Jurnal Teknik Sipil Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Vol. I. No. 1 Oktober 2013 ISSN : 2339-0271
PENGARUH FIRE SAFETY MANAGEMENT TERHADAP KEHANDALAN BANGUNAN DALAM MENGANTISIPASI BAHAYA KEBAKARAN PADA BANGUNAN RUMAH SUSUN DI MAKASSAR Anwar Rahmad1) 1)
Mahasiswa Karyasiswa Magister Teknik Sipil UNS Surakarta
ABSTRAK Fire Safety Management tidak hanya memahami gedung dan meyakinkan staf pengelola untuk pelatihan dalam masalah penanggulangan kebakaran, tetapi harus dilakukan juga pemeliharaan dan perawatan secara teratur alat-alat kebakaran dengan bantuan mekanikal secara tetap dan tidak tetap. Tidak efektif dan efisien fire safety management mengakibatkan kegagalan penanggulangan bahaya kebakaran. Fire safety management dalam penanggulangan bahaya kebakaran secara efektif dan efisien mampu menanggulangi secara mandiri baik, instalasi proteksi kebakaran langsung maupun oleh petugas gedung, yang bertujuan untuk memperoleh jaminan akan unsur keselamatan jiwa bagi penghuni/pengguna bangunan, keselamatan harta benda, jaminan tidak terganggunya proses produksi dan informasi keselamatan lingkungan, pada realisasinya mencakup tindakan mencegah penyalaan api, membatasi penjalaran api, mendeteksi dan memadamkan api pada tahap awal, mempermudah penyelamatan penghuni dan meminimalisir kerusakan akibat kebakaran. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mendata hasil laporan sistem fire safety management dengan mengisis kuesioner yang telah disusun secara sistematis. Dalam kuesioner tersebut fire safety management mencakup sebelum terjadi kebakaran, saat terjadi kebakaran, dan setelah terjadi kebakaran yang akan dianalisa untuk mencari korelasi terhadap kehandalan bangunan yang diukur dari unsur bangunan atau lama hotel beroperasi di dalam mengantisipasi bahaya kebakaran melalui penggunaan fire safety management dalam bangunan rumah susun di Kota Makassar. Kata Kunci: Fire safety management, kehandalan sarana kebakaran, umur bangunan operasi waduk,
1
2 Jurnal Teknik Sipil Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Vol. I. No. 1 Oktober 2013 ISSN : 2339-0271
PENDAHULUAN Kebutuhan ruang gerak baik yang bersifat terbuka atau tertutup sangat diperlukan untuk melaksanakan segala aktifitas, seiring perkembangan kota yang meningkat. Perkembangan tersebut menyebabkan bangunan gedung terus mengalami pertumbuhan baik secara vertikal maupun horisontal. Pertumbuhan dan penataan bangunan yang ada, terkadang tidak diimbangi dengan kesiapan infrastruktur bangunan maupun perkotaan. Sehingga bangunan fisik yang dihasilkan, seringkali kurang memperhatikan bahaya kebakaran. Kebakaran merupakan kejadian yang tidak diinginkan, karena dapat mengakibatkan kerugian, baik berupa materiil maupun moril (Purbo 1995). Saat terjadi kebakaran, api timbul sebagai reaksi proses rantai antara bahan mudah terbakar (fuel), oksigen dan panas (heat) yang sering disebut segitiga api (fire triangle). Rangkaian proses oksidasi terus berlangsung, sampai salah satu elemen pembentuk api berakhir. Untuk mencegah terjadinya api, maka salah satu komponen tersebut harus dihindari/diputus, (Wahadamaputra 2008). Dengan adanya Kepmen PU No.10/KPTS/2000, Kepmen PU No.11/KPTS/2000 dan UU RI No.28 Tahun 2002 yang terkait dengan kebakaran ini membuktikan bahwa masalah kebakaran adalah masalah yang cukup serius untuk ditanggulangi, terutama untuk pengamanan bangunan gedung dan lingkungannya. Fire Safety Management tidak hanya memahami gedung dan meyakinkan staf pengelola untuk pelatihan dalam masalah penanggulangan kebakaran, tetapi harus dilakukan juga pemeliharaan dan perawatan secara teratur alat-alat kebakaran dengan bantuan mekanikal secara tetap dan tidak tetap. (Brian Bagnal, 2009) Dengan Fire Safety Management yang baik dalam pelaksanaannya akan mengantisipasi dan meningkatkan penanganan bahaya kebakaran pada
bangunan khususnya bangunan Rumah Susun di Kota Makassar. Tidak efektif dan efisien fire safety management mengakibatkan kegagalan penanggulangan bahaya kebakaran. Fire safety management dalam penanggulangan bahaya kebakaran secara efektif dan efisien mampu menanggulangi secara mandiri baik, instalasi proteksi kebakaran langsung maupun oleh petugas gedung, yang bertujuan untuk memperoleh jaminan akan unsur keselamatan jiwa bagi penghuni/pengguna bangunan, keselamatan harta benda, jaminan tidak terganggunya proses produksi dan informasi keselamatan lingkungan, pada realisasinya mencakup tindakan mencegah penyalaan api, membatasi penjalaran api, mendeteksi dan memadamkan api pada tahap awal, mempermudah penyelamatan penghuni dan meminimalisir kerusakan akibat kebakaran, (Suprapto, 1995). Rumusan masalah pada studi ini adalah: (1). Bagaimana pengaruh Fire safety management terhadap kehandalan bangunan dalam mengantisipasi bahaya kebakaran pada bangunan rumah susun yang ada di Kota Makassar, (2). Bagaimana implementasi Fire safety management terhadap kehandalan bangunan dalam mengantisipasi bahaya kebakaran,. Sedangkan tujuan penelitian adalah : (1). Mengetahui pengaruh Fire Safety Management terhadap kehandalan suatu bangunan, dapat mengantisipasi bahaya kebakaran pada Rumah Susun diwilayah Kota Makassar, (2). Melakukan implementasi Fire safety management terhadap kehandalan bangunan dalam mengantisipasi bahaya kebakaran. Harapan dari penelitian ini adalah bisa memberikan masukan tentang pengaruh fire safety management. Agar lebih fokus dalam pembahasan, maka penelitian ini dibatasi oleh hal-hal sebagai berikut: (1). Bangunan yang ditinjau adalah bangunan rumah susun yang adadi wilayah kota makassar, (2). Bangunan Rumah Susun yang akan diteliti adalah pada kehandalan prasarana dan sarana bahaya kebakaran, (3). Responden kuisoner adalah
2
3
pengelola dan para penghuni/pengguna bangunan rumah susun, (4). Manajemen yang dibahas dalam penelitian ini adalah pengaruh fire safety management terhadap kehandalan bangunan dalam mengantisipasi bahaya kebakaran pada bangunan rumah susun (5). Hasil rekomendasi dari pemeriksaan pencegahan kebakaran pada bangunan gedung hanya diberikan secara global dan belum mendetail.
