Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, RASIO KEUANGAN DAN CASH POSITION TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN Arif Wahyudi
[email protected]
Maswar Patuh Priyadi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The purpose of this research is to analyze the influence of good corporate governance, financial ratio and cash position to the dividend policy. Good corporate governance variables consist of managerial ownership and institutional ownership. Financial ratio variables which are used in this research are profitability (ROA), Liquidity (CR), and Leverage (DER). This research has found some evidences that managerial ownership, institutional ownership, profitability, liquidity, leverage, and cash position simultaneously have significant influence to the dividend policy. The result of research shows that managerial ownership, institutional ownership, profitability variables partially have influence to the dividend policy. While, liquidity, leverages, and cash position variables have no influence to the dividend policy. Keywords: Corporate Governance, Financial Ratio, Cash Position ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh good corporate governance, rasio keuangan dan cash position terhadap kebijakan dividen. Variabel good corporate governance yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Variabel rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain profitabilitas (ROA), likuiditas (CR) dan leverage (DER). Penelitian ini menemukan bukti bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan intitusional, profitabilitas, likuiditas, leverage dan cash position secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian ini menunjukan secara parsial bahwa variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Sedangkan variabel likuiditas, leverage dan cash position tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Kata kunci : Corporate Governance, Rasio Keuangan, Cash Position
PENDAHULUAN Saat ini perusahaan dituntut untuk dapat mengelola keuntungan atau laba yang diperoleh secara tepat dan optimal. Keberlangsungan perusahaan dimasa yang akan datang ditentukan oleh besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan. Laba perusahaan dapat digunakan untuk dua hal, yaitu untuk diinvestasikan kembali dalam bentuk laba ditahan atau dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Kebijakan dividen menjadi perhatian banyak pihak seperti pemegang saham, kreditor, maupun pihak eksternal lain yang memiliki kepentingan dari informasi yang dikeluarkan perusahaan. Melalui kebijakan ini perusahaan memberikan sebagian dari keuntungan bersih kepada pemegang saham secara tunai. Pertimbangan manajemen sangat diperlukan karena besar kecilnya
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan tergantung pada kebijakan dividen dari masing-masing perusahaan. Dengan demikian perlu bagi pihak manajemen untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen yang ditetapkan oleh perusahaan. Wijayanti dan Supatmi (2009:145) menunjukkan bahwa Corporate Governance berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen yang diukur melalui Dividend Payout Ratio. Artinya, semakin kuat CG yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga semakin tinggi kebijakan dividen yang ditetapkan dan semakin tinggi pula Dividend Payout Ratio-nya. Namun, dalam penelitian Dewi (2008) menemukan bahwa tidak ada pengaruh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen. Perusahaan dengan kepemilikan saham oleh managerial, kepemilikan saham oleh institusional yang semakin tinggi akan menurunkan kebijakan dividen. Good corporate governance yang baik dapat memberikan insentif yang baik bagi board dan manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham dengan harus memfasilitasi pemonitoran yang efektif, sehingga mendorong perusahaan untuk menggunakan sumber daya dengan lebih efisien. Dalam penelitian ini indikator good corporate governance yang digunakan adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional. Perusahaan yang menerapkan good corporate governance akan lebih dipercayai kreditor maupun investor. Semakin tinggi kepemilikan manajerial diharapkan pihak manajemen sebagai pengelola perusahaan mengetahui informasi internal yang lebih banyak sehingga mempunyai kewajiban untuk memberikan sinyal positif mengenai kondisi perusahaan kepada pemegang saham. Rasio suatu perusahaan dapat dianalisa dari laporan keuangan perusahaan yang diterbitkan secara berkala. Hanafi dan Abdul (2005:85) menyebutkan bahwa rasio profitabilitas merupakan rasio yang melakukan dengan mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dimasa yang akan datang dengan mengetahui tingkat keuntungan perusahaan. Profitabilitas sangat bermanfaat bagi kelangsungan perusahaan, karena profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Oleh karena itu, dividen diambil dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya dividend payout ratio. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Hanafi dan Abdul (2005:79) mengatakan bahwa rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Posisi kas atau likuiditas merupakan pertimbangan utama dalam kebijakan dividen. Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Arilaha (2009:81) mengatakan perusahaan yang leverage operasi atau keuangan tinggi akan memberikan dividen yang rendah. Struktur permodalan yang lebih tinggi dimiliki oleh utang menyebabkan pihak manajemen akan memprioritaskan pelunasan kewajiban terlebih dahulu sebelum membagikan dividen. Perusahaan yang memiliki rasio utang lebih besar seharusnya membagikan dividen lebih kecil karena laba yang diperoleh digunakan untuk melunasi kewajiban. Hasil penelitian Arilaha (2009) menemukan bahwa profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen, besar kecilnya laba perusahaan akan mempengaruhi besar kecilnya pembagian dividen. sedangkan likuiditas dan leverage perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
