VI. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT Pelaksanaan
program
BPLM
di
Kabupaten
PPU
bertujuan:
(1)
menumbuhkan usaha kelompok, (2) memberdayakan kelompok untuk dapat mengakses sumber permodalan komersil, (3) meningkatkan kualitas sumberdaya manusia petani dalam mengelola usahataninya serta meningkatkan kualitas sumberdaya aparat dalam membina pemberdayaan masyarakat, dan (4) meningkatkan daya saing produk pertanian melalui peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha kelompok yang berbasis komoditas utama tanaman pangan maupun usaha diversifikasi dengan komoditas atau usaha penunjangnya. Mekanisme penyaluran dan pengembalian dana BPLM di daerah penelitian meliputi adanya sosialisasi program, seleksi calon penerima, penetapan calon penerima, penyaluran dana, dan pengembalian dana. Mekanisme perguliran dana kepada kelompok lain belum berjalan akibat belum lunasnya angsuran dari petani penerima BPLM pada kelompk tani penerima awal dalam mengembalikan dana pinjaman. Adapun mekanisme penyaluran dan pengembalian dana BPLM yang dilaksanakan di Kabupaten PPU ditunjukkan pada Gambar 7. Dana Dekonsentrasi KPKN 4
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten PPU
3 1
Bagpro Kabupaten
Kelompok Sasaran
7
5 Bank Rakyat Indonesia
2
6
Angsuran (3 tahun)
8
Gambar 7. Mekanisme Penyaluran dan Pengembalian Dana Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat
63
Faktor-faktor penentu kualitas program BPLM terdiri atas 12 poin yang dikelompokkan menjadi tiga aspek yaitu: (1) Aspek penyaluran dana program BPLM, (2) Aspek pemanfaatan program BPLM, dan (3) Aspek pengembalian dana program BPLM. Penilaian tingkat kepentingan program BPLM sesuai faktor-faktor penentu kualitas program BPLM disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Penilaian Tingkat Kepentingan Program Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat di Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2007 Faktor Kualitas Program Aspek Penyaluran Dana Program BPLM 1. Ketersediaan dana BPLM 2. Kemudahan dalam persyaratan penerima BPLM 3. Pembuatan proposal penggunaan dana 4. Keberadaan potongan-potongan /bunga/biaya lain 5. Sosialisasi Program BPLM 6. Seleksi calon penerima BPLM 7. Keterlibatan petani dalam perencanaan teknis B. Aspek Pemanfaatan Program BPLM 8. Pelatihan dan pendampingan penyuluh 9. Kesesuaian dana yang diterima dengan kebutuhan usahatani C. Aspek Pengembalian Dana Program BPLM 10. Waktu pengembalian dana BPLM 11. Pengembalian dana BPLM melalui rekening kelompok tani 12. Tingkat perguliran dana pada kelompok lain Nilai Rata-rata
SP
P
CP
KP
TP
Nilai Indeks Kinerja
12 4
10 15
13 10
0 4
0 2
3.97 3.43
8
26
0
1
0
4.17
1
13
0
12
9
2.57
9 5 6
24 29 6
2 1 0
0 0 22
0 0 1
4.20 4.11 2.82
10
24
1
0
0
4.26
8
17
1
9
0
3.68
2 14
18 11
0 0
15 9
0 1
3.2 3.8
10
23
0
0
2
4.11
A.
