eJournal Ilmu Administrasi Bisnis, 2016, 4 (3): 683-697 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2016
PENGARUH DISPLAY PRODUK DAN SUASANA TOKO TERHADAP PEMBELIAN IMPULSIF DI MINIMARKET ERAMART CABANG LEMBUSWANA SAMARINDA Nur Maya Sari Rahmadana 1 Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari variabel display produk (X1) dan suasana toko (X2) secara simultan maupun parsial terhadap pembelian impulsif di Minimarket Eramart cabang Lembuswana Samarinda. Serta untuk mengetahui variabel manakah yang berpengaruh dominan terhadap pembelian impulsif (Y). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel display produk (X1) dan suasana toko (X2), secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif (Y). Sedangkan secara parsial, hanya variabel suasana toko (X2) yang berpengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif (Y). Variabel suasana toko (X2) merupakan variabel yang berpengaruh dominan terhadap pembelian impulsif (Y). Nilai R Square menunjukkan bahwa tingkat hubungan antara variabel display produk dan suasana toko terhadap pembelian impulsif berada pada tingkat hubungan yang kuat. Jika terdapat keterbatasan sumber daya, maka variabel yang diprioritaskan dipertahankan atau ditingkatkan adalah variabel suasana toko. Kata Kunci : Display Produk, Suasana Toko dan Pembelian Impulsif Pendahuluan Usaha ritel atau eceran (retailing) dapat dipahami sebagai semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsuman akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan penggunaan bisnis. Keberadaan bisnis ritel modern menjadi semakin penting karena adanya pergeseran pola belanja masyarakat yang lebih memilih berbelanja di pasar ritel modern seperti minimarket ataupun swalayan. Sehubungan dengan strategi ritel yang menarik minat beli konsumen, maka perilaku pembelian yang tidak direncanakan (impulse buying) merupakan sesuatu yang menarik bagi pengecer. Salah satu cara pedagang usaha ritel agar membuat konsumen tertarik dan memutuskan untuk melakukan pembelian adalah dengan display barang yang rapi dan suasana yang nyaman saat berada di dalam toko. Menyadari pentingnya sebuah strategi pemasaran sehingga konsumen melakukan pembelian impulsif disuatu toko, maka penulis sangat tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai faktor-faktor dan strategi apa saja yang harus dilakukan oleh pihak perusahaan dalam hal ini adalah minimarket, sehingga dapat 1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Admistrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
eJournal Ilmu Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 3, 2016: 683-697
meningkatkan pembelian impulsif yang tentu saja akan mendongkrak pendapatan (income) dari perusahaan itu sendiri. peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai masalah display produk dan suasana toko. Untuk itu pada penelitian ini, peneliti mengambil judul Pengaruh Display Produk dan Suasana Toko Terhadap Pembelian Impulsif di Minimarket Eramart Cabang Lembuswana Samarinda. Rumusan Masalah a. Apakah variabel display produk dan suasana toko secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif di Minimarket Eramart cabang Lembuswana Samarinda? b. Apakah variabel display produk dan suasana toko secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif di Minimarket Eramart cabang Lembuswana Samarinda? c. Variabel manakah yang paling berpengaruh terhadap pembelian impulsif di Minimarket Eramart cabang Lembuswana Samarinda? Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh display produk dan suasana toko secara simultan terhadap pembelian impulsif di Minimarket Eramart cabang Lembuswana Samarinda. b. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh display produk dan suasana toko secara parsial terhadap pembelian impulsif di Minimarket Eramart cabang Lembuswana Samarinda. Untuk mengetahui dan menganalisis variabel manakah yang paling berpengaruh terhadap pembelian impulsif di Minimarket Eramart cabang Lembuswana Samarinda. Kerangka Dasar Teori Pemasaran Kotler (2001:9) mengatakan bahwa pemasaran adalah proses sosial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk dan jasa yang bernilai satu sama lainnya. Lebih lanjut Stanton dalam Swastha dan Handoko (2008:4) mengatakan, pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Sedangkan definisi pemasaran menurut Kotler dalam Alma (2005:1) mengatakan bahwa pemasaran yang oleh para pedagang diartikan sama dengan distribusi yaitu segala kegiatan untuk menyampaikan barang-barang ke tangan para konsumennya atau pemakainya. Serta kegiatan marketing tidak termasuk dalam kegiatan perubahan bentuk barang yang sering dilihat dalam industri.
