ANALISIS PENDAPATAN DAN STRATEGI PEMASARAN USAHA WARUNG TENDA PECEL LELE DI SEPANJANG JALAN PAJAJARAN BOGOR
Oleh : Dian Anggraini A14102664
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
DIAN ANGGRAINI. Analisis Pendapatan dan Strategi Pemasaran Usaha Warung Tenda Pecel Lele di Sepanjang Jalan Pajajaran Bogor. Di bawah bimbingan YUSMAN SYAUKAT
RINGKASAN . Sektor informal yang terbukti mampu membantu mengurangi terjadinya pengangguran adalah usaha kecil. Salah satu bentuk usaha kecil yang banyak berdiri adalah warung tenda pecel lele. Usaha ini banyak didirikan di sepanjang jalan-jalan utama di berbagai kota besar di Indonesia tidak terkecuali Kota Bogor yang dekat dengan Kota Jakarta. Usaha warung tenda pecel lele adalah salah satu warung tenda yang banyak berdiri di Jalan Pajajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi profil dan karakteristik pedagang warung tenda pecel lele, menganalisis pendapatan usaha warung tenda pecel lele dan memformulasi strategi pemasaran yang dapat diterapkan pada usaha warung tenda pecel lele. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu tahap identifikasi lingkungan internal dan eksternal usaha. Identifikasi lingkungan internal dilakukan pada analisis fungsi pemasaran, produksi, sumber daya manusia dan keuangan. Sedangkan lingkungan eksternal yang dianalisis adalah lingkungan makro dan mikro. Tahap selanjutnya adalah tahap pencocokan dengan menggunakan matriks IE dan matriks SWOT. Dari hasil identifikasi profil dan karakteristik diketahui bahwa pemilik warung tenda pecel lele sebagian besar berasal dari suku Jawa khususnya daerah Lamongan, Jawa Timur. Menurut informasi dari pemilik warung tenda sebagian besar merantau ke luar daerah sejak usia remaja. Pendapatan usaha rata-rata yang didapat oleh pemilik warung tenda pecel lele selama satu bulan adalah Rp 50.980.000 sedangkan total biaya rata-rata yang dikeluarkan adalah Rp 5.090.800 dan keuntungan rata-rata sebesar Rp 12. 078.600. Hasil analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C Ratio) rata-rata sebesar 1,31 yang menunjukkan bahwa dari setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam usaha warung tenda pecel lele menghasilkan penerimaan ratarata sebesar 1,31 rupiah. Nilai total skor pembobotan matriks IFE dan EFE yang didapat masingmasing sebesar 2,503 dan 2,680. Berdasarkan kombinasi nilai matriks IFE dan EFE dan dipetakan pada matriks IE, posisi usaha warung tenda pecel lele berada pada sel V dan strategi yang sesuai adalah strategi hold and maintain. Strategi yang dapat diterapkan adalah penetrasi pasar (market penetration) dan pengembangan produk (product development). Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT diperoleh strategi yaitu : Strategi S-O adalah meningkatkan kualitas produk yang dijual dan mengembangkan fasilitas pesan antar. Strategi W-O adalah melakukan promosi yang lebih baik lagi untuk menarik konsumen baru, membenahi kondisi internal usaha seperti meningkatkan keahlian para pekerja dalam kegiatan usaha khususnya pada kegiatan produksi. Strategi S-T adalahmempertahankan hubungan kerjasama yang baik dengan pemasok bahan baku untuk menjaga kontinuitas bahan baku. Strategi W-T adalah mempermudah akses pinjaman modal sangat
diharapkan dan pengembangan kemampuan manajerial bagi pemilik usaha merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan.
ANALISIS PENDAPATAN DAN STRATEGI PEMASARAN USAHA WARUNG TENDA PECEL LELE DI SEPANJANG JALAN PAJAJARAN BOGOR
Oleh DIAN ANGGRAINI A14102664
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN Pada Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
Judul
: Analisis Pendapatan dan Strategi Pemasaran Usaha Warung Tenda Pecel Lele di Sepanjang Jalan Pajajaran Bogor
Nama
: Dian Anggraini
NRP
: A14102664
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec NIP. 131 804 162
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP. 130 422 698
Tanggal Lulus : 29 Agustus 2006
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS PENDAPATAN DAN STRATEGI PEMASARAN USAHA WARUNG TENDA PECEL LELE DI SEPANJANG JALAN PAJAJARAN BOGOR” BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI MANAPUN.
Bogor, Agustus 2006
Dian Anggraini A14102664
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 26 April 1981 sebagai anak kedua dari empat bersaudara yang dilahirkan dari pasangan Alm. Bapak Listomzon dan Ibu Nasroh Nursilawati. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Muhammadiyah 1 Palembang dan lulus pada tahun 1993. Pada tahun yang sama Penulis melanjutkan pendidikan tingkat pertama di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Palembang dan lulus pada tahun 1996 dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Palembang dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun 1999 penulis diterima sebagai mahasiswa pada program Diploma III Manajemen Bisnis Perikanan, Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor dan selesai pada tahun 2002. Pada tahun 2003 penulis diterima pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “ Analisis Pendapatan dan Strategi Pemasaran Usaha Warung Tenda di Sepanjang Jalan Pajajaran Bogor” ini dengan baik. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan penulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pertanian pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2006
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur Penulis panjatkankehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Analisis Pendapatan dan Strategi Pemasaran Usaha Warung Tenda di Sepanjang Jalan Pajajaran Bogor ini dengan baik Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu memberikan bimbingan, bantuan, dan doa yang akan selalu penulis kenang dan syukuri. Oleh karena itu, Penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan serta waktunya kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Ir Netti Tinaprilla, MM selaku dosen evaluator proposal penelitian serta masukan-masukannya kepada penulis. 3. Muhammad Firdaus SP, M.Si atas kesediaannya selaku dosen penguji dan atas masukan-masukannya kepada penulis. 4. Ir. Murdianto, MS. atas kesediaannya selaku dosen komisi akademik dan atas masukan-masukannya kepada penulis. 5. Ayahanda Alm. dan Ibunda yang telah mencurahkan kasih sayang, doa yang tulus, dukungan moril dan materil serta kakak dan kedua adikku. 6. Para pemilik warung tenda pecel lele di Jalan Pajajaran Bogor yang telah memberikan waktunya dalam wawancara yang telah dilakukan. 7. Sandaru, Dewi, Rangga sebagai saudara seperjuangan dalam menata masa depan yang kita mulai bersama dari tempat ini. 8. Teman-teman sebimbingan Suci, Wahyu, Ajeng, Nimas dan Shinta. 9. Warga kostan Vilma (Yudi, Ardi, Sigit, Imron, Lutfi, Wanso, Ridho, Hendri, M’Astri, M’Silvana, T’Murni, A’ Endang, Syawal, Mursal, Andriani dan suami) atas saran, persaudaraan, diskusi dan kebersamaannya selama ini.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR...................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ................................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4 1.4 Kegunaan Penelitian .................................................................................. 5 II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 6 2.1 Pemasaran .................................................................................................. 6 2.1.1 Kebutuhan, Keinginan, dan Permintaan ........................................... 6 2.1.2 Produk ............................................................................................... 6 2.1.3 Nilai................................................................................................... 6 2.1.4 Pertukaran dan Transaksi .................................................................. 7 2.1.5 Hubungan dan Jaringan..................................................................... 7 2.1.6 Pasar .................................................................................................. 8 2.1.7 Pemasar dan Calon Pembeli.............................................................. 8 2.2 Pengertian Strategi ..................................................................................... 8 2.3 Manajemen Strategis.................................................................................. 9 2.4 Strategi Pemasaran ..................................................................................... 10 2.4.1 Bauran Pemasaran............................................................................. 11 2.5 Sejarah Bisnis Warung Tenda.................................................................... 14 2.6 Tinjauan Studi Terdahulu........................................................................... 15 III. KERANGKA PEMIKIRAN................................................................... 17 3.1 Analisis Lingkungan Pemasaran ................................................................ 17 3.1.1 Lingkungan Internal .......................................................................... 17 3.1.2 Lingkungan Eksternal ....................................................................... 18 3.1.3 Matriks Internal Factor Evaluation dan External Facto r Evaluation ........................................................................................ . 21 3.1.4 Matriks Internal External ................................................................. 22
3.1.5 Analisis SWOT ................................................................................. 22 3.2 Analisis Usaha............................................................................................ 22 3.3 Kerangka Pemikiran Operasional .............................................................. 23 IV. METODE PENELITIAN........................................................................ 25 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 25 4.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 25 4.3 Metode Pengambilan Sampel..................................................................... 25 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ...................................................... 26 4.1.1 Tabulasi dan Deskriftif...................................................................... 26 4.4.2 Analisis Biaya ................................................................................... 26 4.4.3 Analisis Pendapatan Usaha ............................................................... 27 4.4.4 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya ....................................... 27 4.4.5 Matriks IFE ....................................................................................... 28 4.4.6 Matriks EFE ...................................................................................... 30 4.4.7 Matriks Internal External ................................................................. 31 4.4.8 Matriks SWOT .................................................................................. 32 V. KEADAAN UMUM USAHA WARUNG TENDA PECEL LELE....... 34 5.1 Sejarah Pecel Lele ...................................................................................... 34 5.2 Warung Tenda Pecel Lele .......................................................................... 35 5.3 Karakteristik Pemilik Warung Tenda......................................................... 35 5.4 Waktu Penjualan ........................................................................................ 37 5.5 Pengadaan dan Penanganan Bahan Baku................................................... 37 5.6 Analisis Usaha Warung Tenda Pecel Lele ................................................. 38 5.6.1 Penerimaan Usaha Warung Tenda Pecel Lele .................................. 38 5.6.2 Biaya-Biaya Usaha Warung Tenda Pecel Lele ................................. 39 5.6.3 Pendapatan Usaha Warung Tenda Pecel Lele dan Nilai R/C Ratio.. 40 VI. ANALISIS LINGKUNGAN DAN PERUMUSAN STRATEGI USAHA WARUNG TENDA PECEL LELE ......................................... 41 6.1 Analisis Lingkungan Internal..................................................................... 41 6.1.1 Sumber Daya Manusia ...................................................................... 41 6.1.2 Bauran Pemasaran............................................................................. 41 6.1.2.1 Produk ................................................................................... 41
6.1.2.2 Harga ..................................................................................... 42 6.1.2.3 Distribusi ............................................................................... 43 6.1.2.4 Promosi ................................................................................. 43 6.1.3 Keuangan .......................................................................................... 44 6.1.4 Produksi ............................................................................................ 44 6.2 Evaluasi Faktor-Faktor Internal ................................................................. 45 6.3 Analisis Lingkungan Eksternal .................................................................. 45 6.3.1 Lingkungan Makro............................................................................ 45 6.3.1.1 Ekonomi ................................................................................ 45 6.3.1.2 Alam...................................................................................... 46 6.3.1.3 Teknologi .............................................................................. 46 6.3.1.4 Politik dan Hukum ................................................................ 47 6.3.1.5 Sosial dan Budaya ................................................................. 47 6.3.2 Lingkungan Mikro ............................................................................ 48 6.3.2.1 Pemasok ................................................................................ 48 6.3.2.2 Pelanggan .............................................................................. 48 6.3.2.3 Pesaing .................................................................................. 49 6.4 Evaluasi Faktor-Faktor Lingkungan Eksternal .......................................... 50 6.5 Analisis Matriks IFE dan EFE ................................................................... 50 6.5.1 Analisis Matriks IFE ......................................................................... 51 6.5.2 Analisis Matriks EFE ........................................................................ 52 6.6 Matriks Internal Eksternal.......................................................................... 53 6.7 Analisis Matriks SWOT............................................................................. 55 6.7.1 Strategi S-O....................................................................................... 57 6.7.2 Strategi S-T ....................................................................................... 57 6.7.3 Strategi W-O ..................................................................................... 58 6.7.4 Strategi W-T...................................................................................... 59 VII. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 60 7.1 Kesimpulan ................................................................................................ 60 7.2 Saran........................................................................................................... 61 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 62 LAMPIRAN.................................................................................................... 64
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Jumlah Usaha tidak Berbadan Hukum menurut Lapangan Usaha Tahun 2002-2005 ....................................................................................... 2 2. Perincian 4P dari Bauran Pemasaran (Marketing Mix).............................. 11 3. Metode Analisis Data Berdasarkan Tujuan Penelitian............................... 26 4. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Usaha Warung Tenda Pecel Lele .......................................................................... 29 5. Matriks IFE ................................................................................................ 30 6. Matriks EFE ............................................................................................... 31 7. Matriks SWOT ........................................................................................... 33 8. Karakteristik Pemilik Usaha Warung Tenda Pecel Lele, Tahun 2006 ................................................................................................ 36 9. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Warung Tenda Pecel Lele Satu Periode (Rp/Bln) ................................................................................ 38 10. Faktor Strategis Internal Usaha Warung Tenda Pecel Lele ....................... 51 14. Faktor Strategis Eksternal Usaha Warung Tenda Pecel Lele..................... 52 15. Matriks SWOT Usaha Warung Tenda Pecel Lele ..................................... 56
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ............................................. 24 2. Model Matriks IE ....................................................................................... 32 3. Saluran Distribusi Warung Tenda Pecel Lele ............................................ 43 4. Matriks Internal Eksternal Usaha Warung Tenda Pecel lele ..................... 54
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Kuisioner kepada Pemilik Warung Tenda Pecel Lele di Jalan Pajajaran........................................................................................ 64 2. Kuisioner Penetapan Prioritas dan Rating.................................................. 65 3. Penilaian Bobot dan Rating Faktor-Faktor Internal Usaha Warung Tenda................................................................................. 69 4. Penilaian Bobot dan Rating Faktor-Faktor Eksternal Usaha Warung Tenda................................................................................. 75 5. Nilai Rata-Rata Bobot dan Rating Faktor Internal Usaha Warung Tenda Pecel Lele ............................................................... 81 6. Nilai Rata-Rata Bobot dan Rating Faktor Eksternal Usaha Warung Tenda Pecel Lele ............................................................... 82
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda negara Indonesia sejak pertengahan tahun
1997 telah menimbulkan dampak negatif bagi kondisi perekonomian rakyat. Terjadinya krisis ekonomi ini selain disebabkan oleh memburuknya situasi politik negara, juga karena meningkatnya hutang luar negeri serta menurunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Berbagai dampak yang ditimbulkan oleh adanya krisis tersebut masih dirasakan sampai saat ini, diantaranya tingkat inflasi yang tinggi dan meningkatnya jumlah pengangguran dari tahun ke tahun. Kondisi perekonomian negara yang semakin tidak menentu juga mengakibatkan banyak perusahaan yang bangkrut. Banyaknya perusahaan yang bangkrut tentu saja akan meningkatkan jumlah pengangguran, baik pengangguran yang terjadi karena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) maupun angkatan kerja yang belum mendapatkan pekerjaan. Meningkatnya jumlah pengangguran tentu saja berdampak negatif pada kondisi ekonomi masyarakat dengan hilangnya sumber pokok pendapatan keluarga, diiringi dengan meningkatnya biaya kebutuhan hidup seperti kenaikan BBM dan tarif dasar listrik yang berdampak pula pada kenaikan harga-harga secara umum. Meningkatnya jumlah pengangguran dari tahun ke tahun menandakan bahwa peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang bersifat formal semakin kecil oleh karena itu dibutuhkan suatu alternatif pekerjaan yang bersifat informal. Munculnya sektor informal merupakan salah satu alternatif kesempatan kerja yang mampu menampung kelebihan tenaga kerja karena umumnya sektor ini tidak begitu membutuhkan persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan dan keterampilan pekerja. Sektor informal yang terbukti mampu membantu mengurangi terjadinya pengangguran adalah usaha kecil. Usaha kecil mempunyai peranan dalam memperkokoh perekonomian nasional melalui berbagai keterkaitan usaha seperti fungsi pemasok, fungsi produksi, fungsi penyalur dan pemasar bagi hasil produkproduk industri besar. Usaha kecil berfungsi sebagai transformator antar sektor
yang mempunyai kaitan ke depan maupun ke belakang (forward and backward linkages). Usaha kecil dapat meningkatkan efisiensi ekonomi khususnya dalam menyerap sumber daya yang ada. Usaha kecil sangat fleksibel karena dapat menyerap tenaga kerja lokal, sumber daya lokal dan meningkatkan sumber daya manusia menjadi wirausaha-wirausaha yang tangguh. Usaha kecil juga di pandang sebagai sarana pendistribusian pendapatan nasional, alat pemerataan pendapatan karena jumlahnya tersebar di perkotaan maupun di pedesaan (Suryana, 2003). Perkembangan jumlah usaha kecil yang bersifat informal dari tahun 2002 sampai tahun 2005 banyak didominasi oleh sektor perdagangan besar, eceran dan rumah makan serta jasa akomodasi. Banyaknya jumlah usaha kecil yang tidak berbadan hukum menurut lapangan usaha dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Usaha Tidak Berbadan Hukum Menurut Lapangan Usaha Tahun 2002-2005 Lapangan Usaha
Tahun 2002
2003
2004
2005
248.842
287.657
255.824
253.146
(1,66)
(1,96)
(1,63)
(1,60)
2.598.704
2.538.283
2.728.700
2.641.909
(17,35)
(17,31)
(17,38)
(16,74)
Perdagangan besar, eceran dan rumah makan serta akomodasi Angkutan dan komunikasi
8.650.713
8.450.211
9.232.631
9.228.487
(57,75)
(57,64)
(58,79)
(58,47)
1.855.149
2.281.481
1.926.668
2.170.291
(12,38)
(8,25)
(12,27)
(13,75)
Lembaga keuangan, real estate, usaha persewaan dan jasa-jasa Total
1.627.030
2.754.648
1.559.743
1.490.226
(10,86)
(11,05)
(9,93)
(9,44)
14.980.438
14.660.645
15.703.566
15.784.059
(100,00)
(100,00)
(100,00)
(100,00)
Pertambangan rakyat dan penggalian listrik non PLN dan konstruksi Industri kecil dan kerajinan tangan
Sumber : BPS, 2005
Salah satu bentuk usaha kecil yang banyak berdiri adalah usaha warung tenda. Usaha ini banyak didirikan di sepanjang jalan-jalan utama di berbagai kota besar di Indonesia tidak terkecuali Kota Bogor yang dekat dengan Kota Jakarta.
