Pengaruh Iklim Organisasi dan Burnout terhadap Kinerja Perawat RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Pengaruh Iklim Organisasi dan Burnout terhadap Kinerja Perawat RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Sri Pahalendang Asi RSUD Pulang Pisau Kalimantan Tengah
Abstract: This study aimed to determine the effect of organizational climate and the performance of nurse burnout. This study uses descriptive analytic cross sectional approach. The research subjects are 106 nurses serving in inpatient installation dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Organizational climate was measured using a modification of organizational climate questionnare (OCQ). Burnout was measured using a modification of modified maslach burnout inventory (MBI). Instrument using 5 point Likert scale. Analysis of the test data used path analysis to find the relationship between organizational climate, burnout and performance, with the help of the program AMOS.6. The results showed that organizational climate significantly negative effect on burnout. Organizational climate has a significant positive effect on the performance of nurses. Burnout has a significantly negative effect on the performance of nurses. There is no direct effect of organizational climate on the performance of nurses through burnout. Keywords: nurse performance, burnout, organizational climate Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh iklim organisasi dan burnout terhadap kinerja perawat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Subyek penelitian berjumlah 106 perawat yang bertugas di instalasi rawat inap RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Iklim organisasi diukur menggunakan modifikasi organizational climate questionnare (OCQ). Instrumen menggunakan 5 skala Likert. Analisis data yang digunakan adalah uji path analysis untuk mencari hubungan antara iklim organisasi, burnout dan kinerja, dengan bantuan program AMOS.6. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklim organisasi berpengaruh secara signifikan negatif terhadap burnout. Iklim organisasi mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap kinerja perawat. Burnout berpengaruh secara signifikan negatif terhadap kinerja perawat. Terdapat pengaruh tidak langsung iklim organisasi terhadap kinerja perawat melalui burnout. Kata Kunci: kinerja perawat, burnout, iklim organisasi
Rumah sakit merupakan salah satu bentuk organisasi jasa. Rumah sakit sebagai penyedia layanan kesehatan memiliki karakteristik yang berbeda dengan organisasi lainnya. Adanya karakteristik tersebut mempengaruhi iklim organisasi dalam rumah sakit. Demi kelangsungan organisasinya, rumah sakit harus dapat meman-
Alamat Korespondensi: Sri PA, RSUD Pulang Pisau Kompleks Perkantoran, Jl. Trans Kalimantan, Rey 4 Mentaren Pulang Pisau, Kalteng HP. 081349075646. Email: sp.asi_aden @yahoo.co.id
faatkan sumber daya yang dimilikinya menjadi keunggulan kompetitif. Sumber daya tersebut dapat berupa sumberdaya finansial, sumberdaya manusia, kemampuan teknologi dan sistem. Perawat merupakan sumberdaya manusia terbanyak dalam organisasi rumah sakit. Perawat memegang peranan penting dalam pemberian layanan di rumah sakit, karena perawat terlibat langsung dengan pasien dan keluarganya selama 24 jam penuh. Perkembangan paradigma keperawatan dalam bentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif, menuntut perawat untuk selalu profesional
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 515
ISSN: 1693-5241
515
Sri Pahalendang Asi
sesuai standar kinerja keperawatan yang berlaku. Kinerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang ditandai dengan hasil yang dapat di nikmati. Pekerjaan perawat memiliki beberapa karakteristik yang menciptakan tuntutan kerja yang tinggi, seperti pekerjaan yang rutin, jadwal kerja yang ketat, tanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan diri sendiri dan orang lain, serta dituntut untuk mampu bekerja dalam tim. Kompleksnya tuntutan pekerjaan dan tanggung jawab perawat menyebabkan profesi perawat rentan mengalami burnout (Lailani 2012). Burnout merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan kondisi penurunan energi mental atau fisik setelah periode stress berkepanjangan, berkaitan dengan pekerjaan atau cacat fisik (Perry & Potter 2005). Maslach, et al. (2001) mendefinisikan burnout sebagai sindrom psikologis yang melibatkan respon berkepanjangan terhadap stressor interpersonal yang kronis dalam pekerjaannya. Burnout memiliki tiga dimensi yaitu kelelahan, sinis dan rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri (Maslach, et al. 2001). Kelelahan (emotional exhaustion) merupakan penentu utama kualitas burnout, dikatakan demikian karena perasaan lelah mengakibatkan seseorang merasa kehabisan energi dalam bekerja sehingga timbul perasaan enggan untuk melakukan pekerjaan baru dan enggan untuk berinteraksi dengan orang lain. Sinis (depersonalization), ditandai dengan kecenderungan individu meminimalkan keterlibatannya dalam pekerjaan bahkan kehilangan idealismenya dalam