TINJAUAN PUSTAKA Hasil penelitian (Soeprapto, 2005), pada peristiwa kebakaran bangunan tinggi banyak korban jiwa tidak disebabkan oleh keruntuhan structural bangunan, akan tetapi akibat produk kebakaran tersebut. Pada umumnya penghuni sulit untuk menyelamatkan diri karena terjebak oleh api, asap atau gas yang disebabkan antara lain oleh jalur evakuasi yang terlalu panjang dan yang membingungkan sehingga menyebabkan panjangnya waktu evakuasi, jalur evakuasi yang tidak terlindung dari api atau asap, adanya jalan buntu (dead end) atau karena daya tamping sarana evakuasi yang tidak sesuai dengan beban evakuasi dan menimbulkan kepanikan. (Tri Endangsih, 2008) Pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan adalah segala upaya yang menyangkut ketentuan dan persyaratan teknis yang diperlukan dalam mengatur dan mengendalikan penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung, termasuk dalam rangka proses perizinan, pelaksanaan dan pemanfaatan/pemeliharaan bangunan gedung, serta pemeriksaan kelayakan dan keandalan bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran. Pencegahan kebakaran adalah berbagai kegiatan proteksi terhadap bahaya kebakaran yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kebakaran atau meminimalkan potensi terjadinya kebakaran. Sistem penanggulangan kebakaran adalah sistem proteksi yang perlu disertakan di dalam bangunan. Khususnya untuk bangunan fasilitas umum dan/atau bangunan yang mewadahi orang banyak, hal ini menjadi suatu kewajiban untuk disediakan. Prinsip dasar pencegahan
penjalaran api dimaksudkan untuk memastikan bahwa kerusakan yang terjadi akibat kebakaran hanya terbatas pada bangunan yang terbakar, dan dapat dimengerti bahwa kemungkinan yang terburuk adalah kerusakan total struktur bangunan dan isinya. (Endangsih, 2007).
METODE PENELITIAN Subjek penelitian ini adalah bangunan rumah susun yang ada di wilayah Kota Makassar, antara lain: 1. Kecamatan Mariso 2. Kecamatan Biringkanaya 3. Kecamatan Tamalanrea 4. Kecamatan Biringkanaya
Gambar 1. : Peta lokasi bangunan Adapun langkah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan pemilihan penelitian berdasarkan permasalahan yang sedang berkembang yakni Fire Safety Management dalam menanggulangi bahaya kebakaran pada bangunan rumah susun. 2. Langkah selanjutnya adalah mengindentifikasi masalah dan menetapkan judul berdasarkan survei lapangan, kemudian dilanjutkan dengan mencari dan membaca studi literatur yang mendukung.
4
3.
4. 5. 6.
7.
8.
9. 10. 11.
12.
13. 14.
Setelah mengindentifikasi masalah dan menetapkan judul, kemudian menyusun latar belakang teoritis yang menjelaskan mengapa penulis mengambil masalah tersebut sebagai bahan penelitian. Setelah melakukan studi literatur, kemudian menetapkan hipotesa penelitian. Bila data maupun studi literatur sulit ditemukan sehingga menyulitkan dalam menetapkan hipotesa. Setelah hipotesa penelitian ditetapkan, langkah selanjutnya adalah menetapkan variabel-variabel yang berkaitan dengan penelitian. Langkah berikutnya adalah memilih alat pengurnpulan data apakah dengan metode kuesioner/angket atau wawancara dan lain-lain. Setelah menetapkan alat pengumpulan data, dalam penelitian ini digunakan metode kuesioner atau angket, maka langkah selanjutnya adalah menyusuri rancangan penelitian (daftar kuesioner). Langkah setanjutnya adalah menentukan sampel untuk penyebaran kuesioñer yang telah dibuat. Melakukan survey lapangan. Dan daftar kuesioner yang dikembalikan oleh responden, penulisan menyimpulkan dan menyajikan data, yang kemudian datadata tersebut diolah dan dianalisis. Setelah proses pengolahan dan analisis data selesai, hasilnya diinterpretasikan dan kemudian melakukan proses pengambilan kesimpulan. Seluruh hasil analisis data dan kesimpulan dituangkan dalam bentuk laporan/tulisan. Alur penelitian selesai
sebelum terjadi kebakaran, saat terjadi kebakaran, dan setelah terjadi kebakaran yang akan dianalisa untuk mencari korelasi terhadap kehandalan bangunan yang diukur dari unsur bangunan atau lama rumah susun beroperasi di dalam mengantisipasi bahaya kebakaran melalui penggunaan fire safety management dalam bangunan rumah susun di Kota Makassar. 1.2. Hasil Kuesioner Dari 85 kuesioner yang diberikan kembali 75 data yang dikelompokkan. 1.3. Fire Safety Management Dari data yang diperoleh melalui kuesioner, Fire Safety Management mencakup sebelum kebakaran, pada saat terjadi kebakaran dan setelah kejadian kebakaran dimana manajemen sistem pengamanan kebakaran sebagai salah satu pilar yang siap mengantisipasi bahaya kebakaran (Suprapto, “Manajemen Sistem Pengamanan Kebakaran Sebagai Salah Satu Pilar Menuju Bangunan yang Siap Mengantisipasi Kebakaran”. Tabel 1. Nilai korelasi pearson No
1.
