ANALISIS PENGARUH MODAL AWAL TERHADAP OMSET USAHA MIKRO DI DRAMAGA, BOGOR
RENGGANIS RISKY ARINDA
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh Modal Awal terhadap Omset Usaha Mikro di Dramaga, Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2014 Rengganis Risky Arinda NIM H14100004
ABSTRAK RENGGANIS RISKY ARINDA. Analisis Pengaruh Modal Awal terhadap Omset Usaha Mikro di Dramaga, Bogor. Dibimbing oleh SRI MULATSIH Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia berjumlah 56 534 592 unit pada tahun 2012 dan sebanyak 55 856 176 merupakan usaha mikro. Usaha mikro banyak diminati karena memerlukan modal yang relatif kecil. Salah satu usaha mikro adalah usaha makanan dan non makanan di Dramaga. Penelitian ini menganalisis karakteristik sosial ekonomi pengusaha mikro serta pengaruh kuantitas dan sumber modal terhadap omset usaha. Data yang digunakan adalah data primer dari hasil wawancara dengan panduan kuesioner kepada 30 responden. Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel pendidikan, status pernikahan, komoditas usaha, jumlah modal awal, lama usaha, sumber modal awal, dan total biaya berpengaruh terhadap omset usaha dengan taraf nyata 20%. Komoditas usaha, jumlah modal awal, lama usaha, dan total biaya berpengaruh positif. Jenjang pendidikan, status pernikahan, dan sumber modal awal berpengaruh negatif. Pengusaha yang belum menikah, pengusaha makanan, dan pengusaha dengan modal pinjaman memiliki omset relatif lebih besar dibanding pengusaha yang sudah menikah, pengusaha non makanan dan pengusaha dengan modal sendiri. Kata Kunci: Dramaga, Modal, Omset, Usaha Mikro
ABSTRACT RENGGANIS RISKY ARINDA. Effect Analysis of Initial Capital Against Micro Enterprise’s Turnover at Dramaga, Bogor. Supervised by SRI MULATSIH. Micro, Small and Medium Enterprises (SMEs) in Indonesia amounted to 56,534,592 units in 2012 and 55,856,176 of these are micro enterprises. Micro enterprises in great demand because it requires a relatively small capital. One of micro business is the business of food and non-food in Dramaga. This study analyzed the socio-economic characteristics as well as the influence of the quantity of micro entrepreneurs and capital resources of the business turnover. The data used is primary data from interviews with 30 respondents using questionnaire guide. The results of multiple linear regression analysis showed that the variables of education, marital status, commodity business, the amount of initial capital, the old business, initial capital sources, and total business turnover costs affect the real level of 20%. Commodity business, the amount of initial capital, the old business, and the total cost have a positive effect. Level of education, marital status, and source of initial capital have a negative effect. Employers who are not married, businessman food, and entrepreneurs with capital loans have a relatively larger turnover than the businessman who is married, nonfood entrepreneur and businessman with his own capital. Keywords: Capital, Dramaga, Micro, Turnover
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ANALISIS PENGARUH MODAL AWAL TERHADAP OMSET USAHA MIKRO DI DRAMAGA, BOGOR
RENGGANIS RISKY ARINDA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini ialah modal usaha mikro, dengan judul Analisis Pengaruh Modal Awal terhadap Omset Usaha Mikro di Dramaga, Bogor. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Ungkapan terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc.Agr selaku dosen pembimbing yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayah Alan Hermanto, Ibu Yati Sawitri dan Adik Zulfan Vidiano atas doa, dukungan, semangat dan kasih sayang yang selalu diberikan kepada penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada: 1. Ibu Dr. Sahara, S.P, M.Si selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan banyak saran yang membangun demi kebaikan karya ini. 2. Ibu Widyastutik, S.E, M.Si selaku komisi pendidikan yang telah memberikan saran dan masukan terkait tata cara penulisan yang baik. 3. Para dosen, staf dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis. 4. Innas Rovino Katuruni, S.Hut yang telah memberikan doa, dukungan, semangat, dan kasih sayang kepada penulis tanpa henti. 5. Sahabat-sahabat terdekat Afanina Meithasari, Angga Febriawan, Ayu Frianka, Erlangga Ryansha, Irgandhini Agra, Nindya Ulfilianjani, Penny Septina yang telah memberikan dukungan, tawa dan semangat kepada penulis. 6. Keluarga Besar PSM IPB Agria Swara terkhusus Age, Anisa, Dita, Rio, Quldino, Yulita, Yunita, Abi, Mutiara, Ario, Inna, Rini, Kak Vita, Kak Emir Pengurus Tahun 2011/2012, Pengurus Tahun 2012/2013, Tim FLN 2012, Tim FLN 2014, dan Alto Kontan 2014 atas pengalaman dan pembelajaran kepada penulis. 7. Teman-teman IE 47 dan teman-teman satu bimbingan, Nindya Shinta, Ulfi, Heni, dan Yunita yang telah memberikan bantuan, saran, kritik, motivasi, dan dukungannya pada penulis dalam penyelesaian skripsi. 8. Teman-teman Ilmu Ekonomi 47 terima kasih atas segala persahabatan, kenangan, perjuangan, dan asa untuk mencapai tujuan. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2014 Rengganis Risky Arinda
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
3
Ruang Lingkup Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA
3
Landasan Teori
3
Penelitian Terdahulu
5
Kerangka Pemikiran
6
Hipotesis Penelitian
7
METODE
7
Waktu dan Tempat
7
Jenis dan Sumber Data
8
Metode Pengumpulan Data
8
Metode Pengolahan dan Analisis Data
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
Gambaran Umum Lokasi
10
Karakteristik Sosial Ekonomi Responden
10
Pengaruh Modal dan Variabel Lainnya Terhadap Modal Usaha
16
PENUTUP
18
Simpulan
18
Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN
21
RIWAYAT HIDUP
27
DAFTAR TABEL 1 Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) 2 Jenis Kelamin Responden 3 Usia dan Pendidikan Responden 4 Status Pernikahan Responden 5 Karakteristik Usaha Responden 6 Karakteristik Usaha Berdasarkan Komoditas Usaha Responden 7 Karakteristik Usaha Berdasarkan Sumber Modal Responden 8 Koefisien Penduga Model
1 10 11 11 12 14 16 17
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5
Kerangka Pemikiran Persentase Status Pekerja Dalam Usaha Mikro Persentase Kategori Bidang Usaha Mikro Persentase Jumlah Modal Awal Usaha Mikro Persentase Sumber Pendanaan Modal Awal Usaha Mikro
7 12 13 15 15
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6
Analisis Regresi Korelasi Parsial Antar Variabel Uji Normalitas Kuesioner Penelitian Data Penelitian Riwayat Hidup
21 22 22 23 26 28
PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau disebut dengan UMKM berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi. Walaupun omset UMKM tidak sebesar Usaha Besar, UMKM dapat menyerap banyak tenaga kerja dan memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 57.12% pada tahun 2013. Menurut Trijaya (2013) pada kurun waktu 2009 sampai dengan 2013 UMKM mengalami pertumbuhan sebesar 2.3% per tahun. Selain itu, UMKM juga mempunyai ketahanan terhadap resesi ekonomi global karena UMKM tidak berhubungan langsung dengan perekonomian global, memproduksi barang kebutuhan sehari-hari daripada barang mewah, bersifat lokal dalam produksi dan pemasaran, tidak dibebani oleh biaya administrasi yang mahal serta pada umumnya lebih adaptif (Hill 2001, Manikmas dan Oka 2003). Keunggulan lain yang dimiliki UMKM adalah inovasi produk dapat dilaksanakan dengan mudah, mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak, lebih fleksibel dan lebih mudah beradaptasi terhadap perubahan pasar dibandingkan dengan usaha besar, sehingga UMKM dapat dijadikan sebagai ketahanan ekonomi Indonesia. Tabel 1 Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) Indikator
Unit Usaha Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Usaha Mikro (UMi) Usaha Kecil (UK) Usaha Menengah (UM) Usaha Besar (UB) Tenaga Kerja Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Usaha Mikro (UMi) Usaha Kecil (UK) Usaha Menengah (UM) Usaha Besar (UB)
