Bul. Agron. 25(1): 1-7 (1997)
PENGARUH JUMLAH BUKU TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK CABANG BAMBU BETUNG, ANDONG, TEMEN, AMPEL mJAU, AMPEL KUNING, ORI, TALI DAN HIT AM PADA KUL TUR AIR (The effect ~f nodes number on the branch cutting growth in water culture of Dendrocalamus a.\per, Gigantochloa p.\'eudoarundinacea, G. atter, green and yellow Bambusa vulgaris, B. bamboos, G. apu.\'and G. atroviolacea) Sandra Arifin Aziz1) daD Adiwirmanl) ABSTRACT ()ne and two nodes (if branch cuttings were use as vegetativepropagation material in water culture, ~'hich i.\'the dipping qf all the nodes of branch cuttings in the water. Experiment was carried out on eight hamhoo species: Dendrocalamus asper, Gigantochloa p.\'eudoarundinacea,G. atter, Bambusa vulgaris g-reenand yellow, B. hamboos, G. apu.\'and G. atroviolacea, with one and two nodes branch cutting-so On/)' three .\'pecieshad been propagated successfully by this method, which were green and ye/lo~' B. vulg-ans cmJ (/. apus. No significant growth difference was observed betweeenone and two nodes branch culling-.\'. Growth percentage of green B. vulgari.s on experiment J,2 and 3, yellow B. vulgaris an,! (;. ap'(,\.were ./0, 56.25, 55, 30 and 9.38% re~pectively. RIN G KA~AN Setek cabang berbuku satu clan dua dipakai sebagai bahan ;perbanyakan vegetatif pacta kultur air, yaitu dengan cara merendam buku-buku dari setek-setektersebut dalam air. Percobaan dilakukan pada delapanjenis bambu, yaitu betung (Dendrocalamus a~per), andong (Gigantochl(Japseudoarundinacea), temen «(j. aller). ampel hijau (Bambu~'avulgaris green) and ampel rolling (Bamhusa vulgaris yellow), Ori (R, hamh()().\').tali «(,. apu~')dan hitam (G. atroviolaceae), denganjumlah buku satu clandua. Oari kedelap.m .Jenis bambu yang dicoba, yang berhasil tumbuh adalah bambu hijau, ampel kuning dan tali Setek satu dan dua buku tidak menunjukkan perbedaanpertumbuhan. Persentasetumhuh untuk ketiga bambu tersebut berturut-turut untuk ampel hijau pactaPercobaan 1,2 daD 3, ampel kuning clantali adal.lh 40. 56.25,55,30 and 9.38%, .
PENDAHULUAN Bambu merupakan tanaman rumput berkayu dengan pertumbuhan yang cepat dan berkadar selulosa tinggi (Banik, 1980), Penyebarannya di daerah tropls. sub tropis dan beriklim sedang. ~Ienurut Sharma (1980) terdapat kurang lebih 1250 spesies dari 75 genus yang tersebardi berbagaitempat di dunia dan 9 genus diantaranyayang meliputi 31 spesiesdilaporkan tumbuh di Indonesia.
Pactapertemuan nasional Strategi Penelitian Bambu (Yayasan Bambu Lingkungan Lestari, 1994) ditetapkan 12 spesiesbambu yang merupakan indikator prioritas di Indonesia, yaitu Bambu~'a blumeana, B. vulgaris, B. alter, B. heterostachyum, DenJrocalamu~' a~per, Gigantochloa apus, G. atroviolaceae, G. pseudoarundinaceae, G. balui, G. atter, G. .\'cortechinii dan ..S'chizotachyum gallingeri. Kedua betasjenis bambu ini masih belum diketahui cara perbanyak'an secaravegetatif dengan baik.
