ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG WARUNG TENDA SEAFOOD DI KOTA BOGOR
DIAN WIDIASTUTI MAULASA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Hubungan Karaktersitik dan Perilaku Kewriausahaan Pedagang Warung Tenda Seafood di Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Dian Widiastuti Maulasa NIM H34100105
ABSTRAK DIAN WIDIASTUTI MAULASA. Analisis Hubungan Karakteristik dan Perilaku Kewirausahaan Pedagang Warung Tenda Seafood di Kota Bogor. Dibimbing oleh BURHANUDDIN. Kota Bogor saat ini merupakan kota yang memiliki berbagai tempat persinggahan maupun tempat wisata yang membuat banyak pendatang dari luar dan wirausaha dari Bogor sendiri tertarik untuk membuka usahanya di Kota Bogor, salah satunya yaitu warung tenda seafood. Kondisi yang dihadapi pedagang warung tenda seafood di Kota Bogor yaitu lokasi warung tenda seafood yang berdekatan memicu persaingan, lokasi yang digunakan oleh pedagang sering terjadi penggusuran dan kurangnya perhatian dalam hal manajemen keuangan usaha. Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi karakteristik pedagang warung tenda seafood (wirausaha dan usaha) dan perilaku kewirausahaan pedagang serta hubungan keduanya. Penelitian dilakukan di Kota Bogor dan pengambilan sampel menggunakan convenience sampling berjumlah 30 pedagang warung tenda seafood. Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif (Chi Square dan korelasi Rank Spearman) pada taraf α = 0.1. Hasil menunjukkan karakteristik yang berhubungan nyata dengan perilaku kewirausahaan antara lain kejujuran dan bertanggung jawab dengan sikap kewirausahaan, ramah dan jumlah tenaga kerja dengan sikap dan tindakan kewirausahaan, serta rajin, berani terhadap risiko, dan omset dengan semua unsur-unsur perilaku kewirausahaan. Kata kunci: karakteristik, kewirausahaan, pedagang warung tenda seafood. ABSTRACT DIAN WIDIASTUTI MAULASA. Analysis of Characteristics and Entrepreneurial Behaviours on Seafood Stall Sellers. Supervised by BURHANUDDIN. At present time Bogor has many drop by places and recreational places, therefore makes many visitors from other cities and as well as local entrepreneur intense to open business in Bogor and one example is informal tent seafood. Main conditions that are faced by seafood tent sellers are the closed location among others informal sellers that causes unfriendly competition, reluctance in financial management consideration, and illegal location make them vulnerable to get rid of by local government. The purpose of this research is to identify the characteristics of seafood tent sellers (the entrepreneur and the business itself), the behaviour and interrelationship between the two aspects. Research was conducted in Bogor city and sampling is made by convenience sampling on 30 tent seafood sellers. The analysis used is qualitative and quantitative (Chi Square and Rank Spearman) with degree of α = 0.1. The results showed that honesty and responsible with attitude, friendly and the number of workers with attitude and action, diligent daring to risk, and turnover with all of the elements of behaviour entrepreneurial. Keywords: characteristic, entrepreneurship, seafood stall sellers.
ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG WARUNG TENDA SEAFOOD DI KOTA BOGOR
DIAN WIDIASTUTI MAULASA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Analisis Hubungan Karakteristik dan Perilaku Kewirausahaan Pedagang Warung Tenda Seafood di Kota Bogor Nama : Dian Widiastuti Maulasa NIM : H34100105
Disetujui oleh
Dr Ir Burhanuddin, MM Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Dwi Rachmina, M.Si Ketua Departemen
Tanggal ditetapkan :
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini sebagai syarat kelulusan pada Studi Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan April-Mei 2014 dengan judul Analisis Hubungan Karakteristik dan Perilaku Kewirausahaan Pedagang Warung Tenda Seafood di Kota Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Burhanuddin MM selaku pembimbing skripsi. Ucapan terima kasih juga kepada para pedagang warung tenda seafood yang bersedia meluangkan waktu untuk memberikan informasi kepada penulis. Ungkapan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada papa mama tercinta atas doa, kasih sayang, motivasi, dan pelajaran yang diberikan dalam mendampingi penulis selama proses pengerjaan skripsi. Seluruh teman-teman seperjuangan Agribisnis 47 dan teman-teman sebimbingan skripsi (Tribowo Hernadi, Yuliana Mafiroh, Anisatun Faizah, Ayutyas Sayekti, Ririn Adelina, dan Fadholi) yang telah membantu kelancaran proses pengerjaan skripsi. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis menerima segala kritik dan saran yang dapat membangun. Penulis mohon maaf dan harap dimaklumi apabila terdapat kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini.
Bogor, Juli 2014
Dian Widiastuti Maulasa
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
Ruang Lingkup Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA
5
KERANGKA PEMIKIRAN
6
Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN
6 13 15
Lokasi dan Waktu Penelitian
15
Jenis dan Sumber Data
15
Metode Pengumpulan Data
15
Metode Penentuan Sampel
15
Metode Analisis Variabel
16
Metode Analisis Data
17
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
20
HASIL DAN PEMBAHASAN
22
Karakteristik Pedagang Warung Tenda Seafood di Kota Bogor
22
Perilaku Kewirausahaan
30
Hubungan antara Karakteristik dan Perilaku Kewirausahaan Pedagang Warung Tenda Seafood di Kota Bogor SIMPULAN DAN SARAN
32 40
Simpulan
40
Saran
40
DAFTAR PUSTAKA
40
LAMPIRAN
43
RIWAYAT HIDUP
48
DAFTAR TABEL 1 Perkembangan jumlah usaha kecil menengah (UKM) dan tenaga kerja di Kota Bogor tahun 2009-2013 2 Penduduk usia 15 tahun ke atas yang termasuk pengangguran terbuka menurut kategori pengangguran terbuka tahun 2009-2012 3 Sebaran pedagang warung tenda seafood di Kota Bogor April-Mei 2014 4 Luas wilayah dan jumlah penduduk menurut kecamatan Kota Bogor 2012 5 Banyaknya lokasi pedagang kaki lima menurut kecamatan 2012 6 Rataan hitung skor karakteristik wirausaha pedagang warung tenda seafood di Kota Bogor 7 Distribusi pedagang berdasarkan lokasi usaha 8 Distribusi pedagang berdasarkan modal usaha per bulan 9 Distribusi pedagang berdasarkan jumlah tenaga kerja 10 Distribusi pedagang berdasarkan lama berdagang per hari 11 Distribusi pedagang berdasarkan omset per bulan 12 Rataan hitung skor perilaku kewirausahaan pedagang warung tenda seafood di Kota Bogor pada Mei 2014 13 Hubungan karakteristik dengan perilaku kewirausahaan pedagang warung tenda seafood di Kota Bogor pada Mei 2014
1 2 16 21 22 22 26 26 28 29 29 30 32
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran operasional 2 Peta Kota Bogor
14 21
DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil uji korelasi rank Spearman dan Chi Square karakteristik pedagang dengan unsur-unsur perilaku kewirausahaan pedagang 2 Dokumentasi
43 47
PENDAHULUAN Latar Belakang Kota Bogor merupakan kota yang letaknya sangat strategis untuk meningkatkan sektor perdagangan. Saat ini terlihat Kota Bogor memiliki berbagai macam tempat yang mendatangkan banyak konsumen seperti tempat persinggahan maupun tempat wisata. Hal tersebut menimbulkan banyak pendatang dari luar dan masyarakat dari Bogor sendiri yang tertarik untuk bekerja atau ingin menuangkan keterampilannya dengan membuka usaha di Kota Bogor. Oleh karena itu, Kota Bogor dapat dikatakan sebagai wilayah yang memiliki potensi untuk meningkatkan perekonomian. Kota Bogor memiliki potensi untuk mengembangkan usaha terlihat dari perkembangan jumlah UKM yang terdapat di Kota Bogor. Tabel 1 menunjukkan UKM dan tenaga kerja di Kota Bogor mengalami peningkatan dari tahun 2009 sampai 2013. Berkembangnya UKM merupakan suatu hal yang menguntungkan karena memberi peluang kepada seseorang yang ingin mendapatkan pekerjaan. Seiring meningkatnya lapangan pekerjaan maka semakin meningkat pula angkatan kerja. Tabel 1 Perkembangan jumlah usaha kecil menengah (UKM) dan tenaga kerja di Kota Bogor tahun 2009-2013 Jumlah UKM Tenaga Kerja
Tahun
Rata-rata
2009
2010
2011
2012
2013
Pertumbuhan
32 256 57 107
32 901 58 249
33 559 57 107
33 572 58 249
33 907 58 831
0.01 0.01
Sumber: Kantor Koperasi dan UMKM Kota Bogor (diolah), 2013
Pengangguran merupakan fenomena yang tidak jarang terlihat di berbagai daerah. Pengangguran dapat ditemui juga di Kota Bogor dan hal tersebut dapat dikurangi dengan berbagai cara. Tabel 2 menunjukkan penduduk usia 15 tahun ke atas yang termasuk pengangguran terbuka terdiri dari beberapa kategori. Tabel tersebut menunjukkan bahwa jumlah pengangguran terbuka dari tahun 2009 sampai 2012 mengalami penurunan. Hal tersebut memperlihatkan masyarakat Kota Bogor secara langsung mengurangi angka pengangguran dengan cara terus berusaha mencari pekerjaan. Perlunya upaya-upaya lain untuk mengurangi angka pengangguran karena melihat kondisi Kota Bogor saat ini memiliki banyak peluang untuk membuka usaha. Salah satunya dapat dilakukan dengan membuka lapangan pekerjaan sendiri bagi masyarakat yang belum mendapatkan pekerjaan dengan menjadi seorang wirausaha. Memanfaatkan kompetensi, ketersediaan sumber daya, dan berani menghadapi tantangan serta pesaing dalam membuka lapangan pekerjaan. Masyarakat yang berwirausaha menunjukkan bahwa masyarakat tersebut dapat membuka suatu usaha secara mandiri pada bidang apa pun sesuai keahliannya. Hal tersebut merupakan peluang karena menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang ingin mendapatkan pekerjaan.
2 Tabel 2 Penduduk usia 15 tahun ke atas yang termasuk pengangguran terbuka menurut kategori pengangguran terbuka tahun 2009-2012 Tahun Kategori Pengangguran Terbuka
2009
2010
2011
2012
(Persen) Mencari Pekerjaan 61.03 55.94 84.08 Mempersiapkan Usaha 1.62 1.01 1.56 Merasa Tidak Mungkin Mendapatkan Pekerjaan 10.91 29.34 10.90 Sudah Punya Pekerjaan Tetapi Belum Mulai 26.44 13.71 3.47 Bekerja Jumlah Pengangguran Terbuka (orang) 90 638 72 015 44 985 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bogor, Kota Bogor dalam angka (diolah), 2012
84.08 1.56 10.89 3.47 39 417
Pedagang kaki lima merupakan pebisnis kecil yang telah lama merambah dan berkembang pesat di Kota Bogor. Koperasi dan UKM Kota Bogor melakukan pembinaan dan penataan pada beberapa pedagang kaki lima di Kota Bogor. Hal tersebut merupakan dukungan pada usaha pedgang kaki lima dalam memenuhi kebutuhan hidup. Berdasarkan data Koperasi dan UKM Kota Bogor pembinaan dilakukan di 51 titik lokasi yang terdapat di Kota Bogor yaitu berjumlah 9710 pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima tersebar tidak merata yaitu terdapat 5 titik pedagang kaki lima terbanyak di Kota Bogor antara lain: Jl. Dewi Sartika (depan Sartika Plaza), Jl. MA. Salmun, Jl. Suryakencana, Jl. Lawanggintung, dan Jl. Jambu Dua Pasar. Warung tenda seafood merupakan salah satu bisnis yang telah merambah di wilayah Kota Bogor sejak dulu hingga sekarang dan selalu ramai oleh pelanggan. Pedagang warung tenda seafood memiliki tujuan untuk mendirikan warung tenda seafood karena pedagang-pedagang tersebut berasal dari keluarga yang tidak mampu dan adanya keterbatasan kemampuan yang dimiliki. Hal tersebut mendorong pedagang untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dan bekerja keras untuk memperbaiki kualitas hidup pedagang dan keluarganya di masa depan yaitu dengan cara membuka usaha warung tenda seafood di Kota Bogor dan sekitarnya. Peluang tersebut menjadikan pedagang warung tenda seafood sebagai wirausaha yang dapat menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup walaupun tanpa membutuhkan keterampilan-keterampilan khusus dalam memulai usaha warung tenda seafood. Pedagang warung tenda seafood memiliki keahlian tersendiri dalam mengoperasionalkan usahanya. Hal tersebut dapat menunjukkan warung tenda seafood mana yang dapat menarik banyak konsumen. Pedagang warung tenda seafood menggunakan waktu dari jam 3 sore hingga jam 11 malam setiap hari, bahkan ada yang berdagang sampai jam 2 pagi demi memenuhi kebutuhan hidup serta keluarganya. Pedagang mempunyai perencanaan maupun strategi yang berbeda dalam mengelola usahanya. Pedagang yang ingin dagangannya laris akan melakukan tindakan khusus untuk menarik konsumen sebanyak-banyaknya. Pedagang warung tenda seafood tentunya memiliki karakter dan perilaku yang berbeda-beda dalam menjalankan usahanya. Maka dari itu, analisis terhadap karakteristik dan perilaku pedagang warung tenda seafood perlu untuk diteliti sehingga dapat memberikan pengetahuan.
3 Perumusan Masalah Kota Bogor memiliki banyak warung tenda seafood yang memenuhi wilayah-wilayah di Kota Bogor dan dagangan yang dijual relatif sama. Setiap harinya banyak konsumen yang berdatangan memenuhi warung tenda seafood tersebut. Tentunya pedagang warung tenda seafood memiliki perilaku yang berbeda-beda dalam mengoperasionalkan usahanya sehingga dapat menarik banyak konsumen walaupun posisi warung tenda seafood satu dengan yang lainnya berdekatan. Terdapat beberapa kondisi yang dihadapi pedagang warung tenda seafood di Kota Bogor yaitu: pertama, pedagang tetap berdagang walaupun terdapat banyaknya warung tenda seafood di berbagai wilayah Kota Bogor yang jaraknya berdekatan satu sama lain. Hal tersebut merupakan risiko bagi pedagang yaitu memicu persaingan yang ketat di antara pedagang warung tenda seafood tersebut. Hasil observasi terlihat lokasi yang saling berdekatan membuat konsumen mempunyai banyak pilihan untuk membeli di pedagang yang konsumen inginkan. Kedua, terdapat risiko lainnya yang dihadapi pedagang dalam membuka usahanya yaitu lokasi yang digunakan oleh pedagang untuk membuka warung tenda seafood terjadi penggusuran oleh pihak terkait. Walaupun hal tersebut terjadi, tidak membuat pedagang menyerah untuk berdagang sehingga pedagang akan tetap membuka warung tenda seafood baik tetap berdagang di lokasi yang sama maupun pindah lokasi. Hasil observasi menunjukkan para pedagang warung tenda seafood hanya memiliki satu warung tenda sehingga mereka mengabaikan apabila terjadi penggusuran. Ketiga, masih kurangnya tanggung jawab pedagang dalam hal manajemen keuangan usaha yaitu pencatatan keuangan usaha secara terperinci dari modal usaha yang digunakan sampai penerimaan usaha yang diperoleh, sehingga pedagang tidak mengetahui pertumbuhan usahanya dengan pasti. Pedagang hanya memperkirakan kerugian maupun keuntungan yang diperoleh. Hasil wawancara yang dilakukan terdapat pedagang warung tenda seafood yang tidak melakukan pencatatan keuangan usaha secara rutin karena mereka berpikir kegiatan tersebut tidak perlu, hal yang terpenting penghasilan dari usaha warung tenda seafood mereka terus mengalir dan masih mampu membuka usahanya tersebut dengan modal seadanya. Seorang pedagang memiliki karakteristik dan perilaku tertentu untuk menjalankan usahanya agar meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Karakteristik dan perilaku tersebut juga dapat menunjukkan kemampuan pedagang dalam menghadapi masalah dan menunjukkan tingkat keterampilan atau keahlian serta pengetahuan seorang pedagang dalam mengelola usaha. Hal tersebut tentunya akan menentukan tingkat kesejahteraan pedagang. Pedagang warung tenda seafood tentunya berhadapan langsung dengan masalah yang ada pada kegiatan usahanya. Kemampuan seorang pedagang sangat diperlukan dalam hal pengetahuan, sikap, dan tindakannya untuk mengelola usaha warung tenda seafood dari proses pengadaan bahan baku sampai melakukan penjualan dan menarik banyak pelanggan serta mempertahankan pelanggan tersebut. Komponen-komponen kemampuan pedagang tersebut akan membentuk karakter seorang pedagang dalam menjalankan usahanya hingga mencapai tujuan yang diinginkan.
