PENGARUH INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PENINGKATAN KINERJA UKM TAS DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR
LENY MUNIROH
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
PENGARUH INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PENINGKATAN KINERJA UKM TAS DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR
LENY MUNIROH
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul Tesis Nama Mahasiswa NIM
: Pengaruh Infrastruktur Jalan terhadap Peningkatan Kinerja UKM Tas di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor : Leny Muniroh : H151064204/EKO
Disetujui, Komisi Pembimbing
Dr. Ir. H. Sri Hartoyo, M.S. Ketua
Prof .Dr. Ir. H. Bambang Juanda Anggota
Diketahui, Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Nunung Nuryartono
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.S. Agr
Tanggal Ujian : 29 September 2011
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Pengaruh Infrastruktur Jalan terhadap Peningkatan Kinerja UKM Tas di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidakditerbitkandari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tesis ini.
Bogor, September 2011 Leny Muniroh NIM H151064204/EKO
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 03 September 1972 sebagai anak kedua pasangan Drs. H. Muhibudin, M.Pd dan Hj. Tj. Supriah. Pada tahun 1997 penulis menikah dengan Adi Wiharja dan dikarunia 4 orang anak yaitu Habiburrahman Aththoyyar (13 tahun), Ahmad Dzikrul Fikri (12 tahun), Filza Aini Syifa (8 tahun) dan Aughy Rizki Ramadhan (1.5 bulan). Saat ini penulis bekerja sebagai staf pengajar di SMP-SMA Taman Islam dan Staf di Fakultas Ekonomi,Universitas Ibnu Khaldun, Bogor. Pendidikan formal penulis dimulai dari tahun 1979-1985 di MI Taman Islam Cibungbulang, Bogor, kemudian melanjutkan ke SLTP Taman Islam Cibungbulang, Bogor dari tahun 1985-1988 dan SMA Taman Islam Cibungbulang, Bogor dari tahun 1988-1991. Pada tahun 1991 penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Ekonomi, Universitas Ibnu Khaldun, Bogor dan lulus tahun 1996.
Hak Cipta milik IPB, Tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
RINGKASAN Leny Muniroh. Pengaruh Infrastruktur Jalan Terhadap Peningkatan Kinerja Ukm Tas Di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh SRI HARTOYO dan BAMBANG JUANDA. Peranan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam mendukung pertumbuhan ekonomi wilayah sudah tidak terbantahkan lagi. Industri kecil dan menengah mampu mempercepat pemulihan ekonomi, baik dari sisi penyerapan tenaga kerja maupun kontribusinya dalam penciptaan nilai tambah bruto. Namun demikian dengan diberlakukannya ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) industri ini harus mampu besaing dengan industri luar sehingga perlu mendapatkan dukungan kebijakan dari pemerintah, khususnya pemerintah daerah. Desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor adalah salah satu sentra UKM tas. UKM ini telah banyak menyerap tenaga kerja lokal dan menjadi mata pencaharian utama penduduk sekitarnya sehingga berkontribusi dalam menurunkan angka pengangguran dan penciptaan lapangan kerja. UKM ini harus terus memiliki kinerja yang baik. Pemerintah Kabupaten Bogor telah melakukan intervensi kebijakan melalui pembangunan jalan baru yang tujuannya menjadikan lokasi penelitian sebagai sentra produksi tas. Pertanyaan adalah Sejauh mana pembangunan jalan tersebut mempunyai pengaruh terhadap kinerja industri kecil tas? Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui pengaruh pembangunan jalan terhadap harga input yang dibayarkan oleh UKM tas dan harga output yang diterima UKM tas, (2) Untuk mengetahui hasil produksi UKM tas setelah pembangunan jalan dan (3) Untuk mengetahui keuntungan UKM tas setelah pembangunan jalan. Kajian dibatasi pada UKM Tas di desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor sebagai salah satu sentra produksi tas di Kecamatan Ciampea. Penelitian ini dilakukan di Desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan selama kurang lebih 4 (empat) bulan, dari Februari sampai Mei 2010. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Responden Penelitian yang digunakan adalah sebanyak 30 responden dengan data penelitian diambil sebelum pembangunan jalan (tahun 2008) dan setelah pembangunan jalan (tahun 2009). Pemilihan responden dilakuka secara acak. Untuk mencapai tujuan penelitian, dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan model fungsi produksi Cobb-Douglass Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan jalan menurunkan rasio harga input/ouput yang menyebabkan peningkatan keuntungan industri kecil tas. Variabel tenaga kerja, biaya modal dan dummy tahun berpengaruh signifikan pada produksi tas. Pembangunan jalan meningkatkan keuntungan yang diterima UKM tas. Disarankan bahwa pembangunan jalan perlu didukung dengan kebijakan pengembangan UKM tas lainnya seperti pelatihan-pelatihan, pengembangan kapasitas SDM, manajemen usaha, dan sebagainya. Kata Kunci : Usaha Kecil Menengah, Fungsi Produksi Cobb-douglass, rasio harga input/output
ABSTRACT The research objectives are to analyze handbag Small-Medium Enterprise (SME) performance and the effect of road infrastructure development on MSE performances in Bojong Rangkas Village, District of Ciampea, Bogor Regency. The research conducted from Pebruary to May 2010. Primary and secondary data use to the purposes. The sampling consisted of 30 SME respondents for observation period 2008 and 2009. Sampling technique is randomized sampling. The production function specified using Cobb-Douglass. The results show that input/output price ratio decrease after road development, lead to increasing profit for the SME. The regression results indicated that three variables (labor, capital and dummy year) has significant effect on SME production at significance level 15%. The result also indicate that road development increasing profit that received by handbag produsen. As reccomendation, there is a need another support to realize the location as center of handbag SME in the regency Keywords :
Small-Medium Enterprise (SME), Function, input/output price ratio
Cobb-douglass Production
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan Tesis ini dapat diselesaikan pada waktunya. Tesis ini berjudul Pengaruh Infrastruktur Jalan terhadap Peningkatan Kinerja UKM Tas di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor”, disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor Dalam Tesis ini penulis berusaha mengkaji karakteristik usaha, kinerja UKM tas danpengaruh pembangunan jalan terhadap kinerja UKM tas dalam hal penurunan rasio input/output dan keuntungan yang diterima UKM tas. Penulis berharap bahwa hasil penelitian dalam Tesis ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan akademisi, maupun pelaku pembangunan lainnya demi terciptanya programprogram pembangunan serta terciptanya masyarakat yang sejahtera, adil, makmur dan sentosa. Penulis mengucapkan terima kasih secara khusus kepada Bapak Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS, dan Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Djuanda selaku ketua dan anggota komisi pembimbing atas dorongan dan bimbingannya. Semoga Allah membalas dengan pahala yang lebih besar lagi. Amien. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan hingga tersusunnya Tesis ini, kepada : 1. Dr. Nunung Nuryartono selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi sekaligus Dosen pada Program Studi Ilmu Ekonomi, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor 2. Bapak/ibu dosen dan seluruh jajaran staf Program Studi Ilmu Ekonomi, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor yang telah mengajarkan ilmu pengetahuan kepada penulis 3. Kepada para responden penelitian yang telah memberikan bantuan data dan informasi yang sangat penting bagi penyusunan Tesis ini 4. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penyusunan tesis ini. Akhirnya semoga Allah Yang Maha Kuasa membalas amal kebajikan semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan Tesis ini.
Bogor, September 2011 Leny Muniroh
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
vii
BAB I. PENDAHULUAN ..........................................................................
1
1.1.
Latar Belakang .....................................................................
1
1.2.
Perumusan Masalah .............................................................
4
1.3.
Tujuan Penelitian ................................................................
5
1.4.
Manfaat dan Ruang Lingkup penelitian .............................
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................
7
2.1.
Industri Rumah Tangga ........................................................
7
2.2.
Peran Industri Rumah Tangga ..............................................
8
2.3.
Penelitian Terdahulu ...........................................................
9
2.4.
Kerangka Teoritis ................................................................
12
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................
14
3.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................
14
3.2.
Jenis dan Sumber data ..........................................................
14
3.3.
Metode Pengumpulan Data ..................................................
15
3.4.
Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................
15
BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH ......................................
18
4.1.
Perkembangan Industri Kecil dan Menengah .......................
18
4.2.
Kontribusi UKM terhadap PDRB .........................................
19
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................
27
5.1.
Karakteristik Responden ......................................................
iii
27
5.2.
Karakteristik Usaha ..............................................................
28
5.3.
Kinerja UKM ......................................................................
30
5.4.
Pengaruh Pembangunan Jalan Terhadap Harga Input, Output dan Keuntungan .......................................................
32
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................
38
6.1.
Kesimpulan..........................................................................
38
6.2.
Saran .................................................................................
38
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
39
LAMPIRAN ...............................................................................................
