DAMPAK SUPERMARKET TERHADAP OMZET PEDAGANG ECERAN (WARUNG) DAN TENAGA KERJA DI KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR
VICKY AVIANTURI SONY
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Supermarket terhadap Omzet Pedagang Eceran (Warung) dan Tenaga Kerja di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor adalah benar karya saya denga arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2017 Vicky Avianturi Sony NIM H14120073
ABSTRAK VICKY AVIANTURI SONY. Dampak Supermarket terhadap Omzet Pedagang Eceran (Warung) dan Tenaga Kerja di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS. Munculnya pasar modern seperti Supermarket membuat pergerakan pedagang eceran menjadi terhambat. Penelitian ini menganalisis dampak didirikannya supermarket terhadap perubahan omzet pedagang, faktor-faktor yang memengaruhi perubahan omzet, serta tenaga kerja yang dapat diserap dari masyarakat Dramaga. Metode analisis yang digunakan adalah uji-t berpasangan (paired sample t-test), Ordinary Least Square (OLS) dengan model regresi linier berganda dan analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan antara omzet sebelum dan sesudah didirikannya supermarket dimana omzet pedagang mengalami penurunan. Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan omzet adalah pendidikan, lama usaha dan jarak. Rata-rata masyarakat Dramaga yang bekerja di Yogya dan Giant Dramaga sebanyak sepertiga dari total responden. Kata kunci: omzet, Ordinary Least Square (OLS), paired sample t-test, supermarket, tenaga kerja
ABSTRACT VICKY AVIANTURI SONY. The Impact of Supermarket toward Traditional Retailer Revenue and Employment in Dramaga, Bogor Regency. Supervised by MUHAMMAD FIRDAUS. The appearance of modern markets, such as supermarkets, makes the growth of traditional retailer to be blocked. This research is analizing the impact of supermarket appearance toward a change of traditional retailer revenue, factors that influence a change of revenue, and employment in Dramaga. The methods used in this research are paired sample t-test, Ordinary Least Square (OLS) with linear regression models and descriptive analysis. The results show a difference between the revenue before and after supermarket appearance with a decreasing revenue. Factors that influence a change of revenue are education, business duration and distance. The average of employments from Dramaga who works inYogya and Giant Dramaga is one-third from the total of respondents. Keywords: employment, Ordinary Least Square (OLS), paired sample t-test, revenue, supermarket
DAMPAK SUPERMARKET TERHADAP OMZET PEDAGANG ECERAN (WARUNG) DAN TENAGA KERJA DI KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR
VICKY AVIANTURI SONY
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Dampak Supermarket terhadap Omzet Pedagang Eceran (Warung) dan Tenaga Kerja di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor). Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Ekonomi dan Studi Pembangunan, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua penulis, yaitu Bapak Sardjono dan Ibu Keliek Juriah Susanti, serta kakak kandung penulis, Relley Candra Kurniawan, yang selalu memberi semangat, motivasi dan kasih sayang kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Muhammad Firdaus, S.P, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, motivasi, bimbingan dan saran dalam penulisan skripsi ini 2. Ibu Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si selaku dosen penguji utama dan Ibu Ranti Wiliasih, S.P, M.Si selaku Komisi Pendidikan 3. Aldila Viddy Raihan Rosandya, yang selalu memberikan semangat, dukungan, motivasi, saran, doa dan bantuan kepada penulis selama penulisan skripsi ini 4. Cassandra, Gisa Rachma Khairunisa, Indah Kurnia Junirda E, Ratri Dinda Aprilia R, Selly Yanty Nansyah P dan Talitha Nadia Audita, sahabatsahabat penulis yang selalu memberikan semangat, motivasi dan saran selama penulisan skripsi ini 5. Benazhar Ahmad, Irza Qoriani, Muhammad Faaruq, Nurhalimah Mardianita dan Sebika Syahtari, teman-teman sebimbingan penulis yang selalu mengingatkan, berbagi ilmu dan memberikan saran selama penulisan skripsi 6. Teman-teman Ilmu Ekonomi 49 yang telah memberikan semangat dan telah bersama-sama selama empat tahun terakhir dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu 7. Seluruh dosen dan staf Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis 8. Para pedagang dan karyawan yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2017 Vicky Avianturi Sony
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Pasar Omzet Tenaga Kerja Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Analisis dan Pengolahan Data Definisi Variabel Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kabupaten Bogor Gambaran Umum Kecamatan Dramaga Karakteristik Responden Jumlah Warung yang Mengalami Penurunan Jumlah Penjualan Produk Analisis Uji t-Berpasangan Omzet Warung Analisis Crosstab Faktor-faktor yang Memengaruhi Perubahan Omzet Warung Tenaga Kerja SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
viii viii viii 1 1 3 4 4 4 4 4 5 6 7 10 11 11 11 11 11 14 15 15 16 16 20 21 22 23 25 27 27 27 28 31 42
DAFTAR TABEL 1. Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan 2010 menurut lapangan usaha (miliar rupiah) tahun 2014-2016 2. Sarana perdagangan Kabupaten Bogor 3. Karakteristik responden 4. Karakteristik warung menurut pendidikan dan perubahan omzet 5. Karakteristik warung menurut lama usaha dan perubahan omzet 6. Karakteristik warung menurut waktu kerja dan perubahan omzet 7. Karakteristik warung menurut jarak dan perubahan omzet 8. Uji tanda produk yang mengalami penurunan jumlah penjualan 9. Jumlah warung yang mengalami penurunan jumlah penjualan produk 10. Rata-rata omzet sebelum dan sesudah ada supermarket 11. Perbedaan omzet sebelum dan sesudah ada supermarket 12. Hubungan variabel dengan omzet usaha 13. Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan omzet warung 14. Asal karyawan yang bekerja di Yogya Dramaga 15. Asal karyawan yang bekerja di Giant Dramaga
1 16 17 18 19 20 20 21 21 22 22 22 24 26 26
DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4. 5.
Kerangka Pemikiran Karakteristik responden berdasarkan pendidikan Karakteristik responden berdasarkan lama usaha Karakteristik responden berdasarkan jarak Karakteristik responden berdasarkan waktu kerja
10 18 18 19 20
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Uji Tanda Uji-t berpasangan Crosstab Normalitas Multikolinearitas Heteroskedastisitas Regresi Linier Berganda Kuesioner penelitian
31 31 32 35 35 36 36 38
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Semakin besar kontribusi terhadap PDB suatu sektor, semakin besar pula pengaruh sektor tersebut dalam perkembangan ekonomi suatu negara. Hal ini menunjukkan bahwa sektor perdagangan berpotensi besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan 2010 menurut lapangan usaha (miliar rupiah) Tahun 2014-2016 Lapangan Usaha Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan Gas Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran Transportasi dan Pergudangan Akomodasi Informasi dan Komunikasi Jasa-jasa
2014 1 129 052.7
2015 1 174 456.8
2016* 321 966.3
796 711.6 1 853 688.2 93 755.9 6 923.5
189 498.6 1 932 457.4 94 894.8 7 420.2
185 213.3 507 494.5 25 208.2 1 911.7
826 615.6 1 177 048.6 326 933.0 257 815.5 384 407.4 1 499 707.5
881 583.9 1 206 074.7 348 775.6 269 054.5 423 063.5 1 600 979.7
226 482.1 315 017.7 91 698.0 69 950.1 113 014.9 418 96.,5
Sumber: Badan Pusat Statistik diolah (2016) * Keterangan: Angka sementara
Menurut Djoened (2002), perdagangan adalah kegiatan ekonomi yang mengaitkan antara para produsen dan konsumen. Sebagai kegiatan distribusi, perdagangan menjamin peredaran, penyebaran dan penyediaan barang melalui mekanisme pasar. Menurut bentuk fisiknya, pusat perdagangan diklasifikasikan menjadi dua, yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional adalah pasar yang dalam pelaksanaannya bersifat tradisional dan ditandai dengan pembeli serta penjual yang bertemu secara langsung. Proses jual beli biasanya melalui proses tawar-menawar harga dan harga yang diberikan untuk suatu barang bukan merupakan harga tetap atau masih dapat di tawar sehingga menghasilkan harga yang berbeda lagi. Umumnya pasar tradisional menyediakan bahan-bahan pokok serta keperluan rumah tangga. Tempat pasar tradisional pun di tempat terbuka atau di pinggir jalan. Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun di pasar modern penjual dan pembeli tidak berinteraksi secara langsung melainkan si pembeli melihat lebel harga yang tercantum dalam barang tersebut, berada dalam bangunan dan pelayanan dilakukan sendiri dan harga semua barang pun tidak bisa ditawar seperti harga barang di pasar tradisional. Zaman sekarang banyak orang yang beralih ke pasar modern karena dianggap lebih praktis (Sirumapea, 2013).
2
Kelebihan pasar modern adalah penjualan produk yang relatif sama namun harga lebih murah. Selain itu, pasar modern lebih nyaman untuk berbelanja karena saat ini sudah didukung oleh fasilitas pendingin ruangan atau Air Conditioner (AC). Bermacam pilihan pembayaran yang dapat dilakukan pun disediakan oleh pasar modern. Hal ini akan membuat pelanggan lebih suka berbelanja di pasar modern, terutama bagi pelanggan yang lebih menyukai pembayaran yang praktis, yaitu menggunakan kartu kredit. Pasar modern lebih efisien dengan memanfaatkan skala ekonomi yang besar melalui relasi kerja sama dengan pemasok besar dengan dalam jangka waktu yang cukup lama (Aini, 2011). Informasi daftar harga setiap barang tersedia dan dengan mudah diakses public pada pasar modern. Pasar modern juga menyediakan lingkungan berbelanja yang lebih nyaman dan bersih. Produk yang dijual di pasar modern telah melalui pengawasan mutu dan tidak akan dijual bila telah kadaluarsa. Kelebihan pedagang tradisional (warung) diantaranya adalah menghemat waktu, lebih dekat dengan rumah pembeli, waktu operasional pedagang tradisional lebih lama dan fleksibel, pembeli lebih memilih untuk belanja dalam kuantitas besar karena pembeli cenderung merasa malu jika berbelanja di pasar modern (supermarket) dengan kuantitas yang sedikit. Beberapa warung masih menerapkan sistem utang. Terdapat beberapa pedagang tradisional yang memperbolehkan pelanggan yang sudah ia kenal dan terpercaya untuk berutang. Hal ini tidak didapatkan di supermarket. Pembeli lebih menghemat waktu jika berbelanja di warung dan pada umumnya warung terletak lebih dekat dengan rumah pembeli. Selain itu, waktu operasional warung lebih lama karena warung merupakan usaha perseorangan dimana pada umumnya penjual adalah pemilik warung itu sendiri. Munculnya berbagai jenis pasar modern seperti Minimarket, Supermarket, Departement Store dan Hypermarket membuat pergerakan pedagang eceran menjadi terhambat. SMERU Research Institute (2007) menyimpulkan bahwa keberadaan supermarket memberikan pengaruh terhadap penurunan kontribusi dan kinerja pasar tradisional. Pasar tradisional yang berada dekat dengan supermarket terkena dampak yang lebih buruk dibanding yang berada jauh dari supermarket. Globalisasi dan kondisi ekonomi beberapa tahun terakhir telah mendorong pertumbuhan usaha pasar modern yang pesat, terutama bisnis ritel modern di kotakota besar. Usaha ritel dan pasar modern merupakan usaha yang sangat diminati oleh kalangan dunia usaha karena perannya yang sangat strategis, tidak saja menyangkut kepentingan produsen, distributor dan konsumen juga perannya dalam menyerap tenaga kerja, sarana yang efisien dan efektif dalam pemasaran hasil produksi, sekaligus dapat digunakan untuk mengetahui image dari suatu produk di pasar, termasuk preferensi yang dikehendaki oleh pihak konsumen. Pertumbuhan pasar modern tidak hanya terjadi pada kota-kota besar di Indonesia, namun juga di daerah-daerah. Salah satunya adalah di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Belum lama ini, telah didirikan dua supermarket yang berlokasi di Kelurahan Margajaya Kecamatan Dramaga. Jarak antar supermarket ini kurang lebih 400 meter. Cukup banyak pedagang eceran (warung) yang berada di sekitar supermarket dan pendirian supermarket-supermarket ini memberikan pengaruh terhadap warung tersebut. Tidak sedikit barang yang dijual di supermarket yang sama dengan barang yang dijual di warung. Pangsa pasar warung dapat beralih ke supermarket. Hal ini akan mengakibatkan penurunan omzet penjualan para pedagang yang berada di sekitar supermarket tersebut.
