PENGARUH KARAKTER PRIBADI DAN MODAL SOSIAL TERHADAP KEMAMPUAN WIRAUSAHA PEREMPUAN DI KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR
IQBAL REZA FAZLURRAHMAN
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Karakter Pribadi dan Modal Sosial terhadap Kemampuan Wirausaha Perempuan di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2015 Iqbal Reza Fazlurrahman NIM H451110201
RINGKASAN IQBAL REZA FAZLURRAHMAN. Pengaruh Karakter Pribadi dan Modal Sosial terhadap Kemampuan Wirausaha Perempuan di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI dan SUHARNO. Karakter wirausaha perempuan sangat unik dan perempuan memiliki hambatan dalam menjalankan usaha seperti konstruksi sosial dan keterbatasan akses kredit. Pada tahun 2014, Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) membuat Mitra Agribisnis, sebuah program pembiayaan mikro, yang diperuntukkan untuk membantu wirausaha perempuan yang tinggal di desa lingkar kampus IPB untuk mendapatkan akses kredit. Penelitian ini bertujuan meningkatkan desain program Mitra Agribisnis untuk implementasi pada tahap selanjutnya. Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) mengidentifikasi karakter pribadi dan modal sosial wirausaha perempuan, (2) menganalisis hubungan karakter pribadi dan modal sosial dengan penghasilan wirausaha perempuan, (3) menganalisis pengaruh karakter pribadi dan modal sosial terhadap kemampuan wirausaha perempuan. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu desa lingkar kampus IPB, yaitu Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Metode pengambilan sampel dilakukan secara sengaja. Pada penelitian ini menggunakan sebanyak 30 orang wirausaha perempuan, yang merupakan peserta Mitra Agribisnis di tahun 2014. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif dan kuantitatif dengan menggunakan uji korelasi dan pemodelan Partial Least Square (PLS). Pada hasil analisis menggunakan uji korelasi ditemukan bahwa penelitian menyatakan bahwa karakter pribadi dan modal sosial dengan penghasilan wirausaha perempuan secara bersama-sama memiliki hubungan positif nyata yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa upaya untuk meningkatkan penghasilan wirausaha perempuan, peningkatan karakter dan modal sosial harus dilakukan secara bersama. Karakter pribadi dan modal sosial secara positif dan signifikan memengaruhi kemampuan wirausaha perempuan. Modal sosial sebagai prediktor kuat yang positif dan signifikan memengaruhi kemampuan kewirausahaan perempuan di Desa Cihideung Ilir. Implikasi dari penelitian ini pada kelanjutan program Mitra Agribisnis adalah perlu dilakukan penguatan modal sosial wirausaha perempuan. Hal ini dapat dilakukan melalui pembentukan kelompok sosial. Kelompok sosial merupakan media berbagi pengetahuan dan pengalaman diantara wirausaha perempuan. Pemberian pelatihan kewirausahaan kepada wirausaha perempuan dapat dilakukan melalui kelompok sosial. Program pelatihan perlu disesuaikan dengan kondisi sosial perempuan desa agar berjalan efektif. Kata kunci:
wirausaha, pemberdayaan perempuan, kredit mikro, penghasilan usaha
SUMMARY IQBAL REZA FAZLURRAHMAN. Personal Traits and Social Capital Influence to Entrepreneurial Skills of Rural Women in Dramaga Distric Bogor Regency. Supervised by ANNA FARIYANTI and SUHARNO. Women entrepreneur are disctinctive and women are subject to barriers on running their business i.e. social construction and limited credit access. In 2014, Agribusiness Department of Faculty of Economics and Management Bogor Agricultural University setup Mitra Agribisnis, a microfinancing program, dedicated to help women entrepreneur in rural area surrounding IPB campus, to get credit access. This research aimed to improve the design of Mitra Agribisnis program for the next stage of implementation. Thus the purpose of this research are to: (1) identify personal traits and social capital of women entrepreneurs, (2) analyze the relationship between personal traits and social capital with revenue of women entrepreneurs, (3) analyze the effect of personal traits and social capital to entrepreneurial skills of women. This study was conducted in a village around the IPB campus which is, Cihideung Ilir Village, District Dramaga, Bogor Regency. Purposive sampling method was used. In this study, there are 30 women entrepreneurs, who was the participants of Mitra Agribisnis in 2014. The analysis used in this research are descriptive and quantitative by using correlation test and Partial Least Square (PLS) modelling. On the results using correlation analysis found that studies suggest that personal traits and social capital with revenue of women entrepreneurs together to have a real strong positive relationship. This suggests that efforts to increase the revenue of women entrepreneurs, improvement of personal traits and social capital should be done jointly. Personal traits and social capital positively and significantly affect the ability of women entrepreneurs. Social capital as a strong predictor of a positive and significant influence entrepreneurial capabilities of women in the village Cihideung Ilir. The implication of this research on the continuation of Agribusiness Partners program is necessary to strengthen the social capital of women entrepreneurs. This can be done through the establishment of a social group. Social group is a medium to share knowledge and experiences among women entrepreneurs. The provision of entrepreneurial training for women entrepreneurs can be done through social groups. In order to be effective, training programs need to be reflected to the social conditions of rural. Keywords:
entrepreneurship, women empowerment, micro-credit, business revenue
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PENGARUH KARAKTER PRIBADI DAN MODAL SOSIAL TERHADAP KEMAMPUAN WIRAUSAHA PEREMPUAN DI KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR
IQBAL REZA FAZLURRAHMAN
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Agribisnis
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis
: Dr Ir Burhanuddin, MM
Penguji Program Studi pada Ujian Tesis
: Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS
Judul Tesis : Pengaruh Karakter Pribadi dan Modal Sosial terhadap Kemampuan Wirausaha Perempuan di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Nama : Iqbal Reza Fazlurrahman NIM : H451110201
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr Ir Anna Fariyanti, MSi Ketua
Dr Ir Suharno, MAdev Anggota
Diketahui oleh Ketua Program Studi Sains Agribisnis
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS
Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr
Tanggal Ujian: 31 Agustus 2015
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga tesis yang berjudul “Pengaruh Karakter Pribadi dan Modal Sosial terhadap Kemampuan Wirausaha Perempuan di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor” ini telah diselesaikan. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Agribisnis, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian karya ilmiah ini, khususnya kepada Dr Ir Anna Fariyanti, MSi, selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Dr Ir Suharno, MAdev selaku Anggota Komisi Pembimbing atas bimbingan, arahan, dorongan, dan kepercayaan yang telah diberikan. Dr Ir Burhanuddin, MM selaku dosen penguji luar komisi. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis serta seluruh staf Program Studi Magister Sains Agribisnis atas bantuan dan dukungan yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada para wirausaha perempuan peserta program Mitra Agribisnis di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Biro Perencanaan Kerjasama Luar Negeri Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atas program Beasiswa Unggulan yang diberikan kepada penulis. Juga rekan-rekan di Program Studi Magister Sains Agribisnis atas motivasi dan bantuan selama menjalani pendidikan. Serta terima kasih secara khusus bagi keluarga penulis, orang tua dan saudara, atas kesabaran dan doa yang senantiasa diberikan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, September 2015 Iqbal Reza Fazlurrahman
DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
xi! xii! xiii! xiii!
1! PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Hipotesis
1! 1! 3! 4! 4! 5! 5!
2! TINJAUAN PUSTAKA Karakter Pribadi dan Kemampuan Wirausaha Modal Sosial dan Motivasi Wirausaha Perempuan Kredit Mikro dan Pemberdayaan Perempuan Desa
5! 5! 7! 9!
3! KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Teoritis Teori Kewirausahaan Karakteristik Kewirausahaan Modal Sosial Kredit Mikro Pelatihan Kewirausahaan Penghasilan Usaha Wirausaha Skala Gurem Kerangka Operasional
12! 12! 12! 13! 13! 14! 14! 15! 16! 17!
4! METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penentuan Responden Jenis dan Sumber Data Metode Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis Korelasi Pendekatan Partial Least Square (PLS) Prosedur PLS Modeling Implementasi Model Variabel dan Pengukuran
20! 20! 20! 20! 20! 20! 21! 21! 22! 22! 25!
5! GAMBARAN UMUM PROGRAM MITRA AGRIBISNIS Peran IPB dalam Menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi Program Mitra Agribisnis
27! 27! 28!
6! GAMBARAN UMUM WIRAUSAHA PEREMPUAN
29!
7! HASIL DAN PEMBAHASAN Karakter Pribadi dan Modal Sosial Wirausaha Perempuan
36! 36!
xii
Hubungan Karakter Pribadi dan Modal Sosial dengan Penghasilan Wirausaha Evaluasi Model Pengaruh Karakter Pribadi dan Modal Sosial terhadap Kemampuan Wirausaha Perempuan Evaluasi Model Pengukuran (Outer Loading) Evaluasi Model Struktural (Inner Model) Pengaruh Karakter Pribadi dan Modal Sosial terhadap Kemampuan Wirausaha Perempuan 8! KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
40! 41! 42! 43! 44! 47! 47! 48! 49! 54! 59!
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Klasifikasi usaha berdasarkan UU 20/2008 Klasifikasi industri rumahan Keterangan variabel-variabel pada Path Diagram Konversi diagram ke jalur persamaan Variabel karakter pribadi Variabel modal sosial Variabel Kemampuan Wirausaha Satuan Usaha Komersial IPB per April 2014 Sebaran rataan skor berdasarkan karakter pribadi Sebaran rataan skor berdasarkan modal sosial Sebaran rataan skor berdasarkan kemampuan wirausaha Hasil hubungan karakter pribadi dengan penghasilan usaha Hasil hubungan modal sosial dengan penghasilan usaha Nilai Outer Loading, AVE dan Composite Reliability Nilai R square Nilai f square Path Coefficients
16 17 23 25 26 26 26 28 37 38 39 40 41 42 43 44 45
xiii
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Perbandingan aktivitas kewirausahaan perempuan dan laki-laki dunia Sebaran persentase pasar tenaga kerja Indonesia, Mei 2013 Model konseptual modal sosial Kerangka modal sosial dan kewirausahaan perempuan. Pengaruh kredit mikro terhadap pemberdayaan wirausaha perempuan Kombinasi modal dan tenaga kerja Kerangka Pemikiran Operasional Model Awal Path Diagram Partial Least Square Peran IPB di bidang kewirausahaan Proses penyaluran kredit Mitra Agribisnis Sebaran persentase responden berdasarkan usia Sebaran persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan Sebaran persentase responden berdasarkan lama usaha Sebaran persentase responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga Sebaran persentase responden berdasarkan pekerjaan suami Sebaran persentase responden berdasarkan status perkawinan Sebaran persentase responden berdasarkan jenis usaha dimiliki Sebaran persentase responden berdasarkan lokasi usaha Sebaran persentase responden berdasarkan omset harian Sebaran persentase responden berdasarkan besar modal awal Sebaran persentase responden berdasarkan sumber modal usaha
1 2 7 8 11 16 19 24 27 29 29 30 31 31 32 32 33 34 34 35 36
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7
Hasil uji hubungan karakter pribadi dengan penghasilan usaha 54! Hasil uji hubungan modal sosial dengan penghasilan usaha 54! Hasil uji hubungan karakter pribadi dan modal sosial dengan penghasilan usaha 54! Nilai loading pada diagram jalur persamaan struktural PLS 55! Nilai t-statistics pada diagram jalur persamaan struktural PLS 56! Hasil uji hipotesis pengaruh karakter pribadi dan modal sosial terhadap kemampuan wirausaha perempuan 56! Dokumentasi wirausaha perempuan di Desa Cihideung Ilir 57!
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Partisipasi perempuan dalam perekonomian merupakan kunci pendorong pertumbuhan. Partisipasi perempuan dalam bentuk wirausaha dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru yang berdampak pada pengurangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan (OECD, 2012). Perempuan memiliki karakter-karakter alami pendorong perubahan sosial, seperti: sikap tegas, persuasif dan keberanian untuk mengambil risiko (Goyal dan Prakash, 2011). Perkembangan wirausaha perempuan di dunia tergolong tinggi. Pada periode 2011-2013, jumlah wirausaha perempuan tumbuh sebesar 20 persen dengan total 98 juta usaha baru (IADB, 2014). Pada tahun 2014 wirausaha perempuan di negara berkembang diperkirakan mencapai 30 hingga 37 persen dari seluruh usaha mikro dan kecil (IFC, 2015). Namun masih terjadi kesenjangan antara perempuan dan laki-laki. Partisipasi perempuan dalam perekonomian hanya sebesar 47,1 persen, dibawah laki-laki yang mencapai 72,2 persen (UN Women, 2014). Gambar 1 memperlihatkan aktivitas kewirausahaan perempuan dibandingkan laki-laki di dunia. United!States! Europe:!Developed!
5%!
Europe:!Developing! Asia:!Developed!
5%!
10%!
Male! 13%! 13%!
La?n!America/
Sub/Saharan!Africa!
15%!
13%!
6%!
Asia:!Developing!
ME!NA/Mid!Asia!
10%! 9%!
4%!
15%! 14%!
Female! 19%!
27%!
30%!
Gambar 1 Perbandingan aktivitas kewirausahaan perempuan dan laki-laki dunia Sumber: Global Entrepreneurship Monitor, 2013. Tingkat pembangunan ekonomi memengaruhi motivasi perempuan untuk memulai wirausaha (Raju & Bhuvaneswari, 2014). Minniti & Naude (2010) menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan wirausaha perempuan di negara berkembang lebih tinggi dibandingkan di negara maju, hal ini diakibatkan tingginya hambatan untuk dapat masuk dalam pasar tenaga kerja formal. Selain itu, lokasi dan kondisi sosial lingkungan turut memengaruhi tingkat keberhasilan usaha. Perempuan di daerah perkotaan secara umum memiliki tingkat keberhasilan usaha lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan di desa baik itu di negara maju maupun di negara berkembang (Bird dan Sapp, 2004; Davis, 2011). Indonesia memiliki potensi untuk meningkatkan pertumbuhan melalui peningkatan partisipasi perempuan dalam perekonomian. Tambunan (2009) menyatakan sebagian besar penduduk miskin di Indonesia adalah perempuan.
2
Program pemberdayaan perempuan belum berjalan dengan baik, padahal bila mampu dikembangkan dapat mengurangi tingkat kemiskinan. Hakim (2011) menyatakan perempuan lebih codong memilih bekerja di sektor informal seperti pada perdagangan dan jasa serta pertanian. Elizabeth (2008) menyatakan lebih dari 70 persen perempuan tinggal di wilayah pedesaan. Muljaningsih et al. (2012) menyatakan pemberdayaan perempuan di pedesaan melalui kewirausahaan perempuan mampu mengurangi kemiskinan di desa. Gambar 2 menunjukkan indikator pasar tenaga kerja Indonesia berdasarkan gender menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam International Labor Organization (ILO) (2013), dapat dilihat bahwa tingkat partisipasi perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki, baik ada sektor formal maupun informal. Formal'
Laki/ laki! 65%!
Peremp uan! 35%!
Informal'
Laki/ laki,! 59%!
Peremp uan,! 41%!
Gambar 2 Sebaran persentase pasar tenaga kerja Indonesia, Mei 2013 Sumber: BPS dalam ILO (2013) Müller (2006) menyatakan bahwa wirausaha perempuan Indonesia memiliki hambatan-hambatan untuk berkembang, antara lain: (1) konstruksi sosial dan budaya, (2) akses pendidikan rendah, dan (3) dukungan akses keuangan yang rendah. Dukungan akses keuangan yang rendah diakibatkan oleh asosiasi karakteristik gender peremuan yang dianggap kurang layak, lokasi tinggal yang terpencil, dan tidak memiliki jaminan usaha (Ratnawati 2011). Tambunan (2012) menyatakan rendahnya dukungan keuangan merupakan salah satu masalah utama penghambat kemajuan wirausaha perempuan, ketiadaan jaminan dan bunga pinjaman tinggi membuat perempuan sulit untuk mendapatkan kredit dari lembaga keuangan formal. Menurut BPS (2014), di Kabupaten Bogor terdapat 218.951 wirausaha perempuan atau 33,88 persen dari total 646.183 wirausaha. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KKUKM) (2012) memperkirakan dari 46 juta pelaku usaha mikro yang ada di Indonesia, sebagian besar merupakan industri rumahan dengan 73 persen diantaranya adalah perempuan 1 . Wirausaha perempuan di Indonesia sekitar 0,1 persen dari total penduduk atau kurang dari 240.000 orang. Pada umumnya usaha yang dijalani perempuan tergolong mikro, dengan ciri-ciri modal usaha terbatas antara 1 hingga 5 juta rupiah dan sumber modal sendiri atau pinjaman (KPPA, 2012). 1
LPPM-IPB IPB. Industri Rumahan Sebagai Exit Strategi TKI. http://LPPMIPB.ipb.ac.id/index.php?option=com_content&view=category&id=38:warta-iptek&Itemid=50 [Februari 2015]
3
Institut Pertanian Bogor (IPB) memiliki peran pemberdayaan masyarakat. IPB melaksanakan pengabdian terhadap masyarakat dalam rangka mendukung keberlanjutan pembangunan ekonomi nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kondisi lingkungan sosial masyarakat lingkar kampus IPB sangat rentan terhadap kemiskinan (Suharyanto, 2007). Keterbatasan ini membuat kegiatan wirausaha yang dijalankan masyarakat, terutama oleh perempuan di desa lingkar kampus memiliki skala usaha terbatas dan sulit berkembang. Wirausaha perempuan di lingkar kampus juga memiliki berbagai tantangan dalam menjalankan usaha mereka. Atas kepedulian dan amanat pengabdian terhadap masyarakat, IPB membuat program-program pengabdian terhadap masyarakat di desa lingkar kampus yang mampu mendorong pengentasan kemiskinan salah satunya melalui pembinaan wirausaha kecil, termasuk wirausaha perempuan. Perumusan Masalah IPB merupakan institusi pendidikan tinggi yang memiliki peran dalam pemberdayaan dan pendidikan masyarakat, sebagaimana diamanatkan oleh Undang Undang Perguruan Tinggi2. Tri Dharma Perguruan Tinggi mencakup tiga unsur utama, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian kepada masyarakat. Dharma pengabdian kepada masyarakat mendorong citivas akademik IPB untuk berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dengan memberikan sumbangsih pengetahuan kepada masyarakat baik secara luas maupun masyarakat di sekitar lingkungan kampus. Keberadaan IPB mendorong perubahan sosial masyarakat desa yang tinggal di wilayah lingkar kampus. Suharyanto (2007) menyatakan keberadaan kampus IPB memiliki keterkaitan ekonomi dengan masyarakat desa wilayah lingkar kampus. Kedekatan lokasi wirausaha sekitar wilayah dan kampus berkaitan erat dengan tingkat penghasilan para pelaku wirausaha. Namun secara umum kondisi sosial ekonomi masyarakat wilayah lingkar kampus IPB masih rentan terhadap kemiskinan. Dengan alasan tersebut, IPB memberikan perhatian khusus kepada perkembangan sosial ekonomi masyarakat desa wilayah lingkar kampus diantaranya program-program yang dilaksanakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM). Departemen Agribisnis IPB menjalankan pengabdian kepada masyarakat salah satunya melalui inisiatif program Mitra Agribisnis. Program Mitra Agribisnis merupakan inisiatif dari Departemen Agribisnis yang didanai oleh NICHE 3 (Netherlands International Cooperation in Higher Education). Mitra Agribisnis merupakan program penyaluran kredit modal dan pengembangan usaha yang disertai dengan penelitian untuk wirausaha perempuan yang tinggal dan menjalankan usaha di lingkar kampus IPB. Inisiatif program Mitra Agribisnis dilaksanakan pada Februari hingga Maret tahun 2014.
