Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012
Makalah Pendukung 10
Pengaruh Kerapatan Plantlet Dan Media Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Kualitas Planlet Anggrek Dendrobium Pudji K. Utami, Jaka Prasetya, Nono Sutrisno, Anggraeni Santi, Dyah Widiastoety Balai Penelitian Tanaman Hias Jl. Raya Ciherang Pacet, Cianjur 43253
ABSTRAK. Pengaruh kerapatan plantlet dan media organik terhadap pertumbuhan dan kualitas plantlet anggrek Dendrobium telah dipelajari. Tujuan penelitian mengetahui pengaruh kerapatan plantlet dan media organik terhadap pertumbuhan dan kualitas plantlet anggrek Dendrobium. Penelitian dilaksanakan dirumah kaca Balai Penelitian Tanaman Hias, KP.Pasar Minggu, dari bulan April 2011 sampai Maret 2012. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok terdiri atas 12 kombinasi perlakuan dan 4 ulangan, masing-masing 3 botol setiap perlakuan. Faktor pertama adalah kerapatan planlet terdiri dari: 5, 10, 15 dan 20 planlet per botol. Faktor kedua adalah tiga macam media masing-masing adalah : 1. Vacin & Went + pisang 75g/l + air kelapa 150cc/l+gula 20gr/l. 2. Fish Emulsion 0,2% + pisang 75gr/l+air kelapa 150cc/l+gula pasir 20g/l+daun mengkudu (Morinda citrifolia) 100g/l. 3. Vacin & Went+pisang 75gr/l + air kelapa 150cc/l+Manitol 30gr/l. Hasil penelitian menunjukkan bahwa plantlet terbaik tampak pada media Manitol dengan kerapatan 5 plantlet per botol dengan persentase tumbuh 235% dan scoring vigoritasitas (8.8), diikuti oleh perlakuan media pisang dengan kerapatan 5 plantlet per botol menghasilkan persentase tumbuh (205%) dan scoring vigoritasitas (8,6). Sedangkan pertumbuhan plantlet terendah terdapat pada perlakuan media Fish Emulsion + Mengkudu. Kata Kunci: Anggrek Dendrobium, Planlet, Media Organik. ABSTRACT. Pudji K. Utami, Anggraeni Santi, Jaka Prasetya, Nono Sutrisno, Dyah Widiastoety, (2012). Effect of plantlet density and organic media on growth and quality of Dendrobium plantlets. Effect of plantlet density and organic media on growth and quality of Dendrobium plantlets was successfully studied. The objective of this study was to find out the best organic media composition and plantlet density on growth and quality of Dendrobium plantlets. The experiment was conducted at tissue culture laboratory of Pasar Minggu Experimental Gerden, Indonesian Ornamental Crop Research Institute from April 2011 March 2012. Research material used in the experiment was plantlets from selected-Dendrobium clone. The plantlets in difefernt densities of 5, 10, 15 and 20 plantlets per bottle were cultivated in different organic media (1) Vacin & Went + 75 g/l banana + 150 cc/l coconut water (CW) + 20 gr/l sugar, (2) 0.2% Fish Emulsion + 75 gr/l banana + 150cc/l CW + 20g/l granule sugar + 100 g/l Morinda citrifolia leaves, (3) Vacin & Went + 75gr/l banana + 150 cc/l (CW) +30 gr/l Manitol. The experiment was arranged in factorial randomized complete block design with 12 treatments and four replications, with three bottle per treatment. The results showed that the best plantlet growth was observed on Vacin & Went medium containing Manitol consisting 5 plantlets per bottle with percentage of growth up to 235% and vigoritasity scoring up to 8,8., followed by banana treatment with 5 plantlets per bottle and percentage of growth up tp 205% and virority scoring up to 8.6. The lowest treatment was determined on emulsion fish and Morinda leaves Keywords:
194
Dendrobium Orchid, Plantlets, Growth, Organic Medium.
Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012
PENDAHULUAN Industri Anggrek di Indonesia masih jauh tertinggal dibanding negaranegara tetangga. Penyebab utama tertinggalnya industri anggrek di Indonesia antara lain kurangnya penyediaan bibit bermutu untuk mendukung pengembangan agribisnis skala ekonomi. Selama ini penyediaan bibit bermutu masih dipenuhi dari impor. Biaya impor yang sangat tinggi menyebabkan harga bibit anggrek menjadi mahal. Oleh karena itu perlu digalakkan penelitian perbanyakan anggrek komersial untuk mendukung penyediaan bibit anggrek di dalam negeri pada masa mendatang. Peningkatan permintaan bunga anggrek memacu para petani untuk meningkatkan kualitas hasil dan kuantitas produksi. Di sisi lain upaya peningkatan produksi anggrek membutuhkan bibit bermutu prima dalam jumlah memadai. Bibit anggrek umumnya diperbanyak melalui kultur in vitro, sehingga modifikasi media sangat diperlukan untuk meningkatkan multiplikasi maupun pembesaran bibit dalam waktu yang relatif singkat. Di dalam kultur in vitro anggrek medium dasar yang umum digunakan ialah media yang mengandung unsur hara makro dan mikro, karbohidrat dan protein, asam amino basa nitrogen, zat pengatur tumbuh, persenyawaan organik kompleks, bahan pemadat, air dan arang aktif. Penambahan bahan-bahan lain ke dalam media dasar telah banyak dilakukan untuk menginduksi
pertumbuhan kultur yang maksimal. Salah satu cara untuk mendapatkan bibit anggrek yang berkualitas yaitu dengan penambahan bahan organik komplek ke dalam media tumbuh, antara lain air kelapa, pisang, mengkudu, minyak ikan, pepton. (Widyastoety, et al., 1997) Agar pertumbuhan bibit planlet berkembang cepat diperlukan pengaturan kerapatan jumlah planlet setiap botol yang digunakan dalam pembesaran planlet agar tumbuh optimal. Kerapatan planlet berhubungan erat dengan persaingan planlet terhadap penyerapan unsur hara, cahaya, suhu dan kelembaban dapat mempengaruhi pertumbuhan planlet. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan perlakuan kerapatan planlet dalam media organik untuk pembesaran planlet. Pertumbuhan planlet dengan ukuran besar diharapkan akan lebih kuat bertahan saat dilakukan aklimatisasi. Anggrek mempunyai karakteristik pertumbuhan yang sangat lambat, sehingga diperlukan perlakuan khusus dalam teknologi pembibitan untuk memacu pertumbuhannya. Komposisi media regenerasi planlet Dendrobium mempengaruhi pertumbuhan organ jaringan dan planlet Dendrobium. Media dasar Vacin dan Went yang dimodifikasi dengan penambahan beberapa bahan organik tertentu dapat meningkatkan pertumbuhan plantlet Dendrobium. Menurut Boris dan Hubel dalam Arditti dan Ernst (1993) penambahan vitamin dan bahan organik ke dalam media kultur dapat merangsang pertumbuhan jaringan dan organ plantlet Anggrek. Sel-sel tanaman yang dikulturkan umumnya
195
Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012
dapat mensintesis sendiri vitamin yang dibutuhkan, tetapi dalam jumlah yang tidak cukup untuk memperbaiki pertumbuhan. Menurut Arditti dan Ernst (1993) larutan media untuk kultur jaringan anggrek mengandung 4 kelompok komponen, yaitu: (1) unsur makro dan mikro dalam bentuk garam, (2) sumber energi dalam bentuk gula, biasanya sukrosa (3) vitamin dan hormon, serta (4) senyawa komplek seperti air kelapa, pisang, mengkudu, Fish Emulsion, pepton. Air kelapa mengandung unsur-unsur hara, vitamin, zat pengatur tumbuh, gula dan mineral (Tulecke et al, 1961) Air kelapa dapat merangsang pembelahan sel dan menstimulir proses diferensiasi serta pembentukan