3
Statistik Daerah Kabupaten Bogor (2015) menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja Kabupaten Bogor ditandai dengan tingginya tingkat kesempatan kerja. Hal ini dapat dilihat pada persentase penduduk yang bekerja terhadap angkatan kerja, besarnya mencapai lebih dari 92.35 persen pada tahun 2014. Ada 3 sektor lapangan usaha yang kini menjadi sektor usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Kabupaten Bogor, yaitu sektor perdagangan, industri dan jasa. Komposisi penyerapan tenaga kerja pada tahun 2013-2014 menunjukkan sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi sebagai sektor penyerap tenaga kerja terbanyak. Dengan didirikannya pasar modern, maka dibutuhkan tenaga kerja yang baru. Hal ini membuka kesempatan kerja bagi masyarakat di Kecamatan Dramaga. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka penelitian ini akan membahas tentang “Dampak Supermarket terhadap Omzet Pedagang Eceran (Warung) dan Tenaga Kerja di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor”. Perumusan Masalah Saat ini, persaingan pasar telah bergeser yaitu terjadi antara pasar modern dengan pasar tradisional, yang seharusnya adalah persaingan antara pasar modern dengan pasar modern, atau pasar tradisional dengan pasar tradisional. Awalnya, pangsa pasar dari pasar modern adalah masyarakat ekonomi menengah ke atas, sehingga keberadaan pasar modern tidak menjadi masalah bagi pedagang eceran. Namun pada kenyataannya, secara tidak langsung pasar modern mengambil pangsa pasar pedagang eceran (Martadisastra, 2010). Dalam kurun waktu kurang dari dua tahun, didirikan dua supermarket yang jaraknya berdekatan di Kecamatan Dramaga. Munculnya supermarket ini menyebabkan pangsa pasar pedagang eceran (warung) di sekitarnya berkurang karena masyarakat lebih memilih berbelanja di supermarket, terlebih jika supermarket mengadakan potongan-potongan harga yang menjadikan harga jual produk di supermarket lebih murah daripada pedagang eceran. Hal ini mengakibatkan omzet pedagang eceran (warung) menurun. Pertumbuhan penduduk di Indonesia saat ini semakin tinggi. Namun, pertumbuhan penduduk yang tinggi ini tidak selalu diikuti dengan peningkatan lapangan kerja. Ketersediaan lapangan kerja yang kurang membuat pengangguran di Indonesia menjadi tinggi. Peritel besar mempunyai sumbangan besar dalam ekonomi. Peritel besar menyerap tenaga kerja, memberdayakan dan meningkatkan kualitas ribuan pemasok yang umumnya juga pengusaha kecil dan menengah. Bagi pemerintah, mencari keseimbangan antara yang besar dan yang kecil ini memang tidak mudah (Indrakh, 2007). Pendirian supermarket yang baru akan membutuhkan tenaga kerja baru dalam jumlah banyak. Berdasarkan masalah yang telah dijelaskan, maka muncul beberapa permasalahan yang berkaitan dengan dampak negatif dan positif didirikannya supermarket di Kecamatan Dramaga, yaitu terhadap omzet pedagang eceran (warung) dan tenaga kerja, yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana dampak didirikannya supermarket di Kecamatan Dramaga terhadap perubahan omzet pedagang eceran (warung)? 2. Apa faktor-faktor yang memengaruhi perubahan omzet pedagang eceran (warung) akibat didirikannya supermarket di Kecamatan Dramaga?
4
3. Bagaimana dampak didirikannya supermarket di Kecamatan Dramaga terhadap masyarakat di Kecamatan Dramaga dari sisi tenaga kerja? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, penelitian ini memiliki tujuan umum yaitu menganalisis dampak negatif dan positif didirikannya supermarket di Kecamatan Dramaga, yaitu terhadap omzet pedagang eceran (warung) dan tenaga kerja. Selain itu, penelitian ini memiliki tujuan khusus, yaitu: 1. Menghitung perubahan omzet pedagang eceran (warung) akibat didirikannya supermarket di Kecamatan Dramaga. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi perubahan omzet pedagang eceran (warung) akibat didirikannya supermarket di Kecamatan Dramaga. 3. Menganalisis dampak supermarket terhadap tenaga kerja bagi masyarakat di Kecamatan Dramaga. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini secara umum, yaitu diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dampak negatif dan positif didirikannya supermarket di Kecamatan Dramaga, yaitu terhadap omzet pedagang eceran (warung) dan tenaga kerja. Selain itu, penelitian ini memiliki manfaat khusus, yaitu: 1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan mampu digunakan sebagai informasi untuk penelitian selanjutnya. 2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai dampak negatif dan positif dari pendirian supermarket, serta kebijakan terhadap dampak negatif yang terjadi. 3. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan yang lebih luas dan meningkatkan daya analisis mengenai dampak supermarket terhadap pedagang eceran (warung) dan tenaga kerja. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada pedagang eceran yang menjual sembako (warung). Lokasi usaha berada di sekitar supermarket dengan jarak maksimal dua kilometer dan minimal sudah membuka usaha dalam waktu dua tahun. Tenaga kerja yang dibahas dalam penelitian ini adalah karyawan yang bekerja di Yogya dan Giant Dramaga sebanyak 60 orang.
TINJAUAN PUSTAKA Pasar Menurut Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional dan Ruko Modern, pasar adalah tempat jual beli
5
barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur di mana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran yang sah seperti uang fiat. Kegiatan ini merupakan bagian dari perekonomian. Ini adalah pengaturan yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk item pertukaran. Persaingan sangat penting dalam pasar, dan memisahkan pasar dari perdagangan. Pasar bervariasi dalam ukuran, jangkauan, skala geografis, lokasi jenis dan berbagai komunitas manusia, serta jenis barang dan jasa yang diperdagangkan. Ada dua peran di pasar, pembeli dan penjual. Pasar memfasilitasi perdagangan dan memungkinkan distribusi dan alokasi sumber daya dalam masyarakat. Pasar mengizinkan semua item yang diperdagangkan untuk dievaluasi dan harga. Sebuah pasar muncul lebih atau kurang spontan atau sengaja dibangun oleh interaksi manusia untuk memungkinkan pertukaran hak (kepemilikan) jasa dan barang. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah hypermart, pasar swalayan (supermarket), dan minimarket (Fadhilah, 2011). Omzet Omzet adalah jumlah uang hasil penjualan barang tertentu selama suatu masa jual. Kata omzet berarti jumlah, sedang penjualan berarti kegiatan menjual barang yang bertujuan mencari laba atau pendapatan. Jadi omzet penjualan berarti jumlah penghasilan atau laba yang diperoleh dari hasil menjual barang atau jasa. Menurut Sutamto (1997) penjualan adalah usaha yang dilakukan manusia untuk menyampaikan barang dan jasa kebutuhan yang telah dihasilkannya kepada yang membutuhkan dengan harga yang telah ditentukan sebelumnya. Winardi (1991) menyatakan penjualan adalah proses dimana penjual produsen memastikan mengaktifkan dan memuaskan kebutuhan atau keinginan pembeli agar dicapai mufakat dan manfaat baik bagi penjual maupun pembeli yang berkelanjutan dan menguntungkan kedua belah pihak. Dari pendapat tersebut maka penjualan itu merupakan kegiatan menawarkan atau memasarkan barang dan jasa
6
kepada pembeli yang berminat yang nantinya akan dibayar jika telah terjadi kesepakatan mengenai harga barang atau jasa tersebut. Chaniago (1998) memberikan pendapat tentang omzet penjualan adalah keseluruhan jumlah pendapatan yang didapat dari hasil penjulan suatu barang/jasa dalam kurun waktu tertentu. Swastha (1993) memberikan pengertian omzet penjualan adalah akumulasi dari kegiatan penjualan suatu produk barang barang dan jasa yang dihitung secara keseluruhan selama kurun waktu tertentu secara terus menerus atau dalam satu proses akuntansi. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa omzet penjualan adalah keseluruhan jumlah penjualan barang/jasa dalam kurun waktu tertentu, yang dihitung berdasarkan jumlah uang yang diperoleh. Seorang pengelola usaha dituntut untuk selalu meningkatkan omzet penjualan dari hari kehari, dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan dan dar tahun ke tahun. Hal ini diperlukan kemampuan dalam mengelola modal terutama modal kerja agar kegiatan operasional perusahaan dapat terjamin kelangsungannya. Tenaga Kerja Menurut Djojohadikusumo (1987), tenaga kerja adalah semua orang yang mau ataupun bersedia dan memiliki kesanggupan untuk bekerja, termasuk mereka yang menganggur meskipun mau dan mampu untuk bekerja, akan tetapi terpaksa menganggur karena tidak adanya kesempatan kerja. Sedangkan menurut Ritonga dan Firdaus (2007), pengertian tenaga kerja adalah penduduk yang berada pada rentang usia kerja yang siap melaksanakan pekerjaan, antara lain mereka yang telah bekerja, mereka yang sedang mencari kerja, mereka yang sedang menempuh pendidikan (sekolah), dan juga mereka yang sedang mengurus rumah tangga. Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun.. Tenaga kerja diklasifikasikan berdasarkan penduduk, batas kerja dan kualitas. Berdasarkan penduduknya, tenaga kerja terbagi menjadi tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun. Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau bekerja, meskipun ada permintaan bekerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003, kelompok bukan tenaga kerja adalah mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun, contohnya adalah pensiunan, lansia dan anak-anak. Berdasarkan kualitasnya, tenaga kerja terbagi menjadi tenaga kerja terdidik, tenaga kerja terlatih, serta tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih. Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau kemahiran dalam bidang tertentu dengan bersekolah atau pendidikan formal dan nonformal. Contohnya adalah pengacara, dokter dan guru. Tenaga kerja terlatih adalah tenaga
7
