Pengaruh Dana Bantuan Langsung Program Bermutu In Service dan Pertemuan Rutin Terhadap Peningkatan Kinerja Guru pada Kelompok Kerja Guru di Kabupaten Parigi Moutong Diah Widuri
[email protected] (Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Pascasarjana Universitas tadulako)
Abstract The research aims to: (1) analyze the effects of direct aid fund of in service quality (BERMUTU)program and routine meeting simultaneously on teacher’s performance of teacher work team in Parigi Moutong Regency, (2) analyze the effects of direct aid fund of in service program partially on teacher’s performance of teacher work team in Parigi Moutong Regency, (3) analyze the effect of routine meeting partially on teacher’s performance of teacher work team in Parigi Moutong Regency. This research employs multiple linear regression using SPSS 16.0 to analyze data from 70 respondents. The results show that :(1) in service variable an routine meeting simultaneously have effects on teacher’s performance of teacher work team in Parigi Moutong Regency, (2) partially, in service variable perfotms positive an significant effect on teacher’s performance of teacher work time in Parigi Moutong Regency, (3) partially routine meeting performs positive and significant effect on teacher’s performance of teacher work team in Parigi Moutong Regency Keywords: in service, routine meeting, teacher’s performance Pemerintah dalam rangka pencapaian target wajar 9 tahun, telah membuat perubahan besar antara lain melalui perluasan dan peningkatan akses terhadap sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Usaha dimaksud untuk mencapai akses pendidikan bagi semua. Salah satu indikator yang menunjukkan mutu pendidikan di tanah air cenderung masih rendah adalah hasil penilaian internasional tentang prestasi siswa. Sehubungan dengan hal tersebut sudah selayaknya pemerintah mengupayakan berbagai alternatif dan inovasi dalam rangka percepatan belajar siswa, salah satu unsur kunci adalah mutu guru (Dirjen PMPTK). Departemen Pendidikan Nasional mengeluarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, Undang-undang tersebut berimplikasi terhadap peningkatan kompetensi dan kualifikasi serta sertifikasi guru. Tercapainya mutu guru tidak terlepas dari upaya pemberdayaan berbagai kelompok kerja yang dimulai pada tingkat sekolah. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen pasal 10, menjelaskan bahwa guru wajib memiliki kompetensi. Kompetensi yang dimaksud dalam pasal tersebut, yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Pasal 20 butir a menjelaskan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Pemerintah untuk mengawal dan menjamin bahwa implementasi UU Guru dan Dosen tersebut terlaksana secara efektif, efisien dan akuntabel, menyelenggarakan Program Better Education through Reformed Management and Universal teacher Upgrading (BERMUTU). Program ini diharapkan dapat menciptakan proses sertifikasi, peningkatan kualifikasi guru serta pengembangan professional guru secara berkelanjutan. Pengembangan profesional berkelanjutan diyakini akan menjadi salah
87
88 e-Jurnal Katalogis, Volume I Nomor 2, April 2013 hlm 87-99
satu faktor penentu utama dari kinerja guru atau pembelajaran siswa. Pengalaman dari Negara-negara lain mendukung kenyataan bahwa partisipasi dalam workshop, kursus dan pelatihan, mengarah pada peningkatan kualitas guru secara signifikan (Dirjen PMPTK). Rancangan program BERMUTU adalah membantu upaya pemerintah yang mengarah kepada guru yang bersertifikat yang selanjutnya diharapkan dapat menghasilkan praktek pembelajaran yang baik. Program ini bukan untuk membiayai tunjangan baru untuk guru tetapi untuk memberikan nilai tambah kepada guru. Tujuan dari Program BERMUTU adalah untuk mendukung upaya peningkatan kualitas dan kinerja guru melalui peningkatan penguasaan materi pembelajaran dan keterampilan mengajar di kelas (Dirjen PMPTK). Program BERMUTU mulai disosialisasikan pada tahun 2008 di Sulawesi Tengah untuk empat Kabupaten yaitu Donggala, Parigi Moutong, Poso dan Banggai. Penentuan empat Kabupaten penyelenggara Program BERMUTU didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 128/P/2007 tentang penetapan 75 kabupaten/kota di 15 Provinsi penyelenggara Program BERMUTU secara nasional. Kegiatan sosialisasi dilakukan untuk guru, kepala sekolah dan pengawas yang terhimpun dalam wadah kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS), Kelompok Kerja Pengawas Sekolah (KKPS), Musyawarah Kerja Kepala Sekolah MKKS) dan Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah (MKPS). Sumber pendanaan program berasal dari Pemerintah Belanda dan Bank Dunia serta dana pendampingan yang berasal dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Data hasil supervisi pengawas Kabupaten Parigi Moutong yang telah diolah kembali oleh penulis bahwa dari jumlah 133 guru SD yang telah dilakukan Penilaian Kinerja Guru oleh pengawas sekolah
ISSN: 2302-2019