Cash Position merupakan hal yang perlu dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan menetapakn besarnya dividen. Salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah posisi kas. Perusahaan yang memiliki posisi kas kuat, semakin besar pula kemampuan untuk membayar dividen. Namun hal tersebut tidak dapat dijadikan patokan dasar dalam penentuan besaran dividen karena untuk meningkatkan likuiditas yang dalam hal ini adalah posisi kas, perusahaan harus menurunkan dividend payout ratio. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance yang diukur dengan kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional serta rasio keuangan yang diukur dengan profitabilitas, likuiditas, leverage dan cash position terhadap kebijakan dividen. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Teori Agensi Teori ini menyatakan bahwa hubungan keagenan timbul salah satu pihak (principal) menyewa pihak lain (agen) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Principal adalah pemegang saham atau investor sedangkan agent adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan utilitas, maka diyakini agent akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan prinsipal tetapi sering ada konflik antara manajemen dan pemegang saham. Konflik ini disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Agency theory menekankan pentingnya pemilik perusahaan (pemegang saham) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga profesional (disebut agents) yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis sehari-hari. Tujuan dari dipisahkanya pengelolaan dari kepemilikan perusahaan, yaitu agar pemilik perusahaan memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin dengan biaya yang seefisien mungkin dengan dikelolanya perusahaan oleh tenaga-tenaga profesional (Sutedi, 2011:13). Konflik keagenan yang terjadi dalam perusahaan pada hubungan antara : (1) pemegang saham dan manajer, (2) manajer dan kreditor, (3) manajer, pemegang saham dan kreditor (Brigham dan Gapenski, 2000). Pemegang saham menginginkan laba dibagikan dalam bentuk dividen dan kepentingan manajer menginginkan laba ditahan untuk pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau internal. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar. Pengertian Kebijakan Dividen Dalam aktivitas dipasar modal, para investor memiliki harapan dari investasi yang dilakukannya, yaitu yang berupa capital gain dan dividen. Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Dividen adalah laba yang diberikan emiten pada para pemegang saham. Sunariyah (2004:48) mendefinisikan dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen ditentukan berdasarkan dalam rapat umum anggota pemegang saham dan jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan pemimpin. Dapat disimpulkan bahwa dividen adalah pembagian laba yang diterima investor atas sejumlah saham yang dimilikinya baik berupa kas, aktiva lain, wesel atau surat hutang lainnya. Karena dividen merupakan salah satu potensi keuntungan dari investasi melalui saham, maka pihak manajemen perusahaan perlu memperhatikan kebijakan dividen yang akan diterapkan dalam rangka menarik minat investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan dalam bentuk kepemilikan saham. Brigham dan Houston (2004:95) mengatakan dividen yang dibagikan bisa berupa : (1) Cash dividend (Dividen tunai), dividen yang dibayarkan dalam bentuk uang tunai. Pada umumnya cash dividend lebih disukai oleh para
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
pemegang saham dan lebih sering dipakai perseroan jika dibandingkan dengan jenis dividen yang lain, (2) Stock dividend (Dividen saham), dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham, bukan dalam bentuk uang tunai, (3) Property dividend (Dividen barang), dividen yang dibayarkan dalam bentuk barang (aktiva selain kas), (4) Script dividend adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk surat (script) janji hutang. Pembayaran dalam bentuk ini akan menyebabkan perseroan mempunyai hutang jangka pendek kepada pemegang script, (5) Liquidating dividend, adalah dividen yang dibagikan berdasarkan pengurangan modal perusahaan bukan berdasarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Kebijakan dividen yang diambil perusahaan, sangat bergantung pada berbagai faktor yang terjadi, baik itu yang terjadi di dalam perusahaan maupun yang terjadi di luar perusahaan. Husnan dan Pudjiastuti (2011:305) menyatakan bahwa kebijakan dividen perlu memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut : (a) Tidak benar bahwa perusahaan
seharusnya membagikan dividen sebesar-besarnya. Apabila dana yang diperoleh dari operasi perusahaan bisa dipergunakan dengan menguntungkan, dividen tidak perlu dibagikan terlalu besar, (b) Karena ada keengganan untuk menurunkan pembayaran dividen per lembar saham, ada baiknya kalau perusahaan menentukan dividen dalam jumlah yang tidak terlalu besar, (c) Apabila memang perusahaan menghadapi kesempatan investasi yang menguntungkan, lebih baik perusahaan mengurangi pembayaran dividen daripada menerbitkan saham baru, (d) Dalam keadaan tidak terdapat biaya transaksi, tambahan kekayaan karena kenaikan harga saham sama menariknya dengan tambahan kekayaan karena pembayaran dividen. Kalau tidak ada faktor pajak, menerima dividen akan lebih menguntungkan daripada memperoleh capital gains, (e) Karena pemodal juga membayar pajak penghasilan, maka bagi pemodal yang sudah berada dalam tax bracket yang tinggi (di Indonesia tertinggi adalah 35 persen), mungkin akan lebih menyukai untuk tidak menerima dividen (karena harus segera membayar pajak) dan memilih menikmati capital gains. Good Corporate Governance Good corporate governance adalah sistem dan struktur untuk mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilai pemegang saham (stakeholders value) serta mengalokasi berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan seperti kreditor, supplier, asosiasi usaha, konsumen, pekerja, pemerintah dan masyarakat luas (Nogi, 2003:11) Shleifer dan Vishny (1997) dalam Trihapsari (2006) juga menyatakan bahwa Corporate governance merupakan suatu mekanisme yang digunakan untuk memastikan bahwa suplier keuangan, misalnya pemegang saham dan pemberi pinjaman (bondholders), dari perusahaan memperoleh pengembalian (return) dari kegiatan yang dijalankan oleh manajer, atau dengan kata lain, bagaimana supplier keuangan perusahaan melakukan kontrol terhadap manajer. Selain itu juga dijelaskan bahwa perusahaan yang telah menerapkan good corporate governance akan lebih dipercaya kreditor maupun investor sehingga sahamnya lebih likuid dan harga saham bisa semakin meningkat. Berdasarkan beberapa pendapat dan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa good corporate governance merupakan suatu aturan yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien dan struktur hubungan antara pihak manajemen dengan pihak stakeholders dalam mempertanggungjawabkan pengelolaannya untuk mencapai tujuan perusahaan. Asas Good Corporate Governance Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas good corporate governance diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Asas good corporate governance
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders). Kelima asas tersebut berdasarkan Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (2006) yaitu : 1. Transparansi (Transparency) Perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundangundangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.