kerja yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu dengan melalui pengalaman kerja yang membutuhkan latihan secara berulang-ulang sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya adalah apoteker, ahli bedah dan mekanik. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang mengandalkan tenaga. Contohnya adalah kuli, buruh angkut dan pembantu rumah tangga. Regresi Linier Berganda Model regresi linier berganda adalah persamaan regresi yang menggambarkan hubungan antara satu peubah tak bebas (Y) dengan dua atau lebih peubah bebas (X1, X2, …, Xn). Asumsi model regresi linier berganda sebagai berikut: 1. Spesifikasi model ditetapkan dalam persamaan: Yi = β0 + β1 X1i + β2 X2i + β3 X3i + … + βk Xki + ei Y adalah peubah tak bebas, sedangkan X adalah peubah bebas. Subskrip i menunjukkan nomor pengamatan dari 1 sampain n. Xki merupakan pengamatan kei untuk peubah bebas Xk. β0 merupakan intersep model regresi. 2. Peubah Xk merupakan peubah non-stokastik (fixed), artinya sudah ditentukan, bukan peubah acak. Selain itu, tidak ada hubungan linier sempurna antar peubah bebas Xk. 3. a) komponen sisaan ei mempunyai nilai harapan sama dengan nol dan ragam konstan untuk semua pengamatan i. E(ei) = 0 dan Var(ei) = σ b) tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antar sisaan ei sehingga Cov(ei, ej) untuk i ≠ j c) komponen sisaan menyebar normal. Dengan terminologi statistika, asumsi nomor 3 ini biasa diringkaskan dengan simbol ei ~ N(0,σ2), artinya komponen ei menyebar normal, bebas stokastik dan identik, dengan nilai tengah sama dengan nol dan ragam konstan untuk i = 1, 2, …, n. Jika asumsi tersebut dipenuhi, maka dengan metode OLS (Ordinary Least Squares), parameter α dan β bersifat tak bias (unbiased). Artinya, jika semua kemungkinan contoh berukuran n data diambil secara acak, dan masing-masing diduga dengan metode OLS, maka rata-rata dari semua kemungkinan dugaan tersebut sama dengan nilai parameter atau sebenarnya,serta ragam dugaannya tidak lebih besar dari penduga-penduga dengan prosedur lainnya. Hal ini dikenal dengan istilah OLS bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) (Juanda, 2009). Penelitian Terdahulu Penelitian Sarwoko (2008) yang berjudul “Dampak Keberadaan Pasar Modern terhadap Kinerja Pedagang Pasar Tradisional di Wilayah Kabupaten Malang” menganalisis tentang kondisi pasar tradisonal dilihat dari aspek konsumen, produk dan harga; mengetahui dampak kehadiran ritel modern (Indomaret dan Alfamart) terhadap kinerja pedagang di pasar tradisional, dilihat dari omzet, keuntungan, dan jumlah tenaga kerja. Teknik analisis data menggunakan analisis
8
deskriptif dan statistik inferensial yaitu Uji Beda Sampel Berpasangan (Paired Sample T-Test). Hasil penelitian tentang kinerja pasar tradisional menunjukkan omzet pedagang justru mengalami peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, sedangkan tingkat keuntungan mengalami penurunan, hal ini menunjukkan bahwa keberadaan ritel modern membawa dampak meningkatnya persaingan dalam mendapatkan konsumen, sehingga pedagang di pasar tradisional berusaha menurunkan margin keuntungan melalui mekanisme tawar menawar. Hasil uji beda menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan omzet dan keuntungan pedagang pasar tradisional sebelum dan sesudah keberadaan ritel modern (Alfamart dan Indomaret), sedangkan jumlah tenaga kerja tidak ada perbedaan yang signifikan. Penelitian Hutabarat (2009) yang berjudul “Dampak Kehadiran Pasar Modern Brastagi Supermarket terhadap Pasar Tradisional Sei Sikambing di Kota Medan” menganalisis tentang perkembangan pasar modern dan tradisional di Kota Medan serta aspek jumlah omzet pedagang, perputaran barang dagangan, jumlah pedagang, jumlah jam buka dan margin laba pedagang di Kota Medan sebelum dan sesudah berdirinya pasar modern. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan analisis deskriptif untuk mendeskripsikan perkembangan pasar modern dan pasar tradisional di Kota Medan serta metode analisis uji-t berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasar modern di Kota Medan mengalami perkembangan jumlah sejak tahun 2000 sampai tahun 2009, namun jumlah pasar tradisional tidak mengalami perubahan. Hasil analisis uji-t berpasangan adalah terdapat penambahan jumlah pedagang di pasar tradisional dalam 3 tahun terakhir, tidak terdapat perbedaan jam buka sebelum dan sesudah adanya Supermarket Brastagi, terdapat penurunan yang signifikan dalam jumlah rata-rata omzet pedagang, serta terdapat penurunan margin laba pedagang sebelum dan sesudah adanya Supermarket Brastagi. Penelitian Susilo (2011) yang berjudul “Dampak Operasi Pasar Modern terhadap Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional di Kota Pekalongan” menganalisis tentang dampak kehadiran pasar modern Sri Ratu Mega Center (Carrefour) terhadap pendapatan pedagang pasar tradisional di Kota Pekalongan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Paired Sample Test apabila data berdistribusi normal dan Wilcoxon Sign Test apabila data tidak berdistribusi normal. Hasil dari penelitian ini adalah ada perbedaan pendapatan pedagang pasar tradisional antara sebelum dan sesudah adanya pasar modern, walaupun dari 150 orang pedagang hanya 39 pedagang yang terpengaruh dan sisanya tidak terpengaruh oleh kehadiran pasar modern. Penelitian Kusyuniarti (2012) yang berjudul “Dampak Pendirian Minimarket terhadap Perubahan Omzet Pedagang Eceran Tradisional dan Tingkat Pengeluaran Masyarakat (Kasus: Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor) menganalisis tentang perubahan omzet pedagang eceran tradisonal dan tingkat pengeluaran masyarakat sebelum dan sesudah pendirian minimarket serta faktorfaktor yang memengaruhinya. Metode analisis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji-t berpasangan serta regresi linier berganda. Faktor-faktor yang diduga memengaruhi perubahan omzet pedagang eceran tradisional adalah jarak, pendidikan, jam kerja dan lama usaha. Berdasarkan hasil penelitian uji-t berpasangan, omzet pedagang eceran tradisional antara sebelum pendirian minimarket berbeda nyata dengan sesudahnya
9
dan tingkat pengeluaran masyarakat antara sebelum dan sesudah pendirian minimarket berbeda nyata pula. Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan omzet pedagang eceran akibat berdirinya minimarket adalah jarak antara lokasi usaha pedagang eceran tradisional dengan minimarket dan pendidikan. Sedangkan, faktor-faktor yang memengaruhi perubahan tingkat pengeluaran masyarakat adalah usia dan jarak antara tempat tinggal responden dengan minimarket. Penelitian Widiandra dan Sasana (2013) yang berjudul “Analisis Dampak Keberadaan Pasar Modern terhadap Keuntungan Usaha Pedagang Pasar Tradisional (Studi Kasus di Pasar Tradisional Kecamatan Banyumanik Kota Semarang)” menganalisis dampak keberadaan pasar modern terhadap perubahan keuntungan yang diterima oleh pedagang pasar tradisional. Dampak tersebut dilihat dari segi kenyamanan, jarak antar pasar modern dengan pasar tradisional dan kelengkapan produk yang memengaruhi perubahan keuntungan pedagang pasar tradisional. Metode yang digunakan adalah metode analisis linier berganda. Berdasarkan analisis linier berganda, variabel yang berpengaruh terhadap perubahan keuntungan pedagang pasar tradisional adalah jarak dan diversifikasi produk. Penelitian Haryotejo (2014) yang berjudul “Dampak Ekspansi Hypermarket terhadap Pasar Tradisional di Daerah” menganalisis tentang faktor-faktor yang memengaruhi konsumen berbelanja di hypermarket dan pasar tradisional; dampak keberadaan hypermarket di Indonesia terhadap jumlah pedagang, jam buka, jumlah pembeli, omzet pedagang di pasar tradisional, dan terhadap pasar tradisional itu sendiri; dampak ekonomi hypermarket terhadap pertumbuhan ekonomi, lapangan kerja, konsumen dan pendapatan negara; serta merumuskan rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan kinerja pasar tradisional dan pengaturan pendirian hypermarket. Analisis data sekunder menunjukkan bahwa setiap tambahan jumlah pasar modern belum bersifat menurunkan jumlah pasar tradisional (toko atau warung). Hal ini menunjukkan bahwa pasar modern dan pasar tradisional sama-sama berkembang dan bersifat "complementary" satu sama lainnya. Penelitian Efriani (2014) yang berjudul “Dampak Ritel Modern terhadap Omzet Pedagang Pasar Tradisional di Kota Bogor” menganalisis tentang karakteristik pedagang di Kota Bogor, perubahan omzet pedagang di pasar tradisional, serta persaingan dan kinerja pedagang. Metode yang digunakan adalah paired sample t-test dan ordinal logistic regression. Hasil uji ordinal logistic regression menunjukkan faktor-faktor yang berpengaruh dalam perubahan omzet pedagang di pasar tradisional adalah pendidikan, jumlah pembeli, diversifikasi produk, jarak, komoditi utama produk segar dan komoditi utama produk olahan. Penelitian Yudhistira (2014) yang berjudul “Dampak Keberadaan Mall Armada Town Square terhadap Pedagang Pasar Gotong Royong dan Pasar Rejowinangun di Kota Magelang Tahun 2011-2014” menganalisis tentang dampak keberadaan Mall Armada Town Square terhadap pedagang Pasar Tradisional Gotong Royong dan Rejowinangun. Alat analisis yang digunakan untuk mengetahui dampak Mall Armada Town Square adalah dengan Wilcoxon’s Signed Rank Test. Selanjutnya, analisis deskriptif untuk mengidentifikasi dampak keberadaan Mall Armada Town Square terhadap pedagang Pasar Tradisional Gotong Royong dan Rejowinangun di Kota Magelang. Berdasarkan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test, terbukti bahwa keberadaan Mall Armada Town Square berdampak pada pedagang Pasar
10
Tradisional Gotong Royong dan Rejowinangun di Kota Magelang. Hal itu tampak pada penurunan omzet rata-rata per hari sebelum dan sesudah keberadaan Mall Armada Town Square. Kerangka Pemikiran Perdagangan menurut bentuk fisiknya terbagi menjadi pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli, ada proses transaksi secara langsung dan biasanya terjadi proses tawar-menawar. Pasar modern merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli namun tidak ada proses transaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode) dan tidak ada proses tawar-menawar. Seiring dengan perkembangan zaman, perdagangan pun mulai bergeser dari pasar tradisional ke pasar modern yang dapat dilihat dari pesatnya pertumbuhan pasar modern seperti minimarket, supermarket, department store dan hypermarket. Pasar modern tidak hanya ada di kota-kota besar, melainkan di kota-kota kecil sampai ke daerah-daerah. Tumbuhnya pasar-pasar modern tentu memberikan dampak terhadap masyarakat sekitar, bahkan para pedagang yang ada di wilayah tersebut. Perubahan gaya hidup masyarakat akibat globalisasi membuat mereka beralih untuk berbelanja ke pasar modern. Hal ini membuat pedagang eceran (warung) mengalami penurunan omzet penjualannya. Namun di samping itu, adanya pasar modern baru memberikan dampak terhadap tenaga kerja. Hal ini merupakan peluang bagi masyarakat yang belum mempunyai pekerjaan untuk dapat bekerja di supermarket yang baru didirikan ini. Perdagangan
Pasar Tradisional (Pedagang Eceran)
Pasar Modern (Supermarket)
Dampak Negatif
Dampak Positif
Penurunan Omzet Pedagang Eceran
Penyerapan Tenaga Kerja
Perubahan Omzet Sebelum dan Sesudah Didirikannya Supermarket
Faktor-faktor yang Memengaruhi Penurunan Omzet Pedagang Eceran
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
11
Hipotesis Penelitian Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pendidikan berpengaruh negatif terhadap perubahan omzet warung. Semakin lama pendidikan yang dijalani pedagang, perubahan omzet warung akan semakin kecil. 2. Lama usaha berpengaruh negatif terhadap perubahan omzet warung. Semakin lama usaha yang telah dijalankan, perubahan omzet warung akan semakin kecil. 3. Jarak berpengaruh negatif terhadap perubahan omzet warung. Semakin jauh jarak dari supermarket, perubahan omzet warung akan semakin kecil. 4. Waktu kerja berpengaruh negatif terhadap perubahan omzet warung. Semakin lama waktu kerja pedagang, perubahan omzet warung akan semakin kecil.
