PENGARUH MODAL SOSIAL, RANTAI PASOK DAN KEUNGGULAN KOMPETITIF TERHADAP PENDAPATAN PETANI JAGUNG DI KABUPATEN JENEPONTO
EFFECT OF SOCIAL CAPITAL,SUPPLY CHAIN AND COMPETITIVE ADVANTAGE TO THE CORN FARMERS’ INCOME AT JENEPONTO REGENCY
Ariady Arsal1, Palmarudi Mappigau2 , Rahim Darma3 1
Agribisnis, Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin Makassar 2 Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin 3 Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi ;
Ariady Arsal Program Studi Agribisnis Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 HP : +6281342022540 Email :
[email protected]
Abstrak Modal sosial, rantai pasok dan keunggulan kompetitif diharapkan mampu meningkatkan pendapatan petani jagung di Kabupaten Jeneponto. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh modal sosial,rantai pasok dan keunggulan kompetitif terhadap pendapatan petani jagung di Kabupaten Jeneponto. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Jeneponto. Data dikumpulkan melalui observasi dan wawancara terstruktur dan mendalam yang dipilih melalui probabilitas proporsional ukuran sampling (Probability Proportional to Size Sampling) terhadap 120 petani jagung dengan ukuran proporsional dari persentase jumlah populasi yang tersebar di seluruh desa di Kecamatan Bangkala Barat sebagai sentra produksi jagung terbesar di Kabupaten Jeneponto. Data dianalisis menggunakan analisisStructural Equation Modeling (SEM).Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)modal sosial melalui dimensi kepercayaan, jaringan dan norma memberikan pengaruh positif terhadap pendapatan petani, tetapi pengaruh tersebut masih belum signifikan dan membutuhkan dukungan variabel lain,2) modal sosial berpengaruh positif signifikan terhadap rantai pasok,3) modal sosial berpengaruh positifsignifikan terhadap keunggulan kompetitif; 4) rantai pasok berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan petani. Aliran barang dan aliran uang sebagai muatan faktor utama pembentuk rantai pasok saling berkolerasi positif, memegang peranan penting terhadap peningkatan pendapatan petani,5) keunggulan kompetitif berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan petani,6) rantai pasok sebagai variabel intervening secara positif signifikan menguatkan pengaruh modal sosial terhadap pendapatan petani. Modal sosial yang berkembang dan menjadi pengikat antarpetani perlu didukung rantai pasok yang berfungsi dengan baik,7) keunggulan kompetitif sebagai variabel intervening bersifat positif signifikan menguatkan pengaruh modal sosial terhadap pendapatan petani. Keunggulan kompetitif memiliki peran lebih menguatkan pendapatan petani bila dibandingkan dengan rantai pasok. Keywords:modal sosial, rantai pasok, keunggulan kompetitif,pendapatan petani.