Satuan
Tahun 2011 Pangsa Jumlah %
Tahun 2012 Pangsa Jumlah %
Unit Unit Unit
55 206 444 54 559 969 602 195
99.99 98.83 1.09
56 534 592 55 856 176 629 418
99.99 98.79 1.11
Unit Unit
44 280 4 952
0.08 0.01
48 998 4 968
0.1 0.01
Orang Orang Orang
101 722 458 94 957 797 3 919 992
97.24 93.36 3.85
107 657 509 99 859 517 4 535 970
97.16 92.76 4.21
Orang Orang
2 844 669 2 891 224
2.79 2.76
3 262 023 3 150 645
3.03 2.84
Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM Tahun, 2011-2012 (diolah) Berdasarkan Tabel 1, Usaha Mikro memiliki pangsa mencapai 98.79% dari UMKM pada tahun 2012. Artinya dalam keseluruhan UMKM, Usaha Mikro memberikan kontribusi yang paling banyak. Apabila dilihat dari segi
2 ketenagakerjaan, Usaha Mikro menyerap 92.76% tenaga kerja dari UMKM pada tahun 2012. Menurut Ardiana (2011) kegiatan usaha mikro mencakup berbagai macam kegiatan di bidang usaha antara lain usaha perdagangan seperti pedagang keliling dan pedagang kaki lima, demikian pula di bidang usaha jasa seperti jasa angkutan. Usaha mikro merupakan basis usaha rakyat yang mampu bertahan di masa krisis 1998 dan 2008. Saat terjadi krisis ekonomi, banyak pengusaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti. Sektor usaha mikro terbukti lebih unggul karena mampu bertahan dalam gejolak krisis ekonomi serta secara langsung turut menciptakan peningkatan pendapatan masyarakat. Ketahanan usaha mikro disebabkan struktur keuangan usaha mikro tidak banyak tergantung pada perbankan walaupun usaha mikro tetap memanfaatkan jasa perbankan, baik untuk transaksi maupun menjaga keamanan. Perumusan Masalah Di balik besarnya peran usaha mikro bagi perekonomian nasional, salah satu hambatan terbesar dalam mengembangkan usaha mikro adalah sulitnya memperoleh modal awal. Kendala permodalan menjadi yang utama (40.48%) dari keseluruhan kendala (Kementerian Negara Koperasi dan UKM 2012). Modal merupakan salah satu faktor yang paling berperan dalam usaha mikro dan nantinya akan mempengaruhi omset usaha. Modal awal diperlukan untuk membuka usaha. Besarnya modal awal tergantung pada komoditas usaha. Pemenuhan modal usaha tidak hanya berasal dari uang pribadi pengusaha, namun dari eksternal seperti pinjaman kepada kerabat atau lembaga keuangan seperti bank. Tanpa modal yang cukup, pengusaha tidak bisa memenuhi kebutuhan untuk menjalankan usaha. Lingkungan kampus IPB dipilih sebagai objek penelitian karena mempunyai potensi dan karakteristik yang unik. Seluruh kegiatan perdagangan terpusat pada satu daerah yaitu Jalan Babakan Raya dan Babakan Tengah Dramaga. Daerah tersebut merupakan pusat konsumsi barang dan jasa terutama untuk mahasiswa yang tinggal di sekitar daerah tersebut, sehingga menarik pengusaha mikro untuk melakukan usaha. Jumlah konsumen mahasiswa yang besar akan mempengaruhi perputaran omset dari para pengusaha. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diambil beberapa permasalahan: 1. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi usaha mikro di Dramaga? 2. Bagaimana pengaruh modal awal terhadap omset usaha mikro? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi omset usaha mikro? Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan diharapakan dapat dicapai tujuan yang diinginkan yaitu: 1. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi usaha mikro di Dramaga. 2. Menganalisis pengaruh modal awal terhadap omset usaha mikro. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi omset usaha mikro.
3 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan tentang keadaan usaha mikro dan pembelajaran dalam mengelola usaha mikro. 2. Bagi pemerintah, penelitian ini menambah informasi dan menjelaskan kondisi masyarakat pengusaha mikro sehingga dapat membantu dalam mengembangkan usaha mikro. 3. Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadi referensi tentang masalah permodalan dalam usaha mikro secara lebih mendalam. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan menganalisis pengusaha mikro di Jalan Babakan Raya dan Jalan Babakan Tengah Dramaga sebagai responden. Modal awal akan dianalisis pengaruhnya terhadap omset usaha. Data yang digunakan adalah data primer dari wawancara dan kuesioner responden. Latar belakang responden dan karakteristik usaha juga menjadi bahasan yang akan diteliti sebagai faktor yang mempengaruhi omset usaha.
Tinjauan Pustaka Landasan Teori Usaha Mikro Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, definisi usaha mikro yaitu usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Kriteria usaha mikro yang dimaksud oleh Undang-undang tersebut yaitu memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50 000 000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300 000 000 per tahun. Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan definisi usaha mikro ialah industri perdagangan yang mempunyai tenaga kerja satu sampai empat orang. Menurut Bank Dunia usaha mikro adalah usaha gabungan (partnership) atau usaha keluarga dengan tenaga kerja kurang dari 10 orang, termasuk di dalamnya usaha yang hanya dikerjakan oleh satu orang yang sekaligus bertindak sebagai pemilik. Usaha mikro sering dikategorikan sebagai usaha tingkat survival atau usaha untuk mempertahankan hidup yang kebutuhan keuangannya dipenuhi oleh tabungan dan pinjaman berskala kecil. Industri mikro di Indonesia secara umum beroperasi pada level rumahan dengan teknologi rendah dan tenaga kerja yang berpendapatan dan berkemampuan rendah (Dirlanudin 2008). Usaha mikro saat ini banyak dibantu oleh program pemerintah seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR). Belum meratanya program tersebut mengakibatkan tidak semua pengusaha mikro dapat terbantu. Menurut Sandiaga (2010) KUR
4 tidak cocok untuk pengusaha mikro. KUR lebih cocok diperuntukkan pengusaha kecil dan menengah yang sudah bankable dan feasible, karena usaha mikro tidak akan tepat dengan mekanisme perbankan. Oleh karena itu, pada tahun 2010 Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) mendirikan Apex, semacam bank sentral untuk lembaga keuangan mikro yang berfungsi mengayomi dan menyalurkan dana pemberdayaan bagi pelaku usaha mikro Menurut Munizu (2010) faktor-faktor internal yang terdiri atas aspek sumber daya manusia, aspek keuangan, aspek teknik produksi atau operasional, dan aspek pasar dan pemasaran mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja usaha mikro dengan kontribusi 79.2%. Latar belakang dari pemilik usaha mikro akan mempengaruhi keberlangsungan usaha tersebut, namun tidak semua aspek dapat dijadikan tolak ukur sebagai penentu keberlangsungan usaha. Faktor-faktor eksternal yang terdiri atas aspek kebijakan pemerintah, aspek sosial budaya dan ekonomi, dan aspek peranan lembaga terkait mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerja usaha mikro dengan kontribusi 25.4%. Faktor eksternal akan mempengaruhi faktor internal usaha mikro sebesar 98%. Teori Produksi Produksi merupakan proses mengubah input menjadi output (Case dan Fare, 2003) atau dapat diartikan kegiatan untuk menghasilkan barang atau jasa (Lipsey, Courant dan Raggan, 1999). Produksi meliputi semua kegiatan untuk menciptakan atau menambah nilai atau guna suatu barang atau jasa. Teori produksi adalah teori yang menjelaskan hubungan antara kuantitas produk dan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam produksi (Waluyo, 2013). Teori produksi merupakan bagian dari ekonomi mikro. Fungsi produksi menunjukkan hubungan antara faktor produksi (input) dan hasil produksi (output). Produksi dengan menggunakan faktor alam disebut produksi alami, sedangkan produksi dengan memanipulasi faktor- faktor produksi disebut produksi rekayasa. Jangka waktu produksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan penentuan jangka waktu dalam produksi untuk meminimumkan biaya produksi. Produsen termasuk usaha mikro bertujuan untuk optimalisasi keuntungan. π = TR – TC Keuntungan didapat Total Revenue dikurangi Total Cost. Total Revenue didapatkan dari kuantitas barang yang dijual dikali dengan harga barang. Total Revenue dapat diartikan sebagai omset. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000) omset merupakan total jumlah penjualan barang atau jasa selama periode penjualan tertentu. Omset yang besar tidak selalu mendapatkan keuntungan yang besar. Apabila omset lebih sedikit daripada total biaya, maka keuntungan menjadi negatif. Komoditas usaha juga mempengaruhi omset usaha, oleh karena itu omset lebih berpengaruh daripada keuntungan untuk melihat perkembangan suatu usaha. Menurut penelitian Fitanto (2009) pada UKM sepatu di Mojokerto, faktorfaktor yang mempengaruhi omset secara signifikan adalah tenaga kerja, modal dan keunggulan jaringan usaha. Keseluruhan variabel tersebut berkoefisien positif yang menunjukan bahwa adanya pengaruh positif variabel tersebut terhadap
