PENGARUH MODAL MANUSIA DAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP ADOPSI KOMPONEN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADA PETANI JAGUNG DI KABUPATEN BANTAENG
HUMAN CAPITAL AND EFFECT OF ADOPTION OF ENTREPRENEURSHIP MANAGEMENT INTEGRATED PLANT TECHNOLOGY COMPONENTS (PTT) CORN FARMERS IN THE DISTRICT BANTAENG
Sri Sasmita Dahlan1, Palmarudi Mappigau2, Siti khaerani3
1
Program Studi Agribisnis, Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin,Makassar 2 Staff Pengajar Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar 3 Staff Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin, Makassar
Alamat Korespondensi: Sri Sasmita Dahlan, SP Program Studi Agribisnis Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 HP: 085396557655 Emai :
[email protected]
Abstrak Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) jagung merupakan salah satu upaya peningkatan produktivitas jagung dan telah disebarluaskan ke petani melalui media komunikasi, penyuluhan maupun melalui demplot. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh modal manusia dan kewirausahaan terhadap adopsi komponen teknologi pengelolaan tanaman terpadu jagung di kabupaten Bantaeng. Metode yang digunakan bersifat deskriptif dan ekplanatif, yang dilakukan melalui survey di lapangan. Responden penelitian sebanyak 83 orang petani jagung yang dipilih secara acak. Data dikumpulkan dengan metode wawancara yang dikuantitatifkan dengan menggunakan skala likert yang kemudian dianalisis dengan menggunakan path analisis untuk pengujian hipotesis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel modal manusia dan kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap adopsi komponen teknologi jagung. Koefisien determinasi dari model adalah 0,708 yang berarti bahwa model tersebut mampu menjelaskan variasi variabel adopsi komponen teknologi PTT jagung sebesar 70,8 %, sedangkan 29,2% sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Pengaruh tidak lansung modal manusia terhadap adopsi komponen teknologi PTT melalui kewirausahaan lebih besar dibanding pengaruh langsungnya yakni modal manusia melalui kewirausahaan. Hal ini menggambarkan bahwa peningkatan peran human kapital petani terhadap tingkat adopsi teknologi PTT jagung akan optimal bilamana disertai dengan peningkatan kualitas kewirausahaan. Kata kunci : modal manusia, kewirausahaan, adopsi komponen teknologi PTT jagung.
Abstract Integrated Crop Management ( ICM ) maize is one of the efforts to increase the productivity of maize and has been disseminated to farmers through the medium of communication, counseling or through demonstration plots. This study aims to analyze the effect of human capital and entrepreneurship to the adoption of integrated crop management technology components of maize in the district Bantaeng. The method used is descriptive and ekplanatif, conducted through field survey . The respondents were 83 corn farmers randomly selected. Data were collected by interview method using a Likert scale to quantitative are then analyzed using path analysis to test the hypothesis. The results of this study indicate that human capital and entrepreneurship variables significantly influence the adoption of maize technology components. The coefficient of determination of the model is 0.708, which means that the model is able to explain the variation in the variable component of PTT technology adoption maize by 70.8 %, while 29.2 % is explained by other variables outside the model . Human capital indirectly influence the adoption of PTT technology through entrepreneurial component is greater than the direct influence of human capital through entrepreneurship . This illustrates that increasing the role of human capital on the level of technology adoption of farmers corn PTT would be optimal if accompanied by an increase in the quality of entrepreneurship. Keywords : human capital , entrepreneurship , adoption of PTT technology components of corn .