Tahap
Sebelum Terjadi
Keterangan
1.
Kebakaran
management 2.
Organisasi tim Emergency
3.
Kelengkapan tim Emergency
4.
Sistim pelatihan/training
5.
Waktu pelatihan/training
6.
Lokasi Posko
7.
Sistim komunikasi & contro facilities
8.
Mengidentifikasi potensi kebakaran
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengumpulan dan Penyajian Data l.1. Sampel Bangunan Rumah Susun di Kota Makassar Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mendata hasil laporan sistem fire safety management dengan mengisis kuesioner yang telah disusun secara sistematis. Dalam kuesioner tersebut fire safety management mencakup
Penerapan Fire Safety
9.
Mendata lokasi/daerah penting
10.
Pemeriksaan, pendataan dan pengujian
11.
Membuat laporan Hasil Audit
12.
Meningkatkan keselamatan
13.
Pemahaman tanda bahaya kebakaran
5
14.
Prosedur dan sarana penyelamatan
15.
Perencanaan dan penerapan brosur, leaflet dan tanda-tanda petunjuk
16.
Fire Safety Houskeeping
17.
Prosedur operasi baku (SOP)
18.
Pedoman dan Petunjuk Evakuasi
19.
Pola dan jadwal rutin latihan
20.
Kerjasama latihan dengan
41.
rehabilitas
pihak lain 21.
42.
Konfirmasi keandalan proteksi
Membuat dokumen bukti 43.
keandalan 23.
Melakukan penyusunan dokumen
24.
25. 2.
Kebakaran
3.
bangunan Kebakaran
44.
26.
Melakukan pemadaman awal
27.
Mengaktifkan sistem alarm
28.
Memposisikan fire emergency
45.
Melakukan taksiran kerugian
46.
Melakukan pendataan korban jiwa
47.
Melapor pada Dinas
Memiliki penanggung jawab
Menentukan rencana relokasi sementara
49.
Mengumpulkan data teknis bangunan
Kebakaran 30.
Melakukan pembersihan lapangan
48.
plan 29.
Melakukan administrasi dengan penghuni
Menyimpan dokumen
Pemberitahuan awal pada
Penanganan masalah asuransi
Setelah Terjadi
penghuni
Saat terjadi
Melakukan format (foto) dalam bentuk dokumen
aktif 22.
Tindak lanjut program
50.
Komunikasi dengan Pemda untuk rencana penelitian
umum di posko 31.
Strategi operasi penyelamatan
51.
Izin rehabilitas kebakaran
32.
Prosedur pemadaman
52.
Menentukan pelaksana rehabilitasi
kebakaran 33.
Melakukan prosedur
53.
Pemberitahuan selesainya
penyelamatan
rehabilitasi kepada instansi
34.
Melakukan evakuasi penghuni
terkait
35.
Memberitahu lokasi sumber air
54.
akhir utilitas
dan sarana pemadaman pada dinas kebakaran 36.
Melakukan pengujian kinerja
55.
Melaporkan ke instansi terkait
Pemberitahuan untuk menjaga
untuk izin pemanfaatan
ketenangan dan ketertiban
bangunan kembali
6
56.
Pemberitahuan bahwa bangunan akan dioperasikan kembali pada pihak terkait
57.
Melakukan penyusunan/revisi manual keadaan darurat/fire
Tabel 2. Variabel bebas Yang Memiliki Nilai Korelasi r > 0.404 terhadap variable terikat No
Kode
1
X1
Penerapan Fire Safety Management
Variabel
0,478
R
2
X2
Organisasi tim Emergency
0,611
3
X4
Sistim pelatihan/training
0,632
4
X6
Lokasi Posko
0,661
5
X9
Mendata lokasi/daerah penting
0,426
6
X10
Pemeriksaan, pendataan dan pengujian proteksi
0,558
7
X13
Pemahaman tanda bahaya kebakaran
0,449
8
X14
Prosedur dan sarana penyelamatan
0,485
9
X16
Fire safety houskeeping
0,417
10
X20
Kerjasama latihan dengan pihak lain
0,421
11
X25
Pemberitahuan awal pada penghuni
0,469
emergency plan
2. Pentabulasian Data Kuesioner yang diberikan kepada pengelolah bangunan rumah susun yang terseleksi sebanyak 5 sampel kemudian dianalisis dengan 57 variabel bebas dengan variable terikat berupa kehandalan bangunan. Seluruh data hasil kuisioner diinput dalam pengelolahan SPSS 17.0 yang akan dianalisis lebih lanjut. 3. Analisis Statistik 3.1. Input Data Dalam Paket Program SPSS 17.0, seluruh data disusun secara sistematis dalam data editor. Format data editor mencakup 57 variabel bebas dan I variabel terikat. Input data variabel bebas dan variabel terikat. 3.2. Analisis Korelasi dan Interkorelasi Pada penelitian ini analisis korelasi dilakukan untuk mengukur kekuatan hubungan antara variabel-variabel bebas dengan kehandalan bangunan (Wallen, E.N., “How To Design and Evaluate Research In Education – Correlation Research”, Mc.Graw-Hill.Inc, 1990,Page 274). Analisis korelasi dilakukan dengan metode Korelasi Pearson (Product Moment Correlation). Setelah diperoleh hasil perhitungan korelasi tersebut, kemudian dari hasil korelasi tersebut, dipilih variabel-variabel bebas yang berhubungan secara positif dengan variabel terikat dan mempunyai nilai korelasi sedang hingga sangat kuat atau mempunyai nilai korelasi r > 0.404 seperti ditunjukkan pada table 2.
