1
KONTRIBUSI EKONOMI, PERAN GANDA PEREMPUAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA BURUH PABRIK (Kasus di Kecamatan Dramaga-Kabupaten Bogor)
LATIFATUL HAYATI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
2
3
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Kontribusi Ekonomi, Peran Ganda Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga Buruh Pabrik (Kasus di Kecamatan Dramaga-Kabupaten Bogor) adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Desember 2011
Latifatul Hayati NIM I24070045
4
5
ABSTRACT LATIFATUL HAYATI. Economic Contribution, Women’s Multiple Roles, and Well-Being of Women Factory Laborer Family at Dramaga, Bogor. Under Guidance of HERIEN PUSPITAWATI and MEGAWATI SIMANJUNTAK. This research aimed to analyze the contribution of economic, multiple roles and well-being of women factory laborer family. This research involved 60 families that were selected purposively. The samples were chosen from families which the wife worked as factory laborer and still had husband. Data was collected through interview by using questionnaire. Economic contribution was measured by proportion of wife income toward family income. Multiple roles consist of total number of roles and frequency of each role. Objective well-being was measured by utilizing BPS Bogor District standard 2010, while subjective well-being was measured by satisfaction of sample. Data was analyzed descriptively and inferentially using Pearson correlation and multiple regression. The results showed that average women’s economic contribution were 51,0 percent and multiple roles were categorized as moderate. The families categorized as prosperous with subjective well-being generally grouped as moderate. Wife’s education and economic contribution were positively correlated with objective well-being. Wife’s education and balancing work-family strategy were positively correlated with subjective well-being. Objevtive well-being was influenced by wife’s contribution of economic, while subjective well-being was influenced by wife’s education and balancing work-family strategy. Keywords: Economic Contribution, Multiple Roles, Family Well-Being
ABSTRAK LATIFATUL HAYATI. Kontribusi Ekonomi, Peran Ganda Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga Buruh Pabrik (Kasus di Kecamatan Dramaga-Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh HERIEN PUSPITAWATI dan MEGAWATI SIMANJUNTAK. Penelitian ini bertujuan menganalisis kontribusi ekonomi, peran ganda perempuan dan kesejahteraan keluarga buruh pabrik yang melibatkan 60 keluarga secara purposive dengan kriteria buruh pabrik dan memiliki suami. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan bantuan kuisioner. Kontribusi ekonomi diukur berdasarkan proporsi pendapatan perempuan dan keluarga. Peran ganda terdiri dari jumlah peran dan frekuensi peran. Indikator kesejahteraan objektif menggunakan BPS Kabupaten Bogor 2010. Kesejahteraan subjektif diukur berdasarkan kepuasan contoh. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif, Korelasi Pearson dan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan keluarga adalah sebesar 51,0 persen dan peran ganda berada pada ketegori sedang. Keluarga contoh termasuk sejahtera dengan kesejahteraan subjektif yang sedang. Lama pendidikan contoh dan kontribusi ekonomi berhubungan positif signifikan dengan kesejahteraan objektif. Lama pendidikan contoh dan strategi penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga berhubungan positif signifikan dengan kesejahteraan subjektif. Faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan objektif adalah kontribusi ekonomi perempuan. Faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif adalah lama pendidikan contoh dan strategi penyeimbangan keluarga dengan pekerjaan. Kata kunci: Kontribusi Ekonomi, Peran Ganda, Kesejahteraan Keluarga
6
7
RINGKASAN LATIFATUL HAYATI. Kontribusi Ekonomi, Peran Ganda Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga Buruh Pabrik (Kasus di Kecamatan DramagaKabupaten Bogor). Di bawah bimbingan HERIEN PUSPITAWATI dan MEGAWATI SIMANJUNTAK. Berdasarkan data BPS (2010), krisis ekonomi dan moneter yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997 hingga saat ini menyebabkan terjadinya kemiskinan. Terjadinya kemiskinan menyebabkan perbedaan yang signifikan pada Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) antara perempuan dan laki-laki. peningkatan jumlah angkatan kerja perempuan jauh lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Kenaikan tersebut terutama terjadi pada bidang industri manufaktur yaitu sebesar 0,5 persen (BPS 2010). Kontribusi ekonomi perempuan khususnya buruh perempuan pabrik memiliki peran sumbangsih baik bagi (APBD) maupun bagi keluarga. Berdasarkan Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025, kelompok sektor sekunder (industri manufaktur, listrik, gas dan air serta bangunan) memberikan kontribusi terbesar bagi APBD, yaitu rata-rata sebesar 70,0 persen. Industri manufaktur merupakan salah satu komponen yang memberikan kontribusi terbesar, artinya buruh perempuan yang bekerja di industri manufaktur juga memilki kontribusi bagi APBD. Bagi keluarga, kontribusi ekonomi perempuan juga sangat signifikan berperan menentukan kesejahteraan keluarga. Perempuan yang bekerja otomatis memiliki peran dan beban ganda. Beban ganda perempuan merupakan masalah yang sering dihadapi perempuan bekerja karena pada dasarnya perempuan memiliki peran domestik dan publik. Pembagian kerja yang tidak seimbang antara laki-laki dan perempuan dapat menimbulkan beban kerja pada pihak yang terdominasi. Agar tidak terjadi beban ganda yang berlebih maka diperlukan strategi menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga. Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan objektif bagi keluarga dan kesejahteraan subjektif bagi perempuan, maka penelitian ini difokuskan dan bertujuan untuk menganalisis kontribusi ekonomi, peran ganda dan kesejahteraan keluarga. Adapun secara khusus bertujuan untuk: 1) Mengidentifikasi riwayat contoh sebagai pekerja buruh, karakteristik contoh dan keluarga contoh, 2) Menghitung rata-rata kontribusi ekonomi contoh terhadap pendapatan keluarga, 3) Mengidentifikasi peran ganda dan strategi menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga, 4) Mengidentifikasi kesejahteraan keluarga (objektif dan subjektif) contoh dan keluarga, 5) Menganalisis hubungan antar variabel penelitian, dan 6) Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga dan contoh, kontribusi ekonomi, peran ganda dan strategi menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga contoh terhadap kesejahteraan objektif dan subjektif. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study yaitu suatu penelitian dengan teknik pengambilan data dalam satu waktu tertentu. Penelitian dilakukan di Desa Ciherang dan Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan dilakukan secara purposive sampling dengan alasan lokasi tersebut terdapat perempuan yang bekerja sebagai buruh. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara langsung menggunakan kuisioner dengan indepth interview pada 10 contoh. Analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif (rata-rata, standar deviasi, minimum, maksimum, uji khi-kuadrat) dan inferensia (korelasi Pearson dan regresi linear berganda).
8
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir separuh contoh bekerja di PT. PMG dengan lama bekerja kurang dari 1 tahun dan sebelumnya bekerja sebagai ibu rumahtangga. Sebagian besar contoh memiliki bagian jam kerja normal dan lebih dari separuh contoh memiliki lama bekerja antara 9,0-10,6 jam/hari. Lebih dari separuh contoh memiliki enam hari kerja dalam seminggu dan memiliki posisi sebagai penjahit. Sebagian besar contoh menggunakan kendaraan umum menuju tempat kerjanya dan lebih dari separuh contoh menerima upah/bulan di bawah UMR Kabupaten Bogor 2011. Kurang dari separuh contoh dan suami contoh memiliki umur dewasa awal dan proporsi terbesar lama pendidikan contoh dan suami contoh adalah SMA. Kurang dari separuh suami contoh bekerja sebagai buruh/kuli dan lebih dari separuh contoh memiliki ukuran keluarga yang kecil. Kurang dari separuh contoh memiliki pendapatan Rp 2.000.000,00-Rp 2.999.999,00. Lebih dari separuh contoh memiliki pengeluaran Rp 1.000.000,00-Rp 1.999.999,00. Berdasarkan Garis Kemiskinan Kabupaten Bogor BPS 2010, kurang dari separuh contoh memiliki pendapatan keluarga per kapita per bulan lebih besar dari Rp 591.957,00 dengan alokasi pengeluaran non pangan lebih besar daripada pengeluaran untuk pangan dan lebih dari separuh contoh memiliki pengeluaran lebih kecil dari pendapatan. Sebagian besar status kepemilikan aset adalah milik bersama (suami dan istri) tidak ada yang mendominasi dari kedua belah pihak. Rata-rata kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan keluarga adalah sebesar 51,0 persen dan sebagian besar alasan contoh berperan ganda sebagai pekerja buruh adalah karena ekonomi. Kurang dari tiga per empat contoh memiliki peran ganda dengan kategori sedang dan sebagian besar contoh dapat melakukan keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan. Sebagian besar contoh terkategori sejahtera dan kesejahteraan subjektif contoh terkategori sedang. Terdapat hubungan yang positif signifikan antara lama pendidikan contoh dan kesejahteraan objektif, antara kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan objektif, antara lama pendidikan contoh dan kesejahteraan subjektif, dan antara penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga dengan kesejahteraan subjektif. Faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan objektif adalah kontribusi ekonomi contoh. Faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif adalah lama pendidikan contoh dan strategi penyeimbangan keluarga dengan pekerjaan. Kata kunci: Kontribusi Ekonomi, Peran Ganda, Kesejahteraan Keluarga
9
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian Bogor Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin Institut Pertanian Bogor
10
11
KONTRIBUSI EKONOMI, PERAN GANDA PEREMPUAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA BURUH PABRIK (Kasus di Kecamatan Dramaga-Kabupaten Bogor)
LATIFATUL HAYATI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
12
13
Judul Skripsi : Kontribusi Ekonomi, Peran Ganda Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga Buruh Pabrik (Kasus di Kecamatan DramagaKabupaten Bogor) Nama
: Latifatul Hayati
NIM
: I24070045
Disetujui,
Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc Pembimbing I
Megawati Simanjuntak, SP, M.Si Pembimbing II
Diketahui,
Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc. Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
Tanggal Lulus:
14
15
PRAKATA
Puji syukur pada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya.
Sebagai
rasa
syukur
kepada
Allah
SWT,
penulis
ingin
menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc. dan Megawati Simanjuntak, SP, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi atas arahan yang diberikan. Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si dan Dr. Ir. Euis Sunarti M.Si selaku dosen pemandu seminar dan penguji atas masukan yang telah diberikan. 2. Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc. selaku Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen atas dukungannya dan Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc. selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingannya selama ini. 3. Bapak dan Mamah tercinta yang tak pernah lelah berdoa dan dengan kesabaran serta cinta kasih telah mengasuh, merawat dan mendidik penulis. Adik-adikku tersayang: Nurus Sa’adah, Abdurrahman dan Abdurrozaq yang selalu menjadi sumber semangat sehingga penulis selalu
berusaha
melakukan yang terbaik. Terima kasih atas segalanya selama ini, semoga Allah SWT mengumpulkan kita kembali di Jannah-Nya kelak. Amin 4. Yayasan Karya Salemba Empat, Ibu Ani selaku ketua RT 03 Ciherang Peuntas, Ibu Suhati selaku penggerak buruh PT. SB, Bapak Purwanto selaku Kepala Bagian Personalia PT. PMG dan Ibu Fitri sebagai penggerak buruh PT. PMG, Ketua RT Ciherang Kaum, dan semua responden penelitian ini. 5. Nining Tyas, Heni Habibah, Alna Hotama, Ade Haerudin, Astrid Yeyen, Zaenal Arifin, Yuda Purnama, Siti Komariyah, Aidatun Fitriyah, Mustika Dewanggi, dan Indah Rosulva atas bantuannya di lapangan. Oktavia Ratika M, Vivi Irzalinda, Atika R. atas bantuan dan masukan yang diberikan. Venti Sanditya, Ulfah Maesyaroh, Sri Wahyuningsih, Puspasari, Robi Rizkianto, Agus Surachman, Novi Puspitasari, Elmanora, Rini Hastuti dan Puspita Herawati sebagai tempat diskusi dan berbagi. Fauziah Fajrin, Atira, dan Ayunda W. Safitri sebagai teman seperjuangan. Ika Atifah Z., Yulia E., Lia A., Isya K.D., Ariyani, Siti K., Meyrinda, Mita, Nining, Depta, Lia, Ita, Asta, Ica, Pia, Dea, Muntamah, Novita, Reikha R., Rena Y.R., Lisdayanti, Israwati H., Nana, dan Vina atas dukungan dan keceriaan yang diberikan selama penyusunan skripsi. Desember, 2011 Latifatul Hayati
16
17
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ..........................................................................................................ix DAFTAR TABEL ...................................................................................................xi DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. xii DAFTAR KOTAK .................................................................................................xii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xii PENDAHULUAN ................................................................................................... 1 Latar Belakang .................................................................................................. 1 Perumusan Masalah ......................................................................................... 3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 5 Tujuan umun .................................................................................................. 5 Tujuan khusus ................................................................................................ 5 Kegunaan Penelitian ......................................................................................... 5 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 7 Konsep dan Pendekatan Teori Keluarga .......................................................... 7 Pengertian keluarga ....................................................................................... 7 Teori struktural-fungsional .............................................................................. 8 Teori sosial-konflik ......................................................................................... 9 Teori Gender ................................................................................................... 10 Peran ganda ................................................................................................. 10 Strategi menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga .......................... 11 Kontribusi Ekonomi Perempuan ..................................................................... 12 Buruh perempuan ........................................................................................ 12 Kesejahteraan Keluarga ................................................................................. 13 Hasil Penelitian Terdahulu .............................................................................. 14 KERANGKA PEMIKIRAN................................................................................... 19 METODE PENELITIAN ....................................................................................... 21 Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 21 Teknik Penarikan Contoh ............................................................................... 21 Variabel, Jenis Data, Pengukuran, dan Penilaian ......................................... 22 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................................................ 24 Pengolahan dan Analisis Data ........................................................................ 25 Definisi Operasional ........................................................................................ 27 HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 29 Riwayat Sebagai Pekerja Buruh ..................................................................... 29 Tempat Bekerja Contoh ............................................................................... 29 Lama Bekerja ............................................................................................... 29 Pekerjaan Contoh Sebelumnya ................................................................... 30 Jam Kerja Contoh ........................................................................................ 30 Lama Bekerja (jam/hari) ............................................................................... 31 Hari Kerja/minggu ........................................................................................ 32 Posisi Sebagai Pekerja ................................................................................ 32 Kendaraan yang Digunakan ke Tempat Kerja ............................................. 33 Upah Kerja Contoh ....................................................................................... 34 Karakteristik Contoh dan Keluarga ................................................................. 35 Umur Contoh dan Suami .............................................................................. 35 Lama Pendidikan Contoh dan Suami ........................................................... 36 Jenis Pekerjaan Suami ................................................................................ 37 Besar Keluarga ............................................................................................ 38
18
Pendapatan dan Pengeluaran Keluarga ...................................................... 38 Pendapatan dan Pengeluaran Keluarga Per Kapita..................................... 40 Rata-rata Pengeluaran Pangan dan Non Pangan ........................................ 41 Kontribusi Ekonomi Perempuan terhadap Keluarga ....................................... 42 Kepemilikan Aset .......................................................................................... 44 Peran Ganda ................................................................................................... 46 Jumlah Peran Istri dalam Sektor Publik dan Domestik................................. 47 Frekuensi Peran ........................................................................................... 48 Strategi Penyeimbangan Antara Keluarga dan Pekerjaan.............................. 51 Kesejahteraan Keluarga ................................................................................. 55 Kesejahteraan Objektif ................................................................................. 55 Kesejahteraan Subjektif................................................................................ 57 Hubungan Antar Variabel ................................................................................ 60 Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kesejahteraan Objektif dan Subjektif .......................................................................................................... 62 Kasus Strategi Penyeimbangan Antara Keluarga dan Pekerjaan................... 64 Pembahasan Umum ....................................................................................... 67 Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 68 SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 71 Simpulan ......................................................................................................... 71 Saran .............................................................................................................. 72 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 73 LAMPIRAN .......................................................................................................... 79
19
DAFTAR TABEL No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Halaman Penelitian sebelumnya yang terkait dengan topik penelitian ........................ 15 Variabel, data yang diteliti, skala, jumlah item pertanyaan, dan cronbach alpha ............................................................................................................. 23 Sebaran contoh berdasarkan tempat bekerja contoh................................... 29 Sebaran contoh berdasarkan lama bekerja.................................................. 30 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan sebelumnya .................................. 30 Sebaran contoh berdasarkan jam kerja contoh ............................................ 31 Sebaran contoh berdasarkan lama bekerja/hari........................................... 32 Sebaran contoh berdasarkan hari kerja/minggu........................................... 32 Sebaran contoh berdasarkan posisi sebagai pekerja................................... 33 Sebaran contoh berdasarkan kendaraan yang digunakan ke tempat kerja . 34 Sebaran contoh berdasarkan upah kerja contoh.......................................... 35 Sebaran contoh dan suami berdasarkan umur ............................................ 36 Sebaran contoh dan suami berdasarkan lama pendidikan .......................... 36 Sebaran suami contoh berdasarkan jenis pekerjaan ................................... 37 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga .............................................. 38 Sebaran contoh berdasarkan kategori pendapatan keluarga per bulan ...................................................................................................... 39 Sebaran contoh berdasarkan kategori pengeluaran keluarga per bulan ...................................................................................................... 40 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga per kapita per bulan ...................................................................................... 41 Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran keluarga per kapita per bulan ...................................................................................... 41 Sebaran contoh berdasarkan rata-rata pengeluaran keluarga pangan dan non pangan per bulan............................................................... 42 Sebaran contoh berdasarkan kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan keluarga .................................................................................... 43 Sebaran contoh berdasarkan rata-rata kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan keluarga..................................................................... 44 Sebaran contoh berdasarkan kepemilikan aset ........................................... 45 Sebaran contoh berdasarkan alasan berperan ganda sebagai pekerja ....... 46 Sebaran contoh berdasarkan jumlah peran di sektor domestik dan publik .. 47 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi peran ............................................. 49 Sebaran contoh berdasarkan kategori peran ganda .................................... 50 Sebaran contoh berdasarkan persepsi dalam menyeimbangkan antara aktivitas pekerjaan dan keluarga .................................................................. 51 Sebaran contoh berdasarkan tindakan dalam menyeimbangkan antara aktivitas pekerjaan dan keluarga .................................................................. 52 Sebaran contoh berdasarkan kategori strategi dalam menyeimbangkan antara aktivitas pekerjaan dan keluarga ....................................................... 54 Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan objektif yang dilihat dari pendapatan dan pengeluaran per kapita per bulan ............................... 55 Sebaran contoh berdasarkan kontribusi ekonomi dan kesejahteraan........... 56 Sebaran contoh berdasarkan peran ganda dan kesejahteraan .................... 57 Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan fisik ........................... 58 Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan sosial ........................ 59 Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan psikologis ................. 59 Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan keluarga subjektif ...... 60
20
38 Hasil uji korelasi antar variabel penelitian...................................................... 62 39 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan objektif ................ 63 40 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif .............. 64
DAFTAR GAMBAR No 1 2
Halaman Kerangka Pemikiran Kontribusi Ekonomi, Peran Ganda Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga .............................................................................. 20 Teknik Penarikan Contoh ............................................................................. 22
DAFTAR KOTAK No 1 2 3
Halaman Strategi Perempuan Bekerja dengan Prioritas Lebih pada Keluarga ........... 64 Strategi Perempuan Bekerja dengan Prioritas Lebih pada Pekerjaan ......... 65 Strategi Perempuan Bekerja dengan Keseimbangan antara Keluarga dan Pekerjaan...................................................................................................... 66
DAFTAR LAMPIRAN No 1 2 3 4 5 6
Halaman Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian ...................................................... 81 Uji Korelasi Pearson Hubungan antar Variabel dengan Kesejahteraan ........ 85 Uji Khai Kuadrat antara Kontribusi Ekonomi dan Kesejahteraan Objektif ..... 87 Uji Khai Kuadrat antara Peran Ganda dan Kesejahteraan Objektif ............... 88 Uji Regresi Linear Berganda Antara Karakteristik Keluarga, Kontribusi Ekonomi, Peran Ganda Perempuan terhadap Kesejahteraan Objektif ........ 89 Uji Regresi Linear Berganda Antara Karakteristik Keluarga, Kontribusi Ekonomi, Peran Ganda Perempuan terhadap Kesejahteraan Subjektif ....... 90
21
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Berdasarkan data BPS (2010), krisis ekonomi dan moneter yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997 hingga saat ini menyebabkan terjadinya kemiskinan pada keluarga. Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan) di Indonesia pada Maret 2010 mencapai 31 juta (13,3%), turun 1,5 juta dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2009 yang sebesar 32,5 juta (14,2%). Jumlah penduduk di Kabupaten Bogor Tahun 2009 tercatat sebesar 4.453.927 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 2.258.789 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 2.195.138 jiwa (BPS 2010). Artinya proporsi jumlah penduduk perempuan hampir sama dengan laki-laki, tidak ada perbedaan yang signifikan. Namun, karena terjadinya kemiskinan maka menyebabkan perbedaan yang signifikan pada Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) antara perempuan dan laki-laki. peningkatan jumlah angkatan kerja perempuan jauh lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Kenaikan tersebut terutama terjadi pada bidang industri manufaktur yaitu sebesar 0,5 persen (BPS 2010). Hal ini sejalan dengan Herawati (2000) yang mengungkapkan bahwa semakin tinggi jumlah perempuan yang bekerja di luar rumah dapat disebabkan oleh tuntutan ekonomi keluarga. Berdasarkan Women Research Institute, hasil riset Forum Pendamping Buruh Nasional (FPBN) tahun 2005-2006 menunjukkan bahwa dari 92 perusahaan yang berada di wilayah Tangerang dan Bekasi 62,0 persen diantaranya menggunakan tenaga buruh kontrak dan lebih dari 50,0 persen adalah kaum perempuan. Jika perempuan bekerja di luar rumah, maka otomatis akan berkontribusi secara ekonomi bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan keluarga. Kontribusi ekonomi perempuan khususnya buruh perempuan pabrik memiliki peran sumbangsih baik bagi (APBD) maupun bagi keluarga. Menurut Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, upah buruh perempuan di Kabupaten Bogor pada tahun 2006 adalah sebesar Rp 728.500,00 dan pada tahun 2007 menalami kenaikan sebesar Rp 61.200,00 yaitu menjadi Rp 789.700,00 (BPS 2010). Artinya, kenaikan angka upah buruh perempuan cukup signifikan dan peluang kontribusi bagi APBD akan lebih besar. Berdasarkan Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
2
(RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025, kelompok sektor sekunder (industri manufaktur, listrik, gas dan air serta bangunan) memberikan kontribusi terbesar bagi APBD, yaitu rata-rata sebesar 70,0 persen. Industri manufaktur merupakan salah satu komponen yang memberikan kontribusi terbesar, artinya buruh perempuan yang bekerja di industri manufaktur juga memilki kontribusi bagi APBD. Bagi keluarga, kontribusi ekonomi perempuan sangat signifikan berperan menentukan kesejahteraan keluarga. Hal ini didukung oleh Mosse (2002) yang menyatakan bahwa semakin miskin suatu keluarga, keluarga itu bergantung kepada produktivitas ekonomi seorang perempuan. Perempuan yang bekerja otomatis memiliki peran dan beban ganda, peran ganda perempuan merupakan masalah yang sering dihadapi perempuan bekerja karena pada dasarnya perempuan memiliki peran domestik dan publik. Peran domestik mencakup peran perempuan sebagai istri, ibu dan pengelola rumahtangga. Sementara peran publik meliputi pengertian perempuan sebagai tenaga kerja, anggota masyarakat, dan organisasi masyarakat. Herzog et al. (1998) menyatakan bahwa perempuan yang terlibat dalam peran ganda seperti aktivitas grup akan meningkatkan kesejahteran subjektifnya. Permasalahan peran ganda perempuan bukan pada peran itu sendiri, malainkan dampak yang ditimbulkannya pada keluarga. Pembagian kerja yang tidak seimbang antara lakilaki dan perempuan dapat menimbulkan beban kerja pada pihak yang terdominasi. Agar tidak terjadi beban ganda yang berlebih maka diperlukan strategi menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga. Milkie (1999) menyatakan bahwa jam kerja dan pembagian pekerjaan domestik yang adil akan mempengaruhi keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan. Peran ganda dan efek kesejahteraan berbeda untuk setiap budaya yang berbeda dan peran ganda lebih
menguntungkan
untuk
kesejahteraan
psikologi
laki-laki
daripada
perempuan di Jepang dan Barat (Sugihara 2008). Pentingnya kontribusi ekonomi perempuan terhadap ekonomi keluarga. Pentingnya strategi menyeimbangkan antara keluarga dan pekerjaan sebagai konsekuensi perempuan yang memiliki peran ganda/bekerja menyebabkan topik ini menarik untuk diteliti. Penelitian Mc Lellan (2009) mengungkapkan bahwa kesuksesan penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga dipengaruhi oleh kualitas waktu dengan keluarga, struktur dan perencanaan, dukungan sosial, dan ketahanan diri. Bila terjadi ketimpangan diantara keduanya maka akan mengakibatkan konflik. Jika perempuan yang bekerja lebih memprioritaskan
3
keluarga maka akan memicu konflik dengan atasan yang akan mengakibatkan kecenderungan permasalahan pada kesejahteraan objektif keluarga. Namun, jika perempuan yang bekerja lebih memprioritaskan pekerjaan maka akan memicu konflik dengan suami yang akan mengakibatkan kecenderungan permasalahan pada kesejahteraan subjektif perempuan.