Abstract Sosial capital, supply chain and competitive superiority are expected to increase on the corn farmers’ income at Jeneponto. The research aimed at investigating and analysing the effect of social capital, supply chain, and competitive superiority on the corn farmers’ income. The research was conducted at Jeneponto Regency. Data were collected through an observation and structuredand profound interview. Samples were taken by the proportionalprobability to sampling size technique. Samples were 120 corn farmers with the proporsional size out of all the population spread all over the villages at West Bangkala District as the biggest corn production centre at Jeneponto Regency. The data were analysed using the Structural Equation Modeling (SEM)analysis.The result indicates that : 1) the social capital through the dimensions of the trust, networks and norms gives the positive impact on the corn farmers’ income, however, the effect is still not significant, and needs the support from the other variables, 2) the social capital has the positive and significant effect on the supply chain, 3) the social capital has the positive and significant effect on the competitive superiority, 4)the supplychain has the positive and significant influence on the corn farmers’ income. The flows of goods and money as the primary factor load forming the supply chain, having the positive correlation on each other, having the important role on the improvement on the corn farmers’ income, 5)the competitivesuperiorityhas the positive and significant effect on the corn farmers’ income, 6)the supplychain as the intervening variable positively and significantly strenghtens the social capital influence on the corn farmers’ income. The social capital developing and becoming the binding among the farmers needs to be supported by the supply chain wich functions appropriately, 7)the competitive supeiority as the intervening variable positively and significantly strengthens the social capital on the corn farmers’ income.The competitive superiority has more role to strenghten the corn farmers’ income if it is compared with the supply chain. Keywords : social capital, supply chain, competitive superiority, farmers’ income
PENDAHULUAN Sulawesi Selatan merupakan salah satu sentra produksi jagung nasional menempati urutan keempat setelah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Lampung (BPS, 2013). Total produksi jagung Sulawesi Selatan pada tahun 2012 mencapai 1,515,329 ton dengan produktivitas 46.6 kg/ha. Kondisi ini menempatkan Sulawesi Selatan urutan kedua produsen terbesar di luar Pulau Jawa setelah Lampung. Produksi jagung Sulawesi Selatan tersebar di seluruh kabupaten dan kota dengan sentra produksi di Kabupaten Jeneponto, Bone, Gowa, Bantaeng dan Bulukumba. Produksi jagung tertinggi di Kabupaten Jeneponto yang mencapai luas panen 47.663hektar dan produksi
201.446 ton. Hasil Sensus Pertanian Sulawesi Selatan pada tahun 2013
menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga di Kabupaten Jeneponto menjadi petani(76, 27%) dari total 59.247 Kepala Keluarga (BPS, 2014). Sulawesi Selatan memiliki potensi menjadi penyumbang terbesar produksi jagung diluar Pulau Jawa dengan memperhatikan potensi lahan yang masih bisa dikembangkan untuk budidaya jagung, namun hal itu tidak terjadi. Ironisnya pada waktu-waktu tertentu (Mei Agustus dan September - Desember)
terdapat kekurangan jagung, sehingga mengimpor
jagung terutama dari Surabaya (Jatim) dan Gorontalo (Sulut). Sebaliknya pada saat kelebihan (Januari - April), maka jagung di ekspor ke Surabaya. Fenomena tersebut menggambarkan perlunya penanganan rantai pasok dalam agribisnis jagung di Sulawesi Selatan. Modal sosial merupakan investasi untuk mendapatkan sumber daya baru dalam masyarakat. Modal sosial yang lemah akan meredupkan semangat gotong royong, memperparah kemiskinan, meningkatkan pengangguran, kriminalitas, dan menghalangi setiap upaya meningkatkan kesejahteraan penduduk. Penelitian Lubis (2002), menemukan bahwa pada komunitas yang mampu memanfaatkan potensi modal sosial telah mampu memberikan sumbangan bagi peningkatan kesejahteraan komunitas desa. Kabupaten Jeneponto sebagai sentra produksi jagung Sulawesi Selatan memiliki modal sosial yang baik.
Mujahidindkk (2013), mengungkapkan bahwa modal sosial
masyarakat Jeneponto yang ada kaitannya dengan ketahanan pangan yang teridentifikasi adalah adanya saling bantu dalam bentuk memberi dan meminjamkan bahan pangan dan saling tukar menukar makanan antar tetangga dan kerabat. Juga tingkat kepercayaan yang relatif masih tinggi antar anggota masyarakat dan pemerintah terutama penyuluh pertanian, kepala desa dan tokoh masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut maka tujuan penelitian ini adalah pengaruh modal sosial terhadap pendapatan petani jagung di Kabupaten Jeneponto, pengaruh modal sosial terhadap rantai pasok jagung di Kabupaten Jeneponto, pengaruh modal sosial terhadap keunggulan kompetitif petani jagung di Kabupaten Jeneponto, pengaruh rantai pasok terhadap pendapatan petani jagung di Kabupaten Jeneponto, pengaruh keunggulan kompetitif terhadap pendapatan petani jagung di Kabupaten Jeneponto, pengaruh modal sosial melalui mediasi rantai pasok terhadap pendapatan petani jagung di Kabupaten Jeneponto, pengaruh modal sosial melalui mediasi kunggulan kompetitif terhadap pendapatan petani jagung di Kabupaten Jeneponto dianggap perlu untuk dilakukan.