3.3. Analisis Faktor Analisis faktor dilakukan untuk mengelompokkan variabel-variabel bebas agar lebih sederhana, sehingga model yang dihasilkan lebih stabil terhadap kehandalan bangunan. Analisis faktor ini dilakukan dengan menggunakan metode Principal Component analysis dan metode Rotasi Equamax dengan kriteria dari kaiser yaitu mengambil komponen yang mempunyai nilai eigenvalue > 1. Dalam penelitian ini, variabelvariabel bebas yang termasuk didalam faktor-faktor tersebut dapat dilihat berdasarkan output program SPSS (Lampiran tentang Rotated Component Matrix) sebagai berikut:
7
Tabel 3. Analisis faktor Berdasarkan analisis faktor terdapat 6 variabel dari dua kelompok yang memiliki nilai r < 0,404 antara satu dengan yang lain, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 4. sebagai berikut:
Jenis No
Pengelompokan
Variabel
Faktor
X1= Penerapan Management
Fire
Safety
Tabel 4. Interkorelasi variable tertentu
X10 = Pemeriksaan, pendataan dan pengujian proteksi
X13= Pemahaman kebakaran 1
tanda
bahaya
Faktor 1 X14= Prosedur penyelamatan
dan
sarana
X16= Fire safety houskeeping
X25= Pemberitahuan penghuni
awal
pada
X2= Organisasi tim Emergency
X4= Sistim pelatihan/training
2
Faktor 2
X6= Lokasi Posko
X9= Mendata lokasi/daerah penting
X20 = Kerjasama latihan dengan pihak lain
3.4. Analisis Variabel Penentu Analisis variabel penentu digunakan untuk mendapatkan variabel penentu yang dapat mewakili variabel-variabel bebas dalam membentuk model dengan kriteria bahwa interkorelasi antara variabel penentu tersebut memiliki koetisien r < 0.404, tujuannya adalah agar variabel-variabel penentu tersebut dapat memenuhi semua kriteria proses pengujian (F, t, d dan validasi).
X1
X10
X14
X16
X25
X4
X1
1
,318
,381
,358
,351
,202
X10
,318
1
,322
,232
,364
,383
X14
,381
,322
1
,395
,375
,352
X16
,358
,232
,395
1
,338
,373
X25
,351
,364
,375
,338
1
,260
X4
,202
,383
,352
,373
,260
1
3.5. Analisis Regresi Berganda Analisis ini berfungsi mendapatkan suatu model hubungan antara variabelvariabel penentu yang berpengaruh terbadap kehandalan bangunan dalam mencegah terjadinya bahaya kebakaran pada bangunan rumah susun di Kota Makassar. Dalam analisis regresi berganda ini digunakan metode "enter" regression yang dilakukan untuk mengetahui tingkat prosentase dan significant dan variabelvariabel yang digunakan. a. Analisis Regresi Berganda Linier Analisis regresi berganda ini dilakukan terhadap variabel-variabel bebas yang terseleksi/penentu dengan variabel terikat, kemudian dihasilkan model regresi berganda linier berupa persamaan (lihat lampiran E.3) sebagai berikut : Y = 0,988X1 + 0,957 X4 + 0,838 X10 + 1,2X14 + 0,7 X16 + 0,534 X25 – 5,807
Dimana: Y
= Kehandalan bangunan,
X1 = Penerapan Fire Safety Management X4 = Sistim pelatihan/training X10 = Pemeriksaan, pendataan dan pengujian proteksi X14 = Prosedur dan sarana penyelamatan X16 = Fire safety houskeeping
8
Dependent Variable: LnY
X25 = Pemberitahuan awal pada penghuni
2
1
Residual
Dari model regresi diatas diperoleh R2 sebesar 0,781 dari variabel penentu yang mewakili model tersebut. Kemudian grafik regresi linier pada model dapat dilihat pada gambar 2. di bawah ini :
3
0
-1
-2
Dependent Variable: Y
-3
-4
3
Residual
-2
-1
0
1
2
Regression Standardized Predicted Value
1
Gambar 3. Gtafik Non Linear
2
4. Uji Model
0
-1
Untuk meyakinkan model terpilih, maka perlu diuji untuk mengukur kestabilan model tersebut dengan beberapa uji, yaitu
-2
-3
-4 -2
-1
0
1
2
Regression Standardized Predicted Value
• Uji R2 (Coefficient of DeterminantTest)
Gambar 2. Gtafik Linear
• UjiF(F-Test)
b. Analisis Regresi Berganda Non Linier
• Uji t (t-Test)
Analisis regresi berganda non linier mempunyai persamaan (lihat lampiran F.3) Sebagai berikut :
• Uji Auto-Korelasi (Durbin Watson Test)
Y = X10,31 + X40,198 + X100,19 + X140,302 + X160,330 + X250,194 + 0,364 Dimana: Y
= Kehandalan bangunan,