2.
Akuntabilitas (Accountability) Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
3.
Responsibilitas (Responsibility) Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
4.
Independensi (Independency) Perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain untuk melancarkan pelaksanaan asas good corporate governance.
5.
Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness) Perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
Kepemilikan Manajerial Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa seiring meningkatnya kepemilikan manajerial akan menyelaraskan kepentingan manajer dengan kepentingan pemegang saham. Sehingga terdapat insentif bagi manajer untuk memaksimalkan nilai perusahaan ketika kepemilikan manajerialnya meningkat. Hal ini akan efektif untuk mengontrol insentif manajer yang meningkat. Dalam laporan keuangan, keadaan ini ditunjukkan dengan besarnya persentase kepemilikan saham oleh manajer yang diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Kepemilikan managerial dapat diperoleh dari jumlah saham yang dimiliki oleh direksi dan manager dibagi dengan jumlah saham yang beredar (Nuringsih, 2005). Jika manajer yang berkepentingan sekaligus sebagai pemegang saham (kepemilikan manajerial), manajer cenderung akan lebih bisa menyelaraskan kepentingannya dengan kepentingan sebagai pemegang saham. Ketika kepemilikan manajerial terjadi, pemegang saham sekaligus manajer ini secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan pada perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan dengan menetapkan persentase kepemilikan manajerial yang besar, akan membayarkan dividen dalam jumlah yang besar sedangkan pada persentase kepemilikan manajerial yang kecil, akan cenderung menetapkan dividen dalam jumlah yang kecil. Manajer pada umumnya memiliki informasi yang lebih baik dan lebih cepat (asymetri information) berkaitan dengan kondisi dan prospek perusahaan dibandingkan investor luar.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional adalah jumlah kepemilikan saham oleh investor institusi dari luar perusahaan. Institusi yang dimaksud adalah semua pihak yang berbentuk lembaga baik swasta, pemerintah dan asing yang mempunyai saham di perusahaan tersebut. Tingkat saham institusional yang tinggi akan menghasilkan upaya-upaya pengawasan yang lebih intensif sehingga dapat membatasi perilaku opportunistic manager, yaitu manager melakukan laba secara oportunis untuk memaksimumkan kepentingan pribadinya (Scott, 2000) dalam Dewi (2008). Menurut Wahidahwati (2002), kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang berbentuk institusi seperti bank, perusahaan asuransi, dana pensiun dan institusi lainnya. Kepemilikan institusional diukur dari persentase antara saham yang dimiliki oleh institusi dibagi dengan banyaknya saham yang beredar, dengan kriteria persentase lebih dari 5%, mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen (Machmud dan Djakman, 2008). Rasio Keuangan Secara umum Rasio dapat diartikan sebagai sesuatu yang dicapai, atau prestasi yang diperlihatkan. Rasio perusahaan yang baik sangat berpengaruh terhadap masa depan perusahaan, kemudahan perusahaan dalam memperoleh kreditur dan juga dapat mempengaruhi keputusan investor dalam menanamkan modalnya Definisi rasio keuangan menurut Harahap (2008:297) adalah Angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Profitabilitas Profitabilitas atau keuntungan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan oleh ROA. Profitabilitas diukur dengan menggunakan Return on Asset yang diperoleh dengan cara earnings after tax yang diperoleh perusahaan dibagi dengan total aset yang dimiliki oleh perusahaan (Nuringsih, 2005) Likuiditas Menurut Arilaha (2009) Rasio likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera harus dipenuhi melalui sejumlah kas yang dimiliki perusahaan. Rasio Likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio, yang merupakan perimbangan antara jumlah aktiva lancar dibagi dengan jumlah hutang lancar. Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak keputusan dividen. Karena dividen merupakan arus kas keluar, maka semakin besar posisi kas semakin besar juga kemampuan untuk membayar dividen Leverage Salah satu faktor penting dalam unsur pendanaan adalah hutang (leverage). Rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt equity ratio (DER). Leverage digambarkan untuk melihat sejauh mana asset perusahaan dibiayai oleh hutang dibandingkan dengan modal sendiri. Darminto (2008) mengatakan bahwa pendanaan perusahaan melalui hutang erat kaitannya dengan struktur modal dan hutang dalam hal ini leverage merupakan sumber pendanaan eksternal untuk membiayai kegiatan perusahaan. Leverage dapat dipahami sebagai penaksiran dari resiko yang melekat pada suatu perusahaan. Artinya leverage yang semakin besar menunjukan resiko investasi yang semakin besar pula. Perusahaan dengan rasio leverage yang rendah memiliki resiko leverage yang lebih kecil.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