bekerja. Depersonalization adalah cara yang dilakukan seseorang untuk mengatasi kelelahan emosional yang dihadapinya. Perilaku tersebut merupakan upaya untuk melindungi diri dari tuntutan emosional yang berlebihan dengan meperlakukan orang lain sebagai obyek. Rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri (low personal accomplishment), merupakan kecenderungan memberikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri. Individu merasa pesimis dengan kemampuannya bekerja, sehingga setiap pekerjaan dianggap sebagai beban yang berlebihan. Hasil studi pendahuluan di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya menunjukkan adanya burnout pada kategori rendah terutama pada dimensi emotional exhaustion. Adanya burnout perawat akan sangat berpengaruh pada pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien dan keluarga, membuat 516
hubungan antar rekan kerja menjadi renggang serta timbul perasaan negatif terhadap pasien, pekerjaan dan iklim organisasi (Tawale, dkk. 2011). Hal ini berdampak pada menurunnya kinerja perawat yang akhirnya berpengaruh pada kualitas mutu pelayanan. Iklim organisasi adalah lingkungan internal atau psikologis organisasi. Iklim organisasi akan mempengaruhi praktik dan kebijakan sumberdaya manusia yang diterima oleh anggotanya (Simamora 1999). Triguni (2000) mendefinisikan iklim organisasi sebagai pandangan/persepsi terhadap kondisi kerja yang tercermin dari sikap, perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan yang mendorong sumberdaya manusia yang terlibat dalam organisasi untuk bekerja. Beberapa penelitian membuktikan bahwa ada pengaruh antara iklim organisasi dan burnout terhadap kinerja. Iklim organisasi yang baik dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan kinerja individu (Utami 2005). Pada penelitian lain diketahui bahwa iklim organisasi menjadi kekuatan utama yang mempengaruhi perilaku karyawan dalam pencapaian kinerja organisasi (Runtu & Widyarini 2009). Pengaruh burnout terhadap kinerja dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan Hadriani (2002), diketahui bahwa kejenuhan kerja (burnout) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan dan motivasi dalam bekerja. Kepuasan kerja yang tinggi, maka motivasi kerja juga akan meningkat yang akhirnya akan meningkatkan kinerja (Maharani & Triyoga 2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh iklim organisasi terhadap burnout di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Penelitian ini juga bertujuan mengetahui pengaruh langsung iklim organisasi atau tidak langsung melalui burnout terhadap kinerja perawat di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Kerangka konsep penelitian disajikan dalam gambar 1. Berdasarkan pemaparan di atas, hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: H1 : Iklim organisasi berpengaruh terhadap burnout perawat di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya H2 : Iklim organisasi berpengaruh terhadap kinerja perawat di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya H3 : Burnout berpengaruh terhadap kinerja perawat di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 11 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2013
Pengaruh Iklim Organisasi dan Burnout terhadap Kinerja Perawat RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
1 Iklim organisasi (X)
3 Burnout (Z)
Kinerja (Y)
2 Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
H4
: Iklim organisasi berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja perawat melalui burnout di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
METODE Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional study. Populasi adalah seluruh perawat PNS yang bertugas di 12 unit rawat inap dan 2 unit perawatan intensif. Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 106 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling. Variabel penelitian ini terdiri dari variabel eksogen yaitu iklim organisasi (x) Variabel endogen dalam penelitian ini adalah kinerja perawat (y). Variabel mediating/variabel antara yaitu burnout (z). Iklim organisasi diukur menggunakan modifikasi organizational climate questionnare (OCQ). Instrumen kuesioner dalam penelitian ini menggunakan skala Likert untuk menunjukkan perbedaan tingkat, perbedaan derajat, perbedaan jenjang maupun perbedaan kuantitas. Sebelum digunakan, instrumen penelitian dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui sejauh mana instrumen dapat dipercaya. Dasar interpretasi analisis deskriptif dilakukan dengan mengkategorikan rata-rata (mean) masing-masing variabel berdasarkan modifikasi dari Stemple Jr (Karambut, dkk., 2004). Interpretasi sangat rendah (1,0–1,8), rendah (1,9–2,6), sedang (2,7–3,4), tinggi (3,5–4,2), sangat tinggi (4,3–5,0). Penelitian ini menggunakan analisis jalur (path analysis) dengan bantuan software AMOS.6. Asumsi model jalur dalam penelitian ini adalah ada pengaruh langsung iklim organisasi dan burnout terhadap kinerja perawat dan ada pengaruh tidak langsung iklim organisasi terhadap kinerja perawat melalui burnout.