41
iv
DAFTAR TABEL Halaman 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Definisi Jenis Usaha dari Berbagai Departemen................................. Pertumbuhan Unit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) tahun 2007-2008................................................................................ Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor Tahun 2002-2005...... Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor Berdasarkan Lapangan Usaha Tahun 2002-2005 .................................................................... Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor Menurut Kelompok Sektor Tahun 2002-2005 ................................................................... Perbandingan PDRB dan PAD Kabupaten Bogor Tahun 2002-2005 .. Perkembangan Unit Usaha Industri Kecil Kabupaten Bogor dari 2004-2008 ......................................................................................... Perkembangan Penyerapan tenaga kerja Industri Kecil Kabupaten Bogor dari 2004 - 2008..................................................................... Perkembangan Nilai Investasi Industri Kecil Kabupaten Bogor dari 2004 - 2008 ...................................................................................... Data Jenis Komoditi Industri Kecil Kabupaten Bogor sampai dengan tahun 2008 ........................................................................................ Karakteristik Responden.................................................................... Sumber Modal Pelaku UKM ............................................................. Kinerja UKM tas periode 2008 dan 2009 ........................................... Rata-rata Harga Produk Tas Sebelum dan Sesudah Pembangunan Jalan .................................................................................................. Pengujian Fungsi Produksi ................................................................ Rata-Rata Keuntungan UKM Sebelum dan Sesudah Infrastruktur Jalan ..................................................................................................
v
8 18 19 20 21 21 22 24 25 26 27 28 31 32 34 35
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1.
Kurva Hubungan Infrastruktur Jalan dan Rasio Harga Input output .....
vi
12
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Layout Sebelum Infrastruktur Jalan ..........................................
41
Lampiran 2. Layout Sesudah Infrastruktur Jalan...........................................
42
Lampiran 3. Kuisioner Penelitian Kinerja ....................................................
43
Lampiran 4. Kuisioner Karakteristik Usaha ..................................................
44
Lampiran 5. Hasil Analisis Fungsi Cobb-Douglas ........................................
46
vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Usaha kecil dan menengah menjadi bagian integral perkembangan
ekonomi nasianal. Pada saat krisis ekonomi, usaha kecil menengah mampu menjadi penyelamat perekonomian ditengah merosotnya kinerja usaha besar. Hal ini menunjukkan bahwa industri kecil dan menengah di Indonesia memberikan peranan yang sangat penting. Perhatian untuk menumbuh-kembangkan industri kecil dan menengah setidaknya dilandasi oleh tiga alasan. Pertama, industri kecil dan menengah banyak menyerap tenaga kerja. Sebagian besar industri kecil dan menengah terletak di pedesaan sehingga pertumbuhan industri kecil dan menengah akan berdampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja, pengurangan jumlah orang miskin, pemerataan dalam distribusi pendapatan, dan pembangunan ekonomi di pedesaan (Simatupang, et al., 1994). Selain itu, industri kecil dan menengah di pedesaan juga memberikan tambahan pendapatan (Sandee, 1994), merupakan seedbed bagi pengembangan industri dan sebagai pelengkap produksi pertanian bagi penduduk miskin (Weijland, 1999). Kedua, industri kecil dan menengah memegang peranan penting dalam ekspor nonmigas. Pada tahun 1990, nilai ekspor dari industri kecil dan menengah mencapai US$ 1.031 juta atau menempati rangking kedua setelah ekspor dari kelompok aneka industri. Ketiga, Industri kecil dan menengah umumnya berskala kecil dan beroperasi dalam iklim yang sangat kompetitif, hambatan masuk rendah, margin keuntungan rendah, dan tingkat drop-out tinggi. Struktur ekonomi bentuk piramida terbukti telah
1
mencuatkan isu konsentrasi dan konglomerasi, serta banyak dituding melestarikan dualisme perekonomian nasional. Kondisi industri Kabupaten Bogor sampai dengan tahun 2008 terbagi dalam dua sektor yaitu : 1) Sektor Industri Kecil sebanyak 1.509 unit usaha dan menyerap tenaga kerja 18.763 orang dengan nilai investasi sebesar Rp. 69,97 milyar, dan 2) Sektor Industri Menengah dan besar sebanyak 794 unit usaha yang menyerap tenaga kerja 75.061 orang dengan nilai investasi sebesar Rp. 2,95 trilyun (Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi, 2009). Salah satu desa di Kabupaten Bogor yang mengembangkan industri kecil menengah tas terletak di Desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea. Kerajinan tas yang berkembang di Desa Bojong Rangkas berasal dari dua bahan utama, yaitu bahan baku (kulit asli atau imitasi) dan bahan pembantu (benang, lem, pc, latek, dan berbagai macam bahan variasi). Kedua Bahan utama tersebut diperoleh dari Daerah Bogor, dan sebagian dari Jakarta (Tanah Abang, Pasar Senen, Mangga Dua). Bahan baku tersebut merupakan bahan yang berasal dari produksi lokal maupun produk impor. Kampung Bojong Rangkas merupakan perkampungan yang terletak di Desa Bojong Rangkas Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Kampung Bojong Rangkas ini , adalah salah satu kampung yang dihuni oleh masyarakat yang melakukan aktifitas rutinnya sebagai pengrajin/UKM tas. Pengrajin/UKM tas yang ada dibojong rangkas berjumlah sekitar seratus pengrajin yang melakukan kegiatan produksi tas dengan berbagai macam model, ukuran,dan jenis tas yang diproduksi di desa tersebut. Model tas yang dibuat biasanya melihat dari model yang sedang digandrungi oleh masyarakat dengan cara melihat majalah atau membeli beberapa
2
tas untuk dijadikan contoh yang sekiranya memang sedang banyak masyarakat yang berminat terhadap model-model tas tersebut. Sehingga tas yang dihasilkan oleh pengrajin di Desa Bojong Rangkas bisa mengikuti selera pasar. Pengrajin tas di Bojong rangkas ini, mempekerjakan tenaga kerja yang berasal dari kampung Bojong Rangkas, dan dari luar kampung Bojong rangkas. yaitu berasal dari kampung di sekitar desa Bojong Rangkas dan ada juga datang dari luar kecamatan Ciampea. Tenaga kerja tersebut digaji/diberi upah ada berdasarkan upah harian dan ada juga upah borongan yang biasanya dibayar upah/gaji tersebut setiap hari Sabtu. Besarnya upah /gaji untuk pegawai harian berkisar Rp 100 ribu – 350 ribu/minggu. Sedangkan untuk pegawai borongan, biasanya pegawai tersebut mendapatkan hasil sekitar Rp 500 ribu/minggu. Perbedaan tersebut didasarkan oleh lama waktu jam kerja, karena pegawai borongan biasanya tidak menggunakan batas waktu tertentu dalam mengerjakan pekerjaannya. Sedangkan untuk pegawai harian bekerja mulai jam 08.00 – 12.00 WIB, kemudian untuk istirahat sholat dan makan selama satu jam, kemudian dilanjutkan kembali pukul 13.00 – 17.00 WIB Harga tas di Bojong Rangkas relatif
lebih murah bila dibandingkan
dengan harga tas di tempat lain. Untuk harga tas misalnya tas wanita imitasi harganya beragam mulai dari harga Rp 30 ribu sampai dengan harga Rp 200 ribu, Sedangkan untuk harga tas wanita dari bahan kulit asli berkisar di harga Rp 150 ribu sampai dengan Rp 500 ribu. Begitupun untuk jenis-jenis tas lainnya yang memiliki harga bermacam-macam, tergantung dari penggunaan bahan baku, dan tingkat kesulitan dari tas tersebut. Biaya bahan ( bahan baku dan penolong ) berkisar 60 -65 %, untuk upah tenaga kerja berkisar 20 -25 %, dan biaya lain-lain
3
sekitar 2 -3%. Misalnya, Untuk harga tas Rp 35 ribu/pc , menghabiskan biaya bahan ( bahan baku dan bahan penolong) sekitar sebesar Rp 22. 250 (63,57%), sedangkan untuk upah tenaga kerja Rp 8.750 ( 25 % ), biaya lain-lain sekitar 2,83 %, dan marginnya sebesar Rp 3000 ( 8,6 % ).
1.2.
Perumusan Masalah Peranan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi wilayah sudah tidak terbantahkan lagi. Banyak peneliti menyatakan bahwa industri kecil dan menengah telah mampu mempercepat pemulihan ekonomi, baik dari sisi penyerapan tenaga kerja maupun kontribusinya dalam penciptaan nilai tambah bruto. Namun demikian dengan diberlakukannya ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) industri ini harus mampu besaing dengan industri luar sehingga perlu mendapatkan dukungan kebijakan dari pemerintah, khususnya pemerintah daerah. Dukungan kebijakan tersebut dapat berupa dukungan kebijakan yang memfasilitasi keberadaan industri tersebut, permodalan, training dan pelatihan, perbaikan infratsruktur jalan, penyediaan bahan baku dan sebagainya. Desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor adalah salah satu sentra UKM tas. UKM ini telah banyak menyerap tenaga kerja lokal dan menjadi mata pencaharian utama penduduk sekitarnya sehingga berkontribusi dalam menurunkan angka pengangguran dan penciptaan lapangan kerja. UKM ini harus terus memiliki kinerja yang baik untuk dapat bersaing dengan industri dari luar wilayah sehingga penelitian mengenai karakterisasi usaha dan kinerja UKM ini perlu dilakukan agar dapat mengetahui daya saing UKM ini. Pemahaman
4
terhadap kinerja UKM juga penting untuk memahami intervensi kebijakan yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor. Pemerintah Kabupaten Bogor telah melakukan intervensi kebijakan melalui pembangunan infrastruktur jalan baru yang tujuannya menjadikan lokasi penelitian sebagai sentra produksi UKM tas.