5 omset. Semakin tinggi jumlah tenaga kerja maka akan semakin tinggi pula omset yang diperoleh. Begitu pula semakin tinggi jumlah modal awal dan keunggulan jaringan usaha yang dimiliki maka akan semakin tinggi pula omset usaha. Modal merupakan salah satu sumber daya pendukung produksi. Modal ialah sejumlah uang yang digunakan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan bisnis (Nugraha 2011). Modal sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan opersional dalam usaha. Modal tidak hanya berupa uang, namun dapat berupa aset dan keahlian. Uang sebagai modal bukanlah segalanya dalam usaha, walapun memang sangat diperlukan. Modal harus dikelola secara optimal, agar bisnis yang dijalankan dapat berjalan dengan lancar (Amirullah 2005). Modal dapat terbagi dalam dua macam, yaitu modal sendiri dan modal asing. Menurut Mardiyatmo (2008), modal sendiri merupakan modal yang diperoleh dari pemilik usaha itu sendiri baik berupa tabungan, sumbangan, hibah, dan lain sebagainya. Modal sendiri mempunyai kelebihan seperti tidak bergantung kepada orang lain, tidak memerlukan persyaratan, dan tidak adanya keharusan pengembalian modal. Sedangkan kelemahan dalam modal sendiri adalah jumlahnya terbatas, membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mengumpulkan uang, dan kurangnya motivasi pengusaha. Modal asing atau modal pinjaman merupakan modal yang diperoleh dari pihak luar pengusaha berupa pinjaman. Modal pinjaman mempunyai jumlah yang tidak terbatas, artinya pengusaha mikro dapat dengan mudah mengembangkan usahanya. Selain itu motivasi usaha akan timbul sehingga dapat berusaha dengan maksimal. Sumber modal asing dapat diperoleh dari bank, lembaga keuangan, ataupun dari lembaga non keuangan. Kelemahan menggunakan modal asing adalah harus ada pengembalian modal, adanya biaya tambahan dan jangka waktu pengembalian, dan beban moral (Kasmir 2007). Penelitian Terdahulu Sukidjo (2004) melakukan penelitian tentang usaha kecil dan menengah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perekenomian Indonesia yang dibangun dengan ekonomi konglomerat tidak memberikan fondasi yang kuat dalam menghadapi krisis ekonomi. Secara substansial UKM memiliki kekuatan dan ketahanan yang lebih baik dibandingkan dengan ekonomi konglomerat karena mampu bertahan dan mendongkrak perekonomian nasional dari kebangkrutan. UKM perlu diberdayakan dikarenakan UKM memiliki peran yang sangat besar dalam penyediaan lapangan kerja, mengatasi pengangguran, mengurangi urbanisasi,membantu mempercepat distribusi pendapatan yang adil dan merata, serta memperkuat ketahanan dan keamanan perekonomian nasional. Sriyana (2010) melakukan studi kasus UKM di Kabupaten Bantul. Usaha kecil dan menengah (UKM) memiliki peranan penting dalam perkeonomian lokal daerah, khususnya dalam menggerakkan aktivitas ekonomi regional dan penyediaan lapangan kerja di Kabupaten Bantul. Namun UKM masih menghadapi berbagai masalah mendasar seperti masalah kualitas produk, pemasaran dan sustainability usaha. Kebijakan yang bersifat terobosan diperlukan untuk memotong mata rantai masalah khususnya bidang pengembangan produk dan pemasaran. Regulasi dari pemerintah diperlukan untuk memberikan peluang berkembangnya UKM meliputi perbaikan sarana dan prasarana, akses perbankan
6 dan perbaikan iklim ekonomi yang lebih baik untuk mendukung dan meningkatkan daya saing serta untuk meningkatkan pangsa pasar. Indah (2013) melakukan penelitian tentang keterlibatan lembaga keuangan dengan pedagang kaki lima di Jalan Babakan Raya. Data yang digunakan ialah data primer melalui survei dengan teknik wawancara dan kuesioner serta menggunakan analisis deskripsi statistik, analisis regresi logistik dan analisis regresi liner berganda. Hasil yang didapatkan ialah dari 30 responden, sebesar 77% pedagang telah terlibat dengan lembaga keuangan. Kredit dari lembaga keuangan digunakan untuk konsumsi dan modal usaha. Semakin bertambah modal awal, maka peluang terlibat dengan lembaga keuangan akan semakin kecil. Peluang terlibat dengan lembaga keuangan juga akan semakin kecil apabila omset usaha bertambah. Dalam penelitian pembentukan modal pedesaan Jawa studi kasus dua desa di daerah aliran sungai Jratunseluna, Jawa Tengah, dikaji permasalahan tentang bagaimana surplus produksi, tingkat pendapatan dan modal petani dapat ditingkatkan, faktor-faktor yang mempengaruhi surplus produksi serta pembentukan modal di pedesaan, kondisi sosial ekonomi di pedesaan, dan dinamika sosial yang terjadi dalam pembentukan proses modal baik yang terjadi dalam komunitas maupun dalam keterlibatannya dengan komunitas lain. Permasalahan metodelogis dalam penelitian ini adalah definisi modal dan pembentukan modal (Warsito 1994) Zuliastri (2012) melihat dampak perguliran dana simpan pinjam khusus perempuan (SPP) PNPM Mandiri Perdesaan terhadap perkembangan UMKM: studi kasus Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Penelitian ini menganalisis dampak perguliran dana Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP) terhadap perkembangan UMKM yang dilihat berdasarkan indikator omset usaha, keuntungan dan penyerapan tenaga kerja. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, metode regresi linear berganda dengan menggunakan persamaan simultan dan untuk menduga parameter regresi menggunakan Two-Stage Least Squares (2SLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa program pinjaman bergulir SPP berhasil meningkatkan pendapatan pelaku usaha dengan meningkatkan omset usaha sebesar 36.05%. Selain omset, keuntungan usaha juga mengalami peningkatan sebesar 36.08%. Pinjaman dana bergulir SPP berpengaruh positif dan signifikan terhadap omset usaha. Besarnya jumlah pinjaman yang diperoleh UMKM dipengaruhi oleh jumlah guliran dan omset usaha. Semakin besar nilai omset yang diperoleh, maka semakin besar pula keuntungan usaha. Omset usaha selanjutnya berpengaruh nyata terhadap keuntungan yang diperoleh dan keuntungan usaha berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Kerangka Pemikiran Perkembangan usaha mikro tidak luput dari perkembangan omset. dipengaruhi oleh beberapa faktor. Modal yang menjadi faktor perkembangan usaha juga akan mempengaruhi omset, sehingga akan pengaruh modal terhadap omset usaha. Rangkaian kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut:
Omset utama dilihat dalam
7
Usaha Mikro
Karekteristik
Latar Belakang Pengusaha
Permodalan
Komoditas Usaha
Sumber Modal Awal
Besar Modal Awal
Omset
Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Secara Signifikan Terhadap Omset Gambar 1 Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian Berdasarkan teori dan konsep yang relevan serta hasil penelitian terdahulu tentang pengaruh modal dan faktor lain yang mempengaruhi omset usaha, maka dapat diberikan jawaban sementara atas permasalahan yang ada. Hipotesis tersebut antara lain: 1. Karakteristik sosial ekonomi pengusaha dan usaha mikro akan berpengaruh secara signifikan terhadap pertambahan omset. Faktor tersebut adalah jenjang pendidikan, status pernikahan, komoditas usaha, lama usaha dan total biaya usaha. 2. Jumlah dan sumber modal awal berpengaruh secara siginifkan terhadap pertambahan omset.