Warung tenda yang berdiri di sepanjang Jalan Pajajaran Bogor terdiri dari berbagai macam jenis usaha. Pada umumnya warung tenda di Kota Bogor membuka usahanya pada sore hari, dengan begitu banyaknya usaha warung tenda yang berdiri sehingga persaingan terjadi diantara warung tenda itu sendiri.
1.2
Perumusan Masalah Persaingan adalah inti dari keberhasilan atau kegagalan perusahaan.
Persaingan menentukan ketepatan aktivitas perusahaan yang dapat menyokong kinerjanya seperti inovasi, budaya perusahaan dan pelaksanaan yang baik (Porter, 1994). Strategi bersaing bertujuan untuk menegakkan posisi yang menguntungkan dan dapat dipertahankan terhadap kekuatan-kekuatan yang menentukan persaingan dalam industri. Untuk dapat bertahan dalam persaingan yang ketat dalam suatu industri, perusahaan harus menbuat suatu strategi usaha yang efektif. Salah satu strategi yang dapat digunakan adalah strategi pemasaran. Perumusan strategi pemasaran yang efektif dirancang dengan memperhatikan kepuasan yang dapat diberikan kepada konsumen. Strategi pemasaran yang dibuat oleh perusahaan harus dapat memposisikan diri berhadapan dengan pesaing agar dapat memperoleh keunggulan bersaing. Industri makanan adalah salah satu sektor industri yang mengalami persaingan yang sangat kompetitif. Bisnis makanan merupakan salah satu jenis usaha yang dapat bertahan pada masa krisis. Usaha di bidang ini tidak hanya dalam bentuk restoran-restoran besar, tetapi juga dalam bentuk warung tenda. Usaha ini banyak menjamur setelah masa krisis khususnya di kota-kota besar di Indonesia karena banyak orang yang beralih profesi membuka usaha warung tenda setelah terjadi pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan-perusahaan. Kota Bogor sebagai salah satu kota yang dekat dengan Kota Jakarta juga mengalami perkembangan yang cukup pesat terhadap perkembangan usaha warung tenda. Jalan Pajajaran sebagai salah satu jalan utama yang ada menjadi tempat bagi pemilik warung tenda untuk membuka usahanya, mulai dari usaha warung tenda pecel lele, nasi goreng, soto, warung kopi dan lain-lain. Usaha ini baru mulai dioperasikan menjelang sore hari sampai malam hari.
Usaha warung tenda pecel lele adalah salah satu warung tenda yang banyak berdiri di Jalan Pajajaran. Persaingan terjadi tidak hanya diantara warung tenda yang menjual pecel lele sebagai produk utamanya tetapi juga terjadi dengan warung tenda yang menjual makanan lainnya seperti nasi goreng, soto, masakan sunda, hal ini terjadi dikarenakan mereka menjual produk yang hampir sama. Faktor lain yang menyebabkan persaingan ini terjadi diantaranya adalah rendahnya tingkat hambatan untuk dapat masuk ke dalam usaha ini seperti kepemilikan modal usaha yang tidak terlalu besar, teknologi yang dipergunakan masih sederhana serta kemampuan tenaga kerja yang tidak mengharuskan mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi sehingga dengan cepatnya banyak pemain baru yang masuk ke dalam usaha ini sehingga menyebabkan pendapatan usaha yang diperoleh warung tenda semakin kecil. Maka untuk itulah perlunya dilakukan analisis pendapatan usaha warung tenda pecel lele. Dengan jumlah konsumen yang relatif tetap untuk diperebutkan menyebabkan warung tenda harus membuat suatu strategi pemasaran yang baik untuk menarik perhatian konsumen mengingat banyaknya orang-orang yang bergerak dalam bisnis ini. Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah adalah : 1. Bagaimanakah profil dan karakteristik para pedagang warung tenda pecel lele di Jalan Pajajaran Bogor? 2. Bagaimanakah pendapatan usaha warung tenda pecel lele di Jalan Pajajaran Bogor? 3. Bagaimanakah strategi pemasaran yang dilakukan warung tenda pecel lele di Jalan Pajajaran Bogor dalam menghadapi persaingan agar dapat terus bertahan pada bisnis ini?
1.3
Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi profil dan karakteristik para pedagang warung tenda pecel lele di Jalan Pajajaran Bogor. 2. Menganalisis pendapatan usaha warung tenda pecel lele di Jalan Pajajaran Bogor.
3. Memformulasi strategi pemasaran yang dilakukan warung tenda pecel lele di Jalan Pajajaran Bogor.
1.4
Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini
adalah : 1. Bagi usaha kecil, sebagai bahan masukan dalam pengelolaan usaha khususnya dalam menjalankan strategi pemasaran, agar dapat meningkatkan pendapatan usaha. 2. Bagi penulis, sebagai sarana penerapan ilmu yang telah diperoleh semasa kuliah. 3. Bagi kalangan umum, sebagai bahan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pemasaran Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya
individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 1997). Definisi pemasaran melibatkan konsep inti antara lain : kebutuhan (needs), keinginan (wants), permintaan (demands); produk (barang, jasa, dan gagasan); nilai, biaya dan kepuasan; pertukaran dan transaksi; hubungan dan jaringan; pasar; serta pemasar dan prospek. 2.1.1
Kebutuhan, Keinginan, dan Permintaan Dasar pemikiran pemasaran dimulai dari kebutuhan dan keinginan
manusia sehingga penting diketahui perbedaan antara kebutuhan, keinginan dan permintaan. Kebutuhan manusia (human needs) adalah ketidakberadaan beberapa kepuasan dasar, sedangkan keinginan (wants) adalah hasrat akan pemuas kebutuhan yang spesifik (Kotler, 1997) . Keinginan manusia terus dibentuk oleh kekuatan dan lembaga sosial seperti sekolah, keluarga dan perusahaan. Permintaan (demands) adalah keinginan akan produk yang spesifik
yang
didukung oleh kemampuan dan kesediaan untuk membelinya. Keinginan dapat menjadi sebuah permintaan jika didukung oleh daya beli. 2.1.2
Produk Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan
suatu kebutuhan dan keinginan (Kotler, 1997). Produk dapat dibedakan menjadi tiga jenis: barang fisik, jasa dan gagasan. Tingkat kepentingan produk fisik lebih tergantung pada jasa yang diberikan daripada kepemilikannya, maka produk fisik sebenarnya adalah sarana yang memberikan jasa pada pemakainya. 2.1.3
Nilai Nilai (value) adalah perkiraan konsumen atas seluruh kemampuan produk
untuk memuaskan kebutuhan dan didalam nilai terkandung unsur biaya yang
harus
dikorbankan
oleh
konsumen
untuk
mendapatkan
produk
yang
diinginkannya (Kotler, 1997). Nilai yang harus dibayar oleh konsumen dapat berupa biaya atas setiap produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Nilai juga merupakan pemenuhan tuntutan pelanggan dengan biaya perolehan, pemilikan, dan penggunaan yang terendah. 2.1.4
Pertukaran dan Transaksi Pertukaran adalah tindakan memperoleh barang yang dikehendaki dari
seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai imbalan (Kotler, 1997). Terdapat lima kondisi yang harus terpenuhi agar pertukaran dapat terjadi: 1. Terdapat sedikitnya dua pihak. 2. Masing-masing pihak memiliki sesuatu yang mungkin berharga bagi pihak lain. 3. Masing-masing pihak mampu berkomunikasi dan melakukan penyerahan. 4. Masing-masing pihak bebas menerima atau menolak tawaran pertukaran. 5. Masing-masing pihak yakin bahwa berunding dengan pihak lain adalah layak dan bermanfaat. Pertukaran baru dapat terjadi apabila kedua belah pihak dapat menyetujui syarat pertukaran. Pertukaran dapat dilihat sebagai sebuah proses yang berakhir dengan sebuah transaksi. Transaksi adalah perdagangan nilai-nilai antara dua pihak atau lebih. Sebuah transaksi melibatkan beberapa aspek: sekurangkurangnya dua benda yang bernilai, persyaratan yang disetujui, waktu persetujuan, dan tempat persetujuan. 2.1.5
Hubungan dan Jaringan Pemasaran transaksi adalah bagian dari gagasan yang lebih besar yang
dinamakan pemasaran hubungan. Pemasaran hubungan (relationship marketing) adalah praktik membangun hubungan jangka panjang yang memuaskan dengan pihak-pihak kunci pelanggan, pemasok, penyalur untuk mempertahankan bisnis jangka panjang.
Hasil pemasaran hubungan yang utama adalah pengembangan aset unik perusahaan yang disebut jaringan pemasaran. Jaringan pemasaran yang berkepentingan adalah pelanggan, pemasok, penyalur, pengecer dan pihak lain yang bersama-sama dengan perusahaan telah membangun hubungan bisnis yang saling menguntungkan. 2.1.6
Pasar Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau
keinginan tertentu yang sama, yang mungkin bersedia dan mampu melaksanakan pertukaran untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan. Menurut pandangan bisnis penjual dipandang sebagai industri dan pembeli sebagai pasar. 2.1.7
Pemasar dan Calon Pembeli Pemasar adalah seseorang yang mencari satu atau lebih calon pembeli
yang akan terlibat dalam pertukaran nilai (value), sedangkan pembeli adalah seseorang yang diidentifikasi oleh pemasar sebagai orang yang mungkin bersedia dan mampu terlibat dalam pertukaran nilai. Pemasar dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual.
2.2
Pengertian Strategi Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani strategia, yang artinya seni atau
ilmu untuk menjadi seorang jendral. Konsep ini relevan dengan situasi pada zaman dulu yang sering diwarnai perang, dimana jendral dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang agar dapat selalu memenangkan perang. Menurut Stoner dan Freeman (1998) konsep strategi dapat didefinisikan berdasarkan dua perspektif yang berbeda, yaitu (1) perspektif apa yang suatu organisasi ingin lakukan (2) dari perspektif apa yang organisasi akhirnya lakukan. Berdasarkan perspektif pertama, strategi dapat didefinisikan sebagai program
untuk
menentukan
dan
mencapai
tujuan
organisasi
dan
mengimplementasikan misinya. Makna yang terkandung dari strategi ini adalah bahwa manajer memainkan peranan yang aktif, sadar dan rasional dalam
merumuskan strategi organisasi. Dalam lingkungan yang selalu berubah, pandangan ini lebih banyak diterapkan. Sedangkan berdasarkan perspektif kedua, strategi didefinisikan sebagai pola tanggapan atau respon organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Pada definisi ini setiap organisasi pasti memiliki strategi, meskipun secara eksplisit. Pandangan ini diterapkan bagi para manajer bersifat reaktif, yaitu hanya menanggapi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan secara pasif manakala dibutuhkan.
2.3
Manajemen Strategis Manajemen strategis sangat diperlukan oleh setiap perusahaan sebagai
usaha untuk menentukan rencana kegiatan dan bagaimana rencana kegiatan tersebut harus dilakukan. Salah satu fungsi manajemen strategis adalah memberikan arahan strategis yang tepat dalam menunjang pencapaian tujuan perusahaan. Pengertian manajemen strategis menurut Pearce dan Robinson (1997), didefinisikan sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan. Komponen-komponen dalam manajemen strategi terdiri dari : (1) Misi perusahaan (company mission), (2) Profil perusahaan (company profile), (3) Lingkungan eksternal (external environment), (4) Analisis dan pilihan strategik (strategic analysis and choice), (5) Sasaran jangka panjang (long-term objectives), dan (6) Strategi umum (grand strategy). Lebih lanjut Pearce dan Robinson (1997) menyatakan bahwa strategi perusahaan berkaitan dengan keputusan kemana bisnis perusahaan seharusnya masuk dan keluar serta bagaimana perusahaan seharusnya mengalokasikan sumber daya diantara bisnis-bisnis berbeda yang dimasukinya di masa mendatang. Manajemen strategis menurut David (2002), didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan umum merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai objektifnya. Sedangkan formulasi strategi adalah sebagai alat atau cara untuk
mencapai arah yang telah ditentukan pada saat merancang strategi perusahaan. Oleh sebab itu cukup penting arti formulasi strategi bagi perusahaan, lebih lanjut David (2002) menyatakan bahwa dengan formulasi strategi kita dapat melihat usaha apa yang akan dimasuki dan usaha apa yang sebaiknya diabaikan perusahaan. Purnomo dan Zulkieflimansyah (1996) menyebutkan bahwa manajemen
strategis
merupakan
suatu
proses
sehingga
senantiasa
berkesinambungan dan karena lingkungan organisasi senantiasa berubah maka strategi pun harus terus menerus dimodifikasi untuk memastikan bahwa yang diinginkan tercapai. Pengertian strategi adalah alat untuk mencapai tujuan dan perencanaan strategi adalah proses analisis, perumusan dan evaluasi strategi-strategi (Rangkuti, 2002) sedangkan David (2002) membagi strategi menjadi tiga tingkatan yaitu strategi tingkat perusahaan (corporate strategy), strategi tingkat unit bisnis (business strategy), dan strategi tingkat fungsional (functional strategy). Corporate strategy dibuat sebagai arahan dasar atau acuan pokok berbagai strategi unit bisnis dan fungsional yang menggambarkan arah yang menyeluruh bagi suatu perusahaan dalam pertumbuhan dan pengelolaan berbagai bidang usaha untuk mencapai keseimbangan produk dan jasa yang dihasilkan. Business strategy menekankan pada usaha peningkatan daya saing perusahaan dalam suatu industri atau segmen pasar, sedangkan functional strategy menciptakan kemungkinan kerja untuk manajemen fungsi seperti produksi, pemasaran, keuangan, litbang dan sumberdaya manusia.
2.4
Strategi Pemasaran Kotler (1997) menyatakan bahwa langkah pertama dalam perencanaan
bisnis adalah langkah pemasaran, dimana pasar sasaran dan strategi pemasarannya ditentukan dan tujuan penjualan serta sumberdaya untuk mencapai tujuan ini ditetapkan. Peranan bagian keuangan, produksi, dan personalia adalah untuk mendukung rencana pemasaran tersebut. Strategi pemasaran menurut Kotler (1997) adalah suatu logika pemasaran sehingga perusahaan diharapkan untuk mencapai sasaran-sasaran pemasarannya.
Strategi pemasaran terdiri dari strategi spesifik untuk pasar sasaran dan bauran pemasaran. 2.4.1 Bauran Pemasaran Bauran Pemasaran adalah perangkat alat pemasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam pasar sasaran. Ada banyak alat pemasaran, salah satunya adalah konsep bauran pemasaran 4P (Kotler, 1997) yang terdiri dari produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion). Perincian dari 4P dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perincian 4P dari Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Bauran Pemasaran Produk
Perincian Kualitas
Lini Produk
Keragaman
Tingkat Pelayanan
Merek, Kemasan Harga
Tingkat Harga
Syarat Pembayaran
Potongan Harga
Cadangan
Waktu Pembayaran Distribusi
Saluran Distribusi
Pengangkutan
Jangkauan
Penggudangan
Lokasi Penjualan Promosi
Periklanan
Penjualan
Personal Selling
Publisitas
Sumber : Swastha, (2000)
1.