2
Undang-Undang Perguruan Tinggi Nomor 12 Tahun 2012. NICHE merupakan sebuah program pemerintah Belanda untuk meningkatkan kapasitas sehingga dapat berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi dan pengentasan kemiskinan di negaranegara rekanan pemerintah Belanda (http://www.nuffic.nl/en/programme-administration/niche, [Februari 2015]). 3
4
Mitra Agribisnis dilaksanakan melalui penyaluran kredit modal, pemberian pelatihan pengembangan usaha, dan disertai penelitian terhadap aspek kewirausahaan yang dimiliki perempuan di desa Cihideung Ilir. Pada pelaksanaan program Mitra Agribisnis di tahun 2014, ditemukan bahwa karakter pribadi pendorong kewirausahaan pada perempuan masih terbatas, kesadaran wirausaha perempuan dalam memanfaatkan kredit usaha masih rendah (Adilah, 2014). Selain itu, ditemukan juga tidak adanya perbedaan antara sebelum dan sesudah pemberian kredit terhadap omset usaha. Kurangnya fungsi pendampingan bagi peserta dan keterbatasan waktu pelaksanaan program diduga menjadi penyebab belum efektifnya penyaluran kredit usaha pada program Mitra Agribisnis. Dengan demikian, agar program berdampak lebih baik, perlu dilakukan modifikasi dalam penyaluran kredit usaha (Safitri, 2014). Penelitian ini dilaksanakan sebagai evaluasi terhadap karakter pribadi, modal sosial, dan kemampuan wirausaha perempuan peserta Mitra Agribisnis. Salah satu hasil dari penelitian ini adalah untuk memberi masukan desain program Mitra Agribisnis untuk pelaksanaan di masa mendatang, berdasarkan temuan pada penelitian ini dan masukan pada penelitian-penelitian terdahulu. Permasalahan yang akan dijawab pada penelitian ini antara lain: 1. Bagaimana karakter pribadi dan modal sosial wirausaha perempuan? 2. Bagaimana hubungan karakter pribadi dan modal sosial penghasilan wirausaha perempuan? 3. Bagaimana pengaruh karakter pribadi dan modal sosial terhadap kemampuan wirausaha perempuan? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menjelaskan karakter pribadi dan modal sosial wirausaha perempuan. 2. Menganalisis hubungan karakter pribadi dan modal sosial dengan penghasilan wirausaha perempuan. 3. Menganalisis pengaruh karakter pribadi dan modal sosial terhadap kemampuan wirausaha perempuan. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan masukan bagi pihakpihak yang berkepentingan baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti: 1. Pemangku kepentingan, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk pembuatan program penyaluran kredit usaha skala mikro, khususnya yang ditujukan bagi wirausaha perempuan. 2. Penulis, penelitian ini berguna untuk mengembangkan ilmu yang didapat selama mengikuti perkuliahan di kampus. 3. Pembaca, untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca, serta sebagai bahan rujukan untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.
5
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Penelitian ini terbatas pada karakter pribadi, modal sosial, dan kemampuan wirausaha perempuan. Skala usaha yang dimiliki oleh wirausaha perempuan tergolong sangat mikro atau gurem. Sehingga hasil penelitian ini tidak dapat menyimpulkan kondisi wirausaha perempuan di wilayah lain. Adapun wilayah yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah wilayah Lingkar Kampus IPB, yaitu di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Hipotesis Sesuai dengan tujuan penelitian dan kerangka berpikir, hipotesis yang dibangun dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh pengaruh karakter pribadi dan modal sosial terhadap kemampuan wirausaha perempuan peserta Mitra Agribisnis.
2 TINJAUAN PUSTAKA Karakter Pribadi dan Kemampuan Wirausaha Karakter pribadi merupakan salah satu faktor penentu kesuksesan seorang wirausaha (Chaudhary et al., 2012). Baum dan Locke (2004) menjelaskan bahwa Karakter merupakan kepribadian suatu individu yang dapat membuat perbedaan antara individu satu dengan individu lain pada situasi yang sama. Karakter merupakan kepribadian yang bersifat unik, subjektif, dipengaruhi oleh pengetahuan individu, nilai, persepsi dan pengalaman yang tidak mudah ditiru. Kor et al. (2007) menjelaskan karakter individu berkembang melalui proses pola asuh, interaksi sosial, pengalaman, pelatihan, dan pendidikan. Nilai-nilai keyakinan individu memainkan peran penting dalam mendorong pembuatan keputusan kewirausahaan. Terdapat berbagai faktor yang diperlukan untuk mendorong kesuksesan wirausaha. Chaudhary et al. (2012) menyatakan faktor penentu kesuksesan wirausaha antara lain: (1) motivasi, (2) inovasi, (3) pengambilan risiko, dan (4) tanggung jawab. Rauch dan Frese (2000) menyatakan faktor-faktor penentu keberhasilan dalam wirausaha antara lain: (1) locus of control, (2) pengambilan risiko, (3) sumber daya manusia, (4) perencanaan dan strategi, (5) inovasi, (6) orientasi tujuan, dan (7) kondisi lingkungan. Baum dan Locke (2004) menyatakan faktor kesuksesan wirausaha antara lain: (1) tujuan, (2) efektivitas diri, (3) visi, (4) gairah, (5) keuletan, dan (6) keterampilan. Hubungan antar faktor-faktor ini kecil, namun signifikan dan kondisi lingkungan dianggap sebagai faktor penentu yang perlu dimasukkan ke dalam model keberhasilan kewirausahaan. Nga dan Shamuganathan (2010) menyatakan bahwa karakter kewirausahaan juga dapat berbentuk sosial seperti sifat keramahan, keterbukaan, kesadaran memiliki, etika, dan komitmen sosial umumnya berpengaruh positif pada dimensi kewirausahaan.
6
Bird (1995) berpendapat terdapat beberapa karakter pendorong kewirausahaan, antara lain: (1) pengetahuan khusus, (2) motivasi, (3) sifat, (4) proyeksi diri, (5) peran sosial, dan (6) keterampilan. Ekpe (2011) menyatakan bahwa karakter dan faktor-faktor pendorong kesuksesan kewirausahaan perempuan antara lain (1) pendidikan, (2) usia, (3) lama pengalaman usaha, (4) status keluarga, (5) kemampuan bahasa, (6) pelatihan, (7) motivasi, dan (8) keberadaan kelompok sosial pendukung. Istilah “kapasitas”, "keterampilan", "keahlian", "kecerdasan" dan "kompetensi" memiliki keterkaitan dan kadang-kadang digunakan secara bergantian dalam berbagai literatur (Smith dan Morse, 2005). Mitchelmore dan Rowley (2010) menyatakan terdapat tiga kategori kapasitas wirausaha, antara lain: (1) sikap atau sifat, (2) pengetahuan atau pengalaman, dan (3) keterampilan atau kemampuan. Kemampuan kewirausahaan dipandang sebagai faktor penting untuk mendorong pertumbuhan dan kesuksesan usaha. Terdapat dua makna kunci kemampuan wirausaha, yaitu kemampuan sebagai indikator perilaku individu dan kemampuan sebagai standar minimum kinerja. Definisi ini menjelaskan perbedaan makna kemampuan wirausaha, antara lain: (1) keterampilan wirausaha sebagai gaya pribadi dan perilaku kewirausahaan (2) keterampilan wirausaha yang berpengaruh terhadap kinerja usaha, pengalaman staf, dan pelanggan usaha (Mitchelmore dan Rowley, 2010). Kemampuan wirausaha juga dipandang sebagai karakter yang mendasari seseorang dalam menghasilkan tindakan yang efektif dan/atau kinerja usaha yang unggul. Kemampuan wirausaha juga dapat dilihat sebagai deskripsi dari suatu tindakan, perilaku atau hasil usaha yang seseorang harus mampu tunjukkan (Cheng dan Dainty, 2003). Chaifetz (2010) menyatakan kemampuan kewirausahaan sebagai kelompok kapasitas tertentu yang relevan dalam mendorong kesuksesan usaha. Kemampuan kewirausahaan setidaknya terbagi dua, yaitu keterampilan kewirausahaan dan keterampilan manajerial. Keterampilan kewirausahaan lebih dibutuhkan pada saat memulai usaha baru, sedangkan keterampilan manajerial lebih dibutuhkan pada tahap pengembangan usaha. Meskipun demikian, kemampuan kewirausahaan yang baik memerlukan kompetensi, baik keterampilan usaha maupun keterampilan manajerial. Ahmad, et al. (2010) menyatakan untuk dapat mengubah kesempatan menjadi hasil positif, wirausaha harus dapat mengelola sumber daya internal dan eksternal yang dimiliki. Sumber daya internal terdiri dari karakter pribadi seperti visi, motivasi, tujuan usaha, inovasi, tanggung jawab, dan kemampuan untuk membaca peluang, hal-hal tersebut merupakan kapasitas pribadi yang perlu dikembangkan wirausaha. Sedangkan sumber daya eksternal dapat berupa dukungan sosial seperti keluarga dan kelompok pendukung, yang apabila dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan baik dapat menjadi mendorong kesuksesan wirausaha. Bird (1995) menyatakan kemampuan kewirausahaan dilakukan oleh pelaku wirausaha dalam memulai atau mengubah organisasi mereka melalui penambahan nilai yang dapat dilakukan dengan pengelolaan manajemen sumber daya yang mereka miliki, baik secara internal maupun eksternal. Peningkatan kemampuan kewirausahaan, seperti pemberian pelatihan, merupakan mekanisme yang dapat dilakukan oleh wirausaha untuk dapat meningkatkan kesuksesan usaha.
7
Modal Sosial dan Motivasi Wirausaha Perempuan Adler dan Kwon (2002) menjelaskan bahwa modal sosial bersumber dari interaksi hubungan pasar, sosial, dan hierarkis yang menghasilkan modal sosial wirausaha. Modal sosial berfokus pada pada: (1) hubungan aktor dengan aktor lain, (2) struktur hubungan antar aktor dalam kelompok, atau (3) hubungan keduanya. Lebih lanjut, modal sosial berpengaruh bagi pelaku wirausaha antara lain memberikan peningkatan: (1) kesuksesan karir, (2) kompensasi keuangan, (3) peluang pekerjaan, (4) pertukaran sumber daya dan inovasi produk, (5) penciptaan modal intelektual, (6) efektivitas kerja (7) penciptaan kewirausahaan, dan (8) pembentukan usaha baru.
Gambar 3 Model konseptual modal sosial Sumber: Adler dan Kwon (2002) Gambar 3 merupakan model konseptual yang disusun oleh Kwon dan Alder (2002) untuk menjelaskan bahwa struktur sosial yang terdiri dari hubungan pasar, sosial, dan hierarkis dapat menciptakan kesempatan, motivasi, dan kemampuan sebagai modal sosial indidu menjadi wirausaha. Modal sosial yang terdiri dari manfaat dan risiko berimplikasi pada terbentuknya nilai yang akan berdampak kepada struktur sosial jika didukung oleh kemampuan komplementer. Renzulli et al. (2000) menyatakan modal sosial berperan penting dalam proses memulai usaha, dimana wirausaha dapat menggunakan modal sosial untuk mengakses sumber daya yang mereka miliki. Modal sosial dapat bersumber dari perspektif sifat, budaya, dan kepribadian. Wirausaha perempuan menggunakan modal sosial untuk membangun bisnis, memperbesar jaringan diskusi, dan memelihara kontak dan jejaring sosial. Renzulli et al. (2000) menyatakan wirausaha perempuan juga cenderung melibatkan kerabat dalam mendirikan dan menjalankan usaha, hal ini seringkali disebabkan oleh kurangnya kesempatan bagi perempuan untuk memperluas jaringan ke kalangan usaha yang pada umumnya didominasi laki-laki.
8
Baron dan Markman (2003) menyatakan modal sosial sebagai ragam kompetensi untuk berinteraksi dengan pihak lain yang dapat memengaruhi kesuksesan wirausaha, seperti reputasi, kemampuan bersosialisasi, beradaptasi dengan lingkungan sosial, dan dukungan sosial. Tingkat modal sosial seperti persepsi sosial, adaptasi, sifat keterbukaan, dan kecerdasan emosi berpengaruh positif kepada keuntungan finansial usaha. Modal sosial berbeda secara gender, dimana kemampuan adaptasi sosial wirausaha perempuan lebih dominan dibandingkan laki-laki. Lebih lanjut, kepribadian atau karakter pribadi sangat berperan dalam membantu peningkatan kesuksesan usaha sebagai pendamping modal sosial. Okafor dan Amalu (2010) menyatakan bahwa modal sosial berpengaruh positif terhadap motivasi dan kemampuan manajerial perempuan dalam menghadapi tantangan wirausaha. Modal sosial turut menentukan perilaku, bentuk, arah, intensitas dan kapasitas wirausaha perempuan yang memengaruhi mereka dalam membuat keputusan usaha. Penelitian Noureen dan Arsyad (2011) terhadap kelompok wirausaha perempuan di Pakistan menemukan dampak modal sosial, dimana kepercayaan dan dukungan dari kelompok (peer group), keluarga (family), dan hubungan informal institusi usaha (insitutiton) memberikan dorongan untuk memulai usaha dan kemajuan usaha yang dijalankan perempuan. Gambar 4 menjelaskan kerangka modal sosial pendorong kesuksesan kewirausahaan perempuan dalam memulai usaha dan kemajuan usaha mereka. Kerangka ini yang terdiri dari kelompok yang berperan sebagai ikatan sosial lemah, membantu keberlangsungan usaha melalui pertukaran informasi, pengalaman, dan promosi. Keluarga sebagai ikatan soslal kuat, membantu perempuan menjalankan usaha secara mandiri, karena fungsi perempuan dalam keluarga dapat dibantu oleh anggota keluarga lainnya. Peran hubungan informal dengan institusi memberikan kemudahan bagi perempuan pengembangan pasar bagi produk mereka. Dukungan! memulai! usaha!
Hubungan! informal! ins?tusi!
Dukungan! kelompok!
Dukungan! keluarga! Gambar 4 Kerangka modal sosial dan kewirausahaan perempuan. Sumber: Noureen dan Arsyad (2013)
9
Kredit Mikro dan Pemberdayaan Perempuan Desa Di Indonesia, pemerintah menyediakan program kredit mikro yang dinamakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) 4 . Hariyanto dan Prasetyo (2010) menyatakan program ini dibuat oleh pemerintah kepada sektor perdagangan dan pertanian dengan mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM. Sifat KUR yang luas untuk semua sektor membuat kesempatan wirausaha perempuan mikro di Indonesia masih mengalami kesulitan mengakses pembiayaan melalui program ini. Khusus kredit mikro bagi perempuan pada umumnya disalurkan melalui lembaga keuangan formal yang biasa disebut Lembaga Keuangan Mikro (LKM) (Daley-Harris, 2004). Cull et al. (2007) menyatakan bahwa pada tahun 2007, lebih dari 73 persen nasabah LKM di seluruh dunia adalah perempuan. Daya tarik utama bagi LKM untuk menyediakan kredit mikro pada perempuan adalah tingkat pembayaran kredit yang tinggi. Penelitian D’Espalier et al. (2011) menunjukkan dari total kredit dengan jatuh tempo lebih dari 30 hari kepada perempuan, hanya 1 persen diantaranya yang macet dan dihapuskan. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan pada umumnya tidak memiliki masalah dalam pembayaran kredit. Penelitian lain yaitu Hossain (1988) menyatakan bahwa di Bangladesh, 81 persen perempuan tidak punya masalah pembayaran, dibandingkan dengan 74 persen laki-laki. Demikian pula, Khandker et al. (1995) menemukan bahwa 15,3 persen dari peminjam lakilaki Grameen memiliki masalah pembayaran, dibandingkan dengan 1,3 persen dari perempuan. Narain (2009) menyatakan bahwa tingkat pembayaran kredit peminjam perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki diakibatkan perempuan memilih berinvestasi secara konservatif dan memiliki risiko moral hazard rendah. Das (2000) menggolongkan pemberian kredit mikro untuk kewirausahaan dalam empat kategori besar, yaitu: (1) pendekatan Kelompok Swadaya, dengan mempromosikan kredit mikro dan mengatur kredit dari bank, (2) pendekatan minimalis Lembaga Keuangan Mikro, dengan memberikan pinjaman massal, pinjaman lunak dan bantuan khusus kepada kelompok swadaya masyarakat, (3) pendekatan Mikro Pengembangan Usaha melalui program pemerintah yang mendorong pendirian lembaga pembangunan dan promosi untuk usaha mikro, serta (4) pendekatan pembangunan sosial yang dibangun didasarkan pada premis bahwa orang harus mendapatkan lebih banyak uang dengan berinvestasi di usaha mikro dengan keuntungan usaha yang dibelanjakan untuk kebutuhan sosial. Wirausaha perempuan di desa mampu menghasilkan lapangan kerja, menambah penghasilan keluarga dan mengurangi kemiskinan (Sullivan et al., 2011). Pemberian kredit mikro kepada perempuan merupakan salah satu cara menurunkan tingkat kemiskinan karena perempuan cenderung cermat dalam menjalankan usaha (Agier dan Szafarz, 2013). Kecenderungan peminjam perempuan dapat menahan diri dari meminjam kredit, diantaranya hambatan status sosial dan keluarga yang dimiliki perempuan. Hambatan yang seringkali dialami oleh perempuan antara lain akses fasilitas keuangan, tempat kerja, pemasaran, dan kendala sosial (Sharma et al., 2012). 4
Kredit ini ditujukan untuk pembiayaan usaha produktif dengan segmen mikro, kecil, menengah, dan koperasi yang layak secara finasial namun belum bankable. KUR merupakan pola pembiayaan langsung yang diberikan dalam bentuk Kredit Modal Kerja atau Kredit Investasi dengan plafon kredit dari Rp. 5 Juta sampai dengan Rp. 500 Juta yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Kredit.