plbs dan plantlet. Vitamin dapat diperoleh dari bahan-bahan organik seperti air kelapa dan buah-buahan (mengkudu, pisang, tomat). Vitamin berperan dalam proses pertumbuhan sebagai katalisator dalam proses metabolisme. Pemberian bubur pisang, ubi kayu, toge, mengkudu dapat menunjang pertumbuhan tinggi plantlet. Hal ini disebabkan karena kandungan nutrisi bahan organik pada pisang, ubi kayu, taoge terutama karbohidrat merupakan bahan dasar untuk menghasilkan energi dalam proses respirasi dan bahan pembentuk sel-sel baru. (Widyastoety dan Bahar, 1995) Menurut Oey (1992) buah pisang mengandung air, protein, lemak, karbohidrat, serat, mineral seperti kalsium, fosfor dan ferro, serta vitamin C, vitamin B6, vitamin A, Tiamin, Riboflavin, dan Niacin. Arditi (1993)
196
menyatakan bahwa pada buah pisang terdapat hormon tumbuh yang menyerupai auksin dan giberilin. Demikian pula daun dan buah mengkudu (Morinda Citrifolia) merupakan oksigen yang kuat yang mengandung senyawa terpenoid yang membantu proses sintesis organik dan mengaktifkan protein. Sedangkan pepton dan Fish emulsion mengandung asam amino sebagai sumber nitrogen organik yang dapat merangsang pertumbuhan jaringan. (Widiastoety, 2010). Pemberian Manitol sebagai sumber karbon pengganti gula/sukrosa dalam media kultur diduga dapat mengatasi cekaman/stress pada pertumbuhan planlet saat dilakukan aklimatisasi. Manitol berperan dalam meningkatkan tekanan osmotik, dimana tekanan osmotik yang terlalu tinggi mengakibatkan kematian sel-sel akibat terjadinya lisis atau pecahnya dinding sel, dan akhirnya terjadi gangguan seperti terhambatnya pengambilan zat hara, pembengkakan sel-sel dan berakibat terjadinya gangguan pertumbuhan. (Ganda wijaya, 1998). Dalam penelitian ini akan diuji perlakuan kerapatan planlet dalam media organik. Diharapkan pertumbuhan planlet dendrobium akan lebih kuat saat dilakukan aklimatisasi.
BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kebun Percobaan Pasar Minggu, Balai Penelitian Tanaman Hias mulai bulan April 2011 sampai dengan Maret 2012.
Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012
Plantlet yang digunakan adalah plantlet anggrek Dendrobium hasil silangan Balithi (NS 001/10) dengan berukuran tinggi 1.5 – 2.0 cm, jumlah daun 2 – 3 dan tanpa akar. Rancangan percobaan yang digunakan adalah acak kelompok faktorial dengan dua faktor perlakuan dan empat ulangan, masingmasing 3 botol setiap perlakuan. Faktor pertama adalah kerapatan tanam planlet terdiri dari jumlah planlet 5, 10, 15 dan 20 planlet per botol. Faktor kedua adalah tiga macam media plantlet masingmasing adalah : 1. Vacin & Went + Pisang 75 g/l + Air Kelapa 150 cc/l + gula pasir 20 g/l (kontrol) 2. Fish Emulsion 0,2% + Pisang 75 g/l + Air Kelapa 150 cc/l +gula pasir 20g/l + daun mengkudu 100g/l 3. Vacin & Went + Pisang 75 g/l + Air Kelapa 150 cc/l+ Manitol 30 g/l. Penanaman plantlet kedalam media padat yang telah diberi perlakuan, dilakukan secara aseptik. Botol kultur berukuran 250 ml diisi dengan larutan media organik sesuai perlakuan sebanyak 50 ml. Setiap botol ditanami 5,10,15, dan 20 plantlet sesuai perlakuan yang diamati dan diukur sampai akhir penelitian. Selanjutnya botol kultur yang telah berisi plantlet, diletakkan di atas rak-rak kultur yang diberi penerangan cahaya lampu TL 40 watt yang dipasang di atas botol-botol kultur pada ketinggian 4050cm dengan suhu ruangan berkisar 22 25° C. Pengamatan dilakukan pada 6 bulan setelah sub kultur. Peubah yang diamati adalah tinggi plantlet, panjang