Cash Position Cash position dari suatu perusahaan merupakan faktor yang terpenting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena dividen merupakan cash out flow, maka makin kuatnya posisi likuiditas perusahaan, berarti makin besar kemampuan untuk membayar dividen (Riyanto, 2001:267). Menurut Sudarsih (2002:79) cash position merupakan rasio kas akhir tahuun dengan earning after tax. Bagi perusahaan yang memiliki posisi kas yang lebih kuat maka akan semakin besar kemampuan untuk membayarkan dividen, hal ini disebabkan karena posisi kas merupakan faktor internal yang dapat dikendalikan oleh manajemen, sehingga pengaruhnya dapat dirasakan secara langsung bagi kebijakan dividen. Pengembangan Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah: Kepemilikan manajerial adalah pemilik sekaligus pengelola perusahaan atau semua pihak yang mempunyai kesempatan untuk terlibat dalam pengambilan kebijaksanaan dan mempunyai akses langsung terhadap informasi dalam perusahaan. Penelitian yang dilakukan Nuringsih (2005) menyebutkan bahwa kepemilikan managerial memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang jumlahnya lebih besar mempunyai kinerja investasi yang lebih baik daripada perusahaan dengan kepemilikan manajerial kecil. Manajer yang bertindak sebagai pengelola perusahaan mengetahui informasi internal yang lebih banyak dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik, maka manajer mempunyai kewajiban untuk memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Salah satu bentuk sinyal yang diberikan selain pengungkapan informasi akuntansi melalui laporan keuangan, yaitu dengan dilakukannya pengumuman dividen. H1 = Kepemilikan Manajerial berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen Kepemilikan institusional diukur dari persentase antara saham yang dimiliki oleh institusi dibagi dengan banyaknya saham yang beredar, dengan kriteria persentase lebih dari 5%, mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen (Machmud dan Djakman, 2008). Peran pihak institusi memengaruhi kebijakan dan kinerja perusahaan. Penelitian Dewi (2008) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen karena semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan. H2 = Kepemilkan Institusional berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen Profitabilitas mutlak diperlukan karena profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan dividen akan dibagi apabila perusahaan tersebut memperoleh laba. Jika laba yang diperoleh kecil, maka dividen yang akan dibagikan juga kecil. Diharapkan dengan adanya penilaian kinerja dengan profitabilitas dapat menjadi sinyal bagi para investor untuk membuat keputusan investasi pada perusahaan yang memiliki kinerja baik. H3 = Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen Likuiditas mempengaruhi kebijakan dividen dikarenakan likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas suatu perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum perusahaan mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Karena dividen bagi perusahaan merupakan arus kas keluar, maka
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Perusahaan yang banyak mendapatkan laba belum tentu memiliki kas yang memadai, karena dividen dibayar dengan kas maka untuk dapat membayar dividen harus memiliki kas yang memadai. Hal inimenunjukkan bahwa posisi likuiditas langsung mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam membayar dividen.Penelitian tentang pengaruh likuiditas terhadap kebijakan dividen dilakukan oleh Sumarto (2007) mengungkapkan bahwa variabel current ratio berpengaruh signifikanterhadap dividend payout ratio. H4 = Likuiditas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen Salah satu faktor penting dalam unsur pendanaan adalah hutang (leverage). Leverage digambarkan untuk melihat sejauh mana asset perusahaan dibiayai oleh hutang dibandingkan dengan modal sendiri. Leverage dapat dipahami sebagai penaksir dari resiko yang melekat pada suatu perusahaan. Artinya, leverage yang semakin besar menunjukkan risiko investasi yang semakin besar pula. Perusahan dengan rasio leverage yang rendah memiliki risiko leverage yang lebih kecil. Perusahaan yang memiliki rasio utang lebih besar seharusnya membagikan dividen lebih kecil karena laba yang diperoleh digunakan untuk melunasi kewajiban. Menurut Arilaha (2009) utang jangka diikat oleh sebuah perjanjian utang untuk melindungi kepentingan kreditor. Kreditor biasanya membatasi pembayaran dividen, pembelian saham beredar dan penambahan utang untuk menjamin pembayaran pokok utang dan bunga. H5 = Leverage berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen Cash position merupakan rasio kas akhir tahun dibagi dengan earnings after tax. Posisi kas perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividenyang akan dibayarkan kepada para pemegang saham, karena itu dividen merupakan cash outflow, maka makin kuat posisi kas perusahaan, berarti makin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen (Riyanto, 2001:267). Menurut Marlina (2009) pembayaran dividen tunai merupakan arus cash keluar yang tentu saja memerlukan tersedianya cash yang cukup atau posisi likuiditas harus terjaga sehingga walaupun perusahaan memperoleh laba yang tinggi dan beban hutang beserta bunga yang rendah namun juga tidak didukung oleh posisi cah yang kuat maka kemampuan pembayaran dividen rendah H6 = Cash position berpengaruh positif terhadap kebijaka dividen METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama periode 2006-2011. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan manufaktur terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2006-2011, (2) Perusahaan tersebut menyajijakn laporan keuangan berturut-berturut selama 6 tahun-turut dari tahun 2006-2011, (3) Perusahaan yang membagikan dividen pada kurun waktu 2006-2011. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Terikat (Dependen) Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kebijakan Dividen.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
Kebijakan dividen diukur dengan menggunakan indikator devidend payout ratio (DPR). Rasio pembayaran dividen adalah persentase laba yang dibayarkan kepada para pemegang saham dalam bentuk kas. Dimana datanya diambil dari Indonesian Capital Market Directory dan website Bursa Efek Indonesia (BEI). Kebijakan dividen diperoleh dengan membandingkan antara Dividen per share dan Earnings per share (Nuringsih, 2005). Dividend Payout Ratio DPR = X 100% Earnings per Share Variabel Independen Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel dependen. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Good Corporate Governance, rasio keuangan, dan cash position. Good corporate governance diukur dengan menggunakan dua komponen yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Sedangkan rasio keuangan diukur dengan rasio profitabilitas, rasio likuiditas, dan rasio leverage.
1.
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah tingkat kepemilikan saham oleh pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan. Kepemilikan manajerial diukur dengan menggunakan persentase (%) jumlah lembar saham yang dimiliki oleh pihak manajemen yaitu manajer dan direksi dibagi dengan total jumlah lembar saham yang beredar.
2.
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh investor institusional. Investor institusional mencakup bank, dana pensiun, perusahaan asuransi, perseroan terbatas dan lembaga keuangan lainnya. Kepemilikan institusional dinyatakan dalam persentase (%) yang diukur dengan membandingkan jumlah lembar saham yang dimiliki oleh investor institusional dibagi dengan total jumlah lembar saham yang beredar.
3.
Profitabilitas
Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio Return On Assets. Profitabilitas diukur dengan menggunakan Return on Asset yang diperoleh dengan cara earnings after tax yang diperoleh perusahaan dibagi dengan total aset yang dimiliki oleh perusahaan (Nuringsih, 2005). Laba bersih setelah pajak ROA = X 100% Total asset
4.
Likuiditas
Menurut Arilaha (2009) rasio likuiditas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban keuangannya dalam jangka pendek dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio, yang merupakan perimbangan antara jumlah aktiva lancar dibagi dengan jumlah hutang lancar. Current Ratio =
5.
Dividend Payout Ratio Earnings per Share
X 100%
Leverage
Leverage merupakan pengukuran besarnya aktiva yang dibiayai dengan hutang-hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva berasal dari kreditur, bukan dari pemegang saham
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
ataupun dari inverstor. Leverage suatu perusahaan menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya apabila perusahaan tersebut likuidasi pada suatu waktu. Total hutang DER= X 100% Total aktiva
6.
Cash position
Cash position merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum membuat keputusan untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibayar kepada para pemegang saham. Cash Position dihitung dengan cara membagi antara saldo kas akhir tahun dengan laba bersih setelah pajak (Sudarsi 2002: 4). Pembayaran dividen merupakan arus kas keluar sehingga semakin kuat posisi kas perusahaan berarti semakin besar kemampuannya untuk membayar dividend. Saldo kas akhir X Cash position = Laba bersih setelah pajak 100% Teknik Analisis Data Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini, analisis regresi berganda digunakan untuk memprediksi hubungan antara karakteristik GCG, rasio keuangan dan cash position dengan kebijakan dividen perusahaan. Adapun persamaan untuk untuk menguji hipotesis secara keseluruhan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e Keterangan : Y = Kebijakan dividen a = Konstanta X1 = Kepemilikan manajerial X2 = Kepemilikan institusional X3 = Profitabilitas X4 = Likuiditas X5 = Leverage X6 = Cash Position B123456 = Koefisien regresi variabel e = error HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Tabel 1 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, leverage dan cash position.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
Tabel 1 Pengujian Statistik Deskriptif
.