4 Karakteristik wirausaha dan karakteristik usaha perlu dikaji karena diduga berhubungan dengan perilaku kewirausahaan pedagang warung tenda seafood dalam meningkatkan usahanya dan kebutuhan hidupnya. Perilaku tersebut diperkirakan dapat menunjukkan kemampuan seorang pedagang warung tenda seafood dalam mengelola usahanya. Maka dari itu, perlunya mengetahui karakteristik perilaku pedagang warung tenda seafood di Kota Bogor. Berdasarkan penjelasan di atas maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana karakteristik wirausaha dan karakteristik usaha pedagang warung tenda seafood di Kota Bogor? 2. Bagaimana perilaku kewirausahaan pedagang warung tenda seafood di Kota Bogor dalam berwirausaha? 3. Apakah terdapat hubungan karakteristik dengan perilaku kewirausahaan pedagang warung tenda seafood di Kota Bogor? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi karakteristik wirausaha dan karakteristik usaha pedagang warung tenda seafood di Kota Bogor. 2. Mengidentifikasi perilaku kewirausahaan pedagang warung tenda seafood di Kota Bogor. 3. Menganalisis hubungan karakteristik dengan perilaku kewirausahaan pedagang warung tenda seafood di Kota Bogor. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pelajaran bagi penulis sehingga meningkatkan kemampuan dalam menganalisis suatu kejadian dan dapat merasakan menghadapi masalah dengan turun langsung ke lapang serta mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat selama perkuliahan. Manfaat penelitian ini bagi pedagang warung tenda seafood yaitu dapat memberi pengetahuan untuk dapat mengembangkan usaha ke depannya. Penelitian ini bagi kalangan akademisi diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk digunakan pada penelitian selanjutnya. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah Kota Bogor mengenai karakteristik dan perilaku kewirausahaan pedagang warung tenda seafood di Kota Bogor. Penilaian karakteristik wirausaha meliputi kejujuran, rajin, ramah, bertanggung jawab, dan berani terhadap risiko. Kemudian karakteristik usaha meliputi lokasi usaha, modal per bulan, jumlah tenaga kerja, lama berdagang per hari dan omset per bulan. Selain itu, menganalisis perilaku kewirausahaan yang terdiri dari pengetahuan kewirausahaan, sikap kewirausahaan, dan tindakan kewirausahaan serta hubungan antara karakteristik dan perilaku kewirausahaan pedagang warung tenda seafood di Kota Bogor.
5
TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Wirausaha Saputro (2009) menjelaskan bahwa karakteristik wirausaha dianalisis dari segi kepemimpinan, berorientasi masa depan, keberanian terhadap risiko, berorientasi tugas dan hasil, keorisinilan, dan kepercayaan diri. Berbeda pada karakteristik wirausaha berperspektif Islam, Hidayat (2013) menyebutkan karakteristik wirausaha muslim dianalisis dengan variabel dari sifat atau karakteristik Rasulullah SAW yaitu siddiq, amanah, tabligh, dan fatanah. Karakteristik-karakteristik tersebut terdiri dari beberapa indikator. Warnaningsih (2011) mengidentifikasi sikap kewirausahaan yang terdiri dari mengutamakan prioritas, pengambilan risiko, keinovatifan, kerja keras, menghargai waktu, motivasi berprestasi, percaya diri, dan tanggung jawab individual. Setyawati, Nugraha, Ainuddin (2013) melakukan analisis karakteristik wirausaha pemilik usaha industri kerajinan mebel rotan Kalimantan Selatan yang menghasilkan bahwa pelaku industri mebel memiliki sikap keorsinilan dalam inovasi produk, pengambilan risiko untuk melakukan diversifikasi, dan kepemimpinan dalam membangun hubungan yang harmonis dengan karyawan namun belum memiliki sikap orientasi tugas dan hasil terhadap profit. Karakteristik kewirausahaan menurut Darya (2012) yang mempengaruhi kompetensi usaha dan kinerja usaha mikro kecil di Kota Balikpapan diukur dengan indikator mampu mengatasi perubahan, mampu mengatasi kegagalan, keinginan untuk berkembang, keinginan untuk unggul, dan memiliki pengetahuan hal baru. Purwanti (2012) menganalisis pengaruh karakteristik wirausaha terhadap perkembangan UMKM di Desa Dayaan dan Kalilondo Salatiga dengan indikator yang terdiri dari keinginan berprestasi, tanggung jawab pribadi, kemampuan inovasi, dan kemampuan manajemen. Beberapa karakteristik-karakteristik wirausaha tersebut menjadi referensi untuk penelitian saat ini seperti berani terhadap risiko dan bertanggung jawab, sedangkan karakteristik lainnya seperti kejujuran, rajin, dan ramah diambil dari buku-buku yang relevan. Karakteristik Usaha Fauzah (2013) menunjukkan adanya karakteristik pedagang warung tenda pecel lele KKBSJ diidentifikasi berdasarkan karakteristik usaha pedagang terdiri dari lokasi usaha, jumlah warung tenda, jam buka usaha per hari, hari usaha per minggu, sumber bahan baku, modal per bulan, penerimaan usaha per bulan, pencatatan keuangan, pembagian keuangan, jumlah tenaga kerja, gaji tenaga kerja per bulan, dan peluang pembinaan. Variabel karakteristik pedagang berupa data kategori seperti lokasi usaha, sumber bahan baku, pencatatan keuangan, pembagian keuangan, dan peluang pembinaan dianalisis menggunakan Chi Square. Sedangkan variabel karakteristik pedagang berupa data kategori dalam bentuk skala ordinal seperti usia, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman berwirausaha, tanggungan keluarga, motivasi, jumlah warung tenda, jam buka usaha per hari, hari usaha per minggu, modal usaha per bulan, penerimaan usaha per bulan, pencatatan keuangan, pembagian keuangan, jumlah
6 tenaga kerja, dan gaji tenaga kerja per bulan dapat dianalisis menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Hardian (2011) menyebutkan pula karakteristik usaha pada pedagang martabak manis Kota Bogor yang terdiri dari pemilikan usaha, pengalaman berdagang, lama berdagang, pasokan tepung terigu, dan penerimaan usaha. Karakteristik-karakteristik usaha tersebut ditentukan dari referensi seperti bukubuku yang relevan dan menganalisis dari hasil penelitian terdahulu. Beberapa karakteristik usaha tersebut menjadi referensi untuk penelitian saat ini seperti lokasi usaha, modal per bulan, lama berdagang per hari, jumlah tenaga kerja, dan omset per bulan. Perilaku Kewirausahaan Hardian (2011) menganalisis perilaku kewirausahaan pedagang martabak manis terdiri dari pengetahuan wirausaha, sikap wirausaha, keterampilan wirausaha, dan perilaku wirausaha. Hasil analisis mengenai hubungan karakteristik dengan perilaku wirausaha yang menggunakan uji korelasi Rank Spearman dan Chi Square menghasilkan sebagian besar karakteristik tidak memiliki hubungan dengan unsur-unsur perilaku wirausaha karena hanya terdapat hubungan nyata (α 0,20) antara jumlah tanggungan keluarga dengan sikap kewirausahaan dan lama berdagang dengan pengetahuan kewirausahaan. Perilaku kewirausahaan tersebut ditentukan berdasarkan objek penelitian. Fauzah (2013) menganalisis perilaku kewirausahaan pedagang warung tenda pecel lele KKBSJ dari segi pengetahuan kewirausahaan, sikap kewirausahaan, dan keterampilan kewirausahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan hubungan antara karakteristik dengan perilaku kewirausahaan pedagang warung tenda pecel lele KKBSJ berdasarkan hasil uji Chi Square dan korelasi Rank Spearman, sebagian besar karakteristik pedagang tidak memiliki hubungan dengan unsur-unsur perilaku kewirausahaan pedagang. Perilaku kewirausahaan tersebut diambil dari referensi yaitu penelitian terdahulu yang menganalisis hubungan antara karakteristik dengan perilaku sehingga penelitian saat ini menentukan perilaku kewirausahaan yang terdiri dari pengetahuan kewirausahaan dan sikap kewirausahaan, sedangkan tindakan kewirausahaan ditentukan berdasarkan objek penelitian.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Wirausaha dan Kewirausahaan Wirausaha berasal dari kata wira artinya berani, utama, mulia. Usaha berarti kegiatan bisnis komersil maupun non komersil. Bagi ahli ekonomi, wirausaha adalah seorang atau sekelompok orang yang mengorganisir faktorfaktor produksi, alam, tenaga, modal dan skill untuk tujuan produksi. Sedangkan bagi seorang psikolog, wirausahawan adalah seorang yang memiliki dorongan kekuatan dari dalam untuk memperoleh suatu tujuan, suka mengadakan eksperimen atau untuk menampilkan kebebasan dirinya diluar kekuasaan orang
7 lain (Daryanto & Cahyono 2013). Solihin (2006) mengemukakan bahwa seorang wirausaha (entrepreneur) adalah seorang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang yang signifikan dan menggabungkan sumber-sumber daya yang diperlukan sehingga sumber-sumber daya itu bisa dikapitalisasikan Hendro (2011) mengatakan bahwa wirausaha melakukan sebuah proses yang disebut creative destruction untuk menghasilkan suatu nilai tambah (added value) guna menghasilkan nilai yang lebih tinggi. Wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa baru dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru (Schumpeter 1994). Wairausahawan adalah orang yang berjiwa berani mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan (Kasmir 2006). Pakar-pakar di atas memberi penjelasan bahwa wirausaha adalah seorang yang memiliki keberanian untuk mengambil kesempatan atau peluang dan risiko yang ada pada suatu usaha baru untuk mengalokasikan sumberdaya yang ada menjadi suatu produk. Kebaruan yang dapat diciptakan dan diterapkan oleh seorang wirausahawan sebagaimana yang dikemukakan oleh Schumpeter (1994) dapat mencakup: 1. Penawaran produk atau jasa baru 2. Penggunaan metode atau teknologi baru 3. Penciptaan pasar sasaran yang baru 4. Penggunaan sumber pasokan bahan baku dan sumber daya lainnya yang baru 5. Penciptaan bentuk organisasi industri yang baru. Keunggulan wirausaha dalam mendukung perekonomian negara yaitu mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan produktivitas, menciptakan teknologi, produk dan jasa baru, serta menciptakan perubahan dan kompetisi. Upaya memicu pertumbuhan ekonomi sekaligus memengaruhi kehidupan sosialekonomi masyarakat, wirausahawan melakukan berbagai kegiatan (Suharyadi et al. 2007) sebagai berikut: 1. Menciptakan lapangan pekerjaan. 2. Meningkatkan kualitas hidup. 3. Meningkatkan pemerataan pendapatan. 4. Memanfaatkan dan memobilisasi sumber daya untuk meningkatkan produktivitas nasional. 5. Meningkatkan penerimaan pemerintah melalui pajak. Menurut Saefullah, Sudaryono, Sunarya (2011), terdapat 13 prinsip berwirausaha antara lain: 1. Mulailah dan jangan takut gagal 2. Lakukan dengan penuh semangat 3. Kreatif dan inovatif 4. Sabar, tekun, tabah 5. Optimis 6. Bertindak dengan penuh perhitungan, utamanya dalam mengambil risiko 7. Pantang menyerah 8. Ambisius 9. Peka terhadap pasar 10. Berbisnis dengan standar etika
8 11. Mandiri 12. Jujur 13. Peduli terhadap lingkungan Kewirausahaan adalah padanan kata dari entrepreneurship dalam Bahasa Inggris. Kata entrepreneur berasal dari bahasa Perancis yaitu entreprende yang berarti petualang, pengambil risiko, kontraktor, pengusaha (orang yang mengusahakan suatu pekerjaan tertentu) dan pencipta yang menjual hasil ciptaannya (Hendro 2011). Istilah kewirausahaan menurut Winarto (2002) dalam buku Entrepreneurship adalah tindakan kreatif yang membangun suatu value dari sesuatu yang tidak ada. Entrepreneurship merupakan proses untuk menangkap dan mewujudkan suatu peluang terlepas dari sumber daya yang ada, serta membutuhkan keberanian untuk mengambil risiko yang telah diperhitungkan. Kewirausahaan menurut Cole (1959) adalah kegiatan yang bertujuan untuk memulai dan mengembangkan bisnis yang berorientasi keuntungan. Menurut Zimmerer (1996) definisi dari kewirausahaan adalah hasil dari sebuah proses yang sistematis disiplin menerapkan kreativitas dan inovasi untuk kebutuhan dan peluang di pasar. Hart et al. (1995) menjelaskan pengertian kewirausahaan yaitu mengejar peluang tanpa memperhatikan sumber daya saat ini dikendalikan tetapi dibatasi oleh pendiri pilihan sebelumnya dan pengalaman yang berhubungan dengan industri. Kewirausahaan juga melakukan kombinasi baru dari organisasi perusahaan yaitu produk baru, layanan baru, sumber-sumber baru bahan baku, metode produksi baru, pasar baru, bentuk-bentuk baru organisasi (Schumpeter 1934). Menurut Hendro (2011) terdapat banyak sekali perbedaan yang orang lakukan dalam mengartikan kewirausahaan (entrepreneurship), diantaranya mengatakan bahwa entrepreneurship yaitu: 1. Ilmu Pengetahuan (knowledge) Kewirausahaan adalah sebuah pengetahuan yang merupakan hasil uji coba di lapangan, dikumpulkan, diteliti dan dirangkai sebagai sumber informasi yang berguna bagi orang lain yang membutuhkannya sehingga kewirausahaan bisa dimasukkan ke dalam disiplin ilmu baik itu bersifat teori ataupun bersifat empiris (hasil uji lapangan). 2. Kepribadian atau Sikap Unsur yang terkandung dalam karakteristik kewirausahaan adalah sikap positif. Kepribadian yang ulet, pantang menyerah, menjadi contoh bagi yang lain dan tidak mudah puas diri. 3. Filosofi Hidup adalah pilihan dan sukses adalah akumulasi dari pilihan-pilihan yang tepat menuju ke satu arah, yaitu mimpi. Fondasi kesuksesan untuk menjadi wirausaha yang cerdas adalah filosofi hidup dan bekerja. Oleh karena itu, kewirausahaan bisa digolongkan dalam sebuah filosofi hidup atau landasan hidup dalam meniti karir guna meraih kesuksesan. 4. Skill atau Keterampilan Kewirausahaan adalah penggabungan dua konsep penting dari pengetahua dan pengalaman yang dirasakan serta dilakukan melalui jatuh-bangun untuk menjadi terampil dan akhirnya menjadi sebuah keahlian dalam menjalankan roda bisnis. 5. Seni
9 Menemukan ide, inspirasi dan peluang bisnis dibutuhkan imajinasi, visualisasi dan pemikiran yang terkadang harus berlawanan dengan logika. Berpikir berbeda untuk menentukan ide-ide brilian. Semua itu membutuhkan kreativitas, inovasi yang benar-benar baru sehingga unsur dan kekuatan seni untuk menemukan ide dalam cara mengatasi kesulitan, mengendalikan sumber daya manusi (SDM juga pelanggan memiliki peran cukup besar. 6. Profesi Menjadi seorang wirausaha merupakan sebuah profesi, sebuah pilihan hidup yang harus dilakukan secara professional (dalam arti jujur, terbuka, berkomitmen, konsisten, tepat jani, tanggung jawab, mengerti batas hak-haknya, mengerti etika profesi dan berdisiplin. 7. Naluri Kewirausahaan itu membutuhkan naluri untuk menemukan sebuah peluang dan ide bisnis yang akhirnya menjadi sebuah bisnis yang sukses. 8. Mimpi sesorang Menjadi wirausahawan dipahami sebagai mimpi seseorang bahkan cita-cita yang terpendam sejak masih remaja atau dewasa. 9. Pilihan hidup seseorang Tujuan hidup seseorang adalah mampu menghidupi keluarganya dengan menjadi karyawan (pekerja) atau menjadi pengusaha (wirausahawan), sehingga tidak salah jika orang memilih menjadi wirausaha sebagai pilihan hidup. Menurut beberapa pakar di atas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah suatu tindakan seseorang dalam menyalurkan kemampuannya dengan memanfaatkan keterampilan dan kekreatifannya yang dimiliki dan sumber daya yang ada pada suatu usaha. Tindakan tersebut dilakukan dengan keberanian dalam menghadapi kendala maupun risiko yang terjadi pada usaha. Hasil dari tindakan itu akan menciptakan suatu hal baru yang memiliki nilai tambah dan memberi keuntungan. Karakter Wirausaha Sujanto (2004) menjelaskan dalam bukunya Psikologi Umum, ilmu watak di dalam Bahasa asing disebut karakterologie. Karakterologie adalah istilah Belanda, berasal dari kata karakter yang berarti watak dan logos yang berarti ilmu. Kata Belanda, karakter itu berasal dari kata Yunani charas sein, yang berarti (mula-mula) coretan atau goresan. Kemudian berarti setempel atau gambaran yang ditinggalkan oleh setempel itu. Jadi, tingkah laku manusia dianggap adalah pencerminan dari seluruh pribadinya dan secara sepintas itulah watak manusia. Watak ialah pribadi jiwa yang menyatakan dirinya dalam segala tindakan dan pernyataan dalam hubungannya dengan bakat, pendidikan, pengalaman dan alam sekitarnya. Watak merupakan sesuatu yang dapat berubah, karena itu watak dapat dipengaruhi, diperbaiki, dimajukan. Karakter adalah ciri, watak, sifat, tingkah laku yang khas dari wirausahawan yang membedakan dengan orang lain (Daryanto & Cahyono 2013) yaitu: 1. Disiplin Tepat waktu, taat aturan yang ada dan konsisten. 2. Kerja keras
10 Kerja maksimal tidak kenal lelah, semangat kerja tinggi, tidak membuangbuang waktu untuk segera menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan cepat, etos kerja tinggi. 3. Komitmen tinggi Setia pada pekerjaan, senantiasa berfikir tentang usaha/pekerjaan,senantiasa berusaha memajukan usaha/pekerjaan. 4. Kreatif Mampu menciptakan gagasan, ide, hal-hal yang baru atau berbeda dengan yang sudah ada. 5. Inovatif Membuat terobosan baru karena adanya invensi (penemuan baru), extensi (pengembangan), duplikasi (penggandaan), sintetis (kombinasi) dalam masalah produk dan pelayanan. 6. Mandiri Percaya dan berusaha keras atas kemampuan diri sendiri, tidak terlalu tergantung pada orang/pihak lain 7. Realistis Bekerja maksimal sesuai dengan kemampuan diri sendiri, tetapi bukan berarti bekerja semampunya atau bekerja seadanya, bukan pula bekerja melampaui batas kemampuannya. 8. Jujur Berkata, bertindak secara benar, menepati janji, tidak ingkar janji, tidak bohong/menipu, tidak berkhianat, suci dalam pikiran, dapat dipercaya. 9. Prestatif. Melakukan sesuatu pekerjaan yang sempurna, tidak asal jadi sehingga memperoleh penghargaan dari orang lain. Zimmerer dan Scarborough (2008) mengidentifikasikan beberapa karakteristik yang cenderung ditunjukkan pada wirausahawan, yaitu: 1. Hasrat akan tanggung jawab. 2. Lebih menyukai risiko menengah. 3. Meyakini kemampuannya untuk sukses. 4. Hasrat untuk mendapatkan umpan balik yang sifatnya segera. 5. Tingkat energi yang tinggi. 6. Orientasi masa depan. 7. Keterampilan mengorganisasi. 8. Menilai prestasi lebih tinggi daripada uang. Karakter lain yang sering tampak pada wirausahawan mencakup; (1) komitmen yang tinggi, (2) toleransi terhadap ambiguitas, (3) fleksibilitas, (4) keuletan. Menurut Alma (2010) karakteristik wirausaha yaitu mereka memiliki disiplin tinggi, selalu awas terhadap tujuan yang hendak dicapai, selalu mendengarkan rasa intuisinya, sopan pada orang lain, mau belajar apa saja yang memudahkan ia mencapai tujuan, mau belajar dari kesalahan, selalu mencari peluang baru, memiliki ambisi dan berpikiran positif, serta senang menghadapi resiko dengan membuat perhitungan yang matang sebelumnya. William D. Bygrave mengemukakan 10 karakteristik wirausahawan, sebagai berikut (Suparyanto 2012):
11 1.