684
Pengaruh Display Produk Dan Suasana Toko Terhadap Pembelian Impulsif (Maya)
Pengertian Retailing Perkembangan dunia bisnis belakangan ini sangat mendukung perkembangan bagi para retailer yang berada di pasar, terutama para retailer besar. Meningkatnya tingkat konsumsi dan hasrat berbelanja masyarakat membuat industri ini semakin dilirik oleh para pelaku bisnis. Retail adalah suatu penjualan dari sejumlah kecil komoditas kepada konsumen. Retail berasal dari Bahasa Perancis diambil dari kata retailer yang berarti “memotong menjadi kecilkecil” (Risch,1991:2). Menurut Levy dan Weitz (2009:8) Retailing adalah satu rangkaian aktivitas bisnis untuk menambah nilai guna barang dan jasa yang dijual kepada konsumen untuk konsumsi pribadi atau rumah tangga. Jadi konsumen yang menjadi sasaran dari retailing adalah konsumen akhir yang membeli produk untuk dikonsumsi sendiri. Perilaku Konsumen Seiring dengan kemajuan jaman di mana masyarakat semakin membutuhkan sesuatu yang efisien, munculah shopping mall dengan konsep dapat memenuhi semua kebutuhan masyarakat dalam suatu tempat. Dalam konsep pemasaran perlu mempelajari perilaku konsumen, agar dapat di identifikasi strategi apa yang dapat digunakan untuk melayani konsumen, sehingga mempengaruhi perilaku pembeliannya. Menurut Kotler (2002:182) perilaku konsumen adalah bagaimana individu, kelompok dan organisasi memilih, membeli, memakai, serta memanfaatkan barang, jasa, gagasan, atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka. Pemahanan tentang perilaku konsumen dalam pemasaran merupakan suatu hal yang penting. Dalam perilaku konsumen terdapat tiga perspektif yaitu pengambilan keputusan, pengalaman dan pengaruh perilaku, dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Perspektif Pengambilan Keputusan Perspektif pengambilan keputusan menggambarkan seorang konsumen melakukan serangkaian langkah tertentu pada saat melakukan pembelian. Langkah-langkah ini termasuk pengenalan masalah, mencari, evaluasi alternatif, memilih, dan evaluasi pasca perolehan. b. Perspektif Pengalaman Perspektif pengalaman atas pembelian konsumen menyatakan bahwa untuk beberapa hal, konsumen tidak melakukan pembelian sesuai denganproses pengambilan keputusan yang rasional dan konsumen membeli produk dan jasa tertentu untuk memperoleh kesenangan, menciptakan fantasi, atau perasaan emosi saja. Pengklasifikasian berdasarkan perspektif pengalaman menyatakan bahwa pembelian akan dilakukan karena dorongan hati (impulsif) dan mencari variasi. c. Perspektif Pengaruh Perilaku
685
eJournal Ilmu Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 3, 2016: 683-697
Perspektif pengaruh perilaku mengasumsikan bahwa kekuatan lingkungan memaksa konsumen untuk melakukan pembelian tanpa harus terlebih dahulu membangun perasaan atau kepercayaan terhadap produk. Menurut perspektif ini, konsumen tidak saja melalui proses pengambilan keputusan rasional tetapi bergantung juga pada perasaan untuk membeli produk atau jasa tersebut. Tindakan pembelian konsumen merupakan hasil dari kekuatan lingkungan, nilai-nilai budaya, lingkungan fisik, dan tekanan ekonomi. Pembelian Impulsif Pengertian Pembelian tidak Terencana (impulse buying) Pembelian Impulsif atau pembelian tidak terencana adalah sebagai tingkah laku yang tiba-tiba, terpaksa, dan bahagia dalam kegiatan pembelian yang dilakukan melalui proses keputusan secara impulsif, tanpa pikir panjang dan dengan pertimbangan yang hati-hati terhadap alternatif informasi dan pilihan yang ada. Menurut Mowen (2002:10) pembelian tidak terencana adalah tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari pertimbangan, atau niat membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko. Atau bisa juga dikatakan suatu desakan hati yang bisa tiba-tiba dengan penuh kekuatan, bertahan, dan tidak direncanakan untuk membeli sesuatu secara langsung, tanpa banyak memperhatikan akibatnya. Dari definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa impulse buying merupakan sebagai pilihan yang dibuat pada saat itu juga karena perasaan positif yang kuat mengenai suatu produk. Impulse buying adalah perilaku orang yang di mana orang tersebut tidak merencanakan sesuatu dalam berbelanja. Konsumen yang melakukan impulse buying tidak berpikir untuk membeli produk atau merek tertentu. Mereka langsung melakukan pembelian karena ketertarikan pada merek atau produk saat itu juga. Impulse buying sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli secara spontan, reflek, tiba-tiba, dan otomatis. Dengan demikian impulse buying merupakan sesuatu yang alamiah dan merupakan reaksi yang cepat. Display Produk Pengertian Penataan Barang (Display) Menata barang dagangan atau dikenal dengan istilah Display merupakan salah satu aspek penting untuk menarik konsumen pada toko dan barang kemudian dapat mendorong keinginan konsumen yang pada saat datang ke toko untuk membeli suatu produk melalui daya tarik penglihatan langsung pada suatu produk. Toko harus melakukan menciptakan daya tarik penataan ruang dan penyusunan produk sehingga konsumen atau pelanggan merasa betah dan nyaman dalam berbelanja. Pelaksanaan display yang efektif akan meningkatkan penjualan dan dapat merangsang keputusan pembelian secara seketika. Menurut Sopiah dan Syhabuddin (2008:238), display adalah usaha yang dilakukan untuk menata barang yang mengarah pembeli agar tertarik untuk melihat dan memutuskan untuk membelinya. 686
Pengaruh Display Produk Dan Suasana Toko Terhadap Pembelian Impulsif (Maya)
Menurut Alma (2008:189) display adalah keinginan membeli sesuatu yang tidak didorong oleh seseorang tetapi didorong oleh daya tarik atau oleh penglihatan dan atau perasaan lainnya. Menurut Shultz dalam Alma (2011:189) display adalah usaha mendorong perhatian dan minat konsumen pada toko atau barang dan mendorong keinginan membeli melalui daya tarik penglihatan langung. Dari pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa display merupakan suatu alat untuk mengomunikasikan produk suatu perusahaan kepada konsumen agar konsumen dapat mengamati, meneliti dan melakukan pilihan di mana hal ini dilakukan konsumen karena terdorong oleh daya tarik penglihatan atau pun rasa-rasa tertentu karena adanya peragaan atau penyusunan produk yang menarik memajangkan barang di dalam toko dan di etalase, mempunyai pengaruh besar terhadap penjualan. Suasana Toko (Store Atmosphere) Suasana toko merupakan salah satu bagian dari bauran eceran yang memiliki arti yang sangat penting dalam manjalankan bisnis ritel. Dengan adanya suasana toko yang baik, maka akan menarik konsumen untuk melakukan pembelian. Suasana toko adalah suatu karakteristik fisik yang sangat penting bagi setiap bisnis ritel hal ini berperan sebagai penciptaan suasana yang nyaman sesuai dengan keinginan konsumen dan membuat konsumen ingin berlama-lama berada di dalam toko dan secara tidak langsung merangsang konsumen untuk melakukan pembelian. (Purnama 2011:62). Setiap toko mempunyai penampilan toko yang harus membentuk suasana terencana yang sesuai dengan pasar sasaran dan yang dapat menarik konsumen untuk membeli. Suasana toko mempengaruhi keadaan emosi pembeli yang menyebabkan keputusan pembelian. Keadaan emosional akan membuat dua perasaan yang dominan yaitu perasaan senang dan membangkitkan keinginan. Menurut Lamb, Hair dan McDaniel (2003:105) suasana toko adalah suatu keseluruhan yang disampaikan oleh tata letak fisik, dekorasi, dan lingkungan sekitarnya. Menurut Levy dan Weitz (2001:576) mengatakan bahwa suasana toko adalah rancangan dan suatu desain lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik dan penciuman untuk merangsang persepsi dan emosi dan pelanggan dan akhirnya untuk mempengaruhi perilaku pembelanjaan mereka. Dari beberapa definisi tersebut diatas bahwa suasana toko adalah rancangan dan suatu desain lingkungan pembelian pada suatu toko melalui pemilihan dan pengaturan fasilitas fisik toko dan aktivitas barang dagangan. Sehingga menimbulkan kesan yang menarik dan menyenangkan bagi konsumen untuk melakukan pembelian. Definisi Konsepsional Berdasarkan pengertian konsep yang penulis dapat dan kemudian dikemukakan secara jelas sebagai berikut: a. Display merupakan suatu alat untuk mengomunikasikan produk yang akan 687
eJournal Ilmu Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 3, 2016: 683-697