diketahui bahwa yang mendapat hasil Kualifikasi SANGAT BAIK sebanyak 15 orang dengan persentase 11%, Kualifikasi BAIK sebanyak 38 orang dengan persentase 29%, dan Kualifikasi CUKUP sebanyak 80 Orang dengan persentase 60%. Keterangan dari data tersebut dapat dikatakan bahwa masih lebih dari separuh jumlah guru SD yang sudah disupervisi mendapatkan nilai kurang atau masih perlu pembinaan yang lebih lanjut termasuk didalam kompetensi profesional, hal ini sangat perlu perhatian karena dalam diri seorang guru berdasarkan Undang-undang Guru dan dosen sangat ditekankan perlu memiliki kompetensi profesional karena menyangkut proses pelaksanaan pembelajran di kelas, oleh karena itu pemberian Dana Bantuan Langsung (DBL) program BERMUTU melalui KKG dengan kegiatan In-servis dan on-servis (Pertemuan Rutin) diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru khususnya kompetensi profesional Khusus untuk KKG, sampai saat ini ada beberapa KKG yang belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kompetensi dan kinerja guru dikarenakan: 1). KKG perlu ditingkatkan kualitasnya dalam upaya optimalisasi intensifikasi pembinaan di KKG, 2). Programprogram kegiatan KKG yang kurang sesuai dengan kebutuhan pengembangan profesionalitas guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah, dan 3). Dana pendukung operasional belum memadai dan kurang dimanfaatkan secara tepat. Program BERMUTU Program BERMUTU dalam Project Operasional Manual (POM) di defisinikan sebagai berikut: Suatu program komprehensif, mencakup peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan guru (PreService), Peningkatan Kinerja guru yang sudah bertugas ( In-Service) dan pengembangan Profesionalisme guru
Diah Widuri, Pengaruh Dana Bantuan Langsung Program Bermutu In Service dan …….…..………….………… 89
berkelanjutan serta didukung monitoring dan evaluasi seluruh kegiatan, termasuk dampak terhadap prestasi siswa (Dirjen PMPTK). Sasaran pengembangan Program BERMUTU adalah untuk mendukung upaya peningkatan kualitas dan kinerja guru melalui peningkatan penguasaan materi pembelajaran dan keterampilan mengajar di kelas. Salah satu wadah untuk peningkatan kompetensi guru dan kinerja guru adalah kelompok kerja guru (Dirjen PMPTK). KKG sebagai wadah untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja guru, di KKG para guru dapat membahas dan memecahan masalah, dengan cara berdiskusi dan berbagi pengalaman dengan guru lainnya. Peningkatan profesional guru memang suatu keharusan, dan sekolah/madrasah pada dasarnya mempunyai kewajiban dalam hal itu. Akan tetapi melalui KKG kewajiban sekolah dalam peningkatan kualitas guru dapat diwujudkan. Jadi sekolah/madrasah tidak terlalu repot mengadakan berbagai macam pelatihan, cukup dengan mengutus gurunya mengikuti program KKG. Peningkatan hasil pembelajaran melalui pembaharuan pendidikan dapat diwujudkan melalui KKG. Caranya adalah menyerap informasi sebanyak-banyaknya tentang format-format dan strategi pembaharuan pendidikan yang kemudian dapat diaplikasikan atau dipraktekkan di sekolah masing-masing. Perbedaan materi ajar mengakibatkan adanya perbedaan alat peraga yang digunakan. Untuk itulah melalui KKG beberapa keterampilan dalam membuat alat peraga atau keterampilan lainnya dapat dipelajari. KKG juga memberi kesempatan kepada guru yang kreatif dan inovatif untuk berbagi pengetahuan, wawasan, kemampuan dan keterampilan profesional kepada sesama teman sejawat dan mendiskusikan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dalam usaha meningkatkan mutu pengetahuan, wawasan, kemampuan dan keterampilan.
Program BERMUTU melalui PMPTK menyediakan dana bantuan langsung untuk menggiatkan kegiatan pelatihan di tingkat gugus/sekolah. DBL digunakan untuk menunjang upaya memperkuat KKG/MGMP dan melaksanakan kegiatan pelatihan secara efektif di tingkat sekolah. DBL KKG adalah dana bantuan yang diberikan untuk mendukung kegiatan kelompok kerja guruguru kelas 1 (satu) sampai dengan kelas 6 (enam) sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), terdapat 2 (dua) jenis DBL yaitu DBL KKG Reguler dan DBL KKG Terpencil. DBL KKG Reguler diberikan kepada KKG yang anggotanya terdiri atas guru-guru SD/MI yang berasal dari sekolah yang berjarak dengan waktu tempuh maksimum 2 (dua) jam perjalanan ke sekolah inti sebagai pusat kegiatan KKG denga transportasi umum, darat atau air. DBL KKG Terpencil diberikan kepada KKG yang anggotanya terdiri atas guru-guru SD/MI yang berasal dari sekolah yang berjarak waktu paling sedikit 2 (dua) jam ke sekolah inti sebagai pusat kegiatan KKG dengan transportasi umum, darat atau air. Pelatihan In-service Simamora mengkaji pelatihan dan menyimpulkan sebagai berikut: (1) pelatihan adalah serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan berbagai keahlian, pengetahuan, pengalaman, yang berarti perubahan sikap, (2) pelatihan merupakan penciptaan lingkungan tertentu dimana para pegawai dapat memperoleh atau mempelajari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan,dan perilaku secara spesifik berkaitan dengan pekerjaan, (3) pelatihan berkenaan dengan perolehan keahliankeahlian tertentu yang diarahkan untuk membantu pegawai dalam melaksanakan pekerjaan mereka pada saat ini dengan lebih baik. Inservice-training dalam bahasa Indonesia sering disebut pendidikan dalam jabatan. Istilah lain yang juga dipergunakan
90 e-Jurnal Katalogis, Volume I Nomor 2, April 2013 hlm 87-99
