1
PENGARUH HARGA DAN KUALITAS PEMBELIAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SEPATU SAFETY MERK NITTI DI KOTA BATAM
TUGAS AKHIR
Oleh: DAVID FEBBYANTO NIM. 11002987
PROGRAM STUDI AKUNTANSI AKADEMI AKUNTANSI PERMATA HARAPAN BATAM 2016
2
ABSTRAK PENGARUH HARGA DAN KUALITAS TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SEPATU SAFETY MERK NITTI DI KOTA BATAM Oleh : David Febbyanto
Dosen Pembimbing Yunita Sari SE.MSI Penelitian ini membahas tentang pengaruh harga dan kualitas terhadap keputusan pembelian sepatu safety merk Nitti di kota Batam. Dimana diambil dua variabel independent yaitu harga ( X1 ) dan kualitas ( X2 ) yang akan memengaruhi variabel dependent minat beli sepatu safety merk Nitti ( Y ). Adapun hipotesa yang diberikan adalah adanya pengaruh harga terhadap minat beli sepatu safety merk Nitti di kota Batam (H1)., adanya pengaruh kualitas terhadap minat beli sepatu safety merk Nitti di kota Batam (H2), adanya pengaruh harga dan kualitas terhadap minat beli sepatu safety merk Nitti di kota Batam (H3). Hasil yang didapat dengan pengolaan spss 16, uji F Menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan dari harga dan kualitas terhadap keputusan pembelian yaitu F hitung (3,916) > F – Tabel ( 3,19). Hasil Uji T masing – masing variabel harga 1,927 > 0,67964 , T hitung Kualitas ( 2,234 ) > 0,67964. Untuk uji R2 didapat 0,268 berarti kedua variabel harga dan kualitas mempengaruhi keputusan pembelian sebesar 26,8 %. Kata Kunci : Harga, Kualitas , Keputusan Pembelian
3
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Dewasa ini dunia industri di Batam sedang berkembang pesat khususnya di bidang industri alat berat, fabrikasi, perkapalan, dan lain sebagainya.Di era globaliasasi ini persaingan bisnis menjadi sengat tajam, baik pasar nasional (Domestic) maupun di pasar internasional atau global, akibatnya timbul persaingan dalam menawarkan produk – produk yang berkualitas dengan harga yang mampu bersaing di pasaran serta merek yang menjaminkan kualitas. Para investor baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri banyak yang berminat untuk berinvestasi dan mengembangkan bisnis Indonesia, sepertinya yang kita ketahui Indonesia kaya akan sumber daya alam yang melimpah didukung dengan kondisi kepulauan dan sumber daya manusia yang sangat banyak. Banyaknya perusahaan yang berdiri di Indonesia khususnya di bidang alat berat, fabrikasi dan perkapalan ini menciptakan iklim bisnis yang baik bagi perekonomian Indonesia dengan perannya yang membantu mengurangi jumlah pengangguran serta menghasilkan banyak peluang bisnis. Kegiatan operasional bidang industry ini mengharuskan karyawan berkerja di lapangan terbuka bersaman dengan kendaraan dan alat-alat berat lain yang sering
4
lewat. Disebabkan adanya beberapa aktivitas pekerjaan lapangan yang mempunyai resiko cukup tinggi, dalam melakukan pekerjaannya para karyawan di wajibkan untuk menggunakan APD (Alat Pelindung Diri). Seperti sepatu safety untuk melindungi kaki, kacamata atau safety glasses untuk melindungi mata, safety helmet untuk melindungi kepala,Earmuff atau Earplug untuk
melindungi
telinga
dari
suara
suara
berfrekuensi
tinggi
yang
bisamembahayakan pendengaran, baju pelindung (coveralls) untuk melindungi badan, Sarung tangan untuk melindungi tangan, respirator dan masker untuk melindungi pernafasan dari zat – zat kimia yang berbahaya. Dalam masalah ini penulis berniat membahas pengaruh harga dan kualitas terhadap pembelian sepatu safety merk nitti. Karna ada banyak merk sepatu safety, tapi ada beberapa merek sepatu safety yang kualitasnya tidak memenuhi standard yang diterapkan.Dengan adanya kualitas produk yang baik di dalam suatu perusahaan, akan menciptakan kepuasan bagi para konsumennya. Setelah konsumen merasa puas dengan produk yang diterimanya, konsumen akan membandingkan produk yang diterima dengan produk yang lain. Apabila konsumen merasa benar-benar puas, mereka akan membeli ulang serta memberi rekomendasi kepada orang lain untuk membeli di tempat yang sama. Oleh karena itu perusahaan harus memulai memikirkan pentingnya kualitas produk terhadap kepuasan konsumen .Kualitas produk
yang berperan penting dalam
membentuk kepuasan konsumen, selain itu juga erat kaitannya dalam menciptakan
5
keuntungan bagi perusahaannya. Semakin berkualitas produk yang diberikan oleh perusahanan maka kepuasan yang di rasakan oleh konsumen akan semakin tinggi. Banyaknya persaingan industri saat ini memaksa setiap produsen pandai dalam memilih produk untuk di hasilkan.Setiap produsen selalu berusaha melalui produk yang dihasilkannya dapatlah tujuan dan sasaran perusahaannya tercapai. Produk yang dihasilkannya dapat terjual atau dibeli oleh konsumen akhir dengan tingkat harga yang memberikan keuntungan perusahaan jangka panjang. Melalui produk yang dapat dijualnya, perusahaan dapat menjamin kehidupannya atau menjaga kestabilan usahanya dan berkembang. Setiap produsen harus memkirkan kegiatan pemasaran produk-produknya, jauh sebelum produk ini dihasilkan sampai produk tersebut digunakan oleh konsumen akhir. Untuk dapat bertahan dan mencapai hasil yang memuaskan, maka perusahaan harus mengutamakan kualitas produk agar konsumen yang memakainya merasa puas, kepuasan konsumen akan memberikan dampak terhadap produk itu sendiri dan loyalitas konsumen terhadap merek produk tersebut. Yaitu dengan cara memenuhi kebutuhan konsumen dan membuat konsumen tertarik membeli produk secara lebih baik,Hanya perusahan yang berfokus pada konsumen yang berhasil menarik minat konsumen, dan bukan hanya hasil memperkenalkan produk. Menarik minat beli konsumen merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam usaha untuk memenangkan persaingan. Bagaimana perusahaan dapat menarik konsumen dan memenangkan persaingan.