I) Slal'I'I:II~arar .Itll.usanRudidava PeI1,mian,Faperta IPH
I
Bul. Agron. 25(1): 1-7 (1997)
Perbanyakan vegetatif dengan menggunakan rimpang berpuluh sepanjang 1 m (offset) memberikan keberhasilan tumbuh yang tinggi, tetapi memiliki kelemahan yaitu bahan tanaman terlalu besar, sehingga menyulitkan dalam transportasi, sulit dalam pemisahannya dengan rumpun, rumpun dapat menjadi rusak clan jumlah yang dapat digunakan dari setiap rumput sedikit. Cara lain adalah dengan menggunakan setek buluh clan setek cabang (Hasan, 1980), cangkok clankulturjaringan (PROSEA, 1995). Menurut White (1948) keuntungan menggunakan setek cabang adalah : (I) memanfaatkan cabang bambu yang dibuang ketika penebangan,(2) mudah dalam transportasi, (3) persediaan lebih banyak clan (4) relatif sedikit menggunakantenaga kerja Penggunaan cabang bambu sebagai bahan perbanyakan tanaman sampai sekarang memberikan basil yang kurang memuaskan. Hasan (1980) menyatakan bahwa keberhasilan tumbuh setek cabang bambu betung kurang dari 1%. Manurung (1991) clan Indrasmoro (1993)
dua terhadap keberhasilan tumbuh setek cabang pada kultur air. BAHAN DAN METODA Percobaan 1. Dilakukan pada bulan Oktober sampai Nopember 1994, di Kebun Percobaan Institut Pertanian Bogor Cikarawang. Bahan yang digunakan adalah setek cabang bambu: (I) temen (G. after), (2) betung (D. asper), (3) andong (G. pseudoarundinacea), (4) ampel hijau (B. vulgaris) clan(5) tali (G. apus). Percobaan 2. Dilakukan pada bulan Oktober sampai Nopember 1995, di Kebun Percobaan Institut Pertanian Bogor Cikarawang Bahan yang digunakan adalah setek cabang bambu: (I) ampel hijau (B. vulgaris), (2) tali (G. apus) clan(3) hitam (G. afroviolacea). Percobaan 3. Dilakukan pada bulan Oktober sampai Nopember 1995, di Kebun Percobaan Institut Pertanian Bogor Cikarawang. 'Bahan yang digunakan adalah setek cabang bambu: (I) ~pel hijau (B. vulgaris), (2) ampel
menyatakan bahwa perbanyakan dengan menggunakan setek cabang bambu belling dapat di-
kuning (B. vUlgaris) clan (3) bambu ori (B. hamboos).
katakan gagal semua. Syahnan clan Kosasih (1989) juga menyatakan bahwa keberhasilan tumbuh setek cabang bambu ampel kuning (Bamhusa vulgari.')') mencapai 45.45% clan bambu betting 0% Aziz ef al. (1991) melaporkan bahwa setek cabang bambu belling yang berdiameter clan berbonggol besar yang ditanam da1am tanah, memberikan persentase tumbuh 38.] %. Tampak ada perbedaan antara jenis bambu dalam keberhasilan tumbuh setek cabang sebagaibahan perbanyakantanaman di tanah. Pada percobaan Hutasoit (1994) dilakukan perbanyakandengan menggunakan setek cabang bambu ampel kuning clan beberapajenis bambu lain pada kultur air, persentasetumbuh tunastertinggi terdapatpada ampel kuning, yaitu 69.2% clan persentasetumbuh 23.3%. Setek cabang yang digunakan berdiameter < ] cm. Pada tiga percobaan yang dilakukan ini, ingin diketahui pengaruhjenis bambu ampel hijau, ampel kuning, ori, tali, hitam, betung, temen, andong clanjumlah buku setek cabang satu clan