Descriptive Statistics N Mean Std. Deviation DPR 91 34.4473 14.54926 KEPMNJ 91 .1829 .35159 KEPINST 91 71.2480 17.75222 ROA 91 10.3102 7.10034 CR 91 1.9826E2 124.30162 DER 91 45.9170 16.64340 CP 91 1.6073E2 146.85806 Sumber : Olah data SPSS 16
Minim um 1.45 .00 12.32 .77 12.02 14.47 7.32
Maxim um 78.01 1.31 97.20 37.21 606.26 76.42 729.71
Tabel 1 menunjukan bahwa mean dari kebijakan dividen (DPR) sebesar 34.4. Rata-rata kepemilikan manajerial diketahui sebesar 0,18, sedangkan kepemilikan institusional sebesar 71,24. Variabel rasio keungan yang diukur dengan profitabilitas menunjukan rata-rata sebesar 10,31, rata-rata, likuididas menunjukan rata-rata sebesar 1,98 dan leverage dengan rata-rata 45,91. Sedangkan cash position menunjukan rata-rata sebesar 1,60. Uji Asumsi Klasik a) Uji Normalitas Berdasarkan hasil uji normalitas pada penelitian ini dapat dilihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penyebaran data mendekati normal atau memenuhi asumsi normalitas. Hal ini didukung dengan tampilan grafik histogram yang menunjukan pola distribusi normal. b) Uji Multikolinieritas Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui bahwa nilai tolerance dari variabel KEPMEN,KEPINST,ROA,CR,DER dan CP lebih besar dari 0,10 sedangkan nilai VIF < 10. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang digunakan dalam model regresi penelitian ini adalah terbebas dari multikolinieritas, dengan kata lain dapat dipercaya dan obyektif.
c)
Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan hasil pengujian dengan tingkat probabilitas signifikasi variabel independen < 0,05 atau 5% pada gambar diatas menunjukan tidak ada pola yang jelas atau menyebar, titiktitik penyebaran berada di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. d) Uji Autokorelasi Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan Durbin Watson. Dari hasil tersebut menunjukan angka Durbin Watson sebesar 1,839. Nilai tersebut berada diantara -2 sampai +2 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak terjadi autokorelasi. UJI F (Simultan) Uji koefisien regresi simultan digunakan untuk menunjukan apakah semua variabel independen yang dimasukan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara bersamasama (simultan) terhadap variabel independen. Berikut hasil pengujian terhadap uji F.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
Tabel 2 Hasil Uji F
ANOVAb Model
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
1
Regressio 5062.066 6 843.678 5.066 n Residual 13989.209 84 166.538 Total 19051.275 90 a. Predictors: (Constant), CP, DER, KEPMNJ, ROA, KEPINST, CR b. Dependent Variable: DPR Sumber : Olah data SPSS.16
.000a
Berdasarkan perhitungan pada tabel diatas menunjukan angka F hitung sebesar 5,066 dengan sig 0,000. Dengan menggunakan tingkat signifikansi sebesar α = 0,05, maka H0 berhasil ditolak dan H1 berhasil diterima. Penolakan H0 dibuktikan dengan hasil perhitungan bahwa nilai sig 0,000 kurang dari α = 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, leverage, dan cash position secara simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen Analisis Regresi Linier Berganda Analisis linier berganda digunakan untuk mendapatkan koefisien regresi yang akan menentukan apakah hipotesis yang dibuat akan diterima atau ditolak dalam penelitian yang dilakukan. Berikut ini adalah tabel yang menunjukan hasil analisis regresi linier berganda Tabel 3 Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa Model
1
(Constant ) KEPMNJ KEPINST ROA CR DER CP Dependent
Unstandardized Coefficients B
Std. Error
10.524
13.930
18.352 .166 .762 -.002 -.007 .010 Variable:
4.251 .095 .236 .018 .142 .012
Standardi zed Coefficie nts Beta
.443 .203 .372 -.020 -.008 .103
T
Sig.