X1 = Penerapan Fire Safety Management X4 = Sistim pelatihan/training X10 = Pemeriksaan, pendataan dan pengujian proteksi X14 = Prosedur dan sarana penyelamatan X16 = Fire safety houskeeping X25 = Pemberitahuan awal pada penghuni Dari model regresi diatas diperoleh nilai R2 sebesar 0,779 dari variabel penentu yang mewakili model Kemudian grafik regresi non linier tersebut dapat dilihat 3. (lihat Lampiran F.5 ) di bawah ini :
4.1. Uji R2 Uji ini dilakukan untuk menguji berapa besar pengaruh variabel penentu terhadap variabel bebas. Dengan menggunakan metode Stepwise pada SPSS 17.0, terdapat dua variabel penentu yang bervariasi terhadap kehandalan bangunan. Di bawah ini (lihat lampiran E.2 & F.2) dapat dilihat kontribusi kedua variabel tersebut terhadap nilai Adjusted R2 untuk model regresi linier & non linier: Tabel 4. Uji R2 Variabel penentu terhadap kehandalan bangunan
9
Linier Variabel
R2
Adjusted R2
X1
0,349
0,340
X4
0,339
0,330
Dalam pengujian ini dilakukan uji hipotesa nol terhadap sejumlah variabel bebas yang mewakili model yaitu: X1, X4, X10, X14, X16, dan X25 yang berarti: H0 : β1 = β4 = β10 = β14 = β16 = β25 = 0 H1 : β1 ≠ β4 ≠ β10 ≠ β14 ≠ β16 ≠ β25 = 0
X10
0,338
0,329
X14
0,411
0,403
X16
0,231
0,220
X25
0,291
0,281
X1,X4,X10,
0,781
0,761
Dimana: β1, β4, β10, β14, β16, dan β25 adalah koefisien-koefisien dari variabelvariabel bebas X1, X4, X10, X14, X16, dan X25. Dengan kriteria pengujian sebagai berikut : • Ho ditolak jika F analisis > Fa(k-1)(n-k) dan sebaliknya • Ho diterima jika F analisa < Fa(k-1)(n-k)
X14,X16, X25
Non Linier R2
Adjusted R2
0,366
0,358
0,274
0,264
0,322
0,313
0,320
0,311
0,265
0,255
0,284
0,275
0,780
0,760
Jika hipotesa nol ditolak itu berarti bahwa koefisien-koefisien dalam model tidak sama dengan nol dan juga model sangat berpengaruh dalam memprediksi nilai variabel bebas kehandalan bangunan, dan juga berlaku sebaliknya. 4.3. Uji t (t-test) Uji t (student - t distribution) dilakukan untuk mengetahui tingkat kepercayaan tiap variabel bebas dalam persamaan atau model regresi yang dipergunakan dalam memprediksi nilai Y. Uji t dilakukan dengan cara uji hipotesa nol yaitu bahwa konstanta dan koefisien variabel Xi sama dengan nol. Nilai t dari koefisien variabel X dan konstanta regresi dapat dicari dengan menggunakan rumus: 1. to untuk koefisien variabel X (βi) Tβo = βo/Sb 2. to untuk koefisien konstanta (βo)
4.2. Uji F (F-Test) Uji F ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah seluruh koefisien variabel bebas Xi sama dengan nol atau dengan kata lain seluruh variabel terikat Xi dari model regresi tidak mempengaruhi variabel bebas Y, yang juga biasa disebut uji hipotesa nol (Sembiring, R.K, “Analisis Regresi”. ITB, Bandung, 1995, Hal. 161).
Tβo = βo/Sa Dimana: Sb adalah kesalahan baku dan koefisien variabel X dan Sa adalah kesalahan baku dari konstanta regresi. Untuk dilakukan uji hipotesa nol terhadap konstanta dan koefisien variabel bebas. X1, X4, X10, X14, X16, dan X25 yang berarti :
10
H0 : β1 = β4 = β10 = β14 = β16 = β25 = 0 H1 : β1 ≠ β4 ≠ β10 ≠ β14 ≠ β16 ≠ β25 = 0 Jika hipotesis nol diterima berarti model yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk memprediksi nilai Y, sebaliknya jika hipotesa nol ditolak yang berarti menerima hipotesa tandingan maka model cukup baik dalam memprediksi nilai Y. Kriteria pengujian hipotesis ini adalah sebagai berikut: • Ho ditolak jika t analisa > t a(n-k-1) tabel
menunjukan bahwa tidak adanya autokorelasi antara variabel. Uji autokorelasi ini dilakukan dengan bantuan program SPSS dan dihasilkan suatu nilai Durbin-Watson seperti pada tabel 6 (lampiran E2 dan F.2) sebagai berikut: Tabel 6. Nilai Durbin-Watson “d” untuk α = 0.05
No
Model
danalisa
Linier
Non Linier
n = 75 &
n = 75 &
k=6
k=6
1
Linier
2,186
d1=1,460
d1=1,460
2
Non Linier
2,176
du=1,800
du=1,800
dan sebaliknya, • Ho diterima jika t analisa < t a(n-k-1) tabel, dimana n adalah banyaknya pengamatan dan k adalah banyaknya variabel dalam model. Tabel 5. Uji t (test) Variabel
Linier
Non Linier
tanalisis
t
tanalisis
t
X 1
4,113
1,995
4,731
1,995
X 4
3,736
1,995
3,292
1,995
X10
3,098
1,995
3,487
1,995
X14
4,498
1,995
3,789
1,995
X16
2,772
1,995
3,662
1,995
X25
2,419
1,995
2,663
1,995
4.5.