dijual kepada konsumen agar konsumen dapat mengamati, meneliti dan melakukan pilihan. Memajangkan barang di dalam toko dan dietalase mempunyai pengaruh besar terhadap penjualan. Salah satu cara untuk menjual barang ialah dengan membiarkan calon pembeli itu melihat, meraba, mencicipi, mengendarai dan lain sebagainya. Pada dasarnya penataan barang (display) mempunnyai beberapa macam yaitu: 1) Window Display Window display merupakan suatu pemajangan barang, gambar, kartu harga dan simbol dibagian depan toko yang disebut etalase. Tujuan dari window display yaitu untuk menarik perhatian konsumen yang lewat, memancing perhatian terhadap barang-barang istimewa yang dijual di toko, menimbulkan impulse buying (dorongan seketika), menimbulkan daya tarik terhadap keseluruhan suasana toko menyatakan kualitas barang yang baik atau harga yang murah sebagai ciri khas toko tersebut. 2) Interior Display Interior display adalah pemajangan barang, gambar, kartu harga, poster di dalam toko misalnya di lantai, rak, dan meja-meja. Interior display mempunyai beberapa macam yaitu merchandise display berkenaan dengan teknik penyajian barang-barang dalam gerai untuk menciptakan situasi atau suasana tertentu. Komposisi rak dipajang dan disusun tegak (vertical display), Pemajangan barang dari depan ke belakang (memanjang. Store sigh penyajian yang memberikan informasi tentang lokasi barang di dalam toko membimbing calon pembeli ke arah barang dagangan yang dibutuhkan (tanda arah petunjuk produk). dan dealer display merupakan simbol, petunjuk-petunjuk mengenai penggunaan barang yang dibuat oleh produsen. 3) Eksterior Display Eksterior display adalah pemajangan barang, gambar, poster, dan simbol di luar toko. Pemajangan sistem ini banyak digunakan untuk promosi barang, pengenalan produk baru, penjualan istimewa, cuci gudanng, dan diskon. Fungsi dari eksterior display ini adalah memperkenalkan produk dengan cepat dan ekonomis, membantu mengkoordinir advertising dan merchandising, membantu para produsen meyalurkan barang-barangnya dengan cepat dan ekonomis. b. Suasana toko adalah rancangan dan suatu desain lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik dan penciuman untuk merangsang persepsi dan emosi dan pelanggan dan akhirnya untuk mempengaruhi perilaku pembelanjaan mereka. c. Pembelian impulsif atau pembelian tidak terencana adalah tingkah laku pembelian konsumen yang tiba-tiba, terpaksa, dan bahagia dalam kegiatan pembelian yang dilakukan melalui proses keputusan pembelian, tanpa pikir panjang dan dengan pertimbangan yang hati-hati terhadap alternatif informasi dan pilihan yang ada. 688
Pengaruh Display Produk Dan Suasana Toko Terhadap Pembelian Impulsif (Maya)
Metode Penelitian Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan guna melihat apakah variabel independen maupun variabel dependen mempunyai distribusi normal atau kah tidak. Uji Multikolinearitas Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Jika terjadi korelasi yang kuat, maka dapat dikatakan telah terjadi masalah multikolinearitas dalam model regresi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas didalam model regresi dapat menggunakan tolerance value dan variance inflation factor (VIF). Uji Heteroskedastisitas Dalam SPSS metode yang sering digunakan untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada scatterplot yang menunjukkan hubungan antara Regression Studentised Residual dengan Regression Standardized Predicted Value (Santoso, 2000:210). Uji Autokorelasi Tujuannya untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka terjadi autokorelasi. Model regresi yang baik adalah bebas dari autokorelasi. Ghozali (2005:95). Uji autokorelasi dalam penelitian ini tidak dilakukan karena data yang digunakan bukan data time series melainkan data cross sectional (Budianas, 2013) Analisis Regresi Linier Berganda Persamaan Regresi Dalam penelitian ini untuk menganalisis data dengan cara analisis Regresi linier Berganda. Menurut Sugiyono (2006) analisis regresi berganda digunakan bila penelitian bermaksud untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependent (Kriterium) bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Dalam penelitian ini digunakan analisis sebagai berikut : Y = a + b1 x1 + b2 x2 + e Dimana : Y a b1 , b2
x1 x2 e
= = = = = =
Pembelian Impulsif kostanta koefisien regresi masing-masing variabel Display Produk Suasana Toko erorr/variabel pengganggu 689
eJournal Ilmu Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 3, 2016: 683-697