Produk Definisi produk menurut Kotler (1997) adalah segala sesuatu yang dapat
ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai, atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau suatu kebutuhan. Dalam pengertian luas produk dapat mencakup apa saja yang bisa ditawarkan, termasuk bendabenda fisik, jasa, organisasi dan gagasan. Setiap produk dilihat dalam lima tingkatan (Kotler, 1997). Tingkat paling dasar adalah manfaat utama, yaitu jasa atau manfaat dasar yang sesungguhnya
dibeli pelanggan. Pada tingkat kedua, pemasar harus merubah manfaat itu menjadi produk generik, yaitu versi dasar dari produk tersebut. Pada tingkat ketiga, pemasar mempersiapkan produk yang diharapkan dan disetujui pembeli ketika membeli produk itu. Pada tingkat keempat, pemasar menyiapkan produk tambahan
yang
meliputi
tambahan
jasa
dan
manfaat
yang
akan
memberdayakannya dari produk pesaing. Pada tingkat kelima adalah produk potensial yaitu semua tambahan dan perubahan yang mungkin didapat produk tersebut di masa depan. Setiap produk dapat diklasifikasikan berdasarkan daya tahan mereka yakni barang tahan lama, barang tidak tahan lama, dan jasa. Barang konsumsi biasanya diklasifikasikan berdasarkan kebiasaan pembelian konsumen yaitu barang kebutuhan sehari-hari, barang belanjaan, barang khusus, dan barang yang tidak dicari. Barang industri umumnya dikelompokkan berdasarkan bagaimana mereka memasuki proses produksi yakni bahan dan suku cadang, barang modal, perbekalan, dan pelayanan. 2.
Harga Harga adalah sejumlah nilai uang yang bersedia dibayarkan oleh
konsumen untuk mendapatkan suatu produk (Stanton 1991). Harga merupakan satu-satunya elemen yang menghasilkan pendapatan, sedangkan elemen-elemen yang lain membutuhkan biaya. Strategi bauran harga yang dilakukan suatu perusahaan meliputi strategi penetapan harga, tingkat harga, keseragaman harga serta syarat-syarat pembayaran. Menurut Kotler (1997) perusahaan perlu menyesuaikan harga terhadap berbagai kondisi pasar. Pertama, penetapan harga geografis dimana perusahaan memberikan harga sesuai dengan jarak konsumen. Kedua diskon harga dan potongan pembelian dimana perusahaan membuat diskon kas, diskon jumlah, diskon fungsional, diskon musim dan potongan pembelian. Ketiga penetapan harga promosional dimana perusahaan memutuskan penetapan harga pimpinan yang rugi, harga peristiwa khusus, rabat kas dan diskon psikologis. Keempat, penetapan harga diskriminatif dimana perusahaan membuat harga yang berbeda bagi segmen konsumen, bentuk produk, citra merek, waktu dan tempat yang berbeda. Kelima, penetapan harga bauran produk dimana perusahaan memutuskan
wilayah harga bagi beberapa produk dalam suatu lini produk dan atas penetapan harga fungsi tambahan, produk tawaran, produk sampingan, dan kumpulan produk. 3.
Distribusi Stern dan El-Ansary dalam Kotler (1997) mendefinisikan saluran
distribusi sebagai sekumpulan organisasi yang saling tergantung satu sama lain yang terlibat dalam proses penyediaan sebuah produk untuk digunakan atau dikonsumsi. Jadi sebuah saluran distribusi melakukan kerja dengan memindahkan barang dari produsen ke konsumen. Saluran ini mengatasi kesenjangan waktu, tempat, dan kepemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari konsumen. Berkaitan dengan tingkatan saluran pemasaran, strategi-strategi yang dikembangkan dalam rangka mencapai saluran distribusi adalah (Swastha, 2000) : a. Strategi distribusi intensif Perusahaan menggunakan jumlah perantara sebanyak mungkin untuk mencapai konsumen. b. Strategi distribusi selektif Perusahaan memilih sejumlah pedagang besar atau pengecer yang terbatas dalam daerah geografis tertentu. c. Strategi distribusi ekslusif Perusahaan hanya menggunakan satu perantara dengan pelimpahan wewenang untuk menyalurkan produknya, penjualan lebih agresif dan meningkatkan image produk. 4.
Promosi Pemasaran modern menghendaki lebih daripada mengembangkan produk
yang baik, menetapkan harga yang bersaing, dan memungkinkannya dijangkau pelanggan sasaran. Perusahaan juga harus mampu mengkomunikasikan diri dengan pelanggan yang ada maupun yang potensial. Komunikasi pemasaran ini dilakukan perusahaan melalui promosi. Menurut Kotler (1997) promosi merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan manfaat dari produknya dan untuk meyakinkan pelanggan agar membeli produk tersebut. Bauran promosi terdiri dari
empat alat utama yaitu iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan penjualan pribadi/personal. Iklan meliputi setiap bentuk dari penyajian non personal, promosi ide-ide, dan promosi barang atau jasa oleh sponsor tertentu yang mendapat imbalan dari perusahaan. Promosi penjualan berupa insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian maupun penjualan suatu produk atau jasa. Hubungan masyarakat merupakan variasi program yang dirancang untuk memperbaiki, mempertahankan, maupun melindungi suatu citra perusahaan maupun produk. Penjualan personal berupa lisan dalam pembicaraan dengan salah satu atau lebih calon pembeli dengan tujuan untuk melakukan penjualan.
2.5
Sejarah Bisnis Warung Tenda Krisis ekonomi yang dialami Indonesia pada tahun 1997-1998
menyebabkan banyak usaha yang bangkrut dan tutup sehingga banyak karyawan yang terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Pada masa itulah terjadi suatu trend dalam masyarakat dimana mereka beramai-ramai membuka usaha dalam bentuk warung tenda, usaha ini banyak dipilih sebagai alternatif dalam menambah pemasukan keuangan keluarga. Warung tenda menjadi satu alternatif dalam menampung pekerja yang terkena dampak dari krisis ekonomi. Awal populernya warung tenda terjadi di Kota Jakarta, dimana mereka dikumpulkan dalam suatu kawasan khusus oleh pemerintah daerah setempat dan diberi fasilitas yang memadai seperti listrik, air, keamanan. Orang-orang yang bergerak dalam bisnis ini tidak hanya dari karyawan korban PHK oleh perusahaan, mahasiswa, tetapi juga dari kalangan artis ibukota. Usaha ini banyak diminati karena tidak membutuhkan modal yang besar untuk memulai usaha dan tidak diperlukan keahlian khusus yang didapat dari sekolah formal. Fenomena banyak terjadi di kota-kota besar di Indonesia, pada umumnya mereka membuka usaha warung tenda yang menjual makanan mulai dari makanan tradisional sampai makanan yang bercita rasa ala barat.
Warung tenda pecel lele adalah salah satu warung tenda yang banyak berdiri dan menjual hidangan ikan lele yang digoreng dan disajikan bersama nasi, sambal dan lalapan. Hidangan ini banyak dijual oleh pedagang warung tenda yang berasal dari daerah Jawa Timur. Seiring berjalannya waktu warung tenda yang menjual hidangan pecel lele banyak ditemui di jalan-jalan utama di kota besar di Indonesia dan sekarang banyak warung tenda yang menambah menu hidangan yang ditawarkan kepada pembeli seperti hidangan laut atau sea food.
2.6
Tinjauan Studi Terdahulu Dani (2006) meneliti tentang analisis strategi pemasaran perusahaan roti
merk “sari roti dan “boti” di Bogor. Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengidentifikasi strategi pemasaran yang telah dijalankan oleh perusahaan roti tersebut, memilih strategi pemasaran yang paling sesuai dengan kondisi perusahaan roti dan menentukan strategi pemasaran yang paling baik untuk perusahaan dalam melakukan strategi penetrasi pasar. Metode analisis data yang digunakan adalah Proses Hirearki Analitik (PHA) yang bertujuan untuk mendapatkan tingkat prioritas terbaik dalam melaksanakan bauran pemasaran bagi perusahaan. Dari hasil penelitiannya didapat bahwa strategi bauran pemasaran yang harus diprioritaskan adalah meningkatkan
penjualan,
menekankan
jalur
distribusi
langsung
dalam
memasarkan produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Gusalim (2002) meneliti tentang perilaku konsumen dalam proses keputusan pembelian ayam goreng warung tenda, studi kasus di Kotamadya Bogor. Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengkaji tahapan dari proses keputusan pembelian ayam goreng warung tenda dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam proses pembelian tersebut. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah judgment sampling. Analisis data yang digunakan adalah Analisis Komponen Utama dan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi pembelian
ayam goreng warung tenda adalah harga, rasa, pendapatan, pengaruh teman, kebersihan makanan serta kebersihan peralatan dan lingkungan. Kabul (2004) meneliti tentang pengambilan keputusan konsumen dalam mengunjungi Gumati kafe dan restoran serta implikasinya terhadap bauran pemasaran usaha. Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui karakteristik konsumen Gumati kafe dan restoran, menganalisis perilaku dan preferensi konsumen yang mempengaruhi proses keputusan untuk mengunjungi sebuah kafe yang dikaitkan dengan dengan atribut-atribut yang dianggap penting bagi konsumen dan menyusun rekomendasi bauran pemasaran yang sesuai bagi Gumati kafe dan restoran. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling. Alat analisis yang digunakan adalah fishbein dan dari hasil penelitian menunjukkan konsumen yang mengunjungi Gumati kafe dan restoran terdiri dari 50 % pria dan 50 % wanita dari 100 orang responden dengan kisaran usia 15-35 tahun. Sumber informasi yang didapat oleh pengunjung berasal dari teman sebesar 52 %. Alasan utama konsumen dalam mengunjungi kafe adalah meluangkan waktu senggang. Rekomendasi bauran pemasaran yang disarankan kepada Gumati kafe dan restoran adalah peninjauan kembali kebijakan harga yang sudah ditetapkan oleh pihak manajemen agar dapat dijangkau oleh konsumen. Dari hasil penelitian diatas belum ada yang mengkaji lebih dalam mengenai strategi bersaing yang dilakukan usaha kecil yang bergerak di bidang makanan khususnya warung tenda dan menghadapi persaingan tersendiri dalam kelompoknya.
Krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997 dan tingginya tingkat pengangguran
Warung tenda sebagai alternatif usaha pasca krisis
Pertumbuhan pesat warung tenda pasca krisis ekonomi
Strategi mempertahankan dan mengembangkan bisnis
Profil dan karakteristik warung tenda
Analisis Pendapatan usaha
Analisis lingkungan eksternal dan internal usaha
Analisis SWOT
Rekomendasi formulasi strategi pemasaran
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di sepanjang Jalan Pajajaran Bogor. Pemilihan
lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan bahwa Jalan Pajajaran merupakan salah satu jalan utama dan strategis yang ada di Kota Bogor dan banyak dipenuhi oleh warung tenda menjelang sore hari. Penelitian lapangan ini dilakukan selama bulan Mei 2006.
4.2
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pemilik warung tenda melalui panduan kuisioner, sedangkan data sekunder diperoleh melalui bukubuku, penelitian terdahulu dan literatur yang terkait.
4.3
Metode Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah nonprobability
sampling dengan metode judgment sampling berdasarkan kebutuhan penelitian. Warung tenda yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah warung tenda pecel lele. Jumlah warung tenda pecel lele yang diidentifikasi berjumlah 12 unit usaha yang dan warung tenda yang dijadikan sebagai objek penelitian berjumlah 6 sampel dan dipilih dengan pertimbangan sebagai berikut : 1. Warung tenda di lokasi Jalan Pajajaran berada pada pusat keramaian di Kota Bogor yaitu sekitar pusat perbelanjaan, sekitar jalan raya utama dan lokasi jajanan dan mudah dikunjungi oleh masyarakat. 2. Warung tenda yang dijadikan objek penelitian merupakan warung tenda yang hanya menjual produk perikanan olahan seperti pecel lele dan sea food dan beberapa produk non perikanan lainnya seperti ayam goreng, tahu, tempe dan sebagainya. 3. Responden warung tenda yang dijadikan objek penelitian merupakan pemilik sekaligus pengelola warung tenda pecel lele.
4. Warung tenda yang dijadikan objek penelitian merupakan warung tenda yang telah berusaha lebih dari lima tahun.
4.4
Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode pengolahan data yang digunakan untuk menjawab tujuan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Metode Analisis Data Berdasarkan Tujuan Penelitian No 1.
2.
3.
Tujuan Penelitian
Data Jenis Identifikasi profil dan Waktu berdirinya karakteristik pedagang usaha, jenis makanan, proses produksi, pasar, bahan baku, tenaga kerja, modal, manajemen, Analisis pendapatan Jumlah produksi, usaha biaya produksi, penerimaan usaha Formulasi strategi Analisis lingkungan pemasaran internal dan eksternal usaha
Sumber Survei
Metode Analisis Tabulasi & Deskriftif
Survei
Analisis Penerimaan
Survei
Analisis SWOT
4.4.1 Tabulasi dan Deskriftif Tabulasi deskriftif berisikan data mengenai profil dan karakteristik warung tenda, waktu berdirinya usaha, jenis makanan yang dijual, pasar, penyediaan bahan baku, tenaga kerja, permodalan dan manajemen usaha. 4.4.2
Analisis Biaya Biaya merupakan faktor yang sangat penting karena setiap rupiah biaya
yang dikeluarkan akan mengurangi laba usaha. Biaya-biaya yang dianalisis dalam usaha ini antara lain biaya tetap dan biaya variabel a. Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi. Besarnya biaya tetap tergantung pada jumlah output yang diproduksi dan tetap harus dikeluarkan walaupun tidak ada produksi. Komponen biaya tetap yang dianalisis pada usaha warung tenda pecel lele antara lain biaya sewa tempat, listrik, air, keamanan dan kebersihan serta penyusutan peralatan.
b. Biaya variabel (variable cost) yaitu biaya yang besar kecilnya sangat tergantung kepada biaya skala usaha produksi. Komponen biaya variabel yang dianalisis pada usaha warung tenda pecel lele antara lain pembelian bahan baku seperti ayam, ikan lele, bebek, burung dara, kepiting, kerang, ikan gurame, jeruk, gula serta biaya bahan bakar seperti minyak tanah. 4.4.3
Analisis Pendapatan Usaha Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang
diperoleh dari usaha yang dilakukan. Menurut Lipsey dan Richard (1995), rumus yang digunakan adalah : Keuntungan = Total Penerimaan-Total Biaya Kriteria : Jika total penerimaan > total biaya, usaha untung Jika total penerimaan = total biaya, usaha tidak untung dan tidak rugi (impas) Jika total penerimaan < total biaya, usaha tersebut rugi 4.4.4 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya Pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi karena ada kemungkinan pendapatan yang besar itu diperoleh dari investasi yang berlebihan, oleh karena itu analisis pendapatan selalu disertai dengan pengukuran efisiensi. Efisiensi suatu usaha atau kegiatan produksi terhadap penggunaan satu unit input digambarkan oleh nilai rasio penerimaan dan biaya yang merupakan perbandingan antara penerimaan kotor yang diterima dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam proses produksi. Analisis imbangan antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya merupakan suatu pengujian keuntungan suatu jenis usaha. Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C Ratio) didapat berdasarkan pembagian antara total penerimaan dengan total biaya. Rumus yang digunakan dalam analisis ini adalah : R/C =
TotalPenerimaan TotalBiaya
Kriteria : Jika R/C > 1, usaha tersebut untung Jika R/C = 1, usaha tidak untung dan tidak rugi (impas) Jika R/C < 1, usaha tersebut rugi
4.4.5
Matriks IFE Matriks IFE meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama
dalam berbagai bidang fungsional dalam suatu usaha. Matriks ini juga menjadi landasan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan di antara bidangbidang ini. Empat langkah dalam pengembangan matriks IFE (David, 2002) 1).
Buat daftar faktor-faktor internal yang diidentifikasi dalam proses audit
internal, termasuk kekuatan dan kelemahan usaha. 2).
Beri bobot pada setiap faktor dari 0.0 (tidak penting) sampai 1.0 (amat
penting). Bobot menunjukkan seberapa penting faktor itu menunjang keberhasilan usaha dalam industri yang digelutinya. Jumlah seluruh bobot yang diberikan pada faktor tersebut harus sama dengan 1.0. 3).
Berikan peringkat 1 sampai 4 kepada setiap faktor untuk menunjukkan
apakah faktor itu merupakan kelemahan besar (peringkat = 1), kelemahan kecil (peringkat = 2), kekuatan kecil (peringkat = 3), atau kekuatan besar (peringkat = 4).
Peringkat 4 atau 3 hanya untuk kekuatan, sedangkan 1 atau 2 hanya untuk
kelemahan. Peringkat didasarkan atas keadaan usaha, sedangkan bobot didasarkan pada industri. Memberikan bobot untuk setiap variabel dengan mengajukan daftar faktor strategis pada pihak perusahaan dengan menggunakan metode Paired Comparison (Kinnear dan Taylor, 1991). Penentuan bobot setiap variabel pada kolom menggunakan skala 1, 2 dan 3. Skala yang digunakan menunjukkan : 1 = jika faktor strategis internal pada baris/horizontal kurang penting daripada faktor strategis eksternal pada kolom/vertikal 2 = jika faktor strategis internal pada baris/horizontal sama penting daripada faktor strategis eksternal pada kolom/vertikal 3 = jika faktor strategis internal pada baris/horizontal lebih penting daripada faktor strategis pada kolom/vertikal
Adapun bentuk dari penilaian dengan bobot metode Paired Comparison digambarkan seperti pada Tabel 4. Tabel 4. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Usaha Warung Tenda Pecel Lele Faktor Strategis Internal
A
B
C
D
...