6
Produk yang berkualitas memberikan peran yang sangat penting dalam menentukan minat beli konsumen, kesan kualitas adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk.Kesan kualitas tidak dapat ditetapkan secara objektif, karena kesan kualitas ini merupakan persepsi personal dan diantara para pelanggan. Dengan masalah diatas, penulis bermaksud untuk membuat penelitian terhadap pemasaran sepatu safety merk nitti di batam dengan judul “Pengaruh Harga Dan Kualitas Terhadap Pembelian Sepatu Safety Merek Nitti Di Batam” 1.2
Rumusan Masalah Semakin ketatnya persaingan antar produsen sepatu safety di Indonesia
terutama dibatam.Produsen sepatu safety harus memiliki keunggulan bersaing dalam persaingan bisnis sepatu safety guna untuk meningkatkan keputusan pembelian dari konsumen yang berkaitan dengan kualitas dan harga dari produk yang ditawarkan agar dapat menjadi pemimpin pasar dan memiliki pangsa pasar yang tinggi. Sehingga penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah variabel harga produk dapat mempengaruhi keputusan pembelian dari sepatu safety merk Nitti di kota batam ? 2. Apakah variable kualitas produk dapat mempengaruhi keputusan pembelian dari sepatu safety merk Nitti di kota Batam? 3. Apakah variabel harga produk dan kualitas produk dapat mempengaruhi keputusan pembelian sepatu safety merk Nitti di kota Batam?
7
1.3
Batasan Penelitian Berdasarkan
mempermudahkan
latar
masalah
masalah
yang
yang akan
diuraikan
dibahas,
maka
diatas
serta
penulis
untuk
membatasi
permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sesuai dengan judul yang diajukan dalam penelitian ini, maka penelitian ini hanya berkaiatan dengan harga produk, kualitas produk dan keputusan pembelian sepatu safety merk Nitti di PT. Mitra Mulia Pertiwi Nusantara. 2. Penelitian ini hanya di tujukan pada konsumen PT. Mitra Mulia Pertiwi Nusantara.
1.4
Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1.4.1
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh variabel harag produk terhadap keputusan pembelian sepatu safety merk Nitti di PT. Mitra Mulia Pertiwi Nusantara. 2. Mengetahui pengaruh variabel kualitas produk terhadap keputusan pembelian sepatu safety merk Nitti di PT. Mitra Mulia Pertiwi Nusantara. 3. Mengetahui pengaruh variabel harga produk dan variabel kualitas produk terhadap keputusan pembelian sepatu safety merk Nitti di PT. Mitra Mulia Pertiwi Nusantara.
8
1.4.2
Manfaat Penelitian Bagi perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak
perusahaan mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian dari sepatu sepatu safety merk nitti, yaitu kualitas produk dan harga produk. Sehingga perusahaan dapat meningkatkan faktor-faktor tersebut dikemudian hari. Bagi Peneliti Bagi Peneliti , dapat menambah pengetahuan dan wawasan
serta dapat
mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori yang telah diperoleh
selama
perkuliahan. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi atau tambahan untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Bagi Masyarakat Bagi masyarakat luas, Sebagai bahan referensi dalam ilmu pendidikan sehingga dapat memperkaya dan menambah wawasan.
Bagi Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan penelitian dan masukan bagi penelitian – penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan keputusan pembelian.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori Menurut Sugiono (2010) menjelaskan bahwa landasan teori adalah teori-teori yang relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti, serta sebagai dasar hipotesis dan penyusunan instrumen penelitian. Penjabaran teori yang digunakan dalam penelitian akan diuraikan dibawah ini.
2.1.1 Harga Dalam suatu produk terkandung nilai ekonomis yang pada umumnya disebut harga. Menurut Tjiptono (1997: 157) Harga hanyalah merupakan salah satu dari bauran pemasaran oleh karena itu Harga perlu dikondisikan dan saling mendukung dengan bauran pemasaran lainnya yaitu produk, distribusi, dan promosi. a. Biaya, biaya merupakan faktor yang menentukan harga minimal yang harus ditetapkan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. b. Organisasi, manajemen perlu memutuskan siapa di dalam organisasi yang harus menetapkan harga. c. Posisi suatu produk dalam gaya hidup pelanggan, yaitu menyangkut apakah produk tersebut merupakan simbol status atau hanya produk yang digunakan sehari-hari.