Koefisien Korelasi (R) Koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui kuatnya pengaruh antara variabel tidak bebas dengan variabel bebas. Semakin besar nilai R, maka semakin tepat model regresi yang dipakai sebagai alat perhitungan karena total variasi dapat menjelaskan variabel tidak bebas. Koefisien Determinasi ( ) Koefisien Determinasi digunakan untuk melihat kelayakan penelitian yang dilakukan dengan melihat pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent. Nilai R 2 ini terletak antara 0 dan 1. Bila nilai R 2 mendekati 0 berarti sedikit sekali variabel independen. Jika nilai R 2 bergerak mendekati 1 berarti semakin besar variasi variabel dependen yang dapat diterangkan oleh variabel independen. Jika ternyata dalam perhitungan nilai R 2 sama dengan 0 maka ini menunjukkan bahwa variabel dependen tidak bisa dijelaskan oleh variabel independent. Uji F (Serentak) Pengujian serentak adalah untuk mengetahui apakah koefisien regresi variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh atau tidak terhadap variabel tidak bebas. Kriteria penelitian: H 0 : b1 = b2 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang berarti secara bersama-sama antara variabel display produk dan suasana toko terhadap pembelian impulsif. Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang berarti secara bersama-sama antara variabel display produk dan suasana toko terhadap pembelian impulsif Pembuktian ini dilakukan dengan mengamati FHitung pada (α) 5%. Apabila nilai Sig. Fhitung < α 0,05 maka H 0 ditolak dan Ha diterima Apabila nilai Sig. Fhitung > α 0,05 maka H 0 diterima dan Ha ditolak Uji t (secara parsial) Setelah menguji apakah variabel bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh atau tidak terhadap variabel tidak bebas, maka selanjutnya menguji variabel satu per satu. Apabila variabel bebas memiliki pengaruh terhadap variabel tidak bebas, maka selanjutnya dapat dijelaskan variabel mana diantara variabel tersebut yang dominan berpengaruh terhadap variabel tidak bebas. Kriteria Pengujian : H 0 : = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang berarti antara variabel display produk dan suasana toko terhadap pembelian impulsif. H 0 : bi ≠ 0,
690
Pengaruh Display Produk Dan Suasana Toko Terhadap Pembelian Impulsif (Maya)
artinya ada pengaruh yang berarti antara variabel display produk dan suasana toko terhadap pembelian impulsif. Dengan menggunakan tingkat keyakinan alpha (α) sebesar 5% dan derajat kebebasan (n-2). Kemudian dibandingkan antara thitung dengan ttabel, maka: Apabila nilai Sig t hitung < α 0,05, maka H 0 ditolak dan Ha diterima. Apabila nilai Sig t hitung > α 0,05, maka H 0 diterima dan Ha ditolak. Variabel yang paling berpengaruh Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh, dilakukan dengan melihat nilai koefisien regresi baku, di mana nilai yang paling besar adalah variabel yang paling berpengaruh. Hasil Penelitian Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Hasil uji normalitas dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov Test dapat dilihat pada tebel berikut : Tabel Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
100 Mean 0E-7 Normal Parametersa,b Std. Deviation .42963857 Absolute .063 Most Extreme Positive .040 Differences Negative -.063 Kolmogorov-Smirnov Z .625 Asymp. Sig. (2-tailed) .829 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Berdasarkan pada tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai sig. KolmogorovSmirnov. hitung sebesar 0,829 > Alpha 0,05, berarti residu berditribusi normal. Uji Multikolinearitas Hasil uji multikolinearitas dengan menggunakan nilai tolerance dan VIF dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Penelitian VIF Tollerance Display Produk (X1) 1,457 0,687 Suasana Toko (X2) 1,457 0,687 Sumber: data penelitian yang diolah dari SPSS, 2016 691
eJournal Ilmu Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 3, 2016: 683-697
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan IBM SPSS 20 pada Tabel di atas diketahui bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai VIF tidak lebih besar dari 10 dan nilai tollerance kurang dari 0,10. Maka penulis menyimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas dalam penelitian ini. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas menghasilkan grafik pola penyebaran titik (scatterplot) seperti tampak pada gambar sebagai berikut ini. Gambar
Sumber: data penelitian yang diolah dari SPSS, 2016 Dari hasil grafik scatterplot di atas dapat dilihat bahwa tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Persamaan Regresi Pengujian ini dilakukan untuk mengukur seberapa besar pengaruh dari variabel independen (display produk dan suasana toko) terhadap variabel dependen (pembelian impulsif). Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Coefficientsa Model
1
(Constant) X1 X2
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta .741 .386 .043 .105 .039 .681 .107 .607
T
Sig.