Total
A B C D .... Total Sumber : David, 2002
Selanjutnya bobot setiap variabel atau faktor strategis diperoleh dengan menentukan total nilai setiap faktor strategis terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel/faktor strategis dengan menggunakan rumus :
ai =
Xi n
∑ Xi i =1
Keterangan : ai = bobot variabel ke-i xi = nilai variabel ke- i i = 1, 2, 3,...,n n = jumlah variabel ke-i 4).
Kalikan setiap bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan skor
pembobotan. Kemudian jumlahkan skor pembobotan untuk setiap variabel untuk menentukan total skor pembobotan. Total skor pembobotan tertinggi untuk setiap organisasi adalah 4.0 dan yang terendah adalah 1.0. Rata-rata skor pembobotan 2.5. Total skor jauh di bawah 2.5 merupakan ciri organisasi yang lemah secara internal. Sedangkan jumlah yang jauh di atas 2.5 menunjukkan posisi internal yang kuat.
Tabel 5. Matriks IFE Faktor-faktor internal
Bobot
Rating
Bobot x Rating
Kekuatan : 1 ... 10 Kelemahan : 1 ... 10 Total Sumber : David, 2002 4.4.6 Matriks EFE Matriks EFE membuat perencana strategi dapat meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, alam, teknologi, politik dan hukum, sosial dan budaya. Empat langkah dalam pengembangan matriks EFE (David, 2002) : 1).
Buat daftar faktor-faktor eksternal yang diidentifikasi dalam proses audit
eksternal, termasuk peluang-peluang dan ancaman yang mempengaruhi usaha dan industrinya. 2).
Beri bobot pada setiap faktor dari 0.0 (tidak penting) sampai 1.0 (amat
penting). Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor tersebut agar berhasil dalam industri tersebut. Jumlah seluruh bobot yang diberikan pada faktor tersebut harus sama dengan 1.0. Memberikan bobot untuk setiap variabel dengan mengajukan daftar faktor strategis pada pemilik usaha dengan menggunakan metode Paired Comparison seperti pada faktor strategis internal. 3).
Berikan peringkat 1 sampai 4 kepada masing-masing faktor eksternal
kunci untuk menunjukkan seberapa efektif strategi usaha saat itu merespon faktor tersebut, dengan catatan : 4 = respon luar biasa, 3 = respon di atas rata-rata, 2 = respon rata-rata, 1 = respon jelek. Peringkat didasarkan pada efektivitas strategi usaha. Peringkat didasarkan atas keadaan usaha, sedangkan bobot didasarkan pada industri.
4).
Kalikan setiap bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan skor
pembobotan. Kemudian jumlahkan skor pembobotan untuk setiap variabel untuk menentukan total skor pembobotan. Tabel 6. Matriks EFE Faktor-faktor eksternal
Bobot
Rating
Bobot x Rating
Peluang : 1 ... 10 Ancaman : 1 ... 10 Total Sumber : David, 2002
Total skor pembobotan tertinggi untuk setiap organisasi adalah 4.0 dan yang terendah adalah 1.0. Rata-rata skor pembobotan adalah 2.5. Total skor 4.0 menunjukkan bahwa suatu organisasi memberi respon yang sangat bagus terhadap peluang-peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Total skor 1.0 menunjukkan bahwa strategi usaha tidak memanfaatkan peluang atau menghindari ancaman eksternal. 4.4.7
Matriks Internal External Matriks Internal External didasarkan pada dua dimensi kunci : total nilai
IFE yang diberi bobot pada sumbu-x dan total nilai EFE yang diberi bobot pada sumbu-y. Pada sumbu-x matriks IE, total nilai IFE yang diberi bobot dari 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal yang lemah, nilai 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang, sedangkan nilai 3,0 sampai 4,0 dianggap kuat. Demikian pula pada sumbu-y, total nilai EFE yang diberi bobot dari 1,00 sampai 1,99 dianggap rendah, nilai 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang, sedangkan nilai 3,0 sampai 4,0 dianggap tinggi.
Matriks Internal External dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yang mempunyai dampak strategis berbeda (David, 2002). Pertama, divisi yang masuk sel I, II, atau IV dapat disebut tumbuh dan membangun (grow and build). Strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal) mungkin paling tepat untuk divisi-divisi tersebut. Kedua, divisi yang masuk ke dalam sel III, V, atau VII, paling baik dikelola dengan strategi pertahankan dan pelihara (hold and maintain). Strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan dua strategi yang umum digunakan untuk jenis-jenis divisi ini. Ketiga, divisi yang masuk dalam sel VI, VIII, atau IX, paling baik dikelola dengan strategi panen atau divestasi (harvest or divestiture) melalui strategi divestasi atau likuidasi.
Total Skor EFE Kuat 4,0 Total
Skor
Tinggi
IFE
Rata-rata 3,0
Lemah
2,0
1,0
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
3,0 Menengah 2,0 Rendah 1,0
Gambar 2. Model Matriks IE (David, 2002)
4.4.8
Matriks SWOT Matriks SWOT digunakan untuk menyusun strategi usaha dengan
memadukan dan menyesuaikan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki usaha, dengan peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi usaha. Matriks ini dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi S-O, strategi W-O, strategi W-T, dan strategi S-T. Matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 7.
Berikut ini adalah delapan langkah untuk menyusun matriks SWOT : 1. Tuliskan peluang eksternal usaha yang menentukan. 2. Tuliskan ancaman eksternal usaha yang menentukan. 3. Tuliskan kekuatan internal usaha yang menentukan. 4. Tuliskan kelemahan internal usaha yang menentukan. 5. Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal dengan peluang-peluang eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi S-O. 6. Mencocokkan
kelemahan-kelemahan
internal
dengan
peluang-peluang
eksternal dan catat hasilnya dalam strategi W-O. 7. Mencocokkan kekuatan-kekuatan internal dengan ancaman-ancaman eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi S-T. 8. Mencocokkan kelemahan-kelemahan internal dengan ancaman-ancaman eksternal dan catat hasilnya dalam sel strategi W-T. Tabel 7. Matriks SWOT Faktor Internal
Strength/Kekuatan
Weakness/Kelemahan
Tentukan 5-10 faktor
Tentukan 5-10 faktor
kekuatan internal
kelemahan internal
Strategi S-O
Strategi W-O
Strategi S-T
Strategi W-T
Faktor Eksternal Opportunities/Peluang Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal Threats/Ancaman Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal Sumber : David, 2002
BAB V KEADAAN UMUM USAHA WARUNG TENDA PECEL LELE
5.1
Sejarah Pecel Lele Pecel lele merupakan produk olahan perikanan berupa ikan lele yang
digoreng dan disajikan bersama nasi, sambal dan lalapan. Makanan olahan ini merupakan makanan khas tradisional yang berasal dari daerah Jawa Timur. Menurut cerita beberapa pemilik warung tenda, awalnya pecel lele berasal dari daerah Surabaya, dengan hidangannya berupa ikan lele yang dibakar disajikan bersama nasi, sambal dan lalapan. Pecel lele yang berasal dari Surabaya tersebut kurang populer bahkan sangat jarang ditemukan di daerah lain dibandingkan dengan pecel lele yang berasal dari daerah Lamongan. Berbeda dengan pecel lele yang berasal dari daerah Surabaya, pecel lele Lamongan disajikan bukan dengan cara dibakar tetapi dengan cara digoreng dan disajikan dengan nasi, sambal dan lalapan. Munculnya hidangan pecel lele tidak dapat diketahui secara pasti, namun dari beberapa sumber mengatakan bahwa pecel lele yang sering ditemui (Lamongan) bukan diciptakan di daerah Lamongan itu sendiri, namun berawal dari beberapa pedagang soto Lamongan yang merantau ke daerah Tangerang, Jawa Barat (sekarang Banten) sekitar tahun 1983. Beberapa pedagang soto Lamongan tersebut kemudian mencoba menghidangkan lele goreng bersama nasi, sambal dan lalapan. Oleh karena respon masyarakat terhadap hidangan tersebut sangat baik, maka mulailah hidangan pecel lele tersebar ke daerah lain seperti Jakarta, Bogor dan sekitarnya. Warung tenda pertama yang menghidangkan pecel lele di Kota bogor berlokasi di Taman Pagelaran, Ciomas. Saat itu warung tenda yang menyajikan pecel lele masih banyak yang beroperasi di Jakarta. Namun sekitar tahun 1998 terjadi kerusuhan besar-besaran yang mengakibatkan banyak pemilik warung tenda berpindah tempat ke Kota Bogor. Sampai sekarang wilayah-wilayah strategis di Kota Bogor seperti Jalan Pajajaran menjadi salah satu tempat yang banyak dipenuhi oleh warung-warung tenda yang menyajikan berbagai hidangan diantaranya pecel lele.
5.2
Warung Tenda Pecel Lele Jalan Pajajaran adalah salah satu jalan utama di Kota Bogor yang banyak
dijadikan untuk membuka usaha warung tenda. Warung tenda yang banyak berdiri di jalan ini menjual berbagai macam produk makanan mulai dari warung yang menjual masakan Sunda, soto Bogor, nasi goreng, warung kopi, pecel lele dan lain-lain. Warung tenda pecel lele membuka usaha menjelang sore hingga malam hari, persiapan dimulai dengan pendirian tenda yang dilakukan secara bersamasama oleh para pekerja. Lokasi yang banyak digunakan sebagai tempat beroperasinya warung tenda adalah sebuah pelataran di depan perumahan atau perkantoran. Peralatan untuk mendirikan tenda biasanya dibawa dari rumah menggunakan gerobak atau ada yang menitipkannya di dekat lokasi. Warung tenda yang didirikan menggunakan atap terpal yang terbuat dari plastik anti bocor sehingga bila saat hujan tidak membasahi pembeli. Sisi-sisi dari warung tenda ditutupi oleh kain spanduk yang salah satu sisinya bertuliskan dan bergambarkan produk yang dihidangkan yaitu pada bagian depan yang terlihat dari jalan. Sebagian besar warung tenda mendapatkan listrik dengan cara membayar biaya listrik per hari yang dihitung berdasarkan jumlah daya yang dipakai, sedangkan air yang digunakan berasal dari sumber air terdekat seperti mata air dan sumur. Beberapa warung tenda mendapatkan sumber air bersih dari PAM yang dibawa dari rumah atau membayar iuran secara kolektif dengan jumlah tertentu per harinya.
5.3
Karakteristik Pemilik Warung Tenda Pemilik warung tenda khususnya pecel lele yang menjadi responden
sebagian besar berasal dari suku Jawa khususnya dari daerah Lamongan, Jawa Timur dan ada juga yang berasal dari Tuban. Karakteristik pemilik warung tenda dapat dilihat dari segi jenis kelamin, usia, status pekerjaan, pendidikan, jumlah pekerja, dan tahun berdirinya usaha tersebut. Menurut informasi dari beberapa responden sebagian besar mereka merantau ke luar daerah sejak usia remaja. Pekerjaan yang pernah dilakukan pada umumnya adalah menjadi pedagang dan
buruh pabrik. Mereka yang dahulunya pernah bekerja sebagai buruh pabrik bekerja pada pabrik sepatu, pakaian dan lain-lain. Sebelum krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 ada beberapa pemilik warung tenda pecel lele yang bekerja sebagai buruh pabrik seperti pabrik sepatu dan pabrik garment. Ketika terjadi krisis ekonomi yang mengakibatkan terjadinya PHK secara besar-besar dan membuat mereka kehilangan pekerjaan dan untuk terus dapat membiayai kehidupannya maka mereka beralih membuka usaha warung tenda. Usaha warung tenda pecel lele menjadi suatu alternatif pilihan dalam berusaha karena rata-rata pemilik ini berasal dari Jawa timur terutama daerah Lamongan yang terkenal dengan hidangan pecel lele. Jumlah responden yang diambil adalah 6 orang dengan karakteristik yang berbeda-beda dan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Karakteristik Pemilik Usaha Warung Tenda Pecel Lele, Tahun 2006 No Karakteristik 1. Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 2. Usia a. 26-35 tahun b. 36-45 tahun 3.
4.
5.
6.
Jumlah (responden)
Status Pekerjaan a. Pekerjaan Utama b. Sambilan Pendidikan b. SLTP c. SMA Jumlah Pegawai a. 5-7 orang b. 8-10 orang Tahun Berdiri a. 1990-1994 b. 1995-1999
Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2006
Persentase
6 0
100 % 0%
4 2
66,7 % 33,3 %
6 0
100 % 0%
2 4
33,3 % 66,7 %
3 3
50 % 50 %
3 3
50 % 50 %
5.4
Waktu Penjualan Warung tenda khususnya pecel lele melakukan kegiatan operasionalnya
mulai dari sore hingga malam hari seperti warung tenda pada umumnya dan berjualan mulai dari hari senin sampai hari minggu. Waktu efektif dimulai dari pukul tiga sore sampai pukul dua belas malam, bahkan dapat beroperasi sampai pukul tiga pagi misalnya pada malam libur atau malam minggu dikarenakan beberapa keadaan yang mendukung seperti pembeli yang ramai.
5.5
Pengadaan dan Penanganan Bahan Baku Pecel lele sebagai produk olahan yang berbahan baku ikan air tawar yaitu
ikan lele. Ikan lele banyak diperoleh pedagang di Pasar Bogor, selain Pasar Bogor ada juga pedagang yang memperolehnya di Pasar Anyar. Selain pecel lele, produk olahan lain yang dijual adalah pecel ayam, burung dara, bebek dan hidangan laut seperti kepiting, udang, kerang, cumi-cumi, ikan bawal dan ikan gurame serta tahu dan tempe. Setiap responden memiliki pemasok bahan baku sendiri-sendiri sehingga mereka tidak lagi mencari pemasok ketika akan membeli bahan bakunya. Bahan baku didapatkan dengan cara melakukan pemesanan dalam jumlah tertentu kepada pemasok khususnya pada kebutuhan bahan baku utama seperti ikan lele, ayam potong, ayam kampung, bebek dan lain-lain. Sedangkan bahan baku untuk hidangan laut diperoleh dari pemasok di Pasar Bogor yaitu dengan cara memesan terlebih dahulu dalam jumlah tertentu, tetapi ada juga pedagang yang langsung membelinya di Jakarta yaitu di daerah Cilincing. Beberapa jenis minuman seperti es jeruk, es teh manis, jeruk panas dan teh manis panas bahan bakunya juga dibeli dari Pasar Bogor. Sedangkan minuman ringan seperti fanta, coca-cola, sprite dan teh botol dibeli melalui agen yang mengantar ke tempat usaha atau di warung terdekat. Penanganan semua bahan baku dilakukan ketika pemilik sudah tiba dari pasar, maka semua bahan dibersihkan dan disiangi oleh para pekerja. Untuk bahan baku selain ikan lele dan hidangan laut semua bahan dicampur dengan bumbubumbu yang sudah diramu dan dipersiapkan, hal ini dilakukan agar bahan baku tidak mudah busuk dan lebih tahan lama.
5.6
Analisis Usaha Warung Tenda Pecel Lele Salah satu ukuran dalam kegiatan usaha warung tenda pecel lele ini adalah
analisis pendapatan. Analisis pendapatan bertujuan untuk melihat usaha warung tenda pecel lele yang sedang berjalan, dalam hal ini analisis pendapatan usaha warung tenda pecel lele menunjukkan struktur biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh dari usaha warung tenda pecel lele. Penghitungan analisis pendapatan ini dilakukan selama satu periode usaha per bulan. Hasil analisis biaya dan pendapatan usaha warung tenda pecel lele dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Warung Tenda Pecel Lele Satu Periode (Rp/Bulan) Keterangan
1. Total Penerimaan
Responden Warung 1
Warung 2
Warung 3
Warung 4
Warung 5
Warung 6
RataRata
66.195.000
42.045.000
52.035.000
50.355.000
50.280.000
44.970.000
50.980.000
31.830.000
21.495.000
25.950.000
21.915.000
25.935.000
19.140.000
24.377.500
8.673.000
6.190.500
6.702.000
6.951.000
5.049.000
6.240.000
5.166.200
2. Biaya Variabel Biaya Bahan Baku Biaya Penunjang Biaya Lainnya 3. Total Biaya Variabel 4. Biaya Tetap 5. Total Biaya 6. Pendapatan 7. Nilai R/C
5.6.1
3.435.000
1.747.500
1.747.500
1.410.000
2.197.500
735.000
1.878.750
43.938.000
29.433.000
34.399.500
30.276.000
33.181.500
26.115.000
31.422.400
7.743.675
5.133.600
5.015.150
3.183.575
5.611.975
3.856.900
5.090.800
52.911.675
35.436.600
40.269.650
34.314.575
39.723.475
30.751.900
38.901.300
13.283.325
6.608.400
11.765.350
16.040.425
10.556.525
14.218.100
12.078.600
1.29
1.46
1.26
1.46
1.25
1.18
1,31
Penerimaan Usaha Warung Tenda Pecel Lele Komponen-komponen penerimaan usaha warung tenda pecel lele pada ke
enam pemilik diperoleh dari total jumlah hidangan yang terjual selama satu periode. Rata-rata penerimaan harian dari ke enam pemilik warung tenda adalah Rp 1.720.200 dengan asumsi waktu analisis adalah 30 hari dalam satu bulan. Sedangkan rata-rata penerimaan usaha pada ke enam pemilik warung tenda pecel lele dalam satu bulan adalah Rp 50.980.000. Penerimaan terkecil sebesar Rp 42.045.000 yaitu pemilik warung tenda 2 dan penerimaan terbesar adalah Rp 66.195.000 yaitu pada pemilik warung tenda 1. Penerimaan terbesar dari usaha warung tenda pecel lele ini rata-rata berasal dari penjualan ikan lele goreng dengan persentase dari total penerimaan sebesar 12 %.