10
d. Manfaat yang diberikan produk tersebut kepada pelanggan. e. Harga lain. Faktor-faktor di atas harus diperhatikan perusahaan dalam menetapkan harganya. Harga yang ditetapkan perusahaan akan diterima konsumen dan berhasil memperoleh pelanggan jika harga tersebut memperhatikan keinginan konsumen. Harga mempunyai beberapa pengertian yang intinya sama. “Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya” (Basu Swastha, 2003: 241).. Jadi harga adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan konsumen guna memperoleh produk berupa barang dan atau jasa yang dimaksud kepada pihak yang menawarkannya. Harga dalam bentuk nominal uang yang harus dibayarkan telah melalui proses kesepakatan antara kedua belah pihak. Benturan antara kedua kepentingan dan pengaruh harga terhadap kedua belah pihak merupakan proses yang tidak mudah. Kedua hal tersebut tidak bias dipisahkan karena sama penting dan berpengaruh. Harga sebagai sejumlah uang yang harus dibayar untuk mendapatkan hak penggunaan produk. Harga dalam keputusan pembelian dapat menjadi factor yang mempengaruhi keputusan pembelian untuk memengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian suatu produk, pemasar biasanya memodifikasi harga mereka.
11
Pemahaman konsumen terhadap harga mempunyai dampak yang penting terhadap penetapan kebijakan harga. Konsumen dapat mempunyai ekspektasi atas hubungan harga dengan kualitas. Konsumen mungkin mempunyai ekspektasi bahwa harga yang lebih mahal mencerminkan kualitas yang lebih baik. Harga (price) adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh produk (Kotler dan Armstrong, 2000: 73). Fungsi stimulasi harga dapat memengaruhi konsumen secara berbeda-beda dalam pembuatan keputusan pembelian terhadap suatu produk. Harga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, elemen yang lainnya menimbulkan biaya. Harga merupakan salah satu elemen bauran pemasaran paling fleksibel karena harga dapat diubah dengan cepat. Pada saat yang sama, penetapan dan persaingan harga menjadi salah satu hal yang sering dihadapi oleh para eksekutif pemasaran. Penetapan harga merupakan salah satu keputusan penting bagi pelaku usaha. Basu Swastha (1997: 147) mengemukakan bahwa harga suatu barang atau jasa merupakan penentu bagi permintaan pasarnya. Keputusan penetapan harga tergantung pada serangkaian kekuatan-kekuatan lingkungan dan persaingan yang sangat rumit. Perusahaan tidak hanya menetapkan satu harga tunggal, tetapi lebih berupa sebuah struktur penetapan harga (pricing structure) yang mencakup item-item yang berada di setiap lini produk. Struktur penetapan harga berubah dari waktu ke waktu seiring dengan siklus hidup produk tersebut.
12
Perusahaan menyesuaikan Harga supaya dapat mencerminkan perubahanperubahan biaya dan permintaan serta memperhitungkan berubahubahnya pembeli dan situasi. Ketika lingkungan persaingan berubah, perusahaan itu mempertimbangkan kapan memprakarsai perubahan harga dan kapan menanggapi perubahan di pasar (Basu Swastha, 2003: 147). Dari sudut konsumen, harga seringkali digunakan sebagai indikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa. Nilai sebagai rasio antara manfaat yang dirasakan terhadap harga. Untuk produk yang berguna bagi pelanggan dan mengantisipasi daya beli pelanggan, maka perusahaan membuat kemasan, ukuran dan jenis-jenis produk beranekaragam. Tujuan penetapan harga (Basu Swastha, 2003: 173) meliputi: a. Kelangsungan hidup, dalam kondisi pasar yang merygikan, tujuan penetapan harga mungkin mencakup tingkat profitabilitas yang diinginkan untuk memastikan kelangsungan hidup. b. Memaksimalkan keuntungan, penetapan harga untuk memastikan maksimalisasi profitabilitas dalam periode tertentu. Periode yang ditentukan akan dihubungkan dengan daur hidup jasa. c. Maksimalisasi penjualan, penetapan harga untuk membangun pangsa pasar. Ini mungkin melibatkan penjualan dengan merugi pada awalnya dalam upaya merebut pangsa pasar yang tinggi. d. Gengsi (prestise), sebuah perusahaan jasa mungkin berharap untuk
13
menggunakan penerapan harga guna menempatklan diri secara eksklusif. Basu Swastha (2003:56) menemukan bukti empiris bahwa dengan cara mengurangi harga maka akan meningkatkan ancaman ketika harganya akan dinaikkan. Faktor lain yang menunjukkan bahwa konsumen juga mempertimbangkan harga yang lalu dan bentuk pengharapan pada harga di masa yang akan datang yang mungkin tidak optimal, apabila konsumen menunda pembelian di dalam mengantisipasi harga yang lebih rendah di masa mendatang. Namun penurunan harga pada merek berkualitas menyebabkan konsumen akan berpindah pada merek lain, akan tetapi penurunan harga pada merek yang berkualitas rendah tidak akan menyebabkan konsumen berpindah pada merek yang lain dengan kualitas yang sama. Dan biasanya konsumen mempelajari informasi harga dengan dua cara, yaitu dengan disengaja atau intentional dan secara kebetulan atau insidental. Cara belajar secara disengaja berhubungan dengan pencarian yang aktif dan penghafalan harga yang ada, khususnya bagi merek-merek tertentu. Belajar secara insidental termasuk di dalamnya perbandingan secara jelas akan harga sekarang dengan harga sebelumnya yang disimpan dalam ingatan. Jadi harga adalah variabel penting yang digunakan oleh konsumen karena berbagai alasan, baik karena alasan ekonomis yang akan menunjukkan bahwa harga yang rendah atau harga yang selalu berkompetisi merupakan sala satu variabel penting untuk meningkatkan kinerja pemasaran, juga alasan psikologis dimana harga