Perumusan Masalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) naik sebesar 0,5 persen namun TPAK perempuan jauh lebih rendah dibandingkan laki-laki (BPS 2010). Meskipun demikian, jika dilihat berdasarkan jumlah angkatan kerja selama periode 20062008 peningkatan jumlah angkatan kerja perempuan jauh lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Jumlah angkatan kerja perempuan pada tahun 2008 meningkat sebanyak 4,2 juta orang, namun pada tahun yang sama angkatan kerja laki-laki hanya meningkat 1,4 juta orang. Fadah et al. (2004) menyatakan bahwa besarnya kontribusi yang diberikan oleh buruh perempuan terhadap pendapatan keluarga yang dilihat dari proporsi rata-rata upah buruh perempuan terhadap rata-rata pendapatan keluarga cukup besar yakni sebesar 52,3 persen. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa betapa pentingnya peran perempuan terhadap ekonomi keluarga, namun di lain pihak keberadaan buruh perempuan di dalam pekerjaannya masih seringkali terjebak pada kondisi marginalisasi (peminggiran), subordinasi (penomorduaan) dan streotipe (pelabelan). Hasil temuan dari penelitian Women Research Institute (2008) juga menyebutkan bahwa sering terjadinya berbagai permasalahan yang dialami buruh perempuan dalam berbagai hal, yaitu pada lingkungan kerja, hak buruh dalam berorganisasi, upah kerja dan kerja lembur, kesehatan reproduksi dan pelecehan seksual. Berdasarkan penelitian Winaryati (2010), sebanyak 88 buruh perempuan pabrik di Kota Semarang, 100,0 persen buruh perempuannya makan dengan menu nasi, sayur, dan satu potong lauk nabati (kurang lebih Rp 2.000,00). Contoh akan mengonsumsi lauk hewani hanya pada saat tertentu, karena harga lauk hewani lebih mahal. Padahal, pekerjaan buruh membutuhkan energi yang banyak dan berkualitas. Kadar hemoglobin buruh perempuan lebih dari separuhnya terkena penyakit anemia (56,0%). Alasan dari contoh makan kurang dari tiga kali, karena kesibukan di pabrik yang menggunakan sistem target, penghematan anggaran, dan waktu istirahat yang terbatas. Perilaku ini akan berdampak pada jumlah asupan makanan dan zat gizi buruh.
4
Berdasarkan Women Research Institute (2008), pada permasalahan lingkungan kerja, sering terjadi fasilitas kamar mandi tidak memenuhi standar kesehatan, dan fasilitas umum yang diskriminatif. Pada permasalahan hak buruh berorganisasi, sering terjadinya dominasi laki-laki dalam Perwakilan Unit Kerja dan Serikat Pekerja, dan representasi buruh perempuan dalam organisasi serikat rendah. Pada permasalahan upah kerja dan kerja lembur, seringkali terjadi penghitungan upah lembur yang tidak transparan, upah kerja dan kerja lembur tidak sebanding dengan kebutuhan hidup, dan jam kerja yang melewati batas waktu. Pada permasalahan kesehatan reproduksi dan pelecehan seksual, seringkali
terjadi
cuti
hamil
yang
sering
dipermasalahkan,
perusahaan
menganggap pelecehan seksual sebagai hal yang wajar, tidak tersedia fasilitas memadai untuk buruh yang hamil. Permasalahan-permasalahan di atas seringkali dialami oleh buruh perempuan pabrik. Padahal baik buruh laki-laki maupun perempuan memiliki hak yang sama. Hal ini relevan dengan Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menyatakan, "Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat". Kata "setiap orang" dalam pasal tersebut dapat berupa laki-laki atau perempuan. Berdasarkan
latar
belakang
tersebut,
maka
dirumuskan
beberapa
pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Bagaimana riwayat contoh sebagai pekerja buruh, karakteristik contoh dan keluarga contoh? 2. Bagaimana rata-rata kontribusi ekonomi contoh terhadap pendapatan keluarga? 3. Bagaimana peran ganda serta strategi menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga contoh? 4. Bagaimana kesejahteraan (objektif dan subjektif) contoh dan keluarga contoh? 5. Bagaimana hubungan antar variabel penelitian? 6. Bagaimana pengaruh karakteristik keluarga dan contoh, kontribusi ekonomi, peran ganda, strategi menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga contoh terhadap kesejahteraan objektif dan subjektif?
5
Tujuan Penelitian Tujuan Umun Mengetahui
kontribusi
ekonomi,
peran
ganda
perempuan
dan
kesejahteraan keluarga buruh pabrik di Kabupaten Bogor.
Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi riwayat contoh sebagai pekerja buruh, karakteristik contoh dan keluarga contoh 2. Menghitung rata-rata kontribusi ekonomi contoh terhadap pendapatan keluarga 3. Mengidentifikasi peran ganda dan strategi menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga contoh 4. Mengidentifikasi kesejahteraan (objektif dan subjektif) contoh dan keluarga 5. Menganalisis hubungan antar variabel penelitian 6. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga dan contoh, kontribusi ekonomi, peran ganda dan strategi menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga contoh terhadap kesejahteraan objektif dan subjektif
Kegunaan Penelitian Bagi pengembangan ilmu, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya dengan topik yang terkait dan lebih memaparkan serta meyakinkan akan urgensi kontribusi ekonomi perempuan bagi keluarga. Bagi para buruh perempuan, peran dalam ranah publik sebagai pekerja tidak akan dipandang sebelah mata serta terhindar dari marginalisasi, subordinasi dan stereotipe. Bagi pemerintah, penelitian ini berguna untuk evaluasi kebijakan, sosialisasi dan perencanaan ulang serta penyempurnaan halhal yang telah dilakukan berkaitan dengan program perlindungan bagi buruh perempuan. Selanjutnya diharapkan kebijakan tersebut dapat melindungi buruh perempuan yang otomatis memiliki peran dan beban ganda terkait pekerjaan domestik dan publiknya.
6
7
TINJAUAN PUSTAKA Konsep dan Pendekatan Teori Keluarga Pengertian keluarga Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai peran masingmasing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman 1998). Keluarga adalah sekelompok orang dengan ikatan perkawinan, darah, atau adopsi; terdiri dari satu orang kepala rumahtangga, interaksi dan komunikasi satu sama lainnya dalam peran suami istri yang saling menghormati, ibu dan ayah, anak laki-laki dan perempuan, saudara laki-laki dan perempuan, dan menciptakan serta mempertahankan
kebudayaannya
(Duvall
dan
Miller
1985).
Sedangkan
pengertian keluarga menurut Undang Undang Nomor 10 Tahun 1992 adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami, istri, dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Keluarga adalah suatu kelompok atau orang-orang yang disatukan oleh perkawinan, darah, dan adopsi yang berkomunikasi satu sama lain dan menimbulkan peranan-peranan sosial bagi suami dan istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara lakilaki dan perempuan serta merupakan pemeliharaan kebudayaan bersama. Keluarga khususnya orangtua bertanggung jawab dalam menjaga, menumbuhkan, dan mengembangkan anggota-anggotanya. Ibu pada masa kini di samping mengurus rumahtangga juga bekerja untuk menambah pendapatan keluarga. Menurut Megawangi (1999) keluarga adalah sebagai sebuah sistem sosial mempunyai tugas atau fungsi agar sistem tersebut berjalan. Tugas tersebut berkaitan dengan pencapaian tujuan, integritas dan solidaritas, serta pola kesinambungan atau pemeliharaan keluarga. Ada delapan fungsi keluarga utama menurut Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994 dalam BKKBN tentang penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera yaitu fungsi keagamaan, fungsi sosial, fungsi budaya, fungsi cinta kasih, fungsi melindungi, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, dan fungsi pembinaan lingkungan. Rice dan Tucker (1986) membagi fungsi keluarga menjadi dua fungsi utama, yaitu fungsi instrumental dan fungsi ekspresif. Contoh dari fungsi instrumental adalah memberikan nafkah, memenuhi kebutuhan biologis dan fisik pada anggota keluarga. Memenuhi kebutuhan psikologis, sosial, dan emosi, kasih sayang, kehangatan, aktualisasi dan pengembangan diri anak adalah contoh dari fungsi ekspresif. Keseimbangan
8
dalam menjalankan peran/fungsi instrumental dan ekspresif sangat diperlukan agar dapat mengintegrasikan suasana keluarga yang harmonis.
Teori Struktural-Fungsional Teori ini adalah teori yang menyatakan bahwa masyarakat merupakan sebuah sistem yang memiliki beberapa bagian (biasa disebut subsistem) dan subsistem tersebut saling berhubungan dan berkaitan. Teori ini menerima adanya
keanekaragaman
dalam
kehidupan
sosial
dan
sistem
tersebut
dilandaskan pada nilai-nilai agar terjadi keseimbangan, serta stabil. Dimensi penting dalam struktur fungsional ini adalah adanya kejelasan mengenai peran dan fungsi. Fungsi tersebut terstruktur pada hirarki yang harmonis dan terselenggara secara konsisten. Peran adalah beberapa kegiatan terkait fungsi yang diharapkan dapat dilakukan dengan baik oleh setiap anggota dalam keluarga untuk mencapai tujuan sistem secara optimal. Fungsi adalah sejumlah kegiatan yang memiliki kesamaan sifat dan tujuan. Adapun persyaratan struktural yang harus dipenuhi agar struktur keluarga menurut Levy (Megawangi 1999) sebagai sistem dapat berfungsi adalah : 1. Diferensiasi peran: Serangkaian tugas dan aktivitas yang harus dilakukan dalam keluarga sehingga mengharuskan adanya alokasi peran untuk setiap anggota di dalam keluarga. Diferensiasi peran dapat mengacu pada umur, gender, generasi, juga posisi status ekonomi dan politik. 2. Alokasi solidaritas: Distribusi relasi antar anggota keluarga menurut cinta, kekuatan, dan intensitas hubungan. Cinta atau kepuasan mengambarkan hubungan antar anggota. Sedangkan intensitas adalah kedalaman relasi antar anggota menurut kadar cinta, kepedulian, ataupun ketakutan. 3. Alokasi ekonomi: Distribusi barang-barang dan jasa untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Differensiasi tugas juga ada dalam hal ini, terutama dalam hal produksi, distribusi, dan konsumsi dari barang dan jasa dalam keluarga. 4. Alokasi politik: Distribusi kekuasaan dalam keluarga dan siapa bertanggung jawab atas setiap tindakan anggota keluarga. Agar keluarga dapat berfungsi maka distribusi kekuasaan pada tingkat tertentu diperlukan. 5. Alokasi integrasi dan ekspresi: Distribusi teknik atau cara untuk sosialisasi, internalisasi dan pelestarian nilai-nilai serta perilaku untuk memenuhi tuntunan norma yang berlaku untuk setiap anggota keluarga.
9
Perbedaan fungsi ini bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi, bukan untuk kepentingan individu. Struktur dan fungsi dalam sebuah organisasi ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh budaya, norma, dan nilai-nilai yang melandasi sistem masyarakat (Megawangi 1999).
Teori Sosial-Konflik Asumsi teori sosial konflik berlawanan dengan teori struktur fungsional. Asusmsi Karl Marx menyatakan bahwa walaupun relasi sosial menggambarkan karakteristik
yang
sistematik,
pola
relasi
sebenarnya
menggambarkan
kepentingan pribadi, konflik yang tidak dapat dihindari dari sistem sosial, konflik akan terjadi pada keterbatasan pendistribusian sumberdaya terutama kekuasaan dan konflik adalah sumber utama dari perubahan. Situasi konflik dalam lingkungan sosial adalah sesuatu yang normal terjadi. Hubungan yang penuh konflik ini juga terjadi pada keluarga, sumber dari konflik tersebut adalah struktur dan fungsi dari keluarga itu sendiri. Seorang suami sebagai kepala keluarga dapat menjadi sumber konflik dengan istri sebagai ibu rumahtangga karena dalam struktur, mutlak terjadi penindasan oleh orang yang memiliki kekuasaan lebih tinggi kepada orang yang berada di bawahnya. Keluarga, menurut teori ini, bukan sebuah kesatuan yang normatif (harmonis dan seimbang), melainkan lebih dilihat sebagai sebuah sistem penuh konflik yang menganggap bahwa keragaman biologis dapat dipakai untuk melegitimasi relasi sosial yang operatif. Keragaman biologis yang menciptakan peran gender dianggap konstruksi budaya, sosialisasi kapitalisme, atau patriarki. Menurut para feminis Marxis dan sosialis institusi yang paling eksis dalam melanggengkan peran gender adalah keluarga dan agama, sehingga usaha untuk menciptakan perfect equality (kesetaraan gender 50/50) adalah dengan menghilangkan peran biologis gender, yaitu dengan usaha radikal untuk mengubah pola pikir dan struktur keluarga yang menciptakannya (Megawangi 1999). Menurut perspektif sosial konflik, perempuan sebagai istri harus dapat dibebaskan dari belenggu keluarga agar dapat menjadi individu yang mandiri, bertanggung jawab dengan dirinya sendiri dan dapat mengaktualisasikan diri. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan penghapusan atau perubahan dari suami sebagai pencari nafkah sedangkan istri hanya sebagai ibu rumahtangga. Hasil perubahan tersebut adalah terjadi perubahan peran yang
10
lebih fleksibel dan istri dapat lebih mengaktualisasikan diri, misalnya dengan bekerja.
Teori Gender Peran ganda Michelle et al. (1974) menyatakan bahwa peran ganda disebutkan dengan konsep dualisme cultural yakni adanya konsep lingkungan domestik dan publik. Peran domestik mencakup peran perempuan sebagai istri, ibu dan pengelola rumahtangga. Sementara peran publik meliputi pengertian perempuan sebagai tenaga kerja, anggota masyarakat, dan organisasi masyarakat. Pada peran publik perempuan sebagai tenaga kerja turut aktif dalam kegiatan ekonomis (mencari nafkah) di berbagai kegiatan sesuai dengan keterampilan dan pendidikan yang dimiliki serta lapangan pekerjaan yang tersedia. Peran ganda perempuan berimplikasi pada: (1) Peran kerja sebagai ibu rumahtangga, meski tidak langsung menghasilkan pendapatan, secara produktif bekerja membantu kaum laki-laki untuk mencari penghasilan, dan (2) Berperan sebagai pencari nafkah (tambahan ataupun utama). Peran ganda perempuan adalah peran perempuan di suatu pihak keluarga sebagai pribadi yang mandiri, ibu rumahtangga, mengasuh anak-anak dan sebagai istri serta dipihak lain sebagai anggota masyarakat, sebagai pekerja dan sebagai warga negara yang dilaksanakan secara seimbang. Perempuan dianggap melakukan peran ganda apabila ia bertanggung jawab terhadap tugas-tugas domestik yang berhubungan dengan rumahtangga seperti membersihkan rumah, memasak, melayani suami dan merawat anak-anak, serta ketika perempuan bertanggung jawab atas tugas publik yang berkaitan dengan kerja di sektor publik yakni bekerja di luar rumah dan bahkan seringkali berperan sebagai pencari nafkah utama. Peran ganda adalah jumlah peran yang berorientasi pada pendekatan hubungan dengan orang lain dan frekuensi peran (frekuensi kontak face to face dengan orang lain selama satu tahun) (Chen 2010). Peran ganda dan efek kesejahteraan berbeda untuk setiap budaya yang berbeda dan peran ganda lebih
menguntungkan
untuk
kesejahteraan
psikologi
laki-laki
daripada
perempuan di Jepang dan Barat (Sugihara 2008). Hasil penelitian Chen (2010) menyatakan bahwa klasifikasi peran ganda istri terdiri dari 12 aspek: sebagai anak, istri, orangtua, nenek, saudara kandung, teman, bagian dari keluarga besar, tetangga, pekerja, anggota grup, aktivis keagamaan, dan sukarelawan.
11
Herzog et al. (1998) yang menyatakan bahwa perempuan yang terlibat dalam peran ganda seperti aktivitas grup akan meningkatkan kesejahteran subjektifnya. Strategi menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga Persepsi kesuksesan keseimbangan antara bekerja dan keluarga adalah hasil proses kompleks psikologi ketika individu mengevaluasi antara permintaan bekerja dan sumberdaya keluarga dengan permintaan keluarga dan sumberdaya kerja (Voydanof 2005). Terdapat dua adaptasi strategis yaitu menambah sumberdaya keluarga dan mengurangi permintaan jam kerja. Voydanof (2005) melaporkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara adaptasi strategis dengan keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga. Clarke et al. (2004) mengungkapkan
bahwa
hubungan
antara
adaptasi
strategis
dengan
keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga bervariasi tergantung pada karakteristik personalnya. Karakteristik personal juga berkontribusi untuk kesuksesan keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga seiring dengan peran ganda. Lai (1995) mengungkapkan bahwa konflik antara pekerjaan dan keluarga berhubungan negatif signifikan dengan kesejahteraan psikologis dan Milkie (1999) menyatakan bahwa jam kerja dan pembagian pekerjaan domestik yang adil akan mempengaruhi keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan. Keene (2004) menyatakan bahwa jam kerja berhubungan negatif signifikan dengan keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga dan anak terkecil berhubungan negatif dengan kesuksesan dalam menyeimbangkan antara keluarga dan pekerjaan (Milkie 1999). Strickland (2006) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dan keseimbangan pekerjaan dan keluarga kemudian Lee (2006) menyatakan bahwa tujuan keluarga, pendidikan, keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga, manajemen aktifitas berhubungan positif dengan kesejahteraan. Hasil penelitian Beham (2010) mengungkapkan
bahwa
keseimbangan
antara
pekerjaan
dan
keluarga
berpengaruh terhadap kepuasan. Milkie (2010) menyatakan bahwa jam kerja berhubungan negatif dengan penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga, alokasi waktu dengan anak berhubungan negatif dengan penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga. Hasil penelitian Sidin (2010) menyatakan bahwa konflik antara pekerjaan dan keluarga berhubungan dengan kesejahteraan subjektif.
12
Kontribusi Ekonomi Perempuan Penelitian Ministry of Health, Labour and Welfare (2005) menyebutkan bahwa meningkatnya partisipasi perempuan yang sudah menikah sebagai pekerja dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga. Hal tersebut dapat menyimpulkan bahwa kontribusi ekonomi perempuan terhadap total pendapatan keluarga tidak dapat diabaikan urgensinya. Urgensi tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa besarnya kontribusi yang diberikan oleh buruh perempuan terhadap pendapatan keluarga cukup besar yakni sebesar 52,3 persen (Fadah et al. 2004). Kontribusi perempuan terhadap pertanian keluarganya adalah sebesar 66,6 persen (Ukoha 2003). Herawati (2000) mengungkapkan bahwa semakin tinggi jumlah perempuan yang bekerja di luar rumah dapat disebabkan oleh tuntutan ekonomi keluarga, meningkatnya pendidikan, terbukanya kesempatan kerja bagi perempuan dan teknologi yang semakin maju. Hal ini dapat dikatakan bahwa alasan perempuan mencari penghasilan tambahan, yaitu: uang, peranan sosial dan pengembangan diri. Hasil laporan penelitian di Wellington menyebutkan bahwa 86 persen perempuan Pasifik memberikan kontribusi ekonomi pada keluarganya, kontribusi tersebut digunakan untuk biaya pengeluaran hidup sehari-hari (Koloto 2005). Hasil penelitian Yamato (2003) menjelaskan bahwa istri dengan kontribusi pendapatan
yang
tinggi
dan
rendah
akan
meningkatkan
kepuasan
pernikahannya jika suami ikut andil dalam pengasuhan anaknya. Buruh perempuan Buruh merupakan pekerja di sektor informal yaitu industri kecil dan rumahtangga. Ketika kita melihat Indonesia, kelas buruh ternyata didominasi oleh kalangan perempuan. Jumlah angkatan kerja di Indonesia adalah sebesar 35.479.000 orang dan 87 persen dari angkatan kerja tersebut merupakan perempuan (Sakernas; Survei Angkatan Kerja Nasional 2003). Pada satu sisi, masuknya perempuan ke dalam sektor industri adalah sebagai proses upaya pemberian kontribusi perempuan sebagai istri pada ekonomi keluarga. Pada sisi lain kondisi buruh ini masih sangat memprihatinkan (masih terjadi marginalisasi, subordinasi dan stereotipe), seperti kondisi upah yang
masih
sangat
rendah,
persoalan-persoalan
kesehatan
reproduksi,
diskriminasi, pelecehan seksual, dan lain-lain (Daulay 2006). Padahal, keputusan perempuan untuk bekerja sebagai buruh merupakan suatu upaya koping strategi keluarga dalam hal ekonomi demi terwujudnya kesejahteraan keluarga.
13
Kesejahteraan Keluarga Pengukuran tingkat kesejahteraan dapat dilakukan dengan pendekatan objektif dan subjektif. Pengukuran kemiskinan menggunakan pendekatan objektif didasarkan pada standar yang telah disepakati negara atau provinsi, namun pada pengukuran kesejahteraan subjektif didasarkan pada pertimbangan individual (Raharto dan Romdiati) (2000). Kesejahteraan subjektif ini biasa disebut Quality of life (QOL), Subjective Quality of life (SQOL) atau Subjective Well- Being (SWB). Menurut UU No. 52 tahun 2009 ketahanan dan kesejahteraan keluarga adalah kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik-materil guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan kebahagiaan lahir dan batin (www.hsph.harvard.edu). BKKBN membagi keluarga dalam lima tahapan, yaitu Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS), Keluarga Sejahtera I (KS I), Keluarga Sejahtera II (KS II), Keluarga Sejahtera III (KS III), dan Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus). Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS) dan Keluarga Sejahtera I (KS I) termasuk dalam kategori miskin. Ada lima indikator yang harus dipenuhi agar suatu keluarga dikategorikan sebagai Keluarga Sejahtera I, yaitu: 1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai agama yang dianut masingmasing; 2) Seluruh anggota keluarga pada umumnya makan 2 kali sehari atau lebih; 3) Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian yang berbeda di rumah, sekolah, bekerja dan bepergian; 4) Bagian terluas lantai rumah bukan dari tanah; dan 5) Bila anak sakit atau PUS (Pasangan Usia Subur) ingin mengikuti KB pergi ke sarana/petugas kesehatan serta diberi cara KB modern. Adapun suatu keluarga termasuk Keluarga Pra-Sejahtera jika tidak memenuhi salah satu dari lima indikator tersebut (BPS 2008). Sunarti (2001) melakukan penelitian ketahanan keluarga dengan menggunakan pendekatan sistem (input-prosesoutput). Hasilnya ditemukan faktor laten ketahanan keluarga, yaitu ketahanan fisik, sosial, dan psikologis. Ketahanan fisik mencakup kesejahteraan fisik, ketahanan sosial mencakup kesejahteraan sosial, dan ketahanan psikologis mencakup kesejahteraan psikologis. Kesejahteraan fisik menggambarkan kondisi tingkat pemenuhan kebutuhan fisik seperti pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan. Adapun kesejahteraan sosial dicerminkan dari persepsi dan harapan terhadap lingkungan yang merupakan hasil dari suatu rangkaian proses interaksi sosial. Sedangkan, kesejahteraan psikologi terukur dari frekuensi emosi
14
tertentu, harapan terhadap masa datang, tingkat kepuasan, konsep diri, dan kepedulian suami terhadap isteri. Quality of life (QOL) adalah kesejahteraan yang menyeluruh berdasarkan standar personal yang bernama kesejahteraan subjektif (Kamitsuru 2004). Definisi dari kesejahteraan subjektif adalah kepuasan hidup berdasarkan atas standar personal (Chen 2010). Subjective Well-Being (SWB) adalah kategori besar dari fenomena yang terdiri dari respon emosional, domain kepuasan dan pendapat global dari kepuasan hidup (Hoorn 2007). Spesifikasi dari SWB terdiri dari 2 komponen berbeda: bagian afektif yang dapat menimbulkan efek positif dan negatif. Bagian afektif adalah evaluasi hedonik yang diarahkan oleh emosi dan perasaan, bagian kognitif adalah informasi dengan dasar harapan hidup yang ideal. Dimensi dari SWB adalah: 1) Faktor personality, 2) Faktor kontekstual dan situasional, 3) Faktor demografi, 4) Institusional, 5) Lingkungan, dan 6) Ekonomi. Beberapa
studi
menyebutkan
bahwa
faktor
yang
mempengaruhi
kesejahteraan subjektif adalah umur, gender dan pendidikan, status finansial (Zhang 2007), status perkawinan dan kesehatan fisik (Chen 2000). Hasil penelitian Chen (2010) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan lansia di China adalah perbedaan gender dan frekuensi peran. Semakin banyak frekuensi peran, kontak dengan tetangga dan aktivitas grup maka semakin tinggi rata-rata kesejahteraan perempuan.
Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai kontribusi ekonomi perempuan, peran ganda dan kesejahteraan keluarga telah banyak dilakukan. Kontribusi ekonomi istri terhadap ekonomi keluarga memiliki proporsi yang cukup tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Irzalinda (2010) yang menyatakan bahwa rata-rata kontribusi nilai ekonomi pekerjaan istri terhadap pendapatan total keluarga adalah sebesar 16,4 dan 46,2 persen pada desa dan kota Bogor. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Ukoha (2003) yang menyebutkan bahwa kontribusi perempuan terhadap pertanian keluarganya adalah sebesar 66,6 persen, merupakan angka yang cukup signifikan. Fadah et al. (2004) juga mengungkapkan
bahwa
kontribusi
ekonomi
pendapatan keluarga sebesar 52,3 persen.
buruh
perempuan
terhadap
15
Herawati (2000) menyatakan bahwa semakin tinggi jumlah perempuan yang bekerja di luar rumah dapat disebabkan oleh tuntutan ekonomi keluarga, meningkatnya pendidikan, terbukanya kesempatan kerja bagi perempuan dan teknologi yang semakin maju. Chen (2010) mengungkapkan bahwa semakin banyak jumlah peran yang dimiliki perempuan, semakin sering kontak dengan tetangga dan banyak aktivitas grup lainnya maka semakin tinggi kesejahteraan subjektif perempuan. Penelitian Rambe (2004) menyatakan bahwa faktor determinan kesejahteraan subjektif adalah pendidikan kepala rumah tangga, umur kepala rumah tangga, persepsi kerja, dan pendapatan. Perempuan yang memiliki peran ganda akan berusaha untuk melakukan penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga untuk mencapai keluarga yang sejahtera. Beberapa penelitian mengenai penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga, yaitu Lai (1995), Milkie (1999), Keene (2004), Milkie (1999), Strickland (2006), Lee (2006), Beham (2010), Milkie (2010), dan Sidin (2010). Judul dan hasil penelitian pendahulu terkait topik penelitian secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1 Penelitian sebelumnya yang terkait dengan topik penelitian No. 1.
Tahun 1995
Penulis Lai
2.
1999
Milkie et. al
3.
2000
Herawati
Judul Work and Family Roles and Pscychologycal WellBeing in Urban China Playing All The Roles: Gender and The Work-Family Balancing Act
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Remaja SMU tentang Peran Gender Tradisional
Hasil Konflik antara pekerjaan dan keluarga berhubungan negatif signifikan dengan kesejahteraan psikologis Jam kerja dan pembagian pekerjaan domestik yang adil mempengaruhi keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan Anak terkecil berhubungan negatif dengan kesuksesan dalam menyeimbangkan antara keluarga dan pekerjaan Semakin tinggi jumlah perempuan yang bekerja di luar rumah dapat disebabkan oleh tuntutan ekonomi keluarga, meningkatnya pendidikan, terbukanya kesempatan kerja bagi perempuan dan teknologi yang semakin maju
16 Lanjutan Tabel 1 No. 4.
Tahun 2003
Penulis Ukoha
5.
2004
Rambe
6.
2004
Fadah et al.
7.
2004
Keene et. Al
8.
2006
Strickland
9.
2006
Lee et. Al
10.
2010
Beham et. Al
11.
2010
Chen
12.
2010
Firdauasi
Judul Contibution of Women to Farm Family Income in Ikuwano Local Government Area of Abia State, Nigeria Alokasi Pengeluaran Rumah Tangga dan Tingkat Kesejahteraan
Karakteristik Demografi dan Sosial Ekonomi Buruh Perempuan serta Kontribusinya terhadap Pendapatan Keluarga Predictors Of Perceived WorkFamily Balance The Relationship Between Work Role Centrality, Social Support System, Work-Family Dynamics, and Job Satisfaction in Women Work Roles, Management and Perceived Well-Being for Married Women Within Family Businesses Satisfaction With Work-Family Balance Among German Office Workers Factor Related to Well-Being Among The Elderly In Urban China Focusing on Multiple Roles
Analisis Pengaruh Kontribusi Ekonomi Perempuan dan Manajemen Keuangan Keluarga terhadap Kesejahteraan
Hasil Kontribusi perempuan terhadap pertanian keluarganya adalah sebesar 66,6 persen
Faktor determinan kesejahteraan subjektif adalah pendidikan kepala rumah tangga, umur kepala rumah tangga dan pendapatan Kontribusi ekonomi buruh perempuan terhadap pendapatan keluarga sebesar 52,3 persen
Jam kerja berhubungan negatif signifikan dengan keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dan keseimbangan pekerjaan dan keluarga
Tujuan keluarga, pendidikan, keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga, manajemen aktifitas berhubungan positif dengan kesejahteraan Keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga berpengaruh terhadap kepuasan Semakin banyak jumlah peran yang dimiliki perempuan, semakin sering kontak dengan tetangga dan banyak aktivitas grup lainnya maka semakin tinggi kesejahteraan subjektif perempuan Kontribusi ekonomi TKW tidak berpengaruh pada kesejahteraan keluarga Kesejahteraan subjektif dipengaruhi nyata positif oleh jumlah anak
17 Lanjutan Tabel 1 No. 13.
Tahun 2010
Penulis Milkie
14.
2010
Sidin et. Al
15.
2010
Vivi Irzalinda
Judul Time With Children, Children's WellBeing, and WorkFamily Balance Among Employed Parents
Relationship between work-family conflict and quality of life Kontribusi Ekonomi, Peran Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga di Kota dan Kabupaten bogor
Hasil Jam kerja berhubungan negatif dengan penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga Alokasi waktu dengan anak berhubungan negatif dengan penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga Konflik antara pekerjaan dan keluarga berhubungan dengan kesejahteraan subjektif Rata-rata kontribusi nilai ekonomi pekerjaan istri terhadap pendapatan total keluarga adalah 16,4 dan 46,2 persen pada masingmasing dua dearah lokasi penelitian Faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga subjektif adalah permasalahan keluarga.
Firdausi (2010) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kesejahteraan subjektif dipengaruhi nyata positif oleh jumlah anak dan menurut hasil penelitian Irzalinda (2010) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga subjektif (Subjective Quality of Life) adalah permasalahan keluarga. Meskipun menurut hasil penelitian Firdausi (2010) kontribusi ekonomi TKW tidak berpengaruh pada kesejahteraan keluarga namun tidak menutup kemungkinan akan berpengaruh sebaliknya pada hasil penelitian ini. Berdasarkan dari hasilhasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan keluarga cukup tinggi yaitu 66,6 persen (Ukoha 2003), 16,4 dan 46,2 persen di desa dan kota Bogor (Irzalinda 2010), 52,3 persen (Fadah et al. 2004). Hal-hal yang dapat mempengaruhi kesejahteraan adalah pendidikan dan umur kepala rumah tangga, persepsi kerja dan pendapatan (Rambe 2004), jumlah anak (Firdausi 2010), permasalahan keluarga (Irzalinda 2010), peran ganda (Chen 2010) terdapat hubungan anatara karakteristik keluarga, tekanan ekonomi, manajemen keuangan, mekanisme koping dan kesejahteraan keluarga (Firdaus 2008). Lai (1995) mengungkapkan bahwa konflik antara pekerjaan dan keluarga berhubungan negatif signifikan dengan kesejahteraan psikologis. Lee (2006) menyatakan bahwa tujuan keluarga, pendidikan, keseimbangan antara
18
pekerjaan dan keluarga, manajemen aktifitas berhubungan positif dengan kesejahteraan.
Hasil
penelitian
Beham
(2010)
mengungkapkan
bahwa
keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga berpengaruh terhadap kepuasan. Hasil penelitian Sidin (2010) menyatakan bahwa konflik antara pekerjaan dan keluarga berhubungan dengan kesejahteraan subjektif. Hasil-hasil tersebut digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini.
19
KERANGKA PEMIKIRAN
Keluarga adalah sekelompok orang dengan ikatan perkawinan, darah, atau adopsi, terdiri dari satu orang kepala rumah tangga, interaksi dan komunikasi satu sama lainnya dalam peran suami istri yang saling menghormati, ibu dan ayah, anak laki-laki dan perempuan, saudara laki-laki dan perempuan, dan menciptakan serta mempertahankan kebudayaannya (Duvall dan Miller 1985). Berdasarkan teori struktur fungsional, di dalam keluarga terdapat peran dan fungsi yang jelas bagi anggota keluarga untuk mencapai suatu tujuan bersama. Tujuan keluarga adalah mewujudkan kesejahteraan baik secara objektif maupun subjektif. Keluarga merupakan suatu unit dalam sistem ekonomi yang senantiasa berinteraksi, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sistem yang lebih besar (Bryant 1990). Artinya keadaan ekonomi keluarga akan bergantung pada bagaimana keadaan ekonomi negara saat ini. Keadaan ekonomi negara yang sulit menyebabkan keadaan ekonomi keluarga juga sulit. Untuk tetap berusaha mewujudkan kesejahteraan keluarga, perempuan sebagai istri turut berkontribusi secara ekonomi terhadap pendapatan keluarga yang kemudian menyebabkan peran ganda. Michelle et al. (1974) menyatakan bahwa peran ganda disebutkan dengan konsep dualisme cultural, yakni adanya konsep lingkungan domestik dan publik. Peran domestik mencakup peran perempuan sebagai istri, ibu dan pengelola rumahtangga. Sementara peran publik meliputi pengertian perempuan sebagai tenaga kerja, anggota masyarakat, dan organisasi masyarakat. Meski berlawanan dengan peran gender secara tradisional bahwa laki-laki berperan sebagai kepala keluarga dengan tugas mencari nafkah sedangkan istri berperan sebagai ibu rumahtangga dengan tugas memelihara rumah dan mengasuh anak, namun demi ekonomi keluarga yang lebih baik maka perempuan bekerja di luar rumah. Agar fungsi perempuan sebagai istri dan pekerja tetap berjalan baik, maka dibutuhkan suatu strategi untuk menyeimbangkan antara keluarga dan pekerjaan. Terdapat dua adaptasi strategis untuk menyeimbangkan antara keluarga dan pekerjaan yaitu menambah sumberdaya keluarga dan mengurangi permintaan jam kerja (Voydanof 2005). Penelitian ini difokuskan pada kontribusi ekonomi, peran ganda, dan strategi menyeimbangkan antara keluarga dan pekerjaan, serta kesejahteraan. Pada penelitian ini diduga terdapat hubungan antara kontribusi ekonomi dengan
20
kesejahteraan keluarga, terdapat hubungan antara peran ganda dengan kesejahteraan, dan diduga pula terdapat pengaruh karakteristik contoh dan keluarga, kontribusi ekonomi dan peran ganda terhadap kesejahteraan. Kerangka berfikir tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.
Karakteristik Contoh: 1. Riwayat sebagai pekerja (lama bekerja, pekerjaan sebelumnya, lama bekerja setiap hari, kendaraan yang digunakan, posisi, bagian jam kerja, waktu libur, tempat bekerja) 2. Umur 3. Lama pendidikan 4. Pendapatan/upah
Karakteristik Keluarga: 1. Umur suami 2. Lama pendidikan suami 3. Pekerjaan suami 4. Besar Keluarga 5. Pendapatan dan pengeluaran keluarga/bulan 6. Pendapatan dan pengeluaran keluarga per kapita per bulan 7. Rata-rata pengeluaran keluarga pangan dan non pangan per bulan 8. Kepemilikan aset
Kontribusi ekonomi perempuan
Kesejahteraan objektif dan subjektif keluarga
1.Peran ganda perempuan dalam keluarga 2.Penyeimbangan antara keluarga dan pekerjaan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Kontribusi Ekonomi, Peran Ganda Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga
21
METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study, yaitu suatu penelitian dengan teknik pengambilan data melalui survei lapang dalam satu titik dan waktu tertentu. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciherang dan Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor yang dilakukan secara purposive sampling. Alasan yang menjadi pertimbangan adalah Kecamatan Dramaga merupakan salah satu kecamatan yang merupakan kawasan industri di Kabupaten Bogor dan memiliki banyak penduduk khususnya perempuan yang bekerja sebagai buruh pabrik. Waktu penelitian, dimulai dari persiapan, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, serta penulisan laporan dimulai dari bulan Februari sampai Agustus 2011. Teknik Penarikan Contoh Populasi dari penelitian ini adalah buruh perempuan pabrik yang tinggal di Kecamatan Dramaga. Responden dan contoh penelitian merupakan ibu/istri yang bekerja sebagai buruh pabrik dan bertempat tinggal di Desa Ciherang dan Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Teknik penarikan contoh dilakukan secara purposive dengan kriteria bekerja sebagai buruh pabrik dan berasal dari keluarga lengkap (memiliki suami). Jumlah contoh adalah 60 orang, dengan alasan memenuhi batas minimal statistika. Alasan penggunaan teknik purposive adalah data yang ada di Kecamatan hanya berupa angka agregat jumlah buruh, tidak ada data secara personal yang rinci by name by address sehingga tidak dapat dilakukan pengacakan contoh. Data terkait buruh pabrik perempuan diperoleh dari kantor Kecamatan Dramaga dan terpilih dua desa yaitu Desa Ciherang dan Desa Babakan dengan alasan perkiraan jumlah responden yang dapat ditemui dalam jumlah banyak. Berdasarkan informasi yang di dapat dari RT/RW setempat, terpilih PT. PMG sebagai salah satu pabrik yang memiliki mayoritas jumlah buruh pekerja di kedua desa tersebut. Data yang didapat dari PT. PMG terpilihlah 60 orang buruh yang bertempat tinggal di Desa Ciherang dan Desa Babakan. Namun hanya beberapa buruh saja yang dapat dijadikan responden karena tidak sesuai dengan kriteria penelitian. Metode pemilihan contoh yang digunakan adalah menggunakan teknik non probability sampling berupa purposive sampling, selanjutnya dengan menanyakan kesediaan contoh untuk mengisi kuisioner, diperoleh contoh yang
22
bersedia mengisi dan wawancara secara langsung. Teknik penarikan contoh tersebut dapat dilihat pada gambar 2. Purposive berdasarkan kriteria: bekerja sebagai buruh pabrik dan memiliki suami
Buruh Perempuan Pabrik yang tinggal di Kecamatan Dramaga
Desa Ciherang n=47
Purposive berdasarkan perkiraan jumlah responden yang dapat ditemui dalam jumlah banyak
Desa Babakan n=16
Purposive berdasarkan kelengkapan data yang terisi dan kesesuaian contoh dengan kriteria
n keseluruhan = 60 contoh
Gambar 2. Teknik Penarikan Contoh
Variabel, Jenis Data, Pengukuran, dan Penilaian Kontribusi ekonomi perempuan merupakan rasio antara upah istri dan pendapatan keluarga. Kontribusi ekonomi =
Upah istri (Rp/bulan) x 100% Total Pendapatan keluarga (Rp/bulan)
Peran ganda diukur menggunakan instrumen Chen (2010). Kesejahteraan objektif diukur berdasarkan standar GK (Garis Kemiskinan) BPS Kabupaten Bogor 2010, sedangkan kesejahteraan subjektif diukur menggunakan kombinasi instrumen dari Mc Cubbin (1987) dan (Conger 1994). Cut of point untuk peran ganda,
strategi
penyeimbangan
antara
pekerjaan
dan
keluarga,
dan
kesejahteraan subjektif adalah rendah (0-33,3%), sedang (33,4-66,6%), dan tinggi (66,7-100%). Peran ganda dihitung sesuai dengan jumlah peran yang dijalani contoh saat
ini
dan
frekuensi
yang
dijalankan
dari
peran
tersebut.
Strategi
menyeimbangkan antara keluarga dan pekerjaan terdiri dari dua jenis, yaitu persepsi dan tindakan. Kedua jenis pernyataan tersebut terbagi menjadi tiga kategori yaitu prioritas pada keluarga, prioritas pada pekerjaan dan seimbang antara keluarga dan pekerjaan. Pengukuran kesejahteraan objektif dilakukan dengan membandingkan antara total pendapatan dan pengeluaran keluarga per kapita per bulan dengan Garis Kemiskinan (GK) berdasarkan BPS Kabupaten
23
Bogor 2010, sedangkan pengukuran kesejahteraan subjektif dilakukan dengan skoring berdasarkan pengkategorian interval kelas. Pengukuran variabel-variabel penelitian secara lengkap ada pada Lampiran 1. Secara rinci variabel, data yang diteliti, skala, jumlah item pertanyaan, dan cronbach alpha disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Variabel, data yang diteliti, skala, jumlah item pertanyaan dan cronbach alpha No.
Variabel
1.
Riwayat contoh sebagai pekerja buruh
Data yang diteliti • • • • • • • •
2.
3.
Karakteristik contoh
• •
Karakteristik keluarga
• • • • • • • • •
Lama bekerja Pekerjaan sebelumnya Lama bekerja setiap hari Kendaraan yang digunakan Posisi pekerjaan Bagian jam kerja Waktu libur Tempat bekerja Umur Lama pendidikan Pekerjaan Pendapatan Umur suami Lama pendidikan suami Pekerjaan suami Pendapatan suami Besar keluarga Pengeluaran keluarga Kepemilikan asset
Skala Rasio (tahun) Nominal
Jumlah Item Pertanyaan 1 1
Rasio (jam)
1
Nominal
1
Nominal
1
Nominal
1
Rasio (hari) Nominal
1 1
Rasio (tahun) Rasio (tahun)
1 1
Nominal Rasio (Rp/bln) Rasio (tahun) Rasio (tahun)
2 2 1 1
Nominal
2
Rasio (Rp/bln)
2
Rasio (orang)
1
Rasio (Rp/bln)
20 21
Nominal (1-5): 1=suami, 2=istri, 3=orangtua, 4=bersama, 5=lainnya
Cronbach α -
-
-
24 Lanjutan Tabel 2 No. 4.
5.
Variabel Rata-rata kontribusi ekonomi Peran ganda
Data yang diteliti
Jumlah Item Pertanyaan 4
Cronbach α -
0,707
Pendapatan keluarga/bulan
Rasio (Rp/bln)
•
Peran yang dijalani
13
•
Frekuensi dari peran tersebut
Ordinal (0-1) 0=tidak 1=ya Ordinal (1-3) 1=tidak pernah 2=jarang 3=sering (Chen 2010) Ordinal (1-3) 1=tidak setuju 2=setuju 3=sangat setuju Ordinal (1-3) 1=tidak pernah 2=jarang 3=sering (Puspitawati 2009) Rasio (Rp/bln) Ordinal (1-3) 1=tidak puas 2=cukup puas 3=sangat puas (Mc Cubin dan Thompson 1985)
37
6.
Strategi penyeimbangan pekerjaan dan keluarga
• Persepsi terhadap strategi perempuan bekerja • Tindakan terhadap strategi perempuan bekerja
7.
Kesejahteraan objektif Kesejahteraan subjektif
Total pendapatan keluarga/bulan Kepuasan contoh terhadap keluarga
8.
Skala
12
29
0,606
1 0,889
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung menggunakan alat bantu kuisioner yang relevan dengan variabel yang diteliti. Pada penelitian ini dilakukan pula indepth interview dengan 10 orang contoh. Data primer yang diperoleh dengan bantuan kuisioner meliputi : 1. Riwayat contoh sebagai pekerja buruh (lama bekerja, pekerjaan sebelumnya, lama bekerja setiap hari, kendaraan yang digunakan, posisi pekerjaan, bagian jam kerja, waktu libur, tempat bekerja) 2. Karakteristik contoh (umur, lama pendidikan, pekerjaan, pendapatan). 3. Karakteristik keluarga contoh (umur suami, lama pendidikan suami, pekerjaan, besar keluarga, pendapatan suami, pengeluaran keluarga dan aset). 4. Rata-rata kontribusi ekonomi contoh terhadap pendapatan keluarga.
25
5. Peran ganda dan strategi menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga 6. Kesejahteraan objektif 7. Kesejahteraan subjektif
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Dinas Kecamatan Dramaga dan RT/RW Desa Ciherang dan Babakan serta PT. Pintu Mas Garmindo. Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian antara lain jumlah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Indonesia yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), serta data lainnya yang diperoleh dari kantor kecamatan dan desa serta instansi terkait lainnya. Pengumpulan data dibantu menggunakan kuisioner terstruktur dengan metode wawancara langsung kepada contoh. Pengolahan dan Analisis Data Data diperoleh dengan wawancara secara terstruktur menggunakan kuisioner dan pengolahannya mencakup tahapan editing, entry, transfer, coding, cleaning, dan analyzing. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan inferensia dengan menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS 15.0 for Window. Data primer yang dianalisis secara deskriptif terdiri dari riwayat contoh sebagai pekerja buruh, karakteristik contoh, karakteristik keluarga, rata-rata kontribusi ekonomi contoh, peran ganda, strategi menyeimbangkan antara keluarga dan pekerjaan dan kesejahteraan keluarga. Data inferensia menggunakan uji hubungan dan uji pengaruh. Pada saat melakukan pengolahan, data variabel peran ganda, strategi menyeimbangkan antara keluarga dan pekerjaan serta kesejahteraan subjektif diubah ke dalam bentuk rasio dengan cara skoring. Adapun rumus skoring, yaitu: Skor =
(Nilai total-Nilai minimum) Nilai maksimum-Nilai minimum
x 100
Setelah mendapatkan skor setiap variabel, selanjutnya skor dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Untuk menentukan cut off peran ganda, strategi menyeimbangkan antara keluarga dan pekerjaan serta kesejahteraan subjektif, maka perlu dicari interval kelasnya (Slamet 1993) dengan menggunakan rumus: Interval Kelas = (Skor Maksimum – Skor minimum) Jumlah Kategori
26
Selanjutnya, pembagian kategori adalah sebagai berikut: a. Rendah : skor minimum ≤ x ≤ skor minimum + IK b. Sedang : skor minimum + IK < x ≤ skor minimum + 2 IK c. Tinggi : skor minimum + 2 IK < x ≤ skor maksimum Dengan menggunakan rumus di atas, maka interval kelas untuk variabelvariabel tersebut yaitu: Interval Kelas (IK) = (100%–0%) = 33,3% 3 Dengan demikian cut off bagi peran ganda, strategi menyeimbangkan antara keluarga dan pekerjaan serta kesejahteraan subjektif, yaitu: a. Rendah : 0%– 33,3% b. Sedang : 33,4% – 66,6% c. Tinggi : 66,7% – 100%
Analisis yang digunakan adalah uji korelasi Pearson karena data memiliki skala rasio. Data yang digunakan adalah data yang telah distandarisasi dengan menggunakan rumus: X = (Skor total – Rata-rata ) Std. Deviasi Uji korelasi dilakukan untuk menguji hubungan antara variabel-variabel penelitian. Rumus korelasi yang digunakan adalah: Rs =
1 – 6 ∑ di ² n (n2 – 1)
Keterangan : di ² = (Xi – Yi) ² Rs = koefisien korelasi di = selisish ranking Xi dan Yi Yi = ranking variabel Yi Xi = ranking variabel Xi n = banyaknya pasangan data
Analsis lain yang digunakan adalah uji khai-kuadrat dan uji regresi linear berganda. Uji khai-kuadrat untuk mengetahui hubungan antara kontribusi ekonomi dan kesejahteraan serta peran ganda dan kesejahteraan. Uji regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh antara variabel-variabel bebas
27
dengan variabel tidak bebas yaitu pengaruh variabel-variabel penelitian dengan kesejahteraan subjektif (Subjective Quality of Life) dan objektif. Persamaan regresi linear berganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Yij = ßO + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 +.......+ ß8X8
Keterangan : Yij ßO ß1- ß8 Dimana: Yij X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8
= Variabel Tidak Bebas = Konstanta = Koefisien Regresi
= Tingkat kesejahteraan menurut Subjective Quality of Life (skor) dan Objektif (Rp/bulan) = Lama bekerja istri setiap hari (jam) = Umur istri (tahun) = Lama pendidikan istri (tahun) = Besar keluarga (orang) = Pendapatan total (Rp/bulan) = Kontribusi ekonomi perempuan (Rp/bulan) = Peran ganda istri (skor) = Strategi menyeimbangkan antara keluarga dan pekerjaan (skor) Definisi Operasional
Buruh Perempuan merupakan responden/contoh/istri yang bekerja di pabrik dan bertempat tinggal di Desa Ciherang dan Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor sebagai usaha untuk menambah pendapatan keluarga dalam rangka mencapai kesejahteraan keluarga. Keluarga merupakan unit sosial yang terkecil dalam masyarakat yang anggotanya terkait oleh adanya hubungan perkawinan (suami dan istri) serta hubungan darah (anak kandung) atau adopsi (anak pungut). Kepemilikan aset merupakan status kepemilikan aset/kekayaan milik contoh dan keluarga berupa rumah, motor, barang elektronik (tv, radio/tape, kulkas, mesin cuci, handphone), perhiasan/emas, tabungan, sawah, ladang/kebun, tambak, sofa dan kompor gas dengan kategori: 0) Tidak punya, 1) Suami, 2) Istri, 3) Bersama (suami dan istri), 4) Lainnya (hak milik orangtua, keluarga besar atau anak). Kesejahteraan Keluarga Objektif berdasarkan BPS merupakan keluarga dikatakan sejahtera apabila pendapatan atau pengeluaran per kapita per bulan di atas garis kemiskinan Kabupaten Bogor Rp 197.319,00 per kapita per bulan (BPS 2010).
28
Kesejahteraan Keluarga Subjektif (Subjective Quality of Live) merupakan tingkat
kepuasan
ibu
terhadap
kehidupan
dan
gaya
manajemen
sumberdaya saat ini di keluarganya, dimana semakin puas perasaan ibu terhadap
keadaan-keadaan
tersebut
pada
kehidupan
saat
ini
di
keluarganya maka keluarga tersebut dikatakan lebih sejahtera. Kontribusi Ekonomi Perempuan merupakan proporsi pendapatan yang disumbangkan perempuan terhadap keseluruhan jumlah pendapatan keluarga, dihitung dalam persen. Pendapatan dan pengeluaran keluarga per bulan merupakan pendapatan dan pengeluaran keluarga setiap bulannya dengan kategori berdasarkan: 1) < Rp 1.000.000, 2) Rp 1.000.000-Rp 1.999.999, 3) Rp 2.000.000-Rp 2.999.999, 4) >Rp 3.000.000. Pendapatan dan pengeluaran keluarga per kapita per bulan merupakan rasio antara pendapatan dan pengeluaran keluarga dengan jumlah keluarga, dikategorikan berdasarkan Garis Kemiskinan Kabupaten Bogor 2010: 1)≤ Rp 197. 319, 2) Rp 197.320-Rp 394.638, 3) Rp 394.639-Rp 591.957, 4) > Rp 591.957. Peran Ganda merupakan jumlah total dari peran perempuan di sektor domestik dan sektor publik serta aktivitas sosial dan frekuensi dari setiap peran tersebut (frekuensi kontak face to face dengan orang lain selama satu tahun). Strategi Menyeimbangkan Antara Keluarga dan Pekerjaan merupakan persepsi (afektif) dan tindakan (praktek) contoh dalam menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga.