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di Kelurahan Margajaya Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ini karena terdapat supermarket yang baru didirikan di Kelurahan Margajaya. Responden dalam penelitian ini adalah pedagang eceran (warung) yang berjarak kurang dari 2 kilometer dan dengan lama usaha minimal 2 tahun. Selain pedagang eceran (warung), yaitu 60 karyawan yang bekerja di supermarket. Waktu penelitian dan pengolahan data dimulai dari bulan Maret sampai dengan bulan Agustus 2016. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari wawancara berupa kuesioner terhadap pedagang eceran (warung). Selain itu, wawancara dilakukan kepada 60 karyawan yang bekerja di supermarket. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor, serta beberapa literatur untuk menunjang penelitian ini. Metode Analisis dan Pengolahan Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan dampak positif akibat didirikannya supermarket dari sisi tenaga kerja. Metode kuantitatif yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi perubahan omzet warung akibat didirikannya supermarket adalah analisis regresi linier berganda dengan pendekatan OLS (Ordinary Least Square). Model regresi linier berganda yang digunakan adalah: OMZi = β0 + β1 PDi + β2 LUi + β3 JRi + β4 WKi + ei
12
dimana: OMZi = perubahan omzet penjualan (persen/bulan) β0 = intersep β1, β2,, … β4 = koefisien dari regresi PD = pendidikan (tahun) LU = lama usaha (tahun) JR = jarak (meter) WK = waktu kerja (jam/hari) i = responden ke-i (i = 1, 2, 3, …, 30) ei = residual model Analisis regresi linier berganda merupakan suatu metode yang digunakan untuk menguraikan pengaruh variabel-variabel independen yang memengaruhi variabel dependennya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section. Menurut Gujarati (2006) metode OLS dapat digunakan jika dipenuhi asumsi-asumsi sebagai berikut: a. Varians bersyarat dari residual adalah konstan atau homoskedastik. b. Tidak ada autokolerasi dalam residual. c. Variasi residual menyebar normal. d. Nilai rata-rata dari unsur residual sama dengan nol. e. Nilai-nilai peubah tetap untuk contoh-contoh yang berulang. f. Tidak ada hubungan linier sempurna antara peubah bebas. Pengujian Asumsi Klasik Menurut Priyatno (2014), uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui ada tidaknya normalitas residual, multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas pada model regresi. Model regresi linier dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memnuhi beberapa asumsi klasik, yaitu data residual terdistribusi normal, tidak adanya multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Harus terpenuhinya asumsi klasik karena agar diperoleh model regresi dengan estimasi yang tidak bias dan pengujian dapat dipercaya. Apabila ada satu syarat saja yang tidak terpenuhi, hasil analisis regresi tidak dapat dikatakan BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Arti dari Best adalah yang terbaik, Linear merupakan fungsi linier dari sampel, Unbiased merupakan rata-rata nilai harapan harus sama dengan nilai yang sebenarnya dan Estimator merupakan memiliki varians yang minimal diantara perkiraan lain yang tidak bias. 1. Uji Normalitas Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah nilai residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang terdistribusi secara normal. Ada beberapa metode untuk uji normalitas, dalam penelitian ini menggunakan uji One Sample Kolmogorov Smirnov. Uji ini digunakan untuk mengetahui distribusi data, apakah mengikuti distribusi normal, poisson, uniform atau exponential. Dalam hal ini untuk mengetahui apakah distribusi residual terdistribusi normal atau tidak. Residual berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih dari 0.05.
13
2. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas artinya antarvariabel independen yang terdapat dalam model regresi memiliki hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi sempurna atau mendekati sempurna diantara variabel bebasnya. Konsekuensi adanya multikolinearitas adalah koefisien korelasi tidak tertentu dan kesalahan menjadi sangat besar. Ada beberapa metode untuk uji multikolinearitas, dalam penelitian ini dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF) pada model regresi. Cara untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala multikolinearitas antara lain dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance, apabila nilai VIF kurang dari 10 dan Tolerance lebih dari 0.1, maka dinyatakan tidak terjadi multikolinearitas. 3. Uji Autokorelasi Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota observasi yang disusun menurut waktu atau tempat. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi autokorelasi. Metode pengujian menggunakan uji Durbin-Watson (DW test). Pengambilan keputusan pada uji Durbin Watson sebagai berikut: - DU < DW < 4-DU maka Ho diterima, artinya tidak terjadi autokorelasi. - DW < DL atau DW > 4-DL maka Ho ditolak, artinya terjadi autokorelasi. - DL < DW < DU atau 4-DU < DW < 4-DL artinya tidak ada kepastian atau kesimpulan yang pasti. Nilai DU dan DL dapat diperoleh dari tabel statistic Durbin Watson. 4. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada semua pengamatan di dalam model regresi. Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada beberapa metode untuk uji heteroskedastisitas, dalam penelitian ini menggunakan uji Spearman’s rho. Pengujian heteroskedastisitas menggunakan teknik uji koefisien korelasi Spearman’s rho, yaitu mengorelasikan variabel independen dengan residualnya. Pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0.05 dengan uji 2 sisi. Jika korelasi antara variabel independen denga residual dapat signifikansi lebih dari 0.05 maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Pengujian Statistik Analisis Regresi Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen. Regresi linier berganda menggunakan dua atau lebih variabel independen dalam satu model regresi. 1. Koefisiensi Determinasi (R2) Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan antara variabel bebas yang digunakan dengan variabel terikat. Koefisien determinasi adalah angka yang menunjukkan besarnya proporsi atau persentase variasi variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas secara bersama-sama.
14
Besarnya R2 berada diantara 0 dan 1 (0
15
2. Pendidikan (PD) Pendidikan merupakan waktu yang telah dijalani pedagang dalam menempuh pendidikan formal. Variabel ini diukur dalam satuan tahun. Semakin lama pendidikan yang dijalani pedagang, perubahan omzet warung akan semakin kecil. 3. Lama Usaha (LU) Lama usaha merupakan waktu yang telah dijalani pedagang dalam mengoperasikan usahanya. Variabel ini diukur dalam satuan tahun. Semakin lama usaha yang telah dijalankan, perubahan omzet warung akan semakin kecil. 4. Jarak (JR) Jarak merupakan jauh lokasi usaha warung ke supermarket terdekat. Variabel ini diukur dalam satuan meter. Semakin jauh jarak usaha warung ke supermarket, perubahan omzet warung akan semakin kecil. 5. Waktu Kerja (WK) Waktu kerja merupakan lama pedagang mengoperasikan usahanya. Variabel ini diukur dalam satuan jam/hari. Semakin lama waktu kerja, perubahan omzet warung akan semakin kecil.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Ibu kota dari Kabupaten Bogor adalah Cibinong. Luas Kabupaten Bogor 298 838.304 Ha. Di sebelah utara, Kabupaten Bogor berbatasan dengan Kabupaten Tangerang, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karawang, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak (Banten). Secara Administratif, Kabupaten Bogor terdiri dari 411 Desa dan 17 Kelurahan (total 428 Desa/Kelurahan), 3 768 RW dan 14 951 RT yang tercakup dalam 40 Kecamatan. Berdasarkan karakteristik wilayah dan untuk memudahkan pengembangannya, maka Kabupaten Bogor dibagi dalam 3 wilayah yaitu Bogor wilayah Barat, Tengah dan Timur (Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor 2005-2025). Pembangunan wilayah barat meliputi 13 (tiga belas) kecamatan, yaitu Kecamatan Jasinga, Parung Panjang, Tenjo, Cigudeg, Sukajaya, Nanggung, Leuwiliang, Leuwisadeng, Tenjolaya, Cibungbulang, Ciampea, Pamijahan dan Kecamatan Rumpin, Pembangunan wilayah tengah meliputi 20 kecamatan, yaitu Kecamatan Gunung Sindur, Parung, Ciseeng, Kemang, Rancabungur, Bojonggede, Tajurhalang, Cibinong, Sukaraja, Dramaga, Cijeruk, Cigombong, Caringin, Ciawi, Megamendung, Cisarua, Citeureup, Babakan Madang, Ciomas dan kecamatan Tamansari. Pembangunan wilayah timur meliputi 7 (tujuh) kecamatan, yaitu Kecamatan Gunung Putri, Cileungsi, Klapanunggal, Jonggol, Sukamakmur, Tanjungsari dan Kecamatan Cariu. Struktur Perekonomian Kabupaten Bogor merupakan struktur yang di dominasi oleh 5 kategori lapangan pekerjaan. Sektor yang pertama adalah Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan. Sektor yang kedua adalah Industri
16
Pengolahan. Sektor yang ketiga adalah Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel. Sektor yang keempat adalah Jasa Kemasyarakatan dan kelima adalah Sektor lainnya seperti Pertambangan dan Penggalian, Listrik, Gas dan Air Bangunan, Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi, Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan. Sektor Perdagangan merupakan sektor yang paling besar kontribusinya, setelah itu urutan kedua adalah sektor Industri dan urutan ketiga adalah sektor Pertanian. Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa sarana perdagangan Kabupaten Bogor hingga tahun 2013. Jumlah sarana perdagangan paling banyak adalah minimarket, yaitu 518 unit. Jumlah pasar modern hampir mencapai setengah pasar tradisional. Hal ini menunjukkan semakin banyak pasar modern yang muncul pada saat ini. Kemunculan pasar-pasar modern ini akan memberikan dampak terhadap pedagang-pedagang kecil pada pasar tradisional dan pedagang eceran di sekitar pasar-pasar modern tersebut. Tabel 2 Sarana perdagangan Kabupaten Bogor No. 1. 2. 3. 4.