10
Lavoori dan Paramanik (2014) meneliti pemberian kredit mikro dalam kelompok usaha di India dan menemukan bahwa kredit mikro berpengaruh terhadap pengambilan partisipasi perempuan dan proses pengambilan keputusan dalam keluarga. Partisipasi perempuan penerima kredit secara positif dipengaruhi oleh ukuran keluarga, penghasilan dari anggota keluarga serta suami, dan jumlah pertemuan yang dihadiri oleh peserta. Hal ini sejalan dengan temuan Vadde dan Ratnam (2014) mengenai pelatihan dan pertemuan kelompok dapat meningkatkan karakter dan perilaku wirausaha perempuan yang tergabung dalam kelompok. Welsh dan Dragusin (2006) menyatakan bahwa secara umum wirausaha perempuan dan laki-laki memiliki kesamaan karakter. Perbedaan utama dari kedua wirausaha ini adalah dalam hal motivasi, kemampuan usaha, dan latar belakang pekerjaan. Nassif et al. (2012) mengemukakan bahwa wirausaha perempuan memiliki persepsi atas potensi diri, keterbatasan, keinginan dan kekhawatiran dalam lingkup kompetensi kognitif dan afektif. Wirausaha perempuan sangat menyadari pentingnya mengembangkan peluang dan menerapkan kepemimpinan dalam menjalankan usaha. Wirausaha perempuan memiliki gabungan keterampilan interpersonal, komitmen dan kemampuan sosial yang berkontribusi terhadap kesuksesan usaha mereka. Das (2000) menyatakan motivasi perempuan secara umum adalah untuk mencapai kemandirian dan keinginan untuk melakukan pencapaian. Khanka (2002) menyatakan perempuan secara umum memiliki karakter individu antara lain: (1) inovasi, (2) motivasi dan tekad, (3) kemampuan sosial, (4) disiplin, dan (5) pengambikan risiko. Lebih lanjut Ekpe (2011) menyatakan bahwa perempuan membutuhkan kemampuan pengambilan keputusan yang baik untuk mencapai kesuksesan usaha, terutama dalam penggunaan dana atau kredit usaha. Atribut keberhasilan lainnya adalah keterampilan kewirausahaan, kemampuan jaringan, motivasi, ambisi, rasa percaya diri, dan enerjik. Perempuan di desa memiliki berbagai hambatan yang membuat usaha lebih sulit untuk berkembang, hambatan ini antara lain: keterbatasan dukungan keuangan, keterbatasan informasi, stigma sosial, keterbatasan akses informasi, keterbatasan akses pasar, serta faktor kognitif (Afrin et al., 2008), dukungan keluarga, kekerasan perempuan, serta hambatan peraturan (Vossenberg, 2013). Usaha perempuan di desa umumnya berada pada skala sangat mikro sehingga cenderung berisiko tinggi. Usaha perempuan juga sulit berkembang akibat dukungan pemerintah terhadap perempuan masih sangat rendah (Dasaluti 2009). Pemberian kredit mikro bagi perempuan di desa menunjukkan peningkatan perekonomian dan kehidupan sosial serta mengurangi tingkat kemiskinan (Develtere dan Huybrechts, 2002; Sharma et al., 2012; Lavoori dan Paramanik, 2014). Pemberian kredit mikro bagi perempuan di desa juga berdampak pada penciptaan tenaga kerja, peningkatan produktivitas, pengadaan jaminan ekonomi, peningkatan kesehatan, dan peningkatan kesejahteraan. Selain itu, secara individu berdampak pada peningkatan kepercayaan diri, pemberdayaan sosial, kesadaran pendidikan, dan peningkatan kemampuan manajerial (Cheston dan Kuhn, 2002; Afrin et al., 2008). Pemberian kredit mikro dan pelatihan usaha merupakan upaya pemberdayaan perempuan desa. Karlan dan Vardivia (2006) meyatakan pemberian kredit yang disertai program pemberdayaan melalui pelatihan pada wirausaha perempuan di Peru menghasilkan peningkatan pengetahuan usaha,
11
kemampuan manajerial, dan penghasilan. Pemberian pelatihan juga memberikan manfaat bagi LKM yaitu peningkatan rasio pembayaran kredit dan retensi klien. Ekpe et al. (2010) menyatakan wirausaha perempuan di Nigeria memiliki karakter baik serta motivasi yang tinggi untuk mencapai kesuksesan, namun memiliki pengetahuan dan pengalaman usaha yang rendah. Pemberian kredit yang disertai pelatihan usaha yang dilakukan dalam kelompok sosial berpengaruh terhadap peningkatan penghasilan usaha perempuan. Loice dan Razia (2013) menyatakan bahwa pemberian pelatihan kewirausahaan dan pemberian kredit mikro kepada wirausaha perempuan berdampak positif terhadap pemberdayaan perempuan di Kenya. Peningkatan terhadap akses kredit dan simpanan, dukungan dari kelompok sosial, serta pemberian pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan wirausaha perempuan dapat meningkatkan kesuksesan usaha dan pengembalian kredit mikro. Gambar 5 menjelaskan pentingnya peran kelompok sosial dan jenis program pelatihan yang perlu disesuaikan dengan kondisi perempuan penerima kredit.
Gambar 5 Pengaruh kredit mikro terhadap pemberdayaan wirausaha perempuan Sumber: Loice dan Razia (2013) Jalila et al (2014) menemukan bahwa pemberian kredit yang disertai pelatihan bagi perempuan desa di Pakistan dapat meningkatkan kreativitas, kemampuan teknis, dan kemampuan mempertahankan usaha di dalam industri. Penelitian ini juga memberikan konfirmasi pemberian kredit yang disertai pelatihan dapat meningkatkan karakter pribadi seperti proaktivitas, kemampuan mengatasi risiko, tanggung jawab, dan inovasi. ILO (2014) menyatakan program yang menggabungkan pemberian akses keuangan dan pelatihan usaha sangat efektif dalam mendukung pengembangan bisnis perempuan dibandingkan program kredit keuangan atau pelatihan bisnis yang terpisah. Integrasi dalam penyusunan materi terkait perbedaan gender, program pelatihan usaha, dan pemberian kredit dapat mengatasi kendala sistematis dalam konteks norma-norma sosial budaya yang membatasi perempuan desa untuk dapat produktif.
12
3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Teoritis Teori Kewirausahaan Berbagai penulis mencoba mendefinisikan kewirausahaan dari berbagai konteks. Parker (2009) mencoba menjelaskan beberapa definisi dari beberapa penulis dengan konteks berbeda. Dari konteks inovasi, Schumpeter dalam Parker (2009) melihat kewirausahaan merupakan “proses perusakan kreatif” dimana seseorang mampu melakukan inovasi baru dan unik dalam aktivitas perekonomian. Seseorang dianggap sebagai wirausahawan hanya ketika dia benar-benar melakukan kombinasi baru dan kehilangan karakter tersebut ketika usahanya sudah berjalan dan mengandalkan orang lain untuk menjalankan usahanya. Dari konteks pengambilan keputusan, Cantillon dalam Parker (2009) mendefinisikan kewirausahaan sebagai individu yang memiliki keberanian untuk mengambil dan menanggung risiko usaha, mereka mampu menghilangkan kelumpuhan yang disebabkan oleh ketidakpastian, sehingga proses produksi dan pertukaran terjadi dan keseimbangan pasar dicapai. Dari konteks produksi, Say dalam Parker (2009), mendefinisikan wirausaha sebagai individu yang mampu menggabungkan dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi. Wirausaha berada dalam sistem ekonomi untuk mengatur berbagai faktor produksi dan mengambil sisa sebagai keuntungan. Robbins dan Coulter (2012) mendefinisikan kewirausahaan sebagai proses individu atau kelompok dalam mengambil risiko waktu dan keuangan untuk mengejar kesempatan dengan tujuan menciptakan nilai dan pertumbuhan usaha melalui inovasi dan keunikan. Bjerke (2007) mendefinisikan kewirausahaan dalam konteks modern dengan berbagai aspek, dimana kewirausahaan merupakan proses untuk menciptakan nilai baru. Pengertian ini melihat interaksi antara tiga faktor, yaitu: (1) kreatifitas, (2) inovasi, dan (3) kewirausahaan. Kreatifitas sebagai sumber untuk medapatkan ide baru, inovasi merupakan kemampuan untuk menerapkan ide baru, dan kewirausahaan merupakan aplikasi baru yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan. Wickham (2006) mendefinisikan kewirausahaan sebagai proses manajerial yang memiliki dimensi ekonomi dan sosial. Wirausaha merupakan individu yang tinggal dan berfungsi di lingkungan sosial, proses kewirausahaan tidak hanya terlihat dalam suatu tindakan tetapi merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka mencapai keuntungan dalam menjalankan usaha. Karakter kewirausahaan untuk Proses penciptaan keuntungan ini merupakan bagian kegiatan manajerial dan karakter kewirausahaan ditandai dengan berbagai pendekatan untuk mencapai keuntungan. Greene (2011) mendefinisikan kewirausahaan sebagai individu yang menjalankan usaha sendiri dengan kemampuan mengidentifikasi kebutuhan yang belum terpenuhi di pasar dan memberikan layanan atau produk untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
13
Karakteristik Kewirausahaan Karakter merupakan sifat-sifat yang melekat pada individu atau kelompok yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Wickham (2006) menyatakan karakter-karakter yang dimiliki wirausaha dapat meningkatkan kinerja usaha, karakter tersebut antara lain: (1) bekerja keras, (2) inisiatif, (3) penentuan tujuan (4) keuletan, (5) rasa percaya diri, (6) dapat menerima ide baru, (7) ketegasan, (8) pencarian informasi, (9) keinginan untuk belajar, (10) keinginan untuk mencari peluang baru, dan (11) keinginan untuk berubah. Greene (2011) menyebutkan bahwa terdapat karakter-karakter penting yang harus dimiliki wirausaha untuk mencapai keberhasilan dalam menjalankan usaha, antara lain: (1) mandiri, (2) memiliki rasa percaya diri, (3) memiliki tekad dan ketekunan, (4) berorientasi pada tujuan, (5) standar yang tinggi, (6) kreatif, (7) bertindak cepat, dan (8) memperbaharui diri dengan teknologi. Wirausaha perempuan dan laki-laki wirausaha memiliki berbagai persamaan. Fielden dan Davidson (2005) menyatakan keduanya memiliki motivasi utama yang sama, yaitu keinginan untuk mencapai kemandirian dan prestasi, namun berbeda dengan motivasi sekunder dimana laki-laki cenderung menjadikan status sosial sebagai tujuan sedangkan perempuan memiliki berbagai tujuan seperti untuk mendapatkan pengakuan dan membantu orang lain. Lebih lanjut, wirausaha perempuan memiliki karakter khas, antara lain (1) visi besar, (2) perencanaan yang matang, (3) percaya diri, serta (4) berani dan memiliki tekad kuat. Perempuan memiliki sifat bijaksana, reaktif terhadap risiko usaha, serta mampu mengidentifikasi kesempatan usaha. Verdaguer (2009) menyatakan wirausaha perempuan dan laki-laki berbeda karena ada perbedaaan dalam hierarki sosial dan maskulinisme feminisme. Perbedaan ini berdampak pada karakter wirausaha perempuan yang cenderung memiliki ketahanan sosial lebih kuat serta kemampuan untuk membina hubungan antar wirausaha perempuan, dengan tujuan untuk mengurangi rasa isolasi yang mereka miliki. Terdapat faktor pendorong dan faktor penarik perempuan untuk menjadi wirausaha. Smith-Hunter (2006) menyatakan alasan perempuan menjadi wirausaha disebabkan beberapa faktor pendorong, antar lain: (1) pendapatan keluarga tidak cukup, (2) ketidakpuasan dengan gaji pekerjaan, (3) kesulitan dalam mencari pekerjaan, dan (4) kebutuhan untuk jadwal kerja yang fleksibel karena tanggung jawab keluarga. Sedangkan faktor-faktor penarik wirausaha perempuan meliputi: (1) kebutuhan untuk kemandirian, (2) pemenuhan diri, (3) keinginan mendapakan kekayaan, serta (4) keinginan untuk memiliki status sosial dan kekuasaan Modal Sosial Aldrich (1999) menyatakan pada teori modal manusia bahwa pengetahuan individu disertai peningkatan kemampuan kognitif dapat membuat aktivitas potensial lebih produktif dan efisien. Modal manusia terdiri dari pengetahuan dan pendidikan. Pengetahuan berperan pada kinerja intelektual, untuk membantu akumulasi pengetahuan serta membuat integrasi dan adaptasi dengan situasi baru.
14
Pendidikan terdiri dari pendidikan formal, pengalaman dan pembelajaran praktis yang terjadi pada pekerjaan, serta pendidikan non-formal. Fukuyama (2005) menyatakan teori modal sosial mengacu pada kemampuan pelaku untuk mengekstrak manfaat dari struktur sosial, jaringan, dan keanggotaan. Jaringan sosial yang disediakan oleh keluarga, masyarakat, atau hubungan organisasi dapat melengkapi efek pendidikan, pengalaman, dan modal keuangan. Faktor utama untuk meningkatkan modal sosial terdiri dari: (1) kepercayaan, dan (2) ikatan sebagai penyedia informasi. Ikatan terdiri dari ikatan kuat dan lemah yang dapat terjadi di tingkat individu dan organisasi. Ikatan lemah merupakan hubungan longgar antara individu yang berguna untuk mendapat informasi, seperti pada kelompok. Adapun ikatan kuat memberikan akses yang aman dan konsisten, seperti keluarga. Aaltio et al. (2008) menyatakan modal sosial didefinisikan sebagai sumber daya yang melekat dalam hubungan sosial yang memfasilitasi tindakan kolektif. Sumber daya sosial modal mencakup kepercayaan, norma, dan jaringan asosiasi yang mewakili setiap kelompok yang konsisten untuk tujuan yang sama. Norma budaya menghasilkan tindakan timbal balik yang mendorong perundingan, kompromi, dan politik pluralistik. Norma-norma lain yang dapat menjadi modal sosial antara lain adalah keyakinan dalam kesetaraan warga, yang dapat mendorong pembentukan kelompok lintas sektoral. Kredit Mikro Donaghue dan Zotalis (2002) menyatakan kredit mikro adalah akses terhadap jasa keuangan yang diberikan pihak-pihak yang sangat membutuhkan sebagai peluang pendapatan, memenuhi kebutuhan hidup dan menangani keadaan darurat. Kredit mikro berkualitas ditandai dengan layanan yang mudah diakses oleh masyarakat miskin, responsif terhadap berbagai kebutuhan keuangan mereka dan harga terjangkau. Dendawijaya (2003) menyatakan pemberian kredit pada umumnya didasarkan pada dua metode penilaian, yaitu metode penilaian 6A dan metode penilaian 6C. Metode penilaian 6A yaitu: (1) analisa aspek yuridis, (2) analisa aspek pasar dan pemasaran, (3) analisa aspek teknis, (4) analisa aspek manajemen, (5) analisa aspek keuangan, dan (6) analisa aspek sosial ekonomi. Metode penilaian 6C meliputi (1) karakter yang berkaitan dengan integritas debitur atau character, (2) modal usaha yang berasal dari debitur atau capital, (3) kemampuan kreditur untuk memenuhi pengembalian pinjaman atau capacity, (4) jaminan atas pinjaman atau collateral, (5) kondisi ekonomi terhadap penghasilan usaha atau condition of economic, dan (6) hambatan usaha atau constraint. Pelatihan Kewirausahaan Lucas (1994) menyatakan bahwa pelatihan adalah segala aktivitas formal atau informal yang berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sumarsono (2003) menyatakan pendidikan dan pelatihan
15
dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan keterampilan, sehingga produktivitas kerja dapat meningkat. Menurut Mangkuprawira dan Hubeis (2007), sebelum pelatihan dilaksanakan, identifikasi kebutuhan harus dilakukan terlebih dahulu agar pelatihan dapat berjalan lancar sesuai tujuan. Kebutuhan pelatihan merupakan suatu kebutuhan untuk perbaikan dalam pekerjaan yang dapat dipenuhi oleh pelatihan tertentu (Williamson, 1993). Blanchard dan James (2004) menyatakan kuesioner dapat menjadi alat bantu untuk melakukan identifikasi kebutuhan peserta pelatihan. Penghasilan Usaha Kardasan (1995) menyatakan penghasilan merupakan selisih dari nilai penerimaan terhadap biaya. Penghasilan merupakan uang diterima setelah dikurangi biaya variabel dan tetap. Bila selisih dari penerimaan dan biaya positif berarti laba, bila selisih negatif berarti rugi. Analisis penghasilan dapat melihat keberhasilan kegiatan usaha yang dilaksanakan. Penerimaan usaha dilihat berdasarkan aktivitas pemasaran atau penjualan hasil usaha. S loman dan Sutcliffe (2004) menjelaskan penghasilan dalam suatu kegiatan usaha, dimana perusahaan menjual produk dalam berbagai kombinasi output. Aktivitas penjualan akan menghasilkan penerimaan sedangkan aktivitas produksi akan menghasilkan biaya. Selisih antara nilai penerimaan total dengan biaya produksi disebut sebagai keuntungan atau laba. Secara matematis hubungan ini dapat dituliskan sebagai berikut: ! ! = !". ! − !(!) ! = !(!) − !(!) Dimana: ! = Penghasilan ! = Pendapatan ! = Jumlah output yang diproduksi !" = Harga produk ! = Biaya Berdasarkan Riyanti (2003) pengukuran penghasilan usaha dapat dilakukan dengan mengukur rasio keuangan usaha. Ketiadaan laporan keuangan pada usaha yang dilakukan wirausaha perempuan membuat pendekatan rasio tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu, pendekatan penghasilan usaha dilakukan berdasarkan informasi penerimaan dan pengeluaran. Samuelson dan Nordhaus (2005) menggunakan kerangka ekonomi untuk menjelaskan dampak pemberian kredit terhadap penghasilan usaha. Kombinasi keseimbangan produk dan keseimbangan biaya dapat menentukan kondisi optimal usaha atau perusahaan. Gambar 6 memperlihatkan sumbu vertikal (Y) yang menunjukkan input modal (kredit) dan sumbu horizontal (X) yang menunjukkan variabel input tenaga kerja. Kondisi ini menunjukkan dimana salah satu faktor yang harus dikurangi untuk mempertahankan tingkat produktivitas yang sama jika faktor lain
16
meningkat. Terdapat hubungan timbal balik antara faktor-faktor, seperti modal dan tenaga kerja sehingga perusahaan menjaga output konstan.
Gambar 6 Kombinasi modal dan tenaga kerja Sumber: Samuelson dan Nordhaus (2005) Wirausaha Skala Gurem Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan untuk mendorong pertumbuhan usaha mikro melalui UU Nomor 20 Tahun 2008 (UU 20/2008) tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Tabel 1 merupakan klasifikasi wirausaha berdasarkan kriteria ukuran menurut UU 20/2008. Tabel 1 Klasifikasi usaha berdasarkan UU 20/2008 No.