PENDAHULUAN Propinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu sentra pengembangan jagung di Kawasan Timur Indonesia. Produksi jagung di Sulawesi Selatan tahun 2012 sebanyak 1.457.878 ton dengan luas areal tanam 336.187 ha, yang tersebar di wilayah Kabupaten Jeneponto, Gowa, Bantaeng, Bulukumba, dan kabupaten Bone (Dinas TPH SulSel, 2012). Produksi jagung di Kabupaten Bantaeng terus mengalami kenaikan mulai tahun 2008 sampai tahun 2012 secara berturut-turut:
152.495 ton (2008); 144.381 ton (2009); 144.035 ton
(2010); 172.120 ton (2011) dan 176.692 ton (2012), akan tetapi kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa produktivitas jagung di Kabupaten Bantaeng masih rendah yakni berkisar antara 4-5 ton per ha. Sementara, Inovasi jagung yang dihasilkan melalui penelitian dan
pengkajian
dalam
upaya
peningkatan
produktivitas
sudah
banyak
yang
direkomendasikan, dan salah satunya adalah dengan penerapan pendekatan pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) jagung. Paket teknologi PTT telah disebarluaskan ke petani jagung baik melalui media komunikasi, penyuluhan maupun melalui demplot. hasil yang diperoleh petani dengan penerapan paket rekomendasi teknologi dapat mencapai hasil 5 – 6 t/ha (Wahid et al, 2001). Hasil penelitian Balai Penelitian Serealia yang memadukan varietas unggul bermutu baik dari jagung bersari bebas ataupun hibrida dengan teknologi inovatif yang lebih berdaya saing dengan pendekatan PTT dapat mencapai produktivitas jagung sebesar 7 – 9 t/ha (Saenong dkk., 2002). Adanya kesenjangan produktivitas jagung di tingkat petani dan penelitian tersebut, memberikan indikasi masih rendahnya adopsi inovasi PTT di tingkat petani. Modal manusia (human capital) merupakan salah satu faktor penentu pengambilan keputusan dalam adopsi inovasi jagung dan bertindak sebagai sumberdaya yang diciptakan dengan perubahan dalam keterampilan dan kemampuan dari petani yang menjadikannya mampu bertindak dalam cara yang baru. Modal manusia berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengalaman,motivasi, sikap dan intensitas penyuluhan (Schuller, 2001). Beberapa tahun belakangan ini, kewirausahaan telah menjadi isu penting dalam bidang pertanian. Menurut pandangan ini, petani membutuhkan keterampilan kewirausahaan (kepercayaan diri, berani mengambil resiko, orientasi prestasi, inovatif dan kemampuan mengambil keputusan) dalam merespon perkembangan teknologi yang demikian cepat (de Wolf dkk., 2007). Menurut Onyebinama (2010) ketidakmampuan petani untuk memperoleh manfaat dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dikarenakan kurangnya kapasitas kewirausahaan untuk menangani tantangan berkaitan dengan teknologi baru. Meskipun kewirausahaan dianggap berperan penting dalam adopsi inovasi pertanian, namun belum ada
kejadian empirik yang melaporkan tentang apakah petani memiliki keterampilan kewirausahaan tertentu dan bagaimana pengaruhnya terhadap adopsi inovasi pertanian (de Wolf dkk., 2007). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh modal manusia dan kewirausahaan terhadap adopsi komponen teknologi PTT jagung di Kabupaten Bantaeng.
BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November 2013 di Kabupaten Bantaeng. Sesuai dengan konteks perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka pendekatan penelitian yang digunakan adalah dua jenis penelitian yaitu penelitian deskriptif dan penelitian ekplanatif, yang dilakukan melalui survey di lapangan. Dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan secara statistik tentang tingkat adopsi komponen teknologi PTT, kualitas modal manusia, dan kualitas kewirausahaan pada petani jagung di kabupaten Bantaeng. Penelitian eksplanatif yaitu jenis penelitian yang berusaha menjelaskan suatu generalisasi sampel terhadap populasinya atau menjelaskan pengaruh dari satu terhadap variabel yang lain. Oleh karena itu, penelitian eksplanasi menggunakan sampel dan hipotesis penelitian sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan dan menyempurnakan teori, disamping itu penelitian eksplanasi juga memiliki kredibilitas untuk mengukur, menguji pengaruh suatu terhadap lain dengan menggunakan analisis statistik inferensial (induktif) (cook dkk., 1979). Dalam penelitian ini adalah menjelaskan pengaruh antara modal manusia dan kewirausahaan terhadap adopsi paket teknogi PTT pada petani jagung di Kabupaten Bantaeng. Sampel pada penelitian ini adalah petani jagung peserta kegiatan SL-PTT di kecamatan Gantarangkeke dan kecamatan Eremerasa Kabupaten Bantaeng, yang berjumlah sebanyak 83 orang. Metode Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan petani jagung yang dipilih sebagai sampel dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disediakan. Data yang dikumpulkan berdasarkan metode triangulasi (wawancara, kuesioner,dan observasi), sehingga memungkinkan untuk melaksanakan semua daftar pertanyaan dalam kuesioner lengkap dan tersedia data/ informasi yang diperoleh dari kuesioner. Selain itu, dapat mengumpulkan informasi yang lebih valid dan mempertajam analisis secara keseluruhan. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber atau instansi pemerintah daerah dan melaporkan hasil beberapa penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu (1) analisis statistik deskriptif, dan (2) analisis kuantitatif. Analisis deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna (Hosmer dkk., 2000). Analisis statistik deskriptif untuk tingkat adopsi, kualitas modal manusia, dan kualitas kewirausahaan diukur dengan menggunakan bantuan
suatu indeks (Balasaravanan dalam Palmurudi, 2012). Analis kuantitatif yaitu
dengan menggunakan path analisis atau analisis jalur untuk melihat pengaruh langsung dan tidak langsung antara modal manusia, kualitas kewirausahaan terhadap adopsi komponen teknologi komponen PTT jagung (variabel dependen). Dalam mengukur variabel penelitian ini digunakan dua jenis skala pengukuran yaitu skala ordinal dan interval. alat uji yang digunakan adalah model jalur yang memerlukan data minimal Interval, maka pengukuran penelitian ordinal diubah menjadi data interval melalui metode interval berturut (Al Rashid, 1993). Pengujian instrumen penelitian dilakukan untuk melihat apakah data dari hasil kuisioner penelitian dapat mewakili variabel yang diteliti. Pengujian asumsi model analisis jalur dilakukan agar model analisis statistik dengan menggunakan analisis jalur dalam penelitian ini memenuhi syarat untuk pengujian hipotesis penelitian. Dimana model analisis jalur hanya sesuai untuk data yang memenuhi beberapa asumsi yang berlaku. Dalam penelitian ini digunakan dua pengujian asumsi yaitu uji asumsi klasik dan uji goodness of fit model. Analisis Jalur (Path Analysis) yang bertujuan untuk menguji hubungan yang kompleks secara simultan antara beberapa variabel eksogen dengan beberapa variabel endogen dan hubungan langsung serta tidak langsung antara variabel eksogen dan endogen. Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan analisis jalur menggunakan program SPSS 18.00
HASIL Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Uji validitas dilakukan terhadap masing-masing item pernyataan dalam kuesioner. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi product moment antara skor item dengan skor total (skor instrumen). Jika suatu item memiliki korelasi item-total signifikan (ryx > r
tabel)
maka item pernyataan tersebut valid, dengan jumlah responden 83
orang dan pada tingkat signifikansi 5% dari tabel r diperoleh nilai rtabel = 0,21. Hasil dari olah data menunjukkan bahwa keseluruhan item pertanyaan pada variabel modal manusia dinyatakan valid dengan nilai alpa-cronbach 0,786, keseluruhan item