plantlet, jumlah akar dan jumlah daun, prosentase plantlet yang tumbuh dan scoring vigoritas. Tinggi plantlet diukur mulai dari pangkal batang sampai ujung daun yang terpanjang kemudian dilakukan perhitungan rerata tinggi plantlet pada setiap perlakuan. Panjang akar diukur mulai dari pangkal akar yang berbatasan dengan batang sampai ujung akar dan dihitung rerata panjang akar pada setiap perlakuan. Jumlah akar dan jumlah daun pada setiap plantlet dihitung dan dilakukan perhitungan rerata jumlah akar dan daun pada setiap perlakuan. Persentase tumbuh plantlet setiap botol dihitung menggunakan rumus : P =
P a N
a x 100 % N = Persentase plantlet yang tumbuh. = Jumlah plantlet yang tumbuh sehat. = Jumlah plantlet yang ditanam sesuai perlakuan kerapatan
Pengamatan vigoritasitas tanaman dilakukan dengan metode scoring, dengan kriteria tampilan ketegaran plantlet yang sehat secara visual. Nilai 9 – 10 bagi plantlet yang sehat dan tumbuh seragam, daun tebal warna hijau segar. Nilai 7 – 8 bagi plantlet yang tumbuh cukup baik. Nilai 5 – 6 bagi plantlet yang tumbuh sedang-sedang / kurus dan kurang berkembang. Nilai 3 – 4 bagi plantlet yang tumbuh kerdil dan kurang baik. Nilai 1 – 2 bagi plantlet yang tidak tumbuh atau mati.
197
Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012
Data pengamatan dilakukan pada semua planlet perlakuan per unit, pengukuran peubah dilakukan 6 bulan setelah sub kultur perlakuan. Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik, perbedaan antara perlakuan diuji menggunakan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Hasil pengamatan terhadap tinggi plantlet Dendrobium dilakukan setelah 6 bulan sub kultur disajikan pada tabel 1. Berdasarkan hasil analisis statistik, tinggi tanaman maksimum terdapat pada plantlet yang ditanam pada media Manitol dengan kerapatan jumlah plantlet 10 per botol, mencapai 9,9 cm dan secara statistik berbeda sangat nyata. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan media dan kerapatan jumlah plantlet per botol sangat mempengaruhi pertumbuhan tinggi plantlet Dendrobium. Jumlah Daun Hasil pengamatan terhadap jumlah daun, jumlah akar dan panjang akar disajikan pada tabel 1. Hasil analisis statistik jumlah daun meningkat nyata pada plantlet yang ditanam pada media manitol dengan kerapatan jumlah plantlet 10 botol mencapai 5,6 helai daun per tanaman. Penggunaan Manitol sebagai sumber karbon pengganti gula/sucrosa
198
ternyata mampu meningkatkan jumlah daun plantlet dendrobium. Jumlah Akar Berdasarkan analisis statistik didapatkan bahwa jumlah akar plantlet yang tertinggi ditemukan pada Media Pisang dengan kerapatan jumlah plantlet 5 per botol terdapat 5,8 akar per planlet. Hal ini menunjukkan bahwa media pisang merangsang pertumbuhan akar dengan nyata, dengan kerapatan jumlah 5 plantlet per botol memberi peluang pertumbuhan akar berkembang secara optimal. Media pisang mengandung karbohidrat tinggi yang mampu menghasilkan energi bagi pertumbuhan plantlet yang optimal. Panjang Akar Data tabel 1. Menunjukkan bahwa akar yang terpanjang tampak pada perlakuan plantlet yang ditanam pada media Pisang dengan kerapatan 10 plantlet per botol 13.4 cm, dan media Manitol dengan kerapatan 5 plantlet per botol menghasilkan panjang akar 11,7 cm nyata meningkat dibanding perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pertambahan panjang akar bisa menjadi optimal bila ruang gerak tumbuh dan persaingan hara dari media masih memadai. Dengan kerapatan jumlah plantlet 5 – 10 plantlet per botol pertumbuhan plantlet masih dapat berkembang dengan sangat baik.
Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012
Tabel 1. Tinggi plantlet, jumlah daun, jumlah akar dan panjang akar setelah 6 bulan penanaman (Height of plantlet, number of leaf, number of root and length of root at six months after culture) No Perlakuan Tinggi Jumlah Daun Jumlah Akar Panjang Akar Plantlet (Number of (Number of (Length of (Height of Leaf) Root) Root) Plantlet) 1. Med. Pisang (5) 9.4 ab 5.0 ab 5.2 ab 10.0 b 2. Med. Pisang (10) 9.3 ab 4.4 abc 3.7 cd 13.4 a 3. Med. Pisang (15) 8.4 ab 4.0 bc 4.7 bc 10.8 ab 4. Med. Pisang (20) 7.9 b 4.4 abc 4.4 bcd 10.0 b 5. Med. Manitol (5) 7.9 b 3.4 c 5.7 ab 11.7 ab 6. Med. Manitol (10) 9.9 a 4.5 abc 4.0 cd 10.9 ab 7. Med. Manitol (15) 9.4 ab 5.6 a 3.9 bc 11.5 ab 8. Med. Manitol (20) 8.0 ab 3.9 bc 4.4 bcd 11.1 ab 9. Med. FE + MK (5) 4.8 cd 3.9 bc 4.0 cd 4.9 c 10. Med. FE + MK (10) 6.0 c 5.5 a 6.2 a 6.2 c 11. Med. FE + MK (15) 3.5 d 3.7 bc 3.0 d 3.8 c 12. Med. FE + MK (20) 4.4 cd 3.8 bc 3.1 d 3.8 c KK (CV) % 14,3% 19,6% 20,7% 17,9% *) Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT.
Persentage tumbuh planlet Prosentase tumbuh plantlet dihitung dari total plantlet yang hidup sehat dibagi planlet yang ditanam sesuai perlakuan kerapatan dikali 100%, pada tabel 2 menunjukkan bahwa pada umumnya semua plantlet dapat tumbuh pada ke 3 macam media yang dicoba namun, pada media manitol dengan kerapatan 5 plantlet per botol menunjukkan prosentase pertumbuhan yang sangat baik (235%). Pada umumnya prosentase tumbuh cukup baik pada media Manitol dan pisang, namun demikian secara umum kerapatan tumbuh plantlet yang semakin tinggi cenderung menurunkan prosentase tumbuhnya. Persaingan serapan hara maupun ruang tumbuh dalam kultur mengakibatkan plantlet berkembang kurang optimal. Seiring dengan pertambahan kerapatan
jumlah plantlet dalam botol, 5 – 10 plantlet per botol persentase tumbuh sangat optimal, sedangkan kerapatan plantlet 15 - 20 plantlet per botol menurunkan prosentase tumbuhnya. Selain serapan hara dan ruang tumbuh kondisi lingkungan juga berpengaruh seperti suhu ruang, kelembaban dan cahaya ruangan. Scoring Vigoritas Scoring vigoritas dilakukan setelah 6 bulan dalam sub kultur, dengan kriteria tampilan ketegaran plantlet secara visual, yang diharapkan adalah jumlah dan bentuk daun tebal, warna hijau tua (tidak pucat), kokoh, tinggi plantlet optimal dengan jumlah akar sehat yang banyak dan panjang, warna akar putih. Bagi penampilan ketegaran plantlet yang sehat dengan vigoritas yang kokoh dan kecepatan tumbuh sangat baik diberikan
199
Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012