29
HASIL DAN PEMBAHASAN Riwayat Contoh Sebagai Pekerja Buruh Tempat Bekerja Contoh Pada periode 2006-2008 jumlah angkatan kerja perempuan mengalami peningkatan sebesar 4,2 juta orang (Survei Angkatan Kerja Nasional 2008). Peningkatan tenaga kerja perempuan digambarkan dari terserapnya perempuan ke
sektor-sektor
tradisional
seperti
industri.
Kehadiran
industri/pabrik
memberikan kesempatan kerja bagi perempuan karena biasanya bekerja di pabrik membutuhkan ketelitian dan ketekunan, sifat tersebut sudah menjadi stereotipe bagi perempuan. Pekerjaan perempuan sebagai buruh pabrik merupakan suatu usaha untuk membantu ekonomi keuangan keluarga demi tercapainya suatu kesejahteraan keluarga. Setiap keluarga memiliki status kesejahteraan yang berbeda dan hal ini diduga dapat dipengaruhi oleh riwayat contoh sebagai pekerja (buruh). Riwayat contoh sebagai pekerja buruh dilihat berdasarkan tempat bekerja contoh. Lingkungan pabrik sebagai tempat bekerja contoh seharusnya memiliki Standar Operasional Prosedur dan bebas dari berbagai bentuk diskriminasi, khususnya bagi buruh perempuan. Pada penelitian ini, tempat bekerja contoh tersebar pada PT PMG, PT. SB, CV. ARI dan lainnya (Db, PT. SUI, PT. T dan CV. A). Hampir separuh (46,7%) contoh bekerja di PT. PMG, sebanyak 36,7 persen contoh bekerja di PT. SB, sisanya di CV. ARI dan lainnya dengan proporsi masing-masing 10,0 dan 6,6 persen. Sebaran contoh berdasarkan tempat bekerja contoh dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan tempat bekerja contoh No. 1. 2. 3. 4.
Tempat bekerja PT. PMG PT. SB CV. ARI Lainnya (DB, PT. SUI, PT. T dan CV. A)
Jumlah (n=60) 28 22 6 4
Persentase (%) 46,7 36,7 10,0 6,6
Lama Bekerja Kurang dari separuh (40,0%) contoh memiliki lama bekerja kurang dari satu tahun pada pabrik yang sama, pada penelitian ini lama bekerja dilihat dari waktu dimana contoh bekerja saat ini. Sebanyak 28,3 persen contoh memiliki lama bekerja lebih dari lima tahun (Tabel 4). Lamanya waktu bekerja akan menambah pengalaman contoh untuk menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga. Jika
30
contoh dapat menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga maka tujuan keluarga yang sejahtera akan tercapai. Menurut Puspitawati (1992) manajemen sumberdaya keluarga terutama berkaitan dengan manajemen waktu dan pekerjaan merupakan hal yang sangat penting bagi tercapainya tujuan keluarga. Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan lama bekerja No. 1. 2. 3. 4.
Lama bekerja (tahun) <1 1-2 2-5 >5
Jumlah (n=60) 24 7 12 17
Persentase (%) 40,0 11,7 20,0 28,3
Pekerjaan Contoh Sebelumnya Jika dilihat dari pekerjaan contoh sebelumnya, terdapat contoh yang bekerja sebagai ibu rumahtangga, memiliki usaha, buruh dan lainnya (penjaga counter dan buruh cuci). Hampir setengah (48,4%) contoh sebelumnya tidak bekerja dan kurang dari separuh (45,0%) contoh bekerja sebagai buruh di pabrik yang berbeda dari tempat bekerjanya saat ini, kemudian sisanya tersebar merata pada memiliki usaha dan lainnya (penjaga counter dan buruh cuci) yang masingmasing terdapat dua contoh dengan persentase 3,3 persen (Tabel 5). Perubahan peran istri di sektor publik terlihat signifikan, contoh yang sebelumnya hanya memiliki peran domestik sebagai ibu rumahtangga (tidak bekerja) kemudian bekerja di luar rumah. Hal ini dapat menggeser struktur fungsional dan terjadinya penghapusan budaya patriarkhi di lingkungan masyarakat secara perlahan. Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan sebelumnya No. 1. 2. 3. 4.
Pekerjaan sebelumnya Tidak bekerja Buruh Memiliki usaha Lainnya (penjaga counter dan buruh cuci)
Jumlah (n=60) 29 27 2 2
Persentase (%) 48,4 45,0 3,3 3,3
Jam Kerja Contoh Pada bagian jam kerja contoh, dikategorikan dengan jam kerja normal dan shift. Bagian jam kerja normal adalah jam kerja biasa yaitu berangkat pagi dan pulang kerja di sore hari (dari pukul 08.00-18.00) dengan rata-rata 10,4 jam per hari. Bagian jam kerja shift adalah jam kerja tertentu yang terdiri dari tiga shift, yaitu shift pagi pukul 08.00-16.00, shift sore pukul 16.00 - 24.00, dan shift malam pukul 24.00 - 08.00. Pergantian shift dilakukan setiap satu minggu sekali.
31
Namun, ada pula pabrik yang memberlakukan jam lembur sampai melebihi kapasitas fisik. Lebih dari tiga per empat (86,7%) contoh yaitu sebanyak lima puluh dua orang memiliki bagian jam kerja normal dan sisanya sebanyak delapan orang memiliki bagian jam kerja shift, yaitu sebanyak 13,3 persen. Jadi jika dilihat secara umum, contoh hanya memiliki waktu di rumah bersama keluarga pada sore dan malam hari (Tabel 6). Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan jam kerja contoh No. 1. 2.
Bagian jam kerja Normal (Berangkat pagi pulang sore) Shift (Masuk dan pulang kerja dengan jam tertentu sesuai bagiannya pada waktu berkala)
Jumlah (n=60) 52 8
Persentase (%) 86,7 13,3
Lama Bekerja (Jam/Hari) Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh (56,7%) contoh memiliki lama bekerja antara 9,0 sampai 10,6 jam per hari dengan rata-rata 10,4 jam per hari yaitu sebanyak tiga puluh empat orang (Tabel 7). Semakin banyak waktu yang digunakan perempuan untuk bekerja di luar rumah maka semakin sedikit waktu yang tersisa untuk melakukan aktivitas di rumah. Sumberdaya materi mencakup barang/benda, jasa, waktu, dan energi (Deacon dan Firebaugh 1988). Waktu sifatnya tetap, tidak bisa ditambah, dikurangi atau diakumulasi. Penggunaan waktu yang efektif berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan psikologis. Hal ini berarti perempuan sebagai istri sekaligus sebagai pekerja harus dapat melakukan manajemen waktu yang dimiliki dengan baik, kuantitas dan kualitas komunikasi serta interaksi dengan keluarga harus dapat terjaga dengan baik agar tujuan keluarga yang sejahtera baik secara objektif maupun subjektif dapat tercapai. Menurut Undang-Undang Nomor 13 tentang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa pekerja yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam per hari. Hal ini berarti rata-rata jam kerja contoh tidak sesuai dengan UndangUndang
tersebut.
Posisi
pekerja
sebagai
penjahit,
pembuang
benang,
kebersihan, gudang, penyelesaian akhir, pengontrol kualitas, pengawas, dan kantin memiliki lama bekerja 9,0-10,6 jam per hari. Posisi pekerja pada bagian pengemasan, pembantu, pemotong, dan pembuat pola bekerja dengan lama 10,7-12,3 jam per hari. Bagian umum memiliki lama bekerja 12,4-14,0 jam per hari.
32
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan lama bekerja/hari No. 1. 2. 3.
Lama bekerja setiap hari (jam) 9,0-10,6 10,7-12,3 12,4-14,0 Minimum – Maksimum Rata-rata ± Std. Deviasi
Jumlah (n=60) 34 23 3 9,0 – 14,0 10,4 ± 1,3
Persentase (%) 56,7 38,3 5,0
Hari Kerja/Minggu Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh (65,0%) contoh memiliki enam hari kerja dalam satu minggu dan sisanya sebanyak dua puluh satu orang memiliki lima hari kerja yaitu sebanyak 35,0 persen. Hal ini berarti contoh ada yang memiliki satu dan dua hari libur. Berdasarkan Pasal 79 UndangUndang tentang Ketenagakerjaan, waktu libur wajib diberikan pabrik kepada buruhnya. Biasanya dalam satu minggu diharuskan memiliki waktu libur minimal satu kali. Hal ini berarti hari libur contoh sudah sesuai dengan Undang-Undang. tersebut. Hari libur memungkinkan contoh melakukan aktivitas domestik dan berinteraksi dengan keluarga. Kemampuan seseorang dalam melakukan penyesuaian dalam pengelolaan waktu merupakan aspek penting dalam melakukan manajemen waktu (Nickell dan Dorsey 1960). Pengelolaan waktu yang baik akan mempermudah untuk mewujudkan keluarga yang sejahtera. Sebaran contoh berdasarkan hari kerja/minggu dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan hari kerja/minggu No. 1. 2.
Hari kerja 5 hari dalam seminggu 6 hari dalam seminggu Rata-rata ± Std. Deviasi
Jumlah (n=60) 21 39 5,7 ± 0,5
Persentase(%) 35,0 65,0
Posisi Sebagai Pekerja Posisi pekerjaan biasanya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin besar peluang mendapatkan posisi yang lebih baik. Rata-rata lama pendidikan contoh adalah 9,1 tahun yaitu pada tingkat SMP. Selain tingkat pendidikan, hal lain yang menjadi pertimbangan adalah keterampilan yang dimiliki sesuai dengan barang yang diproduksi oleh pabrik. Jika dilihat dari sebaran contoh berdasarkan posisi contoh sebagai pekerja pada Tabel 9, terdapat sembilan kategori yaitu bagian umum, penjahit, bagian penyelesaian
akhir,
pengontrol
kualitas,
pengawas,
pembuang
benang,
pembantu, pengemasan, lainnya (bagian pola, kantin, kebersihan, pemotong,
33
bagian gudang). Pada penelitian ini hampir seluruhnya pabrik merupakan pabrik yang menghasilkan konveksi sehingga lebih dari separuh (60,0%) contoh memiliki posisi sebagai penjahit. Meski tingkat pendidikan tidak terlalu tinggi, keterampilan menjahit dapat diandalkan contoh untuk turut berkontribusi ekonomi terhadap pendapatan keluarga. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan posisi sebagai pekerja No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Posisi sebagai pekerja Bagian umum Penjahit Bagian penyelesaian akhir Pengontrol kualitas Pengawas Pembuang benang Pembantu Pengemasan Lainnya (pola, kantin, kebersihan, pemotong,pergudangan)
Jumlah (n=60) 3 36 2 4 4 2 2 2 5
Persentase (%) 5,0 60,0 3,3 6,7 6,7 3,3 3,3 3,3 8,3
Kendaraan yang Digunakan ke Tempat Kerja Sebaran contoh berdasarkan kendaraan yang digunakan contoh ke tempat kerja dapat dilihat pada Tabel 10. Pada penelitian terlihat bahwa kendaraan yang digunakan contoh untuk pergi ke tempat kerja adalah kendaraan milik pribadi berupa motor, kendaraan umum (angkutan umum atau ojek) dan lainnya (keduanya, kadang diantar suami dengan kendaraan milik pribadi dan kadang menggunakan
kendaraan
umum).
Sebagian
besar
(80,0%)
contoh
menggunakan kendaraan umum menuju tempat kerjanya yaitu sebanyak empat puluh delapan orang. Sisanya sepuluh orang dengan menggunakan kendaraan milik pribadi (16,7%) dan lainnya sebanyak dua orang dengan presentase 3,3 persen. Kendaraan yang digunakan ke tempat bekerja akan mempengaruhi waktu yang digunakan contoh untuk melakukan pekerjaan domestik. Jika contoh menggunakan kendaraan milik pribadi maka semakin kecil peluang perjalanan lebih lama dan waktu contoh untuk memasak dan membersihkan rumah akan lebih banyak, peluang terlambat untuk tiba di pabrik akan lebih kecil. Sebaliknya, jika contoh menggunakan kendaraan umum maka semakin besar peluang perjalanan lebih lama dan waktu contoh untuk memasak dan membersihkan rumah akan lebih sedikit, peluang terlambat untuk tiba di pabrik akan lebih besar. Jika menggunakan angkot, hal yang menyebabkan lama di perjalanan adalah kebiasaan angkot yang tidak akan jalan ketika kapasitas angkot belum terpenuhi
34
seluruhnya. Jika menggunakan ojek, hal yang menyebabkan lama di perjalanan adalah jarak tempuh antara rumah contoh dengan pangkalan ojek yang cukup jauh sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk berjalan kaki menuju pangkalan ojek. Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan kendaraan yang digunakan contoh ke tempat bekerja No. 1. 2. 3.
Kendaraan yang digunakan Milik pribadi (Motor) Umum (Angkot dan ojek) Lainnya (Kadang milik pribadi, kadang umum)
Jumlah (n=60) 10 48 2
Persentase (%) 16,7 80,0 3,3
Upah Kerja Contoh Sumarwan (2004) mendefinisikan pendapatan sebagai imbalan yang diterima keluarga sebagai konsumen dari pekerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafakah. Pendapatan pada umumnya diterima dalam bentuk uang. Pasal 89 Undang-Undang Nomor 13 menyatakan bahwa penentuan upah minimum diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan kehidupan yang layak. Kebijakan komponen gaji/upah ditetapkan oleh masing-masing perusahaan. Gaji yang dibayarkan oleh perusahaan tidak boleh lebih rendah dari Upah Minimum Propinsi (UMP) yang ditetapkan pemerintah. Upah kerja yang diterima contoh pada penelitian ini diberikan pabrik melalui tiga cara, yaitu beberapa satuan waktu tertentu: mingguan, dua minggu atau setiap bulan. Adapun cara pembayaran upah oleh pabrik dilakukan melalui dua cara pembayaran yaitu uang tunai atau pembayaran via ATM yang di transfer pihak pabrik ke rekening buruh. Lebih dari separuh (58,1%) contoh memiliki upah kurang dari Rp 1.172.060,00. UMR Kabupaten Bogor 2011 adalah Rp 1.172.060,00, dapat disimpulkan bahwa upah yang diterima lebih dari separuh (58,1%) contoh adalah di bawah UMR (Tabel 11). Contoh dengan upah di bawah UMR adalah contoh dengan posisi bagian umum, pemotong, dan pengemasan di PT. PMG. Posisi penjahit, penyelesaian akhir, penolong di CV. ARI, posisi penjahit di CV. T dan di Db juga memperoleh upah di bawah nilai UMR.
35
Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan upah kerja contoh No. 1. 2.
Kategori (Rp/bulan) < Rp 1.172.060,00 ≥ Rp 1.172.060,00 Minimum – Maksimum Rata-rata ± Std. Deviasi
Jumlah (n=60) Persentase (%) 36 58,1 26 41,9 504.000,00 - 2.400.000,00 1.104.038,00 ± 32.176,27
Karakteristik Contoh dan Keluarga Setiap keluarga pasti memiliki karakteristik yang berbeda. Karakteristik ini dapat mempengaruhi kesejahteraan keluarga. Karakteristik contoh dan keluarga pada penelitian ini meliputi umur istri dan suami, lama pendidikan suami dan istri, jenis pekerjan suami, besar keluarga, pendapatan dan pengeluaran keluarga per bulan, pendapatan dan pengeluaran keluarga per kapita per bulan, rata-rata pengeluaran keluarga untuk pangan dan nonpangan per bulan, dan kepemilikan aset. Umur Contoh dan Suami Kurang dari separuh (45,0%) contoh dan kurang dari separuh (38,3%) suami contoh memiliki umur yang berada pada kategori 31-40 tahun dengan rata-rata untuk masing-masing 33,4 tahun dan 36,6 tahun. Berdasarkan Papalia dan Old (2009) dewasa awal adalah umur yang berada pada rentang 20-40 tahun, dewasa madya (41-60 tahun) dan dewasa akhir (61 tahun ke atas). Hal ini berarti kurang dari separuh (45,0% dan 38,3%) contoh dan suami contoh berada pada kategori dewasa awal. Penelitian Rambe (2004) menyebutkan bahwa faktor determinan kesejahteraan subjektif adalah umur kepala keluarga. Umur suami contoh yang berada pada kategori dewasa awal dapat mempengaruhi kesejahteraan subjektif, menurut Hurlock (1980) salah satu tugas perkembangan dewasa awal adalah mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga dan mengelola rumahtangga. Semakin suami dapat mengelola rumahtangga maka pembagian pekerjaan domestik akan semakin baik dan istri akan semakin puas dengan keadaan keluarga yang responsif gender. Sebaran contoh dan suami contoh berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 12.
36
Tabel 12 Sebaran contoh dan suami berdasarkan umur No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Umur (tahun)
Istri
20-30 31-40 41-50 51-55 56-65 >65 Minimum - Maksimum Rata-rata ± Std. Deviasi
n 24 27 8 1 0 0
Suami % 40,0 45,0 13,3 1,7 0,0 0,0
n 18 23 17 2 0 0
20 – 53 33,4 ± 7,1
% 30,0 38,3 28,3 3,3 0,0 0,0 25 – 54 36,6 ± 7,6
Lama Pendidikan Contoh dan Suami Lama pendidikan atau tingkat pendidikan kepala keluarga yang telah dijalani akan mempengaruhi kesejahteraan keluarga (Rambe 2004). Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin besar peluang mendapatkan pekerjaan dan semakin tinggi pula peluang keluarga untuk sejahtera. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi terbesar lama pendidikan contoh adalah SMA (10-12 tahun) yaitu sebesar 36,7 persen dengan rata-rata 9,1 tahun dan kurang dari setengahnya (41,7%) lama pendidikan suami contoh berada pada jenjang SMA (10-12 tahun) dengan rata-rata 9,2 tahun. Sumarwan (2004)
mengemukakan
bahwa
pendidikan
akan
mempengaruhi
proses
keputusan dan pola konsumsi keluarga. Pola konsumsi tersebut diduga akan mempengaruhi pengeluaran dan kesejahteraan keluarga. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin banyak kebutuhan hidup dan akan semakin tinggi perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif ini akan mempengaruhi kesejahteraan terkait pengeluaran keluarga. Semakin besar pengeluaran keluarga maka peluang perilaku konsumtif akan semakin besar. Sebaran contoh dan suami contoh berdasarkan lama pendidikan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Sebaran contoh dan suami berdasarkan lama pendidikan Istri No. 1. 2. 3. 4.
Lama pendidikan (tahun) 1-6 7-9 10-12 13-16 Minimum - Maksimum Rata-rata ± Std. Deviasi
n 21 17 22 0
% 35,0 28,3 36,7 0,0 6,0 – 12,0 9,1 ± 2,6
Suami n % 24 40,0 9 15,0 25 41,7 2 3,3 6,0 – 15,0 9,2 ± 2,9
37
Jenis Pekerjaan Suami Jenis pekerjaan suami dapat mempengaruhi pendapatan keluarga. Tingkat pendidikan yang tinggi dapat menentukan jenis pekerjaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka peluang mendapatkan jenis pekerjaan yang lebih baik akan semakin besar. Deacon dan Firebaugh (1988) mengungkapkan bahwa jenis pekerjaan yang profesional menyediakan pendapatan yang lebih tetap dibandingkan pekerjaan swasta. Namun pekerjaan sebagai swasta cenderung untuk memiliki kesempatan lebih dalam meningkatkan pendapatan keluarga. Rata-rata lama pendidikan suami contoh adalah 9,2 tahun atau pada tingkat SMP sehingga kurang dari separuh (31,7%) suami contoh bekerja sebagai buruh/kuli yaitu sebanyak dua puluh dua orang bahkan sebanyak tiga orang suami contoh tidak bekerja (5,0%). Pada penelitian ini pengkategorian jenis pekerjaan suami contoh terdiri dari buruh/kuli, pedagang, wiraswasta, supir, karyawan, petani, PNS, koki, ojek tukang parkir, dan tidak bekerja. Sebanyak 21,7 persen suami contoh bekerja sebagai karyawan, 16,7 persen sebagai supir, 8,3 persen sebagai wiraswasta, sebagai PNS dan koki dengan persentase sebesar 5,0 persen dan sebagai pedagang, petani, ojek dan tukang parkir masing-masing sebanyak satu orang dengan presentase sebesar 1,7 persen. Terdapat suami contoh yang tidak bekerja, hal ini menunjukkan bahwa contoh sebagai istri telah mengambil alih fungsi ekonomi secara signifikan. Padahal rata-rata lama pendidikan contoh dan suami contoh sama yaitu 9 tahun atau pada tingkat SMP. Sebaran suami contoh berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Sebaran suami contoh berdasarkan jenis pekerjaan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Jenis pekerjaan Buruh/kuli Pedagang Wiraswasta Supir Karyawan Petani PNS Koki Ojek Tukang parkir Tidak bekerja
Jumlah (n=60) 19 1 5 10 13 1 3 3 1 1 3
Persentase (%) 31,7 1,7 8,3 16,7 21,7 1,7 5,0 5,0 1,7 1,7 5,0
38
Besar Keluarga Besar keluarga adalah jumlah seluruh anggota keluarga yang tinggal bersama dalam satu rumah. Besar keluarga menurut BKKBN (1998), dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu kecil ≤( 4 orang), sedang (5 -7 orang) dan besar (> 7 orang). Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa lebih dari separuh (71,7%) contoh memiliki ukuran keluarga yang kecil dan sisanya merupakan keluarga sedang yaitu sebanyak tujuh belas orang dengan persentase sebesar 28,3 persen. Besar keluarga contoh memiliki rata-rata 3,9 orang, berdasarkan BKKBN (1998) keluarga contoh termasuk kecil. Pada penelitian ini jumlah anggota keluarga paling sedikit dua orang (belum memiliki anak) dan paling banyak tujuh orang. Menurut Lewin dan Maurin (2005) besar keluarga merupakan faktor penting yang menentukan kesejahteraan keluarga dan menjadi alat ukur untuk memprediksi tingkat kemiskinan keluarga. Semakin kecil ukuran keluarga maka semakin kecil alokasi untuk pengeluaran keluarga sehingga semakin besar peluang keluarga untuk sejahtera. Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga No. 1. 2. 3.
Besar keluarga Kecil (≤ 4 orang) Sedang (5-7 orang) Besar (>7 orang) Minimum - Maksimum Rata-rata ± Std. Deviasi
Jumlah (n=60) 43 17 0 2,0 – 7,0 3,9 ± 1,2
Persentase (%) 71,7 28,3 0,0
Pendapatan dan Pengeluaran Keluarga Pendapatan merupakan imbalan, gaji, upah yang diterima seseorang dengan bekerja. Pendapatan keluarga bukan hanya pendapatan yang berasal dari suami, namun merupakan kesatuan dari pendapatan istri dan anggota keluarga lain (misal anak yang sudah bekerja namun masih tinggal dengan orang tua) dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi seluruh anggota keluarga. Deacon dan Firebaugh (1988) menyatakan bahwa sumberdaya keuangan keluarga yang utama didapatkan adalah berasal dari pendapatan keluarga. Pendapatan adalah imbalan yang diterima seseorang dari pekerjaan yang telah dilakukannya untuk mencari nafkah (Sumarwan 2004). Pendapatan keluarga berhubungan dengan kesejahteraan keluarga. Semakin tinggi pendapatan keluarga maka semakin besar peluang keluarga untuk sejahtera.
39
Kurang dari separuh (48,3%) contoh memiliki pendapatan dengan selang Rp 2.000.000,00 - Rp 2.999.999,00 dan rata-rata sebesar Rp 2.151.207,00. Pendapatan keluarga didapatkan dari pekerjaan utama dan sampingan. Hampir seluruh (95%) contoh mendapatkan pendapatan dengan sumber dari pekerjaan utama saja. Sebanyak tiga orang (5%) memiliki sumber pendapatan baik dari pekerjaan utama maupun sampingan. Jenis pekerjaan sampingan dari ketiga contoh adalah menjual barang dengan cara kredit. Hanya terdapat satu keluarga yang memiliki pendapatan per bulan kurang dari Rp 1.000.000,00 hal ini terjadi karena suami contoh tidak bekerja. Sebanyak tujuh keluarga memiliki pendapatan per bulan lebih besar sama dengan dari Rp 3.000.000,00. Ketujuh contoh tersebut adalah penjahit dari PT. PMG dengan upah sesuai UMR dan memiliki pekerjaan sampingan, pengontrol kualitas di PT. PMG dengan upah sesuai UMR dan memiliki suami dengan pekerjaan swasta, penjahit dari PT. SB dengan upah sesuai UMR dan memiliki suami dengan pekerjaan swasta. Deacon dan Firebaugh (1988) mengungkapkan bahwa jenis pekerjaan yang profesional menyediakan pendapatan yang lebih tetap dibandingkan pekerjaan swasta. Namun pekerjaan sebagai swasta cenderung untuk memiliki kesempatan lebih dalam meningkatkan pendapatan keluarga. Contoh dengan pendapatan per bulan di atas sama dengan Rp 3.000.000,00 lainnya adalah penjahit dari PT. PMG dengan upah sesuai UMR dan memiliki suami dengan pekerjaan sebagai PNS, pengawas dari PT. SB dengan upah sesuai UMR dan memilki pekerjaan sampingan, penjahit dan pengawas dari PT. SB dengan upah sesuai UMR. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga per bulan dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan kategori pendapatan keluarga per bulan No. 1. 2. 3. 4.