Dreams (Mimpi): visi masa depan serta kemampuan untuk mengimplementasikan mimpi tersebut. 2. Decisiveness (Ketegasan): tidak mengulur-ulur waktu dalam mengambil keputusan. 3. Doers (Pelaku): menentukan suatu tindakan dan melakukannya secara cepat dan tepat. 4. Determination (Ketetapan Hati): mengimplementasikan usaha dengan komitmen total, tidak menyerah saat mengalami kesulitan. 5. Dedication (Berdedikasi): memiliki dedikasi total terhadap usahanya. 6. Devotion (Kesetiaan): mencintai usaha mereka sehingga efektif dalam menjual produk bagi kemajuan usahanya. 7. Details (Terperinci): bersifat kritis dan melakukan perincian dalam berbagai hal yang meyangkut usahanya. 8. Destiny (Nasib): bertanggung jawab atas nasib dirinya dan tidak tergantung kepada orang lain. 9. Dollars (Uang): menjadikan uang sebagai salah satu ukuran kesuksesan. 10. Distribute (Distribusi): mendistribusikan atau mendelegasikan sebgaian dari tugas, wewenang, dan tanggung jawab kepada orang lain. Perilaku Kewirausahaan Menurut Tyson dan Jackson (2000) pada umumnya perilaku tidak bersifat acak, sebaliknya perilaku mempunyai tujuan akhir. Lebih lagi ada perbedaan di antara manusia, dalam situasi yang sama kita tidak perlu bertindak dengan cara yang sama tetapi ada konsistensi mendasar yang memungkinkan adanya prediksi, bahkan yang bersifat lintas budaya. Manusia itu kompleks dan beberapa dari mereka akan bertindak berbeda dalam situasi yang berbeda. Perilaku adalah respon individu terhadap suatu simulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi, dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku kewirausahaan merupakan sifat seseorang yang terbentuk karena kebiasaan sehari-hari dan dipengaruhi oleh faktor eksternal dan eksternal. Perilaku dapat dirubah oleh diri sendiri dan atau oleh adanya tekanan atau pengaruh lingkungan (Mranggi 2011). Definisi perilaku dan kewirausahaan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku kewirausahaan adalah tindakan seorang wirausaha dalam menjalani tugas-tugas dan menghadapi permasalahan yang ada pada lingkungan usahanya sesuai dengan sifat yang telah terbentuk dari kebiasaan-kebiasaannya. 1. Pengetahuan Kewirausahaan Menurut Sembel, pengetahuan adalah fakta-fakta dan pelajaran yang kita pelajari dalam hidup ini. Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental atau otak (Sudijono 2006). Terdapat enam jenjang proses berpikir dalam ranah kognitif, salah satu dari enam jenjang tersebut yaitu pengetahuan. Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan segala sesuatu yang di ketahui tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem
12 menurut metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang tersebut. Definisi pengetahuan dan kewirausahaan yang telah dijelaskan dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan kewirausahaan merupakan ilmu yang dimiliki oleh seorang wirausaha dalam mengoperasionalkan usahanya meggunakan ide-ide yang dimiliki . Ilmu tersebut digunakan dan dikembangkan dalam menjalankan usaha sehingga dapat meraih keberhasilan. Ilmu tersebut juga tidak hanya menjadi milik sendiri tetapi bisa menjadi pelajaran bagi orang lain yang ingin berwirausaha. 2. Sikap Kewirausahaan Definisi sikap menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan perbuatan yang berdasarkan pada pendirian dan keyakinan. Sikap adalah kepercayaan mengenai orang, kelompok, gagasan atau aktivitas. Beberapa sikap bersifat eksplisit yaitu sadar akan sikap mengenai hal tertentu dan sikap ini membentuk keputusan dan tindakan kita yang disadari, serta dapat diukur menggunakan kuesioner laporan diri. Sementara sikap-sikap lainnya bersifat implisit yaitu kita tidak menyadari, namun sikap ini mempengaruhi perilaku kita dalam cara-cara yang tidak kita kenali dan biasanya diukur dalam berbagai cara pengukuran tidak langsung (Wade & Tavris 2007). Menurut Sudijono (2006) sikap merupakan hal yang termasuk dalam ranah afektif. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu (Notoatmodjo 2003): a. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang tersebut (subyek) mau memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). b. Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan terlepas apakah pekerjaan itu benar atau salah (aktif berpartisipasi). c. Menghargai (valuing) Penghargaan terhadap benda, gejala, atau perbuatan tertentu (obyek). d. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko. Sikap dan perilaku pengusaha dan seluruh karyawannya merupakan bagian penting dalam etika wirausaha. Sikap dan tingkah laku menunjukkan kepribadian karyawan suatu perusahaan. Sikap dan perilaku ini harus diberikan sama mutunya kepada seluruh pelanggan tanpa pandang bulu. Adapun sikap dan perilaku yang harus dijalankan oleh pengusaha dan seluruh karyawan (Kasmir 2006) sebagai berikut: a. Jujur dalam bertindak dan bersikap. b. Rajin, tepat waktu, dan tidak pemalas. c. Selalu murah senyum. d. Lemah lembut dan ramah-tamah. e. Sopan santun dan hormat. f. Selalu ceria dan pandai bergaul.
13 g. Fleksibel dan suka menolong pelanggan h. Serius dan memiliki rasa tanggung jawab. i. Rasa memiliki perusahaan yang tinggi. Pengertian sikap dan kewirausahaan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sikap kewirausahaan merupakan suatu respon atau tanggapan seorang wirausaha dalam menjalankan usahanya (menyediakan produk yang bernilai tambah dan memberi keuntungan bagi dirinya dan masyarakat) dengan melihat keadaan usahanya dan menanggapi sesuatu yang terjadi pada usahanya dengan memberi keputusan untuk memecahkan permasalahan. 3. Tindakan Kewirausahaan Kemampuan bertindak merupakan hal yang termasuk dalam ranah psikomotorik, yaitu keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu (Sudijono 2006). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tindakan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mengatasi persoalan menurut kehendak sendiri. Suryana (2000) mengemukakan bahwa kemampuan berwirausaha (entrepreneurial) merupakan fungsi dari perilaku kewirausahaan dalam mengkombinasi kreativitas, inovasi, kerja keras, keberanian menghadapi risiko untuk memperoleh peluang. Tindakan kewirausahaan mengacu pada perilaku sebagai bentuk tanggapan atas kepuitusan yang didasarkan pada pertimbangan ketidakpastian mengenai peluang yang mungkin untuk mendapatkan keuntungan (Ramdhani 2010). Pengertian tindakan dan kewirausahaan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tindakan kewirausahaan merupakan perlakuan seorang wirausaha untuk memutuskan sesuatu dengan pertimbangan ketidakpastian terhadap peluang yang memungkinkan untuk memberi keuntungan. Tentunya peluang tersebut memiliki risiko di dalamnya yang harus dihadapi oleh seorang wirausaha melalui suatu tindakan. Kerangka Pemikiran Operasional Warung tenda seafood adalah tempat makan yang menyediakan menu masakan seafood yang disukai oleh kalangan masyarakat yang mengonsumsi makanan laut. Menjalankan usaha warung tenda seafood tentunya dihadapkan pada berbagai kondisi. Adanya persaingan yang ketat antara pedagang warung tenda seafood yang satu dengan yang lainnya karena posisi warung tenda yang berdekatan, tetapi tidak membuat pedagang menyerah untuk tetap berjualan. Selain itu pedagang tetap memperjuangkan haknya sebagai pedagang dengan tetap membuka warung tenda seafood walaupun terjadi penggusuran lokasi usaha oleh pihak terkait. Adanya pedagang yang masih lemah dalam hal manajemen keuangan usaha dan ketika dihadapkan pada kerugian, pedagang tetap berjualan dengan modal seadanya karena menurut mereka hal terpenting penghasilan terus mengalir dan mencukupi untuk kebutuhan mereka. Analisis dilakukan dengan memperhatikan hubungan antara karakteristik dan perilaku kewirausahaan dengan menganalisis terlebih dahulu karakteristik wirausaha dan karakteristik usaha. Hal tersebut berguna untuk mengetahui karakteristik masing-masing wirausaha warung tenda seafood. Analisis pada karakteristik wirausaha yaitu dari segi kejujuran, rajin, ramah, bertanggung jawab,
14 berani terhadap risiko. Karakteristik usaha yaitu dilihat dari lokasi usaha, modal per bulan, jumlah tenaga kerja, lama berdagang per hari dan omset per bulan. Setelah itu, karakteristik wirausaha dan karakteristik usaha tersebut dihubungkan dengan perilaku kewirausahaan. Kerangka pemikiran operasional penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Warung Tenda Seafood
Persaingan ketat antara warung tenda seafood karena jarak yang berdekatan Penggusuran lokasi usaha oleh pihak terkait Kelemahan dalam manajemen keuangan usaha
Karakteristik Wirausaha
1. 2. 3. 4. 5.
Kejujuran Rajin Ramah Bertanggung jawab Berani terhadap risiko
Karakteristik Usaha
1. 2. 3. 4. 5.