pertanyaan pada variabel kewirausahaan dinyatakan valid dengan nilai alpa-cronbach 0,842, keseluruhan item pertanyaan pada variabel adopsi dinyatakan valid dengan nilai alpacronbach 0,715. Uji Asumsi Analisis Jalur Pada penelitian ini dilakukan beberapa uji asumsi klasik terhadap model yang meliputi uji normalitas, uji Multikolinieritas, uji hetersokedastisitas, dan uji autokorelasi. Berdasarkan hasil pengolahan data maka didapatkan hasil bahwa semua data berdistribusi secara normal. Hal ini dapat dibuktikan dengan memperhatikan sebaran data yang menyebar disekitar garis diagonal pada “ Normal P-Plot of Regression Standardized Residual”. Uji Multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independent. Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent. Variabel modal manusia mempunyai nilai VIF sebesar 2.823 dan tolerance sebesar 0.354. Nilai VIF variabel kewirausahaan sebesar 2.82. Dari ketentuan yang ada bahwa jika nilai VIF <10 dan tolerance > 0,10 maka tidak terjadi gejala multikolinieritas dan nilai-nilai yang didapat dari perhitungan adalah sesuai dengan ketepatan nilai VIF dan tolerance, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model path tersebut tidak menunjukkan adanya gejala multikolinieritas. Uji hetersokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Perhitungan menghasilkan gambar metode grafik dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada scatterplot dari variabel terikat, dimana hasil analisis menunjukkan tidak terdapat pola tertentu maka tidak terjadi homokedastisitas. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (periode sebelumnya). Berdasarkan hasil uji Durbin –Watson menunjukkan nilai DW sebesar 2,159 nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai tabel menggunakan derajat kepercayaan 5 % jumlah sampel 83 petani dan jumlah variabel bebas 2 (k=2). Dari tabel Durbin –Watson didapatkan nilai dl=1,586 dan du =1,688, setelah dilakukan mapping, nilai DW 2,159 terletak antara batas atas (du) dan (4-du), maka dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi positif atau negatif atau dapat dikatakan tidak terdapat autokorelasi pada model regresi tersebut. Uji Goodnes Of Fit Model Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit-nya. Uji model fit dilakukan dengan menggunakan koefisien determinasi dan
uji F. Koefisien determinasi (R2) dari model adalah 0,708. yang berarti bahwa kemampuan model untuk menjelaskan variasi dalam adopsi inovasi teknologi sebesar 70,8 % sedangkan sisanya 29,2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dilibatkan dalam model tersebut, antara lain adalah variabel sifat inovasi teknologi misalnya keuntungan relative, Kompatibilitas, Kompleksitas, Triabilitas dan observabilitas (Rogers, 1995). Selanjutnya, hasil uji F adalah 100,26 < 5% , yang berarti bahwa variabel penyebab modal manusia (X1) dan kewirausahaan (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel akibat (X3), yang berarti bahwa model dapat digunakan untuk memprediksi variabel akibat Y sehingga model feasible dan dapat digunakan untuk analisis lebih lanjut. Analisis Jalur (Path Analysis) Pengujian hipotesis untuk mengetahui pengaruh variabel independen modal manusia (X1) dan kewirausahaan (X2) terhadap variabel dependen adopsi teknologi PTT jagung. Secara parsial maka digunakan Uji t. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 1. Berdasarkan tabel semua koefisien path dari pengaruh modal manusia (human capital) terhadap adopsi teknologi PTT jagung signifikan baik secara simultan maupun secara individu. Model hubungan kausal antara X1, X2 dan X3 yang telah diuji/distandirasasi diagram jalurnya dapat dilihat pada gambar 1, tampak bahwa koefisien path dari kedua variabel penyebab X1, dan X2 memiliki nilai koefisien path yang positif dan mengarah secara langsung dan tidak langsung ke variabel akibat X3. Analisis pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan pengaruh total antar variabel dalam model digunakan untuk setiap konstruk
variabel.
Pengaruh
langsung
membandingkan adalah
koefisien
besarnya pengaruh dari
semua
garis
koefisien dengan anak panah satu ujung, sedangkan pengaruh tidak langsung adalah efek yang muncul melalui sebuah varibel antara (intervening variabel), sedangkan pengaruh total adalah pengaruh dari berbagai hubungan. Hasil uji besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung dari
variabel
yang
diteliti
dapat
dilihat
pada
tabel
2.
