0,58
855
169
19,71
29,88
83,50
16,50
99
1
66
137,15
156,19
30,72
22,29
0,80
967
212
16,48
26,00
82,02
17,98
91
2
55
124,09
167,24
30,93
22,87
0,59
993
132
12,34
25,98
88,27
11,73
111
3
68
145,20
196,00
30,79
22,64
0,44
996
83
13,65
25,64
92,31
7,69
101
1
59
122,14
166,85
30,89
23,35
0,36
883
74
11,75
29,83
92,27
7,73
88
2
57
140,85
156,81
30,26
22,97
0,28
880
63
16,08
29,44
93,32
6,68
86
3
60
123,25
160,99
30,40
22,53
0,56
861
107
15,32
29,51
88,95
11,05
85
1
68
138,33
176,04
30,66
22,76
0,63
975
122
12,61
26,33
88,88
11,12
93
2
58
138,47
179,11
30,62
22,76
0,35
984
75
14,10
26,09
92,92
7,08
107
3
64
136,39
205,25
30,34
22,86
0,30
973
66
13,24
26,50
93,65
6,35
110
1
60
130,40
195,87
30,42
22,25
0,90
977
206
11,67
25,69
82,59
17,41
127
50
VI
VII
VIII
IX
Inpari 13
Ciherang
Inpari 10
Inpari 13
Keterangan : JM 4 rpm BJKO 4 rpm (g) BG 4rpm (g) BG SS (g) BGI SS (g) BGH SS (g) JGI SS (btr) JGH SS (btr) BAKO (g) BG 1000 butir (g) %GI
2
57
128,32
200,10
30,37
22,30
0,94
970
199
13,41
25,93
82,98
17,02
135
3
58
125,75
157,16
30,43
22,25
0,84
975
183
12,76
25,74
84,20
15,80
103
1
62
138,97
187,18
30,64
22,07
0,91
955
258
14,25
26,07
78,73
21,27
120
2
54
130,78
198,58
30,42
21,75
0,98
948
224
14,10
25,88
80,89
19,11
142
3
54
129,64
173,45
30,32
21,83
0,79
950
166
11,91
25,92
85,13
14,87
118
1
63
124,06
192,90
30,83
22,69
0,36
1019
79
14,02
25,12
92,81
7,19
109
2
63
154,79
173,53
30,64
22,95
0,34
1014
91
15,59
25,53
91,76
8,24
99
3
65
137,42
186,18
30,75
22,64
0,46
1018
126
16,18
25,08
88,99
11,01
107
1
69
154,17
196,34
30,42
22,46
0,31
871
69
18,30
29,08
92,66
7,34
88
2
63
121,51
172,25
30,78
22,62
0,46
899
104
17,54
28,38
89,63
10,37
89
3
64
117,58
183,69
30,40
22,84
0,38
911
91
20,04
28,28
90,92
9,08
95
1
73
158,80
221,91
30,53
21,49
1,11
933
267
18,66
25,98
77,75
22,25
119
2
49
104,26
157,92
30,52
22,90
0,41
974
101
13,17
26,52
90,60
9,40
114
3
70
150,03
176,68
30,75
22,23
0,91
964
206
21,24
26,01
82,39
17,61
96
: Jumlah Malai 4 Rumpun : Bobot Jerami Kering Oven 4 Rumpun (gram) : Bobot gabah 4 Rumpun (gram) : Bobot Gabah Sub Sampel (gram) : Bobot Gabah Isi Sub Sampel (gram) : Bobot Gabah Hampa Sub Sampel (gram) : Jumlah Gabah Isi Sub Sampel (butir) : Jumlah Gabah Hampa Sub Sampel (butir) : Bobot Akar Kering Oven (gram) : Bobot Gabah 1000 Butir pada KA 14% (gram) : % Gabah Isi
%GH JG/M
: % Gabah Hampa : Jumlah Gabah/Malai
51
Lampiran 28 Data produktivitas padi pada waktu tanam II Petak Varietas Ulangan Bobot 120 rumpun (gram) I Inpari 10 1 5750 2 5640 3 5600
22 22,8 21,8
22,4 21,5 21,8
21,6 20,6 20,9
22,0 21,6 21,5
Produktivitas (ton/ha) 6,95 6,85 6,82
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
Ciherang
Inpari 13
Inpari 10
Inpari 13