Metode Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Jalan Babakan, Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret 2014. Pemilihan responden dilakukan secara purposive sampling yaitu pemilihan yang dilakukan secara sengaja dengan penarikan contoh karena beberapa pertimbangan dan tujuan (Juanda 2009). Pertimbangan responden yang dipilih berdasarkan jenis, komoditas, dan lokasi usaha. Lokasi dipilih di sekitar Jalan Babakan Dramaga
8 sebab daerah tersebut merupakan salah satu pusat usaha mikro di sekitar Kampus IPB Dramaga dengan potensi pasar yang tinggi. Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini digunakan data cross section, yaitu data dikumpulkan pada suatu waktu tertentu yang menggambarkan keadaan pada waktu tersebut (Juanda 2009). Data penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui wawancara dengan mengajukan daftar pertanyaan (kuesioner) atau wawancara langsung yang mencakup karakteristik sosial dan ekonomi responden serta tentang kriteria, omset dan permodalan usaha. Sasaran responden adalah para pemilik usaha mikro di Jalan Babakan Raya dan Babakan Tengah, Dramaga. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Kementerian Koperasi dan UKM. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan metode incidental sampling dalam metode pengumpulan data. Sasaran utama dalam penelitian ini adalah para pelaku usaha mikro di Jalan Babakan Raya dan Babakan Tengah Dramaga. Metode ini dimaksudkan siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti, bersedia diwawancarai, dan dianggap paham mengenai materi yang akan diteliti maka akan dijadikan sebagai sumber data. Sehingga bagi setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sebagai responden. Total responden pada penelitian ini berjumlah 30 responden. Metode Pengolahan dan Analisis Data Regresi Linear Berganda Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Analisis regresi linear berganda merupakan suatu metode yang digunakan untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen yang mempengaruhi variabel dependennya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section. Suatu model dikatakan baik apabila bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), yaitu memenuhi asumsi klasik atau terhindar dari masalah-masalah multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Untuk itu dilakukan uji terhadap model apakah terjadi penyimpanganpenyimpangan asumsi klasik. Uji F-statistic Uji F-statistic digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian secara bersama-sama signifikan mempengaruhi variabel dependen. Nilai F-statistic yang besar lebih baik dibandingkan dengan F-statistic yang rendah. Suatu variabel dikatakan tolak H0 apabila F-statistic lebih besar dari F α(katau Prob(F-statistic) lebih kecil dari α. Jika H0 ditolak, maka artinya 1,NT-N-K) dengan tingkat keyakinan 1-α kita dapat menyimpulkan bahwa variabel
9 independen yang digunakan di dalam model secara bersama-sama signifikan mempengaruhi variabel dependen. Uji t-statistic Uji t-statistic digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Suatu variabel dikatakan tolak H0 jika t-statistic lebih besar dari t α/2(NT-K-1) atau (tstatistic) lebih kecil dari α. Jika H0 ditolak, maka artinya dengan tingkat keyakinan 1-α kita dapat menyimpulkan bahwa variabel independen ke-i secara parsial mempengaruhi variabel dependen Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui error term yang telah terdistribusi normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan cara melihat nilai probabilitas yang dihasilkan. Jika nilai probabilitas lebih besar dari taraf nyata, maka dapat dinyatakan bahwa data menyebar normal. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas merupakan hubungan linear yang kuat antar peubah independen dalam persamaan regresi. Multikolinearitas menyebabkan pendugaan koefisien regresi tidak nyata walaupun nilai R2 besar. Peubah dan Definisi Operasional Dalam penelitian ini digunakan suatu model untuk melihat apakah peubah independen akan mempengaruhi peubah dependen. Pembentukan model ini mengacu pada model Indah (2013) dan Zuliastri (2012) sehingga diperoleh model: Y = βo + β1X1 + β2D1 + β3D2 + β4X2 + β5X3 + β6D3 + β7X4 + ε Dimana: Y βo X1 D1 D2 X2 X3 D3 X4
= Omset (juta rupiah/bulan). = Konstanta = Pendidikan (SD=1, SMA &SMP = 2, D3&S1=3) = Status pernikahan (menikah=1, belum menikah=0) = Kategori usaha (makanan=1, non makanan=0) = Modal awal (juta rupiah) = Lama usaha (tahun) = Sumber modal awal (tabungan sendiri=1, pinjaman=0). = Total biaya (juta rupiah/bulan).
10
Hasil dan Pembahasan Gambaran Umum Lokasi Secara administratif Desa Babakan merupakan salah satu desa dari Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa Babakan merupakan daerah lingkar kampus Institut Pertanian Bogor yang berada di sepanjang jalan raya Kampus Dalam. Sebelah utara Desa Babakan berbatasan dengan Desa Cikarawang, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Balumbang Jaya (Kota Bogor), sebelah selatan berbatasan dengan Desa Dramaga dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Cibanteng (Ciampea). Babakan memiliki empat dusun, dusun pertama memiliki dua RW, dusun kedua memiliki dua RW, dusun ketiga memiliki dua RW dan dusun keempat memiliki tiga RW. Luas administratif Babakan ± 334.384 ha yang secara geografis berupa dataran tinggi pada ketinggian 400 mdpl dengan curah hujan rata-rata 4 561 mm/tahun dan suhu udara berkisar rata-rata 25-30 oC. Lahan tersebut berdasarkan penggunaannya digunakan untuk pemukiman, fasilitas umum, pertanian sawah dan perkebunan (Destriana, 2008). Desa Babakan memiliki jumlah penduduk 8 434 orang dengan jumlah lakilaki sebanyak 4 407 orang dan perempuan sebanyak 4 027 orang. Umumnya penduduk di Desa Babakan bermata pencaharian sebagai pedagang sebanyak 1 315 orang, 1 250 orang menjadi karyawan, 810 orang PNS, 315 orang sebagai buruh dan 653 orang bekerja lain-lain. Sebanyak 6 945 orang merupakan tenaga kerja usia produktif yaitu antara 15-60 tahun. Babakan Raya (Bara) merupakan salah satu wilayah Desa Babakan. Wilayah ini memiliki enam jalan utama yaitu Bara satu, Bara dua, Bara tiga, Bara empat, Bara lima dan Bara enam. Jumlah total populasi keluarga yang berada di enam Rukun Tetangga (RT) di Babakan Raya yaitu 233 keluarga. Daerah Bara merupakan daerah pemukiman yang memiliki rumah kostan dan kontrakan yang lebih banyak ditempati mahasiswa daripada rumah penduduk aslinya. Daerah Bara juga merupakan daerah pusat perdagangan di lingkar kampus IPB. Karakteristik Sosial Ekonomi Responden Responden pada penelitian ini berjumlah 30 pengusaha mikro yang terdiri atas 11 orang perempuan dan 19 orang laki-laki. Pengusaha mikro yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak berada pada komoditas usaha makanan, karena perempuan lebih ahli dalam memasak. Tabel 2 Jenis kelamin responden Karakteristik Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Total Sumber : Data primer, 2014
Jumlah 19 11 30
Persentase 63% 37% 100%
11 Responden mayoritas berada pada usia produktif yaitu usia 20-35 tahun sebesar 50%, usia 36-49 tahun sebesar 33% dan usia di atas 50 tahun sebesar 17%. Tingkat pendidikan mayoritas para pengusaha mikro menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 63%, Tingkat Universitas (D3 dan S1) sebanyak 20% dan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 17%. Pendidikan berpengaruh kepada pola pikir dan cara pandang dalam berusaha. Semakin tinggi tingkat pendidikan pengusaha, maka semakin banyak pengetahuan tentang usaha meliputi jaringan, promosi dan strategi yang dapat diterapkan dalam usaha. Pengusaha mikro yang tingkat pendidikannya lebih tinggi dapat berpikir lebih strategis untuk mengambil keputusan dalam usaha. Tabel 3 Usia dan pendidikan responden Karakteristik Rata-rata Usia (tahun) 38 Pendidikan (tahun) 11 Sumber : Data primer, 2014
Minimum 25 6
Maksimum 72 16
Mayoritas responden telah menikah dengan persentase 87% dan yang belum menikah sebesar 13%. Responden yang belum menikah umumnya tidak memiliki tanggungan lain, berbeda dengan responden yang telah menikah harus menghidupi keluarganya. Diantara responden yang telah menikah, sebanyak 81% mempunyai tanggungan keluarga berjumlah dua sampai empat orang dan sisanya 19% mempunyai tanggungan keluarga berjumlah lebih dari empat orang. Tabel 4 Status pernikahan responden Karakteristik Jumlah Status Pernikahan Menikah 26 Belum menikah 4 Total 30 Sumber: Data primer, 2014
Persentase 87% 13% 100%
Para pengusaha mikro lebih banyak menggunakan jasa sendiri atau keluarga untuk dipergunakan sebagai pekerja dalam membantu usahanya. Sebanyak 73% dari responden memilih untuk tidak menggunakan bantuan pekerja atau mempekerjakan keluarganya, sedangkan sisanya sebanyak 27% lebih memilih untuk merekrut pekerja. Hal ini dikarenakan apabila pekerja mempunyai hubungan kekeluargaan, maka income pegawai dapat dijadikan sebagai income keluarga. Selain itu dengan mempekerjakan keluarga maka akan lebih mudah dalam berkordinasi, rasa saling percaya lebih kuat dan saling membantu dalam hal perekonomian.