14
sering dianggap sebagai indikator kualitas dan oleh karena itu penetapan harga sering dirancang sebagai salah satu instrumen penjualan sekaligus sebagai instrumen kompetisi yang menentukan (Peter dan Olson, 2000:56). Persepsi harga sangat memengaruhi keputusan konsumen untuk menggunakan suatu produk. “Persepsi harga (price perception) berkaitan dengan bagaimana informasi harga dipahami seluruhnya oleh konsumen dan memberikan makna yang mendalam bagi mereka. Satu pendekatan untuk memahami persepsi harga adalah pemrosesan informasi”, (Peter dan Olson, 2000: 228). Konsumen akan membuat perbandingan tentang harga yang ditetapkan itu dengan harga yang sudah terbentuk dalam benak mereka untuk jenis produk tersebut dalam pemrosesan secara kognitif. Harga dalam benak konsumen mungkin dianggap sebagai harga yang pantas untuk produk tersebut. Pengetahuan tentang harga pada suatu merek akan dibandingkan dengan harga dari merek lain dalam produk yang sama kelasnya, ciri-ciri dari berbagai merek dan biaya-biaya konsumen lainnya. Pada akhirnya, terbentuklah sebuah sikap terhadap berbagai alternatif yang ada. Model konseptual dari pemrosesan kognitif harga dapat diringkas menjadi “pencarian infomasi harga, pemahaman (penerjemahan dan penentuan makna) , integrasi (perbandingan harga dan integrasi dengan informasi lainnya) dan pembentukan sikap”, (Peter dan Olson, 2000: 229). Konsumen cenderung menggunakan harga sebagai sebuah indikator kualitas. Hal ini akan terjadi apabila:
15
a. Konsumen yakin bahwa harga mampu memprediksi kualitas. b. Ketika kualitas yang konsumen ketahui/rasakan (real perceived quality) berbeda-beda diantara para pesaing. c. Ketika konsumen sulit untuk membuat keputusan tentang kualitas secara objektif, atau dengan menggunakan nama merek atau citra toko. Seringkali beberapa konsumen mengetahui secara tepat harga suatu produk, sedangkan yang lainnya hanya mampu memperkirakan harga berdasarkan pembelian masa lampau. Konsumen akan membeli suatu produk bermerek jika harganya di pandang layak oleh mereka. Faktor-faktor seperti kualitas, tanggapan emosi, harga dan status sosial merupakan dimensi dari perceived value. Kualitas dilihat dari beberapa aspek produk tersebut dibuat, sedangkan tanggapan emosi lebih berkaitan perasaan konsumen setelah membeli suatu produk. Dalam membeli suatu produk konsumen tidak hanya mempertimbangkan kualitasnya saja, tetapi juga memikirkan kelayakan harganya (Sweeney,et.al, 1998:16).
2.1.2 Kualitas Produk Di dalam menjalankan suatu bisnis, produk maupun jasa yang dijual harus memiliki kualitas yang baik atau sesuai dengan harga yang ditawarkan. Agar suatu usaha atau perusahaan dapat bertahan dalam menghadapi persaingan, terutama
16
persaingan dari segi kualitas, perusahaan perlu terus meningkatkan kualitas produk atau jasanya. Karena peningkatan kualitas produk dapat membuat konsumen merasa puas terhadap produk atau jasa yang mereka beli, dan akan mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian ulang. Menurut Kotler (1985), pengertian produk dalam arti yang lebih luas untuk mencakup segala sesuatu yang diberikan kepada seseorang guna memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan. Konsep produk berpendapat bahwa para konsumen akan menyukai produk-produk yang memberikan kualitas, penampilan dan ciri-ciri yang terbaik. Manajemen dalam organisasi yang berorientasi pada produk demikian memusatkan energi mereka untuk membuat produk yang baik dan terus-menerus meningkatkan mutu produk tersebut. Persepsi konsumen terhadap kualitas produk, dapat dipengaruhi oleh harga produk. Konsumen memiliki persepsi, apabila semakin tinggi harga suatu produk maka semakin tinggi pula kualitas dari produk tersebut. Konsumen dapat mempunyai persepsi seperti itu ketika mereka tidak memiliki petunjuk atau acuan lain dari kualitas produk, selain harga produk. Namun sebenarnya persepsi kualitas suatu produk dapat dipengaruhi pula oleh reputasi toko, iklan, dan variabel-variabel lainnya. Menurut Fandy Tjiptono, 1997, pemahaman kualitas kemudian diperluas menjadi ”fitness for use” dan ”conformance to requirements”.