ialah Upgrading atau penataran dan inservice education yang pada dasarnya mempunyai maksud yang sama. Inservice-training diberikan kepada guru-guru yang dipandang perlu meningkatkan ketrampilan/pengetahuannya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dibidang pendidikan. Program kegiatan yang dilaksanakan pada kegiatan Pelatihan in-service Program BERMUTU yang didasarkan kebutuhan guru antara lain: 1)Mengembangkan Silabus, RPP, Penyusunan Bahan Ajar, penilaian dan evaluasi, 2) Kajian kritis, 3) Pengenalan Bahan Belajar Mandiri BERMUTU, 4) Evaluasi Kinerja Guru. 5) Model-model pembelajaran, Metode-metode pembelajaran, Media pembelajaran. Pertemuan Rutin Pertemuan rutin guru program BERMUTU yang didasarkan pada kebutuhan guru untuk peningkatan kompetensinya dimaksud antara lain dapat mencakup kegiatan kegiatan sebagai berikut: 1) mengembangkan berbagai model pelatihan bagi guru, 2) kunjungan studi ke sekolah, 3) pembahasan kajian kritis, 4) evaluasi diri kinerja guru, 5) pelaksanaan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), 6) pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan keprofesian. Kinerja Guru Istilah kinerja atau achievement merupakan terjemahan dari bahasa Inggris”performence” yang diartikan prestasi kerja, pelaksanaan kerja, hasil kerja dan penampilan kerja, sedangkan menurut Soeprihanto (2000) mengatakan bahwa kinerja atau prestasi kerja seorang pegawai pada dasarnya adalah hasil kerja seorang pegawai selama periode waktu tertentu dibanding berbagai kemungkinan, misalnya standar/target atau kriteria lain yang ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.
ISSN: 2302-2019
Wibowo (2011) mengatakan bahwa kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan trategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi. Dengan demikian, kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Kinerja adalah implementasi dari rencana yang telah disusun tersebut. Implementasi kinerja dilakukan oleh sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi dan kepentingan. Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan suatu hasil kerja yang diperoleh seseorang maupun organisasi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif melalui kegiatan-kegiatan atau pengalamanpengalaman dalam jangka waktu tertentu. Undang-Undang Guru dan Dosen Bab VI tentang Standar Pendidikdan Tenaga Kependidikan, pasal 28 dijelaskan bahwa seorang guru harus memiliki sedikitnya empat kompetensi dasar yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengolah pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian
Diah Widuri, Pengaruh Dana Bantuan Langsung Program Bermutu In Service dan …….…..………….………… 91
dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/walipeserta didik, dan masyarakat sekitar. Kinerja guru juga merupakan kemampuan yang dihasilkan oleh guru dalam melaksanakan tugas, kewajiban dan tanggung jawabnya yaitu mendidik, mengembangkan ilmu pengetahuan, menjadi orang tua kedua dari anak didik, mencerdaskan dan menciptakan anak didik yang berkualitas. Istilah kinerja guru menunjukkan pada suatu keadaan di mana guru-guru di suatu sekolah secara sungguh-sungguh melakukan hal-hal yang terkait dengan tugas mendidikdan mengajar di sekolah. Kesungguhan kerja yang dimaksud terlihat dengan jelas dalam usaha merencanakan program mengajarnya dengan baik, teratur, disiplin masuk kelas untuk menyajikan materi pengajaran dan membimbing kegiatan belajar siswa,mengevaluasi hasil belajar siswa dengan tertib/teratur serta setia dan taat menjalankan atau menyelesaikan kegiatan sekolah lainnya tepat waktu. Penilaian Kinerja Guru Simanjuntak (2005) tingkat pencapaian pelaksanaan tugas seseorang atau avaluasi kinerja kelompok atau evaluasi kinerja organisasi membutuhkan tolok ukur sebagai alat pembanding atau alat ukur. Tolok ukur dapat dibedakan sesuai dengan sifat pekerjaan atau jabatan masing-masing. Beberapa jenis tolok ukur diuraikan di bawah ini ; a. Sasaran atau target sebagaimana telah dirumuskan atau dinyatakan dalam rencana kerja b. Standar umum,baik yang ditetapkan sebagai ketentuan umum atau pedoman oleh instansi resmi, maupun yang diterima secara konsensus di tingkat nasional maupun internasional. c. Standar yang ditetapkan secara khusus d. Uraian tugas atau jabatan menggambarkan jabatan atau tugas yang harus
dilaksanakan oleh pejabat yang bersangkutan. e. Misi dan tugas pokok organisasi atau unit organisasi menggambarkan apa yang harus dicapai oleh organisasi tersebut dalam kurun waktu tertentu. Siagian mengemukakan bahwa kinerja seseorang dan produktivitas kerjanya ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu: 1. Motivasinya Motivasi ialah daya dorong yang dimiliki, baik secara intrinsik maupun ekstrinsik, yang membuatnya mau dan rela untuk bekerja sekuat tenaga dengan mengarahkan segala kemampuannya yang ada demi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan berbagai sasarannya. Keberhasilan organisasional tersebut memungkinkan yang bersangkutan untuk mencapai tujuan pribadinya berupa harapan, keinginan, cita-cita dan berbagai jenis kebutuhannya. 2. Kemampuannya Kemampuan yang bersifat fisik dan ini lebih diperlukan oleh karyawan yang dalam pelaksanaan tugasnya lebih banyak menggunakan otot. Di lain pihak, ada kemampuan yang bersifat mental intelektual, yang lebih banyak dituntut oleh penyelesaian tugas pekerjaan dengan menggunakan otak. Sudah barang tentu mereka yang lebih banyak menggunakan otot, tetap harus menggunakan otak, dan sebaliknya, mereka yang lebih banyak menggunakan otak, tetap dituntut memiliki kemampuan fisik. 3. Ketepatan Penugasan Ungkapan dalam dunia manajemen mengatakan bahwa yang tidak mengenali secara tepat pengetahuan, keterampilan, kemajuan, bakat dan minat para bawahannya, telah terbukti bahwa dengan penempatan yang tidak tepat, kinerja seseorang tidak sesuai dengan harapan manajemen dan tuntutan organisasi, dengan demikian, mereka