Setiap satuanpercobaanmenggunakan20 setek cabang dengan 4 kali ulangan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial. Faktor pertama adalah jenis bambu sesuai dengan nomor percobaanclan faktor kedua adalahjumlah buku setek cabang,yaitu satu clandua b1.'ku. Sete~ diambil dari cabang muda yang pertumbuhannyarelatif seragam dengan diameter setek maksimum (sekitar 2 'cm untuk semua jenis bambu, sedangkan untuk bambu hitam lebih kurang 1 cm, yang merupakan diameter maksimum yang ditemukan) clan mempunyai cabang sekunger. Jumlah buku yang digunakan adalah satu clandua. Setelah semua bahan tersedia, setek tadi direndam dalam air di ember clan diatur agar bagian buku terendam. Setelah itu, ember diletakkan pada bagian yang ternaungi clan air diganti setiap dua hari sekali. Air yang "dipakai adalahair sumur. Pengamatan yang dilakukan setiap minggu meliputi: (1) waktu keluar akar adalah,
SandraAritin Aziz clanAdiwinnan
2
Bul. Agron. 25(1): 1-7 (1997)
500;0jumlah setek keluar akar, (2) waktu keluar tunas adalah, 50% jumlah setek keluar tunas, (3) jumlah akar adalah, jum1ah akar primer yang keluar dari illata pada buku setek cabang, (4) jumlah tunas adalah, jumlah tunas yang keluar dari illata pada buku setek cabang, (5) panJang akar adalah, akar terpanjang dari setiap setek cabangclan (6) panjang tunas. Pada akhir percobaandiamati: (1) persentase setek hidup, yaitu setek yang berakar clan bertunas, (2) bobot kering akar adalah, bobot kering akar yang telah dlpIsahkan clan setek cabang clan (3) bobot kering tajuk adalah, bobot kering tajuk yang telah dipisahkan dari setek cabang.
Jumlah akar setek cabang bambu ampel terbanyak (4.01), sedangkan bambu temen tidak tumbuh. Sampai akhir pengamatan bambu ampel masih mengalami pertumbuhan yang pesat (6.15 cm). Bambu betting, andong, clan tali menunjukkan penurunan pertumbuhan yang disebabkan oleh kematian clan tidak tumbuhnya tunas, sedangkan bambu temen tidak tumbuh akarnya. Persentasebertunas clan berakar dapat dilihat pada Tabel1. Terdapatinteraksi antarajenis batnbu clan jumlah buku pada bambu ampel clan temen daTi minggu ke-3 sampai ke-6 untuk jumlah setek cabangyang bertunasclandaTiminggu ke-4 sampai ke-6 untuk panjangtunassetekcabang(Tabel2). Tunas clan akar pada setek satu buku G. aller, D. asper, G. pseudoarundinaceaclanG. apus tidak tumbuh. Padaseteksatudartdua buku hanya B. vulgaris yang berakarclanbertunas. PadaTabel 3 dapatdilihat bobot kering akar clantunas.
HASIL Pel'cobaan 1. Percobaan dilakukan sebanyak dua kali pada G. atter, D. asper, G. pseudoarundinacea,
B. vulgaris dan G. apus. Padapercobaanpenda-
,huluan terlihat bahwa kecendrungan bahan setek berdiameter >2 cm mempunyai harapan tumbuh yang lebih baik. Tabell.
.
Pel' cobaan 2
Percobaan2 dilakukan pada bambu am; pel (B. vulgaris), bambu tali (G. apus) clan bambu hitam (G. atroviolacea). Bambu hitam
PersentaseBertunas clanBerakar pada Setek Satu Buku clanDua Buku dari Minggu 1 sampai dengan6 pada4 Jenis
Minggu Pengamatan
~
.
'
Betung (D. asper)
Andong (G.pseudoarudinaceae)
1 buku
2 buku
1 buku
1 2 3 4 5
-
-
5.00
-
-
-
-
6
-
1
Temen (G.alter)
2 buku 1 buku Persen bertunas\
Ampel (B. vulgaris)
2 buku
1 buku
6.25
-
2.50
5.00
7.50
-
2.50
3.75
5.00
5.00 -
2.50 -
-
-
-
-
-
2.50 6.25 5.00 500
16.25 28.75 45.00 48.00
7.50 11.25 26.25 31.25
-
0.00
0.00
1.25
-
-
0.00
0.00
2 3 4 -"
-
0.00 0.00 .I.25 2.50
1.25 -
1.25 2.50 3.75'" 3.75
-
-
8.75 32.50 68.75 45.00
5.00 750 11.25 26.25
6
-
1.25
-
2.50
-
-
48.00
3125
Persenberakar
0.00
2 buku
0.00
.-
Keterangan: (-) adalahsetekcabangyangtidak tumbuhatautumbuhkemudianmati
Pcngnruh Jumlnh Buku ..