Penentuan Model
Berdasarkan uji R2, uji F, uji t dan uji d, model yang dipilih adalah model linier, karena dalam berbagai uji model tersebut model linier mempunyai nilai adjusted R2 lebih besar, serta memenuhi persyaratan uji model yang digunakan seperti tersebut diatas. 5. Analisis Risidual Berdasarkan Uji R2, uji t, dan uji d, model yang dipilih adalah model linier, Sebab dalam berbagal uji model tersebut model linier mempunyai Adjusted R2 yang lebih besar dan memenuhi persyaratan uji model yang digunakan seperti tersebut diatas. Meskipun dalam analisis residual dari kedua model 6. Uji Validasi
4.4. Uji Auto Korelasi (DurbinTest)
Watson
Uji auto korelasi dilakukan untuk mengukur ada tidaknya autu korelasi antara variabel pada sampel yang berbeda. Adapun untuk mengukur ada tidaknya auto korelasi pada variabel dalam model yang diuji digunakan batasan nilai du > 2 yang
Digunakan untuk menguji apakah nilai dan koefisien variabel yang diteliti masih terdapat selang prediksi apabila dilakukan pengujian terhadap n sampel yang tidak dimasukkan ke dalam analisis regresi tersebut dan diambil secara acak. Tujuan dari pengujian ini adalah menilai apakah model yang terbentuk tersebut dapat mewakili populasinya. Dan model yang dibentuk ada 2 macam pendugaan
11
yang diperoleh, yaitu pendugaan confidence interval untuk nilai rata-rata Y dan prediction interval untuk nilai Y untuk masing-masing karakteristiknya Tabel 7. Uji Validasi data
Variabel X
Variabel Y
Samp
Samp
Samp
el 34
el 35
el 36
X1
3
1
3
X4
3
2
3
X10
2
3
3
X14
3
1
3
X16
2
3
2
X25
4
2
4
Y
8
3
12
8,84
3,98
9,68
0,530
5,310
12,36
sampel (Kehandalan Bangunan) Y model T0.05(19).SE
7
Confidence Interval
Batas
7
5,310
0,397
6,195
12,36
7,553
13,15
bawah Batas atas
7
8
7. Implementasi Fire safety management terhadap kehandalan bangunan Berdasarkan hasil penelitian Fire Safety Management yang dijabarkan dalam 6 variabel yang mewakili masing-masing variabel memberikan sumbangan kepada kehandalan bangunan dalam mencegah terjadinya bahaya kebakaran. Keenam variabel memberikan kontribusi secara menyeluruh dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Terbukti dari hasil penelitian keenam variabel yaitu Penerapan Fire Safety Management, Sistim pelatihan/training, Pemeriksaan dan
pendataan serta pengujian proteksi, Prosedur dan sarana penyelamatan, Fire safety houskeeping dan Pemberitahuan awal pada penghuni, yang memberikan kontribusi bagi kehandalan bangunan secara bersama-sama, dan tidak ada variabel yang sangat dominan diantara keenamnya, sehingga implementasi dalam pelaksanaan Fire Safety Management dilakukan dengan menyeluruh terhadap keenam variabel yang memberikan pengaruh terhadap kehandalan bangunan dalam menghadapi bahaya kebakaran. Menurut K4L IPB (2012), pengamanan terhadap kebakaran mencakup 3 macam yaitu a) pengendalian lewat perancangan bangunan yang diarahkan pada upaya minimasi timbulnya kebakaran dan intensitas terjadinya kebakaran, yang menyangkut minimasi beban api,rancangan sistem ventilasi, sistem kontrol asap, penerapan sistem kompartemenisasi atau sistem proteksi pasif; b) pengendalian lewat perancangan sistem suplai kebakaran untuk meminimasi dampak terjadinya kebakaran, melalui rancangan pemasangan sistem deteksi dan alarm kebakaran, sistem pemacaman basis air, sistem pemadaman basis kimia dan sarana pendukung;dan c) pengendalian lewat tata kelola bangunan yang mengantisipasi terjadinya bahaya kebakaran didasarkan pada analisis potensi kebakaran atau fire safety management dengan menerapkan komponen-komponen fire safety managemen pada pengelolaan sebelum, saat terjadi dan setelah terjadinya kebakaran. Sedangkan menurut Puslitbang PU (2005), dalam kelayakan penerapan manajemen keselamatan kebakaran, terdiri dari 1) pemeriksaan dan pemeliharaan yang merupakan kegiatan untuk menjamin keberlangsungan sistem proteksi berfungsi dengan baik, 2) pembinaan dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam usaha pencegahan, penannggulangan dan evaluasi penghuni, 3) rencana keadaan darurat (fire emergency plan) yang memuat prosedur yang mengatur saat terjadinya keadaan darurat, dan 4) pekerjaan kerumahan (fire safety
12
housekeeping) yang menyangkut setiap kegiatan fisik pada bangunan sesuai dengan standar keamanan terhadap bahaya kebakaran. Dalam penerapan manajemen keselamatan keempat penerapan sistem keamanan diimplementasikan secara menyeluruh dengan prosedur yang sesuai dengan kaidah penerapan sistem.
dilakukan dalam mengantisipasi penanggulangan dan pencegahan bahaya kebakaran terhadap rumah susun dalam Fire Safety Management. 2.
Pelaksanaan implementasi manajemen penanggulangan kebakaran pada bangunan gedung harus sesuai dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 11 tahun 2000 tentang ketentuan teknis penanggulangan kebakaran di perkotaan. KESIMPULAN Berdasarkan dilakukan dapat sebagai berikut : 1.
penelitian yang diambil kesimpulan
Dari Penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa dalam Fire Safety Managemet ada 6 komponen utama yang dominan untuk mengantisipasi bahaya kebakaran dimana konstribusi Adjusted R Square sebesar 78,1% terhadap kehandalan bangunan dalam mencegah terjadinya bahaya kebakaran, dimana masingmasing komponen memberi kontribusi sebagai berikut: a. Penerapan Fire Safety Management b.
Sistim pelatihan/training
c.
Pemeriksaan, pendataan pengujian proteksi
d.
Prosedur penyelamatan
e.
Fire safety houskeeping
f.
Pemberitahuan penghuni
dan
awal
dan
Kehandalan bangunan dapat mengantisipasi bahaya kebakaran pada rumah susun khusus secara sempurna di wilayah Kota Makassar, dengan Penerapan Fire Safety Management, Sistim pelatihan/training, Pemeriksaan, pendataan dan pengujian proteksi, Prosedur dan sarana penyelamatan, Fire safety houskeeping, Pemberitahuan awal pada penghuni dalam Fire safety Management sebagai satu sistim yang utuh saling terkait satu dengan lainnya dalam meningkatkan kehandalan bangunan khususnya pada rumah susun.
Saran-Saran Fire Safety Management merupakan salah satu bagian yang penting dalam mengantisipasi terjadinya bahaya kebakaran pada bangunan rumah susun di Kota Makassar. Dari Penelitian yang dilakukan terhadap Fire Safety Management dengan kehandalan bangunan dalam mengantisipasi terjadinya kebakaran pada bangunan rumah susun dimana dapat disimpulkan fire Safety Management = 15,45% memiliki hubungan yang linier penjumlahan yang positif terhadap 14,35% kehandalan bangunan=rumah susun di Kota Makassar. Berdasarkan ini dapat diberikan saran sebagai berikut =: 12,03%
sarana
1.