92 e-Jurnal Katalogis, Volume I Nomor 2, April 2013 hlm 87-99
menampilkan produktivitas kerja yang rendah. Indikator Kinerja Guru Instrumen berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru, Geordia Departemen of Education telah mengembangkan teacher performance assessment instrument yang kemudian di modifikasi oleh Depdiknas menjadi Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG), Alat penilaian kemampuan guru meliputi : 1). Rencana Pembelajaran (teaching plans and materials) atau disebut dengan RPP ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), 2) Prosedur Pembelajaran (classroom procedure), dan 3). Hubungan antar pribadi (interpersonal skil) Indikator penilaian terhadap kinerja guru dilakukan terhadap tiga kegiatan pembelajaran dikelas yaitu: a. Perencanaan program kegiatan pembelajaran Tahap perencanaan pembelajaran adalah tahap yang berhubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan ajar. Kemampuan guru dapat dilihat dari cara atau proses penyusunan program kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, yaitu mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). b. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dikelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan yang ditandai oleh adanya kegiatan: a). Pengelolaan Kelas, kemampuan menciptakan suasana kondusif di kelas guna mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan adalah tuntutan bagi seeorang guru dalam pengelolaan kelas. b). penggunaan media dan sumber belajar, media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (materi Pembelajaran), merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses pembelajaran. dan c).
c.
ISSN: 2302-2019
penggunaan metode serta strategi pembelajaran, Guru diharapkan mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran sesuai materi yang akan disampaikan metode apapun yang digunakan harus jelas tujuan yang akan dicapai. Semua tugas tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab guru yang secara optimal dalam pelaksanaanya menuntut kemampuan guru. Evaluasi/Penilaian Pembelajaran Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditunjukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat evaluasi, pengolahan dan penggunaan hasil evaluasi. Cara evaluasi/penilaian hasil belajar adalah melalui Penilaian Acuan Norma (PAN) yaitu penilaian yang tidak selalu tergantung pada jumlah soal yang diberikan, dan Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah cara penilaian dimana nilai yang diperoleh siswa tergantung pada seberapa jauh tujuan yang tercermin dalam soal-soal tes yang dapat dikuasai siswa.
Kelompok Kerja Robbins (2006), Kelompok didefinisikan sebagai dua individu atau lebih yang berinteraksi dan saling bergantung, yang bergabung untuk mencapai tujuan tertentu. Ahmad (1996) Pemahaman Kelompok kerja dalam buku Pedoman Pengelolaan Gugus Sekolah, KKG sebagai kelompok kerja seluruh guru dalam satu gugus, yang mana pada tahap pelaksanaan dapat dibagi ke dalam kelompok kerja guru atas dasar jenjang kelas, dan kelompok kerja guru atas dasar mata pelajaran. Tujuan pembentukan agar setiap guru baik sekali atau dua kali dalam satu bulan dapat bertemu
Diah Widuri, Pengaruh Dana Bantuan Langsung Program Bermutu In Service dan …….…..………….………… 93
untuk membahas masalah-masalah yang dihadapi guru dalam proses belajar mengajar dan juga sebagai tempat pengembangan kompetensi METODE Penelitian ini adalah penelitian eksplanatif Asosiatif, yaitu merupakan penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain Sugiyono (2010). Populasi pada penelitian ini adalah KKG yang mendapat DBL di Rayon Parigi Kabupaten Parigi Moutong yaitu sebanyak 4 Kelompok dengan jumlah populasi 70 orang. Teknik pengambilan data dengan menggunakan kuisioner yang disusun dalam bentuk skala Likert (Sugiyono, 2010) dan dimodifikasi dengan lima alternative jawaban: yakni Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Raguragu (R), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan dengan mendistribusikan kuesioner yang berisi 40 pertanyaan. Pengambilan kesimpulan dalam penelitian ini menggunakan hipotesis asosiatif. Teknik analisis data dimulai dengan uji instrumen, menggunakan uji validitas melalui perhitungan koefisien korelasi Pearson Correlation, uji reliabilitas dengan Cronbach’s Alpha, uji hipotesis dengan uji regresi, analisis koefisien dan uji t. Uji Validitas dan Reliabilitas Pengukuran validitas butir kuesioner penelitian ini berdasarkan koefisien korelasi Pearson Correlation dari 70 sampel. Adapun dasar pengambilan keputusan yaitu, jika hasil r-hitung ≥ r-kritis (0,3) maka item pertanyaan tersebut valid, dan jika r-hitung < r-kritis dan negatif maka item pertanyaan tidak valid (Sugiyono 2010) Pengujian validitas dilakukan untuk masing-masing butir pertanyaan/pernyataan