Lokasi usaha Modal per bulan Jumlah tenaga kerja Lama berdagang per hari Omset per bulan
Perilaku Kewirausahaan
1. Pengetahuan wirausaha 2. Sikap wirausaha 3. Tindakan wirausaha
Gambar
1
Kerangka pemikiran operasional karakteristik dan perilaku kewirausahaan pedagang warung tenda seafood di Kota Bogor
15
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa warung tenda seafood merupakan usaha yang mampu mengembangkan kewirausahaan dalam bidang usaha kuliner. Penelitian dilakukan di beberapa wilayah yang terdiri dari Bogor Utara, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Selatan, Bogor Tengah dan Tanah Sareal. Pengambilan data dilakukan pada bulan April – Mei 2014. Jenis dan Sumber Data Penelitian dilakukan dengan pengambilan data primer dan data sekunder baik berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data primer diperoleh dari observasi langsung ke daerah tempat penelitian, melakukan wawancara dengan responden, dan jawaban kuesioner dari pedagang warung tenda seafood di Kota Bogor. Data primer diperoleh dari buku referensi yang revelan dengan topik yang berkaitan dengan penelitian dan mempelajari hasil penelitian terdahulu mengenai kewirausahaan. Data sekunder juga diperoleh dari data yang telah terdokumentasi yaitu berupa data BPS (Badan Pusat Statistik) dan Dinas terkait serta media massa seperti media elektronik (internet). Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi ke tempat penelitian dengan melakukan pengamatan langsung dan melakukan wawancara kepada responden yaitu pedagang warung tenda seafood. Wawancara dilakukan kepada pedagang warung tenda seafood pada saat pedagang berjualan yaitu dari jam 5 sore sampai jam 7 malam. Pengisian kuesioner dilakukan sendiri oleh peneliti dikarenakan adanya kendala umumnya pedagang sedang sibuk mengurus dagangannya. Pengisian kuesioner dilakukan di berbagai lokasi pedagang warung tenda seafood. Kuesioner yang diberikan terdapat pertanyaan terbuka yaitu memberi kebebasan kepada responden untuk memberikan jawaban menurut pendapatnya. Sedangkan pertanyaan tertutup, responden hanya memilih jawaban pada pilihan alternatif jawaban yang tersedia. Pertanyaan terbuka dan tertutup diberikan untuk memperoleh informasi mengenai identitas responden dan karakteristik wirausaha serta karakteristik usaha responden. Hal tersebut juga bertujuan untuk mengetahui apakah responden menggunakan semua kemampuan atau keahliannya dalam mengelola usahanya sehingga mencapai tujuan yang diinginkan. Metode Penentuan Sampel Penelitian ini mengambil sampel yaitu pedagang warung tenda seafood di Kota Bogor. Penentuan sampel menggunakan convenience sampling yaitu sampel yang tidak direncanakan terlebih dahulu, melainkan secara kebetulan. Sampel berjumlah 30 pedagang warung tenda seafood yang tersebar di 6 kecamatan di
16 Kota Bogor. Sebanyak 34 pedagang warung tenda seafood yang ditelusuri, hanya 30 pedagang yang dapat diwawancarai. Hal itu dikarenakan 2 pedagang tidak bersedia untuk memberi informasi mengenai warung tenda seafood. Kemudian 2 warung tenda seafood merupakan cabang dari warung tenda seafood lain yang pemiliknya telah diwawancarai. Sebaran pedagang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Sebaran pedagang warung tenda seafood di Kota Bogor April-Mei 2014 No. Kecamatan Jumlah Pedagang 1 Kota Bogor Utara 3 2 Kota Bogor Timur 3 3 Kota Bogor Barat 13 4 Kota Bogor Selatan 3 5 Kota Bogor Tengah 2 6 Tanah Sareal 6 Jumlah 30 Sumber: Survey Lapangan, April-Mei 2014
Metode Analisis Variabel Karakteristik wirausaha merupakan watak, sifat, tingkah laku seorang wirausaha yang berbeda dari orang lain dalam mengoperasionalkan usahanya. Pengukuran untuk karakteristik wirausaha dilihat dari kejujuran, rajin, ramah, dan bertanggung jawab (Kasmir 2006), serta berani terhadap risiko ( Saefullah, Sudaryono, Sunarya 2011). Pengukuran masing-masing variabel dengan menggunakan 4 kategori, yaitu : 1 = Sangat rendah 2 = Rendah 3 = Tinggi 4 = Sangat tinggi Karakteristik usaha adalah sesuatu yang menunjukkan bentuk dari usaha yang dimiliki seseorang yang tentunya berbeda dari usaha-usaha lain. Pengukuran untuk karakteristik usaha dilihat dari lokasi usaha, modal (per bulan), jumlah tenaga kerja, lama berdagang (per hari), dan omset (per bulan). Pengukuran masing-masing variabel karakteristik usaha selain lokasi usaha menggunakan 4 kategori, yaitu: 1 = Sangat rendah 2 = Rendah 3 = Tinggi 4 = Sangat tinggi Sedangkan karakteristik usaha untuk lokasi usaha ditentukan dengan memberi nomor pada masing-masing lokasi dikarenakan untuk perhitungan data kategori dalam bentuk skala nominal. Perilaku kewirausahaan merupakan tanggapan atau reaksi berupa aktivitasaktivitas seorang wirausaha (pengetahuan, sikap dan tindakan) yang ditunjukkan untuk mengambil keputusan dalam mengoperasionalkan suatu usaha sehingga dapat menghasilkan produk yang bernilai tambah dan memberi keuntungan. Pengukuran untuk perilaku kewirausahaan dilihat dari pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pengukuran untuk sikap kewirausahaan menggunakan 4 kategori, yaitu:
17 1 = Sangat rendah 2 = Rendah 3 = Tinggi 4 = Sangat tinggi Pengukuran untuk tindakan kewirausahaan menggunakan 4 kategori, yaitu: 1 = Tidak pernah 2 = Jarang 3 = Sering 4 = Selalu Pernyataan yang diberikan terdapat pernyataan negatif (-) sehingga pengukuran yang dilakukan yaitu secara terbalik. Sedangkan untuk pengukuran pengetahuan kewirausahaan menggunakan nilai 1 untuk jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban salah. Jawaban benar memiliki tingkatan yang lebih tinggi daripada jawaban salah. Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan dua alat anilisis data, yaitu analisis data kualitatif (deskriptif) dan analisis data kuantitatif (uji Chi Square dan korelasi Rank Spearman). Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan karakteristik dan perilaku wirausaha pedagang warung tenda seafood serta menginterpretasikan hubungan antara karakteristik dengan perilaku kewirausahaan pedagang warung tenda seafood. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganilisis modal usaha, omset, perilaku kewirausahaan serta hubungannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan tersebut. Data yang diperoleh dari kuesioner diolah menggunakan software computer Microsoft Excel 2010. Analisis Statistika Deskriptif Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Analisis Deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik pedagang warung tenda seafood di Kota Bogor. Menurut Whitney (1960), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Nazir (2011) menjelaskan metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa masa sekarang. Karakteristik pedagang warung tenda seafood terbagi menjadi dua yaitu karakteristik wirausaha yang terdiri dari kejujuran, rajin, ramah, bertanggung jawab dan berani terhadap risiko. Sedangkan karakteristik usaha terdiri dari lokasi usaha, modal per bulan, jumlah tenaga kerja, lama berdagang per hari dan omset per bulan. Perilaku kewirausahaan pedagang menggunakan kriteria tingkatan perilaku kewirausahana yaitu sangat rendah, rendah, tinggi, dan sangat tinggi. Perilaku kewirausahaan tersebut terdiri dari pengetahuan kewirausahaan, sikap kewirausahaan, dan tindakan kewirausahaan. Uji Validitas dan Reliabilitas Pernyataan-pernyataan pada kuesioner yang diajukan kepada pedagang terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas. Uji validitas menyatakan bahwa sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar 1986). Valid atau tidaknya variabel-variabel
18 (pernyataan) dapat diketahui dari nilai Corrected Item-Total Correlation masingmasing variabel (pernyataan). Variabel dianyatakan valid jika nilai Corrected Item-Total Correlation > nilai r tabel Product Moment pada N = n-2, α = 10%. Reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi pedagang dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstrukkonstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Reliabilitas adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur (Futriana 2009). Teknik pengukuran reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Cronbach. Uji reliabilitas sama halnya dengan uji validitas yaitu dilakukan dengan menggunakan software SPSS 18.0 for Windows. Reliabilitas variabel dapat diketahui pada hasil output SPSS pada tabel yaitu Reliability Statistics. Reliabel atau tidaknya masingmasing variabel (pernyataan) dapat diketahui dari nilai Cronbach’s Alpha. Berdasarkan hasil akhir dari uji reliabilitas menunjukkan variabel yang diukur dari kuesioner sangat reliabel dengan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.917. Analisis Chi Square dan Rank Spearman Selanjutnya penelitian dilakukan dengan menghubungkan karakteristik yang terdiri dari karakteristik wirausaha dan karakteristik usaha dengan perilaku kewirausahaan. Analisis dilakukan menggunakan uji Chi Square dan korelasi Rank Spearman dengan alat bantu berupa software computer Microsoft Excel 2010 dan program SPSS 18.0 for Windows. Uji Chi Square dapat digunakan untuk menguji hipotesis tentang distribusi dari ukuran atau variabel-variabel penelitian tersebut. Uji Chi Square menguji apakah dua atau lebih populasi mempunyai distribusi yang sama atau secara umum digunakan dalam penelitian untuk mencari kecocokan ataupun menguji ketidakadaan hubungan antara beberapa populasi (Nazir 2011). Variabel karakteristik berupa data kategori dalam bentuk skala nominal dianalisis menggunakan uji Chi Square seperti pada karakteristik usaha yaitu lokasi usaha. Rumus korelasi Chi Square yang digunakan adalah sebagai berikut: ∑∑
(
)
Dimana : b : banyak kategori variabel X (baris) k : banyak kategori variabel Y (kolom) N : ukuran sampel n ij : banyak objek di baris ke-i (sel ke-ij) pada data sampel n i : banyak obyek pada baris ke-i n j : banyak obyek pada kolom ke-j Korelasi Rank Spearman digunakan jika pengamatan dari dua variabel dalam bentuk skala ordinal. Analisis Rank Spearman dapat dikembangkan untuk menguji apakah beberapa ukuran ordinal berhubungan satu sama lain atau tidak (Nazir 2011). Variabel karakteristik berupa data kategori dalam bentuk skala ordinal dapat dianalisis menggunakan uji korelasi Rank Spearman yaitu seperti
19 pada karakteristik wirausaha yaitu terdiri dari kejujuran, rajin, ramah, bertanggung jawab dan berani terhadap risiko serta pada karakteristik usaha yang terdiri dari modal per bulan, jumlah tenaga kerja, lama berdagang per hari dan omset per bulan. Rumus korelasi Rank Spearman untuk sampel berukuran besar (n≥30) yang digunakan adalah sebagai berikut:
Dimana: rs : koefisien korelasi Spearman ∑d2 : total kuadrat selisih antar ranking n : jumlah sampel penelitian Kedua analisis tersebut digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara karakteristik individu dan karakteristik usaha dengan perilaku kewirausahaannya. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software computer Microsoft Excel 2010 dan program SPSS 18.0 for Windows. Definisi Operasional Berikut didefinisikan beberapa peubah yang digunakan untuk mempermudah pemahaman terhadap istilah-istilah penelitian, yaitu: 1) Karakteristik wirausaha adalah watak, sifat, tingkah laku seorang wirausaha yang berbeda dari orang lain dalam mengoperasionalkan usahanya. 2) Kejujuran adalah sikap pedagang warung tenda seafood dalam menjalankan usahanya dengan berkata, bertindak secara benar, menepati janji, tidak ingkar janji, tidak bohong/menipu, tidak berkhianat, suci dalam pikiran, dapat dipercaya. 3) Rajin adalah tindakan pedagang warung tenda seafood dalam menjalankan usahanya yaitu mengerjakan pekerjaan dengan sungguh-sungguh dan selalu berusaha. 4) Ramah adalah sikap baik hati dan menarik budi bahasanya serta menyenangkan dalam bergaul yang ditunjukkan oleh pedagang warung tenda seafood. 5) Bertanggung jawab adalah tindakan seorang pedagang warung tenda seafood berkewajiban menanggung segala sesuatu yang berkaitan dengan usahanya. 6) Berani terhadap risiko adalah sikap pedagang warung tenda seafood dalam menjalankan usahanya dengan mempunyai rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi kesulitan. 7) Karakteristik usaha adalah sesuatu yang menunjukkan bentuk dari usaha yang dimiliki seseorang yang tentunya berbeda dari usaha-usaha lain (lokasi, modal, tenaga kerja, dan lain-lain). 8) Lokasi usaha adalah tempat pedagang warung tenda seafood mengoperasionalkan usaha warung tendanya yang pada umumnya berada di keramaian pinggir jalan dan banyak pembeli yang hilir mudik.
20 9)
10) 11) 12)
13)
14)
15)
16)
Modal per bulan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh pedagang warung tenda seafood dinyatakan dalam satuan rupiah untuk membiayai seluruh produksi dalam satu periode (1 bulan=30 hari). Jumlah tenaga kerja adalah jumlah pekerja yang dimiliki oleh pemilik usaha warung tenda seafood, baik pekerja dari keluarga sendiri maupun orang lain. Lama berdagang per hari adalah lamanya pedagang warung tenda seafood mengoperasionalkan usahanya dalam sehari. Omset per bulan adalah penghasilan yang diterima oleh pedagang warung tenda seafood dinyatakan dalam satuan rupiah yang diperoleh dalam satu periode (1 bulan=30 hari). Perilaku kewirausahaan adalah tanggapan atau reaksi berupa aktivitasaktivitas seorang wirausaha (pengetahuan, sikap dan tindakan) yang ditunjukkan untuk mengambil keputusan dalam mengoperasionalkan suatu usaha sehingga dapat menghasilkan produk yang bernilai tambah dan memberi keuntungan. Pengetahuan kewirausahaan adalah kemampuan seseorang untuk mengingatingat kembali atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya yang berkaitan dengan kewirausahaan, ditunjukkan untuk mengambil keputusan dalam mengoperasionalkan suatu usaha sehingga dapat menghasilkan produk yang bernilai tambah dan memberi keuntungan. Sikap kewirausahaan adalah tanggapan seorang wirausaha dalam mengambil keputusan dalam mengoperasionalkan suatu usaha sehingga dapat menghasilkan produk yang bernilai tambah dan memberi keuntungan. Tindakan kewirausahaan adalah upaya yang dilakukan atau perbuatan seorang wirausaha menggunakan fisiknya dalam bekerja atau mengaplikasikan keputusannya dalam mengoperasionalkan suatu usaha sehingga menghasilkan produk yang bernilai tambah dan memberi keuntungan.
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Wilayah Kota Bogor Keadaan Geografis Kota Bogor Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 1060 48’ BT dan 60 26’ LS. Kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor dan lokasinya sangat dekat dengan Ibukota Negara. Keadaan tersebut merupakan potensi strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional untuk industry, perdagangan, transportasi, komunikasi dan pariwisata. Kota Bogor mempunyai rata-rata ketinggian minimum 190 m dan maksimum 330 m dari permukaan laut. Kondisi iklim di Kota Bogor suhu rata-rata tiap bulan 32,10 C dengan suhu terendah 22,40 C dengan suhu tertinggi 33,70 C. Kelembapan udara 92,0%, curah hujan rata-rata setiap bulan sekitar 304-535,3 mm dengan curah hujan terbesar pada bulan November dan Februari. Luas wilayah Kota
21 Bogor sebesar 11.850 Ha terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan. Kemudian Secara Administratif Kota Bogor dikelilingi oleh Wilayah Kabupaten Bogor dengan batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kec. Kemang, Bojong Gede, dan Kec. Sukaraja Kabupaten Bogor. b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Sukaraja dan Kec. Ciawi, Kabupaten Bogor. c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kec. Darmaga dan Kec. Ciomas, Kabupaten Bogor. d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kec. Cijeruk dan Kec. Caringin, Kabupaten Bogor
Gambar 2 Peta Kota Bogor Sumber: www.rajapindahbogor.wordpress.com 2013
Keadaan Demografi Kota Bogor Penduduk Kota Bogor pada tahun 2012 terdapat sebanyak 1 004 831 orang yang terdiri atas 510 884 orang laki-laki dan sebanyak 493 947 perempuan. Dibandingkan dengan tahun 2011 jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2012 bertambah sebanyak 37 433 orang atau meningkat sebanyak 3.87%. Kepadatan penduduk di Kota Bogor pada tahun 2012 mencapai 8 480 orang per Km2. Keadaan tersebut menunjukkan Kota Bogor telah memiliki daya tarik sehingga dapat menarik pendatang dari berbagai daerah untuk tinggal dan membangun usahanya di Kota Bogor. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Luas wilayah dan jumlah penduduk menurut kecamatan di Kota Bogor 2012 Luas/Area Penduduk Kepadatan Penduduk No. Kecamatan (Km2) (orang) Per Km2 1 Bogor Selatan 30.81 190 535 6 184 2 Bogor Timur 10.15 99 983 9 851 3 Bogor Utara 17.72 180 847 10 206 4 Bogor Tengah 8.13 104 270 12 825 5 Bogor Barat 32.85 223 168 6 794 6 Tanah Sareal 18.84 206 028 10 936 Jumlah 118.50 1 004 831 8 480 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bogor, Kota Bogor dalam angka 2013