1.918 .408 6.379
a. Dependent Variable: Y Sumber: Data diolah,2016 Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh persamaan regresi linear berganda dari variabel display produk (X1) dan suasana toko (X2) terhadap pembelian impulsif (Y) adalah sebagai berikut: Y = 692
0,741 + 0,043 X1 + 0,681 X2+e
.058 .684 .000
Pengaruh Display Produk Dan Suasana Toko Terhadap Pembelian Impulsif (Maya)
Persamaan regresi di atas memiliki pengertian sebagai berikut: 1) Konstanta (a) Nilai konstanta 0,741 berarti bahwa pembelian impulsif akan konstan sebesar 0,741 jika tidak dipengaruhi variabel display produk dan suasana toko. Maka dapat diartikan bahwa konsumen di Minimarket Eramart cabaang Lembuswana Samarinda dalam melakukan pembelian tidak terlalu memperhatikan variabel-variabel di atas. 2) Koefisien Regresi Variabel Display Produk (b1) Variabel display produk mempengaruhi pembelian impulsif pada konsumen sebesar 0,043 atau berpengaruh positif terhadap variabel Y (pembelian impulsif), yang artinya jika variabel display produk ditingkatkan 1 satuan maka pembelian impulsif akan meningkat sebesar 0,043. Sebaliknya jika variabel display produk diturunkan 1 satuan maka pembelian impulsif akan menurun sebesar 0,043. Dengan mengasumsikan variabel lain konstan. 3) Koefisien Regresi Variabel Suasana Toko (b2) Variabel suasana toko mempengaruhi keputusan pembelian konsumen sebesar 0,681 atau berpengaruh positif terhadap variabel Y (pembelian impulsif), yang artinya jika variabel suasana toko ditingkatkan 1 satuan maka pembelian impulsif akan meningkat sebesar 0,681. Sebaliknya jika variabel suasana toko diturunkan 1 satuan maka pembelian impulsif akan menurun sebesar 0,681. Dengan mengasumsikan variabel lain konstan. a. Pengujian Koefisien Korelasi (R) Koefisien korelasi menunjukkan hubungan yang erat antar variabel independen yang terdiri dari display produk dan suasana toko. Dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel Hasil Uji Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin-Watson Square the Estimate a 1 .630 .397 .384 .43405 1.541 a. Predictors: (Constant), X2, X1 b. Dependent Variable: Y Sumber: Data diolah dari data SPSS, 2016 Dalam output SPSS pada tabel diatas diperoleh nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,630 atau 63% yang berarti tingkat hubungan antar variabel display produk (X1) dan suasana toko (X2) terhadap pembelian impulsif (Y) pada Minimarket Eramart cabang Lembuswana Samarinda termasuk pada tingkat hubungan yang kuat. b. Pengujian Koefisien Determinasi (R2) Dalam output SPSS diperoleh pada tabel di atas Model Summaryb nilai koefisien determinasi (R2) didapati besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam penelitian ini adalah 0,397 atau 39,7%, Sedangkan sisanya yaitu 60,3% dipengaruhi oleh variabel lain diluar 693
eJournal Ilmu Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 3, 2016: 683-697
variabel yang diteliti yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. c. Uji F (Uji Serentak) Hasil perhitungan pada uji F (serentak) dengan menggunakan program SPSS versi 20 sebagai berikut: Tabel Uji F (Simultan) ANOVAa Model Sum of Df Mean F Sig. Squares Square Regression 12.011 2 6.005 31.876 .000b 1 Residual 18.274 97 .188 Total 30.285 99 a. Dependent Variable: Y b. Predictors: (Constant), X2, X1 Sumber: data penelitian yang diolah dalam SPSS, 2016 Berdasarkan perhitungan Ftabel diperoleh hasil sebesar 3,090 sedangkan Fhitung sebesar 31,876. Jika dibandingkan dengan nilai Ftabel maka terlihat bahwa Fhitung > Ftabel dan tingkat signifikansi diperoleh hasil 0,000 < 0,05 dengan demikian variabel display produk dan suasana toko secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pembelian impulsif . d. Uji t (Uji Parsial) Hasil perhitungan pada uji t (parsial) dengan menggunakan program SPSS versi 20 sebagai berikut: Tabel Uji t (Parsial) Model
1
X1 X2
Unstandardized Coefficients B Std. Error .043 .681
.105 .107
Standardized Coefficients Beta .039 .607
T
.408 6.379
Sig.