12
Gambar 2 Persentase status pekerja dalam usaha mikro Para pengusaha mikro yang diwawancarai merupakan para pedagang yang seluruhnya mempunyai tempat tetap dalam berjualan, sehingga mereka harus mengeluarkan biaya per bulan atau per tahunnya untuk membayar sewa tempat tersebut. Rata-rata sewa tempat yang harus dibayar sebesar Rp915 167 per bulan dengan sewa minimum Rp250 000 per bulan dan sewa maksimum Rp2 084 000 per bulan. Perbedaan harga sewa tempat tergantung pada besar kecilnya tempat dan lokasi yang strategis. Tabel 5 Karakteristik usaha responden Faktor Waktu usaha (jam/bulan) Jumlah pekerja (orang) Lama usaha (tahun) Omset (rupiah/bulan) Total biaya (rupiah/bulan) Modal awal (rupiah) Sumber: Data primer, 2014
Rata-rata 398 1.73 7.10 10 806 667 7 448 297 18 602 333
Maksimum 720 4 18 24 000 000 19 210 000 60 000 000
Minimum 90 1 1 2 000 000 1 310 000 70 000
Rata-rata responden membuka usaha 398 jam per bulan atau sekitar 13 jam sehari. Maksimum waktu usaha adalah 720 jam per bulan atau 24 jam sehari dan waktu minimum usaha 90 jam per bulan atau 3 jam sehari. Pengusaha yang diteliti umumnya membuka usaha mereka pada pagi hari sampai malam hari di setiap hari. Hal ini dilakukan agar omset terus bertambah dan pelanggan tidak kesusahan apabila ingin membeli barang dagangan. Waktu usaha mempengaruhi jumlah pekerja dalam usaha. Rata-rata responden usaha mikro hanya memiliki 1-2 orang pekerja, yaitu dirinya sendiri dibantu dengan orang lain. Hal ini dilakukan agar income pegawai dapat menjadi income usaha. Umumnya kondisi ini terus bertahan selama usaha tersebut berlangsung. Hanya beberapa pengusaha yang menambah jumlah pekerja karena dirasa usaha tersebut berkembang dengan pesat. Berdasarkan penelitian, rata-rata pengusaha telah memiliki usaha tersebut selama 7 tahun. Maksimal usaha telah berjualan selama 18 tahun dan minimum selama 1 tahun. Lama usaha akan berpengaruh kepada penerimaan omset. Rata-rata omset yang diperoleh responden sebesar Rp 10 806 667 per bulan. Maksimum omset yang diperoleh per bulan sebesar Rp24 000 000 dan minimum omset Rp 2 000 000 per bulan. Total biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk
13 membayar sewa tempat, transport, retribusi, pekerja dan bahan baku sebesar Rp7 448 297 per bulan. Modal awal maksimum yang digunakan pengusaha sebesar Rp60 000 000 dan minimum sebesar Rp70 000 dengan rata-rata Rp18 602 333. Komoditas dagangan yang dijual dibagi menjadi dua kategori, yaitu makanan dan non makanan. Komoditas makanan yang dijual beraneka ragam seperti warung nasi, ayam bakar, ketoprak, siomay dan lainnya. Komoditas non makanan lebih beraneka ragam seperti toko kelontong, toko alat rumah tangga, pulsa, dan toko aksesoris. Sebanyak 57% responden mempunyai usaha mikro dengan komoditas makanan dan 43% berada di komoditas non makanan.
Gambar 3 Persentase kategori bidang usaha mikro Usaha mikro dengan komoditas makanan menjadikan para pengusaha tidak hanya berperan sebagai pemilik, namun juga sebagai pekerja dan penjual. Hal ini dikarenakan mereka sendiri yang melakukan proses pengolahan seperti membeli bahan, memasak, dan menyajikan makanan. Pengusaha dalam komoditas makanan umumnya mempunyai keahlian dalam memasak sesuai dagangan yang dijualnya. Dilihat dari rata-rata omset yang diperoleh, mayoritas komoditas makanan memberikan omset yang lebih besar dibandingkan komoditas non makanan. Total biaya komoditas makanan juga lebih besar daripada komoditas non makanan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan makanan merupakan salah satu kebutuhan dasar dari setiap manusia, sehingga manusia selalu membutuhkan dan membeli makanan. Berbeda dengan komoditas non makanan, tidak setiap saat manusia membutuhkan alat rumah tangga atau aksesoris. Jangka pemakaian setiap barangnya pun lama, sehingga pembeli tidak selalu datang dalam jangka waktu yang rutin. Komoditas makanan dalam penelitian ini merupakan makanan berat yang tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama, sehingga strategi yang diterapkan para penjual adalah melihat dan memperkirakan berapa banyak makanan yang dapat mereka jual setiap harinya agar tidak ada kerugian dikarenakan makanan basi tidak dapat terjual. Berbeda dengan kategori non makanan, toko alat kelontong dan alat rumah tangga merupakan barang yang dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama sehingga berbeda pula dalam strategi penjualannya. Mereka lebih memilih menyimpan persediaan barang dan melakukan pembelian dalam jangka waktu yang rutin, sehingga omset yang didapatkan tidak terlalu banyak karena mereka harus menyimpan persediaan barang.
14 Tabel 6 Karakteristik usaha berdasarkan komoditas usaha responden Faktor Rata-rata Maksimum Waktu usaha (jam/bln) Makanan 396 540 Non makanan 390 720 Lama usaha (thn) Makanan 8.07 18 Non makanan 6.36 15 Jumlah pekerja (orang) Makanan 1.8 4 Non makanan 1.57 3 Omset (rupiah/bulan) Makanan 12 113 333 24 000 000 Non makanan 9 821 429 20 000 000 Total biaya (rupiah/bulan) Makanan 8 630 060 19 210 000 Non makanan 6 454 000 17 510 000 Modal awal (rupiah/bulan) Makanan 16 138 000 50 000 000 Non makanan 18 285 714 45 000 000 Sumber: Data primer, 2014
Minimum 180 90 1 2 1 1 3 000 000 2 000 000 1 520 000 1 310 000 70 000 500 000
Perbedaan komoditas berpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan dilihat dari segi pembiayaan tempat. Tempat yang diperlukan dalam berjualan makanan tidak sebanyak tempat yang diperlukan untuk menjual dagangan non makanan. Komoditas makanan hanya membutuhkan tempat untuk menyimpan bahan makanan, memasak dan sedikit tempat untuk meja dan kursi para pelanggan. Komoditas non makanan lebih membutuhkan tempat lebih besar yang dipergunakan untuk mendisplay berbagai macam barang. Posisi tempat yang strategis juga menjadi salah satu hal yang berpengaruh dalam pendapatan omset dan besarnya biaya sewa tempat. Rata-rata komoditas non makanan membutuhkan modal yang lebih besar daripada komoditas makanan. Komoditas non makanan membutuhkan lebih banyak peralatan untuk menunjang mereka dalam berjualan seperti etalase dan rak barang sehingga modal yang dibutuhkan juga lebih besar. Modal yang dibutuhkan komoditas non makanan juga harus mencukupi untuk membeli persediaan barang dagangan. Sebanyak 60% responden berada pada kategori Rp70 000-Rp15 000 000 sebagai modal awal usaha mereka, kategori Rp15 000 001-Rp30 000 000 sebanyak 23%, kategori Rp30 000 001-Rp45 000 000 sebanyak 10%, dan kategori Rp45 000 001-Rp60 000 000 sebanyak 7%. Dilihat dari kecenderungannya, modal awal untuk membuat usaha non makanan lebih besar dibandingkan modal yang diperlukan untuk non makanan. Hal ini dikarenakan untuk kategori non makanan dibutuhkan modal yang besar untuk membeli barang yang nantinya akan disimpan sebagai persediaan penjualan.