17
Kualitas mencerminkan semua dimensi penawaran produk yang menghasilkan manfaat bagi pelanggan. Istilah nilai ( value ) sering kali digunakan untuk mengacu pada kualitas relatif suatu produk dikaitkan dengan harga produk bersangkutan. Dampak kualitas terhadap pangsa pasar biasanya tergantung pada definisi tentang kualitas. Jika kualitas didefinisikan sebagai keandalan, estetika tinggi (bagaimana produk terlihat atau terasakan), atau konformansi (tingkat dimana produk memenuhi standar yang ditentukan) maka hubungannya dengan pangsa pasar adalah positif. Jika kualitas produk didefinisikan dalam konteks penampilan yang sangat baik atau lebih menarik, maka produk cenderung lebh mahal untuk diproduksi dan mungkin dijual dalam jumlah yang lebih sedikit karena harga yang lebih tinggi. Hal ini membuat beberapa produk yang bernilai lebih mahal dari kompetitornya cenderung dipersepsikan oleh konsumen sebagai produk atau jasa yang berkualitas lebih tinggi. Sebaliknya, ada beberapa produk yang berkualitas sama (dengan barang yang harganya lebih mahal) tetapi harganya murah cenderung dipersepsikan pelanggan sebagai produk atau jasa yang memiliki kualitas lebih rendah. Ada beberapa dimensi yang mencerminkan kualitas (Fandy Tjiptono, 1997) : 1. Kinerja (performance), karakteristik operasi pokok dari produk inti yang dibeli. 2. Tampilan (feature), yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap. 3. Keandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami
18
kerusakan atau gagal dipakai. 4. Konfirmasi (conformance), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan o perasi memenuhi standard-standar yang telah ditetapkan sebelumnya. 5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan. 6. Kemampulayanan (service ability), meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi, serta penanganan keluhan yang memuaskan. Pelayanan yang diberikan tidak terbatas hanya sebelum penjualan, tetapi juga selama proses penjualan hingga purna jual yang juga mencakup pelayanan reparasi dan ketersediaan komponen yang dibutuhkan. 7. Estetika (esthetic), yaitu daya tarik produk terhadap panca indera, misalnya desain artistik, warna, dan sebagainya. 8. Persepsi kualitas (perceived quality) yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya. Ketika konsumen akan mengambil suatu keputusan pembelian, variabel produk merupakan pertimbangan paling utama, karena produk adalah tujuan utama bagi konsumen untuk memenuhi kebutuhannya. Jika konsumen merasa cocok dengan suatu produk dan produk tersebut dapat memenuhi kebutuhannya, maka konsumen akan mengambil keputusan untuk membeli produk tersebut terus menerus (Nabhan dan Kresnaini, 2005).
19
Menurut Tedjakusuma, Hartini, dan Muryani (2001), untuk produk yang merupakan kebutuhan pokok seperti makanan dan minuman, konsumen sangat mempertimbangkan kualitasnya. Karena merupakan kebutuhan pokok dan sangat berhubungan dengan kesehatan manusia, maka kualitas produk sangat mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan pembelian produk. Apabila kualitas produk ditingkatkan, perilaku konsumen untuk melakukan pembelian juga akan meningkat.
2.1.3 Keputusan Pembelian Menurut Schiffman dan Kanuk (2004: 547) keputusan pembelian adalah suatu keputusan pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif yang ada. Untuk melakukan proses keputusan pembelian pada dasarnya memerlukan ketelitian dan ketepatan dalam memutuskan untuk membeli produk atau jasa yang di inginkan konsumen. Perilaku membeli konsumen merujuk pada perilaku membeli konsumen akhir yaitu individu dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk dikonsumsi pribadi. Konsumen diseluruh dunia sangat berbeda dalam hal umur, pendapatan, tingkat pendidikan, dan selera. Mereka juga membeli berbagai jenis barang dan jasa. Bagaimana konsumen yang begitu berbeda ini menentukan pilihan diantara berbagai produk merupakan sesuatu susunan faktor yang menarik. Tipe-tipe perilaku keputusan untuk membeli menurut Kotler (2001: 247). 1. Perilaku membeli yang kompleks
20
Konsumen menjalankan perilaku membeli yang kompleks ketika mereka benar-benar terlibat dalam pembelian dan mempunyai pandangan yang berbeda antara merek yang satu dengan yang lain. Konsumen mungkin terlihat amat terlibat ketika produknya mahal, beresiko, jarang dibeli, dan sangat menonjolkan ekspresi diri. 2. Perilaku membeli yang mengurangi ketidak cocokan Terjadi ketika konsumen sangat terlibat dengan pembelian yang mahal, jarang, atau berisiko, tetapi hanya melihat sedikit perbedaan di antara merek-merek yang ada. Contohnya, pembeli yang membeli karpet mungkin menghadapi keputusan dengan keterlibatan tinggi karena harga karet mahal dan karpet mencerminkan ekspresi diri. Namun pembeli mungkin mempertimbangkan hampir semua merek karpet yang berada pada rentang harga tertentu sama saja. Perbedaan merek dianggap tidak besar, pembeli mungkin berkeliling melihat-lihat karpet yang tersedia, tetapi akan cepat membeli. Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami ketidak cocokan pasca pembelian ketika mereka menemukan kelemahan-kelemahan tertentu dari merek karpet yang mereka beli ataupun mendengar hal-hal bagus mengenai merek karpet yang tidak mereka beli. 3. Perilaku membeli karena kebiasaan. Perilaku membeli karena kebiasaan terjadi dalam kondisi keterlibatan konsumen yang rendah dan kecilnya