3
Bul. Agron. 25(1): 1-7 (1997)
Tabel 20 lnteraksi Jenis Barnbu dan Jurnlah Buku .terhadap Jumlah Tunas per Setek dan Panjang Tunas pada 5 Jenis Barnbu Minggu ke-3 sid ke-6 Jenis Bambu
Minggu -- ke3 -..
1 buku G. atter
~_:---~~ O.OOc
D. asper O.OOc G.po..eudf)arudinaceae0.03c B. vulgaris 0.21a (i. apus O.OOC
-
4
5
6
-..
1 buku
-..
2 buku
1 buku
2 buku
1 buku
2 buku
~-~~~~~ 0.03c
~-~-~~~~ O.OOc
0.08c j~rnlah
tunas O.OOc
0.08c
O.OOc
2 buku 0.06c
O.OOc 0.03c
O.OOc O.OOc
O.OOc O.OOc
O.OOc O.OOc
OOOc O.OOc
O.OOc O.OOc
0008a
0.40a
O.llb'
0.80a
0.45a
0.91a
O.OOC
O.OOC
O.OOC
O.OOc
O.OOc
O.OOc
O.OOc O.OOc 0.49a O.OOc
(i.atter
-
-
OoOOC 0.06c Panjang lrunas O.OOc
0.12c
O.OOc
0.13c
Doasper
-
-
O.OOC
O.OOC
O.OOc
O.OOc
O.OOc
O.OOC
(; p...eudf)aruflina('eae B. vulgaris G.apus -
-
O.OOc 0.09a O.OOc
O.OOC 0.23b O.OOC
O.OOC 2.17a O.OOc
O.OOC 0.56b O.OOc
O.OOC 3.34a O.OOC
O.OOc 1.06b O.OOc
2. Angka-angka yang diikuti oleh huruf-huruf yang berbeda pada kolorn yang sarna rnerupakan pengaruh faktor tunggal yang nyata berbeda pada uji BNT 5 % hanya tumbuh tunas sarnpai dengan rninggu ke-3 yaitu 0.01 clan 1.00 buah tunas per setek berturut-turut untuk setek satu clandua buku. Panjang tunas tersebut adalah 0.01 crn (satu buku) clan 0.05 cm (dua buku). Akibat akar tidak tumbuh, pada minggu ke-4 tunas-tunasyang telah tumbuh tidak dapat berkembangdan mati. Barnbu ampel hijau lebih baik tumbuhnya dibandingkan dengan bambu tali. Persentase setek hidup bambu ampel hijau adalah 56.25%, sedangkan bambu tali 938% Oemikian pula bambu ampel hijau lebih baik dibandingkan dengan bambu tali untuk jumlah akar, panjang akar, jumlah tunas, panjang tunas clan bobot kering tunas (Tabel 4) 1nteraksi antara jenis bambu clanjumlah buku mempengaruhi panjang akar, jumlah tunas
.' clan panjang'itunas Nilai tertinggi clan terendah berturut-tun1t dicapai oleh bambu ampel hi.iau dua buku, ampel hljau satu buku, bambu tali dua buku, clan bambu tali satu buku untuk ketiga peubah di atas. Semua peubah yang diamati berkorelasi positif clansangatnyata. !
Percobaan 3 Percobaan dilakukan pada bambu hijau (B. vulgari~'), ampel kuning (B. vulgaris) clan ori (B. bamboos). Bambu ori tidak dapat diperbanyak dengan menggunakan setek cabang pada kultur air. Tunas tumbuh sampai dengan akhir pengamatan,tetapi akar sarna sekali tidak tumbuh (Tabel 5).
Tabel 3. Bobot Kering Akar clanTunas per Setek pada AkhirPengamatan pada .';;Jenis Bambu -
.