15
Gambar 4 Persentase jumlah modal awal usaha mikro Jumlah modal awal berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan omset usaha. Walaupun berpengaruh nyata, tidak selalu modal awal yang besar memberikan omset yang besar pula. Hal ini terlihat bahwa 53% responden yang memiliki usaha mikro modal awalnya lebih besar daripada omset usaha. Sisanya 47% responden modal awal usaha lebih kecil daripada omset usaha. Dapat disimpulkan bahwa modal awal yang besar tidak menjamin akan mendapat omset usaha yang besar pula. Hasil regresi linier menunjukkan jumlah modal awal berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan omset usaha. Modal dan omset saling berhubungan dalam suatu usaha. Modal diperlukan untuk mengembangkan usaha yang nantinya akan meningkatkan omset, sehingga modal awal harus dapat digunakan secara optimal agar omset terus berkembang. Modal awal yang beragam membuat sumber pendanaan modal awal lebih beragam pula. Setelah dilakukan wawancara, para pengusaha mikro lebih memilih untuk menggunakan tabungan sendiri atau dana sendiri daripada meminjam. Modal awal dengan tabungan sendiri membuat resiko yang dihadapi dapat ditanggung sendiri dan tidak mempunyai kewajiban dengan orang lain. Selain itu, modal lebih dapat dikontrol dan dipergunakan sesuai kebutuhan dan keinginan pengusaha tersebut. Sebanyak 60% responden lebih memilih untuk menggunakan tabungan sendiri sebagai sumber pendanaan modal awal, dan sebanyak 40% memilih meminjam sebagai sumber pendanaan modal awal.
Gambar 5 Persentase sumber pendanaan modal awal usaha mikro Jumlah modal awal berpengaruh secara signifkan terhadap perkembangan omset. Artinya seseorang yang ingin membuka usaha harus mempunyai modal
16 yang cukup untuk memulai usaha. Meminjam dapat dijadikan solusi apabila tidak mempunyai modal sendiri yang memadai. Responden lebih memilih meminjam kepada keluarga atau saudara daripada dengan lembaga keuangan seperti bank. Tidak adanya birokrasi, lebih mudah dalam pengembalian, jangka waktu yang lebih fleksibel dan adanya rasa tanggung jawab yang lebih karena kekeluargaan menjadi alasan mengapa responden memilih meminjam kepada keluarga dan saudara. Alasan lain adalah bank akan lebih susah untuk mengeluarkan dana pinjaman kepada pengusaha awal yang baru memulai usaha dikarenakan tidak adanya jaminan yang dapat dipergunakan. Beberapa responden lebih memilih untuk menunda membuka usaha mikro sampai tabungan yang dikumpulkan dirasa cukup daripada harus meminjam kepada lembaga keuangan. Meminjam kepada lembaga keuangan menjadi alternatif terakhir apabila modal yang diinginkan berjumlah besar yang tidak mungkin apabila dikumpulkan sendiri atau dipinjam dari keluarga. Tabel 7 Karakteristik usaha berdasarkan sumber modal responden Faktor Rata-rata Maksimum Omset (rupiah/bulan) Tabungan 10 000 000 22 000 000 Pinjaman 12 016 667 24 000 000 Total biaya (rupiah/bulan) Tabungan 6 747 217 19 210 000 Pinjaman 8 499 917 18 774 000 Modal awal (rupiah) Tabungan 17 472 222 45 000 000 Pinjaman 20 297 500 60 000 000 Sumber: Data primer, 2014
Minimum 2 000 000 3 200 000 1 310 000 1 520 000 500 000 70 000
Berdasarkan tabel 7, usaha dengan modal pinjaman memberikan omset yang lebih besar daripada tabungan sendiri. Hal ini dikarenakan modal pinjaman memberikan motivasi lebih kepada pengusaha untuk mengembangkan usaha. Setelah usaha berkembang maka pengusaha akan lebih mudah untuk mengembalikan pinjaman. Berbeda dengan tabungan sendiri, omset yang didapat akan lebih kecil, dikarenakan resiko yang dihadapi lebih kecil daripada menggunakan modal pinjaman. Modal pinjaman harus menghadapi resiko untuk mengembalikan pinjammannya, sedangkan modal sendiri tidak harus menghadapi resiko tersebut. Dengan modal pinjaman, dana yang digunakan dapat lebih besar dan tersedia dalam waktu yang cepat. Berbeda dengan modal sendiri, dana yang diperoleh terbatas dan waktu pengumpulan dana juga lama tergantung seberapa besar dana yang akan dipergunakan. Pengaruh Modal dan Variabel Lainnya Terhadap Omset Usaha Dengan menggunakan metode regresi linier berganda, maka dari hasil UjiF dapat diartikan bahwa variabel-variabel independen mempunyai pengaruh secara bersamaan terhadap variabel dependen. Nilai R 2 sebesar 97.6 dapat diartikan bahwa 97.6% keragaman omset mampu dijelaskan oleh variabel yang
17 terdapat pada model. Sedangkan sisanya sebanyak 2.4% dijelaskan oleh variabel yang tidak terdapat pada model. Dengan nilai R 2 yang tinggi mengartikan bahwa model fit. Dengan menggunakan Uji-T akan dilihat pengaruh berbagai variabel independen terhadap variabel dependennya. Tabel 8 Koefisien penduga model Peubah Koefisien t-statistik P-Value Konstanta -5.650 -1.58 0.129 Jenjang Pendidikan -2.080 -1.71 0.102** Status Pernikahan -6.723 -5.60 0.000*** Jenis Komoditas Usaha 5.120 3.91 0.001*** Jumlah Modal Awal 0.448 10.49 0.000*** Lama Usaha 0.742 4.53 0.000*** Sumber Modal Awal -1.396 -1.300 0.208* Total Biaya 1.248 14.77 0.000*** 2 R = 0.976 F-hitung = 113.76 Durbin-Watson = 2.141 * : taraf nyata 20% ** : taraf nyata 10% *** : taraf nyata 5% Pada uji normalitas di Lampiran 2 nilai p value(0.040) lebih kecil dari α (0,05) maka dapat diartikan sisaan tidak menyebar secara normal. Pada lampiran 1, seluruh nilai VIF kurang dari 10 sehingga memenuhi asumsi multikolinearitas. Jenjang pendidikan responden berpengaruh nyata terhadap omset usaha pada taraf nyata 10%. Nilai negatif yang didapat menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan responden maka omset yang didapat akan semakin kecil. Hasil ini tidak sama dengan hipotesis yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan pengusaha akan menghasilkan omset yang semakin besar. Hal ini dikarenakan setelah dilakukan penelitian pengusaha dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah cenderung lebih ramah dan lebih komunikatif terhadap pembeli sehingga dapat menarik lebih banyak pembeli. Faktor keluarga yang menjadi pengusaha secara turun temurun juga berpengaruh karena mendapat keahlian dan ilmu berdagang dari orang tua atau saudara yang telah lebih dulu menjadi pengusaha. Hasil uji-t pada peubah status pernikahan diperoleh p-value X2 sebesar 0.000 dan lebih kecil dari α = 0.05. Hal ini dapat diartikan bahwa status pernikahan responden berpengaruh nyata terhadap omset usaha pada taraf nyata 5%. Tanda negatif menunjukkan omset pada responden yang belum menikah lebih besar daripada omset responden yang telah menikah. Komoditas usaha responden berpengaruh secara nyata terhadap omset usaha dilihat dari hasil uji-t pada taraf nyata 5%. Responden dengan komoditas usaha makanan memiliki omset yang lebih besar daripada responden dengan komoditas non makanan seperti toko kelontong dan alat rumah tangga. Rata – rata komoditas makanan memiliki omset Rp12 133 333 per bulan sedangkan komoditas non makanan memiliki omset Rp 9 821 429 per bulan. Jumlah modal awal usaha responden berpengaruh nyata terhadap omset usaha pada taraf nyata 5%. Besar koefisien X4 sebesar 0.448 mengartikan bahwa setiap peningkatan jumlah modal awal usaha sebesar satu juta rupiah maka akan meningkatkan omset usaha sebesar Rp448 000 per bulan dengan asumsi cateris
18 paribus. Menurut Fitanto (2009) faktor modal berpengaruh secara signifikan terhadap omset usaha. Lama usaha responden berpengaruh nyata terhadap omset usaha pada taraf nyata 5%. Besar koefisien X5 sebesar 0.742 yang berarti bahwa setiap peningkatan satu tahun lama usaha maka akan meningkatkan omset usaha sebesar Rp742 000 per bulan dengan asumsi cateris paribus. Hasil tersebut sesuai dengan Pratiwi (2013), yaitu usia usaha mempengaruhi omset usaha mikro secara signifikan. Semakin lama responden berjualan sebagai maka omset yang dapat diperoleh semakin besar. Sumber modal awal usaha berpengaruh nyata terhadap omset usaha pada taraf nyata 20%. Total biaya usaha berpengaruh nyata terhadap omset usaha pada taraf nyata 5%. Besar koefisien X7 sebesar 1.248 yang berarti setiap peningkatan biaya usaha sebesar satu juta rupiah maka akan meningkatkan omset sebesar Rp1 248 000 per bulan dengan asumsi cateris paribus.