Namun demikian sejauh apa
efektivitas intervensi ini masih perlu dikaji. Keberadaan jalan di satu sisi akan mempermudah akses ke sumber-sumber bahan baku dan distribusi produk UKM tersebut. Di sisi lain juga ada kebutuhan unuk melakukan intervensi lain yang bisa jadi lebih menyentuh permasalahan yang dihadapi UKM tas. Berdasarkan uraian di atas yang menjadi pertanyaan adalah “Sejauh mana pembangunan jalan tersebut mempunyai pengaruh terhadap kinerja industri kecil tas?”
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian di atas maka tujuan penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengidentifikasi pengaruh pembangunan jalan terhadap harga input yang dibayarkan oleh UKM tas dan harga output yang diterima UKM tas.
2.
Untuk mengidentifikasi hasil produksi UKM tas setelah pembangunan jalan.
3.
Untuk mengidentifikasi keuntungan UKM tas setelah pembangunan jalan.
5
1.4.
Manfaat dan Ruang Lingkup Penelitian Hasil yang didapatkan dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan
untuk : 1. Masukan bagi pengambil keputusan untuk menentukan efektivitas dari intervensi kebijakan pembangunan infrastruktur jalan yang telah dilakukan. 2. Masukan bagi kalangan akademis, peneliti dan praktisi yang tertarik pada pengembangan UKM tas. Kajian dibatasi pada UKM Tas di desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor yang berpopulasi sekitar 100 UKM.
Lokasi ini
merupakan salah satu sentra produksi tas skala UKM di Kecamatan Ciampea.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Industri Rumah Tangga Industri rumah tangga banyak diistilahkan dengan berbagai frase seperti
industri mikro, industri kecil, home industry, home production, dan lain sebagainya. Berbagai definisi industri rumah tangga telah dikemukakan oleh para ahli dan lembaga-lembaga terkait dengan kriteria – kriteria tertentu. Menurut Undang-Undang No. 9/1995 tentang Usaha Kecil, usaha yang diklasifikasikan sebagai usaha kecil adalah yang memenuhi
kriteria
: (a)
memiliki aset kurang dari atau sama dengan Rp. 200 Juta diluar tanah dan bangunan, (b) omzet tahunan kurang dari atau sama dengan Rp. 1 Milyar, (c) dimiliki oleh orang Indonesia, (d) independen, tidak terafiliasi dengan usaha menengah-besar, dan (e) boleh berbadan hukum, boleh tidak. Badan Pusat Statistik (BPS) lebih menspesifikkan jenis usaha dengan membaginya menjadi usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah berdasarkan jumlah pekerjanya. Usaha mikro adalah usaha dengan jumlah pekerja kurang dari 5 orang termasuk tenaga keluarga yang tidak dibayar. Usaha kecil adalah usaha dengan jumlah pekerja 5 – 19 orang. Berdasarkan aset usahanya, Badan Pusat Statistik (BPS), kriteria usaha kecil adalah yang memiliki nilai kekayaan (aset) bersih dibawah Rp 200 Juta di luar tanah dan bangunan usaha atau di bawah penjualan (omzet) maksimal Rp 1 miliar.. Data tahun 2008 dari Biro Kementrian Koperasi dan UKM Indonesia (2010) mencatat terdapat 51.257.537 unit UKM di Indonesia.
7
Definisi dan kriteria industri kecil dari berbagai departemen disajikan pada Tabel 1. Namun demikian, para ahli ekonomi dan pembangunan di Indonesia seringkali menggeneralisasikan industri rumah tangga sebagai sektor usaha kecil menengah (UKM). Tabel 1. Definisi Jenis Usaha dari Berbagai Departemen Organisasi Menneg Koperasi & PKM Bank Indonesia
Jenis Usaha Usaha Kecil (UU No. 9/1995) Usaha Menengah (Inpres 10/1999) Usaha Mikro (SK Dir BI No. 31/24/KEP/DIR tgl 5 Mei 1998)
Usaha Kecil (UU No. 9/1995) Menengah (SK Dir BI No. 30/45/Dir/UK tgl 5 Januari 1997) Bank Dunia
Usaha Mikro Kecil-Menengah
Keterangan Kriteria Aset ≤ Rp. 200 Juta diluar tanah dan bangunan • Omzet tahunan < Rp. 1 Milyar Aset antara Rp. 200 - Rp. 10 Milyar Usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin. • Dimiliki oleh keluarga Sumberdaya lokal dan Teknologi sederhana • Lapangan usaha mudah untuk exit dan entry Aset ≤ Rp. 200 Juta diluar tanah dan bangunan • Omzet tahunan ≤ Rp. 1 Milyar Aset ≤ Rp. 5 Milyar untuk sektor industri • Aset ≤ Rp. 600 juta diluar tanah dan bangunan untuk sektor non industri manufakturing • Omzet tahunan < Rp. 3 Milyar Pekerja < 20 Orang • Pekerja 20-150 orang • Aset ≤ US$. 500 ribu diluar tanah dan bangunan
Sumber : Hidayat (2004)
2.2.
Peran Industri Rumah Tangga Realitas membuktikan
bahwa sejak terjadinya krisis ekonomi, sektor
Usaha Kecil dan Menegah (UKM) mampu bertahan bahkan menjadi penyelamat perekonomian nasional. UKM yang saat ini jumlahnya diperkirakan 51 juta unit usaha memberi kontribusi yang sangat signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
8
Untuk pemberdayaan masyarakat, UKM memegang peran krusial yaitu melalui : (1) keterlibatan masyarakat sekitar sebagai tenaga kerja, yang berarti menjamin keberlangsungan pendapatannya, (2) adanya transfer pengetahuan baru bagi masyarakat baik ilmu produksi, organisasi. manajemen maupun pemasaran dapat diartikan sebagai pengembangan sumber daya manusia, dan (3) keterlibatan institusi-institusi pembangunan menjamin adanya transfer pengetahuan yang lebih luas bagi masyarakat lokal dan menjamin adanya proses pembelajaran masyarakat. 2.3.
Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang dilakukan di negara-negara berkembang telah
menunjukkan arti penting infrastruktur transportasi bagi pembangunan ekonomi. Pengaruh pembangunan jalan baru cukup kuat seperti yang ditunjukkan dalam studi yang dilakukan World Bank di India, Pakistan and Brazil (Creightney, 1993 and Lall dan Shalizi 2001). Transportasi adalah salah satu faktor dalam produksi barang dan jasa, menimbulkan biaya bagi produsen. Menurut logika ekonomi tradisional, perbaikan infrastruk akan menurunkan biaya transportasi (melalui singkatnya waktu perjalanan dan biaya operasional kendaraan) yang membuat
produsen dapat
menjual barangnya lebih murah dan diimbangi dengan peningkatan permintaan dna produksi. Menurut Ernst dan Young Consultancy (1996), lebih dari 20% perusahaan melaporkan bahwa perubahan infrastruktur memberikan keuntungan perusahaan dalam bentuk penurunan biaya persediaan, terbukanya akses pasar baru, dan mempermudah ketersediaan tenaga kerja.
9
Aschauer (1989) mengargumentasikan bahwa investasi publik pada infrastruktur berpengaruh positif signifikan terhadap GDP, karena meningkatkan profitabilitas perusahaan atau rate of return dari modal privat.
Produsen
akanmerespon meningkatnya modal investasi yang menyebabkan lebih tingginya produktivitas tenaga kerja dan peningkatan output. Ahmed dan Hossein (1990) dalam penelitian dampak pembangunan infrastruktur pedesaan di Bangladesh, menyatakan bahwa pada pasar kompetitif, variabel harga bersifat eksogenus. Pembangunan infrastruktur mempengaruhi biaya transportasi dan margin yang didapatkan produsen (pedagang) karena dengan semakin tipisnya pasar semakin tinggi margin per unit yang harus dipertahankan oleh pedagang dalam bisnisnya. Harga yang diterima produsen bervariasi antar produsen, tergantung pada lokasi konsumen, produsen, pemasok input dan kondisi pembangunan infrastruktur. Infrastruktur mempengaruhi pasar tenaga kerja dengan mengubah komposisi lapangan kerja. Pembangunan infrastruktur menghasilkan peluang bagi lapangan kerja lainnya. Secara tidak langsung, pembangunan infrastruktur mempengaruhi lapangan kerja melalui difusi teknologi modern intensif tenaga kerja. National Bank for Agriculture and Rural Development (2004) dalam studi dampak pembangunan jalan dan jembatan pedesaan di Mumbai, India, menyatakan bahwa investasi pembangunan jalan dan jembatan menyebabkan meningkatnya akses ke praktek agronomi modern, mempermudah akses ke pasar input, dan menurunkan biaya transportasi.