Nama Sarana Perdagangan Pasar Tradisional Pasar Desa Pasar Modern Minimarket
Jumlah 24 41 11 518
Sumber: Rencana Strategis Kabupaten Bogor (2014)
Gambaran Umum Kecamatan Dramaga Dramaga adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bogor. Kecamatan Dramaga merupakan pemekaran dari Ciomas, Bogor. Sebelah utara, Kecamatan Dramaga berbatasan dengan Ranca Bungur, sebelah timur dengan Ciomas dan Bogor Barat, sebelah selatan dengan Taman Sari, serta sebelah barat dengan Ciampea. Luas Kecamatan Dramaga 2 437 636 Ha. Sebagian besar tanahnya digunakan untuk sawah, yaitu 972 Ha, 1 145 Ha digunakan untuk lahan kering (pemukiman, pekarangan dan kebun), 49.79 Ha digunakan untuk lahan basah (rawa, danau, tambak dan situ), serta 20.30 Ha digunakan untuk lapangan olahraga dan pemakaman umum. Kecamatan Dramaga terdiri dari 10 desa, 24 dusun, 72 RW, 309 RT dan 20 371 Kepala Keluarga (KK). Sepuluh desa tersebut adalah Desa Dramaga, Desa Ciherang, Desa Sinarsari, Desa Sukawening, Desa Sukadamai, Desa Neglasari, Desa Petir, Desa Purwasari, Desa Babakan dan Desa Cikarawang. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah pedagang eceran yang menjual sembako (warung) dan berada di sekitar supermarket. Pedagang eceran (warung) berjumlah 30 orang yang telah memiliki usaha minimal dua tahun dengan jarak usaha maksimal dua kilometer dari supermarket. Karakteristik responden dilihat dari jenis kelamin, usia, pendidikan, lama usaha, jarak ke supermarket terdekat, serta waktu kerja. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.
17
Tabel 3 Karakteristik responden Karakteristik Jenis kelamin Usia
Pendidikan
Lama usaha
Jarak
Waktu kerja
Kategori Laki-laki Perempuan 15-30 tahun 31-45 tahun 46-60 tahun Tidak tamat SD SD SMP SMA D3/S1/Akademisi < 20 tahun 21-40 tahun > 40 tahun < 500 meter 501-1000 meter 1001-1500 meter > 1500 meter 10-14 jam 15-19 jam 20-24 jam
Frekuensi (orang) 15 15 6 12 12 1 5 4 17 3 23 5 2 14 9 5 2 13 12 5
1. Jenis kelamin Jumlah pedagang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan sama, yaitu masing-masing sebanyak 15 orang. Pedagang yang berjenis kelamin perempuan menjalankan usaha ini guna membantu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. 2. Usia Tingkat usia pedagang paling banyak berada pada interval 31-45 tahun dan 46-60 tahun, yaitu masing-masing sebanyak 12 orang (40 persen). Pedagang dengan usia 15-30 tahun hanya ada 6 orang. Hanya sedikit pedagang yang berusia muda yang menjadikan profesi ini sebagai pekerjannya. 3. Pendidikan Sebagian besar pedagang menempuh pendidikan hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), yaitu sebanyak 17 orang atau 57 persen. Ada seorang pedagang yang tidak lulus SD, 5 orang yang hanya lulus SD, 4 orang yang lulus SMP dan 3 orang yang sudah lulus dari perguruan tinggi (S1). Sebagian besar pedagang telah menempuh wajib belajar 9 tahun, bahkan dapat bersekolah sampai SMA. Namun, lapangan kerja yang tidak setara dengan angkatan kerja di Indonesia, mendorong masyarakat menjadi wirausaha untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.
18
10% Tidak Tamat SD
3%
17% 13%
SD SMP SMA
57%
S1
Gambar 2 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan Tabel 4 menunjukkan bahwa seorang pedagang yang tidak tamat SD dan 5 orang pedagang yang tamat SD mengalami penurunan omzet. Pada pendidikan ini tidak ada pedagang yang tidak mengalami penurunan omzet. Pada pendidikan pedagang yang tamat SMP, 3 orang pedagang mengalami penurunan omzet dan seorang tidak mengalami penurunan omzet. Pada pendidikan pedagang yang lulus SMA, pedagang yang tidak mengalami penurunan omzet lebih banyak daripada lulusan SMP yaitu sebanyak 6 orang dan pedagang yang mengalami penurunan omzet sebanyak 11 orang. Namun, pada pendidikan lulusan perguruan tinggi (S1), terdapat 3 orang pedagang yang mengalami penurunan omzet. Hal ini dapat disebabkan oleh strategi yang dilakukan oleh pedagang, misalnya dalam melayani pembeli. Semakin besar pendidikan pedagang, perubahan omzet akan semakin kecil. Tabel 4 Karakteristik warung menurut pendidikan dan perubahan omzet Omzet
Pendidikan
Turun 1 5 3 11 3
Tidak Tamat SD SD SMP SMA S1
Tetap 0 0 1 6 0
4. Lama Usaha Gambar 3 menunjukkan lama usaha warung paling banyak adalah di bawah 20 tahun, yaitu sebanyak 23 usaha atau 77 persen. Warung dengan lama usaha 2140 tahun ada 5 orang dan lama usaha di atas 40 tahun hanya ada 2 usaha.
17%
6%
< 20 tahun 21-40 tahun
77%
> 40 tahun
Gambar 3 Karakteristik responden berdasarkan lama usaha
19
Tabel 5 menunjukkan bahwa warung dengan lama usaha kurang dari 20 tahun yang mengalami penurunan omzet sebanyak 20 warung dan 3 warung dengan omzet tetap. Lama usaha pada rentang 21-40 tahun, semakin sedikit usaha yang mengalami penurunan omzet yaitu hanya 3 warung dan 2 warung dengan omzet tetap. Lama usaha lebih dari 40 tahun tidak ada warung yang mengalami penurunan omzet dan 2 warung dengan omzet tetap. Semakin lama usaha yang telah dilakukan, perubahan omzet akan semakin kecil. Tabel 5 Karakteristik warung menurut lama usaha dan perubahan omzet Omzet
Lama Usaha
Turun 20 3 0
< 20 tahun 21-40 tahun > 40 tahun
Tetap 3 2 2
5. Jarak Jarak dari warung ke supermarket terdekat yang paling banyak adalah kurang dari 500 meter, yaitu 14 usaha atau 46 persen. Ada 9 warung yang berada pada jarak 501-1000 meter, 5 warung pada jarak 1000-1500 meter dan 2 warung pada jarak lebih dari 1500 meter. Hal ini dapat membuat perubahan omzet akan semakin besar. Warung yang lebih jauh jaraknya dari supermarket dapat berdampak perubahan omzet yang kecil atau bahkan tidak berdampak sama sekali. < 500 meter
17%
7%
501-1000 meter
46% 30%
1001-1500 meter > 1500 meter
Gambar 4 Karakteristik responden berdasarkan jarak Tabel 6 menunjukkan karakteristik warung menurut jarak dan perubahan omzet. Lokasi usaha dengan jarak kurang dari 500 meter ke supermarket terdekat yang mengalami penurunan omzet sebanyak 14 warung dan tidak ada usaha dengan omzet tetap. Pada jarak usaha dengan rentang 500-1000 meter, semakin sedikit yang mengalami penurunan omzet yaitu sebanyak 9 warung dan tidak ada warung dengan omzet tetap. Pada jarak usaha dengan rentang 1000-1500 meter, tidak ada warung yang mengalami penurunan omzet dan 5 warung dengan omzet tetap. Pada jarak lebih dari 1500 meter, tidak ada warung yang mengalami penurunan omzet dan ada 2 warung dengan omzet tetap. Semakin jauh jarak lokasi warung dengan supermarket, perubahan omzet akan semakin kecil.
20
Tabel 6 Karakteristik warung menurut jarak dan perubahan omzet Omzet
Jarak
Turun 14 9 0 0
< 500 501-1000 1001-1500 >1500
Tetap 0 0 5 2
6. Waktu Kerja Gambar 5 menunjukkan waktu kerja pedagang paling banyak berada pada rentang waktu 10-14 jam, yaitu sebanyak 13 warung. Pada rentang waktu 15-19 jam terdapat 12 warung dan hanya ada 5 warung yang beroperasi di atas 19 jam. Sebagian besar warung beroperasi pada rentang waktu 10-19 jam.
17%
< 15 jam
43%
15-19 jam > 19 jam
40%
Gambar 5 Karakteristik responden berdasarkan waktu kerja Tabel 7 menunjukkan warung dengan waktu kerja kurang dari 15 jam dan antara 15-19 jam mengalami penurunan omzet, yaitu 9 warung. Namun, 5 warung dengan waktu kerja kurang dari 15 jam dan 2 warung dengan waktu kerja antara 15-19 jam tidak mengalami penurunan omzet. Selain itu, ada 5 warung yang mengalami penurunan omzet dengan waktu kerja lebih dari 19 jam, namun tidak ada warung yang tidak mengalami penurunan omzet. Semakin lama waktu kerja pedagang, perubahan omzet akan semakin kecil. Tabel 7 Karakteristik warung menurut waktu kerja dan perubahan omzet Waktu Kerja < 15 jam 15-19 jam > 19 jam
Omzet Turun 9 9 5
Tetap 5 2 0
Produk-produk yang Mengalami Penurunan Jumlah Penjualan Terdapat 10 jenis produk yang mengalami penurunan jumlah penjualan, yaitu gula, mi instan, minyak goreng, telur, beras, tepung terigu, sabun cuci (detergen), susu, garam dan kopi. Hal ini dapat diuji secara statistik dengan Uji Tanda.