PENUTUP Simpulan Usaha mikro di Jalan Babakan Raya Dramaga terdiri dari berbagai macam komoditas seperti makanan berat, makanan kecil, toko kelontong, pulsa dan alat rumah tangga. Rata-rata jenjang pendidikan para pemilik usaha mikro berada di tingkat menengah yaitu SMP dan SMA. Selain itu para pemilik usaha mikro ratarata berada pada rentang usia produktif 20-35 tahun, sehingga usaha mikro dapat ditekuni dengan sungguh-sungguh dalam usia yang produktif. Usaha yang dirasa paling menguntungkan adalah usaha mikro dengan komoditas makanan. Omset usaha dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenjang pendidikan, status pernikahan, komoditas usaha, jumlah modal awal, sumber modal awal, usia usaha, dan total biaya usaha. Komoditas usaha, lama usaha dan total biaya berpengaruh secara positif sedangkan jenjang pendidikan, status pernikahan berpengaruh secara negatif. Besarnya modal awal berpengaruh secara positif terhadap pertambahan omset. Modal awal usaha dalam penelitian ini besarnya beragam sesuai dengan komoditasnya. Sumber pendanaan modal awal lebih banyak berasal dari tabungan sendiri daripada pinjaman. Hal ini dikarenakan para pengusaha mikro merasa lebih aman jika usahanya dimodali oleh tabungan sendiri. Saran . Bagi pemerintah, kredit usaha mikro harus lebih dipermudah dalam proses pengajuannya agar calon pengusaha dapat lebih mudah mengajukan kredit usaha. Pinjaman tersebut dapat dijadikan sebagai modal awal atau untuk mengembangkan usaha.
19
DAFTAR PUSTAKA Amirullah ,Hardjanto I. 2005. Pengantar bisnis, edisi pertama. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. Ardiana N. 2011. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi laba usaha mikro di pasar tradisional kota Binjai [tesis]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara. Destriana A.2008. Perilaku konsumsi susu pada konsumen keluarga di wilayah Babakan, Kecamatan Dramaga, Bogor. Bogor (ID): Fakultas Peternakan. Indtitut Pertanian Bogor. Dirlanudin. 2008. Paradigma baru pengembangan usaha kecil [jurnal]. Jurnal Ilmiah Niagara 1, no. 2 (2008): 47-67 Fitanto B. 2009. Analisis omset dan posisi bersaing pada klaster usaha kecil menengah (UKM) sepatu kota Mojokerto [jurnal]. Journal of Indonesian Applied Economics. Vol 3 No 1. Mei 2009 23-36 Hill, Hal. Small and medium enterprises in Indonesia: old policy challenges for a new administration [jurnal]. Asian Survey XLI, no. 2 (April 2001): 248-270. Indah MN. 2013. Determinan keterlibatan dengan lembaga keuangan dan tingkat kredit pedagang kaki lima (studi kasus di Jalan Babakan Raya, Dramaga) [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Ilmu Ekoonomi. Institut Pertanian Bogor. Juanda B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. Bogor (ID) : IPB Press. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2000. Jakarta (ID) : Balai Pustaka. Kasmir. 2007. Bank dan lembaga keuangan lain, Edisi enam. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada. Kementerian Negara Koperasi dan UKM. 2012. [internet]. [diunduh pada 24 Maret 2014]. Tersedia dari: www.kemenkop.go.id Manikmas M, Oka A. Potensi pengembangan UKM dalam era otonomi daerah [jurnal]. SOCA 3, no. 1 (2003): 1-16. Mardiyatmo. 2008. Kewirausahaan. Jakarta (ID): Yudhistira. Munizu M. 2010. Pengaruh faktor-faktor eksternal dan internal terhadap kinerja usaha mikro dan kecil (UMK) di Sulawesi Selatan [jurnal]. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, vol.12, no.1, Maret 2010, 33-41 Nugraha LA. 2011. Pengaruh modal usaha, tingkat pendidikan, dan sikap kewirausahaan terhadap pendapatan usaha pengusaha industri kerajinan perak di Desa Sodo Kecamatan Paliyan Kabupaten Gunung Kidul [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Negeri Yogyakarta. Pratiwi K. 2013. Analisis dampak penataan dan faktor-faktor yang mempengaruhi omset pedagang kaki lima di Kota Bogor (periode tahun 2012-2013) [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Ilmu Ekonomi. Institut Pertanian Bogor Sandiaga. 2013. Pemberdayaan usaha mikro tak layak pakai bank [internet]. [diunduh pada 22 Juni 2014]. Tersedia dari http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id =302:pemberdayaan-usaha-mikro-tak-tepat-pakai-bank-&catid=54:bind berita-kementerian&Itemid=98 Sindo trijaya. 2013. Sektor UMKM menyerap 97,3% dari total tenaga kerja Indonesia. [internet]. [diunduh pada 20 Juni 2014]. Tersedia dari
20 http://www.sindotrijaya.com/news/detail/3910/sektor-umkm-menyerap-973 dari-total-tenaga-kerja-indonesia#.U6Pux6MRS_I Sriyana J. 2010. Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM): Studi Kasus di Kabupaten Bantul [jurnal]. Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif. Sukidjo. 2004. Strategi Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah [jurnal]. Ekonomi & Pendidikan, Volume 2, Nomor 1, Agustus 2004. Waluyo. 2013. Teori Produksi dan Biaya [internet]. [diunduh pada: 16 Juli 2014]. Tersedia dari: http://ekonomilmu.blogspot.com/2013/01/teori-produksi-danbiaya.html Warsito R. 1994. Pembentukan modal di pedesaan jawa studi kasus di dua desa di DAS Jratunseluna [jurnal]. Salatiga (ID): Program Pascasarjana. Jurnal Universitas Kristen Satya Wacana Nomor 3 Th. VIII, Januari-Maret 1994, 19-32 Zuliastri F. 2012. Dampak perguliran dana simpan pinjam khusus perempuan (SPP) PNPM Mandiri Perdesaan terhadap perkembangan UMKM : studi kasus Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak Provinsi Banten [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Ilmu Ekonomi. Institut Pertanian Bogor.
21
Lampiran Lampiran 1 Analisis Regresi Pendidikan Status pernikahan Komoditas usaha Jumlah modal awal Lama usaha Sumber modal awal Total Biaya Omset (bulan)
X1 D1 D2 X2 X3 D3 X4 Y
The regression equation is Y = - 5.65 – 2.08 X1 – 6.72 D1 + 5.12 D2 + 0.448 X2 + 0.742 X3 – 1.40 D3 + 1.25 X4
Predictor Constant X1 D1 D2 X2 X3 D3 X4
Coef -5.650 -2.080 -6.723 5.120 0.44767 0.7418 -1.396 1.24842
SE Coef 3.567 1.214 1.201 1.308 0.04267 0.1636 1.073 0.08450
T -1,58 -1,71 -5,60 3,91 10,49 4,53 -1,30 14,77
S = 0.997217 R-Sq = 97.6% R-Sq(adj) = 96.7%
Analysis of Variance Source Regression
DF 7
SS 791.92
MS 113.13
Residual Error Total
20 27
19.89 811.81
0.99
Durbin-Watson statistic = 2.14128
F 113.76
P 0.000
P 0.129 0.102 0.000 0.001 0.000 0.000 0.208 0.000
VIF 5.7 2.3 3.5 2.1 5.2 2.6 1.7
22 Lampiran 2 Korelasi Parsial Antar Variabel X1 0.042 0.833
D1
D2
0.371 0.052
0.091 0.645
X2
0.532 0.004
-0.182 0.354
0.189 0.334
X3
-0.364 0.057
0.347 0.070
-0.180 0.359
-0.537 0.003
D3
-0.261 0.180
-0.300 0.121
-0.062 0.754
-0.020 0.919
-0.097 0.624
X4
0.466 0.013
-0.139 0.480
0.098 0.620
0.475 0.011
-0.445 0.018
-0.266 0.171
Y
0.517 0.005
-0.180 0.360
0.211 0.282
0.706 0.000
-0.352 0.066
-0.233 0.233
D1
D2
X2
X3
D3
X4
0.839 0.000
Lampiran 3 Uji Normalitas Probability Plot of Residual Normal
99
Mean StDev N KS P-Value
95 90
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
-15
-10
-5
0
5 RESI2
10
15
20
0.2987 5.987 28 0.172 0.040
23 Lampiran 4 KUESIONER PENELITIAN Nomor Responden Tanggal wawancara Nomor Telepon
: ……………………….....……………… :……………………….....……………… :..............................................................