dari variable Y, X1, X2. Uji validitas penelitian ini melalui pengukuran korelasi antara masing-masing butir pertanyaan dapat disimpulkan semua variable yaitu Pelatihan In service, pertemuan Rutin dan kinerja Guru valid karena r hitung ≥ r-kritis. Uji reliabilitas adalah suatu uji yang menunjukkan sejauh mana pengukuran itu dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengulangan pengukuran terhadap subyek yang sama. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Cronbach’s Alpha dimana menyatakan bahwa suatu item dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha yang lebih besar dari 0,60. Reliabilitas masing-masing variable adalah Variabel Pelatihan In service (X1,) sebesar diperoleh alpha = 0.707 , Variabel Pertemuan rutin (X2 ) sebesar diperoleh alpha = 0.809 Variabel Pertemuan rutin (y ) sebesar diperoleh alpha = 0.881. Maka dapat dinyatakan bahwa instrument untuk tiga variable valid dan reliable, sehingga memenuhi syarat untuk dilakukan analisis lebih lanjut. HASIL DAN PEMBAHASAN Tanggapan responden terhadap variable Pelatihan In-Service (X1,) diukur dengan 5 indikator yang tercermin dalam item-item pertanyaan yang tersaji dalam kuisioner. bahwa item pertanyaan yang mempunyai total skor tertinggi adalah item pertanyaan nomor 3 (tiga) yaitu “Saya harus dapat menyusun, menilai dan mengevaluasi bahan ajar sesuai materi pelajaran”. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam Pelatihan In service dari 70 responden sebanyak 25 orang guru menjawab ”sangat setuju” untuk pertanyaan no 3, hal ini menjelaskan bahwa guru sebelum melaksanakan proses pembelajaran sudah harus mampu menyusun, menilai dan mengevaluasi bahan ajar yang akan digunakan dalam proses pembelajaran
94 e-Jurnal Katalogis, Volume I Nomor 2, April 2013 hlm 87-99
sehingga masalah yang dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran dapat diselesaikan . Skor paling rendah adalah item pertanyaan nomor 1 (satu) yaitu ”Sebelum mengikuti pelatihan In-service saya lebih dahulu bisa mengkaji tulisan atau karya ilmiah orang lain ”. Hal ini mengindikasikan bahwa di dalam Pelatihan In-service mengkaji karya tulis ilmiah harus dibahas lebih lanjut pada saat kegiatan pertemuan rutin, sehingga pemahaman tentang kajian kritis bagi guru lebih meningkat. Tanggapan responden terhadap variable Pertemuan Rutin (X2 ) diukur dengan 13 item pertanyaan yang tersaji dalam kuisioner. Item pertanyaan yang mempunyai total skor tertinggi adalah item pertanyaan nomor 13 (tiga belas) yaitu “Dalam pelaksanaan pertemuan rutin guru harus mempunyai RPP terlebih dahulu sesuai dengan materi yang disajikan”. Hal ini mengindikasikan bahwa pada Pertemuan Rutin dari 70 responden sebanyak 38 orang guru menjawab ”sangat setuju” untuk pertanyaan no 13 hal ini menjelaskan bahwa guru sebelum melakukan pertemuan rutin guru sudah mengetahui cara membuat RPP sesuai materi yang ingin disampaikan sehingga kegiatan Pertemuan Rutin dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Skor paling rendah adalah item pertanyaan nomor 16 (enam belas) yaitu ” Hasil penilaian dari teman sejawat saya abaikan yang terpenting mengajar sesuai dengan kurikulum yang ada”. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap guru harus menerima saran atau kritikan dari teman
ISSN: 2302-2019
sejawat untuk memperbaiki pola pengajaran di kelas. Tanggapan responden terhadap variable Kinerja Guru (Y) diukur dengan 22 item pertanyaan yang tersaji dalam kuisioner, dapat diinterprestasikan bahwa item pertanyaan yang mempunyai total skor tertinggi adalah item pertanyaan nomor 39 (tiga puluh sembilan) yaitu “Guru harus membuat RPP sesuai dengan materi yang disajikan”. dari 70 responden sebanyak 41 orang guru menjawab ”sangat setuju” untuk pertanyaan nomor 39 (tiga puluh semilan ). Hal ini mengindikasikan bahwa guru pada kegiatan In service dan Pertemuan Rutin Program BERMUTU juga diharuskan bisa mengembangkan dan membuat RPP sesuai materi yang disajikan hal ini sesuai yang diharapkan dari kinerja guru. Dengan demikian dari hasil analisis dapat diketahui bahwa ada hubungan yang positif antara In service dan Pertemuan Rutin terhadap kinerja guru Skor paling rendah adalah item pertanyaan nomor 36 (tiga puluh enam) yaitu ” Saya dapat mengkaji tulisan atau karya ilmiah orang lain”. Hal ini mengindikasikan bahwa guru masih perlu pembinaan dalam mengkaji karya tulis ilmiah sehingga setiap guru dapat membuat karya tulis sesuai yang diharapkan dalam peningkatan kinerja guru. Hasil olah data dengan bantuan SPSS 16.0 for Windows , diperoleh hasil penelitian dari 70 responden untuk melihat pengaruh ke dua variable independen (Pelatihan InService dan Pertemuan Rutin ) Terhadap Kinerja Guru, dapat diketahui hasil perhitungan sebagai berikut:
Diah Widuri, Pengaruh Dana Bantuan Langsung Program Bermutu In Service dan …….…..………….………… 95
No.