nilai scoring 9 -10, sedangkan plantlet yang tumbuh baik nilai scoringnya 7 – 8, selanjutnya plantlet yang tumbuh namun kurang berkembang nilainya 5 – 6. Nilai 3 – 4 diberikan pada plantlet yang kerdil/tumbuhnya kurang baik, sedangkan nilai 1 – 2 bagi plantlet yang mati atau tidak tumbuh. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perlakuan Media Manitol dengan kerapatan jumlah plantlet 5 per botol berpengaruh nyata terhadap penampilan scoring vigoritas. (8.8). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan media manitol dengan kerapatan 5 plantlet per botol memberikan hara yang cukup bagi
pertumbuhan yang optimal bagi plantlet Dendrobium. Keadaan ini membuat plantlet tidak perlu bersaing untuk mendapatkan hara yang cukup dengan ruang tumbuh yang memadai. Secara umum penampilan vigoritas plantlet cukup baik pada perlakuan Media Manitol dan Pisang, namun demikian pada Media Fish Emulsion + Mengkudu pertumbuhan plantlet tidak berkembang optimal dan plantlet tumbuh lambat dan kerdil. Diduga Media Fish Emulsion + Mengkudu kurang menyediakan hara yang cukup bagi pertumbuhan plantlet dibanding Media Pisang dan Manitol yang menggunakan media dasar Vacin & Went yang sudah baku, dan sudah teruji.
Tabel 2. Hasil Pengamatan persentase tumbuh planlet dan scoring vigoritas Plantlet Dendrobium setelah 6 bulan sub kultur. (Percentage growth plant and scoring vigoritas at six months after culture) No Perlakuan % Tumbuh Plantlet Scoring Vigoritas (Percentage Growth Plant ) 1. Med. Pisang (5) 205 ab 8.6 a 2. Med. Pisang (10) 168 ab 8.6 a 3. Med. Pisang (15) 168 ab 8.3 a 4. Med. Pisang (20) 143 ab 8.3 a 5. Med. Manitol (5) 235 a 8.8 a 6. Med. Manitol (10) 190 ab 8.4 a 7. Med. Manitol (15) 127 b 8.4 a 8. Med. Manitol (20) 153 ab 8.1 a 9. Med. FE + MK (5) 127 b 4.4 c 10. Med. FE + MK (10) 130 b 6.6 b 11. Med. FE + MK (15) 138 b 4.5 c 12. Med. FE + MK (20) 176 ab 5.1 c CV ( KK ) % 35,5% 11,7% *) Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT. Scoring : 1 – 2 tidak baik / tidak tumbuh 3 – 4 kurang baik / kerdil 5 – 6 cukup baik 7 – 8 baik 9 – 10 sangat baik
200
Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012
KESIMPULAN 1. Plantlet yang terbaik tumbuh pada kombinasi media Vacin dan Went padat yang ditambah Manitol 30gr/l + Pisang 75 gr/l dan air kelapa 150 ml/l dan berisi 5 plantlet per botol, porsentase tumbuh 235%, scoring vigoritas 8,8 tampak berbeda nyata dibanding perlakuan dengan media Fish Emulsion + Mengkudu. (prosentase tumbuh, 127% dan scoring vigoritas 4,4). 2. Pada dasarnya plantlet dapat tumbuh pada ketiga macam media Manitol, Pisang, Fish Emulsion dan Mengkudu. Namun prosentase tumbuhnya plantlet berbeda nyata. Prosentase tumbuh pada media Manitol 235% dan pisang 205% tampak nyata lebih baik dibanding media Fish Emulsion + Mengkudu 127%. 3. Kerapatan jumlah plantlet dalam setiap botol 5, 10, 15 dan 20 juga berpengaruh terhadap kecepatan tumbuh plantlet. Pada media Manitol perlakuan kerapatan 5 dan 10 plantlet tumbuh lebih baik dan lebih cepat. (Scoring vigoritas 8,8 dan persentage tumbuh 235% dibanding perlakuan dengan kerapatan 15 dan 20 plantlet per botol. (Scoring Vigoritas 8,4 dan persentage tumbuh 127).