URAIAN
KRITERIA ASSET OMZET 1 Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta 2 Usaha Kecil > 50 Juta - 500 Juta > 300 Juta - 2,5 Miliar 3 Usaha Menengah > 500 Juta - 10 Miliar > 2,5 Miliar - 50 Miliar Sumber: Undang-Undang 20/2008 Kriteria usaha Mikro berdasarkan UU 20/2008 tergolong besar dan tidak mewakili skala usaha mayoritas wirausaha di Indonesia yang memiliki aset jauh lebih kecil. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (KPPA) (2012) menyatakan sekitar 73 persen pelaku usaha mikro merupakan industri rumahan yang dikelola perempuan. Industri rumahan adalah sistem produksi yang menghasilkan produk tertentu di rumah. Modal usaha untuk industri rumahan ini beragam. Tabel 2 merupakan klasifikasi industri rumahan berdasarkan jumlah dan sumber modal yang dibuat oleh KPPA.
17
Tabel 2 Klasifikasi industri rumahan No. URAIAN 1 Kelas Melati 2 Kelas Mawar 3 Kelas Anggrek Sumber: KPPA (2012)
MODAL 1 – 5 Juta 1 – 5 Juta 50 – 100 Juta
KRITERIA SUMBER Sendiri Rentenir dan/atau Lembaga Keuangan Pinjaman
Mayoritas kategori usaha yang dijalankan oleh peserta Mitra Agribisnis tergolong Industri rumahan tingkat sederhana, dibawah klasifikasi industri rumahan yang ditetapkan. Industri rumahan tingkat sederhana ini biasanya mempekerjakan satu hingga tiga orang dengan penjualan harian paling banyak Rp800.000, karena itu program Mitra Agribisnis membuat klasifikasi baru yang dapat mencakup skala usaha industri rumah sangat mikro sebagai wirausaha “gurem”. Klasifikasi terhadap wirausaha gurem merupakan suatu upaya untuk mendorong kemajuan wirausaha dengan skala sangat mikro yang selama ini cenderung terabaikan oleh pemerintah maupun lembaga keuangan. Kerangka Operasional Indonesia memiliki potensi untuk meningkatkan pertumbuhan melalui peningkatan partisipasi perempuan dalam perekonomian. Elizabeth (2007) menyatakan lebih dari 70 persen perempuan tinggal di wilayah pedesaan. Kabupaten Bogor memiliki 218.951 wirausaha perempuan atau 33,88 persen dari total 646.183 wirausaha (BPS, 2014). Pada umumnya usaha yang dijalani perempuan tergolong mikro dengan modal usaha terbatas, antara 1 hingga 5 juta rupiah dan sumber modal sendiri atau pinjaman (KPPA, 2012). Kondisi lingkungan sosial masyarakat lingkar kampus IPB sangat rentan terhadap kemiskinan (Suharyanto, 2007). Keterbatasan ini membuat kegiatan wirausaha yang dijalankan masyarakat, terutama oleh perempuan di desa lingkar kampus memiliki skala usaha terbatas dan sulit berkembang. Departemen Agribisnis IPB menjalankan pengabdian kepada masyarakat salah satunya melalui inisiatif program Mitra Agribisnis yang merupakan penyaluran kredit modal, pemberian pelatihan pengembangan usaha, dan disertai penelitian terhadap aspek kewirausahaan yang dimiliki perempuan di desa Cihideung Ilir. Pelaksanaan program Mitra Agribisnis pada tahap 1 tahun 2014 tidak berjalan efektif. Diperlukan modifikasi pola penyaluran kredit usaha agar program dapat berjalan efektif. Modifikasi terhadap pola penyaluran kredit memerlukan evaluasi terhadap kepribadian dari wirausaha perempuan di lokasi penelitian. Untuk membantu penentuan pola penyaluran yang lebih tepat, diperlukan penyesuaian dengan kondisi sosial dari perempuan tersebut. Oleh karena itu, evaluasi ulang terhadap terhadap karakter pribadi, modal sosial, dan kemampuan wirausaha perempuan peserta Mitra Agribisnis sangat diperlukan. Karakter didefinisikan sebagai sifat-sifat yang melekat pada individu atau kelompok. Wickham (2006) menyatakan karakter pribadi yang dimiliki seorang wirausaha dapat berpengaruh terhadap kinerja usaha yang mereka jalankan.
18
Sedangkan Aldrich (1999) menyatakan modal sosial merupakan pengetahuan individu disertai peningkatan kemampuan kognitif dapat membuat aktivitas usaha lebih produktif dan efisien. Okafor dan Amalu (2010) menemukan bahwa modal sosial berpengaruh positif terhadap motivasi dan kemampuan manajerial perempuan dalam menghadapi tantangan wirausaha. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan analisis karakter pribadi dan modal sosial dari 30 wirausaha perempuan peserta program Mitra Agribisnis. Pengetahuan akan karakter pribadi dan modal sosial perempuan desa merupakan hal penting untuk diketahui, informasi ini akan dianalisis secara deskriptif. Langkah selanjutnya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penghasilan usaha dari wirausaha perempuan adalah dengan mencoba melihat hubungan antara karakteristik pribadi dan modal sosial wirausaha perempuan dengan dengan penghasilan usaha mereka. Analisis ini digunakan untuk sebagai membuat modifikasi penyaluran kredit Mitra Agribisnis yang perlu dilakukan untuk dapat meningkatkan penghasilan usaha dari wirausaha perempuan di Desa Cihideung Ilir. Analisis untuk melihat hubungan karakteristik pribadi dan modal sosial dengan penghasilan usaha dilakukan dengan uji korelasi. Tahapan terakhir yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan wirausaha perempuan, yaitu dengan mengetahui dan mengukur pengaruh karakter pribadi dan modal sosial mereka terhadap kemampuan wirausaha pada wirausaha perempuan di Desa Cihideung Ilir. Pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel ini menggunakan pemodelan Partial Least Square (PLS) Variabel-variabel teramati yang masuk ke dalam model PLS dibuat berdasarkan teori yang menyatakan adanya hubungan antara karakter pribadi, modal sosial, dan kemampuan wirausaha. Pada penelitian ini, melihat pengaruh karakter pribadi dan modal sosial terhadap kemampuan wirausaha dari perempuan peserta Mitra Agribisnis. Robbins dan Coulter (2012) menghubungkan kewirausahaan dengan penciptaan nilai dan pertumbuhan usaha melalui inovasi dan keunikan. Fielden dan Davidson (2005) menyatakan motivasi wirausaha perempuan sama seperti laki-laki, yaitu untuk mencapai kemandirian dan prestasi, namun motivasi sekunder perempuan adalah untuk mendapatkan pengakuan dan membantu orang lain. Terdapat karakter-karakter pribadi yang penting sebagai pendorong kewirausahaan. Greene (2011) menyatakan karakter yang harus dimiliki wirausaha untuk mencapai keberhasilan dalam menjalankan usaha, antara lain: (1) mandiri, (2) memiliki rasa percaya diri, (3) memiliki tekad dan ketekunan, (4) berorientasi pada tujuan, (5) standar yang tinggi, (6) kreatif, (7) bertindak cepat, dan (8) memperbaharui diri dengan teknologi. Smith-Hunter (2006) menyatakan alasan perempuan menjadi wirausaha disebabkan faktor pendorong dan penarik. Faktor pendorong wirausaha perempuan, antar lain: (1) pendapatan keluarga, (2) ketidakpuasan pekerjaan, (3) kesulitan mencari pekerjaan, dan (4) kebutuhan fleksibelitas atas tanggung jawab keluarga. Sedangkan faktor-faktor penarik wirausaha perempuan meliputi: (1) kebutuhan untuk kemandirian, (2) pemenuhan diri, (3) keinginan mendapakan kekayaan, dan (4) keinginan untuk memiliki status sosial dan kekuasaan
19
Hubungan karakter pribadi dan modal sosial dijelaskan oleh Aldrich (1999), yang menyatakan modal manusia bahwa kemampuan kognitif dapat membuat aktivitas wirausaha menjadi lebih produktif dan efisien. Sedangkan Fukuyama (2005) melihat modal sosial sebagai kemampuan pelaku untuk mengekstrak manfaat dari struktur sosial, jaringan, dan keanggotaan. Hubungan antara karakter pribadi dan modal sosial terhadap pendapatan usaha dijelaskan oleh Baron dan Markman (2003), yang menyatakan selain modal sosial, karakter pribadi yang dimiliki seorang wirausaha dapat berpengaruh terhadap penghasilan usaha. Kepribadian atau karakter pribadi sangat berperan dalam membantu peningkatan kesuksesan usaha sebagai pendamping modal sosial. Hubungan antara karakter pribadi dan modal sosial terhadap kemampuan wirausaha dijelaskan oleh Ahmad, et al. (2010) dimana sumberdaya internal dan eksternal perlu dikembangkan untuk dapat meningkatkan kemampuan wirausaha yang dapat dapat menjadi mendorong kesuksesan usaha. Melalui analisis PLS, karakteristik pribadi dan modal sosial akan diketahui hubungannya dengan kamampuan wirausaha. Hasil dari uji hubungan dan analisis PLS akan menjadi pengetahuan bagaimana merumuskan rekomendasi pola pendekatan penyampaian kredit mikro bagi wirausaha perempuan. Bagan operasional dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Kerangka Pemikiran Operasional
20
4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini di desa Cihideung Ilir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan mulai bulan April hingga Juni 2015 dan diolah pada Juli 2015. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja, berdasarkan pada pelaksanaan program Mitra Agribisnis di tahun 2014. Metode Penentuan Responden Metode penentuan responden dalam penelitian ini adalah metode sensus terhadap seluruh wirausaha perempuan penerima program kredit Mitra Agribisnis tahap I tahun 2014 di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor yang berjumlah 30 orang. Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan melalui wawancara dengan panduan kuesioner kepada seluruh wirausaha perempuan peserta program Mitra Agribisnis di Desa Cihideung Ilir yang berjumlah 30 orang. Penelitian ini juga menggunakan data sekunder yang didapatkan dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, BPS serta publikasi ilmiah yang relevan dengan penelitian. Metode Analisis Data Data primer terkait karakter pribadi dan modal sosial yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, diolah dan dianalisis secara deskriptif. Dalam penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakter pribadi dan modal sosial wirausaha perempuan di lokasi penelitian. Sedangkan data kuantitatif diolah dengan menggunakan analisis korelasi uji Kendall Tau (τ) dan Kendall W. Uji Kendal Tau yang diolah menggunakan bantuan software SPSS 22.0 dan analisis Partial Least Square modelling (PLS) yang menggunakan bantuan software SmartPLS 3.2.1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif yang digunakan pada penelitian ini digunakan untuk menjabarkan karakter pribadi dan usaha yang dimiliki wirausaha perempuan. Data dianalisis melalui perhitungan persentase jawaban yang telah ditabulasi dan diuraikan secara naratif.
21
Analisis Korelasi Dalam penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakter pribadi dan modal sosial dengan penghasilan wirausaha perempuan di Cihideung Ilir. Analisis korelasi digunakan untuk menyatakan derajat keeratan hubungan antarvariabel (Saunders et al., 2009). Analisis yang digunakan untuk mencari derajat keeratan hubungan dan arah hubungan yaitu analisis korelasi bivariat. Semakin tinggi nilai korelasi, semakin tinggi keeratan hubungan kedua variabel. Nilai korelasi memiliki rentang antara 0 sampai 1 atau 0 sampai -1. Tanda positif dan negatif menunjukkan arah hubungan. Tanda positif menunjukkan arah hubungan searah. Tanda negatif menunjukkan hubungan berlawanan dimana satu variabel naik, maka variabel lain turun. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji korelasi, yaitu uji Kendall Tau (τ) dan uji Kendall W. Menurut Saunders et al. (2009) uji korelasi Kendal Tau digunakan untuk mengukur hubungan dan menguji hipotesis antara dua variabel atau lebih apabila data berbentuk ordinal atau rangking Formula koefisien korelasi Kendal Tau adalah sebagai berikut: !− ! !(! − 1) 2 Keterangan ! = koefisien korelasi ! = jumlah ranking atas ! = jumlah ranking bawah ! = jumlah anggota sampel !=
Saunders et al. (2009) menyatakan untuk menguji hubungan lebih dari dua variabel secara bersama–sama dapat menggunakan uji korelasi Kendal W. Jika correlation coefficient (CC) bernilai nol, maka tidak terdapat hubungan sama sekali antara dua variabel. Apabila nilai koefisien korelasi berkisar antara 0.00≤CC≤0.20 maka kekuatan hubungan tergolong sangat lemah. Jika nilai koefisien korelasi berkisar antara 0.20≤CC≤0.40 maka kekuatan hubungan dapat disebut rendah atau lemah. Apabila nilai koefisien korelasi berkisar antara 0.40≤CC≤0.70 maka kekuatan hubungan dapat digolongkan sedang. Jika koefisien korelasi berkisar antara 0.70≤CC≤0.90 maka kekuatan hubungan dapat digolongkan kuat. Apabila koefisien korelasi memiliki nilai antara 0.90≤CC≤1.00 maka kekuatan hubungan dapat digolongkan sangat kuat. Apabila nilai koefisien korelasi sebesar 1.00 maka disebut hubungan sempurna. Pendekatan Partial Least Square (PLS) Analisis kuantitatif diolah dengan menggunakan analisis model Partial Least Square (PLS). Analisis PLS digunakan untuk menjawab masalah pengaruh karakter pribadi dan modal sosial terhadap kapasitas wirausaha perempuan di Desa Cihideung Ilir. Partial Least Square (PLS) merupakan pendekatan Structural Equation Modeling (SEM) yang berbasis varian.
22
Menurut Ghozali (2008) PLS bersifat predictive model, metode ini sangat kuat karena tidak didasarkan oleh banyak asumsi, data tidak harus terdistribusi dengan normal multivariate, dan sampel tidak harus besar. Pengolahan PLS dalam penelitian menggunakan bantuan software SmartPLS 3.2.1. Tujuan dari PLS modeling adalah untuk memprediksi suatu model dan mengkonfirmasi teori yang ada. Estimasi parameter melalui PLS dapat dikategorikan menjadi tiga. Pertama, weight estimate yang digunakan untuk menciptakan skor variabel laten. Kedua, mencerminkan estimasi jalur yang menghubungkan variabel laten dan loading antar variabel laten dan indikatornya. Ketiga, berkaitan dengan means dan lokasi parameter. Prosedur PLS Modeling Ghozali (2008) menyatakan PLS mempunyai dua model indikator, yaitu (1) model indikator refleksif atau principal factor model merupakan covariance pengukuran indikator dipengaruhi oleh variabel laten, dan (2) model indikator formatif yang mengasumsikan semua indikator memengaruhi single construct. Evaluasi terhadap model PLS dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1) Model Pengukuran (Outer Model). Model pengukuran merupakan definisi atas hubungan setiap variabel laten. Pada outer model refleksif, dilakukan dua pengujian untuk menentukan validitas dan reliabilitas. Convergent validity dinilai berdasarkan korelasi antara item score dengan construct score. Uji reliabilitas menggunakan composite reliability, untuk mengukur internal consistency. Construct dinyatakan reliabel jika nilai composite reliability di atas 0,70 pada tingkat kesalahan sebesar 5 persen. 2) Model Struktural (Inner model) Model stuktural menggambarkan hubungan antara variabel laten berdasarkan pada teori substantif. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk dependent construct dan t-statistics untuk menentukan signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural. Model dapat dievaluasi dengan melihat R-square, dinyatakan signifikan apabila nilai t-statistics lebih besar dari t-table (1,96). Implementasi Model Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang diukur dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu: a. Variabel karakter pribadi; b. Variabel modal sosial; dan c. Variabel kemampuan wirausaha. Pengukuran indikator dari tiap variabel dilakukan dengan skala ordinal yang mengacu pada prinsip skala Likert dengan skala satu sampai dengan lima: Sangat Setuju (SS) diberi skor 5; Setuju (S) diberi skor 4; Cenderung Setuju (CS) diberi skor 3; Tidak Setuju (TS) diberi skor 2; serta Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1. Skala ini mengukur persepsi responden terhadap serangkaian pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner.
23
Variabel-variabel tersebut kemudian dikembangkan menjadi suatu daftar pertanyaan terstruktur pada kuisioner yang akan dinilai oleh responden yang telah ditentukan. Variabel-variabel laten diidentifikasi berdasarkan teori yang telah dibangun sebelumnya dengan penjelasan yang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Keterangan variabel-variabel pada Path Diagram Variabel Laten Identifikasi Personal (x1) Tujuan Usaha (x2) Orientasi Tujuan (x3) Inovasi (x4) Tanggung Jawab (x5) Dukungan Kelompok (x6) Kemampuan Sosial (x7) Dukungan Keluarga (x8)
Kemampuan Wirausaha (y1)
Indikator Pendidikan Pelatihan Usia Pengalaman Kemandirian Keuangan Keseimbangan hidup Mencapai prestasi Kemampuan Inovasi Profitabilitas Pengembangan usaha Diferensiasi produk Pengembangan produk Preferensi pasar Kualitas produk Pengembalian kredit Motivasi usaha Dorongan usaha Pandangan kelompok
Notasi x1a x1b x1c x1d x2a x2b x2c x2d x2e x3a x3b x4a x4b x4c x5a x5b x6a x6b x6c
Kemampuan bergaul Keterbukaan Aktivitas pada kelompok
x7a x7b x7c
Dukungan orang tua Dukungan keluarga inti
x8a x8b
Pembaca peluang Kreativitas Improvisasi Ketekunan Memecahkan masalah Kemampuan pemasaran Pengembangan produk Pengembangan pelanggan
y1a y1b y1c y1d y1e y1f y1g y1h
Rujukan Kor, et al. (2007); Ekpe (2011); Mitchelmore & Rowley (2010) Rauch dan Frese (2000); Das (2000); Khanka (2002); Baum & Locke (2004); Chaudhary, et al. (2012) Bird (1995); Baum & Locke (2004) Rauch dan Frese (2000); Chaudhary, et al. (2012) Das (2011); Chaudhary, et al. (2012) Bird (1995); Adler & Kwon (2002); Ekpe (2011); Noureen & Arsyad (2013). Adler dan Kwon (2002); Nassif, et al (2012); Noureen & Arsyad (2013); Vadde dan Ratnam (2014) Adler dan Kwon (2002); Noureen & Arsyad (2013); Lavoori & Paramanik (2014)
Chaifetz (2010); Ahmad, et al (2010); Okafor & Amalu (2010);
24
Hubungan yang terdapat dalam model mengenai karakter pribadi, modal sosial, dan kemampuan wirausaha perempuan peserta Mitra Agribisnis dapat dilihat melalui diagram lintas Gambar 8.