Jenis Bambu
G.atter
-.,;Olf'
D. asper (,',p\f'udf)ffrudinf/('eae
B. vu/J:ari.s (i. apus .
-
Bobot kering (g)
;,
Akar -,
1 buku
Tunas
2 buku
1 buku
.
.
2-buku --
0.00 0.00
0.00 0010
0.00 0.00
0.09
000 0.72 0.00
0.02 0.16 0.10
0.00 0.39 0.00
0.00 0.16 0000
SandraAritin Aziz dan Adiwirman
0.00
4
Bul. Agron. 25(1): 1-7 (1997)
Tabel 4. Hasil PengamatanPeubahTunas, Akar clanTajuk pada 2 Jenis Bambu . Rambu Jems B. vu,,~ar;.\"
~
--- .
1 buku 4.59
-- -
Jumlah buku 2 buku Jumlah 549 akar
Rata-rata 5.26A-
G. apll.\ B. vulgar;,\.
0.31 1.74a
0.70 Panjang 4.31a akar (cm)
0.51B 3.02A
G. apu.\
0.22c
049B
B. vul.1,1arl.\
4.01b
0 77bc Jumlah 6.91a tunas
(j. apllJ B. vulgarlJ
0.93c 4.39b
1.41c Panjang 10.74a tunas (cm)
1.71B 757A
G. aptlJ B. vulgarlJ
1.48b 51.25
206b Persen 61.25 setek hldup
1 778 56.25A
G.apuJ B. vulgar;J
5.00 0.57
1375 Do bot kering 1.38 tunas (g)
9.38B 0.98A
5.46A
G. apu.\'Keterangan: -
0.32 : 0.28 0.30B Angka-angka yang diikuti oleh huruf-huruf besar yang berbeda pada kolom yang yang sarnamerupakanpengaruhfaktor tunggal yang nyata berbedapada uji BNT 5 - Angka-angka yang diikuti huruf-huruf kecil yang berbeda pada peubah yang sarna rnerupakanpengaruhinteraksi yang berbedanyata pad~ uji BNT 5 %
Bambu ampel hijau mempunyai pertumbuhan yang baik. yang dicermikan oleh semua peubahyang diamati, kemudian diikuti oleh bambu ampel ku/ling. Persentasesetek hidup tidak dipengaruhi oleh jumlah buku setek cabang yang digullakall Persentasesetek hidup bambu ampelhi.rau))°0, sedangkanuntukarnpelkuning 30% PEM BAHASAN Oarl has!1penelitian Syahnan clan Kosasih ( 1989)dldapatkanpersentasesetek hidup dari cabangbambuampel kuning (fl. vlligaris) adalah 45.45°'0.sedangkanbambu betung (D. asper) tidak tumbuh raJa penanamandi tanah. Padapercobaan liutasolt (1994) didapatkan persentase tumbuh b.\rnbuampel kuning (fl. vulgaris) rnemperlihatkanhasil yang pali/lg tinggi (23.3%) clan palIng cepatdibandingkanbambu tali (7.5%) Ketlga percobaa/l ini .juga rnemperlihatkan hal y.mg sarnayaitu : fl. 1'111,l,'ar;J yang paling Pcngaruh .Ium.lah Buku
dapat dikembangkan dengan menggunakansetek cabangsatu atau dua buku pada kultur air. Pada Percobaan I, persentasehidup barnbu arnpel hijau 48.75 clan 31.25% berturut-turut untuk setek satu atau dua buku. Pada Percobaan2, persentase hidup bambu ampel hijau 56.25 clan61.25%