Investasi pembangunan jalan
berpengaruh positif pada manfaat tidak berujud seperti perubahan pola kepemikian aset, meningkatnya lapangan kerja, meningkatnya serapan kredit,
10
perbaikan akses ke pendidikan dan kesehatan, peningkatan kualitas hidup dan sebagainya. Minten (1999) untuk kasus Madagaskar menyatakan bahwa pada masyarakat yang terbatas infrastruktur dasar menunjukkan harga lebih rendah selama musim panen dan variasi harga musiman lebih tinggi. Jarak jalan lebih berpengaruh dibandingkan kualitas jalan selama periode panen dimana tidak ada hubungan yang kuat antara kualitas jalan dan harga produsen. Keberadaan jalan menyebabkan relatif lebih tingginya harga produsen, namun investasi pada infrastruktur fisik (hard infrastructure) tidak mencukupi dalam meningkatkan akses pasar.
Diperlukan investasi pada soft infrastructure untuk lebih dapat
meningkatkan harga produsen, menurunkan keragaman harga dan meningkatkan integrasi pasar. Perbaikan infrastruktur transportasi berpengaruh pada produksi dan konsumsi rumah tangga melalui penurunan biaya transportasi dan/atau waktu perjalanan sehingga meningkatkan aksesibilitas pasar dan input. Pada gilirannya ini akan memberikan pengaruh redistribusi pada kelompok ekonomi dan antar wilayah. Perbaikan infrastruktur transportasi berimplikasi ekonomi regional dapat menggunakan faktor produksi privat secara lebih produktif. Lebih baiknya infrastruktur transportasi berarti lebih rendahnya kebutuhan modal dan tenaga kerja (Rietveld dan Nijkamp, 1992). Dalam studinya di Tamil Nadu, India investasi pada infrastruktur pedesaan seperti jaringan irigasi, pasar pedesaan dan jalan menyebabkan peningkatan produktivitas (total factor productivity) pada sektor pertanian. Namun hasil penelitian menunjukkan dampaknya pada diversifikasi masih beragam.
Hasil
11
penelitian secara tegas menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur adalah determinan penting total factor productivity dan efisiensi produksi pertanian. (Ashok dan Balasubramanian, 2006) Ivanoca (2003) dengan menggunakan model Spatial General Equilibrium (SGE) untuk Norwegia menemukan bahwa penyediaan infrastruktur transportasi berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan dalam konteks moneter dan peningkatan pertumbuhan produksi di masa datang. 2.4.
Kerangka Teoritis Secara teoritis, pengaruh pembangunan jalan terjadap kinerja industri kecil
tas dapat dilihat pada Gambar 1. Pada gambar bagian bawah sumbu x adalah harga output (p) dan sumbu y adalah harga input (r). Sebelum pembangunan jalan, harga input sebesar r 1 dan harga output sebesar p 1 . Setelah pembangunan jalan, biaya transportasi menjadi lebih murah, sehingga harga input yang dibayarkan pengrajin turun dari r 1 menjadi r 2, Harga input di pasar sebelum dan sesudah pembangunan jalan tidak berubah. Namun karena biaya transportasi setelah pembangunan jalan lebih murah,maka harga input output yang dibayarkan pengrajin di tempat pengrajin menjadi lebih murah. Demikian juga halnya dengan output, walaupun harga output di pasar tidak berbeda, tetapi karena biaya transportasi yang lebih murah maka harga output yang diterima pengrajin di tempat pengrajin menjadi lebih tinggi. Turunnya rasio harga input/output menyebabkan penggunaan input meningkat dari x1 ke x 2 ( gambar di atas ) dan output juga meningkat dari y1 ke y2 . Dengan asumsi bahwa harga dari faktorfaktor input lain tidak mengalami perubahan (ceteris paribus) maka keuntungan
12
maksimum dicapai pada saat produk marginal sama dengan rasio harga inputoutput. Y
y2 TP y1
X x1
x2
r
MP r1
r1/p1
r2
r2/p2 p p1
p2
MPP
Gambar 1. Kurva Hubungan Infrastruktur Jalan dan Rasio Harga Input output
13
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Bojong Rangkas Kecamatan Ciampea
Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan selama lebih kurang 4 (empat) bulan, dimulai pada Februari sampai dengan Mei 2010. Penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan salah satu sentra UKM tas di Kabupaten Bogor. 3.2.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder baik yang
bersifat kualitatif maupun kuantitatif, antara lain : 1. Jenis data primer Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan, hasil pengisian kuisioner dan wawancara pelaku UKM tas. Jenis data primer yang digunakan mencakup : pemberian kuisioner dan wawancara kepada responden UKM. 2. Jenis data sekunder Data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti Kantor Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Bogor, Dinas Tenaga Kerja dan Sosial, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, dan instansi terkait lainnya. Jenis data sekunder yang digunakan mencakup : Kompilasi data dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, data Potensi Wilayah Pemerintah Kabupaten Bogor dan data lain yang menunjang.
14
3.3.
Metode Pengumpulan Data Data/informasi yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dengan
beberapa cara, yaitu : a.
Observasi, yaitu melihat secara langsung keadaan lapangan sehingga dapat secara langsung melihat dan merasakan situasi dan kondisi yang ada di lapangan.
b.
Studi literatur, yaitu mengetahui informasi penting, alat yang digunakan adalah dengan mengomentari literatur dari berbagai teori, pendapat yang berkaitan upaya optimalisasi tanah-tanah terlantar, data sosial dan ekonomi di kota Depok, dan data-data lain yang menunjang penelitian ini.
c.
Wawancara dan pengisian kuisioner, yaitu pengumpulan fakta dan data dengan cara melakukan tanya jawab dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan masalah penelitian ini, secara intensif dan mendalam, yaitu dengan Dalam penelitian ini populasi penelitian adalah UKM tas di desa Desa
Bojong Rangkas Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor yang berjumlah 100 UKM. Responden Penelitian yang digunakan adalah sebanyak 30 responden. Pemilihan responden dilakukan secara acak. Data penelitian diambil sebelum pembangunan jalan (tahun 2008) dan setelah pembangunan jalan (tahun 2009). Jumlah responden ini dipertimbangkan cukup mewakili dengan pertimbangan populasi sampel relatif homogen. 3.4.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Sesuai dengan data yang diperoleh dari soal panduan observasi, telaahan
dokumen, wawancara dan pengisian kuisioner yang berupa data kualitatif selanjutnya data ditranskripsikan
secara tertulis.
Setelah proses transkripsi
15
selesai maka data tersebut dianalisis. Analisis karakteristik usaha dan kinerja dengan metode persentase biasa dan rata-rata menggunakan program MS. Excell 2007. Pengaruh pembangunan jalan baru dikaji menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas
menggunakan
program
SPSS
ver.16
for
Win
dengan
membandingkan fungsi tahun 2008 (sebelum pembangunan jalan) dan 2009 (sesudah pembangunan jalan). Untuk mencapai tujuan penelitian, dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan model fungsi produksi Cobb-Douglass, yang dituliskan sebagai :
Dimana : Y
= Output atau nilai produksi tas (juta rupiah)
X1
= Tenaga kerja yang digunakan (orang)
X2
= Biaya Bahan (juta rupiah)
X3
= Aset (juta rupiah)
e
= Bilangan natural (2,718)
D
= 1 untuk 2009 (sesudah pembangunan jalan) = 0 untuk 2008 (sebelum pembangunan jalan) Output atau nilai produksi. Output utama dari industri kecil ini adalah
beragam jenis tas yang dihitung dalam setahun dalam satuan buah.
Untuk
menghasilkan nilai produksi maka jumlah output dikalikan dengan harga ouput selama setahun dalam satuan juta rupiah. Tenaga Kerja. Input tenaga kerja merupakan faktor penting dalam proses produksi tas.
Diasumsikan bahwa dengan bertambahnya tenaga kerja maka
16
produksi semakin tinggi. Tenaga kerja dalam produksi tas berupa tenaga kerja keluarga, tenaga kerja borongan dan harian yang jumlahnya tergantung pada pesanan yang diterima industri kecil tas. Satuan yang digunakan adalah orang. Tenaga kerja dalam proses produksi tas terdiri dari tenaga kerja untuk pembuatan pola, jahit, seset kulit, gunting bahan, pemasangan asesories, dan finishing. Bahan. Tersedianya bahan baku yang cukup merupakan faktor penting guna menjamin kelancaran proses produksi. Bahan dalam pembuatan tas berupa bahan TC, kulit, spon, benang, asesories, lem, latek, dan sebagainya. Input bahan dihitung dengan mengkalikan harga pembelian bahan dengan jumlah bahan yang dipakai dalam satu tahun. Aset.
Aset-aset yang digunakan dalam produksi tas adalah mesin jahit
bahan, mesin seset, cangklong, mesin pon, mesin embos, mesin potong, motor, mobil dan lain-lain. Nilai aset ini dihitung dengan mengkalikan jumlah aset yang dimiliki dengan nilai jual aset pada saat penilaian. Satuan yang digunakan adalah juta rupiah.
17
BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR 4.1.