21
perbedaan antar merek. Perilaku konsumen tidak melewati keyakinan sikap perilaku yang biasa. Konsumen tidak mencari secara ekstensif mengenai suatu merek, mengevaluasi sifat-sifat merek tersebut, dan mengambil keputusan yang berarti merek apa yang akan dibeli. Sebaliknya, mereka menerima informasi secara pasif ketika menonton televisi atau membaca majalah. Pengulangan iklan menciptakan pengenalan merek dan bukan keyakinan pada merek. Konsumen tidak membentuk sikap yang kuat terhadap terhadap suatu merek. 4. Perilaku membeli yang mencari variasi Pelanggan menjalankan perilaku membeli yang mencari variasi dalam situasi yang bercirikan rendahnya keterlibatan konsumen namun perbedaan merek dianggap cukup berarti. Menurut Kotler (2011: 184-190) Tahaptahap dalam keputusan pembelian adalah sebagai berikut: 1. Pengenalan Kebutuhan Proses pembelian diawali dengan pengenalan kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan nyata dengan keadaan yang dinginkan. Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal ketika salah satu kebutuhan normal seseorang muncul pada tingkat yang cukup tinggi untuk menjadi dorongan. Suatu kebutuhan juga dapat dipicu oleh rangsangan eksternal.
22
Pada tahap ini,orang pemasaran harus meneliti konsumen untuk menemukan jenis kebutuhan atau masalah apa yang akan muncul, apa yang memunculkan mereka, dan bagaimana kebutuhan mengarahkan konsumen pada produk tertentu. Dengan mengumpulkan informasi semacam itu, orang pemasaran itu dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang paling sering memicu minat pada suatu produk dan dapat mengembangkan program pemasaran yang melibatkan faktor-faktor ini. 2. Pencarian Informasi Seorang yang telah tertarik mungkin mencari lebih banyak informasi dari produk yang ingin dibelinya. Jika dorongan konsumen begitu kuatnya dan produk yang memuaskan berada pada jangkauan, konsumen kemungkinan besar akan membelinya. Jika tidak, konsumen mungkin menyimpan kebutuhannya dalam ingatan atau melakukan pencarian informasi yang berkaitan dengan kebutuhan itu. 3. Evaluasi Alternatif Pada tahap ini konsumen dihadapkan pada beberapa pilihan produk yang akan dibelinya. Untuk itu konsumen melakukan evaluasi terhadap barang mana yang benar-benar paling cocok untuk dibeli sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif barang yang akan dibeli tergantung pada masing-masing individu dan situasi membeli spesifik.
23
4. Keputusan Membeli Keputusan membeli merupakan tahap dari proses keputusan membeli yaitu ketika konsumen benar-benar membeli produk. Pada umumnya, keputusan membeli yang dilakukan oleh konsumen adalah membeli produk yang paling disukai, tetapi ada dua faktor yang muncul antara niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli yaitu sikap orang lain dan situasi yang tidak diharapkan. Konsumen umumnya membentuk niat membeli berdasarkan pada faktor pendapatan, harga, dan manfaat produk, akan tetapi peristiwa-peristiwa yang tidak diharapkan bisa mengubah niat pembelian. 5. Perilaku Pasca Pembelian Setelah membeli produk,konsumen akan merasa puas terhadap barang yang dibeli. Pembeli akan menentuan puas atau tidak terletak pada hubungan antara harapan konsumen dan prestasi yang diterima dari produk. Bila produk tidak memenuhi harapan konsumen akan merasa tidak puas. Kegiatan pemasar terus berlanjut dalam menanggapi kepuasan dan ketidakpuasan ini agar daur hidup produknya tidak menurun.
24
2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan harus didukung dengan jurnal-jurnal yang berisikan penelitian yang sejenis dan sudah pernah dilakukan sebelumnya pada objek yang berbeda untuk pembuatan hipotesis. Beberapa penelitian yang terkait dengan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian adalah sebagai berikut: No.
Judul
Pengarang
Variabel
Hasil
1
Pengaruh
Anindya
Variabel
Variabel
Harga, Lokasi, Rahma
Independen:
Kualitas produk
dan
1. Harga
memiliki
2. Lokasi
pengaruh yang
Kualitas Andanawari
Produk
(2014)
terhadap
3.
Keputusan
Produk
terhadap
Pembelian
Variabel
keputusan
(Studi
kasus
Dependen:
pembelian
pada
Stove
Keputusan
dibandingkan
Syndicate Café
Pembelian
kedua variabel
Semarang)
Kualitas paling
lainnya.
besar
25
2
3
Analisis
Erlangga
Alfa Variabel
Variabel
Faktor-Faktor
Widiarta (2013) Independen:
Promosi
yang
1.