Penerimaan usaha warung tenda pecel lele ini berasal dari penjualan hidangan dan dihitung dalam satu porsi yang terdiri dari penjualan ikan lele goreng, ayam goreng, ayam kampung goreng, bebek goreng, burung dara goreng, hidangan laut atau sea food, ikan gurame, ikan bawal, tempe, tahu serta minuman. 5.6.2
Biaya-Biaya Usaha Warung Tenda Pecel Lele Biaya-biaya yang dikeluarkan selama satu periode dibedakan ke dalam dua
komponen biaya. Kedua biaya tersebut adalah biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya akan bertambah apabila ingin menambah jumlah output yang dihasilkan. Komponen-komponen biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku, biaya penunjang, biaya lainnya. Biaya bahan baku terdiri dari biaya pembelian ikan lele, ayam negeri, ayam kampung, bebek, burung dara, bahan baku hidangan laut, ikan gurame, ikan bawal, tempe, tahu, beras dan bahan sambal. Jumlah rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh ke enam pemilik warung tenda pecel lele untuk pembelian bahan baku dalam satu periode sebesar Rp 24.377.500 atau sebesar 78 % dari total biaya variabel. Biaya penunjang terdiri dari pembelian timun, kol, kemangi, minyak goreng, minyak tanah, tisu, kecap manis, saos botolan, jeruk limau, jeruk, teh, gula dan bumbu. Jumlah rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan penunjang dalam satu periode sebesar Rp 5.166.200 atau sebesar 16 % dari biaya variabel . Biaya lainnya terdiri dari pembelian es batu, sabun cuci, minuman ringan dan teh botol. Jumlah rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh ke enam pemilik warung tenda pecel lele untuk pembelian bahan lainnya sebesar Rp 1. 878.500 atau sebesar 6 % dari biaya variabel. Biaya variabel merupakan komponen biaya terbesar yang dikeluarkan pada usaha ini yang rata-rata sebesar Rp 31.422.400 atau sebesar 81 % dari biaya total. Biaya yang dikeluarkan selain biaya variabel dalam usaha warung tenda pecel lele adalah biaya tetap. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung atas besar kecilnya jumlah hidangan yang dihasilkan. Komponenkomponen biaya tetap terdiri dari biaya gaji pekerja, biaya listrik, biaya pembelian lampu, biaya penyusutan, biaya pemelihaan tenda, biaya kebersihan, biaya hidup
pegawai. Total biaya tetap rata-rata yang dikeluarkan oleh ke enam pemilik warung tenda pecel lele dalam satu periode sebesar Rp 5.090.800 atau sebesar 19 % dari biaya total. 5.6.3 Pendapatan Usaha Warung Tenda Pecel Lele dan Nilai R/C Ratio Kegiatan usaha warung tenda pecel lele nilai dari hasil pendapatannya. Pendapatan usaha warung tenda pecel lele merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Nilai pendapatan usaha terkecil pada usaha warung tenda pecel lele sebesar Rp 6.608.400 pada pemilik 2 dan pendapatan usaha terbesar adalah Rp 16.040.425 yakni pada pemilik 4. Pendapatan rata-rata yang dihasilkan dari usaha ini dalam satu periode sebesar Rp12.078.600. Perbedaan pendapatan yang terjadi pada ke enam pemilik terjadi karena perbedaan jumlah hidangan dan minuman yang terjual serta perbedaan jumlah biaya variabel yang dikeluarkan. Nilai pendapatan tersebut menunjukkan bahwa usaha ini menguntungkan untuk dilaksanakan. selain dilihat dari nilai pendapatan dapat juga dilihat efisiensinya dengan membandingkan nilai penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan selama satu periode analisis yaitu satu bulan yaitu nilai R/C rationya. Nilai R/C ratio rata-rata adalah 1,31 atau sebesar 31 %. Dengan nilai persentase keuntungan yang didapat sebesar 31 % menunjukkan bahwa usaha ini cukup menguntungkan untuk dijalankan.
BAB VI ANALISIS LINGKUNGAN DAN PERUMUSAN STRATEGI USAHA WARUNG TENDA PECEL LELE
6.1
Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal dilakukan dengan meninjau faktor-faktor
yang menjadi kekuatan maupun kelemahan dalam usaha warung tenda pecel lele. Data internal diperoleh melalui kegiatan wawancara dengan pemilik warung tenda pecel lele. 6.1.1
Sumber Daya Manusia Setiap warung tenda pecel lele mempunyai pekerja yang berjumlah antara
5-10 orang dan pendidikan rata-rata adalah tamatan sekolah menengah pertama. Pada saat diterima sebagai pekerja pada usaha ini rata-rata mereka tidak mempunyai keahlian khusus sehingga para pemilik yang langsung memberikan pengarahan kepada pekerja dalam menjalankan tugasnya. Pemilik tidak memberikan pembagian kerja secara khusus kepada para pekerjanya dan mereka umumnya melakukan pekerjaan secara bersama-sama mulai dari melakukan persiapan di rumah sampai pada lokasi usaha tersebut. Pemilik biasanya meluangkan waktu untuk mengawasi keadaan warung dan pekerjanya. Pekerja warung tenda pada umumnya berasal dari teman dekat atau saudara satu kampung halaman dari daerah dan ada juga pekerja yang tidak berasal dari daerah yang sama dengan pemilik. Para pekerja tinggal satu rumah dengan pemilik atau ditempatkan pada satu rumah tertentu dengan tujuan untuk mempermudah pekerjaan mereka pada siang hari dan lebih mudah untuk mengawasinya. Waktu libur untuk pegawai setiap minggunya hanya satu hari dan dilakukan secara bergantian pada hari yang berbeda-beda. 6.1.2 Bauran Pemasaran 6.1.2.1 Produk Variabel dasar dari pemasaran adalah produk yang merupakan tawaran nyata kepada pasar. Produk merupakan segala sesuatu yang dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan atau keinginan manusia, baik yang berwujud maupun tak berwujud (Djaslim, 1991).
Strategi produk adalah strategi yang dilaksanakan oleh suatu usaha dan berkaitan dengan produk yang dipasarkan. Perencanaan strategi produk menduduki posisi yang sangat menentukan terhadap keunggulan persaingan yang dimiliki suatu usaha untuk menghadapi kondisi pasar yang penuh dengan persaingan saat ini. Hal ini disebabkan produk merupakan suatu hal yang ditawarkan kepada konsumen yang diharapkan dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen. Kualitas produk adalah hal yang paling penting dan menentukan bagi konsumen dalam memutuskan untuk membeli suatu produk, dengan kata lain kualitas produk menentukan tingkat kepuasan yang didapat konsumen. Kualitas produk dilihat dari bahan baku yang digunakan, penyajian yang dilakukan dan atribut yang ada pada produk tersebut seperti warna, rasa, bentuk dan lain-lain. Bahan baku yang digunakan merupakan bahan baku dengan kualitas pilihan dan pengawasan terhadap bahan baku dilakukan oleh pemilik warung tenda dari mulai pembelian sampai pengolahannya. Produk yang dihasilkan oleh warung tenda pecel lele terdiri dari beberapa jenis makanan, mulai dari produk olahan seperti ayam goreng, ikan lele goreng, ikan gurame, bebek goreng, burung dara goreng serta hidangan laut seperti udang, kerang, cumi-cumi, kepiting dan ikan bawal dan minuman seperti es jeruk, es teh manis serta minuman ringan. Kualitas makanan yang dijual tidak hanya berasal dari bahan baku yang baik tetapi juga dari pengolahan yang dilakukan terhadap bahan baku tersebut sampai kepada penyajiannya agar tetap terlihat bagus bagi konsumen. Sejauh ini dalam menjalankan usaha para pemilik warung tenda dapat menjaga kualitas makanan yang dijual dan diharapkan dapat meningkatkan citra warung tenda pecel lele di masyarakat. 6.1.2.2 Harga Harga adalah sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh produk atau jasa (Djaslim, 1991). Harga perlu disesuaikan dengan nilai bahan baku yang terkandung dan daya beli konsumen. Strategi yang dapat dilakukan adalah memberikan harga yang sedikit lebih murah agar konsumen tidak beralih ke
pesaing lain untuk memilih produk mereka. Begitu pun dengan kualitas produk harus ditingkatkan sesuai dengan keinginan konsumen. Penetapan harga jual yang dilakukan oleh pemilik tenda berdasarkan kesepakatan yang dibuat antar anggota yang tergabung dalam satu organisasi. Harga jual setiap produk yang ditawarkan sangat bervariasi tergantung dari jenisnya. Kisaran harga produk antara Rp 6.500 per porsi untuk pecel lele dan Rp 45.000 per porsi untuk kepiting. Dengan kisaran harga tersebut warung tenda mampu bersaing dengan restoran-restoran besar seperti restoran fast food. 6.1.2.3 Distribusi Tujuan strategi distribusi adalah meningkatkan jangkauan produk terhadap pasar untuk memenuhi permintaan. Distribusi menunjukkan berbagai kegiatan yang dilakukan untuk membuat produk tersedia dan dapat diperoleh konsumen sasaran. Lokasi warung tenda yang berada di Jalan Pajajaran memberikan kemudahan bagi konsumen untuk mengunjunginya dan jam buka usaha yang panjang yakni mulai dari pukul 15.00-24.00 malam setiap hari memungkinkan konsumen untuk datang sepanjang malam. Produk yang dijual oleh warung tenda pecel lele termasuk ke dalam kategori pasar konsumen dimana produk yang dihasilkan dijual dengan sistem distribusi langsung dimana konsumen dapat langsung membelinya tanpa melalui perantara pemasaran karena produk ini lebih ditujukan kepada konsumen rumah tangga atau pembeli perorangan. Saluran distribusi warung tenda pecel lele dapat dilihat pada Gambar 3.
Warung Tenda Pecel Lele
Konsumen
Gambar 3. Saluran Distribusi Warung Tenda Pecel Lele
6.1.2.4 Promosi Promosi adalah semua jenis kegiatan pemasaran yang ditujukan untuk mendorong permintaan (Swastha, 2000). Promosi yang dilakukan oleh pemilik warung tenda pecel lele masih kurang maksimal yaitu dengan mengandalkan
informasi yang disebarkan dari mulut ke mulut dan rekomendasi dari pelanggan yang pernah makan di warung tenda kepada rekan maupun temannya serta dari spanduk yang dipasang pada warung tenda. Warung tenda belum membuat rencana baru untuk lebih mengenalkan usahanya sehingga informasi yang diketahui oleh konsumen mengenai keberadaan warung tenda tersebut masih sedikit. 6.1.3
Keuangan Pada saat memulai membuka usaha ini, para pemilik lebih banyak
menggunakan modal sendiri yang berasal dari modal pribadi maupun pinjaman dari kerabat atau keluarga dekat. Setelah usaha berjalan cukup lama, permodalan sedikit demi sedikit bertambah yang berasal dari keuntungan penjualan setiap hari. Pemilik warung tenda pecel lele tidak melakukan pinjaman modal dari bank atau lembaga keuangan lainnya dengan alasan bunga pinjaman yang terlalu tinggi dan tidak adanya jaminan atau agunan yang dapat diajukan sebagai syarat peminjaman. Keterbatasan sumberdaya keuangan merupakan salah satu hambatan bagi pemilik warung tenda pecel lele untuk mengembangkan usahanya. 6.1.4
Produksi Kegiatan produksi yang dilakukan oleh pemilik warung tenda terbagi
menjadi dua yaitu persiapan yang dilakukan di rumah dan kegiatan yang dilakukan pada lokasi usaha. Seluruh kegiatan yang berhubungan dengan operasional usaha dikerjakan secara bersama-sama antara pemilik dan para pekerja. Kegiatan yang dilakukan di rumah meliputi persiapan bahan baku untuk membuat makanan yang siap dijual. Semua bahan baku yang sudah dibeli oleh pemilik dibersihkan oleh para pekerja untuk kemudian diracik dan dimasak dengan bumbu-bumbu yang sudah diramu oleh pemilik, sampai seluruh bahan baku yang sudah diolah siap untuk dibawa ke tempat usaha. Untuk menjaga kualitas bahan baku yang digunakan, pengawasan berada ditangan pemilik yang juga bertanggung jawab dalam pembelian bahan baku. Pada bagian kedua kegiatan dipusatkan pada lokasi usaha, dimana dilakukan persiapan pendirian tenda, merapikan tempat sampai pada melayani pembeli yang datang. Biasanya kegiatan ini berlangsung sampai jam dua belas malam dan dilakukan setiap hari.
6.2
Evaluasi Faktor-Faktor Lingkungan Internal Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal usaha warung tenda pecel
lele maka faktor-faktor yang dapat dievaluasi menjadi kekuatan dan kelemahan dari usaha ini adalah : Kekuatan : •
Lokasi usaha yang strategis
•
Pelayanan kepada pelanggan yang bersifat kekeluargaan
•
Harga yang bersaing
•
Cita rasa makanan yang sesuai dengan selera pembeli
•
Jam operasional usaha yang panjang
•
Hubungan kerjasama yang baik dengan pemasok bahan baku
•
Banyak variasi makanan yang dijual
Kelemahan : •
Sumberdaya keuangan yang masih terbatas
•
Promosi yang kurang maksimal
•
Keterampilan pekerja yang belum sama
•
Harga bahan baku yang fluktuatif
•
Teknologi dalam kegiatan produksi masih sederhana
•
Belum adanya program pembinaan dari pemerintah
•
Terbatasnya akses pada lembaga keuangan
6.3
Analisis Lingkungan Eksternal
6.3.1
Lingkungan Makro Lingkungan makro terdiri dari faktor-faktor yang tidak berhubungan
langsung dengan usaha warung tenda pecel lele. Faktor-faktor yang termasuk ke dalam lingkungan makro usaha warung tenda pecel lele adalah ekonomi, alam, teknologi, politik dan hukum serta sosial dan budaya. 6.3.1.1 Ekonomi Sejak pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang mengakibatkan banyak angkatan kerja yang menganggur, sehingga kemudian banyak orang yang beralih kepada sektor ekonomi mikro yaitu usaha kecil. Usaha kecil yang banyak diminati adalah bisnis makanan siap santap, bisnis ini banyak
diminati karena untuk masuk ke dalamnya tidaklah dibutuhkan suatu persyaratan yang sulit. Usaha warung tenda pecel lele termasuk usaha yang berkembang cukup baik. Usaha ini juga mempunyai peranan dalam membantu pemerintah mengurangi
pengangguran
dengan
cara
menyerap
tenaga
kerja
yang
berpendidikan rendah. Kelebihan lain yang dimiliki usaha ini adalah penggunaan sumberdaya lokal untuk memenuhi kebutuhan bahan baku usaha. Selain itu peranan tersebut, usaha warung tenda pecel lele juga mempunyai peranan penting bagi pendistribusian produk-produk yang dihasilkan oleh industri-industri besar yaitu industri minuman ringan. 6.3.1.2 Alam Faktor alam memiliki pengaruh yang besar khususnya bagi usaha kecil terutama usaha makanan. Bisnis warung tenda pecel lele banyak sekali menggunakan bahan baku yang berasal dari alam seperti ikan lele dan bahan baku untuk hidangan laut yang beberapa diantaranya bersifat musiman. Maka adanya kerjasama yang baik dengan pemasok akan mengantisipasi dalam mengatasi kebutuhan bahan baku. Fluktuasi harga bahan baku sangat mempengaruhi usaha warung tenda pecel lele sehingga campur tangan pemerintah diharapkan mampu memberikan jalan keluar agar usaha kecil dapat terus bertahan dan berkembang. 6.3.1.3 Teknologi Peranan teknologi dalam usaha warung tenda pecel lele masih sangat sederhana terutama pada kegiatan operasional usaha. Peralatan yang digunakan masih terbatas pada penggunaan kompor minyak tanah untuk mengolah bahan baku. Usaha warung tenda pecel lele termasuk ke dalam jenis usaha yang bersifat padat karya dimana peranan para pekerja lebih dominan daripada penggunaan alat-alat yang digunakan dalam kegiatan memasak. Salah satu peranan teknologi yang cukup membantu adalah penggunaan telepon genggam. Alat ini berfungsi sebgai penghubung antara pemilik warung tenda dengan konsumen yang ingin atau akan melakukan pemesanan makan untuk dalam jumlah besar untuk kegiatan tertentu.