Perkembangan Industri Kecil dan Menengah Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mengalami
pertumbuhan yang signifikan. Data dari Biro Kementrian Koperasi dan UKM Indonesia (2010) menunjukkan bahwa selama tahun 2007 dan 2008, usaha mikro mengalami pertumbuhan 2,86% dari 49.287.276 unit pada tahun 2007 menjadi 50.697.659 unit pada tahun 2008. Selama periode yang sama usaha kecil mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi yaitu 4,34% dari 498.565 unit pada tahun 2007 menjadi 520.221 unit. Usaha menengah juga mengalami pertumbuhan dari 38.282 unit pada tahun 2007 menjadi 39.657 unit pada tahun 2008, suatu pertumbuhan sebesar 3,59% . Data Pertumbuhan Unit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) tahun 2007-2008 disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Pertumbuhan Unit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) tahun 2007-2008. Skala Usaha Usaha Mikro (unit) Usaha Kecil (unit) Usaha Menengah (unit) Total (unit)
Tahun 2007
2008
Perkembangan (%)
49.287.276
50.697.659
2,86
498.565
520.221
4,34
38.282
39.657
3,59
49.824.123
51.257.537
Sumber : Biro Kementrian Koperasi dan UKM Indonesia (2010)
Jumlah Usaha Kecil Menengah (UKM) yang dibina oleh Kantor Koperasi dan UKM Kabupaten Bogor mengalami peningkatan sebesar 276 % selama tahun 2003-2007, yaitu dari 997 unit usaha pada tahun 2003 menjadi 3.751 unit usaha pada tahun 2007. Sampai dengan tahun 2007, berdasarkan kriteria permodalan
18
dan omzet, dari 203 UKM yang dievaluasi, 37 UKM diklasifikasikan sebagai UKM Unggul, 104 UKM Mandiri, dan 62 UKM Tangguh. 4.2.
Kontribusi UKM terhadap PDRB Usaha Kecil Menengah (UKM ) memberikan kontribusi Rp 2.121,3 triliun
atau 53,6 persen dari Total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2007 yang mencapai Rp 3.957,4 triliun. Jadi dibandingkan 2006, pertumbuhan PDB UKM hanya 5,7% dan PDB usaha besar hanya 5,2%. Sementara itu, pertumbuhan PDB UKM 2007 terjadi pada semua sektor ekonomi. Dari sisi ekspor, hasil ekspor produksi UKM selama 2007 mencapai Rp 142,8 triliun atau 20 persen terhadap ekspor non-migas nasional sebesar Rp 713,4 triliun. Nilai investasi fisik UKMB yang dinyatakan dengan angka Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada 2007 mencapai Rp 462,01 triliun atau 46,96 persen terhadap total PMTB Indonesia. Terkait dengan Kabupaten Bogor, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor Tahun 2002-2005. No
Tahun
Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)
1
2002
4,48
2
2003
4,81
3
2004
5,56
4
2005
5,85
Sumber: Kabupaten Bogor Dalam Angka (2005)
Perekonomian Kabupaten Bogor pada tahun 2005 ditandai dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 5,85% meningkat bila dibandingkan tahun 2005 sebesar 5,56%. Pada tahun 200, sektor yang mengalami pertumbuhan paling
19
tinggi adalah sektor keuangan dan jasa (perusahaan) dengan pertumbuhan sebesar 9,69%, naik bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 6,08%. Sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan paling rendah adalah sektor pertambangan dan penggalian dengan pertumbuhan sebesar minus 10,11%. Tabel 4 menunjukkan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor berdasarkan lapangan usaha adalah sebagai berikut: Tabel 4.
No
Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor Berdasarkan Lapangan Usaha Tahun 2002-2005 Lapangan Usaha
Tahun 2002
2003
2004
2005
1
Pertanian
-0,08
-5,41
0,15
2,95
2
Pertambangan
-2,27
8,22
-7,50
-10,11
3
Industri
4,85
5,34
5,96
5,82
4
LGA
4,86
5,11
5,92
7,23
5
Bangunan
5,22
5,81
6,68
5,12
6
Perdagangan
5,26
6,20
6,69
8,01
7
Angkutan
5,62
6,46
7,34
7,30
8
Keuangan
5,22
5,68
6,08
9,69
9
Jasa-jasa
5,02
5,44
6,19
4,25
PDRB
4,48
4,81
5,56
5,85
Sumber: Kabupaten Bogor Dalam Angka (2005)
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor dapat dikelompokkan menurut sektor yaitu sektor primer, sektor sekunder, dan sektor tersier. Tabel 5 menunjukkan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor menurut kelompok sektor selama 2002-2005. Dari Tabel 5 nampak bahwa sektor tersier mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan sektor tersier pada tahun 2005 sebesar 7,39% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 6,63%. Kelompok sektor sekunder tumbuh melambat pada tahun 2005 sebesar 5,87% bila
20
dibandingkan tahun 2004 sebesar 5,99%. Sektor primer dari tahun ke tahun cenderung mengalami pertumbuhan negatif, tetapi pada tahun 2005 terjadi pertumbuhan positif sebesar 0,47%. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 5 berikut: Tabel 5. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor Menurut Kelompok Sektor Tahun 2002-2005 No
Kelompok Sektor
Tahun 2002
2003
2004
2005
1 Primer
-0,48
-2,94
-1,39
0,47
2 Sekunder
4,87
5,35
5,99
5,87
3 Tersier
5,26
6,06
6,63
7,39
PDRB
4,48
4,81
5,56
5,85
Sumber: Kabupaten Bogor Dalam Angka (2005)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan komponen pendapatan pemerintah daerah kabupaten yang sangat penting, terutama dengan otonomi di daerah kabupaten. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor yang tinggi tentunya merupakan potensi yang sangat menguntungkan bagi pemerintah daerah untuk menaikkan PAD-nya dari tahun ke tahun. Perbandingan PDRB dan PAD Kabupaten Bogor ditunjukkan pada Tabel 6 berikut.. Tabel 6. Perbandingan PDRB dan PAD Kabupaten Bogor Tahun 2002-2005 Nilai Absolut (juta Rp.) PAD
PDRB
% terhadap PDRB
2002
122.394,33
22.566.874,32
0,54
2003
148.921,78
25.369.472,89
0,59
2004
166.260,11
28.832.435,46
0,58
2005 198.923,70 35.893.216,72 Sumber: Kabupaten Bogor Dalam Angka 2006
0,55
Tahun
21
Pada tahun 2004, PAD Kabupaten Bogor tercatat sebesar Rp. 166.260,11 juta meningkat menjadi Rp. 198.923,70 juta pada tahun 2005 atau naik sebesar 19,65 %. Jika dihitung persentase PAD terhadap PDRB cenderung mengalami peningkatan, namun pada tahun 2005 persentase PAD terhadap PDRB sebesar 0,55%, turun bila dibandingkan dengan tahun 2004 yang sebesar 0,58% Perkembangan unit usaha industri kecil di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 7 berikut. Tabel 7. Perkembangan Unit Usaha Industri Kecil Kabupaten Bogor dari 20042008 Jumlah Unit Usaha Kelompok Komoditas
200 4
2005
2006
2007
2008
Industri Logam
136
141
149
156
161
Industri mesin
60
61
65
68
68
Industri Alat Angkut
20
23
26
33
40
Industri Elektronika
3
4
5
6
6
Industri tekstil dan produk tekstil
333
333
339
347
352
Industri Aneka
17
17
7
9
10
Industri barang dari kulit
136
137
137
145
153
Industri kimia dan barang kimia
37
44
50
56
62
Industri plastik dan barang plastic
11
18
18
20
20
Industri karet dan barang karet
2
3
3
3
3
Industri kertas dan barang kertas
56
77
78
80
90
Industri bahan bangunan dan bahan galian
24
40
40
43
46
Industri agro
256
263
276
296
313
Industri hasil hutan
95
96
98
106
185
Jumlah
118 6
1257
1291
1368
1509
5.65
2.63
5.63
9.34
Persen (%)
Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kab. Bogor (2009)
22
Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan julah unit usaha industri kecil di kabupaten selama periode 2004–2008. Jumlah industri pada tahun 2004 adalah 1.186 unit, meningkat 5.65% menjadi 1.257 unit pada tahun 2005. Terjadi peningkatan sebesar 2.63% menjadi 1.291 unit dari 2005 ke 2006,. Jumlah ini terus mengalami peningkatan sebesar 5.63% pada tahun 2007 dan meningkat kembali sebesar 9.34% pada tahun 2008. Hal ini menunjukkan bahwa industri kecil mengalami pertumbuhan signifikan di Kabupaten Bogor. Dari sisi penyerapan tenaga kerja, industri kecil di Kabupaten Bogor mampu menyerap tenaga kerja cukup besar.
Data mengenai perkembangan
penyerapan tenaga kerja industri kecil di Kabupaten Bogor dari 2004 - 2008 ditunjukkan pada Tabel 8.