Perlu ditingkatkan kesadaran akan pentingnya Fire= Safety 17,07%Management dalam mengantisipasi bahaya kebakaran. = 10,07%
pada
2.
Di tingkatkan ketrampilan personil penanggulangan = 9,14% kebakaran sesuai perkembangan jaman
3.
Saling memberi informasi pada pihakpihak yang terkait, dan bimbingan sehingga dapat dipahami cara mengantisipasi bahaya kebakaran dengan benar efektif dan eftsien.
Keenam komponen diatas disusun berdasatkan dimana memiliki pengaruh terbesar terhadap kehandalan bangunan yang sudah teruji dan terukur dalam penelitian ini, keenam komponen tersebut yang harus
13
4.
Beberapa hal yang dapat disarankan untuk diteliti lebih lanjut: a.
Penerapan strategi pelaksanaan operasi, komunikasi dan penyelamatan
b. Pemberitahuan awal pada penghuni saat terjadinya kebakaran Untuk mendukung dalam bidang manajemen pemeliharaan dapat disarankan hal-hal berikut untuk diperttimbangkan antara lain a. Dapat di masukan didalam materi pelajaran sistem pemeliharaan dan perawatan dimana Fire Safety management sangat penting di dalam life cycle pada suatu bangunan. b. Dapat di masukan sebagai jurusan bidang ilmu tersendiri di Magister Teknik.
DAFTAR PUSTAKA Kepmen PU No.10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan UU RI No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung DEPNAKER, “Bahan Training Keselamatan Kerja Penanggulangan Kebakaran”, 1987 Mihael J. Karter, Jr.,” 1999 U.S. Fire Loss”, NFPA Journal, September/ Oktober, 2000 Dinas Kebakaran Kotamadya Makassar,” Kinerja dan Permasalahan Dinas Kebakaran di Kota Makassar", Oktober, 2000 Suprapto, "Bulan Mutu Dan Produkilvitas Nasional". 1 Nopember, 1994 Suprapto, “Manajemen Pengamanan Kebakaran Gedung", Modul: Paket B-04, BPI dan DPU RI Suprapto, "Fire safety Management”, Seminar, 29-30 Oktober 1996 Departemen Pekerjaan Umum, “Pedoman Teknis Manajemen Penanggulangan Bahaya
Kebakaran Di Perkotaan”, Oktober, 1999 Brian Bagnall, " Fire and Building”, Granada, 1984 Suprapto, "Standar Teknis Pengamanan Bangunan Terhadap Bahaya Kebakaran", penyuluhan, 15 Desember, 1995 Asmaningprojo Aswinto & Yuwono Tn, "Fire Safety Through Architectural Design", Conference & Exhibition on fire-Jakarta, 17-18 September 1998, Hal. 3 Suprapto. (2005) . “Metoda Basis Kinerja Dalam Peraturan, Analisis dan Disain Sistem Proteksi Kebakaran/ Performance-based Methods in Fire Protection Code, Analysis and Design”, Ahli Peneliti Utama Puslitbang Permukiman Pekerjaan Umum Peraturan Menteri PU No. 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan TeknisSistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung danLingkungan (revisi dari KepmenPU No. 10/KPTS/2000 tentangKetentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaranpada Bangun Gedung danLingkungan). S.K.
Chu International Journal on Engineering Performance-Based Fire Codes, Volume 6, Number 4, p.307-321, 2009
W.K. Chow Research Centre for Fire Engineering, Department of Building Services EngineeringThe Hong Kong Polytechnic University, Hong Kong, China (Received 3 May 2011; Accepted 8 July 2011) Cboo,S.Y, “Design of High Rise Building Against Fire Hazard”, Singapore, Page 3 K.H. Almand, Fire Protection Research Foundation, National Fire Protection Association, Quincy,MA, U SA - Private communication, July (2011).
14
Shaw, Rajib, Town watching handbook for disaster education, Kyoto University, Yukiko Takeuchi, Japan, (2009) a
N.H. Salleh and A.G. Ahmad, Fire Safety Management in Heritage Buildings nd CIPA Symposium, 2009,
J. Hahtono Soenarjo, “Keamanan Kerja, don Tinjauan Penyebab Kebakaran/Penanggulangannya Di Lapan”, Lapan, September 1985 DPU,”Bangunan Gedung Kebakaran", !998 Hal. 13 Fred
PU,
"Pedoman Teknis Manajemen Penanggulangan Bahaya Kebakaran Di Perkotaan", Oktober, 1999 Asmaningprojo Aswinto &Yuwono Tri, “Fire Safety Through Architectural Design”, Conference & Exhibition on fire-Jakarta, 17-18 September 1998, Hal.3 Choo, S.Y., “Design of High Rise Building Against Fire Hazard’, Singapore, Page 3 Suprapto, "Sistim Proteksi Pasif", PU, 1994 Suprapto, "Manajemen Pengamanan kebakaran Gedung”, Modul, Departemen Tenaga Kerja RI Suprapto. “Manajemen sistim pengamanan kebakaran sebagai salah satu pilar menuju bangunan yang siap mengantisipasi kebakaran”, Seminar, Tanggal 27-28 pebruari, 2001 Suprapto, " Rencana Penanggulangan darurat Kebakaran Sebagai Bagian Dari Manajemen Pengamanan Kebakaran Pada Bangunan Gedung”, 24 Maret, 1998 Suprapto.,”Manajemen Pengamanan Kebakaran Gedung (Fire Safety Management)”, Modul, Departemen Tenaga Kerja RI. Suprapto, “Pengembangan Manajemen Penanggulangan Bahaya Kebakaran (Fire Safety Management) Di Indonesia”, 29-31 Oktober, 1996 Iman Soeharto, “Manajenen Proyek dan Konseptual Sampai Operasional”, Erlangga, 1997
Pasca
Lawson, "Hotel, Motel and Condominium:Design, Planning and Maintenantece,The Arcitecturaf”, Press-Landon, Hal.11