22 Tabel 5 menunjukkan lokasi pedagang kaki lima di Kota Bogor tersebar di berbagai kecamatan yang terdiri dari Bogor Selatan, Bogor Timur, Bogor Utara, Bogor Tengah, Bogor Barat dan Tanah Sareal. Lokasi pedagang kaki lima terbanyak pada tahun 2012 berada di Bogor Timur yaitu sebanyak 104 lokasi dan jumlah keseluruhan lokasi pedagang kaki lima di enam kecamatan yaitu 326 lokasi. Tabel 5 Banyaknya lokasi pedagang kaki lima menurut kecamatan 2012 Tahun No. Kecamatan 2012 1 Bogor Selatan 32 2 Bogor Timur 104 3 Bogor Utara 16 4 Bogor Tengah 98 5 Bogor Barat 0 6 Tanah Sareal 76 Jumlah 326 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bogor, Kota Bogor dalam angka 2012
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pedagang Warung Tenda Seafood di Kota Bogor Karakteristik pedagang warung tenda seafood di Kota Bogor terdiri dari dua yaitu karakteristik wirausaha dan karakteristik usaha. Karakteristik wirausaha pedagang yang diteliti meliputi: kejujuran, rajin, ramah, bertanggung jawab dan berani terhadap risiko. Sedangkan karakteristik usaha pedagang yang diteliti meliputi: lokasi usaha, modal per bulan, jumlah tenaga kerja, lama berdagang per hari dan omset per bulan. Responden dalam penelitian ini sebanyak 30 pedagang warung tenda seafood di Kota Bogor. Data karakteristik wirausaha dan usaha pedagang yang diteliti akan dilihat hubungannya dengan perilaku kewirausahaan pedagang. Distribusi rataan skor karakteristik wirausaha pedagang dapat dilihat pada Tabel 6. Karakteristik Wirausaha Tabel 6 Rataan hitung skor karakteristik wirausaha pedagang warung tenda seafood di Kota Bogor No. Karakteristik Wirausaha Rataan Skor Kategori 1 Kejujuran 91.67 Sangat tinggi 2 Rajin 86 Sangat tinggi 3 Ramah 93.17 Sangat tinggi 4 Bertanggung jawab 88.5 Sangat tinggi 5 Berani terhadap risiko 78.83 Tinggi Sumber: Data Primer 2014
23 1. Kejujuran Kejujuran sangat mempengaruhi pedagang dalam menentukan keberhasilan usahanya. Seorang pedagang dalam menjalankan usaha tentu harus memiliki sifat yang baik agar usaha yang dijalankan dapat berjalan dengan lancar. Kejujuran seorang pedagang sangat diperlukan agar konsumen tetap percaya dan loyal terhadap produknya. Konsumen adalah orang yang harus dilayani dengan baik sehingga pedagang sebagai pihak yang membutuhkan uang untuk kebutuhan hidupnya maka harus melayani konsumen dengan sebaiknya. Jika konsumen loyal terhadap produknya maka keuntungan pun akan diperoleh (Suparyanto 2012). Berdasarkan data pada Tabel 6 menunjukkan rataan skor pada kejujuran yaitu sebesar 91.67% yang termasuk dalam kategori sangat tinggi. Hasil wawancara yang telah dilakukan diketahui bahwa para pedagang warung tenda seafood meyakini dalam melakukan hal apapun harus disertai dengan kejujuran. Kecurangan dalam menjalankan usaha akan membawa akibat yang buruk. Hal tersebut dapat mengakibatkan kehilangan kepercayaan konsumen dan akibatnya konsumen tidak akan loyal kembali. Kejujuran dilakukan kepada orang sekitar, baik kepada konsumen maupun pegawai yang bekerja di usahanya tersebut. Hal tersebut membuat pegawai akan rela mengeluarkan tenaganya untuk bekerja apabila pedagang memperlakukan pegawainya dengan baik, yaitu seperti berkata jujur ketika pedagang memberi arahan untuk mengintrospeksi pegawainya apabila melakukan kesalahan. Apabila perkataan yang dikeluarkan tidak secara jujur atau tidak disampaikan langsung ke pegawai yang dimaksud melainkan dikatakan di belakang tanpa diketahui pegawai, akan menjadi suatu permasalahan. Jadi pedagang memberi arahan secara langsung kepada pegawai dengan memberi tahu yang sebenarnya sehingga pegawai mengetahui kesalahan yang dilakukan 2. Rajin Suatu pekerjaan akan cepat selesai apabila dilakukan dengan sangat rajin. Pekerjaan yang menumpuk pada usaha tidak akan menjadi beban apabila tidak mengabaikan pekerjaan tersebut. Tindakan ini harus dimiliki seorang pedagang dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang terdapat pada usahanya agar dapat meningkatkan keberhasilan usahanya. Berdasarkan data pada Tabel 6 menunjukkan rataan skor rajin yaitu sebesar 86% yang termasuk dalam kategori sangat tinggi. Hasil wawancara diketahui bahwa para pedagang warung tenda seafood melakukan pekerjaannya dengan rajin karena hanya usaha tersebut yang dimiliki oleh pedagang sehingga dijalankan dengan sungguh-sungguh. Pedagang harus menarik pelanggan sebanyak-banyaknya walaupun terkadang usahanya tersebut mengalami penggusuran. Pedagang meggunakan waktu malamnya untuk bekerja demi kebutuhan hidup keluarga. Waktu adalah hal yang harus dikelola sebaik mungkin. Apabila seseorang yang memiliki usaha dapat mengatur waktu dengan baik dalam mengelola usahanya, tentunya akan memberikan hasil yang memuaskan.Waktu merupakan aset yang harus dikelola secara optimum. Setinggi apa pun jabatan dan pendidikan seseorang, jika tidak mampu mengatur waktu secara
24 profesional maka semua potensi yang dimilikinya tidak akan memberikan hasil yang optimum (Suparyanto 2012). 3. Ramah Konsumen merupakan orang yang harus dilayani dengan baik agar tetap loyal pada pedagang yang telah menjadi langganannya. Seorang pedagang harus mempunyai perilaku yang ramah dalam menjalani usahanya yaitu seperti sikap yang sopan dan memberi senyuman kepada konsumen ketika melayani. Konsumen akan merasa nyaman apabila pelayanan yang diberikan dapat memuaskan konsumen tersebut. Berdasarkan data pada Tabel 6 menunjukkan rataan skor ramah yaitu sebesar 93.17% yang termasuk dalam kategori sangat tinggi. Wawancara yang telah dilakukan mendapatkan informasi bahwa pedagang menjalani usahanya dengan perilaku yang dapat membuat konsumen merasa nyaman untuk datang ke warung tenda mereka karena konsumen akan merasa senang untuk datang ke warung tenda seafood tersebut karena mengetahui pedagang di tempat tersebut sangat ramah dalam melayani konsumen. Hal lain yaitu pedagang mengetahui bahwa usaha tersebut merupakan sumber datangnya rezeki yang pedagang butuhkan sehingga pedagang harus maksimal dalam menjalani usahanya. Pedagang mengerti bahwa dalam melayani konsumen yaitu dengan bersikap ramah, berkata sopan, memberikan senyuman, dan mengucapkan terima kasih kepada konsumen yang telah membeli dagangan mereka. Pedagang memahami ketika berhadapan dengan orang lain harus menunjukkan sikap yang baik dan tidak mengganggu kenyamanan orang lain, baik bersikap ramah kepada konsumen maupun pegawai yang bekerja pada usahanya. Pedagang, pegawai, dan konsumen merupakan pihak yang saling membutuhkan. Keramahan yang ditunjukkan oleh semua pihak akan memberikan kenyamanan sehingga baik konsumen akan lebih loyal dan pegawai akan senantiasa bekerja dengan sepenuh hati. 4. Bertanggung Jawab Usaha yang dimiliki oleh seorang pedagang merupakan tanggung jawab pedagang tersebut dalam mengelolanya. Apa pun yang terjadi pada usahanya maupun pegawai yang bekerja dengannya adalah tanggung jawab pemilik usaha (pedagang). Usaha seorang pedagang tidak akan berjalan dengan baik dan berkembang apabila dijalani dengan semaunya atau tidak disiplin. Berdasarkan data pada Tabel 6 menunjukkan rataan skor bertanggung jawab yaitu sebesar 88.5% yang termasuk dalam kategori sangat tinggi. Usaha tersebut merupakan tanggungan pedagang karena merupakan mata pencaharian pedagang sebagai tempat yang dapat menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup pedagang, maka dari itu harus dikelola dengan penuh tanggung jawab. Hasil wawancara diketahui bahwa para pedagang warung tenda seafood bekerja dengan sungguh-sungguh dan apa adanya. Apabila pegawai yang bekerja melakukan kesalahan, pemilik usaha (pedagang) akan memberi arahan kepada pegawainya agar tidak melakukan kesalahan kembali. Mereka berpikir bahwa dalam menjalani hidup harus menggunakan cara yang benar, begitu juga dengan menjalani usaha mereka
25 akan menjalaninya dengan sebaik mungkin karena usaha tersebut merupakan satu-satunya tempat rezeki mereka akan datang. Tanggung jawab pedagang tidak hanya kepada pegawai melainkan juga kepada konsumen karena pedagang dapat memperoleh uang yaitu dari konsumen. Pedagang diharapkan dapat memenuhi atau bahkan melampaui harapan konsumen sehingga memperoleh pedagang yang puas, loyal, dan bahkan sebisa mungkin merasa terikat (Harsono 2014). 5. Berani Terhadap Risiko Usaha yang dimiliki oleh seorang pedagang tentu memiliki risiko di dalamnya, baik risiko besar maupun kecil. Seorang pedagang dituntut untuk mengambil suatu pilihan dan berani untuk menghadapi risiko yang ada di dalamnya. Pedagang dalam menangani risiko memiliki kemampuan yang berbeda-beda sehingga usahanya dapat terlihat apakah berjalan baik atau tidak. Berdasarkan data pada Tabel 6 menunjukkan rataan skor berani terhadap risiko yaitu sebesar 78.83% yang termasuk dalam kategori sangat tinggi. Setiap usaha tidak mungkin tidak memiliki risiko di dalamnya dan seorang pedagang dituntut untuk bertanggung jawab atas keputusan yang diambil dengan menghadapi risiko yang ada. Wawancara yang dilakukan diketahui bahwa para pedagang warung tenda seafood mau tidak mau harus menghadapi risiko apa pun yang datang pada usahanya. Pedagang mengetahui bahwa dalam membuka usaha tentunya akan mengahadapi suatu risiko. Pedagang akan dihadapkan pada persaingan yang ketat dengan pedagang warung tenda seafood lainnya karena usaha tersebut terus merambah. Hal lain yaitu risiko terjadinya penggusuran tempat usaha yang dilakukan oleh pihak terkait. Kondisi tersebut tentunya membuat pedagang merasa terbebani sehingga pedagang akan berusaha untuk tetap memperjuangkan haknya sebagai pedagang. Hal tersebut dikarenakan sudah menjadi pilihan mereka dan apapun yang terjadi pada usahanya harus dihadapi dan ditangani sebisa mungkin. Usaha tersebut merupakan satu-satunya yang dapat memberikan penghasilan kepada para pedagang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Kegagalan pada masa lalu dapat menjadikan pelajaran berharga untuk mencapai kesuksesan masa yang akan datang (Suparyanto 2012). Karakteristik Usaha Pedagang warung tenda seafood di Kota Bogor diidentifikasi berdasarkan karakteristik usaha yaitu terdiri dari lokasi usaha, modal per bulan, jumlah tenaga kerja, lama berdagang per hari dan omset per bulan. 1. Lokasi Usaha Lokasi usaha merupakan hal yang tidak boleh diabaikan oleh pedagang yang ingin membuka usahanya. Lokasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam aktivitas usaha (Suparyanto 2012). Pedagang harus bisa memilih lokasi yang strategis untuk menarik banyak konsumen sehingga warung tenda seafood tersebut menghasilkan keuntungan yang maksimal. Menurut Suparyanto (2012), sikap masyarakat di sekitar tempat usaha menentukan aktivitas usaha, baik yang mendukung maupun menentang
26 keberadaan usaha di daerah tertentu dan sikap tersebut disebabkan oleh beberapa hal. Hal tersebut yaitu dampak positif dan efek negatif dari keberadaan usaha di lingkungannya. Berdasarkan penelitian, lokasi usaha warung tenda seafood menyebar di berbagai wilayah di Kota Bogor. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 30 pedagang tersebar di beberapa wilayah di Kota Bogor. Masing-masing lokasi tersebut yaitu di Kota Bogor Utara, Timur dan Selatan terdapat 3 pedagang, 13 pedagang berada di Kota Bogor Barat, 2 pedagang berada di Kota Bogor Tengah dan 6 orang pedagang berada di Tanah Sareal. Distribusi pedagang dan rataan skor perilaku kewirausahaan pedagang berdasarkan lokasi usaha dapat dilihat pada Tabel 7. Data pada tabel 7 menunjukkan warung tenda terbanyak tersebar di Bogor Barat yaitu sebanyak 15 warung tenda seafood. Hal tersebut diketahui bahwa daerah Kota Bogor Barat terdapat banyak pusat perbelanjaan, sekolah, komplek rumah sehingga pedagang menempatkan usahanya tersebut agar dapat menarik banyak konsumen. Pedagang dalam hal ini harus dapat menangkap peluang sebaik-baiknya. Tabel 7 Distribusi pedagang berdasarkan lokasi usaha No. Lokasi usaha Frekuensi (orang) 1 Bogor Utara 3 2 Bogor Timur 3 3 Bogor Barat 15 4 Bogor Selatan 3 5 Bogor Tengah 2 6 Tanah Sereal 4 Jumlah 30
Persentase (%) 10.00 10.00 50.00 10.00 6.67 13.33 100.00
Sumber: Data Primer 2014
2. Modal Usaha per bulan Modal merupakan salah satu hal yang penting untuk membuka usaha. Pedagang mendapatkan modal dengan berbagai cara, baik dari hasil tabungan sendiri maupun melakukan pinjaman ke orang lain atau bank. Penelitian ini menganalisis modal usaha yaitu biaya operasional yang dikeluarkan pedagang dalam satu periode yaitu 1 bulan (30 hari). Tabel 8 Distribusi pedagang berdasarkan modal usaha per bulan No. 1 2 3 4
Modal (per bulan) Rp9 000 000 - Rp38 250 000 Rp38 260 000 - Rp67 500 000 Rp67 510 000 - Rp96 750 000 Rp96 760 000 - Rp126 000 000 Jumlah
Frekuensi (orang) 24 4 1 1 30
Persentase (%) 80.00 13.33 3.33 3.33 100.00
Sumber: Data Primer 2014
Tabel 8 menunjukkan distribusi pedagang dan rataan skor perilaku kewirausahaan pedagang berdasarkan modal usaha per bulan. Berdasarkan hasil data yang diolah, modal usaha yang dikeluarkan para pedagang warung tenda seafood cukup bervariasi dari Rp9 000 000 sampai Rp126 000 000.
27 Sebanyak 80% atau 24 pedagang tersebut mengeluarkan modal per bulan berkisar Rp9 000 000 sampai Rp38 250 000, kemudian sebanyak 13.33% atau 4 pedagang mengeluarkan modal berkisar Rp38 260 000 sampai Rp67 500 000. Sisanya 3.33% atau 1 pedagang mengeluarkan modal berkisar Rp67 510 000 sampai Rp96 750 00 dan Rp96 760 000 sampai Rp126 000 000. Berdasarkan data tersebut menunjukkan sebagian besar pedagang warung tenda seafood mengeluarkan modal pada kisaran yang sangat rendah dan warung tenda seafood yang dimiliki pedagang pun memang terlihat kecil. Hal tersebut dipengaruhi oleh biaya yang digunakan oleh pedagang untuk membeli kebutuhan dagangannya yang memang relatif tidak mengeluarkan biaya tinggi. Sebagian besar pedagang menggunakan modal sendiri untuk menjalankan usahanya dari awal membangun. Pedagang tidak ingin mengambil risiko untuk melakukan pinjaman modal usaha dikarenakan pembayaran pinjaman tentunya diambil dari penerimaan usaha, sedangkan penerimaan tersebut digunakan untuk kebutuhan hidup pedagang dan keperluan lainnya. Hal yang ditakutkan oleh pedagang apabila melakukan pinjaman modal usaha, pedagang tidak mampu untuk membayar pinjaman tersebut karena untuk kebutuhan hidupnya saja belum tercukupi. Modal usaha yang dikeluarkan tidak dapat dirinci lebih detail karena terdapat beberapa kendala yaitu pedagang yang tidak ingin memberi rincian keuangannya. Hal tersebut dikarenakan modal yang dikeluarkan merupakan rahasia pedagang dan masih terdapat pedagang yang tidak melakukan pencatatan keuangan secara detail karena pedagang tidak menganggap itu adalah hal yang penting. Bagi pedagang hal terpenting adalah penerimaan pedagang selalu mengalir tanpa mengetahui keuntungan dan kerugian serta pertumbuhan usahanya. 3. Jumlah Tenaga Kerja Tenaga kerja sangat diperlukan untuk meringankan pekerjaan dalam usaha yang sedang dijalani. Pedagang warung tenda seafood tentunya memiliki tenaga kerja yang membantunya dalam menyelesaikan pekerjaan. Jumlah tenaga kerja yang dimiliki pedagang bervariasi antara 1 sampai 15 orang karyawan yang terdiri dari beberapa bagian. Bagian-bagian tersebut yaitu terdapat karyawan yang bertugas pada bagian produksi seperti mengolah bahan baku menjadi produk setengah jadi, karyawan yang bertugas di warung tenda seperti mengolah produk setengah jadi menjadi produk jadi untuk dikonsumsi hingga karyawan yang bertugas melayani konsumen. Berdasarkan data yang telah diolah, pegawai yang dimiliki pedagang dibagi menjadi 4 bagian yaitu sebanyak 60% atau 18 pedagang mempunyai pegawai sebanyak 1 sampai 5 orang, sebanyak 30% atau 9 pedagang mempunyai pegawai sebanyak 6 sampai 8 orang, sebanyak 6.67% atau 2 pedagang mempunyai pegawai sebanyak 9 sampai 12 orang, dan sisanya 3.33% atau 1 pedagang mempunyai pegawai lebih dari 12 orang. Hal tersebut menunjukkan sebagian besar pedagang memiliki pegawai yang sangat sedikit untuk bekerja pada usahanya. Distribusi pedagang dan rataan skor perilaku kewirausahaan pedagang berdasarkan jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 9.