6.3.1.4 Politik dan Hukum Bantuan pemerintah sangat dibutuhkan di dalam pembinaan dan fasilitasfasilitas bagi usaha kecil yang termasuk di dalamnya adalah warung tenda pecel lele. Penerapan program pembinaan usaha kecil diharapkan mampu membuat usaha kecil mampu berkembang dan mandiri dalam pencapaian pasar, sehingga dengan berkembangnya usaha kecil akan banyak menyerap tenaga kerja. Namun sampai saat ini usaha warung tenda pecel lele belum mendapat program binaan dari pemerintah baik untuk meningkatkan kemampuan teknis maupun manajerial. Walaupun usaha kecil mempunyai peranan penting dalam kemajuan perekonomian nasional, usaha kecil masih belum mendapat perhatian besar dari pemerintah dalam perkembangannya. Banyak kendala yang dihadapi oleh usaha kecil terutama dalam mendapatkan bahan baku serta fluktuasi harga bahan baku yang tinggi. Kecenderungan kenaikan harga BBM juga menjadi kelemahan bagi usaha warung tenda pecel lele dalam mengembangkan usahanya. Adanya campur tangan dari pemerintah dalam mengatasinya akan menjadi sangat penting untuk membuat usaha kecil dapat bersaing dengan usaha lainnya. 6.3.1.5 Sosial dan Budaya Tingginya tingkat kesibukan yang terjadi pada penduduk di kota-kota besar menyebabkan berkurangnya waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan rumah tangga seperti menyediakan makanan bagi keluarga. Hal ini banyak dialami oleh ibu-ibu yang bekerja diluar rumah. Keadaan inilah yang menjadi suatu peluang bagi usaha warung tenda pecel lele sebagai salah satu alternatif bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya akan makan. Warung tenda pecel lele menjadi suatu alternatif pilihan bagi orang-orang yang bekerja, harga makanan yang dijual pun relatif terjangkau oleh semua golongan. Adanya kebiasaan baru yang terjadi pada masyarakat kita untuk makan diluar rumah terutama pada akhir pekan menjadi satu peluang besar bagi usaha warung tenda untuk mengembangkan usahanya. Kegiatan makan diluar rumah perlahan-lahan menjadi suatu gaya hidup bagi masyarakat yang tinggal di kotakota besar, maka dengan melihat peluang-peluang yang ada pemilik warung tenda pecel lele harus melakukan pembenahan terhadap usaha yang dimiliki baik secara
internal maupun eksternal agar tidak tertinggal dalam mengambil peluang yang ada. 6.3.2
Lingkungan Mikro Lingkungan mikro terdiri dari para pelaku dalam lingkungan yang
langsung berkaitan dengan usaha dan mempengaruhi kemampuannya untuk melayani pasar seperti pemasok, pesaing dan pelanggan. 6.3.2.1 Pemasok Keseimbangan kekuatan antara para pemasok dan suatu unit usaha tergantung pada faktor-faktor yang sama yang menentukan keseimbangan kekuatan antara unit usaha dengan pembeli. Pemasok mempunyai kekuatan untuk berkembang apabila memasok barang yang tidak ada alternatif lain, karena itu kualitas mutu barang harus diperhatikan agar pemasok lain sulit untuk masuk dan menjadi pesaing. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, pemilik warung tenda pecel lele melakukan kerja sama dengan beberapa pemasok untuk menjaga kelangsungan pasokan bahan baku terutama hasil laut yang bersifat musiman. Adanya hubungan yang baik dengan pemasok membantu pemilik dalam menjaga kualitas bahan baku sehingga dapat meringankan pemilik dalam menyeleksi bahan baku yang baik. Sistem pembayaran yang dilakukan dalam pembelian bahan baku dilakukan secara tunai. Harga bahan baku ditetapkan dari hasil negosiasi antara pemilik dengan pemasok tetap dan sejauh ini kebutuhan bahan baku selalu terpenuhi sesuai dengan pesanan. Jika pemilik mengalami kekurangan uang dalam proses pembayaran, biasanya pemasok memberikan tengat waktu untuk melunasi pembayarannya dan dilakukan dengan kesepakatan yang dibuat bersama. 6.3.2.2 Pelanggan Pengetahuan
mengenai
pelanggan
dapat
berperan
besar
dalam
merumuskan strategi dan taktik dalam mengembangkan usaha warung tenda pecel lele bagi pemilik. Dengan persaingan yang semakin ketat dalam bisnis makanan, akan sangat menguntungkan bagi konsumen karena semakin banyaknya pilihan produk yang ditawarkan. Produk-produk semakin bervariasi baik dari jenis makanan, kualitas, harga maupun pelayanan.
Konsumen warung tenda pecel lele pada umumnya memiliki kepekaan yang tinggi terhadap kualitas makanan (rasa, bentuk, ukuran). Pembeli menginginkan makanan yang berkualitas baik, biasanya pembeli baru mau mencoba setelah melihat temannya mencoba lebih dahulu. Untuk mengetahui konsumen lebih baik dapat dilakukan dengan cara mengamati profil konsumen dari tiga variabel yaitu demografis, perilaku pembelian dan geografis. Maka diharapkan dari ketiga faktor tersebut dapat tercermin profil konsumen yang dihadapi oleh pemilik usaha warung tenda pecel lele. Variabel demografis dari konsumen warung tenda pecel lele termasuk ke dalam semua golongan. Sedangkan variabel perilaku pembelian, konsumen cenderung untuk memenuhi kebutuhan makan dan melepas kepenatan dari rutinitas sehari-hari. Dari variabel geografis, makanan yang ditawarkan oleh warung tenda pecel lele dapat diterima oleh sebagian besar lapisan masyarakat. 6.3.2.3 Pesaing Usaha warung tenda pecel lele termasuk ke dalam usaha yang menghadapi tingkat persaingan yang tinggi. Usaha ini dapat dengan mudah dimasuki oleh pemain-pemain baru karena persyaratan yang tidak terlalu berat. Persaingan yang dihadapi oleh warung tenda pecel lele terbagi ke dalam dua kelompok : a.
Persaingan dengan sesama usaha makanan Persaingan ini terjadi antara warung tenda yang menjual makanan yang
hampir sama dan persaingan dengan restoran-restoran besar seperti restoran Padang dan restoran siap saji atau fastfood. Keberadaan restoran-restoran besar menjadi satu hambatan besar bagi usaha warung tenda untuk terus bertahan mengingat kuatnya permodalan yang dimiliki oleh restoran tersebut untuk mengembangkan usahanya. Perhatian pemerintah untuk membantu memperkuat posisi usaha warung tenda sangat diperlukan dalam membantu pemilik untuk mempertahankan usahanya. b.
Ancaman produk pengganti Persaingan tidak hanya terjadi dengan restoran-restoran yang sudah ada,
tetapi juga dengan produk-produk olahan siap saji seperti chicken nugget, fish
nugget, sosis, meat ball dan sebagainya. Produk yang ditawarkan dalam bentuk
beku siap goreng akan mempermudah konsumen dalam menyiapkannya dirumah tanpa harus pergi mencari makanan diluar.
6.4
Evaluasi Faktor-Faktor Lingkungan Eksternal Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal yang dipandang strategis
dalam usaha warung tenda pecel lele, maka faktor-faktor yang dapat dievaluasi menjadi peluang dan ancaman usaha ini adalah : Peluang : •
Jumlah penduduk yang tinggi
•
Pola konsumsi yang berubah
•
Tingkat kesibukan penduduk perkotaan yang semakin tinggi
•
Berkembangnya kebiasaan makan diluar rumah pada akhir pekan
•
Banyak menyerap tenaga kerja yang berpendidikan rendah
•
Sarana dalam pendistribusian produk-produk industri besar
•
Penerimaan produk oleh semua lapisan masyarakat
Ancaman : •
Menjamurnya usaha makanan
•
Bunga pinjaman bank yang tinggi
•
Kecenderungan harga bahan bakar yang meningkat
•
Ketersediaan bahan baku yang bersifat musiman
•
Persaingan dengan usaha sejenis
•
Persaingan dengan restoran besar
•
Kebijakan pemerintah yang belum berpihak pada usaha kecil
6.5
Analisis Matriks IFE dan EFE Analisis matriks IFE dan EFE pada usaha warung tenda pecel lele dibuat
berdasarkan hasil identifikasi faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang berupa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Identifikasi faktor-faktor strategis internal diperoleh melalui wawancara dengan para pemilik warung tenda dan pekerjanya. Sedangkan identifikasi faktor-faktor strategis eksternal didapat dari data instansi terkait seperti BPS dan artikel-artikel dan situs internet. Setelah faktor-faktor strategis tersebut diidentifikasi selanjutnya dilakukan pembobotan
dan peratingan terhadap faktor-faktor strategis tersebut. Pembobotan dilakukan dengan
metode
paired
comparison
yaitu
pembobotan
dengan
cara
membandingkan setiap faktor strategis untuk mengetahui tingkat kepentingan dari faktor-faktor strategis tersebut bagi usaha. Sedangkan peratingan didasarkan pada tinggi rendahnya respon usaha terhadap faktor-faktor strategis tersebut. Pemberian bobot dan rating dilakukan oleh enam responden yaitu pemilik warung tenda pecel lele yang kemudian diambil rata-ratanya untuk mendapatkan bobot dan ratingnya dengan total bobot sama dengan satu. 6.5.1
Analisis Matriks IFE Hasil identifikasi faktor-faktor internal usaha warung tenda pecel lele dan
pemberian serta rating diperoleh hasil analisis yang terdapat pada Tabel 10. berikut ini : Tabel 10. Faktor Strategis Internal Usaha Warung Tenda Pecel Lele Faktor Strategis Internal KEKUATAN 1. Lokasi usaha yang strategis 2. Pelayanan kepada pelanggan yang bersifat kekeluargaan 3. Harga yang bersaing 4. Cita rasa makanan yang sesuai dengan pembeli 5. Jam operasional usaha yang panjang 6. Hubungan kerjasama yang baik dengan pemasok bahan baku 7. Banyak variasi makanan yang dijual KELEMAHAN 1. Sumberdaya keuangan yang masih terbatas 2. Promosi yang kurang maksimal 3. Keterampilan pekerja belum sama 4. Harga bahan baku yang fluktuatif 5. Teknologi dalam kegiatan produksi masih sederhana 6. Belum adanya program pembinaan dari pemerintah 7. Terbatasnya akses pada lembaga keuangan Total
Bobot
Rating
Total
0.076 0.067 0.063 0.067 0.069 0.063 0.075
3.8 3 3.3 3.3 3.5 3.1 3.3
0.258 0.230 0.212 0.226 0.243 0.199 0.251
0.063 0.076 0.077 0.062 0.090 0.082 0.062
1.8 1.8 1.6 1.1 1.8 1.8 1.6
0.117 0.139 0.129 0.072 0.166 0.150 0.104
1
2.503
Dari hasil analisis diketahui bahwa faktor yang menjadi kekuatan utama usaha adalah lokasi usaha yang strategis dengan bobot sebesar 0.076 dan rating 3.8 sehingga diperoleh skor 0.258. Adapun faktor lain yang menjadi kekuatan dalam usaha ini adalah banyaknya variasi makanan yang dijual (skor 0.251), jam operasional usaha yang panjang (skor 0.243), pelayanan kepada pelanggan yang bersifat kekeluargaan (skor 0.230), cita rasa makanan yang sesuai dengan pembeli
(skor 0.226), harga yang bersaing (skor 0.212) dan hubungan kerjasama yang baik dengan pemasok bahan baku (skor 0.199) Kelemahan utama dalam usaha ini adalah teknologi dalam kegiatan produksi yang masih sederhana dengan bobot sebesar 0.090 dan rating 1.8 sehingga diperoleh skor sebesar 0.166. Faktor-faktor lain yang menjadi kelemahan antara lain belum adanya program pembinaan dari pemerintah (skor 0.150), promosi yang kurang maksimal (skor 0.139), keterampilan pekerja yang belum sama (skor 0.129), sumberdaya keuangan yang masih terbatas (skor 0.117), terbatasnya akses pada lembanga keuangan (skor 0.104) dan harga bahan baku yang fluktuatif (0.072). Dari hasil analisis faktor-faktor internal didapat skor sebesar 2.503. Hal ini menunjukkan bahwa usaha warung tenda pecel lele memiliki kemampuan yang tinggi dalam memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi kelemahan internal usaha. 6.5.2
Analisis Matriks EFE Hasil identifikasi faktor-faktor eksternal usaha warung tenda pecel lele dan
pemberian bobot serta rating diperoleh hasil analisis yang terdapat pada Tabel 11. berikut ini : Tabel 11. Faktor Strategis Eksternal Usaha Warung Tenda Pecel Lele Faktor Strategis Eksternal PELUANG 1. Jumlah penduduk yang tinggi 2. Pola konsumsi yang berubah 3. Tingkat kesibukan penduduk perkotaan yang semakin tinggi 4. Berkembangnya kebiasaan makan diluar rumah pada akhir pekan 5. Banyak menyerap tenaga kerja yang berpendidikan rendah 6. Sarana dalam pendistribusian produk-produk industri besar 7. Penerimaan produk oleh semua lapisan masyarakat ANCAMAN 1. Menjamurnya usaha makanan 2. Bunga pinjaman bank yang tinggi 3. Harga bahan bakar yang tinggi 4. Ketersediaan bahan baku yang bersifat musiman 5. Persaingan dengan usaha sejenis 6. Persaingan dengan restoran besar 7. Kebijakan pemerintah yang belum berpihak pada usaha kecil Total
Bobot
Rating
Total
0.064 0.066 0.063 0.076 0.066 0.080 0.088
1.8 2.6 2.8 3 1.6 1.8 3.5
0.161 0.178 0.180 0.199 0.126 0.147 0.225
0.070 0.066 0.060 0.082 0.065 0.067 0.081 1
3.6 2.5 3.6 2.1 4 3.1 2
0.256 0.166 0.220 0.179 0.262 0.213 0.162 2.680
Dari hasil analisis diketahui bahwa faktor yang menjadi peluang utama pada usaha ini yaitu peluang dalam penerimaan produk oleh semua lapisan masyarakat dengan bobot 0.088 dan rating 3.5 sehingga diperoleh skor sebesar 0.225. Selain itu faktor lain yang menjadi peluang bagi usaha warung tenda pecel lele adalah berkembangnya kebiasaan makan diluar rumah pada akhir pekan (skor 0.199), tingkat kesibukan penduduk perkotaan yang semakin tinggi (skor 0.180), pola konsumsi yang berubah (skor 0.178), jumlah penduduk yang tinggi (skor 0.161), sarana dalam pendistribusian produk-produk industri besar (skor 0.147) dan banyak menyerap tenaga kerja yang berpendidikan rendah (skor 0.126). Ancaman utama dalam usaha ini adalah persaingan dengan usaha sejenis dengan bobot 0.065 dan rating 4 sehingga diperoleh skor 0.262. Faktor lain yang merupakan ancaman bagi usaha warung tenda pecel lele antara lain menjamurnya usaha makanan (skor 0.256), harga bahan bakar yang tinggi (skor 0.220), persaingan dengan restoran besar (skor 0.213), ketersediaan bahan baku yang bersifat musiman (skor 0.179), bunga pinjaman bank yang tinggi (skor 0.166) dan kebijakan pemerintah yang belum berpihak pada usaha kecil (skor 0.162).
6.6
Matriks Internal Eksternal Strategi suatu usaha akan lebih efektif apabila strategi yang diterapkan
sesuai dengan posisi dan kondisi usaha. Posisi usaha diketahui dari hasil analisis kuantitatif faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang dikombinasikan. Hasil analisis yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE adalah menyusun sebuah matriks yang dinamakan matriks IE (Internal-Eksternal) yang menggambarkan posisi persaingan suatu usaha saat ini, sehingga dapat mempermudah usaha tersebut dalam melakukan pemilihan strategi. Penentuan posisi strategi bersaing pada matriks IE didasarkan pada hasil total skor pada matriks IFE dan EFE. Total skor IFE yang diperoleh sebesar 2.503 dan skor EFE sebesar 2.680. Masing-masing total skor pada matriks IFE dan EFE dipetakan dalam matriks IE, sehingga menempatkan usaha warung tenda pecel lele pada posisi sel V dengan koordinat (2.503 ; 2.680). Posisi ini menunjukkan posisi internal usaha warung tenda pecel lele yang lebih lemah dari posisi eksternalnya yang cukup kuat. Pada sel ini usaha warung tenda pecel lele berada
dalam tahap/posisi pertahankan dan pelihara (hold and maintain). Adapun posisi persaingan usaha warung tenda pecel lele berdasarkan matriks IE dapat dilihat pada Gambar 4.