Kategori (Rp/bulan) < 1.000.000,00 1.000.000,00- 1.999.999,00 2.000.000,00- 2.999.999,00 ≥ 3.000.000,00 Minimum – Maksimum Rata-rata ± Std. Deviasi
Jumlah (n=60) 1 23 29 7 600.000,00- 4.000.000,00 2.151.207,00 ± 620.202,18
Persentase (%) 1,7 38,3 48,3 11,7
Pengeluaran dapat digunakan sebagai indikator pendapatan keluarga yang dapat
menggambarkan
kondisi
keuangan
keluarga
(Sumarwan
2002).
Pengeluaran keluarga terdiri dari pengeluaran pangan dan non pangan. Kondisi pengeluaran keluarga lebih besar daripada pendapatan adalah hal yang wajar karena pendapatan bukan satu-satunya sumberdaya keluarga yang dapat
40
digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, misalnya dengan cara meminjam atau berhutang. Lebih dari separuh (63,3%) contoh memiliki pengeluaran dengan selang Rp 1.000.000,00 - Rp 1.999.999,00 dan rata-rata sebesar Rp 1.729.962,00. Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran keluarga per bulan dapat dilihat pada Tabel 17. Jika dibandingkan antara rata-rata pendapatan dan pengeluaran keluarga per bulan maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata pendapatan keluarga per bulan lebih besar daripada rata-rata pengeluaran keluarga per bulan. Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan kategori pengeluaran keluarga per bulan No. 1. 2. 3. 4.
Kategori (Rp/bulan) < 1.000.000,00 1.000.000,00- 1.999.999,00 2.000.000,00- 2.999.999,00 > 3.000.000,00 Minimum – Maksimum Rata-rata ± Std. Deviasi
Jumlah (n=60) 6 38 12 4 285.700,00- 3.277.000,00 1.729.962,00 ± 643.496,33
Persentase (%) 10,0 63,3 20,0 6,7
Pendapatan dan Pengeluaran Keluarga Per Kapita Pendapatan keluarga per kapita per bulan adalah pendapatan total keluarga dibagi dengan jumlah anggota keluarga. Pendapatan per kapita adalah pendapatan yang layak untuk mencukupi kebutuhan minimal. Pendapatan per kapita dijadikan indikator pembangunan suatu negara. Pendapatan per kapita dihitung untuk mengetahui golongan keluarga miskin atau tidak. Menurut Lewin dan Maurin (2005) besar keluarga merupakan faktor penting yang menentukan kesejahteraan keluarga dan menjadi alat ukur untuk memprediksi tingkat kemiskinan keluarga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin banyak alokasi pengeluaran keluarga sehingga semakin kecil peluang keluarga untuk sejahtera. Berdasarkan Tabel 18 terlihat bahwa kurang dari separuh (43,3%) pendapatan keluarga per kapita per bulan lebih besar dari Rp 591.957,00 dengan rataan sebesar Rp 607.445,80. Terdapat satu keluarga yang memiliki pendapatan per kapita per bulan di bawah angka garis kemiskinan, hal ini terjadi karena suami contoh tidak bekerja dan contoh memiliki lima anak dengan anak terkecil masih bersekolah pada tingkat SD.
41
Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga per kapita per bulan No. 1. 2. 3. 4.
Kategori (Rp/kapita/bulan) ≤ 197. 319* 197.320- 394.638 394.639- 591.957 > 591.957 Minimum – Maksimum Rata-rata ± Std. Deviasi
Jumlah (n=60) 1 9 24 26 85.714,00 – 1.336.050,00 607.445,80 ± 263.905,80
Persentase (%) 1,7 15,0 40,0 43,3
Ket :* Garis Kemiskinan Kabupaten Bogor BPS 2010
Kurang dari setengahnya (41,7%) pengeluaran per kapita per bulan keluarga contoh berkisar pada Rp 394.639,00-Rp 591.957,00 dengan rataan sebesar Rp 487.664,30. Pengkategorian untuk sebaran contoh berdasarkan pendapatan dan pengeluaran keluarga per kapita per bulan adalah berdasarkan Garis Kemiskinan Kabupaten Bogor BPS 2010. Terdapat tiga keluarga dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah angka garis kemiskinan. Contoh dari keluarga tersebut masing-masing memiliki upah di bawah standar nilai UMR dan memiliki anak sebanyak lima, tiga, dan empat anak untuk setiap masing-masing keluarga (Tabel 19). Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan pengeluaran keluarga per kapita per bulan No. 1. 2. 3. 4.
Kategori (Rp/kapita/bulan) ≤ 197. 319* 197.320- 394.638 394.639- 591.957 > 591.957 Minimum – Maksimum Rata-rata ± Std. Deviasi
Jumlah (n=60) 3 20 25 12 145.429,00 – 1.538.750,00 487.664,30 ± 224.975,70
Persentase (%) 5,0 33,3 41,7 20,0
Ket :* Garis Kemiskinan Kabupaten Bogor BPS 2010
Dapat disimpulkan bahwa baik rata-rata pendapatan maupun rata-rata pengeluaran keluarga per kapita per bulan berada di atas garis kemiskinan Kabupaten Bogor 2010. Rata-rata Pengeluaran Pangan dan Non Pangan Rata-rata pengeluaran keluarga dapat dilihat dari pengeluaran pangan dan non pangan. Pengeluaran pangan adalah pengeluaran yang dialokasikan untuk makanan pokok, sumber protein yang terdiri dari telur ayam, susu, dan daging, sayur-sayuran, buah-buahan, dan jajanan lainnya. Pengeluaran non pangan adalah pengeluaran yang dialokasikan untuk pendidikan, perumahan dan bahan bakar, transportasi, pakaian, dan kesehatan. Pada pengeluaran pendidikan, uang dialokasikan untuk bayaran uang sekolah (formal/non formal), seragam sekolah, buku pelajaran, foto kopi bahan pelajaran, dan uang jajan. Pada
42
pengeluaran perumahan dan bahan bakar, uang dialokasikan untuk pembayaran listrik, air, telepon (rekening telepon rumah dan pulsa HP), bahan bakar (LPG, gas kota, minyak tanah/bahan bakar lainnya). Pada pengeluaran transportasi, uang dialokasikan untuk bensin kendaraan bermotor atau ongkos untuk kendaraan umum. Pada pengeluaran untuk pakaian, uang dialokasikan untuk biaya pembelian baju/celana dan sepatu/alas kaki. Pada pengeluaran untuk kesehatan, uang dialoksikan untuk pembayaran untuk pembelian perlengkapan mandi dan cuci, obat/dokter/bidan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 48,6 persen rata-rata pengeluaran keluarga contoh digunakan untuk kebutuhan pangan yaitu sebesar Rp 860.766,70. Pada pengeluaran non pangan memiliki presentase sebesar 51,5 persen dengan rata-rata Rp 912.050,00. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga contoh memiliki alokasi pengeluaran non pangan lebih besar daripada pengeluaran untuk pangan (Tabel 20). Engel (1993) mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan rumahtangga maka semakin rendah presentase pengeluaran untuk pangan. Dapat disimpulkan bahwa keluarga contoh terkategori sejahtera. Pengeluaran non pangan banyak dialokasikan contoh untuk biaya pendidikan anak. Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan rata-rata pengeluaran keluarga pangan dan non pangan per bulan Pengeluaran Pangan Minimum – Maksimum Rata-rata ± Standar Deviasi Non pangan Minimum – Maksimum Rata-rata ± Standar Deviasi Total Pengeluaran Minimum – Maksimum Rata-rata ± Standar Deviasi
Rp
Persentase (%)
300.00000,00 – 1.800 000,00 860.766,70 ± 363.802,50
48,5
118.000,00 – 2.599.000,00 912.050,00 ± 486.864,10
51,5
785.000,00 – 3.277.000,00 1.772.817,00 ± 631.185,30
100,0
Kontribusi Ekonomi Perempuan terhadap Pendapatan Keluarga Kontribusi
ekonomi
perempuan
adalah
peran
perempuan
dalam
menjalankan fungsi ekonomi keluarga sebagai usaha untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga dan merupakan proporsi antara pendapatan istri dengan total pendapatan keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurang dari separuh (33,3%) contoh memiliki kontribusi ekonomi dengan selang 41,0-50,0 persen. Pendapatan istri paling kecil adalah sebesar Rp 504.000,00 dan paling besar sebesar Rp 2.400.000,00 (Tabel 21). Ukoha (2003) menyatakan bahwa
43
kontribusi perempuan terhadap pertanian keluarganya adalah sebesar 66,6 persen. Sebanyak 5,0 persen contoh memiliki kontribusi ekonomi 100,0 persen terhadap pendapatan keluarga, hal ini terjadi karena adanya suami contoh yang tidak bekerja, yaitu sebanyak tiga orang. Hal ini menunjukkan bahwa istri telah mengambil alih fungsi ekonomi secara signifikan di dalam keluarga. Kontribusi ekonomi istri yang lebih besar daripada suami menimbulkan pro dan kontra. Bekerjanya perempuan di luar rumah dapat menggeser struktur fungsional dalam masyarakat. Pada masyarakat yang kontra dan masih sangat memegang budaya patriarki menganggap suami memiliki peran dominan dalam keluarga termasuk dalam hal mencari nafkah. Menurut Poesposoetjipto (1996) seorang perempuan dalam budaya timur akan terpandang dan disegani bila ia mampu membina keluarga yang sejahtera. Istri dianggap baik jika dapat merawat rumah dan mengasuh anak. Namun ketika suami tidak sanggup memberi nafkah kepada istri karena fisik yang tidak kuat (karena sakit, tidak bekerja, dan lain-lain) maka yang membiayai kebutuhan keluarga adalah istrinya. Pada kasus ini peran istri tidak menjadi sumber konflik keluarga bahkan menjadi strategi koping bagi keluarga untuk bertahan. Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan keluarga No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Kontribusi (%) 0-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100 Minimum – Maksimum Rata-rata ± Std. Deviasi
Jumlah (n=60) Persentase (%) 0 0,0 0 0,0 1 1,7 12 20,0 20 33,3 14 23,3 9 15,0 1 1,7 0 0,0 3 5,0 504.000,00 - 2.400.000,00 1.115.705,00 ± 32.176,27
Rata-rata kontribusi ekonomi perempuan adalah proporsi antara rata-rata pendapatan istri dengan rata-rata total pendapatan keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kontribusi ekonomi perempuan terhadap keluarga adalah sebesar 51,0 persen dengan rata-rata pendapatan istri sebesar Rp 1.115.705,00. Angka tersebut cukup signifikan bagi pendapatan keluarga, karena fungsi ekonomi keluarga telah diambil alih oleh perempuan sebagai istri yang telah melebihi keseimbangan (50/50) dengan fungsi ekonomi suami. Hal ini
44
didukung oleh penelitian Fadah et al. (2004) yang menyatakan bahwa besarnya kontribusi yang diberikan oleh buruh perempuan terhadap pendapatan keluarga yang dilihat dari proporsi rata-rata upah buruh perempuan terhadap rata-rata pendapatan keluarga cukup besar yakni sebesar 52,3 persen. Urgensi kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan keluarga tidak dapat diabaikan, meski memiliki lama pendidikan rata-rata 9,1 tahun dengan rata-rata berada pada tingkat SMP dan upah rata-rata di bawah standar contoh tetap dapat menjalankan fungsi ekonomi dalam keluarga. Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan rata-rata kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan keluarga No. 1. 2. 3. 4.
Kontribusi (Rp/bulan) Suami Istri Anak Anggota keluarga lainnya Total pendapatan keluarga
Rata-rata pendapatan (Rp) 1.003.035,00 1.115.705,00 25.833,33 33.333,33 2.177.906,70
Persentase (%) 46,0 51,0 1,0 2,0 100,0
Kepemilikan Aset Material aset merupakan sumber aset keluarga yang memiliki nilai ekonomi dan dapat digunakan untuk melindungi, merubah, mengkonsumsi, atau memproduksi/investasi (Deacon dan Firebaugh 1988). Ketersediaan aset dapat memudahkan manajemen keuangan dari hal-hal yang tidak dapat diprediksi. Penelitian ini ingin membandingkan kepemilikan aset berdasarkan gender, apakah statusnya hanya milik suami, hanya milik istri, atau bersama (suami dan istri). Status kepemilikan untuk rumah, motor, perhiasan, tabungan dan lahan pertanian adalah status milik berdasarkan surat/akta yang memiliki kekuatan di mata hukum. Status kepemilikan untuk barang elektronik seperti televisi, radio/tape, kulkas, mesin cuci, handphone dan peralatan berharga lainnya seperti sofa dan kompor gas adalah status milik berdasarkan kontribusi keuangan pada saat pembelian barang-barang tersebut. Dikatakan milik bersama ketika pembelian barang-barang tersebut, sumber keuangan untuk membeli adalah berasal dari keduanya, baik istri maupun suami. Pada kategori lainnya, berarti kontribusi keuangan pada saat pembelian barang-barang tersebut adalah berasal dari orangtua atau keluarga besar atau sengaja membuat pernyataan di akta/surat berkekuatan hukum atas nama anak. Pada keluarga contoh yang menempati rumah dengan cara mengontrak, berarti status kepemilikan rumah adalah tidak punya.
45
Pada hasil penelitian, jika ditinjau dari kepemilikan aset terlihat bahwa sebesar 10,0 persen status kepemilikan rumah adalah milik suami. Sebanyak lima contoh dengan persentase sebesar 8,3 persen menempati rumah milik istri dan bersama (suami dan istri). Kepemilikan kendaraan motor yang dimiliki contoh sebanyak sembilan belas orang (31,7%) adalah milik suami, sebanyak 8,3 persen milik istri, dan 20,0 persen milik bersama (suami dan istri). Pada kepemilikan barang elektronik, hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh (63,3%) contoh memiliki televisi dengan status milik bersama (suami dan istri), sebesar 31,7 persen memiliki radio/tape hak bersama, kurang dari separuh (31,7%) contoh memiliki kulkas dengan hak milik bersama, sebagian kecil (13,3%) contoh dengan kepemilikan mesin cuci adalah hak milik bersama dan lebih dari separuh (61,7%) contoh memiliki handphone dengan status milik bersama (suami dan istri). Hasil penelitian menunjukkan bahwa seperempat (25,0%) contoh memiliki perhiasan emas dengan status milik istri dan sebagian kecil (13,3%) contoh memiliki tabungan milik bersama. Pada kepemilikan pertanian, perikanan dan ternak, sebagian kecil (6,6%) contoh memiliki sawah dengan status milik istri dan hampir sebagian kecil (1,7%) pula contoh memiliki ladang dan tambak dengan status hak milik suami. Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan kepemilikan aset Jenis aset
1.Rumah 2.Motor 3.TV 4.Radio/tape 5.Kulkas 6.Mesin cuci 7.Handphone 8.Perhiasan/emas 9.Tabungan 10.Sawah 11.Ladang/kebun 12.Tambak 13.Sofa 14.Kompor gas
Suami
Istri
10,0 31,7 5,0 3,3 1,7 0,0 5,0 3,3 3,3 0,0 1,7 1,7 1,7 1,7
8,3 8,3 20,0 11,7 8,3 0,0 16,7 25,0 11,7 6,6 0,0 0,0 3,3 13,3
Status Kepemilikan (%) Punya Bersama Lainnya (Suami dan (Orangtua, Istri) Keluarga besar, atau anak) 8,3 65,1 20,0 3,3 63,3 6,7 31,7 5,0 35,0 5,0 13,3 3,4 61,7 0,0 6,7 0,0 13,3 1,7 1,7 1,7 0,0 0,0 0,0 0,0 45,0 8,3 78,3 5,0
Tidak Punya
8,3 36,7 5,0 48,3 50,0 83,3 16,7 65,0 70,0 90,0 98,3 98,3 41,7 1,7
Pada kepemilikan barang berharga lainnya, hampir separuh contoh memiliki sofa dengan status bersama (suami dan istri) dengan persentase sebesar 45,0 persen dan lebih dari separuh (78,3%) contoh menggunakan
46
kompor gas milik bersama. Sebaran contoh berdasarkan kepemilikan aset secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 23. Jadi, sebagian besar status kepemilikan aset adalah milik bersama (suami dan istri), meski istri telah mengambil
alih
fungsi
ekonomi
secara
signifikan
namun
tidak
terjadi
pendominasian terhadap kepemilikan aset dari istri maupun suami.
Peran Ganda Peran ganda adalah jumlah peran yang berorientasi pada pendekatan hubungan dengan orang lain dan frekuensi peran (Chen 2010). Kontribusi ekonomi yang didapatkan perempuan dengan cara bekerja di luar rumah (pabrik) sebagai buruh sangat mendesak urgensinya dan hal tersebut menyebabkan konsekuensi peran ganda bagi perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (80,0%) contoh memiliki alasan berperan ganda sebagai pekerja buruh adalah karena ekonomi (Tabel 24). Hal ini sejalan dengan Herawati (2000) yang mengungkapkan bahwa semakin tinggi jumlah perempuan yang bekerja di luar rumah dapat disebabkan oleh tuntutan ekonomi keluarga, meningkatnya pendidikan, terbukanya kesempatan kerja bagi perempuan dan teknologi yang semakin maju. Uang merupakan alasan terbesar bagi perempuan untuk bekerja di luar rumah. Sebanyak tiga contoh memiliki alasan ekonomi dan pengembangan diri dalam bekerja, ketiga contoh tersebut memiliki pendapatan total pada rentang Rp 2.000.000,00- 2.999.999,00. Umur anak terkecil mereka masing-masing adalah 6 tahun, belum memiliki anak, dan 7,5 tahun. Ketiga contoh merasa pendapatan yang didapatkan dari suami kurang cukup menutupi kebutuhan sehari-hari, anak terkecil dirasa sudah bisa mandiri bahkan satu contoh diantara ketiga contoh tersebut belum memiliki anak, selain itu mereka merasa bosan jika berada di rumah sepanjang hari. Hal ini mendorong mereka untuk mengembangkan diri dengan bekerja di samping alasan ekonomi. Tabel 24 Sebaran contoh berdasarkan alasan berperan ganda sebagai pekerja No. 1. 2. 3.
Alasan berperan ganda sebagai pekerja Ekonomi Pengembangan diri Ekonomi+Pengembangan diri
Jumlah (n=60) 48 9 3
Persentase (%) 80,0 15,0 5,0
47
Jumlah Peran Istri dalam Sektor Publik dan Domestik Peran ganda adalah total jumlah peran yang berorientasi pada pendekatan hubungan dengan orang lain dan frekuensi peran (frekuensi kontak face to face dengan orang lain selama satu tahun). Hasil penelitian Chen (2010) menyatakan bahwa klasifikasi peran ganda istri terdiri dari 12 aspek: sebagai anak, istri, orangtua, nenek, saudara kandung, teman, bagian dari keluarga besar, tetangga, pekerja, anggota grup, aktivis keagamaan, dan sukarelawan. Peran yang tidak menunut banyak waktu adalah peran sebagai anak, istri, orangtua, nenek, dan saudara kandung. Lain halnya dengan peran sebagai pekerja buruh. Semakin banyak jumlah peran ganda yang sedang dijalani, maka semakin tinggi peran ganda. Berdasarkan Tabel 25, lebih dari tiga per empat (86,7%) contoh memiliki peran sebagai anak, artinya mereka masih memiliki orangtua, sebagian besar (96,7%) contoh memiliki peran sebagai istri dan seluruh (100,0%) contoh adalah pekerja buruh, namun sebagian besar (96,7% dan 95,0%) contoh tidak memiliki peran sebagai anggota organisasi buruh dan anggota pengajian karena waktu yang dimiliki contoh sudah dicurahkan seluruhnya untuk bekerja dan melakukan tugas domestik sebagai istri. Menurut hasil wawancara contoh merasa tidak memiliki waktu lagi untuk melakukan kegiatan tersebut. Jumlah peran minimal dan maksimal dari keseluruhan contoh adalah sebanyak 4 dan 11 peran dengan rata-rata 6 hingga 7 peran. Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan jumlah peran di sektor domestik dan publik No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Pernyataan
Sebagai anak Sebagai istri Sebagai orangtua Sebagai nenek Sebagai saudara kandung Sebagai teman Sebagai panutan keluarga besar Sebagai tokoh masyarakat Sebagai pekerja/buruh Sebagai sukarelawan Sebagai anggota organisasi buruh Sebagai anggota pengajian Minimum – Maksimum Rata-rata ± Std. Deviasi
Jumlah (n=60) 52 58 55 5 51 52 32
Ya Persentase (%) 86,7 96,7 91,7 8,3 85,0 86,7 53,3
Jumlah (n=60) 8 2 5 55 9 8 28
Tidak Persentase (%) 13,3 3,3 8,3 91,7 15,0 13,3 46,7
18 60 12 2
30,0 100,0 20,0 3,3
42 0.0 48 58
70,0 0,0 80,0 96,7
9
15,0 4-11 6,9 ± 1,5
51
95,0
48
Peran ganda lebih menguntungkan untuk kesejahteraan psikologi laki-laki daripada perempuan di Jepang dan Barat (Sugihara 2008). Artinya istri yang bekerja memiliki tingkat kesejahteraan subjektif yang lebih rendah dibandingkan suami yang bekerja karena perempuan yang memiliki peran sebagai istri sekaligus sebagai pekerja akan memiliki beban ganda terkait pekerjaan domestik karena menurut Puspitawati (2009), sistem patriarkhi menganggap suami sebagai pencari nafkah utama (main-breadwinner) dan istri hanya berperan dalam sektor domestik yaitu mengurus rumah tangga (homemaker) dan sebatas menjadi secondary breadwinner. Frekuensi Peran Frekuensi peran adalah intensitas/seberapa sering contoh menjalankan peran-peran yang sedang dijalani saat ini. Sering jika contoh melakukan tugas dan fungsi terkait perannya minimal satu kali dilakukan dalam waktu sebulan, jarang jika dilakukan satu kali dalam satu tahun dan tidak pernah jika sama sekali dilakukan. Jika contoh memiliki peran sebagai anak maka frekuensi peran yang diukur adalah seberapa sering interaksi contoh dengan orangtua, peran sebagai istri maka yang dilihat adalah seberapa sering contoh berinteraksi dengan suami, peran sebagai orangtua dan nenek berarti peran yang diukur adalah seberapa sering contoh berinteraksi dengan anak dan cucu. Jika contoh memiliki peran sebagai saudara kandung maka frekuensi peran yang diukur adalah seberapa sering interaksi contoh dengan saudara kandung, peran sebagai teman maka yang dilihat adalah seberapa sering contoh berinteraksi dengan teman, peran sebagai panutan keluarga besar dilihat berdasarkan seberapa sering contoh berinteraksi dengan keluarga besar. Jika contoh memiliki peran sebagai tokoh masyarakat maka frekuensi peran yang diukur adalah seberapa sering contoh berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Pengukuran frekuensi peran contoh sebagai pekerja, sukarelawan, anggota koperasi/organisasi buruh, anggota pengajian/keagamaan diukur berdasarkan seberapa sering contoh berinteraksi dengan berbagai elemen di lingkungan pabrik, masyarakat sekitar terkait program dari pabrik, dengan berbagai elemen di dalam organisasi buruh dan dengan anggota pengajian/keagamaan lainnya.
49
Herzog et al. (1998) menyatakan bahwa perempuan yang terlibat dalam peran
ganda
seperti
aktivitas
grup
akan
meningkatkan
kesejahteraan
subjektifnya. Semakin sering perempuan berinteraksi dengan aktivitas grup maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan subjektif. Sebagian besar (91,7% dan 98,3%) contoh sering berinteraksi dengan suami dan lingkungan pabrik terkait perannya sebagai istri dan pekerja buruh pabrik. Lebih dari tiga per empat (86,7%; 88,3%; 83,4%; 81,7%) contoh sering berinteraksi dengan orangtua, anak, teman, masyarakat (Tabel 26). Artinya contoh sering berinteraksi dalam sektor domestik dengan peran sebagai istri, anak, orangtua dan sering berinteraksi dalam sektor publik dengan peran sebagai pekerja buruh dan tokoh masyarakat. Frekuensi peran sebagai pekerja buruh dan tokoh masyarakat memungkinkan dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan contoh. Hasil penelitian Chen (2010) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan lansia di China adalah perbedaan gender dan frekuensi peran. Semakin banyak frekuensi peran, kontak dengan tetangga dan aktivitas grup maka semakin tinggi rata-rata kesejahteraan perempuan. Tabel 26 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi peran No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Pernyataan Dengan orangtua Dengan suami Dengan anak Dengan cucu Dengan saudara Kandung Dengan teman Dengan keluarga Besar Dengan masyarakat Dengan lingkungan Pabrik Dengan anggota Sukarelawan Dengan anggota organisasi buruh Dengan anggota pengajian
Tidak Pernah n % 5 8,3 3 5,0 6 10,0 48 80,0 5 8,3
n 3 2 1 3 10
Jarang % 5,0 3,3 1,7 5,0 16,7
Sering n % 52 86,7 55 91,7 53 88,3 9 15,0 45 75,0
5 3
8,3 5,0
5 14
8,3 23,3
50 43
83,4 71,7
0 0
0,0 0,0
11 1
18,3 1,7
49 59
81,7 98,3
50
83,3
3
5,0
7
11,7
58
96,7
1
1,7
1
1,7
42
70,0
14
23,3
4
6,7
50
Michelle et al. (1974) menyatakan bahwa peran ganda disebutkan dengan konsep dualisme cultural yakni adanya konsep lingkungan domestik dan publik. Peran domestik mencakup peran perempuan sebagai istri, ibu dan pengelola rumahtangga. Sementara peran publik meliputi pengertian perempuan sebagai tenaga kerja, anggota masyarakat, dan organisasi masyarakat. Peran ganda adalah konsekuensi perempuan sebagai istri sekaligus sebagai pekerja. Pada variabel peran ganda terdapat dua aspek, yaitu jumlah peran dan frekuensi peran, kemudian kedua aspek tersebut disatukan. Kurang dari tiga per empat (70,0%) contoh memiliki peran ganda dengan kategori sedang dengan rata-rata skor sebesar 60,6 yang juga terkategori sedang (Tabel 27). Semakin tinggi peran ganda berarti semakin banyak jumlah peran yang sedang dijalani contoh dan semakin sering contoh berinteraksi menjalani peran-peran tersebut. Rata-rata peran ganda contoh terkaegori sedang, hal ini terjadi karena contoh sering berinteraksi dalam sektor domestik dengan peran sebagai istri, anak, orangtua dan sering berinteraksi dalam sektor publik hanya sebatas sebagai pekerja buruh dan tokoh masyarakat. Artinya jumlah peran dalam sektor domestik lebih banyak daripada di sektor publik. Tabel 27 Sebaran contoh berdasarkan kategori peran ganda No. 1. 2. 3.