Pada
tabel
nampak bahwa pengaruh langsung modal manusia ke variabel kewirausahaan (X1 ke X2) lebih besar dibanding modal manusia dan kewirausahaan terhadap adopsi ( X1 dan X2 ke X3) serta pengaruh tidak langsung modal manusia melalui kewirausahaan lebih besar dari pengaruh langsungnya modal manusia ke adopsi (0,401> 0,153).
PEMBAHASAN Pengaruh
human
capital
(X1)
terhadap
kewirausahaan
(X2)
(Hypotheses 1), menunjukkan bahwa nilai t hitung untuk pengaruh human kapital terhadap
kewirausaah lebih besar dari nilai t Tabel (12,151 > 2,00) dan nilai probabilitasnya atau p lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), Hasil temuan ini menjelaskan bahwa human kapital memiliki kontribusi penting terhadap kewirausahaan sebesar 80,4 %. Hal ini disebabkan karena pengalaman berusahatani dan interaksi sesama petani yang cukup baik sehingga memberikan pengaruh terhadap kewirausahaan petani yakni petani memiliki karakteristik motivasi yang tinggi untuk berprestasi (need of achievement), dan inovatif. Sesuai dengan teori kewirausahaan memberikan sejumlah argumen tentang bagaimana modal manusia harus meningkatkan keberhasilan kewirausahaan antara lain: pertama, modal manusia dapat meningkatkan kemampuan melakukan tugas-tugas kewirausahaan untuk menemukan dan mengeksploitasi peluang bisnis Shane dkk (2000). Kedua, modal manusia berkaitan dengan perencanaan dan strategi usaha yang pada akhirnya berdampak positif terhadap keberhasilan (Baum dkk., 2001; Frese dkk., 2007). Ketiga, pengetahuan sangat membantu untuk memperoleh sumber informasi (Brush dkk.,2001). Petani yang memiliki modal manusia yang tinggi lebih efektif dan efisien dalam menjalankan usahataninya dari pada petani yang memiliki kualitas modal manusia yang rendah. Pengaruh human kapital (X1) terhadap adopsi (X3) (Hypotheses 2), menunjukkan bahwa nilai t hitung untuk pengaruh human kapital terhadap adospsi inovasi PTT lebih besar dari nilai t Tabel (3,894 > 2,00) dan nilai probabilitasnya atau p lebih kecil dari 0,05 (0,000< 0,05),
Hasil
temuan
ini
menjelaskan
bahwa human
capital memiliki
kontribusi
penting dalam mempengaruhi petani untuk mengadopsi teknologi PTT jagung, dengan kontribusi pengaruh langsung sebesar 15,3%. Hal ini menggambarkan bahwa lamanya pengalaman petani berusahatani jagung memiliki kemampuan penguasaan dalam memperoleh teknologi yang sesuai dengan usahatani tani
jagungnya.
Temuan
ini
didukung
oleh hasil
penelitian
sebelumnya
yang
dilakukan oleh Mizar dkk (2008), yang menemukan bahwa faktor yang paling dominan dalam memberikan kontribusi terhadap kecepatan adopsi teknologi adalah faktor pengalaman berusaha. Pengaruh kewirausahaan (X2) terhadap adopsi komponen teknologi PTT jagung (X3) (Hypotheses 3), menunjukkan bahwa nilai t hitung untuk pengaruh kewirausahaan terhadap adospsi inovasi PTT lebih besar dari nilai t Tabel (4,974 > 2,00) dan nilai probabilitasnya atau p lebih kecil dari 0,05 (0,000< 0,05). Hasil
temuan
ini
menjelaskan
bahwa kewirausahaan
memiliki
kontribusi
penting dalam mempengaruhi petani untuk mengadopsi teknologi PTT jagung, dengan kontribusi pengaruh langsung sebesar 24,90 %. Hal ini juga ditegaskan oleh Priyanto,dkk
(2005) mengatakan bahwa seseorang yang memiliki kewirausahaan tinggi akan menyebabkan dia sukses dalam usahanya. Baum et al. (2001), Lee dkk (2001) berpendapat bahwa elemen kewirausahaan seperti motif berprestasi, kepercayaan diri, berani mengambil resiko dan inovatif berpengaruh secara positif terhadap pertumbuhan usaha. Sikap wirausaha petani dengan perilaku yang ditimbulkannya akan memberikan dampak pada pencapaian tujuan dan kemampuan untuk menghasilkan laba (Ropke, 1995 ). Pengaruh human kapital (X1) terhadap adopsi (X3) melalui kewirausahaan(X2) (Hypotheses 4), menunjukkan bahwa nilai t hitung baik untuk pengaruh human kapital terhadap kewirausahaan serta pengaruh terhadap adopsi inovasi PTT lebih besar dari nilai t tabel
yang
ditandai dengan
koefisien
jalur
yang
positif. Dengan
demikian, ada
pengaruh tidak langsung dari human kapital terhadap adopsi teknologi PTT yakni melalui pengaruhnya
terhadap
kewirausahaan.