BAHAN DAN METODE Lokasi dan Desain Penelitian Penelitian ini dilaksanakan Agustus hingga September 2015, di Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan. Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan Kabupaten Jeneponto sebagai sentra produksi jagung terbesar di Sulawesi Selatan. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah petani jagung di Kecamatan Bangkala Barat Kabupaten Jeneponto. Jumlah sampel yang diambil adalahsebanyak 120 petani jagung. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode probabilitas proporsional ukuran sampling (probability proportional to size sampling). Desain Penelitian Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka digunakan dua jenis penelitian yaitu penelitian deskriptif dan penelitian eksplanasi.Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kondisi modal sosial, rantai pasok dan keunggulan
kompetitif
terhadap
pendapatan
petani
jagung
di
Kabupaten
Jeneponto.Sedangkan penelitian eksplanasi merupakan jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan antar variabel melalui suatu pengujian hipotesis. Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancaramenggunakan kuesioner yang berisi daftar pertanyaan yang menyangkut variabel penelitian. Analisa Data Melihat pengaruh modal sosial, rantai pasok dan keunggulan kompetitif terhadap pendapatan petani jagung di Kabupaten Jeneponto dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM). Informasi tersebut diperoleh melalui data primer dan data sekunder.
HASIL PENELITIAN Structural Equation Modelling (SEM) Tabel 1 menunjukkan pengaruh langsung dan tak langsung. Seluruhnya menunjukkan hasil signifikan pada taraf kepercayaan 0.05, kecuali pengaruh langsung modal sosial terhadap pendapatan petani hanya signifikan pada taraf 0.10. Gambar 1 menunjukkan model struktural pengaruh modal sosial, rantai pasok dan keunggulan kompetitif terhadap pendapatan petani jagung. Modal sosial berpengaruh terhadap pendapatan petani jagung di Kabupaten Jeneponto dengan nilai koefisien sebesar 0,078. Modal sosial berpengaruh terhadap rantai pasok jagung di Kabupaten Jeneponto dengan nilai koefisien sebesar 0,414. Modal sosial berpengaruh
terhadap keunggulan
kompetitif petani jagung di Kabupaten Jeneponto dengan nilai koefisien sebesar 0,021. Rantai pasok berpengaruh terhadap pendapatan petani jagung di Kabupaten Jeneponto dengan nilai koefisien sebesar 0,231.Keunggulan kompetitif berpengaruh terhadap pendapatan petani jagung di Kabupaten Jeneponto dengan nilai koefisen sebesar 0,022.Rantai pasok memediasi pengaruh modal sosial terhadap pendapatan petanijagung di Kabupaten Jeneponto dengan nilai koefisen sebesar 0,211. Keunggulan kompetitif memediasi pengaruh modal sosial terhadap pendapatan petanijagung di Kabupaten Jeneponto dengan nilai koefisien sebesar 0,728.
PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan pendapatan petani, modal sosial perlu didukung dari variabel lain seperti rantai pasok dan keunggulan kompetitif. Ketika
melalui
variabel
intervening,
baik
rantai
pasok
maupun
keunggulan
kompetitifmenunjukkan hasil yang positif.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal sosial melalui dimensi kepercayaan, jaringan sosial dan norma memberikan pengaruh positif terhadap pendapatan petani, akan tetapi pengaruh tersebut masih kurang dan membutuhkan dukungan dari variabel lain. Kurangnya pengaruh modal sosial ini disebabkan karena dimensi modal sosial yang dimiliki baru membentuk sikap positif yang mendukung dan belum secara langsung mempengaruhi dimensi pembentuk peningkatan pendapatan petani khususnya peningkatan produksi sebagai dimensi yang menjadi koefisien kontruk tertinggi dari variabel pendapatan petani. Modal sosial melalui kepercayaan, jaringan dan norma telah memberikan pengaruh positif terbentuknya sikap yang mempengaruhi penggunaan tenaga kerja bersama
secara gotong royong dalam mananam jagung dan saat panen serta saling memberikan pinjaman alat pertanian, akan tetapi hal ini tidak cukup untuk meningkatkan produksi hasil jagung. Temuan penelitian yang menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan dari modal sosial terhadap pendapatan, terlihat dari hasil kajian Supriyano dkk (2011), menunjukkan bahwa modal sosial telah memberikan dasar/asas bagi komunitas petani terhadap kemampuan mengendalikan pemanfaatan
modal lingkungan, modal fisik, modal ekonomi, modal
manusia, modal politik dan modal informasi yang ada. Pengukuran variabel rantai pasok melalui variabel observe aliran barang, aliran informasi dan aliran uang. Aliran barang dan aliran uang berkorelasi positif sebesar 0.023. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan aliran barang akan diikuti dengan peningkatan aliran uang. Kondisi ini sesuai dengan rata-rata persepsi responden yang menunjukkan bahwa persepsi tertinggi adalah aliran barang (3.86) dan aliran uang (3.72) dan yang terendah adalah aliran informasi (1.82).Koefisien pengaruh variabel modal sosial terhadap rantai pasok sebesar 0,414 dengan nilai t sebesar 2,155 dengan nilai probabilitas dibawah 0.05. Ini berarti bahwa rantai pasok berpengaruh positif signifikan terhadap rantai pasok sehingga peningkatan modal sosial, akan diikuti dengan peningkatan rantai pasok, dengan asumsi faktor-faktor lain yang mempengaruhi besar kecilnya rantai pasok dianggap konstan.Modal sosial masyarakat Jeneponto, baik kepercayaan, jaringan maupun norma menyebabkan petani bekerjasama untuk menanam tanaman dengan bibit berkualitas sesuai kebutuhan pasar. Hasil analisis deskriptif menunjukkan 89,2 % petani menyatakan telah menanam varietas jagung yang sesuai dengan permintaan. Petani memberikan kepercayaan kepada pedagang untuk melakukan pengukuran timbangan hasil panen dan kadar air jagung yang diproduksi. Jalinan kerjasama yang terjalin, juga menyebabkan pedagang memberikan pinjaman dalam bentuk modal usaha, karena meyakini bahwa petani akan menjual hasil panen ke pedagang dan diperhitungkan dengan pinjaman yang telah diberikan. Meskipun hasil belum sesuai dengan rata-rata produksi nasional, namun untuk rata-rata produksi Kabupaten Jeneponto sudah optimal yakni rata-rata 2-5 ton per hektar, tergantung pada kondisi lahan. Jagung yang dipasarkan sudah sesuai dengan kadar air yang dibutuhkan oleh pasar. Semakin rendah kadar airnya, semakin berkualitas dan tinggi harga jualnya. Hal ini didukung oleh Parrangan (2014), yang menunjukkan bahwa modal sosial berpengaruh positif terhadap rantai pasok dengan besaran pengaruh 0,1225. Variabel modal sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap keunggulan kompetitif. Ini berarti bahwa peningkatan modal sosial, akan diikuti dengan peningkatan keunggulan kompetitif, dengan asumsi faktor-faktor lain yang mempengaruhi besar kecilnya