Gambar 8 Model Awal Path Diagram Partial Least Square Adapun notasi matematik dari model PLS pada Gambar 8 dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut:
25
Tabel 4 Konversi diagram ke jalur persamaan Peubah laten Model Pengukuran Model Struktural Identifikasi Personal !!! = !!! !! + !!! (!! ) !!! = !!! !! + !!! !!! = !!! !! + !!! !!! = !!! !! + !!! ...(1) Tujuan usaha !!! = !!! !! + !!! (!! ) !!! = !!! !! + !!! !!! = !!! !! + !!! !!! = !!! !! + !!! !!! = !!" !! + !!! ...(2) Orientasi tujuan !!! = !!! !! + !!! (!! ) !!! = !!! !! + !!! ...(3) Inovasi !!! = !!! !! + !!! (!! ) !!! = !!! !! + !!! !!! = !!! !! + !!! ...(4) Tanggung jawab !!! = !!! !! + !!! (!! ) !!! = !!! !! + !!! ...(5) Dukungan kelompok !!! = !!! !! + !!! (!! ) !!! = !!! !! + !!! ...(6) Kemampuan sosial !!! = !!! !! + !!! (!! ) !!! = !!! !! + !!! !!! = !!! !! + !!! ...(7) Dukungan keluarga !!! = !!! !! + !!! (!! ) !!! = !!! !! + !!! ...(8) Kemampuan wirausaha !!! = !!! !! + !!! !! = !! !! + !! !! + (!! ) !!! = !!! !! + !!! !! !! + !! !! + !! !! + !!! = !!! !! + !!! !! !! + !! !! + ! !!! = !!! !! + !!! !!! = !!! !! + !!! !!! = !!! !! + !!! !!! = !!! !! + !!! !!" = !!" !! + !!" ...(9) Variabel dan Pengukuran Variabel-variabel diperoleh dengan menjabarkan dimensi yang terdapat pada variabel karakter pribadi, modal sosial dan kemampuan wirausaha. Variabelvariabel tersebut diidentifikasi berdasarkan teori yang telah dibangun kemudian dikembangkan menjadi suatu daftar pertanyaan terstruktur pada kuisioner yang akan dinilai oleh responden yang telah ditentukan. Karakter Pribadi Karakter didefinisikan sebagai sifat-sifat yang melekat pada individu atau kelompok. Karakter pribadi diantaranya adalah identifikasi personal, orientasi tujuan, tanggung jawab, inovasi, dan tujuan usaha. Variabel dari karakter pribadi dapat dilihat pada Tabel 5.
26
Tabel 5 Variabel karakter pribadi Variabel Identifikasi personal (x1) Tujuan usaha (x2) Orientasi tujuan (x3) Inovasi usaha (x4) Tanggung jawab (x5)
Keterangan Identifikasi personal meliputi pendidikan, usia, pelatihan, dan pengalaman usaha memegang peranan penting dalam kegiatan wirausaha perempuan. Tujuan usaha berperan penting dalam perencanaan kegiatan wirausaha perempuan Orientasi tujuan berperan penting dalam kesuksesan kegiatan wirausaha perempuan Inovasi usaha berperan penting dalam keberlangsungan usaha wirausaha perempuan Tanggung jawab berperan penting dalam kegiatan wirausaha perempuan
Modal Sosial Karakter didefinisikan sebagai sumberdaya yang melekat dalam hubungan sosial yang memfasilitasi tindakan kolektif individu, modal sosial dapat bersifat internal dan eksternal. Modal sosial diantaranya adalah dukungan kelompok, kemampuan sosial, dan kemampuan keluarga. Variabel dari modal sosial dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Variabel modal sosial Variabel Dukungan kelompok (x6) Kemampuan sosial (x7) Dukungan keluarga (x8)
Keterangan Dukungan kelompok memegang peranan penting dalam mendukung pengembangan wirausaha perempuan. Kemampuan sosial berperan penting dalam mendorong kemajuan wirausaha perempuan Dukungan keluarga berperan penting dalam kesuksesan wirausaha perempuan
Kemampuan wirausaha Kemampuan wirausaha didefinisikan sebagai satuan kapasitas tertentu yang sesuai dalam mendorong kesuksesan wirausaha. Kemampuan wirausaha melekat dalam prempuan wirausaha, terdiri dari kemampuan membaca peluang, kreativitas, improvisasi, ketekunan, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan pemasaran, pengembangan produk, pengembangan pelanggan. Variabel dari kemampuan wirausaha dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Variabel Kemampuan Wirausaha Variabel Kemampuan wirausaha (y1)
Keterangan Kemampuan wirausaha memegang peranan penting dalam mendukung keterampilan dan kemampuan wirausaha perempuan yang dapat berpengaruh terhadap kesuksesan usaha.
27
5 GAMBARAN UMUM PROGRAM MITRA AGRIBISNIS Peran IPB dalam Menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi Undang Undang Perguruan Tinggi 12/2012 mengamanatkan Perguruan Tinggi untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang mencakup tiga unsur, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian kepada masyarakat. Gambar 9 memperlihatkan peran IPB dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya di bidang kewirausahaan. Dari Gambar 9 terlihat bahwa pendidikan kewirausahaan khususnya dikembangkan melalui Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen (Dept. AGB), Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian (Dept. TIN), Program Pasca Sarjana Manajemen Bisnis (MB-IPB), dan program Building Entrepreneur Student Activity (BEST) Fakultas Peternakan. PENDIDIKAN Dept. AGB, Dept. TIN, MB-IPB, Program BEST-Fapet
PENGABDIAN MASYARAKAT LPPM-IPB, Satuan Usaha, Organisasi Kemahasiswaan
CIVITAS AKADEMIK IPB PENELITIAN LPPM-IPB
Gambar 9 Peran IPB di bidang kewirausahaan Sumber: Mudde (2015) Dalam rangka mendorong pelaksanaan Tri Dharma, IPB membentuk lembaga yang dapat mengembangkan program pemberdayaan berbasis penelitian dan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, yaitu Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM-IPB). LPPM-IPB merupakan gabungan dari Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) dan Lembaga Penelitian (LP) yang berdiri sejak tahun tahun 19795. LPPM-IPB memiliki berbagai payung penelitian dan pengabdian masyarakat yang terkait pada aspek sosial, ekonomi, keuangan, budaya dan kelembagaan dengan pembangunan pertanian dan ekonomi. Dharma pengabdian masyarakat dilaksanakan LPPM melalui berbagai kegiatan pelatihan misalnya, pelatihan kualitas mutu pangan bagi pedagang kaki lima, pelatihan pengembangan e-market dan green technology untuk UKM, serta pelatihan budidaya dan penanganan pasca panen komoditas tertentu. IPB juga mengembangkan berbagai Satuan Usaha berupa Satuan Usaha Akademik (SUA), Satuan Usaha Penunjang, dan Satuan Usaha Komersil (SUK). Tercatat dalam 5
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Sejarah LPPM-IPB. http://LPPMIPB.ipb.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=46&Itemid=59 [Februari 2015]
28
Mudde (2015), sedikitnya ada tujuh SUK milik IPB seperti ditampilkan pada Tabel 8 sebagai berikut: Tabel 8 Satuan Usaha Komersial IPB per April 2014 No SUK 1 PT Bogor Life Science and Technology 2 PT IPB Press 3 PT Primakelola Agribisnis Agroindustri 4 PT Biofarindo 5 PT IPB Shigeta 6 Serambi Botani 7 PT BPR Syari’ah Bina Rahmah Sumber: Mudde (2015)
Produk/Jasa IPB holding company Percetakan buku Konsultasi Produk bio-pharmaceutical Vaksin flu burung Outlet produk-produk IPB Perbankan syariah
Di samping lembaga penelitian dan satuan usaha yang telah dipaparkan di atas, IPB juga memiliki organisasi-organisasi kemahasiswaan di bidang kewirausahaan seperti KOPMA (Koperasi Mahasiswa), CENTURY (Center of Entrepreneurship Development for Youth), maupun LES (Leadership and Entrepreneurship School). Organisasi-organisasi kemahasiswaan inipun seringkali mengadakan kegiatan pelatihan terkait pemberdayaan masyarakat. Hal tersebut membuktikan bahwa IPB memberikan perhatian khusus diberikan kepada perkembangan sosial ekonomi masyarakat desa wilayah lingkar kampus. Program Mitra Agribisnis Program Mitra Agribisnis merupakan bagian dari kolaborasi Netherlands Initiative for Capacity Development in Higher Education (NICHE) dan departemen Agribisnis, sebagai inisiatif pelaksanaan darma pengabdian terhadap masyarakat. Program ini berupa bantuan pinjaman kredit dan pengembangan usaha untuk masyarakat desa yang tinggal dan menjalankan usaha di wilayah lingkar kampus IPB, dengan perhatian khusus kepada wirausaha perempuan. Program Mitra Agribisnis dilaksanakan selama satu bulan penuh antara Februari sampai dengan Maret 2014. Sasaran dari program ini adalah wirausaha perempuan yang memiliki usaha dan bertempat tinggal di desa lingkar kampus IPB. Mitra Agribisnis dilaksanakan melalui penyaluran kredit modal, pemberian pelatihan pengembangan usaha, dan disertai penelitian terhadap wirausaha perempuan dengan skala gurem di desa wilayah lingkar kampus. Peserta Mitra Agribisnis merupakan 30 wirausaha perempuan yang ada di Desa Cihideung Ilir. Mitra Agribisnis diberikan kredit tanpa jaminan dengan nominal Rp500.000 per orang. Nominal kredit diberikan sesuai dengan skala usaha para perempuan. Mitra Agribisnis menerapkan bunga sebesar 5 persen dengan jangka waktu selama tiga puluh hari. Sistem pengembalian kredit dilakukan harian, menyesuaikan dengan karakteristik usaha perempuan. Sebelum pelaksanaan, peserta mendapatkan pelatihan manajemen usaha dengan materi: motivasi kewirausahaan, pembukuan keuangan dan konsep pemasaran sederhana. Gambar 10 menunjukkan proses penyaluran kredit Mitra Agribisnis.
29
Netherlands Initiative for Capacity Development in Higher Education
Departemen Agribisnis, FEM, IPB
Kader Desa
Dosen dan Mahasiswa Peneliti
Wirausaha Perempuan
Gambar 10 Proses penyaluran kredit Mitra Agribisnis Sumber: Safitri (2014)
6 GAMBARAN UMUM WIRAUSAHA PEREMPUAN Usia Peserta Program Mitra Agribisnis di Desa Cihideung Ilir mayoritas dijalankan wirausaha perempuan yang berusia antara 36 hingga 40 tahun sebanyak 27 persen. Pada Gambar 11 dapat dilihat bahwa persentase perempuan yang berusia di antara 21 sampai 25 tahun sebanyak 7 persen, usia di antara 26 sampai 30 tahun sebanyak 3 persen, usia di antara 31 sampai 35 tahun sebanyak 20 persen, usia di antara 41 sampai 45 tahun sebanyak 20 persen, usia 46 hingga 50 tahun sebesar 3 persen, usia di antara 51 sampai 55 tahun sebanyak 7 persen dan usia 55 hingga 60 tahun sebanyak 13 persen. 21/25! 56/60! 13%! 51/55! 7%! 7%! 46/50! 3%! 41/45! 20%!
26/30! 3%! 31/35! 20%! 36/40! 27%!
Gambar 11 Sebaran persentase responden berdasarkan usia
30
Dapat disimpulkan bahwa perempuan di desa Cihideung Ilir yang banyak berwirausaha adalah perempuan yang berusia di atas 36 tahun sebanyak 70 persen. Faktor peningkatan kebutuhan keuangan pribadi dan rumah tangga merupakan salah satu pendorong perempuan berwirausaha. Peningkatan kebutuhan rumah tangga ini terkait dengan pertambahan jumlah tanggungan dalam keluarga. Maka untuk memenuhi kebutuhan keuangan baik pribadi maupun rumah tangga, dibutuhkan sumber pemasukan keuangan baru yang dapat dilakukan perempuan dengan berwirausaha. Latar Belakang Pendidikan Mayoritas peserta program Mitra Agribisnis memiliki latar belakang pendidikan tamat SD/sederajat sebanyak 60 persen, sementara tidak tamat SD sebanyak 10 persen, tamat SMP/sederajat sebanyak 20 persen, dan SMA/sederajat sebanyak 10 persen (Gambar 12). Keterbatasan pendidikan membuat pengetahuan dan keterampilan usaha dari perempuan peserta Mitra Agribisnis terbatas. Produk yang dihasilkan dan dijual oleh mereka merupakan produk pangan olahan yang cenderung sederhana dan dijual secara terbatas. Mayoritas peserta menyatakan tidak pernah mengikuti pelatihan terkait kewirausahaan lain selain yang diberikan oleh program Mitra Agribisnis. Hal ini membuat pengetahuan dan kemampuan manajerial terbatas. Peserta program tidak mementingkan perkembangan usaha mereka melalui inovasi maupun pengembangan usaha. SMA/sederajat! 10%!
Tidak!tamat!SD! 10%!
SMP/sederajat! 20%! SD!/sederajat! 60%!
Gambar 12 Sebaran persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan Keterbatasan pendidikan dan kurangnya pelatihan membuat wirausaha perempuan cenderung lebih menyukai menggunakan kredit informal seperti Bank Keliling dibandingkan kredit formal, karena dianggap memiliki prosedur lebih mudah walaupun memiliki bunga pinjaman yang sangat tinggi. Peserta program Mitra Agribisnis sangat terbiasa dengan pinjaman. Sebagian besar dari mereka meminjam untuk dapat memiliki benda-benda rumah tangga dengan cara mencicil kepada para penjual dengan sistem kredit. Lama Usaha Sebanyak 50 persen wirausaha perempuan peserta program Mitra Agribisnis memiliki pengalaman 0 hingga 5 tahun, antara 6 hingga 10 tahun sebanyak 20 persen, dan pengalaman usaha lebih dari 10 tahun sebanyak 30 persen (Gambar 13). Pada wirausaha perempuan di Desa Cihideung Ilir, pengalaman usaha tidak
31
berpengaruh terhadap kondisi usaha peserta program Mitra Agribisnis. Hal ini disebabkan skala usaha yang dijalani oleh perempuan di desa Cihideung Ilir tergolong sangat mikro atau gurem. Sehingga walaupun memiliki pengalaman usaha yang lama, namun jenis usaha yang dijalani sering berganti sehingga lama usaha tidak berpengaruh terhadap kemampuan untuk menjalankan dan mengembangkan usaha.
>!10! tahun! 30%!
0!/!5!tahun! 50%!
6!/!10!tahun! 20%!
Gambar 13 Sebaran persentase responden berdasarkan lama usaha Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga wirausaha perempuan beragam, mulai dari satu orang sampai dengan enam orang. Suami sebagai kepala rumah tangga tidak termasuk ke dalam tanggungan keluarga. Mayoritas jumlah tanggungan keluarga wirausaha perempuan di Desa Cihideung Ilir adalah kurang dari 4 sebanyak 50 persen, jumlah tanggungan keluarga 4 hingga 6 orang sebesar 40 persen, dan jumlah tanggungan keluarga lebih dari 6 sebanyak 10 persen (Gambar 14). Faktor peningkatan kebutuhan keuangan pribadi dan kebutuhan keuangan rumah tangga merupakan faktor pendorong perempuan berwirausaha. Peningkatan kebutuhan rumah tangga ini terkait dengan jumlah tanggungan dalam sebuah keluarga. Untuk memenuhi kebutuhan keuangan keluarga, dibutuhkan sumber pemasukan keuangan lain selain dari pendapatan suami, hal ini dapat dilakukan perempuan dengan melakukan kegiatan wirausaha. >!6! 10%!
4!/!6! 40%!
Gambar 14 Sebaran persentase responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga
32
Pekerjaan Suami Seluruh wirausaha perempuan di Desa Cihideung Ilir peserta program Mitra Agribisnis telah berkeluarga. Peran sebagai wirausaha serta ibu dan istri di dalam rumah dijalankan oleh seluruh perempuan. Suami dari perempuan yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 35 persen, supir sebanyak 24 persen, karyawan sebanyak 5 persen, pedagang sebanyak 3 persen, dan lainnya sebanyak 33 persen. Dapat dilihat pada Gambar 15 sebagian dari pekerjaan suami merupakan profesi yang memiliki pendapatan tidak tetap dan tergolong rendah. Sehingga sebagian motivasi wirausaha perempuan adalah keuangan. Mereka menjalankan usaha atas dorongan ekonomi, untuk menambah penghasilan rumah tangga melalui kegiatan wirausaha.
Wiraswasta! 35%!
Lainnya! 33%! Supir! 24%!
Pedagang! Karyawan! 3%! 5%!
Gambar 15 Sebaran persentase responden berdasarkan pekerjaan suami Status Perkawinan Keseluruhan wirausaha perempuan di Desa Cihideung Ilir berstatus kawin dan sekitar 10 persen responden berstatus janda. Status janda terdapat pada responden pada kelompok usia di atas 45 tahun karena suami yang meninggal dunia. Kondisi tersebut menjadi pendorong bagi perempuan yang sudah tidak memiliki suami untuk hidup mandiri dan berwirausaha. Sementara itu, 90 persen perserta program Mitra Agribisnis berstatus kawin, dengan beberapa responden mengalami perceraian dan kembali menikah (Gambar 16). Meninggal! 10%!
Kawin! 90%!
Gambar 16 Sebaran persentase responden berdasarkan status perkawinan
33
Jenis Usaha Mayoritas jenis usaha yang dijalankan oleh perempuan peserta program Mitra Agribisnis di Desa Cihideung Ilir adalah usaha olahan makanan dan minuman dengan persentase sekitar 53 persen. Olahan makanan yang paling banyak dijual adalah aneka gorengan, seperti tempe goreng, bakwan, tahu isi, pisang goreng, risoles, pastel, dan lain-lain. Harga jual dari gorengan berkisar Rp500 hingga Rp1.000 per buah. Selain itu sebagian diantara mereka menjual aneka minuman berupa es rasa buah, kopi, teh, dan lain-lain. Para wirausaha perempuan makanan dan minuman menyatakan bahwa daya beli masyarakat di Desa Cihideung Ilir tergolong rendah sehingga mereka harus menyesuaikan harga produk yang dijual dengan cara menekan biaya produksi. Ini menyebabkan kualitas produk yang dijual tidak dapat berkembang. Salah satu usaha untuk meningkatkan penghasilan usaha adalah dengan menjual produk mereka ke desa di luar Cihideung Ilir, dengan cara menitipkan produk mereka ke warung-warung di sekitar desa dan kampus. Dengan cara ini mereka dapat menjual produk mereka dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan di Desa Cihideung Ilir. Usaha warung kelontong dijalankan perempuan peserta Program Mitra Agribisnis sebanyak 17 persen. Warung kelontong ini menjual aneka sembako, kebutuhan rumah tangga, dan rokok. Para pemilik warung kelontong ini membeli barang-barang untuk dijual di warung dari Pasar Anyar dan Pasar Ciampea. Para pemilik warung kelontong mengeluhkan sering merasa kekurangan modal karena harga barang persediaan yang mereka beli biasanya cukup tinggi dan mereka tidak bisa mengambil keutungan besar dari penjualan mereka. Perputaran modal usaha mereka terganggu akibat sering diutangi oleh para pembeli. Usaha lain adalah kredit retail sebanyak 13 persen, usaha ini terdiri dari penjualan perabot rumah tangga, pakaian, dan kosmetik dengan cara kredit, baik harian, mingguan maupun bulanan. Penjualan barang secara kredit ini cukup diminati oleh masyarakat Desa Cihideung Ilir. Berdasarakan observasi di lapangan, kredit merupakan gaya hidup dan kebiasaan di Desa Cihideung Ilir. Pemilikan barang-barang berharga rumah tangga pada umumnya dilakukan dengan cara mencicil. Bentuk jenis usaha lain yang dijalankan oleh perempuan peserta Mitra Agribisnis adalah penjualan usaha olahan kain sebanyak 7 persen. Usaha ini terdiri dari penjualan gordyn, kasur, bantal, dan guling. Sementara usaha warnet sebanyak 3 persen (Gambar 17). Kredit!Retail! 13%!