Besarnya
pengaruh
tidak
langsung human
capital terhadap adopsi teknologi PTT jagung adalah 40,10 (p<0.01)., yang lebih besar daripada besarnya pengaruh langsung human kapital terhadap adopsi teknologi PTT jagung sebesar 15,3%. Temuan ini menggambarkan bahwa, peningkatan peran human kapital petani terhadap tingkat adopsi teknologi PTT jagung akan optimal bilamana disertai dengan peningkatan kualitas kewirausahaannya. Temuan ini didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang yang menemukan bahwa petani yang memiliki pengalaman sebelumnya dalam bertani jagung, aktif dalam kegiatan penyuluhan lebih mudah memahami dan berani mengambil resiko untuk mengadopsi teknologi secara cepat (Vanclay, 2012). KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, disimpulkan bahwa modal manusia berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap kewirausahaan sebesar 64,6 %, modal manusia berpengaruh positif terhadap adopsi komponen teknologi PTT jagung sebesar 15,3 %, Kewirausahaan berpengaruh positif terhadap adopsi komponen teknologi PTT jagung sebesar 24,9 %, dan Modal Manusia berpengaruh positif terhadap adopsi komponen teknologi PTT jagung melalui kewirausahaan sebesar 40,1 %. Disarankan Bagi pihak pemerintah perlu melakukan kebijakan pelatihan tidak hanya bersifat teknis tetapi juga bersifat manajerial seperti pelatihan kewirausahaan untuk meningkatkan kualitas kewirausahaan petani. pada penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan variabel sifat inovasi teknologi, Kekurangan penelitian ini juga belum menjelaskan seberapa besar pengaruh masing-masing indikator variabel modal manusia dan
kewirausahaan serta tidak mampu menjelaskan kemampuan mempertahankan adopsi komponen teknologi PTT jagung sehingga masih perlu penelitian yang lebih mendalam.