Kategori peran ganda Rendah (0-33,3%) Sedang (33,4-66,6%) Tinggi (66,7-100%) Minimum – Maksimum Rata-rata ± Std. Deviasi
Jumlah (n=60) 0 42 18 41,7 – 85,4 60,6 ± 10,6
Persentase (%) 0,0 70,0 30,0
Secara umum contoh hanya memiliki waktu rata-rata sekitar 13 jam di rumah per harinya. Waktu ini digunakan contoh untuk melakukan kegiatan domestik dan istirahat sehingga tidak ada waktu lagi untuk melakukan kegiatan publik lainnya. Kemampuan seseorang dalam melakukan penyesuaian dalam pengelolaan waktu merupakan aspek penting dalam melakukan manajemen waktu (Nickell dan Dorsey 1960). Menurut Puspitawati (1992) manajemen sumberdaya keluarga terutama berkaitan dengan manajemen waktu dan pekerjaan merupakan hal yang sangat penting bagi tercapainya tujuan keluarga. Waktu yang banyak dialokasikan untuk bekerja sebagai buruh pabrik dan sebagai istri yang menjalani tugas domestik menyebabkan kurangnya peran lain di sektor publik.
51
Strategi Penyeimbangan Antara Keluarga dan Pekerjaan Pada penelitian ini terdapat dua aspek dalam strategi menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga, yaitu persepsi dan tindakan. Pada setiap aspek terdapat tiga kategori, yaitu prioritas ke keluarga, prioritas ke pekerjaan, dan seimbang. Pada aspek persepsi dengan kategori prioritas ke keluarga, sebagian kecil (1,7%) contoh tidak setuju, lebih dari separuh (65,0%) contoh setuju, kurang dari separuh (33,3%) contoh sangat setuju bahwa keluarga merupakan prioritas utama dibandingkan dengan pekerjaan. Lebih dari tiga per empat (88,3%) tidak setuju, kurang dari separuh (10,0%) contoh setuju, dan sebagian kecil (1,7%) contoh sangat setuju membawa anak ke tempat kerja. Kurang dari separuh (43,3%) contoh tidak setuju, lebih dari separuh (51,7%) contoh setuju, dan sebagian kecil (5,0%) contoh sangat setuju untuk menelepon ke rumah. Pada kategori prioritas ke pekerjaan tiga per empat (75,0%) contoh tidak setuju, kurang dari separuh (23,3%) contoh setuju, dan sebagian kecil (1,7%) contoh sangat setuju bahwa kepentingan anak dan suami dapat dikorbankan. Pada kategori seimbang, sebagian kecil (5,0%) contoh tidak setuju, tiga per empat (75,0%) contoh setuju, kurang dari separuh (20,0%) contoh sangat setuju bahwa masalah keluarga dan pekerjaan tidak dapat dicampuradukkan (Tabel 28). Tabel 28 Sebaran contoh berdasarakan persepsi dalam menyeimbangkan antara aktivitas pekerjaan dan keluarga No.
1
2.
3.
Pernyataan
Prioritas ke keluarga : a. Keluarga prioritas utama dibandingkan dengan pekerjaan b. Membawa anak ke tempat kerja c. Hal wajar bagi ibu yang bekerja di luar rumah untuk menelepon ke rumah Prioritas ke pekerjaan : Kepentingan anak dan suami dapat dikorbankan dibandingkan dengan tugas di tempat kerja Seimbang : Masalah pekerjaan tidak dapat dicampuradukkan dengan masalah rumah
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju n %
n
%
n
%
1
1,7
39
65,0
20
33,3
53
88,3
6
10,0
1
1,7
26
43,3
31
51,7
3
5,0
45
75,0
14
23,3
1
1,7
3
5,0
45
75,0
12
20,0
52
Pada aspek tindakan dengan kategori prioritas ke keluarga, sebagian kecil (3,3%) contoh tidak pernah, lebih dari setengah (70,0%) contoh kadang-kadang, dan kurang dari separuh (26,7%) contoh sering tidak masuk kerja karena anak atau suami sakit. Sebagian kecil (8,3%) contoh tidak pernah, tiga per empat (75,0%) contoh kadang-kadang, dan kurang dari separuh (16,7%) contoh sering menunda pekerjaan untuk kepentingan anak. Lebih dari tiga per empat (86,7%) contoh
kadang-kadang,
kurang
dari
setengah
(13,3%)
contoh
sering
membersihkan rumah terlebih dahulu sebelum berangkat kerja. Hampir separuh (48,3%) contoh tidak pernah, kurang dari separuh (45%) contoh kadang-kadang, dan sebagian kecil (6,7%) contoh sering tidak mematuhi perintah atasan dengan alasan kepentingan keluarga. Sebagian kecil (15,0%) contoh tidak pernah, lebih dari setengah (80,0%) contoh kadang-kadang, dan sebagian kecil (5,0%) contoh sering pulang lebih awal karena urusan keluarga. Tabel 29 Sebaran contoh berdasarakan tindakan dalam menyeimbangkan antara aktivitas pekerjaan dan keluarga No.
Pernyataan
1.
Prioritas ke keluarga : a. Tidak masuk kerja karena anak atau suami sakit b. Menunda pekerjaan untuk kepentingan anak c. Membersihkan rumah terlebih dahulu sebelum berangkat kerja d. Tidak mematuhi perintah atasan dengan alasan kepentingan keluarga e. Pulang dari tempat kerja lebih awal karena urusan keluarga Prioritas ke pekerjaan : Melakukan resiko apapun untuk kemajuan karir Seimbang : Bersepakat dengan suami untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga
2.
3.
Tidak Pernah n
%
KadangKadang n %
Sering
2
3,3
42
70,0
16
26,7
5
8,3
45
75,0
10
16,7
0
0,0
52
86,7
8
13,3
29
48,3
27
45,0
4
6,7
9
15,0
48
80,0
3
5,0
47
78,3
13
21,7
0
0,0
1
1,7
47
78,3
12
20,0
n
%
53
Pada kategori prioritas ke pekerjaan, lebih dari tiga per empat (78,3%) contoh tidak pernah, kurang dari separuh (21,7%) contoh kadang-kadang melakukan resiko apapun demi kemajuan karir. Pada kategori seimbang sebagian kecil (1,7%) contoh tidak pernah, lebih dari tiga per empat (78,3%) contoh kadang-kadang, dan kurang dari separuh (20,0%) contoh sering bersepakat dengan suami untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga (Tabel 29). Sumberdaya materi mencakup barang/benda, jasa, waktu, dan energi (Deacon dan Firebaugh 1988). Waktu sifatnya tetap, tidak bisa ditambah, dikurangi atau diakumulasi. Penggunaan waktu yang efektif berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan psikologis. Manajemen waktu yang baik adalah salah satu strategi menyeimbangkan keluarga dan pekerjaan, sejalan dengan Poesposoetjipto (1996) seorang perempuan dalam budaya Timur akan terpandang dan disegani bila ia mampu membina keluarga yang sejahtera. Hal tersebut dapat terwujud jika perempuan dapat menjaga keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan. Ketika perempuan lebih memprioritaskan pekerjaan daripada keluarga, maka akan memicu konflik dalam keluarga, begitu juga ketika perempuan lebih memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan maka akan memicu pemutusan hubungan kerja (PHK). Pada penelitian ini terdapat dua aspek dalam strategi menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga, yaitu persepsi dan tindakan. Jika kedua aspek disatukan maka terlihat bahwa sebagian besar (80,0%) contoh melakukan keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan. Hal ini terjadi karena status kepemilikan aset rumah milik orang tua dan hak milik keluarga besar memiliki proporsi
yang
cukup
tinggi.
Kondisi
ini
menyebabkan
contoh
mudah
mendapatkan dukungan sosial dari orang tua dan keluarga besar lainnya untuk melakukan kegiatan domestik seperti mengasuh anak, memasak, membersihkan rumah dan kegiatan domestik lainnya dalam rangka menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga. Menurut Puspitawati (2008), adanya dukungan sosial dari keluarga maupun dari lingkungan selain keluarga terhadap perempuan bekerja sangat membantu perempuan sebagai istri sekaligus sebagai pekerja. Jika perempuan sukses menyeimbangkan peran-perannya dalam keluarga dan pekerjaan maka akan mempermudah mewujudkan kesejahteraan keluarga. Sebesar 16,7 persen contoh lebih memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan
54
dan sebagian kecil (3,3%) contoh prioritas pada pekerjaan yaitu sebanyak dua orang (Tabel 30). Tabel 30 Sebaran contoh berdasarkan kategori strategi perempuan bekerja dalam menyeimbangkan antara aktivitas pekerjaan dan keluarga No. 1. 2. 3.
Kategori strategi perempuan bekerja Prioritas keluarga (0-33,3%) Seimbang (33,4-66,6%) Prioritas pekerjaan (66,7-100%) Minimum – Maksimum Rata-rata ± Std. Deviasi
Jumlah (n=60) 10 48 2 25,0 – 71,0 42,5 ± 9,6
Persentase (%) 16,7 80,0 3,3
Terdapat dua contoh yang memiliki strategi dengan kategori prioritas pada pekerjaan. Contoh pertama adalah seorang penjahit dari PT. SB, usianya baru 35 tahun. Upah yang diterima setiap bulannya adalah Rp 1.172.100,00 sesuai dengan nilai UMR, ia memiliki tiga orang anak dengan umur anak terkecil 5 tahun. Suami contoh yang tidak bekerja diduga penyebab contoh lebih memprioritaskan pekerjaan demi terpenuhinya kebutuhan sehari-hari. Hal ini diperkuat dengan motivasi contoh bekerja adalah karena alasan ekonomi dan contoh tidak memiliki peran lain di sektor publik selain sebagai pekerja buruh pabrik. Contoh kedua yang lebih memprioritaskan pekerjaan daripada keluarga adalah buruh pabrik dengan posisi sebagai pengemas di PT. SB, tingkat pendidikannya yang SD membuat ia berada pada posisi tersebut. Contoh memiliki dua orang anak dengan umur anak terkecil adalah 4 tahun. Ia mendapatkan upah setiap bulannya di bawah nilai UMR yaitu Rp 600.000,00 dan suaminya yang bekerja sebagai supir pun hanya memiliki penghasilan sebesar Rp 600.000,00 setiap bulannya. Penegeluaran keluarga contoh setiap bulannya pun lebih besar daripada pendapatannya, hal ini diduga penyebab contoh lebih memprioritaskan pekerjaan daripada keluarga. Hal ini sejalan dengan Clarke et al. (2004) yang menyatakan bahwa karakteristik personal berkontribusi untuk kesuksesan keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga seiring dengan peran ganda.
55
Kesejahteraan Keluarga Kesejahteraan Objektif Pada penelitian ini kesejahteraan keluarga terdiri dari kesejahteraan objektif dan subjektif. Kesejahteraan objektif adalah kesejahteraan ekonomi yang dilihat berdasarkan pendapatan dan pengeluaran per kapita per bulan. Jika dilihat berdasarkan garis miskin Kabupaten Bogor 2010 maka dapat dilihat bahwa sebagian besar contoh memiliki pendapatan di atas garis kemiskinan Rp 197.319,00 dengan proporsi 98,3 persen (Tabel 31). Hal ini dapat terjadi karena rata-rata kontribusi ekonomi yang diberikan perempuan terhadap pendapatan keluarga sebesar 51,0 persen. Kesejahteraan yang diukur dengan menggunakan GK terdapat besar keluarga sebagai indikatornya. Menurut Lewin dan Maurin (2005) besar keluarga merupakan faktor penting yang menentukan kesejahteraan keluarga dan menjadi alat ukur untuk memprediksi tingkat kemiskinan keluarga. Semakin sedikit jumlah anggota keluarga maka semakin banyak sedikit alokasi pengeluaran keluarga sehingga semakin besar peluang keluarga untuk sejahtera. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar contoh terkategori sejahtera. Hanya satu contoh yang terkategori tidak sejahtera, contoh ini memiliki posisi sebagai bagian umum di PT. PMG dan memiliki lima anak. Meski total pengeluaran per bulan keluarganya lebih besar daripada pendapatan, meski tingkat pendidikan yang ia selesaikan adalah hanya sebatas Sekolah Dasar, dan meski dengan upah di bawah nilai UMR ia berusaha menutupi kebutuhan hidup sehari-hari keluarganya karena suami contoh tidak bekerja. Sumber pendapatan bagi keluarga seluruhnya bersumber dari contoh. Artinya contoh telah berkontribusi ekonomi 100% bagi keluarganya dan telah mengganti posisi suami serta menjalankan fungsi ekonomi secara signifikan. Tabel 31 Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan objektif yang dilihat dari pendapatan keluarga per kapita per bulan No. 1. 2.
Kesejahteraan objektif Tidak sejahtera (≤197. 319)* Sejahtera (>197. 319) Minimum – Maksimum Rata-rata ± Std. Deviasi
Jumlah (n=60) 1 59 85.714,00 – 1.336.050,00 607.445,80 ± 26.905,80
Keterangan: * Garis Kemiskinan Kabupaten Bogor BPS 2010
Persentase (%) 1,7 98,3
56
Contoh dengan kontribusi ekonomi yang besar bagi keluarganya maka akan
memiliki
total
pendapatan
keluarga
yang
besar,
sehingga
akan
meningkatkan kesejahteraan objektif keluarga. Peluang keluarga untuk sejahtera akan semakin besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurang dari separuh (45,0%) contoh dengan kontribusi ekonomi kurang dari 50,0 persen dari total pendapatannya dan lebih dari separuh (53,3%) contoh dengan kontribusi ekonomi lebih atau sama dengan 50,0 persen terkategori keluarga sejahtera (Tabel 32). Berdasarkan analisis crosstabs yang dilakukan, nilai signifikansinya adalah 0,031 dan artinya terdapat hubungan yang cukup signifikan antara kontribusi ekonomi dan kesejahteraan objektif. Tabel 32 Sebaran contoh berdasarkan kontribusi ekonomi dan kesejahteraan Kesejahteraan Tidak Sejahtera Sejahtera Total Sig
n 0 27 27
Kontribusi Ekonomi < 50,0% ≥ 50,0% % n % 0,0 1 1,7 45,0 32 53,3 45,0 33 55,0 0,031*
Total n 1 59 60
% 1,7 98,3 100,0
Keterangan: *berkorelasi signifikan pada level 0,05 **berkorelasi signifikan pada level 0,01
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurang dari separuh (30,0%) contoh dengan peran ganda yang tinggi memiliki keluarga terkategori sejahtera. Terdapat sebagian kecil (1,7%) contoh dan kurang dari separuh (45,0%) contoh dengan peran ganda sedang memiliki keluarga terkategori tidak sejahtera dan sejahtera (Tabel 33). Berdasarkan nilai signifikansinya (sig=0,315), dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang cukup signifikan antara peran ganda dan kesejahteraan objektif. Hal tersebut terjadi karena berdasarkan Chen (2010), klasifikasi 12 peran ganda dan 5 peran publik diantaranya, yaitu sebagai tokoh masyarakat, pekerja, sukarelawan, anggota organisasi buruh, dan anggota pengajian, hanya satu peran saja yang memiliki nilai ekonomi/mendapatkan upah yaitu sebagai pekerja. Meski peran ganda yang dimiliki contoh tinggi, namun tidak berhubungan dengan kesejahteraan objektifnya, karena contoh tidak dibayar terkait dengan peran yang dilakukannya.
57
Tabel 33 Sebaran contoh berdasarkan peran ganda dan kesejahteraan Kesejahteraan Tidak Sejahtera Sejahtera Total Sig
Peran Ganda Sedang n % 1 1,7 41 68,3 42 70,0 0,315
Rendah n % 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Total Tinggi n % 0 0,0 18 30,0 18 30,0
n 1 59 60
% 1,7 98,3 100,0
Keterangan: *berkorelasi signifikan pada level 0,05 **berkorelasi signifikan pada level 0,01
Kesejahteraan Subjektif Definisi dari kesejahteraan subjektif adalah kepuasan hidup berdasarkan standar personal (Chen 2010). Menurut Raharto dan Romdiati (2000) pengukuran kesejahteraan subjektif didasarkan pada pertimbangan individual. Kesejateraan keluarga subjektif tersebut terdiri dari keadaan kesehatan, keuangan,
makanan,
tempat
tinggal,
pakaian,
materi/aset,
pendidikan,
manajemen sumberdaya keluarga, pekerjaan, mental dan spiritual, dan hubungan komunikasi antar sesama. Selain itu juga kesejahteraan terhadap keadaan keuangan yang dirasakan contoh (financial well-being). Sunarti
(2001)
melakukan
penelitian
ketahanan
keluarga
dengan
menggunakan pendekatan sistem (input-proses-output). Hasilnya ditemukan faktor laten ketahanan keluarga, yaitu ketahanan fisik, sosial, dan psikologis. Ketahanan fisik mencakup kesejahteraan fisik, ketahanan sosial mencakup kesejahteraan sosial, dan ketahanan psikologis mencakup kesejahteraan psikologis. Pada indkator kesejahteraan fisik, terlihat bahwa separuh (50,0%) dan lebih dari separuh (53,3%) contoh tidak puas terhadap keadaan tabungan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat ditunda dan keadaan tabungan keluarga. Tiga per empat (80,0%) contoh cukup puas dengan keadaan keuangan, tempat tinggal keluarga keluarga, kemampuan untuk menangani masalah keuangan, dan keadaan kontribusi untuk keuangan yang lebih baik. Sebagian besar (93,3%) contoh cukup puas dengan keadaan makanan dan pakaian keluarga. Kurang dari tiga per empat (73,3%) contoh cukup puas dengan keadaan materi/asset keluarga dan keterlibatannya dalam aktivitas ekonomi keuangan. Tiga per empat (75,0%) contoh cukup puas dengan gaya manajemen waktu dan manajemen pekerjaannya. Sebagian besar contoh menjawab cukup puas pada indikator kesejahteraan fisik dan hanya sebagian kecil contoh yang menjawab sangat puas untuk setiap indikator (Tabel 34).
58
Tabel 34 Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan fisik No.
Indikator Kesejahteraan Fisik
1.
Keadaan keuangan keluarga anda Keadaan makanan keluarga anda Keadaan tempat tinggal keluarga anda Keadaan pakaian keluarga anda Keadaan materi/ aset keluarga anda Keadaan kesehatan fisik anda Survival strategi yang dilaksanakan keluarga Gaya manajemen waktu anda Gaya manajemen keuangan Gaya manajemen pekerjaan Keterlibatan anda dalam aktivitas ekonomi keuangan Keterlibatan suami anda dalam aktivitas ekonomi Keadaan tabungan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat ditunda Keadaani uang cash untuk pengeluaran yang tidak terduga Kemampuan untuk menangani masalah keuangan Keadaan belanja untuk makan tanpa mengganggu anggaran belanja Keadaan kontribusi untuk keuangan yang lebih baik Keadaan menangani masalah untuk membayar tagihan tepat waktu Keadaan dalam menjalani masa tua dengan keuangan yang baik Keadaan tabungan untuk sesuatu yang spesial, misalnya lebaran Anggota keluarga membantu pendapatan keluarga Keadaan tabungan keluarga Keadaan kepala keluarga yang mudah mendapatkan pekerjaaan Minimum – Maksimum Rata-rata ± Std. Deviasi
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
14. 15. 16.
17. 18.
19. 20.
21. 22. 23.
Tidak Puas n % 11 18,3
Cukup Puas n % 48 80,0
Sangat Puas n % 1 1,7
3
5,0
56
93,3
1
1,7
8
13,3
48
80,0
4
6,7
1 13
1,7 21,7
56 44
93,3 73,3
3 3
5,0 5,0
5 6
8,3 10,0
49 49
81,7 81,7
6 5
10,0 8,3
14 13 5 6
23,3 21,7 8,3 10,0
45 45 50 44
75,0 75,0 83,4 73,3
1 2 5 10
1,7 3,3 8,3 16,7
8
13,3
36
60,0
16
26,7
30
50,0
28
46,7
2
3,3
22
36,7
36
60,0
2
3,3
10
16,7
48
80,0
2
3,3
8
13,4
50
83,3
2
3,3
9
15,0
48
80,0
3
5,0
5
8,3
43
71,7
12
20,0
16
26,7
40
66,7
4
6,6
18
30,0
39
65,0
3
5,0
26
43,3
30
50,0
4
6,7
32 12
53,3 20,0
26 42
43,3 70,0
2 6
3,4 10,0
17,4 – 82,6 43,4 ± 11,9
Pada indikator kesejahteraan sosial, hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga per empat (75,0%) contoh tidak puas dengan keterlibatan dalam perkumpulan desa. Lebih dari separuh (68,3%, 61,7%, dan 66,6%) contoh cukup
59
puas dengan hubungan/komunikasi dengan orangtua/mertua, suami, dan pembagian peran antara suami-istri (Tabel 35). Tabel 35 Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan sosial No.
Indikator Kesejahteraan Sosial
1.
Hubungan/ komunikasi dengan orangtua/mertua Hubungan/komunikasi dengan suami Pembagian peran antara suami- istri Keterlibatan anda dalam perkumpulan desa Minimum – Maksimum Rata-rata ± Std. Deviasi
2. 3. 4.
Tidak Puas n % 6 10,0
Cukup Puas n % 41 68,3
Sangat Puas n % 13 21,7
1
1,7
57
61,7
22
36,6
10
16,7
40
66,6
10
16,7
1
75,0
2
25,0
0
0,0
0,0 – 87,5 46,5 ± 16,1
Berdasarkan indikator psikologis, terlihat bahwa tiga per empat (75,0%) contoh cukup puas dengan keadaan spiritual/mental, dan perasaan terhadap penghasilan suaminya. Lebih dari tiga per empat (76,7%) contoh cukup puas dengan kebersihan rumahnya. Sebagian besar contoh menjawab cukup puas pada indikator kesejahteraan psikologis (Tabel 36). Tabel 36 Sebaran contoh berdasarkan indikator kesejahteraan psikologis No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
9.
10.
Indikator Kesejahteraan Psikologis Keadaan spiritual/ mental anda Optimisme menyongsong masa depan Perasaan anda terhadap kebersihan rumah anda Perasaan anda terhadap kesehatan fisik suami anda Perasaan anda terhadap penghasilan suami anda Perasaan anda terhadap kesehatan mental suami anda Perasaan anda terhadap komunikasi dengan suami Perasaan anda terhadap kebutuhan sexual dengan suami Perasaan anda terhadap perilaku suami dalam membantu pekerjaan rumah tangga Perasaan memiliki keuangan lebih baik untuk lima tahun mendatang Minimum – Maksimum Rata-rata ± Std. Deviasi
Tidak Puas n % 4 6,7 10 16,7
Cukup Puas n % 45 75,0 33 55,0
Sangat Puas n % 11 18,3 17 28,3
10
16,7
46
76,7
4
6,6
2
3,3
51
85,0
7
11,7
13
21,7
45
75,0
2
3,3
2
3,3
53
88,3
5
8,4
3
5,0
26
60,0
21
35,0
3
5,0
48
80,0
9
15,0
5
8,4
41
68,3
14
23,3
20
33,4
35
58,3
5
8,3
20,0 – 90,0 51,9 ± 13,7
60
Skor kesejahteraan subjektif keluarga didapatkan dari total skor komposit kesejahteraan fisik, sosial, dan psikologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar contoh memiliki kesejahteraan subjektif pada kategori sedang dengan persentase sebesar 86,6 persen. Sebanyak 11,7 persen contoh terkategori rendah dan 1,7 persen terkategori tinggi. Seorang contoh yang terkategori tinggi ini merupakan aktivis di pabrik dan cukup berpengaruh bagi teman-temannya di pabrik. Contoh merupakan penjahit di PT. PMG dan memilki 3 orang anak, usia contoh baru 32 tahun dan usia suami contoh 40 tahun. Upah yang ia terima setiap bulannya sudah sesuai dengan nilai UMR. Aktivitas di pabrik terkait perannya di organisasi buruh diduga penyebab contoh memiliki tingkat kesejahteraan subjektif yang tinggi (Tabel 37). Hal ini sejalan dengan Herzog et al. (1998) menyatakan bahwa perempuan yang terlibat dalam peran ganda seperti aktivitas grup akan meningkatkan kesejahteraan subjektifnya. Tabel 37 Sebaran contoh berdasarkan kategori kesejahteraan keluarga subjektif No 1. 2. 3.