Tabel 1. Hasil Perhitungan Regresi Linear Berganda Pengaruh Pelatihan In service dan Pelatihan Rutin terhadap Kinerja Guru Variabel dependen (Y= Kinerja Guru) Koefisien Hasil Probabilitas Variabel Independen Regresi Uji t (Sig t) (B)
1.
Constanta (a)
54.734
7.387
.000
2.
Pelatihan In-Service (X1)
0.651
2.444
.017
3.
Pertemuan Rutin (X2)
0.506
3.084
.003
Multiple Regresi R Square F Hitung
= 0,543 = 0,295 = 13,985
F Tabel T Tabel
Nilai-nilai yang ditunjukkan pada tabel di atas, diperoleh persamaan model regresi sebagai berikut: Y = 54,734 + 0,651X1 + 0,506X2 Persamaan regresi di atas memberikan gambaran mengenai besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dimana dari koefisien X1 (Pelatihan In-Service) dan X2 (Pertemuan Rutin) yang bertanda positif (+) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang searah antara variabel independen (X1,X2) dengan variabel Y (kinerja guru). Koefisien regresi yang diperoleh dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Koefisien regresi bı = 0,651 menyatakan bahwa setiap terjadi peningkatan (koefisien bertanda positif) satu satuan Pelatihan In-Service (X1) akan meningkatkan Kinerja Guru sebesar 0,651. 2. Koefisien regresi b2 = 0,506 menyatakan bahwa setiap terjadi peningkatan satu satuan variabel Pertemuan Rutin (X2) akan meningkatkan Kinerja Guru sebesar 0,506. Nilai koefisien korelasi (Multiple R) sebesar 0,543 menunjukkan bahwa hubungan (korelasi) antara variabel independen (X1 dan
= 2,83 = 1,294 X2) terhadap variabel dependen (Y) adalah sebesar 54,3%. Berdasarkan pedoman interprestasi koefisien korelasi menurut Sugiyono, maka dapat disimpulkan bahwa keeratan hubungan Pelatihan In-Service (X1) dan Pertemuan Rutin (X2) dengan Niat Menggunakan Informasi Akuntansi (Y) adalah sedang. Nilai R square atau koefisien determinasi diperoleh sebesar 0,295. Nilai tersebut menujukkan besarnya pengaruh variabel independen secara keseluruhan (simultan) terhadap variabel dependen. Sehingga dapat diketahui bahwa secara keseluruhan (simultan) pengaruh variabel independen (X1 dan X2) terhadap variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah sebesar 29,5 % atau dapat pula diartikan bahwa 29,5% variasi dari variabel Y dapat dijelaskan oleh variasi dari masing-masing variabel independennya (X1 dan X2). Sedangakan sisanya (100 % - 29,5%) sebesar 70,5 % dijelaskan / merupakan pengaruh dari variabel-variabel lain yang tidak disertakan dalam penelitian ini, Hasil uji ANOVA (Analysis of Variance) atau F test, diperoleh nilai F-hitung sebesar 13,985 > F-Tabel sebesar 2.38 dan tingkat signifikansi lebih kecil dari α (0,10),
96 e-Jurnal Katalogis, Volume I Nomor 2, April 2013 hlm 87-99
hasil ini memberikan arti bahwa hipotesis pertama dapat diterima. Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa secara simultan Pelatihan in-Service dan Pertemuan Rutin berpengaruh cukup signifikan terhadap Kinerja Guru pada KKG di kabupaten Parigi Moutong dapat diterima. Uji parsial digunakan untuk menguji apakah sebuah variabel independen (X1 dan X2) benar-benar memberikan kontribusi terhadap variabel dependen Y. Dalam pengujian ini ingin diketahui apakah jika secara terpisah, masing-masing variabel independen masih memberikan kontribusi secara signifikan terhadap variabel terikat Y. Dalam penelitian ini uji t digunakan untuk menguji hipotesis kedua yaitu apakah Pelatihan In-Service dan Pertemuan Rutin masing-masing berpengaruh terhadap Kinerja Guru. Cara untuk mengetahui apakah secara terpisah variabel independen memberikan kontribusi terhadap variabel dependen yaitu dengan melakukan perbandingan dengan pada tingkat kepercayaan 90% > (α = 0,10). Hasil perhitungan statistik uji t sebagai berikut: Pelatihan InService (X1) diperoleh nilai t-hitung sebesar 2,444 > t-Tabel sebesar 1,294 dan tingkat signifikansinya lebih kecil dari taraf nyata (α = 0,10) yaitu 0,017 < 0,10. Dengan demikian nilai ini menunjukkan bahwa secara parsial Pelatihan In-Service (X1) berpengaruh cukup signifikan terhadap Kinerja Guru (Y). Hasil uji parsial tersebut, hipotesis kedua dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa Pelatihan In-Service mempunyai pengaruh signifikan terhadap Kinerja Guru pada KKG di kabupaten Parigi Moutong dapat diterima. Variabel Pengetahuan Pertemuan Rutin (X2) diperoleh nilai t-hitung sebesar 3,084 < t-Tabel sebesar 1,294 dan tingkat signifikansinya lebih besar dari taraf nyata (α = 0,10) yaitu 0,003 > 0,10. Nilai ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel Pertemuan Rutin (X2) berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Guru (Y).