DAFTAR PUSTAKA Adiputra, I Gede Ketut. 2009. Aklimatisasi bibit Anggrek pada Awal pertumbuhannya diluar kultur jaringan. Laporan. Jur.Biologi, FMIPA Universitas Hindu Indonesia, Denpasar.
Arditti, J and R. Ernst, 1993. Micropropagation of Orchid. J. Willey & Sons, Inc., New York 682 p. Ganda Wijaya, D. 1998. Pengaruh sukrosa dan glutamine pada kultur Anter Solanum. J. Ilmiah Biologi 4 : 98 – 102. Gamborg, O,G and J.P.Syluck, 1981. Nutrition Media and Charateristik of plant cell and Tissue Culture ; Method and Application in Agriculture. Academic Press. New York. P.21-44. Lindsey, R. and M, G.K. Jones.1990. Plant Biotehnology in Agriculture Prentice Hall Englewood Cliffs, New Jesrey, 241 p. Oey, N.K. 1992. Daftar Analisis Bahan Makanan. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 53 hal. Utami, P.K. dan B. Ginting. 2007. Media untuk meningkatkan induksi dan pertumbuhan plbs Anggrek Dendrobium. J.Hort. Edisi Khusus No.1, 2007. p : 32 – 37 Tulecke, L.H.Weinstein, A. Rutner, and H.J. Laurencot, 1961. Biochemical Composition of Coconut Water as related to its Use in Plant Tissue Culture, Plant. Res. Inc. 21 : 115 – 126 p. Vacin, E and F.W.Went. 1949. Some pH changes and nutrient solutions. Bot. Gaz. 110 : 605 – 613. Widiastoety, D; dan Farid A.Bahar (1995). Pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan Anggrek Denrobium. Journal Hortikultura Vol.5. (4) : 72 – 75. Widiastoety. D; W. Prasetio dan Nina Solvia, 2000. Pengaruh Naungan terhadap Produksi tiga Kultivar Bunga Anggrek Dendrobium. J.Hort. 9 (4) : 302 -302. Widiastoety, D; D ; 2003. Menghasilkan anggrek silangan. Penebar Swadaya 2003. p.69 Widiastoety, D. dan Nurmalinda 2010. Pengaruh suplemen Non Sintetik terhadap pertumbuhan planlet anggrek Vanda. J.Hort 20 (1) : 60 – 66. Widiastoety, D., S. Kusumo dan Syafni, 1997. Pengaruh tingkat Ketuaan Air Kelapa dan Jenis Kelapa terhadap 201
Prosiding Seminar Nasional Anggrek 2012
pertumbuhan Plantlet Anggrek Dendrobium . J.Hort. 7 (3) : 768 –
772.
Gambar 1. Kultur Planlet Dendrobium umur 6 bulan yang optimal ditanam pada media Vacin & Went dengan penambahan Manitol, dengan kerapatan 10 planlet per botol, menghasilkan planlet terbaik dengan persentase tumbuh 235% dan scoring vigoritas 8,8
Gambar 2. Kultur Planlet Dendrobium umur 6 bulan yang terbaik ditanam pada media Vacin & Went dengan penambahan Pisang, dengan kerapatan 5 planlet per botol, menghasilkan planlet dengan persentase tumbuh 205% dan scoring vigoritas 8,6.
202