3.69
Sumber : Analisis data primer, 2008 Keterangan: SP = sangat penting, P = penting, CP = cukup penting, KP = kurang penting, dan TP = tidak penting
Tabel 12 menunjukkan bahwa faktor penentu kualitas program BPLM yang memiliki nilai tingkat kepentingan yang tinggi adalah faktor pembuatan proposal penggunaan dana, sosialisasi, seleksi calon penerima pada aspek penyaluran,
64
faktor pelatihan dan pendampingan penyuluh pada aspek pemanfaatan program, dan faktor perguliran dana pada kelompok lain pada aspek pengembalian. Penilaian tingkat kinerja program BPLM sesuai faktor-faktor penentu kualitas program BPLM disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Penilaian Tingkat Kinerja Program Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat di Kabupaten Penajam Paser UtaraTahun 2007 Faktor Kualitas Program
Aspek Penyaluran Dana Program BPLM 1. Ketersediaan dana BPLM 2. Kemudahan dalam persyaratan penerima BPLM 3. Pembuatan proposal penggunaan dana 4. Keberadaan potongan-potongan /bunga/biaya lain 5. Sosialisasi Program BPLM 6. Seleksi calon penerima BPLM 7. Keterlibatan petani dalam perencanaan teknis B. Aspek Pemanfaatan Dana Program BPLM 8. Pelatihan dan pendampingan penyuluh 9. Kesesuaian dana yang diterima dengan kebutuhan usahatani C. Aspek Pengembalian Dana Program BPLM 10. Waktu pengembalian dana BPLM 11. Pengembalian dana BPLM melalui rekening kelompok tani 12. Tingkat perguliran dana pada kelompok lain Nilai Rata-rata
SB
B
C
KB
TB
Nilai Indeks Kinerja
11 14
13 11
11 9
0 0
0 1
4.00 4.06
9 0
14 14
4 2
8 14
0 5
3.69 2.71
5 8 2
17 14 14
6 1 1
0 9 16
7 2 2
3.37 3.54 2.94
2
15
0
8
10
2.97
0
10
9
16
0
2.82
16 7
17 21
0 3
2 3
0 1
4.34 3.85
3
18
5
1
8
3.2
A.
3.46
Sumber : Analisis data primer, 2008 Keterangan: SB = sangat baik, B = baik, CB = cukup baik, KB = kurang baik, dan TB = tidak baik
Tabel 13 menunjukkan bahwa faktor penentu kualitas program BPLM yang memiliki nilai tingkat kinerja yang tinggi adalah faktor ketersediaan dana bantuan dan kemudahan persyaratan pada aspek penyaluran dan faktor waktu
65
pengembalian dana pada aspek pengembalian, sedangkan kedua faktor pada aspek pemanfaatan kinerjanya bernilai rendah. Berdasarkan Tabel 12 dan 13, disusun nilai rata-rata tabel tingkat kepentingan dan tingkat kinerja program BPLM dan kemudian dibuat matriks tingkat kepentingan dan tingkat kinerja program BPLM dengan menghubungkan nilai tingkat kinerja pada sumbu X dan nilai tingkat kepentingan pada sumbu Y. Nilai rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat kinerja program BPLM digunakan sebagai batas untuk menentukan kuadran 1, 2, 3, dan 4. Tabel 14. Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Program Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat di Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2007 Tingkat Kinerja (X) 4.00 1 4.06 2 3.69 3 2.71 4 3.37 5 3.54 6 2.94 7 2.97 8 2.82 9 4.34 10 3.85 11 3.20 12 3.46 Rata-rata Sumber: Analisis data primer, 2008 Faktor
Tingkat Kepentingan (Y) 3.97 3.43 4.17 2.57 4.20 4.11 2.82 4.26 3.68 3.20 3.80 4.11 3.69
Keseluruhan analisis menunjukkan bahwa tingkat kinerja program BPLM berada lebih rendah daripada tingkat kepentingannya, dengan selisih nilai rata-rata sebesar 23 persen. Posisi masing-masing faktor penentu kualitas program BPLM dalam diagram Importance-Performance matrix disajikan pada Gambar 8. Kuadran pertama terletak di sebelah kiri atas, kuadran kedua di sebelah kanan
66
atas, kuadran ketiga di sebelah kiri bawah, dan kuadran keempat di sebelah kanan bawah.