HASIL Gambaran Lokasi Penelitian Di Kalimantan Tengah khususnya kota Palangka Raya, hanya terdapat 4 rumah sakit umum dan hanya satu yang merupakan milik pemerintah provinsi. Pemerintah provinsi menetapkan kebijakan kontrak kerja selama minimal 5 sampai 15 tahun sejak CPNS dan ketentuan pendidikan lanjutan linier bagi PNS. RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya merupakan rumah sakit kelas B non pendidikan dengan status kepemilikan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Dari 15 ruang perawatan instalasi rawat inap, digunakan 12 ruang perawatan/bangsal dan 2 ruang perawatan intensif.
Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana dengan status pegawai negeri sipil dan minimal masa kerja 1 tahun. Responden terbanyak adalah perempuan (86,8%), hal ini sesuai dengan data kepegawaian RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya, dimana perawat fungsional wanita sebanyak (76,45%). Kelompok usia terbanyak adalah 26 hingga 30 tahun, yang termasuk usia dewasa muda. Hal ini dapat menunjukkan bahwa responden sudah mempunyai kemampuan untuk berpikir dan memutuskan tujuan hidupnya. Masa kerja terbanyak dalam penelitian ini adalah 1–5 tahun (50%), hal ini berhubungan dengan kebijakan pemprov Kalimantan Tengah tentang kontrak kerja pegawai. Pendidikan responden paling banyak adalah D-3 Keperawatan (69,8%). Pendidikan D-3 Keperawatan merupakan pendidikan perawat vokasi tingkat pertama yang dapat diakui sebagai profesi perawat
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
517
Sri Pahalendang Asi
pelaksana sesuai standar Direktorat Keperawatan Depkes RI tahun 2004.
Gambaran Iklim Organisasi, Burnout dan Kinerja Perawat Secara umum nilai rata-rata pada variabel iklim organisasi adalah cukup mendukung, artinya responden menggangap iklim organisasi RS belum optimal. Dari analisa deskriptif diketahui indikator yang paling berpengaruh terhadap iklim organisasi yaitu dukungan yang memperlihatkan pola kerjasama dan motivasi dalam organisasi. Gambaran burnout yang terjadi pada perawat menunjukkan kondisi burnout yang relatif rendah. Burnout yang terjadi pada perawat terdapat pada dimensi burnout tingkat emotional exhaustion, di mana perawat mengalami kelelahan
secara emosional dan fisik berhubungan karena merasa pekerjaannya terlalu berat. Pada variabel kinerja secara umum menunjukkan tingkat kinerja yang baik. Indikator yang paling besar pengaruhnya terhadap kinerja perawat adalah etika kerja dan kerjasama, yang menunjukkan loyalitas perawat terhadap profesinya dan keterlibatan perawat dalam kerja tim.
Hasil Analisis Jalur Hasil analisis jalur menunjukan bahwa variabel burnout merupakan variabel yang memiliki pengaruh terbesar terhadap kinerja perawat (0,246). Analisis jalur menunjukkan pengaruh langsung iklim organisasi terhadap kinerja perawat memiliki koefisien jalur lebih
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
No. 1. 2.
3.
4.