Kesejahteraan keluarga subjektif Rendah (0-33,3%) Sedang (33,4-66,6%) Tinggi (66,7-100%)
Jumlah (n=60) 7 52 1
Persentase (%) 11,7 86,6 1,7
Sebagian besar buruh pabrik memiliki tingkat kesejahteraan subjektif yang sedang karena proporsi kontribusi ekonomi contoh terhadap pendapatan keluarga cukup besar yaitu 51,0
persen dan sebagian besar contoh dapat
melakukan keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan. Hal ini didukung oleh Puspitawati (2008) bahwa kontribusi pendapatan istri terhadap pendapatan keluarga berkorelasi signifikan dengan kesejahteraan subjektif dan adanya pengaruh antara strategi penyeimbangan dengan kesejahteraan keluarga subjektif (Puspitawati 2009). Semakin besar kontribusi ekonomi perempuan yang diberikan
pada
pendapatan
keluarganya
maka
semakin
tinggi
tingkat
kesejahteraan subjektifnya. Semakin contoh dapat melakukan keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga maka semakin menaikkan tingkat kesejahteraan subjektif. Hubungan Antar Variabel Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara lama pendidikan contoh dan kesejahteraan objektif. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan contoh maka peluang contoh untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan pendapatan yang lebih tinggi
61
semakin besar sehingga peluang keluarga untuk lebih sejahtera juga semakin besar. Hasil ini sejalan dengan Rambe (2004) bahwa pendidikan kepala keluarga memiliki pengaruh signifikan terhadap kesejahteraan, pendidikan merupakan variabel yang dapat mempengaruhi kesejahteraan secara signifikan. Terdapat hubungan yang positif signifikan antara kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan objektif. Hal ini berarti semakin tinggi kontribusi ekonomi yang diberikan
oleh
perempuan
pada
keluarga
maka
semakin
tinggi
pula
kesejahteraan keluarga. Hal ini didukung Puspitawati (2008) yang menyatakan bahwa kontribusi pendapatan istri terhadap pendapatan keluarga berkorelasi signifikan dengan kesejahteraan. Antara lama pendidikan contoh dan kesejahteraan subjektif memiliki hubungan yang positif signifikan. Artinya, semakin tinggi pendidikan contoh maka akan semakin tinggi kesejahteraan subjektif contoh. Hal ini sejalan dengan (Zhang
2007)
yang
menyatakan
bahwa
faktor
kesejahteraan subjektif adalah umur, gender dan
yang
mempengaruhi
pendidikan. Didukung pula
oleh Lee (2006) yang menyatakan bahwa pendidikan berhubungan positif dengan kesejahteraan. Terdapat hubungan yang positif signifikan antara penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga dengan kesejahteraan subjektif. Semakin
tinggi
contoh
memprioritaskan
keluarga
maka
semakin
tinggi
kesejahteraan subjektif contoh. Hasil ini didukung Puspitawati (2009) yang mengungkapkan bahwa bila contoh semakin memprioritaskan keluarga lebih besar
daripada
pekerjaan
maka
berpengaruh
terhadap
peningkatan
kesejahteraan baik fisik, sosial maupun psikologis. Didukung pula oleh Lee (2006) yang menyatakan bahwa keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga berhubungan positif dengan kesejahteraan, serta hasil penelitian Beham (2010) yang mengungkapkan bahwa keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga berpengaruh terhadap kepuasan. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara peran ganda, ksejahteraan objektif dan subjektif, namun arahya positif. Artinya semakin tinggi peran ganda, maka memiliki kecenderungan semakin tinggi pula kesejahteraan objektif dan subjektif. Semakin banyak peran yang dimiliki, maka kecenderungan semakin tinggi pendapatan yang diperoleh dan pengembangan diri perempuan semakin optimal. Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar contoh merasa cukup puas dengan gaya manajemen pekerjaan, keadaan keuangan keluarga, dan keterlibatan dalam aktivitas ekonomi keuangan. Meski jam kerja contoh di pabrik
62
tinggi, namun contoh merasa cukup puas dengan gaya manajemen pekerjaan dan meski upah lebih dari separuh contoh di bawah standar namun bersifat tetap sehingga contoh merasa cukup puas dengan keadaan keuangan keluarga. Upah yang diterima dapat membantu memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehingga contoh merasa cukup puas dengan keterlibatan dalam aktivitas ekonomi. Tidak terdapat
hubungan
yang
signifikan
antara
kesejahteraan
subjektif
dan
kesejahteraan objektif, namun arahnya negatif. Artinya, semakin tinggi kesejahteraan subjektif contoh maka memiliki kecenderungan semakin rendah tingkat kesejahteraan objektif. Hal ini dapat terjadi karena sebagian contoh merasa cukup puas dengan keadaan spiritual/mental dan hubungan/komunikasi dengan suami namun tidak puas dengan keadaan tabungan dan keadaan tabungan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat ditunda. (Tabel 38). Tabel 38 Hasil uji korelasi antar variabel penelitian Variabel Kesejahteraan objektif 1.Lama pendidikan (tahun) 0,269* 2.Kontribusi ekonomi (Rp/bulan) 0,630** 3.Peran ganda (skor) 0,070 4.Penyeimbangan pekerjaan dan -0,155 keluarga (skor) 5.Kesejahteraan subjektif (skor) -0,097 Keterangan: *berkorelasi signifikan pada level 0,05 **berkorelasi signifikan pada level 0,01
Kesejahteraan subjektif 0,306* -0,166 0,046 0,267* -
Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kesejahteraan Objektif dan Subjektif Model persamaan regresi yang disusun memiliki adjusted R square sebesar 0,390 artinya 39,0 persen varian kesejahteraan objektif dapat dijelaskan oleh perubahan dalam variabel-variabel yang ada di dalam model. Sisanya yaitu sebesar 61,0 persen dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti. Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh sangat signifikan terhadap kesejahteraan objektif adalah kontribusi ekonomi. Artinya setiap kenaikan 1 satuan standar deviasi kontribusi ekonomi maka akan menaikkan tingkat kesejahteraan objektif sebesar 0,584 dalam satuan
standar
deviasi.
Kontribusi/sumbangan
ekonomi
yang
diberikan
perempuan sebagai istri di dalam keluarga otomatis akan menambah jumlah total pendapatan keluarga sehingga sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan objektif keluarga (Tabel 39).
63
Tabel 39 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan objektif. Model Konstanta 1.Lama kerja (hari) 2.Umur contoh (tahun) 3.Lama pendidikan istri (tahun) 4.Besar keluarga (orang) 5.Kontribusi ekonomi (Rp/bulan) 6.Penyeimbangan keluarga dan pekerjaan (skor) 7.Peran ganda (skor) F R Adjusted R Square
B Terstandarisasi -0,122 0,005 0,172 0,046 0,584
Sig 0,746 0,268 0,969 0,140 0,701 0,000**
-0,155
0,140
0,039
0,709 6,398 0,463 0,390
Keterangan: **) signifikan pada p<0,01
Model persamaan regresi yang disusun memiliki adjusted R square sebesar 0,191 yang berarti 19,1 persen varian kesejahteraan subjektif dapat dijelaskan oleh perubahan dalam variabel-variabel yang ada di dalam model. Variabel yang dimasukkan dalam model adalah lama kerja/hari, umur istri, lama pendidikan istri, besar keluarga, pendapatan total/kesejahteraan objektif, kontribusi ekonomi, peran ganda, penyeimbangan keluarga dan pekerjaan. Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa dari delapan variabel yang diduga berpengaruh pada kesejahteraan keluarga, hanya ada dua variabel yang berpengaruh
signifikan
yaitu
lama
pendidikan
contoh
dan
strategi
penyeimbangan keluarga dan pekerjaan. Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa lama pendidikan contoh dan strategi penyeimbangan keluarga dan pekerjaan berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan subjektif. Setiap kenaikan 1 satuan standar deviasi tingkat pendidikan contoh maka akan menaikkan tingkat kesejahteraan subjektif contoh sebesar 0,323 dalam satuan standar deviasi. Hal ini didukung oleh Zhang (2007) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan
subjektif
adalah
umur,
gender
dan
pendidikan.
Strategi
penyeimbangan keluarga dan pekerjaan memiliki pengaruh yang positif terhadap kesejahteraan subjektif. Semakin memprioritaskan keluarga maka akan semakin meningkatkan
tingkat
kesejahteraan
subjektif.
Bila
contoh
semakin
memprioritaskan keluarga lebih besar daripada pekerjaan maka berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan baik fisik, sosial maupun psikologis (Puspitawati 2009). Setiap kenaikan 1 satuan standar deviasi tingkat Strategi penyeimbangan keluarga dan pekerjaan maka akan menaikkan tingkat
64
kesejahteraan subjektif contoh sebesar 0,262 dalam satuan standar deviasi (Tabel 40). Tabel 40 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif. Model Konstanta 1.Lama kerja (hari) 2.Umur contoh (tahun) 3.Lama pendidikan istri (tahun) 4.Besar keluarga (orang) 5.Pendapatan total (Rp/bulan) 6.Kontribusi ekonomi (Rp/bulan) 7.Penyeimbangan keluarga dan pekerjaan (skor) 8.Peran ganda (skor) F R Adjusted R Square
B Terstandarisasi 0,196 0,181 0,323 -0,272 0,053 -0,257
Sig 0,652 0,128 0,222 0,020* 0,055 0,741 0,099
0,262
0,036*
-0,055
0,654 2,738 0,300 0,191
Keterangan: *) signifikan pada p<0,05
Kasus Strategi Penyeimbangan Antara Keluarga dan Pekerjaan Pada perempuan yang bekerja diperlukan strategi penyeimbangan antara keluarga dan pekerjaan karena menurut Poesposoetjipto (1996) seorang perempuan dalam budaya timur akan terpandang dan disegani bila ia mampu membina keluarga yang sejahtera. Hal tersebut dapat terwujud jika perempuan dapat menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga. Strategi tersebut diharapkan dapat menjadikan perempuan dengan pribadi yang mandiri, istri, ibu rumah tangga, anggota masyarakat, pekerja dan warga negara yang seimbang dalam melaksanakan peran-peran tersebut. Setiap perempuan dalam keluarga memiliki strategi yang berbeda. Berikut kasus dari beberapa contoh hasil indepth interview. 1. Strategi Perempuan Bekerja dengan Prioritas Lebih pada Keluarga “Demi Anak Terkecilku Ku Curi Waktu Untuk Menelepon ke Rumah ” Ibu Y adalah seorang buruh pabrik dari PT. PiMG yang berusia 30 tahun, ia telah bekerja selama lebih dari lima tahun dengan posisi di bagian pergudangan. Lama ia bekerja setiap hari adalah 10 jam, setiap hari ia berangkat dari rumah jam 07.30 menggunakan motor, dengan letak rumah yang berada di Desa Ciherang Kaum maka waktu tempuh perjalanan hingga tiba di pabrik hanya setengah jam saja, kemudian pulang jam 18.00 setiap harinya. Ia memiliki suami dengan pekerjaan sebagai karyawan swasta, tiga orang anak dengan usia 15,9 dan 3 tahun dan tinggal bersama kedua kakak serta orangtuanya dalam satu rumah. Sebelum berangkat kerja ia menyempatkan diri bersama keluarga besarnya membersihkan rumah terlebih dahulu, ia mengaku tidak pernah meninggalkan rumah dalam keadaan berantakan namun untuk memasak diambil alih oleh orangtuanya karena ia tidak sempat melakukannya.
65
Ibu Y adalah seorang ibu sekaligus istri yang lebih memprioritaskan keluarga dibandingkan dengan pekerjaan, hal ini terlihat saat anak atau suaminya sakit maka ia akan ijin dari pabrik dan merawat keluarganya. Pengambilan keputusan dalam keluarga ibu Y adalah istri dan suami setara karena ia dan suami selalu bernegosiasi berbagai soal, sebagai contoh ketika ibu Y baru saja melahirkan ia menyampaikan keinginannya pada suami untuk tidak bekerja di pabrik lagi, ia ingin menjadi ibu rumahtangga saja. Namun, setelah dibicarakan dengan suaminya dan keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan maka diputuskan bahwa ia tetap bekerja. Ketika ia bekerja penuh di pabrik yang mengurus anak terkecilnya dengan usianya yang masih 3 tahun adalah keluarga besar, hari Minggu ia curahkan perhatian sepenuhnya pada anak terkecilnya tersebut. Ia pun mengaku kadang mencuri-curi waktu pada saat jam kerja untuk menelepon ke rumah dengan maksud menanyakan keadaan anak terkecilnya.
2. Strategi Perempuan Bekerja dengan Prioritas Lebih Pada Pekerjaan “Yang Penting Gak BT di Rumah dan Kebutuhan Keluarga Terpenuhi” Alasan bekerja Ibu SU adalah karena pengembangan diri sekaligus alasan ekonomi. Ia mengaku sering merasa bt di rumah, jika semua pekerjaan rumahtangga telah diselesaikannya ia bingung ingin melakukan apa. Menurut ibu muda berusia 25 tahun ini kejadian positif yang sangat berkesan dalam keluarga adalah ketika ia berhasil masuk dan diterima kerja di CV. ARI dengan posisi sebagai quality control. Menurut pengakuannya, pendapatan suaminya yang berdagang makanan berat di kantin sapta FATETA IPB lumayan cukup untuk menghidupi dirinya, suami dan 1 anak yang berusia 6 tahun. “Kalau bisa dapet lebih kenapa enggak” Penuturannya. Meski lama bekerja ibu SU masih kurang dari 1 tahun namun ia cukup senang karena semua kebutuhannya dapat terpenuhi “dan yang terpenting jadi bisa nabung” Imbuhnya. Tabungan tersebut atas nama dirinya sendiri. Kejadian negatif yang terjadi dalam keluarganya adalah belum lama ini ia mengalami keguguran dan mengharuskan ia untuk dikuret, menurut pengakuannya hal ini terjadi karena ia sibuk bekerja (dengan lama bekerja 10 jam setiap hari) tanpa memperhatikan kandungannya. Menurut pengakuannya juga ia lebih mementingkan pekerjaan daripada keluarganya, saat N anaknya yang berusia 6 tahun ingin melakukan pendaftaran sekolah dasar ia tidak meminta ijin dari pabrik dan tidak mengantarnya, anaknya justru ia titipkan pada tetangganya. Saat ia bekerja penuh waktu di pabrik, yang mengurus anak di rumah, memasak dan membersihkan rumah adalah ibunya/nenek dari N yang kebetulan tinggal dalam satu rumah. Ia juga tidak pernah menelepon ke rumah meski jam istirahat sekalipun.
66
3. Strategi Perempuan Bekerja dengan Keseimbangan antara Keluarga dan Pekerjaan Pekerjaan YES!! Keluarga OK!! Peran Ganda Siapa Takut!! AR adalah seorang istri, ibu dan aktivis di lingkungan sekitarnya (Ibu RT 03 RW 05, Desa Ciherang Peuntas). Lama bekerja ibu AR, begitu ia akrab disapa adalah masih kurang dari satu tahun. Pekerjaan dia sebelum menjadi buruh pabrik adalah sebagai ibu rumahtangga. Ia biasanya berangkat dari rumah menggunakan angkutan umum dan memiliki jam kerja dari 08.00 hingga jam 18.00, tetapi berangkat dari rumah jam 5.30 untuk menghindari macet karena ia bekerja di PT. SB (Cibinong). Posisi ia di pabrik adalah sebagai operator sewing dengan hari libur Sabtu dan Minggu. Suami Ibu AR bernama Pak R dengan pekerjaan sebagai sopir pribadi, anak Ibu AR berjumlah tiga orang dengan umur anak terkecil 1.5 tahun. Motivasi ia bekerja adalah alasan ekonomi, yaitu untuk membantu suami. Ketika ia bekerja penuh waktu di pabrik yang mengurus anak terkecil di rumah adalah anak tertua. Sebelum berangkat ke pabrik, pagi-pagi sekali ia memasak dan membersihkan rumah. Suatu waktu anak terkecilnya sakit demam dan ia meminta ijin untuk tidak masuk kerja selama dua hari, setelah ia masuk kerja namun kondisi anaknya masih sakit ia meminta tolong pada ibunya untuk merawat anaknya. Kedatangan dan kesediaan ibunya merawat anaknya yang sakit membuat Ibu AR tenang dalam bekerja bahkan saat itu ia tetap lembur. Saat itu lingkungan RT Ibu AR akan mengadakan acara keagamaan untuk menyambut bulan Sya’ban dan Ramadhan dengan mengadakan lomba-lomba untuk anak-anak sekitar seperti mewarnai, hafalan surat, adzan, dll. Seluruh warga menyibukkan diri membuat panggung, spanduk, dekorasi, dll. dan dalam kondisi ini Ibu AR ikut berpartisipasi pula. Hal ini menunjukkan bahwa strategi Ibu AR menjadi ibu, pekerja dan sekaligus menjadi tokoh masyarakat sekitar lingkungan rumah sudah seimbang. Pekerjaan Yes! Keluarga Ok! Peran Ganda Siapa Takut!!
Ketiga kasus tersebut menunjukkan strategi yang berbeda dalam menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga. Karakteristik, dukungan sosial dari keluarga, dan motivasi contoh yang berbeda akan menghasilkan prioritas yang berbeda. Contoh dengan sumber pendapatan cukup dari suami akan memiliki kecenderungan prioritas pada keluarga, contoh yang memiliki motivasi bekerja untuk mengembangkan diri biasanya lebih prioritas pada pekerjaan. Pada contoh yang mendapatkan dukungan sosial dari keluarga dalam hal mengurus rumahtannga dan merawat anak akan memiliki kecenderungan dapat menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga.
67
Pembahasan Umum Peran gender tradisional mengakui bahwa laki-laki berperan sebagai kepala keluarga dengan tugas mencari nafkah sedangkan istri berperan sebagai ibu rumahtangga dengan tugas memelihara rumah dan mengasuh anak, namun keadaan ekonomi Indonesia yang bermasalah sehingga menyebabkan masalah pula bagi ekonomi keluarga. Keluarga merupakan suatu unit dalam sistem ekonomi yang senantiasa berinteraksi, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sistem yang lebih besar (Bryant 1990). Hal ini berarti bahwa keadaan ekonomi keluarga akan bergantung pada bagaimana keadaan ekonomi negara saat ini. Kontribusi
ekonomi
perempuan
adalah
peran
perempuan
dalam
menjalankan fungsi ekonomi keluarga sebagai usaha untuk mewujudkan tujuan keluarga yaitu mewujudkan kesejahteraan keluarga. Terdapatnya suami contoh yang tidak bekerja menunjukkan bahwa istri telah mengambil alih fungsi ekonomi secara signifikan di dalam keluarga. Kontribusi ekonomi istri yang lebih besar daripada suami menimbulkan pro dan kontra. Bekerjanya perempuan di luar rumah dapat menggeser struktur fungsional dalam masyarakat, khususnya pada masyarakat yang masih sangat memegang budaya patriarki. Hoffman dan Averett (2010), menyatakan bahwa sistem partiarkhi dalam keluarga yaitu suami sebagai breadwinner dan istri sebagai homemaker mengalami penurunan dengan meningkatnya perempuan yang bekerja di luar rumah. Namun, nilai tersebut tidaklah hilang sepenuhnya. Pada penelitian ini rata-rata kontribusi ekonomi perempuan cukup besar yaitu 51,0 persen, hal ini menunjukkan bahwa kontribusi ekonomi contoh sangat mendesak urgensinya dan hal tersebut menyebabkan konsekuensi peran ganda bagi perempuan. Perempuan
yang
memiliki
peran
sebagai
istri
sekaligus
pekerja
menyebabkan peran dan beban ganda. Agar fungsi perempuan di dalam keluarga tetap berjalan baik maka diperlukan strategi menyeimbangkan antara keluarga dan pekerjaan. Terdapat dua adaptasi strategis untuk menyeimbangkan antara keluarga dan pekerjaan yaitu menambah sumberdaya keluarga dan mengurangi permintaan jam kerja (Voydanof 2005). Jam kerja berhubungan dengan
pengelolaan
waktu.
Kemampuan
seseorang
dalam
melakukan
penyesuaian dalam pengelolaan waktu merupakan aspek penting dalam melakukan manajemen waktu (Nickell dan Dorsey 1960). Sumberdaya materi mencakup barang/benda, jasa, waktu, dan energi (Deacon dan Firebaugh 1988). Waktu sifatnya tetap, tidak bisa ditambah, dikurangi atau diakumulasi.
68
Penggunaan waktu yang efektif berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan psikologis.
Manajemen
menyeimbangkan
waktu
keluarga
yang
dan
baik
pekerjaan.
adalah Ketika
salah
satu
perempuan
strategi lebih
memprioritaskan pekerjaan daripada keluarga maka akan memicu konflik dalam keluarga, begitu juga ketika perempuan lebih memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan maka akan memicu pemutusan hubungan kerja (PHK). Pada penelitian ini sebagian besar contoh dapat melakukan keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan dengan kesejahteraan subjektif yang sedang. Pada
kesejahteraan
objektif,
sebagian
besar
keluarga
terkategori
sejahtera. Hal ini dapat terjadi karena kontribusi ekonomi yang diberikan contoh terhadap pendapatan keluarga cukup signifikan. Jika dikaitkan dengan kesejahteraan subjektif yang dirasakan oleh contoh, ternyata semakin tinggi tingkat pendidikan dan dengan melakukan penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga maka akan semakin tinggi tingkat kesejahteraan subjektif. Hal ini berarti meski rata-rata tingkat pendidikan contoh adalah SMP namun contoh merasa puas dengan keadaannya sekarang karena upah yang diterima mereka per bulan bersifat tetap. Meski contoh bekerja di luar rumah sebagai buruh pabrik namun dukungan sosial dari keluarga besar, serta komunikasi antara contoh dan suami contoh berjalan dengan baik. Jadi secara garis besar penelitian ini menguatkan teori struktur fungsional bahwa istri yang berperan ganda dengan bekerja di luar rumah dapat tetap menjalankan fungsinya sebagai istri untuk menjalankan aktivitas domestik dengan mengoptimalkan strategi menyeimbangkan antara keluarga dan pekerjaan, serta adanya dukungan sosial dari keluarga besar. Kontribusi ekonomi dan peran ganda perempuan ini merupakan suatu usaha untuk mewujudkan tujuan bersama keluarga yaitu kesejahteraan keluarga, baik secara objektif maupun subjektif.
Keterbatasan Penelitian Penelitian ini hanya menggunakan 60 contoh secara non probability sampling dengan purposive karena hanya ada data secara agregat berupa jumlah buruh secara keseluruhan, tidak ada data secara personal by name by address sehingga tidak dapat dilakukan pengacakan. Mengingat keterbatasan metode, maka hasil dari kesimpulan penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan
69
untuk seluruh buruh perempuan. Namun demikian, hasil tersebut dapat dijadikan kajian bagi peneliti di bidang gender dan keluarga. Pendekatan kesejahteraan objektif dilakukan dengan garis kemiskinan BPS 2010 sehingga kurang sensitif terhadap pengkategoriannya. Pada pertanyaan peran ganda terdapat peran-peran yang tidak menuntut waktu banyak dan ada pula peran yang mutlak untuk menuntut waktu bagi perempuan, sehingga standar frekuensi antar peran tidak bisa disamakan. Pada pertanyaan strategi menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga hanya terdapat pertanyaanpertanyaan terkait peran domestik dan pekerja saja, belum dikembangkan dengan peran sebagai anggota organisasi atau aktivitas sosial lainnya.
70
71
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Hampir separuh contoh bekerja di PT. PMG dengan lama bekerja kurang dari 1 tahun dan sebelumnya bekerja sebagai ibu rumahtangga. Sebagian besar contoh memiliki bagian jam kerja normal dan lebih dari separuh contoh memiliki lama bekerja antara 9,0-10,6 jam/hari. Lebih dari separuh contoh memiliki enam hari kerja dalam seminggu dan memiliki posisi sebagai penjahit. Sebagian besar contoh menggunakan kendaraan umum menuju tempat kerjanya dan lebih dari separuh contoh
menerima upah/bulan di
bawah UMR Kabupaten Bogor 2011. 2. Kurang dari separuh contoh dan suami contoh terkategori dewasa awal dan lama pendidikan adalah SMA. Kurang dari separuh suami contoh bekerja sebagai buruh/kuli dan lebih dari separuh contoh memiliki ukuran keluarga yang kecil. Alokasi pengeluaran keluarga untuk non pangan lebih besar daripada pengeluaran untuk pangan dan lebih dari separuh contoh memiliki pengeluaran lebih kecil dari pendapatan. Sebagian besar status kepemilikan aset adalah milik bersama (suami dan istri) tidak ada yang mendominasi dari kedua belah pihak. 3. Rata-rata kontribusi ekonomi perempuan adalah lebih dari setengah terhadap total pendapatan keluarga. Sebagian besar alasan contoh berperan ganda sebagai pekerja buruh adalah karena ekonomi. Kurang dari tiga per empat contoh memiliki peran ganda dengan kategori sedang dan sebagian besar contoh dapat melakukan keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan. 4. Sebagian besar contoh terkategori sejahtera dan kesejahteraan subjektif contoh terkategori sedang. 5. Terdapat hubungan yang positif signifikan antara lama pendidikan contoh dan kesejahteraan
objektif,
antara
kontribusi
ekonomi
perempuan
dan
kesejahteraan objektif, antara lama pendidikan contoh dan kesejahteraan subjektif, dan antara penyeimbangan pekerjaan dan keluarga dengan kesejahteraan subjektif. 6. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif adalah lama pendidikan contoh dan strategi penyeimbangan keluarga dengan pekerjaan. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan objektif adalah kontribusi ekonomi perempuan.