.684 .000
Sumber: data penelitian yang diolah dalam SPSS, 2016 Berdasarkan hasil perhitungan yang terdapat pada tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Variabel Display Produk (X1) Nilai thitung menunjukkan bahwa variabel display produk (X1) sebesar 0,408 dengan nilai Sig. = 0,684. Karena thitung = 0,408 < ttabel =1,660 serta nilai Sig. = 0,684 > a = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya, variabel display produk (X1) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif (Y). 2) Variabel Suasana Toko (X2)
694
Pengaruh Display Produk Dan Suasana Toko Terhadap Pembelian Impulsif (Maya)
Nilai thitung menunjukkan bahwa variabel suasana toko (X2) sebesar 6,379 dengan nilai Sig. = 0,000. Karena thitung = 6,379 > ttabel = 1,660 serta nilai Sig. = 0,000 < a = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya, variabel suasana toko (X2) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif (Y). e. Uji Dominan Dari hasil perhitungan uji t, nilai (standardized coefficients) pada tabel 4.24 menunjukkan bahwa variabel suasana toko (X2) memiliki thitung tertinggi yaitu sebesar 6,379. Dengan demikian variabel suasana toko merupakan variabel yang berpengaruh dominan terhadap pembelian impulsif di Minimarket Eramart cabang Lembuswana Samarinda. Pembahasan a. Pengaruh display produk dan suasana toko secara simultan terhadap pembelian impulsif Hasil analisis menunjukkan bahwa pengaruh display produk dan suasana toko secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif di Minimarket Eramart cabang Lembuswana Samarinda. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yugiantoro (2014), yang menyatakan bahwa display produk dan suasana toko secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian impulsif di Jember Roxy Square. Temuan ini juga diperkuat dengan hasil kuisioner, dimana display produk dan suasana toko yang telah diterapkan oleh pihak Eramart dinilai sudah cukup baik terbukti bahwa hasil tanggapan responden mengenai indikator-indikator variabel display produk dan suasana toko direspon setuju oleh konsumen. b. Pengaruh display produk secara parsial terhadap pembelian impulsif. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel display produk secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif di Minimarket Eramart cabang Lembuswana Samarinda Hal ini tidak sejalan dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh Yugiantoro (2014) yang menjelaskan bahwa variabel display produk secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian impulsif di Jember Roxy Square. Perbedaan ini terjadi karena objek dalam penelitian ini serta karakteristik konsumen yang berbeda. Menurut penelitian yang telah penulis lakukan di Minimarket Eramart cabang Lembuswana Samarinda, fakta yang di temukan terdapat beberapa penataan barang yang masih tidak beraturan pada rak depan ke belakang, pemajangan arah petunjuk produk yang tidak sesuai dengan produk yang dipajang sehingga mempersulit konsumen dalam mencari barang, penempatan etalase yang tidak terlihat jelas oleh konsumen yang lewat. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang dimana penempatan etalase terletak pada bagian depan toko guna memperlihatkan sebagian barang kepada calon konsumen 695
eJournal Ilmu Administrasi Bisnis, Volume 4, Nomor 3, 2016: 683-697
yang lewat dimuka toko agar tertarik dengan barang-barang tersebut. Penyajian barang di dalam gerai dikelompokkan berdasarkan departemen barang serta kegunaannya, disusun tegak (vertical display) serta memanjang dari depan ke belakang dan pemberian informasi tentang lokasi barang (tanda arah petunjuk produk) yang ada di dalam toko.(Shultz dalam Alma 2011:190). Oleh karena itu diharapkan pihak Eramart segera melakukan perbaikan pada penempatan etalase agar terlihat oleh konsumen yang lewat serta penataan barang yang dikelompokkan berdasarkan departemen dan kegunaan barang disusun tegak serta memanjang dari rak depan ke belakang, guna mempermudah konsumen dalam memilih barang serta merangsang persepsi konsumen melalui daya tarik penglihatan maupun perasaan. c. Pengaruh suasana toko secara parsial terhadap pembelian impulsif Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel suasana toko secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif di Minimarket Eramart cabang Lembuswana Samarinda. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Maharani Vinci (2005:55) mengatakan bahwa suasana toko dapat menarik perasaan konsumen malalui penglihatan, pendengaran, penciuman, sentuhan dan rasa yaitu warna, suara musik, aroma/udara, pencahayaan, kebersihan, dan mesin kasir. Dalam penelitian yang dilakukan dilapangan ditemukan fakta yang menunjukkan bahwa proses pembayaran dikasir kurang efektif karena dari lima mesin kasir yang tersedia hanya dua sampai tiga yang beroperasi. Namun dari hasil tanggapan responden mengenai suasana toko yang ada di Minimarket Eramart cabang Lembuswana Samarinda sudah cukup baik, dimana responden menyatakan setuju pada setiap indikator-indikator suasana toko. Hal tersebut terbukti bahwa suasana toko secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif. Penutup Variabel display produk dan suasana toko secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif di Minimarket Eramart cabang Lembuswana Samarinda. variabel suasana toko yang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pembelian impulsif di Minimarket Eramart cabang Lembuswana Samarinda Variabel suasana toko merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap pembelian impulsif di Minimarket Eramart cabang Lembuswana Samarinda. Untuk Perusahaan perlu melakukan perbaikan pada penempatan etalase yang tidak terlihta jelas oleh konsumen yang lewat serta penataan barang yang dikelompokkan berdasarkan departemen dan kegunaan barang, serta perbaikan arah petunjuk produk menyesuaikan produk yang dipajang. Pada variabel suasana toko yang telah dilakukan oleh pihak Eramart dinilai cukup baik dan perlu 696
Pengaruh Display Produk Dan Suasana Toko Terhadap Pembelian Impulsif (Maya)
dipertahankan. Akan tetapi, pada indikator mesin kasir yang hanya sebagian beroperasi, diharapkan pihak Eramart perlu melakukan tindakan langsung atas beberapa mesin kasir yang tidak beroperasi. bagi Peneliti Selanjutnya Kemampuan prediksi dalam pengujian koefisien determinasi diketahui bahwa pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian ini lebih rendah dari variabel di luar penelitian, maka dari itu untuk penelitian yang akan datang disarankan untuk memperbanyak jumlah variabel independen lain yang tidak termasuk dalam variabel penelitian ini. Daftar Pustaka Alma, Buchari. 2011.Manajemen Pemasaran dan Manajemen Jasa. Bandung: Alvabeta. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Berman, Barry & Evans, Joel R. 2010. Retail Management: A Strategic Approach Edisi Kesebelas. New Jersey: Prentice Hall. Engel, J. E, Blackwell, R. D. and Miniard, P. W. 1995. Cunsumer Behavior and Marketing Astion. Ed. Orlando: The Dryden Press. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Kotler dan Armstrong. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi Kedelapan. Jilid 1. Jakarta: Erlangga Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium 1. Jakarta: Prenhallindo Levy & Weitz, 2009. Retailing Management. Edisi Ketujuh. New York: McGraw-Hill Irwin. Mowen, J. C. & Minor, M. 2002. Perilaku Konsumen. Jakarta: Erlangga Purnama Luvi, 2011. Pengaruh Store Atmosphere dan Harga Terhadap Minat Beli Konsumen di Toko Afamart Cabang Margahayu Bandung: Skripsi. Universitas Pasundan. Rangkuti, Freedy. 2007. Riset Pemasaran. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama. Semuel, Hatane. 2006. Dampak Respon Emosi Terhadap Kecenderungan Perilaku Pembelian Impulsif Konsumen Online dengan Sumberdaya yang Dikeluarkan dan Orientasi Belanja sebagai Variabel Mediasi, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.8, No. 2, Sepetember. 101-115. Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametik. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sopiah dan Syahibudin. 2008, Manajemen Bisnis Ritel, Jakarta: Andi. Widayat. 2004. Metode Penelitian Pemasaran, UMM Press. Sumber Internet: Budianas, Nanang : 2013.uji asumsi klasik. (online) (http://nanangbudianas.blogspot.com) diakses 08 juni 2016 697