4.50
I
4.00
8 12
3.50
5 6
II
3 11
1
9
2 10
Importance
3.00
III
7
IV
4
2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
Performance
Gambar 8. Diagram Importance - Performance Matrix Berdasarkan Gambar 8, faktor sosialisasi program BPLM, pelatihan dan pendampingan penyuluh, serta tingkat perguliran dana pada kelompok lain berada di kuadran I. Faktor ketersediaan dana BPLM, pembuatan proposal penggunaan dana, seleksi calon penerima BPLM, pengembalian dana melalui rekening kelompok tani terdapat di kuadran II. Keberadaan potongan-potongan/ bunga/ biaya lain, keterlibatan petani dalam perencanaan teknis, serta kesesuaian dana yang diterima dengan kebutuhan usahatani terdapat di kuadran III. Adapun faktor yang terdapat pada kuadran IV adalah faktor kemudahan dalam persyaratan penerima BPLM dan waktu pengembalian dana BPLM. Faktor sosialisasi program BPLM
merupakan titik awal pelaksanaan
program. Petani contoh merasa penting untuk memperoleh penjelasan mengenai
67
program ini sebelum dilaksanakan. Petani contoh sebesar 20 persen mengaku tidak memperoleh penjelasan mengenai program sebelum dana bergulir. Tingkat kinerja
faktor
sosialisasi
yang
berada
lebih
rendah
daripada
kepentingannya sangat terkait dengan faktor pendampingan penyuluh
tingkat yang
terletak pada kuadran yang sama (kuadran I). Dari penelitian ini diperoleh informasi mengenai jumlah penyuluh di lokasi penelitian tersedia minim, di mana dalam 1 WKPP (Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian) mencakup rata-rata 15 kelompok tani dengan jumlah anggota 300 orang. Petani contoh penerima BPLM (28.57 persen) rata-rata dalam sebulan hanya satu kali bertemu dengan penyuluh dan sisanya tidak mendapat penyuluhan. Kurangnya pelatihan dan pendampingan penyuluh menyebabkan tidak terbinanya kelompok tani. Faktor tingkat perguliran dana pada kelompok lain juga menjadi faktor yang perlu diperbaiki dari program BPLM. Perguliran dana kepada kelompok lain masih belum dilakukan disebabkan pengembalian dana yang belum selesai. Dana masih dimanfaatkan pada kelompok tani penerima awal. Petani contoh penerima BPLM sebesar 90 persen menyatakan bahwa perguliran dana kepada petani itu penting dengan catatan kinerja perguliran dana tersebut baik. Hasil sementara di lapangan menunjukkan bahwa perguliran tahap pertama menurut petani contoh penerima BPLM sebesar 51 persen menyatakan baik. Hal ini terkait dengan pengawasan dalam hal pengembalian dana BPLM setelah panen yang terletak pada kuadran IV. Faktor waktu pengembalian dana hingga saat penelitian berlangsung masih menunjukkan kinerja yang tinggi, sebesar 20 persen petani contoh melakukan pengembalian langsung setelah panen dan 60 persen
68
setelah satu bulan sehabis pemanenan, hanya sebesar 2.86 persen petani contoh penerima BPLM yang tidak melakukan pengembalian. Kinerja yang baik ini disebabkan unsur pengembalian merupakan tanggungjawab kelompok tani. Jika terdapat salah satu anggota yang tidak dapat mengembalikan maka menjadi tanggungjawab anggota lain untuk mengembalikan. Faktor yang terletak pada kuadran II menjadi nilai lebih dari program BPLM. Program BPLM yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam hal pembiayaan usahatani disambut dengan baik oleh petani. Keseluruhan petani contoh merasa bahwa adanya dana bantuan itu sangat diperlukan dan cukup membantu, meskipun berdasarkan kebutuhan masih kurang dan perlu dilakukan penambahan. Faktor yang juga perlu dipertahankan dari program BPLM adalah adanya proposal penggunaan dana, seleksi calon penerima, dan pengembalian dana melalui rekening kelompok tani. Sebelum proposal dibuat oleh kelompok tani, dilakukan seleksi awal calon kelompok tani penerima yang dilakukan oleh aparat pertanian di lapangan dan melalui forum musyawarah dengan melibatkan aparat desa dan kecamatan. Kelompok tani yang terpilih diseleksi lagi sebagai calon kelompok tani penerima BPLM melalui seleksi proposal dan seleksi lapangan oleh tim teknis kabupaten. Seleksi anggota kelompok tani yang menerima bantuan dilakukan oleh masing-masing kelompok tani. Petani contoh penerima BPLM menilai bahwa seleksi yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten PPU cukup transparan. Pengembalian dana melalui rekening kelompok tani mendorong petani untuk melakukan pengembalian secara teratur karena adanya pengawasan antar sesama
69