Total Skor EFE Kuat 4,0 Total Skor IFE
Rata-rata 3,0
Tinggi
Lemah
2,0
1,0
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
3,0 Menengah 2,0 Rendah 1,0
Gambar 4. Matriks Internal Eksternal Usaha Warung Tenda Pecel Lele
Strategi yang paling baik diterapkan usaha warung tenda pecel lele pada posisis sel V ini adalah strategi intensif dan strategi integratif. Strategi intensif meliputi strategi penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk sedangkan strategi integratif meliputi strategi integrasi ke depan, integrasi ke belakang dan integrasi horizontal. Strategi penetrasi pasar dapat dilakukan dengan cara meningkatkan pangsa pasar untuk produk dengan memperluas wilayah pemasaran yang sudah ada dengan pemasaran yang lebih intensif, maksimal atau lebih gencar dengan tetap mempertahankan pasar yang sudah ada.
6.7
Analisis Matriks SWOT Berdasarkan analisis lingkungan internal dan eksternal yang telah
dilakukan, maka dibangunlah sebuah matriks SWOT yang mengembangkan empat alternatif strategi berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Keempat alternatif strategi tersebut antara lain strategi S-O (strength-
opportunities),
strategi
S-T
(strength-threat),
strategi
W-O
(weakness-
opportunities) dan strategi WT (weakness-threat). Tujuan dibuatnya matriks SWOT adalah untuk mengumpulkan sebanyak mungkin tindakan-tindakan atau strategi yang memungkinkan untuk digunakan dalam usaha. Pemilihan strategi utama dari matriks SWOT ini disesuaikan dengan posisi usaha dan bersifat melengkapi analisis matriks IE yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil analisis matriks SWOT pada usaha warung tenda pecel lele dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Matriks SWOT Usaha Warung Tenda Pecel Lele IFE
EFE
Strength (S)
Weakness (W)
1. Lokasi usaha yang strategis 2. Pelayanan kepada pelanggan yang bersifat kekeluargaan 3. Harga yang bersaing 4. Cita rasa makanan yang ssesuai dengan pembeli 5. Jam operasional usaha yang panjang 6. Hubungan kerjasama yang baik dengan pemasok bahan baku 7. Banyak variasi makanan yang dijual
1. Sumberdaya keuangan yang masih terbatas 2. Promosi yang kurang maksimal 3. Keterampilan pekerja belum sama 4. Harga bahan baku yang fluktuatif 5. Teknologi dalam kegiatan produksi masih sederhana 6. Belum adanya program pembinaan dari pemerintah 7. Terbatasnya akses pada lembaga keuangan
Opportunities (O)
S-O
W-O
1. Jumlah penduduk yang tinggi 2. Pola konsumsi yang berubah 3. Tingkat kesibukan penduduk perkotaan yang semakin tinggi 4. Berkembangnya kebiasaan makan diluar rumah pada akhir pekan 5. Banyak menyerap tenaga kerja yang berpendidikan rendah 6. Sarana dalam pendistribusian produkproduk industri besar 7. Penerimaan produk oleh semua lapisan masyarakat
1. Meningkatkan kualitas produk yang dijual (S4, S7, O2, O4)
1. Melakukan promosi yang lebih baik lagi untuk menarik konsumen baru (W2, O1, O2, O4)
2. Mengembangkan fasilitas pesan antar (S1, S5, O2, O3, O7)
2. Meningkatkan keahlian para pekerja dalam kegiatan usaha (W3, W6, O5, O6) 3. Bantuan program pembinaan usaha dari pemerintah (W1, W3, W4, W5, W6, W7, O5, O6, O7)
Threats (T)
S-T
W-T
1. Menjamurnya usaha makanan 2. Bunga pinjaman bank yang tinggi 3. Harga bahan bakar yang tinggi 4. Ketersediaan bahan baku yang bersifat musiman 5. Persaingan dengan usaha sejenis 6. Persaingan dengan restoran besar 7. Kebijakan pemerintah yang belum berpihak pada usaha kecil
1. Mempertahankan hubungan kerjasama yang baik dengan pemasok untuk menjaga kontinuitas pasokan bahan baku (S3, S6, T1, T4, T5, T6)
1. Pemerintah mempermudah akses pinjaman modal bagi usaha kecil (W1, W4, W7, T2, T3, T7)
2. Pinjaman modal kepada pelaku usaha kecil dengan bunga ringan (S3, T2, T3, T7) 3. Menawarkan variasi makanan baru kepada konsumen (S4, S7, T1, T5, T6)
2. Adanya program pengembangan kemampuan manajerial dari pemerintah (W3, W6, T1, T5, T6)
Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT pada usaha warung tenda pecel lele, diperoleh sebelas alternatif strategi yang dihasilkan dari dua strategi S-O, dua strategi S-T, tiga strategi W-O dan tiga strategi W-T. 6.7.1
Strategi S-O Strategi S-O atau strategi kekuatan-peluang merupakan strategi yang
menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal. Berdasarkan kekuatan yang dimiliki usaha warung tenda pecel lele dan kemampuan untuk meraih peluang dapat dirumuskan strategi sebagai berikut : 1).
Meningkatkan kualitas produk yang dijual Alternatif ini didasarkan pada kekuatan yang dimiliki oleh usaha, yaitu cita
rasa makanan yang sesuai dengan pembeli, banyaknya variasi makanan yang dijual. Ditambah dengan peluang yang dapat dimanfaatkan usaha yaitu pola konsumsi yang berubah dan berkembangnya kebiasaan makan diluar rumah pada akhir pekan. Meningkatkan kualitas produk yang dijual harus dilakukan mengingat akan persaingan yang tinggi dengan adanya peluang-peluang diatas karena akan banyak orang-orang yang beralih pada bisnis ini sehingga peningkatan kualitas produk diharapkan akan membuat posisi bersaing usaha menjadi semakin baik. 2).
Mengembangkan fasilitas pesan antar Dengan adanya peluang pola konsumsi yang berubah, tingkat kesibukan
penduduk perkotaan yang semakin tinggi dan penerimaan produk oleh semua lapisan masyarakat. Strategi ini didukung oleh kekuatan berupa lokasi usaha yang strategis, jam operasional usaha yang panjang. Strategi pengembangkan fasilitas pesan antar dirumuskan karena melihat tingkat kesibukan masyarakat yang semakin tinggi dan berkurangnya waktu dalam mempersiapkan makanan sehingga diharapkan warung tenda dapat menangkap peluang ini dengan menggunakan fasilitas telepon genggam. 6.7.2
Strategi S-T Strategi S-T atau strategi kekuatan-ancaman adalah strategi yang
menggunakan kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi ancaman eksternal yang dihadapi usaha. Adapun strategi kekuatan-ancaman usaha warung tenda pecel lele yaitu :
1).
Mempertahankan hubungan kerjasama yang baik dengan pemasok untuk menjaga kontinuitas pasokan bahan baku Kerjasama yang baik dengan pemasok dapat membantu pemilik warung
tenda dalam menjaga kualitas bahan baku yang digunakan dalam kegiatan usaha dan juga mengantisipasi kebutuhan bahan baku yang bersifat musiman seperti bahan baku untuk membuat hidangan laut. Kerjasama ini akan membantu pemilik warung tenda dalam mengurangi resiko rusaknya bahan baku dalam jumlah besar. 2).
Pinjaman modal kepada pelaku usaha kecil dengan bunga ringan Permodalan adalah salah satu masalah yang sering dihadapi oleh usaha
kecil, seperti terbatasnya informasi maupun pengetahuan dalam mendapatkan modal usaha. Tingkat bunga pinjaman dan jaminan adalah salah satu penyebab sulitnya mendapatkan akses modal pada lembaga keuangan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menawarkan suatu kredit khusus bagi usaha kecil dengan bunga yang rendah dan bantuan dalam mengelola modal tersebut agar dapat digunakan secara baik. 3).
Menawarkan variasi makanan baru kepada konsumen Variasi menu makanan baru yang ditawarkan kepada konsumen akan
menarik konsumen terus mengunjungi warung tenda pecel lele. Persaingan yang tinggi dalam usaha makanan menyebankan konsumen memiliki banyak alternatif dalam memenuhi kebutuhannya terhadap makanan dan tempat makan. 6.7.3
Strategi W-O Strategi W-O atau strategi kelemahan-peluang merupakan strategi yang
bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal yang ada. Alternatif strategi yang didapat adalah sebagai berikut : 1).
Melakukan promosi yang lebih baik lagi untuk menarik konsumen baru Alternatif strategi ini dilakukan untuk menjaring konsumen baru serta
memperkenalkan usaha lebih luas lagi kepada calon-calon konsumen baru. Promosi dapat dilakukan dengan membuat selebaran-selebaran yang diberikan kepada konsumen di tempat-tempat keramaian. 2).
Meningkatkan keahlian para pekerja dalam kegiatan usaha Keseragaman kemampuan pekerja akan lebih membantu pemilik warung
tenda dalam menjalankan usahanya. Peningkatkan kemampuan ini dapat
dilakukan pemilik dengan cara melakukan pelatihan secara langsung pada saat kegiatan usaha berlangsung sehingga mereka dapat diperkenalkan langsung pada keadaan usaha yang sebenarnya. 3).
Bantuan program pembinaan usaha dari pemerintah Program pembinaan usaha dari pemerintah dapat dilakukan dengan
memberikan pelatihan-pelatihan usaha kepada pemilik warung tenda agar dapat menjalankan usaha dengan lebih baik lagi. Program pelatihan yang dapat disarankan adalah pelatihan dalam mengelola keuangan, teknik produksi usaha dan pemasaran. 6.7.4 Strategi W-T Strategi W-T atau strategi kelemahan-ancaman adalah strategi yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Dari kelemahan dan ancaman yang dihadapi usaha warung tenda pecel lele dapat dirumuskan alternatif strategi sebagai berikut : 1).
Pemerintah mempermudah akses pinjaman modal bagi usaha kecil Kemudahan dalam pinjaman modal diharapkan dapat membantu pemilik
usaha warung tenda pecel lele dalam mengatasi masalah permodalan usaha. Pinjaman modal ini dapat berasal dari bank-bank pemerintah maupun lembagalembaga keuangan lainnya seperti koperasi. 2).
Adanya program pengembangan kemampuan manajerial dari pemerintah Persaingan yang tinggi dalam usaha makanan juga harus diimbangi
dengan kemampuan yang baik dalam usaha. Usaha makanan tidak hanya usaha yang menjual makanan. Usaha ini dituntut kemampuan yang tinggi dalam pengetahuan usaha seperti pemasaran dan keuangan
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1
Kesimpulan Pemilik usaha warung tenda pecel lele mayoritas berasal dari suku Jawa
terutama Lamongan, Jawa Timur. Pemilik usaha sebagian besar adalah laki-laki yang berumur antara 26-45 tahun dan termasuk ke dalam usia produktif untuk bekerja. Jumlah pegawai yang dimiliki oleh pemilik warung tenda bervariasi antara 5-10 orang. Tahun berdirinya usaha ini antara tahun 1990-1999. Hasil analisis usaha menunjukkan bahwa usaha warung tenda pecel lele menguntungkan dimana nilai R/C Ratio lebih dari satu. Sumber penerimaan terbesar rata-rata berasal dari penjualan ayam goreng dan ikan lele. Berdasarkan analisis matriks IFE didapatkan nilai skor sebesar 2,503 yang menunjukkan posisi internal usaha rata-rata dalam menggunakan kekuatan dan memperbaiki kelemahan yang ada. Sedangkan matriks EFE menghasilkan total skor sebesar 2,680 yang menunjukkan posisi eksternal usaha rata-rata dalam memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada. Hasil ini menempatkan usaha warung tenda pecel lele pada sel V dalam matriks IE dimana strategi yang dapat digunakan adalah dengan penetrasi pasar dan pengembangan produk. Dari hasil matriks SWOT dibagi menjadi strategi S-O, strategi W-O, strategi S-T dan strategi W-T. Strategi S-O yaitu mengembangkan fasilitas pesan antar. Strategi W-O yaitu melakukan promosi yang lebih baik lagi untuk menarik konsumen baru, meningkatkan keahlian para pekerja dalam kegiatan usaha. Strategi S-T yaitu mempertahankan hubungan kerjasama yang baik dengan pemasok untuk menjaga kontinuitas pasokan bahan baku, pinjaman modal kepada pelaku usaha kecil dengan bunga ringan dan menawarkan variasi makanan baru kepada konsumen. Pembinaan terhadap kemampuan manajerial dari pemerintah merupakan strategi W-T yang cukup efektif untuk diterapkan.
7.2
Saran Usaha warung tenda pecel lele harus terus melakukan perbaikan internal
dalam usahanya agar dapat terus bersaing dalam bisnis makanan siap santap. Perbaikan internal dapat dilakukan dengan cara terus meningkatkan kualitas produk maupun kualitas sumberdaya manusianya melalui pelatihan yang dilakukan langsung oleh pemilik usaha. Pembinaan kemampuan manajerial melalui pelatihan dari pemerintah akan sangat membantu pemilik usaha dalam mengembangkan usaha ini agar dapat diperluas pada pusat-pusat keramaian yang strategis.
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2005. Profil Usaha Kecil dan Menengah Tidak Berbadan Hukum. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Dani, D. 2006. Analisis Strategi Pemasaran Perusahaan Roti Merk “ Sari Roti “ dan “ Boti “ di Bogor. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Djaslim, S. 1991. Unsur-Unsur Inti Pemasaran dan Manajemen Pemasaran. CV. Mandar Maju. Bandung. David, F. 2002. Manajemen Strategis. Edisi VII. Prehallindo. Jakarta. Gusalim, S. 2002. Analisis Perilaku Konsumen dalam Proses Keputusan Pembelian Ayam Goreng Warung Tenda (Studi Kasus Di Kotamadya Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Fakultas Pertanian. Insitut Pertanian Bogor. Bogor. Jauch. L. R dan Glueck W. F. Manajemen Strategi dan Kebijakan Perusahaan. Edisi II. Erlangga. Jakarta. Kabul, G. 2004. Analisis Pengambilan Keputusan dan Implikasinya Terhadap Bauran Pemasaran Di Gumati Kafe dan Restoran. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid 1. Prehallindo. Jakarta. Kotler, P dan Armstrong, G. 1997. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi 1. Prehallindo. Jakarta. Lipsey dan Richard G. 1995. Pengantar Miroekonomi Intermediate. Edisi 3. Rajawali Press. Jakarta. Pearce dan Robinson. 1997. Manajemen Strategik, Formulasi, Implementasi dan Pengendalian. Jilid 1. Binarupa Aksara. Jakarta. Porter, M. E. 1994. Keunggulan Bersaing : Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja Unggul. Binarupa Aksara. Jakarta. Purnomo, H. S. dan Zulkieflimansyah. 1996. Manajemen Strategi : Sebuah Konsep Pengantar. Edisi1 LPFE-UI. Jakarta. Rangkuti, F. 2002. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Stanton, W. J. 1991. Prinsip Pemasaran. Jilid II. Erlangga. Jakarta. Suryana. 2003. Kewirausahaan : Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Salemba Empat. Jakarta. Swastha, B. dan Ibnu, S. 2000. Pengantar Bisnis Modern. Edisi 3. Liberty. Yogyakarta.
Lampiran 1. Kuisioner kepada Pemilik Warung Tenda Pecel Lele di Jalan Pajajaran
KUISIONER ANALISIS PENDAPATAN DAN STRATEGI PEMASARAN USAHA WARUNG TENDA PECEL LELE DI SEPANJANG JALAN PAJAJARAN BOGOR
Kepada Yth. Bapak/Ibu Pemilik Warung Tenda Pecel Lele Di Tempat
Dengan Hormat, Saya adalah mahasiswa tingkat akhir pada Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Saya mengharapkan bantuan bapak/ibu untuk meluangkan waktu mengisi kuisioner ini, untuk keperluan penyelesaian penelitian tugas akhir saya. Berikut ini adalah kuisioner tersebut yang berhubungan dengan strategi usaha dengan judul “Analisis Pendapatan dan Strategi Pemasaran Usaha Warung Tenda Pecel Lele di Sepanjang Jalan Pajajaran Bogor. Bapak/Ibu dapat melakukan pengisian kuisioner dengan bantuan petunjuk pengisian yang tertera di masing-masing lembar isian yang tersedia. Saya harap melalui kuisioner ini akan memperoleh masukan yang berarti untuk penulisan tugas akhir dari penlitian yang saya lakukan. Atas segala bantuan dan masukannya, saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Dian. A A14102664
Lampiran 2. Kuisioner Penetapan Prioritas dan Rating KUISIONER PENETAPAN PRIORITAS FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL I. Bagian Identitas Nama : II. Bagian Pengisian Matriks Berpasangan Petunjuk Pengisian a. Pertanyaan yang diajukan akan berbentuk perbandingan antar suatu elemen yang ada di kolom sebelah kiri dengan elemen yang ada di sebelah puncak atau baris atas. b. Jawaban dari pertanyaan tersebut diberi nilai oleh responden berdasarkan tingkat kepentingan dari elemen-elemen yang dibandingkan. c. Skala penilaian perbandingan berpasangan yang diberikan mempunyai nilai antara 1 sampai 3 atau kebalikannya. Identitas Definisi Nilai Kepentingan 1 Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal 1). Dalam penentuan prioritas faktor internal atribut yang harus diperbandingkan adalah sebagai berikut Faktor Strategis Internal A B C ... N Total
A
B
C
...