Warnet! 3%!
Olahan!Kain! 7%!
Hasil!Pertanian/ Barang!Mentah! 7%!
Warung! Kelontong! 17%!
Olahan!Makanan! dan!Minuman! 53%!
Gambar 17 Sebaran persentase responden berdasarkan jenis usaha dimiliki
34
Lokasi Usaha Terdapat perbedaan mencolok antara perempuan peserta Mitra Agribisnis yang menjual produknya di dalam dan di luar desa, terutama dalam harga dan kualitas produk. Gambar 18 menunjukkan 37 persen usaha dilakukan perempuan menyatu dengan tempat tinggal mereka. Sedangkan lokasi usaha yang terpisah dari tempat tinggal sebanyak 63 persen.
Menyatu!dengan! tempat!?nggal! 37%! Terpisah!dari! tempat!?nggal! 63%!
Gambar 18 Sebaran persentase responden berdasarkan lokasi usaha Omset Harian Usaha Omset harian usaha dari peserta program Mitra Agribisnis relatif kecil. Usaha yang dimiliki wirausaha perempuan dengan omset harian kurang dari Rp50.000 sebanyak 30 persen. Jenis ini sebagian merupakan usaha olahan makanan dan minuman dan retail kredit barang. Terdapat usaha dengan omset harian antara Rp50.000 hingga Rp250.000 sebanyak 33 persen. Usaha ini terdiri dari usaha olahan makanan minuman yang dijual di luar desa, warung sembako, kain olahan, dan warnet. Usaha dengan omset harian antara Rp251.000 hingga Rp500.000 sebanyak 27 persen. Jenis usaha yang memiliki omset ini antara lain warung kelontong, makanan olahan dan minuman, dan hasil pertanian. Terdapat usaha yang memiliki omset harian lebih dari Rp500.000, sebanyak 10 persen. Jenis usaha ini merupakan warung kelontong dan penjualan hasil pertanian (Gambar 19). >500.000! 10%!
251.000!/!500.000! 27%!
<50.000! 30%! 50.000!/! 250.000! 33%!
Gambar 19 Sebaran persentase responden berdasarkan omset harian
35
Modal Awal Usaha Modal usaha dari peserta program Mitra Agribisnis relatif kecil. Peserta yang berwirausaha dengan modal kurang dari Rp500.000 sebanyak 13 persen, antara Rp500.000 hingga Rp999.999 sebanyak 27 persen, antara Rp1.000.000 hingga Rp2.000.000 sebanyak 47 persen, dan lebih dari Rp2.000.000 sebanyak 13 persen. Hal ini sejalan dengan mayoritas jenis usaha yang dijalankan oleh perempuan peserta Program Mitra Agribisnis yang merupakan usaha dengan skala mikro seperti usaha olahan makanan dan minuman, sehingga tidak memerlukan modal usaha yang besar (Gambar 20). >!2,000,000! 13%!
1,000,000!!/! 2,000,000! 47%!
<500,000! 13%!
500,000!/! 999,999! 27%!
Gambar 20 Sebaran persentase responden berdasarkan besar modal awal Sumber Modal Usaha Mayoritas dari modal usaha bersumber dari tabungan dan/atau dari suami masing-masing sebesar 43 persen. Sebagian lainnya memanfaatkan program maupun lembaga yang memberikan dana pinjaman khusus di wilayan pedesaan. Adapun program dan atau lembaga pemberi dana pinjaman tersebut diantaranya adalah PNPM Mandiri, Posdaya dan MBK. Terdapat 23 persen perempuan peserta program Mitra Agribisnis menggunakan modal dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. PNPM Mandiri adalah program pemerintah untuk pengentasan kemiskinan berupa pinjaman modal untuk usaha sebesar Rp500.000 hingga Rp.2.000.000, dengan lama pengembalian selama 10 bulan dan tingkat bunga 10 persen. Sumber modal lain yang diikuti 17 persen perempuan adalah Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Program ini juga memberikan pinjaman modal usaha dengan besaran antara Rp500.000 sampai Rp1.000.000 dengan lama pengembalian selama sepuluh bulan dan besaran bunga sebesar 10 persen. Selain itu juga terdapat sebuah lembaga pembiayaan non perbankan, yaitu PT. Mitra Bisnis Keluarga (MBK) Ventura yang diikuti 17 persen perempuan. Lembaga ini memberikan pinjaman mulai dari Rp500.000 dengan lama pengembalian hingga 50 minggu dengan tingkat bunga variatif mulai 20 hingga 25 persen (Gambar 21).
36
PT!MBK!Ventura! 17%!
Posdaya! 17%!
Suami! 43%! PNPM! Mandiri! 23%!
Gambar 21 Sebaran persentase responden berdasarkan sumber modal usaha
7 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakter Pribadi dan Modal Sosial Wirausaha Perempuan Pengukuran indikator dari tiap variabel karakter pribadi, modal sosial, dan kemampuan wirausaha dilakukan dengan skala ordinal yang mengacu pada prinsip skala Likert dengan skala satu sampai dengan lima: Sangat Setuju (SS) diberi skor 5; Setuju (S) diberi skor 4; Cenderung Setuju (CS) diberi skor 3; Tidak Setuju (TS) diberi skor 2; serta Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1. Skala ini mengukur persepsi responden terhadap serangkaian pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner. Karakter Pribadi Karakter pribadi wirausaha perempuan di Cihideung Ilir dapat dilihat dari identifikasi, tujuan usaha, orientasi usaha, inovasi, dan tanggung jawab. Karakter pribadi adalah penilaian perempuan mengenai karakter yang dimiliki, terbagi ke dalam 5 kategori karakter (1 = sangat rendah, 5 = sangat tinggi) dan seluruhnya sudah termasuk kategori tinggi. Tabel 9 menunjukkan sebaran rataan skor berdasarkan karakter pribadi. Identifikasi personal memiliki rataan skor 3,90 yang menandakan perempuan peserta program Mitra Agribisnis di Cihideung Ilir memahami bahwa pendidikan berperan terhadap usaha (83,3% setuju). Adapun pelatihan memiliki rataan skor 3,83 (80,0% setuju). Hal ini menandakan bahwa pendidikan informal berupa pelatihan atau penyuluhan juga dianggap penting terhadap kemajuan usaha. Usia dianggap memiliki peran penting dalam mendorong kemajuan usaha dengan rataan skor sebesar 3,70 (86,7% setuju). Begitu pun dengan dan lama pengalaman usaha yang dianggap berperan penting dalam kemajuan usaha dengan rataan skor sebesar 3,83 (80,0% setuju).
37
Tabel 9 Sebaran rataan skor berdasarkan karakter pribadi Indikator Identifikasi Personal: 1. Pendidikan 2. Pelatihan 3. Usia 4. Pengalaman Motivasi Usaha: 1. Kemandirian 2. Keseimbangan 3. Prestasi 4. Inovasi 5. Status sosial Orientasi Usaha: 1. Pengembangan 2. Profitabilitas Inovasi 1. Diferensiasi 2. Pengembangan produk 3. Preferensi pasar Tanggung Jawab 1. Kualitas produk 2. Pengembalian kredit 3. Manajemen keuangan
Rataan Skor
Kategori
3,90 3,83 3,70 3,83
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
3,00 2,77 2,57 3,40 3,00
Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah
3,40 3,70
Tinggi Tinggi
3,45 4,00 4,00
Tinggi Tinggi Tinggi
3,93 3,83 2,47
Tinggi Tinggi Rendah
Keterangan kategori: 1,00≤sangat rendah<2,00; 2,01≤rendah<3,00; 3,01≤tinggi<4,00; 4,01≤sangat tinggi<5,00
Berdasarkan tujuan usaha, sebanyak 56,7 persen perempuan setuju untuk menjadi mandiri dengan rataan skor 3,00. Tujuan keseimbangan hidup dengan berwirausaha memiliki nilai rata-rata 2,77 dengan disetujui 50 persen responden. Tujuan prestasi memiliki rata-rata 2,57 dengan persentase sebesar 53,7 persen setuju. Tujuan inovasi memiliki rata-rata 3,40 dengan persentase sebesar 50 persen setuju. Tujuan status sosial memiliki rata-rata 3,00 dengan persentase 50 persen setuju. Sebagaian tujuan usaha termasuk ke dalam kategori rendah hal ini diakibatkan sebagian besar dari perempuan di desa Cihideung Ilir melihat wirausaha bukan sebagai media untuk mengembangkan diri namun sebagai usaha yang mereka jalani untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Berdasarkan orientasi usaha, pengembangan usaha memiliki nilai rata-rata 3,40 dengan. Pengembangan usaha termasuk sebagai kategori sedang, sebagian dari perempuan di Desa Cihideung Ilir menginginkan usahanya dapat maju dan berkembang dengan lebih baik, namun lainnya merasa usaha yang dimiliki pada saat ini telah cukup. Tujuan profitabilitas memiliki nilai rata-rata 3,70 dan termasuk sebagai kategori tinggi. Hal ini disebabkan mayoritas dari perempuan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan usaha. Berdasarkan inovasi usaha, diferensiasi produk memiliki nilai rata-rata 3,45. Sebanyak 73,4 persen wirausaha perempuan setuju mereka perlu menjual produk yang berbeda kepada pelanggan. Pengembangan produk memiliki nilai rata-rata
38
4,00. Sebanyak 93,4 persen responden memahami bahwa mereka perlu mengembangkan produk mereka untuk meningkatkan penjualan, namun hal ini tidak dapat mereka laksanakan kerena kekurangan modal usaha. Preferensi pasar memiliki nilai rata-rata 4,00. Sebanyak 86,6 persen responden menyatakan mereka memperhatikan keinginan pelanggan. Hal ini dilakukan dengan menyediakan produk yang sering ditanyakan oleh pelanggan mereka sebelumya. Berdasarkan tanggung jawab usaha, kualitas produk memiliki nilai rata-rata 3,93 dengan persentase 83,3 persen responden setuju. Pengembalian kredit memiliki nilai rata-rata 3,83 dengan persentase 86,7 persen setuju. Namun manajemen keuangan memiliki nilai rata-rata 2,47 dan termasuk ke dalam kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar wirausaha perempuan di Desa Cihideung Ilir tidak mampu atau tidak melakukan pengelolaan terpisah antara keuangan usaha dan keuangan rumah tangga. Hal ini juga terkait dengan kebiasaan kredit yang biasa mereka lakukan untuk memenuhi baik kebutuhan harian, keinginan khusus memiliki barang rumah tangga, maupun untuk membayar utang sebelumnya yang telah jatuh tempo. Modal Sosial Perempuan Modal sosial perempuan di Cihideung Ilir dapat dilihat dari dukungan kelompok, kemampuan sosial, dan dukungan keluarga. Modal sosial adalah penilaian perempuan mengenai modal sosial yang dimiliki oleh responden, terbagi ke dalam 5 kategori karakter (1 = sangat rendah, 5 = sangat tinggi). Tabel 10 Sebaran rataan skor berdasarkan modal sosial Indikator Dukungan kelompok: 1. Motivasi usaha 2. Dorongan usaha 3. Pandangan kelompok Kemampuan sosial: 1. Kemampuan bergaul 2. Keterbukaan 3. Aktifitas dalam kelompok Dukungan keluarga: 1. Dukungan orang tua 2. Dukungan keluarga inti
Rataan Skor
Kategori
3,03 2,97 2,83
Tinggi Rendah Rendah
3,33 3,43 2,83
Tinggi Tinggi Rendah
4,13 4,27
Sangat tinggi Sangat tinggi
Keterangan kategori: 1,00≤sangat rendah<2,00; 2,01≤rendah<3,00; 3,01≤tinggi<4,00; 4,01≤sangat tinggi<5,00
Berdasarkan dukungan kelompok, perempuan di Cihideung Ilir menyadari bahwa lingkungan ikut memberikan motivasi usaha dengan rataan skor sebanyak 3,03. Dorongan usaha memiliki rataan skor sebanyak 2,97 menandakan bahwa kelompok sosial kurang memberikan dorongan bagi perempuan untuk mendapatkan kemajuan usaha. Pandangan kelompok memiliki rataan skor sebanyak 2,83. Hal ini menandakan bahwa kelompok kurang menghargai atau mendukung perempuan dalam menjalankan usaha mereka.
39
Secara keseluruhan, rataan skor dukungan kelompok di Desa Cihideung Ilir tergolong rendah. Kondisi tersebut diakibatkan oleh kurang aktifnya kelompok sosial pendukung wirausaha. Sehingga wirausaha perempuan di Desa Cihideung Ilir kurang merasakan manfaat atau dukungan yang berasal dari kelompok sosial. Berdasarkan kemampuan sosial, kemampuan bergaul perempuan di Desa Cihideung Ilir tergolong tinggi dengan rataan skor sebanyak 3,33. Sikap keterbukaan yang dimiliki responden tergolong tinggi dengan rataan skor sebanyak 3,43. Aktifitas responden dalam kelompok tergolong rendah dengan rataan skor sebanyak 2,83. Secara keseluruhan perempuan di Desa Cihideung Ilir memiliki kemampuan sosial yang baik dan memiliki sikap terbuka. Sikap ini sangat baik untuk mendorong kemajuan usaha mereka. Namun aktifitas responden dalam kelompok tergolong rendah. Kondisi ini juga terkait dengan kondisi pada dukungan kelompok yang rendah, dimana kelompok sosial di Desa Cihideung Ilir kurang aktif dalam menyelenggarakan kegiatan pendukung kewirausahaan. Berdasarkan dukungan keluarga, dukungan orang tua tergolong sangat tinggi dengan rataan skor sebanyak 4,13. Dukungan keluarga tergolong sangat tinggi dengan rataan skor sebanyak 4,27. Hal ini menandakan mayoritas perempuan di Desa Cihideung Ilir mendapatkan dukungan yang sangat baik dari keluarga mereka, baik dari orang tua maupun keluarga inti. Kemampuan Wirausaha Perempuan Kemampuan Wirausaha perempuan di Cihideung Ilir menggambarkan penilaian kecakapan atau kemampuan wirausaha yang dimiliki oleh responden, terbagi ke dalam 5 kategori karakter (1 = sangat rendah, 5 = sangat tinggi) dan seluruhnya sudah termasuk kategori tinggi (Tabel 11). Tabel 11 Sebaran rataan skor berdasarkan kemampuan wirausaha Indikator 1. Membaca peluang 2. Kreatifitas 3. Improvisasi 4. Ketekunan 5. Memecahkan masalah 6. Kemampuan pemasaran 7. Pengembangan produk 8. Pengembangan pelanggan
Rataan Skor 3,93 3,83 3,80 4,03 3,96 3,93 3,83 3,80
Kategori Tinggi Tinggi Tinggi Sangat tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Keterangan kategori: 1,00≤sangat rendah<2,00; 2,01≤rendah<3,00; 3,01≤tinggi<4,00; 4,01≤sangat tinggi<5,00
Perempuan di Cihideung Ilir memiliki kemampuan membaca peluang yang tinggi dengan rataan skor sebanyak 3,93. Kreatifitas memiliki rataan skor sebanyak 3,83 menandakan bahwa perempuan di Cihideung Ilir menyadari pentingnya kreatifitas untuk mendorong kemajuan usaha. Improvisasi memiliki rataan skor sebanyak 3,80. Hal ini menandakan responden memiliki keinginan dalam menoba hal baru. Ketekunan memiliki rataan skor 4,03 atau tergolong sangat tinggi, ini menandakan bahwa responden menyadari ketekunan merupakan faktor penting dalam kegiatan wirausaha.
40
Kemampuan memecahkan masalah responden tergolong tinggi dengan rataan skor sebanyak 3,96. Kemampuan pemasaran memiliki rataan skor 3,93. Pengembangan produk memiliki rataan skor 3,83 dan pengembangan kontak pelanggan memiliki rataan skor 3,80. Secara keseluruhan perempuan di Desa Cihideung Ilir memiliki kemampuan wirausaha yang baik. Kemampuan wirausaha sangat baik untuk mendorong kemajuan usaha yang mereka jalankan. Hubungan Karakter Pribadi dan Modal Sosial dengan Penghasilan Wirausaha Karakter pribadi dengan penghasilan usaha tidak memiliki hubungan nyata, dengan τ=0,252 dan nilai signifikansi 0,178 pada taraf nyata α=0,05. Hal ini menunjukkan bahwa karakter pribadi secara umum tidak berkorelasi dengan penghasilan usaha. Orientasi tujuan dengan penghasilan usaha memiliki hubungan nyata positif yang sedang dengan τ=0,368 dan nilai signifikansi 0,046 pada taraf nyata α=0,05. Hal ini menunjukkan bahwa karakter pribadi yang memiliki hubungan nyata positif dengan penghasilan usaha adalah orientasi tujuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakter pribadi yang memiliki hubungan nyata positif dengan penghasilan usaha hanya orientasi tujuan. Semakin tinggi orientasi tujuan atas penghasilan usaha, wirausaha perempuan bekerja semakin giat untuk mendapatkan penghasilan usaha yang ingin dicapainya. Hal ini menyebabkan wirausaha perempuan menghasilkan penghasilan usaha yang semakin tinggi juga. Demikian juga sebaliknya, semakin tinggi penghasilan usaha wirausaha perempuan, maka akan memiliki orientasi tujuan yang tinggi untuk menghasilkan tujuan penghasilan usaha yang lebih tinggi dari sebelumnya. Tabel 12
Hasil hubungan karakter pribadi dengan penghasilan usaha
Correlation Karakter pribadi Coefficient Identifikasi personal 0,014 Motivasi 0,292 Orientasi tujuan 0,368a Inovasi 0,275 Tanggung jawab -0,007 Karakter pribadi 0,252 a variabel memiliki korelasi pada taraf nyata 5 persen No 1 2 3 4 5
Signifikansi 0,942 0,118 0,046 0,142 0,097 0,178
Modal sosial dengan penghasilan usaha tidak memiliki hubungan nyata, dengan τ=0,252 dan nilai signifikansi 0,178 pada taraf nyata α=0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel modal sosial tidak memiliki hubungan nyata positif dengan penghasilan usaha.