Suprapto,” Lokakarya Pengkajian Biaya Dan Manfaat (Cost and Benefit) serta Tinjauan Penerapan Standard-Standar Teknis Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung”, 12-13 Mci 1993, Hal. 10 Departemen Pekerjaan Umum, “Tata cara perencanaan bangunan dan lingkungan uniuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan Gedung", SNI 1989 Suprato, “Seminar Bulan Mutu Dan Produktivitas Nasional", I Nopember 1994 Departemen Pekerjaan Umum, "Perencanaan Struktur bangunan untuk pencegahan bahaya Kebakaran pada bangunan rumah dan gedung”, SNI, 1989 DPU, “Spesifikasi bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung”, SKBI, 1987 DPU "Tata cara pemasangan sistim deteksi & alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung”, SKBI, 1987 DPU, "Panduan pemasangan sprinkler untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan Gedung”, SKBI, 1989 DPU,
“Panduan Pemasangan Sistem Hidran Untuk Pencegakan Bahaya
15
Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung”, SNI, 1989 DPU, "Panduan Pemasangan pemadam api ringan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung", SKBI, 1987 Peraturan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, “Penanggulangan Bahaya Kebakaran Dalam Wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta”, No.3,1992 Brian
Bagnall, “Fire Granada, 1984
and
Building",
Suprapto, ‘Manajemen sistem pengamanan kebakaran sebagai salah satu pilar menuju bangunan yang siap mengantisipasi kebakaran”, Seminar, 27-28 Pebruari, 2001 Departemen Pekerjaan Umum, “Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan kebakaran”, Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 11/kpts/2000, 1 Maret , 2000 Alison Wolf, “Resources and responses : Fire service organization and deplopment", NFPA Journal, November/December 2000, Page 51 Suprapto , "Pengembangan Manajemen Penanggulangan Bahaya Kebakaran (fire Safety Management) di Indonesia", Seminar, 29-30 Oktober, 1996 Ben Klaene and Russ Sander", Vacant Buillding Risks”, NFPA Journal, May/June 2000, Page 44
rail system”, NFPA May/June 2000, Page 82
Journal,
Shelly R, “On Track Training”, NFPA Journal, May /June 2000, Page 20 Ahson Wolf, Scaring Point for safety", NFPA Journal, May/June 2000, Page 73 Ben Klaene & Russ Sanders,” Pre Incident Planning of Tactical Operation”, NFPA Journal, November/December 2000, Page 20 Russell P. Fleming P.E. "Alarms for sprinkler systems”, NFPA Journal, September/October 2000, Page James D.Lake, “Life safety in dormitories”, NFPA Journal, September/October 2000, Page 30 Dean K. Wison, P.E, CFPS,” Wiring fire alarms for reability”, NFPA Journal, September/October 2000, Page 71 John Ng., “Performance-based design”, NFPA Journal, May/June 2000, Page 18-20 Hallie Ephron Touger, “Hooked and Codes”, NFPA Journal, November/December 2000, Page 27 Men-K Appy, “heroes Action”, NFPA Journal, May/June 2000, Page 58 Suprapto. "Seminar Rencana Penanggulangan Darurat Kebakaran Sebagal Bagian Dari Manajemen Pengamanan Kebakaran Pada Bangunan Gedung", 24 Maret, 1998
Kerm, J.T. “Concept on the for fire in tail builldings", Seminar Teknologi dan Manajemen proteksi kebakaran Jakarta, 5-6 September 1997, hal 14
Norbuko,C, & Achmadi, A,” Metodologi Penelitian”, Bumi Aksara, 1997, Hal. 57
Shelly Rees,” 2000 edition of NFPA expands application to passenger
Supranto. J., “Statistik Teori dan Aplikas", Erlangga”, 1988, hal. 245
16
Supranto, J., “Statistik Teori dan Aplikasi”, Erlangga”, 1988, hal. 249-250 Katz, D.A., “Econometric Theory and Applications”, Prentice Hall Inc., New Jersey, 1982, p. Katz, D.A., “Econometric Theory and Applications”, Prentice Hall inc., New Jersey, 1982, p. 117-118 Katz, D.A., "Econometric Theory and Applications”, Prentice Hall Inc., New Jersey, 1982, p. 115 Katz, D.A., “Econometric Theory and Applications", Prentice Hall Inc., New Jersey, 1982, p.123 Katz, DA.. “Econometric Theoiy and Applications’, Prentice Hall Inc., New Jersey, 1982, p.123 Walpole, RE., and Mayers, R.H, “Probability and Stalsilics for Engineers and Scientists", MacMillan, New York,1993, p.430. Suprapto , "Manajemen Sistem Pengamanan Kebakaran Sebagai Salah Satu Pilar Menuju Bangunan Yang Siap Mengantisipasi Kebakaran”, Seminar Pencegahan Kebakaran Dinas Kebakaran DKI Jakarta, 27-28 Pebruari, 2001 Wallen, EN, "How To Design and Evaluate Research In Education Correlation Research”, Mc Graw-Hill inc, 1990, Page 274. Sembiring, RK, “Analisis Regresi", ITB, Bandung, 1995, Hal. 161 Wonnacott, T.H & Wannacott, RI, "Introductory Statistics For Business and Economics-Dummy Variabels", John Wiley & Sons. inc, 1972, Page 308-313 M. N. Ibrahima , M. S. Ibrahima, A. MohdDina, K.Abdul-Hamida, R. M. Yunusb, M. R. Yahyac Fire Risk Assessment of Heritage Building – Perspectives of Regulatory
Authority, Restorer and Building Stakeholder M., The 2nd International Building Control Conference 2011 S.K. Chu Preventive Maintenance For Fire System in Resedential Building (Case Study), International Journal on Engineering PerformanceBased Fire Codes, Volume 6, Number 4, p.307-321, 2004 hal. 307 Walpole, R.E., and Mayers, R.H., "Probability and Statsitics for Engineers and Scientists", MacMillan, New York, 1993, p.430