Karakteristik Responden Keterangan Karakteristik Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Umur 21 – 25 tahun 26 – 30 tahun 31 – 35 tahun 36 – 40 tahun 41 – 45 tahun 46 – 50 tahun = 51 tahun Pendidikan SPK D-3 Keperawatan D-4 Keperawatan S-1 Keperawatan Masa Kerja
S-2 Keperawatan 1 – 5 tahun 6 – 10 tahun 11 – 15 tahun 16 – 20 tahun 21 – 25 tahun 26 – 30 tahun = 31 tahun
Jumlah 14 92 20 43 20 8 6 3 6 10 74 3 19 0 53 23 15 7 3 3 2
Sumber data diolah 2013 518
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 11 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2013
Prosentase (%) 13,2 86,8 18,9 40,6 18,9 7,5 5,7 2,8 5,7 9,4 69,8 2,8 17,9 0 50,0 21,7 14,2 6,6 2,8 2,8 1,9
Pengaruh Iklim Organisasi dan Burnout terhadap Kinerja Perawat RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Tabel 2. Gambaran Iklim Organisasi, Burnout dan Kinerja Perawat
Variabel Iklim Organisasi Burnout Kinerja
Mean 3,37 2,20 4,13
Kategori Cukup mendukung Rendah Tinggi
Sumber: data diolah, 2013
besar (0,127), dibandingkan pengaruh tidak langsung iklim organisasi terhadap kinerja perawat melalui burnout (0,040). Hal ini berarti bahwa iklim organisasi yang kondusif/mendukung akan sangat bermakna dalam meningkatkan kinerja perawat walaupun sudah terjadi burnout.
Pengaruh Langsung Iklim Organisasi dan Burnout terhadap Kinerja Perawatan Hasil analisis (tabel 3) diperoleh nilai koefisien jalur iklim organisasi terhadap burnout sebesar -0,163, di mana t hitung > t tabel (1,996 > 1,96). Hasil ini
e 1
4 7 ,0 6
B u rn o u t (Z ) - 0 ,1 6 3
Ik lim O rga n is a s i (X ) 6 2 ,2 1
0 ,0 4 0
0 ,1 2 7
- 0 ,2 4 6
K in e rja (Y )
e 2
2 5 ,1 1
Gambar 2. Hasil Akhir Analisis jalur
Koefisien determinasi (R2) menunjukkan seberapa besar persentase pengaruh variabel eksogen kepada variabel endogen. Persamaan pertama diperoleh nilai R2 0,037, menjelaskan bahwa variabel burnout dapat dijelaskan oleh variabel iklim organisasi sebesar 3,7%. Persamaan kedua diperoleh nilai R2 0,159, menjelaskan bahwa variabel kinerja perawat dapat dijelaskan oleh variabel iklim organisasi dan burnout sebesar 15,9%. Hasil perhitungan koefisien determinasi total sebesar 0,190, artinya informasi yang terkandung dalam data sebesar 19% dapat dijelaskan oleh path model. Sisanya sebesar 81% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model jalur.
mendukung hipotesis 1 bahwa iklim organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap burnout. Koefisien bertanda negatif menjelaskan adanya hubungan berbanding terbalik antara iklim organisasi dengan burnout. Semakin tinggi nilai iklim organisasi maka semakin rendah nilai burnout. Hasil analisis koefisien jalur iklim organisasi terhadap kinerja perawat diperoleh nilai sebesar 0,127, dimana thitung > t tabel (2,096 > 1,96). Hasil ini membuktikan hipotesis 2 yaitu iklim organisasi berpengaruh terhadap kinerja perawat. Koefisien yang positif mengidentifikasikan hubungan yang positif atau berbanding lurus antara variabel iklim organisasi dengan kinerja.
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
519
Sri Pahalendang Asi
Hasil analisis burnout terhadap kinerja perawat diperoleh nilai koefisien jalur sebesar -0,246, dimana thitung > t tabel (3,455 > 1,96). Hasil ini membuktikan hipotesis 3 yaitu burnout berpengaruh terhadap kinerja perawat. Hasil koefisien jalur menjelaskan adanya hubungan berbanding terbalik antara variabel burnout terhadap kinerja perawat. Hal ini berarti semakin tinggi burnout maka semakin rendah nilai kinerja perawat dan sebaliknya.