ISSN: 2302-2019
Hasil pengujian parsial tersebut, hipotesis ketiga dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa Pertemuan Rutin berpengaruh terhadap Kinerja Guru pada Kelompok Kerja Guru di kabupaten Parigi Moutong dapat diterima. Hasil analisis yang telah diuraian sebelumnya, maka kegiatan pelatihan inservice dan pertemuan rutin secara bersamaan telah memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja guru pada KKG Terpencil Polu Irandu, KKG Terpencil Punsu Jaya, KKG Reguler Kaliavo dan KKG Reguler Tadulako di Kabupaten Parigi Moutong. Hal ini menunjukkan bahwa Pelatihan in service dan pertemuan rutin dalam Program BERMUTU dapat meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan tugas profesinya dengan baik. Dengan demikian, maka teori yang di bangun serta hipotesis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya terbukti. Analisis simultan ini juga menunjukkan bahwa semua variabel yang dianalisis dalam penelitian ini berpengaruh positif dan signifikan. Variabel independen yang diteliti, variabel pelatihan in service memberikan pengaruh kurang dibandingkan pertemuan rutin, hal ini dikarenakan ada beberapa unsur yang menjadi masalah, sesuai hasil kuisioner item mengenai kajian kritis mendapat nilai paling rendah, hal ini mengindikasikan bahwa di dalam pelatihan in service mengkaji karya tulis ilmiah harus dibahas lebih lanjut pada kegiatan pertemuan rutin, sehingga pemahaman tentang kajian kritis untuk guru lebih meningkat. Variabel pelatihan in service kurang memberikan pengaruh dibandingkan pertemuan rutin, hal ini seharusnya pada kegiatan apapun perlu motivasi bagi guru untuk melakukan penelitian secara sederhana. yang menjadi salah satu syarat kenaikan pagkat, hal ini di buktikan guru belum mampu melakukan kajian terhadap karya orang lain. Variabel pelatihan in service memang kurang memberikan pengaruh dibandingkan pertemuan rutin, namun yang perlu
Diah Widuri, Pengaruh Dana Bantuan Langsung Program Bermutu In Service dan …….…..………….………… 97
dibanggakan dalam kegiatan pelatihan inservice dan pertemuan rutin ini, guru sudah menyadari bagaimana pentingnya melakukan persiapan pembelajaran yang dimulai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi termasuk didalamnya menyusun bahan ajar ini dibuktikan nilai yang paling tinggi adalah mengembangkan dan menyusun silabus dan RPP sehingga pada kegiatan pelatiahan inservice dan pertemuan rutin telah memberikan berpengaruh terhadap kinerja guru di kabupaten Parigi Moutong. Hasil tersebut juga di perkuat hasil penelitian Rustam yang menyatakan bahwa profesionalisme, pelatihan dan pengalaman mengajar secara simultan berpengaruh positif terhadap kinerja . Pengaruh Dana Bantuan Langsung program BERMUTU Pelatihan In-Service dan Pertemuan Rutin Terhadap Peningkatan Kinerja Guru Pada Kelompok Kerja Guru Di Kabupaten Parigi Moutong Hasil analisis yang telah diuraian sebelumnya, maka kegiatan pelatihan inservice dan pertemuan rutin secara bersamaan telah memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja guru pada KKG Terpencil Polu Irandu, KKG Terpencil Punsu Jaya, KKG Reguler Kaliavo dan KKG Reguler Tadulako di Kabupaten Parigi Moutong. Hal ini menunjukkan bahwa Pelatihan in service dan pertemuan rutin dalam Program BERMUTU dapat meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan tugas profesinya dengan baik. Dengan demikian, maka teori yang di bangun serta hipotesis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya terbukti. Analisis simultan ini juga menunjukkan bahwa semua variabel yang dianalisis dalam penelitian ini berpengaruh positif dan signifikan. Hasil tersebut juga di perkuat hasil penelitian Rustam yang menyatakan bahwa profesionalisme, pelatihan dan pengalaman mengajar secara simultan berpengaruh positif terhadap kinerja.