berturut-turutltntuk setek satu atau dua buku. Pada Percobaan 3, persentasehidup bambu arnpel hijau 53.75 clan 5625% berturut-turut untuk setek satu atau dua buku, sedangkan ampel kuning 42.5 clan 17.5% untuk setek satu clandua buku. Perturnbuhan setek cabang barnbu tali pada kultur air rnenunjukkan hasil yang kurang baik. Setek cabang bambu tali rnernpunyai persentasehidup 938% pada Percobaan2 Hutasoit (1994) melaporkan bahwa setek cabang bambu tali' mernpunyai persentase hidup 7.5% pada kultur air, sedangkan pada Percobaan I tidak hidup sarnasekali Percobaan Syahnan clan Kosasih (1989) tidak menghasilkan cabang bambu betung yang 5
Bul. Agron. 25(1): 1-7 (1997) Tabel5. Hasil Pengarnatan PeubahTunas,Akar clan Persentase Hidup Tunaspada3 JenisBambu J
. B b eRas am u
Jumlah buku 2 buku
1 buku
B. vulgaris hijau
3.45ab
~
Jumlab 393a
tunas
Rata-rata 3.69A ~
B. vulgari.\' kuning . B.bamboos B. vulgari.\'
4.30a 0.89c 13.37a
1 85bc 1.18c Panjang 12.78ab tunas (cm)
3.08A 1.03B 13.08A
G. apu.\'
13.80a
15.69A O.OOB 3.60A 1.26B O.OOB 6.99A
B. bamboos
4.17b
B. vulgaris
2.65
17.58a 1366a Jumlah 4.56 akar
CJ.apt's B. bamboo.\' B. vulgari.\'
1.48 0.00 6.20a
1.05 0.00 Panjang 7.78a akar (cm)
G. apu.\' B. bamboos B. vulgaris
9.08a O.OOb 53.75a
G. apus B. bamboos
42.50ab OOOc 0.62
B. vulgaris
5.81a O.OOb Persen 56.25a setek hidup 17.50bc O.OOc ':---Bobot 1kermg 21 tunas (g)
(J. apu.\'
0.43
1.34
B. bamboo.\"
0.19
0.70
B. vulgaris
O.06b
Bobot0.17a kering akar (g)
1.26B O.OOB 55.00A 30.00B O.OOC
0.91 0.88 0.44 0.11A
G. apu.\' 0.03b 0.08ab 0.O6AB B. hamboos O.OOb O.OOb O.OOB Keterangan: - Angka-angkayang diikuti oleh huruf-huruf besaryang berbedapada kolorn yang. sarnarnerupakan pengaruh faktor tunggal yang nyata berbeda pada uji BNT 5 % - Angka-angka yang diikuti oleh huruf-huruf ke~cilyang berbeda pada peubah yang sarna,rnerupakan pengaruh interaksi yang berbedapada uji BNT 5 % hidup pada penanaJllandi tanah, sedangkan per. ini kernungkinan yang rnenyebabkan bambu cobaan Aziz et a/. ( 1994) rnernberikan hasil setek hidup 38.1 %. Percobaan Hutasoit (1994) clan Percobaan I yang berbeda dalam ukuran diamater setek cabang, juga tidak menghasilkan setek hidup untuk bambu betung. Menurut Sastrapradjaef al. (1977) bambu ampel hiJau mempunyai pertumbuhan yang cepat, mudah dikembangkan clan mudah beradaptasiterhadap lingkungan. Bambu ampel hi.iau banyak terdapat pada tepian sungai yang kandungan aJrnya tinggi (PROSEA, 1995). Hal
SandraArifin Aziz clanAdiwirrnan
arnpel hijau lebih baik perturnbuhannya dibandingkanjenis-jenis lain pada kultur air. Persentase hidup setek cabang bambu arnpel hijau hampir sarna pada Percobaan 1, 2 clan 3, clan perbedaan yang ada kemungkinan disebabkan pemilihan bahan setek clan cara persiapannya. Walaupun demikian, pemakaian setek cabang bambu ampel hijau pada kultur air dapat disarankan dalam pemanfaatan cabang yang tidak terpakai
6
Bul. Agron. 25(1): 1-7 (1997)
KESIMPVLAN
Indrasmoro, Y.