23
Tabel 8. Perkembangan Penyerapan tenaga kerja Industri Kecil Kabupaten Bogor dari 2004 - 2008 Kelompok Komoditas Industri Logam Industri mesin Industri Alat Angkut Industri Elektronika Industri tekstil dan produk tekstil Industri Aneka Industri barang dari kulit Industri kimia dan barang kimia Industri plastik dan barang plastic Industri karet dan barang karet Industri kertas dan barang kertas Industri bahan bangunan dan galian Industri agro Industri hasil hutan Jumlah Persen (%)
Penyerapan Tenaga Kerja ( orang ) 2004 1.625 971 236 34
2005 1.690 979 267 39
2006 1.723 1.012 280 42
2007 1.788 1.039 359 55
2008 1.815 1.039 417 55
7.775
7.775
7.828
7.940
8.045
172 3.158
78 3.168
92 3.168
110 3.251
114 3.472
115
119
163
88
135
182
199
163
55
55
3
4
10
10
10
64
68
94
102
144
113
120
163
189
217
7.839 644
1.941 654
2.030 676
2.207 782
2.384 861
22.931
17.101
17.444
17.975
18.763
-34.09
1.97
2.95
4.20
Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kab. Bogor (2009)
Pada tahun 2004, serapan industri kecil terhadap tenaga kerja di Kabupaten Bogor mencapai 22.931 orang, jumlah ini menurun sebesar -34.09 % menjadi 17.101 orang pada tahun 2005, meningkat kembali (1.97%) menjadi17.444 orang pada tahun 2006, meningkat menjadi 17.975 pada tahun 2007 dan meningkat kembali menjadi 18.763 pada tahun 2008.
Hal ini
menunjukkan bahwa industri kecil mampu menyerab tenaga kerja cukup besar sehingga turut menciptakan lapangan kerja dan menurunkan pengangguran.
24
Perkembangan nilai investasi industri kecil di Kabupaten Bogor ditunjukkan pada Tabel 9. Perkembang nilai investasi menunjukkan trend positif selama periode 2004–2008. Tabel 9. Perkembangan Nilai Investasi Industri Kecil Kabupaten Bogor dari 2004-2008 Kelompok Komoditas Industri Logam Industri mesin Industri Alat Angkut Industri Elektronika Industri tekstil dan produk tekstil Industri Aneka Industri barang dari kulit Industri kimia dan barang kimia Industri plastik dan barang plastik Industri karet dan barang karet Industri kertas dan barang kertas Industri bahan bangunan dan galian Industri agro Industri Hasil Hutan Jumlah Persen (%)
Nilai Investasi ( dalam juta Rupiah ) 2004 35285 42
2005
2006
2007
2008
2923 1174 176
3978 2973 1339 268
4331 3360 1440 318
4843 3677 1863 367
5251 3677 2362 367
13159 661 5365
13159 231 5465
13443 781 5465
13955 850 5808
14262 1 6670
767
1077
1265
1612
2092
583
821
821
917
917309
24
38
38
38
37834
1283
1547
1552
1651
2048
339 10101 6921
659 10463 6964
659 19937 7182
829 20926 7855
1 0 8296
47004
48981
60591
65191
69973
4,04
19,16
7,06
6,83
Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kab. Bogor (2009)
Tabel 9 di atas menunjukkan terjadinya peningkatan nilai investasi sebesar 4.04% dari tahun 2004 ke 2005 yaitu dari 47.004 milyar menjadi 48.980 milyar. Dari tahun 2005 ke 2006, terjadi peningkatan nilai investasi yang cukup besar
25
yaitu 19.16%, menjadi 60.591 milyardan terus meningkat menjadi 65.191 milyar dan pada tahun 2008 menjadi 69.972 milyar. Menurut jenis komoditi industri, terdapat delapan kelompok industri kecil di Kabupaten Bogor. Data mengenai jenis komoditi industri kecil Kabupaten Bogor sampai dengan tahun 2008 ditunjukkan pada Tabel 10. Tabel 10. Data Jenis Komoditi Industri Kecil Kabupaten Bogor sampai dengan tahun 2008. No
Jenis Industri
Jumlah (unit)
Nilai Investasi (Juta)
Tenaga Kerja (orang)
1
Industri Bata Merah
264
5.571
2.501
2
Industri Batako
38
942
285
3
Industri Meubeul & Kerajinan
637
647
1.439
4
Industri Pangan
493
2.173
1.961
5
Industri Kerajinan Umum
36
43
147
6
Industri Sandang dan Kulit
1001
11.556
6.255
7
Industri Logam
644
996
1.298
8
Industri Alat Angkut
20
100
50
Menurut jenis industrinya, industri sandang dan kulit memiliki jumlah tertinggi (1.001 unit) dibandingkan industri lainnya dengan nilai investasi 11.556 juta rupiah dan mampu menyerap tenaga kerja sebesar 6.255 orang. Industri logam menempati posisi kedua dengan jumlah 644 unit dengan nilai investasi 996 juta dan serapan tenaga kerja mencapai 1.298 orang. Jenis industri yang terkecil dalam menyerap tenaga kerja adalah industri batako yang berjumlah 38 unit dengan nilai investasi 942 juta dan serapan tenaga kerja 285 orang.
26
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.
Karakteristik Responden Analisis demografis untuk umur responden dilakukan pada kelompok umur
kurang dari sama dengan 30 tahun sampai lebih dari 65 tahun.
Hasil analisis
menunjukkan bahwa mayoritas responden berumur antara 41 – 45 tahun yaitu sebesar 43.33 %. Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah kelompok usia dewasa dan dipandang sudah memiliki pertimbangan yang rasional dalam berusaha. Tabel 11. Karakteristik Responden Karakteristik Responden
Responden Jumlah
Persen
Kelompok Umur (Tahun) <= 30 30 – 40 41 – 55 > 55
1 11 13 5
3.33 36.67 43.33 16.67
Pendidikan Sarjana SMA SMP SD
1 9 2 18
3.33 30.00 6.67 60.00
Lama Usaha(Tahun) <= 5 5 – 10 >10
3 5 22
10.00 16.67 73.33
n = 30 Sumber : Data Primer 2011 (diolah)
27
Pendidikan adalah salah satu indikator kemampuan sumberdaya manusia. Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden UKM berpendidikan SD (60.00%) dan SMA (30.00%). Hasil ini mengindikasikan bahwa pelaku UKM tas sudah memiliki pendidikan dasar yang mencukupi. Berdasarkan lama usaha menjadi UKM tas, mayoritas responden telah menggeluti usaha ini lebih dari 10 tahun (73.33%). Hasil ini mengindikasikan bahwa kegiatan usaha UKM di lokasi penelitian berdiri sudah lama dan bukan menjadi pekerjaan sampingan tetapi mata pencaharian utama yang dapat menjaga kelangsungan hidup keluarga pelaku UKM.
5.2.
Karakteristik Usaha
5.2.1 Sumber Modal dan Sistem Pengembalian Ketersediaan modal sangat penting untuk memulai suatu usaha. Modal usaha dapat berupa modal pribadi atau modal pinjaman atau kombinasi dari keduanya. Hasil analisis sumber modal UKM tas disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Sumber Modal Pelaku UKM No 1 2 3 4 5 6
Sumber Modal Pribadi Pinjaman Bank Pinjaman Koperasi Pribadi + Pinjaman Bank Pribadi + Pinjaman Koperasi Pinjaman Bank + Koperasi Total
Responden Jumlah Persen 11 36.67 18 60.00 1 3.33 30 100
Sumber : Data Primer 2011 (diolah)
28
Tabel 12 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden menggunakan kombinasi modal pribadi dan pinjaman bank (60,00%) dalam memulai usaha sebagai UKM tas, sebagian responden menggunakan modal pribadi (36,67%) dan hanya beberapa (3,33 %) yang menggunakan kombinasi antara modal pribadi dan koperasi. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa UKM tas di lokasi penelitian sudah cukup baik mengenal sumber-sumber permodalan yang tersedia di pasar. Untuk mengetahui sistem pengembalian modal pinjaman maka diajukan pertanyaan mengenai sistem pengembalian pinjaman bagi responden yang menggunakan sumber modal pinjaman. Hasil analisis menunjukkan bahwa semua responden
menggunakan
sistem pengembalian
berkala
per
bulan.
Sistem
pengembalian ini adalah yang umum diberlakukan oleh perbankan di Indonesia. 5.2.2 Tenaga Kerja UKM tas di lokasi penelitian cukup mampu menyerab tenaga kerja lokal yang tersedia. Tenaga-tenaga tersebut diperlukan untuk kebutuhan pola, jahit, seset, finishing dan sebagainya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya tenaga kerja dipekerjakan secara harian dan borongan. Upah rata-rata per minggu untuk tenaga kerja harian adalah sekitar Rp. 250.000 per minggu (Rp. 1.000.000/bulan), sedikit dibawah level upah UMR Kabupaten Bogor. Tenaga kerja sistem borongan mendapatkan upah sekitar Rp. 500.000/minggu (Rp. 2.000.000) per bulan. Level sistem borongan lebih tinggi dibandingkan harian karena sistem borongan tidak mengenal jam kerja jadi bisa bekerja sampai malam. Namun, karena produksi UKM
29
tas tergantung pada jumlah order yang diterima, tidak ada jaminan bagi pekerja sistem borongan untuk selalu mendapatkan pekerjaan dari pelaku UKM tas. Besar kecilnya upah yang dibayarkan ke tenaga kerja tidak didasarkan pada tingkat pendidikan formal dan jenis kelamin tenaga kerja. Hasil analisis mengenai sistem penggajian tenaga kerja menunjukkan bahwa untuk semua responden, upah tenaga kerja dibayarkan berdasarkan skill atau tingkat kesulitan pekerjaan yang diberikan ke tenaga kerja. Hasil ini mencirikan bahwa usaha UKM tas adalah membutuhkan skill atau ketrampilan khusus. Skill ini tidak didapatkan melalui pendidikan formal tetapi dari proses pembelajaran terus menerus dari lingkungan sekitarnya. Ini tidak berarti bahwa dalam UKM tas tidak diperlukan tenaga kerja dengan pendidikan tinggi. Mereka yang berpendidikan tinggi dapat berkontribusi dalam inovasi produk, pemasaran dan manajemen usaha.