DAFTAR PUSTAKA Al-Rasyid, H. (1993). The Technique of the Sampling and the Preparation of the Scale. Post Garaduate Program, University of Padjadjaran Bandung. Baum, R., Locke, E. A., & Smith, K. G. (2001). A multidimensional model of venture growth. Academy of Management Journal, 44(2), 292-303. Cook, T. D., & Campbell, D. T. (1979). Quasi-experimentation: Design and analysis issues for field settings. Boston, MA: Houghton Mifflin Company. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. Sulawesi Selatan. (2012). Potensi Tanaman Pangan Sulawesi Selatan. Diperta Prov. Sulawesi Selatan. Hirsch, RD. and Michael P. Peters. (1992). Entrepreneurship, Starting, Developing, and Managing a New Enterprise 2nd edition, USA: Irwin. Hosmer, David W.; Lemeshow, Stanley. (2000). Applied Logistic Regression. New York: Lee, D.Y., and Tsang, E.W.K. 2001. “The Effects of Entrepreneurial Personality Background and Network Activities on Venture Growth”, Journal of Management Studies, Vol. 38 (4). pp. 583-602. Meredith, G. (2000). Kewirausahaan Teori dan Praktek . Jakarta: Pustaka BinamanPressindo. Mizar, A dan Mawardi, M Maksum, M dan Rahardjo B. (2008). Tipologi dan Karakteristik Adopsi Teknologi pada Industri Kecil Pengolah Hasil Pertanian. Prosiding Seminar Nasional Teknik Pertanian 2008 – Yogyakarta, 18-19 November. Onyebinama and Onyebinama. (2010). U.A.U. Onyebinama, I.C. Onyebinama Extension education and entrepreneurship development in Nigerian agriculture Agricultural Journal, 5 (2) (2010), pp. 63–69 Palmarudi, M. (2012). Entrepreneurial Intention and Small Business Growth : An Empirical Study of Small Food Processing Enterprises in South Sulawesi, Indonesia. International Journal of Business and Social Research (IJBSR), Volume -2, No.-4, August 2012 Priyanto, Sony Heru dan Iman Sandjojo. (2005). Relationship between entrepreneurial learning, entrepreneurial competencies and venture success: empirical study on SMEs. Int. J. Entrepreneurship and Innovation Management, Vol. 5, Nos. 5/6, 2005 Ropke, John. (1995). Kewirausahaan Koperasi. Jatinagor : UPT Penerbitan I KOPIN Rogers, Everett M. 1995. Difusion of Innovations (four Editions) the Free Press. New York. Saenong S., dan Subandi. 2002. Konsep PTT pada Tanaman Jagung. Makalah disam-paikan pada Pembinaan Teknis dan Manajemen PTT Palawija di Balitkabi. Malang 21 – 22 Desember 2002.
Schuller,T. (2001). The Complementary Rules of Human and Social Capital. Canatiran Journal of Policy Research,Vol.22, No. l, (March 2001). Shane, S.A. & Venkataraman, S. (2000). The promise of entrepreneurship as a field of research. Academy of Management Review, 25, 217-226 Vanclay, F. (2012). “The potential application of Social Impact Assessment in integrated coastal zone management”, Ocean & Coastal Management 68, 149-156. j.ocecoaman.2012.05.016 Wahid. A. S., Zainuddin, dan Sania Saenong. (2002) Analisis Usahatani Pemupukan NPK Pelangi pada Tanaman Jagung di Kab. Gowa. Sulawesi Selatan pada MK. I. 2002. Studi Kasus Desa Pa’bundukang, Kab. Gowa. Sulsel. Kerja sama BPTP Sulsel dengan PT. Panen Mas Agromandiri dan PT. Pupuk Kaltim.
Wolf, d., P., G. McElwee and H. Schoorlemmer. (2007). The european farm entrepreneur: A comparative perspective. International Journal of Entrepreneurship and Small Business,4(6) pp. 679-692.
LAMPIRAN Tabel 1. Hasil perhitungan Hubungan dan Pengaruh Variabel Modal Manusia dan Kewirausahaan terhadap Adopsi Komponen Teknologi PTT Jagung Struktur Parameter X1 terhadap X2 X1 terhadap X3 X2 terhadap X3
Tabel 2.
Koefisien Path 0,804 0,391 0,499
Pengaruh Langsung 0,646 0,153 0,249
t hitung
t Tabel
12,151* 3,894* 4,974*
2,00 2,00 2,00
Pengaruh Langsung, Tidak Langsung dan Pengaruh Total Modal Manusia Dan Kewirausahaan Terhadap Adopsi Komponen Teknologi PTT Jagung
Deskripsi jalur path
Pengaruh Langsung (%)
Tidak langsung
Total
0,554
X1 ke X2
0,646
X1 ke X3
0,153
0,804 x 0,499 = 0,401
X2 ke X3
0,249
e2 0,292
Modal Manusia (X1)
Px1x3 0,391 Adopsi Teknologi PTT Jagung (X3)
Px1x2 0,804
Kewirausahaan (X2)
px2x3 0,499
e1 0,359
Gambar 1. Hasil standardized coefficients