Ciherang
Inpari 13
Inpari 10
Kadar Air Gabah (%)
Rata-rata
1
5910
21,2
23,4
22
22,2
7,13
2 3
5460 5420
21,3 23,3
21,7 21,5
21,2 22,3
21,4 22,4
6,65 6,52
1 2
5410 5500
21,2 21,9
21,2 22,8
21,2 22,3
21,2 22,3
6,61 6,62
3
5700
23,4
24,2
24,2
23,9
6,72
1 2 3
5340 5480 5870
19,6 22 23,4
19,6 21,6 23,4
20,5 22,4 22
19,9 22,0 22,9
6,63 6,63 7,01
1
5430
19,5
21,3
20,6
20,5
6,70
2
5180
22
21,2
23,4
22,2
6,25
3
5640
20,7
21,5
20,6
20,9
6,91
1 2
5550 6100
20,7 23
20,6 22,1
19,6 21,3
20,3 22,1
6,86 7,36
3
5830
21,7
22,4
21
21,7
7,08
1 2 3
6000 5470 5780
20,8 20,9 23,4
20,8 20 22,8
19,7 21,2 23,3
20,4 20,7 23,2
7,40 6,73 6,89
1
5390
23,4
22
24,2
23,2
6,42
2
5420
21,7
23
22,1
22,3
6,53
Produktivitas ratarata 6,87
6,77
6,65
6,76
6,62
7,10
7,00
6,58
52
IX
Ciherang
3
5640
24,1
21,1
21,5
22,2
6,80
1
5424
21,6
21,6
22,4
21,9
6,57
2 3
6300 5850
25,1 23,4
26,2 22,4
26,2 22,4
25,8 22,7
7,24 7,01
Lampiran 29 Data komponen hasil tanaman padi pada waktu tanam II Petak Varietas Ulangan JM 4 BJKO 4 BG BG SS rpm rpm (g) 4rpm (g) (g) I Inpari 10 1 68 141,61 205,64 30,74 2 61 149,31 210,58 30,58 II
Ciherang
III
Inpari 13
IV
Inpari 10
V
Inpari 13
VI
Ciherang
BGI SS (g)
BGH SS (g) 0,43 0,40
JGI SS (btr) 910 928
JGH SS (btr) 92 85
24,03 23,96
BAKO (g)
BG 1000 butir (g)
6,94
%GI
%GH
JG/M
12,30 13,07
29,78 29,12
90,82 91,61
9,18 8,39
99 114
3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1
59 68 67 61 60 54 67 58 60 67 55 48 62 72
158,81 141,26 150,18 143,54 129,50 133,09 165,26 140,09 145,09 153,20 136,05 126,14 169,54 167,81
202,50 199,05 194,82 179,36 195,28 175,41 234,40 183,52 194,33 219,76 206,24 180,78 225,96 223,79
30,59 30,29 30,96 30,11 30,52 30,12 30,46 30,86 30,25 30,34 30,40 30,46 30,64 30,40
24,58 23,55 24,26 23,34 24,12 23,57 23,49 24,66 24,22 23,88 24,06 24,40 23,71 23,35
0,38 0,51 0,49 0,54 0,55 0,48 0,76 0,33 0,25 0,44 0,57 0,48 0,52 0,53
915 1023 1067 995 990 981 976 928 898 906 999 1007 1007 1035
82 108 122 119 120 109 168 74 42 78 122 98 113 183
13,97 11,36 7,82 7,66 8,55 9,88 9,28 11,45 9,48 14,03 8,30 8,17 7,67 14,80
30,30 25,97 25,64 26,46 27,48 27,10 27,15 29,97 30,42 29,73 27,16 27,33 26,56 25,45
91,78 90,45 89,74 89,32 89,19 90,00 85,31 92,61 95,53 92,07 89,12 91,13 89,91 84,98
8,22 9,55 10,26 10,68 10,81 10,00 14,69 7,39 4,47 7,93 10,88 8,87 10,09 15,02
112 109 112 109 118 118 131 103 101 106 138 137 133 125
2 3
81 67
180,74 149,73
250,38 219,30
30,65 30,27
23,78 23,88
0,35 0,27
1028 1026
78 59
15,25 12,35
26,09 26,25
92,95 94,56
7,05 5,44
112 117
53
VII
Inpari 13
VIII
Inpari 10
IX
Ciherang
1 2 3 1 2 3 1 2 3
64 75 66 85 77 69 85 89 81
166,03 192,77 173,89 194,27 163,00 184,08 188,11 205,92 190,58
244,23 287,15 242,02 253,79 241,90 259,02 264,00 290,71 285,30