5.3.
Kinerja UKM Kajian terhadap kinerja UKM tas di lokasi penelitian dapat dilihat dari
perkembangan jumlah aset, omzet, jumlah tenaga kerja, profit dan modal usaha yang digunakan oleh UKM tas. Kinerja UKM tas di Desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 13.
30
Tabel 13. Kinerja UKM Tas Periode 2008 dan 2009
Uraian
2008
2009
Perubahan %
27.87
29.99
7,07
554.10
848.63
34,71
14.70
16.97
13,36
Profit (Jutaan Rp)
55.07
84.30
34,68
Modal Usaha
287.09
420.60
31,74
Jumlah Aset (Jutaan Rp) Jumlah Omzet (Jutaan Rp) Jumlah Tenaga Kerja(Jutaan Rp)
(Jutaan Rp) Sumber : Data Primer 2011 (diolah)
Secara rata-rata, jumlah aset responden selama tahun 2008 adalah sebesar Rp. 27.87 juta rupiah dan mengalami peningkatan sebesar 7.07% pada tahun 2009 menjadi sebesar Rp. 29.99 juta rupiah. Peningkatan aset ini dapat dikaitkan dengan peningkatan modal usaha antara tahun 2008 dan 2009 sebesar 31.74%, yaitu dari 287.09 juta rupiah menjadi 430.60 juta rupiah. Tambahan modal ini sebagian digunakan untuk membeli aset-aset baru atau memperbaiki aset-aset yang rusak. Penambahan modal sebagian digunakan untuk penambahan tenaga kerja dimana pada tabel di atas dapat ditunjukkan terjadinya peningkatan jumlah tenaga kerja (13.36%).
31
Peningkatan jumlah tenaga kerja dan modal menyebabkan peningkatan jumlah nilai produksi sebesar 34.71% pada kurun waktu yang sama dan diikuti dengan peningkatan profit (34.68%) selama periode waktu yang sama. 5.4.
Pengaruh Pembangunan Jalan Terhadap Harga Input, Output dan Keuntungan Pembangunan infrastruktur jalan menyebabkan terjadinya peningkatan harga
input dan output dari UKM tas di lokasi penelitian. Rasio harga input dan output sebelum dan sesudah pembangunan infrastruktur jalan disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Rata-rata Harga Satuan Produk Tas Sebelum dan Sesudah Pembangunan Jalan Sebelum infrastruktur (2008)
Sesudah Infrastruktur (2009)
Persen (%)
Harga Input (Rp)
8.500
8.750
2.94
Harga Output (Rp)
10.000
11.500
15.00
0.85
0.76
Komponen
Rasio Sumber : Data Primer 2011 (diolah)
Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa sebelum pembangunan jalan, rata-rata harga satuan input adalah Rp. 8.500, meningkat sebesar 2,94% menjadi Rp. 8.750. Peningkatan ini lebih disebabkan oleh terjadinya kenaikan harga bahan imitasi dan accessories di pasar lokal sedangkan biaya tenaga kerja tidak mengalami perubahan. Jika dibandingkan dengan inflasi yang terjadi pada periode 2008 – 2009 yaitu sekitar 7%/tahun, maka dapat dikatakan bahwa harga input riil setelah pembangunan jalan menjadi lebih kecil. Dari sisi output, harga output juga mengalami peningkatan dari Rp. 10.000 meningkat menjadi Rp.11.500 setelah infrastruktur jalan. Peningkatan
32
harga output ini menyesuaikan peningkatan harga input. Dilihat dari rasio harga input terhadap output, terjadi penurunan rasio dari 0.85 menjadi 0.76 setelah infrastruktur jalan. Penurunan rasio harga input/harga output setelah pembangunan infrastruktur jalan ini terkait dengan semakin pendeknya jarak dan waktu tempuh dan penuruna biaya operasional kendaraan dalam pembelian bahan dan pegiriman produk tas ke pembeli. Ini pada gilirannya akan menurunkan biaya transportasi. Temuan ini sejalan dengan temuan National Bank for Agriculture and Rural Development (2004) dalam laporan proyek di Mumbai, India, bahwa investasi pembangunan jalan dan jembatan menyebabkan meningkatnya akses ke praktek agronomi modern, mempermudah akses ke pasar input, dan menurunkan biaya transportasi. Di sisi lain investasi pembangunan jalan berpengaruh positif pada manfaat tidak berujud seperti perubahan pola kepemikian aset, meningkatnya lapangan kerja, meningkatnya serapan kredit, perbaikan akses ke pendidikan dan kesehatan, peningkatan kualitas hidup dan sebagainya . Tabel 15 menunjukkan pengujian fungsi produksi Cobb-Douglass.
Dari
Tabel 15 dapat ditunjukkan bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar 0.996, yang berarti bahwa variasi nilai produksi yang dapat dijelaskan oleh variasi dari tenaga kerja, bahan, asset, dan tahun, adalah sebesar 99.6%.
33
Tabel 17. Pengujian Fungsi Produksi Variabel
Koefisien
Sig
Konstanta
0.657
<0.001
Tenaga kerja (X 1 )
0.019
0.086
2.052
Bahan (X2)
0.951
<0.001
1.528
Aset (X 3 )
0.006
0.186
1.726
Tahun
0.015
0.136
1.082
R2
0.996
F
2897000
VIF
<0.001
Sumber : Data Primer 2011 (diolah) Keterangan : R2 = Koefisien Determinasi VIF = Statistika Kolinieritas, VIF > 10 : terjadi multikolinier
Keempat variabel yang dianalisis menunjukkan nilai VIF kurang dari 10. Ini berarti bahwa tidak terjadi multikolinieritas pada model. Dari empat variabel yang dimasukkan dalam model (tenaga kerja, bahan, aset, dan tahun), tiga variabel yaitu tenaga kerja, bahan dan tahun mempunyai
pengaruh yang nyata pada taraf
kepercayaan 15%. Koefisien tenaga kerja sebesar 0.019 yang nyata pada taraf 10% menunjukkan jika tenaga kerja meningkat sebesar 10% maka akan meningkatkan output sebesar 0,19%, cateris paribus. Koefisien bahan sebesar 0.951 menunjukkan peningkatan bahan 10% akan menyebabkan peningkatan output 9,51%, cateris paribus. Koefisien variabel dummy tahun sebesar 0.015 menunjukkan nilai produksi setelah pembangunan jalan meningkat sebesar 1.5% dibandingkan nilai produksi sebelum pembangunan jalan.
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa
pembangunan jalan dapat meningkatkan nilai produksi industri tas di lokasi penelitian.
34
Temuan ini sejalan dengan hasil dari Ashok dan Balasubramanian (2006) dalam studi investasi pembangunan jalan di Tamil Nadu, India, bahwa pembangunan infrastruktur adalah determinan penting total factor productivity dan efisiensi produksi pertanian. Peningkatan nilai produksi tas tercermin dari nilai keuntungan yang disajikan pada Tabel 16 berikut. Baik penerimaan maupun biaya, nampak bahwa terjadi peningkatan sebelum dan sesudah pembangunan infrastruktur jalan.
Rata-rata
keuntungan sebelum pembangunan infrastruktur jalan adalah 55.07 juta rupiah dan mengalami peningkatan sebesar 35% menjadi 84.30 juta rupiah. Tabel 18. Rata-Rata Keuntungan UKM Sebelum dan Sesudah Infrastruktur Jalan Sebelum infrastruktur (2008)
Sesudah infrastruktur (2009)
Penerimaan (Juta Rp/th)
554.10
848.63
Biaya ( Juta Rp/th)
499.03
764/33
Keuntungan (Juta Rp/th)
55.07
84.30
Komponen
Sumber : Data Primer 2011 (diolah)
Terbukanya akses jalan mempercepat akses UKM ke pemasok bahan baku dan konsumen. Di sisi lain, terbukanya akses jalan juga membuat semakin banyak konsumen yang melakukan order langsung ke lokasi dan mengambil sendiri produk pesanannya ke UKM.
35
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1
Simpulan Pada akhir tahun 2008 telah dilakukan pembangunan jalan disekitar
perkampungan pengrajin tas di Desa Bojong Rangkas kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Pembangunan jalan tersebut mempunyai pengaruh yang nyata terhadap kinerja pengrajin tas di daerah tersebut, yang secara terinci adalah sebagai berikut: 1. Pembangunan jalan telah menyebabkan rasio harga input-output menjadi menurun, dari 0,85 menjadi 0,76. 2. Penurunan rasio harga input-output menyebabkan nilai produksi tas meningkat. Setelah pembangunan jalan, nilai produksi tas lebih tinggi 1,5% dibandingkan sebelum pembangunan jalan. 3. Oleh karena rasio input-output menurun dan nilai produksi meningkat, maka keuntungannya juga meningkat yaitu dari 55,07 juta pertahun menjadi 84,30 juta pertahun. 6.2.