Pengaruh Dana Bantuan Langsung Program BERMUTU Pelatihan In-Service Terhadap Peningkatan Kinerja Guru Pada Kelompok Kerja Guru Di Kabupaten Parigi Moutong Hasil analisis yang telah diuraian sebelumnya, maka kegiatan in-service telah memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja guru kabupaten Parigi Moutong. Hal ini dapat dilihat dari kesadaran guru untuk mengikuti kegiatan in-service sehingga pengalaman belajar dalam kegiatan ini terutama dalam pengembangan silabus dan RPP, penyusunan bahan ajar penilaian, evalauasi sangat berpengaruh terhadap peningkata kinerja guru Kegiatan in service ini seharusnya lebih banyak menyediakan waktu untuk materi penggunaan media pembelajaran serta kajian kritis karena kedua materi ini saling menunjang karena pada kegiaatn in-service ini materi yang paling rendah adalah kajian kritis. Sedangkan kajian kritis sangat perlu untuk pengembangan karya tulis ilmia bagi guru sabagai syarat kenaikan pangkat. Namun pada kegiatan in-service semuan guru mulai sadar betapa pentingnya mengembangkan pengetahuan karena pada kegiatan program BERMUTU setiap anggota kelompok harus menyerahkan hasil pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian pelatihan in-service pada penilitian ini berpengaruh pada peningkatan kinerja guru SD dikabupaten Parigi Moutong. Hasil penelitian ini juga di dukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasanah. Dari penelitian keduanya di peroleh hasil walaupun variabel pelatihan berpengaruh lebih kecil dibandingkan iklim kerja terhadap kinerja tetapi telah berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Pengaruh Dana Bantuan Langsung program BERMUTU Pertemuan Rutin Terhadap Peningkatan Kinerja Guru Pada Kelompok Kerja Guru Di Kabupaten Parigi Moutong
98 e-Jurnal Katalogis, Volume I Nomor 2, April 2013 hlm 87-99
Hasil analisis yang telah diuraian sebelumnya, maka kegiatan pertemuan rutin telah memberikan pengaruh terhadap kinerja guru Kabupaten Parigi Moutong. Hal ini dapat dilihat dari kesadaran guru untuk mengikuti kegiatan pertemuan rutin sehingga pengalaman belajar dalam kegiatan ini terutama dalam menyusun silabus dan membuat RPP, pengembangan model-model pelatihan guru, pelaksanaan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru, karena dalam kegiatan pertemuan rutin setiap anggota kelompok harus menyerahkan hasil pelaksanaan kegiatan. Pembimbingan melalui peraktek langsung dan semuanya dalam betuk tagihan sehingga berdampak pada peserta kegiatan dalam hal ini guru yang mengikuti kegiatan tersebut. Program BERMUTU kegiatan pertemuan rutin sebaiknya lebih banyak membahasan mengenai kajian kritis modul pendidikan, karena dari instrumen yang telah disebarkan kepada responden nilai dari kajian kritiss sangat rendah. Namun pada kegiatan pertemuan rutin guru pada umumnya antusias mengikuti kegiatan karena mulai sadar akan kebutuhan guru yang akan datang sehingga termotivasi untuk mengikuti semua kegiatan. Kegiatan pelatihan pertemuan rutin pada penilitian ini berpengaruh pada peningkatan kinerja guru di Kabupaten Parigi Moutong. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Secara simultan DBL program BERMUTU Pelatihan In-Service dan Pertemuan Rutin berpengaruh Terhadap Kinerja Guru Pada KKG Di Kabupaten Parigi Moutong 2. Secara parsial DBL Program BERMUTU Pelatihan In-Service berpengaruh Terhadap Kinerja Guru Pada KKG Di Kabupaten Parigi Moutong.
3.
ISSN: 2302-2019
Secara parsial Danantuan Langsung program BERMUTU Pertemuan Rutin secara parsial berpengaruh signifikan Terhadap Kinerja Guru Pada KKG Di Kabupaten Parigi Moutong.
Rekomendasi 1. KKG sebagai wadah tepat bagi peningkatan mutu dan profesionalismu guru, diharapkan memberikan kontribusi dalam peningkatan kinerja guru untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas dan dapat melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan. Oleh karena itu sebaiknya KKG tetap di berikan dana untuk melaksanakan kegiatan agar tujuan di atas dapat tercapai. 2. Pemerintah pusat maupun daerah harus memberikan perhatian khusus terhadap kegiatan yang dilaksanakan di KKG. Selain dana, Fasilitator atau Narasumber yang profesional juga sangat dibutuhkan karena tanpa fasilitator yang handal kegiatan-kegiatan di KKG tidak dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. UCAPAN TERIMAKASIH Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Prof. Dr. Djayani Nurdin, S.E., M.Si. selaku pembimbing I dan Dr. Mauled Moelyono, S.E., M.A. selaku pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian artikel ini. DAFTAR RUJUKAN Ahmad.1996. Peranan dan Kegitan Guru (PKG) Pembinaan Profesional Dirjen Pendidikan Menengah.
Fungsi Pusat dalam Sistem Guru. Jakarta: Dasar dan
Diah Widuri, Pengaruh Dana Bantuan Langsung Program Bermutu In Service dan …….…..………….………… 99
Depdiknas. 2008. Panduan Pengelolaan Diklat Model BERMUTU. Jakarta: Dirjen PMPTK, Direktorat Pembinaan Diklat. _________. 2008. Project Operational Manual (POM), BERMUTU (Better Education through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading). Jakarta: Ditjen PMPTK. Departemen Pendidikan Nasional. Undangundang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional.UndangUndang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Direktorat Tenaga Kependidikan, Ditjen PMPTK Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Penilaian Kinerja Guru. Jakarta: Ditjen PMPTK. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Sulawesi Tengah. 2007. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 128 Tahun 2007
tentang Penetapan 75 Kabupaten/Kota penyelenggara Program BERMUTU. Peraturan MENPAN No 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Robbins, S. 2006. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Indeks kelompok Gramedia. Simanjuntak, Payaman. 2005. “Evaluasi Kinerja”. Depnakertrans: Informasi Hukum Vol. 2 Th VII 2005. Melalui http:/www.nakertrans.go.id/puklatinake r/index.php. Soeprihanto, John. 2000. Penilaian Kinerja dan Pengembangan Karyawan. Yogyakarta: BPFE. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit Alfabeta. ------------. 2010. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Penerbit Alfabeta. Wibowo. 2011. Manajemen Kinerja. Bandung: PT. RajaGrafindo Persada.