N
Keterangan : Kekuatan A. Lokasi usaha yang strategis B. Pelayanan kepada pelanggan yang bersifat kekeluargaan C. Harga yang bersaing D. Cita rasa makanan yang sesuai dengan pembeli E. Jam operasional usaha yang panjang F. Hubungan kerjasama yang baik dengan pemasok bahan baku G. Banyak variasi makanan yang dijual
Total
Kelemahan H. Sumberdaya keuangan yang masih terbatas I. Promosi yang kurang maksimal J. Keterampilan pekerja yang belum sama K. Harga bahan baku yang fluktuatif L. Teknologi dalam kegiatan produksi masih seberhana M. Belum adanya program pembinaan dari pemerintah N. Terbatasnya akses pada lembaga keuangan 2). Dalam penentuan prioritas faktor eksternal atribut yang harus diperbandingkan adalah sebagai berikut Faktor Strategis Eksternal A B C ... N Total
A
B
C
...
N
Keterangan : Peluang A. Jumlah penduduk yang tinggi B. Pola konsumsi yang berubah C. Tingkat kesibukan pendududk yang semakin tinggi D. Kebiasaan makan diluar rumah pada akhir pekan E. Banyak menyerap tenaga kerja baru F. Sarana dalam pendistribusian produk-produk industri besar G. Penerimaan produk oleh semua lapisan masyarakat Ancaman H. Menjamurnya usaha makanan I. Bunga pinjaman bank yang tinggi J. Harga bahan bakar yang tinggi K. Ketersediaan bahan baku yang bersifat musiman L. Persaingan dengan usaha sejenis M. Persaingan dengan restoran besar N. Kebijakan pemerintah yang belum berpihak pada usaha kecil
Total
PENETAPAN RATING FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL 1. Peringkat faktor-faktor internal Berilah rating pada masing-masing faktor internal yang ada dalam usaha sesuai dengan keadaan sekarang. Nilai 4 = jika faktor tersebut merupakan kekuatan utama Nilai 3 = jika faktor tersebut merupakan kekuatan kecil Nilai 2 = jika faktor tersebut merupakan kelemahan kecil Nilai 1 = jika faktor tersebut merupakan kelemahan utama Analisis Faktor-Faktor Internal Faktor Strategis Internal KEKUATAN A. Lokasi usaha yang strategis B. Pelayanan kepada pelanggan yang bersifat kekeluargaan C. Harga yang bersaing D. Cita rasa makanan yang sesuai dengan pembeli E. Jam operasional usaha yang panjang F. Hubungan kerjasama yang baik dengan pemasok bahan baku G. Banyak variasi makanan yang dijual KELEMAHAN H. Sumberdaya keuangan yang masih terbatas I. Promosi yang kurang maksimal J. Keterampilan pekerja yang belum sama K. Harga bahan baku yang fluktuatif L. Teknologi dalam kegiatan produksi masih seberhana M. Belum adanya program pembinaan dari pemerintah N. Terbatasnya akses pada lembaga keuangan Total
Rating
2. Peringkat Faktor-Faktor Eksternal Berilah rating pada masing-masing faktor eksternal yang ada dalam usaha sesuai dengan keadaan sekarang. Nilai 1 = untuk respon kurang atau dibawah rata-rata Nilai 2 = untuk respon rata-rata Nilai 3 = untuk respon diatas rata-rata Nilai 4 = untuk respon yang sangat tinggi
Analisis Faktor-Faktor Eksternal Faktor Strategis Eksternal PELUANG A. Jumlah penduduk yang tinggi B. Pola konsumsi yang berubah C. Tingkat kesibukan penduduk yang semakin tinggi D. Kebiasaan makan diluar rumah pada akhir pekan E. Banyak menyerap tenaga kerja baru F. Sarana dalam pendistribusian produk-produk industri besar G. Penerimaan produk oleh semua lapisan masyarakat ANCAMAN H. Menjamurnya usaha makanan I. Bunga pinjaman bank yang tinggi J. Harga bahan bakar yang tinggi K. Ketersediaan bahan baku yang bersifat musiman L. Persaingan dengan usaha sejenis M. Persaingan dengan restoran besar N. Kebijakan pemerintah yang belum berpihak pada usaha kecil Total
Rating
Lampiran 3. Hasil Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Usaha Warung Tenda Pecel Lele Pada Pemilik 1 Faktor
A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot
Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N Total
1 1 2 3 2 1 3 1 2 3 1 3 1 1
1 2 1 3 1 1 1 2 1 1 3 1
3 3 3 1 2 3 2 3 3 2 3 3 2
2 2 1 1 3 2 1 1 1 1 2 3 3
1 2 1 3 1 1 1 3 2 1 1 2 1
2 3 2 2 3 1 2 3 1 2 2 3 3
2 2 1 2 2 3 1 2 1 1 2 3 1
1 3 2 3 3 2 3 1 2 3 3 2 2
2 1 2 1 2 1 3 1 2 1 1 2 1
1 2 1 1 1 1 1 1 1
3 3 2 3 3 2 2 2 3 1
1 2 3 2 3 1 2
1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1
1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2
2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 3 1 2
22 26 19 28 22 21 24 18 24 23 20 26 31 21 325
0.068 0.080 0.058 0.086 0.068 0.065 0.074 0.055 0.074 0.071 0.062 0.080 0.095 0.065 1
Lampiran 3. Hasil Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Usaha Warung Tenda Pecel Lele Pada Pemilik 2 Faktor
A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot
Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N Total
1 3 2 1 2 1 2 1 2 1 1 3 1 1
1 2 1 1 2 1 1 2 1 3 3 1
2 3 1 1 2 2 2 3 2 2 3 3 2
2 2 2 1 3 2 3 2 2 3 2 1 3
1 1 3 1 1 3 1 1 3 3 3 1 1
1 3 2 2 3 1 2 3 1 2 3 3 2
2 2 2 2 3 1 3 2 3 1 2 3 1
1 2 2 1 1 2 1 3 3 2 3 3 2
2 1 3 2 1 3 1 1 1 1 1 2 1
3 2 3 1 3 1 3 3 2
2 1 2 2 3 2 3 2 3 2
1 2 3 2 3 3 2
1 2 1 3 1 1 1 3 1 2 1 2 1
2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2
2 2 2 1 1 2 1 3 3 3 3 3 3
22 25 26 20 23 21 23 24 28 27 22 33 30 22 346
0.064 0.072 0.075 0.058 0.066 0.061 0.066 0.069 0.081 0.078 0.064 0.095 0.087 0.064 1
Lampiran 3. Hasil Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Usaha Warung Tenda Pecel Lele Pada Pemilik 3 Faktor
A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot
Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N Total
1 3 2 1 2 2 2 3 2 2 1 3 3 2
1 1 3 2 1 3 2 2 1 3 2 1
2 1 1 3 2 2 2 1 3 2 2 3 2
1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 3 1
2 1 1 1 3 3 2 2 2 1 3 1 1
1 1 2 2 2 3 1 1 3 2 3 2 2
2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 1 3 1
3 1 2 1 1 2 2 2 3 2 2 1 2
1 1 1 3 2 1 3 3 1 1 1 1 3
1 2 3 2 2 2 1 2 1
3 3 2 3 1 2 2 2 3 3
3 2 3 2 2 1 2
1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1
1 2 1 1 1 1 3 2 3 2 2 2 2
2 3 2 3 2 2 3 2 3 1 2 3 2
21 23 23 22 25 23 29 26 25 29 21 30 27 21 345
0.060 0.067 0.067 0.064 0.072 0.067 0.084 0.075 0.072 0.084 0.061 0.087 0.079 0.061 1
Lampiran 3. Hasil Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Usaha Warung Tenda Pecel Lele Pada Pemilik 4 Faktor
A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot
Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N Total
3 3 2 1 2 2 3 1 3 1 1 2 1 1
1 2 3 1 2 1 1 2 1 3 2 3
2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2
3 1 1 1 1 2 1 3 2 1 2 2 1
2 3 1 3 3 1 3 1 1 2 1 3 1
3 3 2 1 3 3 2 3 1 3 3 2 3
3 2 2 2 3 1 1 2 1 1 2 2 1
3 3 2 3 1 2 3 3 3 2 3 2 2
1 2 1 2 2 1 1 3 1 1 1 2 1
1 2 1 3 1 1 1 1 3
3 3 3 1 3 2 3 2 3 3
3 2 3 2 2 3 2
1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1
1 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2
3 1 2 1 1 1 3 2 3 1 2 3 2
29 30 20 24 26 21 27 21 31 23 22 29 27 23 353
0.083 0.085 0.057 0.068 0.074 0.059 0.076 0.059 0.088 0.065 0.062 0.083 0.076 0.065 1
Lampiran 3. Hasil Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Usaha Warung Tenda Pecel Lele Pada Pemilik 5 Faktor
A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot
Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N Total
1 3 2 1 2 1 1 1 2 3 1 3 2 1
1 2 3 1 1 1 3 2 1 2 2 1
2 3 1 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2
1 2 1 1 1 3 1 1 2 1 2 2 3
2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1
3 3 2 1 3 3 2 1 1 2 1 3 2
1 3 2 2 1 2 1 2 2 2 2 3 2
3 3 2 2 1 3 3 2 3 2 3 2 2
1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1
1 2 1 1 1 1 1 1 1
3 3 2 1 3 2 3 2 3 3
1 2 3 2 2 1 2
1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1
1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2
3 3 2 1 1 2 1 2 1 3 2 1 2
23 32 19 21 23 19 25 18 24 29 19 41 28 21 342
0.067 0.094 0.056 0.061 0.067 0.056 0.073 0.053 0.070 0.085 0.056 0.120 0.082 0.061 1
Lampiran 3. Hasil Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Usaha Warung Tenda Pecel Lele Pada Pemilik 6 Faktor
A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot
Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N Total
2 2 3 3 1 2 2 3 2 2 2 1 2 3
2 3 1 1 3 2 3 1 2 3 2 2
1 3 1 1 1 2 2 3 2 3 2 2 1
1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 3 2 2
3 1 2 1 2 1 2 3 3 3 2 2 1
1 3 2 3 2 3 2 1 1 1 1 1 3
1 2 3 2 2 1 2 2 3 2 2 1 1
3 1 1 3 1 2 2 2 3 2 1 3 1
2 1 2 1 3 2 3 2 3 1 3 2 2
1 3 2 2 2 3 3 1 1
3 1 2 2 2 1 2 2 2 2
1 3 2 1 3 1 1
1 1 1 1 3 2 2 1 2 2 2 3 2
2 1 2 1 3 3 1 2 1 3 1 2 1
1 1 1 1 2 2 2 3 2 2 3 3 2
22 22 24 24 25 24 28 25 25 29 24 28 26 21 347
0.063 0.063 0.070 0.070 0.072 0.070 0.080 0.072 0.072 0.083 0.070 0.080 0.075 0.060 1
Lampiran 4. Hasil Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Usaha Warung Tenda Pecel Lele Pada Pemilik 1 Faktor
A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot
Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N Total
3 1 1 1 2 2 2 2 1 1 3 1 1 1
2 2 1 2 2 2 1 1 3 1 2 3
3 2 2 1 3 2 2 1 1 3 1 2 3
3 2 1 1 3 2 2 1 1 2 2 2 3
1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2
2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1
3 2 3 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2
3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 1 3 1 2 3 1 1 2 3 1 1 2
3 1 3 1 2 3 1 2 2
1 1 1 1 1 1 2 2 1 1
3 1 2 1 1 2 2
3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3
3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3
1 1 1 1 2 3 1 2 2 2 1 2 3
32 19 25 20 22 32 23 25 19 18 29 20 21 29 334
0.095 0.057 0.075 0.060 0.066 0.095 0.069 0.075 0.057 0.054 0.087 0.060 0.063 0.087 1
Lampiran 4. Hasil Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Usaha Warung Tenda Pecel Lele Pada Pemilik 2 Faktor
A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot
Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N Total
2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 3 1 1 3
2 2 3 3 2 2 1 1 3 1 1 3
2 2 3 3 3 2 2 1 1 3 2 1 3
2 2 2 3 3 2 2 1 2 1 2 2 3
2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 3 2
1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1
2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3
3 1 2 2 2 1 2 3 1 3 2 2 3
3 3 1 1 3 1 1 1 2 1 1 2 2
3 2 2 3 3 1 3 3 2
1 1 1 1 1 3 1 1 1 1
3 2 2 2 1 2 3
3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2
3 2 3 1 3 3 2 2 3 2 3 2 1
3 1 1 2 2 3 1 1 2 3 2 1 3
30 22 21 23 33 30 22 23 22 21 30 21 24 31 353
0.085 0.062 0.060 0.065 0.093 0.085 0.062 0.065 0.062 0.060 0.085 0.060 0.068 0.088 1
Lampiran 4. Hasil Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Usaha Warung Tenda Pecel Lele Pada Pemilik 3 Faktor
A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot
Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N Total
2 2 1 3 1 2 2 1 1 1 3 2 2 1
2 2 1 2 1 2 1 1 1 3 1 1
2 2 2 1 1 2 2 1 1 3 2 2 1
2 2 2 1 3 2 2 3 1 1 2 2 2
1 2 3 1 1 1 3 1 2 1 1 2 1
1 2 1 3 2 1 1 3 2 2 1 3 3
3 3 2 2 1 2 3 2 2 1 2 2 1
3 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1
3 1 1 3 2 1 1 1 1 1 1 3 2
3 3 1 1 3 2 1 3 1
1 3 1 1 1 3 3 2 3 1
3 2 1 1 3 2 2
3 2 2 2 2 3 1 2 3 2 3 1 2
3 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 3 3
3 2 3 1 1 1 2 1 2 3 2 3 2
30 28 22 25 22 23 20 24 23 20 25 24 25 22 333
0.090 0.084 0.067 0.075 0.066 0.069 0.060 0.072 0.069 0.060 0.075 0.072 0.075 0.066 1
Lampiran 4. Hasil Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Usaha Warung Tenda Pecel Lele Pada Pemilik 4 Faktor
A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot
Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N Total
3 1 1 3 2 1 2 1 2 1 3 1 1 3
2 2 3 1 2 2 1 1 3 2 1 3
3 2 2 3 1 2 2 2 3 3 1 1 3
3 1 2 3 1 2 2 1 1 2 2 2 3
2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2
2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1
3 2 2 2 3 1 2 1 1 2 2 2 3
2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2
3 1 1 1 2 3 1 1 2 3 2 2 2
3 2 2 1 2 3 1 1 2
1 1 1 1 1 3 2 2 1 1
3 2 1 2 1 2 2
1 3 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1
1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1
1 3 2 1 2 3 1 3 2 2 2 1 2
28 21 22 21 28 25 21 24 21 21 29 21 21 28 331
0.085 0.063 0.066 0.063 0.085 0.076 0.063 0.073 0.063 0.063 0.088 0.063 0.063 0.085 1
Lampiran 4. Hasil Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Usaha Warung Tenda Pecel Lele Pada Pemilik 5 Faktor
A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot
Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N Total
3 1 1 1 2 2 2 1 3 1 3 1 1 3
2 2 2 2 2 2 3 1 3 2 2 3
3 2 2 2 3 2 2 3 1 3 2 2 3
3 2 2 3 2 2 2 3 1 3 2 1 3
2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2
1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1
3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2
3 1 1 1 1 3 1 1 2 3 3 2 2
3 1 1 1 1 3 1 1 2
1 1 1 2 2 3 2 1 1 1
3 3 2 2 2 2 3
3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2
1 1 1 1 2 3 1 2 2 2 2 1 2
31 19 17 21 26 31 22 22 29 19 31 24 22 31 345
0.090 0.055 0.049 0.061 0.075 0.090 0.064 0.064 0.083 0.055 0.090 0.070 0.064 0.090 1
Lampiran 4. Hasil Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Usaha Warung Tenda Pecel Lele Pada Pemilik 6 Faktor
A B C D E F G H I J K L M N Total Bobot
Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N Total
3 2 2 1 2 1 2 1 2 3 2 3 2 1
1 2 3 1 3 1 1 2 2 3 1 3
3 2 2 2 3 1 2 3 2 3 1 3 2
3 2 3 1 3 3 2 3 1 3 2 1 2
1 2 1 2 2 1 3 1 1 1 1 3 3
3 3 2 1 3 2 1 1 1 2 1 1 2
3 3 1 3 2 1 3 2 2 1 2 2 1
3 1 3 2 2 1 2 3 3 2 1 3 1
3 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 3
1 3 2 3 2 1 1 3 1
1 2 2 1 1 3 2 2 3 1
1 2 2 2 2 1 2
2 2 1 2 2 1 3 3 1 3 3 1 1
2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 3 3
2 2 2 3 3 3 2 1 1 2 3 2 2
30 28 23 26 25 24 24 25 23 24 25 24 25 25 351
0.085 0.080 0.066 0.074 0.071 0.068 0.068 0.071 0.066 0.069 0.071 0.069 0.071 0.071 1