.755
.452
4.317 1.748 3.230 -.132 -.050 .859
.000 .084 .002 .895 .960 .393
a. DPR Sumber : Olah data SPSS.16
Berdasarkan tabel diatas dengan menggunakan tingkat signifikasi sebesar 5% diperoleh persamaan sebagai berikut: DPR = 10.524 + 18,352 KEPMNJ + 0,166 KEPINST + 0,762 ROA – 0,002 CR – 0.007 DER + 0,010 CP
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
Hasil persamaan menunjukan bahwa variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, profitabilitas, dan cash position memiliki koefisien positif. Hal ini berarti bahwa peningkatan proporsi kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, profitabilitas, dan cash position perusahaan akan meningkatkan pengungkapan kebijakan dividen. Sedangkan likuiditas dan leverage memiliki koefisien negatif Pengujian Hipotesis Uji Hipotesis Pertama H1 = Kepemilikan Manajerial mempunyai pengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui nilai t sebesar 4,317 dengan signifikansi sebesar 0,000 (berada lebih kecil dari α = 0,05) sehingga hipotesis pertama berhasil menolak H0. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini memiliki makna bahwa dengan tingkat kepemilikan manajerial yang semakin tinggi, maka semakin tinggi kebijakan dividen. Dengan kepemilikan saham oleh manajerial, diharapkan manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan para principal karena manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan nantinya dapat meningkatkan laba perusahaan sehingga juga dapat meningkatkan dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Uji Hipotesis Kedua H2 = Kepemilikan Institusional mempuyai pengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Pengujian hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan tabel 3 diketahui nilai t sebesar 1,748 dengan signifikansi sebesar 0,084 (berada lebih kecil dari α = 0,10) sehingga hipotesis kedua berhasil menolak H 0. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen adalah kepemilikan institusional. Adanya kepemilikan institusional disuatu perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerja manajemen. Pengawasan yang dilakukan oleh investor institusional sangat bergantung pada besarnya investasi yang dilakukan. Semakin besar kepemilikan institusional maka akan semakin besar kekuatan suara atau dorongan dari institusional untuk mengawasi manajemen dan akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih besar untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kebijakan dividen. Uji Hipotesis Ketiga H3 = Profitabilitas mempuyai pengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Pengujian hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui nilai t sebesar 3,230 dengan signifikansi sebesar 0,002 (berada lebih kecil dari α = 0,05) sehingga hipotesis ketiga berhasil menolak H0. Jadi dapat disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Profitabilitas menunjukan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin besar profitabilitas mensinyalir bahwa kinerja perusahaan semakin meningkat karena tingkat kembalian investasi (return) yang semakin besar, maka meningkatnya profitabilitas juga akan meningkatkan pendapatan dividen terutama dividen kas. Hal ini dikarenakan perusahaan yang mampu menghasilkan laba yang besar akan cenderung memberikan sinyal yang positif bahwa perusahaan akan membayar dividen lebih besar kepada pemegang saham. Perusahaan selalu berusaha meningkatkan citranya dengan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
cara setiap peningkatan porsi laba yang dibagi sebagai dividen dan juga dapat mendorong peningkatan nilai saham perusahaan. Semakin tinggi nilai profitabilitas yang didapat maka akan semakin tinggi kebijakan dividen. Karena profitabilitas yang tinggi akan memberikan indikasi prospek perusahaan yang baik sehingga dapat memicu investor untuk ikut meningkatkan permintaan saham. Uji Hipotesis Keempat H4 = Likuiditas mempuyai pengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Pengujian hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah likuiditas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui nilai t sebesar -0,132 dengan signifikansi sebesar 0,895 (berada lebih besar dari α = 0,05) sehingga hipotesis keempat berhasil menerima H0. Jadi dapat disimpulkan bahwa likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini dikarenakan pada kondisi ekonomi yang belum menentu, sehingga likuiditas tidak digunakan untuk membayar dividen tetapi dialokasikan pada pembelian aktiva tetap guna memanfaatkan kesempatan investasi. Sedangkan tanda koefisien negatif menunjukkan bahwa pada tingkat penggunaan utang jangka pendek yang tinggi, perusahaan cenderung membayar dividen rendah. Dengan keputusan ini perusahaan masih memiliki laba ditahan yang digunakan sebagai cadangan menutup utang, sehingga berdampak positif bagi kreditor karena kepentingan mereka tetap diperhatikan oleh perusahaan. Sebaliknya, pada perusahaan dengan utang rendah cenderung akan membayar dividen besar karena tidak memiliki beban bunga tinggi sehingga keuntungan dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Uji Hipotesis Kelima H5 = Leverage mempuyai pengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Pengujian hipotesis kelima dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah leverage berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui nilai t sebesar -0,050 dengan signifikansi sebesar 0,960 (berada lebih besar dari α = 0,05) sehingga hipotesis kelima berhasil menerima H0. Jadi dapat disimpulkan bahwa leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini berarti apabila kemampuan perusahaan dalam menggunakan hutang untuk membelanjai kebutuhan dana perusahaan mengalami peningkatan atau penurunan, maka kebijakan dividen tersebut tidak akan mengalami perubahan secara signifikan. Uji Hipotesis Keenam H6 = Cash Position mempuyai pengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Pengujian hipotesis keenam dalam penelitian ini adalah untuk menguji apakah cash position berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui nilai t sebesar 0,859 dengan signifikansi sebesar 0,393 (berada lebih besar dari α = 0,05) sehingga hipotesis keenam berhasil menerima H0. Jadi dapat disimpulkan bahwa Cash Position tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini menunjukan bahwa asset atau kas yang dimiliki perusahaan mengalami peningkatan tiap tahunnya dimana akan berdampak kepada kegiatan operasional. Selain itu, laba bersih atau keuntungan yang terdapat pada laporan laba rugi ikut meningkat. Namun manajemen tidak membagikan dividen karena untuk membiayai aktiva tetap, meminjamkan dana ke pihak lain, pelunasan pokok utang, pembayaran bunga dan pembayaran lainnya. Oleh karena itu, laba bersih yang diperoleh akan menambah saldo laba pada neraca untuk tidak dibagikan sebagai dividen melainkan untuk membiayai pembelian, pelunasan dan pembayaran usahanya.