Mempengaruhi
Produk
pengaruh yang
Kepuasan
2. Harga
paling
Pelanggan
3. Promosi
terhadap
Produk
Nike
(Studi
Pada
Kualitas memiliki
besar
kepuasan Variabel
pelanggan yaitu
Pelanggan Nike
Dependen:
sebesar
di Mall Ciputra
Kepuasan
dibandingkan
Semarang)
Pelanggan
variabel lainnya
Analisis
Belgis
Variabel-
(2015)
Variabel
yang
Novel Variabel
Variabel
Independen : 1.
0.357
Distribusi
Kualitas memiliki
Mempengaruhi
Produk
Keputusan
2.
Pembelian
Kompetitif
terhadap
Konsumen
3. Distribusi
keputusan
Kopi Luwak Di Kota Semarang
pengaruh Harga terbesar
pembelian Variabel
yaitu
sebesar
26
Dependen :
0,520
Keputusan Pembelian
4
Analisis
Desi
Retno Variabel
Pengaruh
Ekawati (2014)
independen:
Variabel kualitas produk
Kualitas
1.
Produk,
Produk
Persepsi Harga,
2.
dan
Harga
terhadap
3. Citra merek
keputusan
Citra
Merek terhadap
Kualitas memiliki
Persepsi paling
Keputusan Variabel Fried
Dependen :
Chicken
Keputusan
Tembalang
Pembelian
Semarang
besar
pembelian
Pembelian Olive
pengaruh
sebesar 0,412.
27
5
Influences Price
of Owusu Alfred Variabel and (2013)
Quality
on
Harga
dan
Independen:
kualitas produk
1. Harga
memiliki
Consumer
pengaruh yang
Purchase
2.
of
Produk
Mobile
Kualitas signifikan
Phone in The Kumasi
keputusan Variabel
pembelian konsumen.
Metropolis
in
Dependen:
Ghana
A
Keputusan
Comparative
terhadap
Pembelian
Study
2.3
Hubungan Antar Variabel
2.3.1
Hubunga Harga Produk terhadap keputusan Pembelian Dalam memandang suatu harga, konsumen mempunyai beberapapandangan
yang berbeda (Leliana dan Suryani, 2004).Hal yang penting perlu diingat bahwa “nilai yang baik” tidak sama dengan “harga yang murah” (Kotler dan Armstrong, 2008). Pada umumnya konsumen akan menyadari bahwa dengan kualitas produk
28
yang didapatkan mestinya harus mengeluarkan harga yang sesuai.Jika harga yang ditetapkan tidak sesuai, konsumen pun akan cepat menyadari hal tersebut. Hal demikian akan menyebabkan hubungan antara permintaan dan harga jual akan berbanding terbalik yaitu apabila harga semakin tinggi maka makin kecil permintaan dan demikian pula sebaliknya. Maka dari itu, apabila produsen menginginkan permintaan pada produknya tetap tinggi maka produsen harus paham akan kepekaan konsumen terhadap harga yang berbeda satu sama lain.Beberapa penelitian menunjukkan bahwa variabel harga memiliki pengaruh positif terhadap keputusan pembelian (Wijayanti, 2008; Silvia, 2010;Dinawan, 2010). Konsumen akan menjadi tetap loyal pada merek-merek yangberkualitas, bergengsi, dan eksklusif apabila ditawarkan dengan harga yang wajardan sesuai (Dinawan, 2010). Menurut Stanton (1994) ada tiga ukuran yangmenentukan harga, yaitu: 1. harga yang sesuai dengan kualitas produk, 2. harga yang sesuai dengan manfaat produk, 3. perbandingan harga dengan produk lain.
2.3.2
Hubungan antara Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Salah satu keunggulan dalam persaingan penjualan sepatu safety terutama
adalah kualitas produk yang dapat memenuhi keinginan konsumen. Bila tidak sesuai dengan spesifikasi maka produk akan ditolak. Sekalipun produk tersebut masih dalam
29
batas toleransi yang telah ditentukan maka produk tersebut sebaiknya perlu menjadi catatan untuk menghindari terjadinya kesalahan yang lebih besar diwaktu yang akan datang. Demikian juga konsumen dalam dalam membeli suatu produk konsumen selalu berharap agar barang yang dibelinya dapat memuaskan segala keinginan dan kebutuhannya.Untuk itu perusahaan harus dapat memahami keinginan konsumen, sehingga perusahaan dapat menciptakan produk yang sesuai dengan harapan konsumen.Kualitas produk yang baik merupakan harapan konsumen yang harus dipenuhi oleh perusahaan, karena kualitas produk yang baik merupakan kunci perkembangan produktivitas perusahaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Owusu Alfred (2013) yang berjudul “Influences of Price and Quality on Consumer Purchase of Mobile Phone in The Kumasi Metropolis in Ghana A Comparative Study” menghasilkan bahwa kualitas produk memiliki pengaruh positif terhadap keputusan pembelian oleh konsumen. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Belgis Novel (2015) yang berjudul “Analisis
Variabel-variabel
yang
Mempengaruhi
Keputusan
Pembelian
KonsumenKopi Luwak di Kota Semarang” menghasilkan bahwa kualitas produk memiliki
pengaruh
yang
positif
terhadap
keputusan
pembelian
konsumen.Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian
30
2.4 Kerangka Pemikiran Pada penelitian ini dianalisis beberapa variabel-variabel yangmempengaruhi keputusan pembelian produk sepatu safety merk nitti. Variabe-variabel yang mempengaruhi adalah produk,dan persepsi harga,Berikut ini adalah bagan mengenai kerangka pemikiran penelitian:
Harga (X1)
H1 Pembelian(Y)
H3 Kualitas (X2)
H2
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
2.5
Hipotesis Hipotesis adalah suatu pernyataan sementara atau dugaan yang paling
memungkinkan yang masih harus dicari kebenarannya. Berdasarkan perumusan masalah, tinjauan pustaka dan tinjauan penelitian, dapat ditarik hipotesis atau kesimpulan sementara pada penelitian ini, yaitu:
31
H1: Harga (X1) Berpengaruh Positif Terhadap Keputusan Pembelian (Y). H2: Kualitas (X2) Berpengaruh Positif Terhadap Keputusan Pembelian(Y). H3: Harga (X1) Dan Kualitas (X2) Berpengaruh Positif Terhadap Keputusan Pembelian (Y).