41
No 1 2 3
Tabel 13 Hasil hubungan modal sosial dengan penghasilan usaha Correlation Modal sosial Coefficient Signifikansi Dukungan kelompok -0,103 0,589 Kemampuan sosial 0,083 0,663 Dukungan keluarga 0,043 0,821 Modal sosial 0,072 0,732
Hubungan karakter pribadi dan modal sosial secara bersama-sama dengan penghasilan usaha perempuan diukur menggunakan uji korelasi. Hasil perhitungan korelasi diperoleh coefficient correlation sebesar τ=0,752 dan nilai signifikansi 0,000 pada taraf nyata α=0,05. Hal ini menunjukkan bahwa karakter pribadi dan modal sosial secara bersama-sama memiliki hubungan nyata positif yang kuat dengan penghasilan usaha dan sebaliknya. Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel karakter pribadi dan modal sosial secara terpisah, masing-masing tidak memiliki hubungan nyata positif dengan penghasilan usaha. Namun jika karakter pribadi dan modal sosial secara bersama-sama dihubungkan dengan penghasilan usaha, maka kedua variabel tersebut memiliki hubungan nyata yang positif dengan penghasilan usaha. Semakin tinggi karakter pribadi dan modal sosial, maka semakin tinggi juga penghasilan usaha yang didapatkan wirausaha perempuan. Hasil ini sesuai dengan penelitian Baron dan Markman (2003) yang menyatakan karakter pribadi sangat berperan dalam membantu peningkatan kesuksesan finansial usaha sebagai pendamping modal sosial. Dengan demikian, karakter pribadi dan modal sosial merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan untuk mendukung peningkatan penghasilan usaha perempuan. Wirausaha perempuan harus meningkatkan karakter pribadi dan kompetensi modal sosial secara bersama untuk meningkatkan penghasilan usaha. Evaluasi Model Pengaruh Karakter Pribadi dan Modal Sosial terhadap Kemampuan Wirausaha Perempuan Metode PLS dapat digunakan untuk menguji teori dengan menggunakan data yang memiliki ukuran contoh kecil, seperti pada penelitian ini. PLS bersifat predictive model, sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antar peubah laten dan juga membangun hubungan yang belum memiliki landasan teori. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk menganalisis pengaruh karakter pribadi dan modal sosial terhadap kemampuan wirausaha perempuan. Pada metode PLS, variabel laten dinyatakan berpengaruh positif bila memiliki nilai outer loading manifest > 0,50 dan variabel laten dinyatakan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel laten lainnya apabila nilai t-table > 1,96. Selain kriteria tersebut, ada dua evaluasi model, yaitu struktural dan pengukuran. Model struktural menggambarkan hubungan variabel berdasarkan pada subtantive theory. Pada model pengukuran, dilakukan tiga pengujian validitas dan realibilitas, yaitu convergent, discriminant, dan composite validity.
42
Evaluasi Model Pengukuran (Outer Loading) Hasil seluruh kriteria untuk setiap indikator dan variabel laten setelah beberapa indikator di hilangkan dapat dilihat pada Tabel 14. Dari Tabel 14, seluruh nilai sudah mencapai kriteria dan juga nilai t-statistics seluruh indikator lebih besar dari nilai t-table (α=5%), yaitu sebesar 1,96. Tabel 14 Nilai Outer Loading, AVE dan Composite Reliability Variabel Laten Identifikasi Personal (x1) Motivasi Usaha (x2) Orientasi Tujuan (x3) Inovasi (x4) Tanggung Jawab (x5) Dukungan Kelompok (x6) Kemampuan Sosial (x7) Dukungan Keluarga (x8)
Kemampuan wirausaha (y1)
x 1a x 1b x 1c x 1d x 2a x 2b x 2c x 2d x 2e x 3a
Indikator Pendidikan Pelatihan Usia Pengalaman Kemandirian Keuangan Keseimbangan hidup Mencapai prestasi Kemampuan Inovasi Profitabilitas
Outer Loading 0,837 0,825 0,601 0,783 0,728 0,871 0,708 0,809 0,855 0,830
x 3b
Pengembangan usaha
0,695
x 4a x 4b x 4c x 5a
Diferensiasi produk Pengembangan produk Preferensi pasar Kualitas produk
0,818 0,878 0,938 0,923
x 5b
Pengembalian kredit
0,930
x 6a
0,942
x 7a x 7b x 7c x 8a
Motivasi usaha Pandangan kelompok sosial Kemampuan bergaul Keterbukaan Aktivitas kelompok Dukungan orang tua
x 8b
Dukungan keluarga
0,918
y 1a y 1b y 1c y 1d y 1e
Pembaca peluang Kreativitas Improvisasi Ketekunan Memecahkan masalah Kemampuan pemasaran Pengembangan produk Pengembangan pelanggan
0,864 0,932 0,934 0,713 0,860
x 6c
y 1f y 1g y 1h
0,932 0,934 0,908 0,832 0,952
AVE
Composite Reliability
0,759
0,924
0,668
0,909
0,625
0,767
0,788
0,918
0,869
0,930
tstatistics 2,749 2,747 1,612 2,771 4,957 7,702 5,357 5,607 6,913 4,341 3,653 8,025 9,197 14,154 12,955 11,944 4,490
0,950
0,974
0,796
0,921
0,874
0,933
0,772
0,964
4,198 30,416 27,145 8,817 16,667 8,174 10,148 16,943 25,610 4,723 12,190
0,937 0,906
25,576 25,808
0,859
18,203
43
Hal ini mengindikasikan bahwa setiap peubah indikator valid untuk mengukur konstruk latennya. Selanjutnya suatu peubah dikatakan cukup konsisten apabila peubah tersebut mempunyai nilai composite reliability > 0,7. Tabel 14 juga menunjukkan bahwa semua nilai composite reliability > 0,7. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator yang digunakan pada penelitian ini mempunyai reliabilitas yang baik atau mampu untuk mengukur konstruknya. Evaluasi Model Struktural (Inner Model) Evaluasi model struktural dapat dilakukan dengan melihat nilai R-square pada peubah laten endogen serta path coefficient dan signifikansi. Keterangan Rsquare pada variabel laten menunjukkan seberapa besar variabel laten eksogen mampu menjelaskan variabel laten tersebut. Tabel 15 Nilai R square Variabel Laten Modal Sosial Karakter Pribadi Kemampuan Wirausaha
R2 0,988 0,730 0,546
Keterangan Penjelasan kuat Penjelasan kuat Penjelasan moderat
Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa nilai R-square kemampuan wirausaha sebesar 54,60 persen, artinya keragaman kemampuan wirausaha dapat dijelaskan oleh karakter pribadi dan modal sosial sebesar 54,60 persen, sisanya sebesar 45,40 persen dijelaskan oleh peubah lain. Wijanto (1998) menjelaskan bahwa hasil Rsquare sebesar 30-67 persen menunjukkan bahwa model sudah cukup baik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa keragaman kemampuan wirausaha sudah cukup baik dijelaskan oleh karakter pribadi dan modal sosial. Nilai R-square modal sosial merupakan nilai yang paling tinggi. Variabel modal sosial dapat dijelaskan dengan baik oleh dukungan kelompok, kemampuan sosial, dan dukungan keluarga. Nilai effect size f square mengukur seberapa besar pengaruh yang dimiliki sebuah variabel dalam membentuk nilai R2 variabel lainnya. Adapun nilai Nilai f square dapat dilihat pada Tabel 16. Nilai f square yang bernilai 0,02; 0,15; dan 0,35 menandakan pengaruh yang dimiiki variabel sebagai pembentukan nilai R2 dan R2 kecil, sedang, dan besar. (Widjayanto 1998). Nilai f square variabel kemampuan sosial terhadap modal sosial merupakan nilai yang paling tinggi. Adapun hasil koefisien parameter dan t-statistics untuk setiap hubungan antar variabel laten berdasarkan output PLS dapat dilihat pada Tabel 16. Taraf nyata yang digunakan adalah 5 persen (α=5%) sehingga nilai ttable sebesar 1,96. Jika t-statistics melebihi nilai t-table, maka variabel laten terbukti nyata atau signifikan memengaruhi variabel laten lainnya.
44
Tabel 16 Nilai f square
Modal Sosial -> Kemampuan Wirausaha Dukungan kelompok -> Modal Sosial Dukungan keluarga -> Modal Sosial Inovasi -> Karakteristik Pribadi Identifikasi personal -> Karakteristik Pribadi Karakteristik Pribadi -> Kemampuan Wirausaha Kemampuan sosial -> Modal Sosial Motivasi usaha -> Karakteristik Pribadi Orientasi Tujuan -> Karakteristik Pribadi Tanggung jawab -> Karakteristik Pribadi
Original Sample 0,391
Sample Mean 0,526
Standard Deviation 0,475
tStatistics 0,823
0,002
0,023
0,042
0,049
22,292
33,684
33,229
0,671
0,019
0,127
0,230
0,083
0,024
0,105
0,161
0,147
0,061
0,134
0,165
0,369
23,812
32,158
41,246
0,577
0,127
0,237
0,257
0,492
0,235
0,434
0,764
0,308
0,204
0,308
0,339
0,603
Pengaruh Karakter Pribadi dan Modal Sosial terhadap Kemampuan Wirausaha Perempuan Chaifetz (2010) menyatakan kemampuan kewirausahaan merupakan kelompok kapasitas tertentu yang relevan dalam mendorong kesuksesan. Ahmad, et al. (2010) menyatakan untuk mengubah kesempatan menjadi hasil positif, wirausaha harus dapat mengelola sumberdaya internal dan eksternal mereka. Secara internal, karakter pribadi seperti visi, motivasi, tujuan usaha, inovasi, tanggung jawab, dan kemampuan untuk membaca peluang merupakan kapasitas yang perlu dikembangkan. Secara eksternal, dukungan keluarga dan kelompok pendukung dapat menjadi mendorong kesuksesan wirausaha. Kemampuan kewirausahaan merupakan mekanisme dimana kemungkinan mencapai kesuksesan usaha dapat ditingkatkan melalui faktor-faktor yang mendukungnya. Berdasarkan hasil pada output pengolahan data pada Tabel 17. Nilai tstatistics yang diperoleh dari hubungan antara peubah karakter pribadi kurang dari dari 1,96. Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh yang signifikan antara karakter pribadi terhadap kemampuan wirausaha pada taraf nyata 5 persen. Variabel Karakter pribadi yang terbukti valid dan reliable adalah orientasi tujuan yang memberikan pengaruh positif terhadap karakter pribadi, dengan nilai path coefficient sebesar 0,348. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Kor et al. (2007) dan Chaudhary et al. (2012), dimana orientasi tujuan sebagai karakter
45
pribadi memainkan peran penting dalam membentuk kemampuan wirausaha dan mendorong keberhasilan dalam wirausaha. Orientasi tujuan, berperan sebagai faktor-faktor yang mendukung pengambilan keputusan kewirausahaan, seperti dinyatakan oleh Rauch dan Frese (2000). Pengambilan keputusan kewirausahaan sangat penting, baik pada tahap individu memulai kegiatan usaha maupun pada tahap mendorong kemajuan usaha. Hal ini juga menunjukkan adanya keinginan dari wirausaha perempuan di Desa Cihideung Ilir untuk mendorong kemajuan usaha mereka. Tabel 17 Path Coefficients
Pengaruh antar variabel Modal Sosial -> Kemampuan Wirausaha Dukungan kelompok -> Modal Sosial Dukungan keluarga -> Modal Sosial Inovasi -> Karakter Pribadi Identifikasi personal -> Karakter Pribadi Karakter Pribadi -> Kemampuan Wirausaha Kemampuan sosial -> Modal Sosial Motivasi usaha -> Karakter Pribadi Orientasi Tujuan -> Karakter Pribadi Tanggung jawab -> Karakter Pribadi a
Original Sample
Sample Mean
Standard Deviation
tStatistics
0,569
0,558
0,190
2,988
-0,005
-0,006
0,015
0,358a
0,568 0,108
0,570 0,107
0,090 0,208
6,336 0,521a
-0,086
-0,082
0,151
0,571a
0,224
0,240
0,215
1,045a
0,618
0,609
0,081
7,586
0,240
0,240
0,135
1,784a
0,348
0,339
0,177
1,971
0,347
0,342
0,193
1,799a
variabel yang tidak terbukti signifikan berpengaruh terhdap variabel lain pada taraf nyata 5 persen
Hubungan identifikasi personal dengan karakter pribadi adalah negatif karena path coefficients bernilai -0,086, hal ini berbeda dengan hasil penelitian Ekpe (2011). Hubungan tersebut tidak signifikan karena nilai t-statistics lebih kecil dari t-table. Kurangnya pendidikan, pelatihan, dan pengalaman usaha perempuan karakter pribadi wirausaha mereka tidak berkembang. Hubungan antara tanggung jawab, inovasi, dan motivasi usaha dengan karakter pribadi secara masing-masing tidak terbukti signifikan. Temuan ini tidak sesuai dengan hasil penelitian dari Kor et al. (2007) dan Chaudhary et al. (2012). Hal ini disebabkan karena nilai t-statistics masing-masing hubungan lebih kecil dari ttable. Hubungan tanggung jawab dengan karakter pribadi tidak terbukti signifikan dengan nilai path coefficient sebesar 0,347. Hal ini dapat disebabkan oleh keterbatasan kemampuan wirausaha perempuan dalam menjaga kualitas produk,
46
pembayaran kredit, dan kedisiplinan dalam pengelolaan keuangan usaha. Hubungan inovasi dengan karakter pribadi tidak terbukti signifikan dengan nilai path coefficients sebesar 0,108. Hal ini dapat disebabkan pemahaman inovasi usaha wirausaha perempuan masih sangat terbatas. Mayoritas jenis usaha yang dijalani sama yaitu makanan olahan dan minuman, serta toko kelontong. Hubungan motivasi usaha dengan karakter pribadi tidak terbukti signifikan dengan nilai path coefficients sebesar 0,240. Hal ini dapat disebabkan oleh sebagian besar motivasi wirausaha perempuan menjalankan usaha diakibatkan dorongan kebutuhan ekonomi, terbatas untuk menambah penghasilan rumah tangga. Baron dan Markman (2000) menyatakan modal sosial dapat memengaruhi kesuksesan finansial wirausaha. Modal sosial juga turut memengaruhi motivasi, dan kemampuan wirausaha perempuan dalam menghadapi tantangan usaha (Okafor dan Amalu, 2010; Noureen dan Arsyad, 2011). Pada Tabel 17, nilai tstatistics yang diperoleh dari hubungan antara peubah modal sosial terhadap kemampuan wirausaha lebih dari 1,96. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial terhadap kemampuan wirausaha pada taraf nyata 5 persen. Variabel modal sosial yang terbukti valid dan reliable adalah dukungan keluarga dan kemampuan sosial yang memberikan pengaruh positif terhadap modal sosial, dengan nilai path coefficient masing-masing sebesar 0,568 dan 0,618. Hal ini sesuai dengan hasil Baron dan Markman (2003); Noureen dan Arsyad (2012) yang mengungkapkan bahwa modal sosial memainkan peran penting dalam membentuk kemampuan wirausaha serta mendorong keberhasilan dalam wirausaha. Baron dan Markman (2003) menemukan selain faktor eksternal seperti kepercayaan dan ikatan sosial, faktor internal yang dimiliki oleh wirausaha perempuan seperti kemampuan sosial dan karakter pribadi berperan dalam mendorong kesuksesan usaha. Hubungan dukungan keluarga terhadap modal sosial signifikan karena nilai t-statistics lebih besar dari t-table. Hal ini menunjukkan terdapat dukungan yang baik dari orang tua serta keluarga inti (suami dan anggota keluarga) terhadap perempuan untuk menjalankan usaha. Hubungan kemampuan sosial terhadap modal sosial signifikan karena nilai t-statistics lebih besar dari t-table. Hal ini menunjukkan bahwa wirausaha perempuan di Desa Cihideung Ilir memiliki kemampuan sosial yang baik, seperti sikap keterbukaan dan aktif dalam menjalin pertemanan. Hal ini juga sesuai dengan Renzulli et al. (2000), yang menyatakan wirausaha perempuan juga cenderung melibatkan kerabat dalam mendirikan dan menjalankan usaha. Hubungan dukungan kelompok terhadap modal adalah negatif karena path coefficients bernilai -0,005. Hubungan tersebut tidak signifikan karena nilai tstatistics lebih kecil dari t-table. Hal ini bermakna tinggi rendahnya modal sosial tidak dipengaruhi oleh dukungan kelompok. Hubungan negatif ini dapat disebabkan oleh ketiadaan atau ketidakaktifan kelompok sosial di Desa Cihideung Ilir. Hal ini menandakan ketiadaan kelompok sebagai ikatan lemah dalam lingkungan sosial di Desa Cihideung Ilir, yang mengakibatkan wirausaha perempuan kesulitan dalam memperoleh informasi, promosi, dan media untuk pengembangan usaha. Keberadaan kelompok sosial pendukung sangat penting dalam membentuk motivasi dan mendorong kemajuan usaha, karena dapat
47
memengaruhi baik identifikasi personal maupun karakter wirausaha perempuan (Okafor dan Amalu, 2010; Noureen dan Arsyad 2011). Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap kemampuan wirausaha adalah modal sosial. Nilai path coefficient kemampuan sosial terhadap modal sosial sebesar 0,618. Hal ini menunjukkan bahwa wirausaha perempuan di Desa Cihideung Ilir memiliki kemampuan sosial yang baik. Kemampuan sosial ini memiliki peran paling besar untuk menggambarkan modal sosial yang membentuk kemampuan wirausaha. Hasil ini juga sesuai dengan temuan Loice dan Razia (2013) dan Jalila et al (2014) yang menemukan bahwa dalam pemberian program kredit mikro kepada wirausaha perempuan, pengembangan modal sosial memiliki peran penting dalam meningkatkan kemampuan teknis perempuan dalam menjalankan usaha mereka. Pemberian pelatihan usaha akan efektif dalam mendukung pengembangan karakteristik pribadi dan modal sosial wirausaha perempuan. Pemberian pelatihan dapat mengatasi kendala sistematis dalam konteks norma-norma sosial budaya yang membatasi perempuan desa untuk dapat produktif dan berkembang.
8 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Karakter pribadi wirausaha perempuan secara rata-rata memiliki nilai tinggi yang bermakna mereka dapat melihat karakter pribadi sebagai faktor penting sebagai pendorong kemajuan usaha. Berdasarkan modal sosial, wirausaha perempuan kurang merasakan adanya dukungan sosial. Namun wirausaha perempuan Cihideung Ilir memiliki kemampuan bergaul serta dukungan keluarga yang tergolong tinggi. Hal ini menandakan bahwa sumber modal sosial mereka cenderung bersumber dari internal diri sendiri dan juga keluarga. Karakter pribadi tidak memiliki hubungan nyata positif dengan penghasilan usaha. Demikian juga modal sosial tidak memiliki hubungan nyata positif dengan penghasilan usaha. Namun karakter pribadi dan modal sosial secara bersama-sama memiliki hubungan nyata positif kuat dengan penghasilan usaha perempuan di Desa Cihideung Ilir. Hal ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan penghasilan usaha, peningkatan karakter pribadi dan modal sosial harus dilakukan secara bersama-sama. Karakter pribadi dan modal sosial berpengaruh positif terhadap kemampuan wirausaha perempuan. Modal sosial lebih berpengaruh terhadap kemampuan wirausaha dibandingkan dengan karakter pribadi. Adapun indikator-indikator yang memiliki kontribusi terbesar dalam menjelaskan variabel laten modal sosial adalah kemampuan sosial.