21
Tabel 9 Uji tanda produk yang mengalami penurunan jumlah penjualan N ProdukSebelum – ProdukSesudah
Perbedaan Negatif Perbedaan Positif Tidak Ada Perbedaan Jumlah
Z Asymp. Sig. (2-tailed)
115 0 0 115 -10.631 0.000
Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai probabilitas Asymp. Sig. (2-tailed) 0.000, artinya nilai penjualan produk sebelum dan sesudah adanya supermarket adalah tidak sama. Nilai produk sesudah lebih kecil daripada nilai produk sebelum, yang berarti jumlah penjualan produk sesudah adanya supermarket mengalami penurunan. Tabel 8 Jumlah warung yang mengalami penurunan jumlah penjualan produk Produk Gula Mi instan Minyak goreng Telur Beras Tepung terigu Sabun cuci (detergen) Susu Garam Kopi
Turun 22 21 20 20 19 3 3 3 3 2
Tetap 8 9 10 10 11 27 27 27 27 28
Tabel 9 menunjukkan jumlah warung yang mengalami penurunan jumlah penjualan produk. Produk-produk yang dominan berpengaruh jumlah penjualannya adalah gula, mi instan, minyak goreng, telur dan beras. Hal ini dapat terjadi karena harga produk-produk tersebut rata-rata lebih murah di supermarket daripada di warung. Selain itu, supermarket cukup sering mengadakan promo yang menarik pembeli untuk berbelanja di supermarket, sehingga pembeli lebih memilih untuk berbelanja di supermarket. Pembeli cenderung lebih suka berbelanja keperluan rumah tangga sekaligus dalam satu waktu, yang biasa disebut belanja bulanan serta produk yang dijual di supermarket lebih lengkap daripada yang dijual di warung. Analisis Uji t-Berpasangan Omzet Warung Analisis uji t-berpasangan dilakukan untuk mengetahui besar rata-rata omzet pedagang eceran (warung) sebelum dan sesudah didirikannya supermarket serta apakah ada perbedaan antara omzet sebelum dan sesudah didirikannya supermarket. Penelitian yang dilakukan oleh Hutabarat (2009), Aryani (2011),
22
Susilo (2011), Yudhistira (2014) dan Zahratain (2014) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan omzet antara sebelum dan sesudah adanya pasar modern. Ratarata omzet warung mengalami penurunan. Tabel 10 menunjukkan bahwa rata-rata omzet sebelum ada supermarket adalah Rp 69 450 000,- per bulan dengan standar deviasi 50 031 085.165 dan sesudah ada supermarket rata-rata Rp 46 350 000,- per bulan dengan standar deviasi 29 663 457.143. Selisih rata-rata omzet adalah Rp 23 100 000,- per bulan. Tabel 10 Rata-rata omzet sebelum dan sesudah ada supermarket
Omzet Sebelum Omzet Sesudah
Rata-rata
Std. Deviasi
Rata- rata Std. Error
69 450 000.000
50 031 085.165
9 134 384.640
46 350 000.000
29 663 457.143
5 415 781.537
Tabel 11 menunjukkan bahwa besar t hitung adalah 5.126 dengan nilai probabilitas (sig. 2-tailed) 0.000. Nilai probabilitas kurang dari 0.05, maka omzet sebelum dan sesudah ada supermarket berbeda nyata. Tabel 11 Perbedaan omzet sebelum dan sesudah ada supermarket Rata-rata
Std. Deviasi
Rata- rata Std. Error
t
Sig. (2tailed)
Omzet Sebelum 23 100 000.000 24 684 788.699 4 506 805.199 5.126 0.000 – Omzet Sesudah Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hutabarat (2009), Aryani (2011), Susilo (2011), Yudhistira (2014) dan Zahratain (2014). Terdapat perbedaan omzet antara sebelum dan sesudah adanya supermarket. Analisis Crosstab Analisis crosstab digunakan untuk mendeskripsikan hubungan antara variabel baris dan kolom dengan analisis statistik. Dalam penelitian ini digunakan analisis Chi square. Hasil analisis crosstab dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Hubungan variabel dengan omzet usaha Variabel Pendidikan Lama Usaha Jarak Waktu Kerja
Chi Square 4.105 8.709 30.000 2.885
Chi Square Tabel
Df
9.488 5.991 7.815 5.991
4 2 3 2
Asymp. Sig. (2sided) 0.392 0.013 0.000 0.236
23
Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai Chi Square variabel pendidikan sebesar 4.105 lebih kecil dari nilai Chi Square tabel pada df 4 dan nilai Asymp. Sig. (2sided) sebesar 0.392 lebih besar dari 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan pedagang dengan perubahan omzet. Nilai Chi Square variabel lama usaha sebesar 8.709 lebih besar dari nilai Chi Square tabel pada df 2 dan nilai Asymp. Sig. (2-sided) sebesar 0.013 lebih kecil dari 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama usaha warung dengan perubahan omzet. Nilai Chi Square variabel jarak sebesar 30 lebih besar dari nilai Chi Square tabel pada df 3 dan nilai Asymp. Sig. (2-sided) sebesar 0.000 lebih kecil dari 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jarak lokasi usaha ke supermarket terdekat dengan perubahan omzet. Nilai Chi Square variabel waktu kerja sebesar 2.885 lebih kecil dari nilai Chi Square tabel pada df 2 dan nilai Asymp. Sig. (2-sided) sebesar 0.236 lebih besar dari 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara waktu kerja pedagang dengan perubahan omzet. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perubahan Omzet Warung Penelitian yang dilakukan oleh Kusyuniarti (2012) menunjukkan bahwa variabel pendidikan dan jarak memengaruhi perubahan omzet, Widiandra dan Sasana (2013) menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh adalah jarak, Efriani (2014) menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh adalah pendidikan dan jarak, Sari (2014) menjunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh adalah jarak, serta Zahratain (2014) menunjukkan faktor yang berpengaruh adalah pendidikan. Berdasarkan uji normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test) diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov Test (test statistic) sebesar 0.116 dan asymp. sig. (2-tailed) sebesar 0.2. Karena nilai asymp. sig. (2-tailed) lebih besar dari 0.05, maka data berdistribusi normal. Berdasarkan uji multikolinearitas, nilai VIF untuk variabel pendidikan sebesar 1.145 lebih kecil dari 10 atau nilai Tolerance 0.874 lebih besar dari 0.10, maka tidak terjadi multikolinearitas. Nilai VIF untuk variabel lama usaha sebesar 1.778 lebih kecil dari 10 atau nilai Tolerance 0.562 lebih besar dari 0.10, maka tidak terjadi multikolinearitas. Nilai VIF untuk variabel jarak sebesar 1.552 lebih kecil dari 10 atau nilai Tolerance 0.644 lebih besar dari 0.10, maka tidak terjadi multikolinearitas. Nilai VIF untuk variabel waktu kerja sebesar 1.134 lebih kecil dari 10 atau nilai Tolerance 0.882 lebih besar dari 0.10, maka tidak terjadi multikolinearitas. Berdasarkan uji heteroskedastisitas (Spearman), nilai signifikasi variabel pendidikan dengan Unstandarized Residual sebesar 0.914. Nilai tersebut lebih besar dari 0.05, maka tidak terjadi heteroskedastisitas pada variabel pendidikan. Nilai signifikasi variabel lama usaha dengan Unstandarized Residual sebesar 0.694. Nilai tersebut lebih besar dari 0.05, maka tidak terjadi heteroskedastisitas pada variabel lama usaha. Nilai signifikasi variabel jarak dengan Unstandarized Residual sebesar 0.921. Nilai tersebut lebih besar dari 0.05, maka tidak terjadi heteroskedastisitas pada variabel jarak. Nilai signifikasi variabel waktu kerja
24
dengan Unstandarized Residual sebesar 0.475. Nilai tersebut lebih besar dari 0.05, maka tidak terjadi heteroskedastisitas pada variabel waktu kerja. Tabel 13 Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan omzet warung Variabel Pendidikan Lama Usaha Jarak Waktu Kerja Konstanta R2 = 0.776
Koefisien t-statistik -1.795 -3.285 0.387 2.124 -0.041 -8.132 -0.014 -0.030 69.125 6.352 F (statistic) = 21.634
P-value 0.003 0.044 0.000 0.976 0.000 Prob. = 0.000
Model yang diperoleh dari Tabel 13 adalah: ̂ i = 69.125 – 1.795 PDi + 0.387 LUi – 0.041 JRi – 0.014 WKi 𝑂𝑀𝑍 Nilai koefisien determinasi dari model di atas sebesar 0.776. Artinya, 77.6 persen keragaman nilai omzet dapat dijelaskan oleh masing-masing variabel bebas yang ada dalam model. Sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model, yaitu sebesar 22.4 persen. Nilai prob. F (statistic) pada tabel di atas adalah 0.000, lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05. Artinya, model regresi linear yang diestimasi layak untuk menjelaskan pengaruh pendidikan, lama usaha, jarak dan waktu kerja terhadap variabel terikat perubahan omzet. Nilai prob. t hitung dari variabel pendidikan sebesar 0.003 yang lebih kecil dari 0.05, sehingga variabel pendidikan berpengaruh signifikan terhadap variabel perubahan omzet pada alpha 5 persen. Nilai prob. t hitung dari variabel lama usaha sebesar 0.044 yang lebih kecil dari 0.05, sehingga variabel lama usaha berpengaruh signifikan terhadap variabel perubahan omzet pada alpha 5 persen. Nilai prob. t hitung dari variabel jarak sebesar 0.000 yang lebih kecil dari 0.05, sehingga variabel jarak berpengaruh signifikan terhadap variabel perubahan omzet pada alpha 5 persen. Nilai prob. t hitung dari variabel waktu kerja sebesar 0.976 yang lebih besar dari 0.05, sehingga variabel waktu kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel perubahan omzet pada alpha 5 persen. Variabel pendidikan, lama usaha dan jarak berpengaruh signifikan terhadap perubahan omzet, sedagkan variabel waktu kerja tidak berpengaruh signifikan. Pengaruh Pendidikan terhadap Perubahan Omzet Pendidikan memiliki pengaruh negatif dan signifikan pada taraf nyata 5 persen terhadap perubahan omzet dengan koefisien parameter 1.795. Artinya, jika pendidikan pedagang eceran meningkat satu tingkat, perubahan omzet akan bertambah kecil sebanyak 1.795 persen, ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan penelitian Kusyuniarti (2012), Efriani (2014) dan Zahratain (2014) bahwa pendidikan berpengaruh terhadap perubahan omzet. Semakin tinggi tingkat pendidikan pedagang, pedagang semakin mampu memiliki strategi yang tepat untuk usahanya. Pedagang dengan tingkat pendidikan yang tinggi jauh lebih
25
mampu membaca situasi pasar dan strategi apa yang tepat untuk dilakukan baik dari segi ekonomi maupun sosial. Pengaruh Lama Usaha terhadap Perubahan Omzet Lama usaha memiliki pengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata 5 persen terhadap perubahan omzet dengan koefisien parameter 0.387. Artinya, jika lama usaha pedagang eceran meningkat satu tahun, perubahan omzet akan bertambah besar sebanyak 0.387 persen, ceteris paribus. Semakin lama usaha yang telah dijalankan, semakin besar perubahan omzet yang didapat oleh pedagang. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal bahwa semakin lama usaha yang telah dijalankan, maka semakin kecil perubahan omzet yang didapat oleh pedagang. Pedagang yang lebih lama menjalani usahanya mengalami kalah saing dengan pedagang yang baru karena pada umumnya orang melakukan survey pasar terlebih dahulu untuk membuka usaha dan melakukan inovasi dalam menjalankan usahanya. Pengaruh Jarak terhadap Perubahan Omzet Jarak memiliki pengaruh negatif dan signifikan pada taraf nyata lima persen terhadap perubahan omzet dengan koefisien parameter 0.041. Artinya, jarak pedagang eceran ke supermarket terdekat meningkat satu meter, perubahan omzet akan bertambah kecil sebanyak 0.041 persen, ceteris paribus. Hal ini sejalan dengan penelitian Kusyuniarti (2012), Widiandra dan Sasana (2013), Sari (2014) dan Efriani (2014) bahwa jarak berpengaruh terhadap perubahan omzet. Semakin dekat lokasi usaha dengan pasar modern, semakin besar perubahan omzet yang akan didapat oleh pedagang. Sementara, semakin jauh lokasi usaha dengan pasar modern, semakin kecil perubahan omzet yang didapat oleh pedagang. Pengaruh Waktu Kerja terhadap Perubahan Omzet Waktu kerja tidak berpengaruh secara nyata terhadap perubahan omzet warung. Hal ini dapat ditunjukkan dengan P-value waktu usaha sebesar 0.976 yang lebih besar dari taraf nyata 5 persen. Dilihat dari nilai koefisiennya, waktu kerja memiliki hubungan negatif terhadap perubahan omzet dimana semakin lama waktu kerja yang dijalankan oleh pedagang akan membuat perubahan omzet semakin kecil 0.014 persen, ceteris paribus. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Kusyuniarti (2012), bahwa waktu kerja tidak berpengaruh terhadap perubahan omzet. Omzet warung tidak akan bertambah dengan penambahan waktu kerja. Di sekitar tempat usaha cukup banyak terdapat usaha-usaha (warung) lain dan menjual produk-produk yang sama. Hal ini membuat pedagang-pedagang bersaing satu sama lain. Faktor lain seperti jarak yang dekat dengan rumah-rumah masyarakat dan banyaknya jumlah rumah yang ada di sekitarnya, serta letak yang strategis yaitu dekat dengan sekolah atau tempat kerja, menentukan keputusan konsumen untuk berbelanja. Tenaga Kerja Selain dampak negatif yang ditimbulkan, ada pula dampak positif dari adanya supermarket di Kecamatan Dramaga. Salah satu dampak positif adanya supermarket adalah dari sisi tenaga kerja. Wawancara dilakukan kepada 30 karyawan yang bekerja di Yogya, serta 30 karyawan yang bekerja di Giant.