I. Identitas Responden 1. Nama Umur 2. Pendidikan 3. Status Perkawinan 4. JumlahAnggota Keluarga 5. JumlahTanggunganKeluarga 6. Pekerjaan Utama Jumlah Penghasilan 7. Pekerjaan Sampingan Jumlah Penghasilan 8. Pengeluaran Keluarga Makan total 1 hari Pendidikan bulanan Angsuran bulanan Transportasi
II.
Penjelasan Usaha 1. Komoditas 2.
Lokasi usaha
3.
Omset Mingguan Bulanan Tahunan
4. 5.
Jadwal Usaha Biaya Tempat Transport Retribusi Bahan pokok
24
Pekerja (jumlah dan hubungan) Lain-Lain
III.
Modal 1. Jumlah Modal Awal
2.
Sumber Modal Awal Jelaskan alasan
Digunakan untuk apa saja
3.
Jumlah Modal Tambahan (jika ada)
4.
Sumber Modal Tambahan (jika ada)
Lampiran 5 No
Nama
Jenis
Usia
Kelamin
Jenjang
Status
Pendidikan
Pernikahan
Jumlah Anggota Keluarga
Komoditas
Waktu Usaha
Jumlah
Lama
Usaha
(Bulan)
Pekerja
Usaha
Omset
Total
Modal
Sumber Modal
Biaya
Awal
Awal
1
Ali
L
31
D3
Belum
1
Toko Alat Tulis
390
2
2
18000000
9755000
45000000
Tabungan Pribadi
2
Firnanda
P
25
D3
Menikah
2
Aksesoris
390
2
2
15000000
12885000
30000000
Tabungan Pribadi
3
Sri
P
27
S1
Menikah
4
Pakaian
390
3
4
10000000
7204000
40000000
Pinjaman
4
Ian
L
31
D3
Menikah
2
Makanan
510
4
1
24000000
13035000
50000000
Pinjaman
5
Yanto
L
25
SD
Belum
1
Makanan
360
2
2
15000000
13604000
15000000
Tabungan Pribadi
6
Joyo
L
40
SMP
Menikah
3
Toko Pulsa
210
1
4
20000000
17510000
5000000
Pinjaman
7
Ami
P
50
SMP
Menikah
6
Toko Mainan
720
1
15
6000000
3410000
15000000
Pinjaman
8
Hendra
L
37
SMA
Menikah
3
Makanan
540
1
6
22000000
19210000
25000000
Tabungan Pribadi
9
Maman
L
32
SD
Menikah
2
Makanan
540
2
10
6000000
5200000
1500000
Tabungan Pribadi
10
Zaidah
P
44
SMA
Menikah
2
Makanan
210
3
1
17500000
11604900
11000000
Tabungan Pribadi
11
Hendri
L
40
S1
Menikah
4
Toko Elektronik
90
2
5
4000000
2099000
10000000
Pinjaman
12
Sartono
L
37
S1
Menikah
4
Makanan
240
1
12
20000000
18774000
15000000
Pinjaman
13
Narti
p
52
SMA
Menikah
3
Toko Kelontong
540
1
14
2000000
1850000
6000000
Tabungan Pribadi
14
Narti
L
37
SMP
Menikah
3
Makanan
330
2
12
15000000
11515000
7000000
Pinjaman
15
Bundo
P
48
SMA
Menikah
4
Makanan
390
1
13
5000000
3124000
4000000
Tabungan Pribadi
16
Soleh
L
72
SD
Menikah
7
Toko Kelontong
420
1
10
3500000
1500000
500000
Tabungan Pribadi
17
Nasripin
L
50
SD
Menikah
5
Makanan
390
1
18
6000000
1520000
70000
18
Woro
L
30
SMP
Menikah
2
Toko Komputer
330
1
7
18000000
15165000
25000000
19
Titin
P
34
SMP
Menikah
4
Makanan
360
1
15
3200000
2550000
3000000
Pinjaman Tabungan Pribadi Pinjaman
2 No
Nama
Jenis
Usia
Kelamin
Jenjang
Status
Pendidikan
Pernikahan
Jumlah Anggota Keluarga
Komoditas Usaha
Waktu Usaha
Jumlah
Lama
(Bulan)
Pekerja
Usaha
540
2
8
240
3
Omset
Total
Modal
Sumber Modal
Biaya
Awal
8000000
6399000
15000000
Tabungan Pribadi
6
16000000
5870000
15000000
Pinjaman
Awal
20
Ida
P
33
SMA
Menikah
4
21
Nurmawan
L
37
SMP
Menikah
3
Makanan Toko Alat Rumah Tangga
22
Solihat
L
46
SMA
Menikah
4
Toko Kelontong
210
1
10
6000000
1310000
30000000
Tabungan Pribadi
23
Zainal
L
30
SMA
Menikah
3
Makanan
540
1
10
10000000
2620000
30000000
Tabungan Pribadi
24
Dede
L
34
SMP
Menikah
4
Makanan
180
1
8
12000000
3115000
35000000
Tabungan Pribadi
25
Tono
L
35
SMA
Menikah
2
Toko Pakaian
540
1
5
6000000
4199000
20000000
Tabungan Pribadi
26
Nanda
P
34
SMA
Menikah
2
Mainan
540
3
3
5000000
3642000
60000000
Pinjaman
27
Yulis
P
52
SMP
Menikah
3
Pakaian
450
1
2
3000000
2834000
7500000
Tabungan Pribadi
28
Trianto
L
26
SMA
Belum
1
Makanan
360
1
4
3000000
2310000
7000000
Tabungan Pribadi
29
Wiwi
P
44
SMA
Menikah
6
450
4
1
15000000
14870000
23500000
30
Dani
L
34
SMA
Belum
1
Makanan Toko Alat Rumah Tangga
540
2
3
10000000
4765000
7000000
Pinjaman Tabungan Pribadi
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 Agustus 1992. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Alan Hermanto dan Yati Sawitri. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Kaliabang Tengah 3 pada tahun 2004 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2007 di SMP Negeri 5 Bekasi. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Negeri 36 Jakarta diselesaikan pada tahun 2010. Penulis diterima pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB pada tahun 2010. Selama mengikuti pendidikan di Institut Pertanian Bogor penulis tercatat sebagai pengurus UKM Paduan Suara IPB Agria Swara pada divisi Pengembangan Sumberdaya Manusia (2012) dan menjabat sebagai Presidium (2013). Penulis pernah mengikuti “Lomba Paduan Suara Lagu Perjuangan ke-4” pada tahun 2011 di Universitas Tarumanegara, Jakarta , kompetisi “ The IV Harald Andersen Chamber Choir Competition” di Helsinki, Finland pada tahun 2012, kompetisi “The 50th Montreux Choral Festival” di Montreux, Switzerland dan “The 60th Fleischman Choir Festival” di Cork, Ireland pada tahun 2014. Penulis juga aktif dalam kepanitiaan “Bogor Art Festival” dan “Gebyar Nusantara IPB” pada tahun 2011. Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di IPB, Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Pengaruh Modal Awal terhadap Omset Usaha Mikro di Dramaga, Bogor. Penulisan skripsi ini dibawah bimbingan Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc.Agr.