72
Saran 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara lama pendidikan contoh dan kesejahteraan objektif, antara kontribusi ekonomi perempuan dan kesejahteraan objektif, antara lama pendidikan contoh dan kesejahteraan subjektif, dan antara penyeimbangan antara pekerjaan perempuan
dan
keluarga
menjalani
dengan
pendidikan
kesejahteraan formal
maupun
subjektif. non
Sebaiknya
formal
demi
mewujudkan kesejahteraan objektif dan subjektif. Seharusnya perempuan bekerja di luar rumah agar dapat berkontribusi bagi pendapatan keluarga. Perempuan yang memiliki peran sebagai istri sekaligus sebagai pekerja harus dapat melakukan penyeimbangan antara pekerjaan dan keluarga. 2. Seharusnya pabrik menetapkan upah dan jam kerja sesuai dengan standar UMR dan Undang-Undang Nomor 13 tentang Ketenagakerjaan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah perempuan dalam menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga serta mewujudkan kesejahteraan keluarga. 3. Pada penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan indikator kesejahteraan objektif yang lebih rinci, misalnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009. Untuk lebih melihat peran ganda perempuan secara rinci, pada penelitian selanjutnya diharapkan digunakan variabel alokasi waktu dan umur anak terkecil sehingga lebih terlihat frekuensi yang dilakukan untuk setiap peran.
73
DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2008). Buruh Perempuan dan Relasi Industrial. Women Research Institute. Diambil dari http:// www.wri.or.id [5 Juni 2011] [BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. (1998). UndangUndang RI No.10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Jakarta: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Badan Pusat Statistik. (2008). Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan 2008 . (2010). Data Kemiskinan Indonenesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Beham, B., Drobnic, S. (2010). Satisfaction with work and family balance among German office workers. Journal of Managerial Pschology. 25 (6). Pp 669689. DOI. 10.1108/02683941011056987. Bryant, W.K. (1990). The Economic Organization of The Household. United States of America: Cambridge University Press. Chen. (2000).Intergenerational social support and the psychological well-being of older parents in China. Res Aging, 22, 43-65. Chen. (2010). Factor Related to Well-Being Among The Elderly In Urban China Focusing on Multiple Roles. Journal of BioScienceTrends, 4(2), 61-71. Clarke, M. (2004). The Work Family Interface: Differentiating Balance and Fit Family and Consumer Science. Journal of Research, 33, 121-140. Daulay, H. (2006). Buruh Perempuan di Industri Manufaktur Suatu Kajian dan Analisis Gender. Jurnal Wawasan, 11(3) Deacon, F., Firebaugh, F.M. (1988). Family Resource Management Principles and Applications (Second Edition). Massachusetts: Allyn and Bacon Inc. Duvall, E., Miller, C. M. (1985). Marriage and Family Development 6th ed. New York: Harper & Row Publisher. Engel, J.F., Blackwell, R. D., Miniard, P.W. (1993). Consumer Behavior. Edisi ke7. Orlandio, Florida: The Dryden Press. Fadah, I., Yuswanto, I.B. (2004). Karakteristik Demografi dan Sosial Ekonomi Buruh Perempuan Serta Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus pada Buruh Tembakau Di Kabupaten Jember). Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Universitas Kristen Petra, 6(2), 137 – 147.
74
Fahmi, S.H. (2008). Analisis Nilai Ekonomi Pekerjaan Ibu Rumah Tangga dan Peran Gender serta Pengaruhnya terhadap Kesejahteraan Keluarga Petani. [skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Friedman, M. Marilyn.( 1998). Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik. Jakarta : EGC. Herawati, N. (2000). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Remaja SMU tentang Peran Gender Tradisional [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Herzog A.R., Franks M.M., Markus H.R., Holmberg, D. (1998). Activities and wellbeing in older age: effects of selfconcept and educational attainment. Journal of Psychol Aging. 13, 179-185. Hoffman dan Averettt. (2010). Women and The Economy (family, work, and pay). Second Edition United States of America : Pearson Education, Inc. All rights reserved. Hoorn, A. (2007). A Short Introduction to Subjective Well-Being: It’s Measurement, Correlates and Policy Uses. Radboud University Nijmegen: Nijmegen Center for Economics (NiCE). Hurlock EB. (1980). Psikologi Perkembangan. Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga Irzalinda, V. (2010). Kontribusi Peran Perempuan terhadap Kesejahteraan Keluarga di Kota dan Kabupaten Bogor. [skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Kamitsuru S. (2004). QOL of the elderly in geriatric nursing introduction. Journal of Geriatric Nursing Tokyo, pp. 15-20. Kementerian Dalam Negeri. (2009). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. www.hsph.harvard.edu [11 November 2011] Keene, J.R., quadagno, J. (2004). Predictors of perceived work-family balance: gender difference or sociological perspectives. Journal of Spring. 47(1). proquest sociology Pg. 1 Koloto. Sharma. (2005). Final report Pasifika women’s economic well-being Study. Wellington: Ministry of Women’s Affairs. Lai, Gina. (1995). Work and family roles and psychological well-being in urban China. Journal of Health and Social Behavior 36(1) ProQuest Sociology pg. 11
75
Lee, Y.G., Danes, S.M., Shelley, M.C. (2006). Work roles, managed and perceived well-being for married women within family businennes. Journal of Springer Science and Business Media. 27 (1). Pp 523-541. DOI 10.1007/s10834-006-9030-y Lewin A.C., Maurin, E. (2005). The effect of family size on incentive effect of welfare transfers in two parent families. Sage Publication. 6(29), 507-529. McCubbin H.I dan Thompson A.I. (1987). Family Assesment Inventories for Research and Practice. United States of America: University of WisconsinMadison. McLellan, K., & Uys, K. (2009). Balancing dual roles in self-employed women: An exploratory study. SA Journal of Industrial Psychology 35(1), Art. #416, 10 pages. DOI: 10.4102/sajip. v35i1.416 Megawangi, R. (1999). Membiarkan Berbeda. Bandung: Mizan. Michelle, Z.R., Louise L. (1974). Women, Culture and Society. Stanford cal.: Stanford University Press. Milkie, M. A., Peltola, Pia. (1999). Playing all the roles: Gender and the workfamily balancing act. Journal of Marriage and Family 61 (2). ProQuest Sociology pg. 476 Milkie, M. A., Kendig, S. M., Nomaguchi, K.M., Denny, K.E. (2010). Time With Children, Children's Well-Being, and Work-Family Balance Among Employed Parents. Journal of Marriage and Family. 72(5). ProQuest Sociology. pg. 1329 Ministry of Health, Labour and Welfare. (2005). [White paper on women’s labor: Fiscal year 2004]. Tokyo: Japan Institute of Workers’ Evolution. Mosse, J.C. (2002). Gender dan Pembangunan. Jogyakarta: Pustaka Pelajar. Nickell, P., Dorsey J.M., Budolfson, M. (1960). Management In Family Living (Third Edition). New York: John Wiley & Sons Inc. Nurulfirdausi, K. (2010). Analisis pengaruh kontribusi ekonomi perempuan dan manajemen keuangan keluarga terhadap kesejahteraan keluarga pada keluarga tenaga kerja perempuan (TKW) (Kasus di Kecamatan CIsolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat). [skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Papalia D.E., Olds S.W., Feldman R.D. (2009). Human Development (Perkembangan Manusia). Marswendy B, penerjemah; Widyaningrum R, editor. Ed ke-10. Jakarta (ID): Salemba Humanika. Poesposoetjipto, S.L. (1996). Perempuan Manajer: Peluang dan Tantangan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
76
Puspitawati, H. (1992). Time Management Strategies Used in Households in Which Income is Generated at Home [tesis]. Major Family Environment, Department of Human Development and Family Studies. College of Family and Consumer Science. Iowa State University. Puspitawati H, Sari P. (2008). Strategi Penyeimbangan Antara Aktivitas Pekerjaan dan Keluarga Pada Perempuan Bekerja di Bogor. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 1(2), 1-9. Puspitawati, H. (2009). Sistem dan Dinamika Keluarga. Depaartemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. ____________. (2009). Teori Gender dan Aplikasinya dalam Kehidupan Keluarga. Depaartemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. ___________. (2009). Teori Sosial konflik dan Aplikasinya dalam Kehidupan Keluarga. Depaartemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. ___________. (2009). Teori Struktur Fungsional dan Aplikasinya dalam Kehidupan Keluarga. Depaartemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. ___________. (2009). Pengaruh Strategi Penyeimbangan Antara Aktivitas Pekerjaan dan Keluarga Terhadap Kesejahteraan Keluarga Subjektif Pada Perempuan Bekerja di Bogor. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 2(2): 111-121. Raharto A., Romdiati H. (2000). Identifikasi Rumah Tangga Miskin. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) VII. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bappenas, UNICEF, Deptan, Depkes dan BPS. Rambe A. (2004). Aloksi Pengeluaran Rumah Tangga dan Tingkat Kesejahteraan (Kasus di Kecamatan Medan Kota, Sumatera Utara). [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rice, A. S., Tucker S.M. (1986). Family Life Mangement 6th ed. New York: McMillan Publishing Company. Sidin, S.M., Sambasivan, M., Ismail, I. (2010). Relationship between work-family conflict and quality of life. Journal of Managerial Psychology. 25(1). Pp 5881. DOI 10.1108/02683941011013876. Slamet, Y. (1993). Analisis Kualitatif untuk Data Sosial. Solo: Dabara Strickland, C.R., (2006). The Relationship Work Role Centrality, Social Support Systems, Work-Family Dynamics, and Job Satisfaction in Women. [Disertation]. United States. Faculty of The College of Business Administration of Touro University International
77
Sugihara,Y. (2008). Productive roles, gender, and depressive symptoms: evidence from a national longitudinal study of latemiddle-aged Japanese. Journal of Gerontol B Psychol Sci Soc Sci. 63, 227-234. Sumarwan, U. (2004). Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia. Sunarti E. (2001). Studi Ketahanan Keluarga dan Ukurannya: Telaah Kasus Pengaruhnya Terhadap Kualitas Kehamilan. [Disertasi]. Bogor. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Ukoha O.O. (2003). Contributions of Women to Farm Family Income in Ikwuano Local Government Area of Abia State, Nigeria. Journal of Agr Food Sci. 1(2), 125-130. Voydanoff, P. (2005). Toward a Conceptualization of Perceived Work-Family Fit and Balance : A Demands and Resources Approach [Abstract]. Society of Marriage and Family Abstract. 67, 836. Winaryati, E. (2010). Ketidakberdayaan Buruh Perempuan. Jurnal Perempuan. Diambil dari http://www. jurnalperempuan.com [5 Juli 2011] Yamato. (2003). Impact of Fathers’ Support and Activities on Mothers’ Marital Satisfaction by Income Contribution during Economic Recession in Japan. 6(2), 149-168. Zhang W., Liu G. (2007). Childlessness, psychological wellbeing and life satisfaction among the elderly in China.. Journal of Cross Cult Gerontol. 22, 185-203.
78
79
LAMPIRAN
80
81
Lampiran 1 Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian No. 1.
2.
3.
Variabel
Pengkategorian/Pengukuran Riwayat Contoh Sebagai Pekerja Lama bekerja (tahun) 1. < 1 tahun 2. 1-2 tahun 3. 2-5 tahun 4. > 5 tahun Pekerjaan sebelumnya 1. ibu rumahtangga 2. memiliki usaha 3. buruh 4. lainnya Lama bekerja (jam) jam pulang -jam berangkat kerja Pengkategorian berdasarkan interval kelas: (Skor Maksimum – Skor minimum)* Jumlah Kategori Nilai min= 9 jam Nilai maks= 14 jam 1. 2. 3. 1. 2. 3.
4.
Kendaraan yang digunakan
5.
Posisi contoh sebagai pekerja
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
6.
Bagian jam kerja
1. 2.
7.
Hari kerja
1. 2.
8.
Tempat bekerja
9.
Umur contoh dan suami (tahun)
9,0-10,6 10,7-12,3 12,4-14,0 kendaraan pribadi kendaraan umum lainnya (kadang menggunakan milik pribadi, kadang kendaraan umum) bagian umum penjahit bagian penyelesaian akhir pengontrol kualitas pengawas pembuang benang pembantu pengemasan lainnya (pola, kantin, kebersihan, pemotong, pergudangan) Normal (Masuk pagi, pulang sore) Shift (Masuk dan pulang kerja dengan jam tertentu sesuai bagiannya, terdapat shift malam dan shift pagi pada waktu berkala) 5 hari dalam seminggu 6 hari dalam seminggu
1. PT. PMG 2. PT. SB 3. CV ARI 4. Lainnya (Db, PT. SUI, PT.T dan CV. A) Usia digolongkan menjadi 3 kategori: 1. usia dewasa awal (20-40 tahun) 2. dewasa madya (41-60 tahun) 3. dewasa akhir (61 tahun ke atas) (Papalia & Olds 2009)
82
Lanjutan Lampiran 1 No. 10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Variabel
Pengkategorian/Pengukuran Karakteristik Contoh dan Keluarga Lama pendidikan contoh dan Berdasarkan jenjangnya, lama pendidikan suami (tahun) digolongkan menjadi 4 kategori: 1. 1-6 tahun 2. 7-9 tahun 3. 10-12 tahun 4. 13-16 tahun Pekerjaan suami 1. buruh/kuli 2. pedagang 3. wiraswasta 4. supir 5. karyawan 6. petani 7. PNS 8. koki 9. ojek 10. tukang parkir 11. tidak bekerja Besar keluarga Besar keluarga terdiri atas 3 kategori (BKKBN 1998), yaitu: 1. keluarga kecil ≤ 4 orang 2. keluarga sedang 5-7 orang 3. keluarga besar >7 orang Pendapatan dan Pengukuran pendapatan keluarga per bulan pengeluaran keluarga per dikategorikan berdasarkan Upah Minimum Ratabulan rata Kabupaten Bogor 2011: 1. ≤ Rp 1.172.060,00 2. Rp 1.172.061,00-Rp 2.344.120,00 3. Rp 2.344.121,00-Rp 3.516.180,00 4. >Rp 3.516.180,00 Pendapatan dan Pengukuran pendapatan keluarga per kapita per pengeluaran keluarga per bulan berdasarkan Garis Kemiskinan Kabupaten kapita per bulan Bogor 2010: 1. ≤ Rp 197. 319,00 2. Rp 197.320,00-Rp 394.638,00 3. Rp 394.639,00-Rp 591.957,00 4. > Rp 591.957,00 Rata-rata pengeluaran Diukur dengan statistik deskriptif: Rata-rata, keluarga pangan dan non minimum, maksimum dan standar deviasi pangan Kepemilikan asset Dilihat dari status kepemilikan aset keluarga 1. suami 2. istri 3. bersama (suami dan istri) 4. lainnya (keluarga besar atau anak) Kontribusi ekonomi Dihitung dengan cara membandingkan antara perempuan terhadap pendapatan istri/bulan dan pendapatan total keluarga. keluarga
83 Lanjutan Lampiran 1 No. 18.
Variabel Peran ganda
Pengkategorian/Pengukuran Terdiri dari jumlah peran dan frekuensi peran Pada jumlah peran, untuk jawaban “tidak” diberi skor 0 dan “ya” dengan skor 1 (total pertanyaan 12). Berdasarkan interval kelas, dikategorikan: a. Rendah : 0%– 33,3% b. Sedang : 33,4% – 66,6% c. Tinggi : 66,7% – 100%
19.
Penyeimbangan keluarga dan pekerjaan
Pada frekuensi peran, untuk jawaban “tidak pernah” diberi skor 1, “jarang” dengan skor 2 dan “sering” dengan skor 3 (total pertanyaan 12). Berdasarkan interval kelas, dikategorikan: a. Rendah : 0%– 33,3% b. Sedang : 33,4% – 66,6% c. Tinggi : 66,7% – 100% Terdiri dari persepsi terhadap starategi perempuan bekerja dan tindakan terhadap strategi perempuan bekerja. Skor antara persepsi dan tindakan disatukan yang didasarkan atas 14 pertanyaan. Pada pertanyaan persepsi, untuk jawaban “tidak setuju” diberi skor 1, “setuju” dengan skor 2 dan “sangat setuju” dengan skor 3 (total pertanyaan 5). Pada pertanyaan tindakan, untuk jawaban “tidak pernah” diberi skor 1, “kadang-kadang” dengan skor 2 dan “sering” dengan skor 3 (total pertanyaan 9).
20.
21.
Kesejahteraan objektif
Kesejahteraan subjektif
Berdasarkan interval kelas, dikategorikan: a. Prioritas pekerjaan : 0%– 33,3% b. Seimbang : 33,4% – 66,6% c. Prioritas keluarga : 66,7% – 100% Pengukuran kesejahteraan keluarga objektif dikategorikan berdasarkan Garis Kemiskinan Kabupaten Bogor 2010. Berdasarkan Garis Kemiskinan Kabupaten Bogor 2010, dikategorikan: 1. tidak sejahtera (≤ Rp 197. 319,00) 2. sejahtera (> Rp 197. 319,00) Pengukuran tingkat kesejahteraan secara subjektif didasarkan atas 37 pertanyaan dan setiap pertanyaan diberi skala dan nilai dengan ketentuan jika jawaban “tidak puas” diberi skor 1, “cukup puas” dengan skor 2 dan “sangat puas” dengan skor 3 sehingga total skor 37-111. Berdasarkan perhitungan interval kelas maka dikategorikan: a. Rendah : 0%– 33,3% b. Sedang : 33,4% – 66,6% c. Tinggi : 66,7% – 100%
84
Ket: * Pengelompokan kategori adalah sebagai berikut: 1. Rendah : skor minimum ≤ x ≤ skor minimum + interval kelas 2. Sedang : skor minimum + interval kelas < x ≤ skor minimum + 2 interval kelas 3. Tinggi : x > skor minimum + 2 interval kelas
85
Lampiran 2 Uji Korelasi Pearson Hubungan antar Variabel dengan Kesejahteraan X1 X2 X3 X4 X5 X1 1 X2 -,229 1 X3 ,069 -,386(**) 1 X4 -,052 ,512(**) -,310(*) 1 X5 -,211 -,051 ,269(*) -,074 1 X6 -,144 -,053 ,199 -,113 ,630(**) X7 ,130 ,045 ,008 ,054 -,155 X8 ,173 -,094 ,187 -,051 ,070 X9 ,241 -,100 ,306(*) -,248 -,097 Keterangan : ** berkorelasi signifikan pada 0.01 level (2-tailed) *berkorelasi signifikan pada 0.05 level (2-tailed)
Ket: X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
X6
X7
X8
X9
1 ,015 ,058 -,166
1 ,078 ,267(*)
1 ,046
1
= Lama bekerja istri setiap hari (jam) = Umur istri (tahun) = Lama pendidikan istri (tahun) = Besar keluarga (orang) = Pendapatan total/Kesejahteraan objektif (Rp/bulan) = Kontribusi ekonomi perempuan (Rp/bulan) = Strategi menyeimbangkan antara keluarga dan pekerjaan (skor) = Peran ganda (skor) = Kesejahteraan subjektif (skor)
85
86
87
Lampiran 3 Uji Khai Kuadrat Antara Kontribusi Ekonomi dan Kesejahteraan Objektif Directional Measures
Ordinal by Ordinal
Somers' d
Symmetric
Value -,057
Asymp. Std. Error(a) ,029
Approx. T(b) -1,015
Approx. Sig. ,031
-,458
,065
-1,015
,031
-,030
,030
-1,015
,031
KE Dependent KO Dependent
a Not assuming the null hypothesis. b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Symmetric Measures
Ordinal by Ordinal
Interval by Interval N of Valid Cases
Kendall's tau-b Kendall's tau-c Gamma Spearman Correlation Pearson's R
Value -,118 -,030 -1,000
Asymp. Std. Error(a) ,060 ,030 ,000
Approx. T(b) -1,015 -1,015 -1,015
Approx. Sig. ,031 ,031 ,031
-,118
,060
-,903
,037(c)
-,118
,060
-,903
,037(c)
60
a Not assuming the null hypothesis. b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c Based on normal approximation.
88 88
Lampiran 4 Uji Khai Kuadrat Antara Peran Ganda dan Kesejahteraan Objektif Directional Measures
Ordinal by Ordinal
Somers' d
Symmetric PG Dependent KO Dependent
Value ,044
Asymp. Std. Error(a) ,023
Approx. T(b) 1,006
Approx. Sig. ,315
,305
,060
1,006
,315
,024
,024
1,006
,315
a Not assuming the null hypothesis. b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Symmetric Measures
Ordinal by Ordinal
Interval by Interval N of Valid Cases
Kendall's tau-b Kendall's tau-c Gamma Spearman Correlation Pearson's R
Value ,085 ,020 1,000
Asymp. Std. Error(a) ,044 ,020 ,000
Approx. T(b) 1,006 1,006 1,006
Approx. Sig. ,315 ,315 ,315
,085
,044
,651
,517(c)
,085
,044
,651
,517(c)
60
a Not assuming the null hypothesis. b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c Based on normal approximation.
89
Lampiran 5 Uji Regresi Linear Berganda Antara Karakteristik Keluarga,Kontribusi Ekonomi, dan Peran Ganda Perempuan terhadap Kesejahteraan Objektif Model Summary(b)
Model 1
R ,680(a)
R Square ,463
Adjusted R Square ,390
Std. Error of the Estimate ,780776260
a Predictors: (Constant), pgan, bsr, bal, kek, lmker, pdd, umr b Dependent Variable: pdpt/ko ANOVA(b)
Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 27,300 31,700 60,000
Df 7 52 60
Mean Square 3,900 ,610
F 6,398
Sig. ,000(a)
a Predictors: (Constant), pgan, bsr, bal, kek, lmker, pdd, umr b Dependent Variable: pdpt/ko Coefficients(a) Model 1
(Constant) Lmker Umr Pdd Bsr Kek Bal Pgan
B Tidak terstandarisasi ,034 -,121 ,005 ,172 ,046 ,584 -,155 ,039
a Dependent Variable: pdpt/ko
B Terstandarisasi -,122 ,005 ,172 ,046 ,584 -,155 ,039
Sig. ,746 ,268 ,969 ,140 ,701 ,000 ,140 ,709
90
Lampiran 6 Uji Regresi Linear Berganda Antara Karakteristik Keluarga,Kontribusi Ekonomi, dan Peran Ganda Perempuan terhadap Kesejahteraan Subjektif Model Summary(b)
Model 1
R ,548(a)
R Square ,300
Adjusted R Square ,191
Std. Error of the Estimate ,8996056
a Predictors: (Constant), pgan, bsr, bal, kek, lmker, pdd, umr, pdpt b Dependent Variable: sej ANOVA(b)
Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 17,726 42,274 60,000
Df 8 52 60
Mean Square 2,216 ,809
F 2,738
Sig. ,014(a)
a Predictors: (Constant), pgan, bsr, bal, kek, lmker, pdd, umr, pdpt b Dependent Variable: sej Coefficients(a) Model 1
(Constant) Lmker Umr Pdd Bsr Pdpt Kek Bal Pgan
B Tidak terstandarisasi -,055 ,196 ,181 ,323 -,272 ,053 -,257 ,262 -,055
a Dependent Variable: sej
B Terstandarisasi ,196 ,181 ,323 -,272 ,053 -,257 ,262 -,055
Sig. ,652 ,128 ,222 ,020 ,055 ,741 ,099 ,036 ,654
91
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Latifatul Hayati, dilahirkan di Cirebon pada tanggal 1 September 1989 dan merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Penulis berhasil menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Sadagori 1 Cirebon pada tahun 2001. Setelah menyelesaikan pendidikan sekolah dasar, penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 1 Cirebon dan berhasil menyelesaikannya pada tahun 2004. Pada tahun 2007 penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAN 6 Cirebon. Selama duduk di kelas 2 SMA, penulis aktif menulis di Graha Pena Radar Cirebon sebagai ”wartawan puber” untuk rubrik jendela sekolah. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah atas, penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor. Penulis diterima di Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) pada tahun 2007 dan ditempatkan pada mayor Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia serta memilih minor Manajemen Fungsional, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi staf divisi teater Komunitas Masyarakat Rumput periode 2007-2008, Staf divisi Kerumahtanggaan Korps Sukarela PMI Unit 1 IPB periode 2008-2009, Bendahara divisi IKC’erZ Family periode 2008-2010, Ketua divisi infokom rohis kelas Al-Awwal periode 2008-2011, Staf divisi Syiar Forum Syiar Islam FEMA periode 2008-2009, Bendahara II Forum Syiar Islam FEMA periode 2009-2010. Penulis pernah menjadi peserta rekor MURI rampak suling Gentra Kaheman pada tahun 2007 dan melakukan kegiatan Kuliah Kerja Profesi di Desa Pasir Baru, Kecamatan Cisolok, Sukabumi pada tahun 2010. Selain itu, penulis berkesempatan untuk turut serta dalam pendampingan bersama tim peneliti ”Hibah Kompetensi” : Model Sinergisme Sistem Sekolah dan Lingkungan Keluarga dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan Anak Berwawasan Gender Pada Anak Cerdas Istimewa Bakat Istimewa pada tahun 2011. Penulis juga menjadi peserta beasiswa selama dua tahun berturut-turut dan mendapatkan biaya penelitian dari Yayasan Karya Salemba Empat.