Pengaruh Tidak Langsung Iklim Organisasi terhadap Kinerja Perawat melalui Burnout Iklim organisasi memiliki pengaruh tidak langsung terhadap kinerja perawat melalui variabel burnout dengan koefisien jalur 0,040. Pengaruh tidak langsung antara iklim organisasi terhadap kinerja perawat melalui burnout dikatakan signifikan walaupun kecil dibandingkan pengaruh langsung iklim organisasi terhadap kinerja perawat. Hasil uji hipotesis membuktikan hipotesis 4 yaitu iklim organisasi berpengaruh terhadap kinerja perawat melalui burnout.
menganggap iklim organisasi yang ada di RSUD dr. Doris Sylvanus termasuk sedang. Hasil analisis deskriptif menunjukkan indikator paling rendah yang mempengaruhi iklim organisasi adalah pengakuan (imbalan) dan struktur (kurangnya pengorganisasian). Kurangnya pengakuan dan struktur juga tertuang dalam pernyataan terbuka tentang pendapat responden mengenai lingkungan rumah sakit, di mana sebagian besar responden menyatakan suasana kerja dan komunikasi dalam unit kerja yang sudah baik tidak didukung komunikasi yang baik antara manajerial dengan pegawai fungsional. Hasil peneltian juga mengidentifikasikan tingkat burnout perawat pelaksana dalam tingkat rendah. Burnout merupakan fenomena yang banyak ditemui pada profesi pelayanan jasa yang menuntut keterlibatan emosi (Brusaferro, et al., 2000). Burnout dapat disebabkan oleh tidak sehatnya secara fisik dan psikologis kondisi lingkungan kerja atau iklim organisasinya. Tekanan dari iklim organisasi yang tinggi menjadi faktor resiko terjadinya burnout.
Tabel 3. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
Variabel Eksogen
Variabel Endogen
Iklim Organisasi (X) Burnout (Z) Iklim Organisasi (X) Kinerja Perawat (Y) Burnout (Z) Kinerja Perawat (Y) Iklim Organisasi (X) terhadap Kinerja Perawat (Y) melalu i Burnout (Z)
Penga ruh Langsung -0,163 0,127 -0,246
Pengaruh Tidak Langsung -0.163*-0,246= 0,040
Total Pengaruh -0,163 0,127 -0,246 0.167
Sumber: data diolah 2013
PEMBAHASAN Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Burnout Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan, iklim organisasi berpengaruh secara langsung dan negatif terhadap burnout. Hasil menunjukkan bahwa semakin baik iklim organisasi maka semakin rendah tingkat burnout yang dialami dan berlaku sebaliknya. Penelitian ini menguatkan penelitian Khotimah (2010), yang menunjukkan adanya hubungan negatif dan signifikan antara persepsi terhadap lingkungan kerja psikologis dengan burnout. Secara umum perawat pelaksana
520
Hasil analisis jalur menunjukkan adanya pengaruh yang cukup kuat antara iklim organisasi dengan burnout. Hasil ini berarti burnout dapat terjadi karena kondisi iklim organisasi. Iklim organisasi yang tidak kondusif akan meningkatkan terjadinya burnout. Menurut Cheniss dalam Rustiana (2008) ada tiga faktor yang menjadi sumber burnout dalam iklim organisasi, yaitu desain organisasi, kepemimpinan dan interaksi sosial serta dukungan. Wilcockson (2011), menyatakan upaya mengatasi burnout harus dilakukan dari dua sisi, yaitu sisi individu dan sisi organisasi.