48
Saran Pola penyampaian pelaksanaan program Mitra Agribisnis selanjutnya perlu dilakukan modifikasi agar dapat berjalan lebih efektif. Pengembangan karakter pribadi dan modal sosial wirausaha perempuan perlu dilakukan secara bersamasama, sehingga pemberian kredit mikro kepada wirausaha perempuan dapat memberikan dampak terhadap penghasilan mereka. Dalam rangka peningkatan karakter pribadi dan modal sosial wirausaha perempuan, diperlukan program pemberdayaan bagi mereka, diantaranya dapat dilakukan dengan cara membentuk kelompok sosial dan pemberian program pelatihan serta pendampingan kepada wirausaha perempuan. Program pelatihan kewirausahaan yang diberikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan perempuan desa, mengingat karakter pribadi, modal sosial dari perempuan desa sangat spesifik, disertai juga dengan karakteristik usaha mereka yang tergolong gurem. Pembentukan kelompok sosial dapat menjadi media untuk berbagi informasi, pengetahuan, pengalaman usaha usaha, serta dorongan kesuksesan antar wirausaha perempuan. Melalui perbaikan pola penyampaian kredit mikro, diharapkan pelaksanaan program Mitra Agribisnis dapat lebih efektif dan memberikan dampak baik bagi perkembangan wirausaha perempuan.
49
DAFTAR PUSTAKA Aaltio MI,Kyrö P, Sundin E. 2008. Women Entrepreneurship and Social Capital: A Dialogue and Construction. Copenhagen (SE): Copenhagen Business School Press. Adilah N. 2014. Analisis Perilaku Wanita Wirausaha Terhadap Kredit (Studi Kasus Lingkar Kampus Institut Pertanian Bogor). [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Adler PS, Kwon SW. 2009. Prospects for a New Concept. The Academy of Management Review. 27(1):17–40. doi:10.5465/AMR.2002.5922314. Afrin S, Islam N, Ahmed SU. 2008. A multivariate model of micro credit and rural women entrepreneurship development in Bangladesh. International Journal of Business and Management. 3(8), p169. Agier I, Szafarz A. 2013. Microfinance and gender: is there a glass ceiling on loan size? World Development. 42. 165-181. Aldrich H. 1999. Organizations Evolving. Newbury Park (CA): Sage. Ahmad NH, Halim HA, Zainal SRM. 2010. Is entrepreneurial competency the silver bullet for SME success in a developing nation. International Business Management. 4(2), 67-75. Baron RA, Markman, GD. 2003. Beyond social capital: The role of entrepreneurs' social competence in their financial success. Journal of Business Venturing, 18(1), 41-60 Baum JR, Locke EA. 2004. The relationship of entrepreneurial traits, skill, and motivation to subsequent venture growth. Journal of applied psychology. 89(4), 587. Bird B. 1995. Toward a Theory of Entrepreneurial Competency. Advances Entrepreneurship: Firm Emergence and Growth. New York (US): JAI Press, 2, 51-72. Bird SR, Sapp SG. 2004. Understanding the gender gap in small business success urban and rural comparisons. Gender & Society, 18(1), 5-28. Bjerke B, 2007. Understanding Entrepreneurship. Massachusetts (US): Edward Edgar Publishing Limited. Blanchard, P.N. and James, W.T. 2004. Effective Training,System, Strategies and Practices. New Jersey (US): Pearson Prentice Hall. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Kabupaten Bogor dalam Angka. Bogor (ID) Badan Pusat Statistik. Chaifetz, R. A. 2010. Two Must-Haves For Growth: Entrepreneurial Spirit and Focus On Core Competencies. American Journal Of Business. 25(1), 5–7. Chaudhary V, Rawat SS, Saxena P. 2012. Entrepreneurship and Challenges in Global Environment. VSRD-International Journal of Business and Management Research. 2 (5), 2012, 213-222. Cheng MI, Dainty ARJ. 2003, The differing faces of managerial competency in Britain and America. Journal of Management Development. 22(6), 527-37. Cheston S, Kuhn L. 2002. Empowering Women through Microfinance. New York (US): UNIFEM. Cull R, Demigüc-Kunt A, Morduch J. 2007. Financial performance and outreach: A global analysis of leading microbanks. Economic Journal. 117(517): 107133.
50
D’espallier B, Guérin I, Mersland R. 2011. Women and repayment in microfinance: A global analysis. World Development, 39(5), 758-772. Daley-Harris S, Laegreid L. 2004. State of the microcredit summit campaign report 2004. Microcredit Summit Campaign. Das, M. 2000.Women Entrepreneurs from India: Problems, motivations and success factors. Journal of Small Business and Entrepreneurship. 15(4). Dasaluti T. 2009. Analisis Pengembangan Usaha Mikro dalam Mendukung Pemberdayaan Perempuan di Pulau Kecil (Studi Kasus di Pulau Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara) [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Davis A. 2011. Rural and urban women entrepreneurs: A comparison of service needs and delivery methods priorities. Int. Journal of Business Science and Applied Management. 6(2), 1-16. Dendawijaya L. 2003. Manajemen Perbankan Edisi Kedua. Jakarta (ID): Ghalia. Develtere P, Huybrechts A. 2002. Evidence On The Social And Economic Impact of Grameen Bank And BRAC on the Poor in Bangladesh. Research Paper. Hoger Instituut Voor De Arbeid. Katholieke Universiteit Leuven. Donaghue K, Zotalis S. 2002. Microfinance for Poverty Reduction. Development Bulletin. 57. Feb 2002. Ekpe I. 2011. Women entrepreneurs and economic development in Nigeria: Characteristics for success. International Journal of Business and Social Science. 2(1), 287-291. Ekpe I, Norsiah BM, Razak RC. 2010. The Effect of Microfinance Factors on Women Entrepreneurs’ Performance in Nigeria: A Conceptual Framework. International Journal of Business and Social Science. 1(2), 255-263. Elizabeth R. 2008. Peran Ganda Wanita Tani dalam Mencapai Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Pedesaan. Iptek Tanaman Pangan. 3(1). Fielden SL, Davidson, MJ. 2005. International Handbook of Women and Small Business Entrepreneurship. Cheltenham (US): Edward Edgard. Fukuyama, F. (1995). Trust: The social virtues and the creation of prosperity. New York (US): Free Press. Ghozali I. 2008. Structural Equation Modelling Metode Alternatif dengan Partial Least Square. Edisi 2. Semarang (ID). Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Global Entrepreneurship Monitor. 2013. Global Entrepreneurship Monitor 2012 Women’s Report. [Internet]. [diunduh 2015 Jan 20]. Tersedia pada: www.gemconsortium.org/docs/download/2825 Goyal M, Parkash J. 2011. Women entrepreneurship in India-problems and prospects. International Journal of Multidisciplinary Research. 1(5). 195207. Greene, CL. 2011. 21st Century Business Entrepreneurship, 2nd Edition. Mason (US): South-Western Cengage Learning. Hakim L. 2011. Perkembangan Tenaga Kerja Wanita Di Sektor Informal: Hasil Analisa Dan Proxy Data Sensus Penduduk. Among Makarti, 4 (7), 20-32. Hariyanto W, Prasetyo T. 2010. Model Pembiayaan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (Konvensional. Syariah dan Grameen Bank). [Internet]. [diunduh 2015 Feb 22]. Tersedia pada: www.academia.edu/3987961/220910_bab_V_model_LKMA_wahyudi
51
Hossain M. 1988. Credit for alleviation of rural poverty: The Grameen Bank in Bangladesh. Dhaka (BD): International Food Policy Research Institute (65). [IADB] Inter-American Development Bank. 2014. Who are the region’s highgrowth women entrepreneurs and what motivates them?. [Internet]. [diunduh 2015 Feb 22]. Tersedia pada: www.iadb.org/en/news/newsreleases/2014-03-13/unlocking-the-growth-potential-of-womenentrepreneurs,10766.html [IFC] International Finance Corporation. 2015. IFC and Gender at Glance. [Internet]. [diunduh 2015 Jun 22]. Tersedia pada: http://www.ifc.org/wps/wcm/connect/b15e00004f36efc49cb8de032730e94e /SM2015_IFCIssueBrief_Gender.pdf?MOD=AJPERES [ILO] International Labour Organization. 2013. Tren Ketenagakerjaan dan Sosial di Indonesia 2013: Memperkuat peran pekerjaan layak dalam kesetaraan pertumbuhan. Jakarta: International Labour Organization. _________________________________. 2014. Effectiveness OF Entrepreneurship Development Interventions for women entrepreneurs: An ILO-WED Issue Brief. Geneve: International Labour Organization. Jalila, MF, Mughalb YH, Isac AH. 2014. Effect of Microfinance Services towards Women Entrepreneurs Development in Pakistan. International Journal of Business Management and Economic Studies. 1(1) 2014. Karlan DS, Valdivia M. 2006. Teaching entrepreneurship: Impact of business training on microfinance clients and institutions. Center discussion paper. Economic Growth Center. 941. Kadarsan HW. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Khandker SR, Khan, Z, Khalily B, 1995. Sustainability of a Government Targeted Credit Program; Evidence from Bangladesh. World Bank - Discussion Papers 316. World Bank. Kor YY, Mahoney JT, Michael SC. 2007. Resources, capabilities and entrepreneurial perceptions. Journal of Management Studies. 44(7), 11871212. [KKUKM] Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. 2012. Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun 2010-2011. Bagian Data Biro Perencanaan. [Internet] [diunduh 2015 Feb 21]. Tersedia pada: www.depkop.go.id/phocadownload/data_statistik/statistik_UKM/narasi_stat istik_umkm%202010-2011.pdf [KPPA] Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. 2012. Kebijakan dan Strategi Peningkatan Produktifitas Ekonomi Perempuan (PPEP). Jakarta (ID): KPPA. Lavoori V, Paramanik RN. 2014. Microfinance impact on women’s decision making: a case study of Andhra Pradesh. Journal of Global Entrepreneurship Research. 4(1), 1-13. Loice M, Razia C 2013. Microfinance Interventions and Empowerment of Women Entrepreneurs Rural Constituencies in Kenya. Research Journal of Finance and Accounting. 4(9). 85-95. Lucas RW. 1994. Training Skills for Supervisors. New Jersey (US): McGraw Hill. Mangkuprawira TBS, Hubeis AV. 2007. Manajemen Mutu Sumber Daya Manusia. Jakarta (ID): Ghalia Indah.
52
Minniti M, Naudé W. 2010. What Do We Know About The Patterns and Determinants of Female Entrepreneurship Across Countries. European Journal of Development Research. 22(3), 277-293. Mitchelmore S, Rowley J. 2010. Entrepreneurial competencies: a literature review and development agenda. International Journal of Entrepreneurial Behavior & Research. 16(2), 92-111. Mudde HLM. 2015. Assessment Phase 1, Entrepreneurship Development by the Agricultural University Bogor, IPB. Final Report. Maastricht School of Management. Jan 2015. Muljaningsih S, Soemarmo, Hadiwidjojo D, Mustajab MM. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Wirausaha Pengolahan Pangan Organik pada Perempuan Tani di Desa Wonokerto, Bantur, Malang. Wacana. 15(2), 1218. Müller C. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perempuan Pengusaha dalam Mendirikan dan Mengembangkan Usahanya di Propinsi NAD. Jakarta (ID): Kantor Perburuhan International. Narain S. 2009. Gender and access to finance. Analytical Paper. World Bank. [Internet] [diunduh 2015 Feb 5]. Tersedia pada: siteresources.worldbank.org/EXTGENDERSTATS/Resources/SushmaNarai n-AccesstoFinanceAnalyticalPaper.doc Nassif VMJ, Andreassi T, Tonelli MJ, Fleury MTL. (2012). Women entrepreneurs: Discussion about their competencies. African Journal of Business Management. 6(26), 7694-7704. Nga JKH, Shamuganathan G. 2010. The influence of personality traits and demographic factors on social entrepreneurship start up intentions. Journal of Business Ethics. 95(2), 259-282. Noureen G, Arshad M. 2011. Effects of Social Capital On Micro Female Entrepreneurship In Pakistan. Research Paper. Universität Klagenfurt. [OECD] Organisation for Economic Co-operation and Development. 2012. Entrepreneurship at a Glance 2012. Paris (FR): OECD Publishing. Okafor C., Amalu R. 2010. Entrepreneurial Motivations as Determinants of Women Entrepreneurship Challenges. Economic Science Series. LXII(2): 67-77. O'Sullivan A, Rey ME, Galvez MJ. 2011, Opportunities and Challenges in the MENA Region. [Internet] [diunduh 2015 Jan 21]. Tersedia pada: www.oecd.org/dataoecd/55/21/49036903.pdf. Parker SC. 2009. The Economics of Entrepreneurship. Cambridge (GB): Cambridge University Press. Raju S, Bhuvaneswari H. 2014. The Role of Women in Economic Development. Indian Journal of Research. 3(3): 20-22. Ratnawati S. 2011. Model Pemberdayaan Perempuan Miskin Pedesaan Melalui Pengembangan Kewirausahaan. Jurnal Kewirausahaan. 5(2): 1-10. Rauch A, Frese, M. 2000. Psychological approaches to entrepreneurial success. A general model and an overview of findings. International Review of Industrial and Organizational Psychology. 15, 101-142. Renzulli LA, Aldrich H, Moody J. 2000. Family matters: Gender, networks, and entrepreneurial outcomes. Social forces, 79(2), 523-546.
53
Riyanti B. 2003. Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian. Jakarta (ID): Gramedia Widiasarana Indonesia. Robbins SP, Coulter MK. 2012. Management 11th edition. Boston (US): Prentice Hall. Safitri LS. 2014. Dampak Kredit “Mitra AGB” pada Perempuan Wirausaha “Gurem” di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Samuelson PA, Nordhaus PD. 2005. Economics 18th Edition. New York (US): McGraw-Hill/Irwin. Saunders M, Lewis P, Thornhill A. 2009. Research Methods for Business Students. Ed ke-5. Essex (GB): Prentice Hill. Sharma A, Dua S, Hatwal V. 2012. Micro enterprise development and rural women entrepreneurship: way for economic empowerment. Artha Prabandh: A Journal of Economics and Management. 1(06). Sloman, J, Sutcliffe M. 2004. Economics for Business 3rd Edition. New York: Pearson. Smith B, Morse E. 2005. Entrepreneurship Competencies: Literature Review and Best Practies. Ottawa (CA): Small Business Policy Branch, industry. Smith-Hunter AE. 2006. Women Entrepreneurs Across Racial Lines. Massachusetts (US): Edward Edgar. Suharyanto A. 2007. Dampak Keberadaan IPB Terhadap Ekonomi Masyarakat Sekitar Kampus Dan Kontribusinya Terhadap Perekonomian Kabupaten Bogor. [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Sumarsono S. 2003. Ekonomi Manajemen Sumberdaya Manusia dan Ketenagakerjaan. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. Tambunan T. 2009. Women Entrepreneurs in Indonesia: Their Main Constraints and Reasons. Journal of Asia Entrepreneurship and Sustainability. 5(3): 3751. ___________. 2012. Wanita Pengusaha di UMKM di Indonesia: Motivasi dan Kendala. Policy Discussion Paper Series. 33/01/2012. Centre for Industry, SME & Business Competition Studies Trisakti Universty. [UN Woman] United Nation Woman. 2014. The World Survey on the role of women in development 2014: Gender equality and sustainable development. Institutional Reports. New York (US): United Nation Publication. Vadde V, Ratnam NV. 2014. The Impact of Self-Help Groups on Women Entrepreneurship: A Study. IUP Journal of Entrepreneurship Development. 11(3). Verdaguer ME. 2009. Class, Ethnicity, Gender, and Latino Entrepreneurship. New York (US): Routledge. Vossenberg S. 2013. Women Entrepreneurship Promotion in Developing Countries: What explains the gender gap in entrepreneurship and how to close it. Maastricht School of Management Working Paper Series, (2013/08). Welsh D, Dragusin M. 2006. Women-entrepreneurs: a dynamic force of small business sector. Economic Amphitheatre Journal. (20). Wickham PA. 2006. Strategic entrepreneurship. Essex (GB): Pearson. Williamson M. 1993. Training Needs Analysis. London (GB): Library Association.
54
LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil uji hubungan karakter pribadi dengan penghasilan usaha Correlations Kendall’s tau_b
Identifikasi personal Motivasi Orientasi tujuan inovasi Tanggung jawab Karakter pribadi
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
penghasilan usaha .014 .942 30 .292 .118 30 * .368 .046 30 .275 .142 30 -.007 .969 30 .252 .178 30
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 2 Hasil uji hubungan modal sosial dengan penghasilan usaha Correlations Kendall’s tau_b
Dorongan kelompok
Kemampuan sosial
Dukungan keluarga
Modal sosial
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
penghasilan usaha -.0103 .589 30 .083 .663 30 .043 .821 30 .072 .732 30
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 3 Hasil uji hubungan karakter pribadi dan modal sosial dengan penghasilan usaha Ranks
VARB01 VARC01
Mean Rank 2.05 2.67 1.00
55
Test Statistics N Kendall’s W
30 a
Chi-Square Df Asymp. Sig.
.752 72.032 2 .000
a. kendall’s Coefficient of Concordance
Lampiran 4 Nilai loading pada diagram jalur persamaan struktural PLS
56
Lampiran 5 Nilai t-statistics pada diagram jalur persamaan struktural PLS
Lampiran 6 Hasil uji hipotesis pengaruh karakter pribadi dan modal sosial terhadap kemampuan wirausaha perempuan
Modal Sosial -> Kemampuan Wirausaha Karakter Pribadi -> Kemampuan Wirausaha
Coefficient 0.569 0.224
Standard deviation 0.190 0.215
tStatistics 2.988 1.045
57
Lampiran 7 Dokumentasi wirausaha perempuan di Desa Cihideung Ilir
58
59
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 28 April 1986. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Ping Fahrani Hidayat dan Lilis Maemunah. Penulis memiliki kakak, Evita Fathia Luthfina dan adik, Emiria Farahdina. Penulis menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah pada tahun 2009. Pada tahun 2011, penulis diterima di Program Studi Magister Sains Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis bekerja sebagai konsultan individu untuk lembaga pemerintah dan non pemerintah dengan bidang keahlian keuangan dan ekonomi.