keunggulan kompetitif dianggap konstan. Hasil analisis konfirmatori menunjukkan bahwa kepemimpinan biaya (0.840) menjadi muatan faktor tertinggi terhadap variabel keunggulan kompetitif diikuti fokus (0.830) dan diferensiasi (0.750).Modal sosial melalui kepercayaan berperan utama dalam menimbulkan sikap terbuka dan berbagi dalam teknis budidaya diantara petani yang mencapai59.2 %. Kerjasama yang terjalin dilakukan dalam bentuk saling bantu melakukan penanaman dan panen serta pinjam meminjam alat pertanian untuk bercocok tanam. Kondisi ini sangat mendukung terjadinya efisiensi biaya dalam budidaya jagung yang dilakukan.Penelitian ini sesuai dengan penelitian Khamimah & Suyati (2014),bahwa jika terdapat peningkatan jejaring dan kepercayaan maka akan meningkatkan keunggulan bersaing berkelanjutan. Timberlake (2005), menjelaskan bahwa pendekatan kolaboratif merupakan sumber keunggulan bersaing perusahaan. Pendekatan ini sering kali disebut sebagai “teori modal sosial”. Modal sosial sebagaimana yang dikemukakan bahwa sebuah konsep yang telah diterima sebagai suatu aset bernilai untuk melindungi dan mengamankan masyarakat, pemberdayaan organisasi, dan pemberdayaan masyarakat. Abili & Faraji(2009), mengatakan bahwa modal sosial memfasilitasi aktivitas berbagai pengetahuan (knowledge sharing), penciptaan nilai (value creation), keunggulan bersaing (competitive advantage), kinerja yang lebih baik, dan pengembangan organisasi Koefisien pengaruh variabel rantai pasok terhadap pendapatan petani sebesar 0,231 dengan nilai t sebesar 2,536 dan probabilitas kurang dari 0.05. Variabel rantai pasok berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan petani. Ini berarti bahwa peningkatan rantai pasok, akan diikuti dengan peningkatan pendapatan petani, dengan asumsi faktor-faktor lain yang mempengaruhi besar kecilnya pendapatan petani dianggap konstan.Aliran barang dan aliran uang sebagai muatan faktor utama pembentuk rantai pasok yang saling berkorelasi positif, memegang peran penting terhadap peningkatan pendapatan petani terutama peningkatan produksi.Produksi jagung sangat dipengaruhi ketersediaan bibit yang baik, pemeliharaan baik dengan pupuk maupun dengan pestisida yang berjalan dengan lancar.Produksi jagung menjadi muatan faktor tertinggi sebagai konstruk pembentuk variabel pendapatan yakni sebesar 0.840.Yanuar &Amini (2013),menyatakan bahwa Perum Bulog telah menerapkan manajemen rantai pasok yang baik agar dapat menyeimbangkan kebutuhan akan
permintaan
dan
persediaan
perusahaan.Hasil menunjukkan
sehingga
meningkatkan
efisiensi
operasional
bahwa 55,8% petani mampu menekan biaya seminimal
mungkin, sehingga biaya produksinya lebih rendah dari petani lain. Biaya produksi yang rendah dilakukan oleh petani dengan penggunaan modal sendiri, penggunaan pestisida yang murah dan efektif serta membeli sarana produksi yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan
untuk menghindari pemborosan.Hasil penelitian ini memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Suseno(2010), bahwa strategi keunggulan kompetitif secara signifikan memberikan pengaruh positif terhadap kinerja bisnis.Falatehan & Wibowo (2008), mengatakan bahwa harga output dalam pengusaha komoditi jagung memegang peranan penting dalam keunggulan kompetitif terhadap peningkatan keuntungan usaha tani. Peranan rantai pasok jagung untuk memperkuat pengaruh modal sosial terhadap pendapatan petani masih memungkinkan untuk ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat dari koefisien pengaruh modal sosial terhadap rantai pasok yang mencapai 0.414 memiliki nilai tertinggi diantara seluruh koefisien pengaruh secara langsung baik pengaruh langsung modal sosial terhadap pendapatan maupun pengaruh modal sosial terhadap keunggulan kompetitif akan tetapi ketika menjadi variabel intervening modal sosial terhadap pendapatan,nilai koefiesien pengaruhnya lebih rendah apabila dibandingkan melalui keunggulan kompetitif. Putnam (2010), tentang 2 (dua) jenis modal sosial “bonding” (ikatan) dan bridging (menjembatani), proses bridging (menjembatani) antara petani dengan pedagang masih perlu ditingkatkan. Sehingga modal sosial yang telah terwujud baik kepercayaan, jaringan maupun norma dapat menjembatani hubungan yang lebih baik lagi dengan pedagang. Perbaikan utama dalam proses bridging ini adalah dalam aliran informasi antara petani dengan pedagang yang masih sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya muatan faktor aliran informasi (0.52) dibanding aliran barang (0.65) dan aliran uang (0.64).Hasil analisis deskriptif dari jawaban responden juga menunjukkan aliran informasi belum berjalan secara maksimal dari petani ke pedagang atau sebaliknya dari pedagang ke petani.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah modal sosial melalui dimensi kepercayaan, jaringan dan norma memberikan pengaruh positif terhadap pendapatan petani, akan tetapi pengaruh tersebut masih kurang dan membutuhkan dukungan dari variabel lain. Dimensi modal sosial yang dimiliki petani baru membentuk sikap positif yang mendukung dan belum secara langsung mempengaruhi dimensi pembentuk peningkatan pendapatan petani khususnya peningkatan produksi.Modal sosial berpengaruh positif signifikan terhadap rantai pasok, sehingga peningkatan modal sosial akan diikuti peningkatan rantai pasok. Modal sosial masyarakat Jeneponto, baik kepercayaan, jaringan maupun norma menyebabkan petani bekerjasama untuk menanam jagung dengan bibit berkualitas sesuai kebutuhan pasar. Modal sosial berpengaruh positif signifikan terhadap keunggulan kompetitif. Kerjasama yang terjalin
diantara petani dilakukan dalam bentuk saling bantu melakukan penanaman dan panen serta pinjam meminjam alat pertanian. Rantai pasok berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan petani.Aliran barang dan aliran uang sebagai muatan faktor utama pembentuk rantai pasok yang saling berkorelasi positif, memegang peran penting terhadap peningkatan pendapatan petani terutama peningkatan produksi.Keunggulan kompetitif berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan petani. Kepemimpinan biaya dalam bentuk efisiensi biaya memiliki peran terbesar dalam peningkatan pendapatan petani.Rantai Pasok sebagai variabel intervening secara positif signifikan menguatkan pengaruh modal sosial terhadap pendapatan petani jagung di Kabupaten Jeneponto. Modal sosial yang berkembang dan menjadi pengikat antara petani perlu didukung rantai pasok yang berfungsi dengan baik. Keunggulan kompetitif sebagai variabel intervening bersifat positif menguatkan pengaruh modal sosial terhadap pendapatan petani jagung di Kabupaten Jeneponto. Keunggulan kompetitif memiliki peran lebih menguatkan pendapatan petani bila dibandingkan dengan rantai pasok. Modal sosial akan berpengaruh lebih besar apabila
ada sinergi yang optimal dengan keunggulan
kompetitif.Berdasarkan kesimpulan disarankan: (a) modal sosial petani perlu diperkuat melalui pembentukan forum koordinasi dan kerjasama antara petani, pedagang dan pemerintah melalui pendamping dan penyuluh pertanian, berjalannya forum ini diharapkan memperkuat peran modal sosial dalam meningkatkan pendapatan petani; (b)pengaruh modal sosial terhadap rantai pasok masih memungkinkan untuk ditingkatkan terutama pada lancarnya aliran informasi baik dari petani ke pedagang ataupun sebaliknya dari pedagang ke petani; (c) keunggulan kompetitif perlu dipertahankan dan terus ditingkatkan untuk mendukung peningkatan pendapatan petani,salah satu yang perlu dilakukan adalah menjaga agar efisiensi biaya yang telah berjalan dapat dipertahankan seperti efisiensi penggunaan tenaga kerja pada saat tanam dan panen dengan budaya gotong royong, serta penggunaan alat pertanian dengan sistem pinjam meminjam; (d) perlu penelitian lanjutan dengan mengkaji hubungan antara rantai pasok dan efisiensi biaya dalam mendukung peningkatan pendapatan petani.