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 11 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2013
Pengaruh Iklim Organisasi dan Burnout terhadap Kinerja Perawat RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Kinerja Perawat Hasil penelitian membuktikan terdapat pengaruh cukup kuat antara iklim organisasi terhadap kinerja perawat di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Semakin tinggi iklim organisasi maka semakin tinggi kinerja yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya. Indikator iklim organisasi yang paling tinggi adalah dukungan, artinya dalam unit kerjanya perawat memiliki kepercayaan dan dukungan dari atasan langsung dan teman sekerja. Pada variabel kinerja diketahui indikator yang paling tinggi adalah kerjasama dan etika kerja. Indikator kerjasama dan etika kerja menggambarkan bahwa dalam bekerja, perawat tidak lepas dari kerjasama tim dan standar etika profesinya. Iklim organisasi merupakan suatu konsep yang menggambarkan tentang persepsi lingkungan internal organisasi yang mempengaruhi perilaku anggota organisasi dalam melaksanakan pekerjaannya. Hubungan antara iklim organisasi dan kinerja menjelaskan bahwa dengan pengelolaan iklim organisasi yang baik dari organisasi (manajerial RS) dapat menanamkan persepsi positif anggota organisasi (perawat). Kepercayaan perawat terhadap rumah sakit secara langsung berdampak positif terhadap kinerja. Sihotang (2004) mengatakan dalam upaya memperbaiki iklim organisasinya, agar tetap mempertahankan persepsi positif karyawan terhadap lingkungan kerjanya dengan cara lebih memperhatikan struktur kerja karyawan, meningkatkan kerjasama kelompok, kelancaran komunikasi dua arah, dan memperbaiki sistem reward sesuai kinerja. Penelitian ini mendukung penelitian Junandi dan Maryono (2012), yang menyatakan adanya kolerasi yang tinggi dari kinerja pustakawan dengan setiap indikator variabel iklim organisasi. Hasil penelitian Runtu dan Widyarini (2009), iklim organisasi sebagai seperangkat unsur dari lingkungan kerja dapat menjadi kekuatan utama yang mempengaruhi karyawan dalam mewujudkan kinerja organisasi.
Pengaruh Burnout terhadap Kinerja Perawat Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh signifikan berbanding terbalik antara burnout terhadap kinerja perawat. Semakin rendah burnout yang dialami maka semakin tinggi kinerja perawat di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
Karakteristik responden terbanyak dalam penelitian ini sebagian besar wanita. Beberapa penelitian dan berdasarkan teori dikatakan bahwa pria dan wanita memiliki cara yang berbeda dalam menghadapi suatu masalah, dimana wanita cenderung mengalami kelelahan emosi di bandingkan laki-laki (Sihotang 2004, Rustiana 2008, Dewi & Paramita 2013). Leiter dan Maslach (2009) menjelaskan bahwa wanita cenderung mengalami burnout dibanding laki laki. Penelitian terdahulu dan berdasarkan teori dapat menjelaskan hasil penelitian dimana diketahui perawat di RSUD dr. Doris Sylvanus mengalami tingkat burnout rendah terutama pada indikator emotional exhaustion. Meningkatnya kelelahan dapat memicu menurunnya kinerja. Kelelahan yang muncul dapat disebabkan oleh adanya peningkatan tuntutan kerja yang menuntut perawat untuk bekerja secara maksimal dan profesional. Perawat di instalasi rawat inap dituntut memiliki kondisi yang baik untuk dapat menyelesaikan tugasnya terkait jadwal kerja yang padat (shift 24 jam). Kurniawati dan Solikhah (2012), dalam penelitiannya mengatakan bahwa faktor usia diyakini sangat mempengaruhi produktifitas seseorang dalam bekerja. Mayoritas responden dalam penelitian ini adalah pada usia dewasa muda (26–30 tahun). Setiap usia mempunyai tingkat kemampuan berpikir dan kemampuan beradaptasi yang berbeda, sehingga berpengaruh pada perilaku dalam menghadapi pekerjaannya (Rustiana 2008). Masa kerja responden terbanyak dalam penelitian ini adalah 1–5 tahun. Menurut Maharani dan Triyoga (2012), perawat dengan masa kerja minimum cenderung mengalami burnout karena perawat baru mulai belajar beradaptasi dengan lingkungan dan pekerjaannya, sehingga secara tidak langsung menjadi beban kerja dan berdampak pada menurunnya kinerja. Penelitian ini mendukung hasil penelitian Won & Son (2012), yang menunjukkan bahwa burnout lebih banyak terjadi pada caregiver dengan pengalaman yang minim karena mereka cenderung memiliki kemampuan pertahanan diri yang kurang terhadap stres. Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa burnout memiliki pengaruh paling kuat terhadap kinerja perawat, yang artinya saat burnout yang terjadi tidak segera diatasi maka kinerja perawat akan terus mengalami kemunduran. Menurut Rustiana (2008) burnout
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
521
Sri Pahalendang Asi
dapat dicegah dan diatasi dengan menentukan target jangka pendek individu, membina komunikasi yang baik, meningkatkan koping individu dalam menghadapi stress, mempertahankan sikap positif, mempertahankan kesehatan dan melakukan refreshing/penyegaran. Penting bagi individu yang mengalami gejala burnout memiliki waktu untuk dirinya sendiri dengan mengambil libur/cuti, selain itu sistem reward sesuai kinerja dalam organisasi juga mampu mengurangi burnout karena meningkatkan kepuasan kerja yang secara langsung meningkatkan kinerjanya (Wilcockson 2011).