30,78 30,41 30,40 30,87 30,30 30,69 30,41 30,71 30,43
24,15 24,34 23,85 24,19 23,49 24,74 23,57 23,77 23,30
Keterangan : JM 4 rpm : Jumlah Malai 4 Rumpun BJKO 4 rpm (g) : Bobot Jerami Kering Oven 4 Rumpun (gram) BG 4rpm (g) : Bobot gabah 4 Rumpun (gram) BG SS (g) : Bobot Gabah Sub Sampel (gram) BGI SS (g) : Bobot Gabah Isi Sub Sampel (gram) BGH SS (g) : Bobot Gabah Hampa Sub Sampel (gram) JGI SS (btr) : Jumlah Gabah Isi Sub Sampel (butir) JGH SS (btr) : Jumlah Gabah Hampa Sub Sampel (butir) BAKO (g) : Bobot Akar Kering Oven (gram) BG 1000 butir (g): Bobot Gabah 1000 Butir pada KA 14% (gram) %GI : % Gabah Isi %GH : % Gabah Hampa JG/M : Jumlah Gabah/Malai
0,41 0,32 0,40 0,31 0,56 0,24 0,38 0,27 0,45
1007 1012 993 969 935 918 990 1024 996
102 71 98 78 116 49 87 66 101
17,10 17,66 14,50 15,72 16,36 17,92 19,48 11,70 20,84
27,05 27,13 27,09 28,11 29,36 29,30 27,56 25,87 28,02
90,80 93,44 91,02 92,55 88,96 94,93 91,92 93,94 90,79
9,20 6,56 8,98 7,45 11,04 5,07 8,08 6,06 9,21
137 136 132 102 109 118 110 117 125
54
Lampiran 30 Data produktivitas padi pada waktu tanam III Petak Varietas Ulangan Bobot 120 rumpun (gram) I Inpari 10 1 700 2 800 3 700 II
III
IV
V
VI
VII
VIII
Ciherang
Inpari 13
Ciherang
Inpari 13
Inpari 10
Inpari 13
Inpari 10
Kadar Air Gabah (%) 20,5 20,7 20,8
Ratarata 20,5 20,7 20,8
Produktivitas (ton/ha) 0,86 0,98 0,86
Produktivitas rata-rata 0,90
1,69
1,58
1
1500
27,4
27,4
2 3
1400 1300
27,1 27,3
27,1 27,3
1 2
2180 2050
22,5 23,1
21,4 22,2
21,7 24,4
21,9 23,2
2,64 2,44
3
2350
21,8
22,6
23,1
22,5
2,82
1
1400
19,9
19,9
1,74
2
1300
20,5
20,5
1,60
3
1400
20,6
20,6
1,72
1
2000
26,4
25,3
25,3
25,7
2,30
2
2250
23,1
22,6
24,4
23,4
2,67
3
2250
20,8
21,2
21
21,0
2,76
1
700
23,1
23,1
0,83
2
600
26,1
26,1
0,69
3
700
26,8
26,8
0,79
1 2 3
1850 1650 1750
21,7 25,3 25,3
22,5 25,3 25,0
2,22 1,91 2,03
1
500
20,3
20,3
0,62
2
400
21,3
21,3
0,49
22,6 25,3 25,3
23,1 25,3 24,4
1,58 1,47 2,63
1,69
2,58
0,77
2,06
0,57
55
IX
Ciherang
3
500
21,3
21,3
1
900
27,7
27,7
1,01
2
900
26,8
26,8
1,02
3
800
27,4
27,4
0,90
Lampiran 31 Data komponen hasil tanaman padi pada waktu tanam III Petak Varietas Ulangan JM BJKO 4 BG BG 4 rpm (g) 4rpm SS (g) rpm (g) I Inpari 10 1 66 143,94 52,93 30,44 2 58 116,81 31,58 30,16 3 49 107,12 26,72 26,72 II Ciherang 1 49 104,09 46,49 30,54 2 64 147,72 92,81 30,64 3 55 119,31 50,34 30,51 III Inpari 13 1 39 96,80 89,11 30,16 2 50 110,24 100,22 30,30 3 43 100,99 86,02 30,25 IV Ciherang 1 60 140,05 71,34 30,45 2 67 153,23 87,04 30,17 3 65 151,30 71,24 30,09 V Inpari 13 1 45 106,02 92,22 30,15 2 54 111,90 90,22 30,24 3 54 128,52 102,15 30,13 VI Inpari 10 1 42 103,76 19,92 19,92 2 3
51 49
104,19 128,70
26,34 23,87
26,34 23,87