Setek cabang bambu ampel hijau dan kuning dapat dipakai untuk perbanyakanvegetatif pada kultur air Persentasesetek hidup untuk bambu ampel hljau berturut-turut untuk percobaan I, 2 clan 3 adalah 40, 56.25, clan 55%, sedangkan untuk ampel kuning 30% dan bambu tali 9375% Jumlah buku setek tidak mempengaruhipersentasehidup. Cara perbanyakan ini belum dapat dipakai untuk bambu betting, andong, temen, tali, ori dcll1 hitam, perlu dicari cara perbanyakan vegetatlf yang lain untuk jenis-jenis ini. VCAPAN TERIMAKASrn
tumbuh Rootone F dan jumlah buku terhadap pertumbuhan setek cabang bambu betting (Budidaya Pertanian, Faperta, IPB. Bogor). Karya IImiah. Jurusan Budidaya Pertanian, Faperta, IPB. Bogor. Manurung, H. D. J. 1991. Pengaruh zat pengatur tumbuh IAA, iliA, dan NAA terhadap pertumbuhan setek cabang bambu betting (Budidaya Pertanian, Faperta, IPB. Bogor). Karya IImiah. Jurusan Budidaya Pertanian,Faperta, IPB. Bogor . PROSEA, 1995. Bamboos. p. 37-40.
Ucapan terimakasih disampaikan kepada Dlrektorat PembinaanPenelitian dan Pengabdian pall;l I\tlasyarakat,Direktorat Jenderal Pendidikan I',rlggl, DepartemenPendidikan dan Kebudayaan \'allg tetah memblayai penelitian ini melalui Illoa/1 Bersaing 111/1 dan 111/2;juga kepada :\JII\', Yudha K clanAmrizal.
8astrapradja, S., E. A. Widjaja, S. Prawiroamodjo dan S. Soenarko. 1977 Beberapa:ijenis bambu. Proyek Sumber Daya Ekonomi, Lembaga Biologi Nasional-LIPl Bogor. 96 halo
t\ZIZ, SA., M Ghulamahdi clan Adiwirman. 1991 Kemungkinan cara pembibitan clan remberian Rootone F pada perbanyakan bambu betting (Dendr()calamus a!Jper (S\.:/1ultz.f) Backer ex Heyne). Laboralorrum Ekofisiologi, ]urusan Budidaya I)ertc\nlan,Faperta, IPB Bogor.
Sharma,Y. M. L. 1980. Bamboo in Asia Pasific region, p. 99-121. In G. Lessard and A. Chouinard (eds). Bamboo research in Asia. Proc. of Workshop. Singapore. Syahnan clan A. S. Kosasih. 1989. Penanaman tiga jer'tis bambu di Simpangan Bolong Sumatera Utara. Buletin Penelitian Kehutanan. 5(21): 135-141.
Banik, R I~ 1980 Propagation of bamboos by \.:Ion~\l methods and by seed, .p. 139-150. 11/ U Lessard and . A. .Chouinard (eds.). researth
In
Asia.
P
In. S.
Dransfield and E. A. Widjaja (eds.) Plant resources of south-east asia no. 7. Backhuys Publ. Leiden. 189p.
DAFT AR PUST AKA
Bamboo
1993. Pengaruh zat pengatur
roc.
0
fW
or
k
White, -
shor Singapore
D. G. 1948. . . P hon
m
.
ue
Bamboo
rt
Ri. 0
co.
culture
F d e.
and utiliza-
Exp
Sta .
.
Puerto RIco. USDA . Puerto R'ICO.33p.
Hasan,S 1\.1 I '>80 Country report of Bangladesh ~) 15-18 In G Lessard and ~. Choulilard (eds) Bamboo research In Asia Pro\.:of Workshop Singapore.
Yayasan Bambu Ljngkungan Lestari 1994 Report of the national meeting on Indonesia Bamboo Research Strategy. p. 10-16 In E. A. Widjaja, M. A. Rifai, B Subiyanto
Ilutasoit.. D P 1'>'>4 Induksl perakaran da~ a~Ilmatisasl . setek cabang empat Jems
and D. Nandika (eds.). Yayasan Strategi Bambu penelitian bambu di Indonesia. L. k L t . Ing ungan es arl
1 J
B d
bambu Karva Ilmla 1 urusan u 1daya Pertanlan.I:aperta, I PB Bogor
Pr.:llgaruh Jumlah Buku
'
7