DAFTAR PUSTAKA Abili K. & Faraji H. (2009). A Comparative Study Organizational Social Capital in Faculties of Humanities, Social and Behavioral Science. University of Tehran, Iran. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan. (2013). Sulsel Dalam Angka. Makassar. Badan Pusat Statistik Kabupaten Jeneponto. (2014). Jeneponto Dalam Angka. Jeneponto. Falatehan & Wibowo. (2008). Analisis Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Pengusaha Komoditi Jagung di Kabupaten Bogor, Studi Kasus : Desa Panunggalan, Kecamatan
Pulokulon,Kabupaten Grobokan, Jawa Timur. Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian, Volume 2, IPB Bogor. Khamimah & Suyati S. (2014). Membangun Keunggulan Bersaing Berkelanjutan Melalui Kapabilitas Modal Sosial dan Kinerja Pemasaran Pada Pengrajin Wingko Babat di Kota Semarang. Serat Acitya-Jurnal Ilmiah Untag Semarang. Lubis. (2002). Resistensi dan Model Transmisi Modal Sosial dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Milik Bersama: Kajian Antropologis Terhadap Pengelolaan Lubuk Larangan di Sumatera Utara. Proyek RUKK-1.Menristek Draft Laporan Penelitian. Mujahidin I., Bulkis S., Najda., Rahmawaty A., & Rahmadanih. (2013). Pengembangan Ketahanan Pangan pada Rumah Tangga Miskin Melalui Penguatan Kelembagaan dan Modal Sosial di Kab.Jeneponto.(http:repository.unhas.ac.id/handle/123456789/11482) Parrangan K. (2014). Pengaruh Modal Sosial dan Strategi Kemitraan terhadap Kinerja Rantai Pasok Hortikultura Sayuran (Kasus Timika Kabupaten Mimika-Papua, Unhas, Makassar. Putnam R. D. (2010).Bowling Alone: The Collapse and Revival of American Community.. Amerika Serikat. Supriyanto., Herianto A.S., Wastutiningsih S.P.,& Untari D.W. (2011). Modal Sosial Komunitas Petani Lahan Pasir Pantai Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian di Yogyakarta, Tanggal 8 Desember 2011, ISBN 979-97149-3- 0, halaman 604-609. Suseno D.Y. (2010). Pengaruh Strategi Keunggulan Bersaing, Sumber Daya Perusahaan dan Implementasi Strategi Jenerik Terhadap Kinerja Usaha dengan Lingkungan Operasi Sebagai Variabel Moderating. Jurnal Aplikasi Manajemen. Vol.8. No.2. Universitas Brawijaya. Malang. Timberlake S. (2005). Social Capital and Gender in Workplace. Journal of Management Development Vol. 24 No.1.
Lampiran Tabel 1. Hasil Analisis Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Struktur Hubungan Koef. t. hit. t. tab P Value
Ket.
Direct Effect X1 terhadap Y3
0.078
1.977
1.96
0.056
X1 terhadap Y1
0.414
2.155
1.96
0.001
Non Sig. Sig.
X1 terhadap Y2
0.021
2.011
1.96
0.000
Sig.
Y1 terhadap Y3
0.231
2.536
1.96
0.001
Sig.
Y2 terhadap Y3
0.022
2.121
1.96
0.001
Sig.
Indirect Effect X1 terhadap Y3 melalui Y1
0.211
0.001
Sig.
X1 terhadap Y3 melalui Y2
0.728
0.001
Sig.
Gambar 1. Model Struktural Pengaruh Modal Sosial, Rantai Pasok Keunggulan Kompetitif terhadap Pendapatan Petani 0,230
Y1.1. 1
Y1.2 1
0,650
Y1.3 1 0,640
0,520
Rantai Pasok
0,414 X1.1
X2.1
0,618 0,619
0,231 0,750
0,078
Y3.1
Pendapatan
Modal Sosial
0,840
Y3.2
0,617 X3.1
0,021
0,022 Keunggulan Kompetitif
0,830
0,840 0,750
Y2.1. 1
Y2.2 1
Y2.3 1
0,650 Y3.3