Saran
Untuk meningkatkan kinerja industri kecil menengah, maka perlu diperhatikan kondisi jalan yang menghubungkan antara jalan raya dengan jalan menuju perkampungan industri.
38
DAFTAR PUSTAKA Ahmed, R dan Hossein, M. 1990. Development Impact of Rural Structure in Bangladesh. Research Report 83. International Food Policy Research Institute in colaboration with Bangladesh Institute of Development Studies. Anonimous. 2009. Draft Draft Rencana Strategis Kabupaten Bogor tahun 20092013. Pemerintah Kabupaten Bogor.. Aschauer, D.A. 1989). ‘Is Public Expenditure Productive?’, Journal of Monetary Economics, p. 23. Ashby, J. A. dan Sperling, L. 1995. Institutionalizing Participatory, ClientDriven Research and Technology Development in Agriculture. Development & Change 26(4) : 753-770. Ashok, KR dan Balasubramanian. 2006. Role of Infrastructure in Productivity and Diversification of Agriculture. South Asia Network of Economic Research Institutes (SANEI) Pakistan Institute of Development Economics, Islamabad, Pakistan. Badan Pusat Statistik. 2005. Kabupaten Bogor Dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Bogor. __________________. 2006. Kabupaten Bogor Dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Bogor. Creightney, C. 1993. Transport and economic performance: a survey of developing countries , Report, World Bank. Biro Kementrian Koperasi dan UKM Indonesia. 2010. Leaflet Perkembangan UKM di Indonesia, Jakarta. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi, 2009. Ernst and Young. 1996. Transport Infrastructure, Business Costs and Business Location, report for UK Government, Department of Transport, UK. Hidayat, A. 2004. Analisis Industri Rumah Tangga untuk Penentuan Strategi Pemberdayaannya : Studi Kasus Industri Rumah Tangga Sepatu dan Sandal di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Tesis. Program Magister Ilmu Administrasi. Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jakarta. Ivanoca, O. 2003. The Role of Transport Infrastructure in Regional Economic Development. TOI report 671/2003. The Institute of Transport Economics, Norwegia. Juanda, B. 2007. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis, IPB Press, Bogor.
39
Lall, S. and Shalizi, Z. 2001. Agglomeration Economies and Productivity in Indian Industry, Working paper, World Bank. Mangara, T. 2002. Strategi Industrialisasi Berbasis Usaha Kecil dan Menengah : sebuah rekonstruksi pada masa pemulihan dan pasca krisis ekonomi. Orasi Ilmiah Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Minten, B. 1999. Infrastructure, Market Access, and Agricultural Prices: Evidence From Madagascar. International Food Policy Research Institute. MSSD Discussion Paper No. 26. Washington, D.C. 20006 U.S.A. National Bank for Agriculture and Rural Development. 2004. Infrastructure for Agriculture and Rural Development : An Impact Assessment of Investments in Rural Roads & Bridges under RIDF. Mumbai, India Rietveld, R dan R. Nijkamp. 1992. Transport and Regional Development. Faculteit der Economische Wetenschappen en Econometrie. ResearchMemorandum 1992-50 December 1992 Sandee, H. 1994. The Impact of technological change on interfirm linkages: a case study of clusters rural small-scale roof tile enterprises in Central Java. In P. O. Pedersen, A. Sverrisson, & M. P. v. Dijk (Eds.), Flexible Specialization; the dynamics of small sacle industries in the South (pp. 8496). London: Intermediate Technology Publications. Simatupang, P., M.H. Togatorop, Rudy P. S, dan Tulus T. 1994. Prosiding Seminar Nasional Peranan Strategis Industri Kecil dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap II, U KI-Press, Jakarta. Stephan, A. 1997. The Impact of Road Infrastructure on Productivity and Growth: Some Preliminary Results for the German Manufacturing Sector. Discussion paper, FS (IV): 47– 97. Tambunan, T. TH. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia : Beberapa Isu Penting. Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Ukay Karyadi. 2003. Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah Lewat Inkubator Bisnis. Pusat Inkubator Bisnis, ITB. Bandung Usman, E. 2006, Analisis Ekonomi Kinerja Usaha Kecil Dan Menengah di Propinsi Jawa Timur. Tesis Magister Sains Pada Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah Dan Perdesaan IPB. Weijland, H. 1999. Microenterprise Clusters in Rural Indonesia: Industrial Seedbed and Policy Target. World Development, 27(9), 1515-30.
40
LEMBAR LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Sebelum Infrastruktur Jalan
41
Lampiran
2.
Layout
Sesudah
Infrastruktur
Jalan
42
Lampiran 3. Kuisioner Penelitian Kinerja
1.
Nama Responden /Pengrajin
: ...........................................................
2.
Jenis kelamin
: Laki-laki/Perempuan
3.
Umur
:
4.
Pendidikan terakhir
: SD/SLTP/SLTA/D1/D2/D3/S1
5.
Teknologi pengolahan
: tradisional/semi tradisional
6.
Tahun awal usaha
: ...........................................................
7.
Hasil produksi 2008
: ...........................................................
8.
Hasil produksi 2009
: ...........................................................
9.
Jumlah asset tahun 2008
: ...........................................................
10.
Jumlah asset tahun 2009
: ...........................................................
11.
Omset penjualan 2008
: ...........................................................
12.
Omset penjualan 2009
: ...........................................................
13.
Keuntungan 2008
: ...........................................................
14.
Keuntungan 2009
: ...........................................................
15.
Modal tahun 2008
: ...........................................................
16.
Modal tahun 2009
: ...........................................................
17.
Jumlah tenaga kerja tahun 2008 : ...........................................................
18.
Jumlah tenaga kerja tahun 2009 : ...........................................................
19.
Berapa besar biaya bahan/pc di tahun 2008?
20.
Berapa besar biaya bahan/pc di tahun 2009?
21.
Berapa besar upah /orang/minggu di tahun 2008?
22.
Berapa besar upah /orang/minggu di tahun 2009?
................................................ tahun
43
Lampiran 4. Kuisioner Karakteristik Usaha
1
Dari manakah sumber modal UKM saudara berasal? a pribadi b pinjaman bank c pinjaman koperasi
2
Apabila jawaban B, bagaiman sistem pengembalian pinjaman? a berkala, per bulan b berkala, per 3 bulan c per tahun
3
Berdasarkan apakah sistem penggajian tenaga kerja pada UKM saudara? a Tingkat pendidikan b Skill / tingkat kesulitan pekerjaan c Jenis Kelamin
4
Apakah saudara menerapkan pelatihan untuk mengembangkan kemampuan karyawan? a ya b tidak
5
Berdasarkan konsep apa orientasi UKM saudara terhadap pasar? a konsep produksi b konsep produk c konsep pemasaran
6
Apakah saudara menetapkan target produksi UKM per periode? a. ya b. tidak
7
Apabila jawaban A, berdasarkan apakah target yang ditetapkan ? a. omzet b. jumlah produksi
8
Apakah UKM saudara menerapkan fleksibilitas penyesuaian proses produksi? a. ya b. tidak
dalam melakukan
44
9
Sudah di level manakah cakupan pasar untuk produk UKM saudara sebelum tahun 2009? a. Bogor dan sekitarnya b. Nasional c. Luar negeri
10
Sudah di level manakah cakupan pasar untuk produk UKM saudara setelah 2009? a. Bogor dan sekitarnya b. Nasional c. Luar negeri
45
Lampiran 5. Hasil Analisis Fungsi Cobb-Douglas
Regression Analysis b
Variables Entered/Removed Model
Variables Entered
1
Variables Removed
JALAN, TAHUN, LX3, LX2,
Method . Enter
a
LX1
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: LY
Model Summary Model
R
R Square .998a
1
Adjusted R Square .996
Std. Error of the Estimate
.996
.05095481
a. Predictors: (Constant), JALAN, TAHUN, LX3, LX2, LX1
ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
df
Mean Square
37.603
5
7.521
.140
54
.003
37.743
59
F 2.897E3
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), JALAN, TAHUN, LX3, LX2, LX1 b. Dependent Variable: LY
46
Coefficientsa Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
Model 1
B
Std. Error
(Constant)
.657
.047
LX1
.019
.014
LX2
.951
LX3
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
13.989
.000
.016
1.384
.172
.487
2.052
.010
.983
95.868
.000
.654
1.528
.006
.006
.010
.898
.373
.579
1.726
TAHUN
.015
.014
.010
1.111
.272
.925
1.082
JALAN
.004
.014
.002
.268
.790
.895
1.117
TAHUN
JALAN
a. Dependent Variable: LY
Collinearity Diagnosticsa Variance Proportions
Condition Model Dimension Eigenvalue 1
Index
(Constant)
LX1
LX2
LX3
1
4.876
1.000
.00
.00
.00
.01
.01
.01
2
.523
3.054
.00
.00
.00
.00
.31
.58
3
.411
3.444
.00
.01
.00
.05
.56
.27
4
.155
5.615
.03
.00
.01
.59
.07
.01
5
.027
13.419
.14
.92
.02
.35
.00
.10
6
.009
23.800
.83
.07
.97
.01
.04
.03
a. Dependent Variable: LY
47