26
Tabel 14 Asal karyawan yang bekerja di Yogya Dramaga Dramaga 1 1
Asal Non-Dramaga 1 3 3
Supervisor Divisi Food
-
1
1
Service Crew Divisi Fresh Food Admin Divisi Fresh Food Admin Divisi Food Cleaning Service Service Crew General Merchandise
1 1 3 2
2 1 -
2 1 1 4 2
Kasir Customer Service Satpam Supervisor Total
2 11
4 1 2 1 19
4 1 4 1 30
Jenis Pekerjaan Service Crew Divisi Non-Food Service Crew Divisi Food SPG
Total 1 4 4
Tabel 14 menunjukkan bahwa dari 30 karyawan Yogya Dramaga yang diwawancara, 37 persen berasal dari Dramaga, yaitu sebanyak 11 orang. Sisanya, 63 persen berasal dari luar Dramaga, yaitu sebanyak 19 orang. Dari 11 karyawan di Yogya yang berasal dari Dramaga, masing-masing terdapat 1 orang dari bagian SPG, service crew divisi food, admin divisi fresh food dan admin divisi food. Selain itu, 2 orang karyawan dari service crew general merchandise dan satpam, serta yang paling banyak dari cleaning service yang berjumlah 3 orang. Tabel 15 Asal karyawan yang bekerja di Giant Dramaga Dramaga 2
Asal Non-Dramaga 3
Service Crew Divisi Food
-
4
4
Cleaning Service
2
1
3
Satpam
2
2
4
Service Crew General Merchandise
-
1
1
SPG
2
7
9
Supervisor Divisi Food
-
1
1
Service Crew Divisi Fresh Food Total
1 9
2 21
3 30
Jenis Pekerjaan Kasir
Total 5
27
Tabel 15 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang bekerja di Giant, 30 persen berasal dari Dramaga, yaitu sebanyak 9 orang. Sisanya, 70 persen berasal dari luar Dramaga, yaitu sebanyak 21 orang. Masyarakat Dramaga yang bekerja di Giant masih lebih sedikit daripada yang bekerja di Yogya. Dari 9 karyawan di Giant yang berasal dari Dramaga, masing-masing terdapat 2 orang dari bagian cleaning service, kasir, SPG dan satpam. Selain itu, hanya ada 1 orang karyawan dari bagian service crew divisi fresh food. Pendirian dua supermarket ini berdampak cukup baik bagi masyarakat Dramaga. Hal ini dapat membantu masyarakat Dramaga yang tidak memiliki pekerjaan atau belum memiliki pekerjaan yang tetap untuk mendapatkan pekerjaan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian wawancara yang dilakukan terhadap pedagang dan karyawan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Ada perbedaan antara rata-rata omzet pedagang eceran (warung) sebelum dan sesudah didirikannya supermarket. Rata-rata omzet warung menurun. 2. Faktor-faktor yang memengaruhi perubahan omzet usaha pedagang eceran (warung) adalah pendidikan, lama usaha dan jarak. 3. Rata-rata masyarakat Dramaga yang bekerja di supermarket yang baru didirikan di Kecamatan Dramaga sebanyak sepertiga dari tiga puluh karyawan dari masing-masing supermarket. Saran 1. Sebaiknya pedagang memperhatikan strategi usaha agar usahanya dapat terus berjalan dengan baik. Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan inovasi produk yang dijual, seperti menjual gas. Selain itu, pedagang dapat menerapkan sistem antar (delivery) dengan ketentuan tertentu seperti pembelian produk yang berat atau berukuran besar serta pembelian produk dalam jumlah banyak, sistem pesanan dengan penyediaan produk yang diinginkan pembeli dalam pembelian selanjutnya dan dengan menginformasikan kepada pembeli jika barang sudah ada. 2. Sebaiknya pemerintah membatasi pasar modern yang akan didirikan di suatu tempat dengan melihat keadaan di sekitarnya, seperti dalam penelitian ini, pemerintah seharusnya bisa lebih menempatkan perizinan pendirian suatu pasar modern di tempat yang tidak dekat dengan pedagang eceran yang dapat memberikan dampak buruk terhadap penurunan omzet atau mematikan usahanya. Sebaiknya ditinjau lagi jarak antara pasar modern dengan pedagang kecil yang telah ada. 3. Sebaiknya penelitian selanjutnya mencakup supermarket-supermarket yang ada di Kabupaten dan Kota Bogor untuk melihat pengaruh supermarket terhadap pedagang eceran (warung) di sekitarnya secara keseluruhan. Variabel yang dapat ditambahkan untuk penelitian, seperti modal usaha, usia, strategi bisnis, termasuk pekerjaan utama atau bukan, lokasi usaha
28
strategis atau tidak. Peneliti dapat pula melihat dampak terhadap perilaku konsumen. Dampak terhadap tenaga kerja dapat ditambahkan perubahan kesejahteraan tenaga kerja.
DAFTAR PUSTAKA Aini, Siti Qorrotu. 2011. Eksistensi Pasar Tradisional Ditengah Pesona Pasar Modern. [Internet]. [diakses pada tanggal 16 Maret 2016]. Tersedia pada: litbang.patikab.go.id/index.php/2016-02-07-13-44-28/artikelitem/108eksistensi-pasar-tradisional-ditengah-pesona-pasar-modern Anonim. 2009. Uji Asumsi Klasik. [Internet]. [diakses pada tanggal 23 Februari 2016]. Tersedia pada: http://www.konsultanstatistik.com/2009/03/ujiasumsi-klasik.html Anonim. 2013. Pengertian Tenaga Kerja, Angkatan Kerja dan Kesempatan Kerja. [Internet]. [diakses pada tanggal 23 Februari 2016]. Tersedia pada: http://pengertiandefinisi.com/pengertian-tenaga-kerja-angkatan-kerja-dankesempatan-kerja/ Aryani, Dwinita. 2011. Efek Pendapatan Pedagang Tradisional dari Ramainya Kemunculan Minimarket di Kota Malang. Jurnal Dinamika Manajemen, 2(2): 169-180. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) Tahun 2014-2016. [Internet]. [diunduh tanggal 1 Maret 2016]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id Damanik, Erikson. 2015. Pengertian Omzet Penjualan Menurut Ahli. [Internet]. [diakses pada tanggal 23 Februari 2016]. Tersedia pada: http://pengertianpengertian-info.blogspot.co.id/2015/11/pengertian-omzet-penjualanmenurut-ahli.html [DISKOPERINDAG] Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan. 2014. Rencana Strategis Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018. [Internet]. [diunduh tanggal 4 September 2016]. Tersedia pada: http://diskoperindag.bogorkab.go.id/ Dimas, Nenik. 2009. Penyerapan Tenaga Kerja di DKI Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), 16(1): 32-41. Efriani, Selly. 2014. Dampak Ritel Modern terhadap Omzet Pedagang Pasar Tradisional di Kota Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Fadhilah, Ani Nur. 2011. Dampak Minimarket terhadap Pasar Tradisional (Studi Kasus di Ngaliyan) [SKRIPSI]. Semarang (ID): Institut Agama Islam Negeri Walisongo. Haryotejo, Bagas. 2014. Dampak Ekspansi Hypermarket terhadap Pasar Tradisional di Daerah. Jurnal Bina Praja, 6(3): 237-248. Hutabarat, Marthin Rapael. 2009. Dampak Kehadiran Pasar Modern Brastagi Supermarket terhadap Pasar Tradisional Sei Sikambing di Kota Medan [Skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara. Indrakh. 2007. Pasar Tradisional di Tengah Kepungan Pasar Modern. [Internet]. [diakses pada tanggal 23 Februari 2016]. Tersedia pada:
29
https://indrakh.wordpress.com/2007/09/03/pasar-tradisional-di-tengahkepungan-pasar-modern/ Juanda, Bambang. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. Bogor: IPB Press. Kusyuniarti, Mega. 2012. Dampak Pendirian Minimarket terhadap Perubahan Omzet Pedagang Eceran Tradisional dan Tingkat Pengeluaran Masyarakat (Kasus: Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Martadisastra, Dedie. 2010. Persaingan Usaha Ritel Modern dan Dampaknya terhadap Pedagang Kecil Tradisional. Jurnal Persaingan Usaha, Oral Capps, Jr. 1997. New Competition for Supermarket: A Case Study. The Retail Food Industry Center. Working Paper 97-05. Priyatno, Duwi. 2014. SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis. Yogyakarta: Andi. Purwanto, W. 2012. Analisa Persaingan Antara Pasar Tradisional dengan Pasar Modern Studi Kasus di Kawasan Ciledug Tangerang. Jurnal MIX. Vol 5 No 3, Oktober 2012. Riyadi N, Zainal A. 2010. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol 8 No 1, Juli 2010. Sari, Fitria Permata. 2014. Dampak Kehadiran Ritel Modern terhadap Profitabilitas Pedagang Pasar Tradisional di Kota Bekasi [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sarwoko, Endi. 2008. Dampak Keberadaan Pasar Modern terhadap Kinerja Pedagang Pasar Tradisional di Wilayah Kabupaten Malang. Jurnal Ekonomi Modernisasi. Vol 4 No 2, Juni 2008. Sasikirana, Hardyani. 2014. Dampak Kehadiran Ritel Modern terhadap Omzet Pedagang Pasar Tradisional di Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sirumapea, Winda Hartati. 2013. Pasar Tradisional dan Pasar Modern. [Internet]. [diakses pada tanggal 16 Maret 2016]. Tersedia pada: https://windasirumapea.wordpress.com/2013/12/23/pasar-tradisional-danpasar-modern/ Statistik Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2015. 2015. Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bogor Tahun 20132014. [Internet]. [diunduh 2016 Maret 1]. Tersedia pada: https://bogorkab.bps.go.id/ Suryadarma et al. 2007. Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di Daerah Perkotaan di Indonesia. Lembaga Penelitian SMERU. Susilo, Dwi. 2011. Dampak Operasi Pasar Modern terhadap Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional di Kota Pekalongan [Skripsi]. Pekalongan (ID): Universitas Pekalongan. Vitalia, Devi Rizky. 2014. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Semarang [Skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Widiandra, dan Hadi Sasana. 2013. Analisis Dampak Keberadaan Pasar Modern terhadap Keuntungan Usaha Pedagang Pasar Tradisional (Studi Kasus di
30
Pasar Tradisional Kecamatan Banyumanik Kota Semarang). Diponegoro Journal of Economics, 2(1): 1-6. Yudhistira, Stefano Yesse Bria. 2014. Dampak Keberadaan Mall Armada Town Square terhadap Pedagang Pasar Gotong Royong dan Pasar Rejowinangun di Kota Magelang Tahun 2011-2014 [Skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Zahratain, Iin. 2014. Dampak Perkembangan Toko Modern terhadap Kinerja Pedagang Produk Pertanian pada Pasar Tradisional di Kota Bekasi [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
31
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji Tanda Frequencies N Negative Differencesa
ProdukSesudah - ProdukSebelum
115
Positive Differencesb
0
Tiesc
0
Total
115
a. ProdukSesudah < ProdukSebelum b. ProdukSesudah > ProdukSebelum c. ProdukSesudah = ProdukSebelum Test Statisticsa ProdukSesudah ProdukSebelum Z
-10.631
Asymp. Sig. (2-tailed)
.000
a. Sign Test
Lampiran 2 Uji-t berpasangan Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Omzet Sebelum
69450000.0000
30 50031085.16471
9134384.64039
Omzet Sesudah
46350000.0000
30 29663457.14267
5415781.53688
Paired Samples Correlations N Pair 1
Omzet Sebelum & Omzet Sesudah
Correlation 30
.934
Sig. .000
32
Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Std.