Pengaruh Tidak Langsung Iklim Organisasi terhadap Kinerja Perawat melalui Burnout Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara tidak langsung iklim organisasi memiliki pengaruh terhadap kinerja perawat melalui burnout. Penelitian ini mendukung penelitian Putra dan Mulyadi (2010) yang menunjukkan pengaruh negatif job demand terhadap kinerja karyawan dapat diperkuat oleh variabel burnout. Hasil analisis jalur diketahui bahwa pengaruh langsung iklim organisasi terhadap kinerja memiliki koefisien yang lebih tinggi/bermakna dibandingkan bila melalui variabel burnout. Hasil ini dapat menjadi rujukkan bagi manajemen rumah sakit agar lebih fokus untuk memperbaiki iklim organisasi yang ada di rumah sakit. Menurut Sauter et al dalam Kelloway (2005), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam iklim organisasi yang berpengaruh pada job demand antara lain pengaturan jam kerja termasuk rotasi, pengaturan beban kerja dan pengaturan job content. Iklim organisasi adalah lingkungan internal atau psikologis organisasi, yang mempengaruhi praktikpraktik dan kebijakan sumberdaya manusia yang diterima anggota organisasi. Iklim organisasi terbuka tercipta bila karyawan memiliki tingkat keyakinan yang tinggi dan mempercayai keadilan tindakan dan keputusan manajerial (Simamora 1999). Hubungan komunikasi dua arah yang baik akan memacu perawat untuk lebih bekerja lebih baik, selain itu jumlah tekanan pekerjaan yang ditoleransi oleh rumah sakit dapat meminimalkan tingkat burnout pada perawat.
Keterbatasan Penelitian Beberapa keterbatasan yang dapat dijadikan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya adalah: 522
•
•
Penelitian hanya membahas pengaruh iklim organisasi dan burnout terhadap kinerja. Secara obyektif masih banyak faktor lain yang mempengaruhi burnout dan kinerja seperti motivasi, kepemimpinan dan lainnya. Karakteristik tempat penelitian seperti adanya kebijakan pemerintah provinsi yang berkaitan dengan penelitian ini, mungkin tidak ditemukan ditempat lain, sehingga generalisasi hasil penelitian harus mempertimbangkan faktor tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh langsung iklim organisasi terhadap burnout. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa iklim organisasi dan burnout masing-masing memiliki pengaruh terhadap kinerja perawat di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, serta adanya pengaruh tidak langsung iklim organisasi terhadap kinerja perawat di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya melalui burnout. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua hipotesis terbukti.
Saran Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan, diketahui bahwa persepsi perawat terhadap iklim organisasi RSUD dr. Doris Sylvanus dalam kategori cukup mendukung dan perawat sebagian besar sudah mengalami burnout rendah. Pihak manajemen rumah sakit dapat mengupayakan programprogram untuk meningkatkan iklim organisasi seperti memperbaiki kebijakan yang berhubungan dengan kinerja perawat, seperti mensosialisasikan kembali tujuan RS (visi dan misi), dan mengkomunikasikan setiap kebijakan yang berhubungan dengan kinerja perawat, mengembangkan program pengembangan diri dari segi psikologis seperti pelatihan manajemen stress, services excellent, mengevaluasi program reward dan punishment termasuk pemberian cuti, program refreshing dan insentif sesuai kinerja dan program lainnya. Peneliti selanjutnya dapat dapat melakukan pengelompokan/cluster perawat berdasarkan unit kerja untuk mengetahui gambaran iklim organisasi, burnout dan kinerja di setiap unitnya, sebagai dasar untuk
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 11 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2013
Pengaruh Iklim Organisasi dan Burnout terhadap Kinerja Perawat RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
memetapkan kebijakan yang sesuai untuk setiap unitnya.