28 Tabel 9 Distribusi pedagang berdasarkan jumlah tenaga kerja No. Jumlah tenaga kerja Frekuensi (orang) Persentase (%) 1 1–5 18 60.00 2 6–8 9 30.00 3 9 – 12 2 6.67 4 >12 1 3.33 Jumlah 30 100.00 Sumber: Data Primer 2014
Pegawai yang dimiliki pedagang terdiri dari dua macam yaitu pegawai dari keluarga sendiri dan pegawai yang bukan keluarga. Pegawai yang direkrut dari keluarga sendiri biasanya pedagang yang memiliki usaha warung tenda yang kecil atau sederhana. Pedagang tersebut merekrut pegawai dari keluarga sendiri karena jika terdapat masalah dalam usahanya akan lebih leluasa dalam melakukan kesepakatan tanpa merasa tidak enak satu sama lain serta dapat langsung menerima kesepakatan yang ada. Sedangkan pegawai yang direkrut bukan keluarga tidak bisa lebih leluasa untuk langsung menyepakati suatu hal, sehingga harus dilakukan musyawarah atau berdasarkan perintah dari pemilik usaha (pedagang) itu sendiri. Pedagang yang memiliki pengelolaan sumberdaya manusia (pegawai) yang baik akan berdampak positif pada kinerja usaha yang dijalankan pedagang. Pedagang yang memiliki pegawai lebih banyak akan cenderung pasif dalam mengelola usahanya. Hal tersebut memberikan lebih banyak waktu luang kepada pedagang untuk mengevaluasi dan merencanakan pengembangan usaha selanjutnya. Sedangkan pedagang yang memiliki pegawai yang sedikit akan cenderung aktif mengelola usahanya dengan mengandalkan kemampuan dirinya sendiri. Waktu libur kerja masing-masing pedagang pun berbeda-beda seperti terdapat pedagang yang apabila terdapat hari besar tidak menutup usahanya dan pegawai tidak pulang kampung tetapi gaji dinaikkan. Rata-rata dari hasil wawancara pedagang memberi kebebasan pada pegawainya apabila pegawainya berhalangan hadir asal memiliki alasan yang jelas. Beberapa pedagang juga mempunyai sistem upah yaitu setiap minggunya semua pegawainya diberi upah. Sedangkan beberapa pedagang lainnya, apabila salah satu pegawainya lebih rajin dari biasanya akan diberi upah lebih. 4. Lama Berdagang per hari Warung tenda seafood mengoperasionalkan usahanya dari sore hingga malam hari dan juga terdapat pedagang yang membuka warung tenda seafood dari siang hari. Rata-rata pedagang membuka usahanya setiap hari. Pedagang dalam mengoperasionalkan usahanya setiap hari memiliki waktu (jam) yang bervariasi. Lama pedagang berdagang per hari dibagi menjadi 4 bagian yaitu sebanyak 43.33% atau 13 pedagang mengoperasionalkan usahanya kurang dari 9 jam per hari dan sebanyak 33.33% atau 10 pedagang mengoperasionalkan usahanya dari 9 sampai 10 jam per hari. Kemudian sebanyak 20% atau 6 pedagang mengoperasionalkan usahanya dari 11 sampai 12 jam per hari. Sisanya 3.33% atau 1 pedagang mengoperasionalkan usahanya lebih dari 12
29 jam per hari. Data tersebut menunjukkan sebagian besar pedagang mengoperasionalkan usahanya kurang dari 9 jam. Distribusi pedagang dan rataan skor perilaku kewirausahaan pedagang berdasarkan lama berdagang per hari dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Distribusi pedagang berdasarkan lama berdagang per hari No. Lama Berdagang Frekuensi (jam) Persentase (%) 1 <9 13 43.33 2 9 – 10 10 33.33 3 11 – 12 6 20.00 4 > 12 1 3.33 Jumlah 30 100.00 Sumber: Data Primer 2014
Hasil wawancara diketahui bahwa usaha warung tenda seafood tersebut merupakan usaha keluarga, karenanya pedagang membuka usaha tersebut untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Pedagang mengoperasionalkan usahanya sampai waktu yang ditentukan habis. Jarang bagi mereka menutup warung tendanya apabila dagangan mereka telah habis karena stok bahan baku akan terus dibeli atau dikirim apabila akan habis. Pedagang tetap meunggu konsumen yang datang walaupun warung tenda seafood tersebut sepi sampai waktu yang ditentukan habis demi dapat memenuhi kebutuhan hidup pedagang dan keluarganya. 5. Omset per bulan Umumnya besarnya omset yang diperoleh dapat menujukkan ukuran mengenai tingkat kemajuan suatu usaha. Omset yang diteliti adalah perolehan usaha pedagang dalam satu periode kegiatan produksi (1 bulan=30 hari). Omset yang diperoleh pedagang cukup bervariasi yaitu dari Rp15 000 000 sampai Rp360 000 000. Omset warung tenda seafood diperoleh dari nilai produksi total menu yang terjual selama satu periode (1 bulan). Data omset dibagi menjadi 4 bagian yaitu sebanyak 73.33% atau 22 pedagang memperoleh omset berkisar Rp15 000 000 sampai Rp101 250 000, sebanyak 16.67% atau 5 pedagang memperoleh omset berkisar Rp101 260 000 sampai Rp187 500 000, dan 3.33% atau 1 pedagang memperoleh omset berkisar Rp187 510 000 sampai Rp273 750 000 serta sebanyak 6.67% atau 2 pedagang memperoleh omset berkisar Rp273 760 000 sampai Rp360 000 000. Distribusi pedagang dan rataan skor perilaku kewirausahaan pedagang berdasarkan omset per bulan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Distribusi pedagang berdasarkan omset per bulan No. 1 2 3 4
Omset per bulan Rp15 000 000 - Rp101 250 000 Rp101 260 000 - Rp187 500 000 Rp187 510 000 - Rp273 750 000 Rp273 760 000 - Rp360 000 0000 Jumlah
Sumber: Data Primer 2014
Frekuensi (orang) 22 5 1 2 30
Persentase (%) 73.33 16.67 3.33 6.67 100.00
30 Omset yang diperoleh pedagang berbeda-beda tergantung penentuan harga tiap produk oleh pedagang. Data tersebut menunjukkan sebagian besar pedagang memperoleh omset pada kisaran yang sangat rendah. Omset yang diperoleh kemudian akan dibagi oleh pedagang untuk kebutuhan pribadi, gaji pegawai, modal untuk belanja bahan baku, dan membayar cicilan pinjaman bagi pedagang yang melakukan pinjaman. Omset para pedagang warung tenda seafood tidak menetap atau selalu berfluktuasi. Perilaku Kewirausahaan Pedagang sebagai pelaku yang mempunyai usaha akan menghadapi langsung permasalahan dalam berwirausaha warung tenda seafood. Seorang pedagang tentunya mempunyai peranan penting dalam mengelola usahanya sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Pedagang harus mempunyai kemampuan dalam berperilaku wirausaha yang terdiri dari pengetahuan (kemampuan berpikir), sikap (respon/tanggapan secara emosional) dan tindakan (kemampuan melakukan aktivitas). Adanya perilaku wirausaha tersebut, seorang pedagang dapat menjalankan usahanya dengan sebaik-baiknya. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah rataan hitung skor perilaku kewirausahaan pedagang sebesar 249 persen yaitu berada dalam kategori sangat tinggi, dengan pengetahuan memiliki rataan skor sebesar 91 persen, sikap sebesar 83 persen, dan tindakan sebesar 75 persen. Hal tersebut menunjukkan para pedagang memiliki perilaku yang baik dalam menjalankan usahanya. Distribusi rataan skor perilaku kewirausahaan pedagang dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Rataan hitung skor perilaku kewirausahaan pedagang warung tenda seafood di Kota Bogor pada Mei 2014 No. Kategori Mean Kategori 1 Pengetahuan 91 Sangat tinggi 2 Sikap 83 Sangat tinggi 3 Tindakan 75 Tinggi Perilaku Wirausaha 249 Sangat tinggi Sumber: Data Primer 2014
Perilaku kewirausahaan pedagang termasuk dalam kategori sangat tinggi. Hal tersebut dikarenakan adanya rasa tanggung jawab dalam diri pedagang untuk memperbaiki kehidupannya dan keluarganya serta usaha tersebut merupakan satusatunya mata pencaharian pedagang. Pedagang dituntut untuk melakukan aktivitas dalam usahanya yaitu mengelola usaha warung tenda seafood agar mencapai keberhasilan dengan menguasai manajemen usaha warung tenda seafood. Proses manajemen usaha yaitu terdiri dari pendirian usaha, pengelolaan usaha, pemasaran usaha, dan sampai menarik konsumen serta mempertahankannya. Hal tersebut dipengaruhi oleh karakteristik pedagang yang dapat menurunkan atau meningkatkan usaha untuk mencapai keberhasilan. Perilaku kewirausahaan pedagang yang sangat tinggi ini dipengaruhi oleh unsur-unsurnya yang sangat tinggi pula, yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan yang terdapat dalam diri pedagang-pedagang warung tenda seafood tersebut.
31 Pengetahuan kewirausahaan pedagang menunjukkan sejauh mana kemampuan berpikir pedagang dalam mengelola usahanya menggunakan ilmu yang dimiliki. Ilmu tersebut dapat diperoleh dari pengalaman pedagang dalam berwirausaha, pelajaran yang diberikan oleh orang lain, dan dapat diperoleh juga dari buku bacaan. Pedagang perlu untuk meningkatkan pengetahuannya dalam berwirausaha sehingga mengerti bagaimana menjalankan usaha dengan baik dan benar. Pengetahuan pedagang tersebut digunakan untuk menjalani usahanya hingga mencapai tujuan yang diinginkan, cerdas dalam membuat rencana maupun strategi untuk mengembangkan usaha, dan pedagang akan mampu menghadapi masalah yang terdapat pada usahanya serta mempunyai kemampuan untuk bersaing dengan usaha orang lain. Pedagang yang memiliki pengetahuan yang tinggi akan berhasil dalam berwirausaha, sedangkan pedagang yang memiliki pengetahuan yang rendah maka tidak akan berhasil dalam berwirausaha. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa pengetahuan kewirausahaan pedagang warung tenda seafood rata-rata termasuk dalam kategori sangat tinggi dengan nilai rataan hitung skor sebesar 91 persen. Pedagang warung tenda seafood memiliki rata-rata pengetahuan kewirausahaan yang sangat tinggi dikarenakan pedagang memiliki pengalaman berwirausaha yang relatif lama. Hal tersebut juga diketahui bahwa sebelumnya pedagang pernah bekerja menjadi pegawai pada usaha orang lain di bidang yang sama. Akhirnya setelah pedagang mendapatkan ilmu dari pengalamannya tersebut, pedagang lalu membuka usaha sendiri dan menggunakan ilmu yang telah di dapatnya sehingga pedagang mempunyai penghasilan dari kemampuannya sendiri. Sikap kewirausahaan merupakan hal yang menunjukkan bagaimana cara pedagang memberi tanggapan atau respon pada suatu situasi berdasarkan pada sifat yang dimiliki. Pedagang tentunya mempunyai sikap yang berbeda-beda dalam menghadapi persoalan dalam usaha yang dijalaninya. Sikap pedagang tersebut dapat berubah-ubah tergantung suasana atau keadaan pedagang. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa rataan hitung skor sikap kewirausahaan pedagang yaitu sebesar 83 persen yang termasuk dalam kategori sangat tinggi. Sikap kewirausahaan pedagang memiliki tingkat yang sangat tinggi dikarenakan pengetahuan kewirausahaan pedagang yang sangat tinggi pula. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh kewajiban pedagang sebagai orang yang mempunyai usaha maka harus bertanggug jawab atas pengelolaan usahanya dan berusaha untuk mencapai tujuan yaitu memenuhi kebutuhan hidup pedagang dan keluarganya. Tingkat persaingan yang semakin tinggi juga menuntut pedagang untuk berusaha menghadapi segala tantangan yang ada agar usahanya tetap bertahan. Tindakan kewirausahaan merupakan hal yang jelas dapat diamati dan menunjukkan karakter dari seorang pedagang. Tindakan pedagang dipengaruhi oleh sikap yang dimiliki pedagang dan membawa pedagang untuk bertindak sesuai keinginannya untuk mengelola dan mengendalikan usahanya sehari-hari. Tindakan setiap pedagang tentunya berbeda-beda sesuai dengan karakter pedagang tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, rataan hitung skor tindakan kewirausahaan pedagang yaitu sebesar 75 persen yang berarti termasuk dalam kategori tindakan yang tinggi. Tindakan kewirausahaan pedagang memiliki tingkat yang sangat
32 tinggi dikarenakan pedagang dalam menajalankan usahanya dilakukan dengan tindakan yang sesuai dengan aturan dan dengan sungguh-sungguh. Hubungan antara Karakteristik dan Perilaku Kewirausahaan Pedagang Warung Tenda Seafood di Kota Bogor Hasil penelitian selanjutnya yaitu mengenai hubungan karakteristik pedagang warung tenda seafood di Kota Bogor dengan perilaku kewirausahaan pedagang warung tenda seafood di Kota Bogor. Hubungan karakteristik dan perilaku kewirausahaan tersebut dapat meningkatkan kemampuan berwirausaha dan memperoleh keuntungan yang maksimal serta meningkatkan kesejahteraan hidup pedagang. Variabel karakteristik pedagang berupa data kategori seperti lokasi usaha dianalisis menggunakan uji Chi Square. Sedangkan variabel karakteristik pedagang berupa data kategori dalam bentuk skala ordinal seperti kejujuran, rajin, ramah, bertanggung jawab, berani terhadap risiko, modal per bulan, jumlah tenaga kerja, lama berdagang per hari dan omset per bulan dianalisis menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Hubungan Karakteristik dengan Perilaku Kewirausahaan Pedagang Warung Tenda Seafood di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Hubungan karakteristik dengan perilaku kewirausahaan pedagang warung tenda seafood di Kota Bogor pada Mei 2014 Unsur-Unsur Perilaku Wirausaha Uji
Kategori
Pengetahuan Koef.
Sikap
Tindakan
P-value
Koef.
P-value
Koef.