anggota yang saling mengingatkan, karena pengembalian dana pinjaman menjadi tanggungan seluruh anggota. Cara pengembalian ini juga tidak menyulitkan petani karena tidak perlu untuk mendatangi bank penitipan yang letaknya cukup jauh dari lokasi tempat tinggal petani setiap akan mengangsur pinjaman, hanya saja kompetensi dan kepercayaan pengurus kelompok tani yang perlu diawasi. Keberadaan potongan-potongan/ bunga/ biaya lain, keterlibatan petani dalam perencanaan teknis, serta kesesuaian dana yang diterima dengan kebutuhan usahatani tidak menjadi prioritas dalam program BPLM. Tingkat kepentingan petani terhadap faktor-faktorini rendah sehingga jika perbaikan dilakukan terhadap ketiga faktor ini tidak mendapat respon yang besar dari petani. Dari penelitian ini diperoleh informasi bahwa potongan yang ada dalam setiap kali pinjaman adalah 10 persen, sedangkan pada petunjuk umum pelaksanaan program BPLM dinyatakan bahwa tidak ada bunga atau potonganpotongan maupun biaya lain dalam hal penyaluran dana kecuali ada kesepakatan antar anggota kelompok tani yang memperoleh dana pinjaman. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa dalam kelompok tani diberlakukan potongan pinjaman dengan alasan potongan tersebut untuk mengembangkan modal/dana pinjaman awal dan petani sepakat untuk membayarnya. Partisipasi petani contoh dalam perencanaan teknis sebesar 45.71 persen, dan sisanya memilih untuk tidak terlibat secara langsung. Alasan mereka yang tidak ikut terlibat adalah waktu pertemuan dalam kelompok tani justru menyita waktu mereka dalam berusaha. Petani contoh penerima BPLM sebesar 22.86 persen yang merasa bahwa dana pinjaman harus sesuai dengan kebutuhan usahatani atau proposal yang
70
mereka ajukan, dan sisanya petani contoh penerima BPLM yang menyatakan tidak perlu keseluruhan usahatani dipenuhi dari dana pinjaman. Alasan mereka BPLM sebagai dana pinjaman hanyalah sebagai dana pelengkap dan mendorong petani untuk berusahatani bukan sebagai satu-satunya sumber pembiayaan. Fakta di lapangan menunjukkan sebesar 45.71 persen petani merasa bahwa bantuan yang diterima cukup untuk membantu dalam pembiayaan usahatani mereka. Petani contoh penerima BPLM sebagian besar memanfaatkan dana untuk kebutuhan usahatani karena dana pinjaman yang dikelola kelompok tani sebagian besar disalurkan kepada anggota berupa sarana produksi seperti benih, pupuk, atau pestisida. Pada kuadran IV terdapat faktor kemudahan persyaratan penerima BPLM dan pengembalian dana setelah panen. Kinerja faktor pada kuadran ini sangat baik, walaupun tingkat kepentingan petani di bawah rata-rata. Sebaiknya pihak pemerintah daerah tetap mempertahankan faktor ini, hanya saja perlu dikelola dengan lebih baik agar dapat meningkatkan nilai kepentingan faktor ini di mata petani selaku penerima program. Petani contoh penerima BPLM hanya sebesar 11.43 persen yang merasa bahwa persyaratan sebagai calon penerima sangat penting untuk ditetapkan agar dana yang disalurkan tepat sasaran, sedangkan sisanya menganggap bahwa persyaratan penting ditetapkan, namun jangan sampai memberatkan. Persyaratan yang saat ini diberlakukan oleh pemerintah daerah terdiri atas: (1) tergabung dalam kelompok tani yang sudah terbentuk selama lebih dari satu tahun, (2) petani yang berada satu wilayah/domisili dengan prioritas yang mempunyai keterbatasan modal, (3) petani yang belum pernah menerima penguatan modal dan tidak
71
mempunyai tunggakan kredit, (4) petani berada di wilayah pengembangan komoditas padi sawah dan petani yang mau menanam, (5) petani di wilayah yang tidak rawan bencana alam, (6) petani berada di wilayah yang mempunyai sarana dan prasarana yang memadai, dan (7) memiliki jaminan berupa surat-surat berharga. Persyaratan yang ditetapkan pada dasarnya mudah, namun mereka berharap bahwa bantuan yang mereka terima adalah bantuan cuma-cuma dari pemerintah. Hal ini terkait dengan faktor pengembalian dana setelah panen yang berada pada kuadran yang sama (kuadran IV). Petani contoh penerima BPLM sebesar 42.86 persen menyatakan bahwa dana pinjaman tidak penting untuk dikembalikan. Frekuensi angsuran yang telah dilakukan petani contoh sebanyak 1-2 kali pengembalian, namun belum ada yang lunas. Berdasarkan hasil uraian IPA di atas, dapat diketahui bahwa petani padi sawah di Kabupaten PPU pada dasarnya memang masih membutuhkan bantuan permodalan. Hal ini dapat terlihat dari faktor ketersediaan dana BPLM yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi dan menjadi nilai lebih dari program BPLM (terletak pada kuadran II) menurut persepsi petani contoh serta cukup membantu petani dalam menambah permodalan usahatani.