32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004). Variabel yang digunakan dalam penelitian dapat diklasifikasikan menjadi: (1) variabel independen (bebas), yaitu variabel yang menjelaskan dan mempengaruhi variabel lain, dan (2) variabel dependen (terikat), yaitu variabel yang dijelaskan dan dipengaruhi oleh variabel dependen. 3.2
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Harga Produk(X1). Harga adalah nilai yang diberikan untuk manfaat yang
diterima seseorang dari barang atau jasa. Paul S. Bush dan Michael J. Houston (1995) Menurut Rempel, Holmes dan Zanna (1985).Indikator Variabel Harga Produk adalah: 1. Kesesuaian harga dengan kualitas produk 2. Keterjangkauan harga 3. Kesesuaian harga dengan manfaat 4. Harga sesuai perekonomian wilayah Kualitas Produk (X2). Kualitas mencerminkan semua dimensi penawaran produk yang menghasilkan manfaat (benefit) bagi pelanggan. Kualitas suatu produk
33
baik berupa barang atau jasa ditentukan melalui dimensi – dimensinya. Dimensi kualitas produk menurut tjiptono (2008) adalah : 1. Kinerja 2. Daya Tahan 3. Ketahanan produk 4. Fitur produk jangan buat pake apa Aja nanti aku gebok kao 5. Reliability 6. Kesan kualitas 7. Serviceability Keputusan Definisi
Pembelian
keputusan
(Y).
pembelian
Keputusan menutur
pembelian
Nugroho
menurut
Nugroho
pengintegrasian
yang
mengkombinasi sikap pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternative , dan memiliki salah satu diantaranya 1.Keputusan Merk 2.Keputusan Pemasok 3.Keputusan Kuantitas 4.Keputusan Metode Pembayaran
34
3.3
Skala Pengukuran Penelitian yang dilakukan nantinya akan menggunakan alat bantu berupa
kuesioner, yang mana jawaban-jawaban responden tersebut akan diukur dengan menggunakan skala Likert. (1) Sangat Tidak Setuju (STS), (2) Tidak Setuju (TS), (3) Kurang Setuju (KS), (4) Setuju (S), (5) Sangat Setuju (SS).
3.4
Populasi dan Sampel
3.4.1
Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang
menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 1997). Populasi adalah berkenaan dengan data, bukan orang atau bendanya (Nazir 1983). Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian (Riduwan dan Tita lestari 1997). 3.4.2
Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah karateristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2004).Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh customer yang membeli produk yang di jual oleh PT. Mitra Mulia Pertiwi Nusantara.Dengan menggunakan rumus slovin di peroleh jumlah sampel sebesar 50 responden.
35
Dimana : n: jumlah sampel N: jumlah populasi e: batas toleransi kesalahan (error tolerance)
3.5
Metode Analisis Metode Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut : 1. Uji Validitas Uji Validitas Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya satu kuesioner. Satu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada pertanyaan kuesioner mampu mengungkapkan sesuatau yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel.Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
36
cronbach alpha. Koefisien cronbach alpha yang lebih dari 0,6 menunjukkan keandalan (reliabilitas) instrumen.
3.6
Analisis Regresi Linear Berganda Untuk mengukur sejauh mana pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat dengan program SPSS (Sunyoto, 2012 : 137). Model hubungan antara variabel sebagai berikut : Y = a + β1 X1 + β2 X2 + e Dimana : Y = keputusan pembelian a = konstanta 1, 2= koefisien parameter variabel independen X1 = harga X2 = kualitas produk e = error sampling 3.7
Pengujian Hipotesis Uji F (Uji koefisien regresi secara bersama-sama) Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Uji T (Uji koefisien regresi secara parsial) Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen.
37
Uji R2 ( Koefisiendeterminasi ) digunakan untuk
Untuk mengetahui
prosentase pengaruh variabel terikat terhadap variabel bebas digunakan koefisien determinan dengan rumus : R2 = ( r )2 100 % Koefisien determinasi (R2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen, Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.