DAFTAR RUJUKAN Brusaferro, S., Agnoletto, A.P., Gubian, F., & Balestrieri, M. 2000. ’Use of the Maslach Burnout Inventory to support health care workes management in hospital’, Journal Preventive Medicine and Hygiene vol. 41, pp. 18–23. Dewi, S.L., dan Paramita, P.P. 2013. Tingkat Burnout ditinjau dari Karakteristik Demografis (Usia, Jenis kelamin dan Masa kerja) Guru SDN Inklusi di Surabaya. JURNAL Psikologi Pendidikan dan Perkembangan. Februari, vol. 2, 01–09. Junandi, S., dan Maryono, 2012. Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Kinerja Pustakawan Universitas Gadjah Mada. SANGKAKALA, vol. 12, 24–33. Karambut, C.A., Eka, A.T., dan Noormijati. 2012. Analisis Pengaruh Kecerdasan Emosional, Stress Kerja dan Kepuasan Kerja terhadap Komitmen Organisasi (Studi pada Perawat Unit Rawat Inap RS Panti Waluya Malang). Jurnal Aplikasi Manajemen. September, vol. 10, 655–668. Khotimah, K. 2010. Hubungan antara persepsi terhadap lingkungan kerja psikologis dengan burnout pada perawat RSU Budi Rahayu Pekalongan, Universitas Diponegoro. Kurniawati, D., & Solikhah. 2012. Hubungan kelelahan kerja dengan kinerja perawat di bangsal rawat inap Rumah Sakit Islam Fatimah Kabupaten Cilacap, KES MAS, vol. 6, no. 2. Lailani, F. 2012. Burnout pada Perawat ditinjau dari Efikasi Diri dan Dukungan Sosial. Jurnal Talenta Psikologi. Februari, vol. 1, 67–87. Leiter, M.P., dan Maslach, C. 2009. Nurse Turnover: The Mediating Role of Burnout. Journal of Nursing Management. vol. 17, 331–9. Maharani, P.A., dan Triyoga, A. 2012. Kejenuhan Kerja (Burnout) dengan Kinerja Perawat dalam Pemberian Asuhan Keperawatan. Jurnal STIKES. Desember, vol. 5, 167–178. Maslach, C., Schaufeli, dan Leither. 2001. Job Burnout. Annual Review of Psycology. vol. 52, 397–442.
Perry, G., dan Potter, P.A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC. Prasetyo, B., dan Jannah, L.M. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Putra, Y.S., dan Mulyadi, H. 2010. Pengaruh Faktor Job Demand terhadap Kinerja dengan Burnout sebagai Variabel Moderating pada Karyawan Bagian Produksi PT Tipilar Betonmas Salatiga. Among Makarti. Desember, vol . 3, 47–68. Runtu, D.Y.N., dan Widyarini, M.M.N. 2009. Iklim Organisasi, Stres Kerja dan Kepuasan Kerja pada Perawat. Jurnal Psikologi. Juni, vol. 2, 107–112. Rustiana, E.R. 2008. Burn-out akibat Stres Kerja. KEMAS. Juli- Desember, Vol. 4, 107-12. Sihotang, I.N. 2004. Burnout pada Karyawan ditinjau dari Persepsi terhadap Lingkungan Kerja Psikologis dan Jenis Kelamin. Jurnal PSYCHE. Juli, vol.1, 9–17. Simamora, H. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Penerbitan STIE. Tawale, E.N., Budi, W., dan Nercholis, G. 2011. Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout pada Perawat di RSUD Serui-Papua. INSAN. Agustus, vol. 13, 74–84. Triguni. 2000. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Raja Grafindo. Utami, D.R.R.B. 2005. Hubungan Iklim Organisasi dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Karanganyar. Jurnal Kesehatan Surya Medika. http://www.skripsistikes. wordpress.com. Wilcockson, M. 2011. A Guide to Burnout in the Workplace. British Journal of Cardiac Nursing. October, vol. 6, 512–3. Windayanti, & Praswati, C.Y. 2007. ’Burnout pada perawat rumah sakit pemerintah dan perawat rumah sakit swasta’, JPS, vol. 13, no. 02, pp. 127–40. Wirawan. 2007. Budaya dan Iklim Organisasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Won, S., & Song, I. 2012. Factors Affecting Burnout when Caring for Older Adults Needing Long Term Care Services in Korea. INT’L J. AGING AND HUMAN DEVELOPMENT, vol. 74, 25–40.
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
523