Std.
Deviatio
Error
n
Mean
Mean
Interval of the Difference Lower
Sig. (2-
Upper
t
df
tailed)
Pair 1 Omzet Sebelum
- 2310000 2468478 4506805 1388254 3231745
Omzet
0.00000
8.69878
.19919 8.41530
1.58470
5.126
29
.000
Sesudah
Lampiran 3 Crosstab Case Processing Summary Cases Valid N Y * PD
Missing
Percent 100.0
30
Y * LU
% 100.0
30
Y * JR
% 100.0
30
Y * WK
N
% 100.0
30
%
Total
Percent
N
Percent
0
0.0%
30
0
0.0%
30
0
0.0%
30
0
0.0%
30
100. 0% 100. 0% 100. 0% 100. 0%
Crosstab Count PD Tidak Tamat SD Y
SD
SMP
SMA
S1
Total
tetap
0
0
1
6
0
7
turun
1
5
3
11
3
23
1
5
4
17
3
30
Total
33
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio
df
Asymp. Sig. (2-sided)
4.105a
4
.392
6.023
4
.197
.942
1
.332
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
30
a. 9 cells (90.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .23.
Crosstab Count LU < 21 tahun Y
21-40 tahun
> 40 tahun
Total
tetap
3
2
2
7
turun
20
3
0
23
23
5
2
30
Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
df
Asymp. Sig. (2-sided)
8.709a
2
.013
8.054
2
.018
7.980
1
.005
30
a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .47.
Crosstab Count JR < 500 meter Y
501-1000 meter
1001-1500 meter
> 1500 meter
Total
tetap
0
0
5
2
7
turun
14
9
0
0
23
14
9
5
2
30
Total
34
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
df
Asymp. Sig. (2-sided)
30.000a
3
.000
32.596
3
.000
21.345
1
.000
N of Valid Cases
30
a. 6 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .47.
Crosstab Count WK < 15 jam Y
15-19 jam
> 19 jam
Total
tetap
5
2
0
7
turun
9
9
5
23
14
11
5
30
Total
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
df
Asymp. Sig. (2-sided)
2.885a
2
.236
3.916
2
.141
2.788
1
.095
30
a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.17.
35
Lampiran 4 Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
30
Normal Parametersa,b
Mean
.0000000
Std. Deviation
Most Extreme Differences
8.86359369
Absolute
.116
Positive
.114
Negative
-.116
Test Statistic
.116 .200c,d
Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.
Lampiran 5 Multikolinearitas Coefficientsa Standardize Unstandardized
d
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics Toleranc
Model (Constant 1 ) PD
LU
JR
WK
B
Std. Error
69.125
10.883
-1.795
.547
.387
Beta
t
Sig.
e
VIF
6.352
.000
-.333
-3.285
.003
.874
1.145
.182
.268
2.124
.044
.562
1.778
-.041
.005
-.959
-8.132
.000
.644
1.552
-.014
.471
-.003
-.030
.976
.882
1.134
a. Dependent Variable: Y
36
Lampiran 6 Heteroskedastisitas Correlations Unstandar dized PD Spearman's PD
Correlation
rho
Coefficient Sig. (2-tailed) N LU
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
JR
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
WK
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Unstandardized
Correlation
Residual
Coefficient Sig. (2-tailed) N
LU
JR
WK
Residual
1.000
.301
-.006
-.254
.021
.
.106
.975
.175
.914
30
30
30
30
30
.301
1.000
.501**
-.253
.075
.106
.
.005
.177
.694
30
30
30
30
30
-.006
.501**
1.000
-.106
.019
.975
.005
.
.578
.921
30
30
30
30
30
-.254
-.253
-.106
1.000
.136
.175
.177
.578
.
.475
30
30
30
30
30
.021
.075
.019
.136
1.000
.914
.694
.921
.475
.
30
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 7 Regresi Linier Berganda Variables Entered/Removeda Model
Variables Entered 1
WK, JR, PD, LUb
a. Dependent Variable: Y b. All requested variables entered.
Variables Removed
Method .
Enter
37
Model Summary Std. Error of the Model
R 1
R Square .881a
Adjusted R Square
.776
Estimate
.740
9.54638
a. Predictors: (Constant), WK, JR, PD, LU ANOVAa Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
7886.151
4
1971.538
Residual
2278.336
25
91.133
10164.486
29
Total
F 21.634
Sig. .000b
a. Dependent Variable: Y b. Predictors: (Constant), WK, JR, PD, LU Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
Beta
(Constant)
69.125
10.883
PD
-1.795
.547
LU
.387
JR WK a. Dependent Variable: Y
Coefficients t
Sig.
6.352
.000
-.333
-3.285
.003
.182
.268
2.124
.044
-.041
.005
-.959
-8.132
.000
-.014
.471
-.003
-.030
.976
38
Lampiran 8 Kuesioner penelitian No.
: KUESIONER PENELITIAN
Dalam rangka Tugas Akhir, saya memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk berpartisipasi dalam penelitian saya yang berjudul “Dampak Supermarket terhadap Omzet Pedagang Eceran (Warung) dan Tenaga Kerja di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor”. Kuesioner ini merupakan instrument penelitian dalam rangka penulisan skripsi program sarjana yang dilakukan oleh: Nama Pekerjaan NIM
: Vicky Avianturi Sony : Mahasiswa Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor (IPB) : H14120073
Saya mengharapkan Bapak/Ibu/Saudara untuk mengisi kuesioner ini dengan lengkap dan benar supaya informasi ilmiah yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan dan mencapai hasil yang diinginkan. Tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam menjawab pertanyaan dalam kuesioner ini. Sebelum mengisi kuesioner ini, diharapkan Bapak/Ibu/Saudara membaca terlebih dahulu petunjuk pengisian yang diberikan. Informasi yang diterima dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya akan digunakan untuk kepentingan akademik. Atas perhatian Bapak/Ibu/Saudara, saya mengucapkan terima kasih. Hari, tanggal Waktu Lokasi Wawancara
: : :
39
I. Karakteristik Responden 1. Nama
:
2. Alamat
:
RT:
RW:
No.:
Kelurahan:
Kecamatan: Dramaga
Kabupaten: Bogor
Kode pos:
3. Umur
:
tahun
4. Jenis kelamin
: Ο Laki-laki O Perempuan
5. Pendidikan terakhir
: Ο SD Ο SMP Ο SMA Ο D1/D2/D3/D4 Ο S1/S2/S3
II. Karakteristik Usaha 6. Lama usaha
:
tahun
7. Waktu operasional usaha :
jam/hari
8. Jarak ke pasar modern
:
meter (Giant) meter (Yogya)
9. Jumlah tenaga kerja
:
orang
10. Upah tenaga kerja
: Rp
/bulan
11. Omzet penjualan - Minimum - Maksimum
: Rp : Rp
/bulan /bulan
40
III. Kondisi Berdagang Sebelum dan Sesudah Adanya Pasar Modern
12. Berapa jumlah barang yang terjual per minggu? Produk
Sebelum ada Giant dan Yogya
Setelah ada Giant dan Yogya
Beras Minyak goreng Tepung terigu Gula Garam Telur Susu Teh Kopi Mie instan
IV. Persepsi Pedagang tentang Adanya Pasar Modern 13. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengetahui keberadaan pasar modern baru (Giant dan Yogya) di Kecamatan Dramaga? Ο Ya Ο Tidak 14. Dengan adanya pasar modern baru tersebut, adakah perubahan dalam usaha Bapak/Ibu/Saudara? Ο Ya, (maju/mundur) Ο Tidak 15. Bagaimana dampak adanya pasar modern baru terhadap usaha Bapak/Ibu/Saudara? Ο Menguntungkan, karena Ο Merugikan, karena Ο Tidak ada
41
V. Karyawan Supermarket yang Berasal dari Dramaga No.
Nama
Asal
Jenis pekerjaan
42
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Vicky Avianturi Sony, lahir di Bogor pada tanggal 3 Maret 1994. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, pasangan Bapak Sardjono dan Ibu Keliek Juriah Susanti. Jenjang pendidikan yang ditempuh penulis diawali dengan memasuki Taman Kanak-kanak Al Qur’an Tarbiyyatun Nisaa pada tahun 1998 hingga tahun 2000 di Kota Bogor, Jawa Barat. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SDN Semplak 2 dari tahun 2000 hingga tahun 2006, SMP Negeri 4 Bogor pada tahun 2006 hingga tahun 2009, serta SMA Negeri 2 Bogor dari tahun 2009 hingga tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN Tulis pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif dalam beberapa kegiatan kepanitian dan kepengurusan. Pada tahun 2012 hingga tahun 2013, penulis aktif dalam UKM MAX!! sebagai anggota divisi Event Organizer. Pada tahun 2013 hingga tahun 2014 penulis aktif dalam organisasi Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (HIPOTESA) sebagai Wakil Bendahara dan pada tahun 2014 hingga tahun 2015 sebagai Bendahara Umum. Penulis turut berpartisipasi sebagai Bendahara 2 dalam The 10th Hipotex-R 2013 dan sebagai Bendahara Umum dalam The 11th Hipotex-R 2014.