P-value
Karakteristik Wirausaha rs
Kejujuran
0.289
0.122
0.610
0.000**
0.198
0.294
rs
Rajin
0.317
0.088
0.489
0.006**
0.320
0.085
rs
Ramah
0.293
0.116
0.642
0.000**
0.431
0.018*
rs
Bertanggung Jawab
0.223
0.237
0.679
0.000**
0.305
0.102
rs
Berani terhadap risiko
0.471
0.009**
0.704
0.000**
0.420
0.021*
0.102
0.591
0.178
0.348
0.243
0.196
Karakteristik Usaha rs
Modal per bulan
rs
Jumlah tenaga kerja
0.294
0.115
0.334
0.072
0.374
0.042*
rs
Lama berdagang per hari
-0.047
0.804
0.209
0.268
0.203
0.283
rs
Omset per bulan
0.356
0.054
0.504
0.005**
0.483
0.007**
Lokasi usaha
5.893
0.317
2.193
0.822
67.083
0.127
2
x
Keterangan :
rs : Uji korelasi Rank Spearman χ2 : Uji Chi Square **) Korelasi signifikan pada taraf 1% *) Korelasi signifikan pada taraf 5%
Tabel 13 menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata antara karakteristik pedagang dengan perilaku kewirausahaan dan masing-masing unsurunsur perilaku kewirausahaan pedagang pada taraf α = 0.1 yaitu, antara kejujuran dengan sikap kewirausahaan, rajin dengan pengetahuan dan sikap kewirausahaan, ramah dengan sikap kewirausahaan, bertanggung jawab dengan sikap kewirausahaan, berani terhadap risiko dengan pengetahuan dan sikap
33 kewirausahaan, jumlah tenaga kerja dengan sikap kewirausahaan serta omset per bulan dengan pengetahuan dan sikap kewirausahaan. Berikut adalah penjelasan masing-masing hubungan tiap karakteristik pedagang dengan perilaku kewirausahaan dan unsur-unsur perilaku kewirausahaannya. Hubungan antara Kejujuran dengan Perilaku Kewirausahaan Karakteristik kejujuran pedagang memiliki nilai P-value sebesar 0.122 terhadap pengetahuan, sebesar 0.000 terhadap sikap, dan sebesar 0.294 terhadap tindakan. Hal itu menunjukkan bahwa kejujuran berhubungan nyata dengan sikap, tetapi tidak berhubungan nyata dengan pengetahuan dan tindakan kewirausahaan. Pengetahuan kewirausahaan menunjukkan bahwa kejujuran pedagang tidak berhubungan nyata. Hal tersebut dikarenakan pengetahuan mengenai kejujuran dapat dikatakan tidak perlu untuk dipelajari secara mendalam karena hal tersebut adalah sesuatu yang telah diketahui dan merupakan kebiasaan seseorang dalam berperilaku. Pedagang dapat mengetahui perilaku jujur dari pengaruh orang lain atau lingkungan sekitar. Sikap kewirausahaan menunjukkan bahwa kejujuran pedagang berhubungan nyata yang tinggi (taraf α = 0.1 > 0.000) dengan nilai koefisien korelasi bernilai positif yaitu 0.610 > Z0.1/2(30) = 0.305, yang berarti berhubungan signifikan pada taraf α = 0.1. Semakin tinggi kejujuran, maka semakin tinggi sikap kewirausahaan pedagang. Poin sebelumnya telah dijelaskan bahwa dalam menjalani suatu usaha harus dilakukan dengan kejujuran karena tentunya orang lain tidak akan memberi kepercayaannya kembali apabila merasa telah dibohongi. Hal tersebut juga dapat terjadi pada konsumen, apabila pedagang yang telah menjadi langganannya melakukan suatu kecurangan kepada konsumen maka konsumen yang telah loyal tersebut tidak akan percaya kembali dan akan mencari tempat lain. Hal tersebut membuat pedagang yakin bagaimana pun keadaannya, pedagang dapat bersikap jujur dalam menjalani usahanya. Tindakan kewirausahaan menunjukkan bahwa kejujuran pedagang tidak berhubungan nyata. Hal tersebut membuktikan masih terdapat pedagang yang menunjukkan tindakan yang tidak disertai dengan kejujuran. Pedagang hanya mengerti arti kejujuran tetapi belum sepenuhnya menjalankan usahanya secara jujur. Rata-rata pedagang menyediakan menu makanan seafood dengan tidak mencantumkan harga sehingga konsumen akan berfikir bahwa pedagang warung tenda seafood dapat memanipulasi harga yang sebenarnya. Akhirnya konsumen akan merasa ditipu oleh pedagang. Hubungan antara Rajin dengan Perilaku Kewirausahaan Karakteristik rajin seorang pedagang memiliki nilai P-value sebesar 0.088 terhadap pengetahuan, sebesar 0.006 terhadap sikap, dan sebesar 0.085 terhadap tindakan. Hal itu menunjukkan bahwa rajin berhubungan nyata dengan unsurunsur perilaku kewirausahaan. Pengetahuan kewirausahaan menunjukkan bahwa rajin berhubungan nyata yang tinggi (taraf α = 0.1 > 0.088) dengan nilai koefisien korelasi bernilai positif yaitu 0.317 > Z0.1/2(30) = 0.305, yang berarti berhubungan signifikan pada taraf α = 0.1. Semakin tinggi rajin, maka semakin tinggi pengetahuan kewirausahaan pedagang. Pedagang pada awalnya memiliki perilaku rajin yang belum begitu tinggi, tetapi pada akhirnya semakin lama mengelola usaha dan setelah mengetahui keadaan usahanya semakin lama pedagang rajin
34 untuk mencari tahu. Cara yang dapat dilakukan yaitu mencari informasi atau melihat bagaimana pedagang lain mengelola usaha dengan baik dan dapat juga menerima kritik serta saran dari orang yang memiliki pengetahuan mengenai pengelolaan usaha. Hal tersebut membuat pedagang mendapat berbagai pelajaran yang dapat meningkatkan pengetahuannya dalam mengelola usahanya agar lebih berkembang. Hal tersebut mendorong pedagang untuk berperilaku rajin sehingga pedagang dapat mencapai tujuan yang diinginkan pada usahanya. Sikap kewirausahaan menunjukkan bahwa rajin berhubungan nyata yang tinggi (taraf α = 0.1 > 0.006) dengan nilai koefisien korelasi bernilai positif yaitu 0.489 > Z0.1/2(30) = 0.305, yang berarti berhubungan signifikan pada taraf α = 0.1. Semakin tinggi rajin, maka semakin tinggi sikap kewirausahaan pedagang. Rajin merupakan hal yang sulit dimiliki oleh seseorang karena karakter setiap orang berbeda-beda. Pedagang dalam hal ini dituntut untuk berperilaku rajin dalam mengelola usahanya karena pedagang mendapatkan penghasilan hanya dari usaha warung tenda seafood ini yang menjadi sumber mata pencaharian pedagang untuk memenuhi kebutuhan hidup pedagang dan keluarganya. Pedagang merasa percaya diri dan yakin bahwa pedagang dapat bekerja keras menjalankan usahanya dengan sangat rajin. Tindakan kewirausahaan menunjukkan bahwa rajin berhubungan nyata yang tinggi (taraf α = 0.1 > 0.085) dengan nilai koefisien korelasi bernilai positif yaitu 0.320 > Z0.1/2(30) = 0.305, yang berarti berhubungan signifikan pada taraf α = 0.1. Semakin tinggi rajin, maka semakin tinggi tindakan kewirausahaan pedagang. Hasil wawancara yang dilakukan, pedagang merantau ke daerah yang menurut mereka berpotensi untuk menghasilkan pendapatan. Hal itu didorong dari keadaan pedagang yang ingin memenuhi kebutuhan hidup pedagang dan keluarganya. Warung tenda seafood tersebut merupakan alternatif yang pedagang inginkan untuk menjadi tempat mata pencahariannya dan tidak mempunyai pekerjaan lain selain membuka usaha tersebut. Hal itu mendorong pedagang untuk mengelola usahanya dengan rajin. Semakin pedagang rajin dalam mengerjakan pekerjaan yang terdapat pada usahanya, pedagang akan semakin mahir dalam bertindak untuk mengerjakan pekerjaannya tersebut seterusnya. Hubungan antara Ramah dengan Perilaku Kewirausahaan Karakteristik ramah seorang pedagang memiliki nilai P-value sebesar 0.116 terhadap pengetahuan, sebesar 0.000 terhadap sikap, dan sebesar 0.018 terhadap tindakan. Hal itu menunjukkan bahwa ramah berhubungan nyata dengan sikap dan tindakan kewirausahaan, tetapi tidak berhubungan nyata dengan pengetahuan kewirausahaan. Pengetahuan kewirausahaan menunjukkan bahwa ramah tidak berhubungan nyata. Ramah secara lahiriah telah tertanam dalam diri seseorang. Hal ini pedagang telah memahami bahwa dalam berperilaku dengan orang lain harus menunjukkan perilaku yang sopan atau ramah. Pelajaran tersebut secara tidak langsung pedagang dapat mengetahuinya karena adanya pengaruh dari orang lain dan lingkungan sekitar. Sikap kewirausahaan menunjukkan bahwa perilaku ramah berhubungan nyata yang tinggi (taraf α = 0.1 > 0.000) dengan nilai koefisien korelasi bernilai positif yaitu 0.642 > Z0.1/2(30) = 0.305, yang berarti berhubungan signifikan pada taraf α = 0.1. Semakin tinggi perilaku ramah, maka semakin tinggi sikap kewirausahaan pedagang. Perilaku ramah tentunya sangat diperlukan oleh seorang
35 pedagang kepada konsumennya. Konsumen merupakan orang yang harus dilayani dengan baik oleh pedagang agar mereka tetap loyal, maka dari itu bagaimana pun keadaannya pedagang yakin mampu berperilaku ramah melayani konsumen dan dalam hal apa pun. Pedagang menerima setiap kritik dan saran sebagai masukan yang akan memperbaiki diri sendiri maupun usahanya untuk masa datang. Tindakan kewirausahaan menunjukkan bahwa ramah berhubungan nyata yang tinggi (taraf α = 0.1 > 0.018) dengan nilai koefisien korelasi bernilai positif yaitu 0.431 > Z0.1/2(30) = 0.305, yang berarti berhubungan signifikan pada taraf α = 0.1. Semakin tinggi ramah, maka semakin tinggi tindakan kewirausahaan pedagang. Melayani konsumen sudah menjadi kewajiban seorang pedagang dan hal tersebut telah dilakukan oleh pedagang. Terlihat ketika pedagang berhadapan dengan konsumen dengan memberikan senyuman dan menunjukkan kesantunan sehingga konsumen pun merasa nyaman. Tindakan tersebut tidak hanya dilakukan pedagang terhadap konsumen, tetapi juga dengan pegawai-pegawainya karena terlihat pedagang sangat akrab apabila berhadapan dengan para pegawainya. Hal itu membuat pegawai merasa nyaman dalam bekerja dan konsumen menjadi loyal. Keadaan seperti itu memberi pelajaran pada pedagang bahwa semakin pedagang menunjukkan keramahan, maka tindakan pedagang dalam mengelola usaha akan semakin baik. Hubungan antara Bertanggung Jawab dengan Perilaku Kewirausahaan Karakteristik bertanggung jawab seorang pedagang memiliki nilai P-value sebesar 0.237 terhadap pengetahuan, sebesar 0.000 terhadap sikap, dan sebesar 0.102 terhadap tindakan. Hal itu menunjukkan bahwa bertanggung jawab berhubungan nyata dengan sikap, tetapi tidak berhubungan nyata dengan pengetahuan dan tindakan kewirausahaan. Pengetahuan kewirausahaan menunjukkan bahwa perilaku bertanggung jawab tidak berhubungan nyata. Hal tersebut dikarenakan pedagang telah memahami bagaimana berperilaku dalam mengelola usahanya dengan penuh tanggung jawab dan mengetahui keadaan yang ada dalam usahanya sehingga pedagang mempunyai caranya sendiri untuk menangani hal-hal yang terdapat dalam usahanya. Pengetahuan mengenai tanggung jawab sendiri pedagang tidak perlu memahami dengan detail bagaimana cara berperilaku bertanggung jawab karena telah memahami dari keadaan sekitar yang telah memberi pelajaran bagi pedagang seperti pelajaran dari orang lain, lingkungan maupun pengalaman diri sendiri. Sikap kewirausahaan menunjukkan bahwa perilaku bertanggung jawab berhubungan nyata yang tinggi (taraf α = 0.1 > 0.000) dengan nilai koefisien korelasi bernilai positif yaitu 0.679 > Z0.1/2(30) = 0.305, yang berarti berhubungan signifikan pada taraf α = 0.1. Semakin tinggi tanggung jawab, maka semakin tinggi sikap kewirausahaan pedagang. Pedagang pada usaha yang dikelolanya merasa percaya diri dan yakin mampu mengendalikan dan mengontrol kegiatan usahanya karena usaha tersebut akan berjalan baik atau buruk tergantung dari pengelolaan pedagang itu sendiri. Tindakan kewirausahaan menunjukkan bahwa perilaku bertanggung jawab tidak berhubungan nyata. Pedagang masih belum memberikan tindakan yang nyata dalam mengelola usahanya sebagaimana tanggung jawab pedagang untuk mengurus usahanya dengan teratur. Hal tersebut seperti dalam manajemen keuangan usaha, masih terdapat pedagang yang mengabaikan perincian keuangan
36 yaitu pengeluaran dan pemasukan keuangan sehingga pedagang tidak mengetahui perkembangan usaha setiap waktunya. Hasil wawancara menyebutkan bahwa pencatatan keuangan bagi pedagang warung tenda seafood tidak perlu karena menurut pedagang hal terpenting adalah pendapatan mereka terus mengalir. Hubungan antara Berani terhadap Risiko dengan Perilaku Kewirausahaan Karakteristik berani terhadap risiko seorang pedagang memiliki nilai Pvalue sebesar 0.009 terhadap pengetahuan, sebesar 0.000 terhadap sikap, dan sebesar 0.021 terhadap tindakan. Hal itu menunjukkan bahwa berani terhadap risiko berhubungan nyata dengan unsur-unsur perilaku kewirausahaan. Pengetahuan kewirausahaan menunjukkan bahwa perilaku berani terhadap risiko berhubungan nyata yang tinggi (taraf α = 0.1 > 0.009) dengan nilai koefisien korelasi bernilai positif yaitu 0.471 > Z0.1/2(30) = 0.305, yang berarti berhubungan signifikan pada taraf α = 0.1. Semakin tinggi keberanian terhadap risiko, maka semakin tinggi pengetahuan kewirausahaan pedagang. Pedagang telah mengetahui bahwa dalam suatu usaha pasti memiliki risiko di dalamnya. Pedagang dalam menjalani usaha akan terus dihadapkan pada permasalahan sehingga memberikan dorongan kepada pedagang untuk mencari tahu dengan mempelajari keadaan kemudian mencari informasi dan dapat juga dengan menerima kritik atau saran yang diberikan orang lain sehingga meningkatkan pengetahuan pedagang bagaimana cara untuk menghadapi dan meminimalisir risiko yang akan muncul. Sikap kewirausahaan menunjukkan bahwa berani terhadap risiko berhubungan nyata yang tinggi (taraf α = 0.1 > 0.000) dengan nilai koefisien korelasi bernilai positif yaitu 0.704 > Z0.1/2(30) = 0.305, yang berarti berhubungan signifikan pada taraf α = 0.1. Semakin tinggi keberanian terhadap risiko, maka semakin tinggi sikap kewirausahaan pedagang. Pedagang dalam mengelola usahanya tidak dapat dipungkiri akan menghadapi berbagai macam risiko. Pedagang mempunyai berbagai cara dalam menghadapi risiko tersebut karena diketahui pedagang warung tenda seafood ini yakin dan percaya diri mampu menghadapi kesulitan atau risiko yang ada pada usahanya. Tindakan kewirausahaan menunjukkan bahwa perilaku berani terhadap risiko berhubungan nyata yang tinggi (taraf α = 0.1 > 0.021) dengan nilai koefisien korelasi bernilai positif yaitu 0.420 > Z0.1/2(30) = 0.305, yang berarti berhubungan signifikan pada taraf α = 0.1. Semakin tinggi keberanian terhadap risiko, maka semakin tinggi tindakan kewirausahaan pedagang. Hal itu menunjukkan semakin pedagang berani dalam menghadapi risiko yang ada pada usahanya, maka pedagang akan memiliki cara atau kemampuan yang lebih dalam bertindak untuk mengatasi permasalahn yang ada pada usahanya karena pedagang telah mendapat pelajaran dari pengalamannya sehingga pedagang dapat meminimalisir risiko yang akan datang ke depannya. Pedagang dalam mengelola usaha tidak jarang dihadapkan pada kerugian, tetapi hal itu tidak membuat pedagang menyerah untuk membuka usahanya terus-menerus. Pedagang tetap berjualan dengan modal seadanya dan juga menggunakan uang yang sudah mereka persiapkan. Hasil wawancara menunjukkan pedagang warung tenda seafood mempunyai tabungan yang digunakan untuk semua keperluan usahanya. Hal lain yaitu apabila terjadi penggusuran oleh pihak terkait, tidak membuat mereka berhenti untuk berdagang. Pedagang akan tetap berdagang walaupun
37 harus pindah lokasi atau bahkan pedagang akan tetap berjualan di tempat yang sama. Hubungan antara Lokasi Usaha dengan Perilaku Kewirausahaan Karakteristik lokasi usaha pedagang memiliki nilai P-value sebesar 0.317 terhadap pengetahuan, sebesar 0.822 terhadap sikap, dan sebesar 0.127 terhadap tindakan. Hal itu menunjukkan bahwa lokasi usaha tidak berhubungan signifikan pada taraf α = 0.1 terhadap perilaku kewirausahaan beserta unsur-unsurnya. Lokasi usaha bukan merupakan faktor utama dalam melakukan suatu usaha. Hal tersebut dikarenakan selama lokasi yang telah dipilih oleh pedagang pada awal membuka usaha mendatangkan banyak konsumen maka pedagang tidak akan meninggalkan kesempatan tersebut. Walaupun terkadang lokasi usaha mengalami penggusuran dan pedagang tidak mengikuti aturan, pedagang tetap membuka usaha warung tenda seafood di tempat yang sama atau pindah ke tempat lain jika keadaan memaksa. Terdapat banyak usaha yang sukses dijalankan di tempat tertentu, tetapi usaha yang sama terbukti gagal jika dilaksanakan di tempat lainnya. Tempat tertentu akan sangat sesuai untuk suatu jenis usaha tetapi tidak sesuai untuk jenis usaha lainnya (Suparyanto 2012). Pedagang tidak hanya menjalani usahanya melainkan juga menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang yang ingin bekerja. Hal tersebut menunjukkan, pedagang sebagai wirausahawan merupakan makhluk sosial yang turut memperhatikan lingkungan sekitar yaitu dapat membantu masyarakat sekitar dengan cara merekrut dan mempekerjakan anggota masyarakat (Suparyanto 2012). Hubungan antara Modal Usaha per bulan dengan Perilaku Kewirausahaan Karakteristik modal usaha per bulan pedagang memiliki nilai P-value sebesar 0.591 terhadap pengetahuan, sebesar 0.348 terhadap sikap, dan sebesar 0.196 terhadap tindakan. Hal itu menunjukkan bahwa modal usaha per bulan tidak berhubungan signifikan pada taraf α = 0.1 terhadap perilaku kewirausahaan beserta unsur-unsurnya. Besar kecilnya modal yang dikeluarkan pedagang tidak mempengaruhi perilaku kewirausahaan pedagang dalam menjalani usaha. Keterbatasan modal tidak meruntuhkan semangat pedagang untuk tetap berdagang dengan modal seadanya. Hal tersebut dikarenakan, usaha warung tenda seafood merupakan satu-satunya mata pencaharian pedagang untuk mendapatkan penghasilan demi mencukupi kebutuhannya. Pedagang akan terus bekerja keras mengelola usahanya semaksimal mungkin sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya dan keluarganya. Hubungan antara Jumlah Tenaga Kerja dengan Perilaku Kewirausahaan Karakteristik jumlah tenaga kerja pedagang memiliki nilai P-value sebesar 0.115 terhadap pengetahuan, sebesar 0.072 terhadap sikap, dan sebesar 0.042 terhadap tindakan. Hal itu menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja berhubungan nyata dengan sikap kewirausahaan dan tindakan kewirausahaan, tetapi tidak berhubungan nyata dengan pengetahuan kewirausahaan. Pengetahuan kewirausahaan menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja tidak berhubungan nyata. Banyak sedikitnya jumlah tenaga kerja tidak memengaruhi pengetahuan pedagang dalam menjalankan usaha. Pedagang sangat jarang menggunakan waktu luang