BGI SS (g)
BGH SS (g)
20,38 14,30 11,28 20,70 20,81 18,92 20,50 22,01 20,09 18,70 20,84 19,19 21,19 19,91 17,82 8,08 12,63 12,58
0,61
JGH SS (btr)
5,24 10,52 10,54 5,42 4,23 6,25 4,18 3,41 4,72 4,52 4,09 4,94 3,12 4,21 5,08 8,19
JGI SS (btr) 1044 703 560 1103 1090 1047 1058 1066 961 1062 1083 1037 1018 976 895 404
BAKO (g)
1720 3655 3451 1544 1197 2039 920 820 1090 1521 1190 1550 731 1004 1325 2701
3,49 3,20 3,19 3,70 4,08 4,01 8,44 8,67 7,64 4,17 4,80 4,28 9,04 9,03 11,94 3,75
9,25 7,52
640 635
3127 2715
3,70 3,91
BG 1000 butir (g)
0,98
%GI
%GH
JG/M
22,02 22,94 22,72 21,17 21,53 20,38 21,85 23,29 23,58 19,86 21,70 20,87 23,48 23,01 22,46 22,56
37,77 16,13 13,96 41,67 47,66 33,93 53,49 56,52 46,86 41,11 47,65 40,09 58,20 49,29 40,32 13,01
62,23 83,87 86,04 58,33 52,34 66,07 46,51 43,48 53,14 58,89 52,35 59,91 41,80 50,71 59,68 86,99
73 79 82 82 108 93 150 125 136 101 98 94 119 109 139 74
22,26 22,34
16,99 18,96
83,01 81,04
74 68
56
VII
Inpari 13
VIII
Inpari 10
IX
Ciherang
1 2 3 1 2 3 1 2 3
49 45 40 48 52 48 37 47 64
100,84 105,69 84,77 97,40 112,81 103,62 92,94 118,68 132,69
95,91 74,23 62,93 29,46 49,25 33,83 39,75 40,14 62,03
30,38 30,28 30,22 29,46 30,72 30,13 30,24 30,15 30,67
21,20 20,07 19,62 17,45 21,39 18,93 20,95 16,92 18,32
Keterangan : JM 4 rpm : Jumlah Malai 4 Rumpun BJKO 4 rpm (g) : Bobot Jerami Kering Oven 4 Rumpun (gram) BG 4rpm (g) : Bobot gabah 4 Rumpun (gram) BG SS (g) : Bobot Gabah Sub Sampel (gram) BGI SS (g) : Bobot Gabah Isi Sub Sampel (gram) BGH SS (g) : Bobot Gabah Hampa Sub Sampel (gram) JGI SS (btr) : Jumlah Gabah Isi Sub Sampel (butir) JGH SS (btr) : Jumlah Gabah Hampa Sub Sampel (butir) BAKO (g) : Bobot Akar Kering Oven (gram) BG 1000 butir (g): Bobot Gabah 1000 Butir pada KA 14% (gram) %GI : % Gabah Isi %GH : % Gabah Hampa JG/M : Jumlah Gabah/Malai
3,58 5,71 4,76 7,36 4,80 6,12 3,72 6,34 5,15
1035 996 991 928 1061 968 1110 959 1011
895 1135 1148 2433 1339 1909 1167 2026 1638
10,90 9,71 8,51 3,06 3,80 3,60 3,08 4,07 4,70
23,10 22,73 22,33 25,77 21,34 22,86 17,73 25,16 21,12
53,63 46,74 46,33 27,61 44,21 33,65 48,75 32,13 38,17
46,37 53,26 53,67 72,39 55,79 66,35 51,25 67,87 61,83
124 116 169 78 95 67 81 84 87
57
Lampiran 31 Dokumentasi di lapangan
(a) Penakar hujan
(c) Semai
(e) Persemaian umur 7 hari
(b) Alat ukur suhu dan radiasi surya
(d) Pengolahan lahan
(f) Tanam sistem legowo 5
58
(g) Pemupukan
(i) Tanaman umur 30 HST (tanam II)
(k) Tanaman siap panen
(h) Penyemprotan pestisida
(j) tanaman padi keluar malai
(l) Pengambilan sampel uji komponen hasil
59
(m) Pengukuran tinggi tanaman
(o) Sampel destruktif tanaman
(q) Grain moisture meter
(n) Varietas Inpari 13 tanam III umur 67 HST
(p) Panen
(r) Sampel ubinan