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Simpulan hasil penelitian ini menemukan bukti bahwa: (1) kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, (2) kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan dividen, (3) profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, (4) likuiditas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen, (5) leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, (6) cash position tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Keterbatasan Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini adalah (1) Keterbatasan dalam hal pemilihan sampel. Dalam hal pemilihan sampel, penelitian ini hanya memakai perusahaan manufaktur dan hanya memakai kurun waktu 6 tahun (2006-2011). Padahal tentu saja semua perusahaan dalam BEI memiliki kebijakan dividennya sendiri-sendiri, (2) Perusahaan yang membagikan dividen berturut-turut dalam beberapa tahun sangat sedikit, sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya 18 sampel, (3)Keterbatasan dalam pemilihan proksi yag dipakai maupun variabel independen. Variabel independen yang dipakai dalam penelitian terbatas pada 6 variabel, yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, leverage dan cash position. Keenam variabel ini hanya dapat menjelaskan Adjusted R2 sebesar 21,3% dari variabel dependen, yaitu kebijakan dividen. Ini berarti masih terdapat 78,7% hal lain yang dapat menjelaskan kebijakan dividen. Saran Dari hasil analisis tersebut di atas dan kesimpulan yang diperoleh, maka saran-saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan penelitian dengan menggunakan jumlah sampel yang lebih besar dan melakukan penelitian dengan periode yang lebih panjang. Jumlah sampel yang lebih besar dengan periode yang lebih panjang akan memberikan hasil penelitian yang lebih baik, (2)Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kebijakan dividen, sebaiknya dapat menambah indikator seperti ROI, free cash flow, growth, dll dan (3) memperbesar sampel penelitian tidak hanya manufaktur tetapi pada sektor-sektor lainnya seperti perbankan, automotive dan lainnya. Karena antara kelompok perusahaan satu dengan kelompok lain mempuyai karakteristik pembagian dividen yang berbeda-beda. DAFTAR PUSTAKA Arilaha, M.A. 2009. Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol:13. No.1:78-87. Brigham, E.F. and Gapenski, L.C. 2000, Intermediate Financial Management. The Dryden Press, New York. Brigham, E.F. dan L. F. Houston. 2004. Manajemen Keuangan. Alih Bahasa: Ali Akbar Yulianto. Edisi Kesepuluh. Erlangga. Jakarta. Darminto. 2008. Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Struktur modal, dan Struktur Kepemilikan Saham, terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, Vol.20. No.2 Dewi, S.C. 2008. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.10. No.1:47-58. Hanafi, M. dan H. Abdul. 2005. Analisis Laporan Keuangan, edisi Kedua. UPP AMP YKPN. Yogyakarta Harahap, S. S. 2008. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)
Husnan, S dan E. Pudjiastuti. 2011. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Keenam. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Jensen, M.C. dan W. H. Meckling. 1976. “Theory of the Firm : Managerial Behavior Agency Cost, and Ownership Structure”, Journal of Finance Economics 3, pp.305-360 Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. Komite Nasional Kebijakan Governance. Jakarta. Machmud, Novita dan C. D. Djakman. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) Pada Laporan Tahunan Perusahaan: Studi Empiris Pada Perusahaan Publik Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006. SNA XI. Pontianak. Marlina, L dan C. Danica. 2009. Analisis Pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio, dan Return on Assets terhadap Dividend Payout Ratio. Jurnal Manajemen Bisnis. Vol:2. No.1:1-6 Nogi, H. 2003. Mengelola Kredit Berbasis : Good Corporate Governance. Balairung & Co. Yogyakarta. Nuringsih, K. 2005. Analisis Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kebijakan Hutang, ROA, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen: Studi 1995-1996. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol. 2, No. 2:103-123. Riyanto, B. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. BPFE. Yogyakarta. Sudarsih, S. 2002. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi devidend Payout Ratio pada Industri Perrbankan yang Listed di Bursa Efek Jakarta. Jurnal bisnis dan ekonomi Sumarto. 2007. Anteseden dan Dampak dari Kebijakan Dividen beberapa perusahaan manufaktur. Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis. Vol.7. no.1. Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Keempat. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Sutedi, A. 2011. Good Corporate Governance. Sinar Grafika, Edisi Kesatu. Sinar Grafika. Jakarta Trihapsari, E. 2006. Analisis Korelasi antara Penerapan Prinsip-prinsip Good Corporate Governance dengan Manajemen Laba pada Emiten di Bursa Efek Jakarta. Disertasi. Program Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang Wahidahwati. 2002. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional pada Kebijakan Hutang perusahaan : Sebuah perspektif theory agency”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.5, No.1:1-12. Wijayanti, S. dan Supatmi. 2009. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kebijakan Dividen (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006). Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.XV, No.2:135-146.