38 dengan pegawainya karena pedagang hanya memberikan arahan kepada pegawai seputar memasak dan melayani konsumen, tetapi tidak ada komunikasi antara pedagang dengan pegawainya seputar pengetahuan mengenai pengelolaan usaha. Hal ini mengakibatkan tidak adanya saling berbagi informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan pedagang dalam hal wirausaha. Sikap kewirausahaan menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja berhubungan nyata yang tinggi (taraf α = 0.1 > 0.072) dengan nilai koefisien korelasi bernilai positif yaitu 0.334 > Z0.1/2(30) = 0.305 , yang berarti berhubungan signifikan pada taraf α = 0.1. Semakin banyak jumlah tenaga kerja, maka semakin tinggi sikap kewirausahaan pedagang. Pegawai yang dimiliki pedagang akan sangat membantu dalam mengoperasionalkan usahanya sehingga pedagang mempunyai waktu luang yang banyak. Waktu luang tersebut digunakan untuk membuat rencana ke depan dalam mengembangkan usahanya sehingga pedagang dapat mengejar prestasi yaitu peningkatan penerimaan usahanya. Tindakan kewirausahaan menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja berhubungan nyata yang tinggi (taraf α = 0.1 > 0.042) dengan nilai koefisien korelasi bernilai positif yaitu 0.374 > Z0.1/2(30) = 0.305 , yang berarti berhubungan signifikan pada taraf α = 0.1. Semakin banyak jumlah tenaga kerja, maka semakin tinggi tindakan kewirausahaan pedagang. Jumlah tenaga kerja yang semakin meningkat akan membuat pedagang untuk lebih giat mengontrol para pekerjanya dalam bekerja. Pedagang tentunya tidak ingin pegawainya melakukan kesalahan, maka dari itu pedagang memberi pengarahan kepada pegawainya bagaimana cara mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang harus dikerjakan dengan benar. Hubungan antara Lama Berdagang per hari dengan Perilaku Kewirausahaan Karakteristik lama berdagang per hari pedagang memiliki nilai P-value sebesar 0.804 terhadap pengetahuan, sebesar 0.268 terhadap sikap, dan sebesar 0.283 terhadap tindakan. Hal itu menunjukkan bahwa lama berdagang per hari tidak berhubungan signifikan pada taraf α = 0.1 terhadap perilaku kewirausahaan beserta unsur-unsurnya. Lama berdagang per hari pedagang tidak berpengaruh terhadap perilaku kewirausahaan, yaitu tidak meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan kewirausahaan pedagang. Pedagang hanya mengerjakan pekerjaan yang telah menjadi rutinitasnya sebagai pedagang warung tenda seafood yaitu memasak, menunggu konsumen yang datang hingga melayani konsumen. Pedagang tidak melakukan hal diluar rutinitasnya yang dapat menambah pengetahuan, sikap maupun tindakannya sebagai seorang wirausaha. Seperti halnya ketika terdapat waktu kosong pada saat tidak ada konsumen yang datang, pedagang tidak menggunakan waktunya sebaik mungkin dengan cara bertukar pikiran mendiskusikan mengenai cara mengelola usahanya agar dapat lebih berkembang. Hal tersebut pada akhirnya tidak memberikan pelajaran yang lebih kepada pedagang mengenai cara berwirausaha. Melakukan hal tersebut sebenarnya dapat mengeluarkan ide-ide yang pada awalnya tidak terbayangkan. Hubungan antara Omset per bulan dengan Perilaku Kewirausahaan Karakteristik omset per bulan seorang pedagang memiliki nilai P-value sebesar 0.054 terhadap pengetahuan, sebesar 0.005 terhadap sikap, dan sebesar
39 0.007 terhadap tindakan. Hal itu menunjukkan bahwa omset per bulan berhubungan nyata dengan unsur-unsur perilaku kewirausahaan. Pengetahuan kewirausahaan menunjukkan bahwa omset per bulan berhubungan nyata yang tinggi (taraf α = 0.1 > 0.054) dengan nilai koefisien korelasi bernilai positif yaitu 0.356 > Z0.1/2(30) = 0.305, yang berarti berhubungan signifikan pada taraf α = 0.1. Semakin tinggi omset yang diperoleh, maka semakin tinggi pengetahuan kewirausahaan pedagang. omset yang diperoleh pedagang akan selalu berbeda setiap waktu. Saat tertentu pedagang akan memperoleh omset yang besar dan pada saat lainnya pedagang akan memperoleh omset yang rendah. Bahkan terkadang pedagang mengalami kerugian. Omset yang semakin tinggi membuat pedagang semakin termotivasi untuk terus mencari informasi cara agar usahanya dapat meningkatkan omset yang lebih tinggi dari sebelumnya. Hal itu membuat pedagang semakin bertambah pengetahuannya untuk mengelola usahanya agar meningkatkan hasil yang diinginkan, sehingga mendapatkan keuntungan yang lebih. Cara tersebut diperoleh dari proses belajar pedagang dan dapat juga diperoleh dari pengalaman berwirausaha pedagang. Sikap kewirausahaan menunjukkan bahwa omset per bulan berhubungan nyata yang tinggi (taraf α = 0.1 > 0.005) dengan nilai koefisien korelasi bernilai positif yaitu 0.504 > Z0.1/2(30) = 0.305, yang berarti berhubungan signifikan pada taraf α = 0.1. Semakin tinggi omset yang diperoleh, maka semakin tinggi sikap kewirausahaan pedagang. Pedagang menjalani usahanya dengan kemampuannya masing-masing karena pedagang berorientasi pada hasil yaitu omset yang semakin tinggi. Peningkatan omset merupakan suatu kesuksesan bagi pedagang. Kesuksesan pada akhirnya meningkatkan rasa puas dan kepuasan tersebut akan menjadi pemicu pemilik usaha untuk mencapai kesuksesan lainnya yang lebih tinggi (Suparyanto 2012). Pedagang akan semakin termotivasi dan percaya pada diri sendiri untuk terus menjalani usahanya. Tindakan kewirausahaan menunjukkan bahwa omset per bulan berhubungan nyata yang tinggi (taraf α = 0.1 > 0.007) dengan nilai koefisien korelasi bernilai positif yaitu 0.483 > Z0.1/2(30) = 0.305, yang berarti berhubungan signifikan pada taraf α = 0.1. Semakin tinggi omset yang diperoleh, maka semakin tinggi tindakan kewirausahaan pedagang. Warung tenda seafood merupakan satusatunya mata pencaharian yang dimiliki pedagang sehingga apabila omset yang diperoleh meningkat, membuat pedagang semakin rajin dalam menjalankan usahanya. Hal itu dikarenakan pedagang tentunya ingin menghasilkan omset yang secara terus menerus meningkat dari sebelumnya. Peningkatan penghasilan tersebut sangat berguna bagi pedagang untuk digunakan dalam memenuhi kebutuhan hidup pedagang beserta keluarganya. Hasil wawancara menyebutkan bahwa pedagang menghasilkan omset yang lebih tinggi pada hari-hari tertentu yaitu pada hari libur (sabtu dan minggu).
40
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Karakteristik wirausaha pedagang warung tenda seafood yang terdiri dari kejujuran, rajin, ramah, dan bertanggung jawab termasuk dalam kategori sangat tinggi, sedangkan berani terhadap risiko termasuk dalam kategori tinggi. Adapun karakteristik usaha pedagang warung tenda seafood, frekuensi pedagang terbanyak berada di Kota Bogor Barat. Sebagian besar pedagang dari 30 pedagang memiliki modal dan omset berada pada tingkat yang sangat rendah, jumlah tenaga kerja yang sangat sedikit serta menggunakan waktu berdagang sangat sebentar. Perilaku kewirausahaan pedagang dengan unsur-unsurnya yang terdiri dari pengetahuan kewirausahaan dan sikap kewirausahaan termasuk dalam kategori sangat tinggi serta tindakan kewirausahaan yang termasuk dalam kategori tinggi. Karakteristik wirausaha dan karakteristik usaha yang berhubungan nyata dengan perilaku kewirausahaan antara lain kejujuran dan bertanggung jawab dengan sikap kewirausahaan, ramah dan jumlah tenaga kerja dengan sikap dan tindakan kewirausahaan, serta rajin, berani terhadap risiko, dan omset per bulan dengan semua unsur-unsur perilaku kewirausahaan. Saran 1. Pedagang dalam menjalankan usaha harus lebih meningkatkan perilakunya kewirausahaannya, seperti meningkatkan pengetahuan dengan cara mencari informasi pada berbagai media, meningkatkan sikap agar dapat membuat konsumen loyal, dan meningkatkan tindakan kewirausahaannya dalam mengerjakan pekerjaan sehingga usaha warung tenda seafood tersebut dapat lebih berkembang. 2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisis karakteristik wirausaha dan karakteristik usaha dari berbagai karakteristik lainnya, agar dapat terlihat lebih bervariatif sehingga m emberi pengetahuan yang lebih. 3. Penelitian selanjutnya diharapkan meneliti terlebih dahulu pada hubungan kausal dengan menentukan variabel independent dan dependent. 4. Penelitian selanjutnya diharapkan dalam menyusun pernyataan dalam kuesioner yaitu dengan menyamakan semua bentuk pernyataan tersebut, baik pernyataan positif maupun negatif.
DAFTAR PUSTAKA Alma B. 2010. Kewirausahaan. Bandung (ID): Alfabeta Ainuddin I, Nugraha HS, Setyawati ECN. 2013. Karakteristik Kewirausahaan dan Lingkungan Bisnis sebagai Faktor Penentu Pertumbuhan Usaha [internet]. [diunduh 2014 Juni 29]. Tersedia pada: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/janis/article/download/5353/4808 Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2012. Banyaknya Lokasi Pedagang Kaki Lima Menurut Kecamatan 2012. Bogor (ID): BPS Pusat.
41 Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2012. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Termasuk Pengangguran Terbuka Menurut Kategori Pengangguran Terbuka Tahun 2009-2012. Bogor (ID): BPS Pusat. Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2013. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Kota Bogor 2012. Bogor (ID): BPS Pusat. Darya IGP. 2012. Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan dan Karakteristik Kewirausahaan terhadap Kompetensi Usaha dan Kinerja Usaha Mikro Kecil di Kota Balikpapan [internet]. [diunduh 2014 Juni 29]. Tersedia pada: http://jurnal.dppm.uii.ac.id/files/2012/02/07.i_gusti_putu_darya.jurnal01010 12012_01.pdf Daryanto, Cahyono AD. 2013. Kewirausahaan. Penanaman Jiwa Kewirausahaan. Yogyakarta (ID): Gava Media. Fauzah R. 2013. Perilaku Kewirausahaan Pedagang Warung Tenda Pecel Lele Kerukunan Keluarga Besar Siman Jaya (KKBSJ) di Jakarta. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hardian W. 2011. Karakteristik dan Perilaku Wirausaha Pedagang Martabak Manis Kaki Lima di Kota Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Harsono B. 2014. Tiap Orang Bisa Menjadi Pengusaha Sukses Melalui UMKM. Jakarta (ID): PT Elex Media Komputindo. Hendro. 2011. Dasar-dasar Kewirausahaan. Jakarta (ID): Erlangga. Hidayat T. 2013. Karakteristik Wirausaha dan Praktek Manajemen Berperspektif Islam serta Hubungannya Terhadap Kesuksesan Agribisnis. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ismail S. 2006. Pengantar Bisnis. Pengenalan Praktis dan Studi Kasus. Jakarta (ID): Kencana. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke-4. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada. Kantor Koperasi dan UKM Kota Bogor. 2013. Nazir M. 2011. Metode Penelitian, Cetakan Ke-7. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Purwanti E. 2012. Pengaruh Karakteristik Wira usaha, Modal Usaha, Strategi Pemasaran terhadap Perkembangan UMKM di Desa Dayaan dan Kalilondo Salatiga [internet]. [diunduh 2014 Juni 29]. Tersedia pada: http://jurnal.stieama.ac.id/index.php/ama/article/download/65/46 Saputro DS. 2009. Karakteristik Wirausaha Peternak Kambing Perah di Kabupaten Bogor Jawa Barat. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sudijono A. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada. Suharyadi, Nugroho A, Purwanto SK, Faturohman M. 2007. Kewirausahaan. Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda. Jakarta (ID): Salemba Empat. Sujanto A. 2004. Psikologi Umum. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara. Sunarya POA, Sudaryono, Asep Saefullah. 2011. Kewirausahaan. Yogyakarta (ID): ANDI. Suparyanto RW. 2012. Kewirausahaan. Konsep dan Realita pada Usaha Kecil. Bandung (ID): Alfabeta
42 Tyson S, Jackson T. 2000. Perilaku Organisasi. Deddy Jacobus & Dwi Prabantini, penerjemah. Yogyakarta (ID): ANDI. terjemahan dari: The Essence of Organizational Behaviour. Wade C, Tavris C. 2007. Psychology. Ed ke-9. Jakarta (ID): Erlangga. Warnaningsih MT. 2011. Modernitas Sikap Kewirausahaan dan Hubungannya dengan Keberhasilan Unit Usaha Kecil Tahu Serasi Bandungan. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Winarto P. 2002. First Step To Be an Entrepeneur. Jakarta (ID): PT Elex Media Komputindo. Zimmerer TW, Scarborough NM. 2008. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Ed ke-5. Jakarta (ID): Salemba Empat.
43
LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil uji korelasi rank Spearman dan uji Chi Square karakteristik pedagang dengan unsur-unsur perilaku kewirausahaan pedagang Correlations Pengetahuan
Kejujuran
.289
.610
.198
Sig. (2-tailed)
.122
.000**
.294
30
30
30
Correlation Coefficient
.317
.489
.320
Sig. (2-tailed)
.088
0.006**
.085
30
30
30
Correlation Coefficient
.293
.642
.431
Sig. (2-tailed)
.116
0.000**
.018*
30
30
30
Correlation Coefficient
.223
.679
.305
Sig. (2-tailed)
.237
.000**
.102
30
30
30
.471
.704
.420
.009**
.000**
.021*
30
30
30
N
Ramah
N
Bertanggung Jawab
N Correlation Coefficient Berani terhadap Risiko
Tindakan
Correlation Coefficient
N
Rajin
Sikap
Sig. (2-tailed) N Correlations
Pengetahuan
Modal per bulan
0.102
0.178
.243
Sig. (2-tailed)
0.591
0.348
.196
30
30
Correlation Coefficient
0.294
0.334
.374
Sig. (2-tailed)
0.115
0.072
.042*
30
30
-0.047
0.209
.203
0.804
0.268
.283
30
30
Correlation Coefficient
0.356
0.504
.483
Sig. (2-tailed)
0.054
0.005**
.007**
30
30
N Correlation Coefficient Lama Berdagang per hari
Sig. (2-tailed) N
Omset per bulan
Tindakan
Correlation Coefficient
N
Jumlah Tenaga Kerja
Sikap
N
30
30
30
30
44 Lokasi dengan Pengetahuan Crosstab Count Pengetahuan Total 3 Lokasi
4
Bogor Utara
0
3
3
Bogor Timur
1
2
3
Bogor Barat
0
13
13
Bogor Selatan
0
3
3
Bogor Tengah
0
2
2
Tanah Sereal
1
5
6
2
28
30
Total
Chi-Square Tests Value
Asymp. Sig. (2-
df
sided)
Pearson Chi-Square
5.893a
5
.317
Likelihood Ratio
5.470
5
.361
.189
1
.663
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
30
a. 10 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .13.
45 Lokasi dengan Sikap Crosstab Count Sikap Total 3 Lokasi
4
Bogor Utara
1
2
3
Bogor Timur
1
2
3
Bogor Barat
3
10
13
Bogor Selatan
0
3
3
Bogor Tengah
1
1
2
Tanah Sereal
1
5
6
7
23
30
Total
Chi-Square Tests Value
Asymp. Sig. (2-
Df
sided)
Pearson Chi-Square
2.193a
5
.822
Likelihood Ratio
2.734
5
.741
.227
1
.634
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
30
a. 11 cells (91.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .47.
46 Lokasi dengan Tindakan Crosstab Count Tindakan Total 2 Lokasi
3
4
Bogor Utara
1
2
0
3
Bogor Timur
0
1
2
3
Bogor Barat
1
8
4
13
Bogor Selatan
0
1
2
3
Bogor Tengah
0
1
1
2
Tanah Sereal
0
3
3
6
2
16
12
30
Total
Chi-Square Tests Asymp.
Value
df
Pearson Chi-Square
67.083a
55
.127
Likelihood Ratio
50.412
55
.650
.157
1
.692
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Sig. (2-sided)
30
a. 72 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .07.
47 Lampiran 2 Dokumentasi
Sumber: Dokumentasi Pribadi 2014
48
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Poso pada tanggal 21 Januari 1992 dari pasangan Ir. Denny Maulasa, MM dan Drs. Safrida A. Mukti. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan TK di Antam Sulawesi Tenggara pada tahun 1998, pendidikan dasar di SDN Kawung Luwuk II Bogor pada tahun 2004 dan pendidikan menengah pertama di Bina Insani Bogor pada tahun 2007 serta penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 2 Bogor pada tahun 2010. Penulis lulus seleksi masuk sebagai mahasiswi Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2010 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi olahraga. Tahun 2011-2013, penulis menjadi anggota Unit Kegiatan Mahasiswa BaseballSoftball Oryza IPB. Tahun 2012, penulis menjadi anggota staf divisi Dokumentasi, Dekorasi, dan Desain pada Agribsinis Festival oleh Himpunan Profesi Mahasiswa Pemin at Agribisnis (HIPMA) Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.